bab 4.pdf

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Kegiatan Pembelajaran Tahap Pra Siklus Penelitian pra siklus diawali dengan kegiatan observasi proses pembelajaran, wawancara dengan guru dan siswa, dan kajian dokumen hasil kemampuan kognitif siswa untuk mendapatkan deskripsi awal kemampuan kognitif dan aktivitas siswa kelas VII-G. Kegiatan observasi dilakukan di kelas VII-G pada 24 dan 26 Februari 2014. Kegiatan observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas siswa pra siklus dan deskripsi awal kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung. Materi yang diajarkan pada tahap pra siklus adalah kalor dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta mengerjakan latihan soal. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan guru. Siswa cenderung melakukan aktivitas lain selain belajar, seperti berbicara dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan, tiduran di meja dan ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Hal serupa diungkapkan oleh tiga siswa kelas VII-G yakni Safira, Aina dan Ahlul. Menurut mereka, karena penyajian materi yang monoton, sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, banyak siswa yang lebih memilih untuk mengalihkan perhatiannya dengan melakukan aktivitas lain saat proses pembelajaran. Adapun hasil observasi awal di kelas VII-G oleh ketiga observer disajikan pada Tabel 4.1 dan digambarkan dalam bentuk diagram silinder pada Gambar 4.1, sedangkan hasil analisis data hasil observasi dapat dilihat pada Lampiran 36. Tabel 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pra Siklus Aspek Prosentase Aspek (%) Observer I Observer II Observer III Visual activities 26,9 26,9 27,8 Oral activities 0,93 0,93 0,93 Writing activities 7,7 7,7 8 Listening activities 31,5 33,3 33,3 82

Upload: bariqul-amalia-nisa

Post on 23-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    82

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Hasil Kegiatan Pembelajaran Tahap Pra Siklus

    Penelitian pra siklus diawali dengan kegiatan observasi proses

    pembelajaran, wawancara dengan guru dan siswa, dan kajian dokumen hasil

    kemampuan kognitif siswa untuk mendapatkan deskripsi awal kemampuan

    kognitif dan aktivitas siswa kelas VII-G. Kegiatan observasi dilakukan di kelas

    VII-G pada 24 dan 26 Februari 2014. Kegiatan observasi dilakukan untuk

    mendapatkan data aktivitas siswa pra siklus dan deskripsi awal kegiatan

    pembelajaran yang selama ini berlangsung.

    Materi yang diajarkan pada tahap pra siklus adalah kalor dengan

    menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta mengerjakan latihan soal.

    Pada saat proses pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang kurang

    memperhatikan guru. Siswa cenderung melakukan aktivitas lain selain belajar,

    seperti berbicara dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan, tiduran di

    meja dan ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Hal serupa

    diungkapkan oleh tiga siswa kelas VII-G yakni Safira, Aina dan Ahlul. Menurut

    mereka, karena penyajian materi yang monoton, sehingga siswa kurang tertarik

    dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, banyak siswa yang lebih memilih

    untuk mengalihkan perhatiannya dengan melakukan aktivitas lain saat proses

    pembelajaran. Adapun hasil observasi awal di kelas VII-G oleh ketiga observer

    disajikan pada Tabel 4.1 dan digambarkan dalam bentuk diagram silinder pada

    Gambar 4.1, sedangkan hasil analisis data hasil observasi dapat dilihat pada

    Lampiran 36.

    Tabel 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pra Siklus

    Aspek Prosentase Aspek (%)

    Observer I Observer II Observer III

    Visual activities 26,9 26,9 27,8

    Oral activities 0,93 0,93 0,93

    Writing activities 7,7 7,7 8

    Listening activities 31,5 33,3 33,3

    82

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    83

    Gambar 4.1. Diagram Silinder Prosentase Ketercapaian

    Aktivitas Siswa

    Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa ada

    perbedaan hasil observasi antara observer 1, 2 dan 3 meskipun tidak terlalu jauh.

    Oleh karena itu, ketiga observer melakukan diskusi mengenai data yang berbeda.

    Perbedaan data hasil observasi terletak pada interpretasi jumlah siswa yang

    melakukan visual dan listening activities. Secara lebih jelas dapat dilihat pada

    Lampiran 36. Namun demikian berdasarkan diskusi ketiga observer, maka

    diperoleh data akhir yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. Kesepakatan yang dibuat

    oleh tiga observer dengan pertimbangan guru adalah mengambil hasil yang sama

    dari dua atau tiga observer sebagai hasil akhir.

    Tabel 4.2. Hasil Akhir Observasi Aktivitas Siswa Pra Siklus

    Aspek Prosentase Aspek (%)

    Visual activities 26,9

    Oral activities 0,93

    Writing activities 7,7

    Listening activities 33,3

    Berdasarkan Tabel 4.2, aspek dengan hasil yang sangat rendah yaitu oral

    acitivities. Dari dua pertemuan pra siklus yang dilakukan observer, hanya dua

    siswa yang menjawab pertanyaan guru tanpa ditunjuk. Aktivitas menjawab

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Visualactivities

    Oralactivities

    Writingactivities

    Listeningactivities

    Pro

    sen

    tase

    (%

    )

    Aspek Aktivitas

    Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pra-Siklus

    Observer I

    Observer 2

    Observer 3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    84

    merupakan satu dari empat sub indikator dalam aspek ini. Sedangkan tiga sub

    indikator lain yang meliputi: bertanya pada guru, menanggapi pendapat teman,

    dan memberikan ide atau gagasan dalam diskusi kelompok, tidak ada siswa yang

    melakukannya. Aspek writing activities adalah aspek terendah kedua berdasarkan

    hasil observasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan dalam aspek ini ada empat

    sub indikator aktivitas siswa melalui media e-learning, sedangkan model

    pembelajaran yang digunakan saat itu belum berbasis media e-learning. Dalam

    observasi pra siklus, didapatkan catatan bahwa guru masih menggunakan metode

    ceramah dan pemberian informasi, sehingga tidak ada aktivitas siswa yang

    mengarah pada penggunaan media e-learning.

    Aktivitas siswa yang rendah dalam proses pembelajaran berdampak

    terhadap kemampuan kognitif siswa yang rendah dan hal ini menunjukkan proses

    pembelajaran yang belum optimal. Kemampuan kognitif siswa yang rendah

    ditunjukkan dengan hasil ulangan tengah semester, yaitu hanya 5 siswa (18,51%)

    yang dinyatakan tuntas dari 27 siswa yang mengikuti ujian. Daftar nilai siswa

    selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39.

    Berdasarkan hasil wawancara pra siklus terhadap guru IPA Fisika SMP

    Negeri 14 Surakarta, Endang Puji Rahayu, disampaikan oleh beliau bahwa dari

    seluruh kelas VII, kelas yang memerlukan perbaikan adalah kelas VII-G. Hal ini

    didasarkan atas aktivitas siswa yang belum terarahkan dengan baik. Siswa masih

    cenderung ramai. Beliau juga menambahkan ini kali pertama beliau mengajar di

    kelas VII. Oleh karenanya masih sering menggunakan metode ceramah dan tanya

    jawab, sesekali menggunakan power poin untuk media pembelajaran. Metode

    diskusi masih jarang diterapkan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan materi dan

    alokasi waktu pembelajaran yang ditetapkan. Waktu dalam mempersiapkan

    pembelajaran kurang, karena beliau juga mengajar di kelas IX. Namun demikian,

    terkadang di dalam kelas beliau menjelaskan keterkaitan antar materi IPA baik

    Fisika dan Biologi supaya siswa dapat memaknai proses pembelajaran yang

    dimaksud. Tetapi hal ini belum cukup mendukung kegiatan siswa yang bersifat

    aplikatif, terutama mengenai permasalahan lingkungan. Hal ini membuat materi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    85

    kurang diulas secara lebih mendalam, sehingga kemampuan kognitif siswa

    rendah.

    Istilah blended learning di lingkungan sekolah menengah memang masih

    jarang didengar, terutama di daerah yang siswanya mengalami keterbatasan,

    khususnya finansial dan fasilitas online. Berdasarkan wawancara tersebut, guru

    menjelaskan bahwa model blended learning belum menjadi satu model unggulan

    yang biasa digunakan. Persiapan yang benar-benar matang dan fasilitas yang

    diperlukan menjadi salah satu alasan belum pernah diterapkannya model blended

    learning di kelas tersebut ataupun kelas yang lain. Namun beliau menambahkan

    bahwa model ini dapat menjadi salah satu model alternatif dalam menyiasati

    waktu pembelajaran yang masih dirasa kurang oleh guru.

    Berdasarkan hasil data pra siklus, peneliti dan guru menyusun suatu

    tindakan guna meningkatkan kemampuan kognitif dan aktivitas siswa. Tindakan

    tersebut adalah melalui implementasi model blended learning berbasis SETS pada

    pembelajaran IPA Terpadu dengan tema Ekosistem Air Tawar. Pemilihan model

    ini didasarkan atas banyaknya materi yang kurang diulas secara mendalam karena

    waktu yang terbatas. Model ini menggabungkan antara model tatap muka dan

    model pembelajaran melalui media e-learning yang mendukung aktivitas siswa

    dalam mengerjakan tugas mereka. Dengan didukung oleh media e-learning yang

    berbasis Moodle diharapkan nantinya tujuan pembelajaran yang direncakan dapat

    tercapai. Tema yang dipilih adalah ekosistem air tawar. Hal ini dikarenakan

    pendekatan SETS berkaitan dengan aktivitas siswa dalam hal lingkungan. Dengan

    melihat kondisi banyaknya pencemaran sungai, danau, dan kurangnya pasokan air

    bersih, diharapkan melalui tema ini siswa mampu ikut serta dalam menjaga

    kelestarian ekosistem air tawar dan menghadirkan solusi atas permasalahan

    lingkungan yang ada. Melalui aktivitas siswa di kelas dan media e-learning,

    diharapkan model ini mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan aktivitas

    siswa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    86

    B. Deskripsi Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus I

    Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, yaitu tanggal 17 dan 18 Maret

    2014. Masing-masing pertemuan sebanyak dua kali jam pelajaran (80 menit) dan

    satu jam pelajaran (40 menit).

