bab 4 penelitian
DESCRIPTION
Pembahasan tentang pengolahan data dalam penelitian, di jelaskan langkah-langkah pengolahan data sampai data falidTRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 (tiga) minggu, yaitu
dimulai tanggal 1 Mei 2012 dan berakhir pada tanggal 1 Juni 2012. Penelitian
dilakukan di dua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran
AIR dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberikan tes awal untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui apakah kedua kelas tersebut
memiliki kemampuan yang homogen atau tidak. Setelah pembelajaran selesai
dilaksanakan, kedua kelas diberikan tes akhir untuk mengetahui kemampuan akhir
siswa.
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Pengolahan
data kuantitatif menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for Windows.
Data kualitatif diperoleh dari hasil angket sikap siswa selama penelitian. Kedua
data tersebut diolah dan dianalisis guna memperoleh kesimpulan hasil penelitian
A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes
kemampuan penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,
peneliti mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah
ditentukan pada BAB III.
52
53
1. Analisis Data Tes Awal (Pretes)
a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh
nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti
terdapat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Tes Awal (Pretes)
NNilai
MaksimumNilai
MinimunRerata
Simpangan Baku
Eksperimen 35 25 2 12,14 5,92
Konrol 35 26 2 11,20 5,85
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1 halaman 209.
b. Tes Normalitas Distribusi
Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji
normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro-
Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan
output dapat dilihat pada Tabel 4.2.
54
Tabel 4.2Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperime dan Kelas Kontrol
KELAS
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
PRETEST EKSPERIMEN .971 35 .467
KONTROL .951 35 .126
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.2 nilai signifikansi pada
kolom signifikansi data nilai tes awal (pretes) untuk eksperimen adalah
0,467 dan kelas kontrol adalah 0,126. Kerena nilai signifikansi kedua
kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2.
Grafik 4.1 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperimen
55
Grafik 4.2 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes)Kelas Kontrol
Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di
sekeliling garis (Trihendradi, dalam Rosyid 2010: 43). Berdasarkan
Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 terlihat bahwa data nilai tes awal (pretes) kelas
eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.
c. Uji homogenitas dua varians
Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0
for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.046 1 68 .831
56
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan
menggunakan uji Levene pada Tabel 4.3 nilai signifikansinya adalah
0,831. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari
populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas
tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1
halaman 211.
d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t)
Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan
uji-t dua pihak melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan
Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen
(equal varians assumed) dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis
tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak)
sebagai berikut :
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Keterangan :
Ho : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada tes awal (pretes) tidak berbeda secara signifikan.
Ha : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada tes awal (pretes) berbeda secara signifikan.
57
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4Output Uji-t Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variance
s t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Differenc
e
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lowe
r
Uppe
r
PRETES
T
Equal
variance
s
assumed
.04
6
.83
1
.67
068 .505 .943 1.406
-
1.8643.749
Equal
variance
s not
assumed
.67
0
67.99
1.505 .943 1.406
-
1.8643.749
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi (sig.2-tailed)
dengan uji-t adalah 0,505. Karena nilai probabilitasnya lebih besar dari
0,05 maka H0 diterima atau kemampuan penalaran matematis kedua kelas
tersebut tidak berbeda secara signifikan.
58
2. Analisis Data Tes Akhir (Postes)
a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh
nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti
terdapat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Tes Akhir (Postes)
NNilai
MaksimumNilai
MinimunRerata
Simpangan Baku
Eksperimen 35 55 15 32,69 11,002
Konrol 35 43 10 27,20 8,123
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2 halaman 213.
b. Tes Normalitas Distribusi
Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji
normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro-
Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan
output dapat dilihat pada Tabel 4.6
59
Tabel 4.6Normalitas Distribusi Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
kelas
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
nilai Eksperimen .940 35 .057
Kontrol .984 35 .873
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.6 nilai signifikansi pada
kolom signifikansi data nilai tes awal (postes) untuk eksperimen adalah
0,057 dan kelas kontrol adalah 0,873. Kerena nilai signifikansi kedua
kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Grafik 4.3 dan Grafik 4.4.
60
Grafik 4.3 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen
Grafik 4.4 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes)Kelas Kontrol
Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di
sekeliling garis (Trihendradi, dalam Subagja 2010: 42). Berdasarkan
Grafik 4.3 dan Grafik 4.4 terlihat bahwa data nilai tes akhir (postes) kelas
eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.
c. Uji homogenitas dua varians
Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0
for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
61
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.999 1 68 .162
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan
menggunakan uji Levene pada Tabel 4.7 nilai signifikansinya adalah
0,162. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari
populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas
tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2
halaman 215.
d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t)
Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan
uji-t melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan Independent
Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians
assumed) dengan taraf signifikansi 0,05.
Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik
sebagai berikut :
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2
Keterangan :
Ho :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
penalaran matematis siswa yang menggunakan model
62
pembelajaran AIR dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
biasa.
Ha :Kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran AIR lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat
pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8Output Uji-t Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Differenc
e
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lowe
r Upper
POSTES
T
Equal
variance
s
assumed
1.99
9
.16
2
2.37
368 .020 5.486 2.312 .873
10.09
9
Equal
variance
s not
assumed
2.37
3
62.57
7.021 5.486 2.312 .866
10.10
6
63
Pada Tabel 4.8 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,020. Menurut
Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu pihak Ha: µ>3,
maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi 0,020
2=0,010.
Karena p-value = 0,010 < α = 0,05 maka H0: µ1=µ2 ditolak dan Ha:
µ1>µ2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan
penalaran matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran AIR
lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
3. Analisis Data Skala Sikap
a. Menghitung skor rata-rata sikap siswa
Skala sikap ini berisikan pertanyaan-pertanyaan siswa terhadap
pelajaran matematika, terhadap model pembelajaran AIR, dan terhadap
soal-soal penalaran matematis. Analisis data hasil skala sikap data dilihat
pada Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.
Tabel 4.9Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika
IndikatorNo. Soal
Sifat SS S N TS STSSkor sikap siswa
Item klasifikasi
Menunjukkan
kesukaan siswa
terhadap p
embelajaran
matematika
1 Positif 5 12 15 3 - 3,54
3,81
7 Positif 4 9 17 5 0 3,34
30 Negatif - 3 14 12 6 3,60
22 Negatif - 6 11 9 9
3,60
Menunjukan
persetujuan terhadap
3 Positif 5 26 4 - - 4,02
9 Positif 7 23 5 - - 4,05
28 Negatif - 1 5 21 8 4,02
64
kegunaan 12 Negatif - - 7 22 6 3,97
Menunjukkan
kesungguhan mengikuti
pelajaran matematika
5 Positif 3 6 24 2 - 3,28
13 Positif 18 13 3 1 - 4,37
26 Negatif - 1 3 24 7 4,05
18 Negatif 1 - 4 26 4 3,91
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa
terhadap pelajaran matematika adalah 3,81. Karena 3,81 > 3 maka dapat
disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap pelajaran matematika.
Tabel 4.10Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran AIR
IndikatorNo. Soal
Sifat SS S N TS STSSkor sikap siswa
Item klasifikasi
Menunjukkan kesukaan
siswa terhadap
pembelajaran menggunaka
n model pembelajaran
AIR
11 Positif 3 19 9 4 0 3,60
3,22
17 Positif 4 9 16 6 - 3,3121 Positif - 6 10 11 8 2,408 Negatif 2 8 12 7 6 3,20
4 Negatif 5 8 14 8 - 2,71
20 Negatif 3 6 6 15 5 3,37
Menunjukkan manfaat mengikuti
pembelajaran menggunaka
n model pembelajaran
AIR
15 positif 3 17 14 1 - 3,62
19 Positif 1 10 16 6 2 3,0523 Positif 3 8 21 3 - 3,312 Negatif 2 1 13 12 7 3,6010 Negatif 1 9 8 14 3 3,26
14 Negatif 3 3 14 13 2 3,23
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran AIR
65
adalah 3,22. Karena 3,22 > 3 maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa
positif terhadap terhadap Model Pembelajaran AIR
Tabel 4.11Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Soal Penalaran Matematis
IndikatorNo. Soal
Sifat SS S N TS STSSkor sikap siswa
Item klasifikasi
Menunjukan kesukaan terhadap soal-soal penalaran matematis
yang diberikan
29 Positif 2 7 24 2 - 3,25
3,31
24 Negatif 2 5 10 16 2 3,31
Menunjukan manfaat dari
soal-soal Penalaranmatematis yang
diberikan
25 Positif 3 12 18 2 - 3,45
27 Positif 6 14 12 3 - 3,65
16 Negatif 2 11 11 9 2 2,94
6 Negatif 3 3 11 18 - 3,25
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa
penalaran matematis adalah 3,31. Karena 3,31 > 3 maka dapat
disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap penalaran matematis.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran E.3 halaman 212.
