bab 4 tinjauan terhadap konsep dan bentuk … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan...

33
Universitas Indonesia 70 BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI 4.1. Konsep Pengelolaan Museum Taman Prasasti Setiap museum harus memiliki konsep yang melatarbelakangi kinerjanya. Konsep museum merupakan dasar (jati diri museum) dan pedoman museum untuk mencapai tujuannya. Mengacu pada definisi museum menurut ICOM, suatu museum harus memenuhi beberapa kriteria utama. Pertama, museum harus berupa lembaga yang bersifat tetap dan tidak mencari keuntungan. Artinya, keberadaannya diakui dan sah secara hukum, bersifat permanen, dan non-komersil. Kedua, museum bertujuan untuk melayani masyarakat dan terbuka untuk umum. Berdasarkan hal tersebut, maka suatu museum berorientasi pada kebutuhan masyarakat (public oriented) dan dapat diakses oleh siapa saja. Ketiga, museum memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan koleksi-koleksi yang dimilikinya. Pernyataan itu menjelaskan batasan kerja museum secara umum berkenaan dengan koleksinya. Keempat, museum adalah lembaga yang mendidik dan menyenangkan (edutainment). Artinya, museum harus memiliki muatan edukasi dan rekreasi, sehingga pengunjung dapat memperoleh pengetahuan sekaligus hiburan dalam kunjungannya ke museum. Konsep museum tentunya berkaitan erat dengan tipe museum yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Museum Taman Prasasti dikategorikan ke dalam tipe museum khusus (specialized museum). Adapun yang dimaksud dengan tipe museum khusus adalah museum yang terfokus pada satu kajian ilmu saja. Di dalam tipe museum khusus, Museum Taman Prasasti dimasukkan ke dalam jenis museum arkeologi dan sejarah. Hal tersebut disesuaikan dengan kajian ilmu dan ranah pengetahuan yang terdapat di dalamnya. Kawasan Museum Taman Prasasti merupakan situs arkeologi yang berasal dari akhir abad ke-18, yakni tahun 1795. Koleksi-koleksi yang dimilikinya adalah data-data arkeologi 70 Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Upload: tranquynh

Post on 05-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

70

BAB 4

TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN

BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI

4.1. Konsep Pengelolaan Museum Taman Prasasti

Setiap museum harus memiliki konsep yang melatarbelakangi kinerjanya.

Konsep museum merupakan dasar (jati diri museum) dan pedoman museum untuk

mencapai tujuannya.

Mengacu pada definisi museum menurut ICOM, suatu museum harus

memenuhi beberapa kriteria utama. Pertama, museum harus berupa lembaga yang

bersifat tetap dan tidak mencari keuntungan. Artinya, keberadaannya diakui dan

sah secara hukum, bersifat permanen, dan non-komersil. Kedua, museum

bertujuan untuk melayani masyarakat dan terbuka untuk umum. Berdasarkan hal

tersebut, maka suatu museum berorientasi pada kebutuhan masyarakat (public

oriented) dan dapat diakses oleh siapa saja. Ketiga, museum memperoleh,

merawat, menghubungkan, dan memamerkan koleksi-koleksi yang dimilikinya.

Pernyataan itu menjelaskan batasan kerja museum secara umum berkenaan

dengan koleksinya. Keempat, museum adalah lembaga yang mendidik dan

menyenangkan (edutainment). Artinya, museum harus memiliki muatan edukasi

dan rekreasi, sehingga pengunjung dapat memperoleh pengetahuan sekaligus

hiburan dalam kunjungannya ke museum.

Konsep museum tentunya berkaitan erat dengan tipe museum yang

bersangkutan. Oleh karena itu, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Museum

Taman Prasasti dikategorikan ke dalam tipe museum khusus (specialized

museum). Adapun yang dimaksud dengan tipe museum khusus adalah museum

yang terfokus pada satu kajian ilmu saja.

Di dalam tipe museum khusus, Museum Taman Prasasti dimasukkan ke

dalam jenis museum arkeologi dan sejarah. Hal tersebut disesuaikan dengan

kajian ilmu dan ranah pengetahuan yang terdapat di dalamnya. Kawasan Museum

Taman Prasasti merupakan situs arkeologi yang berasal dari akhir abad ke-18,

yakni tahun 1795. Koleksi-koleksi yang dimilikinya adalah data-data arkeologi

70 Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 2: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

71

dari periode kolonial di Batavia, baik berupa artefak, fitur, dan lansekap. Selain

aspek arkeologis, Museum Taman Prasasti juga memiliki aspek historis (sejarah)

yang sangat penting. Museum Taman Prasasti merupakan taman pemakaman

umum modern tertua di Batavia, dan bahkan di dunia. Pada kawasan itu, banyak

dimakamkan tokoh sejarah yang mewarnai dinamika kehidupan Batavia pada

abad ke-18 hingga 20. Keberadaannya memegang peranan penting di dalam

sejarah perkembangan kota Batavia dari masa ke masa.

Tipe museum khusus dapat dibagi lagi ke dalam subtipe tertentu, sesuai

dengan koleksi-koleksi yang dimilikinya. Sebagian besar koleksi Museum Taman

Prasasti adalah artefak dan fitur yang berasal dari periode kolonial, seperti nisan,

patung, monumen, dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial

sangat dominan dan jumlahnya mencapai 95%. Adapun koleksi-koleksi yang

berasal dari periode lain sangat sedikit jumlahnya, seperti prasasti klasik (periode

Hindu-Buddha) dan maket makam 27 propinsi. Berdasarkan hal tersebut, maka

Museum Taman Prasasti dapat dimasukkan ke dalam subtipe museum arkeologi

dan sejarah periode kolonial.

Museum Taman Prasasti digolongkan ke dalam open air museum. Hal

tersebut dikarenakan Museum Taman Prasasti memamerkan koleksinya di ruang

terbuka. Open air museum memiliki berbagai cakupan kerja, yaitu memilih,

menyediakan, memindahkan, merekonstruksi, dan merawat situs dengan segala

kelengkapannya yang otentik, baik berupa kelompok atau sebagian karya

arsitektural, yang menggambarkan karakteristik cara hidup, tempat tinggal,

aktivitas perkebunan, kerajinan tangan, dan lain sebagainya dari kebudayaan yang

telah hilang (Laenen, TT:127). Dalam hal ini, situs yang berkaitan adalah

pemakaman dari periode kolonial di Batavia.

Open air museum memiliki beberapa prinsip utama yang harus

diperhatikan. Pertama, Open air museum harus berlokasi di suatu situs arkeologi

(Laenen, TT:126). Tujuannya adalah untuk merekonstruksi peninggalan

bersejarah tersebut, baik berupa bangunan atau lansekap di ruang pameran

(Laenen, TT:126). Dengan demikian, otentisitas situs, fitur, dan artefak menjadi

sangat penting.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 3: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

72

Kedua, pelestarian merupakan motivasi utama bagi open air museum

(Chappell, 1999:336). Oleh karena itu, Museum Taman Prasasti harus

mengedepankan aspek pelestarian di dalam kinerjanya. Pemanfaatan koleksi-

koleksi museum sebagai sarana edukasi dan rekreasi harus berbasis kepada

pelestarian koleksi. Sebagai situs pemakaman kolonial, Museum Taman Prasasti

menyimpan ribuan data arkeologi baik berupa artefak, fitur (nisan insitu), dan

lansekap yang harus dijaga kelestariannya.

Ketiga, open air museum bertujuan untuk menciptakan suatu gambaran

mengenai kehidupan masyarakat masa lalu dengan cara merekonstruksi kembali

lingkungan dan kehidupan mereka (Laenen, TT:129). Museum jenis ini

”menghidupkan” kembali kehidupan masyarakat lampau yang telah punah

(Laenen, TT:129). Dengan demikian, pengunjung dapat merasakan dan

memahami kehidupan masyarakat pada saat itu (Laenen, TT:132). Dalam hal ini,

Museum Taman Prasasti diharapkan dapat memberikan suatu gambaran mengenai

kehidupan masyarakat Batavia pada abad ke-18 hingga 20 melalui nisan-nisan

yang ditinggalkannya. Nisan-nisan tersebut, yang memuat berbagai informasi

mengenai status sosial, agama, bangsa, jenis kelamin, dan usia, dapat menjelaskan

dinamika masyarakat Batavia pada masa kolonial. Museum juga dapat

memberikan gambaran mengenai prosesi pemakaman dan suasana duka apabila

seseorang meninggal ketika itu. Selain itu, masih banyak informasi yang dapat

disampaikan museum, antara lain perkembangan aksara pada periode kolonial,

gaya seni nisan dan patung kolonial, serta penggambaran lambang heraldik.