    1. Perencanaan Tindakan Siklus I

    Pada tahapan perencanaan, peneliti dan guru secara kolaboratif

    menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Melalui media dan modul yang

    telah disusun, peneliti dan guru memberikan masukan terutama pada indikator.

    Karena model yang digunakan adalah blended learning maka peneliti dan guru

    menyusun RPP dan LKS dengan mempertimbangkan pembagian materi yang

    dilaksanakan melalui tatap muka dan melalui e-learning. Model blended

    learning yang digunakan adalah model kelas murni yaitu materi yang akan

    dikaji dapat dipelajari dan tugas siswa dapat dikerjakan melalui media e-

    learning.

    Berdasarkan hal tersebut materi yang akan dikaji pada siklus I adalah

    air tawar dan ekosistem air tawar. Penjabaran dari indikator di tiap pertemuan

    dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada pertemuan I, peneliti dan guru

    merencanakan menggunakan model blended learning dengan metode

    demonstrasi, diskusi, dan tanya jawab saat pembelajaran di dalam kelas dan

    disertai dengan evaluasi dan tugas yang diberikan melalui media e-learning.

    Sedangkan untuk pertemuan II siswa akan melakukan presentasi tugas yang

    telah dikerjakan melalui media e-learning.

    Setelah RPP dan LKS selesai disusun, dilakukan validasi perangkat

    baik RPP dan LKS oleh ahli. Berdasarkan analisis kuantitatif pada Lampiran

    23-24, diperoleh kesimpulan bahwa RPP dan LKS memenuhi kriteria sangat

    baik dengan rincian disajikan pada Tabel 4.3. Sedangkan berdasarkan hasil

    analisis kualitatif didapatkan komentar dan saran yang diberikan oleh ahli yang

    dapat dilihat pada Lampiran 40.

    Di akhir siklus, siswa direncanakan untuk mengerjakan tes kognitif

    untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Instrumen yang digunakan

    sebagai alat evaluasi kemampuan kognitif siswa adalah tes tertulis objektif

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    87

    (pilihan ganda). Instrumen ini telah dilakukan uji validasi oleh ahli, dalam hal

    ini yaitu pembimbing untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat evaluasi.

    Beberapa komentar dan saran yang diberikan oleh ahli dapat dilihat pada

    Lampiran 41 . Jumlah butir soal aspek kognitif adalah 24 butir dengan bentuk

    tes tertulis objektif tipe pilihan ganda. Instrumen tes kognitif siklus I dapat

    dilihat pada Lampiran 17.

    Tabel 4.3. Hasil Validasi Perangkat Siklus I

    a. Validasi RPP

    Kategori Kelompok

    Skor Kriteria Total Skor Frekuensi %

    5 148 < X Sangat

    baik

    Validator I = 165

    Validator II = 167 2 100

    b. Validasi LKS

    Kategori Kelompok

    Skor Kriteria Total Skor Frekuensi %

    5 104 < X Sangat

    baik

    Validator I = 114

    Validator II = 118 2 100

    Instrumen lain yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas

    siswa. Lembar observasi aktivitas siswa digunakan observer untuk mengamati

    aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jumlah observer

    sebanyak 3 orang yang masing-masing mengamati aktivitas siswa baik di kelas

    maupun melalui media e-learning. Aktivitas siswa yang diamati meliputi oral

    activities, visual activities, writing activities, dan listening activities. Lembar

    observasi dapat dlihat pada Lampiran 19.

    Target ketercapaian yang dibuat secara kolaboratif antara guru dan

    peneliti didasarkan atas kemampuan dan kondisi siswa. Adapun target yang

    disepakati untuk kemampuan kognitif siswa secara klasikal meningkat menjadi

    75 % dari kondisi awal, sedangkan untuk aspek aktivitas yaitu oral activities,

    visual activities, writing activities, dan listening activities masing-masing

    meningkat menjadi 60 %, 20 %, 25 % dan 65 % (dapat dilihat pada Tabel 3.4).

    2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

    Siklus I pertemuan I dilaksanakan pada Senin, 17 Maret 2014.

    Sedangkan untuk pertemuan II dilaksanakan pada Rabu, 19 Maret 2014.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    88

    Berdasarkan lembar absensi siswa, jumlah siswa yang dijadikan subjek

    penelitian adalah 27 dari 32 siswa di kelas. Hal ini dikarenakan ketidakhadiran

    siswa dalam satu pertemuan atau lebih tiap siklus akan membuat dirinya tidak

    secara penuh mengikuti proses pembelajaran baik tugas-tugas ataupun materi

    yang diberikan dan pada akhirnya berdampak pada data penelitian. Namun

    demikian, bukan berarti siswa tersebut tidak mengikuti proses pembelajaran

    yang berlangsung selama penelitian. Hanya saja, bagi peneliti siswa yang tidak

    hadir akan secara langsung dihapus sebagai data penelitian.

    Guru sebagai pemberi tindakan dibantu 3 observer yang melakukan

    observasi selama kegiatan berlangsung. Ketiga observer tersebut adalah

    mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika dari Universitas Sebelas Maret

    Surakarta, termasuk didalamnya peneliti yang secara garis besar memahami

    peran dalam penelitian. Selama kegiatan pembelajaran, guru bertugas

    menyampaikan pembelajaran di kelas, sedangkan observer melakukan

    observasi di dalam kelas dengan mengambil posisi awal di belakang tempat

    duduk siswa dan secara fleksibel dapat berpindah posisi sesuai dengan

    keperluan observasi yang dilakukannya.

    a. Pertemuan I Siklus I

    Pada pertemuan pertama secara garis besar pembelajaran

    dilaksanakan secara berkelompok. Guru memulai pendahuluan selama 10

    menit yang berisi motivasi, apersepsi, opini siswa dan tujuan pembelajaran.

    Kegiatan inti berlangsung melalui 4 kali tahapan eksplorasi-elaborasi-

    konfirmasi (E-E-K). Pada siklus E-E-K pertama siswa melakukan

    demonstrasi dan diskusi kelompok sesuai petunjuk di LKS Air Tawar.

    Pada siklus E-E-K kedua guru menayangkan video Unsur dan Senyawa

    yang diambil dari media e-learning sebagai bentuk eksplorasi siswa untuk

    mengerjakan LKS Unsur dan Senyawa melalui diskusi kelompok. Pada

    siklus E-E-K ketiga siswa melakukan demonstrasi sesuai petunjuk di LKS

    Sifat-Sifat Zat. Sedangkan pada siklus E-E-K keempat guru menayangkan

    video Perubahan Wujud Zat yang diambil dari media e-learning dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    89

    membimbing siswa mengerjakan LKS Perubahan Wujud Zat melalui

    diskusi kelompok.

    Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, salah seorang observer

    mengambil foto sebagai dokumentasi dan bersama dua observer lain

    mengisi lembar observasi aktivitas siswa dengan berkeliling di tiap-tiap

    kelompok untuk mengamati aktivitas siswa. Indikator pada lembar observasi

    yang berkaitan dengan aktivitas siswa melalui media e-learning diisi oleh

    observer melalui menu report yang tersedia pada media e-learning.

    Aktivitas e-learning siswa pada pertemuan I ini meliputi membaca materi,

    diskusi, mengerjakan evaluasi maupun tugas secara online melalui media e-

    learning sampai hari Selasa (18 Maret 2014) pukul 24.00 WIB.

    Peneliti selain sebagai observer juga bertugas membantu guru

    dalam menjalankan ppt ataupun video selama proses pembelajaran

    berlangsung. Di akhir pertemuan ditutup dengan memberikan rangkuman,

    dan penjelasan dalam mengerjakan evaluasi dan tindak lanjut dalam bentuk

    tugas serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

    Selama proses pembelajaran, guru tidak menyampaikan materi

    secara langsung (pemberian informasi), tetapi melalui melalui model

    blended learning dengan metode demonstrasi, diskusi dan tanya jawab.

    Implementasi model blended learning yang dipilih pada siklus I adalah

    melalui pembelajaran tatap muka di kelas dengan metode demonstrasi,

    simulasi video, diskusi dan tanya jawab serta pemberian evaluasi dan tugas

    melalui media e-learning. Materi yang dipelajari baik berupa ppt, video,

    modul, dan LKS, semuanya diambil dari media e-learning. Oleh karena itu,

    siswa dapat mempelajari materi sebelum pembelajaran melalui media e-

    learning. Pada pertemuan 1, siswa secara inisiatif mendiskusikan jawaban di

    LKS dengan membaca buku IPA tentang materi yang sedang dikaji. Melalui

    kegiatan diskusi, demonstrasi, dan tanya jawab, siswa mampu

    menginterpretasikan data ke lembar kerja siswa (LKS) yang telah

    disediakan. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    90

    hasil pemecahan masalah kelompoknya ke depan kelas dan dilanjutkan

    dengan kesimpulan secara bersama-sama oleh guru dan siswa.

    LKS yang diberikan kepada siswa berisi petunjuk dalam

    melakukan kegiatan diskusi, maupun penyampaian materi dan pertanyaan

    yang menuntun siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Satu

    kelompok diberikan masing-masing satu LKS. Setiap siswa wajib menulis

    hasil diskusi pemecahan masalah dari kelompok masing-masing dan

    mengumpulkannya kepada guru. Hasil diskusi kelompok melalui LKS yang

    dikerjakan siswa secara kelompok dapat dilihat pada Lampiran 31. Skor

    maksimal LKS adalah 80. Berdasarkan Lampiran 31 dapat dideskripsikan

    bahwa semua siswa dalam kelompok berdiskusi dengan baik. Namun

    demikian, berdasarkan catatan observer ada dua kelompok yang selalu

    ramai saat diskusi.

    Di akhir pertemuan, guru menjelaskan bahwa evaluasi dilakukan

    melalui media e-learning. Hasil evaluasi siswa dapat dilihat pada Lampiran

    31. Berdasarkan Tabel 4.4, hanya sebesar 11,1 % siswa yang mengerjakan

    evaluasi melalui media e-learning. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan

    pembelajaran pada pertemuan pertama tidak berjalan optimal. Hasil evaluasi

    tersebut belum mampu menjabarkan keberhasilan pertemuan pertama.

    Tindak lanjut yang diberikan pada pertemuan I siklus I dalam

    bentuk tugas individu yang perlu diunggah siswa melalui media e-learning.

