bab 4 penelitian

38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 (tiga) minggu, yaitu dimulai tanggal 1 Mei 2012 dan berakhir pada tanggal 1 Juni 2012. Penelitian dilakukan di dua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran AIR dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui apakah kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang homogen atau tidak. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, kedua kelas diberikan tes akhir untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Pengolahan data kuantitatif menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for Windows. Data kualitatif diperoleh dari hasil 52

Upload: budi-handoyo

Post on 22-Jun-2015

1.107 views

Category:

Data & Analytics


5 download

DESCRIPTION

Pembahasan tentang pengolahan data dalam penelitian, di jelaskan langkah-langkah pengolahan data sampai data falid

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4 Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 (tiga) minggu, yaitu

dimulai tanggal 1 Mei 2012 dan berakhir pada tanggal 1 Juni 2012. Penelitian

dilakukan di dua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran

AIR dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberikan tes awal untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui apakah kedua kelas tersebut

memiliki kemampuan yang homogen atau tidak. Setelah pembelajaran selesai

dilaksanakan, kedua kelas diberikan tes akhir untuk mengetahui kemampuan akhir

siswa.

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Pengolahan

data kuantitatif menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for Windows.

Data kualitatif diperoleh dari hasil angket sikap siswa selama penelitian. Kedua

data tersebut diolah dan dianalisis guna memperoleh kesimpulan hasil penelitian

A. Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes

kemampuan penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

peneliti mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah

ditentukan pada BAB III.

52

Page 2: BAB 4 Penelitian

53

1. Analisis Data Tes Awal (Pretes)

a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh

nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti

terdapat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretes)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Tes Awal (Pretes)

NNilai

MaksimumNilai

MinimunRerata

Simpangan Baku

Eksperimen 35 25 2 12,14 5,92

Konrol 35 26 2 11,20 5,85

Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1 halaman 209.

b. Tes Normalitas Distribusi

Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji

normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro-

Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan

taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan

output dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Page 3: BAB 4 Penelitian

54

Tabel 4.2Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretes)

Kelas Eksperime dan Kelas Kontrol

KELAS

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

PRETEST EKSPERIMEN .971 35 .467

KONTROL .951 35 .126

Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.2 nilai signifikansi pada

kolom signifikansi data nilai tes awal (pretes) untuk eksperimen adalah

0,467 dan kelas kontrol adalah 0,126. Kerena nilai signifikansi kedua

kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan

kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2.

Grafik 4.1 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes)

Kelas Eksperimen

Page 4: BAB 4 Penelitian

55

Grafik 4.2 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes)Kelas Kontrol

Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di

sekeliling garis (Trihendradi, dalam Rosyid 2010: 43). Berdasarkan

Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 terlihat bahwa data nilai tes awal (pretes) kelas

eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga

dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.

c. Uji homogenitas dua varians

Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0

for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan

pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.046 1 68 .831

Page 5: BAB 4 Penelitian

56

Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan

menggunakan uji Levene pada Tabel 4.3 nilai signifikansinya adalah

0,831. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari

populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas

tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1

halaman 211.

d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t)

Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians

yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan

uji-t dua pihak melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan

Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen

(equal varians assumed) dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis

tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak)

sebagai berikut :

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Keterangan :

Ho : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada tes awal (pretes) tidak berbeda secara signifikan.

Ha : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada tes awal (pretes) berbeda secara signifikan.

Page 6: BAB 4 Penelitian

57

Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4Output Uji-t Tes Awal (Pretes)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality

of

Variance

s t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Differenc

e

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lowe

r

Uppe

r

PRETES

T

Equal

variance

s

assumed

.04

6

.83

1

.67

068 .505 .943 1.406

-

1.8643.749

Equal

variance

s not

assumed

.67

0

67.99

1.505 .943 1.406

-

1.8643.749

Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi (sig.2-tailed)

dengan uji-t adalah 0,505. Karena nilai probabilitasnya lebih besar dari

0,05 maka H0 diterima atau kemampuan penalaran matematis kedua kelas

tersebut tidak berbeda secara signifikan.

