bab 4 kegiatan proyek kontruksi

14
1 MANAJEMEN PROYEK (TS2-416) DIKTAT DI SUSUN OLEH: Mahfud, S.Pd, MT NIDN. 0002116606 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN 2013

Upload: nurhasanah

Post on 10-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

MANAJEMEN PROYEK

TRANSCRIPT

  • 1

    MANAJEMEN PROYEK (TS2-416)

    DIKTAT

    DI SUSUN OLEH:

    Mahfud, S.Pd, MT NIDN. 0002116606

    JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

    2013

  • 1

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    BAB IV KEGIATAN PROYEK KONTRUKSI

    4.1 Lingkup Kegiatan Proyek Konstruksi

    4.1.1 Bangunan Negara

    Pada dasarnya semua bangunan negara harus diborongkan/dilelang atau ditender dengan

    cara sesuai macam dan besar atau kecilnya bangunan. Untuk bangunan yang mempunyai

    sifat khusus, tidak setiap kontraktor dapat melaksanakan atau menghitung biayanya.

    Pihak pelelang diperbolehkan menunjuk suatu kontraktor sebagai pelaksana (pelelangan

    dibawah tangan) atau persetujuan instansi yang mempunyai wewenang pekerjaan

    tersebut. Misalnya Bangunan Gedung Negara, sebagai instansi yang mempunyai

    wewenang dalam pengesahan yang bersifat teknis adalah Jawatan Gedung-Gedung

    Negara Daerah. Sedangkan untuk bangunan yang cukup besar biayanya, harus

    dilelangkan menurut cara-cara yang dapat menunjukkan adanya persaingan yang dapat

    dipertanggungjawabkann. Misalnya antara lain dengan cara pelelangan terbatas

    (pelelangan dengan undangan).

    Dalam hal ini yang dimaksud dengan bangunan Negara ada 2 macam, yaitu:

    a. Bangunan Negara yang anggarannya menjadi beban Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Negara (APBN) yaitu bangunan gedung Negara untuk keperluan

    Departemen/Kementerian, Lembaga dan Instansi Pemerintah yang anggarannya

    menjadi beban APBN.

    b. Bangunan Negara yang anggarannya tidak menjadi beban Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Negara (APBN) yaitu antara lain bangunan gedung Negara untuk keperluan

    Perusahaan Negara (PN), misalnya bank Negara yang penyelenggaraannya langsung

    ditangani oleh organisasi perusahaan yang bersangkutan dan dana anggarannya tidak

    menjadi beban APBN.

    Untuk memudahkan pengertian mengenai prosedur penyelenggaraan pembangunan

    bangunan negara, berikut ini diberikan sketsa prosedur penyelenggaraan pembangunan

    bangunan Negara, sebagai berikut:

  • 2

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    Prosedur Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Negara

    Gambar 4.1 Prosedur Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Negara

    Dikirm Dikirm

    A. Departemen/Kementerian : Pemberi SKO

    Kontraktor Direksi

    C. Penunjukan/Pelelangan

    4. Pemberesan status tanah bangunan 5. Penetapan Direksi

    1. Gambar rencana 2. Bestek 3. Surat undangan/pengumuman

    Lelang.

    D. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan

    Direksi Kontraktor

    E. Kotak Penawaran

    1. Perhitungan rencana biaya 2. Penelitian Surat Penawaran 3. Penelitian Uang Jaminan 4. Pedoman pengawasan

    Pelaksanaan pekerjaan

    1. Perhitungan rencana biaya 2. Surat Penawaran 3. Uang Jaminan Pelelangan 4. Pedoman pelaksanaan

    pekerjaan

    Direksi Kontraktor

    H. Surat Perjanjian Pemborongan (Surat Kontrak)

    1. Persiapan pengawas pekerjaan

    2. Penetapan pengawas harian 3. Persetujuan:

    a. Rencana kerja b. Gambar detail

    B. Pelelang/Bouwheer : Penerima SKO

    Hadir: 1. Pelelang/Bouwheer 2. Direksi + Panitia lelang 3. Kontraktor

    Dimasukan

    F. Penentuan Pemenang Lelang

    Hadir: 4. Pelelang/Bouwheer 5. Direksi + Panitia lelang 6. Kontraktor

    G. Surat Pemberian Pekerjaan

    1. Memenuhi semua syarat surat perjanjian pemborongan

    2. Penetapan kuasa/pelaksana 3. Persiapan pelaksanaan

    pekerjaan 4. Rencana kerja 5. Detail (gambar)

    Pelelang

  • 3

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    Penjelasan Sketsa Prosedur Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Negara.

    a) Deperteman adalah pemberi Surat Keputusan Otorisasi (SKO);

    b) Pelelang (bouwheer) adalah penerima SKO, yang mempunyai kewajiban

    menyediakan:

    1) Gambar rencana/design;

    2) Bestek;

    3) Surat undangan/pengumuman lelang;

    4) Membereskan status tanah bangunan, ijin bangunan dan sebagainya;

    5) Penetapan Direksi.

    c) Penunjukan atau pelelangan.

