bab 4 aku pulang, aku ingin pulang. jangan kunci pintumu...

89
33 BAB 4 MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota dalam Puisi “Pembunuh Rumah“ Pembunuh Rumah Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu. Kalau kamu kunci aku tidak bisa masuk. Aku tak ingin mencungkil jendela. Rumah akan mati dalam diriku. Aku ingin pulang. Tapi masih adakah rumah dalam rumahmu. Tempat aku tahu kamu sedang berdiri menghadap jendela, dan aku duduk dengan hatimu yang berdenyut, seperti sayuran kol dengan sanggulnya penuh daun-daun setelah hujan. Aku ingin pulang. Tapi masih adakah rumah dalam rumahmu. Aku nyalakan tv, seperti menyalakan tombol diktator yang memiliki seluruh diriku. Aku lihat kamu berdiri menghadap jendela. Dan kamu tidak pernah pulang lagi. Dan aku tidak pernah pulang lagi. Tanganku telah terluka membuka rumah sendiri, yang tak pernah bisa kau masuki lagi. Rumah berdiri menakutkan di sepanjang jalan, dalam spanduk-spanduk, potongan 30% penawaran sebuah kota baru, dan uang muka, telaga, padang golf, dan anjing-anjing lucu lari pagi. Rumah menakutkan jatuh di atas tempat tidurku. Rasa pulang telah mati. Orang membuka pintu, seperti membuka jurang di depan rumahnya. Merenggut nyawa rawa-rawa, menghentikan air mengalir ke perut bumi, merenggut batang-batang pohon, mematahkan uluran tanganku ke hamparan waktu. Aku melihat mata anak- anak tanpa jendela, terkapar di tangan diktator arsitektur kota. Malam seperti kaca. Melihat pembunuh rumah berjalan dengan kening yang dingin. Pembunuh ruang di hatimu. 1998 4.1.1 Analisis Aspek Sintaksis Puisi di atas terdiri atas satu paragraf, dengan tifografi pembaitan satu bait. Kalimat-kalimat dalam puisi di atas berjumlah 24 kalimat, di antaranya: 1) Aku pulang, aku ingin pulang.

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

14 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

33

BAB 4

MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA

4.1 Makna Kota dalam Puisi “Pembunuh Rumah“

Pembunuh Rumah Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu. Kalau kamu kunci aku tidak bisa masuk. Aku tak ingin mencungkil jendela. Rumah akan mati dalam diriku. Aku ingin pulang. Tapi masih adakah rumah dalam rumahmu. Tempat aku tahu kamu sedang berdiri menghadap jendela, dan aku duduk dengan hatimu yang berdenyut, seperti sayuran kol dengan sanggulnya penuh daun-daun setelah hujan. Aku ingin pulang. Tapi masih adakah rumah dalam rumahmu. Aku nyalakan tv, seperti menyalakan tombol diktator yang memiliki seluruh diriku. Aku lihat kamu berdiri menghadap jendela. Dan kamu tidak pernah pulang lagi. Dan aku tidak pernah pulang lagi. Tanganku telah terluka membuka rumah sendiri, yang tak pernah bisa kau masuki lagi. Rumah berdiri menakutkan di sepanjang jalan, dalam spanduk-spanduk, potongan 30% penawaran sebuah kota baru, dan uang muka, telaga, padang golf, dan anjing-anjing lucu lari pagi. Rumah menakutkan jatuh di atas tempat tidurku. Rasa pulang telah mati. Orang membuka pintu, seperti membuka jurang di depan rumahnya. Merenggut nyawa rawa-rawa, menghentikan air mengalir ke perut bumi, merenggut batang-batang pohon, mematahkan uluran tanganku ke hamparan waktu. Aku melihat mata anak- anak tanpa jendela, terkapar di tangan diktator arsitektur kota. Malam seperti kaca. Melihat pembunuh rumah berjalan dengan kening yang dingin. Pembunuh ruang di hatimu. 1998

4.1.1 Analisis Aspek Sintaksis

Puisi di atas terdiri atas satu paragraf, dengan tifografi pembaitan satu bait.

Kalimat-kalimat dalam puisi di atas berjumlah 24 kalimat, di antaranya:

1) Aku pulang, aku ingin pulang.

Page 2: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

34

2) Jangan kunci pintumu.

3) Kalau kamu kunci aku tidak bisa masuk.

4) Aku tak ingin mencungkil jendela.

5) Rumah akan mati dalam diriku.

6) Aku ingin pulang.

7) Tapi masih adakah rumah dalam rumahmu.

8) Tempat aku tahu kamu sedang berdiri menghadap jendela, dan aku duduk

dengan hatimu yang berdenyut, seperti sayuran kol dengan sanggulnya penuh

daun-daun setelah hujan.

9) Aku ingin pulang.

10) Tapi masih adakah rumah dalam rumahmu.

11) Aku nyalakan tv, seperti menyalakan tombol diktator yang memiliki seluruh

diriku.

12) Aku lihat kamu berdiri menghadap jendela.

13) Dan kamu tidak pernah pulang lagi.

14) Dan aku tidak pernah pulang lagi.

15) Tanganku telah terluka membuka rumah sendiri, yang tak pernah bisa kau

masuki lagi.

16) Rumah berdiri menakutkan di sepanjang jalan, dalam spanduk-spanduk,

potongan 30% penawaran sebuah kota baru, dan uang muka, telaga, padang

golf, dan anjing-anjing lucu lari pagi.

17) Rumah menakutkan jatuh di atas tempat tidurku.

18) Rasa pulang telah mati.

Page 3: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

35

19) Orang membuka pintu, seperti membuka jurang di depan rumahnya.

20) Merenggut nyawa rawa-rawa, menghentikan air mengalir ke perut bumi,

merenggut batang-batang pohon, mematahkan uluran tanganku ke hamparan

waktu.

21) Aku melihat mata anak-anak tanpa jendela, terkapar di tangan diktator

arsitektur kota.

22) Malam seperti kaca.

23) Melihat pembunuh rumah berjalan dengan kening yang dingin.

24) Pembunuh ruang di hatimu.

Kalimat pertama Aku pulang, aku ingin pulang., merupakan kalimat

majemuk bertingkat, dan terdiri atas dua klausa. Klausa pertama, yakni Aku (S)

pulang (P) dan klausa kedua, yakni aku (S) ingin pulang (P). Kalimat Jangan

kunci pintumu., secara intonasi merupakan kalimat perintah, meskipun tanda baca

yang digunakan di akhir kalimat menggunakan tanda baca titik (.). Pada kalimat

selanjutnya, penyair menegaskan alasan kalimat perintah Jangan kunci pintumu

dengan kalimat Kalau kamu kunci aku tidak bisa masuk. Kalimat kamu kunci aku

tidak bisa masuk., merupakan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat Aku tak ingin

mencungkil jendela., memiliki unsur Aku (S), tak ingin mencungkil (P), dan

jendela (O). Frasa tak ingin mencungkil pada kalimat ini, adalah frasa verbal, dan

mempunyai makna negatif/pengingkaran dari keinginan.

Rumah akan mati dalam diriku., juga merupakan alasan dari kalimat

sebelumnya. Kalimat ini terdiri dari satu kata, yaitu Rumah, dan dua frasa, yaitu

akan mati (frasa verbal dengan makna aspek futuratif), serta dalam diriku (frasa

Page 4: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

36

preposisional dengan makna keberadaan). Kalimat ketujuh dan kesepuluh, yaitu

Tapi masih adakah rumah dalam rumahmu., merupakan kalimat tanya. Kata

adakah menjadi alasan penulis menyebut kalimat ini sebagai kalimat tanya. Kata

rumah dalam kalimat di atas, oleh penyair dipertegas dalam kalimat selanjutnya,

yaitu Tempat aku tahu kamu sedang berdiri menghadap jendela, dan aku duduk

dengan hatimu yang berdenyut, seperti sayuran kol dengan sanggulnya penuh

daun-daun setelah hujan. Kalimat ini terdiri dari tiga klausa, yang memiliki

hubungan penjumlahan yang menyatakan perluasan serta peran atau makna

perbandingan.

Selanjutnya, Aku ingin pulang., merupakan kalimat verba taktransitif. Aku

nyalakan tv, seperti menyalakan tombol diktator yang memiliki seluruh diriku.,

kalimat ini memiliki unsur keterangan pembandingan dengan cirri adanya kata

seperti dalam klausa kedua dalam kalimat ini. Kalimat Aku lihat kamu berdiri

menghadap jendela., dibangun atas unsur Aku (S), lihat (P), kamu (O), dan berdiri

menghadap jendela (Ket). Kalimat selanjutnya, yaitu Dan kamu tidak pernah

pulang lagi., terbangun atas unsur Dan kamu (S) dan tidak pernah pulang lagi (P).

Kalimat Dan aku tidak pernah pulang lagi., memiliki unsur yang sama dengan

kalimatsebalumnya.

Kalimat kelimabelas, Tanganku telah terluka membuka rumah sendiri,

yang tak pernah bisa kau masuki lagi., memiliki dua klausa, yakni Tanganku

telah terluka membuka rumah sendiri, dan yang tak pernah bisa kau masuki lagi.

Kalimat Rumah berdiri menakutkan di sepanjang jalan, dalam spanduk-spanduk,

potongan 30% penawaran sebuah kota baru, dan uang muka, telaga, padang golf,

Page 5: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

37

dan anjing-anjing lucu lari pagi., merupakan kalimat majemuk bertingkat yang

memiliki hubungan antarklausa, yaitu hubungan penjumlahan yang menyatakan

perluasan, serta memiliki peran atau makna keberadaan. Kalimat Rumah

menakutkan jatuh di atas tempat tidurku., dibangun oleh unsur fras Rumah

menakutkan (S), jatuh (P), dan di atas tempat tidurku (Ket). Jika melihat unsur-

unsur yang membangun kalimat ini, maka kalimat ini merupakan kalimat tunggal

luas. Kalimat Merenggut nyawa rawa-rawa, menghentikan air mengalir ke perut

bumi, merenggut batang-batang pohon, mematahkan uluran tanganku ke

hamparan waktu., merupakan kalimat majemuk bertingkat yang memiliki

hubungan penjumlahan yang menyatakan perluasan. Kalimat Aku lihat mata

anak-anak tanpa jendela, terkapar di tangan diktator arsitektur kota., dibangun

oleh dua klausa, yaitu: (1) aku (S), lihat (P), dan mata anak-anak tanpa jendela

(Pel), klausa pertama ini memiliki peran subjek sebagai makna pelaku; dan (2)

terkapar (P), di tangan (Ket), dan diktator arsitektur kota (S). Klausa kedua

merupakan unsur keterangan, dan mengandung peran predikat sebagai makna

keadaan. Kalimat Malam seperti kaca, yaitu kalimat yang klausanya memiliki

peran atau makna perbandingan persamaan, ditandai dengan preposisi seperti.

Kalimat Melihat pembunuh rumah berjalan dengan kening yang dingin., memiliki

unsur melihat (P), pembunuh rumah (S), berjalan (P), dengan kening yang dingin

(Ket. Keadaan). Kalimat Pembunuh ruang di hatimu., memiliki fungsi subjek dan

keterangan tempat, yaitu dengan adanya preposisi di-. Kalimat tersebut

merupakan kalimat sempurna, karena mengandung satu klausa bebas.

Page 6: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

38

4.1.2 Analisis aspek Semantik

4.1.2.1 Denotasi dan Konotasi

Judul yang dipilih oleh penyair, yaitu “Pembunuh Rumah”. Frasa

pembunuh rumah merupakan frasa yang mengandung artian konotatif. Kata

pembunuh yang memiliki artian denotatif orang yang menghilangkan nyawa

(benda hidup) disandingkan dengan kata rumah, di mana rumah merupakan benda

mati. Artian konotatif dari pembunuh rumah itu sendiri, adalah orang yang

menghancurkan tempat tinggal.

Kalimat Aku pulang, aku ingin pulang., merupakan kalimat yang

mengandung artian denotatif, karena kalimat tersebut adalah kalimat yang lazim

digunakan untuk menyatakan keinginan (dalam hal ini keinginan untuk pulang).

Tiga kalimat selanjutnya, Jangan kunci pintumu. Kalau kamu kunci aku tidak bisa

masuk. Aku tak ingin mencungkil jendela., juga mengandung artian denotatif.

Keempat kalimat tersebut, jika digabungkan peng-arti-annya, maka kalimat

tersebut akan menunjuk ke denotata kenyataan nonfaktual. Ciri dari

kenonfaktualan kalimat-kalimat tersebut ditunjukkan oleh frasa aku ingin.

Kalimat Rumah akan mati dalam diriku., mengandung artian konotatif.

Subjek Rumah yang merupakan benda mati, oleh penyair dihidupkan dengan

membubuhkan frasa akan mati setelahnya. Pada kenyataannya, frasa akan mati

hanya dipakai untuk menyatakan makhluk hidup yang sakit atau sekarat.

Keberadaan frasa dalam diriku dalam kalimat ini juga memperkuat kekonotatifan

kalimat ini, karena Rumah yang memiliki marti denotatif sebagai tempat tinggal

Page 7: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

39

diriku justru bertempat tinggal dalam diriku. Kalimat aku ingin pulang.,

menunjukan artian denotatif.

Pada kalimat Tapi masih adakah rumah dalam rumahmu., kata rumah

menunjukan artian konotatif, meskipun ada kemungkinan secara keseluruhan

dalam kalimat ini mengandung artian denotatif. Penyair menggunakan frasa masih

adakah untuk bertanya keberadaan rumah dala rumahmu, bukan adakah. Itu

artinya keberadaan rumah dalam rumahmu itu memang merupakan kenyataan

yang telah ada sebelum penyair mengutarakan pertanyaannya. Meskipun

demikian, kata rumah dalam kalimat ini tetap menujukkan bahwa kalimat ini

mengandung makna konotatif, karena rumah dalam kalimat ini merujuk pada

salah satu atau lebih ruangan/kamar yang terdapat dalam rumahmu.

Klausa dan aku duduk dengan hatimu yang berdenyut dalam kalimat

Tempat aku tahu kamu sedang berdiri menghadap jendela, dan aku duduk dengan

hatimu yang berdenyut, seperti sayuran kol dengan sanggulnya penuh daun-daun

setelah hujan., mengandung artian konotatif, karena kenyataan hatimu yang

berdenyut itu berada dalam tubuh-mu. Dengan kata lain, hatimu yang berdenyut

tidak dapat duduk dengan subjek aku dalam klausa ini. Kekonotatifan klausa ini

dipertegas dengan adanya hubungan pengandaian dengan klausa seperti sayuran

kol dengan sanggulnya penuh daun-daun setelah hujan. Jika mengacu pada

penjelasan di atas, maka secara keseluruhan mengandung artian konotasi.

Kalimat Aku nyalakan tv, seperti menyalakan tombol diktator yang

memiliki seluruh diriku., mengandung artian denotatif, meskipun dalam kalimat

ini terdapat klausa yang mernunjukkan artian konotatif, yakni seperti menyalakan

Page 8: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

40

tombol diktator yang memiliki seluruh diriku. Klausa di atas merujuk pada klausa

aku nyalakan tv yang mengandung artian denotatif. Klausa ini merupakan klausa

bebas, yang apabila klausa setelahnya dihilangkan pun tidak akan merubah arti

keseluruhan kalimatnya.

Aku lihat kamu berdiri menghadap jendela. Dan kamu tidak pernah

pulang lagi. Dan aku tidak pernah pulang lagi. Kalimat-kalimat tersebut

mengandung artian denotatif. Sedangkan, kalimat Tanganku telah terluka

membuka rumah sendiri, yang tak pernah bisa aku masuki lagi., mengandung

artian konotasi. Kata luka mengandung artian denotatif belah (pecah, cidera, lecet,

dan sebagainya) pada kulit karena terkena barang yang tajam, Kata terluka

memiliki artian menderita luka. Kata membuka, oleh penyair disamakan dengan

benda/barang tajam yang bisa melukai, padahal kata membuka merupakan kata

kerja, bukan nomina.

Kalimat Rumah berdiri menakutkan sepanjang jalan, dalam spanduk-

spanduk, potongan 30%, penawaran sebuah kota baru, dan uang muka, telaga,

padang golf, dan anjing-anjing lucu lari pagi., mengandung artian denotatif.

Penulis tidak melihat adanya arti kiasan dari kesemua kata yang terdapat dalam

kalimat ini. Kalimat ini merupakan sebuah kenyataan yang didukung oleh

denotatumnya. Artian konotatif dapat ditemukan kembali dalam kalimat Rumah

menakutkan jatuh di atas tempat tidurku. Kalimat tersebut tidak menyatakan

kenyataan yang sebenarnya. Rumah sebagai ruangan untuk ditinggali tidak berada

di atas tanah, tetapi berada tepat di permukaan tanah. Jadi, rumah menakutkan

jatuh di atas tempat tidur dipakai untuk menyatakan hal yang lain (kiasan).

Page 9: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

41

Kalimat Rasa pulang telah mati., mengandung artian konotatif. kata mati

digunakan untuk menyatakan pengingkaran atau ketidakinginan pulang. Kalimat

Orang membuka pintu, seperti membuka jurang di depan rumahnya.,

mengandung artian konotatif. Kenyataan di depan sebuah pintu rumah itu adalah

ruangan lain yang berada di rumah tersebut atau sebuah jalan, bukan sebuah

jurang. Kata jurang memiliki artian denotatif lembah yang dalam dan sempit,

serta dindingnya curam. Itu artinya, jurang tidak dapat dibuka atau ditutup oleh

sebuah pintu, seperti yang terdapat dalam kalimat ini (membuka jurang). Hal

tersebut menunjukkan kekonotatifan kalimat di atas.

Kalimat selanjutnya, adalah Merenggut nyawa rawa-rawa, menghentikan

air mengalir ke perut bumi, merenggut batang-batang pohon, mematahkan uluran

tanganku ke hamparan waktu. frasa rawa-rawa memiliki makna denotatif

kumpulan daerah yang biasanya digenangi air. Oleh penyair, frasa ini dihidupkan

dengan membubuhkan kata nyawa sebelumnya. Kata bumi yang sejatinya

merupakan benda mati dihidupkan dengan pembubuhan kata perut sebulumnya.

Waktu dalam kalimat ini dijadikan sebuah tempat dengan adanya kata hamparan

sebelum kata waktu. Melihat kenyataan-kenyataan dalam kalimat ini merupakan

kenyataan yang berbentuk kiasan, secara keseluruhan kalimat ini mengandung

artian konotatif.