Setelah mengetahui tipe dan jenis museum, maka museum dapat

merumuskan konsep yang melandasinya. Konsep tersebut harus didasari oleh

prinsip museum secara umum, tipe museum, dan jenis museum. Berdasarkan

uraian yang telah dipaparkan, maka dapat diketahui bahwa Museum Taman

Prasasti adalah suatu open air museum yang menyajikan koleksi-koleksi berupa

peninggalan arkeologi dan sejarah yang berkenaan dengan pemakaman pada

periode kolonial. Hal tersebut merupakan landasan penting di dalam merumuskan

konsep museum.

Konsep museum merupakan dasar bagi penyelenggaraan museum yang

tertuang ke dalam visi dan misi museum. Visi dan misi museum menjadi panduan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 4: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

73

museum dalam mengembangkan strategi kebijakan dan program (Arbi, 2007:3).

Adapun saat ini, visi dan misi Museum Taman Prasasti adalah sebagai berikut:

Visi

Terwujudnya Museum Sejarah Jakarta (dan Museum Taman

Prasasti) sebagai objek wisata unggulan.

Misi

4. Mengadakan, meneliti, merawat dan melestarikan, menata, serta

memamerkan koleksi sebagai sumber informasi dan daya tarik

wisata.

5. Memberikan pelayanan jasa informasi tentang sejarah Kota

Jakarta.

6. Melaksanakan pengelolaan retribusi masuk museum dan

pemanfaatan aset kekayaan daerah.

Dalam pembahasan ini, akan ditinjau kembali apakah visi dan misi

tersebut telah merefleksikan konsep museum yang dimaksud. Dalam merumuskan

konsep pengelolaan Museum Taman Prasasti, terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan dan dapat digunakan sebagai masukan penting. Hal tersebut antara

lain adalah sejarah awal Kebon Jahe Kober sampai kepada timbulnya gagasan

pendirian museum, visi dan misi museum saat ini, evaluasi secara umum

pelaksanaan museum hingga sekarang, hasil Seminar Pengembangan Museum

Taman Prasasti tahun 2005, serta rencana pengembangan Museum Taman Prasasti

menurut Nirwono Joga dkk. (Jurusan Arsitektur Lansekap Trisakti).

Adapun hal-hal tersebut telah diuraikan secara lengkap di dalam Bab 2.

Analisis yang dilakukan terhadap materi-materi tersebut dapat menghasilkan

rumusan konsep pengelolaan yang ideal bagi Museum Taman Prasasti.

4.1.1. Visi Museum Taman Prasasti

Visi museum adalah harapan dan tujuan (goal) museum secara umum. Visi

tersebut menjadi titik penentu kesuksesan museum. Visi Museum Taman Prasasti

saat ini digabung dengan visi Museum Sejarah Jakarta. Hal tersebut dikarenakan

kedua museum berada di bawah satu unit pengelola yang sama. Suatu museum

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 5: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

74

sebaiknya mempunyai visi tersendiri, jangan disatukan dengan visi museum lain,

karena kedua museum yang bersangkutan tentunya memiliki harapan dan tujuan

yang berbeda.

Selain itu, visi Museum Taman Prasasti saat ini cenderung berpihak

kepada kepentingan museum sebagai instansi pemerintah, yaitu menjadikan

Museum Taman Prasasti sebagai objek wisata unggulan. Padahal menurut definisi

ICOM, museum harus berorientasi kepada pelayanan masyarakat. Setiap museum

tentunya ingin menjadi tujuan wisata yang diminati oleh banyak pengunjung,

namun perlu diperhatikan bagaimana cara kerja museum dalam menarik minat

pengunjung. Hal yang harus diingat, bahwa museum bukanlah lembaga yang

mencari keuntungan, sehingga tata kerja penyelenggaraan museum harus berjalan

sesuai dengan prinsip-prinsip permuseuman. Visi yang mengemukakan bahwa

Museum Taman Prasasti bertujuan sebagai objek wisata unggulan, tanpa

menggambarkan secara umum bagaimana kinerjanya, dikhawatirkan dapat

menjadikan museum tersebut bersifat komersil dan mengabaikan prinsip-prinsip

utama di dalam tata pelaksanaan permuseuman.

Visi Museum Taman Prasasti yang diuraikan oleh Nirwono Joga dkk.

bersifat terlalu meluas, sehingga tidak fokus pada harapan dan tujuan utama

museum secara umum. Visi tersebut dituangkan ke dalam lima butir kalimat.

Butir-butir yang dipaparkan sangat baik dan ideal, namun masih bersifat meluas

dan tidak memberikan gambaran langsung mengenai Museum Taman Prasasti.

Misalnya saja, pada butir pertama dikatakan bahwa Museum Taman Prasasti

bertujuan untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui informasi

bukti sejarah yang disajikan museum. Pada pernyataan tersebut tidak dijelaskan

secara khusus bentuk informasi apa yang disajikan. Bentuk informasi yang

disajikan museum harus dimunculkan sedikit di dalam visi sebagai gambaran

mengenai koleksi yang dimiliki museum. Selain itu, visi museum sebaiknya

dituliskan dalam satu kalimat yang merangkum harapan dan tujuan museum

secara umum.

Berdasarkan materi-materi yang telah dikumpulkan dan dianalisis, maka

dapat dihasilkan suatu rumusan mengenai visi Museum Taman Prasasti, yaitu:

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 6: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

75

”Terwujudnya Museum Taman Prasasti sebagai lembaga

penyelamatan dan pelestarian situs pemakaman kolonial di Jakarta,

yang dimanfaatkan untuk tujuan edukasi dan rekreasi bagi

masyarakat”.

Visi tersebut memberikan gambaran umum mengenai harapan dan tujuan

yang ingin dicapai oleh Museum Taman Prasasti. Museum Taman Prasasti

merupakan situs pemakaman kolonial di Batavia yang berasal dari abad ke-18,

dan masih bertahan hingga saat ini. Sebagai open air museum, Museum Taman

Prasasti menjadikan aspek penyelamatan dan pelestarian situs beserta isinya

sebagai motivasi utama.

Berdasarkan hasil kesimpulan Seminar Pengembangan Museum Taman

Prasasti, terdapat pernyataan bahwa situs tersebut masih terjaga dengan baik dan

sudah berstatus sebagai cagar budaya (SK Gubernur no. 475, tahun 1993), namun

sangat membutuhkan penanganan serius untuk mempertahankan eksistensinya di

masa mendatang. Oleh karena itu, penyelamatan dan pelestarian situs menjadi hal

penting yang harus dilaksanakan oleh museum.

Selain aspek penyelamatan dan pelestarian, aspek lain yang ditampilkan

pada visi tersebut adalah aspek koleksi. Visi museum harus memberikan

gambaran sekilas mengenai koleksi utama yang dimiliki museum. Dalam hal ini,

koleksi utama Museum Taman Prasasti adalah koleksi yang berkenaan dengan

pemakaman kolonial di Jakarta.

Kemudian, visi tersebut menguraikan pula pernyataan mengenai

pemanfaatan situs sebagai sarana edukasi dan rekreasi bagi masyarakat.

Pemanfaatan merupakan ruang lingkup kerja museum dalam menangani koleksi

yang dimilikinya, antara lain mengumpulkan, merawat, menghubungkan dan

memamerkan koleksi-koleksi museum kepada masyarakat. Namun, bentuk-

bentuk pemanfaatan itu tidak perlu dijelaskan secara terperinci di dalam visi

museum. Bentuk-bentuk pemanfaatan yang dilakukan museum akan dijelaskan di

dalam misi museum.

Pemanfaatan koleksi-koleksi museum dilakukan guna memenuhi

kebutuhan masyarakat akan edukasi dan rekreasi. Edukasi tersebut, tentunya yang

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 7: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

76

berkenaan dengan pengetahuan dan informasi mengenai perkembangan kota

Batavia secara umum, serta bentuk pemakaman kolonial di Batavia secara khusus.

Program-program interaktif museum yang berkaitan dengan rekonstruksi

kehidupan masyarakat Batavia pada masa lampau dapat menjadi sarana rekreasi

bagi masyarakat. Selain itu, masyarakat dapat menjadikan Museum Taman

Prasasti sebagai tujuan rekreasi di alam terbuka, mengingat saat ini sudah jarang

ditemui ruang terbuka (paru-paru kota) di tengah Kota Jakarta.