    Yang harus hadir dalam rapat penunjukkan/pelelangan adalah:

    1) Pelelang (bouwheer);

    2) Direksi dan Panitia Lelang;

    3) Kontraktor.

    Semua keputusan rapat penunjukkan/pelelangan dicatat dan dibuatkan berita acara

    penjelasan (risalah penjelasan pekerjaan).

    d) Berita Acara Penjelasan

    Berita acara penjelasan dibuat oleh pelelang/direksi dan kebenarannya dikuatkan/

    dikukuhkan oleh wakil kontraktor yang hadir dalam rapat penunjukkan.

    Selanjutnya berita acara penjelesan dikirim kepada:

    1) Kontraktor; untuk dasar

    (a) Perhitungan anggaran biaya;

    (b) Surat penawaran;

    (c) Uang jaminan pelelangan (tender bond);

    (d) Pedoman pelaksanaan pekerjaan.

    2) Direksi; untuk dasar

    (a) Perhitungan anggaran biaya;

    (b) Penelitian surat penawaran;

  • 4

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    (c) Penelitian uang jaminan lelang;

    (d) Pedoman pengawasan pelaksanaan pekerjaan.

    e) Kotak Penawaran

    Surat penawaran dari para peserta lelang dimasukkan ke dalam kotak penawaran

    sebelum batas waktu yang telah ditentukan seperti tercantum dalam berita acara

    penjelasan pekerjaan (aanvullingsbestek).

    Bagi para peserta lelang yang terlambat memasukkan surat penawarannya, dapat

    dinyatakan gugur artinya tidak sah sebagai pengikut pelelangan.

    Yang harus hadir dalam rapat pelelangan (pembukaan surat penawaran) adalah:

    1) Pelelang (bouwheer);

    2) Direksi dan panitia lelang;

    3) Kontraktor.

    f) Penentuan Pemenang Lelang

    Setelah diadakan penelitian pada surat penawaran tentang syarat-syarat yang harus

    dipenuhi sebagai peserta lelang yang sah, kemudian secara resmi dapat diumumkan/

    dinyatakan sah atau tidaknya surat penawaran di hadapan peserta rapat pelelangan.

    Penentuan pemenang lelang yang akan menjadi pelaksanaan dapat dinyatakan atau

    dilaksanakan:

    1) Di dalam rapat pelelangan yang dihadiri para peserta lelang;

    2) Melalui pemberitahuan secara tertulis pada waktu tertentu.

    g) Surat Pemberian Pekerjaan (gunning)

    Bagi kontraktor yang menang dalam pelelangan akan mendapat surat pemberian

    pekerjaan (gunning) dari pihak pelelang (bouwheer), selanjutnya setelah pihak

    kontraktor menerima surat pemberian pekerjaan dari pihak pelelang (bouwheer)

    masing-masing pihak melakukan persiapan-persiapan guna menandatangani surat

    perjanjian pemborongan (surat kontrak).

  • 5

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    Dalam hal ini kewajiban pihak:

    1) Kontraktor

    (a) Memenuhi semua syarat yang diperlukan untuk menandatangani surat

    perjanjian pemborongan (surat kontrak);

    (b) Penetapan kuasa/pelaksana;

    (c) Persiapan pelaksanaan pekerjaan;

    (d) Membuat rencana kerja;

    (e) Membuat gambar detail.

    2) Direksi

    (a) Persiapan pengawas pekerjaan;

    (b) Penetapan pengawas harian;

    3) Persetujuan

    (a) Rencana kerja yang dibuat oleh kontraktor;

    (b) Gambar-gambar detail yang dibuat oleh kontraktor.

    h) Surat Perjanjian Pemborongan (surat kontrak)

    Setelah masing-masing pihak memenuhi semua syarat yang diperlukan dalam surat

    perjanjian pemborongan (surat kontrak), maka selanjutnya dapat ditandatangani surat

    perjanjian antara pihak pelelang/direksi dengan pihgak pelaksana pekerjaan

    (kontraktor).

    4.1.2 Bangunan Swasta

    Pada dasarnya bangunan swasta tidak harus diborongkan dalam arti keseluruhannya,

    tetapi dapat terjadi yang diborongkan hanya upahnya saja, sedang bahan-bahan yang

    dibutuhkan untuk bangunan disediakan oleh pemberi tugas (pemilik).

    Bangunan swasta terbagi atas 2 macam, yaitu:

    a. Bangunan swasta perusahaan;

    Bangunan swasta perusahaan pada umumnya penelenggaraannya diborongkan

    keseluruhannya, artinya meliputi bahan dan upahnya atau tergantung daripada

    peraturan perusahaan itu sendiri.

