bab 4 hasil dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/asli/bab4/2009-1-00501-tisi bab...
TRANSCRIPT
90
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Manajemen Strategi
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai gabungan ilmu dan seni
dalam memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasikan
keputusan yang mampu dicapai oleh organisasi (David, 2002, p5). Manajemen
strategi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: perumusan strategi, penetapan &
implementasi strategi, serta evaluasi kinerja pencapaian strategi.
Balanced Scorecard (BSC) didefinisikan sebagai suatu alat manajemen
kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi untuk
menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan
sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin
dalam suatu hubungan sebab akibat (Luis dan Biromo, 2007, p16).
Gambar 4.1 Konsolidasi Manajemen Strategi dengan Balanced Scorecard
91
4.1.1 Perumusan Strategi
Tahap pertama yang dilakukan dalam perumusan strategi ialah
mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi
tujuan perusahaan yang tertuang dalam pernyataan visi dan misi organisasi. Hasil
identifikasi lingkungan tersebut digunakan sebagai masukan dalam menentukan
strategi perusahaan dengan analisa SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,
dan threats). Strategi korporat yang sudah ditetapkan melalui analisa SWOT
selanjutnya perlu ditetapkan sasaran-sasaran strateginya sebagai tolak ukur
pencapaian kinerja perusahaan dalam memenuhi strategi dan tujuan perusahaan.
Setiap sasaran strategi terdapat key performance indicator (KPI), KPI merupakan
suatu ukuran atau indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan melalui sasaran-sasaran strateginya.
4.1.1.1 Identifikasi Lingkungan
Identifikasi lingkungan dibagi menjadi dua bagian, yaitu identifikasi
lingkungan makro (politik, ekonomi, sosial, teknologi) dan lingkungan internal
perusahaan serta identifikasi lingkungan industri menggunakan model Porter
(persaingan antar perusahaan, kekuatan pelanggan, kekuatan pemasok, ancaman
pendatang baru, dan produk pengganti).
a) Identifikasi Lingkungan Makro/Eskternal
92
Tabel 4.1 Kondisi Lingkungan Makro dan Asumsi Perencanaan Perusahaan
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan POLITIK
1. Proses pemilihan Kepala Daerah secara langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas bisnis.
Program pembangunan nasional akan berjalan berkesinambungan sesuai rencana.
2. Belum ada UU Investasi yang secara komprehensif melindungi kepentingan investor.
Pembangunan pada sektor konstruksi akan berjalan sesuai dengan agenda pemerintah.
3. Rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai keharusan penempatan lokasi pabrik di Kawasan Industri.
Rencana lokasi pembangunan pabrik baru disesuaikan dengan peraturan pemerintah dan ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek dampak lingkungan, sosial masyarakat, suplai material alam dan transportasi produk (khususnya angkutan laut).
EKONOMI 1. Kebijakan Moneter Pemerintah mendorong
perkembangan dunia usaha. WIKA BETON meningkatkan kapasitas produksi melalui program peningkatan kapasitas jalur produksi yang ada, pembangunan jalur baru dan diversifikasi Produk.
2. Pemerintah berupaya meningkatkan pendapatan negara dari pajak dengan membuat UU Perpajakan yang baru.
WIKA BETON tetap melaksanakan UU Perpajakan secara benar dan konsisten.
3. Pemerintah terus berupaya untuk menarik investor menanamkan modalnya di Indonesia terutama di bidang infrastruktur.
Pengembangan fasilitas produksi diprioritaskan untuk produk-produk yang terkait dengan proyek pembangunan Jalan Tol dan Power Plant.
4. Industri semen nasional berkembang dengan pesat.
Kenaikan harga semen lebih disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yaitu kenaikan BBM dan melemahnya nilai tukar rupiah.
5. Pemerintah sedang menyusun Peraturan mengenai pemisahan asset BUMN sebagai kelompok asset bisnis.
Manajemen perusahaan akan lebih lincah dalam mengelola bisnis dan menentukan kebijakan.
6. Hutang Indonesia kepada IMF telah dilunasi.
Proyek-proyek yang didanai oleh APBN akan berjalan sesuai dengan rencana.
7. Pemerintah merencanakan pembangunan 10 (sepuluh) juta unit rumah di seluruh Indonesia berupa landed house dan Rumah Susun dalam kurun waktu 10 tahun.
WIKA BETON mengembangkan produk beton pracetak untuk Rusun dan Perumahan.
SOSIAL 1. Pemerintah memberikan perhatian khusus
untuk penciptaan lapangan pekerjaan. WIKA BETON mampu memenuhi seluruh kebutuhan perusahaan dibidang SDM.
Rekrutmen SDM disesuaikan dengan rencana pengembangan jangka panjang perusahaan.
2. Tingkat "pengetahuan" masyarakat akan masalah hukum terus meningkat.
WIKA BETON akan selalu memenuhi semua aspek pada UU Ketenagakerjaan.
93
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan Pembangunan/Pengemban-gan fasilitas
perusahaan dilakukan dengan memenuhi seluruh Peraturan Perundangan yang berlaku.
TEKNOLOGI 1. Sistem Informasi merupakan sarana untuk
meningkatkan daya saing dan pelayanan perusahaan.
WIKA BETON menerapkan Sistem Informasi berbasis IT diseluruh bidang dan unit kerja.
Promosi Produk dan Jasa WIKA BETON dilakukan melalui Internet dan Standar Presentasi Produk Digital.
WIKA BETON menetapkan kebijakan mengenai e-procurement di bidang penjualan dan mengembangkan e-procurement pengadaan.
2. Pemerintah memberikan perhatian yang tinggi terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
WIKA BETON hanya menggunakan produk yang berlisensi.
b) Identifikasi Lingkungan Internal
Tabel 4.2 Kondisi Lingkungan Internal dan Asumsi Perencanaan Perusahaan
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan PEMASARAN
1. Kegiatan promosi belum selaras dengan rencana pengembangan jangka panjang perusahaan.
Promosi dilakukan secara sistematis dan terintegrasi dengan memanfaatkan sarana sesuai perkembangan teknologi.
2. Sistem pengelolaan/pembinaan pelanggan belum sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan pelanggan.
Mengembangkan dan menerapkan sistem pengelolaan/pembinaan pelanggan yang dapat mengakomodasi kebutuhan pelanggan.
3. Informasi kegiatan operasi Pemasaran belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menetapkan langkah-langkah strategis.
Pengelolaan informasi berbasis IT diterapkan secara konsisten.
Informasi di bidang Pemasaran dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan dan langkah-langkah strategis.
4. Sebagian daerah potensial belum tergarap secara maksimal.
Secara bertahap menambah Representatif untuk daerah-daerah yang berpotensi antara lain: Aceh, Jambi, Bandar Lampung, Menado dan Jayapura.
PRODUKSI 1. Tingkat utilisasi sebagian pabrik masih
rendah. Peningkatan utilisasi pabrik dilakukan melalui pengaturan volume pekerjaan secara terintegrasi atau penyesuaian fungsi jalur sesuai kebutuhan pasar.
94
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan 2. Prioritas pembangunan masih difokuskan
pada proyek infrastruktur. Komposisi fasilitas produksi disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan Jumlah Cetakan disesuaikan dengan kapasitas jalur.
3. Volume pesanan untuk distribusi antar pulau yang semakin meningkat menimbulkan masalah akibat keterbatasan lahan stock yard.
Pembangunan jalur produksi harus memperhitungkan kebutuhan lahan stock yard, jika volume produksi didominasi oleh pesanan antar pulau.
Auto Clave dapat menjadi alternatif mengatasi keterbatasan lahan stock yard.
4. Struktur Harga Pokok Produksi menimbulkan subsidi silang antar produk yang tidak terukur.
Perhitungan HPP dengan Metoda Perhitungan Biaya Berbasis Aktivitas dapat diterapkan di WIKA BETON.
5. Teknologi produksi beton pracetak berkembang dengan pesat.
Upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi, tingkat kepastian kualitas dan efisiensi biaya dilakukan melalui penggunaan teknologi yang sudah teruji berdasarkan kajian kelayakan ekonomis.
Upaya untuk mengurangi human error dilakukan melalui penerapan teknologi baru.
SUMBERDAYA MANUSIA 1. Struktur Organisasi Perusahaan. WIKA BETON dapat menerapkan pola
karir dan mapping SDM untuk menunjang program kaderisasi berkelanjutan.
2. Teknologi produksi dan sistem manajemen berkembang dengan sangat pesat.
Pengelolaan SDM diarahkan pada sistem manajemen yang berbasis pada kompetensi.
TEKNIK DAN LITBANG 1. Pembangunan infrastruktur akan banyak
dibiayai oleh investor asing. Design produk dan sistem manajemen diarahkan untuk mampu memenuhi persyaratan standar internasional.
2. Engineering Services masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pemasaran produk.
Pengembangan engineering mengarah pada upaya untuk meningkatkan kecepatan pelayanan dan akurasi.
3. Perusahaan-perusahaan Multinasional membawa banyak hal/metode baru dalam teknologi konstruksi.
WIKA BETON melakukan Transfer of Knowledge melalui kerjasama/studi banding di dalam maupun luar negeri.
4. Pemerintah merencanakan pembangunan 10 (sepuluh) juta unit hunian bagi masyarakat perkotaan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
Pengembangan rumah susun mengacu pada teknologi/sistem yang sudah ada.
WIKA BETON memiliki sub-kontraktor yang siap untuk menjadi partner dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi Rusun dan Perumahan.
5. Keterbatasan lahan menuntut pembangunan gedung dengan jumlah lantai yang semakin banyak.
WIKA BETON menggunakan beton polimer pada produksi massal.
95
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan KEUANGAN
1. Wika Beton mendapat kepercayaan yang tinggi dari Lembaga Keuangan dan Mitra Kerja.
WIKA BETON selalu mampu memenuhi kebutuhan dana operasional dan investasi.
Untuk kebutuhan investasi WIKA BETON menggunakan pinjaman jangka panjang.
2. Angka collection period (debtor days) masih tetap tinggi.
Ketergantungan Modal Kerja dari pinjaman bank masih tinggi.
WIKA BETON menerapkan manajemen piutang yang baik untuk menurunkan collection period.
c) Identifikasi Lingkungan Mikro
Tabel 4.3 Kondisi Lingkungan Mikro dan Asumsi Perencanaan Perusahaan
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan TIANG BETON 1. 40% masyarakat pedesaan belum terjangkau
listrik. Fasilitas produksi WIKA BETON siap untuk memenuhi kebutuhan tiang listrik nasional
Pengelolaan informasi kebutuhan tiang beton di PLN wilayah (Area Pelayanan Jaringan/Unit Pelayanan Jaringan) dan koperasi ditangani oleh masing-masing Wilayah Penjualan.
2. Perkembangan teknologi komunikasi mengarah pada teknologi nirkabel.
Penggunaan tiang telepon beton terbatas hanya di daerah-daerah terpencil.
3. Pemerintah memprioritaskan pembangunan power plant untuk penyediaan listrik 10.000 MW.
Perolehan tiang transmisi beton relatif kecil.
Sifat Tiang Beton yang "free maintenance" masih menjadi daya tarik bagi PLN untuk penggunaan pada jaringan transmisi.
TIANG PANCANG 1. Investasi dibidang infrastruktur khususnya
Jalan Tol dan Power Plant akan meningkat signifikan.
Peningkatan kapasitas dilakukan melalui upaya meningkatkan kapasitas jalur, penambahan cetakan dan penambahan jalur produksi.
2. Pemerintah memprioritaskan pembangunan power plant untuk penyediaan listrik 10.000 MW dan merencanakan rehabilitasi dermaga sepanjang +/- 28.000 m.
WIKA BETON mengembangkan jalur produksi Tiang Pancang yang mampu membuat TP sampai dengan Diameter 800.
3. Persaingan antar Industri Beton Pracetak semakin ketat.
Upaya mempertahankan market share dilakukan melalui peningkatan kapasitas, kualitas serta pelayanan pra dan purna jual.
96
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan PRODUK BETON JALAN REL 1. Pemerintah terus berupaya untuk menarik
investor menanamkan modalnya di Indonesia terutama di bidang infrastruktur.
Pasar Bantalan Jalan Rel masih besar.
2. Pemerintah merevisi UU No.13 tahun 1992 tentang perkereta-apian dan peraturan pelaksanaannya.
Pasar produk beton jalan rel tidak lagi "single-customer".
PRODUK BETON JEMBATAN 1. Pembangunan infrastruktur jalan raya dan
jembatan masih merupakan prioritas utama pemerintah dibidang transportasi.
WIKA BETON mengembangkan PCU-Girder untuk memenuhi kebutuhan balok jembatan fly-over di perkotaan.
Kapasitas produksi balok I-Segmental ditingkatkan berdasarkan informasi kebutuhan pasar.
WIKA BETON mengembangkan produk baru komponen jembatan melalui kerjasama lisensi.
WIKA BETON memiliki lisensi dan mengoperasikan sistem postensioning sendiri.
BETON UNTUK DINDING PENAHAN TANAH 1. Pengendalian banjir di perkotaan belum
tertangani dengan baik. Selain Sheet Pile, WIKA BETON juga mengembangkan produk dinding penahan tanah tipe lain misalnya GeoForce, Reinforced Earth dll, bekerja sama dengan pemegang lisensi.
BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG & PERUMAHAN 1. Pemerintah merencanakan pemba-ngunan
10 (sepuluh) juta unit hunian bagi masyarakat perkotaan.
Untuk memasuki pasar rumah susun, WIKA BETON memiliki sistem pracetak yang telah tersertifkasi.
Untuk pekerjaan pemasangan, WIKA BETON bekerja sama dan membina Perusahaan kontraktor yang berkompeten sebagai Mitra Kerja.
BETON UNTUK BANGUNAN MARITIM 1. Pemerintah memprioritaskan pembangunan
power plant untuk penyediaan listrik 10.000 MW dan merencanakan rehabilitasi dermaga sepanjang +/- 28.000 m´.
Untuk memasuki pasar dermaga, WIKA BETON mengembangkan konsep dermaga pracetak yang menjawab tuntutan akurasi dan pelaksanaan yang cepat.
BETON UNTUK BANGUNAN AIR 1. Penyediaan Air Bersih dan Pengelolaan
limbah perkotaan masih belum memenuhi harapan.
Pipa beton bertekanan dengan diameter besar dapat menjadi alternatif yang ekonomis untuk saluran transmisi air baku.
Pemasaran produk pipa beton untuk saluran transmisi air baku dilakukan langsung kepada investor.
PRODUK BETON LAIN 1. Pasar PBL dikuasi oleh perusahaan-
perusahaan kecil. Pasar PBL hanya diambil untuk mengisi sisa kapasitas.
97
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan JASA 1. WIKA BETON tidak memiliki kemampuan
dalam pekerjaan konstruksi. WIKA BETON membina sub-kontraktor pemasangan / konstruksi untuk menjadi partner dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
d) Identifikasi Lingkungan Industri
INDUSTRY COMPETITORSRivalry Among Existing Firms
POTENTIAL ENTRANTS
BUYER
SUBSTITUTES
SUPPLIERBargaining Powerof Buyer
Threats ofNew Entrants
Bargaining PowerOf Supplier
Threats osSubstitute Product or Services
Gambar 4.2 Diagram Model Porter
Tabel 4.4 Kondisi Lingkungan Industri dan Asumsi Perencanaan Perusahaan
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan KEKUATAN PELANGGAN 1. Peran swasta dalam pembangunan semakin
meningkat. Penguasaan dan pengelolaan Informasi Pasar menjadi sangat penting dalam upaya mencapai sasaran perolehan.
WIKA BETON mengembangkan sistem pelayanan purna jual yang dapat menjawab tuntutan pelanggan (voice of customer).
WIKA BETON terus mengembangkan sistem manajemen untuk meningkatkan konsistensi kualitas produk.
WIKA BETON meningkatkan profesionalisme dalam hubungan kerja.
KEKUATAN PEMASOK 1. Produsen PC Wire cenderung mengalihkan
produksinya ke PC Bar. WIKA BETON secara bertahap mengalihkan penggunaan PC Wire ke PC Bar.
2. Pasar produsen semen sudah tidak dibatasi secara geografis
WIKA BETON masih akan mendapatkan perlakuan khusus dalam supply dan harga semen.
98
No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan 3. Semakin menipisnya deposit material alam
disertai menguatnya isu mengenai pelestarian lingkungan.
Kerjasama bisnis dengan pemasok dilakukan berdasarkan kepentingan jangka panjang (pelestarian lingkungan).
Pengembangan material alternatif disiapkan untuk mengatasi kelangkaan material alam.
4. Perkembangan Angkutan Laut merubah peta persaingan internal maupun eksternal perusahaan.
Pengelolaan Vendor Angkutan dilakukan secara terintegrasi diseluruh Unit Kerja.
PERSAINGAN 1. Hasil survey menunjukan bahwa brand
image PT WIKA adalah KUALITAS. Perolehan WIKA BETON akan meningkat sejalan dengan peningkatan perolehan PT Wijaya Karya.
2. Keterlibatan pada berbagai mega proyek infrastruktur semakin mengukuhkan brand image WIKA BETON sebagai produsen beton pracetak terkemuka di Indonesia.
WIKA BETON akan banyak memperoleh pekerjaan dari investor multinasinal.
WIKA BETON meningkatkan kemampuan SDM (penguasaan dalam hal negosiasi dengan pihak asing).
ANCAMAN PENDATANG BARU 1. Pesaing baru dari dalam dan luar negeri
mulai menjajaki pasar industri beton pracetak.
Industri beton pracetak masih memiliki daya tarik bagi investor baru.
Kemampuan bersaing dapat ditingkatkan melalui peninjauan struktur biaya.
WIKA BETON meningkatkan mutu pelayanan/purna jual.
PRODUK PENGGANTI 1. Sebagai produk pondasi pembangunan
infrastruktur bangunan, beton pra cetak masih belum ada produk penggantinya. Perubahan hanya terjadi pada pengembangan produk yang sudah ada.
WIKA Beton berusaha mengembangkan produk beton pra cetak baru dan melakukan diferensiasi pada produk lama.
4.1.1.2 Penentuan Visi dan Misi Organisasi
PT. WIKA Beton menetapkan visi dan misi pada tahun 2005 berdasarkan
Surat Keputusan No. SK.01.01/WB-OA.110/2005 tentang visi, misi, moto,
nilai-nilai dan paradigma PT. WIKA Beton adalah sebagai berikut:
“Menjadi Perusahaan Terbaik dalam Industri Beton Pracetak”
Kata “Terbaik” berarti:
• Peringkat terbaik dalam industri beton pracetak pada tahun 2008 di
Indonesia.
99
• Peringkat terbaik dalam mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan sehat
serta berwawasan lingkungan dengan mempertahankan sertifikat Sistem
Manajemen K3 (SMK3) dengan kategori Bendera Emas dari Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
• Peringkat terbaik berdasarkan stakeholders utama yaitu:
a. Pemegang Saham
Nilai kesehatan perusahaan terbaik berdasarkan ukuran-ukuran yang
terdapat pada keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.
b. Pelanggan
Kualitas produk dan jasa terbaik, diukur berdasarkan nilai kepuasan
pelanggan (Costumer Satisfaction Index/CSI).
c. Mitra Kerja
Kerja sama yang sehat dan saling menguntungkan dengan
mempertahankan nilai kepuasan dan loyalitas mitra kerja (Business
Partner Satisfaction & Retention Index) yang telah dicapai.
d. Pegawai
Mempertahankan nilai kepuasan pegawai (Employee Satisfaction
Index/ESI) terbaik.
Misi dari perusahaan PT. WIKA Beton tahun 2005 adalah sebagai
berikut:
• Memimpin pasar beton pracetak di Indonesia.
100
• Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan
kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.
• Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu
peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan kerja yang
berwawasan lingkungan.
• Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan
berkesinambungan.
• Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.
4.1.1.3 Perumusan Strategi Induk dengan Analisa SWOT
Tahap selanjutnya ialah analisa SWOT perusahaan sebagai suatu cara
untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka
merumuskan strategi perusahaan. Masukkan untuk analisa SWOT ialah hasil
identifikasi lingkungan internal dan eksternal (beserta lingkungan industri di
dalamnya) yang berhubungan dengan visi dan tujuan perusahaan.
a) Kekuatan dan Kelemahan Internal PT. WIKA Beton
Tabel 4.5 Faktor Internal PT. WIKA Beton
No. Kekuatan (Strengths) 1. Dikenal sebagai produsen Beton Pracetak dengan kualitas dan citra yang baik. 2. Kapasitas produksi jauh diatas pesaing sehingga Wika Beton memiliki posisi tawar
yang baik terhadap pelanggan khususnya pada proyek pembangunan infrastruktur. 3. Memiliki variasi produk yang banyak yaitu 10 SBU dengan 40 jenis produk dan
standar produk yang secara umum sudah diterima dan menjadi acuan bagi pelanggan maupun pesaing.
4. Menguasai berbagai macam teknologi produksi beton pracetak sehingga mampu merespon kebutuhan pasar dengan cepat.
5. Mempunyai SDM yang handal dan berpengalaman dalam bidang engineering, pabrikasi dan penjualan produk beton.
6. Memiliki mitra kerja yang handal dan bersaing dalam penyediaan material, peralatan, tenaga kerja, dan modal.
101
No. Kelemahan (Weaknesses) 1. Implementasi strategis perusahaan tidak berjalan secara seimbang, menyebabkan
adanya fungsi diperusahaan yang belum sepenuhnya mampu mengikuti tuntutan perkembangan.
2. Fasilitas dan pengelolaan Laboratorium Beton dan Material belum mencerminkan citra perusahaan sebagai produsen beton pracetak terkemuka.
3. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan kurang terintegrasi dengan program pemasaran jangka panjang menyebabkan hasil litbang produk kurang berorientasi pada kebutuhan pasar.
4. Kemampuan finansial relatif rendah untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru.
5. Produktivitas kurang fleksibel disebabkan salah satunya karena masih memakai labour intensive-production teknologi
6. Upaya promosi tidak terprogram dengan baik dapat menyebabkan terhambatnya proses "estafet" penyebaran informasi
7. Struktur Harga Pokok Produksi menimbulkan subsidi silang antar produk yang nilainya tidak diketahui secara tepat dan mengakibatkan rendahnya daya saing sebagian SBU
8. Sistem Manajemen piutang yang belum terintegrasi menyebabkan collection period, nilai piutang, ketergantungan modal usaha pada kredit dan biaya bunga bank terus meningkat.
9. Informasi mengenai mitra kerja potensial belum dikelola secara sistematis menyebabkan ketergantungan pada mitra kerja aktif.
10. Kemampuan negosiasi dan penguasaan kontrak khususnya untuk proyek-proyek multinasional relatif rendah.
11. Sistem Pelayanan Purna Jual belum terintegrasi dengan baik antar unit kerja. 12. Pengelolaan Vendor Angkutan belum terintegrasi dengan baik antar unit kerja. 13. Pembinaan Pelanggan belum dilakukan secara sistematis.
b) Kesempatan dan Ancaman Eksternal PT. WIKA Beton
Tabel 4.6 Faktor Eksternal PT. WIKA Beton
No. Kesempatan (Opportunities) 1. Stabilitas politik mendukung jalannya pembangunan nasional sehingga potensi
pasar dalam negeri akan terus mengalami pertumbuhan yang cukup besar. 2. Adanya UU Investasi baru yang cukup fair diharapkan akan mendorong
peningkatan pada investasi disektor konstruksi khususnya Jalan Tol dan Power Plant.
3. Brand image WIKA yang semakin baik akan berpengaruh terhadap peningkatan perolehan WIKA BETON
4. Pemerintah akan mendorong pembangunan perumahan dengan pola rumah susun (Rusun) dan rumah sederhana sehat (RSH).
5. Sistem Pracetak dan Material Alternatif akan berkembang pesat menggantikan sistem konvensional.
6. Pasar produsen semen tidak dibatasi secara geografis. 7. WIKA BETON dikenal dan mendapat apresiasi yang tinggi dari pihak-pihak yang
terkait dengan industri beton pracetak (produk, jasa dan teknologi) baik didalam maupun luar negeri.
8. Terdapat berbagai Sistem Manajemen baru yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
9. Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat diajak bekerjasama.
102
No. Ancaman (Threats) 1. Adanya daerah-daerah yang belum digarap dengan baik oleh Wika Beton,
memungkinkan pesaing untuk mendahului masuk dan memperkuat posisi pasarnya.
2. Pelanggan beralih dari WIKA BETON karena Pesaing menggunakan sistem produksi dan desain yang lebih ekonomis.
3. Produksi PC Wire dunia semakin berkurang sejalan dengan mening-katnya produksi PC Bar, sementara WIKA BETON belum siap sepenuhnya untuk beralih ke sistem produksi menggunakan PC Bar.
4. Kesulitan mendapatkan pemasok yang mampu men-supply material alam dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas produksi.
5. Meningkatnya kecenderungan Pelanggan untuk menunda dan menghindari kewajiban membayar, dapat menyebabkan kesulitan likuiditas, meningkatnya biaya bunga dan piutang macet perusahaan.
6. Produsen pesaing merebut pasar tradional WIKA BETON melalui upaya pengembangan range product yang semakin beragam.
7. Perkembangan transportasi laut yang semakin murah akan meningkatkan kemampuan pesaing menjangkau wilayah pemasaran yang selama ini hanya dilayani oleh WIKA BETON.
8. Hubungan sosial dengan masyarakat sekitar Pabrik yang tidak terbina dengan baik dapat menyebabkan Pabrik WIKA BETON yang berlokasi diluar kawasan industri berisiko menghadapi masalah.
9. Rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai keharusan penempatan lokasi pabrik di Kawasan Industri dapat menyebabkan turunnya fleksibilitas pemilihan lokasi pembangunan pabrik baru.
10. Pelanggan cenderung membeli produk dalam satu paket terpasang.
4.1.1.4 Perhitungan EFAS dan IFAS
Untuk menentukan posisi perusahaan di tengah persaingan industri yang
sejenis dilakukan identifikasi dan pemilihan strategi dengan menggunakan
analisa perhitungan EFAS dan IFAS analisa SWOT. Pembobotan pada setiap
indikator menggunakan metode perbandingan berpasangan atau pairwise
comparison. Berikut adalah hasil perhitungan IFAS dan EFAS (Tabel 4.7 –
4.10).
103
1. Strengths – S
Tabel 4.7 Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) - S
INDIKATOR BOBOT
(B)
RATING
(R) B X R
1. Dikenal sebagai produsen Beton Pracetak dengan
kualitas dan citra yang baik.
2. Kapasitas produksi jauh diatas pesaing sehingga Wika
Beton memiliki posisi tawar yang baik terhadap
pelanggan khususnya pada proyek pembangunan
infrastruktur.
3. Memiliki variasi produk yang banyak yaitu 10 SBU
dengan 40 jenis produk dan standar produk yang secara
umum sudah diterima dan menjadi acuan bagi
pelanggan maupun pesaing.
4. Menguasai berbagai macam teknologi produksi beton
pracetak sehingga mampu merespon kebutuhan pasar
dengan cepat.
5. Mempunyai SDM yang handal dan berpengalaman
dalam bidang engineering, pabrikasi dan penjualan
produk beton.
6. Memiliki mitra kerja yang handal dan bersaing dalam
penyediaan material, peralatan, tenaga kerja, dan
modal.
0.2
0.2
0.15
0.11
0.17
0.17
5
5
4
4
4
5
1
1
0.6
0.44
0.68
0.85
JUMLAH 1 4.57
2. Weaknesses – W
Tabel 4.8 Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) - W
INDIKATOR BOBOT
(B)
RATING
(R) B X R
1. Implementasi strategis perusahaan tidak berjalan secara
seimbang, menyebabkan adanya fungsi diperusahaan
yang belum sepenuhnya mampu mengikuti tuntutan
perkembangan.
2. Fasilitas dan pengelolaan Laboratorium Beton dan
0.07
0.08
2
1
0.14
0.08
104
Material belum mencerminkan citra perusahaan
sebagai produsen beton pracetak terkemuka.
3. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan kurang
terintegrasi dengan program pemasaran jangka panjang
menyebabkan hasil litbang produk kurang berorientasi
pada kebutuhan pasar.
4. Kemampuan finansial relatif rendah untuk
meningkatkan kapasitas produksi melalui
pembangunan pabrik baru.
5. Produktivitas kurang fleksibel disebabkan salah
satunya karena masih memakai labour intensive-
production teknologi.
6. Upaya promosi tidak terprogram dengan baik dapat
menyebabkan terhambatnya proses "estafet"
penyebaran informasi.
7. Struktur Harga Pokok Produksi menimbulkan subsidi
silang antar produk yang nilainya tidak diketahui
secara tepat dan mengakibatkan rendahnya daya saing
sebagian SBU.
8. Sistem Manajemen piutang yang belum terintegrasi
menyebabkan collection period, nilai piutang,
ketergantungan modal usaha pada kredit dan biaya
bunga bank terus meningkat.
9. Informasi mengenai mitra kerja potensial belum
dikelola secara sistematis menyebabkan
ketergantungan pada mitra kerja aktif.
10. Kemampuan negosiasi dan penguasaan kontrak
khususnya untuk proyek-proyek multinasional relatif
rendah.
11. Sistem Pelayanan Purna Jual belum terintegrasi dengan
baik antar unit kerja.
12. Pengelolaan Vendor Angkutan belum terintegrasi
dengan baik antar unit kerja.
13. Pembinaan Pelanggan belum dilakukan secara
sistematis.
0.1
0.08
0.06
0.07
0.08
0.08
0.1
0.08
0.06
0.08
0.06
2
3
3
1
4
2
3
3
1
2
2
0.2
0.24
0.18
0.07
0.32
0.16
0.3
0.24
0.06
0.16
0.12
JUMLAH 1 2.27
105
3. Opportunities – O
Tabel 4.9 External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) - O
INDIKATOR BOBOT
(B)
RATING
(R) B X R
1. Stabilitas politik mendukung jalannya pembangunan
nasional sehingga potensi pasar dalam negeri akan
terus mengalami pertumbuhan yang cukup besar.
2. Adanya UU Investasi baru yang cukup fair diharapkan
akan mendorong peningkatan pada investasi disektor
konstruksi khususnya Jalan Tol dan Power Plant.
3. Brand image WIKA yang semakin baik akan
berpengaruh terhadap peningkatan perolehan WIKA
BETON
4. Pemerintah akan mendorong pembangunan perumahan
dengan pola rumah susun (Rusun) dan rumah
sederhana sehat (RSH).
5. Sistem Pracetak dan Material Alternatif akan
berkembang pesat menggantikan sistem konvensional.
6. Pasar produsen semen tidak dibatasi secara geografis.
7. WIKA BETON dikenal dan mendapat apresiasi yang
tinggi dari pihak-pihak yang terkait dengan industri
beton pracetak (produk, jasa dan teknologi) baik
didalam maupun luar negeri.
8. Terdapat berbagai Sistem Manajemen baru yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat
diajak bekerjasama.
9. Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat
diajak bekerjasama.
0.15
0.15
0.12
0.1
0.1
0.12
0.12
0.07
0.07
4
3
4
3
2
4
4
4
4
0.6
0.45
0.48
0.3
0.2
0.48
0.48
0.28
0.28
JUMLAH 1 3.45
106
4. Threats – T
Tabel 4.10 External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) - T
INDIKATOR BOBOT
(B)
RATING
(R) B X R
1. Adanya daerah-daerah yang belum digarap dengan
baik oleh Wika Beton, memungkinkan pesaing untuk
mendahului masuk dan memperkuat posisi pasarnya.
2. Pelanggan beralih dari WIKA BETON karena Pesaing
menggunakan sistem produksi dan desain yang lebih
ekonomis.
3. Produksi PC Wire dunia semakin berkurang sejalan
dengan mening-katnya produksi PC Bar, sementara
WIKA BETON belum siap sepenuhnya untuk beralih
ke sistem produksi menggunakan PC Bar.
4. Kesulitan mendapatkan pemasok yang mampu men-
supply material alam dalam jumlah dan kualitas yang
diharapkan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas
produksi.
5. Meningkatnya kecenderungan Pelanggan untuk
menunda dan menghindari kewajiban membayar,
dapat menyebabkan kesulitan likuiditas, meningkatnya
biaya bunga dan piutang macet perusahaan.
6. Produsen pesaing merebut pasar tradional WIKA
BETON melalui upaya pengembangan range product
yang semakin beragam.
7. Perkembangan transportasi laut yang semakin murah
akan meningkatkan kemampuan pesaing menjangkau
wilayah pemasaran yang selama ini hanya dilayani
oleh WIKA BETON.
8. Hubungan sosial dengan masyarakat sekitar Pabrik
yang tidak terbina dengan baik dapat menyebabkan
Pabrik WIKA BETON yang berlokasi diluar kawasan
industri berisiko menghadapi masalah.
9. Rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan
mengenai keharusan penempatan lokasi pabrik di
Kawasan Industri dapat menyebabkan turunnya
0.1
0.1
0.07
0.14
0.15
0.07
0.14
0.1
0.06
2
2
1
2
3
1
2
1
1
0.2
0.2
0.07
0.28
0.45
0.07
0.28
0.1
0.06
107
fleksibilitas pemilihan lokasi pembangunan pabrik
baru.
10. Pelanggan cenderung membeli produk dalam satu
paket terpasang.
0.07
2
0.14
JUMLAH 1 1.85
Posisi PT. WIKA Beton berdasarkan formula perhitungan IFAS dan
EFAS diatas ialah sebagai berikut (Marimin, 2004, p62):
IFAS (sumbu-x) = 2WS− =
227.257.4 − = 1.15
EFAS (sumbu-y) = 2
TO − = 2
85.145.3 − = 0.8
Gambar 4.3 Diagram SWOT PT. WIKA Beton
Berdasarkan pemetaan diagram diatas, PT. WIKA Beton mempunyai
kekuatan dan kesempatan yang sangat baik, sehingga berada pada kwadran I,
pertumbuhan dan pengembangan. Dalam kwadran ini, pangsa pasar dan peluang
untuk tumbuh yang dimiliki perusahaan sangat baik, sehingga diperlukan
108
langkah-langkah strategis untuk melakukan investasi/pengembangan dalam
mengejar pertumbuhan yang agresif. Secara umum, PT. WIKA Beton
memfokuskan pada strategi pertumbuhan dan pengembangan melalui
peningkatan mutu, pelayanan serta harga yang bersaing agar dapat selalu
menjawab tantangan saat ini dan di masa yang akan datang.
Matriks SWOT digunakan sebagai penetapan strategi yang berhubungan
dengan keempat faktor dalam analisa SWOT dan posisi perusahaan pada
diagram SWOT. Penetapan strategi digolongkan menjadi empat bagian, yaitu
(Tabel 4.7 – Tabel 4.10):
Strategi Strengths – Opportunities/SO (maxi-maxi), yaitu strategi perusahaan
untuk memaksimalkan kekuatan perusahaan dalam meraih kesempatan yang
ada secara maksimal.
Strategi Strengths – Threats/ST (maxi-mini), yaitu strategi perusahaan untuk
meminimalisasi ancaman eksternal dengan memaksimalkan kekuatan yang
dimiliki.
Strategi Weaknesses – Opportunities/WO (mini-maxi), yaitu strategi
perusahaan untuk meminimalisasi kelemahan dengan memanfaatkan
kesempatan yang ada.
Strategi Weaknesses – Threats/WT (mini-mini), yaitu strategi perusahaan
untuk meminimaliasasi ancaman dengan meminimalisasi kekurangan yang
dimiliki perusahaan.
109
Tabel 4.11 Strategi Strengths - Opportunities
No. Strategi S-O
1. Mengembangkan sistem pracetak untuk gedung dan perumahan dengan memanfaatkan
adanya program pemerintah membenahi kawasan kumuh melalui pembangunan
RUSUN.
2. Mengembangkan sistem pracetak dan material alternative melalui kerjasama dengan
pihak lain (dalam maupun luar negeri) yang sudah berpengalaman dan memiliki sistem
yang handal.
3. Memanfaatkan citra dan kapasitas produksi yang besar untuk memperoleh "premium
price".
4. Menangkap peluang peningkatan investasi dibidang infrastruktur melalui pola
pemasaran yang lebih kehulu.
5. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan melalui optimalisasi kapasitas jalur yang ada.
6. Mengamankan supply dan harga semen melalui upaya menjaga keseimbangan
pemesanan antar produsen.
7. Melakukan kerjasama secara profesional dengan lembaga/perorangan untuk
pengembangan sistem manajemen, laboratorium dan proyek engineering.
8. Memanfaatkan Lembaga hukum untuk mengupayakan agar produk-produk yang
dimiliki perusahaan mempunyai status hukum (merk dan hak intelektual).
9. Memanfaatkan konsultan hukum untuk mengatasi permasalah hukum perusahaan.
Tabel 4.12 Strategi Strengths - Threats
No. Strategi S-T
1. Meningkatkan jangkauan dan penetrasi pasar melalui penambahan representatif di
beberapa daerah potensial.
2. Pengembangan material, produk, fasilitas dan sistem produksi disesuaikan dengan
tuntutan pasar dan dilaksanakan melalui pembentukan Tim Pengembangan yang
bertugas menetapkan dan mengendalikan arah pengembangannya.
3. Seluruh pabrik disiapkan untuk dapat menggunakan PC Bar.
4. Bekerjasama dengan mitra kerja produsen lokal untuk meningkatkan jaminan kualitas
dan supply PC Bar.
5. Lokasi pembangunan pabrik baru ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek dampak
lingkungan, sosial masyarakat, supply material alam dan transportasi produk
(khususnya angkutan laut) serta diupayakan didalam kawasan industri.
110
6. Lebih selektif dalam menerima pesanan pelanggan dengan memanfaatkan informasi
Nilai Pelanggan.
7. WIKA BETON tetap fokus pada produk-produk untuk menunjang pembangunan
infrastruktur sambil mulai mengembangkan produk-produk untuk gedung dan
perumahan.
8. Secara bertahap memodifikasi dan menerapkan sistem produksi yang ramah lingkungan
diseluruh pabrik.
9. Mengutamakan rekrutmen tenaga kerja dari masyarakat sekitar dan berpartisipasi
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
10. Pengembangan SDM dikaitkan dengan rencana pengembangan jangka panjang
perusahaan.
11. Peningkatan kemampuan bersaing dilakukan melalui upaya improvement dan
differensiasi produk lama.
12. Bekerjasama dengan mitra kerja konstruksi untuk memasuki pasar rumah susun dan
gedung pracetak.
Tabel 4.13 Strategi Weaknesses - Opportunities
No. Strategi W-O
1. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap pencapaian RKAP dan RJP harus meliputi seluruh
sasaran baik kuantitatif maupun kualitatif.
2. Melakukan kerjasama aliansi strategis dengan perusahaan terkait (dalam maupun luar
negeri) untuk meningkatkan kapasitas penjualan.
3. Melakukan kerjasama secara profesional dengan lembaga/perorangan untuk
pengembangan SDM, sistem manajemen, laboratorium dan proyek engineering.
4. Meningkatkan Laboratorium Beton untuk mampu mengikuti perkembangan teknologi.
5. Mengembangkan Customer Relation Management secara terpadu untuk penanganan
masalah pasar, pelanggan dan pelayanan purna jual.
6. Mengembangkan e-procurement pengadaan yang mencakup kegiatan pengadaan di
PPB, WP dan Kantor Pusat secara terpadu.
111
Tabel 4.14 Strategi Weaknesses - Threats
No. Strategi W-T
1. Aktivitas Promosi dilaksanakan berdasarkan sasaran/program jangka panjang dan
jangka pendek promosi.
2. Peningkatan kapasitas dan konsistensi mutu dilakukan melalui penggunaan teknologi
baru.
3. Pengelolaan informasi mengenai mitra-kerja potensial dilakukan melalui sistem IT
yang terintegrasi.
4. Meninjau, menetapkan dan menegaskan kembali strategi perusahaan dalam
menghadapi masalah keterlambatan pembayaran dan piutang macet.