Kalimat Aku lihat mata anak-anak tanpa jendela, terkapar di tangan

diktator arsitektur kota., secara keseluruhan mengandung artian konotatif, karena

diktator arsitektur kota merujuk pada artian konotatif penguasa kota. Malam

seperti kaca., merupakan kalimat yang mengandung artian denotatif. Sedangkan,

Page 10: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

42

Kalimat Melihat pembunuh rumah berjalan dengan kening yang dingin.

Pembunuh ruang di hatimu., merupakan kalimat yang mengandung artian

konotatif. Ruang dalam kalimat Pembunuh ruang di hatimu., bukan merupakan

denotatum yang menunjukan sebuah kenyataan bahwa dalam hati terdapat ruang.

4.1.2.2 Majas

Kalimat Aku pulang, aku ingin pulang., mengandung makna eupizeukis,

karena terjadinya pengulangan langsung pulang. Kalimat Rumah akan mati dalam

diriku., mengandung majas personifikasi, karena rumah seolah-olah menjadi

benda hidup dengan disandingkan dengan frasa akan mati. Kalimat Tapi masih

adakah rumah dalam rumahmu., mengandung majas metafora. Kata rumah dalam

kalimat ini dipakai untuk mengganti ruangan dalam sebuah rumah. Frasa

rumahmu juga menunjukan hal lain di luar arti rumahmu yang sebenarnya.

Kalimat Tempat aku tahu kamu sedang menghadap jendela, dan aku duduk

dengan hatimu yang berdenyut, seperti sayuran kol dengan sanggul penuh daun-

daun setelah hujan., mengandung majas perumpamaan (simile), ditandai dengan

penggunaan kata seperti dalam kalimtanya. Kalimat Aku nyalakan tv, seperti

menyalakan tombol diktator yang memiliki seluruh diriku., juga mengandung

majas perumpamaan (simile).

Dan kamu tidak pernah pulang lagi. Dan aku tidak pernah pulang lagi.

Dua kalimat tersebut mengandung majas anafora, karena adanya pengulangan

kata dan. Kalimat Tanganku telah terluka membuka rumah sendiri, yang tak

pernah bisa kau masuki lagi., mengandung majas metafora, dibuktikan dengan

Page 11: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

43

penggunaan kata terluka pada klausa Tanganku telah terluka membuka rumah

sendiri. Majas metafora juga terdapat dalam kalimat Rumah menakutkan jatuh di

atas tempat tidurku. Dalam kalimat Rasa pulang telah mati., terdapat majas

personifikasi, karena kata mati digunakan untuk menghidupkan frasa rasa pulang.

Kalimat Orang membuka pintu, seperti membuka jurang di depan

rumahnya., mengandung majas perumpamaan (simile). Majas asidenton hadir

dalam kalimat Merenggut nyawa rawa-rawa, menghentikan air mengalir ke perut

bumi, merenggut batang-batang pohon, mematahkan uluran tanganku ke

hamparan waktu., karena tidak adanya konjungsi untuk menyambungkan frasa

dan klausa dalam kalimat ini. Kalimat Aku lihat mata anak-anak tanpa jendela,

terkapar di tangan diktator arsitektur kota., mengandung majas metafora. Kalimat

Malam seperti kaca., mengandung majas perumpamaan. Dalam kalimat Melihat

pembunuh rumah berjalan dengan kening yang dingin. Pembunuh ruang di

hatimu., mengandung majas metafora.

4.1.2.3 Isotopi

4.1.2.3.1 Isotopi Manusia

Tabel 4.1.2.3.1 Isotopi Manusia Pusi “Pembunuh Rumah”

Kata/frasa yang termasuk isotopi manusia

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Insan (tubuh & roh)

Berakal budi

Aktivitas

Pulang 7X d/k + Masuk 2X d + Mencungkil 1X d/k + Menghadap 2X d + Berdenyut 1X d/k + + Nyalakan 2X d + +

Page 12: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

44

Memiliki 1X d/k + Tangan 1X d + Hatimu 2X d/k + Membuka 3X d/k + Terluka 1X d/k + Menakutkan 2X d/k + + Lari 1X d + Penawaran 1X d + + Rasa 1X d/k + Menghentikan 1X d + Mematahkan 2X d/k + Merenggut 2X d/k + Mata 1X d + Melihat 2X d + Berjalan 1X d + Terkapar 1X d + Nyawa 1X d/k + Perut 1X d/k + Berdiri 3X d +

Kata-kata yang mendukung isotopi manusia dalam puisi ini berjumlah

duapuluh lima. Komponen makna yang paling banyak muncul adalah komponen

makna “aktivitas”, yang setelahnya diikuti oleh makna “insan (tubuh dan roh)”,

serta “berakal budi”

Hadirnya kata-kata yang mendukung isotopi manusia pada puisi

“Pembunuh Rumah” di atas memiliki makna yang saling terkait sehingga makna

yang muncul juga pada dasarnya bertitik pada satu pikiran utama yang

menyatakan keadaan batin aku lirik yang cenderung berbicara monolog.

Page 13: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

45

4.1.2.3.2 Isotopi Alam

Tabel 4.1.2.3.2 Isotopi Alam Puisi “Pembunuh Rumah”

Kata/frasa yang termasuk isotopi alam

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Angkasa Bumi kehidupan

Sayur kol 1X d + Daun-daun 1X d + Hujan 1X d/k + Rawa-rawa 1X d + Air 1X d + Perut bumi 1X d/k + Batang-batang pohon

1X d +

Pada isotopi alam terdapat dua kata serta lima frasa yang menguatkan

suasana, di mana suasana tersebut menguatkan pikiran pokok yang terdapat dalam

pikiran si aku lirik. Hadirnya suasana sangatlah mendukung pada pencapaian

imaji pembaca. Dalam hal ini, suasana hadir sebagai pelengkap yang mampu

mempertegas gambaran pikiran pokok yang dituangkan penyair dalam puisi ini.

4.1.2.3.3 Isotopi Gerak

Tabel 4.1.2.3.3 Isotopi Gerak Puisi “Pembunuh Rumah”

Kata/frasa yang termasuk isotopi gerak

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Gerakan anggota badan

Pindah tempat/bentuk

Masuk 2X d + + Berdenyut 1X d/k + Pulang 7X d/k + + Membuka 1X d + Mengalir 1X d/k + Lari 1X d + +

Page 14: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

46

Kata-kata yang mendukung isotopi gerak dalam puisi ini berjumlah lima.

Di mana makna “gerakan anggota badan” dan “pindah tempat” sama

menonjolnya. Oleh karena itu, penggambaran suasana dalam puisi ini tidak terlalu

jauh dibayangkan oleh pembaca, meskipun banyak kalimat dalam puisi ini yang

pengimajiannya melompat-lompat. Namun demikian, penyair sebenarnya telah

member garis tebal pada pembaca agar mampu memahami pikiran pokok yang

disampaikan penyair.

4.1.2.3.4 Isotopi Ruang

Tabel 4.1.2.3.4 Isotopi Ruang Puisi “Pembunuh Rumah”

Kata/frasa yang termasuk isotopi ruang

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama terbuka Tertutup

Pintu 2X d + Jendela 4X d + Rumah 9X d/k + Sepanjang jalan 1X d + Padang golf 1X d + Tempat tidurku 1X d + Perut bumi 1X d/k +

Isotopi ruang dalam puisi “Pembunuh Rumah” ada tujuh. Kebanyakan

kata dalam isotopi ini bermakna denotasi. Dan dari kebanyakan makna denotasi

membuat makna tertutup. Artinya ruang yang digambarkan sudah pasti. Ruang-

ruang ini mengacu pada sesuatu yang hidup, yang diciptakan, dan dirasakan.

Sehingga hubungan sebab-akibat pun bermunculan antara kalimat yang satu

dengan yang lain.

Page 15: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

47

4.1.2.3.5 Isotopi Waktu

Tabel 4.1.2.3.5 Isotopi Waktu Puisi “Pembunuh Rumah”

Kata/frasa yang termasuk isotopi waktu

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Saat tindakan

Jangka waktu

Mati 1X d/k + Hamparan waktu

1X d/k +

Merenggut nyawa

1X d/k +

Isotopi waktu berjumlah tiga, dan kesemuanya lebih menunjukan makna

“jangka waktu”. Hal tersebut menyebabkan seolah-olah puisi ini tidak memiliki

satu kesatuan yang jelas. Pembaca, oleh penyair diajak untuk melompat-lompat

dalam memaknai puisi ini. Yang menjadi unik adalah ketika pikiran rumit dan

“amburadul” si penyair ternyata mampu menyampaikan suatu pokok pikiran.

Yang apabila sampai pada makna dasarnya, kesan gelap puisi ini akan hilang.

4.1.2.3.6 Isotopi Dengar

Tabel 4.1.2.3.6 Isotopi Dengar Puisi “Pembunuh Rumah”

Kata/frasa yang termasuk isotopi dengar

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama suara Proses Cara

Mencukil jendela

1X d +

Berdenyut 1X d + Aku nyalakan tv 1X d + + + Menghentikan air mengalir

1X d/k + + +

Mematahkan 1X d/k +

Page 16: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

48

Komponen makna dalam isotopi dengar didominasi oleh komponen makna

“cara”. Di mana kebanyakan maknanya merupakan makna denotasi. Isotopi

dengar dalam puisi ini berjumlah lima.

4.1.3 Analisis Aspek Pragmatik

Dalam puisi “Pembunuh Rumah”aku lirik menjadi subjek. Aku lirik hadir

sebagai pencerita dalam teks. Aku lirik juga hadir secara implisit, karena

kemonologan pembicaraan aku lirik dalam puisi ini sangat terasa sekali. Aku lirik

sebagai subjek berhasil menerangkan keberadaan kota yang sudah tidak berterima

lagi dengan hal-hal yang lama. Hal-hal yang lama ini ditunjukan dengan kalimat

Rumah akan mati dalam diriku dan Tapi masih adakah rumah untukmu kalimat

ini menunjukan bahwa rumah yang lama sudah harus ditinggalkan dan diganti

dengan yang baru. Lebih jauh dari itu, aku lirik lewat puisi ini menjelaskan sebuah

ruang yang di dekontruksi sedemikian rupa, agar menjadi tempat yang nyaman

bagi penghuninya. Ruang ini disimbolkan dengan rumah.

4.1.4 Gambaran Kota dalam Puisi “Pembunuh Rumah”

Gambaran kota dalam puisi ini terasa sangat jelas, baik secara diksi

maupun isi yang disampaikan. Kota dalam puisi ini memang benar-benar kota

sebagai inprastuktur metropolitan. Kehidupan manusia yang tergambar dalam

puisi ini meliputi beberapa aspek, antara lain aspek batin, aspek ekonomi, dan

aspek budaya.

Page 17: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

49

Kota yang dihadirkan sebagai ruang, lebih dari itu, diposisikan sebagai

tempat terciptanya kebudayaan-kebudayaan baru. Terciptanya kebudayaan-

kebudayaan baru tersebut karena terjadinya akulturasi beberapa kebudayaan di

wilayah kehidupan perkotaan. Diciptakannya komplek-komplek perumahan tidak

menutup kemungkinan terciptanya budaya baru. hal tersebut ditunjukkan oleh

kalimat Rumah berdiri menakutkan di sepanjang jalan, dalam spanduk-spanduk,

potongan 30%, penawaran sebuah kota baru, dan uang muka, telaga, padang

golf, dan anjing-anjing lucu lari pagi. Dari kalimat ini sudah jelas kita dapat

membaca keadaan atau suasana kota dari berbagai aspek.

4.1.5 Tafsiran Makna Kota dalam Puisi “Pembunuh Rumah”

Ketika kembali membaca dan memperhatikan kata per kata dalam puisi

ini, perasaan-perasaan kengerian yang penyair tumpahkan begitu terasa. Ia

mengemas kengerian-kengerian itu melalui eksplorasi ruang yang begitu sempit,

namun memiliki makna yang luas dan dalam. Ketika penyair mengutarakan

keinginannya dalam kalimat pertama Aku pulang, aku ingin pulang., pulang di

sini mempunyai makna yang jauh dari sekadar pulang dalam artian denotatif.

Secara budaya, pulang memiliki makna kembali dari kemodernan pada hal-hal

yang bersifat tradisional. Contoh kasus, pada milenium kedua ini di dunia belahan

bumi/budaya barat pernah booming konsep dan perilaku back to nature (kembali

pada alam). Dengan kata lain orang-orang yang mengusung aliran tersebut merasa

bahwa dunia yang hari ini mereka tinggali sudah sangat jauh meinggalkan bentuk

Page 18: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

50

awalnya, yang hijau, segar, dan kondisi-kondisi alamiah alam ketika jaman

sebelum revolusi industri disebarluaskan.

Sebenarnya, jika seseorang menyatakan keinginan pulang, sifat pulang

tersebut selalu kembali pada yang awal/muasal dari sudut pandang manapun kita

melihatnya. Apalagi budaya masyarakat Indonesia, yang setiap ramadhan tiba

jutaan orang berbondong-bondong dan berdesak-desakkan membeli tiket untuk

pulang. Dengan kata lain, pulang merupakan sebuah keharusan bagi masyarakat

Indonesia, yang uniknya (secara tidak disadari) pulang menjadi ikon bahwa

masyarakat Indonesia tak pernah melupakan tradisi mereka.

Dalam puisi ini, dengan konsep ke-urban-annya, penyair lewat aku lirik

mengutarakan keinginannya untuk pulang tetapi tidak bisa. Kota yang ia rasakan

sekarang telah jauh berbeda dengan kota yang dulu ia rasakan (mungkin perasaan

ini bersifat konvensi). Secara sadar ia tak akan bisa mengembalikan suasana

jaman karena tempat tinggalnya (kota) selalu mengalami perubahan-perubahan

dengan cepat. Perubahan-perubahan tersebut selalu mengarah pada

kemetropolisan kota tersebut.

Hari ini, khususnya di Indonesia, banyak orang yang mendambakan

hunian-hunian yang memiliki konsep home living yang benar-benar nyaman untuk

ditinggali. Melihat gejala tersebut, produsen rumah ramai membuat hunian-hunia

berkonsep home living tersebut yang letaknya tepat di tengah kota, lengkap

dengan telaga, padang golf, seperti yang disebutkan dalam puisi ini. Tapi mereka

lupa bahwa ketika membangun sesuatu yang baru (kota), ada hal-hal yang

seharusnya dibiarkan kealamiannya telah hilang dan susah untuk digantikan.

Page 19: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

51

Penyair menyampaikan gagasannya tersebut lewat kalimat Orang membuka pintu,

seperti membuka jurang di depan rumahnya. Merenggut nyawa rawa-rawa,

menghentikan air mengalir ke perut bumi, merenggut batang-batang pohon,

mematahkan uluran tanganku ke hamparan waktu.

Sesuatu terjadi adalah akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. sebuah

peristiwa akan menyebabkan peristiwa lain terjadi. Sama halnya dengan ketika

orang-orang Jakarta membuat perkebunan teh di kawasan puncak, ia telah

menyebabkan banjir terjadi di Jakarta tiap tahunnya. Sama halnya dengan ketika

terbangunnya infrastruktur kebudayaan (kota) yang baru, kebudayaan-kebudayaan

lama akan hilang tergantikan oleh yang baru tersebut.

Afrizal, dalam puisi ini menyatakan bahwa diktator arsitektur kota lah

yang mesti bertanggung jawab atas semua hal yang berubah di dunianya (kota).

Jika berbicara arsitektur, kita berbicara masalah rancangan. Itu artinya diktator

arsitetur kota adalah perancang kehidupan perkotaan, atau lebih tepatnya pembuat

dan pemegang kebijakan di perkotaan atau pemerintah. Ada dua diktator yang

disebutkan dalam puisi ini, yang pertama adalah diktator sebagai pemegang

kebijakan (pemerintah), seperti yang telah dijelaskan di atas. Diktator yang kedua

adalah diktator sebagai pengendali, pembuat budaya, pencipta budaya, yaitu tv

atau media massa.

Budaya apa yang ada dalam televisi, yang tidak ditiru oleh masyarakat?

saya rasa tidak ada. Orang Indonesia cengeng-cengeng karena di televisi banyak

ditayangkan sinetron yang cengeng. Ketika trend model pakaian harazuku (model

pakaian kejepang-jepangan) muncul di televisi, lebih dari 75% remaja di

Page 20: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

52

Indonesia meniru trend tersebut. Di Amerika, seorang anak loncat dari sebuah

gedung setelah menonton tayangan kartun Pokemon. Hal-hal yang terjadi di atas

adalah hal-hal yang disebabkan sebuah media bernama televisi. Televisi hari ini

telah berkembang menjadi mengendali budaya, bukan sekadar media hiburan.

Orang-orang tidak lagi sadar telah dihipnotis habis-habis oleh televisi. Hal

tersebut penyair utarakan dalam kalimat Aku nyalakan tv, seperti menyalakan

tombol diktator yang memiliki seluruh diriku.

Secara keseluruhan makna kota dalam puisi “Pembunuh Rumah”adalah

kota sebagai infrastruktur yang menjadi penyebab bergesernya atau bahkan

hilangnya nilai-nilai kebudayaan. Kembali pada pembahasan di atas tentang

konsep pulang, bahwa alasan seseorang untuk kembali (ke kampung halaman)

adalah untuk melihat dan merasakan apa yang tidak ia dapat rasakan dan lihat di

tempat barunya (kota). Jika di kampung halaman pun ternyata sudah berubah

sedemikian kota, maka ada ruang-ruang dalam hati (kenangan) yang terbunuh

atau hilang. Hil;angnya ruang-ruang dalam hati tersebut secara tidak lengsung

juga mampu menghilangkan budaya yang sudah seharusnya mengakar dalam

setiap diri manusia.

Page 21: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

53

4.2 Makna Kota dalam Puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi Mengambil

Dirinya”

Ibu dan Setiap Kekasih Pergi Mengambil Dirinya

Nanti malam ibu akan datang, mengajariku membaca lagi. Rambutnya keriting. Ibu memakai kebaya kalau mengajariku pergi. Dulu kebayanya masih diwiron. Matanya seperti kebun jeruk. Tidak ragu lagi, ibu tidak mati. Aku tidak mengantarnya ke pemakaman. Dia akan datang lagi, pergi bersamaku naik perahu ke Cilincing. Beli sepatu di Cikini. Tapi jam sembilan malam tadi aku tak tahu wajahnya yang terakhir, senyum dan tawanya yang lepas. Ibu seperti menari di atas air. Tubuhnya tambah besar, tambah berat, dipenuhi gula. Ibu bilang sekarang saya orang tanpa daya dan upaya. Ibu bilang setiap orang tidak memiliki apa-apa. Ibu bilang setiap orang akan pergi. Lalu tubuh ibu tambah besar bersama tanah dan semut-semut. Bersama langit dan kematian nama-nama. Aku pasang gorden, aku bersihkan kaca jendela dan halaman dari daun-daun kering. Rambut ibu masih keriting. Mata ibu masih kebuh jeruk. Seorang kekasih masih menemaniku di situ. Dan ibu akan mengajariku lagi berenang di empang samping rumah. Airnya dingin. Memberi makanan anjing. Melihat dari jendela yang tinggi: pekarangan yang penuh dengan susunan jejakmu. Dan kelambu harus ditutup. Kaki harus dibersihkan. Diluar, tangan malam telah membawanya pergi. Membiarkan halaman belakang menjadi punggung-punggung waktu, membiarkan setiap kekasih pergi mengambil dirinya.