    Tugas individu ini berupa pengerjaan LKS Siklus Air Tawar dan LKS

    Ekosistem Air Tawar. Hasil LKS yang telah diunggah siswa akan menjadi

    bahan diskusi untuk pertemuan 2. Tabel 4.4 menjabarkan prosentase

    aktivitas yang dilakukan siswa melalui media e-learning. Selain itu, siswa

    juga diminta untuk berdiskusi melalui forum yang disediakan pada media e-

    learning. Namun, tak seorang pun siswa yang melakukannya.

    b. Pertemuan 2 Siklus I

    Pertemuan kedua siklus pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 19

    Maret 2014. Pada pertemuan kedua siklus pertama, pembelajaran didahului

    dengan penayangan video yang diambil dari media e-learning dan disertai

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    91

    tanya jawab untuk motivasi siswa serta dilanjutkan dengan presentasi tugas

    dan diakhiri dengan kesimpulan. Siklus E-E-K di pertemuan 2 dilakukan

    sebanyak 2 kali melalui kegiatan presentasi tugas siswa yang diberikan

    pertemuan sebelumnya. Hasil tugas siswa tersebut dapat dilihat pada

    Lampiran 32 dan secara ringkas prosentase siswa yang mengumpulkan

    dapat dilihat pada Tabel 4.4.

    Tabel 4.4. Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus I

    Indikator Prosentase

    Ketercapaian (%) Keterangan

    Siswa mengikuti

    evaluasi melalui e-

    learning

    11,1 100 % siswa tuntas

    Siswa membaca

    materi melalui media

    e-learning

    14,8 -

    Siswa

    mengumpulkan

    tugas melalui e-

    learning

    22,2 a. Optimal (tepat waktu) = 14,8 %

    b. Kurang optimal (tidak tepat waktu) = 3,7 %

    c. Tidak optimal (tidak mengumpulkan) = 77,8 %

    Siswa

    mengumpulkan

    tugas secara

    langsung

    70,4 a. Optimal = 14,8 % b. Kurang optimal = 55,6 % c. Tidak optimal = 29,6 %

    Tabel 4.5. Hasil Observasi Pertemuan 2 Siklus I

    Indikator Prosentase

    Ketercapaian (%) Keterangan

    Siswa mengikuti

    evaluasi melalui e-

    learning

    37,1 a. 40 % siswa tuntas b. 60 % siswa tidak tuntas

    Siswa membaca

    materi melalui media

    e-learning

    37 -

    Siswa mengumpulkan

    tugas melalui e-

    learning

    44,4 a. Optimal (tepat waktu) = 44,4 %

    b. Tidak optimal (tidak mengumpulkan) =

    56,6 %

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    92

    Setelah kegiatan presentasi selesai, dilanjutkan dengan tanya jawab

    dengan siswa lain yang tidak presentasi. Kemudian guru memberikan

    konfirmasi atas materi yang telah dipresentasikan. Di akhir pembelajaran,

    guru bersama siswa merangkum materi hasil presentasi dan memberikan

    evaluasi kepada siswa dalam bentuk tugas yang dapat dikerjakan oleh siswa

    melalui media e-learning sampai hari Minggu, 23 Maret 2014 pukul 24.00

    serta memberikan tugas kelompok sebagai tindak lanjut dari pertemuan

    kedua yang juga dikumpulkan melalui media e-learning. Namun demikian

    hanya 37,1 % siswa yang mengerjakan evaluasi. Tabel 4.5 menampilkan

    prosentase aktivitas siswa melalui media e-learning meliputi, pengumpulan

    tugas, membaca materi, pengerjaan evaluasi dan diskusi. Namun, aktivitas

    diskusi melalui media e-learning tidak terlaksana dengan baik. Berdasarkan

    Tabel 4.5 hanya 40 % siswa yang tuntas dari 37,1 % siswa yang

    mengerjakan evaluasi dan sebesar 44,4 % siswa yang mengumpulkan tugas

    melalui media e-learning.

    Sedangkan kegiatan observasi yang dilakukan oleh observer tidak

    jauh beda dengan pertemuan pertama. Ketiga observer melakukan observasi

    di dalam kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan untuk indikator

    yang berkaitan dengan aktivitas e-learning siswa dilakukan dengan

    observasi melalui media e-learning.

    Untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pada siklus I, siswa

    mengerjakan tes tertulis dengan soal berupa soal objektif (pilihan ganda)

    sejumlah 24 butir soal pada hari Senin, 21 Maret 2014. Dalam pelaksanaan tes

    tersebut, dilakukan di luar jam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung

    (tidak saat mengkaji materi). Seluruh siswa sebagai subjek penelitian hadir

    dalam mengerjakan tes tertulis tersebut.

    3. Observasi Tindakan Siklus I

    Selama proses pembelajaran berlangsung, guru dan observer

    melakukan observasi. Kesimpulan hasil observasi tindakan pada siklus I

    dijelaskan sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    93

    a. Aktivitas Siswa

    Tahap observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dan

    peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran. Dengan observasi secara

    langsung hal-hal yang mungkin tidak diamati guru selama proses

    pembelajaran bisa tercatat oleh observer. Data hasil observasi langsung

    merupakan data yang akurat yang dapat dijadikan masukan untuk proses

    pembelajaran selanjutnya. Dalam penelitian ini observasi dilakukan oleh

    peneliti dibantu dua rekan peneliti yang masing-masing mengamati 27 siswa

    ditinjau dari aspek visual, oral, writing, dan listening activities serta hal-hal

    yang perlu dicatat saat proses pembelajaran berlangsung.

    Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pertemuan I

    terlihat bahwa siswa cukup antusias dalam memperhatikan penjelasan dari

    guru, baik saat guru memberikan apersepsi maupun saat guru menjelaskan

    petunjuk pengerjaan LKS. Ketika diskusi berjalan, siswa secara inisiatif

    membuka dan membaca buku IPA. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung,

    beberapa siswa aktif menjawab pertanyaan guru namun hanya sedikit siswa

    yang berani mengajukan pertanyaan pada guru. Pertanyaan yang diajukan

    juga belum fokus pada materi melainkan mengenai petunjuk di LKS yang

    kurang jelas atau tugas yang belum jelas. Selain itu, hanya satu siswa dalam

    tiap kelompok yang aktif menuliskan hasil diskusi kelompoknya ke LKS,

    meskipun ada 4 siklus E-E-K pada pertemuan I. Kemudian hanya empat

    siswa yang tercatat melakukan aktivitas melalui media e-learning baik

    dalam mengerjakan evaluasi maupun tindak lanjut.

    Berbeda halnya dengan pertemuan II yang dilakukan melalui

    kegiatan presentasi dan tanya jawab. Hanya 10 siswa yang mengerjakan

    evaluasi dan 3 kelompok yang mengerjakan tugas melalui media e-learning.

    Banyak siswa yang tidak mengerjakan evaluasi dan tugas.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada

    siklus I cukup mampu meningkatkan aktivitas siswa baik di kelas maupun di

    luar kelas, dalam hal ini aktivitas siswa melalui media e-learning. Hasil

    observasi aktivitas siswa untuk tiap indikator secara lengkap dapat dilihat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    94

    pada Lampiran 37 dan disajikan secara ringkas untuk tiap aspek pada Tabel

    4.6. Dalam tabel tersebut menampilkan hasil analisis data yang diperoleh

    dari tiga observer.

    Tabel 4.6. Hasil Analisis Observasi Siklus I

    Aspek Prosentase ketercapaian (%)

    Observer I Observer II Observer III

    Visual activities 49,5 48,15 51,39

    Oral activities 11,6 12,5 12,5

    Writing activities 16 16,98 16,36

    Listening activities 56,5 61,11 56,48

    Dalam Gambar 4.2 dapat dilihat ada perbedaan hasil observasi

    antara ketiga observer meskipun tidak sigifikan. Oleh karena itu, dilakukan

    diskusi terkait dengan perbedaan hasil observasi. Kesepakatan yang

    diperoleh ketiga observer dengan pertimbangan guru adalah mengambil data

    yang sama atau apabila tidak ada data yang sama maka mengambil data

    yang memiliki nilai di tengah-tengah antara ketiga observer. Berdasarkan

    hasil diskusi yang dilakukan, maka diperoleh hasil akhir observasi yang

    dapat dilihat pada Tabel 4.7.

    Gambar 4.2. Diagram Perbandingan Ketercapaian

    Aktivitas Siswa Siklus I Observer 1, 2 dan 3

    0,0

    10,0

    20,0

    30,0

    40,0

    50,0

    60,0

    70,0

    Visualactivities

    Oralactivities

    Writingactivities

    Listeningactivities

    Pro

    sen

    tase

    (%

    )

    Aspek

    Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa antara Observer I, II dan III

    Observer 1

    Observer 2

    Observer 3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    95

    Tabel 4.7. Hasil Akhir Observasi Siklus I

    Aspek Prosentase

    ketercapaian (%)

    Visual activities 49,5

    Oral activities 12,5

    Writing activities 16,4

    Listening activities 56,5

    Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa masih banyak siswa

    yang kurang aktif dalam kegiatan e-learning pada dua aspek yang dinilai

    yaitu writing dan visual actvities. Pada aspek visual activities, ada satu sub

    indikator yang menilai aktivitas siswa melalui media e-learning. Pada aspek

    writing activities, ada empat sub indikator yang menilai aktivitas siswa

    melalui media e-learning. Hal ini mengindikasikan bahwa ada beberapa

    kendala yang dialami siswa dalam melakukan kegiatan melalui media e-

    learning. Oleh karenanya dilakukan kegiatan wawancara kepada siswa baik

    yang melakukan aktivitas melalui e-learning maupun tidak. Selain itu,

    berdasarkan data observer, menunjukkan bahwa aktivitas pada aspek oral

    masih cukup rendah, terutama pada indikator bertanya dan berpendapat.

    b. Kemampuan Kogntif Siswa

    Ketuntasan belajar siswa dalam pelajaran IPA, khususnya pada

    tema ekosistem air tawar merupakan salah satu faktor yang menentukan

    penelitian ini berhasil. Ketuntasan belajar dalam penelitian ini diukur

    berdasarkan kemampuan kognitif siswa. Untuk mengetahui seberapa besar

    ketercapaian indikator yang disusun, dilakukan tes kognitif pada siswa yang

    terdiri dari 24 soal objektif yang isinya mencakup kompetensi dasar yang

    dijabarkan lebih rinci melalui indikator. Tes kognitif siswa dilaksanakan

    pada hari di luar kedua pertemuan pada siklus I.

    Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat prosentase ketuntasan siswa

    dalam satu kelas hanya sebagian saja, yaitu hanya 12 dari 27 siswa. Untuk

    lebih memudahkan dalam observasi tindakan, maka disajikan diagram pie

    hasil kognitif siklus I kelas VII G SMP Negeri 14 Surakarta pada Gambar

    4.3.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    96

    Tabel 4.8. Prosentase Ketuntasan Siswa Tes Kognitif Siklus I

    Aspek Kategori Jumlah Siswa Prosentase (%)

    Kemampuan

    Kognitif Siswa

    Tuntas 12 44,4

    Tidak Tuntas 15 55,6

    Gambar 4.3. Diagram Pie Ketercapaian Kemampuan

    Kognitif Siklus I

    4. Refleksi Tindakan Siklus I

    Pembelajaran pada siklus I telah dilaksanakan sebanyak 2 kali

    pertemuan yang mencakup 14 indikator. Secara umum pembelajaran terlaksana

    dengan baik, meskipun ada satu siklus E-E-K terakhir pada pertemuan I yang

    tidak sesuai dengan target. Hal ini dikarenakan jam pembelajaran IPA di hari

    Senin apabila saat kegiatan upacara bendera siswa dibarisan belum tertib maka

    alokasi waktu untuk upacara bendera jadi mundur, sehingga alokasi jam

    pembelajaran menjadi tidak tepat. Dengan demikian, proses pembelajaran IPA

    yang pada awalnya direncanakan 40 menit berkurang menjadi 30-35 menit.

    Tetapi, hasil pembelajaran yang dilakukan telah mampu meningkatkan

    kemampuan dan aktivitas siswa, meskipun belum mencapai target. Untuk lebih

    jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut:

    a. Aktivitas Siswa

    Berdasarkan Tabel 4.6, 4.7, dan Gambar 4.2 telah menunjukkan

    prosentase ketercapaian aktivitas siswa selama proses pembelajaran siklus I

    Tuntas 44,4% Belum

    Tuntas 55,6%

    Ketercapaian Kemampuan Kognitif Siklus I

    Tuntas

    Tidak Tuntas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    97

    di tiap aspek. Apabila dibandingkan dengan aktivitas siswa pra siklus

    hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.4. Akan tetapi kenaikan

    aktivitas siswa tersebut belum menenuhi target yang telah ditentukan.

    Dibandingkan dengan target, hasilnya disajikan dalam Tabel 4.10. Data

    berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat pada Gambar 4.4.

    Tabel 4.9. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Aspek Aktivitas Siswa

    Berdasarkan Observasi Pra Siklus dengan Siklus I

    Aspek Prosentase ketercapaian (%) Prosentase

    Peningkatan (%) Pra Siklus Siklus I

    Visual activities 26,9 49,5 23,4

    Oral activities 0,93 12,5 11,57

    Writing activities 7,7 16,4 8,7

    Listening activities 33,3 56,5 23,2

    Tabel 4.10. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Aspek Aktivitas Siswa

    antara Hasil Observasi Siklus I dengan Target Ketercapaian

    Aspek

    Prosentase Ketercapaian

    (%) Kesimpulan

    Target Siklus I

    Visual activities 60 49,5 Belum Berhasil

    Oral activities 20 12,5 Belum Berhasil

    Writing activities 25 16,4 Belum Berhasil

    Listening activities 65 56,5 Belum Berhasil

    Pada aspek visual ada satu sub indikator dan pada aspek writing

    ada empat sub indikator terkait aktivitas siswa melalui media e-learning.

    Pada pertemuan 1 hanya 4 siswa dan pada pertemuan 2 hanya 10 siswa yang

    mengikuti kegiatan melalui e-learning. Setelah dilakukan wawancara untuk

    mengetahui alasan siswa yang tidak mengikuti kegiatan melalui media e-

    learning, sebagian besar siswa beralasan karena tidak memiliki fasilitas

    internet di rumahnya dan saat di sekolah mereka tidak sempat ke

    laboratorium komputer untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Beberapa

    siswa yang lainnya mengatakan bahwa mereka kesulitan membuka e-

    learning karena koneksinya lambat. Beberapa siswa yang mengerjakan

    tugas melalui e-learning tidak semuanya memperoleh nilai yang

    memuaskan dalam mengerjakan evaluasi melalui e-learning. Mereka

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    98

    berasumsi bahwa di beberapa soal ada yang salah mengetik dan salah

    mengklik jawaban, sehingga jawaban yang diinginkan tidak tercatat dengan

    baik. Adapula yang menjelaskan bahwa mereka lupa mengklik submit untuk

    menyimpan jawaban, oleh karenanya nilai yang diperolehnya tidak

    maksimal.

    Gambar 4.4. Perbandingan Prosentase Ketercapaian

    Indikator Aktivitas Siswa antara Hasil

    Observasi Pra Siklus dengan Observasi Siklus I

    terhadap Target

    Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti merumuskan

    beberapa kemungkinan yang menyebabkan belum tercapainya target yang

    telah ditentukan, diantaranya:

    1) Lebih dari 50 % siswa belum membuka media e-learning sehingga tiap

    aspek yang mencakup media e-learning belum meningkat secara optimal.

    2) Alokasi waktu pembelajaran mengingat kegiatan pembelajaran di hari

    Senin terkait dengan kegiatan upacara yang terkadang dapat mengurangi

    alokasi jam pelajaran yang seharusnya 40 menit menjadi hanya 30-35

    menit.

    3) Banyak siswa yang masih belum mampu memberikan tanggapan atas

    jawaban teman dan bertanya pada guru. Ada yang beralasan karena sudah

    jelas dan ada yang beralasan karena tidak memperhatikan penjelasan baik

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Visualactivities

    Oralactivities

    Writingactivities

    Listeningactivities

    Pro

    sen

    tase

    (%

    )

    Aspek

    Target

    Pra Siklus

    Siklus I

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    99

    dari teman ataupun guru. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa lebih

    banyak pada kekurangjelasan akan petunjuk di LKS

    4) Ada 2 kelompok yang ribut saat diskusi pembelajaran di kelas sehingga

    menyebabkan siswa yang lain menjadi terganggu konsentrasi belajarnya.

    5) Hanya satu orang siswa di tiap kelompok yang aktif baik dalam

    memberikan ide/gagasan maupun menulis LKS.

    6) Fasilitas di luar jam sekolah kurang mendukung untuk melakukan

    aktivitas melalui media e-learning.

    7) Keterbatasan pengetahuan siswa dalam menjalankan media e-learning.

    Dari beberapa siswa yang menjalankan media e-learning, tak sedikit dari

    mereka lupa untuk menyimpan tugas atau evaluasi yang telah dikerjakan,

    sehingga tidak tersimpan di media e-learning.

    Dengan demikian, peneliti dan guru perlu memberikan solusi

    supaya aktivitas siswa melalui media e-learning ini tidak membebankan

    siswa, terutama dari sisi finansial. Oleh karenanya diperlukan adanya

    kerjasama dengan pengelola laboratorium komputer supaya siswa dapat

    menyelesaikan tugasnya melalui media e-learning.

    b. Kemampuan Kognitif Siswa

    Ketercapaian hasil tes kemampuan kognitif siswa siklus I

    ditunjukkan pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.3. Berdasarkan Tabel 4.8, masih

    banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan, yaitu 75.

    Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan hasil tes kognitif pada

    pra siklus maka melalui model blended learning berdampak positif terhadap

    peningkatan kemampuan kognitif siswa. Besarnya peningkatan hasil

    kemampuan kognitif siswa antara pra siklus dengan siklus I dan

    perbandingannya dengan target dapat dilihat pada Gambar 4.5.

    Pada pelaksanaan siklus I ada 4 kompetensi dasar yang dijabarkan

    menjadi 18 indikator yang terbagi dalam dua pertemuan. Setelah

    pelaksanaan tes kognitif siklus I pada hari Senin, 24 Maret 2014, dapat

    dianalisis ketercapaian tiap indikator secara klasikal. Dari 24 item soal tes

    kognitif yang diberikan kepada 27 siswa pada siklus I dapat ditentukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    100

    jumlah siswa yang menjawab benar pada tiap item soal yang dapat dilihat

    pada Lampiran 44.

    Gambar 4.5. Prosentase Ketercapaian Kemampuan

    Kognitif Siswa Pra Siklus dan Siklus I

    sertaPerbandingannya terhadap Target

    Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa 7 dari 16 indikator

    telah memenuhi target ketercapaian siswa tuntas (75 %). Angka tersebut

    belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena masih banyak siswa

    yang belum menjawab dengan tepat. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan

    tingkat soal ada 2 soal tingkat C1, 6 soal tingkat C2, 3 soal tingkat C3, dan 3

    soal tingkat C4 yang ketercapaiannya belum memenuhi target (75 %). Oleh

    karena itu, peneliti melakukan wawancara kepada siswa yang belum

    mencapai nilai KKM terkait hasil tes kognitif yang rendah. Sebagian besar

    dari mereka beralasan belum belajar, sebagian yang lain beralasan bahwa

    soal yang dikerjakan sulit, dan ada juga beralasan karena pilihan jawaban

    banyak yang menjebak mereka. Namun setelah dilakukan analisis, sebagian

    besar siswa yang tidak tuntas merupakan siswa yang ramai saat diskusi atau

    tidak memperhatikan pembelajaran dan kurang aktif dalam aktivitas baik di

    kelas maupun melalui media e-learning.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    Tindakan

    Pro

    sen

    tase

    (%

    )

    Target

    Pra Siklus

    Siklus I

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    101

    Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang tidak tuntas dan

    hasil analisis peneliti, peneliti merumuskan beberapa kemungkinan yang

    menyebabkan belum tercapainya target yang ditentukan, diantaranya :

    1) Pemberian tugas pada tindak lanjut belum dapat membantu siswa dalam

    meningkatkan kemampuan kognitifnya.