4.1.2 Penetapan & Implementasi Strategi
Pada tahap penetapan & implementasi strategi terdapat dua tahapan
utama, yaitu:
1. Pemetaan strategi ke dalam area fungsional perusahaan
2. Penetapan critical success factor (CSF).
4.1.2.1 Penetapan Strategi & Kebijakan Fungsional
Dalam perencanaan dan implementasi strategi perusahaan, PT. WIKA
Beton menggolongkan strategi-strategi tersebut berdasarkan area fungsional
perusahaan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.15 Pemetaan Strategi kedalam Area Fungsional Perusahaan
No. Area Fungsional
Perusahaan Strategi
A. Pengembangan
Bisnis
Mengembangkan sistem pracetak untuk gedung dan perumahan
dengan memanfaatkan adanya program pemerintah membenahi
kawasan kumuh melalui pembangunan RUSUN (rumah susun)
112
No. Area Fungsional
Perusahaan Strategi
Mengembangkan sistem pracetak dan material alternatif melalui
kerjasama dengan pihak lan (dalam maupun luar negeri) yang
sudah berpengalaman dan memiliki sistem yang handal
Pengembangan material, produk, fasilitas, dan sistem produksi
disesuaikan dengan tuntutan pasar dan dilaksanakan melalui
pembentukan Tim Pengembangan yang bertugas menetapkan dan
mengendalikan arah pengembangannya
Lokasi pembangunan pabrik baru ditetapkan dengan
mempertimbangkan aspek dampak lingkungan, sosial
masyarakat, pasokan material alam dan transportasi produk
(khususnya angkatan laut) serta diupayakan di dalam kawasan
industri
PT. WIKA Beton tetap fokus pada produk-produk untuk
menunjang pembangunan infrastuktur sambil mulai
mengembangkan produk-produk untuk gedung dan perumahan
Melakukan kerjasama aliansi strategis dengan perusahaan terkait
(dalam maupun luar negeri) untuk meningkatkan kapasitas
penjualan
Melakukan kerjasama secara professional dengan
lembaga/perorangan untuk pengembangan SDM, sistem
manajemen, laboratorium dan proyek enjiniring
B. Pemasaran Menangkap peluang peningkatan investasi di bidang infrastruktur
melalui pola pemasaran yang lebih kehulu
Meningkatkan jangkauan dan penetrasi pasar melalui
penambahan representatif penjualan di beberapa daerah potensial
Aktivitas promosi dilaksanakan berdasarkan sasaran/program
jangka panjang/jangka pendek promosi
Mengembangkan Customer Relation Management secara terpadu
untuk penanganan masalah pasar, pelanggan, dan pelayanan
purna jual
C. Penjualan Memanfaatkan citra dan kapasitas produksi yang besar untuk
memperoleh “premium price”
Lebih selektif dalam menerima pesanan pelanggan dengan
memanfaatkan informasi Nilai Pelanggan
113
No. Area Fungsional
Perusahaan Strategi
D. Produksi Peningkatan kapasitas produksi dilakukan melalui optimalisasi
kapasitas jalur yang ada
Mengamankan pasokan dan harga semen melalui upaya menjaga
keseimbangan pemesanan antar produsen
Seluruh pabrik disiapkan untuk menggunakan PC Bar
Bekerjasama dengan mitra kerja produsen lokal untuk
meningkatkan jaminan kualitas dan pasokan PC Bar
Secara bertahap memodifikasi dan menerapkan sistem produksi
yang ramah lingkungan diseluruh pabrik
Peningkatan kapasitas dan konsistensi mutu dilakukan melalui
penggunaan dan teknologi baru
Mengembangkan e-procurement yang mencakup kegiatan
pengadaan di PPB, WP, dan kantor pusat secara terpadu
E. Sumberdaya
Manusia
Pengembangan SDM dikaitkan dengan rencana pengembangan
jangka panjang perusahaan
Peningkatan produktivitas dan profitabilitas SDM
F. Enjiniring Peningkatan kemampuan bersaing dilakukan melalui upaya
improvement dan diferensiensi produk lama
Meningkatkan Laboratorium Beton agar mampu mengikuti
perkembangan teknologi
Melakukan kerjasama secara profesional dengan
lembaga/perorangan untuk pengembangan sistem manajemen,
laboratorium, dan proyek
G. Keuangan Meninjau, menetapkan dan menegaskan kembali strategi
perusahaan dalam menghadapi masalah keterlambatan
pembayaran dan piutang macet
H. Hukum dan Legal Memanfaatkan Lembaga hukum untuk mengupayakan agar
produk-produk yang dimiliki perusahaan mampunyai status
hukum (merek dan hak intelektual)
Memanfaatkan konsultan hukum untuk mengatasi permasalahan
hukum perusahaan
I. Bidang Umum dan
Hubungan
Masyarakat
Mengutamakan rekrutmen tenaga kerja dari masyarakat sekitar
dan berpatisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
114
No. Area Fungsional
Perusahaan Strategi
J. Pengendalian Evaluasi dan tindak lanjut terhadap pencapaian RKAP dan RJP
harus meliputi seluruh sasaran baik kuantitatif maupun kualitatif
K. Sistem Informasi Pengelolaan informasi mengenai mitra-kerja potensial yang
dilakukan melalui sistem TI yang terintegrasi
4.1.2.2 Penetapan Critical Succes Factors
Penetapan critical success factor (CSF) bertujuan untuk mengetahui
wilayah aktivitas bisnis yang yang harus berjalan dengan benar untuk mencapai
sasaran bisnis, sehingga diperlukan suatu pengukuran kinerja untuk mengetahui
sejauh mana perusahaan telah menjalankan komitmennya terhadap strategi yang
telah ditetapkan. Berikut adalah CSF yang ditetapkan untuk mencapai sasaran
bisnis, yaitu:
Meningkatkan omzet penjualan dan perolehan kontrak baru
Meningkatkan laba operasional
Intensifikasi/Penetrasi pasar dan ekstensifikasi wilayah operasi pasar
(lebih ke industri hulu)
Meningkatkan kapasitas produksi dan konsistensi mutu produk
Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya keuangan dan tingkat
pengembalian investasi
Meningkatkan pengembangan produk baru dan diferensiasi produk
Meningkatkan kompetensi, kepuasan dan produktivitas sumber daya
manusia
Meningkatkan pelayanan dan kemampuan enjiniring melalui program
penelitian dan pengembangan
115
Penerapan sistem informasi yang terintegrasi di seluruh unit kerja
Meningkatkan sistem manajemen perusahaan.
4.1.3 Evaluasi Kinerja Strategi
Hasil setiap langkah yang diimplementasikan perlu dievaluasi berupa
pengukuran kinerja untuk memberikan umpan balik bagi pemantauan
pelaksanaan anggaran, program dan pelaksanaan strategis. Hasil evaluasi juga
digunakan untuk memberikan informasi bagi pelaksanaan tentang seberapa jauh
target telah berhasil dicapai, sasaran strategis telah berhasil dicapai, tujuan dan
visi perusahaan dapat dicapai.
Evaluasi kinerja perusahaan dalam menjalankan rencana strategis mereka
membutuhkan metode pengukuran performansi. Metode yang digunakan ialah
metode Balanced Scorecard dengan empat perspektif pengukuran, yaitu
perspektif keuangan (financial), perspektif pelanggan (customer), perspektif
proses bisnis internal (internal process), dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan (learning and growth).
Didalam setiap perspektif perlu ditetapkan key performance indicator
(KPI), sebagai tolak ukur antara pencapaian rencana dengan realisasi yang
terjadi. KPI ditentukan dari setiap CSF perusahaan, berikut adalah uraian
mengenai CSF dan KPI dalam kerangka Balanced Scorecard PT. WIKA Beton
(Tabel 4.16).
116
Tabel 4.16 CSF/Sasaran Strategis dan KPI PT. WIKA Beton.
Perspektif CSF Key Performance
Indicator
Satuan
Pengukuran
Meningkatkan omzet penjualan Nilai Penjualan Rupiah
Meningkatkan omzet kontrak baru Nilai perolehan kontrak
baru
Rupiah
Meningkatkan tingkat
pengembalian investasi
Return On Investment
(ROI)
Persentase
Meningkatkan efisiensi
penggunaan total aktiva
perusahaan
Total Asset Turnover Kali Finansial
Meningkatkan laba operasional Nilai EBIT (Earn Before
Interest and Tax).
Rupiah
Memperluas penetrasi pasar
(ekstensifikasi dan intensifikasi)
Target pangsa pasar
(market share).
Persentase
Meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan
Indeks kepuasan
pelanggan (CSI)
Skor (1-5)
Mempertahankan pelanggan lama Rasio pelanggan lama Persentase
Pelanggan
Meningkatkan pelanggan baru Rasio pelanggan baru Persentase
Menurunkan jumlah produk cacat
& gagal
Rasio produk cacat dan
gagal.
Persentase
Proses
Internal
Menurunkan jumlah potensi
kontrak yang tidak dapat dipenuhi
karena keterbatasan kapasitas
produksi
Jumlah Lost Sale ketika
dibutuhkan.
Frekuensi &
Rupiah
Meningkatkan kompetensi tenaga
kerja
Training Coverage Persentase
Meningkatkan kepuasan tenaga
Kerja
Employee Turnover Persentase
Meningkatkan produktivitas
Pegawai
Produktivitas Pegawai Rupiah/Orang Pembelajaran
&
Pertumbuhan Meningkatkan kemampuan
perusahaan dengan pengembangan
produk baru, manajemen, SDM,
pasar, dan kemampuan teknik
Proporsi biaya
pengembangan &
penelitian terhadap total
biaya usaha.
Persentase
117
Gambar 4.4 Strategic Map PT. WIKA Beton dalam Kerangka
Balanced Scorecard
4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh untuk
mengukur setiap KPI yang terdapat pada peta strategi. Dalam pengolahan data,
ditambahkan asumsi-asumsi yang diperoleh dari pihak perusahaan dengan tujuan
118
agar setiap pengukuran KPI pada setiap perspektif di peta strategi Balanced
Scorecard memiliki batasan dan pengertian yang jelas.
Sumber pengolahan data diperoleh dari laporan manajemen dan rencana
kerja anggaran perusahaan (RKAP) periode tahun 2003-2006. Pengukuran
performansi PT. WIKA Beton dimulai dari perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, proses bisnis internal, dan pelanggan, karena ketiga perspektif
tersebut merupakan indikator pencapaian jangka panjang (driver) yang akan
mempengaruhi target kinerja jangka pendek pada indikator perspektif finansial.
4.2.1 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam suatu perusahaan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan strategi
perusahaan. Selain kapabilitas keuangan dan kemampuan perusahaan dalam
menarik konsumen dengan proses internalnya, kinerja karyawan merupakan
investasi infrastruktur perusahaan yang tak ternilai harganya. Perpektif
pembelajaran dan pertumbuhan merupakan prioritas untuk menciptakan suatu
keadaan yang mendukung perubahan organisasional, inovasi, dan pertumbuhan.
Dalam pengukuran performansi PT. WIKA Beton pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, dilakukan pengukuran performansi tenaga kerja
berdasarkan kinerja program penelitian dan pengembangan, Training Coverage,
Employee Turnover, dan produktivitas pegawai.
119
4.2.1.1 Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (research and development) atau Litbang
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan melalui peningkatan berkelanjutan terhadap
kapabilitas kinerja semua sumber daya didalam perusahaan. Program penelitian
dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu: Litbang Produk,
Litbang SDM, Litbang Teknik, Litbang Manajemen, Litbang Sistem Informasi
Manajemen, dan Litbang Pasar.
Bagaimana mengukur kinerja litbang agar usaha dan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dapat mempengaruhi perubahan kapabilitas
perusahaan secara efektif?. Untuk itu, pengukuran KPI ini dilakukan dengan
menghitung proporsi pengeluaran biaya untuk program penelitian dan
pengembangan terhadap biaya usaha yang dikeluarkan per tahun, karena biaya
litbang merupakan bagian dari biaya usaha. Pengukuran tersebut bertujuan untuk
mengetahui dampak proporsi biaya litbang terhadap perubahan perusahaan
kearah yang lebih baik.
120
Tabel 4.17 Program Penelitian dan Pengembangan PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton
Proporsi Pengeluaran Biaya Penelitian & Pengembangan
Periode 2003-2006
(satuan jutaan rupiah; persen)
2003 2004 2005 2006 Uraian
Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana
Biaya Usaha 338,601.78 253,511.00 405,797.72 366,200.00 549,270.05 416,150.00 589,265.00 564,196.00
Biaya Litbang 636.93 503.98 746.94 1,113.00 1,205.00 1,256.99 1,008.00 1,435.00
Proporsi Litbang 0.19% 0.20% 0.18% 0.30% 0.22% 0.30% 0.17% 0.25% % Pencapaian Target 94.62% 60.56% 72.63% 67.26%
(sumber: Laporan Beban Langsung/ Beban Tak Langsung periode 2003-2006)
Ket:
RKAP = Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan, Realisasi = Pelaksanaan Aktual
Contoh perhitungan:
x100% UsahaBiayaLitbang BiayaProporsi = …(rumus 2.17)
%19.0%100x78.601,338
93.6362003angoporsiLitbPr ==
dan % pencapaian target tahun 2003
%62.94%20.0%19.0%100x
angRKAPoporsiLitbPralisasiReangoporsiLitbPr
===
121
Tabel 4.18 Uraian Biaya Program Penelitian dan Pengembangan
PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Program Penelitian dan Pengembangan
Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah)
Litbang 2003 2004 2005 2006
Produk 187.73 341.26 643.16 632.00 SDM 29.88 186.24 321.32 191.00 Teknik 103.00 152.81 177.14 121.00 SIM 0.00 0.00 0.00 0.00 Manajemen 299.08 52.04 48.02 42.00 Pasar 17.24 14.59 15.60 22.00
Jumlah Biaya Litbang 636.93 746.94 1,205.24 1,008.00
4.2.1.2 Kompetensi Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan suatu asset dan komponen masukkan (input)
yang berharga bagi perusahaan. Para pekerja memegang peranan yang penting
dalam kemajuan perusahaan. Tenaga kerja yang memiliki skill dan pemahaman
kerja yang tinggi, merupakan modal intelektual bagi perusahaan. KPI pelatihan
tenaga kerja memberikan gambaran seberapa besar usaha yang dilakukan oleh
PT. WIKA Beton terhadap peningkatan kemampuan dan keahlian para sumber
daya manusia mereka.
Salah satu pengukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
besar usaha peningkatan kompetensi tenaga kerja ialah training coverage.
Training coverage adalah persentase jumlah karyawan yang mendapatkan
pelatihan dalam satu tahun. Kinerja training coverage PT. WIKA Beton periode
2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.19.
122
Tabel 4.19 Training Coverage PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Peserta Program Pelatihan dan Pendidikan Tenaga Kerja
Periode 2003-2006 (satuan orang; persen)
Peserta 2003
Peserta 2004
Peserta 2005
Peserta 2006 No Uraian
Ri Ra Ri Ra Ri Ra Ri Ra
1 Pelatihan Dasar 0 22 0 0 0 0 0 10 2 Kursus Reguler 158 96 152 90 109 115 191 155 3 Pembinaan SDM 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Konsultan SDM 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Seminar 14 5 30 16 24 34 32 25 6 Pendidikan Reguler 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Pendidikan Lanjutan 0 2 0 2 1 1 0 4 8 Studi Banding 0 0 5 9 0 0 0 10 9 Lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Peserta 172 125 187 117 134 150 223 204
Jumlah Tenaga Kerja 885 918 912 903
Training Coverage Aktual 19.44% 20.37% 14.69% 24.70%
Training Coverage Rencana 14.12% 12.75% 16.45% 22.59%
% Pencapaian Target 137.60% 159.83% 89.33% 109.31% (sumber: Laporan Realisasi Program Pendidikan dan Pelatihan periode 2003-2006) Ket: Ri = Pelaksanaan aktual / realisasi aktual Ra = Rencana pelaksanaan awal
Contoh perhitungan:
x100%Kerja Tenaga TotalJumlah
Training PesertaJumlah Coverage Training = …(rumus 2.16)
24.70%x100%9032232006 Realisasi Coverage Training ==
123
dan % pencapaian target tahun 2006
109.31%22.59%24.70%x100%
Ra Coverage Training %Ri Coverage Training %
===
4.2.1.3 Kepuasan Tenaga Kerja
Tujuan kepuasan tenaga kerja (employee satisfaction) menyatakan bahwa
moral pekerja dan kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang penting
oleh perusahaan. Pekerja yang puas merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya
produktivitas, daya tanggap, mutu, dan pelayanan kepada pelanggan.
Employee turnover merupakan tingkat keluar masuknya karyawan pada
perusahaan tersebut. Semakin tinggi Employee Turnover, mengindikasikan iklim
organisasi yang kurang baik, sehingga karyawan yang bekerja tidak dapat
bertahan lama berada dalam perusahaan tersebut. Employee Turnover PT. WIKA
Beton periode 2003-2006 berdasarkan alasannya dapat dilihat pada Tabel 4.20.
124
Tabel 4.20 Realisasi Employee Turnover PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Empolyee Turnover per Tahun
Periode 2003-2006
(satuan orang)
No. Uraian 2003 2004 2005 2006
Jumlah Awal 880 885 918 912 A Penambahan Tenaga Kerja 19 45 10 25 B Pengurangan Tenaga Kerja 1 Mengundurkan Diri 2 4 5 9 2 Pensiun 9 2 4 5 3 Meninggal Dunia 2 4 3 5
4 Kepentingan Perusahaan 1 2 4 15
Total Tenaga Kerja Keluar 14 12 16 34
Jumlah Akhir 885 918 912 903
% Masuk 2.16% 5.08% 1.09% 2.74%
% Keluar 1.59% 1.36% 1.74% 3.73% (sumber: Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
%100xKerja Tenaga TotalJumlah Keluar Kerja TenagaJumlah KeluarTurnover = …(rumus 2.15.1)
x100%Kerja Tenaga TotalJumlah Masuk Kerja TenagaJumlah MasukTurnover = …(rumus 2.15.2)
1.59%x100%885142003Keluar Turnover ==
2.16%100%x885192003Masuk Turnover ==
125
Tabel 4.21 Rencana Employee Turnover PT. WIKA Beton
Uraian 2003 2004 2005 2006
Jumlah Awal 880 885 918 912
Tenaga Kerja Masuk 19 45 10 25
Tenaga Kerja Keluar 10 4 8 20
Jumlah Akhir 889 926 920 917
% Keluar 1.12% 0.43% 0.87% 2.18%
(sumber: Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)
Contoh perhitungan untuk rencana Employee Turnover menggunakan
rumus seperti contoh diatas.
4.2.1.4 Produktivitas Pegawai
Produktivitas Pegawai (employee productivity) adalah suatu ukuran hasil,
dampak keseluruhan dari usaha peningkatan moral (employee satisfaction) dan
keahlian pekerja. Tujuannya ialah membandingkan keluaran yang dihasilkan
para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan
keluaran tersebut.
Pengukuran produktivitas pegawai dilakukan dengan membandingkan
jumlah total penjualan (sebagai output perusahaan) terhadap jumlah total
pegawai di PT. WIKA Beton (sebagai input perusahaan) per periode tahunan.
Dengan asumsi, semua elemen tenaga kerja didalam organisasi terlibat dalam
menghasilkan output perusahaan berupa jumlah nilai penjualan. Jumlah dan
persentase kinerja produktivitas pegawai PT. WIKA Beton terhadap rencana
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.22.
126
Tabel 4.22 Produktivitas Pegawai PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Produktivitas Pegawai
Periode 2003-2006 (dalam jutaan rupiah; orang)
Uraian 2003 2004 2005 2006
Penjualan 342,477.85 413,597.70 551,021.85 597,246.95Jumlah Tenaga Kerja 885 918 912 903 Realisasi Produktivitas 386.98 450.54 604.19 661.40
Rencana Produktivitas 325.00 350.00 425.00 575.00
% Pencapaian Target 119.07% 128.73% 142.16% 115.03% (sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
(output) Kerja TenagaJumlah (input)Penjualan NilaitasProduktivi = …(rumus 2.14)
Rp/orang 450.54orang 918
.70Rp.413,5972004 tasProduktivi ==
dan % pencapaian target tahun 2004
%73.128%100x00.35054.450%100x
tasProduktivi RencanaAktual tasProduktivi
===
4.2.2 Perspektif Proses Bisnis Internal
Pengukuran performansi PT. WIKA Beton pada perspektif proses bisnis
internal, dilakukan pengukuran mutu dari setiap sub bisnis unit (SBU) yang
dimiliki oleh PT. WIKA Beton yaitu (tiang beton, tiang pancang, bantalan jalan
rel, produk beton jembatan, produk beton dinding penahan tanah, produk beton
bangunan air, produk beton gedung & perumahan, produk beton maritim, dan
produk beton lain-lain). Selain itu dalam perspektif ini, dilakukan pengukuran
127
terhadap kapasitas tersedia. Pengukuran mutu produk dan kapasitas tersedia PT.
WIKA Beton merupakan urutan proses bagi pengukuran performansi dalam
menetapkan strategi yang akan mendorong tercapainya tujuan pada perspektif
pelanggan dan finansial dari segi peningkatan pelayanan mutu dan ketersediaan
pengadaan barang.
4.2.2.1 Kualitas Produk
Pengukuran performansi mutu dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi
dan meningkatkan kepuasan pelanggan dari segi jaminan kualitas produk yang
ditawarkan. Dalam perhitungan performansi mutu produk, dibedakan menjadi
dua bagian yaitu produk cacat dan produk gagal. Produk cacat ialah produk
dengan tingkat kerusakan yang masih dapat diperbaiki atau dapat ditoleransi.
Sedangkan produk gagal ialah produk dengan tingkat kerusakan yang parah
sehingga tidak mungkin dapat digunakan lagi.
Perhitungan rasio produk cacat dan produk gagal ialah dengan
membandingkan volume produk cacat atau produk gagal dengan jumlah volume
produksi per SBU per tahun. Kinerja mutu produk cacat dan gagal PT. WIKA
Beton tahun 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Tabel 4.24.
128
Tabel 4.23 Volume dan Rasio Produk Cacat PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton
Jumlah dan Rasio Produk Cacat (Defect)
Periode 2003-2006
(satuan unit; persen)
2003 2004 No SBU Vol.
Produksi
Vol.
Cacat
Aktual
% Cacat
Rencana
% Cacat
Vol.
Produksi
Vol.
Cacat
Aktual
% Cacat
Rencana
% Cacat
1 Tiang Beton 55,794 32 0.06% 1.20% 65,472 65 0.10% 1.20%
2 Tiang Pancang 101,003 196 0.19% 0.90% 103,676 277 0.27% 0.90%
3 Bantalan Jalan Rel 456,236 191 0.04% 0.60% 47,487 4 0.01% 0.60%
4 Beton Jembatan 1,138 2 0.18% 0.60% 9,084 136 1.50% 0.60%
5 Beton Dinding Penahan Tanah 16,354 19 0.12% 1.00% 10,386 6 0.06% 1.00%
6 Beton Bangunan Air 2,724 1 0.04% 0.40% 178 0 0.00% 0.40%
7 Beton Gedung & Rumah 0 0 0.00% 0.00% 898 1 0.08% 0.00%
8 Beton Maritim 0 0 0.00% 0.00% 332 0 0.00% 0.00%
9 Beton Lain-lain 0 0 0.00% 0.00% 2,694 0 0.00% 1.00%
Rata-rata % Cacat 0.0691% 0.5222% 0.2228% 0.6333%
2005 2006 No SBU Vol.
Produksi
Vol.
Cacat
Aktual %
Cacat
Rencana
% Cacat
Vol.
Produksi
Vol.
Cacat
Aktual
% Cacat
Rencana
% Cacat
1 Tiang Beton 55,581 55 0.10% 1.20% 41,219 28 0.07% 1.20%
2 Tiang Pancang 151,402 291 0.19% 0.90% 154,289 141 0.09% 0.90%
3 Bantalan Jalan Rel 292,991 38 0.01% 0.60% 136,220 52 0.04% 0.60%
4 Beton Jembatan 6,330 0 0.00% 0.60% 11,572 0.00% 0.60%
5 Beton Dinding Penahan Tanah 17,478 11 0.06% 1.00% 20,561 30 0.15% 1.00%
6 Beton Bangunan Air 86 0 0.00% 0.40% 200 0 0.00% 0.40%
7 Beton Gedung & Rumah 250 0 0.00% 0.40% 2,009 2 0.10% 0.40%
8 Beton Maritim 63 0 0.00% 0.40% 1,089 0.00% 0.40%
9 Beton Lain-lain 6,894 0 0.00% 1.00% 2,016 0 0.00% 1.00%
Rata-rata % Cacat 0.0408% 0.7222% 0.0492% 0.7222%
129
Tabel 4.24 Volume dan Rasio Produk Gagal PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton
Jumlah dan Rasio Produk Gagal (Failure)
Periode 2003-2006
(satuan unit; persen)
2003 2004 No SBU Vol.
