bab 4
DESCRIPTION
okTRANSCRIPT
BAB 4
PEMBAHASAN
Suatu penyakit dikatakan menyebar ke regio oral apabila fokus infeksi primer dari
mikroorganisme patogen yang terlibat berada diluar regio oral. Penyakit dapat bermanifestasi
ke rongga mulut yang mana dalam hal ini mungkin berupa penyebaran langsung dari mikroba
patogen baik melalui jalur limfatik, hematogen maupun dengan perantaraan saliva.
Penyebaran seperti ini akan menghasilkan suatu lesi sekunder di dalam mulut, yang
seringkali dikaburkan oleh penyakit dengan lesi primer utama di rongga mulut (Mulliken
dkk, 2009)
Suatu kejadian penyakit mungkin juga diakibatkan oleh kondisi host yang
imunokompromise, suatu keadaan oportunistik yang menyebabkan flora normal ataupun
mikroorganisme eksogen yang seharusnya tidak memiliki lingkungan di dalam mulut dapat
berkembang dan menimbulkan kerusakan di berbagai tempat di dalam mulut (Mulliken dkk,
2009)
Suatu lesi primer di rongga mulut mungkin dapat menyebar ke organ lain seperti paru-
paru dan saluran cerna melalui perantaraan mukus yang infeksius ataupun hematogen. Pada
kasus seperti ini, penyebaran infeksi adalah mengikuti jalur oral-sistemik, bukan keadaan
kerusakan rongga mulut yang dimaksudkan dalam diskusi ini (Mulliken dkk, 2009)
Pada penderita diabetes mellitus dapat dilihat adanya manifestasi dalam rongga mulut
penderita, misalnya ginggivits dan periodontitis, disfungsi kelenjar saliva dan xerostomia,
infeksi kandidiasis, sindroma mulut terbakar serta terjadinya infeksi oral akut (Boedi, 2003).
Gingivitis merupakan inflamasi pada gusi yang mudah untuk disembuhkan, dimana
pada jaringan ginggiva terlihat kemerah-merahan disertai pembengkakan dan bila disikat
dengan sikat gigi akan berdarah. Gingivitis akan menimbulkan terbentuknya periodontal
pocket disertai adanya resorpsi tulang, sehingga gigi goyang dan akhirnya tanggal (Boedi,
2003).
Hiperglikemia mengakibatkan meningginya jumlah urin sehingga cairan dalam tubuh
berkurang dan sekresi saliva juga berkurang. Dengan berkurangnya saliva, dapat
mengakibatkan terjadinya xerostomia.18 Dalam rongga mulut yang sehat, saliva mengandung
enzim-enzim antimikroba, misalnya : Lactoferin, perioxidase, lysozyme dan histidine yang
berinteraksi dengan mukosa oral dan dapat mencegah pertumbuhan kandida yang
berlebihan.Pada keadaan dimana terjadinya perubahan pada rongga mulut yang disebabkan
berkurangnya aliran saliva, sehingga enzim-enzim antimikroba dalam saliva tidak berfungsi
dengan baik, maka rongga mulut menjadi rentan terhadap keadaan mukosa yang buruk dan
menimbulkan lesi-lesi yang menimbulkan rasa sakit. Pasien diabetes mellitus yang
mengalami disfungsi kelenjar saliva juga dapat mengalami kesulitan dalam mengunyah dan
menelan sehingga mengakibatkan nafsu makan berkurang dan terjadinya malnutrisi (Boedi,
2003).
Kandidiasis oral merupakan infeksi bakteri oportunistik yang terjadi dalam keadaan
hiperglikemia karena keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi aliran saliva
karena adanya kehilangan cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga aliran
saliva juga berkurang. Selain itu, juga menyebabkan komplikasi berupa microangiopathy
yang paling sering muncul pada penderita diabetes mellitus terkontrol atau tidak terkontrol.
Oleh itu, Kandidiasis dapat ditemukan pada penderita diabetes mellitus bila didukung
berbagai faktor yang ada pada penderita diabetes mellitus, seperti terjadinya defisiensi imun,
berkurangnya aliran saliva, keadaan malnutrisi dan pemakaian gigi tiruan dengan oral
hygiene yang buruk (Boedi, 2003).
Pasien dengan sindroma mulut terbakar biasanya muncul tanpa tanda-tanda klinis,
walaupun rasa sakit dan terbakar sangat kuat. Pada pasien dengan diabetes mellitus tidak
terkontrol, faktor yang menyebabkan terjadinya sindroma mulut terbakar yaitu berupa
disfungsi kelenjar saliva, kandidiasis dan kelainan pada saraf.6,16 Adanya kelainan pada
saraf akan mendukung terjadinya gejala-gejala paraesthesias dan tingling, rasa sakit / terbakar
yang disebabkan adanya perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut (Boedi,
2003).