    2) Alokasi waktu pembelajaran di kelas yang ditetapkan kurang tepat yang

    akhirnya menyebabkan pembelajaran kurang berjalan secara optimal.

    3) Lebih dari 50 % siswa belum membaca materi yang telah disediakan

    melalui e-learning. Hal ini ditunjukkan dengan masih sedikitnya jumlah

    siswa yang melakukan aktivitas melalui media e-learning.

    4) Kurang dari 50 % siswa yang mengikuti evaluasi yang disediakan

    melalui e-learning. Seharusnya evaluasi yang diberikan melalui media e-

    learning di tiap pertemuan ini dapat dijadikan latihan soal bagi siswa

    sebelum mengikuti tes kognitif.

    5) Alokasi waktu dalam mengerjakan tes kognitif yang diberikan masih

    kurang.

    Oleh karena itu, peneliti dan guru memberikan solusi supaya bentuk tes

    instrumen diubah menjadi jawaban singkat dengan alokasi waktu yang juga

    mempertimbangkan jumlah soal pada masing-masing jenjang. Di lain pihak,

    seluruh siswa diharapkan mampu mengikuti pembelajaran yang

    direncanakan, baik saat di kelas maupun melalui media e-learning.

    Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I, maka masih diperlukan

    kelanjutan tindakan pembelajaran yaitu dengan melakukan tindakan siklus II.

    Hal ini dimaksudkan supaya target ketercapaian baik aktivitas maupun

    kemampuan kognitif siswa dapat tercapai. Beberapa hal yang perlu

    diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan siklus II di antaranya :

    1) Alokasi waktu pada perencanaan perlu dilebihkan untuk mengantisipasi

    alokasi pembelajaran yang dipotong menjadi 30-35 menit. Hal ini berkaitan

    dengan pembelajaran yang berlangsung pada hari Senin.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    102

    2) Bekerja sama dengan pengelola laboratorium supaya dapat memfasilitasi

    siswa untuk mengakses media e-learning setelah pulang sekolah selama 1-2

    jam .

    3) Memberikan rincian tugas yang perlu dikerjakan dan langkah-langkah untuk

    mengerjakan tugas di media e-learning tiap pertemuan kepada siswa. Hal ini

    akan mengurangi tingkat kesalahpahaman siswa dalam mengakses e-

    learning.

    4) Tindak lanjut yang diberikan diusahakan dapat fokus pada materi yang telah

    dipelajari pada pertemuan tersebut.

    5) Evaluasi di tiap pertemuan supaya diberikan secara langsung, tidak melalui

    media e-learning.

    6) Tes kemampuan kognitif berbentuk essay singkat. Hal ini ditujukan supaya

    siswa tidak menjawab soal secara acak.

    7) Alokasi waktu dalam mengerjakan soal tes kognitif perlu

    mempertimbangkan butir jenjang soal.

    C. Deskripsi Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus II

    Siklus II dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu tanggal 25

    Maret, 14 dan 15 April 2014. Alokasi waktu untuk pertemuan 1 dan 2 adalah dua

    kali jam pelajaran (80 menit) dan satu jam pelajaran (40 menit) untuk pertemuan

    ketiga. Berikut deskripsi dari kegiatan siklus II:

    1. Perencanaan Tindakan Siklus II

    Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka diperlukan adanya

    perencanaan untuk pelaksanaan tindakan siklus II sebagai tindak lanjut karena

    belum tercapainya target yang telah ditetapkan. Pada tahapan perencanaan

    untuk siklus II sebenarnya tidak jauh berbeda dengan siklus I. Akan tetapi,

    beberapa hal yang telah dijabarkan pada refleksi siklus I harus menjadi

    landasan dalam penyusunan perencanaan siklus II supaya dapat meningkatkan

    kemampuan kognitif dan aktivitas siswa sesuai dengan target. Tahap

    perencanaan meliputi pembuatan RPP dan LKS siklus II serta instrumen soal

    tes kognitif. Sedangkan penilaian aktivitas siswa menggunakan lembar

    observasi yang sebelumnya telah digunakan pada siklus I.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    103

    Materi yang akan dipelajari pada siklus II adalah penyebab dan

    dampak kerusakan ekosistem air tawar serta bentuk upaya dalam mencegah

    kerusakan ekosistem air tawar. Jumlah indikator pada pertemuan II adalah 21

    butir. Penjabaran dari indikator di tiap pertemuan pada siklus II dapat dilihat

    pada Lampiran 9. Pada pertemuan I peneliti dan guru berencana

    mengimplementasikan model blended learning dengan metode demonstrasi,

    diskusi, dan tanya jawab saat pembelajaran di dalam kelas dan disertai dengan

    tindak lanjut berupa tugas yang diberikan melalui media e-learning. Perbedaan

    utama antara siklus I dan siklus II adalah cara pemberian evaluasi di tiap

    pertemuan. Untuk siklus II pemberian evaluasi di tiap pertemuan tidak

    diberikan melalui media e-learning, tetapi secara langsung di kelas. Hanya saja

    untuk pembahasan dari evaluasi tersebut diuraikan melalui media e-learning.

    Pada pertemuan II metode yang digunakan sama dengan pertemuan I.

    Sedangkan pada pertemuan III, siswa dari perwakilan kelompok akan

    melakukan presentasi tugas yang telah dikerjakan melalui media e-learning.

    Setelah RPP dan LKS selesai disusun, dilakukan validasi perangkat

    baik RPP dan LKS oleh ahli. Berdasarkan analisis kuantitatif pada Lampiran

    26-27 diperoleh kesimpulan bahwa RPP dan LKS memenuhi kriteria sangat

    baik dengan rincian disajikan pada Tabel 4.11. Sedangkan berdasarkan hasil

    analisis kualitatif didapatkan komentar dan saran yang diberikan oleh ahli yang

    dapat dilihat pada Lampiran 42.

    Di akhir siklus pada pertemuan keempat, siswa direncanakan untuk

    mengerjakan tes kognitif untuk mengukur kemampuan kognitif siswa.

    Instrumen yang digunakan sebagai alat evaluasi kemampuan kognitif siswa

    pada siklus II adalah tes tertulis objektif (jawab singkat). Bentuk instrumen ini

    berbeda dengan siklus I yang menggunakan tipe soal pilihan ganda. Instrumen

    ini telah dilakukan uji validasi oleh ahli, dalam hal ini yaitu pembimbing untuk

    mengetahui kelayakannya sebagai alat evaluasi. Beberapa komentar dan saran

    yang diberikan oleh ahli dapat dilihat pada Lampiran 43. Jumlah butir soal

    aspek kognitif adalah 24 butir. Tiap item soal memiliki poin yang berbeda,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    104

    tergantung pada jenjang soal tersebut. Bentuk instrumen tes kognitif siklus II

    dapat dilihat pada Lampiran 18.

    Tabel 4.11. Hasil Validasi Perangkat Siklus II

    a. Validasi RPP

    Kategori Kelompok

    Skor Kriteria Total Skor Frekuensi %

    5 148 < X Sangat

    baik

    Validator I = 165

    Validator II = 170 2 100

    b. Validasi LKS

    Kategori Kelompok

    Skor Kriteria Total Skor Frekuensi %

    5 104 < X Sangat

    baik

    Validator I = 115

    Validator II = 116 2 100

    Instrumen lain yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas

    siswa. Lembar observasi aktivitas siswa digunakan observer untuk mengamati

    aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan bentuk

    instrumennya sama dengan lembar observasi pada siklus I. Jumlah observer

    sebanyak 3 orang yang masing-masing mengamati aktivitas siswa baik di kelas

    maupun melalui media e-learning.

    2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

    Dalam pelaksanaan siklus II, pertemuan I dilaksanakan pada 25 Maret

    2014, pertemuan II dilaksanakan pada 14 April 2014 dan pertemuan III

    dilaksanakan pada 15 April 2014. Selang waktu antara pertemuan I dan

    pertemuan II cukup jauh karena ruang kelas digunakan untuk ujian akhir

    semester kelas IX, sehingga kelas VII dan VIII belajar di rumah. Jumlah siswa

    yang dijadikan objek penelitian sama dengan siklus I yaitu 27 dari 32 siswa di

    kelas.

    a. Pertemuan 1 Siklus II

    Pada pertemuan pertama secara garis besar pembelajaran

    dilaksanakan secara berkelompok. Guru memulai pendahuluan selama 10

    menit yang berisi motivasi, apersepsi, opini siswa dan tujuan pembelajaran.

    Kegiatan inti berlangsung melalui 3 kali tahapan eksplorasi-elaborasi-

    konfirmasi (E-E-K). Pada siklus E-E-K pertama, siswa melakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    105

    demonstrasi, diskusi, dan tanya jawab sesuai petunjuk di LKS Larutan

    Asam, Basa, dan Garam. Pada siklus E-E-K kedua, guru menayangkan

    video Pencemaran Sungaiyang diambil dari media e-learning sebagai

    bentuk eksplorasi siswa untuk mempresentasikan tugas LKS Dampak

    Kerusakan Ekosistem Air Tawar yang telah diunggah melalui media e-

    learning. Pada siklus E-E-K ketiga, siswa melakukan demonstrasi sesuai

    petunjuk di LKS Sifat Fisika dan Sifat Kimia. Di akhir pertemuan ditutup

    dengan memberikan rangkuman dan evaluasi serta memberikan tindak

    lanjut dalam bentuk tugas yang dapat dikerjakan siswa melalui media e-

    learning serta memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya.

    Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, salah seorang observer

    mengambil foto sebagai dokumentasi dan bersama kedua observer lain

    masing-masing mengisi lembar observasi dengan berkeliling ke tiap-tiap

    kelompok untuk mengamati aktivitas siswa. Indikator pada lembar observasi

    yang berkaitan dengan aktivitas siswa melalui media e-learning diisi oleh

    observer melalui menu report yang tersedia pada media e-learning.

    Aktivitas e-learning siswa pada pertemuan I ini dalam bentuk membaca

    materi, pembahasan kuis, diskusi dan mengerjakan tugas secara online

    sampai hari Senin (14 April 2014) pukul 24.00 WIB.