Produksi
Vol.
Gagal
Aktual
% Gagal
Rencana
% Gagal
Vol.
Produksi
Vol.
Gagal
Aktual
% Gagal
Rencana
% Gagal
1 Tiang Beton 55,794 28 0.05% 0.40% 65,472 26 0.04% 0.40%
2 Tiang Pancang 101,003 32 0.03% 0.25% 103,676 42 0.04% 0.25%
3 Bantalan Jalan Rel 456,236 113 0.02% 0.15% 47,487 3 0.01% 0.15%
4 Beton Jembatan 1,138 0 0.00% 0.10% 9,084 0 0.00% 0.10%
5 Beton Dinding Penahan Tanah 16,354 3 0.02% 0.40% 10,386 2 0.02% 0.40%
6 Beton Bangunan Air 2,724 0 0.00% 0.40% 178 0 0.00% 0.40%
7 Beton Gedung & Rumah 0 0 0.00% 0.00% 898 0 0.00% 0.00%
8 Beton Maritim 0 0 0.00% 0.00% 332 0 0.00% 0.00%
9 Beton Lain-lain 0 0 0.00% 0.00% 2,694 0 0.00% 0.00%
Rata-rata % Gagal 0.0139% 0.1889% 0.0118% 0.1889%
2005 2006 No SBU Vol.
Produksi
Vol.
Gagal
Aktual
% Gagal
Rencana
% Gagal
Vol.
Produksi
Vol.
Gagal
Aktual
% Gagal
Rencana
% Gagal
1 Tiang Beton 55,581 15 0.03% 0.30% 41,219 16 0.04% 0.30%
2 Tiang Pancang 151,402 55 0.04% 0.25% 154,289 58 0.04% 0.25%
3 Bantalan Jalan Rel 292,991 35 0.01% 0.15% 136,220 23 0.02% 0.15%
4 Beton Jembatan 6,330 0 0.00% 0.10% 11,572 0 0.00% 0.10%
5 Beton Dinding Penahan Tanah 17,478 0 0.00% 0.30% 20,561 3 0.01% 0.30%
6 Beton Bangunan Air 86 0 0.00% 0.10% 200 0 0.00% 0.10%
7 Beton Gedung & Rumah 250 0 0.00% 0.10% 2,009 0 0.00% 0.10%
8 Beton Maritim 63 0 0.00% 0.10% 1,089 0 0.00% 0.10%
9 Beton Lain-lain 6,894 0 0.00% 0.30% 2,016 0 0.00% 0.30%
Rata-rata % Gagal 0.0084% 0.1889% 0.0120% 0.1889%
(sumber: Laporan Produksi periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
100%ProdukJenis@ProduksiVol.
[email protected]@Cacat% ×= ..(rumus 2.11)
130
DihasilkanYangProdukJenisJumlahCacat%Jumlah
Cacat%rataRata =− …(rumus 2.12)
0.06%100%55794
322003Beton iangTCacat% =×=
%0691.09
0.400.120.180.040.190.062003Cacat%rataRata =+++++
=−
, untuk perhitungan rasio produk gagal (failure) menggunakan perumusan yang
sama seperti yang dilakukan untuk perhitungan rasio produk cacat diatas.
4.2.2.2 Kapasitas Tersedia
Ketersediaan kapasitas produk mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Perusahaan tidak akan menyanggupi
penawaran kontrak yang diajukan oleh pelanggan jika kapasitas yang ada tidak
sanggup menampung kebutuhan tersebut, hal demikian yang selanjutnya disebut
lost sales.
Pengukuran performansi kapasitas tersedia dengan perhitungan lost sales
dilakukan dengan menghitung frekuensi terjadinya lost sales setiap tahunnya dan
biaya yang hilang akibat lost sales. Kinerja kapasitas tersedia PT. WIKA Beton
dapat dilihat pada Tabel 4.25.
131
Tabel 4.25 Jumlah dan Biaya Lost Sales PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Frekuensi dan Biaya Lost Sales
Periode 2003-2006
Periode Frekuensi Biaya (Rp.
jutaan)
Rencana (Rp.
jutaan) Periode Frekuensi
Biaya (Rp.
jutaan)
Rencana (Rp.
jutaan)
2003 2004 Jan 0 0.00 0 Jan 0 0.00 0 Feb 0 0.00 0 Feb 0 0.00 0 Mar 0 0.00 0 Mar 0 0.00 0 Apr 0 0.00 0 Apr 0 0.00 0 Mei 0 0.00 0 Mei 0 0.00 0 Jun 0 0.00 0 Jun 0 0.00 0 Jul 0 0.00 0 Jul 0 0.00 0 Agt 1 2,685.40 0 Agt 0 0.00 0 Sep 0 0.00 0 Sep 1 2,659.21 0 Okt 0 0.00 0 Okt 1 1,179.63 0 Nov 0 0.00 0 Nov 0 0.00 0 Des 0 0.00 0 Des 0 0.00 0
Total 1 2,685.40 0 Total 2 3,838.84 0 Rata-rata 2,685.40 0
Rata-rata 1,919.42 0
2005 2006 Jan 0 0.00 0 Jan 0 0.00 0 Feb 0 0.00 0 Feb 0 0.00 0 Mar 0 0.00 0 Mar 0 0.00 0 Apr 0 0.00 0 Apr 0 0.00 0 Mei 0 0.00 0 Mei 0 0.00 0 Jun 0 0.00 0 Jun 0 0.00 0 Jul 0 0.00 0 Jul 0 0.00 0 Agt 1 1,260.05 0 Agt 0 0.00 0 Sep 2 3,350.00 0 Sep 0 0.00 0 Okt 1 1,179.63 0 Okt 1 2,350.98 0 Nov 0 0.00 0 Nov 1 1,020.36 0 Des 0 0.00 0 Des 0 0.00 0
Total 4 5,789.68 0 Total 2 3,371.34 0 Rata-rata 1,447.42 0
Rata-rata 1,685.67 0
(sumber: Laporan Peninjauan Kontrak periode 2003-2006)
132
Contoh perhitungan:
SalesLost FrekuensiSalesLost BiayaLostSales BiayarataRata
∑∑
=−
67.685,12
34.371,32006SalesLost BiayarataRata ==−
4.2.3 Perspektif Pelanggan
Pada keadaan nyata dimana konsumen memegang kendali bisnis,
produsen harus mengubah jalan pikiran mereka kepada jalan berpikir yang
berorientasi kepada pelanggan/konsumen. Produk PT. WIKA Beton merupakan
produk yang bersaing di pasaran. Pesaing untuk pasar lokal terdiri dari dari
beberapa perusahaan dengan level perusahaan modern. Apabila tidak diantisipasi
lebih lanjut, bukan tidak mungkin pada suatu hari nanti banyak konsumen yang
meninggalkan produk dari PT. WIKA Beton. Sehingga pendekatan yang realistis
adalah berusaha menjadikan konsumen sebagai sebuah asset perusahaan yang
tidak ternilai.
Untuk menghasilkan sebuah nilai yang berorientasi kepada konsumen,
perspektif pelanggan dilukiskan melalui beberapa indikator pengukuran
performansi perusahaan, yaitu: kepuasan pelanggan, akuisisi dan retensi
pelanggan, serta pangsa pasar. Indikator tersebut digunakan untuk
mengindikasikan pencapaian strategi untuk menciptakan nilai dan diferensiasi
dari perspektif pelanggan.
133
4.2.3.1 Kepuasan Pelanggan
Sesuai dengan misi PT. WIKA Beton, yaitu memberikan pelayanan yang
terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu, ketepatan waktu, dan harga
bersaing, maka hal tersebut menggambarkan bahwa perusahaan berorientasi
kepada konsumen. Kepuasan pelanggan sebagai parameter tercapai atau tidaknya
usaha perusahaan untuk memperoleh simpati dari para konsumennya. Kepuasan
pelanggan tercipta melalui usaha perusahaan dalam mengoptimalkan perspektif
proses bisnis internal (menciptakan pelayanan dan jaminan akan mutu, harga,
dan waktu).
Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode
Customer Satisfaction Index (CSI). CSI mengukur dua indikator penting, yaitu
Kepuasan Kualitas dan Kepuasan Pelayanan. Penilaian CSI dilakukan oleh
perusahaan dalam satuan ranking/semester. CSI menggunakan skala 1s/d5, untuk
ranking 5 sebagai indikator paling baik dan 1 sebagai indikator sangat buruk.
Pengukuran dilakukan dengan melakukan survey kepuasan pelanggan melalui
kuesioner yang dilakukan oleh pihak perusahaan sebanyak 30
responden/pelanggan per semester. Berikut kinerja kepuasan pelanggan yang
berhasil dicapai oleh PT. WIKA Beton pada Tabel 4.26 dan Tabel 4.27.
134
Tabel 4.26 Customer Satisfacton Index PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Customer Satisfaction Index
Periode Tahun 2003-2004 *) Rata-rata jumlah responden: 30 pelanggan tiap semester
2003 2004 No. Penilaian Satuan
Rencana Aktual Sem I
Aktual Sem II Rencana Aktual
Sem I AktualSem II
A. Kepuasan Kualitas
1 Produk (Spesifikasi/keandalan) [Q]
Ranking/Smtr5.00 4.75 4.08 5.00 4.12 3.75
2 Harga (Daya Saing) [C] Ranking/Smtr 4.00 3.50 3.62 4.00 4.00 3.91
3 Ketepatan Waktu Pengiriman [D] Ranking/Smtr 5.00 3.92 3.50 5.00 3.94 3.42
4 Keamanan Produk [S] Ranking/Smtr 5.00 4.58 4.08 5.00 4.13 3.67 5 Konsistensi Ranking/Smtr 5.00 4.58 4.15 4.50 4.29 3.70 B. Kepuasan Pelayanan
1 Kecepatan Tanggapan (Respon) Ranking/Smtr 5.00 4.42 4.46 5.00 4.29 4.25
2 Pelayanan Ranking/Smtr 5.00 4.42 4.25 5.00 4.24 4.00 3 Komitmen Ranking/Smtr 4.00 4.25 4.08 4.00 4.00 3.67 4 Supervisi Ranking/Smtr 4.00 4.00 4.00 4.00 4.18 3.33
5 Penggantian Produk tak sesuai Ranking/Smtr 5.00 4.43 4.09 5.00 3.78 3.36
CSI per Semester 4.70 4.29 4.03 4.65 4.10 3.71
% Pencapaian Target 88.47% 83.89%
135
Tabel 4.27 Customer Satisfacton Index PT. WIKA Beton (lanjutan)
PT. WIKA Beton Customer Satisfaction Index
Periode Tahun 2005-2006 *) Rata-rata jumlah responden: 30 pelanggan tiap semester
2005 2006 No. Penilaian Satuan
Rencana AktualSem I
Aktual Sem II Rencana Aktual
Sem I AktualSem II
A. Kepuasan Kualitas
1 Produk (Spesifikasi/keandalan) [Q] Ranking/Smtr 4.00 4.85 4.46 4.00 4.74 3.85
2 Harga (Daya Saing) [C] Ranking/Smtr 4.00 5.00 3.85 4.00 4.69 3.00
3 Ketepatan Waktu Pengiriman [D] Ranking/Smtr 4.00 4.46 4.00 4.00 4.69 3.33
4 Keamanan Produk [S] Ranking/Smtr 4.00 4.38 4.23 4.00 4.69 3.55
5 Konsistensi Ranking/Smtr 4.00 4.23 4.23 4.00 4.69 3.67
B. Kepuasan Pelayanan
1 Kecepatan Tanggapan (Respon) Ranking/Smtr 4.00 5.00 4.69 4.00 4.69 3.53
2 Pelayanan Ranking/Smtr 4.00 5.00 4.62 4.00 4.69 3.42 3 Komitmen Ranking/Smtr 4.00 4.15 4.46 4.00 4.63 3.25 4 Supervisi Ranking/Smtr 4.00 4.23 3.62 4.00 4.63 3.00
5 Penggantian Produk tak sesuai Ranking/Smtr 4.00 4.62 4.00 4.00 4.74 3.00
CSI per Semester 4.00 4.59 4.22 4.00 4.69 3.36
% Pencapaian Target 110.10% 100.60% (sumber: Laporan CSI periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
10PelayananKepuasan NilaiKualitasKepuasan NilaisemesterperCSI ∑+∑
=
...(rumus 2.9)
22SemesterCSI1SemesterCSITahunperCSI +
= …(rumus 2.10)
59.410
92.4510
2392.22)2005(1emestersperCSI ==+
=
136
405.42
22.459.42005Tahun perCSI =+
=
4.2.3.2 Retensi dan Akuisisi Pelanggan
Sebagai dampak dari peningkatan atau penurunan dari kepuasan
pelanggan adalah proporsi retensi pelanggan dan akuisisi pelanggan (customer
retention and acquisition). Pengukuran retensi dan akuisisi pelanggan merupakan
pengukuran kinerja yang penting untuk mengetahui sejauh mana PT. WIKA
Beton dapat mempertahankan pelanggan lama dan meningkatkan jumlah
pelanggan baru dalam menjalankan bisnisnya dengan tujuan memperluas pangsa
pasar.
Pengukuran retensi dan akuisisi pelanggan dilakukan dengan mengukur
persentase retensi dan akuisisi pelanggan berdasarkan jumlah pelanggan lama
dan baru dari PT. WIKA Beton per tahun. Proporsi retensi pelanggan dan
akuisisi pelanggan dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut.
Tabel 4.28 Rasio Retensi dan Akuisisi Pelanggan PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Jumlah dan Persentasi Retensi & Akuisisi Pelanggan
Tahun 2003
(satuan jumlah pelanggan)
Pelanggan Rencana % Pencapaian Target Tahun
Lama Baru
Jumlah Pelanggan
Rasio Retensi
Rasio Akuisisi
Retensi Akuisisi Retensi Akuisisi
2003 40 87 127 31.50% 68.50% 58.00% 42.00% 54.30% 163.10%
2004 197 78 275 71.64% 28.36% 70.00% 30.00% 102.34% 94.55%
2005 233 53 286 81.47% 18.53% 72.00% 28.00% 113.15% 66.18%
2006 277 85 362 76.52% 23.48% 68.00% 32.00% 112.53% 73.38%
(sumber: Daftar Pelanggan Periode 2003-2006)
137
Contoh perhitungan:
100%Pelanggan lJumlahTota
BaruPelangganJumlahPelangganAkuisisi ×= …(rumus 2.7)
100%Pelanggan TotalJumlah
LamaPelangganJumlahPelangganRetensi ×= …(rumus 2.8)
23.48%100%362852006PelanggankuisisiA =×=
76.52%100%3622772006PelangganRetensi =×=
dan % pencapaian target tahun 2006
%53.112%100x68.0076.52100%
RetensiRasio RencanaRetensi RasiotensiRe ==×=
%38.73%100x32.0023.48100%
AkuisisiRasio RencanaAkuisisi RasioAkuisisi ==×=
4.2.3.3 Pangsa Pasar
Pangsa pasar (market share) merupakan indikator pencapaian akhir dari
usaha perusahaan dalam meraih minat pihak eksternal atau pelanggan. Oleh
sebab itu, pengukuran KPI ini sangat penting bagi perusahaan, karena
menggambarkan peta persaingan PT. WIKA Beton dengan para pesaing.
Mengukur pangsa pasar dapat segera dilakukan jika kelompok pelanggan sasaran
atau segmen pasar sudah dapat ditentukan, namun menentukan seberapa besar
pasar yang ada untuk produk tertentu bukan hal yang mudah.
138
Dalam pengukuran pangsa pasar, perusahaan mengasumsikan jumlah
pasar sebagai jumlah surat pengajuan kontrak yang sudah disetujui baik oleh
pihak PT. WIKA Beton maupun oleh pesaing. Karena PT. WIKA Beton
merupakan perusahaan beton pracetak yang sudah dikenal di Indonesia, maka
diasumsikan semua kontrak pasti akan diajukan ke PT. WIKA Beton. Oleh
karena itu, pengukuran pangsa pasar dilakukan dengan membagi total nilai
Tender yang dimenangkan oleh PT. WIKA Beton dengan total proyek yang
diikuti.
Tabel 4.29 Rasio Pangsa Pasar PT WIKA Beton per Tahun
PT. WIKA Beton Pangsa Pasar Berdasarkan Perolehan Tender dan Non Tender
Periode Tahun 2003-2006 (dalam jutaan rupiah)
Uraian 2003 2004 2005 2006
Nilai Tender yang diikuti 479,449 793,311 603,467 936,356 Nilai Tender yang dimenangkan 280,813 527,306 344,547 603,586 Nilai Tender yang dimenangkan oleh Pesaing 198,636 266,005 258,920 332,770
Tanpa Tender - - - - Jumlah Pasar 479,449 793,311 603,467 936,356
Realisasi % Pangsa Pasar 58.57% 66.47% 57.09% 64.46%
Rencana % Pangsa Pasar 48.96% 69.42% 60.43% 47.67%
% Pencapaian Target 119.63% 95.75% 94.48% 135.22% (sumber: Laporan Perolehan Tender periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
100%DiikutiYangTenderNilai Total
nDimenangkaYangTenderNilaiTotalPasarPangsaPersentase ×=
...(rumus 2.6)
139
%46.64100%936,356603,5862006Pasar Pangsa% =×=
dan % pencapaian target tahun 2006
%44.107%100x60%
64.46%100%Pasar Pangsa % Rencana
AktualPasar Pangsa %==×=
4.2.4 Perspektif Finansial
Dalam setiap perusahaan, aspek keuangan merupakan indikator yang
paling nyata dari berhasil atau tidaknya perusahaan tersebut. Semakin baik
tingkat perkembangan keuangan suatu perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai nilai (value). Pada pengukuran performansi PT.
WIKA Beton dalam perspektif finansial, digunakan perhitungan ROI (return on
investment), Total Asset Turnover, pencapaian nilai penjualan, pencapaian
perolehan kontrak baru, dan keuntungan/laba operasional perusahaan (EBIT).
4.2.4.1 Kontrak Baru
Kontrak baru (new contract) merupakan pendapatan perusahaan
berdasarkan kontrak baru yang diterima pada periode tersebut. Kontrak baru
akan berubah menjadi jumlah nilai penjualan jika kontrak tersebut sudah
terpenuhi (pemberian BST/Berita Serah Terima kepada pihak pelanggan) pada
periode yang ditentukan. Kontrak baru diperoleh dari usaha perusahaan dalam
memenangkan Tender yang diajukan oleh pihak pelanggan.
Pengukuran dilakukan dengan menjumlah semua omzet kontrak baru
yang diperoleh selama kurun waktu satu tahun. Nilai perolehan kontrak baru PT
140
WIKA Beton berdasarkan kategori SBU dan wilayah penjualan per tahun dapat
dilihat pada Tabel 4.30 dan Tabel 4.31.
Tabel 4.30 Perolehan Kontrak Baru per SBU PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Nilai Perolehan Kontrak Baru per SBU
2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
No. SBU 2003 2004 2005 2006
1 TB 33,998 33,920 47,663 43,457 2 TP 160,716 242,032 250,343 379,706 3 BJR 73,440 42,234 41,179 22,834 4 PBJ 67,673 172,027 48,025 33,811 5 PBDPT 47,631 29,683 74,535 91,721 6 PBBA 323 2,332 931 6,736 7 PBBGR 0 0 0 0 8 PBBM 0 2,246 205 6,344 9 PBL 2,948 1,691 8,522 11,879
10 Jasa 7,390 1,141 1,857 7,100
Jumlah 394,119 527,306 473,262 603,586
Rencana 250,800 375,250 427,500 570,000 % Pencapaian
Target 136.55 110.22 128.89 104.78 (sumber: Laporan Realisasi Omzet Kontrak periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
Perolehan kontrak baru = Σ nilai kontrak baru setiap SBU … (rumus 2.5)
Perolehan kontrak baru 2003 = 33,998 + 160,716 + 73,440 + 67,673 + 47,631 +
323 + 2,948 + 7,390 (x juta)
= Rp. 394,119 juta
141
dan % pencapaian target
%55.136%100x250,800394,119100%
BaruKontrak RencanaBaruKontrak iAktualisas
==×=
Tabel 4.31 Perolehan Kontrak Baru per WP PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Nilai Perolehan Kontrak Baru per Wilayah Penjualan
Periode Tahun 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) No. Wilayah Penjualan 2003 2004 2005 2006
1 WP I - MEDAN 57,451 59,661 79,197 171,009 2 WP II - PALEMBANG 30,379 22,969 30,277 39,376 3 WP III - JAKARTA 112,675 147,549 170,454 122,578 4 WP IV - SEMARANG 57,756 148,708 66,054 61,800 5 WP V - SURABAYA 101,832 129,461 88,926 180,921 6 WP VI - MAKASAR 34,025 18,957 38,353 27,904
Total 394,119 527,306 473,262 603,587 (sumber: Laporan Realisasi Omzet Kontrak periode 2003-2006)
4.2.4.2 Penjualan
Penjualan (sales) merupakan pendapatan perusahaan yang sudah
terealisasi, sebelumnya penjualan berstatus kontrak baru hingga PT. WIKA
Beton dapat memenuhi kontrak tersebut. Pengukuran penjualan sangat penting
bagi perusahaan sebagai indikator pendapatan per periode tertentu untuk masing-
masing SBU selain kontrak baru. Nilai penjualan per SBU dan per wilayah
penjualan PT. WIKA Beton dapat dilihat pada Tabel 4.32 dan Tabel 4.33.
