bab 4

6
BAB 4 PEMBAHASAN Suatu penyakit dikatakan menyebar ke regio oral apabila fokus infeksi primer dari mikroorganisme patogen yang terlibat berada diluar regio oral. Penyakit dapat bermanifestasi ke rongga mulut yang mana dalam hal ini mungkin berupa penyebaran langsung dari mikroba patogen baik melalui jalur limfatik, hematogen maupun dengan perantaraan saliva. Penyebaran seperti ini akan menghasilkan suatu lesi sekunder di dalam mulut, yang seringkali dikaburkan oleh penyakit dengan lesi primer utama di rongga mulut (Mulliken dkk, 2009) Suatu kejadian penyakit mungkin juga diakibatkan oleh kondisi host yang imunokompromise, suatu keadaan oportunistik yang menyebabkan flora normal ataupun mikroorganisme eksogen yang seharusnya tidak memiliki lingkungan di dalam mulut dapat berkembang dan menimbulkan kerusakan di berbagai tempat di dalam mulut (Mulliken dkk, 2009) Suatu lesi primer di rongga mulut mungkin dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru dan saluran cerna melalui perantaraan mukus yang infeksius ataupun hematogen. Pada kasus seperti ini, penyebaran infeksi adalah mengikuti jalur oral- sistemik, bukan keadaan kerusakan rongga mulut yang dimaksudkan dalam diskusi ini (Mulliken dkk, 2009) Pada penderita diabetes mellitus dapat dilihat adanya manifestasi dalam rongga mulut penderita, misalnya ginggivits dan periodontitis, disfungsi kelenjar saliva dan xerostomia,

Upload: tri-sakti-sunda-romdhoni

Post on 13-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4

BAB 4

PEMBAHASAN

Suatu penyakit dikatakan menyebar ke regio oral apabila fokus infeksi primer dari

mikroorganisme patogen yang terlibat berada diluar regio oral. Penyakit dapat bermanifestasi

ke rongga mulut yang mana dalam hal ini mungkin berupa penyebaran langsung dari mikroba

patogen baik melalui jalur limfatik, hematogen maupun dengan perantaraan saliva.

Penyebaran seperti ini akan menghasilkan suatu lesi sekunder di dalam mulut, yang

seringkali dikaburkan oleh penyakit dengan lesi primer utama di rongga mulut (Mulliken

dkk, 2009)

Suatu kejadian penyakit mungkin juga diakibatkan oleh kondisi host yang

imunokompromise, suatu keadaan oportunistik yang menyebabkan flora normal ataupun

mikroorganisme eksogen yang seharusnya tidak memiliki lingkungan di dalam mulut dapat

berkembang dan menimbulkan kerusakan di berbagai tempat di dalam mulut (Mulliken dkk,

2009)

Suatu lesi primer di rongga mulut mungkin dapat menyebar ke organ lain seperti paru-

paru dan saluran cerna melalui perantaraan mukus yang infeksius ataupun hematogen. Pada

kasus seperti ini, penyebaran infeksi adalah mengikuti jalur oral-sistemik, bukan keadaan

kerusakan rongga mulut yang dimaksudkan dalam diskusi ini (Mulliken dkk, 2009)

Pada penderita diabetes mellitus dapat dilihat adanya manifestasi dalam rongga mulut

penderita, misalnya ginggivits dan periodontitis, disfungsi kelenjar saliva dan xerostomia,

infeksi kandidiasis, sindroma mulut terbakar serta terjadinya infeksi oral akut (Boedi, 2003).

Gingivitis merupakan inflamasi pada gusi yang mudah untuk disembuhkan, dimana

pada jaringan ginggiva terlihat kemerah-merahan disertai pembengkakan dan bila disikat

dengan sikat gigi akan berdarah. Gingivitis akan menimbulkan terbentuknya periodontal

pocket disertai adanya resorpsi tulang, sehingga gigi goyang dan akhirnya tanggal (Boedi,

2003).