Dalam merumuskan visi tersebut, terdapat dua hal yang diambil dari hasil

rekomendasi Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti. Hal yang pertama

adalah mempertahankan status museum sebagai situs makam bersejarah, beserta

nilai-nilai yang melekat padanya. Kemudian, hal yang kedua adalah museum

perlu dirancang pengembangannya sebagai suatu lembaga informasi dan

konservasi, serta sebagai tempat rekreasi-edukatif.

4.1.2. Misi Museum Taman Prasasti

Misi museum merupakan uraian mengenai langkah-langkah yang

dilakukan museum guna mencapai visi yang dituju. Misi museum dituliskan

secara singkat, padat, dan jelas. Penjelasan secara terperinci mengenai

pelaksanaan misi dimuat di dalam kebijakan dan peraturan museum.

Misi Museum Taman Prasasti saat ini digabung dengan misi Museum

Sejarah Jakarta. Hal tersebut dikarenakan kedua museum berada di bawah satu

unit pengelola yang sama. Sebaiknya, misi museum dibuat secara terpisah,

mengingat keadaan museum serta koleksinya yang berbeda. Perumusan misi

museum tentunya harus didasari oleh visi yang ingin dicapai.

Berdasarkan visi Museum Taman Prasasti yang telah dirumuskan, yaitu

terwujudnya Museum Taman Prasasti sebagai lembaga penyelamatan dan

pelestarian situs pemakaman kolonial di Jakarta, yang dimanfaatkan untuk tujuan

edukasi dan rekreasi bagi masyarakat, maka misi museum yang dihasilkan adalah

sebagai berikut:

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 8: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

77

1. Menyelamatkan dan melestarikan situs pemakaman kolonial di Jakarta

(Kebon Jahe Kober), beserta kandungan informasi yang terdapat di

dalamnya, baik berupa artefak dan fitur, maupun nilai-nilai budaya yang

melekat di dalamnya.

2. Memperoleh, mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan

koleksi-koleksi utama berupa nisan periode kolonial di Batavia, beserta

koleksi penunjang lainnya.

3. Menyampaikan pengetahuan dan informasi mengenai sejarah

perkembangan Kota Jakarta secara umum, bentuk pemakaman kolonial

secara khusus, dan informasi lainnya, seperti perkembangan prasasti

kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta

lambang heraldik.

4. Menyediakan program-program edukatif yang berkaitan dengan koleksi

utama museum, yaitu nisan-nisan periode kolonial, kepada masyarakat.

5. Menjadikan kawasan museum sebagai sarana rekreasi di alam terbuka,

melalui penataan lansekap dan penyajian pameran yang menarik, serta

program-program interaktif yang menghibur masyarakat.

6. Menyediakan ruang terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru Kota

Jakarta.

Misi tersebut merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh guna

mencapai visi yang dituju. Misi museum harus sesuai dengan definisi dan prinsip-

prinsip yang terdapat di dalam ilmu museologi. Sebagai bahan masukan di dalam

merumuskan misi museum, data-data yang digunakan adalah visi dan misi

museum saat ini, hasil Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti, dan

rencana pengembangan Museum Taman Prasasti menurut Nirwono Joga dkk.

4.1.3. Pernyataan misi (mission statement)

Selain dituangkan ke dalam visi dan misi, konsep museum harus

dirangkum dan dituliskan ke dalam pernyataan misi. Pernyataan misi adalah

uraian secara tertulis yang memberikan gambaran umum mengenai eksistensi

suatu museum, fungsi, dan ruang lingkup aktivitasnya (Edson dan Dean,

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 9: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

78

1994:28). Pernyataan itu akan memberikan batasan terhadap koleksi-koleksi yang

dikumpulkan museum dan menjelaskan peranan museum dalam masyarakat.

Berdasarkan contoh pernyataan misi Museo de Oro yang telah diuraikan

pada Bab 3 (halaman 53), maka dapat diketahui bahwa pernyataan misi yang baik

harus meliputi beberapa hal, yaitu:

1. Menjelaskan institusi/status

2. Menjelaskan ruang lingkup pekerjaan

3. Menjelaskan ruang lingkup koleksi

4. Menjelaskan batas wilayah/periode koleksi

5. Menjelaskan tujuan

6. Menjelaskan sasaran pengunjung

7. Menjelaskan peranannya bagi komunitas/regional/nasional

Setelah mengetahui komponen-komponen yang dibutuhkan untuk

merumuskan pernyataan misi, maka tahap selanjutnya adalah menerapkan

komponen tersebut pada pengelolaan Museum Taman Prasasti. Adapun penerapan

komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Museum Taman Prasasti adalah museum milik Pemerintah Daerah

(Pemprov DKI Jakarta). Pengelolaan Museum Taman Prasasti digabung

menjadi satu dengan Museum Sejarah Jakarta, di bawah manajemen

Museum Sejarah Jakarta. Dengan demikian, Museum Taman Prasati

bukanlah merupakan satu UPT tersendiri, melainkan hanya seksi yang

lingkupnya berada di bawah Museum Sejarah Jakarta (Seksi Prasasti).

2. Berdasarkan visi dan misi museum yang telah dirumuskan kembali, ruang

lingkup kerja Museum Taman Prasasti adalah memperoleh,

mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan koleksi-koleksi

utama berupa nisan periode kolonial di Batavia beserta koleksi penunjang

lainnya.

3. Ruang lingkup koleksi Museum Taman Prasasti adalah artefak, fitur, dan

lansekap yang berkenaan dengan situs pemakaman kolonial Kebon Jahe

Kober sebagai koleksi utama, serta koleksi penunjang lainnya yang

mendukung koleksi utama.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 10: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

79

4. Koleksi Museum Taman Prasasti pada umumnya berasal dari periode

kolonial, yaitu abad ke-18 hingga 20, di wilayah Batavia.

5. Tujuan Museum Taman Prasasti adalah menyelamatkan dan melestarikan

situs pemakaman kolonial di Jakarta, menyampaikan informasi mengenai

sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum dan bentuk pemakaman

kolonial secara khusus, memanfaatkannya sebagai sarana edukasi dan

rekreasi, serta menyediakan ruang terbuka yang berfungsi sebagai paru-

paru Kota Jakarta.

6. Sasaran pengunjung Museum Taman Prasasti adalah masyarakat Jakarta

secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum. Selain itu, terlebih

khusus lagi, museum juga menjadikan masyarakat manca negara sebagai

sasarannya. Masyarakat manca negara yang dimaksud adalah warga

negara Belanda atau warga negara asing lainnya yang memiliki hubungan

kekerabatan dengan orang yang dimakamkan di Museum Taman Prasasti

(tujuan ziarah).

7. Museum Taman Prasasti berperan sebagai kawasan cagar budaya yang

terdapat di Kota Jakarta. Pemanfaatannya ditujukan untuk melayani

masyarakat Jakarta pada khususnya, serta masyarakat Indonesia dan

manca negara pada umumnya.

Butir-butir tersebut merupakan komponen yang akan menyusun

pernyataan misi Museum Taman Prasasti. Pernyataan misi sebaiknya dibuat

sederhana, namun teruraikan secara jelas dan terperinci. Penulisan pernyataan

misi sangat penting untuk diperhatikan agar tidak memiliki celah yang dapat

menyebabkan masuknya interpretasi yang salah (Edson dan Dean, 1994:29).

Berdasarkan komponen-komponen yang telah dipaparkan, maka dapat

dihasilkan pernyataan misi sebagai berikut:

”Museum Taman Prasasti adalah museum milik Pemerintah DKI

Jakarta yang memperoleh, mengumpulkan, merawat, meneliti, dan

memamerkan koleksi-koleksi berupa artefak, fitur, dan lansekap

yang berkenaan dengan situs pemakaman kolonial Kebon Jahe

Kober pada umumnya. Museum bertujuan untuk menyelamatkan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 11: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

80

dan melestarikan situs yang berasal dari abad ke-18 di Batavia,

serta menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai

sejarah perkembangan Kota Jakarta pada umumnya dan bentuk

pemakaman kolonial pada khususnya melalui pameran dan

program edukatif-rekreatif. Museum berperan sebagai kawasan

cagar budaya dan paru-paru kota yang melayani masyarakat

Jakarta pada khususnya, serta masyarakat Indonesia dan manca

negara pada umumnya”.

Untuk mengetahui apakah pernyataan misi yang telah dirumuskan sudah

sesuai dengan keadaan Museum Taman Prasasti, pernyataan misi tersebut perlu

diujikan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

7. Who is the museum? (apa nama museum tersebut dan siapa

pendukungnya).