4.2.1 Analisis Aspek Sintaksis

Puisi di atas terdiri atas satu paragraf, dengan tipografi pembaitan yaitu

satu bait.

1) Nanti malam ibu akan datang, menggajariku membaca lagi.

2) Rambutnya keriting.

3) Ibu memakai kebaya kalau mengajariku pergi.

4) Dulu kebayanya masih diwiron.

5) Matanya seperti kebun jeruk.

Page 22: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

54

6) Tidak ragu lagi, ibu tidak mati.

7) Aku tidak mengantarnya ke pemakaman.

8) Dia akan datang lagi, pergi bersamaku naik perahu ke Cilincing.

9) Beli sepatu di Cikini.

10) Tapi jam sembilan malam tadi aku tak tahu wajahnya yang terakhir,

senyum dan tawanya yang lepas.

11) Ibu seperti menari di atas air.

12) Tubuhnya tambah besar, tambah berat, dipenuhi gula.

13) Ibu bilang sekarang saya orang tanpa daya dan upaya.

14) Ibu bilang setiap orang tidak memiliki apa-apa.

15) Ibu bilang setiap orang akan pergi.

16) Lalu tubuh ibu tambah besar bersama tanah dan semut-semut.

17) Bersama langit dan kematian nama-nama.

18) Aku pasang gorden, aku bersihkan kaca jendela dan halaman dari daun-

daun kering.

19) Rambut ibu masih keriting.

20) Mata ibu masih kebuh jeruk.

21) Seorang kekasih masih menemaniku di situ.

22) Dan ibu akan mengajariku lagi berenang di empang samping rumah.

23) Airnya dingin.

24) Memberi makanan anjing.

25) Melihat dari jendela yang tinggi: pekarangan yang penuh dengan susunan

jejakmu.

Page 23: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

55

26) Dan kelambu harus ditutup.

27) Kaki harus dibersihkan.

28) Diluar, tangan malam telah membawanya pergi.

29) Membiarkan halaman belakang menjadi punggung-punggung waktu,

membiarkan setiap kekasih pergi mengambil dirinya.

Kalimat pertama dalam puisi ini yaitu Nanti malam ibu akan datang,

mengajariku membaca lagi. Kata ibu yang merupakan fungsi subjek (S) dan

mempunyai peran sebagai pelaku dari fungsi predikat, yaitu frasa akan datang,

mengajariku membaca lagi. Sedangkan frasa Nanti malam menunjukan fungsi

keterangan waktu. Kalimat kedua, Rambutnya keriting ini hanya mengandung satu

frasa yang memiliki fungsi subjek.

Kalimat selanjutnya, Ibu memakai kebaya kalau mengajakku pergi.

KAlimat ini merupakan kalimat pengandaian, karena ditandai dengan adanya

penggunaan kata kalau pada fungsi pelengkapnya. Kalimat Dulu kebayanya masih

diwiron merupakan kalimat penjelas dari kalimat sebelumnya, dan memiliki

fungsi predikat yang bermakna perbuatan. Kalimat Matanya seperti kebun jeruk

merupakan kalimat yang fungsi pelengkapnya memiliki makna perbandingan.

Jika dibaca kembali, lima kalimat di atas merupakan satu kesatuan

(pengantar) cerita yang memberikan citraan pada pembaca tentang satu subjek

(Ibu). Kemudian pada kalimat-kalimat selanjutnya, penyair berusaha memberikan

gambaran lain tentang subjek (Ibu) yang diceritakan dalam lima kalimat pertama.

Tidak ragu lagi, ibu tidak mati. Aku tidak mengantarnya ke pemakaman. Dia akan

Page 24: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

56

datang lagi, pergi bersamaku naik perahu ke Cilincing. Beli sepatu di Cikini. Dua

dari empat kalimat di atas memiliki makna penginglaran ditandai dengan adanya

kata tidak pada fungsi predikatnya.

Kalimat Tapi jam Sembilan tadi aku tak tahu wajahnya yang terakhir,

senyum dan tawanya yang lepas mengandung makna pengingkaran (dari kalimat

sebelumnya). Ditandai dengan penggunaan konjungsi tapi. Dua kalimat

selanjutnya Ibu seperti menari di atas air. Tubuhnya tambah besar, tambah berat,

dipenuhi gula. Kalimat pertama merupakan kalimat pengandaian, sedangkan

kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas dari kalimat pengandaian

tersebut. Kemudian dua kalimat selanjutnya merupakan kalimat langsung Ibu

bilang sekarang saya orang tanpa daya dan upaya. Ibu bilang setiap orang tidak

memiliki apa-apa.

Dalam kalimat Lalu tubuh itu tambah besar bersama tanah dan semut-

semut, frasa tambah besar (P) merupakan frasa yang memilikimakna menunjukan

suatu keadaan. Kalimat ini memiliki fungsi pelengkap, yaitu bersama tanah dan

semut-semut, yang memiliki makna penyerta. Kalimat Bersama langit dan

kematian nama-nama juga memiliki makna penyerta dari fungsi subjek kalimat

sebelumnya.

Kalimat Aku pasang gorden, aku bersihkan kaca jendela dan halaman

dari daun-daun kering, terdiri dari duaklausa. Klausa pertama Aku pasang

gorden, dan klausa kedua aku bersihkan kaca jendela dan halaman dari daun-

daun kering.

Rambut ibu masih keriting. Mata ibu masih kebun jeruk. Seorang kekasih masih menemaniku di situ. Dan ibu akan mengajariku lagi berenang di empang samping

Page 25: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

57

rumah. Airnya dingin. Memberi makan anjing. Melihat dari jendela yang tinggi: pekarangan yang penuh dengan susunan jejakmu. Dan kelambu harus ditutup. Kaki harus dibersihkan. Jika melihat dari kalimat-kalimat di atas (kalimat 18-29), maka dapat

dilihat bahwa penyair berusaha mengembalikan imaji pembaca pada kalimat-

kalimat awal puisi ini, ditandai dengan disertakannya kembali kalimat Rambut ibu

masih keriting. Mata ibu masih kebun jeruk. Penyair berusaha mendeskripsikan

kembali beberapa hal yang seharusnya ia sampaikan di awal puisinya dengan

menambahkan beberapa kalmia, yaitu Seorang kekasih masih menemaniku di situ.

Dan ibu akan mengajariku lagi berenang di empang samping rumah. Airnya

dingin. Memberi makan anjing. Melihat dari jendela yang tinggi: pekarangan

yang penuh dengan susunan jejakmu. Dan kelambu harus ditutup. Kaki harus

dibersihkan. Dengan kata lain, kalimat-kalimat yang dimaksudkan untuk

menambah imaji pembaca tersebut merupakan kalimat-kalimat yang memiliki

makna penyerta dari fungsi subjek sebelumnya.

Fungsi predikat dalam kalimat Membiarkan setiap kekasih pergi

mengambil dirinya diisi oleh frasa membiarkan halaman belakang yang bermakna

melakukan sesuatu perbuatan terhadap subjek pada kalimat sebelumnya, yaitu Di

luar, tangan malam telah membawanya pergi. Sedangkan kalimat Membiarkan

halaman belakang menjadi punggung-punggung waktu merupakan kalimat

penjelas dari kalimat Membiarkan setiap kekasih pergi mengambil dirinya.

Page 26: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

58

4.2.2 Analisis Aspek Semantik

4.2.2.1 Denotasi dan Konotasi

Judul yang dipilih oleh penyair, yaitu “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi

Mengambil Dirinya”. Kalimat tersebut merupakan inti dari keseluruhan isi

puisinya. Ibu adalah seorang perempuan yang mempunyai anak serta kasih

sayangnya tidak terhingga. Kekasih adalah orang yang disayangi. Afrizal

menempatkan Ibu dan Kekasih sebagai objek kesetaraan. kata Ibu mempunyai arti

denotatif , (1) perempuan dewasa, (2) mempunyai anak. Sedangkan kekasih

mempunyai kata denotatif, (1) orang yang disayangi. dalam hal ini Ibu dan

Kekasih adalah orang yang mempunyai hubungan erat dengan aku lirik.

Hubungan yang erat ini adalah hubungan antara Ibu dan anak. Sehingga anak

memposisikan Ibu sebagai kekasih yang selalu menyayangi anaknya.

Kalau dilihat dari kacamata konotatif, Ibu adalah representasi sebuah

ruang. di dalamnya banyak sekali menyimpan rahasia (kebahagiaan, dan

kesedihan). Ini berkaitan dengan kota. Kota sebagai ruang rahasia serta

menciptakan kebahagiaan sekaligus kesedihan. Kebahagiaan dan kesedihan

tersebut muncul dari kenangan yang dileburkan lewat kekasih. Ibu sangat

berkarakter Rambutnya keriting dan Memakai kebaya sarta matanya seperti kebun

jeruk. Hal ini juga merepresentasikan sebuah kota yang mempunyai karakter. Ibu

juga sebagai representasi orang-orang kota Ibu seperti menari di atas air kalimat

ini mencerminkan sesuatu yang tidak ada gunanya. Tubuhnya tambah besar,

tambah berat, dipenuhi gula kalimat ini mencerminkan pola hidup yang tidak

Page 27: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

59

teratur, tetutama dalam hal makanan. Makanan yang dimaksud adalah makanan

instan atau makanan siap saji. Hal-hal seperti ini hanya kita temukan di kota.

Ibu dan kekasih adalah gesekan rutinitas sebuah kota (intensitas).

Intensitas akan memunculkan suatu ruang baru yaitu kenangan. Intensitas ibu dan

kekasih adalah kasih sayang. Intensitas kota adalah rutinitas. Aku bersihkan kaca

jendela dan halaman dari daun-daun kering kalimat ini mencerminkan rutinitas

seseorang. Rambut ibu masih keriting dan mata ibu masih kebun jeruk kalimat itu

merupakan alur ingatan seseorang (aku lirik) kebelakang. Dalam hal ini disebut

kenangan. Di luar, tangan malam telah membawanya pergi dan membiarkan

halaman belakang menjadi punggung-punggung waktu, membiarkan setiap

kekasih pergi mengambil dirinya kalimat ini membuat pernyataan kontradiktif

antara Ibu dengan kasih sayang dan rutinitasnya serta ruang rindu yang dibuatnya

dengan hilangnya suatu objek (tangan malam telah membawanya pergi dan

kekasih pergi mengambil dirinya).

4.2.2.2 Majas

Banyak sekali majas yang digunakan penyair dalam sajak ini. Matanya

seperti kebun jeruk, ini merupakan majas metafota. Mata yang biasanya berwarna

hitam, coklat, atau biru menjadi kebun jeruk. Kebun jeruk di sini adalah

perbandingan dari keindahan. Matanya seperti kebun jeruk adalah matanya indah.

Ini juga bisa dipandang hiperbola. Ibu seperti menari di atas air ini merupakan

metafora dari kesiasiaan. Hal yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang ibu.

Page 28: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

60

Pada kalimat Melihat dari jendela yang tinggi: pekarangan yang penuh

dengan susunan jejakmu kalimat ini melanjutkan kalimat sebelumnya yaitu

Memberi makanan anjing, ini adalah kalimat yang menunjukan keterangan

rutinitas. Susunan jejakmu merupakan majas metonimia langkah. karena

langkahnya teratur, kemudian penyair memilih kata susunan yang tepat untuk

kalimat ini.

Di luar, tangan malam telah membawanya pergi dan Membiarkan

halaman belakang menjadi punggung-punggung waktu, membiarkan setiap

kekasih pergi mengambil dirinya kalimat ini merupakan akhiran atau semacam

penjelasan yang ingin disampaikan oleh penyair. Tangan malam adalah sebuah

metafora dari kejadian gaib dan punggung-punggung waktu adalah sebuah

mettafora dari masa lalu. Setiap kekasih pergi mengambil dirinya adalah kalimat

yang menjelaskan tantang kekasih yang hilang bersama rutinitasnya (kenangan).

4.2.2.3 Isotopi

4.2.2.3.1 Isotopi Manusia

Tabel 4.2.2.3.1 Isotopi Manusia Puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi

Mengambil Dirinya”

Kata/frasa yang termasuk isotopi manusia

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Insan (tubuh & roh)

Berakal budi

Aktivitas

Datang 1X d + Mengajari 1X d + + Membaca 1X d/k + Memakai 1X d + Mengajak 1X d + Senyum 1X d/k + +

Page 29: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

61

Menari 1X d/k + Pergi 1X d + Melihat 1X d + Membawa 1X d/k + Memberi 1X d + + Membirkan 1X d + Mengambil 1X d + Tumbuh 2X d/k + + Mata 2X d/k + Mati 1X d/k + Punggung 2X d/k +

Kata-kata yang mendukung isotopi manusia dalam puisi ini berjumlah

enam belas. Komponen makna yang paling banyak muncul adalah komponen

makna “aktivitas”, yang setelahnya diikuti oleh makna “insan (tubuh dan roh)”,

serta “berakal budi”

Hadirnya kata-kata yang mendukung isotopi manusia pada puisi “Ibu dan

Setiap Kekasih Pergi Mengambil Dirinya” di atas memiliki makna yang saling

terkait sehingga makna yang muncul juga pada dasarnya bertitik pada satu pikiran

utama yang menyatakan keadaan batin aku lirik yang cenderung berbicara

monolog.

4.2.2.3.2 Isotopi Alam

Tabel 4.2.2.3.2 Isotopi Alam Puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi Mengambil

Dirinya”

Kata/frasa yang termasuk isotopi alam

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Angkasa Bumi kehidupan

Cilincing 1X d + + Kebun jeruk 2X d/k + + Air 1X d/k +

Page 30: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

62

Cikini 1X d + + Tanah 1X d/k + Langit 1X d/k + Empang 1X d + Halaman 2X d/k + + Pekarangan 1X d/k + +

Pada isotopi alam terdapat delapan kata serta satu frasa yang menguatkan

suasana, di mana suasana tersebut menguatkan pikiran pokok yang terdapat dalam

pikiran si aku lirik. Hadirnya suasana sangatlah mendukung pada pencapaian

imaji pembaca. Dalam hal ini, suasana hadir sebagai pelengkap yang mampu

mempertegas gambaran pikiran pokok yang dituangkan penyair dalam puisi ini.

4.2.2.3.3 Isotopi Gerak

Tabel 4.2.2.3.3 Isotopi Gerak puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi

Mengambil Dirinya”

Kata/frasa yang termasuk isotopi gerak

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Gerakan anggota badan

Pindah tempat/bentuk

Datang 1X d/k + Mengantar 1X d + + Naik 1X d + + Pergi 2X d + + Senyum 3X d + Menari 1X d/k + Mengajak 2X d/k + + Berenang 1X d + + Membeli 1X d + + Menemani 1X d +

Kata-kata yang mendukung isotopi gerak dalam puisi ini berjumlah

Sepuluh. Di mana makna “gerakan anggota badan” sangat menonjol dibandingkan

Page 31: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

63

makna “pindah tempat/bentuk”. Oleh karena itu, penggambaran suasana dalam

puisi ini tidak terlalu jauh dibayangkan oleh pembaca, meskipun banyak kalimat

dalam puisi ini yang pengimajiannya melompat-lompat. Namun demikian, penyair

sebenarnya telah member garis tebal pada pembaca agar mampu memahami

pikiran pokok yang disampaikan penyair.

4.2.2.3.4 Isotopi Ruang

Tabel 4.2.2.3.4 Isotopi Ruang Puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi

Mengambil Dirinya”

Kata/frasa yang termasuk isotopi ruang

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama terbuka Tertutup

Kebun Jeruk 2X d/k + Pemakaman 1X d + Di luar 1X d/k + Cilincing 1X d + Cikini 1X d + Gorden 1X d + Jendela 2X d + Empang 1X d + Rumah 1X d + Halaman 2X d + Pekarangan 1X d +

Isotopi ruang dalam puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi Mengambil

Dirinya” ada Sebelas. Kebanyakan kata dalam isotopi ini bermakna denotasi. Dan

dari kebanyakan makna denotasi membuat makna tertutup. Artinya ruang yang

digambarkan sudah pasti. Ruang-ruang ini mengacu pada sesuatu yang hidup,

yang diciptakan, dan dirasakan. Sehingga hubungan sebab-akibat pun

bermunculan antara kalimat yang satu dengan yang lain.

Page 32: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

64

4.2.2.3.5 Isotopi Waktu

Tabel 4.2.2.3.5 Isotopi Waktu Puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi

Mengambil Dirinya”

Kata/frasa yang termasuk isotopi waktu

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Saat tindakan

Jangka waktu

Malam 3X d/k + Terakhir 1X d + + Waktu 1X d/k + Pergi 5X d/k + +

Isotopi waktu berjumlah empat, dan kesemuanya lebih menunjukan makna

“jangka waktu”. Hal tersebut menyebabkan seolah-olah puisi ini tidak memiliki

satu kesatuan yang jelas. Pembaca, oleh penyair diajak untuk melompat-lompat

dalam memaknai puisi ini. Yang menjadi unik adalah ketika pikiran rumit dan

“amburadul” si penyair ternyata mampu menyampaikan suatu pokok pikiran.

Yang apabila sampai pada makna dasarnya, kesan gelap puisi ini akan hilang.

4.2.2.3.6 Isotopi Dengar

Tabel 4.2.2.3.6 Isotopi Dengar puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi

Mengambil Dirinya”

Kata/frasa yang termasuk isotopi dengar

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama suara Proses Cara

Tawanya yang Lepas

1X d +

Page 33: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

65

Komponen makna dalam isotopi dengar didominasi oleh komponen makna

“suara”. Di mana kebanyakan maknanya merupakan makna denotasi. Isotopi

dengar dalam puisi ini berjumlah satu.

4.2.3 Analisis Aspek Pragmatik

Ada tiga subjek dalam puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi Mengambil

Dirinya” karya Afrizal Malna ini, yaitu: aku lirik (pencerita), pendengar, dan

objek yang diceritakan.