    Model implementasi blended learning yang dipilih pada siklus II

    sama dengan siklus I, yaitu model kelas murni. Materi yang dipelajari baik

    berupa ppt, video, modul, dan LKS, semuanya berasal/diambil dari media e-

    learning. Melalui kegiatan diskusi, demonstrasi dan tanya jawab, siswa

    mampu menginterpretasikan data ke lembar kerja siswa (LKS) yang telah

    disediakan. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan

    hasil pemecahan masalah kelompoknya ke depan kelas dan dilanjutkan

    dengan kesimpulan secara bersama-sama oleh guru dan siswa.

    LKS yang diberikan kepada siswa berisi petunjuk dalam

    melakukan kegiatan diskusi, maupun penyampaian materi dan pertanyaan

    yang menuntun siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Pada siklus

    E-E-K pertama dan ketiga tiap kelompok diberikan masing-masing satu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    106

    LKS. Setiap siswa wajib menulis hasil diskusi pemecahan masalah dari

    kelompok masing-masing pada LKS yang telah diberikan dan

    mengumpulkannya kepada guru. Sedangkan siklus E-E-K kedua siswa

    mempresentasikan hasil tugas kelompoknya berdasarkan LKS yang telah

    dikumpulkan melalui media e-learning. Siswa yang telah mengerjakan tugas

    untuk siklus E-E-K dua dapat dilihat pada tabel 4.5. Hasil diskusi kelompok

    melalui LKS yang dikerjakan siswa secara kelompok, dapat dilihat pada

    Lampiran 33. Skor maksimal LKS adalah 80. Berdasarkan Lampiran 33

    dapat dideskripsikan bahwa semua siswa dalam kelompok berdiskusi

    dengan baik.

    Di akhir pembelajaran, 27 siswa mengerjakan soal evaluasi. Hasil

    evaluasi siswa dapat dilihat pada Lampiran 39. Berdasarkan Tabel 4.12,

    sebesar 55,6 % siswa yang tuntas mengerjakan evaluasi. Hasil evaluasi

    tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada pertemuan

    pertama berjalan cukup optimal.

    Tindak lanjut yang diberikan pada pertemuan I siklus I dalam

    bentuk tugas kelompok dan tugas individu melalui media e-learning. Tugas

    kelompok berupa pengerjaan LKS Penjernihan Air Tawar dan LKS

    Upaya Pencegahan Kerusakan Ekosistem Air Tawar. Sedangkan tugas

    individu berupa pengerjaan soal-soal latihan pada materi di pertemuan I

    melalui media e-learning. Hasil LKS yang telah diunggah siswa ini nantinya

    sebagai bahan diskusi untuk pertemuan ketiga. Aktivitas siswa melalui

    media e-learning secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.12.

    b. Pertemuan 2 Siklus II

    Pertemuan kedua dilaksanakan pada Senin, 14 April 2014. Pada

    pertemuan kedua, seharusnya ada 3 siklus E-E-K. Namun demikian, pada

    pelaksanaannya hanya 2 siklus yang dapat berjalan. Pada siklus E-E-K

    pertama siswa melakukan demonstrasi, diskusi, dan tanya jawab sesuai

    petunjuk pada LKS Indikator Air Bersih Berdasarkan Sifat Biologi dan

    Kimia. Pada siklus E-E-K kedua siswa melakukan demonstrasi, diskusi,

    dan tanya jawab sesuai petunjuk di LKS Indikator Air Bersih Berdasarkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    107

    Sifat Fisika. Sedangkan untuk siklus E-E-K ketiga diundur di pertemuan

    ketiga.

    Tabel 4.12. Hasil Observasi Pertemuan I Siklus II

    Indikator Prosentase

    Ketercapaian (%) Keterangan

    Siswa tuntas

    mengerjakan

    evaluasi

    55,6 -

    Siswa membaca

    materi melalui media

    e-learning

    40,7 Siswa minimal membuka

    course

    Siswa melakukan

    diskusi melalui

    forum di media e-

    learning

    13,6 Siswa melakukan tanya,

    jawab, dan menanggapi

    pada forum media e-

    learning

    Siswa

    mengumpulkan

    tugas melalui e-

    learning

    88,9 a. Optimal = 74,1 % b. Kurang optimal (tidak

    tepat waktu) = 14,8 %

    c. Tidak optimal (tidak mengumpulkan) = 11,1 %

    Kegiatan observasi yang dilakukan oleh observer tidak jauh

    berbeda dengan pertemuan pertama. Ketiga observer melakukan observasi

    di dalam kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan untuk indikator

    yang berkaitan dengan aktivitas e-learning siswa dilakukan dengan

    observasi melalui media e-learning. Di akhir pertemuan pembelajaran

    ditutup dengan memberikan rangkuman dan evaluasi serta memberikan

    tindak lanjut dalam bentuk tugas yang dapat dikerjakan siswa melalui media

    e-learning dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

    Prosentase siswa yang tuntas dalam mengerjakan evaluasi dan siswa yang

    melakukan aktivitas melalui media e-learning secara ringkas dapat dilihat

    pada Tabel 4.13.

    c. Pertemuan 3 Siklus II

    Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa, 15 April 2014.

    Pada pertemuan ketiga siklus kedua, seharusnya ada 2 siklus E-E-K,.

    Namun karena pada pertemuan kedua ada satu siklus E-E-K yang belum

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    108

    terlaksana, sehingga pada pertemuan ketiga total ada 3 siklus E-E-K.

    Pembelajaran didahului dengan tanya jawab sebagai motivasi siswa.

    Kemudian, guru menayangkan video Menjaga Air Bersihyang diambil

    dari media e-learning sebagai bentuk eksplorasi siswa untuk mengerjakan

    tugas LKS Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Kebutuhan Air

    Bersih. serta dilanjutkan dengan presentasi tugas oleh siswa dan diakhiri

    dengan kesimpulan. Kegiatan presentasi tugas kelompok tersebut

    merupakan tugas yang diberikan pada pertemuan pertama siklus kedua.

    Hasil tugas tersebut dapat dilihat pada Lampiran 33 dan secara ringkas

    prosentase yang mengumpulkan dapat dilihat pada Tabel 4.12.

    Tabel 4.13. Hasil Observasi Pertemuan 2 Siklus II

    Indikator Prosentase

    Ketercapaian (%) Keterangan

    Siswa tuntas

    mengerjakan evaluasi

    63 -

    Siswa mengerjakan

    tugas melalui e-

    learning

    48,1 a. Optimal = 33,3 % b. Kurang optimal (tidak

    tuntas) = 14,8 %

    c. Tidak optimal (tidak mengerjakan) = 51,9 %

    Siswa membaca

    materi melalui media

    e-learning

    63 Siswa minimal membuka

    course

    Siswa melakukan

    diskusi pada forum

    media e-learning

    27,2 Siswa melakukan tanya,

    jawab, dan menanggapi

    pada forum media e-

    learning

    Setelah kegiatan presentasi selesai, dilanjutkan dengan tanya jawab

    dengan siswa lain yang tidak presentasi. Kemudian guru memberikan

    konfirmasi atas materi yang telah dipresentasikan. Di akhir pembelajaran,

    guru bersama siswa merangkum materi hasil presentasi dan memberikan

    evaluasi kepada siswa serta memberikan tugas individu sebagai tindak lanjut

    dari pertemuan ketiga. Tugas individu dapat dikerjakan oleh siswa melalui

    media e-learning. Tabel 4.14 menampilkan prosentase aktivitas siswa

    melalui media e-learning.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    109

    Tabel 4.14. Hasil Observasi Pertemuan 3 Siklus II

    Indikator Prosentase

    Ketercapaian (%) Keterangan

    Siswa tuntas

    mengerjakan evaluasi

    70,4 -

    Siswa berdiskusi

    melalui media e-

    learning

    19,8 Siswa melakukan tanya,

    jawab, dan menanggapi

    pada forum media e-

    learning

    Siswa membaca

    materi melalui media

    e-learning

    70,4 Siswa minimal membuka

    course

    Siswa mengumpulkan

    tugas melalui media e-

    learning

    57,4 a. Optimal = 55,5 % b. Kurang optimal (tidak

    tuntas) = 1,9 %

    c. Tidak optimal (tidak mengerjakan) = 42,6 %

    Sedangkan kegiatan observasi yang dilakukan oleh observer tidak

    jauh berbeda dengan pertemuan pertama dan kedua. Ketiga observer

    melakukan observasi di dalam kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung

    dan untuk indikator yang berkaitan dengan aktivitas e-learning siswa

    dilakukan dengan observasi melalui media e-learning.

    Untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pada siklus II dilakukan

    tes tertulis dengan soal berupa soal objektif (essay singkat) sejumlah 24 butir

    soal pada Senin, 21 April 2014. Seluruh siswa sebagai subjek penelitian hadir

    dalam mengerjakan tes tertulis tersebut.

    3. Observasi Tindakan Siklus II

    Selama proses pembelajaran berlangsung, guru dan observer

    melakukan observasi. Kesimpulan hasil observasi tindakan pada siklus II

    dijelaskan sebagai berikut

    a. Aktivitas Siswa

    Dalam penelitian ini observasi dilakukan oleh peneliti dibantu dua

    rekan peneliti yang masing-masing mengamati 27 siswa ditinjau dari aspek

    visual, oral, writing, dan listening activities serta hal-hal yang perlu dicatat

    saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    110

    dilakukan pada pertemuan I dan II terlihat bahwa siswa cukup

    memperhatikan pada saat guru memberikan apersepsi maupun saat guru

    menjelaskan petunjuk pengerjaan LKS. Ketika diskusi berjalan, siswa

    secara inisiatif membuka dan membaca buku IPA. Pada saat kegiatan

    diskusi berlangsung, beberapa siswa aktif menjawab pertanyaan guru

    meskipun hanya sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan pada

    guru. Dalam tiap kelompok, 2-3 siswa aktif menulis LKS. Siswa di tiap

    kelompok secara bergantian menulis di LKS pada siklus E-E-K yang

    berbeda. Siswa yang tercatat melakukan aktivitas melalui media e-learning

    baik dalam mengerjakan tugas, melakukan diskusi atau membaca materi

    mencapai 50%. Hasil evaluasi yang dikerjakan siswa juga mencapai lebih

    dari 50%.