Nama museum adalah Museum Taman Prasasti, dan pendukungnya adalah

Pemerintah DKI Jakarta.

8. What it collects? (objek apa saja yang termasuk di dalam koleksi

museum).

Koleksi-koleksi museum berupa artefak, fitur, dan lansekap yang

berkenaan dengan situs pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober pada

umumnya.

9. How was it formed? (apakah museum tersebut merupakan museum milik

pribadi, swasta, atau pemerintah).

Museum merupakan milik pemerintah daerah.

10. When it collects? (periode apa atau kisah bersejarah apa yang akan

disajikan dalam koleksi museum).

Melalui koleksi-koleksi yang berasal dari abad ke-18 hingga 20, museum

bermaksud menyampaikan informasi mengenai sejarah perkembangan

Kota Jakarta secara umum dan bentuk pemakaman kolonial secara khusus.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 12: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

81

11. Where it collects? (apakah koleksi museum mencakup wilayah komunitas,

regional, nasional, atau internasional).

Koleksi museum mencakup wilayah regional, yaitu pemakaman kolonial

di Batavia (Jakarta).

12. Why it collects? (apa yang akan dilakukan museum terhadap koleksinya)

Museum menyelamatkan, melestarikan, menyampaikan informasi kepada

masyarakat melalui pameran dan program edukatif-rekreatif.

Setelah merumuskan pernyataan misi Museum Taman Prasasti, maka

tahapan selanjutnya adalah menyebarluaskan misi tersebut ke berbagai pihak,

yaitu pihak internal dan eksternal museum. Pihak internal museum adalah seluruh

pegawai Museum Taman Prasasti, sedangkan pihak eksternal museum adalah

lembaga-lembaga pendukung Museum Taman Prasasti, seperti Pemerintah DKI

Jakarta dan sponsor. Penyampaian informasi tersebut dilakukan guna

menyamakan pemahaman bagi semua pihak mengenai konsep Museum Taman

Prasasti.

4.1.4. Faktor Pendukung Konsep Pengelolaan Museum Taman Prasasti

Visi dan misi museum, beserta pernyataan misi, merupakan konsep yang

melandasi pengelolaan museum. Keberadaannya tidak dapat berdiri sendiri,

melainkan harus didukung oleh serangkaian dokumen yang menjelaskan metode

penerapan konsep tersebut. Dokumen-dokumen itu berupa kebijakan dan

peraturan permuseuman yang digunakan untuk menerapkan konsep museum

dalam kegiatan operasionalnya.

Faktor pendukung lainnya adalah penamaan museum itu sendiri. Sumadio

(1997) mengemukakan bahwa seringkali pengunjung merasa tidak tertarik untuk

mengunjungi museum karena nama museum tidak memberikan gambaran yang

jelas mengenai isi dan fungsinya. Nama itu tidak sejelas “kebun binatang”, yang

dari namanya saja sudah dapat memberikan gambaran mengenai isi dan

fungsinya. Seseorang yang berkunjung ke kebun binatang sudah dapat

membayangkan bahwa ia akan melihat berbagai binatang yang menarik, yang

tidak setiap hari dapat dilihatnya. Oleh karena itu, pengelola museum harus

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 13: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

82

berusaha untuk memberikan penjelasan mengenai konsep dan manfaat museum

tersebut kepada masyarakat. Namun demikian, para pengelola museum harus

terlebih dahulu menghayati hakekat dan konsep dari museum yang bersangkutan.

Khususnya hakekat museum dalam perkembangannya di masa modern ini. Jika

pengelola museum tidak dapat menghayati hal tersebut, maka penjelasan museum

kepada masyarakat tidak akan dapat terealisasi dengan baik dan benar.

Museum Taman Prasasti adalah salah satu contoh dari museum-museum

yang tidak memberikan gambaran langsung mengenai isinya melalui penamaan

yang sesuai. Kerapkali pengunjung mengira akan menemui koleksi berupa

prasasti-prasasti klasik masa Hindu-Buddha yang berasal dari berbagai wilayah di

Indonesia. Sedangkan pada kenyataannya, di Museum Taman Prasasti hanya

terdapat dua koleksi replika prasasti dari masa Tarumanegara. Hal itu pun

sebenarnya terkesan “memaksa” mengingat hampir 95% koleksi merupakan nisan

makam dari masa kolonial.

Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti merekomendasikan

penggantian nama Museum Taman Prasasti menjadi ”Museum Kerkhof Kebon

Jahe” (Kebon Jahe Memorial Museum), mengingat sebenarnya situs yang

digunakan sebagai museum adalah sebuah makam (kerkhof) Belanda yang

didirikan pada akhir abad ke-18. Nama tersebut dirasakan lebih tepat karena

memberikan gambaran langsung mengenai isi museum.

Faktor pendukung berikutnya adalah struktur organisasi yang tepat dan

lengkap. Saat ini, Museum Taman Prasasti dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum Sejarah Jakarta. Kepala Seksi

mempunyai staf yang membantu pekerjaannya. Bersama para staf, ia

melaksanakan pengelolaan museum secara menyeluruh (memiliki tugas kerja

yang merangkap). Pekerjaan tersebut meliputi perencanaan, pengawasan,

pengelolaan tata usaha, penyelenggaraan pameran, serta pelayanan edukasi.

Struktur organisasi museum yang ideal, harus meliputi tiga komponen

utama, yaitu bagian administrasi, bagian kuratorial, dan bagian operasional

(Edson dan Dean, 1994:15). Setiap bagian dapat dijalankan oleh satu orang atau

lebih (Edson dan Dean, 1994:15). Tiap-tiap bagian tersebut membawahi beberapa

staf atau lingkup pekerjaan.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 14: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

83

Walaupun Museum Taman Prasasti merupakan seksi yang berada di

bawah Museum Sejarah Jakarta, struktur organisasi yang dimilikinya harus

lengkap. Kepala seksi berperan sebagai penanggung jawab pelaksanaan Museum

Taman Prasasti. Kepala Seksi membawahi tiga komponen yang meliputi bagian

administrasi, bagian kuratorial, dan bagian operasional. Pembagian kerja tiap-tiap

bagian dilakukan secara jelas dan sistematis. Tidak boleh ada pekerjaan yang

dilakukan secara merangkap sebagaimana yang dilakukan Museum Taman

Prasasti saat ini. Adanya rangkap pekerjaan mengakibatkan pengelolaan yang

tidak sistematis sehingga hasil yang dicapai tidak optimal.

Apabila Museum Taman Prasasti telah memiliki konsep dan manajemen

yang baik, maka tujuan (goal) museum dapat tercapai. Museum Taman Prasasti

dapat mengembangkan strategi-strategi kebijakan dan pelaksanaan operasional

permuseuman, khususnya yang berhubungan dengan pelayanan museum kepada

masyarakat. Bentuk pelayanan tersebut dapat berupa program-program bimbingan

dan penyajian koleksi yang menarik.

4.2. Bentuk Penyajian pada Museum Taman Prasasti

Museum Taman Prasasti adalah media komunikasi yang menghubungkan

berbagai informasi di balik koleksi museum kepada masyarakat. Adapun

informasi tersebut adalah hal-hal yang berkenaan dengan sejarah perkembangan

Kota Jakarta pada umumnya, bentuk pemakaman kolonial pada khususnya, dan

informasi lainnya, seperti perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya

seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik.

Museum Taman Prasasti harus memberikan pelayanan terbaik kepada

setiap pengunjungnya. Penyajian informasi sebaiknya disampaikan secara

sederhana, mudah, dan menarik. Tujuannya adalah untuk memudahkan

pengunjung dalam memahami informasi yang mereka terima. Hal itu berkenaan

dengan latar belakang pengunjung yang bervariasi (perbedaan latar belakang

budaya, pendidikan, usia, dan bahkan bangsa).

Penyajian informasi dapat dilaksanakan melalui lima metode atau cara

penyampaian, yaitu pameran permanen dan permanen temporal, acara audio

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 15: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

84

visual, program edukatif-rekreatif, seminar dan diskusi, serta publikasi dan

penerbitan (Asiarto, 2007:5-6).

Pameran permanen atau biasa disebut pameran tetap, merupakan unsur

utama Museum Taman Prasasti. Pameran tetap adalah inti dari pengalaman yang

ditawarkan Museum Taman Prasasti kepada masyarakat. Selain itu, pameran tetap

juga merupakan media yang menyampaikan misi (tujuan) museum melalui

koleksi-koleksi yang dimilikinya (Edson dan Dean, 1994:150). Tujuannya adalah

untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman yang positif, serta

menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat (Edson dan Dean, 1994:150).