142
Tabel 4.32 Nilai Penjualan per SBU PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Nilai Penjualan per SBU
2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
No. SBU 2003 2004 2005 2006
1 TB 23,394 29,299 53,353 34,578 2 TP 135,677 172,727 262,683 362,054 3 BJR 76,180 45,739 39,968 30,561 4 PBJ 59,963 112,152 132,693 41,544 5 PBDPT 44,160 38,968 48,005 100,827 6 PBBA 0 1,039 2,442 6,135 7 PBBGR 0 0 0 0 8 PBBM 0 1,681 770 6,344 9 PBL 1,319 5,483 8,522 11,879
10 Jasa 1,786 6,509 2,584 3,325
Jumlah 342,478 413,598 551,022 597,247
Rencana 256,500 399,000 437,000 551,000
% Pencapaian 153.65 132.16 108.30 109.54 (sumber: Laporan Realisasi Nilai Penjualan periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
Nilai Penjualan = Σ Penjualan setiap SBU … (rumus 2.4)
Nilai Penjualan 2005 = 53,353 + 262,683 + 39,968 + 132,693 + 48,005 + 2,442 +
770 + 8,522 + 2,584 (x juta)
= Rp. 551,002 juta
dan % pencapaian target tahun 2005
%30.108%100x437,000551,022100%
Penjualan RencanaPenjualan iAktualisas
==×=
143
Tabel 4.33 Nilai Penjualan per WP PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Nilai Penjualan per Wilayah Penjualan
Periode Tahun 2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
No. Wilayah Penjualan 2003 2004 2005 2006
1 WP I - MEDAN 51,176 41,940 92,345 138,273
2 WP II - PALEMBANG 22,300 25,738 33,804 30,311 3 WP III - JAKARTA 108,201 96,973 167,778 178,929 4 WP IV - SEMARANG 48,339 108,289 90,253 88,292 5 WP V - SURABAYA 89,277 111,192 130,743 136,268
6 WP VI - MAKASAR 23,185 29,466 36,100 25,175
Total 342,478 413,598 551,022 597,247 (sumber: Laporan Realisasi Nilai Penjualan periode 2003-2006)
4.2.4.3 Profitabilitas
Pengukuran kinerja perolehan keuntungan yang digunakan ialah EBIT
(earn before interest and tax). EBIT yaitu perolehan keuntungan atau laba
sebelum dipengaruhi oleh faktor pajak dan beban bunga. EBIT juga merupakan
laba operasional dimana nilai penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan
dan biaya usaha yang harus dikeluarkan untuk operasional. Pemilihan EBIT
sebagai formulasi tolak ukur kinerja perolehan laba disebabkan karena
pertimbangan besar beban bunga dan pajak yang berubah-ubah dan berbeda
dengan apa yang terjadi pada perusahaan sejenis lainnya. Kinerja EBIT PT.
WIKA Beton per tahun pada periode 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.34.
144
Tabel 4.34 Earn Before Interest and Tax PT. WIKA Beton per Tahun
PT. WIKA Beton Earn Before Interest & Tax
Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah)
Uraian Realisasi 2003 Rencana 2003
Penjualan Bersih
342,478
250,800
HPP
(310,664)
(230,670)
Laba Kotor
31,814
20,130
Biaya Usaha
10,668
(10,165)
Laba Usaha(EBIT)
21,146 9,965
% Pencapaian Target 212.21%
Uraian Realisasi 2004 Rencana 2004
Penjualan Bersih
413,598
375,250
HPP
(373,404)
(336,015)
Laba Kotor
40,194
39,235
Biaya Usaha
(12,104)
(11,875)
Laba Usaha(EBIT)
28,090 27,360
% Pencapaian Target 102.67%
Uraian Realisasi 2005 Rencana 2005
Penjualan Bersih
551,022
427,500
HPP
(508,182)
(382,043)
Laba Kotor
42,840
45,458
Biaya Usaha
(13,621)
(13,300)
Laba Usaha(EBIT)
29,219 32,158
% Pencapaian Target 90.86%
145
Uraian Realisasi 2006 Rencana 2006
Penjualan Bersih
597,247
570,000
HPP
(544,374)
(520,929)
Laba Kotor
52,873
49,071
Biaya Usaha
(15,428)
(15,058)
Laba Usaha(EBIT)
37,445 34,014
% Pencapaian Target 110.09% (sumber: Laporan Laba Rugi periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
EBIT = Penjualan bersih – HPP – Biaya Usaha …(rumus 2.3)
EBIT tahun 2006 = 597,247 – 544,374 – 15,428 = Rp. 37,445 juta
dan % pencapaian target tahun 2006
%09.110%100x3401437445100%
EBIT RencanaEBIT Realisasi
==×=
4.2.4.4 Efisiensi Keuangan
Pengukuran kinerja efisiensi keuangan bertujuan untuk mengetahui
seberapa efisien PT. WIKA Beton mempergunakan keseluruhan aktiva yang
dimilikinya. Pengukuran kinerja tersebut menggunakan rasio Total Asset
Turnover yaitu perbandingan antara nilai penjualan bersih dengan total aktiva.
Hasil perhitungan Total Asset Turnover menggambarkan berapa kali perputaran
aktiva yang dimiliki oleh PT. WIKA Beton dalam setahun dalam mendukung
perolehan nilai penjualan (Tabel 4.35).
146
Tabel 4.35 Total Asset Turnover PT. WIKA Beton
PT. Beton Total Asset Turnover (TAT)
Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah)
Tahun Penjualan Bersih
Total Aktiva
Realisasi TAT (x)
Rencana TAT (x)
% Pencapaian Target
2003 342,477.61 300,201.90 1.14 1.44 79.22% 2004 413,597.83 461,033.10 0.90 1.07 83.84% 2005 551,021.71 396,855.85 1.39 1.16 119.70% 2006 597,246.95 479,668.30 1.25 1.45 85.87%
(sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Neraca Keuangan periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
AktivaTotalPenjualanTurnoverTotalAsset = …(rumus 2.2)
kali90.0461033
83.4135972004TurnoverTotalAsset ==
Artinya: Pada tahun 2004 perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk
menciptakan penjualan sebesar 0.90 kali, dan % pencapaian target tahun 2004
%84.83%100x1.070.90100%
TAT RencanaTAT Realisasi
==×=
4.2.4.5 Pengembalian Investasi
Tingkat pengembalian investasi diukur dengan menggunakan rumusan
Return On Investment (ROI) dengan alasan bahwa ROI merupakan pengukuran
yang relevan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk penghasilan laba bersih.
147
Pada pengukuran ROI dilakukan pengukuran perbandingan antara laba
setelah pajak dengan total aktiva per tahun. Data pencapaian ROI PT. WIKA
Beton periode 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.36.
Tabel 4.36 Return On Investment PT. WIKA Beton
PT. WIKA Beton Return On Investment
Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah)
Tahun Laba Setelah PPh Total Aktiva Realisasi ROI Rencana
ROI % Pencapaian
Target
2003 15,559.74 300,220.90 5.18% 3.16% 164.01% 2004 18,751.98 461,033.10 4.07% 4.92% 82.67% 2005 22,187.08 396,855.85 5.59% 5.32% 105.09% 2006 26,587.65 479,668.30 5.54% 5.42% 102.27%
(sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Neraca Keuangan periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
%100xAktiva Total
PajakSetelah LabaROI = ... (rumus 2.1)
%54.5%100x479668.30
65.265872006ROI ==
Artinya: Pada tahun 2006, setiap investasi sebesar Rp 100,- menghasilkan laba
bersih sebesar Rp. 5.54,-, dan % pencapaian target tahun 2006
%27.102%100x5.425.54100%
ROI RencanaROI Realisasi
==×=
4.2.5 Kesimpulan Pengolahan Data
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan di atas, maka ada beberapa
kesimpulan yang dapat diambil. Kesimpulan pengolahan data Balanced
Scorecard PT. WIKA Beton dapat dilihat pada Tabel 4.37.
148
Tabel 4.37 Kesimpulan Pengolahan Data Balanced Scorecard PT. WIKA Beton Periode Tahun 2003-2006
Realisasi Tahun Rencana Tahun
No. Perspektif KPI Satuan 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006
Rata-rata Pencapaian
(%) Kesimpulan
A. Pembelajaran & Pertumbuhan
1 Penelitian & Pengembangan Proporsi Biaya Litbang % 0.19 0.18 0.22 0.17 0.2 0.3 0.3 0.25 74.08 Tdk tercapai
2 Kompetensi Tenaga Kerja Training Coverage % 19.44 20.37 14.69 24.7 14.12 12.75 16.45 22.59 124.02 Tercapai
3 Kepuasan Tenaga Kerja Employee Turnover (out) % 1.59 1.36 1.74 3.73 1.12 0.43 0.87 2.18 207.34 Tdk tercapai*)
4 Produktivitas Pegawai Produktivitas Jutaan Rp/Org 386.98 450.54 604.19 661.4 325 350 425 575 126.25 Tercapai
B. Proses Bisnis Internal
1 Kualitas Produk Rasio Produk Cacat % 0.0691 0.2228 0.0408 0.0492 0.5222 0.6333 0.7222 0.7222 15.22 Tercapai*)
Rasio Produk Gagal % 0.0139 0.0118 0.0084 0.012 0.1889 0.1889 0.1889 0.1889 6.10 Tercapai*)
2 Capacity Availability Lost Sales kali 1 2 4 2 0 0 0 0 0 Tdk Tercapai*)
C. Pelanggan
1 Kepuasan Pelanggan Customer Satisfaction Index Skor 4.16 3.91 4.4 4.03 4.7 4.65 4 4 95.84 Tdk tercapai
2 Retensi Pelanggan Rasio Retensi % 31.50 71.64 81.47 76.52 58 70 72 68 95.58 Tdk Tercapai
3 Akuisisi Pelanggan Rasio Akuisisi % 68.50 28.36 18.53 23.48 42 30 28 32 99.30 Tdk Tercapai
4 Pangsa Pasar Rasio Pangsa Pasar % 58.57 66.47 57.09 64.46 48.96 69.42 60.43 47.67 111.27 Tercapai
D. Finansial
1 Kontrak Baru Nilai Kontrak Baru Jutaan Rp 394,119 527,306 473,262 603,586 256,500 399,000 437,000 551,000 125.91 Tercapai
2 Penjualan Nilai Penjualan Jutaan Rp 342,478 413,598 551,022 597,247 250,800 375,250 427,500 570,000 120.11 Tercapai 3 Profitabilitas EBIT Jutaan Rp 21,146 28,090 29,219 37,445 9,965 27,360 32,158 34,014 128.95 Tercapai
4 Efisiensi Keuangan Total Asset Turnover Kali 1.14 0.90 1.39 1.25 1.44 1.07 1.16 1.45 92.33 Tdk Tercapai
5 Pengembalian Investasi Return On Investment % 5.18 4.07 5.59 5.54 3.16 4.92 5.32 5.42 113.48 Tercapai
*) Low is Good
149
Gambar 4.5 Grafik Performansi PT. WIKA Beton
150
4.3 Analisa Performansi Perusahaan
Analisa performansi perusahaan dengan metode Balanced Scorecard
(BSC) pada PT. WIKA Beton menerjemahkan hasil dan kemampuan yang telah
dicapai perusahaan dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Performansi PT.
WIKA Beton dalam masing-masing perspektif BSC dijelaskan dalam uraian
berikut.
4.3.1 Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan
4.3.1.1 Penelitian & Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (litbang) merupakan suatu usaha
perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan kemampuan mereka. Program
penelitian dan pengembangan sebagai usaha dasar untuk mencapai strategi
berorientasi pertumbuhan yang agresif (sesuai dengan posisi perusahaan pada
analisa SWOT). Untuk menjadikan PT. WIKA Beton sebagai perusahaan terbaik
dalam industri beton pracetak, penelitian dan pengembangan harus dilakukan
dengan tepat dan efisien, dengan sejumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk
program litbang tersebut. Ukuran performansi yang digunakan untuk mengukur
kinerja program penelitian & pengembangan ialah membandingkan biaya atau
beban yang dikeluarkan untuk litbang terhadap total biaya usaha. Pengukuran
tersebut menggambarkan seberapa besar proporsi biaya usaha yang dialokasikan
ke program litbang. Hasil pengukuran terhadap litbang PT. WIKA Beton periode
2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
151
Gambar 4.6 Grafik Proporsi Beban Litbang terhadap Beban Usaha PT. WIKA
Beton (satuan persen)
Gambar 4.7 Grafik Persentase Pencapaian Target Program Litbang
(satuan persen)
152
Gambar 4.8 Grafik Rincian Program Litbang PT. WIKA Beton
Berdasarkan ketiga grafik tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa
usaha pengadaan program litbang di PT. WIKA Beton relatif menurun per
tahunnya. Pada tahun 2004 menurun menjadi 0.18% dari 0.19% pada tahun
2003. Sedangkan pada tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi 0.22%, untuk
tahun 2006 program litbang kembali menurun yaitu 0.17%. Secara persentase
pencapaian target pengadaan program litbang tidak pernah mencapai 100%,
dalam arti selalu dibawah harapan atau tujuan di awal tahun. Alokasi dana
litbang terbesar ialah pada sektor pengembangan produk dan yang terkecil ialah
pada pengembangan sistem informasi manajemen pada setiap tahunnya.
153
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha PT. WIKA Beton
dalam mengembangkan kemampuan bisnisnya melalui penelitian dan
pengembangan masih kecil apalagi untuk pengembangan sistem informasi
manajemen. Padahal sistem informasi manajemen sangat diperlukan untuk
mengautomasi laporan periodik manajemen setiap departemen saat ini.
Walaupun secara satuan jumlah mata uang selalu meningkat setiap tahunnya,
namun secara persentase pencapaian target pengadaan litbang, relatif menurun
atau tidak tercapai (< 100%).
4.3.1.2 Kompetensi Tenaga Kerja
Pengukuran kompetensi tenaga kerja dilakukan dengan mengukur
persentasi jumlah orang atau pekerja yang mengikuti program pelatihan &
pendidikan per tahun (training coverage). Ukuran pelatihan tenaga kerja
memberikan umpan balik informasi mengenai seberapa baik PT. WIKA Beton
dalam memberikan alokasi waktu atau kesempatan bagi tenaga kerjanya untuk
mengikuti program kepelatihan dan pendidikan dengan tujuan untuk
meningkatkan kompetensi kerja mereka yang pada akhirnya akan bermanfaat
bagi perusahaan itu sendiri. Ukuran performansi pelatihan tenaga kerja periode
2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
154
Gambar 4.9 Grafik Training Coverage PT. WIKA Beton
Gambar 4.10 Grafik Persentase Pencapaian Target Training Coverage
Pada tahun 2003, peserta/tenaga kerja yang mengikuti program pelatihan
dan pendidikan sebesar 19.44% dari total jumlah tenaga kerja yang ada di PT.
WIKA Beton. Pada tahun 2004 meningkat menjadi 20.37% dan mencapai
159.83% dalam rasio pencapaian target pelatihan tenaga kerja. Pada tahun 2005
terjadi penurunan yang relatif drastis yaitu 14.69% dan dibawah target awal
155
(dengan persentase pencapaian sebesar 89.33%). Pada tahun 2006 terjadi
peningkatan yang relatif besar yaitu dari 14.69% menjadi 24.70% atau
peningkatan sekitar 10%. Dilihat dari segi pencapaian terhadap target pelatihan
dan pendidikan setiap tahun, PT. WIKA Beton selalu mencapai target atau
melampaui target, kecuali pada tahun 2005.
Persentase jumlah peserta yang mengikuti program pelatihan &
pendidikan setiap tahun dalam periode 2003-2006 relatif meningkat kecuali pada
tahun 2005. Hal tersebut menggambarkan bahwa PT. WIKA Beton selalu
berusaha untuk meningkatkan kompetensi para tenaga kerjanya khususnya para
pekerja ahli atau pekerja manajerial melalui program seminar.
4.3.1.3 Kepuasan Tenaga Kerja
Ukuran kepuasan tenaga kerja memberikan gambaran mengenai dampak
kondisi/iklim kerja di dalam perusahaan terhadap tingkat kepuasan tenaga
kerjanya. Tingkat kepuasan tenaga kerja dapat diukur dengan persentase
employee turnover/keluar-masuk tenaga kerja terhadap jumlah total tenaga kerja
yang ada di PT. WIKA Beton per tahun, pendekatan tersebut dapat
mengindikasikan seberapa baik kenyamanan iklim kerja yang tercipta didalam
PT. WIKA Beton yang dirasakan oleh para pekerjanya. Semakin besar
persentase employee turnover (out), maka menggambarkan kondisi/iklim kerja
yang kurang sehat atau kurang kondusif. Ukuran performansi kepuasan tenaga
kerja PT. WIKA Beton periode 2003-2006 melalui pengukuran turnover tenaga
kerja dapat dilihat pada gambar berikut.
156
Gambar 4.11 Jumlah Tenaga Kerja Keluar berdasarkan Alasannya
(dalam satuan orang)
Gambar 4.12 Persentase Employee Turnover PT. WIKA Beton
Pada tahun 2003 persentase tenaga kerja keluar sebesar 1.59% dengan
alasan terbesar karena pensiun yaitu 9 orang (akhir masa jabatan) dan persentase
tenaga kerja yang masuk sebesar 2.16% (19 orang). Pada tahun 2004 persentase
tenaga kerja keluar menurun yaitu sebesar 1.36% (12 orang) dengan alasan
157
terbesar kerena mengundurkan diri dan meninggal dunia (masing-masing 4
orang) dan persentase tenaga kerja yang masuk meningkat yaitu sebesar 5.08%
(45 orang). Pada tahun 2005 persentase tenaga kerja keluar sebesar 1.74% (16
orang) dengan alasan terbesar karena mengundurkan diri dan persentase tenaga
kerja yang masuk menurun menjadi 1.09% (10 orang). Pada tahun 2006
persentase tenaga kerja keluar meningkat relatif tinggi menjadi 3.73% (34
orang), dengan alasan terbanyak ialah karena kepentingan perusahaan yaitu
sebanyak 15 orang, dan persentase tenaga kerja yang masuk meningkat menjadi
2.74% (25 orang).
Perubahan persentase employee turnover di PT. WIKA Beton relatif tidak
stabil. Hal tersebut mengindikasikan bahwa iklim kerja di PT. WIKA Beton
kurang kondusif, hal tersebut digambarkan pada jumlah tenaga kerja yang keluar
karena alasan mengundurkan diri dan kepentingan perusahaan selalu meningkat
tiap tahun khususnya pada tahun 2006. Atau dengan asumsi lain bahwa pada
tahun 2006 terjadi perubahan dalam susunan organisasi perusahaan, sehingga
harus mengorbankan beberapa tenaga kerjanya untuk keluar. Namun perubahan
tersebut berkisar dalam jumlah angka yang kecil, dengan demikian gejolak dalam
turnover tenaga kerja di PT. WIKA Beton masih dianggap wajar sebagai dampak
persaingan dalam dunia kerja atau dengan kata lain kepuasan tenaga kerja masih
terjaga dengan baik walaupun tetap terjadi pergolakan dalam tubuh organisasi
PT. WIKA Beton.
158
4.3.1.4 Produktivitas Pegawai
Ukuran produktivitas tenaga kerja memberikan umpan balik mengenai
seberapa optimal tenaga kerja PT. WIKA Beton telah memberikan kontribusinya
kepada perusahaan dari segi pendapatan. Untuk menjadikan PT. WIKA Beton
sebagai perusahaan yang memiliki performansi baik, maka perusahaan harus
menyadari bahwa produktivitas tenaga kerja memegang peranan yang sangat
penting untuk meningkatkan performansi perusahaan secara menyeluruh dan
memberikan dampak langsung kepada kinerja proses bisnis internal. Ukuran
performansi PT. WIKA Beton melalui pengukuran produktivitas tenaga kerja
periode 2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.13 Grafik Produktifitas Pegawai PT. WIKA Beton
(dalam satuan jutaan rupiah/orang)
Pada tahun 2004 produktivitas tenaga kerja meningkat menjadi Rp.
450.54 juta per orang dari Rp. 386.98 juta per orang pada tahun 2003. Pada tahun
2005 terjadi peningkatan yang relatif besar yaitu Rp. 604.19 juta per orang. Pada
159
tahun 2006 terjadi peningkatan produktifitas tenaga kerja yaitu Rp. 661.40 juta
per orang. Secara keseluruhan, persentase pencapaian target produktivitas tenaga
kerja selalu melebihi target setiap tahunnya.
Peningkatan nilai produktivitas tenaga kerja PT. WIKA Beton
menunjukkan baiknya performansi produktivitas tenaga kerja. Peningkatan
tertinggi untuk produktivitas tenaga kerja terjadi pada tahun 2005 yaitu 25.43%
sedangkan peningkatan tertinggi untuk profitabilitas tenaga kerja terjadi pada
tahun 2006 yaitu sebesar 22.74%. Peningkatan tersebut terjadi karena jumlah
penjualan dan jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan meningkat,
sedangkan pada saat yang sama jumlah tenaga kerja yang ada relatif menurun.
4.3.2 Perspektif Proses Bisnis Internal
4.3.2.1 Kualitas Produk
Ukuran kualitas produk memberikan informasi mengenai seberapa besar
tingkat rasio kecacatan dan kegagalan dari produk yang dihasilkan oleh PT.
WIKA Beton melalui ketujuh pabriknya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tingkat rasio kecacatan dan kegagalan suatu produk akan berdampak pada
besarnya kepuasan pelanggan yang berhasil dicapai oleh perusahaan dari segi
kualitas/mutu. Pengukuran kualitas produk PT. WIKA Beton dibedakan menjadi
dua kategori yaitu produk cacat (defect) dan produk gagal (failure). Ukuran
performansi kualitas produk PT. WIKA Beton untuk rata-rata rasio produk cacat
dapat dilihat pada gambar 4.14 sampai 4.16.