Pada penderita diabetes mellitus dapat menyebabkan banyak komplikasi lain yang
masih belum dijumpai, hal ini memungkinkan terjadinya mekanisme patogen yang
berhubungan dengan infeksi-infeksi periodontal yang berperan penting dalam perkembangan
infeksi oral (Boedi, 2003).
Manifestasi oral dari penyakit kardiovaskuler adalah terutama disebabkan karena obat-
obatan yang dikonsumsi oleh penderita kelaianan kardiovaskuler yang mana mempunyai efek
samping dimulut (Rose dkk, 2002).
Yang lebih penting untuk diperhatikan oleh seorang dokter gigi adalah bahwa pasien-
pasien dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler memerlukan rencana perawatan yang
lebih kompleks terkait dengan penyakit yang dideritanya (Rose dkk, 2002).
Seorang penderita hipertensi harus diinstruksikan untuk mengkonsumsi obat nya seperti
biasa pada hari perawatan gigi. Sebelum pengobatan tersebut, tekanan darah pasien harus
dicatat, dan jika ditemukan nilai-nilai yang tinggi, kunjungi harus ditunda sampai tekanan
yang cukup tercapai. Hal ini lebih baik untuk kunjungan singkat dan di pagi hari (Rose dkk,
2002).
Perubahan mendadak posisi tubuh harus dihindari, karena dapat menyebabkan
hipotensi ortostatik sebagai efek samping dari obat penurun tekanan darah. Ketika pasien
tidak menunjukkan kontrol tekanan darah yang baik, sebaiknya merujuk dia ke dokter untuk
memastikan kontrol yang memadai sebelum perawatan gigi (Rose dkk, 2002).
Seorang pasien yang menderita infark miokard akut mungkin akan mendapatkan obat
antikoagulan atau antiplatelet yang mana perdarahan lebih mudah terjadi. Kunjungan-
kunjungan harus singkat (kurang dari 30 menit) dan harus diprogram untuk siang hari -
menghindari pagi hari, yang mana serangan jantung paling sering terjadi, serta sore hari,
ketika kelelahan dan stres lebih besar. Jika pasien mengalami nyeri dada selama pengobatan
gigi, prosedur harus dihentikan segera, dan tablet sublingual nitrit harus diberikan (0,4-0,8
mg), bersama-sama dengan oksigen nasal (3 liter / menit). Jika rasa sakit kemudian reda,
kelanjutan pengobatan dapat ditentukan setelah itu, atau alternatif janji dapat dibuat untuk
beberapa hari. Jika rasa sakit gagal mereda setelah 5 menit, tablet sublingual kedua harus
diberikan. Jika rasa sakit gagal menghilang 15 menit setelah onset, maka pasien dicurigai
mengalami infark miokard akut, dan pasien harus ditransfer ke rumah sakit pusat (Rose dkk,
2002).
Pada pasien dengan aritmia pengobatan harus direncanakan agar tidak terlalu panjang
atau rumit. Jika aritmia terjadi selama perawatan gigi, prosedur harus dihentikan, oksigen
harus diberikan, dan tanda-tanda vital pasien harus dinilai: suhu tubuh (nilai normal: 35,5-37
º C), nadi (nilai normal: 60-100 bpm ), frekuensi pernapasan (nilai normal pada orang
dewasa: 14-20 siklus atau respirasi per menit), tekanan darah (nilai normal: tekanan darah
sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan darah diastolik dibawah 90 mmHg). Nitrit
sublingual harus diberikan dalam hal nyeri dada. Pasien harus ditempatkan dalam posisi
Trendelenburg, dengan manuver vagal bila mana perlu (Valsava manuver, pijat di wilayah
nadi karotis, dll). Tim gigi harus siap untuk resusitasi cardiopulmonary dasar dan inisiasi
prosedur darurat untuk evakuasi ke rumah sakit (Rose dkk, 2002).
Demikian juga pada pasien dengan gagal jantung, kecemasan dan stres harus dihindari
selama kunjungan, yang pada gilirannya harus singkat (kurang dari 30 menit) dan harus
diprogram untuk pagi hari. Pasien harus ditempatkan dalam posisi semi-telentang di kursi,
dengan kontrol gerakan tubuh (yang harus lambat), untuk menghindari hipotensi ortostatik.
Dalam keadaan darurat (misalnya, edema paru-paru), dan setelah menghubungi layanan
darurat, pasien harus ditempatkan duduk dengan kaki diturunkan, dan menerima oksigen
nasal pada tingkat 4-6 liter / menit. Tablet nitrogliserin sublingual ditunjukkan (0,4-0,8 mg),
dan dosis mungkin perlu di ulangi setiap 5 atau 10 menit bila tekanan darah dapat
dikendalikan (Rose dkk, 2002).