Aku lilik menjadi segala-galanya dalam puisi ini. Menjadi tuhan sekaligus

dirinya sendiri. Serta pesan yang disampaikan dalam puisi ini juga dilesapkan

pada aku lirik. Artinya aku lirik menjadi aku yang dominan (sadis) dalam puisi

ini.

Puisi ini menceritakan tentang suatu ruang dimana kasih sayang itu sangat

dibutuhkan. Ruang ini penuh dengan rutinitas yang akut (monoton). Dari sebuah

ruang tersebut kita akan menemukan ruang yang lain yaitu rindu atau romantisme.

Penyair sengaja membenturkan antara rutinitas dan ruang rindu tersebut.

4.2.4 Gambaran Kota dalam Puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi Mengambil

Dirinya”

Setelah melakukan analisis ketiga aspek di atas, penulis memperoleh

gambaran bahwa puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi Mengambil Dirinya”, secara

keseluruhan menggambarkan kehidupan manusia, khususnya masyarakat

Page 34: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

66

perkotaan. Kehidupan manusia yang tergambar dalam puisi ini meliputi beberapa

aspek, antara lain aspek batin, aspek ekonomi, dan aspek budaya.

Kota, sebagai salah satu tempat di mana manusia melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan ketiga aspek di atas hadir secara eksplisit. Makna kota lebih

kuat dirasakan dalam kalimat Beli sepatu di Cikini dan Tubuhnya tambah besar,

tambah berat, dipenuhi gula kalimat ini mempunyai makna denotatif dan

konotatif tantang sebuah peradaban kota. Cikini, misalnya, memiliki makna yang

mengarah pada gambaran kota (daerah di Jakarta). Tubuhnya tambah besar,

katimat ini menunjukan pola hidup yang semerawut. Banyak memakan makanan

siap saji (instan).

Gambaran kota juga hadir melalui sikap dan sifat individu Ibu, Perkotaan

digambarkan oleh pola hidup yang tidak stabil Ibu seperti menari di atas air, Ibu

bilang sekarang saya orang tanpa daya dan upaya, Ibu bilang setiap orang akan

pergi. Memaparkan bahwa di tengah hiruk-pikuk kegelisahan terhadap persoalan-

persoalan yang menghimpit masyarakat perkotaan, ternyata masih ada orang yang

berharap dan hampir menyerah menghadapi kemelut kota.

Selain itu, kota hadir dan digambarkan dalam inprastuktur Beli sepastu di

Cikini, yang merupakan Denotasi langsung sebuah kota. Aku pasang gorden, Aku

bersihkan kaca jendela dan halaman dari daun-daun kering. Gorden sebenarnya

telah mewakili inprastuktur kota. Di mana setiap rumah di kota akan dipasangi

gorden. Gorden juga sebagai hiasan rumah-rumah di kota.

Page 35: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

67

4.2.5 Tafsiran Makna Kota dalam Puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi

Mengambil Dirinya”

Setelah melakukan analisis ketiga aspek serta memperoleh gambaran kota,

secara keseluruhan puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi Mengambil Dirinya”

menggambarkan tentang rutinitas gelisah rindu yang tak pernah usai. Ibu dan kota

menjadi satu ruang simulakrum kasih sayang. Kasih sayang di sini timbul dari

simbol-simbol yang ditampilkan dalam puisi “Ibu dan Setiap Kekasih Pergi

Mengambil Dirinya”. Mengajariku membaca lagi, mengajakku lagi berenang.

Kalimat itu memberikan gambaran ruang intensitas kasih sayang Ibu. Kota hadir

dari sebuah tafsiran murni peneliti, kota seharusnya menjadi titik pangkal

kausalitas. Apabila kita menyayangi diri sendiri, sudah tentu kita akan

menyayangi tempat tinggal kita, dalam hal ini adalah kota.

Kota itu semerawut, tidak bersahabat, dan banyak lagi yang memposisikan

kota sebagai konotasi yang negatif. Akan tetapi dalam puisi “Ibu dan Setiap

Kekasih Pergi Mengambil Dirinya” tidak digambarkan bahwa kota itu berkonotasi

negatif, justru kota ini adalah bentuk kasih sayang dan ruang rindu. Rindu di sini

muncul karena orang mengingat kampung halaman atau hal-hal yang bernafaskan

pegunungan (hijau).

Ibu menjadi satu-satunya lambang ruang, rindu, dan kasih sayang apabila

dibenturkan dengan kota. Kota sebagai Ibu, dalam puisi ini digambarkan sebagai

ruang yang kendalinya berada ditangan masyarakat kota itu sendiri. Kalimat Ibu

bilang sekarang saya orang tanpa daya dan upaya merujuk pada hal tersebut.

Dengan kata lain, kemajuan atau kemunduran aspek-aspek kehidupan di

Page 36: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

68

perkotaan itu diatur dan disesuaikan dengan kehendak masyarakat yang hidup di

dalamnya. Maka bagi penyair, seharusnya tidak ada orang yang harus

meninggalkan kota karena kesemerawutan kota tersebut (dan setiap kekasih pergi

mengambil dirinya). Karena manusialah yang memberikan nafas kasih sayang

pada kota sebagai Ibu.

Jika melihat hari ini, bentuk kasih sayang seperti apa lagi yang tidak kota

berikan pada masyarakat yang berada di dalamnya? Sebagai Ibu, kota

menyediakan sekolah untuk belajar, menyediakan tempat-tempat untuk bermain,

dan hal-hal lain yang menunjuang kehidupan masyarakat. Artinya, bahwa ketika

kota semerawut (sakit) masyarakat harus bisa menerima itu sebagai sebuah

konsekwensi pembangunan dan perubahan yang sejatinya tak akan pernah selesai.

Banyak orang yang menghindari kesemerawutan kehidupan di perkotaan

daripada berusaha untuk merapikan kesemerawutan tersebut. Penulis menangkap

pokok pikiran yang ingin disampaikan penyair melalui puisi ini, bahwa

masyarakat harus menyayangi kota sebagai ruang karena kota sebagai ruang juga

menyayangi masyarakatnya.

Page 37: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

69

4.3 Makna Kota dalam Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”

Naik Motor ke Tanjung Burung Aku naik motor, pergi ke desa itu. Tadi pagi aku sempat melihat wajahmu dalam cermin, di kamar mandi bawah. Aku tak heran ketika waktu mulai membuat kereta dalam cermin itu. Di desa itu ada sungai panjang. Perahu-perahu untuk orang berpergian. Senja sudah bisa dibuat dari daun-daun pisang dan kelapa. Pak Simin membeliku air kelapa. Anak-anak bermain, bekejaran dengan tanah yang terus lari ke kota. Sungai itu kini tidak melahirkan lagi ikan-ikan. Dasar sungai sudah menjadi tempat tidur untuk pabrik-pabrik. Orang-orang harus meninggalkan sawahnya, seperti meninggalkan tangan dan kaki mereka di dasar sungai. Masih ada orang merajut jala sendiri. Tapi ikan sudah tidak ada. Sudah lama ikan-ikan tidak berkunjung ke rumah kami. Sudah lama kaki kami tidak bisa lagi mengenali Nafas tanah dan batang-batang padi. Ayam bertelur d atas tempat tidur kami. Besok anak kami mati. Tak sempat sekolah. Tak sempat ke kota, melihat tanah kami berubah menjadi eskalator, mobil-mobil-mobil besi, bangunan kaca dan pagar-pagar tinggi. Pak Umar menahan senja di matanya. Ia Mengucapkan selamat tinggal entah kepada siapa. Kasihan sungai itu. Udang-udang tak ada lagi. Aku naik motor ke sebuah desa bernama Tanjung Burung, di Tangerang. Masih ada rumah-rumah tua dan dan kayu tua. Lalu deru motor. Orang-orang bertato dan sepatu besi. Masih ada langit yang tersimpan dalam potret itu. Lalu udang-udang telah berenang dalam radio. Pagi yang mengubur bangkai sungai ke dalam sumur kering. Lalu perahu berlayar dari pintu rumah Pak Umar. Mengucapkan selamat tinggal entah kepada siapa. Lima menit lagi motor akan tiba, menjemputku. Membawaku ke kamar mandi bawah. Ada cermin di situ. ada waktu yang terus membuat kereta. Ada menusia yang sedih. Tak mengerti kenapa ia juga sudah berada dalam kereta itu. 1999

Page 38: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

70

4.3.1 Analisis Aspek Sintaksis

Puisi di atas terdiri atas dua paragraf, dengan tipografi pembaitan yaitu

dua bait.

1) Aku naik motor, pergi ke desa itu.

2) Tadi pagi aku sempat melihat wajahmu dalam cermin, dikamar mandi

bawah.

3) Aku tak heran ketika waktu mulai membuat kereta dalam cermin itu.

4) Di desa itu ada sungai panjang.

5) Perahu-perahu untuk orang berpergian.

6) Senja sudah bisa dibuat dari daun-daun pisang dan kelapa.

7) Pak Simin membeliku air kelapa.

8) Anak-anak bermain, bekejaran dengan tanah yang terus lari ke kota.

9) Sungai itu kini tidak melahirkan lagi ikan-ikan.

10) Dasar sungai sudah menjadi tempat tidur untuk pabrik-pabrik.

11) Orang-orang harus meninggalkan sawahnya, seperti meninggalkan tangan

dan kaki mereka di dasar sungai.

12) Masih ada orang merajut jala sendiri.

13) Tapi ikan sudah tidak ada.

14) Sudah lama ikan-ikan tidak berkunjung ke rumah kami.

15) Sudah lama kaki kami tidak bisa lagi mengenali nafas tanah dan batang-

batang padi.

16) Ayam bertelur d atas tempat tidur kami.

17) Besok anak kami mati.

Page 39: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

71

18) Tak sempat sekolah.

19) Tak sempat ke kota, melihat tanah kami berubah menjadi eskalator, mobil-

mobil-mobil besi, bangunan kaca dan pagar-pagar tinggi.

20) Pak Umar menahan senja di matanya.

21) Ia Mengucapkan selamat tinggal entah kepada siapa.

22) Kasihan sungai itu.

23) Udang-udang tak ada lagi.

Paragraf kedua

24) Aku naik motor ke sebuah desa bernama Tanjung Burung, di Tangerang.

25) Masih ada rumah-rumah tua dan dan kayu tua.

26) Lalu deru motor.

27) Orang-orang bertato dan sepatu besi.

28) Masih ada langit yang tersimpan dalam potret itu.

29) Lalu udang-udang telah berenang dalam radio.

30) Pagi yang mengubur bangkai sungai ke dalam sumur kering.

31) Lalu perahu berlayar dari pintu rumah Pak Umar.

32) Mengucapkan selamat tinggal entah kepada siapa.

33) Lima menit lagi motor akan tiba, menjemputku.

34) Membawaku ke kamar mandi bawah.

35) Ada cermin di situ.

36) Ada waktu yang terus membuat kereta.

37) Ada menusia yang sedih.

38) Tak mengerti kenapa ia juga sudah berada dalam kereta itu.

Page 40: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

72

Aku naik motor, pergi ke desa itu adalah kalimat keterangan. Tadi pagi

aku sempat melihat wajahmu dalam cermin, di kamar mandi bawah kalimat ini

adalah kalimat majemuk setara. Aku tak heran ketika waktu mulai membuat

kereta dalam cermin itu adalahkalimat verba traktansitif. Di desa itu ada sungai

panjang, kalimat ini adalah kalimat tunggal berpredikat frasa preposisional.

Perahu-perahu untuk orang berpergian, kalimat ini adalah kalimat kalimat

tunggal lugas. Senja sudah bisa dibuat dari daun-daun pisang dan kelapa,

kalimat ini adalah kalimat majemuk setara. Pak Simin membeliku air kelapa,

adalah kalimat tunggal lugas. Anak-anak bermain, bekejaran dengan tanah yang

terus lari ke kota, kalimat ini adalah kalimat majemuk bertingkat. Sungai itu kini

tidak melahirkan lagi ikan-ikan, kalimat ini adalah kalimat tunggal lugas. Dasar

sungai sudah menjadi tempat tidur untuk pabrik-pabrik, kalimat ini adalah

kalimat Kalimat verba ekatransitif. Orang-orang harus meninggalkan sawahnya,

seperti meninggalkan tangan dan kaki mereka di dasar sungai, kalimat ini adalah

kalimat majemuk bertingkat. Masih ada orang merajut jala sendiri, adalah

kalimat kalimat verba ekatranssitif. Tapi ikan sudah tidak ada, adalah kalimat

tunggal. Sudah lama ikan-ikan tidak berkunjung ke rumah kami, adalah kalimat

tunggal berpredikat verba. Sudah lama kaki kami tidak bisa lagi mengenali

nafas tanah dan batang-batang padi, kalimat ini adalah kalimat majemuk

bertingkat. Ayam bertelur d atas tempat tidur kami, adalah kalimat tunggal lugas.

Besok anak kami mati kalimat tunggal sederhana. Tak sempat sekolah, adalah

kalimat kalimat verba taktransitif. Tak sempat ke kota, melihat tanah kami

berubah menjadi eskalator, mobil-mobil-mobil besi, bangunan kaca dan pagar-

Page 41: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

73

pagar tinggi, adalah kalimat majemuk bertingkat. Pak Umar menahan senja di

matanya adalah kalimat verba ekatransitif. Ia mengucapkan selamat tinggal entah

kepada siapa, adalah kalimat verba taktransitif. Kasihan sungai itu. adalah

kalimat tunggal sederhana. Udang-udang tak ada lagi, kalimat tunggal sedernaha.

Aku naik motor ke sebuah desa bernama Tanjung Burung, di Tangerang,

kalimat ini adalah kalimat majemuk setara. Masih ada rumah-rumah tua dan dan

kayu tua, adalah kalimat tunggal lugas. Lalu deru motor, adalah kalimat tunggal

berpredikat frasa preposisional. Orang-orang bertato dan sepatu besi, kaliamt ini

adalah kalimat urutan. Masih ada langit yang tersimpan dalam potret itu, adalah

kalimat verba ekatransitif. Lalu udang-udang telah berenang dalam radio, adalah

kalimat tunggal berpredikat verba. Pagi yang mengubur bangkai sungai ke dalam

sumur kering, adalah kalimat verba dwitransitif. Lalu perahu berlayar dari pintu

rumah Pak Umar, adalah kalimat adalah kalimat tunggal lugas. Mengucapkan

selamat tinggal entah kepada siapa, adalah kalimat verba taktranssitif. Lima menit

lagi motor akan tiba, menjemputku, adalah kalimat verba semitransitif.

Membawaku ke kamar mandi bawah, adalah kalimat verba taktransitif. Ada

cermin di situ, adalah kalimat verba taktransitif. Ada waktu yang terus membuat

kereta, adalah kalimat verba semitransitif. Ada menusia yang sedih, adalah

kalimat verba takransitif. Tak mengerti kenapa ia juga sudah berada dalam kereta

itu, adalah kalimat tunggal berpredikat frasa preposisional.

Page 42: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

74

4.3.2 Analisis Aspek Semantik

4.3.2.1 Denotasi dan Konotasi

Pokok pikiran yang disampaikan penyair dalam puisi “Naik Motor ke

Tanjung Burung” adalah perjalanan atau perubahan sebuah tempat menjadi tempat

yang lain. Naik Motor ke Tanjung Burung, kalimat itu mengandung makna yang

sebenarnya, sekaligus sebagai konotasi perjalanan kenangan aku lirik ketika

melintasi sawah dan sungai. Tanjung Burung adalah sebuah tempat di daerah

Tangerang yang sekarang sudah termasuk dalam wilayah metropolitan, karena

terkena perluasan kota.

Eskalator, mobil-mobil-mobil besi, dan rumah-rumah kaca adalah konotasi

dari sebuah kota. Sungai dan ikan-ikan adalah sumber penghasilan orang-orang

disekitas Tanjung Burung, sekarang sudah tidak lagi menjadi penghasilan karena

sungai sudah tercemar oleh limbah-limbang pabrik. Sehingga mengakibatkan

kematian ekosistem ikan-ikan sungai. Penjelasan ini terlihat dari konotasi Sudah

lama ikan-ikan tidak berkunjung ke rumah kami dan Sungai itu kini tidak lagi

melahirkan ikan-ikan.

Pada kaliamt yang lain ada sebuah konotasi kenangan sebuah kampung

sebelum menjadi kota, yaitu Masih ada langit yang tersimpan dalam potret itu

dan Lalu udang-udang berenang dalam radio. Radio adalah sumber informasi,

radio di sini berkonotasi sebagai orang yang bercerita.

Page 43: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

75

4.3.2.2 Majas

Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung” menggunakan majas sebagai

berikut diantaranya; ketika waktu mulai membuat kereta adalah metafora. Kereta

di sana melambangkan arus yang bergerak atau melaju cepat. Senja sudah bisa

dibuat dari daun-daun pisang dan kelapa adalah metafora. Anak-anak bermain,

bekejaran dengan tanah yang terus lari ke kota, kalimat ini menjadi majas

metonimia. Frasa bekejaran dengan tanah mengganti kata seiring. Kalimat ini

juga bisa menjadi metafora perubahan kampung menjadi kota, yang dilambangkan

dengan tanah yang terus lari ke kota. Dasar sungai sudah menjadi tempat tidur

untuk pabrik-pabrik ini adalah majas personifikasi. Orang-orang harus

meninggalkan sawahnya, seperti meninggalkan tangan dan kaki mereka di dasar

sungai, tangan dan kaki mereka adalah pasprototo dari aktivitas keseharian. Sudah

lama ikan tak berkunjung kerumah kami, adalah majas metonimia. Sudah lama

kaki kami tidak bisa lagi mengenali nafas tanah dan batang-batang padi, kaki

menjadi pasprototo, mengenali nafas tanah dan batang-batang padi adalah

metonimia. Tanah kami berubah menjadi eskalator, mobil-mobil-mobil besi,

bangunan berkaca dan pagar-pagar tinggi, adalah metafora. Mobil-mobil-mobil

besi adalah hiperbola, bangunan berkaca dan pagar-pagar tinggi adalah

pasprototo. Pak Umar menahan senja di matanya, senja di matanya adalah

metafora. Masih ada langit yang tersimpan dalam potret itu, potret di sini

merujuk pada kenangan atau masa lalu, berarti ini majas metafora. Lalu udang-

udang telah berenang dalam radio, radio di sini merujuk pada sebuah tempat atau

ruang tempat udang berenang. Ini adalah majas metonimia. Lalu perahu berlayar

Page 44: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

76

dari pintu rumah pak umar, kalimat ini mengarah pada majas hiperbola. Ada

waktu yang terus membuat kereta, kalimat ini mengarah pada majas personifikasi

dan metafora. Kereta di sini sebagai lambang atau metafora dari aktivitas atau laju

yang cepat.