Page 7: BAB 4 Penelitian

58

2. Analisis Data Tes Akhir (Postes)

a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh

nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti

terdapat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tes Akhir (Postes)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Tes Akhir (Postes)

NNilai

MaksimumNilai

MinimunRerata

Simpangan Baku

Eksperimen 35 55 15 32,69 11,002

Konrol 35 43 10 27,20 8,123

Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2 halaman 213.

b. Tes Normalitas Distribusi

Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji

normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro-

Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan

taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan

output dapat dilihat pada Tabel 4.6

Page 8: BAB 4 Penelitian

59

Tabel 4.6Normalitas Distribusi Tes Akhir (Postes)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

kelas

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

nilai Eksperimen .940 35 .057

Kontrol .984 35 .873

Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.6 nilai signifikansi pada

kolom signifikansi data nilai tes awal (postes) untuk eksperimen adalah

0,057 dan kelas kontrol adalah 0,873. Kerena nilai signifikansi kedua

kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan

kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Grafik 4.3 dan Grafik 4.4.

Page 9: BAB 4 Penelitian

60

Grafik 4.3 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes)

Kelas Eksperimen

Grafik 4.4 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes)Kelas Kontrol

Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di

sekeliling garis (Trihendradi, dalam Subagja 2010: 42). Berdasarkan

Grafik 4.3 dan Grafik 4.4 terlihat bahwa data nilai tes akhir (postes) kelas

eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga

dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.

c. Uji homogenitas dua varians

Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0

for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan

pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Page 10: BAB 4 Penelitian

61

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.999 1 68 .162

Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan

menggunakan uji Levene pada Tabel 4.7 nilai signifikansinya adalah

0,162. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari

populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas

tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2

halaman 215.

d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t)

Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians

yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan

uji-t melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan Independent

Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians

assumed) dengan taraf signifikansi 0,05.

Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik

sebagai berikut :

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 > µ2

Keterangan :

Ho :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan

penalaran matematis siswa yang menggunakan model

Page 11: BAB 4 Penelitian

62

pembelajaran AIR dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

biasa.

Ha :Kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan

model pembelajaran AIR lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa.

Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat

pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8Output Uji-t Tes Akhir (Postes)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality

of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Differenc

e

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lowe

r Upper

POSTES

T

Equal

variance

s

assumed

1.99

9

.16

2

2.37

368 .020 5.486 2.312 .873

10.09

9

Equal

variance

s not

assumed

2.37

3

62.57

7.021 5.486 2.312 .866

10.10

6

Page 12: BAB 4 Penelitian

63

Pada Tabel 4.8 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,020. Menurut

Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu pihak Ha: µ>3,

maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi 0,020

2=0,010.

Karena p-value = 0,010 < α = 0,05 maka H0: µ1=µ2 ditolak dan Ha:

µ1>µ2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan

penalaran matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran AIR

lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

3. Analisis Data Skala Sikap

a. Menghitung skor rata-rata sikap siswa

Skala sikap ini berisikan pertanyaan-pertanyaan siswa terhadap

pelajaran matematika, terhadap model pembelajaran AIR, dan terhadap

soal-soal penalaran matematis. Analisis data hasil skala sikap data dilihat

pada Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.

Tabel 4.9Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika

IndikatorNo. Soal

Sifat SS S N TS STSSkor sikap siswa

Item klasifikasi

Menunjukkan

kesukaan siswa

terhadap p

embelajaran

matematika

1 Positif 5 12 15 3 - 3,54

3,81

7 Positif 4 9 17 5 0 3,34

30 Negatif - 3 14 12 6 3,60

22 Negatif - 6 11 9 9

3,60

Menunjukan

persetujuan terhadap

3 Positif 5 26 4 - - 4,02

9 Positif 7 23 5 - - 4,05

28 Negatif - 1 5 21 8 4,02

Page 13: BAB 4 Penelitian

64

kegunaan 12 Negatif - - 7 22 6 3,97

Menunjukkan

kesungguhan mengikuti

pelajaran matematika

5 Positif 3 6 24 2 - 3,28

13 Positif 18 13 3 1 - 4,37

26 Negatif - 1 3 24 7 4,05

18 Negatif 1 - 4 26 4 3,91

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa

terhadap pelajaran matematika adalah 3,81. Karena 3,81 > 3 maka dapat

disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap pelajaran matematika.