Penataan pameran tetap pada Museum Taman Prasasti akan dibahas pada subbab

berikutnya.

Berbeda dengan pameran tetap, pameran temporal adalah pameran yang

diadakan pada waktu tertentu (jangka pendek). Biasanya tema yang diangkat

bersifat lebih khusus. Pameran temporal tidak selalu harus diadakan di museum,

melainkan dapat diselenggarakan di tempat lain.

Acara audio visual dapat berupa pemutaran film atau video. Penayangan

tersebut tentunya berkaitan dengan koleksi-koleksi Museum Taman Prasasti.

Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman kepada pengunjung mengenai

informasi yang ingin disampaikan. Biasanya pengunjung lebih tertarik untuk

menonton suatu tayangan yang bergerak dan bercerita dibandingkan harus

membaca panel dan label koleksi.

Program edukatif-rekreatif telah beberapa kali dilaksanakan oleh Museum

Taman Prasasti, antara lain adalah “Prosesi Pemakaman Batavia 1820: Sebuah

Rekonstruksi Sejarah”, “Pertunjukan Sound and Light di Museum Taman

Prasasti”, dan “Wisata Jelajah Malam”. Sebagai open air museum, Museum

Taman Prasasti harus terus mengembangkan program edukatif-rekreatif lainnya

yang bertujuan untuk merekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia masa

lampau, khususnya yang berkaitan dengan pemakaman dan kematian. Dalam hal

ini, perencana program harus memiliki kreativitas yang tinggi. Program edukatif-

rekreatif merupakan program interaktif yang berorientasi kepada pengunjung.

Melalui program yang menarik dan menghibur, diharapkan pengunjung dapat

dengan mudah memahami informasi yang disampaikan museum.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 16: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

85

Seminar dan diskusi merupakan penyajian informasi yang bersifat ilmiah.

Salah satu seminar yang diselenggarakan Museum Taman Prasasti adalah

“Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti”. Tujuan seminar tersebut

adalah untuk merumuskan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai arahan

pengembangan Museum Taman Prasasti di masa mendatang. Dalam pengadaan

seminar dan diskusi, topik yang diangkat tidak harus selalu mengenai pengelolaan

Museum Taman Prasasti. Topik seminar dan diskusi dapat berkaitan dengan

koleksi-koleksi Museum Taman Prasasti, baik secara kebendaan ataupun nilai-

nilai budaya yang melekat di dalamnya.

Publikasi dan penerbitan merupakan suatu bentuk penyajian museum yang

tidak kalah pentingnya. Misalnya saja, saat ini Museum Taman Prasasti telah

memproduksi VCD mengenai profil Museum Taman Prasasti. Tujuan publikasi

tersebut adalah memberikan informasi mengenai Museum Taman Prasasti kepada

masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan minat mereka untuk berkunjung ke

museum tersebut. Publikasi dan penerbitan dapat dilakukan dalam bentuk lain,

misalnya pencetakan katalog koleksi, brosur, pamflet, dan poster. Selain itu,

museum dapat juga menerbitkan artikel yang berkaitan dengan koleksi museum di

dalam jurnal-jurnal ilmiah atau buku yang menuliskan kisah tokoh-tokoh yang

dimakamkan di museum tersebut.

4.2.1. Pameran Tetap pada Museum Taman Prasasti

Keberhasilan suatu museum sangat ditentukan oleh kemampuan museum

tersebut menyajikan pameran tetapnya. Pada umumnya, pameran tetap

diselenggarakan untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, pameran tetap

harus diisi oleh berbagai macam koleksi menarik yang dapat terus menciptakan

pengalaman-pengalaman baru bagi pengunjung (McLean, 1993:31).

Sebelum merencanakan pengadaan pameran tetap, Museum Taman

Prasasti harus terlebih dahulu mengenali karakteristik pengunjungnya. Hal

tersebut ditujukan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi setiap pengunjung

yang datang. Museum Taman Prasati dapat menggunakan nilai-nilai filosofis

Mickey’s Ten Commandments di dalam melakukan pendekatan terhadap

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 17: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

86

pengunjung (telah dipaparkan dalam Bab 3, halaman 58-60). Melalui pendekatan

tersebut, pengunjung dapat memperoleh kepuasan dalam menikmati sajian yang

diberikan museum.

Pembuatan pameran tetap harus melalui tahapan kerja yang bertingkat-

tingkat (telah dipaparkan dalam Bab 3 halaman, 64-68). Tahapan kerja itu harus

dilakukan oleh Museum Taman Prasasti apabila ingin menghasilkan pameran

yang ideal. Pada tahapan kerja tersebut, terdapat beberapa butir yang akan dibahas

secara mendalam, yaitu penentuan gagasan pameran, pernyataan tujuan, dan alur

cerita. Pembahasan dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat konseptual,

sedangkan hal yang bersifat teknis tidak dibahas.

Dalam menentukan gagasan pameran, Museum Taman Prasasti mengacu

pada visi, misi, dan pernyataan misi museum. Adapun gagasan yang timbul adalah

”situs pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober sebagai data arkeologi yang

mengungkapkan berbagai informasi di masa lampau”. Gagasan tersebut

diharapkan dapat mengembangkan suatu pameran yang menarik dan dinamis.

Museum Taman Prasasti pada awalnya merupakan situs pemakaman kolonial

yang disebut Kebon Jahe Kober. Keberadaannya memberikan banyak

pengetahuan dan informasi mengenai kehidupan masyarakat Batavia pada abad

ke-18 hingga 20. Informasi tersebut antara lain mengenai sejarah perkembangan

Kota Jakarta secara umum, bentuk pemakaman kolonial secara khusus, dan

informasi lainnya, seperti perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya

seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. Tema tersebut memenuhi

berbagai kriteria yang harus ada, antara lain mendukung konsep dan tujuan

museum, relevan, tepat, dapat diteliti, multi-visual, menghibur, didukung oleh

pihak museum, mendukung koleksi-koleksi yang ada, mandiri, dan berhubungan

dengan program museum.

Pernyataan tujuan merupakan penjelasan secara mendetail mengenai

fungsi, administrasi, tujuan edukasi, sasaran pengunjung, dan ruang lingkup

pameran (McLean, 1993:54). Dalam pembahasan ini, penjelasan akan dilakukan

secara umum. Materi administrasi tidak dibahas karena bersifat terlalu teknis.

Fungsi pameran adalah menyajikan koleksi-koleksi museum yang

berkenaan dengan pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober secara umum. Adapun

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 18: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

87

tujuan edukasi pengadaan pameran tersebut adalah menyampaikan pengetahuan

dan informasi mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum, bentuk

pemakaman kolonial secara khusus, dan informasi lainnya, seperti perkembangan

prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta

lambang heraldik. Pameran ditujukan untuk masyarakat Jakarta pada khususnya,

serta masyarakat Indonesia dan manca negara pada umumnya. Ruang lingkup

pameran adalah hal-hal yang berkenaan dengan situs pemakaman kolonial Kebon

Jahe Kober. Nisan-nisan kolonial merupakan koleksi utama yang dipamerkan,

sedangkan koleksi yang berasal dari periode lain merupakan koleksi penunjang

yang mendukung koleksi utama tersebut.

Museum Taman Prasasti harus menyusun alur cerita yang akan

disampaikan kepada pengunjung. Alur cerita tersebut dapat membagi suatu tema

besar ke dalam beberapa subtema. Tiap-tiap subtema ditampilkan dalam ruang

pameran yang berbeda. Pada umumnya, penyajian alur cerita diawali dengan

informasi pendahuluan atau pengantar sebelum memasuki pameran. Kemudian,

bagian berikutnya adalah penyajian informasi yang bersifat khusus.

Pada Museum Taman Prasasti, yang menjadi informasi pendahuluan

adalah sejarah berdirinya Kebon Jahe Kober. Secara singkat, informasi tersebut

menjelaskan situasi Batavia yang tidak sehat dan menyebabkan angka kematian

yang sangat tinggi. Banyak orang yang meninggal dan jumlah pemakaman sudah

tidak cukup. Oleh karena itu, didirikanlah Kebon Jahe Kober sebagai pemakaman

yang berada jauh di luar Kasteel Batavia.

Informasi pendahuluan tersebut disajikan di dalam suatu ruangan yang

disebut introduction room. Introduction room adalah ruangan yang memberikan

pengantar kepada pengunjung sebelum memasuki pameran. Tujuannya adalah

memberikan persiapan dan menyatukan pemikiran (mind set) pengunjung

terhadap informasi yang akan mereka peroleh di dalam pameran. Introduction

room terletak di bagian awal pameran, sebelum pengunjung memasuki area utama

pameran.