4.3.2.3 Isotopi

4.3.2.3.1 Isotopi Manusia

Tabel 4.3.2.3.1 Isotopi Manusia Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”

Kata/frasa yang termasuk isotopi manusia

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Insan (tubuh & roh)

Berakal budi

Aktivitas

Naik 2X d + Pergi 2X d/k + Melihat 2X d/k + Wajahku 1X d/k + Membuat 2X d/k + Mulai 1X d + Orang 4X d + Berpergian 1X d/k + Memberi 1X d + + Anak-anak 1X d/k + Bermain 1X d/k + Bekejaran 1X d + Lari 1X d/k + Melahirkan 1X d/k + Meninggalkan 2X d/k + Tangan 1X d/k + Kaki 1X d/k + Merajut 1X d/k + Berkunjung 1X d + Mengenali 1X d + Nafas 1X d + Mandi 2X d + Berubah 1X d/k + Berkaca 1X d/k + Menahan 1X d/k +

Page 45: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

77

Berjingkat 1X d + Matanya 1X d + Mengucapkan 2X d + Tua 1X d/k + Simpan 1X d/k + Berenang 1X d + Mengubur 1X d/k + Tinggal 1X d/k + Menjemput 1X d/k + Membawa 1X d/k + Manusia 1X d + Sedih 1X d/k + Mengerti 1X d/k +

Kata-kata yang mendukung isotopi manusia dalam puisi ini berjumlah tiga

puluh delapan. Komponen makna yang paling banyak muncul adalah komponen

makna “aktivitas”, yang setelahnya diikuti oleh makna “insan (tubuh dan roh)”,

serta “berakal budi”

Hadirnya kata-kata yang mendukung isotopi manusia pada puisi “Aku

Lahir dalam Kardus” di atas memiliki makna yang saling terkait sehingga makna

yang muncul juga pada dasarnya bertitik pada satu pikiran utama yang

menyatakan keadaan batin aku lirik.

4.3.2.3.2 Isotopi Alam

Tabel 4.3.2.3.2 Isotopi Alam Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”

Kata/frasa yang termasuk isotopi alam

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Angkasa Bumi kehidupan

Sungai 4X d/k + Daun-daun 1X d + Senja 2X d/k + Pisang 1X d +

Page 46: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

78

Kelapa 2X d + Air 1X d/k + Ikan-ikan 2X d + Sawah 1X d + + Ayam 1X d/k + Kayu 1X d + Langit 1X d/k + Udang-udang 2X d + Tanah 3X d/k +

Pada isotopi alam terdapat tiga belas kata dan frasa yang menguatkan

suasana. Suasana yang banyak muncul dalam puisi ini adalah suasana kehidupan.

Kehidupan dalam isotopi ini menjadi dominan, sehingga makna imaji alam

menjadi lirih.

4.3.2.3.3 Isotopi Gerak

Tabel 4.3.2.3.3 Isotopi Gerak Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”

Kata/frasa yang termasuk isotopi gerak

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Gerakan anggota badan

Pindah tempat/bentuk

Naik 2X d + Lari 1X d/k + Bekejaran 1X d/k +

Kata-kata yang mendukung isotopi gerak dalam puisi ini berjumlah Tiga.

Semuanya adalah pindah tempat atau bentuk. Penggambaran suasana dalam puisi

ini tidak terlalu jauh dibayangkan oleh pembaca.

Page 47: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

79

4.3.2.3.4 Isotopi Ruang

Tabel 4.3.2.3.4 Isotopi Ruang Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”

Kata/frasa yang termasuk isotopi ruang

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama terbuka Tertutup

Desa 3X d + Kamar mandi bawah

2X d/k +

Kota 2X d + Tempat tidur 2X d + Pabrik-pabrik 1X d + Sawah 1X d + Rumah 2X d + Sekolah 1X d + Bangunan berkaca

1X d/k +

Kereta 2X d/k + Pagar 1X d +

Isotopi ruang dalam puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung” ada Sebelas.

Kebanyakan kata dalam isotopi ini bermakna denotasi. Dan dari kebanyakan

makna denotasi membuat makna tertutup. Artinya ruang yang digambarkan sudah

pasti. Ruang-ruang ini mengacu pada sesuatu yang hidup, yang diciptakan, dan

dirasakan.

4.3.2.3.5 Isotopi Waktu

Tabel 4.3.2.3.5 Isotopi Waktu Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”

Kata/frasa yang termasuk isotopi waktu

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Saat tindakan

Jangka waktu

Pagi 2X d + Senja 1X d/k +

Page 48: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

80

Waktu 1X d/k + Mati 1X d + Menit 1X d +

Isotopi waktu berjumlah lima, dan kesemuanya lebih menunjukan makna

“jangka waktu”. Hal tersebut menyebabkan seolah-olah puisi ini tidak memiliki

satu kesatuan yang jelas. Pembaca, oleh penyair diajak untuk melompat-lompat

dalam memaknai puisi ini. Pelompatan imaji ini, tidak memecah konsentrasi

pokok pikiran yang disampaikan oleh penyair karena ada dalam satu alusi.

4.3.2.3.6 Isotopi Dengar

Tabel 4.3.2.3.6 Isotopi Manusia Puisi “Naik Motor ke Tanjung

Burung”

Kata/frasa yang termasuk isotopi dengar

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama suara Proses Cara

Deru motor 1X d/k +

Komponen yang membangun suara dalam puisi “Naik Motor ke Tanjung

Burung” adalah “suara”. Komponen ini menjadi komponen tunggal, sehingga

puisi ini menjadi miskin imaji auditif. Imaji auditif adalah imaji dengaran.

4.3.3 Analisis Aspek Pragmatik

Dalam puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung” penyair memberikan suatu

gambaran tentang pergeseran kampung menjadi kota. Bergeseran ini

menyebabkan hilangnya mata pencaharian orang-orang yang berada di kampusng

Page 49: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

81

tersebut. Hilangnya mata pencaharian itu disebabkan oleh sawah yang sudah

menjadi tembok-tembok megah, serta sungai sudah tercemar oleh limbah-limbah

pabrik, sehingga mengakibatkan ikan-ikan mati. ruang-ruang itu sudah menjadi

ruang-ruang baru yang belum bersahabat dengan orang-orang kampung. Ruang itu

dinamakan kota. Setelah menjadi kota, orang-orang asli sangat terdesak terutamah

oleh ruang bangunan-bangunan, sehingga penyair membuat kalimat hiperbola

yang satir ayam bertelur di atas tempat tidur kami. Kalimat ini menjelaskan

betapa sumpek pembanguan yang akan mendekontruksi kampung menjadi kota

ini.

Modernisasi ini dibuat begitu cepat, secepat waktu membuat kereta.

Modernisasi ini juga sangat merugikan orang-orang asli kampung. Mereka

kehilangan mata pencaharian dan sumber kehidupan. Meseka entah berpindah ke

mana, seperti tidak tahu mengucapkan selamat tinggal pada siapa. Mereka hanya

pasrah dan menunggu mati. Pak Umar menahan senja di matanya. Apabila orang

itu bertahan, maka mereka akan terus bersedih dan mengingat kampung asalnya

berubah menjadi kota yang tidak memberikan lahan kehidupan (mata

pencaharian).

3.3.4 Gambaran Kota dalam Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”

Dalam puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung” adalah sebuah pergeseran

kampung menjadi urban. Atau Modernisasi. Kota dalam sajak ini adalah kota

yang membangun, bukan merupakan kota yang utuh. Kota yang membangun ini

menyita lahan-lahan sawah, mencemari sungai-sungai oleh limbah pabrik.

Page 50: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

82

Setelah pembanguan selesai, kota ini dipenuhi dengan Mall atau dalam

puisi ini dilambangkan dengan eskalator, serta mobil-mobil sebagai alat

transportasi pengganti perahu, serta bangunan-bangunan kaca dan pagar-pagar

tinggi pengganti rumah tua dari kayu. Sehingga kampung mereka sudah menjadi

kenangan. Mau-tidak mau realitas baru akan dimulai. Realitas ini membuat orang-

orang akan menyesuaikan kembali dengan keadaan modernitas. Mereka harus

bertahan apabila tidak ingin tergusur dan punah.

3.3.5 Tafsiran Makna Kota dalam Puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”

Pokok pikiran penyair pada puisi “Naik Motor ke Tanjung Burung”,

adalah perampasan lahan-lahan seperti sawah menjadi lahan-lahan bangunan,

pencemaran lingkungan, dan konflik batin, ekonomi, dan budaya orang-orang

kampung menuju modernitas.

Perampasan lahan ini untuk kepentingan modernitas. Modernitas ini untuk

kepentingan kaum-kaum kapitasis, mereka membuat pabrik, mall, real estate,

semua itu tentunya merugikan orang-orang yang notabene penduduk asli.

Penduduk asli sudah tidak bisa lagi bercocok tanam atau mata pencaharian yang

lainnya. secara otomatis, alat trnsportasi berubah menjadi alat transportasi modern

dalam puisi ini dilambangkan dengan mobil-mobil besi.

Modernisasi ini mengakibatkan pencemaran lingkungan seperti

pencemaran air sungai oleh limbah-limbah pabrik, polusi udara oleh asap

karbondioksida knalpot mobil. Hal seperti ini mengakibatkan banyak munculnya

Page 51: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

83

penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian, terutama terhadap anak-

anak. Besok anak kami mati.

Tafsiran makna kota yang lainnya adalah konflik batin. Konflik batin ini

menjadi konflik universal pada puisi ini. Memang penyair tidak menuliskan secara

langsung siapa yang salah dan siapa yang benar, penyair hanya meleburkan pesan

tersebut lewat metafora atau majas-majas yang lainnya. Lalu udang-udang itu

berenang dalam radio, kalimat ini mengandung makna bukan pada tempatnya.

Artinya ini menjadi pertentangan antara modernitas dan kampung. Apakah

kampung adalah realitas yang tertinggal dalam bayang-bayang modernitas,

ataukah modernitas yang terlalu cepat dan serakah mendekontruksi kampung

menjadi kota. Hal ini dijawab penyair dengan hukum alam, atau evolusi, atau

menyesuaikan diri. Siapa yang dapat bertahan dan menyesuaikan diri dengan

realitas yang terjadi, maka ia akan tetap hidup. Hidup di sini pun menjadi hidup

yang bias, karena pada akhir kalimat puisi ini penyair menuliskan Ada manusia

yang sedih. Tak mengerti kenapa ia juga sudah berada dalam kereta itu.

Page 52: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

84

4.4 Makna Kota dalam Puisi “Aku Lahir dalam Kardus”

Aku Lahir dalam Kardus Ia baru saja bangun, menggeliat bersama mentega dan telur dadar. Pagi ini, ia sangat sibuk membuat tokoh-tokoh baru di atas tempat tidur, terdiri dari perempuan dan laki-laki. Yang satu seorang insinyur, tinggal di Hongkong. Satunya lagi seorang dokter, tinggal di Palembang. Satunya lagi seorang disainer interior, tinggal di Menado. Yang lainnya aku lupa. Masing-masing tokoh menyatakan cinta, dan saling mengintai lewat email-email gratis di internet. Saling membagi cerita-cerita indah tentang persahabatan yang abadi, dan cerita-cerita sedih tentang cinta dan cemburu. Setiap malam, tanpa sadar, mereka sudah salingmenukar bantal dan kartu nama, lalu berjanji bertemu di sebuah kota. dalam perjalanan, seorang diantara mereka mati digigit anjing. Yang lain bertengkar, memperebutkan cara-cara yang paling indah untuk memanggil nama kekasihnya. Seorang lagi tenggelam di kolam renang. Seorang lagi bibirnya tersundut rokok. Mereka kemudian membuat pertemuan mendadak di atas tempat tidur. Mereka bilang tentara sudah menguasai seluruh tempat pertemuan di kota ini. Mereka setuju untuk mempersenjatai diri, membeli pistol, pasta gigi, dan kacang goreng. lalu suara orang mandi dalam tv.

4.4.1 Analisis Aspek Sintaksis

Puisi “Aku Lahir dalam Kardus” terdiri atas tujuhbelas kalimat, di antaranya:

1) Ia baru saja bangun, menggeliat bersama mentega dan telur dadar.

2) Pagi ini, ia sangat sibuk membuat tokoh-tokoh baru di atas tempat tidur,

terdiri dari perempuan dan lelaki.

3) Yang satu orang insiyur tinggal di Hongkong.

4) Satunya lagi seorang dokter, tinggal di Palembang.

5) Satunya lagi seorang disainer interior, tinggal di Menado.

6) Yang lainnya aku lupa.

Page 53: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

85

7) Masing-masing tokoh saling menyatakan cinta, dan saling mengintai lewat

email-email gratis di internet.

8) Saling membagi cerita-cerita indah tentang persahabatan yang abadi, dan

cerita-cerita sedih tentang cinta dan cemburu.

9) Setiap malam, tanpa sadar, mereka sudah saling menukar bantal dan kartu

nama, lalu berjanji bertemu di sebuah kota.

10) Dalam perjalanan, seseorang di antara mereka mati digigit anjing.

11) Yang lain bertengkar, merebutkan cara-cara yang paling indah untuk

memanggil nama kekasihnya.

12) Seorang lagi tenggelam di kolam renang.

13) Seorang lagi bibirnya tersundut rokok.

14) Mereka kemudian membuat pertemuan mendadak di atas tempat tidur.

15) Mereka bilang tentara sudah menguasai seluruh tempat pertemuan di kota

ini.

16) Mereka setuju untuk mempersenjatai diri, membeli pistol, pasta gigidan

kacang goreng.

17) Lalu orang mandi dalam tv.

Kalimat pertama yaitu Ia baru saja bangun, menggeliat bersama mentega

dan telur dadar., merupakan kalimat majemuk setara yang terbangun dari unsur Ia

(S), baru saja bangun (P), menggeliat (P) bersama mentega dan telur dadar (K),

kalusa yang kedua ini merupakan unsur keterangan yang memiliki anak kalimat.

Kalimat pertama ini dikatakan kalimat majemuk setara karena ditandai dengan

adanya konjungsi dan. Kalimat Pagi ini ia sangat sibuk membuat tokoh-tokoh

Page 54: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

86

baru di atas tempat tidur, terdiri dari perempuan dan lelaki., kalimat ini terdiri

dari unsur Pagi ini (Ket. waktu), ia (S), sangat sibuk membuat (P), tokoh-tokoh

baru (Pel), di atas tempat tidur (Ket. Tempat), terdiri dari perempuan dan lelaki

(K). Kalimat Yang satu orang insinyur tinggal di Hongkong., terbangun dari unsur

Yang satu orang insinyur (S), tinggal (P), dan di Hongkong (Ket tempat). Kalimat

Satunya lagi seorang dokter, tinggal di Palembang., terbangun dari unsur Satunya

lagi seorang dokter (S), tinggal (P), dan di Palembang (Ket. tempat). Kalimat

Satunya lagi seorang disainer interior, tinggal di Menado., terbangun dari unsur

Satunya lagi seorang disainer interior (S), tinggal (P), di Menado (Ket.tempat).

Kalimat Yang lainnya aku lupa., terbangun dari unsur satu klausa. kalimat

Masing-masing tokoh saling menyatakan cinta, dan saling mengintai lewat email-

email gratis di internet., merupakan kalimat majemuk setara, karena ditandai

dengan konjungsi dan. Hubungan antarklausa dalam kalimat ini adalah hubungan

penjumlahan yang menyatakan perluasan. Kalimat majemuk setara yang

mengandung hubungan antarklausa yang menyatakan perluasan juga ditemui

dalam kalimat Saling membagi cerita-cerita indah tentang persahabatan yang

abadi, dan cerita-cerita sedih tentang cint dan cemburu.

Kalimat selanjutnya, Setiap malam, tanpa sadar, mereka sudah saling

menukar bantal dan kartu nama, lalu berjanji bertemu di sebuah kota., memiliki

dua klausa, yaitu mereka sudah saling menukar bantal dan kartu nama, dan lalu

berjanji bertemu di sebuah kota. Klausa pertama memiliki peran atau makna

pelaku, karena kata mereka dapat menjawab pertanyaan siapa yang melakukan

perbuatan yang dinyatakan oleh pengisi fungsi predikat. Klausa kedua merujuk

Page 55: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

87

pada subjek mereka dalam klausa pertama, hanya saja fungsi subjek dalam klausa

ini dilesapkan. Kalimat Dalam perjalanan, seseorang di antara mereka mati

digigit anjing., mengandung unsur Dalam perjalanan (Ket.), seseorang di antara

mereka (S), mati (P), dan digigit anjing (Pel). Kata dalam pada frasa dalam

perjalanan digunakan sebagai pengganti frasa ketika tengah melakukan. Dengan

kata lain, frasa ini mengandung makna aspek duratif atau sedang berlangsung.

Subjek dalam klausa seseorang di antara mereka mati digigit anjing memiliki

peran atau makna penderita, di mana frasa seseorang di antara mereka memiliki

makna pembatas.

Kalimat selanjutnya adalah Yang lain bertengkar, merebutkan cara-cara

paling indah untuk memanggil nama kekasihnya. Frasa yang lain merujuk pada

kata mereka yang memiliki makna pembatas. Kalimat Seorang lagi tenggelam di

kolam renang. Seorang lagi tersundut rokok., memiliki frasa yang memiliki

makna pembatas dan klausa yang memiliki makna penderita. Kalimat Mereka

kemudian membuat pertemuan mendadak di atas tempat tidur., memiliki fungsi

Mereka (S), kemudian membuat pertemuan mendadak (P), dan di atas tempat

tidur (Ket). Kalimat tersebut memiliki makna pembatas. Begitu juga dengan

kalimat Mereka bilang tentara sudah menguasai seluruh tempat pertemuan di

kota ini., dan Mereka setuju untuk mempersenjatai diri, membeli pistol, pasta gigi

dan kacang goreng. Lalu orang mandi dalam tv., merupakan kalimat tunggal

sederhana.

Page 56: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

88

4.4.2 Analisis Aspek semantik

4.4.2.1 Denotasi dan Konotasi

Kalimat pertama dalam puisi “Aku Lahir dalam Kardus”, adalah Ia baru

saja bangun, menggeliat bersama mentega dan telur dadar., mengandung makna

konotatif. Kata bersama dalam frasa bersama mentega dan telur dadar memiliki

arti dari yang sebenarnya. kata bersama memiliki artian denotatif berbareng, atau

melakukan aktivitas serentak, namun dalam kalimat ini penggunaan kata bersama

memiliki arti dilakukan di hadapan atau dilakukan dekat.