Tabel 4.10Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran AIR

IndikatorNo. Soal

Sifat SS S N TS STSSkor sikap siswa

Item klasifikasi

Menunjukkan kesukaan

siswa terhadap

pembelajaran menggunaka

n model pembelajaran

AIR

11 Positif 3 19 9 4 0 3,60

3,22

17 Positif 4 9 16 6 - 3,3121 Positif - 6 10 11 8 2,408 Negatif 2 8 12 7 6 3,20

4 Negatif 5 8 14 8 - 2,71

20 Negatif 3 6 6 15 5 3,37

Menunjukkan manfaat mengikuti

pembelajaran menggunaka

n model pembelajaran

AIR

15 positif 3 17 14 1 - 3,62

19 Positif 1 10 16 6 2 3,0523 Positif 3 8 21 3 - 3,312 Negatif 2 1 13 12 7 3,6010 Negatif 1 9 8 14 3 3,26

14 Negatif 3 3 14 13 2 3,23

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa

terhadap pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran AIR

Page 14: BAB 4 Penelitian

65

adalah 3,22. Karena 3,22 > 3 maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa

positif terhadap terhadap Model Pembelajaran AIR

Tabel 4.11Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Soal Penalaran Matematis

IndikatorNo. Soal

Sifat SS S N TS STSSkor sikap siswa

Item klasifikasi

Menunjukan kesukaan terhadap soal-soal penalaran matematis

yang diberikan

29 Positif 2 7 24 2 - 3,25

3,31

24 Negatif 2 5 10 16 2 3,31

Menunjukan manfaat dari

soal-soal Penalaranmatematis yang

diberikan

25 Positif 3 12 18 2 - 3,45

27 Positif 6 14 12 3 - 3,65

16 Negatif 2 11 11 9 2 2,94

6 Negatif 3 3 11 18 - 3,25

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa

penalaran matematis adalah 3,31. Karena 3,31 > 3 maka dapat

disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap penalaran matematis.

Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran E.3 halaman 212.

b. Uji-t

Setelah dilakukan perhitungan skala sikap siswa dari sampel,

langkah selanjutnya adalah diadakan pengujian secara umum (uji

Page 15: BAB 4 Penelitian

66

hipotesis). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sikap siswa

terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran

matematika itu lebih dari 3,00 (bersikap positif). Adapun langkah-

langkah analisis data skala sikap untuk menguji hipotesis sebagai berikut:

1) Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Dari hasil pengolahan data skala sikap kelas eksperimen

diperoleh rerata pernyataan maksimum, rerata pernyataan minimum,

rata-rata dan simpangan baku seperti terdapat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12Rerata Pernyataan Maksimum, Rerata Pernyataan Minimum,

Rata-rata dan Simpangan Baku Skala Sikap Kelas Eksperimen

NRerata

Pernyataan Maksimum

Rerata Pernyataan Minimun

Rata-rataSimpangan

Baku

35 4,37 2,40 3,48 0,43

Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.3 halaman 224.

2) Tes Normalitas Distribusi

Menguji normalitas kelas eksperimen. Uji normalitas dengan

uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan

pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.13Normalitas Distribusi Skala Sikap Kelas Eksperimen

Page 16: BAB 4 Penelitian

67

Tests of Normality

Shapiro-Wilk

Kelas Statistic df Sig.

Eksperimen .964 30 .381

Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.13 nilai signifikansi

pada kolom signifikansi data skala sikap untuk kelas eksperimen

adalah 0,381. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat

dikatakan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.5.