b. Uji-t
Setelah dilakukan perhitungan skala sikap siswa dari sampel,
langkah selanjutnya adalah diadakan pengujian secara umum (uji
66
hipotesis). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sikap siswa
terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran
matematika itu lebih dari 3,00 (bersikap positif). Adapun langkah-
langkah analisis data skala sikap untuk menguji hipotesis sebagai berikut:
1) Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Dari hasil pengolahan data skala sikap kelas eksperimen
diperoleh rerata pernyataan maksimum, rerata pernyataan minimum,
rata-rata dan simpangan baku seperti terdapat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12Rerata Pernyataan Maksimum, Rerata Pernyataan Minimum,
Rata-rata dan Simpangan Baku Skala Sikap Kelas Eksperimen
NRerata
Pernyataan Maksimum
Rerata Pernyataan Minimun
Rata-rataSimpangan
Baku
35 4,37 2,40 3,48 0,43
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.3 halaman 224.
2) Tes Normalitas Distribusi
Menguji normalitas kelas eksperimen. Uji normalitas dengan
uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for
Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.13Normalitas Distribusi Skala Sikap Kelas Eksperimen
67
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig.
Eksperimen .964 30 .381
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.13 nilai signifikansi
pada kolom signifikansi data skala sikap untuk kelas eksperimen
adalah 0,381. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.5.
Grafik 4.5 Normalitas Q-Q Plot Skala SikapKelas Eksperimen
Dari Grafik 4.5 terlihat garis lurus dari kiri bawah ke kanan
atas. Tingkat penyebaran titik di suatu garis menunjukkan normal
tidaknya suatu data. “Jika suatu distribusi data normal, maka data
akan tersebar di sekeliling garis”, (Uyanto, 2006:35). Dari grafik di
atas terlihat bahwa data tersebar di sekeliling garis lurus. Sehingga
68
dapat disimpulkan bahwa data skala sikap untuk siswa kelas
eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
3) Uji Rerata (Uji-t)
Berdasarkan perhitungan di atas, kelas eksperimen
berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji rerata dengan uji-t
melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan One Sample
T-Test dengan taraf signifikansi 0,05, dan diuji satu pihak yaitu uji
pihak kanan.
Rumus hipotesis penelitian untuk skala sikap ini adalah:
Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran AIR adalah positif.
Sehingga hipotesis statistiknya:
H0 : µ = 3,00
Ha : µ > 3,00
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan hasil uji-t tes
akhir (postes) dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14Output Uji-t Skala Sikap Kelas Eksperimen
69
One-Sample Test
Test Value = 3
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Rerata 6.119 29 .000 .47533 .3165 .6342
Pada Tabel 4.14 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,000.
Menurut Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu
pihak Ha: µ>3, maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi
0,0002
=0,000.
Karena nilai p-valued = 0,00 < α = 0,05, maka H0: µ = 3,00
ditolak dan Ha: µ>3,00 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam
pembelajaran matematika adalah lebih dari 3. Artinya secara
populasi siswa bersikap positif terhadap penggunaan model
pembelajaran AIR.
B. Pembahasan
Adapun yang akan dijelaskan dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut:
1. Proses Pembelajaran
Berikut ini diuraikan hasil penelitian yang dilakukan peneliti secara
keseluruhan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
70
model pembelajaran AIR, hal ini dapat terlihat dari setiap tahapan yang
dilakukan pada model pembelajaran AIR yaitu Auditory, Intelectually, and
Repetition. Pembelajaran matematika dengan model AIR diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, dan penyampaian
model pembelajaran yang akan digunakan.
a. Tahap Auditory
Pada tahap auditory guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dalam setiap kelompok. Guru
membagi LKS pada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan
menyampaikan situasi yang ada pada LKS secara umum, kemudian siswa
memperhatikan setiap arahan yang diberikan oleh guru. Siswa diminta
untuk menyimak masalah-masalah yang ditemukan pada LKS tersebut.
Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai soal yang kurang dipahami.
Gambar 4.1 Aktivitas Guru dan Siswa ketika tahap Auditory
71
Pada tahap ini siswa menyimak penjelasan yang diberikan oleh
guru, namun terdapat beberapa kendala yang dialami oleh guru pada awal
pembelajaran karena siswa masih bingung dengan langkah-langkah
pembelajaran yang harus dilakukan sehingga kondisi kelas yang menjadi
gaduh. Namun hal ini tidak terjadi setelah pertemuan berikutnya.
b. Tahap Intelectually
Pada tahap intelectually, siswa berdiskusi dengan rekannya untuk
menyelesaikan tugas (LKS) yang diberikan oleh guru.