Kalimat selanjutnya adalah, Pagi ini, ia sangat sibuk membuat tokoh-

tokoh baru di atas tempat tidur, terdiri dari perempuan dan lelaki., mengandung

artian denotatif. Dalam kalimat ini penulis tidak menemukan arti kiasan dalam

tiap kata yang dihadirkan oleh penyair. Kalimat-kalimat Yang satu seorang

insinyur, tinggal di Hongkong. Satunya lagi seorang dokter, tinggal di

Palembang. Satunya lagi seorang disainer interior, tinggal di Menado. Yang

lainnya aku lupa., juga mengandung artian denotatif, karena penulis tidak

menemukan arti kiasan dari kalimat-kalimat ini.

Kalimat Masing-masing tokoh saling menyatakan cinta, dan saling

mengintai lewat email-email gratis di internet., mengandung artian denotatif,

karena kalimat ini masih mengacu pada penjelasan kalimat sebelumnya. Kalimat

selanjutnya juga mengandung artian denotatif, yaitu kalimat Saling membagi

cerita-cerita indah tentang persahabatan yang abadi, dan cerita-cerita sedih

tentang cinta dan cemburu.

Page 57: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

89

Artian konotatif hadir dalam kalimat Setiap malam, tanpa sadar, mereka

sudah saling menukar bantal dan kartu nama, lalu berjanji bertemu di sebuah

kota. Kata bantal dalam kalimat ini mengandung artian konotatif, karena kata

bantal menunjukan pada sesuatu yang bersifat pribadi, bukan arti yang

sebenarnya. Kalimat Dalam perjalanan, seorang di antara merka mati digigit

anjing. Yang lain bertengkar, memperebutkan cara-cara yang paling indah untuk

memanggil nama kekasihnya. Seorang lagi tenggelam di kolam renang. Seorang

lagi bibirnya tersundut rokok., mengandung artian denotatif. Kemudian pada

kalimat Mereka kemudian membuat pertemuan mendadak di atas tempat tidur.,

penulis menemukan artian konotatif, meskipun secara teks kalimat ini

mengandung artian denotatif. Artian konotatif didapat karena pertemuan

mendadak di atas tempat tidur merujuk pada pertemuan lewat internet (dunia

maya), bukan pertemuan (bertatap muka) secara langsung.

Kalimat Mereka bilang tentara sudah menguasai seluruh tempat

pertemuan di kota ini. Mereka setuju untuk mempersenjatai diri, membeli pistol,

pasta gigi dan kacang goreng. Lalu orang mandi dalam tv., mengandung makna

denotatif. Dari semua kalimat dalam puisi ini yang mengandung artian denotatif,

denotata-denotata yang terdapat kalimatnya menunjukkan kenyataan nonfaktual.

Kenyataan nonfaktual tersebut didapat dari anggapan bahwa cerita yang terdapat

dalam puisi adalah khayalan tokoh ia, dibuktikan dalam kalimat Pagi ini, ia

sangat sibuk membuat tokoh-tokoh baru di atas tempat tidur, terdiri dari

perempuan dan lelaki.

Page 58: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

90

4.4.2.2 Majas

Kalimat Ia baru saja bangun, menggeliat bersama mentega dan telur

dadar., dalam puisi Aku Lahir dalam Kardus mengandung majas personifikasi.

Predikat menggeliat digunakan untuk menghidupkan mentega dan telur dalam

kalimat ini. Dua kalimat Satunya lagi seorang dokter, tinggal di Palembang., dan

Satunya lagi seorang disainer interior, tinggal di Menado., mengandung majas

anafora, kerena terjadi pengulangan frasa satunya lagi pada setiap kalimatnya.

Kalimat Saling membagi cerita-cerita indah tentang persahabatan yang abadi,

dan cerita-cerita sedih tentang cinta dan cemburu., mengandung majas paradoks,

karena penyair dalam kalimat ini mempertentangkan cerita-cerita indah dengan

cerita-cerita sedih.

Majas metafora hadir dalam kalimat Setiap malam, tanpa sadar, mereka

sudah saling menukar bantal dan kartu nama, lalu berjanji bertemu di sebuah

kota. Kata bantal digunakan untuk menyatakan/pengganti hal yang bersifat paling

pribadi. Majas anafora kembali hadir dalam dua kalimat berikut, yaitu Seorang

lagi tenggelam di kolam renang. Seorang lagi bibirnya tersundut rokok.

Page 59: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

91

4.4.2.3 Isotopi

4.4.2.3.1 Isotopi Manusia

Tabel 4.4.2.3.1 Isotopi Manusia dalam Puisi “Aku Lahir dalam Kardus”

Kata/frasa yang termasuk isotopi manusia

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Insan (tubuh & roh)

Berakal budi

Aktivitas

Bangun 1X d + Menggeliat 1X d + Sibuk 1X d/k + Membuat 1X d/k + Perempuan 1X d + Lelaki 1X d + Insinyur 1X d + Seorang 7X d/k + Doktor 1X d + + Disainer Interior 1X d/k + + Lupa 1X d + Menyatakan 1X d + Cinta 1X d/k + Mengintai 1X d + + Lewat 1X d + Membagi 1X d + Cerita-cerita 2X d/k + Persahabatan 1X d/k + Sedih 1X d + Cemburu 1X d + Sadar 1X d + Menukar 1X d + Berjanji 1X d + + Bertemu 1X d + Perjalanan 1X d/k + Mati 1X d + Bertengkar 1X d + Memperebutkan 1X d + Memanggil 1X d + Nama 1X d/k + Bibirnya 1X d + Tentara 1X d/k + Menguasai 1X d/k +

Page 60: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

92

Membeli 1X d + Suara 1X d + Mandi 1X d +

Kata-kata yang mendukung isotopi manusia dalam puisi ini berjumlah tiga

puluh delapan. Komponen makna yang paling banyak muncul adalah komponen

makna “aktivitas”, yang setelahnya diikuti oleh makna “insan (tubuh dan roh)”,

serta “berakal budi”

Hadirnya kata-kata yang mendukung isotopi manusia pada puisi “Aku

Lahir dalam Kardus” di atas memiliki makna yang saling terkait sehingga makna

yang muncul juga pada dasarnya bertitik pada satu pikiran utama yang

menyatakan keadaan batin aku lirik.

4.4.2.3.2 Isotopi Alam

Tabel 4.4.2.3.2 Isotopi Alam dalam Puisi “Aku Lahir dalam Kardus”

Kata/frasa yang termasuk isotopi alam

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Angkasa Bumi kehidupan

Anjing 1X d/k +

Pada isotopi alam dalam puisi “Aku Lahir dalam Kardus” hanya ada satu.

Komponen yang muncul adalah komponen makna “kehidupan”. Miskinnya

isotopi alam, menunjukan bahwa penyair lebih fokus mendeskripsikan tubuh

(manusia).

Page 61: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

93

4.4.2.3.3 Isotopi Gerak

Tabel 4.4.2.3.3 Isotopi Gerak dalam Puisi “Aku Lahir dalam Kardus”

Kata/frasa yang termasuk isotopi gerak

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Gerakan anggota badan

Pindah tempat/bentuk

Menggeliat 1X d/k + + Perjalanan 1X d/k +

Kata-kata yang mendukung isotopi gerak dalam puisi ini berjumlah dua.

Di mana makna “gerakan anggota badan” dan “pindah tempat” sama

menonjolnya. Oleh karena itu, penggambaran suasana dalam puisi ini tidak terlalu

jauh dibayangkan oleh pembaca, meskipun banyak kalimat dalam puisi ini yang

pengimajiannya melompat-lompat. Namun demikian, penyair sebenarnya telah

memberi garis tebal pada pembaca agar mampu memahami pikiran pokok yang

disampaikan penyair.

4.4.2.3.4 Isotopi Ruang

Tabel 4.4.2.3.4 Isotopi Ruang dalam Puisi “Aku Lahir dalam Kardus”

Kata/frasa yang termasuk isotopi ruang

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama terbuka Tertutup

Tempat Tidur 2X d + Hongkong 1X d + Menado 1X d/k + Palembang 1X d + Kolam Renang 1X d + Kota 1X d/k + Dalam TV 1X d/k +

Page 62: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

94

Isotopi ruang dalam puisi “Aku Lahir dalam Kardus” ada tujuh.

Kebanyakan kata dalam isotopi ini bermakna denotasi. Dan dari kebanyakan

makna denotasi membuat makna tertutup. Artinya ruang yang digambarkan sudah

pasti. Ruang-ruang ini mengacu pada sesuatu yang hidup, yang diciptakan, dan

dirasakan. Sehingga hubungan sebab-akibat pun bermunculan antara kalimat yang

satu dengan yang lain.

4.4.2.3.5 Isotopi Waktu

Tabel 4.4.2.3.5 Isotopi Waktu dalam “Aku Lahir dalam Kardus”

Kata/frasa yang termasuk isotopi waktu

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Saat tindakan

Jangka waktu

Pagi 1X d/k + Abadi 1X d/k + Mati 1X d/k +

Isotopi waktu berjumlah tiga, dan kesemuanya lebih menunjukan makna

“jangka waktu”. Hal tersebut menyebabkan seolah-olah puisi ini tidak memiliki

satu kesatuan yang jelas. Pembaca, oleh penyair diajak untuk melompat-lompat

dalam memaknai puisi ini. Yang menjadi unik adalah ketika pikiran rumit dan

“amburadul” si penyair ternyata mampu menyampaikan suatu pokok pikiran.

Apabila sampai pada makna dasarnya, kesan gelap puisi ini akan hilang.

Page 63: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

95

4.4.2.3.6 Isotopi Dengar

Tabel 4.4.2.3.6 Isotopi Dengar dalam Puisi “Aku Lahir dalam Kardus”

Kata/frasa yang termasuk isotopi dengar

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama suara Proses Cara

Suara orang mandi

1X d/k +

Komponen yang membangun suara dalam puisi “Aku Lahir dalam

Kardus” adalah “suara”. Komponen ini menjadi komponen tunggal, sehingga

puisi Aku Lahir dalam Kardus menjadi miskin imaji auditif. Imaji auditif adalah

imaji dengaran.

4.4.3 Analisis Aspek Pragmatik

Dalam puisi “Aku Lahir dalam Kardus” aku lirik menjadi pencerita.

Artinya, aku lirik bukan sebagai subjek tunggal, sehingga puisi ini menjadi puisi

naratif. Kadang-kadang aku lirik menjadi jamak, atau mengatas namakan mereka,

namun pikiran yang disampaikan tetapap pemikiran aku lirik. Aku lirik sebagai

pencerita sekaligus memberikan pesan-pesan kepada pendengar. Pesan ini melalui

monolog tentang situasi keadaan kota. Selain itu, teks otonom yang ditampilkan

aku lirik pada puisi “Aku Lahir dalam Kardus” berperan penting terhadap pesan

yang disampaikan.

Pendengar atau orang yang diajak berbicara oleh aku lirik adalah kota atau

orang-orang yang menghuni kota, terlihat dalam kalimat Mereka bilang tentara

sudah menguasai tempat pertemuan di kota ini. Yang lainnya dileburkan melalui

Page 64: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

96

teks-teks otonom tentang kota seperti email-email gratis di internet, Lalu orang

mandi dalam tv.

Aku lirik tidak menjadikan pendengar sebagai aprostrofe, karena ada objek

yang diajak bicara yaitu kota dan orang-orang kota.

4.4.4 Gambaran Kota dalam Puisi “Aku Lahir dalam Kardus”

Kota dalam puisi “Aku Lahir dalam Kardus” terlihat jelas pada kalimat-

kalimat yang disampaikan oleh penyair. Kota di sini menjadi kota yang luas, kota

sebagai pusat informasi dan pusat pertemuan (silaturahmi). Hal ini terlihat ketika

penyair mengacak tempat tinggal tokoh (kota) pada puisi ini; Hongkong,

Palembang, dan Menado. Kota ini letaknya sangat berjauhan, namun mereka

dapat berkomunikasi dengan email (surat elektronik). Orang-orang kota dengan

leluasa mengakses informasi dan jaringan dengan internet. Internet bisa diakses

bebas dengan hot spot di kafe dan gedung-gedung yang berfasilitas hot spot.

Imbas dari itu, pergaulan orang-orang kota semakin tidak jelas. Silaturahmi

mereka hanya sebatas pada email. Tidak ada spirit proses silaturahmi yang taat

(dor to dor). Email atau handpone bentuk silaturahmi yang memotong momentum

yang terjadi. Momentum di sini adalah proses tindakan, visual, dan auditif ketika

kita akan berkomunikasi jarak jauh.

Kota di sini sebagai ruang yang sangat terbuka baik untuk orang-orang,

teknologi, maupun yang lainnya. Keterbukaan ini juga pernah disampaikan oleh

Afrizal ketika berdiskusi di toko buku Ultimus dengan teori In dan Out. Teori ini

memandang realitas sekarang yang semakin cepat berganti wajah, serta berganti

Page 65: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

97

aktivitas. Hal seperti ini yang membuat orang tidak pernah khusyuk memandang

sesuatu atau mengerjakan sesuatu. Selalu ada godaan yang menyertainya. Setiap

malam tanpa sadar mereka saling menukar bantal dan kartu nama, lalu berjanji

bertemu disebuah kota. Dalam kalimat ini, betapa mudah mengenali seseorang,

karena proses perkenalan ini yang begitu mudah, akhirnya banyak terjadi salah

paham, Dalam perjalanan, seorang di antara mereka mati digigit anjing. Yang

lain bertengkar, memperebutkan cara-cara yang indah untuk memanggil nama

kekasihnya. Seorang lagi tenggelam di kolam renang. Seorang lagi bibirnya

tersundut rokok.

4.4.5 Tafsiran Makna Kota dalam Puisi “Aku Lahir dalam Kardus”

Pokok pikiran penyair pada puisi “Aku Lahir dalam Kardus” adalah kota

sebagai akses informasi, kota sebagai tempat silaturahmi (pertemuan), dan kota

sebagai ruang terbuka. Kota sebagai akses informasi di sini memunculkan

dualisme yang berbeda. Di satu sisi, informasi yang semakin cepat bisa membantu

dan mempermudah pekerjaan-pekerjaan kita. Dan kita juga dapat mengetahui

keadaan di kota lain dengan cepat, artinya informasi ini bisa menjadi komparasi

atau sebagai pertukaran informasi. Informasi ini sangat penting untuk manusia

sekarang yang super sibuk dan menyesuaikan dengan akses global. Orang akan

tertinggal apabila tidak dapat mengakses informasi yang up to date seperti

informasi dunia pengetahuan, politik, dan budaya yang sedang berkembang. Di

sisi lain, dengan mudah kita dapat mempercayai suatu keadaan atau kondisi ruang

dengan penglihatan. Kita hanya sebatas tahu, akan tetapi tidak bisa merasakan

keadaan suhu, atau iklim realitas yang membentuk kota atau ruang tersebut.

Page 66: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

98

Tingkat kesalahpahaman semakin meningkat, karena informasi sebatas lewat surat

elektronik atau media televisi. Intinya, informasi ini menjadi informasi temporari

(berita sesaat). Tidak menjadi bagian yang khusus masuk pada tubuh kita.

Kota sebagai pusat silaturahmi (tempat pertemuan), hal ini lahir dari

pikiran penyair. Kota dengan infrastruktur dan fasilitas yang lengkap dapat

menjadikan sebagai pusat silaturahmi. Baik pertemuan etnis, maupun pertemuan

teknologi. Pertemuan di sini dipandang positif dan negatif. Positifnya adalah

silaturahmi mempererat persaudaraan. Persaudaraan di sini tentunya bukan

persaudaraan sedarah, melainkan persaudaraan relasi kerja, atau relasi yang

lainnya. Merujuk pada Yasraf Amir Piliang, kota dalam sajak Aku Lahir dalam

Kardus menjadi dunia yang dilipat. Dunia dibuat menjadi mudah oleh teknologi,

orang-orang bisa berada di mana-mana dengan hitungan detik menggunakan

handphone atau teknologi yang lainnya. Sambil memasak kita bisa menelepon,

sambil menyetir kita bisa menelepon, betapa mudah sekali informasi didapat.

Namun itu memotong proses yang sangat panjang, proses alam atau realitas

silaturahmi menjadi abstrak.

Sisi negatifnya adalah teknologi menjadikan budaya instan, tidak melalui

proses realitas yang sebenarnya. Realitas ini cuma ada di subjek dan objek atau di

kota A dan di kota B, tidak ada jembatan realitas yang menghubungkan. Artinya,

kita tidak tahu ada apa saja ketika bersilaturahmi dengan kota B. Proses inilah

yang terpotong. Serta banyak sekali kesalahpahaman silaturahmi yang

menyebabkan pertengkaran seperti pada kalimat Dalam perjalanan, seorang di

antara mereka mati digigit anjing. Yang lain bertengkar, memperebutkan cara-

Page 67: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

99

cara yang indah untuk memanggil nama kekasihnya. Seorang lagi tenggelam di

kolam renang. Seorang lagi bibirnya tersundut rokok. Sedangkan disisi lain,

silaturahmi dimanfaatkan untuk kepentingan individu-individu tertentu. Makna

silaturahmi telah bergeser menjadi konotasi negatif dipandang oleh penyair.

Sehingga ruang silaturahmi tidak sembarangan di mana saja. Ruang silaturahmi

ini tertutup atau penyair membahasakannya di atas tempat tidur, tempat tidur di

sini tempat pribadi yang mengarah pada rahasia. Artinya silaturahmi ini bukan

silaturahmi biasa, terbukti ketika kota dalam puisi ini dikuasai oleh tentara.

Tentara bisa dijadikan sebagai lambang peraturan atau juga sebagai rintangan.

Silaturahmi di sini mengacu kearah negatif, bisa jadi perselingkuhan,

merencanakan makar, atau perencanaan lain untuk kepentingan-kepentingan

tertentu, suap menyuap misalnya.

Kota sebagai ruang terbuka sebenarnya sudah sedikit dibahas di atas. Siapa

pun boleh masuk dan mengakses fasilitas yang ada di kota. Fasilitas ini tentunya

ditunjang oleh kapasitas materi setiap orang. Apabila kapasitas materinya sedikit,

orang itu akan tertinggal jauh mungkin juga akan terdepak dari kota. Kota sebagai

ruang terbuka namun sekaligus sebagai ruang pertempuran realitas yang panas.

Hal ini mengingatkan saya pada hukum rimba siapa cepat dia dapat, dan siapa

kuat dia akan bertahan. Hal itu menjadi hukum yang mutlak pada sebuah kota,

karena penduduknya sudah tidak ramah lagi. Seakan-akan seleksi alam yang

terjadi di kota dibuat oleh manusianya sendiri. Manusia membuat peraturan,

manusia membuat teknologi, semua itu untuk kepentingan bisnis semata.