    Berbeda halnya dengan pertemuan ketiga yang dilakukan melalui

    kegiatan presentasi dan tanya jawab. Beberapa siswa sudah berani

    menanggapi jawaban atas kelompok yang presentasi. Berdasarkan catatan

    observer, ada dua kelompok yang tidak membawa kompos. Satu kelompok

    tercatat sudah mengerjakan LKS melalui media e-learning, namun satu

    kelompok belum mengerjakan LKS. Dua kelompok yang selalu ribut saat

    siklus I, sudah sedikit bisa dikontrol oleh guru. Namun tercatat bahwa kedua

    kelompok tersebut masih belum mengumpulkan beberapa tugas baik saat

    pertemuan pertama, kedua ataupun ketiga. Hasil evaluasi siswa juga cukup

    baik dan sejumlah siswa tercatat melakukan aktivitas diskusi melalui forum

    pada media e-learning.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada

    siklus II mampu meningkatkan aktivitas siswa baik di kelas maupun di luar

    kelas. Hasil observasi aktivitas siswa untuk tiap indikator secara lengkap

    dapat dilihat pada Lampiran 38 dan disajikan secara ringkas untuk tiap

    aspek pada Tabel 4.15. Dalam tabel tersebut menampilkan hasil analisis

    data yang diperoleh dari tiga observer.

    Pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa ada perbedaan hasil observasi

    antara ketiga observer meskipun tidak sigifikan. Oleh karena itu, dilakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    111

    diskusi terkait dengan perbedaan hasil observasi tersebut. Kesepakatan yang

    diperoleh ketiga observer dengan pertimbangan guru adalah mengambil data

    yang sama atau apabila tidak ada data yang sama maka mengambil data

    yang memiliki nilai di tengah-tengah antara ketiga observer. Berdasarkan

    hasil diskusi yang dilakukan, maka diperoleh hasil akhir observasi yang

    dapat dilihat pada Tabel 4.16.

    Tabel 4.15. Hasil Analisis Observasi Siklus II

    Aspek Prosentase ketercapaian (%)

    Observer I Observer II Observer III

    Visual activities 65,7 67,3 66,4

    Oral activities 27,2 27,5 26,5

    Writing activities 33,2 33,2 31,2

    Listening activities 69,8 69,8 71,6

    Gambar 4.6. Diagram Perbandingan Ketercapaian

    Aktivitas Siswa Siklus II Observer 1, 2, dan 3

    b. Kemampuan Kogntif Siswa

    Tes kognitif siswa dilaksanakan pada Senin, 21 April 2014.

    Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat prosentase ketuntasan siswa dalam

    satu kelas sudah mencapai setengah dari jumlah siswa, yaitu 21 dari 27

    siswa atau 77,8 % siswa tuntas dalam mengerjakan tes kognitif. Untuk lebih

    0,0

    10,0

    20,0

    30,0

    40,0

    50,0

    60,0

    70,0

    80,0

    Visualactivities

    Oralactivities

    Writingactivities

    Listeningactivities

    Pro

    sen

    tase

    (%

    )

    Aspek

    Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa antara Observer I, II dan III Siklus II

    Observer 1

    Observer 2

    Observer 3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    112

    memudahkan dalam observasi tindakan, maka disajikan diagram pie hasil

    kognitif siklus II kelas VII G SMP Negeri 14 Surakarta seperti pada Gambar

    4.7.

    Tabel 4.16. Hasil Akhir Observasi Siklus II

    Aspek Prosentase

    ketercapaian (%)

    Visual activities 66,4

    Oral activities 27,2

    Writing activities 33,2

    Listening activities 69,8

    Tabel 4.17. Prosentase Ketuntasan Siswa Tes Kognitif Siklus II

    Aspek Kategori Jumlah Siswa Prosentase (%)

    Kemampuan

    Kognitif Siswa

    Tuntas 20 77,8

    Tidak Tuntas 6 22,2

    Gambar 4.7. Diagram Pie Ketercapaian

    Kemampuan Kognitif Siklus II

    Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus II

    sebesar 77,8 %. Sedangkan prosentase siswa ypang belum tuntas adalah

    22,2 % atau 6 dari 27 siswa. Apabila dilihat dari nilai rata-rata kelas yaitu

    75,44, maka nilai tersebut sudah berada di atas KKM.

    4. Refleksi Tindakan Siklus II

    Pembelajaran pada siklus II telah dilaksanakan sebanyak 3 kali

    pertemuan yang mencakup 21 indikator. Secara umum pembelajaran terlaksana

    Tuntas 77,8%

    Belum Tuntas 22,2%

    Ketercapaian Kemampuan Kognitif Siklus II

    Tuntas

    Tidak Tuntas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    113

    dengan baik, meskipun ada satu siklus E-E-K terakhir pada pertemuan II yang

    tidak sesuai dengan perencanaan. Hal ini dikarenakan LCD di kelas tiba-tiba

    mati. Oleh karenanya siklus E-E-K terakhir pada pertemuan kedua diundur

    sampai pertemuan ketiga. Tetapi, hasil pembelajaran yang dilakukan telah

    mampu mencapai target yang telah ditetapkan baik dalam kemampuan kognitif

    siswa maupun aktivitas siswa. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai

    berikut:

    a. Aktivitas Siswa

    Berdasarkan Tabel 4.15, 4.16, dan Gambar 4.6 telah menunjukkan

    prosentase ketercapaian aktivitas siswa selama proses pembelajaran siklus II

    di tiap aspek. Apabila ketercapaian aktivitas siswa siklus II dibandingkan

    dengan aktivitas siswa pra siklus dan target hasilnya dapat dilihat pada

    Tabel 4.18 dan Gambar 4.8.

    Tabel 4.18. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Aspek Aktivitas Siswa

    antara Target dengan Observasi Pra Siklus dan Siklus II

    Aspek

    Prosentase ketercapaian

    (%) Prosentase

    Peningkatan

    (%)

    Kesimpulan

    Target Pra

    Siklus

    Siklus

    II

    Visual activities 60 26,8 66,4 39,6 Berhasil

    Oral activities 20 0,93 27,2 26,27 Berhasil

    Writing activities 25 7,7 33,2 25,5 Berhasil

    Listening

    activities

    65 33,3 69,8 36,5 Berhasil

    Pada aspek visual ada satu sub indikator dan pada aspek writing

    ada empat sub indikator terkait aktivitas siswa melalui media e-learning.

    Pada pertemuan pertama sebanyak 11 siswa, pertemuan kedua sebanyak 17

    siswa, dan pertemuan ketiga sebanyak 19 siswa yang mengikuti kegiatan

    melalui media e-learning.

    Setelah dilakukan wawancara untuk menganalisis perbedaan

    jumlah siswa yang mengikuti kegiatan melalui e-learning di siklus I dan

    siklus II, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa beralasan karena

    fasilitas laptop dan internet yang disediakan tiap pulang sekolah membuat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    114

    kemudahan bagi mereka untuk mengakses, serta beberapa tugas kelompok

    memudahkan mereka dalam mengerjakan secara bersama-sama melalui

    media e-learning di rumah siswa yang memiliki fasilitas internet. Tiga

    orang siswa yang tercatat tidak pernah mengikuti aktivitas melalui media e-

    learning mengatakan bahwa mereka kesulitan membuka e-learning. Ketika

    ditanya alasan mengapa mereka tidak pernah mengikuti aktivitas e-learning

    saat pulang sekolah, mereka beralasan banyak tugas mata pelajaran lain.

    Berdasarkan catatan observer ketiga siswa tersebut merupakan anggota dari

    dua kelompok yang sering ribut saat diskusi. Guru menambahkan bahwa

    mereka memang sulit untuk dikontrol dan jarang mengerjakan tugas yang

    diberikan.

    Gambar 4.8. Perbandingan Prosentase Ketercapaian

    Indikator Aktivitas Siswa antara Target

    dengan Hasil Observasi Pra Siklus dan

    Siklus II

    Tugas kelompok yang dikumpulkan melalui media e-learning

    banyak yang tidak diberikan identitas kelompok. Saat dilakukan wawancara,

    mereka mengatakan bahwa mereka lupa untuk menuliskan identitas

    anggotanya. Beberapa diantaranya juga mengunggah lebih dari satu dalam

    satu kelompok. Sehingga ada dua dokumen dalam satu kelompok. Namun

    demikian, 6 dari 8 kelompok aktif dalam melakukan aktivitas baik melalui

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Visualactivities

    Oralactivities

    Writingactivities

    Listeningactivities

    Pro

    sen

    tase

    (%

    )

    Aspek

    Target

    Pra Siklus

    Siklus II

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    115

    media e-learning maupun saat pertemuan tatap muka. Beberapa soal yang

    dikerjakan siswa juga masih ada yang belum tuntas. Alasan mereka tidak

    jauh berbeda saat mengerjakan soal melalui media e-learning di siklus I.

    Mereka berasumsi bahwa beberapa soal ada yang salah mengetik dan salah

    mengklik jawaban, sehingga jawaban yang diinginkan tidak tercatat dengan

    baik. Adapula yang menjelaskan bahwa mereka lupa mengklik submit untuk

    menyimpan jawaban, oleh karenanya nilai yang diperolehnya tidak

    maksimal.

    Tabel 4.19. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Aspek Aktivitas Siswa

    antara Target dengan Hasil Observasi Pra Siklus, Siklus I dan

    Siklus II

    Aspek Prosentase Ketercapaian (%)

    Target Pra Siklus Siklus I Siklus II

    Visual activities 60 26,8 49,5 66,4

    Oral activities 20 0,93 12,5 27,2

    Writing activities 25 7,7 16,4 33,2

    Listening activities 65 33,3 56,5 69,8

    Gambar 4.9. Perbandingan antara Target dengan

    Prosentase Ketercapaian Indikator

    Aktivitas Siswa Hasil Observasi Pra

    Siklus, Siklus I, dan Siklus II

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Visualactivities

    Oralactivities

    Writingactivities

    Listeningactivities

    Target

    Pra Siklus

    Siklus I

    Siklus II

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    116

    Berdasarkan Gambar 4.8 dan Tabel 4.18, dapat dikatakan bahwa

    semua aspek aktivitas siswa telah mencapai target. Dengan demikian

    pembelajaran melalui blended learning pada siklus II dapat dikatakan telah

    berhasil. Dibandingan ketercapaian antara siklus I, II dan pra siklus dapat

    dilihat pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.10. Dari data tersebut menunjukkan

    bahwa terjadi kenaikan yang signifikan mencapai dua kali lipat dari siklus I

    ke siklus II pada aspek writing dan oral activity. Hal ini dikarenakan

    aktivitas melalui e-learning untuk aspek writing meningkat cukup tinggi.