Grafik 4.5 Normalitas Q-Q Plot Skala SikapKelas Eksperimen

Dari Grafik 4.5 terlihat garis lurus dari kiri bawah ke kanan

atas. Tingkat penyebaran titik di suatu garis menunjukkan normal

tidaknya suatu data. “Jika suatu distribusi data normal, maka data

akan tersebar di sekeliling garis”, (Uyanto, 2006:35). Dari grafik di

atas terlihat bahwa data tersebar di sekeliling garis lurus. Sehingga

Page 17: BAB 4 Penelitian

68

dapat disimpulkan bahwa data skala sikap untuk siswa kelas

eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3) Uji Rerata (Uji-t)

Berdasarkan perhitungan di atas, kelas eksperimen

berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji rerata dengan uji-t

melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan One Sample

T-Test dengan taraf signifikansi 0,05, dan diuji satu pihak yaitu uji

pihak kanan.

Rumus hipotesis penelitian untuk skala sikap ini adalah:

Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran AIR adalah positif.

Sehingga hipotesis statistiknya:

H0 : µ = 3,00

Ha : µ > 3,00

Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan hasil uji-t tes

akhir (postes) dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14Output Uji-t Skala Sikap Kelas Eksperimen

Page 18: BAB 4 Penelitian

69

One-Sample Test

Test Value = 3

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Rerata 6.119 29 .000 .47533 .3165 .6342

Pada Tabel 4.14 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,000.

Menurut Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu

pihak Ha: µ>3, maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi

0,0002

=0,000.

Karena nilai p-valued = 0,00 < α = 0,05, maka H0: µ = 3,00

ditolak dan Ha: µ>3,00 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam

pembelajaran matematika adalah lebih dari 3. Artinya secara

populasi siswa bersikap positif terhadap penggunaan model

pembelajaran AIR.

B. Pembahasan

Adapun yang akan dijelaskan dalam pembahasan ini adalah sebagai

berikut:

1. Proses Pembelajaran

Berikut ini diuraikan hasil penelitian yang dilakukan peneliti secara

keseluruhan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

Page 19: BAB 4 Penelitian

70

model pembelajaran AIR, hal ini dapat terlihat dari setiap tahapan yang

dilakukan pada model pembelajaran AIR yaitu Auditory, Intelectually, and

Repetition. Pembelajaran matematika dengan model AIR diawali dengan

penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, dan penyampaian

model pembelajaran yang akan digunakan.

a. Tahap Auditory

Pada tahap auditory guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dalam setiap kelompok. Guru

membagi LKS pada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan

menyampaikan situasi yang ada pada LKS secara umum, kemudian siswa

memperhatikan setiap arahan yang diberikan oleh guru. Siswa diminta

untuk menyimak masalah-masalah yang ditemukan pada LKS tersebut.

Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai soal yang kurang dipahami.

Gambar 4.1 Aktivitas Guru dan Siswa ketika tahap Auditory

Page 20: BAB 4 Penelitian

71

Pada tahap ini siswa menyimak penjelasan yang diberikan oleh

guru, namun terdapat beberapa kendala yang dialami oleh guru pada awal

pembelajaran karena siswa masih bingung dengan langkah-langkah

pembelajaran yang harus dilakukan sehingga kondisi kelas yang menjadi

gaduh. Namun hal ini tidak terjadi setelah pertemuan berikutnya.

b. Tahap Intelectually

Pada tahap intelectually, siswa berdiskusi dengan rekannya untuk

menyelesaikan tugas (LKS) yang diberikan oleh guru.

Gambar 4.2

Siswa berdiskusi dengan rekannya

Guru membimbing kelompok belajar siswa yang berdiskusi dengan

rekannya dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan tugas yang

diberikan.

Gambar 4.3

Kegiatan Guru ketika Membimbing kelompok belajar

Page 21: BAB 4 Penelitian

72

Setelah siswa mengerjakan LKS tersebut, kemudian guru

memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kegiatan siswa yang tidak

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya adalah menyimak dan

bertanya mengenai hasil kerja kelompok temannya yang persentasi di

depan kelas.