Page 68: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

100

4.5 Makna Kota dalam Puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur”

Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur

Ada yang datang malam ini. Diriku dengan seekor anjing yang menggigit kakiku. Dia membawa buku. Buku gambar tentang filsafat Yunani. Seekor anjing dengan gigi-giginya sedang menyayati bagian akhir tentang filsafat jiwa. Lalu anjing itu duduk di kursi sebelahku. Sementara kau tetap tidur. Tidur yang tak tersentuh filsafat apapun. Dan kamar ini, kamar yang sedang menghisap seluruh memori purba dari luar. Suara AC seperti rintihan anjing sakit dari sebuah kota. Seandainya, seandainya, sayangku, hanya tinggal kamar kita yang tersisa di sini. Kita membuka jendela dari belakang telinga kita. Seandainya besok kau mulai ngidam dan muntah- muntah. Dan aku tidak lagi membeli pembalut untuk menstruasimu. Kebun anggur mulai tumbuh di ranjang tidur. Dan kita nyatakan ke seluruh pengantin yang telah mati di kota ini, cinta terbuat dari air, terbuat dari air yang menetes di punggungmu.

4.5.1 Analisis Aspek Sintaksis

Puisi yang berjudul “Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur” ini terdiri atas

satu paragraph. Paragraf dibangun oleh enam belas kalimat. Setiap kalimat pada

puisi tersebut memiliki penanda yang jelas, yaitu menggunakan tanda titik (.). Ke-

enam belas kalimat tersebut, antara lain:

1) Ada yang datang malam ini.

2) Diriku dengan seekor anjing yang menggigit kakiku.

3) Dia membawa buku.

4) Buku gambar tentang filsafat Yunani.

5) Seekor anjing dengan gigi-giginya sedang menyayati bagian akhir tentang

filsafat jiwa.

6) Lalu anjing itu duduk di kursi sebelahku.

Page 69: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

101

7) Sementara kau tetap tidur.

8) Tidur yang tak tersentuh filsafat apapun.

9) Dan kamar ini, kamar yang sedang menghisap seluruh memori purba dari

luar.

10) Suara AC seperti rintihan anjing sakit dari sebuah kota.

11) Seandainya, seandainya, sayangku, hanya tinggal kamar kita yang tersisa

di sini.

12) Kita membuka jendela dari belakang telinga kita.

13) Seandainya besok kau mulai ngidam dan muntah-muntah.

14) Dan aku tidak lagi membeli pembalut untuk menstruasimu.

15) Kebun anggur mulai tumbuh di ranjang tidur.

16) Dan kita nyatakan ke seluruh pengantin yang telah mati di kota ini, cinta

terbuat dari air, terbuat dari air yang menetes di punggungmu.

Kalimat pertama Ada yang datang malam ini. terdiri atas satu klausa Ada

yang datang merupakan S, dan malam ini sebagai KET. Pada kalimat pertama ini,

penyair mencoba menarik perhatian pembaca dengan menyamarkan subjek.

Kemudian pada kalimat kedua, penyair memberikan penjelasan atas subjek pada

kalimat pertama. Pada kalimat kedua Diriku dengan seekor anjing yang menggigit

kakiku. dapat diketahui bahwa yang menjadi subjek pada kalimat pertama adalah

Diriku dengan seekor anjing, yang pada kalimat kedua frasa Diriku dengan seekor

anjing juga menjadi subjek. Frasa seekor anjing mempunyai makna ‘pelaku’.

Frasa yang mengigit memiliki unsur inti menggigit dan atribut yang, yang

Page 70: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

102

memiliki makna aspek duratif. Pada kalimat selanjutnya penyair tidak lantas

menjelaskan Diriku (Subjek kalimat pertama), tapi lebih menjelaskan anjing

(subjek kalimat kedua).

Kalimat ketiga “Dia membawa buku” menjelaskan subjek anjing pada

kalimat kedua. Artinya, anjing dalam kalimat tersebut memiliki makna ‘pelaku’.

Kalimat berikutnya menjelaskan tentang buku apa yang di bawa subjek (anjing)

dalam kalimat ketiga. Kemudian pada kalimat kelima “Seekor anjing dengan gigi-

giginya sedang menyayati bagian akhir tentang filsafat jiwa.” Seekor anjing

dengan gigi-giginya (S), sedang menyayati (P), bagian akhir tentang filsafat jiwa

(O), dan kalimat keenam “Lalu anjing itu duduk di kursi sebelahku.” penyair

membawa pembaca kembali pada subjek (tokoh) anjing yang dipaparkan pada

kalimat kedua. Jika melihat uraian di atas penyair memposisikan anjing (binatang)

dengan diriku (manusia) setara. Jika merujuk pada frasa sedang menyayat, maka

kalimat kelima mempunyai makna aspek duratif atau sedang berlangsung. Dan

kalimat keenam yang terdiri atas satu klausa verbal taktransitif, di mana duduk

sebagai P tidak membutuhkan O atau Pel.

Kalimat ketujuh “Sementara kau tetap tidur.”, merupakan kalimat verba

traktransitif. Pada kalimat ini, penyair mulai mengenalkan subjek baru pada

pembaca yaitu Kau. Kemudian pada kalimat selanjutnya penyair menjelaskan

suasana tidur yang dialami subjek pada kalimat ketujuh. Isi kalimatnya adalah

“Tidur yang tak tersentuh filsafat apapun.”. Kalimat tersebut merupakan kalimat

tidak sempurna karena tidak memiliki Subjek. Hal tersebut menunjukan bahwa

Page 71: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

103

kalimat kedelapan merupakan penjelasan dari kalimat sebelumnya. Jadi, oleh si

penyair subjeknya ditiadakan.

Kalimat kesembilan “Dan kamar ini, kamar yang sedang menghisap

seluruh memori purba dari luar.” Merupakan kalimat majemuk setara yang di

dalamnya terdapat penegasan terhadap kata kamar sebagai subjek.

Pada kalimat kesepuluh “Suara AC seperti rintihan anjing sakit dari

sebuah kota.”, mulai dijelaskan suasana tempat (ruangan) pada malam itu.

Kalimat tersebut mempunyai unsur fungsi keterangan pembandingan. Dan pada

kalimat berikutnya, tokoh aku dimunculkan kembali. “Seandainya, seandainya,

sayangku, hanya tinggal kita yang tersisa di sini.”. Kalimat tersebut merupakan

kalimat luas yang memiliki hubungan makna pengandaian, di mana kata

senandainya yang menjadi ciri disampaikan berulangkali. Artinya, makna

pengandaian yang terdapat dalam kalimat ini mengalami penegasan.

Selanjutnya, kalimat “Kita membuka jendela dari belakang telinga kita.”

Memiliki fungsi kita (S), membuka (P), jendela (O), dan dari belakang telinga

kita (Ket). Kesemua fungsi tersebut menunjukan bahwa kalimat tersebut

merupakan kalimat tunggal luas dengan fungsi keterangan tempat. Pada kalimat

ketiga belas, Kalimat luas yang memiliki hubungan pengandaian dituliskan oleh

penyair, yaitu “Seandainya besok kau mulai ngidam dan muntuah-muntah”.

namun,dalam kalimat ini menempatkan objek sebagai ‘penderita’. “Dan aku tidak

lagi membeli pembalut untuk menstruasimu.” Adalah kalimat setelah kalimat

ketiga belas yang diawali oleh kata penghubung koordinatif, meskipun kalimat

tersebut tidak menunjukan kalimat majumuk setara.

Page 72: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

104

Dalam kalimat kelima belas, dituliskan “Kebun anggur mulai tumbuh di

ranjang tidur”. Dalam kalimat ini, kebun anggur berfungsi sebagai subjek dengan

frasa mulai tumbuh sebagai predikat. Hanya terjadi penyimpangan makna ketika

penyair menempatkan ranjang tidur sebagai keterangan, tempat kebun anggur

tersebut tumbuh. Kalimat terakhir “Dan kita nyatakan ke seluruh pengantin yang

sudah mati di kota ini, cinta terbuat dari air, terbuat dari air yang menetes di

punggungmu.” Merupakan kalimat majemuk setara yang diawali olehkata

penghubung koordinatif. Klausa pertama menbghubungkan kalimat ini dengan

kalimat sebelumnya yang memiliki makna pernyataan, sedang klausa kedua

merupakan isi pernyataan dari klausa pertama. Dan klausa ketiga merupakan

penjelasan dari klausa kedua.

Secara keseluruhan, kalimat-kalimat dalam puisi ini mempunyai tiga sub-

pokok bahasan yang merujuk pada satu pokok bahasan. Sub-pokok bahasan

tersebut yaitu: (1) berbicara tentang subjek dari keseluruhan puisi ini, dan

merupakan pengantar sebelum masuk pada pokok bahasan; (2) berbicara tentang

suasana, yang juga merupakan pengantar; (3) inti atau pokok bahasan dari

keseluruhan isi puuisi ini. Dengan kata lain paragraf dalam puisi ini merupakan

paragraf induktif.

4.5.2 Analisis Aspek Semantik

4.5.2.1 Denotasi dan Konotasi

Judul yang dipilih oleh penyair, yaitu “Kebun Anggur Yang Tak Bisa

Tidur”. Kalimat tersebut merupakan inti dari keseluruhan isi puisinya. Kata kebun

Page 73: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

105

(dalam KBBI, 2008: 701) mempunyai arti denotatif sebidang tanah yang ditanami

pohon musiman (buah-buahan dsb). Kata anggur memiliki arti denotatif, (1) jenis

tumbuhan yang merambat, buahnya berbentuk bulat kecil-kecil sebesar kelereng

dan berangkai, berwarna hijau atau merah hati; dan (2) minuman yang dibuat dari

sari buah anggur yang telah difermentasikan. Dengan demikian, kata kebun

anggur memiliki arti denotatif sebidang tanah yang ditanami pohon anggur. Jika

kata tidur memiliki arti denotatif, (1) dalam keadaan berhenti (mengaso) badan

dan kesadarannya (biasanya dengan memejamkan mata); dan (2) mengistirahatkan

badan dan kesadarannya, kata tidak merupakan partikel yang menyatakan

pengingkaran, serta kata bisa memiliki arti denotatif kuasa melakukan sesuatu,

maka frasa tak bisa tidur memiliki arti denotatif tidak kuasa untuk

mengistirahatkan badan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Kebun anggur sejatinya adalah makhuk hidup yang tak bisa melakukan

aktivitas seperti yang dilakukan manusia. Dalam puisi ini, penyair memposisikan

kebun anggur seperti manusia. Artinya, ada hal dalam diri manusia yang berhasil

diinterpretasikan sebagai kebun anggur oleh penyairnya. Kebun anggur sebagai

sebuah tempat tentunya diolah oleh manusia. Dengan kata lain, ada aktivitas yang

dilakukan manusia di tempat tersebut. Sehingga, diperolehlah arti konotatif dari

kata kebun anggur yang tak pernah tidur adalah seseorang yang sibuk melakukan

aktivitas di kebun anggur hingga tidak sempat beristirahat (tidur).

Jika melihat arti konotatif di atas, arti dari kata kebun anggur juga

mewakili arti denotatif kota metropolitan, yaitu kota besar yang menguasai

wilayah sekelilingnya (KBBI, 2008: 815). Di mana kota metropolitan atau kota,

Page 74: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

106

merupakan tempat yang tak pernah “bisa tidur”, karena orang-orang yang tinggal

di kota beraktivitas selama 24 jam.

Pada sub-pokok bahasan pertama dalam puisi ini, “Ada yang datang

malam ini. Diriku dengan seekor anjing yang menggigit kakiku. Dia membawa

buku. Buku gambar tentang filsafat Yunani. Seekor anjing dengan gigi-giginya

sedang menyayati bagian akhir tentang filsafat jiwa. Lalu anjing itu duduk di

kursi sebelahku.” memiliki arti denotatif bahwa aku lirik tengah membicarakan

dirinya yang datang ke sebuah ruangan pada malam hari bersama anjing yang

membawa buku gambar yang berisikan filsafat Yunani (sebuah peradaban yang

besar di zamannya yang banyak melahirkan ilmuwan serta pengetahuan baru).

Secara konotatif Seseorang (aku lirik) yang datang bersama sahabat

dekatnya ke sebuah tempat. Betapa dekat aku lirik dengan sahabatnya, hingga

ketika sahabat aku lirik menyakitinya pun ia tetap bersama-sama. Anjing adalah

sahabat manusia yang secara konvensi dinilai paling setia pada tuannya (manusia),

ia bisa memahai apa yang diajarkan oleh tuannya. Tapi bagi sebagian kelompok

manusia, anjing merupakan hewan menjijikan. Hal tersebut membuat anjing

menempati posisi terbawah dalam strata kehidupan. Dalam puisi ini penyair

memposisikan anjing sebagai manusia yang mempunyai pikiran dan naluri

manusia, sehingga ketika ia membuka halaman terakhir dari buku tersebut yang

berisi filsafat kehidupan, ia mengoyak-ngoyak bagian itu mengingat bahwa

posisinya dalam kehidupan sehari-hari selalu diartikan negatif.

Pada sub-pokok bahasan kedua, Sementara kau tetap tidur. Tidur yang tak

tersentuh filsafat apapun. Dan kamar ini, kamar yang sedang menghisap seluruh

Page 75: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

107

memori purba dari luar. Suara AC seperti rintihan anjing sakit dari sebuah kota.

Mempunyai arti denotatif di luar apa yang penyair paparkan lewat aku lirik pada

sub-pokok bahasan pertama, seseorang tengah beristirahat dan tidak diganggu

oleh fenomena-fenomena yang terjadi. Padahal kamar, tempat ia tidur tengah

sibuk menjadi saksi bisu dari hiruk pikuk orang-orang “kota” yang tengah sibuk di

luar ruangan tersebut. Seseorang tersebut asyik merasakan kenyamanan istirahat

di ruangan yang ada fasilitas pendingin ruangannya. Fasilitas pendingin (AC) itu

sendiri, adalah fasilitas yang biasa digunakan oleh kebanyakan masyarakat

perkotaan, karena suhu di perkotaan cenderung panas.

Arti konotasinya adalah aku lirik tengah menyampaikan sesuatu pada

lawan bicaranya bahwa ada banyak orang yang begitu tidak peduli dengan

kehidupan, terutama di perkotaan, yang sangat keras di luar (kehidupan) dirinya.

Orang-orang lebih memikirkan nasibnya sendiri tanpa merasa harus peduli pada

yang lain. Fenomena demikian merupakan ciri masyarakat perkotaan, di mana

kepentingan individu menjadi prioritas dari pada kepentingan sosial.

“Seandainya, seandainya, sayangku, hanya tinggal kamar kita yang

tersisa di sini. Kita membuka jendela dari belakang telinga kita. Seandainya

besok kau mulai ngidam dan muntah-muntah. Dan aku tidak lagi membeli

pembalut untuk menstruasimu. Kebun anggur mulai tumbuh di ranjang tidur. Dan

kita nyatakan ke seluruh pengantin yang telah mati di kota ini, cinta terbuat dari

air, terbuat dari air yang menetes dipunggungmu.”

Kalimat-kalimat di atas merupakan bagian inti dari puisi ini. Memiliki arti

denotatif aku lirik menyampaikan peryataan pada lawan bicaranya yang bisa jadi

Page 76: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

108

kekasih atau istrinya, tentang khayalan ketika hanya merekalah yang tinggal di

suatu tempat ia akan kembali berusaha untuk mendengarkan suara yang ada di

sana. Kemudian ketika istrinya hamil dan berhenti menstruasi, ia akan

mengabarkan pada orang-orang yang jauh di sana tentang kabar gembira

(kehamilan sang istri) ini.

Makna denotatif dari teks puisi di atas adalah ketika tinggal kita yang

hidup di dunia ini, apa yang bisa kita dengarkan dan rasakan pada saat kita ingin

mendengarkan dan merasakan itu. Kesepian dan kesedihan akan mengurung orang

tersebut. Tapi di balik itu semua selalu ada kebahagian yang menyertai.

Pada Kalimat “Seandainya besok kau mulai ngidam dan muntah-muntah.

Dan aku tidak lagi membeli pembalut untuk menstruasimu. Kebun anggur mulai

tumbuh di ranjang tidur.” penulis menemukan arti lain untuk kata kebun anggur

di sini memiliki arti konotatif embrio atau calon bayi. Arti konotatif kebun anggur

kedua ini tidak lantas bertentangan dengan arti konotatif pertama yang

sebelumnya dipaparkan penulis, namun menjadi memiliki keterkaitan.

Ketika seorang istri mencapai tahapan menjadi calon ibu, ada kesibukan

yang lebih yang dilakukan oleh pasangan suami istri dari biasanya. Kesibukan-

kesibukan itu hadir dari kegelisahan dan ketakutan tentang hal buruk terhadap

janin yang mungkin terjadi. Hal tersebut menyebabkan kewaspadaan meningkat

dan keinginan untuk beristirahat menjadi berkurang atau malah tidak ada. Kondisi

tersebut juga terjadi pada masyarakat di perkotaan. Janin dalam tubuh seorang ibu

sama dengan harta atau kekayaan yang dimiliki masyarakat perkotaan. Mereka

akan menambah dan merawat kekayaannya seperti seorang ibu menumbuhkan dan

Page 77: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

109

merawat janin yang ada dalam tubuhnya. Tentunya, bekerja menjadi jalan satu-

satunya yang harus ditempuh untuk merwat agar kekayaan tidak habis. Hal

tersebut menyebabkan kehidupan di kota tidak bisa “tidur”.

4.5.2.2 Majas

Pada kalimat Ada yang datang malam ini. Diriku dengan seekor anjing

yang menggigit kakiku., belum terlihat adanya penggunaan majas. Penggunaan

majas dalam puisi ini baru telihat pada kalimat Dia membawa buku. Kata dia

dalam sajak ini ditujukan untuk seekor anjing. Dia (anjing) membawa buku

menjadi makhluk yang seolah-olah menjadi manusia dan mampu melakukan

aktifitas yang dilakukan oleh manusia pada umumnya. Hal tersebut merupakan

majas personifikasi di mana anjing tersebut benar-benar mampu membawa buku.

Pada dua kalimat berikutnya, Buku gambar tentang filsafat Yunani. Seekor

anjing sedang menyayati bagian akhir tentang filsafat jiwa. Lalu anjing itu duduk

di sebalahku., majas seolah-olah tidak ada. Padahal, apabila kita melihat kembali

kalimat tersebut, penyair masih memposisikan anjing sebagai manusia, hanya kali

ini anjing ditampilkan dengan pikiran manusia yang ketika membenci sesuatu

(filsasfat jiwa), ia lantas akan berpikir untuk menghancurkannya. Artinya, kalimat

tersebut mengandung majas personifikasi.