Saat ini, Museum Taman Prasasti tidak memiliki introduction room. Salah

satu faktor penyebab tidak adanya ruangan tersebut adalah lahan museum yang

sangat terbatas. Bangunan yang ada sudah difungsikan untuk kantor dan ruang

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 19: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

88

serba guna. Melihat kondisi museum, tempat yang paling memungkinkan untuk

dibangun introduction room adalah lahan di sebelah barat ruang serba guna

(kavling J, lihat halaman 100). Penempatan introduction room pada lahan tersebut

dirasakan tepat karena lokasinya yang berada di dekat pintu masuk sehingga

sesuai dengan alur pengunjung. Selain itu, pada kavling J tidak terdapat makam

insitu. Koleksi-koleksi yang terdapat pada kavling J dapat dipindahkan dan

ditempatkan di lokasi yang sesuai.

Kemudian, alur cerita di bagi ke dalam beberapa subtema, sesuai dengan

koleksi yang dimiliki museum. Museum Taman Prasasti mempunyai banyak

informasi yang ingin disampaikan kepada pengunjung. Informasi tersebut secara

garis besar di bagi ke dalam dua bentuk.

Bentuk yang pertama adalah informasi mengenai keadaan pemakaman

kolonial di masa lampau. Informasi itu dapat disampaikan melalui penyajian

lansekap dan penataan nisan yang disesuaikan dengan bentuk pemakaman

kolonial di masa lampau. Suasana tersebut dapat memberikan gambaran umum

mengenai bentuk pemakaman kolonial yang sesungguhnya kepada pengunjung.

Dalam hal ini, nisan insitu menjadi aspek yang sangat penting untuk diperhatikan

karena keletakannya belum mengalami perubahan. Pengaturan nisan lainnya harus

disesuaikan dengan keletakan nisan insitu.

Bentuk informasi kedua adalah pengetahuan-pengetahuan yang bersifat

khusus mengenai pemakaman kolonial. Misalnya saja, pengetahuan mengenai

komposisi penduduk Batavia dari masa ke masa. Komposisi tersebut dapat

diketahui melalui identitas yang tertera pada nisan-nisan. Nisan-nisan itu dapat

diklasifikasi sesuai dengan tema-tema tertentu, misalnya asal nisan, periode, status

sosial, agama, bangsa, dan usia kematian. Klasifikasi tersebut ditentukan sesuai

dengan informasi yang ingin disampaikan museum kepada pengunjung. Selain itu,

pengetahuan khusus lainnya adalah mengenai tokoh-tokoh bersejarah yang

dimakamkan di Kebon Jahe Kober, perkembangan aksara kolonial, perkembangan

gaya seni dan patung kolonial, serta lambang heraldik. Penataan pameran pada

bentuk informasi kedua ini harus disesuaikan dengan penataan pameran pada

bentuk informasi pertama.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 20: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

89

4.2.2. Penataan Pameran Tetap pada Museum Taman Prasasti

Setelah merumuskan konsep-konsep yang melandasi pameran tetap pada

Museum Taman Prasasti, langkah berikutnya adalah menerapkan konsep tersebut

ke dalam kondisi lapangan Museum Taman Prasasti saat ini. Terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi bentuk suatu pameran, seperti kondisi dan denah

bangunan museum, serta jenis koleksi yang beragam.

Metode penyajian yang digunakan dalam pameran tetap Museum Taman

Prasasti adalah metode gabungan dari berbagai pendekatan. Museum tidak hanya

terpaku pada satu metode saja, melainkan mengambil nilai-nilai positif yang

terdapat pada tiap-tiap pendekatan, yaitu estetis, romantika, intelektual, dan

kontesktual. Pameran Museum Taman Prasasti mengedepankan aspek estetis yang

mengutamakan penataan lansekap beserta koleksi-koleksi yang terdapat di

dalamnya. Museum juga memperhatikan aspek romantika yang bertujuan untuk

memunculkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang

dipamerkan. Adapun suasana yang dimaksud adalah suasana damai dan tentram,

bukan suasana angker dan seram. Selain itu, pameran juga memuat aspek

intelektual yang bertujuan untuk menyampaikan berbagai informasi yang

berkaitan dengan koleksi museum. Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan

kontekstual yang merupakan prinsip Museum Taman Prasasti sebagai open air

museum. Pendekatan tersebut menyajikan koleksi yang ditunjang aspek

kontekstualnya, dalam hal ini adalah situs dan hubungan antar koleksi.

Pembuatan tahapan ruang pada Museum taman Prasasti dilakukan

mengikuti rencana pengembangan Museum Taman Prasasti menurut Nirwono

Joga dkk. Pembuatan tahapan ruang tersebut dibuat berdasarkan ilmu arsitektur

lansekap, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Nirwono Joga

dkk. membagi tahapan ruang menjadi area kedatangan, penerima, penghantar,

utama, pendukung, dan pelayanan (telah dipaparkan dalam Bab 2, halaman 41-

42). Namun, pada area pendukung terdapat perbedaan pemahaman. Area

pendukung tidak hanya ditentukan oleh makam insitu, melainkan juga ditentukan

oleh makam tokoh bersejarah dan makam masif bergaya seni tinggi. Ketiga jenis

makam tersebut tidak mengalami perubahan. Selain itu, penataan ulang nisan

eksitu tidak dapat dilakukan dengan membuat pilar-pilar persegi empat, karena

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 21: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

90

bentuk penataan tersebut menyalahi prinsip rekonstruksi bentuk pemakaman di

masa lampau. Hal yang perlu ditekankan adalah tidak semua nisan yang dimiliki

museum harus dipamerkan. Nisan yang terlalu padat akan membuat suasana

museum menjadi tidak fokus dan tidak nyaman.

Sebelum merancang suatu pameran, hal yang harus dilakukan terlebih

dahulu adalah merumuskan tema yang akan diangkat dalam pameran tersebut.

Dalam tahap penentuan gagasan, telah dihasilkan tema pameran, yaitu ”situs

pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober sebagai data arkeologi yang

mengungkapkan berbagai informasi di masa lampau”.

Setelah menentukan tema, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi

setiap jenis koleksi yang dimiliki Museum Taman Prasasti. Berdasarkan data yang

tersaji di dalam buku inventarisasi museum, maka dapat diketahui jenis-jenis

koleksi yang dapat diklasifikasi ke dalam beberapa kelompok, yaitu nisan

kolonial, Cina, Islam Cina, Jepang, maket makam 27 propinsi, tugu, monumen,

kereta jenazah, vas bunga, pot bunga, pot besi, pot marmer, pilar, piala/trophi,

salib, patung bidadari, patung salib, patung wanita menangis, dan patung lainnya.

Koleksi utama Museum Taman Prasasti adalah nisan-nisan kolonial yang

jumlahnya mencapai 95% dari keseluruhan koleksi museum. Nisan-nisan tersebut

perlu diidentifikasi berdasarkannya kondisinya yang berupa nisan insitu dan

eksitu. Identifikasi terhadap nisan insitu bertujuan untuk menyelamatkan dan

melindungi nisan tersebut dari pengangkatan atau pemindahan dalam kegiatan

penataan pameran. Nisan insitu harus dijaga kelestariannya sebagai data arkeologi

yang sangat penting. Menurut Nirwono Joga dkk., Museum Taman Prasasti

memiliki 32 makam insitu. Daftar nisan insitu tersebut telah dipaparkan dalam

Bab 2 (halaman 31-33). Adapun identifikasi nisan insitu dan persebarannya dapat

dilihat pada gambar berikut.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 22: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

91

Gambar 2. Identifikasi dan persebaran makam insitu (Dinas Pertamanan DKI Jakarta, telah diolah kembali)

13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

16 14 15

18

19

22

23

26 25 24

27

28 29 31 30

32b 32a

U

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 23: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

92

Keterangan gambar:

1 : makam Anthony Mikken 2 : makam Adriaan Osstwalt 3 : makam van de familie van Riemsdijk 4 : makam Jan Baptista 5 : makam Philip Skelton 6 : makam James Shrapnell 7 : makam Abriton Zacara 8 : makam John Davidson 9 : makam HK no.28 10 : makam Steed Evan Cornelis van Loon 11 : makam Johannes Loetzrich 12 : makam no.20 13 : makam Edaniel Six 14 : makam J. Louise J.A.E. Schulein 15 : makam Elizabeth Fransisca Krug 16 : makam Jantje Schrader 18 : makam Willem Johan Otto Wasch 19 : makam A. Schultheiss dan H. Lastdrager 22 : makam E.A. Roseboom 23 : makam Olivia Mariamne Raffles 24 : makam Kapitan Jas 25 : makam familie A.J.W. van Delden 26 : makam H.F. Roll 27 : makam Bianca Estella Kroet 28 : makam Carolli Claessens 29 : makam Carolus Jan Matthijs 30 : makam Johan Willem van Mansvelt 31 : makam J.H.R. Kohler 32a : makam Gerardus Henricus 32b: makam H.P.I. Simon

Identifikasi berhasil dilakukan terhadap 29 makam insitu. Makam

Charlotte Geertruida (No. 17) tidak ditemukan keberadaannya, sedangkan dua

makam lagi belum diketahui identitasnya. Hal penting yang perlu dicatat adalah

tidak semua makam insitu tersebut benar-benar intact. Lilie Suratminto dalam

disertasinya mengemukakan bahwa batu nisan yang dipindahkan bersama

kerangkanya dimasukkan ke dalam kelompok makam insitu, karena kerangka

masih ditutupi oleh batu nisan yang sama (Suratminto, 2006:125). Pada gambar 3,

terdapat makam-makam berwarna hijau yang merupakan makam insitu yang

dimaksud. Makam hijau tersebut merupakan makam pindahan dari Hollandsche

Kerk yang ditandai dengan huruf HK. Mengenai adanya dua definisi makam

insitu, pihak museum harus memberikan penjelasan kepada pengunjung agar tidak

terjadi kesalahan informasi.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 24: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

93

Selain nisan insitu, nisan-nisan lainnya yang berupa nisan eksitu akan

ditata kembali guna menghasilkan pameran yang informatif dan menarik.

Penataan tersebut harus disesuaikan dengan bentuk Kebon Jahe Kober di masa

lampau. Hal tersebut berkaitan dengan prinsip open air museum yang bertujuan

merekonstruksi lingkungan dan cara hidup manusia di masa lalu. Walaupun

kawasannya sudah mengalami penyempitan dari 5,9 hektar menjadi 1,3 hektar,

museum masih bisa berupaya menciptakan suasana pemakaman selayaknya

pemakaman pada masa kolonial. Melalui upaya rekonstruksi yang dilakukan

museum, maka pengunjung dapat melihat gambaran langsung dan menghayati

suasana pemakaman kolonial di masa lalu.

Gambar 3. Lukisan karya J.C. Rappard, 1888

(Heuken, 2007:295)

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 25: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

94

Gambar 4. Pemakaman Tanah Abang pada pertengahan abad ke-19,

karya C.F. Deeleman, 1859 (Heukuen, 2007:290)

Foto 15. Tampak depan Museum Taman Prasasti tahun 1930-an

(Heuken, 2007: 288)

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 26: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

95

Foto 16. Situasi Kebon Jahe Kober tahun 1940 (Museum Taman Prasasti)

Nisan-nisan eksitu yang dipamerkan tidak boleh terlalu padat. Museum

tidak harus mengeluarkan seluruh koleksi yang dimilikinya untuk disajikan di

dalam ruang pameran. Nisan eksitu yang layak dipamerkan adalah nisan yang

memiliki nilai informasi tertentu, sedangkan nisan yang sudah umum disimpan di

dalam gudang. Pemilihan nisan tersebut bertujuan untuk memfokuskan bentuk-

bentuk informasi yang ingin disampaikan kepada pengunjung. Selain itu,

penentuan nisan-nisan yang akan dipamerkan juga berkaitan dengan pengaturan

ruang pameran. Ruang pameran tidak boleh terlalu padat agar menghindari

pengunjung yang berdesak-desakan dan suasana yang tidak nyaman.

Dalam penataannya, nisan-nisan eksitu dikelompokkan sesuai dengan

tema-tema tertentu, berkaitan dengan informasi yang ingin disampaikan. Nisan-

nisan tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan periode, status sosial, agama,

dan suku bangsa.

Berdasarkan periode, nisan kolonial dapat dibagi ke dalam dua periode,

yaitu periode VOC dan Hindia Belanda. Periode VOC berlangsung dari tahun

1619 – 1799 dan periode Hindia Belanda berlangsung dari tahun 1800 – 1945.

Nisan pada periode VOC memiliki ciri khas tersendiri, yaitu bentuknya persegi

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 27: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

96

panjang, terbuat dari batu gunung biru atau batu pantai biru yang keras14. Pada

umumnya, panjang batu nisan 2,2 meter dan lebar 1 meter. Pada keempat sudut

batu nisan terdapat empat gelang besi (tidak selalu ada). Batu nisan dipahat dalam

bentuk lambang heraldik dan bentuk inskripsi.

Sistem makam VOC adalah sistem kelder atau ruang bawah tanah. Satu

makam bisa berisi lebih dari satu orang jenazah yang tahun meninggalnya

berlainan. Jumlah gelang pada batu nisan bervariasi antara 2, 4, atau 6 gelang,

tergantung ukuran batu nisan. Dengan sistem pemakaman berbentuk ruang bawah

tanah, maka keberadaan gelang dimaksudkan untuk memudahkan pengangkatan

kembali batu nisan apabila di kemudian hari terdapat anggota keluarga yang

meninggal dan akan dimakamkan pada liang kubur yang sama.

Nisan pada periode Hindia Belanda tidak memiliki ciri khas tertentu.

Ketika itu, bentuk nisan VOC sudah ditinggalkan. Pada periode Hindia Belanda,

berkembang berbagai macam nisan dengan gaya seni yang berbeda-beda. Bentuk

nisan yang beragam menunjukkan selera estetis yang berkembang pada masa itu.

Adanya keragaman tersebut dapat memberikan informasi mengenai

perkembangan gaya seni di dalam pembuatan batu nisan.

Foto 17. Contoh nisan VOC Foto 18 dan 19. Contoh nisan Hindia Belanda (Atina Winaya, 2008) (Atina Winaya, 2008)

14 Batu nisan tersebut terbuat dari batu gunung yang sangat keras yang disebut blauwe arduin “batu gunung biru” atau blauwe kuststeen “batu pantai biru” (Suratminto, 2006:5).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 28: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

97

Selain nisan kolonial, terdapat pula nisan yang berasal dari periode lain,

yaitu periode pasca kemerdekaan Indonesia.

Kelompok selanjutnya adalah nisan-nisan yang diklasifikasi berdasarkan

status sosial. Pada umumnya, nisan yang dapat menunjukkan status sosial

seseorang adalah nisan-nisan yang memiliki lambang heraldik. Lambang heraldik

merupakan lambang identitas suatu keluarga. Lambang heraldik sangat kaya akan

berbagai informasi, yaitu identitas orang yang bersangkutan dan lingkungan

budaya tempat mereka tinggal. Di samping itu, lambang heraldik dapat juga

dipergunakan sebagai alat untuk menelusuri sejarah keluarga dan asal-usul nenek

moyang atau genealogi. Setiap individu, keluarga, kelompok masyarakat, telah

bebas mengadopsi lambang-lambang sesuai dengan pilihan mereka.

Nisan-nisan yang diketahui status sosialnya, sebaiknya diklasifikasi dalam

satu kelompok tersendiri. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran umum

mengenai komposisi penduduk Batavia pada masa kolonial. Berdasarkan

penelitian disertasi yang dilakukan Lilie Suratminto, dapat diketahui beberapa

orang yang dikenali status sosialnya. Adapun orang-orang tersebut nisannya

digunakan sebagai sampel penelitian. Jumlah tersebut dianggap cukup

representatif dalam memberikan gambaran mengenai komposisi penduduk

Batavia yang terdiri dari berbagai macam status sosial. Adapun nisan-nisan yang

dikenali status sosialnya adalah sebagai berikut:

Kelompok Jabatan 1 Kelompok 1 Gubernur dan Direktur Jenderal Hindia Belanda

Rogier de Lavere

Michiel Westpalm

Adriaan Oostwalt

2 Kelompok 2 Keluarga Anggota Dewan Hindia Belanda

Catharina van Doorn

Joan Cornelis d’Ableing

3 Kelompok 3 Anggota Dewan Kota Batavia

Pieter Janse van Hoorn

Jacques de Bollan

Jacobus Frederik Ribalt

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 29: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