    Siswa sudah mampu berdiskusi melalui media e-learning. Sejumlah 3-5

    siswa sudah berani bertanya dan hampir sebagian siswa juga mampu

    menjawab pertanyaan dari guru saat pembelajaran di kelas.

    b. Kemampuan Kognitif Siswa

    Ketercapaian hasil tes kemampuan kognitif siswa pada siklus II

    ditunjukkan pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.7. Berdasarkan Tabel 4.17,

    sebagian besar siswa telah mampu mencapai KKM yang ditetapkan.

    Besarnya peningkatan hasil kemampuan kognitif siswa antara pra siklus,

    siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.20 dan Gambar 4.10.

    Tabel 4.20. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Kemampuan Kognitif

    Siswa antara Target dengan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

    Aspek Prosentase Ketercapaian (%)

    Target Pra Siklus Siklus I Siklus II

    Kemampuan

    Kognitif Siswa

    75 18,51 44,44 77,78

    Pada pelaksanaan siklus II ada 4 kompetensi dasar yang dijabarkan

    menjadi 21 indikator yang terbagi dalam tiga pertemuan. Setelah

    pelaksanaan tes kognitif siklus II pada Senin, 21 April 2014, dapat dianalisis

    ketercapaian tiap indikator secara klasikal. Dari 24 item soal tes kognitif

    yang diberikan kepada 27 siswa pada siklus II dapat ditentukan total skor

    siswa pada tiap item soal yang dapat dilihat pada Lampiran 45.

    Dari 7 sub materi pada siklus II, ada 2 sub materi yang belum

    mencapai target KKM, yaitu pada sub materi sifat larutan basa dan garam,

    dampak kerusakan ekosistem air tawar, sifat kimia, indikator kualitas air

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    117

    bersih, hubungan antara kepadatan penduduk dan kebutuhan air bersih, dan

    upaya menjaga ekosistem air tawar. Oleh karena itu, peneliti melakukan

    wawancara kepada siswa yang belum mencapai nilai KKM terkait hasil tes

    kognitif yang rendah. Sebagian besar dari mereka beralasan belum belajar.

    Meskipun demikian, hasil kemampuan kognitif siswa pada siklus II telah

    mencapai target yang telah ditetapkan.

    Gambar 4.10. Prosentase Ketercapaian Kemampuan

    Kognitif Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan

    Siklus II

    Berdasarkan uraian refleksi siklus II terlihat bahwa target penelitian

    telah tercapai pada siklus II, sehingga penelitian dapat diakhiri pada siklus II.

    D. Pembahasan

    Pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS melalui blended learning

    dengan menggunakan model kelas murni telah diterapkan dalam proses

    pembelajaran IPA di kelas VII G SMP Negeri 14 Surakarta dengan tujuan untuk

    meningkatkan kemampuan kognitif dan aktivitas siswa. Dalam pelaksanaannya,

    penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan 7 kali tatap muka, yang mana

    siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dalam 3

    kali pertemuan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan penilaian

    aktivitas sisswa melalui observasi oleh tiga observer, baik aktivitas siswa saat

    tatap muka di kelas maupun melalui media e-learning di luar jam pembelajaran.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    Tindakan

    Pro

    sen

    tase

    (%

    ) Target

    Pra Siklus

    Siklus I

    Siklus II

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    118

    Implementasi model blended learning masih sangat jarang ditemukan,

    khususnya untuk tingkat sekolah menengah pertama. Berbagai keterbatasan baik

    kondisi finansial, kemampuan dalam mengoperasikan e-learning dan fasilitas

    yang dimiliki menjadi alasannya. Namun, hal ini tidak lantas menjadi batasan

    untuk tidak mengembangkan model pembelajaran blended learning. Ada 4

    macam model implementasi blended learning menurut Anitah (2009: 261) dan 5

    macam menurut Kusaeri (2011: 6). Berdasarkan analisis kemampuan awal siswa

    dan pertimbangan dari guru, model implementasi yang dipilih adalah tipe kelas

    murni. Melalui model kelas murni, pembelajaran dapat dilakukan di dalam kelas,

    tetapi sumber materi meliputi video, ppt, dan soal-soal diambil dari media e-

    learning serta tugas-tugas yang diberikan dapat dikerjakan oleh siswa melalui

    media e-learning. Oleh karenanya, penerapan model ini merupakan inovasi baru

    yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran masa kini.

    Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat

    disimpulkan bahwa penerapan model blended learning berbasis SETS dapat

    meningkatkan aktivitas siswa, yang meliputi visual activity, oral activity, writing

    activity dan listening activity. Aktivitas siswa mengalami peningkatan presentase

    ketercapaian dari tahap pra siklus ke siklus I ataupun tahap pra siklus ke siklus II,

    seperti pada Tabel 4.19. Meskipun pada siklus I sudah mengalami peningkatan,

    namun prosentase aktivitas siswa belum mampu mencapa target keberhasilan.

    Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I untuk aspek oral activity dan

    writing activity manunjukkan hasil yang cukup rendah bila dibandingkan dengan

    dua aspek lainnya. Siswa masih banyak yang enggan bertanya maupun menjawab

    kepada guru serta hanya satu orang yang aktif dalam memberikan ide dalam

    diskusi kelompok dan menuliskan hasil diskusi di LKS. Selain itu, hanya 4-10

    siswa yang melakukan aktivitas melalui media e-learning. Banyak aktivitas yang

    disediakan melalui media e-learning, seperti mengerjakan kuis, tugas, membaca

    materi, video, gambar dan berdiskusi. Namun demikian, pada siklus I tercatat

    siswa kurang maksimal dalam melakukan aktivitas melalui media e-learning.

    Sedangkan untuk aspek listening dan visual activities hasil observasi yang

    diperoleh sudah cukup baik meskipun belum mencapai target yang ditentukan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    119

    Tidak sedikit siswa yang ribut saat melakukan diskusi kelompok dan saat

    kelompok lain sedang presentasi. Oleh karena itu, secara garis besar aktivitas

    siswa sudah meningkat, tetapi belum mencapai target yang ditentukan.

    Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh meliputi observasi dan

    wawancara, penelitian masih perlu dilanjutkan ke siklus II dengan

    mempertimbangkan masukan dari guru dan dosen pembimbing. Pada siklus II,

    untuk meningkatkan aktivitas siswa melalui media e-learning, sekolah

    memberikan perpanjangan layanan internet kepada siswa sampai kegiatan

    ekstrakurikuler berakhir. Guru mengkoordinir siapa saja siswa yang memiliki

    fasilitas internet di rumahnya, sehingga saat pengerjaan tugas kelompok atau soal

    melalui media e-learning, siswa yang lain dapat ikut serta dalam mengerjakan

    tanpa memberatkan kemampuan finansialnya. Tercatat sebanyak 21 siswa

    melakukan aktivitas melalui media e-learning. Oleh karena itu, aspek writing

    activity yang mencakup paling banyak aktivitas melalui media e-learning dapat

    meningkat tinggi. Sedangkan aspek oral activity sudah mencapai target yang

    ditentukan meskipun dalam pelaksanaanya yang mengajukan pertanyaan masih

    sedikit. Namun demikian, siswa sudah semakin berani dalam memberikan

    pendapat baik saat diskusi maupun saat presentasi. Peningkatan aktivitas pada

    siklus II sudah mencapai target yang ditetapkan, sehingga penelitian diakhiri

    sampai siklus II. Hasil peningkatan aktivitas siswa tersebut sesuai dengan

    pernyataan yang dijelaskan oleh Gunawan (2013: 1) bahwa melalui penerapan

    model blended learning terbukti mampu meningkatkan aktivitas siswa.

    Berdasarkan hasil tes kemampuan kognitif siswa siklus I dan siklus II

    seperti pada Tabel 4.21 dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif siswa

    meningkat. Pada siklus I, kemampuan kognitif siswa telah meningkat sebesar dua

    kali lipat dari hasil pra siklus. Namun demikian, 10 dari 18 indikator belum

    mencapai batas ketuntasan. Akibatnya, hasil kemampuan kognitif siswa siklus I

    belum dapat mencapai target. Untuk itu, perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan

    tindakan siklus II. Hasil analisis kemampuan kognitif siswa siklus II telah

    menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siklus I dan

    prosentase ketuntasan siswa sudah mencapai target yang ditetapkan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    120

    Tema yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat membuat siswa

    makin peka terhadap lingkungan sekitarnya. Melalui pembuatan kompos organik

    dan teknik penjernihan air tawar yang sederhana, siswa menjadi semakin peduli

    akan kondisi lingkungan dan dinamika masyarakat. Diskusi yang dilakukan siswa

    melalui media e-learning menunjukkan bahwa siswa makin aktif dalam mencari

    sumber-sumber kejadian yang ada di sekitar mereka. Hal ini menunjukkan ciri

    pembelajaran dengan model blended learning berbasis SETS. Melalui

    implementasi model blended learning berbasis SETS pada pembelajaran IPA

    Terpadu mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan

    Binadja (2002) dalam Nugraha, dkk (2013: 33) yang menyatakan bahwa

    pembelajaran berbasis SETS membentuk kesan positif dalam diri siswa yang

    timbul akibat pembelajaran berbasis SETS, sehingga berpengaruh positif terhadap

    hasil belajar siswa, yang dalam hal ini adalah kemampuan kognitif siswa.

    Peningkatan kemampuan kognitif siswa tersebut, juga sesuai dengan hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2013: 1) bahwa hasil belajar siswa

    dalam hal ini kemampuan kognitif mampu meningkat melalui penerapan model

    blended learning.

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat

    disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil karena aspek aktivitas

    siswa yang diamati dan kemampuan kognitif siswa yang diukur telah mencapai

    target yang ditetapkan. Dengan demikian, implementasi blended learning berbasis

    SETS pada pembelajaran IPA Terpadu mampu meningkatkan kemampuan

    kognitif dan aktivitas siswa kelas VII-G SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran

    2013/2014.