160
Gambar 4.14 Grafik Rata-rata Rasio Produk Cacat per Tahun PT. WIKA Beton
Gambar 4.15 Grafik Persentase Pencapaian Target Rata-rata Rasio Produk Cacat
PT. WIKA Beton
161
Gambar 4.16 Grafik Proporsi Jenis Produk Cacat per Tahun PT. WIKA Beton
Berdasarkan grafik pada gambar 4.14, pada tahun 2003 rata-rata rasio
produk cacat mencapai 0.0691%. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan rata-rata
rasio jumlah produk cacat menjadi 0.2228% dengan proporsi tingkat kecacatan
terbesar terjadi pada pembuatan produk Beton untuk jembatan dan Tiang
Pancang. Pada tahun 2005 rata-rata rasio produk cacat menurun relatif drastis
menjadi 0.0408% dari 0.2228% pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun
2006 rata-rata rasio produk cacat menjadi 0.0492% atau relatif stabil
perubahannya dari satu tahun sebelumnya. Proporsi produk cacat terbesar setiap
tahun terjadi pada produk
Ukuran performansi kualitas produk PT. WIKA Beton untuk rata-rata
rasio produk gagal dapat dilihat pada Gambar 4.17 sampai dengan 4.19.
162
Gambar 4.17 Grafik Rata-rata Rasio Produk Gagal per Tahun PT. WIKA Beton
Gambar 4.18 Grafik Persentase Pencapaian Target Rata-rata Rasio Produk Gagal
PT. WIKA Beton
163
Gambar 4.19 Grafik Proporsi Jenis Produk Gagal per Tahun PT. WIKA Beton
Berdasarkan pada grafik pada Gambar 4.17, pada tahun 2003 rata-rata
rasio produk gagal mencapai 0.0139%. Pada tahun 2004 rata-rata rasio produk
gagal menurun menjadi 0.0118%. Pada tahun 2005 rata-rata rasio produk gagal
terjadi penurunan menjadi 0.0084% dari 0.0118% pada tahun sebelumnya.
Sedangkan pada tahun 2006 rata-rata rasio produk gagal sedikit peningkatan
menjadi 0.0120%. Rata-rata proporsi produk yang paling sering mengalami
kegagalan per tahunnya ialah produk Tiang Beton dan Tiang Pancang, namun
tingkat kegagalan produk yang terjadi di PT. WIKA Beton masih sangat kecil
yaitu dibawah 1%. Disamping itu, pencapaian rasio produk gagal selalu dibawah
asumsi/rencana awal.
Rata-rata rasio produk cacat dan gagal per tahun PT. WIKA Beton relatif
stabil yaitu selalu dibawah angka rencana awal. Hal tersebut mengindikasikan
164
bahwa PT. WIKA Beton memiliki pengendalian mutu yang baik dalam
memproduksi produk-produk mereka.
4.3.2.2 Kapasitas Tersedia
Ukuran kapasitas tersedia memberikan informasi mengenai kemampuan
perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan dari segi kapasitas produksi.
PT. WIKA Beton selalu melakukan pengkajian kontrak yang diberikan oleh
pelanggan, pengkajian kontrak tersebut tidak akan ditindaklanjuti oleh PT.
WIKA Beton jika dianggap tidak mampu ditangani oleh perusahaan karena
beberapa faktor, salah satu faktor penolakan terbesar ialah karena keterbatasan
kapasitas produksi yang ada atau disebut Lost Sales. Lost sales menggambarkan
frekuensi penawaran kontrak yang tidak dapat dipenuhi oleh PT. WIKA Beton
karena keterbatasan kapasitas produksi per tahun beserta biaya yang mungkin
hilang karena penolakan tersebut. Hasil pengukuran lost sales PT. WIKA Beton
periode tahun 2003-2006 ialah sebagai berikut.
Gambar 4.20 Frekuensi Lost Sales PT. WIKA Beton per Tahun
165
Gambar 4.21 Biaya Lost Sales PT. WIKA Beton per Tahun
Berdasarkan kedua grafik diatas, pada tahun 2003 terjadi lost sales satu
kali yaitu sebesar Rp. 2,685.40 juta pada bulan Agustus. Pada tahun 2004 terjadi
peningkatan menjadi dua kali sebesar Rp. 3,838.84 juta pada bulan September
dan Oktober. Sedangkan pada tahun 2005 terjadi peningkatan menjadi empat kali
sebesar Rp. 5,789.68 juta pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Pada
tahun 2006 terjadi penurunan menjadi dua kali sebesar Rp. 3,371.34 juta pada
bulan Oktober dan November.
Kinerja ketersediaan kapasitas produksi PT. WIKA Beton masih sangat
baik, hal tersebut dapat terlihat dari frekuensi lost sales yang masih sangat kecil.
lost sales terjadi sekitar pertengahan hingga akhir tahun. Trend tersebut terjadi
karena pelanggan biasanya mengerjakan proyek pemerintah, yang mana
memerlukan birokrasi perijinan dan persetujuan yang panjang hingga pada tahap
pengajuan Tender. Biasanya fase tersebut selesai pada paruh pertama per tahun.
166
Sehingga terjadi permintaan barang yang meningkat pada periode paruh kedua
per tahun. Meskipun demikian, PT. WIKA Beton masih memiliki kapasitas
produksi terbesar dibandingkan dengan para perusahaan pesaing.
4.3.3 Perspektif Pelanggan
4.3.3.1 Kepuasan Pelanggan
Ukuran kepuasan pelanggan memberikan informasi mengenai seberapa
baik perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baik dari segi kepuasan
pelayanan dan kepuasan kualitas. Untuk menjadikan PT. WIKA Beton sebagai
perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan, maka perusahaan harus
menyadari bahwa kepuasan pelanggan merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk mengukur tercapai atau tidaknya usaha perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Ukuran performansi
kepuasan pelanggan periode 2003-2006 PT. WIKA Beton dapat dilihat pada
gambar berikut.
167
Gambar 4.22 Grafik Rata-rata Indeks Kepuasan Pelanggan PT. WIKA Beton per
Semester
Pada tahun 2003 Indeks Kepuasan Pelanggan (CSI) semester pertama
mencapai nilai 4.29 dan 4.03 pada semester kedua. Pada tahun 2004 terjadi
penurunan yaitu menjadi 4.1 pada semester pertama dan 3.71 pada semester
kedua. Sedangkan pada tahun 2005 CSI semester pertama terjadi peningkatan
menjadi 4.59 dan 4.22 pada semester kedua. Pada tahun 2006 CSI meningkat
pada semester pertama menjadi 4.69 dari 4.59 dan menurun pada semester kedua
menjadi 3.36 dari 4.22 pada tahun sebelumnya.
Nilai Indeks Kepuasan Pelanggan PT. WIKA Beton relatif meningkat
setiap tahun dari tahun 2003-2006, namun hanya terjadi penurunan pada tahun
2004. Peningkatan CSI selalu terjadi pada paruh pertama setiap tahunnya dan
kemudian menurun di paruh kedua, hal tersebut mengindikasikan ketidak
konsistensian usaha perusahaan untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas
kepada pelanggan per tahunnya khususnya di semester kedua. Kendati demikian,
168
rata-rata nilai CSI PT.WIKA Beton masih dalam kategori sangat baik dan cukup
baik yaitu berkisar antara 3.5-4.5. Hal tersebut menunjukkan baiknya
performansi PT. WIKA Beton dalam memuaskan pelanggannya, baik dari segi
kepuasan kualitas maupun dari segi kepuasan pelayanan.
4.3.3.2 Retensi dan Akuisisi Pelanggan
Ukuran retensi dan akuisisi pelanggan mampu melihat sejauh mana
kekuatan bisnis perusahaan dalam mempertahankan pelanggan yang loyal dan
menarik atau mendapatkan pelanggan baru. Untuk meningkatkan pangsa pasar
dan menumbuhkan bisnis PT. WIKA Beton, diperlukan sebuah tujuan berupa
peningkatan berbasis pelanggan dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Ukuran kinerja retensi dan akuisisi pelanggan PT. WIKA Beton periode 2003-
2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.23 Rasio Retensi & Akuisisi Pelanggan PT. WIKA Beton 2003-2006
169
Pada tahun 2003 rasio retensi pelanggan sebesar 31.50% dan rasio
akuisisi sebesar 68.50%. Pada tahun 2004 rasio retensi mengalami peningkatan
menjadi 71.64% sedangkan rasio akuisisi pelanggan mengalami penurunan
menjadi 28.36%. Pada tahun 2005 rasio retensi pelanggan kembali mengalami
kenaikan menjadi 81.47% dari 71.64%, sedangkan rasio akuisisi pelanggan
kembali mengalami penurunan menjadi 18.53%. Pada tahun 2006 rasio retensi
pelanggan menurun menjadi 76.52%, sedangkan rasio akuisisi pelanggan
mengalami peningkatan menjadi 28.48%.
Gambar 4.24 Persentase Pencapaian Target Rasio Retensi & Akuisisi Pelanggan
Persentase pencapaian realisasi terhadap target rasio retensi pelanggan
secara global selalu tercapai yaitu diatas 100%, namun terjadi pengecualian pada
tahun 2003 yang hanya mencapai 54.30%. Sedangkan untuk persentase
pencapaian target rasio akuisisi pelanggan selalu dibawah harapan yaitu selalu
dibawah angka 100%, kecuali pada tahun 2003 persentase pencapaian target
170
sebesar 163.10%. Hal tersebut menggambarkan bahwa jumlah pelanggan baru
PT. WIKA Beton sangat kecil.
Berdasarkan kedua analisa untuk retensi dan akuisisi pelanggan diatas,
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelanggan yang dimiliki oleh PT.
WIKA Beton adalah pelanggan lama yang loyal. Sedangkan pelanggan baru
hanya merupakan bagian kecil dari jumlah pelanggan yang ada. Kondisi tersebut
terjadi karena PT. WIKA Beton bergerak pada usaha B2B (business to business),
dimana jumlah pelanggan baru yang ada sangat kecil, sehingga PT. WIKA Beton
membuat kebijakan untuk lebih menekankan pada usaha untuk mempertahankan
pelanggan lama yang loyal, sambil melakukan penetrasi pasar untuk menarik
minat pelanggan baru. Berdasarkan alasan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja perusahaan untuk mempertahankan pelanggan lama sudah baik
namun perlu dilakukan peningkatan usaha dalam memperoleh pelanggan baru.
4.3.3.3 Pangsa Pasar
Ukuran pangsa pasar menginformasikan seberapa besar perusahaan
memiliki peran atau pengaruh dalam suatu pasar yang spesifik. Pangsa pasar juga
mengindikasikan perkembangan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mendapatkan daya tarik dari pihak eksternal atau pelanggan. Parameter pangsa
pasar pada kenyataannya sangat sulit untuk diidentifikasi, hal tersebut
disebabkan oleh sulitnya pihak perusahaan dalam memetakan pasar mana yang
menjadi target pasar mereka. Dengan demikian diperlukan pendekatan
pengukuran yang representatif. Untuk itu, pengukuran pangsa pasar dilakukan
dengan membandingkan jumlah nilai Tender yang berhasil diraih oleh PT.
171
WIKA Beton dengan total nilai penawaran Tender yang diajukan oleh para
pelanggan tiap tahunnya. Pendekatan tersebut membutuhkan asumsi bahwa
setiap Tender yang ada di Indonesia selalu ditawarkan ke PT. WIKA Beton.
Ukuran performansi pangsa pasar PT. WIKA Beton pada periode tahun 2003-
2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.25 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2003
172
Gambar 4.26 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2004
Gambar 4.27 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2005
173
Gambar 4.28 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2006
Gambar 4.29 Grafik Persentase Pencapaian Target Pangsa Pasar
PT. WIKA Beton
Berdasarkan grafik pada gambar 4.25 sampai dengan 4.28, pada tahun
2003 pangsa pasar PT. WIKA Beton mencapai 58.57%. Pada tahun 2004 pangsa
pasar meningkat menjadi 66.47%, sedangkan pada tahun 2005 menunjukkan
penurunan menjadi 57.09%. Pada tahun 2006 pangsa pasar PT. WIKA Beton
kembali terjadi peningkatan yaitu menjadi 64.46%.
174
Perubahan performansi pangsa pasar PT. WIKA Beton selama 4 tahun
relatif stabil. Dengan rata-rata persentase pencapaian target sebesar 111.27% per
tahun, menunjukkan PT. WIKA Beton dapat menguasai pasar melebihi 50%
pangsa pasar yang ada. Namun PT. WIKA Beton harus mengendalikan peta
persaingan di objek bisnis sejenis dengan tidak melebihi 60% pangsa pasar,
karena jika melebihi angka tersebut, maka daya saing para kompetitor akan
menurun. Daya saing dari para pesaing pada industri sejenis sangat penting untuk
mengendalikan harga penjualan serta mendukung pemerintah dalam membuka
lapangan kerja di perusahaan lain.
4.3.4 Perspektif Finansial
4.3.4.1 Kontrak Baru
Ukuran perolehan kontrak baru memberikan informasi kepada
perusahaan mengenai seberapa besar jumlah kontrak baru yang telah diperoleh
oleh PT. WIKA Beton pada periode tertentu. Perolehan kontrak baru terkait
dengan usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pelanggan.
Keberhasilan suatu promosi terwujud pada jumlah penawaran Tender yang
diajukan oleh pelanggan ke perusahaan. Jika Tender tersebut dapat dimenangkan
oleh PT. WIKA Beton, maka status penawaran Tender akan tercatat kedalam
perolehan kontrak baru. Ukuran performansi kontrak baru sangat penting, karena
disinilah awal dari proses pendapatan perusahaan dari perpsektif finansial. Hasil
pengukuran performansi perolehan kontrak baru PT. WIKA Beton periode 2003-
2006 dapat dilihat pada gambar 4.30.
175
Gambar 4.30 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per Tahun
(satuan jutaan rupiah)
Gambar 4.31 Grafik Persentase Pencapaian Target Kontrak Baru
PT. WIKA Beton
176
Gambar 4.32 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per SBU
(satuan jutaan rupiah)
177
Gambar 4.33 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per Wilayah
Penjualan (satuan jutaan rupiah)
Pada tahun 2003 perolehan kontrak baru mencapai Rp. 394,119 juta
dengan persentase pencapaian terhadap rencana sebesar 153.65% yaitu Rp.
256,500 juta, perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari SBU tiang pancang
(Rp. 160,716 juta) dan perolehan terkecil pada SBU Produk Beton Bangunan
Gedung & Rumah/PBBGR (Rp. 0). Sedangkan perolehan kontrak baru terbesar
pada tahun 2003 diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta sebesar Rp.
178
112,675 juta dan terkecil dari Wilayah Penjualan II – Palembang sebesar Rp.
30,379 juta.
Pada Tahun 2004 perolehan kontrak baru mengalami peningkatan
menjadi Rp. 527,306 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana
sebesar 132.16% (penurunan dari tahun 2003). Perolehan kontrak baru terbesar
diperoleh dari SBU Tiang Pancang (Rp. 242,032 juta) dan Produk Beton
Jembatan (Rp. 172,027 juta) dan terkecil dari SBU PBBGR (Rp. 0). Sedangkan
perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan IV –
Semarang (Rp. 148,708 juta) dan Wilayah Penjualan III – Jakarta (Rp. 147,549),
untuk perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan VI – Makasar sebesar Rp.
18.957 juta menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2005 perolehan kontrak baru mengalami penurunan menjadi
Rp. 473,262 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana sebesar
108.30% (penurunan dari 132.16% pada tahun 2004). Perolehan kontrak baru
terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang sebesar Rp. 250,343 juta dan
sekaligus mengalami kenaikan, untuk perolehan kontrak baru terkecil diperoleh
dari SBU PBBGR (Rp. 0). Sedangkan perolehan kontrak baru terbesar diperoleh
dari Wilayah Penjualan III – Jakarta yaitu sebesar Rp. 170,454 juta, dan
perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp.
30,277 juta, namun mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dari Rp. 22,969
juta.
Pada Tahun 2006 perolehan kontrak baru mengalami kenaikan yang
relatif pesat yaitu menjadi Rp. 603,586 juta dengan persentase pencapaian
terhadap rencana sebesar 109.54%. Perolehan kontrak baru terbesar diperoleh
179
dari SBU Tiang Pancang yang mengalami peningkatan pesat menjadi Rp.
379,706 juta dari Rp. 250,343 juta, sedangkan SBU PBBGR tetap menyumbang
perolehan terkecil yaitu Rp. 0. Perolehan kontrak terbesar diperoleh dari Wilayah
Penjualan I – Medan (Rp. 171,009 juta) dan V – Surabaya (Rp. 180,921 juta),
sedangkan perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan VI – Makasar sebesar Rp.
27,904 juta.
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa perolehan kontrak
baru PT. WIKA Beton periode 2003-2006 relatif selalu meningkat dari tahun ke
tahun. Persentase pencapaian terhadap rencana perolehan kontrak baru
menunjukan bahwa meskipun mengalami penurunan, namun pencapaian realisasi
selalu diatas rencana awal, dengan kata lain tujuan tercapai. Perolehan kontrak
baru didominasi oleh SBU Tiang Pancang setiap tahunnya, apalagi pada tahun
2006 SBU Tiang Pancang mengalami peningkatan yang pesat. Perolehan kontrak
baru terbesar rata-rata diperoleh dari Wilayah Penjualan yang terletak di Pulau
Jawa yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Secara keseluruhan, kinerja
perolehan kontrak baru PT. WIKA Beton sudah baik atau selalu mencapai
rencana, namun terdapat kekurangan yaitu terjadi ketidakmerataan pada
perolehan per SBU atau dari segi Wilayah Penjualan.
4.3.4.2 Penjualan
Ukuran performansi penjualan memberikan informasi mengenai
pendapatan yang diperoleh dari pelanggan melalui penjualan SBU yang dimiliki
PT. WIKA Beton. Status penjualan didapat dari kontrak baru yang telah
terpenuhi secara keseluruhan oleh pihak PT. WIKA Beton kepada pelanggan.
180
Perubahan status tersebut ditandai dengan pemberian Surat Keterangan Serah
Terima (SKST). Hasil pengukuran performansi penjualan PT. WIKA Beton
periode 2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.34 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per Tahun
(satuan jutaan rupiah)
Gambar 4.35 Grafik Persentase Pencapaian Target Penjualan PT. WIKA Beton
181
Gambar 4.36 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per SBU (satuan jutaan rupiah)
182
Gambar 4.37 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per Wilayah Penjualan
(satuan jutaan rupiah)
Pada tahun 2003 nilai penjualan mencapai Rp. 342,478 juta dengan
persentase pencapaian terhadap rencana penjualan sebesar 136,55 %. Penjualan
terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 135,677 juta,
sedangkan penjualan terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta
yaitu sebesar Rp. 108,201 juta dan nilai penjualan terkecil diperoleh dari
Wilayah Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp. 22,300 juta.
Pada tahun 2004 nilai penjualan mengalami peningkatan menjadi Rp.
413,598 juta, namun secara persentase pencapaian terhadap rencana penjualan
183
mengalami penurunan menjadi 110.22%. Penjualan terbesar diperoleh dari SBU
Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 172,727 juta, sedangkan penjualan terbesar
diperoleh dari Wilayah Penjualan V – Surabaya yaitu sebesar Rp. 111,192 juta
dan nilai penjualan terkecil diperoleh dari Wilayah Penjualan II – Palembang Rp.
25,738 juta.
Pada tahun 2005 nilai penjualan mengalami kenaikan menjadi Rp.
551,022 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana penjualan sebesar
128.89%, yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Penjualan
terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 262,638 juta,
sedangkan nilai penjualan terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta
yaitu sebesar Rp. 167,778 juta dan nilai penjualan terkecil dari Wilayah
Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp. 33,804 juta.
Pada tahun 2006 nilai penjualan mengalami kenaikan menjadi Rp.
597,247 juta namun persentase pencapaian terhadap rencana mengalami
penurunan menjadi 104.78%. Nilai penjualan terbesar diperoleh dari SBU Tiang
Pancang yaitu sebesar Rp. 362,504 juta, sedangkan nilai penjualan terbesar
diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta Rp. 178,929 juta dan penjualan
terkecil terjadi pada Wilayah Penjualan VI – Makasar yaitu sebesar Rp. 25,175
juta.
Secara keseluruhan, nilai penjualan SBU PT. WIKA Beton mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun, walaupun persentase pencapaian terhadap rencana
penjualan mengalami fluktuasi. SBU penyumbang terbesar nilai penjualan ialah
SBU Tiang Pancang, SBU tersebut selalu mengalami kenaikan tiap tahun,
bahkan peningkatan yang pesat terjadi pada tahun 2006 dari tahun 2005. Hal
184
tersebut menunjukkan ketidakseimbangan antara SBU yang laku dipasaran.
Sedangkan Wilayah Penjualan yang menyumbangkan nilai penjualan terbesar
rata-rata yang terletak di Pulau Jawa, dan Wilayah Penjualan terburuk terjadi
pada Wilayah Penjualan II – Palembang. Performansi penjualan SBU PT. WIKA
Beton sudah baik, namun diperlukan perhatian khusus pada usaha penjualan
untuk SBU dan Wilayah Penjualan yang memiliki nilai jual yang rendah setiap
tahunnya. Ketidakseimbangan dan ketidakmerataan penjualan SBU dipengaruhi
oleh permintaan pelanggan pada periode tersebut, sehingga PT. WIKA Beton
memproduksi produknya berdasarkan make to order.