98

4 Kelompok 4 Anggota Dewan Gereja/Pendeta

Cornelis Lindius

Eewout Verhagen

Johanis Caaf

5 Kelompok 5 Keluarga Saudagar/Syahbandar/Kepala Wilayah

Juffrouw Sara Pedel

Alexander van’s Gravenbroeck

Jacob van Almonde

6 Kelompok 6 Angkatan Perang/Keamanan/Perlengkapan

Cornelis Breekpot

Christoffel Moll

Jan Baptista de Looff

7 Kelompok 7 Mardjikers (Keamanan, Kepala Warga, Saudagar)

Jonatan Michiels

Adam Andries

8 Kelompok 8 Tidak ada jabatan (status)

Nisan anonim (tanpa nama)

Tabel 3. Nisan-nisan yang menunjukkan status sosial

(Suratminto, 2006:157-158) Klasifikasi berikutnya adalah berdasarkan agama yang berkembang pada

masa kolonial. Masyarakat Belanda pada saat itu memeluk agama Kristen yang

merupakan agama negara. Terdapat pula masyarakat yang menganut agama

Katolik, namun jumlahnya sedikit karena penyebaran agama tersebut dilarang

oleh negara. Klasifikasi nisan berdasarkan agama tentunya akan memperlihatkan

perbedaan gaya pengungkapan dan pemaknaan masing-masing agama tersebut

akan kematian.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 30: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

99

Foto 20. Contoh nisan Katolik Foto 21. Contoh nisan Kristen

(Atina Winaya, 2008) (Atina Winaya, 2008)

Klasifikasi yang tidak kalah penting adalah klasifikasi nisan eksitu

berdasarkan suku bangsa. Pada kelompok ini akan dikumpulkan nisan-nisan yang

berasal dari wilayah (bangsa) yang berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk melihat

ada tidaknya perbedaan pada nisan-nisan tersebut. Selain itu, dapat diketahui pula

komposisi penduduk Batavia masa itu yang terdiri dari berbagai etnis dan suku

bangsa, seperti Belanda, Inggris, Armenia, Cina, dan Jepang.

Foto 22. Contoh nisan Cina Foto 23. Contoh nisan Inggris (Atina Winaya, 2008) (Atina Winaya, 2008)

Nisan-nisan eksitu yang telah dikelompokkan berdasarkan tema-tema yang

telah ditentukan kemudian ditempatkan sesuai dengan kavling museum yang

sudah ada. Apabila pada satu kavling terdapat makam insitu, maka makam insitu

itulah menjadi koleksi utama pada ruang tersebut. Makam insitu tersebut harus

dapat ”bercerita” banyak mengenai dirinya, baik itu berupa sejarah orang yang

bersangkutan ataupun gaya seni yang terdapat pada nisan itu. Penyampaian cerita

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 31: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

100

akan didukung dengan display atau panel berbentuk menarik berisi keterangan

mengenai informasi yang akan disampaikan. Makam tersebut merupakan

masterpiece yang ditonjolkan. Pada sekitar makam diberikan ruang yang cukup

luas agar pengunjung dapat menikmati makam itu dengan baik. Kemudian masih

pada kavling yang sama, pada jarak beberapa meter terdapat kelompok nisan

eksitu yang memiliki satu tema tertentu.

Gambar 5. Pembagian kavling museum

(DMS DKI Jakarta, 1994:26, telah diolah kembali)15 Keterangan gambar:

A : Caroli Claessens B : J.H.R. Kohler C : Willem Johan Otto Wasch D : J.L.A. Brandes E : Miss Riboet F : W.F. Stutterheim G : Pieter Erberveld H : Kapitan Jas I : H.F. Roll J : Kereta Jenazah K : Ruang Serba Guna (aula)

Selain makam insitu, makam yang menjadi masterpiece adalah makam

yang masif (biasanya memiliki gaya seni yang menarik dan unik) dan makam

tokoh yang dikenal. Makam-makam tersebut tidak dikelompokkan dengan makam

lainnya, melainkan diberikan perlakuan yang sama dengan makam insitu. Namun,

15 DMS DKI Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 32: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

101

pada display atau panel perlu dicantumkan keterangan bahwa makam tersebut

bukanlah merupakan makam insitu.

Panel atau display tidak boleh dibuat terlalu mencolok karena dapat

merusak keindahan lansekap alam. Panel tersebut dibuat sederhana dari bahan-

bahan alami yang tidak mudah rusak, namun memiliki bentuk dan desain yang

menarik. Informasi disajikan secukupnya (namun informatif) dalam bahasa yang

mudah dipahami. Jika memungkinkan, pada panel/display tersebut dimuat

gambar-gambar yang menjadi data penunjang. Sebaiknya pembuatan

panel/display dibedakan bentuk dan desainnya antara makam insitu, makam tokoh

bersejarah, makam masif bergaya seni tinggi, dan kelompok nisan eksitu tematis.

Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam memperoleh dan

memahami informasi yang mereka inginkan.

Alur pengunjung dibuat secara teratur dan sistematis melewati tiap-tiap

kavling tersebut. Dengan demikian, pengunjung dapat menikmati koleksi-koleksi

yang dipamerkan secara berurutan dan tidak ada yang terlewatkan. Pada

perbatasan antara kavling satu dengan kavling lainnya dibuat batasan ruang yang

jelas sebagai penanda adanya pergantian ruang. Batas tersebut dapat berbentuk

pagar taman yang indah ataupun vegetasi yang masif. Pembuatan batas-batas

kavling harus diperhatikan keserasian dan keindahannya.

Kenyamanan pengunjung harus terus dijaga selama mereka berada di

Museum Taman Prasasti. Penataan lansekap yang indah dapat membangkitkan

perasaan senang dan memberikan kepuasan bagi pengunjung dalam menikmati

suasana museum di alam terbuka. Namun demikian, pemilihan vegetasi harus

diperhatikan. Hindari penanaman tumbuh-tumbuhan yang memiliki karakteristik

rapuh yang dapat membahayakan keselamatan koleksi.

Penataan lansekap museum harus sedapat mungkin disesuaikan dengan

kondisi Kebon Jahe Kober di masa lampau. Melalui foto, gambar, dan dokumen

lainnya, dapat diketahui bentuk penataan lansekap dan jenis-jenis vegetasi yang

ditanam.

Koleksi-koleksi yang tidak dipamerkan disimpan di gudang (storage).

Pengadaan gudang merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan.

Gudang tersebut merupakan ruangan yang khusus menyimpan koleksi. Cara

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 33: BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK … taman... · merawat, menghubungkan, dan ... dan kereta jenazah. Koleksi yang berasal dari periode kolonial ... Berdasarkan materi-materi

Universitas Indonesia

102

menyimpan koleksi harus disesuaikan dengan karakteristik koleksi, agar tidak

merusak keutuhan koleksi. Setelah koleksi diatur penempatannya, hal selanjutnya

yang harus dilakukan adalah membuat katalog koleksi yang disimpan di gudang.

Koleksi diberi nomor urut sesuai dengan tempat penyimpanannya. Hal tersebut

bertujuan untuk memudahkan penelusuran koleksi apabila sewaktu-waktu

dibutuhkan untuk keperluan penelitian atau pameran temporal.

Saat ini, Museum Taman Prasasti tidak memiliki gudang yang memadai.

Gudang tersebut terletak di sebelah timur museum, dekat toilet. Ukurannya sangat

kecil dan bangunannya tidak permanen (didirikan dari papan kayu). Penyimpanan

koleksi terlalu padat, tidak teratur, dan membahayakan keselamatan koleksi.

Sudah seharusnya bangunan tersebut diganti dengan bangunan masif yang

berukuran lebih besar. Gudang harus mempunyai ruangan yang cukup luas

sehingga koleksi dapat diatur secara rapi dan aman. Nisan-nisan dijajarkan secara

teratur dengan memberi lapisan pengaman yang membatasi satu nisan dengan

nisan lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga keselamatan nisan.

Kemudian, nisan-nisan itu diberi nomor urut dan didaftarkan ke dalam katalog

yang mencatat koleksi-koleksi yang disimpan digudang.

Pengadaan pameran tetap Museum Taman Prasasti harus berpedoman

pada prinsip-prinsip open air museum dan teori tata pamer museum. Berbagai

teori tersebut dapat digunakan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan

pengevaluasian pameran. Adapun tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu

pameran yang ideal dan bermanfaat bagi pengunjung. Titik penentu keberhasilan

suatu museum adalah apabila museum tersebut telah mampu mengkomunikasikan

berbagai informasi yang dimilikinya kepada pengunjung, baik berupa

pengetahuan mengenai benda-benda yang menjadi koleksinya ataupun gagasan

(nilai) yang melekat di dalamnya.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008