Gambar 4.4

Kegiatan Siswa ketika persentasi

Pada tahap ini terdapat beberapa kendala pada awalnya, yaitu

pada saat diperintahkan untuk berdiskusi dan menyelesaikan LKS secara

berkelompok, siswa terkadang malas untuk berdiskusi dan siswa seakan-

akan memberikan tugas (LKS) pada siswa yang dianggap paling pintar

dikelompoknya. Selain itu, siswa tidak berusaha menyelesaikan LKS

dengan berdiskusi bersama rekannya, tetapi langsung menanyakannya

kepada guru. Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa dengan belajar

kelompok, tetapi hal itu dapat diatasi ketika siswa mulai terbiasa dengan

pertemuan selanjutnya.

Page 22: BAB 4 Penelitian

73

Pada tahapan ini, guru juga mendapatkan kesulitan karena setiap

siswa masih malu-malu dan takut untuk bertanya pada temannya yang

persentasi di depan kelas. Pada akhirnya guru mengatasinya dengan

memberikan instruksi tegas seperti “jika ada yang bertanya maka guru

akan memberikan nilai plus kepada siswa”. Tidak lama kemudian

siswapun banyak yang termotivasi untuk bertanya.

c. Tahap Repetition

Pada tahap repetition, setelah siswa mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya, guru dan siswa mengecek kembali hasil diskusi dan

presentasi kelompok mengenai tugas (LKS) yang dikerjakan secara

kelompok. Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang materi yang

baru dipelajari pada hari tersebut, kemudian guru memberikan tugas

individu sebagai bentuk pengulangan terhadap materi yang baru saja

dipelajari.

Gambar 4.5

Guru memberikan tugas individu pada siswa

Page 23: BAB 4 Penelitian

74

Pada tahap ini, tidak ada kendala yang dapat menganggu

proses pembelajaran. Umumnya siswa dapat mngikuti dengan baik dan

sungguh-sungguh.

2. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

Analisis data pretes diawali dengan menganalisis apakah setiap

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf signifikansi 5%. Hasil

uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,467 untuk kelas eksperimen

dan 0,126 untuk kelas kontrol, dengan 0,467 > 0,05 dan 0,126 > 0,05 , maka

dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal. Karena sampel berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji

homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah 0,831, dengan

0,831>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang

sama, atau kedua kelas tersebut homogen.

Berdasarkan analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol,

diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan penalaran

matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kesimpulan ini

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t

dua pihak pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,505

dengan 0,505 > 0,05, maka Ho diterima. Dengan kata lain kelas eksperimen

Page 24: BAB 4 Penelitian

75

dan kelas kontrol memiliki kemampuan penalaran matematis yang tidak

berbeda secara signifikansi.

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran AIR

siswa diberikan postes untuk mengetahui kemampuan akhir penalaran

matematis siswa. Uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf

signifikansi 5%. Hasil uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,057

untuk kelas eksperimen dan 0,873 untuk kelas kontrol, dengan 0,057 > 0,05

dan 0,873 > 0,05 , maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal. Karena sampel berdistribusi normal maka

dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf

signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah

0,162, dengan 0,162>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang

mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen.

Berdasarkan analisis data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol,

diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak

pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,02, karena yang

digunakan uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua 0,02

2 =0,01

dengan 0,01 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain model

pembelajaran AIR lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional.

Page 25: BAB 4 Penelitian

76

3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Auditory, Intelectually, and Repetition (AIR)

Setelah dilakukan pengolahan data skala sikap maka diperoleh

kesimpulan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai sikap yang positif

terhadap pelajaran matematika dan model pembelajaran AIR. Hal yang

menjadi kekurangan siswa adalah malas untuk mengerjakan tugas yang

diberikan, tetapi dalam pembelajaran dikelas tidak malu untuk bertanya dan

selalu ingin maju ke depan untuk persentasikan hasil diskusi. Selain itu

siswa merasa senang belajar dengan menggunakan LKS karena

pembelajaran menjadi lebih efektif.

Berdasarkan hasil pengolahan data skala sikap siswa yang diperoleh

dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji-t dua pihak pada taraf

signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,000, karena yang digunakan

uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua 0,000

2 =0,000 dengan

0,000 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain sikap siswa positif

terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran AIR.