4.3.4.3 Efisiensi Keuangan
Ukuran performansi efisiensi keuangan memberikan informasi mengenai
seberapa besar efisiensi PT. WIKA Beton dalam mempergunakan total aktiva.
Pengukuran performansi ini menggunakan perbandingan antara nilai penjualan
dengan total aktiva per periode atau disebut Total Asset Turnover. Ukuran
performansi efisiensi keuangan PT. WIKA Beton dapat dilihat pada gambar 4.38
berikut.
185
Gambar 4.38 Grafik Total Asset Turnover PT. WIKA Beton per Tahun
Gambar 4.39 Grafik Persentase Pencapaian Target Total Asset Turnover
PT. WIKA Beton
Pada tahun 2003 perputaran total aktiva untuk mendukung penjualan
bersih sebesar 1.14 kali dengan persentase pencapaian target sebesar 79.22%.
Pada tahun 2004 terjadi penurunan menjadi 0.90% dengan persentase pencapaian
186
target sebesar 83.84%, penurunan tersebut terjadi karena total aktiva yang
dimiliki oleh PT. WIKA Beton lebih besar dibandingkan nilai penjualan yang
diperoleh. Pada tahun 2005 total asset turnover mengalami peningkatan menjadi
1.39 kali dengan persentase pencapaian target sebesar 119.70% atau dengan kata
lain pencapaian total asset turnover telah melampaui target. Sedangkan pada
tahun 2006 total asset turnover kembali mengalami penurunan menjadi 1.25 kali
dengan persentase pencapaian target sebesar 85.87%.
Rata-rata kinerja total asset turnover PT. WIKA Beton periode 2003-
2006 ialah 1.17 kali per tahun, hal tersebut menggambarkan bahwa PT. WIKA
Beton menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan penjualan sebesar
1.17 kali setiap tahunnya. Dengan rata-rata persentase pencapaian target sebesar
92.16%, kinerja perusahaan dalam total asset turnover belum mencapai target.
4.3.4.4 Profitabilitas
Ukuran performansi EBIT (earn before interest and tax) memberikan
informasi mengenai seberapa besar keuntungan operasional yang berhasil
diperoleh oleh PT. WIKA Beton setiap tahunnya. Ukuran EBIT/keuntungan
operasional menggunakan perumusan penjualan bersih dikurangi Harga Pokok
Penjualan (HPP) dan Biaya Usaha. Ukuran performansi EBIT PT. WIKA Beton
dapat lihat pada gambar 4.40 berikut.
187
Gambar 4.40 Grafik Earn Before Interest and Tax PT. WIKA Beton per Tahun
(satuan jutaan rupiah)
Gambar 4.41 Grafik Persentase Pencapaian Target Earn Before Interest and Tax
PT. WIKA Beton
Pada tahun 2003 keuntungan PT. WIKA Beton mencapai Rp. 21,146 juta
dengan persentase pencapaian terhadap rencana keuntungan sebesar 212.21%
188
atau dua kali lipat dari rencana awal. Pada tahun 2004 keuntungan perusahaan
mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 28,090 juta, namun persentase
pencapaian mengalami penurunan menjadi 102.67%. Pada tahun 2005
keuntungan perusahaan mengalami sedikit kenaikan yaitu menjadi Rp. 29,219
juta, namun persentase pencapaian mengalami penurunan menjadi 90.86%.
Sedangkan pada tahun 2006 keuntungan perusahaan mengalami kenaikan
menjadi Rp. 37,445 juta dengan persentase pencapaian target keuntungan yang
naik menjadi 110.09%, dikarenakan persentase peningkatan nilai penjualan
melebihi persentase peningkatan nilai HPP.
Performansi laba operasional PT. WIKA Beton sebelum pajak dan bunga
secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun
persentase pencapaian terhadap target mengalami trend yang cenderung
menurun. Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai HPP dan biaya usaha yang selalu
mengalami peningkatan diluar rencana. Meskipun nilai penjualan juga
mengalami kenaikan, tetapi belum dapat melampaui angka HPP dan biaya usaha
dalam jumlah yang signifikan. Secara rata-rata, performansi perolehan laba
operasional PT. WIKA Beton tercapai.
4.3.4.5 Pengembalian Investasi
Ukuran performansi pengembalian investasi memberikan informasi
mengenai seberapa besar kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva unutk penghasilan laba setelah pajak per tahun. Pengukuran
performansi tingkat pengembalian investasi menggunakan perumusan Rasio
Return on Investment (ROI), yaitu perbandingan antara laba setelah dengan total
189
aktiva yang dimiliki PT. WIKA Beton per tahun. Ukuran performansi rasio
pengembalian investasi PT. WIKA Beton periode 2003-2006 dapat lihat pada
gambar 4.42 berikut.
Gambar 4.42 Grafik ROI PT. WIKA Beton per Tahun
Gambar 4.43 Grafik Persentase Pencapaian Target ROI PT. WIKA Beton
Pada tahun 2003 ROI PT. WIKA Beton mencapai 5.18% dengan
persentase pencapaian target sebesar 164.01%, dikarenakan peningkatan laba
190
setelah pajak yang diperoleh lebih besar daripada peningkatan total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2004 ROI mengalami penurunan menjadi
4.07% dengan persentase pencapaian target sebesar 82.67%, dikarenakan oleh
peningkatan laba yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan total
aktivanya. Pada tahun 2005 ROI kembali mengalami peningkatan menjadi 5.59%
dengan persentase pencapaian target sebesar 105.09%. Sedangkan pada tahun
2006 ROI sedikit mengalami penurunan menjadi 5.54% dengan persentase
pencapaian target sebesar 102.27%, hal tersebut terjadi dikarenakan perolehan
laba setelah pajak yang meningkat walaupun total aktiva yang dimiliki
perusahaan juga ikut meningkat.
Secara keseluruhan, rata-rata pencapaian target ROI ialah sebesar
113.51%, dengan kata lain realisasi ROI PT. WIKA Beton selalu mencapai
target/rencana setiap tahunnya. Dengan rata-rata tingkat kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih PT. WIKA Beton sebesar 5%
setiap tahun.
4.4 Analisa Hubungan Sebab-Akibat
Strategi adalah seperangkat hipotesis mengenai hubungan sebab-akibat.
Sistem pengukuran harus membuat hubungan (hipotesa) yang ada di antara
berbagai tujuan perusahaan (dan ukuran) dalam berbagai perspektif eksplisit,
sehingga dapat dikelola dan divalidasi. Balanced Scorecard harus merupakan
unsur dalam sebuah rantai hubungan sebab akibat yang mengkomunikasikan arti
strategi unit bisnis kepada seluruh perusahaan. Adapun hubungan sebab akibat
pada peta strategi PT. WIKA Beton seperti gambar 4.44.
191
Gambar 4.44 Cause Effect Relationship Antar KPI PT. WIKA Beton
ROI dan Total Asset Turnover merupakan ukuran akhir dari perpektif
finansial, yang menjelaskan bahwa tujuan akhir perusahaan ialah meningkatkan
rasio pengembalian atas modal yang diinvestasi setiap tahunnya serta
192
peningkatan efisiensi penggunaan total aktiva milik perusahaan untuk
mendukung penjualan. Faktor pendorong ukuran tersebut ialah berupa
peningkatan laba. Peningkatan laba operasional dan efisiensi keuangan
dipengaruhi oleh peningkatan variabel penjualan bersih untuk setiap SBU yang
dimiliki oleh PT. WIKA Beton. Peningkatan nilai penjualan bersih disebabkan
oleh peningkatan perolehan kontrak baru dari pelanggan. Sehingga perolehan
kontrak baru selalu berbanding lurus dengan pencapaian nilai penjualan.
Pencapaian terhadap peningkatan pada perspektif finansial merupakan
suatu akibat yang terjadi karena tingginya proporsi pangsa pasar yang berhasil
diraih oleh PT. WIKA Beton. Keberhasilan perusahaan dalam meraih pangsa
pasar yang baik dibandingkan periode sebelumnya dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah pelanggan baru (akuisisi pelanggan) dan pelanggan yang loyal (retensi
pelanggan) terhadap perusahaan. Lalu bagaimana cara perusahaan memperoleh
pelanggan yang loyal? yaitu ditentukan oleh usaha (effort) perusahaan untuk
dapat memuaskan berbagai kebutuhan pelanggan yang terangkum dalam indeks
kepuasan pelanggan. Jika pelanggan memiliki pengalaman pembelian yang
memuaskan maka barulah perusahaan dapat mengharapkan para pelanggan
melakukan pembelian ulang (retensi) dan menarik minat pelanggan baru
(akuisisi).
Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu kualitas, waktu
pelayanan, serta harga yang bersaing. Maka dalam perspektif proses bisnis
internal, indikator kualitas produk dan kapasitas tersedia menjadi sebab yang
beralasan. Jika jumlah produk cacat atau gagal meningkat maka tingkat
kepercayaan pelanggan terhadap produk PT. WIKA Beton akan menurun,
193
demikian halnya dengan jumlah pengajuan Tender yang tidak dapat terpenuhi
(lost sales), yang mana lost sales akan mempengaruhi lama waktu pelayanan
kepada pelanggan.
Proses ini akan berlanjut dengan mempertanyakan bagaimana proses
pembelajaran dan pertumbuhan yang harus ditingkatkan agar dapat memenuhi
kinerja yang baik dalam memproduksi produk dan melayani kebutuhan
pelanggan. Untuk mengurangi jumlah produk yang cacat atau gagal serta
mengurangi pelayanan yang tertunda, perusahaan harus meningkatkan
produktivitas para tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan
jika kebutuhan para tenaga kerja dapat terpenuhi terlebih dahulu. Pemenuhan
atas kebutuhan tenaga kerja menjadi penyebab terhadap peningkatan kepuasan
tenaga kerja, yang dapat disimpulkan melalui indikator tingkat keluar-masuk
tenaga kerja (employee turnover rate). Jika frekuensi keluar-masuk tinggi maka
menggambarkan tingkat kepuasan tenaga kerja yang rendah. Proses selanjutnya
ialah bagaimana agar kepuasan tenaga kerja terpenuhi?. Salah satu faktor yang
penting ialah dengan meningkatkan kompetensi para tenaga kerja, melalui
pengadaan program-program pelatihan dan pendidikan. Pada akhirnya terdapat
faktor penyebab penting yang dapat mempengaruhi proses bisnis internal serta
proses pembelajaran dan pertumbuhan itu sendiri yaitu ukuran penelitian &
pengembangan (litbang). Program litbang yang tepat atau efektif akan
mempengaruhi peningkatan kualitas kompetensi para tenaga kerja serta seluruh
sistem dan sumber daya yang ada atau terlibat di dalam tubuh organisasi
perusahaan untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu menjadi perusahaan beton
pra cetak yang terbaik.
194
4.5 Penentuan Bobot Setiap KPI
Penentuan bobot untuk setiap KPI diperoleh dari seorang ahli yang
berkompeten terhadap penilaian bobot tersebut, yaitu staf ahli di bagian
pengembangan bisnis perusahaan PT. WIKA Beton.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan (needs analysis), metode penentuan
bobot dengan pendekatan hierarki seperti pada AHP tidak dapat digunakan,
karena jika nilai pada kriteria-kriteria (perspektif) sudah ditentukan besarannya
dan ternyata alternatif (KPI) yang terkandung didalamnya lebih penting dari
perspektif yang memiliki nilai lebih besar dari perspektif dirinya, maka sebesar
apapun nilainya maka tidak akan memberikan pengaruh yang besar bagi
penyumbangan nilai totalnya, yaitu nilai Balanced Scorecard perusahaan PT.
WIKA Beton. Oleh karena itu, pembobotan yang dilakukan langsung mengarah
pada KPI yang dimaksud, seperti pada Tabel 4.38.
195
Tabel 4.38 Bobot Penilaian KPI pada Balanced Scorecard
No. Key Performance Indicator
(Kriteria) Bobot
1 Return On Investment 6
2 Total Asset Turnover 5
3 Earn Before Interest and Tax 10
4 Penjualan 9
5 Kontrak Baru 12
6 Pangsa Pasar 6
7 Retensi Pelanggan 6
8 Akuisisi Pelanggan 6
9 Customer Satisfaction Index 7
10 Kualitas Produk 8
11 Lost Sales 5
12 Produktivitas Pegawai 7
13 Employee Turnover 3
14 Training Coverage 4
15 Penelitian & Pengembangan 6
TOTAL 100
4.6 Pengukuran Produktivitas dengan OMAX
Tahap penilaian produktivitas dengan metode OMAX dilakukan dalam
empat tahap, yaitu: pemilihan data-data yang diperlukan dalam pengukuran
OMAX, pengumpulan data pokok dari hasil pengukuran kinerja perusahaan
menggunakan metode Balanced Scorecard, pengolahan data untuk menentukan
nilai standar awal dan nilai terendah yang dibutuhkan untuk menghitung
produktivitas menggunakan OMAX.
Langkah-langkah untuk pengukuran produktivitas dengan OMAX ialah
sebagai berikut:
196
1. Menentukan kriteria yang akan digunakan dalam pengukuran OMAX
Tabel 4.39 Potential Objective and Criteria
No Potential Objective Criteria
A. Perspektif Finansial
1. Meningkatkan tingkat pengembalian
investasi
Return on Investment (%)
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan total
aktiva perusahaan
Total Asset Turnover (kali)
3. Meningkatkan laba operasional Earn Before Interest & Tax (Rp)
4. Meningkatkan omzet penjualan Nilai Penjualan (Rp)
5. Meningkatkan omzet kontrak baru Nilai Kontrak Baru (Rp)
B. Perspektif Pelanggan
6. Memperluas penetrasi pasar Pangsa Pasar (%)
7. Mempertahankan pelanggan lama Retensi Pelanggan (%)
8. Meningkatkan pelanggan baru Akuisisi Pelanggan (%)
9. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan Kepuasan Pelanggan (Skor 1-5)
C. Perspektif Proses Bisnis Internal
10. Menurunkan Jumlah Produk Cacat Produk Cacat (%)
11. Menurunkan Jumlah Produk Gagal Produk Gagal (%)
12. Menurunkan Jumlah Potensi kontrak yang
tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan
kapasitas produksi
Lost Sales (Kali)
D. Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan
13. Meningkatkan Produktivitas tenaga kerja Produktivitas Pegawai (Rp/Org)
14. Meningkatkan Kepuasan Tenaga Kerja Employee Turnover (%)
15. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Training Coverage (%)
16. Meningkatkan Kemampuan Perusahaan Proporsi Biaya Litbang (%)
2. Pengumpulan Data Pokok
Data diperoleh dari hasil pengukuran kinerja perusahaan PT. WIKA Beton
periode 2003-2006 dengan menggunakan metode Balanced Scorecard.
197
Tabel 4.40 Data Pengukuran Performansi PT. WIKA Beton
Periode 2003-2006
Performansi Kriteria
2003 2004 2005 2006 Bobot
1. 5.18 4.07 5.59 5.54 6
2. 1.14 0.9 1.39 1.25 5
3. 21,146 28,090 29,219 37,445 10
4. 342,478 413,598 551,022 597,247 9
5. 394,119 527,306 473,262 603,586 12
6. 58.57 66.47 57.09 64.46 6
7. 31.50 71.64 81.47 76.52 6
8. 68.50 28.36 18.53 23.48 6
9. 4.16 3.91 4.4 4.03 7
10.*) 0.0691 0.2228 0.0408 0.0492 4
11.*) 0.0139 0.0118 0.0084 0.0120 4
12.*) 1 2 4 2 5
13. 386.98 450.54 604.19 661.4 7
14.*) 1.59 1.36 1.74 3.73 3
15. 19.44 20.37 14.69 24.7 4
16. 0.19 0.18 0.22 0.17 6 *) Nilai semakin rendah, maka semakin baik
3. Pengolahan Data
Pengolahan data ialah menghitung nilai standar awal yang merupakan rata-
rata dari hasil pengukuran kinerja selama periode 2003-2006, menetapkan
nilai terendah dari setiap kriteria pengukuran, dan menetapkan target
pencapaian tiap kriteria.
198
Tabel 4.41 Perhitungan Nilai Standar, Nilai Terendah, dan Target Pencapaian
Kriteria 2003 2004 2005 2006
Nilai
Standar
Awal
Nilai
Terendah
Target
Pencapaian
1. 5.18 4.07 5.59 5.54 5.09 4.07 6
2. 1.14 0.9 1.39 1.25 1.17 0.9 2
3. 21,146 28,090 29,219 37,445 28,975 21,146 38,000
4. 342,478 413,598 551,022 597,247 476,086 342,478 600,000
5. 394,119 527,306 473,262 603,586 499,568 394,119 610,000
6. 58.57 66.47 57.09 64.46 61.65 57.09 68.00
7. 31.50 71.64 81.47 76.52 65.28 31.50 85
8. 68.50 28.36 18.53 23.48 34.72 18.53 70
9. 4.16 3.91 4.4 4.03 4.13 3.91 5
10.*) 0.0691 0.2228 0.0408 0.0492 0.10 0.2228 0
11.*) 0.0139 0.0118 0.0084 0.0120 0.01 0.0139 0
12.*) 1 2 4 2 2.25 4 0
13. 386.98 450.54 604.19 661.4 525.78 386.98 680
14.*) 1.59 1.36 1.74 3.73 2.11 3.73 1
15. 19.44 20.37 14.69 24.7 19.80 14.69 30.00
16. 0.19 0.18 0.22 0.17 0.19 0.17 0.50
4. Pembuatan Tabel OMAX
a) Indeks Produktivitas Perspektif Finansial
Tabel 4.42 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2003
Perspektif Finansial
Indikator 1 2 3 4 5 Ket.
Performansi 5.18 1.14 21,146 342,478 394,119
10 6 2 38,000 600,000 610,000 Sangat Baik
9 5.87 1.88 36,709 582,298 594,224
8 5.74 1.76 35,420 564,596 578,448
7 5.61 1.64 34,131 546,894 562,672
6 5.48 1.53 32,842 529,192 546,896
Baik
5 5.35 1.41 31,553 511,490 531,120 Sedang
199
4 5.22 1.29 30,264 493,788 515,344
3 5.09 1.17 28,975 476,086 499,568
2 4.75 1.08 26,365 431,550 464,418
1 4.41 0.99 23,755 387,014 429,268 Buruk
0 4.07 0.90 21,146 342,478 394,119 Sangat Buruk
Skor Aktual 3 2 0 0 0
Bobot 6 5 10 9 12
Nilai 18 10 0 0 0
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 28 300 9.33%
Tabel 4.43 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2004
Perspektif Finansial
Indikator 1 2 3 4 5 Ket.
Performansi 4.07 0.90 28,090 413,598 527,306
10 6 2 38,000 600,000 610,000 Sangat Baik
9 5.87 1.88 36,709 582,298 594,224
8 5.74 1.76 35,420 564,596 578,448
7 5.61 1.64 34,131 546,894 562,672
6 5.48 1.53 32,842 529,192 546,896
Baik
5 5.35 1.41 31,553 511,490 531,120
4 5.22 1.29 30,264 493,788 515,344
3 5.09 1.17 28,975 476,086 499,568
Sedang
2 4.75 1.08 26,365 431,550 464,418
1 4.41 0.99 23,755 387,014 429,268 Buruk
0 4.07 0.90 21,146 342,478 394,119 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 0 2 1 4
Bobot 6 5 10 9 12
Nilai 0 0 20 9 48
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 77 300 25.67%
200
Tabel 4.44 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2005
Perspektif Finansial
Indikator 1 2 3 4 5 Ket.
Performansi 5.59 1.39 29,219 551,022 473,262
10 6 2 38,000 600,000 610,000 Sangat Baik
9 5.87 1.88 36,709 582,298 594,224
8 5.74 1.76 35,420 564,596 578,448
7 5.61 1.64 34,131 546,894 562,672
6 5.48 1.53 32,842 529,192 546,896
Baik
5 5.35 1.41 31,553 511,490 531,120
4 5.22 1.29 30,264 493,788 515,344
3 5.09 1.17 28,975 476,086 499,568
Sedang
2 4.75 1.08 26,365 431,550 464,418
1 4.41 0.99 23,755 387,014 429,268 Buruk
0 4.07 0.90 21,146 342,478 394,119 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 4 3 7 2
Bobot 6 5 10 9 12
Nilai 36 20 30 63 24
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 173 300 57.67%
Tabel 4.45 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2006
Perspektif Finansial
Indikator 1 2 3 4 5 Ket.
Performansi 5.54 1.25 37,445 597,247 603,586
10 6 2 38,000 600,000 610,000 Sangat Baik
9 5.87 1.88 36,709 582,298 594,224
8 5.74 1.76 35,420 564,596 578,448
7 5.61 1.64 34,131 546,894 562,672
6 5.48 1.53 32,842 529,192 546,896
Baik
5 5.35 1.41 31,553 511,490 531,120
4 5.22 1.29 30,264 493,788 515,344
3 5.09 1.17 28,975 476,086 499,568
Sedang
2 4.75 1.08 26,365 431,550 464,418 Buruk
201
1 4.41 0.99 23,755 387,014 429,268
0 4.07 0.90 21,146 342,478 394,119 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 3 9 9 9
Bobot 6 5 10 9 12
Nilai 36 15 90 81 108
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 330 300 110%
b) Indeks Produktivitas Perspektif Pelanggan
Tabel 4.46 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2003
Perspektif Pelanggan
Indikator 6 7 8 9 Ket.