  • 6

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    b. Bangunan swasta perorangan.

    Bangunan swasta perorangan pada umumnya penyelenggaraannya tidak diborongkan

    kelseluruhannya, tetapi sangat tergantung pada sifat dan keadaan si pendiri bangunan

    antara lain :

    1) Bahan-bahan bangunan disediakan sendiri oleh pendiri bangunan, sedangkan

    upah diborongkan;

    2) Bahan-bahan bangunan dan upah disediakan oleh pendiri bangunan, sedangkan

    pelaksana mendapat honorarium berupa prosentase dari harga bangunan atau

    kemajuan pekerjaan;

    3) Bahan dan upah diborongkan;

    4) Beberapa bagian saja dari pekerjaan yang diborongkan, sedangkan lainnya

    dikerjakan sendiri.

    Untuk bangunan swasta perorangan yang penyelenggaraannya diborongkan keseluruhan

    meliputi bahan dan upah, pada umumnya dipilih cara pelelangan di bawah tangan dan

    sebagai pengendalian harga borongan serta mutu pekerjaan, pihak pendiri bangunan

    mengangkat/menunjuk seorang ahli bangunan sebagai penasehatnya.

    Untuk memudahkan pemahaman pengertian mengenai prosedur penyelenggaraan

    pembangunan bangunan swasta perorangan, berikut ini diberikan sketsa prosedur

    penyelenggaraan pembangunan bangunan swasta perorangan.

  • 7

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    Prosedur Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Swasta Perorangan

    Gambar 4.2 Prosedur Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Swasta Perorangan

    Pendiri Bangunan

    Kontraktor Perencana

    Penunjukan

    1. Gambar rencana 2. Bestek

    Kontraktor tunggal satu-satunya Kepercayaan pendiri bangunan

    Berita Acara

    Pelengkap bestek yang mengikat

    Direksi Kontraktor

    Penawaran Pemborongan

    1. Perhitungan rencana biaya 2. Pedoman pelaksanaan pekerjaan

    1. Perhitungan rencana biaya 2. Pedoman pelaksanaan pekerjaan

    Diteliti/dicocokkan dengan rencana Biaya perencanaan oleh pendiri bangunan

    Tidak Lulus Lulus

    Pelaksana

    Perjanjian Pemborongan

    Mendapat ganti rugi

    Pendiri Bangunan dg Kontraktor

  • 8

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    4.2 Work Breakdown Structure (WBS)

    Work Breakdown structure (WBS) adalah suatu bentuk manajemen proyek dan

    rekayasa sitem yang digunakan untuk mendefinisikan bagian bagian kegiatan proyek yg

    guna mengatur dan menentukan ruang lingkup kerja proyek.

    Pada dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan secara hirarkis

    menerangkan komponen-komponen yang harus dibangun dan pekerjaan yang saling

    berkaitan.

    4.2.1 Struktur WBS

    Struktur dalam WBS mendefinisikan bagian-bagian yang dapat diselesaikan secara

    terpisah dari bagian lainnya, guna memudahkan alokasi sumber daya, penyerahan

    tanggung jawab, pengukuran dan pengendalian proyek. Pembagian tugas menjadi sub

    tugas yang lebih kecil tersebut dengan harapan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan

    dan diperkirakan durasi aktu yang diperlukan untuk menyelesaikan.

    Gambar 4.3 Work Breakdonw Structure

  • 9

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    Model WBS memberikan beberapa keuntungan, antara lain :

    Memberikan daftar pekerjaan yang harus diselesaikan.

    Memberikan dasar untuk mengestimasi, mengalokasikan sumber daya, menyusun

    jadwal, dan menghitung biaya.

    Memastikan dan mempertimbangkan bahwa kegiatan tersebut dapat di lakukan secara

    lebih serius sebelum membangun suatu proyek.

    4.2.2 Perbedaan Level dan Tingkat Kedetailan WBS

    Guna mengklasifikasi komponen WBS sesuai levelnya sesuai hirarki. Sebagai contoh,

    beberapa organisasi memperlihatkan level-level yang berbeda sebagai tugas (task), sub-

    tugas (sub-task) dan paket pekerjaan (work package) sebagaimana yang ditunjukkan

    dalam bagan diatas. Sementara organisasi lain mungkin menggunakan istilah fase

    (phase), entri (entry) dan aktifitas (activity).

    WBS disusun mengikuti pembagian atau pentahapan dalam siklus hidup proyek (the

    project life cycle). Level-level yang lebih tinggi dari struktur umumnya dikerjakan oleh

    kelompok-kelompok. Level yang paling rendah seringkali terdiri dari aktifitas-aktifitas

    dilakukan secara individual, kendati demikian sebuah WBS yang menitikberatkan pada

    deliverable tidak memerlukan aktifitas-aktifitas yang spesifik.

