jisa afta - nulisbuku.com · sebab aku tak pernah bisa menulis puisi indah untukmu sebab aku tak...
TRANSCRIPT
2
KITAB SEMILIR
Oleh: Jisa Afta
Copyright © 2016 by Jisa Afta
Penerbit
KS @ 2016 Website :
www.kitabsemilir.com Facebook :
www.facebook.com/kitabsemilirrrr/ Twitter :
www.twitter.com/kitabsemilirr/ Email
Desain Sampul: Jisa Afta
Sumber Gambar:
Angel Tatu Rio Photografy
deviantart
3
Kebisuan adalah lagu hati kita saat tatapan terakhir aku membawa hijab cinta kedasar ikhtiarku tempat tumbuhnya bebungaan sinur Biarlah kepergianmu menghembuskan nafas resahku disini... aku menyimpan kenangan dalam lembaran bodoh sebab aku tak pernah bisa menulis puisi indah untukmu sebab aku tak bisa menulis syair bagi khalbumu
5
CATATAN SANG PEZIARAH Anak anak dibawah bukit Lanta berlarian, telanjang
kakinya adalah gambaran keterbukaan jiwa, kesanggupan
untuk jujur pada waktu, melukai wajah pagi dan
panggilannya dengan tawa, meresapi nyanyiannya dengan
meloncat dan menari mengikuti Tarian Keranda.
Tiga tahun lalu aku seperti itu, kini usiaku 16 tahun,
secercah pesona dari mimpi pertama merajut
ketaktahuanku pada diri.
Hidup tanpa kedua orang tua, sendiri dibukit sepi ini,
mengajak mentari melafalkan sesuatu yang tertahan bagai
dahak dikerongkonganku.
Aku memulai pagi dengan membaca catatan sang Peziarah
yang tertinggal, menyematkan setiap barisnya diantara
arakan awan, ia menjelmakan bait jadi nada, menusuk
khalbuku ditiap waktu, hari hariku sesak seolah kebenaran
yang hendak diutarakan satu persatu penuh rasa haru,
sedih, bahagia, dan aku pun menjadi seperti pemimpi,
menjadi seperti penyair.
Dan inilah lembaran yang kubaca setiap harinya tanpa
kenal waktu, hingga kini aku pun tak pernah memahami
getir makna maknanya. Aku menulisnya sebab mungkin
engkaulah wahai sahabat yang dapat memahaminya...
6
MIMPI PERTAMA
Pada langit malam aku tertunduk dihadapan kegelapan
Entah apakah maksud sang waktu
Ia datang menghampiriku menggandeng seorang bidadari
Keanggunannya membuat hatiku terjaga di alam tidur...
Jelusi jiwaku tertambat harapan
Lekuk lekuk kebodohanku mengalir seperti tangkai Bunga
Sinur di taman nutfah yang rindu dipetik sang puteri
kerajaan Kahlah
Aku bersandar pada kearifan
7
Masa remajaku baru saja menyaksikan keajaiban yang
dipertontonkan Tuhan didalam mimpi
Mimpi itu kemudian menjelma jadi setangkup cawan
kepuasan
Menggetarkan nadiku
Membunuh keputusasaan pada pencarian panjang
Aku sedang bersemedi dan bermain main dengan sebuah
kehendak yang tak bisa kuingkari
Maka.....
Bangkitlah keutuhan kesiapa-an wajah ruhku
sesungguhnya
Melangkah menuju tepian puncak Bukit Lanta
Melihat warna memudar dibatas kerinduan fajar
Burung burung tzar menaati fitrah nya
Mereka telah tiba dari mencari sesuap kebajikan pada
anak anaknya yang masih kecil
Aku......
Kini mulai menyadari...
Bahwa ada kehidupan dibalik kehidupan
Sesosok bayang bidadari dalam bayangan puisi
Memanggil namaku
Ia berbisik ditelingaku dari jarak yang paling jauh
8
Diantara kedua kakiku dan kakinya terbentang tiang tiang
candi yang menumbuhkan pohon pohon karbala
Diantara senyumnya dan mata hinaku
Terbentang fatamorgana yang memaksaku menggenggam
kebodohan
Tapi aku...
Kini mulai menyadari..
Bahwa ada kehidupan terindah dibalik kehidupan yang
kusaksikan
Melepaskan mimpi semalam, tapi tak bisa mengingkari
keindahan subuh yang mengganggu peraduan khalbuku.
Baru kusadari mengapa anak-anak diteluk Tanzar
berlarian tanpa rasa ragu, tak bergeming dengan
kesyahduan yang memilukan hatinya, sebab kepiluan itu
belum terdengar oleh mereka.
Aku kini berdiri ditepian bukit yang mengitari sebuah
desa dimulut teluk tanpa kejayaan. Teluk yang dihuni para
nelayan tak bersekolah dan para pencari madu yang tak
pernah beralas kaki.
9
SUARA ANAK ANAK PERIANG
Mari bermain semilir kawan...
Hanya itulah buku yang kita punya
Semua buku telah diambil kerajaan tanpa tersisa
Semuanya dibawa ke istana
Mari bermain semilir kawan
Hanya lembaran ini yang kita punya
Semua lembaran telah dirampas para penyair istana
Semuanya di bawa ke istana
3 tahun lalu, Aku dekati apa yang mereka katakan, teman
seusiaku....dan aku baca lembar demi lembar semilir yang
tersisa, sebuah peninggalan terindah yang selalu dibaca
dan dinyanyikan anak anak Tanzar, anak anak desa yang
hanya makan dari kerang dan meminum madu tanpa
pemberian bahan makanan dari kerajaan Kahlah...
Dan inilah isi bacaan yang turut kubaca 3 tahun yang
lalu...
10
NEGERI KAHLAH
Ketika aku bertanya pada Hirar
“Wahai pendendang syair ternama, apakah engkau tahu
sebuah jawaban
Mengapa aku terpenjara dalam keindahan telaga nazam
Setia menunggu bayangannya melintas dari langit malam
Memuntahkan isi renungku dalam cawan cawan bisu
Menodai wangi bunga sinur yang pernah kuselipkan
dirambutnya”