Performansi 58.57 31.50 68.50 4.16
10 68.00 85.00 70.00 5.00 Sangat Baik
9 67.11 82.20 64.96 4.85
8 66.20 79.38 59.92 4.73
7 65.29 76.56 54.88 4.61
6 64.38 73.74 49.84 4.49
Baik
5 63.47 70.92 44.80 4.37
4 62.56 68.10 39.76 4.25
3 61.65 65.28 34.72 4.13
Sedang
2 60.13 54.02 29.32 4.06
1 58.61 42.76 23.92 3.99 Buruk
0 57.09 31.50 18.53 3.91 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 0 9 3
Bobot 6 6 6 7
Nilai 0 0 54 21
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 75 300 25%
202
Tabel 4.47 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2004
Perspektif Pelanggan
Indikator 6 7 8 9 Ket.
Performansi 66.47 71.64 28.36 3.91
10 68.00 85.00 70.00 5.00 Sangat Baik
9 67.11 82.20 64.96 4.85
8 66.20 79.38 59.92 4.73
7 65.29 76.56 54.88 4.61
6 64.38 73.74 49.84 4.49
Baik
5 63.47 70.92 44.80 4.37
4 62.56 68.10 39.76 4.25
3 61.65 65.28 34.72 4.13
Sedang
2 60.13 54.02 29.32 4.06
1 58.61 42.76 23.92 3.99 Buruk
0 57.09 31.50 18.53 3.91 Sangat Buruk
Skor Aktual 8 5 1 0
Bobot 6 6 6 7
Nilai 48 30 6 0
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 84 300 28%
Tabel 4.48 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2005
Perspektif Pelanggan
Indikator 6 7 8 9 Ket.
Performansi 57.09 81.47 18.53 4.4
10 68.00 85.00 70.00 5.00 Sangat Baik
9 67.11 82.20 64.96 4.85
8 66.20 79.38 59.92 4.73
7 65.29 76.56 54.88 4.61
6 64.38 73.74 49.84 4.49
Baik
5 63.47 70.92 44.80 4.37
4 62.56 68.10 39.76 4.25
3 61.65 65.28 34.72 4.13
Sedang
2 60.13 54.02 29.32 4.06 Buruk
203
1 58.61 42.76 23.92 3.99
0 57.09 31.50 18.53 3.91 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 9 0 5
Bobot 6 6 6 7
Nilai 0 54 0 35
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 89 300 29.67%
Tabel 4.49 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2006
Perspektif Pelanggan
Indikator 6 7 8 9 Ket.
Performansi 64.46 76.52 23.48 4.03
10 68.00 85.00 70.00 5.00 Sangat Baik
9 67.11 82.20 64.96 4.85
8 66.20 79.38 59.92 4.73
7 65.29 76.56 54.88 4.61
6 64.38 73.74 49.84 4.49
Baik
5 63.47 70.92 44.80 4.37
4 62.56 68.10 39.76 4.25
3 61.65 65.28 34.72 4.13
Sedang
2 60.13 54.02 29.32 4.06
1 58.61 42.76 23.92 3.99 Buruk
0 57.09 31.50 18.53 3.91 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 6 0 1
Bobot 6 6 6 7
Nilai 36 36 0 7
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 79 300 26.33%
204
c) Indeks Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal
Tabel 4.50 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal
Tahun 2003
Perspektif Proses Bisnis Internal
Indikator 10 11 12 Ket.
Performansi 0.0691 0.0139 1
10 0 0 0 Sangat Baik
9 0.0142 0.0016 0.3216
8 0.0285 0.003 0.643
7 0.0428 0.0044 0.9644
6 0.0571 0.0058 1.2858
Baik
5 0.0714 0.0072 1.6072
4 0.0857 0.0086 1.9286
3 0.1 0.01 2.25
Sedang
2 0.1409 0.0113 2.8333
1 0.1818 0.0126 3.4166 Buruk
0 0.2228 0.0139 4 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 0 7
Bobot 4 4 5
Nilai 24 0 35
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 59 300 19.67%
Tabel 4.51 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal
Tahun 2004
Perspektif Proses Bisnis Internal
Indikator 10 11 12 Ket.
Performansi 0.2228 0.0118 2
10 0 0 0 Sangat Baik
9 0.0142 0.0016 0.3216
8 0.0285 0.003 0.643
7 0.0428 0.0044 0.9644
Baik
205
6 0.0571 0.0058 1.2858
5 0.0714 0.0072 1.6072
4 0.0857 0.0086 1.9286
3 0.1 0.01 2.25
Sedang
2 0.1409 0.0113 2.8333
1 0.1818 0.0126 3.4166 Buruk
0 0.2228 0.0139 4 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 2 4
Bobot 4 4 5
Nilai 0 8 20
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 28 300 9.33%
Tabel 4.52 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal
Tahun 2005
Perspektif Proses Bisnis Internal
Indikator 10 11 12 Ket.
Performansi 0.0408 0.0084 4
10 0 0 0 Sangat Baik
9 0.0142 0.0016 0.3216
8 0.0285 0.003 0.643
7 0.0428 0.0044 0.9644
6 0.0571 0.0058 1.2858
Baik
5 0.0714 0.0072 1.6072
4 0.0857 0.0086 1.9286
3 0.1 0.01 2.25
Sedang
2 0.1409 0.0113 2.8333
1 0.1818 0.0126 3.4166 Buruk
0 0.2228 0.0139 4 Sangat Buruk
Skor Aktual 8 5 0
Bobot 4 4 5
Nilai 32 20 0
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 52 300 17.33%
206
Tabel 4.53 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal
Tahun 2006
Perspektif Proses Bisnis Internal
Indikator 10 11 12 Ket.
Performansi 0.0492 0.0120 2
10 0 0 0 Sangat Baik
9 0.0142 0.0016 0.3216
8 0.0285 0.003 0.643
7 0.0428 0.0044 0.9644
6 0.0571 0.0058 1.2858
Baik
5 0.0714 0.0072 1.6072
4 0.0857 0.0086 1.9286
3 0.1 0.01 2.25
Sedang
2 0.1409 0.0113 2.8333
1 0.1818 0.0126 3.4166 Buruk
0 0.2228 0.0139 4 Sangat Buruk
Skor Aktual 7 2 4
Bobot 4 4 5
Nilai 28 8 20
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 56 300 18.67
d) Indeks Produktivitas Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran
Tabel 4.54 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan &
Pembelajaran Tahun 2003
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran
Indikator 13 14 15 16 Ket.
Performansi 386.98 1.59 19.44 0.19
10 680 1 30 0.5 Sangat Baik
9 657.96 1.15 28.56 0.43
8 635.93 1.31 27.1 0.39
7 613.9 1.47 25.64 0.35
Baik
207
6 591.87 1.63 24.18 0.31
5 569.84 1.79 22.72 0.27
4 547.81 1.95 21.26 0.23
3 525.78 2.11 19.8 0.19
Sedang
2 479.51 2.65 18.1 0.1833
1 433.24 3.19 16.4 0.1766 Buruk
0 386.98 3.73 14.69 0.17 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 7 2 3
Bobot 7 3 4 6
Nilai 0 21 8 18
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 47 300 15.67%
Tabel 4.55 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan &
Pembelajaran Tahun 2004
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran
Indikator 13 14 15 16 Ket.
Performansi 450.54 1.36 20.37 0.18
10 680 1 30 0.5 Sangat Baik
9 657.96 1.15 28.56 0.43
8 635.93 1.31 27.1 0.39
7 613.9 1.47 25.64 0.35
6 591.87 1.63 24.18 0.31
Baik
5 569.84 1.79 22.72 0.27
4 547.81 1.95 21.26 0.23
3 525.78 2.11 19.8 0.19
Sedang
2 479.51 2.65 18.1 0.1833
1 433.24 3.19 16.4 0.1766 Buruk
0 386.98 3.73 14.69 0.17 Sangat Buruk
Skor Aktual 1 8 3 1
Bobot 7 3 4 6
Nilai 7 24 12 6
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 49 300 16.33%
208
Tabel 4.56 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan &
Pembelajaran Tahun 2005
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran
Indikator 13 14 15 16 Ket.
Performansi 604.19 1.74 14.69 0.22
10 680 1 30 0.5 Sangat Baik
9 657.96 1.15 28.56 0.43
8 635.93 1.31 27.1 0.39
7 613.9 1.47 25.64 0.35
6 591.87 1.63 24.18 0.31
Baik
5 569.84 1.79 22.72 0.27
4 547.81 1.95 21.26 0.23
3 525.78 2.11 19.8 0.19
Sedang
2 479.51 2.65 18.1 0.1833
1 433.24 3.19 16.4 0.1766 Buruk
0 386.98 3.73 14.69 0.17 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 6 0 3
Bobot 7 3 4 6
Nilai 42 18 0 18
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 78 300 26%
Tabel 4.57 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan &
Pembelajaran Tahun 2006
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran
Indikator 13 14 15 16 Ket.
Performansi 661.4 3.73 24.7 0.17
10 680 1 30 0.5 Sangat Baik
9 657.96 1.15 28.56 0.43
8 635.93 1.31 27.1 0.39
7 613.9 1.47 25.64 0.35
6 591.87 1.63 24.18 0.31
Baik
209
5 569.84 1.79 22.72 0.27
4 547.81 1.95 21.26 0.23
3 525.78 2.11 19.8 0.19
Sedang
2 479.51 2.65 18.1 0.1833
1 433.24 3.19 16.4 0.1766 Buruk
0 386.98 3.73 14.69 0.17 Sangat Buruk
Skor Aktual 9 0 6 0
Bobot 7 3 4 6
Nilai 63 0 24 0
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator
Pencapaian 87 300 29%
5. Indeks Produktivitas PT. WIKA Beton Periode 2003-2006
Tabel 4.58 Indeks Produktivitas
Perspektif Periode
Indeks
Produktivitas
(%)
Perubahan
Indeks (%)
Rata-rata
Perubahan
2003 9.33 -
2004 25.67 Naik 16.34
2005 57.67 Naik 32 Finansial
2006 110 Naik 42.33
33.56%
2003 25 -
2004 28 Naik 3
2005 29.67 Naik 1.67 Pelanggan
2006 26.33 Turun 3.34
0.44%
2003 19.67 -
2004 9.33 Turun 10.34
2005 17.33 Naik 8
Proses Bisnis
Internal
2006 18.67 Naik 1.34
-0.33%
2003 15.67 -
2004 16.33 Naik 0.66
2005 26 Naik 9.67
Pembelajaran &
Pertumbuhan
2006 29 Naik 3
4.44%
210
Analisa terhadap hasil pengukuran indeks produktivitas tiap bagian
perusahaan dengan metode OMAX pada PT. WIKA Beton ialah sebagai berikut:
1. Perspektif Finansial (bagian keuangan dan bagian pemasaran)
Produktivitas bagian keuangan dan pemasaran PT. WIKA Beton
terkait kinerja keuangan pada tahun 2004 mengalaimi kenaikan
sebesar 16.34% dari tahun 2003, pada tahun 2005 meningkat sebesar
32% menjadi 57.67% dari tahun 2004, pada tahun 2006 kembali
terjadi kenaikan sebesar 42.33% dari tahun 2005. Dari analisa
tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas perspektif keuangan
selalu mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Rata-
rata perubahan meningkat 33.56% per tahun.
2. Perspektif Pelanggan (bagian pemasaran)
Produktivitas bagian pemasaran PT. WIKA Beton terkait kinerja
terhadap pihak eksternal yaitu pelanggan pada tahun 2004 mengalami
kenaikan sebesar 3% dari tahun 2003, pada tahun 2005 meningkat
sebesar 1.67% dari tahun 2004, pada tahun 2006 produktivitas untuk
perspektif pelanggan menurun sebesar 3.34%. Berdasarkan analisa
tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas bagian pemasaran
untuk perspektif pelanggan tidak terlalu baik karena peningkatan
yang terjadi tidak terlalu signifikan bahkan terjadi penurunan pada
tahun 2006. Rata-rata perubahan per tahun meningkat 0.44%.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal (bagian produksi)
Produktivitas bagian produksi terkait kinerja proses bisnis internal
PT. WIKA Beton pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar
211
10.34% dari tahun 2003, pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar
8% dari tahun 2004, dan pada tahun 2006 kembali meningkat sebesar
1.34% dari tahun 2005. Berdasarkan analisa tersebut, dapat
disimpulkan bahwa peningkatan produktivitas tidak terlalu baik
karena peningkatan indeks produktivitas tidak terlalu signifikan.
Rata-rata perubahan per tahun menurun 0.33%.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (bagian sumber daya
manusia dan pengembangan bisnis)
Produktivitas bagian sumber daya manusia dan pengembangan bisnis
terkait kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan PT. WIKA
Beton pada tahun 2004 meningkat sebesar 0.66% dari tahun 2003,
pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 9.67% dari tahun 2004,
dan pada tahun 2006 kembali terjadi peningkatan sebesar 3% dari
tahun 2005. Berdasarkan hasil analisa tersebut, dapat disimpulkan
bahwa produktivitas bagian sumber daya manusia dan pengembangan
bisnis PT. WIKA Beton sudah baik karena selalu mengalami
peningkatan indeks produktivitas setiap tahunnya. Rata-rata
perubahan per tahun meningkat 4.44%.
4.7 Analisa Tahapan Proses Perencanaan Strategi Perusahaan dalam
Meningkatkan Performansi Perusahaan
Balanced Scorecard paling efektif jika digunakan untuk memacu
perubahan organisasional. Untuk mengkomunikasikan perlunya perubahan, para
manajer harus menetapkan target untuk setiap ukuran yang ada, tiga sampai lima
212
tahun, yang bila tercapai akan mentransformasikan perusahaan. Target tersebut
harus mencerminkan suatu diskontinuitas dalam kinerja unit bisnis.
Bila target ukuran finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta
pembelajaran dan pertumbuhan telah ditetapkan, para manajer dapat mengkaji
apakah inisiatif-inisiatif yang ada saat ini akan membantu tercapainya target
yang ambisius, atau apakah inisiatif-inisiatif baru diperlukan.
Dalam meningkatkan performansi PT. WIKA Beton perlu dianalisa
tahapan proses perencanaan inisiatif strategisnya. Adapun analisa tahapan proses
perencanaan inisiatif strategi tersebut ialah sebagai berikut.
212
Tabel 4.59 Tahapan Proses Perencanaan Inisiatif Strategis PT. WIKA Beton
No. Perspektif dan
Sasaran Strategis Lag Indicator Lead Indicator Target Inisiatif
A. Pembelajaran &
Pertumbuhan
1 Meningkatkan Produktivitas
Tenaga Kerja
Tingkat Produktivitas Tenaga
Kerja
Besarnya nilai penjualan
Tingkat kepuasan tenaga kerja
Tingkat kompetensi tenaga kerja
Peningkatan tingkat produktivitas
sebesar 25% per tahun
Meningkatkan kepuasan dan
kompetensi para tenaga kerja
Menyusun rencana kerja yang
jelas dan efektif untuk setiap
area fungsional dalam
organisasi
2 Meningkatkan Kepuasan Tenaga
Kerja
Employee Turnover rate Besarnya upah dan insentif yang
diterima oleh para pegawai
Iklim kerja yang baik
Tingkat absensi tenaga kerja
Penurunan tingkat keluar-masuk
tenaga kerja dengan alasan
ketidakpuasan sebesar 1% per
tahun
Penurunan absensi para pegawai
Peningkatan pemberian insentif
kerja kepada para pegawai
Meningkatkan motivasi tenaga
kerja
Meningkatkan kepuasan
tenaga kerja dengan
pemberian insentif kerja yang
proporsional terhadap prestasi
yang dicapai
Menjaga iklim kerja yang
kondusif mulai dari pihak
manajemen tingkat atas
hingga kepada para pekerja
pelaksana
3 Meningkatkan Kompetensi
Tenaga Kerja
Tingkat proporsi tenaga kerja
yang mengikuti program
pelatihan & pendidikan (training
coverage)
Jumlah tenaga kerja yang
berminat terhadap program
pelatihan
Jumlah pengadaan program
training & pendidikan
Peningkatan rata-rata persentase
training coverage sebesar 20% per
tahun
Menghasilkan tenaga kerja yang
memiliki kompetensi dan
kapabilitas tinggi
Menambah program pelatihan
& pendidikan yang tepat dan
sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan
Menciptakan Knowledge
Management System
213
No. Perspektif dan
Sasaran Strategis Lag Indicator Lead Indicator Target
Inisiatif
4 Meningkatkan Kemampuan
Perusahaan
Proporsi pengadaan program
penelitian dan pengembangan
(litbang)
Besar biaya usaha yang
digunakan untuk program
Litbang
Dampak progam Litbang
terhadap peningkatan
kemampuan perusahaan
Peningkatan proporsi biaya untuk
Litbang dari biaya usaha sebesar
0.5% per tahun
Mampu menghasilkan metode
atau teknik yang tepat bagi
perkembangan perusahaan
(teknologi produksi, studi pasar
dan sistem manajemen)
Meningkatkan kualitas dan
diferensiasi produk
Peningkatan efisiensi dan
efektifitas pengadaan program
Litbang
Merancang dan membuat
program Litbang secara tepat
sesuai dengan kebutuhan
perusahaan
Memberikan perhatian yang
lebih pada program Litbang
B. Proses Bisnis Internal
1 Menurunkan Jumlah Produk
Cacat & Gagal
Kualitas Produk Rata-rata persentase produk
cacat & gagal
Mempertahankan rata-rata tingkat
produk cacat sebesar 0.1% dan
rata-rata tingkat produk gagal
sebesar 0.01%
Mengurangi produk cacat dan
gagal hingga mencapai level zero
defect.
Menerapkan metode
pengendalian mutu
berdasarkan standar ISO 9000
Memonitoring dan
mengevaluasi proses produksi
secara berkala
Memperbaiki sistem kerja
produksi yang efektif dan
aman secara terus-menerus
Menggunakan dan menguasai
teknologi produksi yang
efektif dan efisien.
214
No. Perspektif dan
Sasaran Strategis Lag Indicator Lead Indicator Target
Inisiatif
2 Menurunkan Jumlah Potensi
kontrak yang tidak dapat
dipenuhi karena keterbatasan
kapasitas produksi
Jumlah frekuensi terjadinya Lost
Sales
Biaya kerugian akibat Lost Sales
Jumlah penolakan Tender karena
alasan keterbatasan kapasitas
produksi
Mengurangi jumlah frekuensi Lost
Sales hingga titik Nol.
Memenuhi setiap Tender yang
ditawarkan oleh pelanggan
Melakukan penjadwalan
produksi yang tepat
Menerapkan perencanaan Job
Order yang efektif
Menambah kapasitas produksi
sesuai dengan tingkat demand
dan lokasi pasar potensial
C. Pelanggan
1 Memperluas penetrasi pasar Persentase pangsa pasar Jumlah Tender yang
dimenangkan oleh PT. WIKA
Beton
Mampu mempertahankan rata-rata
persentase pangsa pasar sebesar
60% per tahun
Menerapkan strategi dan
metode pemasaran yang
langsung ke hulu
Meningkatkan kompetensi
staf ahli negosiator dalam
memenangkan Tender
Memperluas jangkauan
wilayah penjualan
215
No. Perspektif dan
Sasaran Strategis Lag Indicator Lead Indicator Target
Inisiatif
2 Mempertahankan pelanggan
lama
Retensi Pelanggan Persentase Pelanggan Lama yang
masih loyal terhadap perusahaan
Peningkatan persentase pelanggan
lama (retensi) sebesar 20% per
tahun
3 Meningkatkan pelanggan baru Akuisisi Pelanggan Persentase Pelanggan Baru Peningkatan persentase pelanggan
baru (akuisisi) sebesar 0.5% per
tahun
4 Meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan
Indeks Kepuasan Pelanggan Jumlah keluhan terhadap
pelayanan dan mutu perusahaan
Pencapaian indeks kepuasan
pelanggan hingga skor 4.5 per
semester untuk kepuasan
pelayanan dan kepuasan kualitas
Memperbaiki tingkat
kepuasan atas kualitas secara
konsisten dalam hal: produk,
harga, ketepatan waktu
pengiriman, keamanan
produk, dan konsistensi mutu.
Memperbaiki tingkat
kepuasan atas pelayanan
secara konsisten dalam hal:
kecepatan respon menanggapi
keluhan, pelayanan,
komitmen, supervisi, serta
penggantian produk yang
tidak baik.
D. Finansial
1 Meningkatkan tingkat
pengembalian investasi
Return on Investment Nilai Laba Bersih
Total Aktiva Perusahaan
Peningkatan persentase tingkat
pengembalian modal sebesar 6%
per tahun
Optimalisasi pemanfaatan
investasi
Meningkatkan perolehan laba
bersih
2 Meningkatkan efisiensi
penggunaan total aktiva
perusahaan untuk mendukung
penjualan
Total Asset Turnover Nilai Penjualan bersih
Total Aktiva Perusahaan
Peningkatan penggunaan seluruh
aktiva perusahaan untuk
mendukung penjualan sebanyak 2
(dua) kali per tahun
Meningkatkan efisiensi
penggunaan aktiva
perusahaan
3 Meningkatkan laba operasional Earn before Interest And Tax Nilai Penjualan Bersih Peningkatan laba operasional
sebesar 10% tahun
Menetapkan kebijakan untuk
mengurangi Harga Pokok
Penjualan
Mengurangi pengeluaran
biaya usaha
216
No. Perspektif dan
Sasaran Strategis Lag Indicator Lead Indicator Target
Inisiatif
4 Meningkatkan omzet penjualan Nilai Penjualan Perolehan kontrak baru Peningkatan nilai penjualan bersih
sebesar 40% per tahun
5 Meningkatkan omzet kontrak
baru
Nilai Kontrak baru Jumlah Tender yang
dimenangkan
Peningkatan perolehan nilai
kontrak baru sebesar 50% per
tahun
Memaksimalkan inisiatif
strategi pada perspektif
pelanggan