Dalam kalimat Sementara kau tetap tidur., jika melihat konteks kalimat

sebelumnya, pertentangan hadir dalam kalimat ini. Ditengah kegelisahan yang

digambarkan pada awal paragraf, penyair memunculkan seorang tokoh yang tak

Page 78: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

110

peduli dengan itu. Ketidakpedulian tersebut ditunjukan dengan kalimat Tidur yang

tak tersentuh filsafat apapun.

Kata filsafat, oleh penyair dipakai untuk menggantikan kata kegelisahan.

Karena untuk sampai pada hal yang filsafati, seseorang biasanya mengalami

kegelisahan yang sangat.

Majas metonimia hadir pada kalimat Dan kamar ini, kamar yang sedang

menghisap seluruh memori purba dari luar. Kata menghisap dimunculkan untuk

menggantikan kata merekam. Itu bertujuan agar kenangan, yang dalam puisi

dituliskan dengan frasa memori purba, yang didapat mampu dirasakan bersama

dengan aromanya. Sehingga penyair lebih memilih memakai kata menghisap

daripada merkam. Kemudian pada kalimat Suara AC seperti rintihan anjing sakit

dari sebuah kota., yang tampak adalah majas perumpamaan epos (epic simile).

Untuk menampilkan imaji suara AC sebenarnya cukup dengan menggunakan

frasa rintihan anjing. Tapi penyair juga memasukan pejelas lain yaitu dengan

memasukan kata sakit dan frasa dari sebuah kota.

kalimat berikutnya adalah Seandainya, seandainya, sayangku, hanya

tinggal kamar kita yang tersisa di sini. Kita membuka jendela dari belakang

telinga kita. Frasa kamar kita tidak mengandung makna sebenarnya. Penyair

menggunakannya untuk melambangkan hati. Kemudian jika kita lebih

menyempitkan frasa di sini, maka akan mendapat artian tempat untuk

menyalurkan isi hati. Yang tempat tersebut juga mampu myatukan perasaan dari

yang muncul dari hati. Dengan demikian, kamar kita mengandung majas

metonimia.

Page 79: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

111

Membuka jendela dipakai penair untuk menggambarkan seseorang bisa

lebih terbuka dalam menerima sesuatu. Rasionalisasi dari hal tersebut adalah

ketika seseorang berada di dalam ruangan kemudian ia membuka jendela, maka

yang akan ia rasakan adalah udara ssegar yang masuk ke ruangan. Hal ini

berkaitan dengan makna kalimat sebelumnya. Dan di sana terdapat majas

metonimia juga.

Seandainya besok kau mulai ngidam dan muntah-muntah. Dan aku tidak

lagi membeli pembalut untuk menstruasimu. Kebun anggur mulai tumbuh di

ranjang tidur. Dalam kalimat Kebun anggur mulai tumbuh di ranjang tidur,

penyair memakai frasa di ranjang tidur untuk menggantikan kata tanah tempat

pohon tumbuh. Dalam beberapa kebudayaan suatu masyarakat, anggur adalah

salah satu makanan yang baik. Anggur juga bisa menjadi sangat memabukan. Dan

kebun anggur dipakai untuk menggantikan makna dari sesuatu yang indah,

menyenangkan, baik, dan memabukan. Frasa kebun anggur juga dapat dipakai

untuk menggantikan buah anggur yang sangat banyak. Yang apabila buah anggur

itu dikumpulkan akan telihat seperti embrio (jabang bayi). Penggunaan frasa

tersebut memungkinkan, karena pada kalimat sebelumnya penyair memberikan

pernyataan pengandaian, seandainya besok kau mulai ngidam dan muntah-

muntah.

Selanjutnya, Dan kita nyatakan ke seluruh pengantin yang sudah mati di

kota ini, cinta terbuat dari air, terbuat dari air yang menetes di punggungmu.

Mengandung majas metafora. Penyair menginterpretasikan cinta terbuat dari air.

Di mana air sebagai zat cair yang tak bisa digenggam, dirasa mampu untuk

Page 80: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

112

mewakili makna cinta. Klausa terbuat dari air yang menetes di punggungmu

menjelaskan klausa sebelumnya. Tapi air yang dimaksud dalam klausa ini lebih

diartikan sebagai pengorbanan, mengingat bahwa air tersebut menetes dari

punggung yang mempunyai makna keringat. Dan keringat erat kaitannya dengan

pengorbanan.

4.5.2.3 Isotopi

4.5.2.3.1 Isotopi Manusia

Tabel 4.5.2.3.1 Isotopi Manusia Puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa

Tidur”

Kata/frasa yang termasuk isotopi manusia

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Insan (tubuh & roh)

Berakal budi

Aktivitas

Datang 1X d + Menggigit 1X d/k + + Membawa 1X d/k + Menyayati 1X d + + Duduk 1X d + Tidur 3X d/k + Menghisap 1X d/k + + Rintihan 1X d + + Membuka 1X d + Telinga 1X d/k + Ngidam 1X d + + Muntah-muntah 1X d + Membeli 1X d + Menstruasimu 1X d + + Tumbuh 1X d/k + + Pengantin 1X d + Mati 1X d/k + Punggungmu 1X d/k +

Page 81: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

113

Kata-kata yang mendukung isotopi manusia dalam puisi ini berjumlah

delapan belas. Komponen makna yang paling banyak muncul adalah komponen

makna “aktivitas”, yang setelahnya diikuti oleh makna “insan (tubuh dan roh)”,

serta “berakal budi”

Hadirnya kata-kata yang mendukung isotopi manusia pada puisi “Kebun

Anggur Yang Tak Bisa Tidur” di atas memiliki makna yang saling terkait

sehingga makna yang muncul juga pada dasarnya bertitik pada satu pikiran utama

yang menyatakan keadaan batin aku lirik yang cenderung berbicara monolog.

4.5.2.3.2 Isotopi Alam

Tabel 4.5.2.3.2 Isotopi Alam Puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur”

Kata/frasa yang termasuk isotopi alam

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Angkasa Bumi kehidupan

Kota 2X d + + Kebun anggur 1X d/k + + Air 2X d/k + Kursi 1X d + Jendela 1X d/k + Ranjang 1X d/k +

Pada isotopi alam terdapat lima kata serta satu frasa yang menguatkan

suasana, di mana suasana tersebut menguatkan pikiran pokok yang terdapat dalam

pikiran si aku lirik. Hadirnya suasana sangatlah mendukung pada pencapaian

imaji pembaca. Dalam hal ini, suasana hadir sebagai pelengkap yang mampu

mempertegas gambaran pikiran pokok yang dituangkan penyair dalam puisi ini.

Page 82: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

114

4.5.2.3.3 Isotopi Gerak

Tabel 4.5.2.3.3 Isotopi Gerak Puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur”

Kata/frasa yang termasuk isotopi gerak

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Gerakan anggota badan

Pindah tempat/bentuk

Menggigit 1X d/k + Membawa 1X d + + Menyayati 1X d + Duduk 1X d + Tidur 3X d + Menghisap 1X d/k + Membuka 1X d/k + + Muntah-muntah 1X d + Membeli 1X d +

Kata-kata yang mendukung isotopi gerak dalam puisi ini berjumlah

Sembilan. Di mana makna “gerakan anggota badan” sangat menonjol

dibandingkan makna “pindah tempat/bentuk”. Oleh karena itu, penggambaran

suasana dalam puisi ini tidak terlalu jauh dibayangkan oleh pembaca, meskipun

banyak kalimat dalam puisi ini yang pengimajiannya melompat-lompat. Namun

demikian, penyair sebenarnya telah member garis tebal pada pembaca agar

mampu memahami pikiran pokok yang disampaikan penyair.

4.5.2.3.4 Isotopi Ruang

Tabel 4.5.2.3.4 Isotopi Ruang Puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur”

Kata/frasa yang termasuk isotopi ruang

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama terbuka Tertutup

Kursi 1X d + Kamar 3X d/k +

Page 83: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

115

Dari luar 1X d/k + Kota 1X d + Jendela 1X d/k + + Ranjang tidur 1X d/k + Kebun anggur 1X d/k +

Isotopi ruang dalam puisi “Kebun Anggur yang Tak Pernah Tidur” ada

tujuh. Kebanyakan kata dalam isotopi ini bermakna denotasi dan konotasi. Dan

dari kebanyakan makna konotasinya selalu mengacu pada hal yang lebih luas

dengan makna yang berlapis-lapis. Tapi pada akhirnya, ruang-ruang ini mengacu

pada sesuatu yang hidup, yang diciptakan, dan dirasakan. Sehingga hubungan

sebab-akibat pun bermunculan antara kalimat yang satu dengan yang lain.

4.5.2.3.5 Isotopi Waktu

Tabel 4.5.2.3.5 Isotopi Waktu Puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur”

Kata/frasa yang termasuk isotopi waktu

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Saat tindakan

Jangka waktu

Malam 1X d + Bagian akhir 1X d + + Purba 1X d/k + Besok 1X d + Mulai 1X d + +

Isotopi waktu berjumlah lima, dan kesemuanya lebih menunjukan makna

“jangka waktu”. Hal tersebut menyebabkan seolah-olah puisi ini tidak memiliki

satu kesatuan yang jelas. Pembaca, oleh penyair diajak untuk melompat-lompat

dalam memaknai puisi ini. Yang menjadi unik adalah ketika pikiran rumit dan

Page 84: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

116

“amburadul” si penyair ternyata mampu menyampaikan suatu pokok pikiran.

Yang apabila sampai pada makna dasarnya, kesan gelap puisi ini akan hilang.

4.5.2.3.6 Isotopi Dengar

Tabel 4.5.2.3.6 Isotopi Dengar Puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur”

Kata/frasa yang termasuk isotopi dengar

Pemunculannya Denotasi (d) Konotasi (k)

Komponen makna bersama Suara Proses Cara

Suara AC 1X d + Rintihan 1X d + Jendela 1X d/k + + +

Komponen makna dalam isotopi dengar didominasi oleh komponen makna

“suara”. Di mana kebanyakan maknanya merupakan makna denotasi. Isotopi

dengar dalam puisi ini berjumlah tiga.

4.5.3 Analisis Aspek Pragmatik

Ada tiga subjek dalam puisi “Kebun Anggur Yang Tak Bisa Tidur” karya

Afrizal Malna ini, yaitu: aku lirik (pencerita), pendengar, dan objek yang

diceritakan.

Aku lirik dalam enam kalimat pertama yang berperan sebagai pencerita

sekaligus sebagai objek yang diceritakan. Selain aku lirik, objek lainnya adalah

seekor anjing. Dan pada enam kalimat pertama, seekor anjing tersebut menjadi

objek dominan yang di ceritakan oleh aku lirik.

Secara keseluruhan puisi ini menceritakan tentang kehidupan modern.

Sifat individual hadir dan menjadi ciri masyarakat modern. Objek anjing yang

Page 85: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

117

menggigit kaki si aku lirik menggambarkan bahwa teman terbaik sekalipun

ternyata suatu waktu akan sangat memungkinkan menyakiti. Ditambah dengan

beberapa fenomena yang dapat berpengaruh pada aspek kejiwaan seseorang.

Biasanya fenomena-fenomena tersebut adalah fenomena yang menimbulkan efek

traumatik. Artinya fenomena tersebut lebih bersifat negatif.

Namun dalam kalimat-kalimat berikutnya, aku lirik yang berperan sebagai

pencerita, mengungkapkan satu keinginan/harapan. Pokok pikiran ‘kedamaian’ ia

munculkan. Kemudian aku lirik sebagai objek dengan objek lainnya dibayangkan

sebagai sesorang yang hidupnya lebih tertata, begitu mengalir, begitu normal.

Berdasarkan analisis aspek pragmatik, dalam puisi ini kehadiran aku lirik

yang tidak disebutkan secara ekplisit menunjukan bahwa aku lirik sebagai penutur

utuh sekaligus aku lirik memilih pronomina kau sebagai pendengar. Dalam hal ini

keabsolutan aku lirik sebagai pencerita tunggal dan sekaligus pendengar

membawa teks tersebut sebagai teks yang monolog.

Aku lirik dalam puisi ini tidak nampak secara ekplisit tetapi dapat

diketahui melalui ujarannya. Selain itu, aku lirik tidak menonjolkan eksistensi

personal/individunya melainkan ia hadir dengan melalui eksistensi pencerita, dan

ia hanya merupakan bagian dari cerita itu. Inilah yang menunjukan bahwa dalam

puisi ini yang ditonjolkan bukan eksistensi manusia sebagai individu melainkan

manusia yang menjadi bagian universalitas mahkluk dan kehidupan. Dalam puisi

ini juga ditonjolkan kematangan penceritaan yang diungkapakan aku lirik dalam

menceritakan sesuatu yang menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri.

Page 86: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

118

4.5.4 Gambaran Kota dalam Puisi “Kebun Anggur Yang Tak Bisa Tidur”

Setelah melakukan analisis ketiga aspek di atas, penulis memperoleh

gambaran bahwa puisi “Kebun Anggur Yang Tak Bisa Tidur”, secara keseluruhan

menggambarkan kehidupan manusia, khususnya masyarakat perkotaan.

Kehidupan manusia yang tergambar dalam puisi ini meliputi beberapa aspek,

antara lain aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek budaya.

Kota, sebagai salah satu tempat di mana manusia melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan ketiga aspek di atas hadir secara eksplisit, yaitu dalam

kalimat 10, dan 16. Namun, makna kota lebih kuat dirasakan dalam kalimat-

kalimat lain. Dalam judul puisi “Kebun Anggur Yang Tak Bisa Tidur”, misalnya,

memiliki makna yang mengarah pada gambaran kota. Frasa kebun anggur, yang

pada hakikatnya merupakan sebuah tempat bercocok tanam (bekerja), oleh

penyair didampingkan dengan frasa yang tak bisa tidur. Hal tersebut,

memunculkan anggapan, bahwa kota adalah tanda yang dimaksud dari tempat

(bekerja) yang tak bisa ‘tidur’, karena masyarakat perkotaan bekerja selama 24

jam (secara bergantian).

Gambaran kota juga hadir melalui sikap dan sifat individu masyarakat

perkotaan yang digambarkan dalam puisi “Kebun Anggur Yang Tak Bisa Tidur”

ini. “Sementara kau tetap tidur. Tidur yang tak tersentuh filsafat apapun.”.

Penyair, melalui tokoh “kau” dalam puisi “Kebun Anggur Yang Tak Bisa Tidur”

ini memaparkan bahwa di tengah hiruk-pikuk kegelisahan terhadap persoalan-

persoalan yang menghimpit masyarakat perkotaan, ternyata masih ada orang yang

tidak peduli dengan nasib orang-orang di sekitar dirinya.

Page 87: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

119

Selain itu, kota hadir dan digambarkan dalam bentuk kesenjangan sosial

antara si kaya dengan si miskin. Kalimat “Suara AC seperti rintihan anjing sakit

dari sebuah kota”, yang merupakan majas perumpamaan, ternyata mengandung

(kehidupan yang) paradok. Dalam konvensi masyarakat kekinian, terutama

masyarakat perkotaan, AC adalah simbol dari kenyamanan hidup. Mungkin bagi

beberapa kalangan AC merupakan kebutuhan primer. Sedangkan rintihan anjing

sakit adalah simbol kengerian, ketakutan, dan hal-hal lain yang berhubungan

dengan ketidaksenangan hidup. Bisa jadi rintihan anjing sakit dari sebuah kota ini

adalah penggambaran untuk gelandangan.

4.5.5 Tafsiran Makna Kota dalam Puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa

Tidur”

Setelah melakukan analisis ketiga aspek serta memperoleh gambaran kota,

secara keseluruhan puisi “Kebun Anggur yang Tidak Bisa Tidur” menggambarkan

tentang kegelisahan yang tak pernah usai. Kebun anggur sebagai simbol

kesenangan serta kebahagian yang memabukan, oleh si penyair, dipertentangkan

dengan tak pernah tidur yang menggambarkan simbol kegelisahan yang sangat.

Dalam hal ini, penyair ingin menyampaikan pokok pikirannya bahwa inilah inti

dari hidup, akan selalu ada pertentangan antara yang satu dengan yang lainnya.

Dari pertentangan dalam pikiran secara individu maupun pertentangan-

pertentangan yang menyentuh aspek-aspek kehidupan bermasyarakat.

Dalam sajak ini juga bermunculan makna-makna di luar koridor

pertentangan, yaitu cinta dan pengorbanan. Makna tersebut disampaikan dengan

Page 88: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

120

menggunakan kalimat pengandaian. Kalimat Seandainya, seandainya, sayangku,

hanya kamar kita di sini. Kata kamar kita mempunyai makna ruang, yang dalam

hal ini mengacu pada penggambaran hati, dan kata di sini mempunyai makna

ruangan untuk mencurahkan perasaan dalam hati. Kita membuka jendela dari

belakang telinga kita mempunyai makna bahwa setelah seseorang mampu saling

mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya, maka sudah sepantasnyalah ia juga

mampu menerima apa yang diutara seperti membuka sebuah jendela, tidak ada

beban dan merasa nyaman.

Beberapa kalimat terakhir juga menyatakan bahwa kebahagian akan

datang dari tempat yang paling nyaman, dan ketika kita memposisikan diri

senyaman mungkin. Untuk mencapai itu semua tentunya butuh air yang menetes

dari punggung, yang berarti keringat, di mana keringat berarti pengorbanan.

Kebun anggur, yang pada judul puisi memiliki makna tempat (kota),

dalam kalimat kelimabelas memiliki makna hasil dari pengorbanan. Dalam puisi

ini, Afrizal Malna seolah-olah ingin menyampaikan pada pembacanya bahwa

kehidupan itu akan berubah jika kita ingin bekerja keras di dunia yang juga keras

ini.

Dunia yang keras inilah yang oleh Afrizal Malna disimbolkan oleh

gambaran kota. Dengan kata lain, kota dalam puisi ini memiliki makna denotatif

yaitu daerah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan

masyarakat (KBBI, 2008: 815). Kota dalam puisi ini menjadi wakil untuk

penggambaran sebuah dunia yang keras, kejam, rawan konflik, juga dunia yang

Page 89: BAB 4 Aku pulang, aku ingin pulang. Jangan kunci pintumu ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_043723_bab_iv(1).pdf · MAKNA KOTA DALAM PUISI-PUISI AFRIZAL MALNA 4.1 Makna Kota

121

individualistis. Dengan kata lain kota mengandung majas sinekdoke (pars prototo:

sebagian untuk mewakili keseluruhan).