    4.2.3 Peran WBS Dalam Perencanaan Proyek

    WBS merupakan kerangka untuk perencanaan proyek, guna mengidentifikasi

    ketergantungan kegiatan dan lamanya durasi waktu pekerjaan, WBS juga dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi tugas-tugas dalam model perencanaan proyek. Oleh

    karena itu, idealnya rancangan WBS harus telah selesai sebelum pengerjaan perencanaan

    proyek (project plan) dan penjadwalan proyek (project schedule).

  • 10

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    Dengan mempergunakan daftar pekerjaan pada WBS, akan dapat diperkirakan lamanya

    waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan tersebut. Perkiraan waktu

    dapat dilakukan dengan mempertimbangan beberapa hal, antara lain ketersediaan sumber

    daya dan kompleksitas.

    Selanjutnya dilakukan penjabaran dalam durasi waktu (flow time). Beberapa model

    pendekatan bisa digunakan untuk menghitung perkiraan durasi waktu yang diperlukan :

    Most optimistic : Merupakan waktu ideal untuk menyelesaikan pekerjaan,

    diasumsikan segala sesuatunya berjalan lancer dan sempurna.

    Most likely : Merupakan waktu yang dibutuhkan pada kondisi kebanyakan, tipikal

    dan normal.

    Most pessimistic : Merupakan waktu yang dibutuhkan ketika keadaan paling sulit

    terjadi.

    Kemudian, estimasi durasi waktu dilakukan dan dibagi dalam unit (misal 8 jam/hari).

    Estimasi waktu untuk suatu proyek (seperti contoh diatas) lebih sulit dari proyek

    pengembangan aplikasi lainnya. Hal ini karena masih sedikit proyek yang dapat

    digunakan sebagai patokan menghitung waktu pelaksanaan.

    Dalam mengestimasi durasi waktu ini juga harus dipertimbangkan beberapa hal, misal

    pengalaman, tenaga keahlian, dan bekerja.

    Setelah WBS berhasil disusun dan perkiraan lama waktu pelaksanaan telah dihitung,

    selanjutnya dilakukan penyusunan jadwal kerja. Pada dasarnya ada dua jenis model

    deskripsi penjadwalan, yaitu :

    a. Bar Chart : Yang hanya menerangkan flow time dari setiap pekerjaan dan tanpa

    keterkaitan antar pekerjaan. Deskripsi ini paling baik digunakan pada presentasi;

    b. Network diagram : Yang menunjukkan keterkaitan antar tugas dan mengidentifikasi

    saat kritis pada jadwal.

  • 11

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    Gambar 4.4 Mind View Work Breakdown Structure

  • 12

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    4.2.4 Kesalahan dan Kesalahpahaman

    a. Sebuah urutan kerja dalam Struktur Breakdown bukan merupakan daftar kengkap

    kerja melainkan komprehensif lingkup proyek.

    b. Sebuah WBS bukanlah rencana proyek atau sebuah jadwal atau daftar kronologis,

    untuk menyusun jadwal proyek (misalnya dengan menggunakan perangkat lunak

    manajemen proyek) sebelum merancang WBS yang tepat. Hal ini akan mirip dengan

    penjadwalan kegiatan konstruksi rumah sebelum menyelesaikan desain rumah, tanpa

    memusatkan perhatian pada hasil yang direncanakan sangat sulit untuk mengikuti

    100% aturan di semua tingkat dari hirarki WBS.

    c. Sebuah WBS bukanlah sebuah hirarki organisasi. Beberapa praktisi melakukan

    kesalahan dengan membuat WBS dengan mengasumsikan sebagai bagan organisasi.

    Meskipun tanggung jawab secara umum merupakan tugas staf dalam organisasi,

    namun sebuah WBS bukan merupakan bayangan dari struktur organisasi.

    d. Review WBS, memerlukan perubahan dengan alasan mengapa WBS harus

    berorientasi ke hasil kegiatan dan bukan merorientasi metode, tetapi orientasi dalam

    hasil yang direncanakan memerlukan tingkat yang lebih tinggi.

  • 13

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    DAFTAR PUSTAKA

    M. Sukoadji, B.Sc, Drs. Suratman, 1979, Pengetahuan Industri dan Rencana Anggaran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

    Pilcher R., 1992, Principles of Construction Management. Iman Soeharto, 1995, Manajemen Proyek dari Komseptual Sampai Operasional,

    Erlangga, jakarta. Harold, K., 1998, Project Management, A System Approach to Planning, Scheduling,

    and Controlling. Wulfram I. Ervianto, 2004, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Andi

    Offset, Yogyakarta. , 2012, Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang

    dan jasa.