Gambar 4.2
Siswa berdiskusi dengan rekannya
Guru membimbing kelompok belajar siswa yang berdiskusi dengan
rekannya dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Gambar 4.3
Kegiatan Guru ketika Membimbing kelompok belajar
72
Setelah siswa mengerjakan LKS tersebut, kemudian guru
memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kegiatan siswa yang tidak
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya adalah menyimak dan
bertanya mengenai hasil kerja kelompok temannya yang persentasi di
depan kelas.
Gambar 4.4
Kegiatan Siswa ketika persentasi
Pada tahap ini terdapat beberapa kendala pada awalnya, yaitu
pada saat diperintahkan untuk berdiskusi dan menyelesaikan LKS secara
berkelompok, siswa terkadang malas untuk berdiskusi dan siswa seakan-
akan memberikan tugas (LKS) pada siswa yang dianggap paling pintar
dikelompoknya. Selain itu, siswa tidak berusaha menyelesaikan LKS
dengan berdiskusi bersama rekannya, tetapi langsung menanyakannya
kepada guru. Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa dengan belajar
kelompok, tetapi hal itu dapat diatasi ketika siswa mulai terbiasa dengan
pertemuan selanjutnya.
73
Pada tahapan ini, guru juga mendapatkan kesulitan karena setiap
siswa masih malu-malu dan takut untuk bertanya pada temannya yang
persentasi di depan kelas. Pada akhirnya guru mengatasinya dengan
memberikan instruksi tegas seperti “jika ada yang bertanya maka guru
akan memberikan nilai plus kepada siswa”. Tidak lama kemudian
siswapun banyak yang termotivasi untuk bertanya.
c. Tahap Repetition
Pada tahap repetition, setelah siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya, guru dan siswa mengecek kembali hasil diskusi dan
presentasi kelompok mengenai tugas (LKS) yang dikerjakan secara
kelompok. Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang materi yang
baru dipelajari pada hari tersebut, kemudian guru memberikan tugas
individu sebagai bentuk pengulangan terhadap materi yang baru saja
dipelajari.
Gambar 4.5
Guru memberikan tugas individu pada siswa
74
Pada tahap ini, tidak ada kendala yang dapat menganggu
proses pembelajaran. Umumnya siswa dapat mngikuti dengan baik dan
sungguh-sungguh.
2. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Analisis data pretes diawali dengan menganalisis apakah setiap
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf signifikansi 5%. Hasil
uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,467 untuk kelas eksperimen
dan 0,126 untuk kelas kontrol, dengan 0,467 > 0,05 dan 0,126 > 0,05 , maka
dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal. Karena sampel berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji
homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah 0,831, dengan
0,831>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang
sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
Berdasarkan analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol,
diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan penalaran
matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kesimpulan ini
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t
dua pihak pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,505
dengan 0,505 > 0,05, maka Ho diterima. Dengan kata lain kelas eksperimen
75
dan kelas kontrol memiliki kemampuan penalaran matematis yang tidak
berbeda secara signifikansi.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran AIR
siswa diberikan postes untuk mengetahui kemampuan akhir penalaran
matematis siswa. Uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf
signifikansi 5%. Hasil uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,057
untuk kelas eksperimen dan 0,873 untuk kelas kontrol, dengan 0,057 > 0,05
dan 0,873 > 0,05 , maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal. Karena sampel berdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah
0,162, dengan 0,162>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
Berdasarkan analisis data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol,
diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak
pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,02, karena yang
digunakan uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua 0,02
2 =0,01
dengan 0,01 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain model
pembelajaran AIR lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional.
76
3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Auditory, Intelectually, and Repetition (AIR)
Setelah dilakukan pengolahan data skala sikap maka diperoleh
kesimpulan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai sikap yang positif
terhadap pelajaran matematika dan model pembelajaran AIR. Hal yang
menjadi kekurangan siswa adalah malas untuk mengerjakan tugas yang
diberikan, tetapi dalam pembelajaran dikelas tidak malu untuk bertanya dan
selalu ingin maju ke depan untuk persentasikan hasil diskusi. Selain itu
siswa merasa senang belajar dengan menggunakan LKS karena
pembelajaran menjadi lebih efektif.
Berdasarkan hasil pengolahan data skala sikap siswa yang diperoleh
dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji-t dua pihak pada taraf
signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,000, karena yang digunakan
uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua 0,000
2 =0,000 dengan
0,000 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain sikap siswa positif
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran AIR.