Hiperglikemia mengakibatkan meningginya jumlah urin sehingga cairan dalam tubuh

berkurang dan sekresi saliva juga berkurang. Dengan berkurangnya saliva, dapat

mengakibatkan terjadinya xerostomia.18 Dalam rongga mulut yang sehat, saliva mengandung

enzim-enzim antimikroba, misalnya : Lactoferin, perioxidase, lysozyme dan histidine yang

berinteraksi dengan mukosa oral dan dapat mencegah pertumbuhan kandida yang

berlebihan.Pada keadaan dimana terjadinya perubahan pada rongga mulut yang disebabkan

Page 2: BAB 4

berkurangnya aliran saliva, sehingga enzim-enzim antimikroba dalam saliva tidak berfungsi

dengan baik, maka rongga mulut menjadi rentan terhadap keadaan mukosa yang buruk dan

menimbulkan lesi-lesi yang menimbulkan rasa sakit. Pasien diabetes mellitus yang

mengalami disfungsi kelenjar saliva juga dapat mengalami kesulitan dalam mengunyah dan

menelan sehingga mengakibatkan nafsu makan berkurang dan terjadinya malnutrisi (Boedi,

2003).

Kandidiasis oral merupakan infeksi bakteri oportunistik yang terjadi dalam keadaan

hiperglikemia karena keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi aliran saliva

karena adanya kehilangan cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga aliran

saliva juga berkurang. Selain itu, juga menyebabkan komplikasi berupa microangiopathy

yang paling sering muncul pada penderita diabetes mellitus terkontrol atau tidak terkontrol.

Oleh itu, Kandidiasis dapat ditemukan pada penderita diabetes mellitus bila didukung

berbagai faktor yang ada pada penderita diabetes mellitus, seperti terjadinya defisiensi imun,

berkurangnya aliran saliva, keadaan malnutrisi dan pemakaian gigi tiruan dengan oral

hygiene yang buruk (Boedi, 2003).

Pasien dengan sindroma mulut terbakar biasanya muncul tanpa tanda-tanda klinis,

walaupun rasa sakit dan terbakar sangat kuat. Pada pasien dengan diabetes mellitus tidak

terkontrol, faktor yang menyebabkan terjadinya sindroma mulut terbakar yaitu berupa

disfungsi kelenjar saliva, kandidiasis dan kelainan pada saraf.6,16 Adanya kelainan pada

saraf akan mendukung terjadinya gejala-gejala paraesthesias dan tingling, rasa sakit / terbakar

yang disebabkan adanya perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut (Boedi,

2003).

Pada penderita diabetes mellitus dapat menyebabkan banyak komplikasi lain yang

masih belum dijumpai, hal ini memungkinkan terjadinya mekanisme patogen yang

berhubungan dengan infeksi-infeksi periodontal yang berperan penting dalam perkembangan

infeksi oral (Boedi, 2003).

Manifestasi oral dari penyakit kardiovaskuler adalah terutama disebabkan karena obat-

obatan yang dikonsumsi oleh penderita kelaianan kardiovaskuler yang mana mempunyai efek

samping dimulut (Rose dkk, 2002).

Yang lebih penting untuk diperhatikan oleh seorang dokter gigi adalah bahwa pasien-

pasien dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler memerlukan rencana perawatan yang

lebih kompleks terkait dengan penyakit yang dideritanya (Rose dkk, 2002).

Page 3: BAB 4

Seorang penderita hipertensi harus diinstruksikan untuk mengkonsumsi obat nya seperti

biasa pada hari perawatan gigi. Sebelum pengobatan tersebut, tekanan darah pasien harus

dicatat, dan jika ditemukan nilai-nilai yang tinggi, kunjungi harus ditunda sampai tekanan

yang cukup tercapai. Hal ini lebih baik untuk kunjungan singkat dan di pagi hari (Rose dkk,

2002).

Perubahan mendadak posisi tubuh harus dihindari, karena dapat menyebabkan

hipotensi ortostatik sebagai efek samping dari obat penurun tekanan darah. Ketika pasien

tidak menunjukkan kontrol tekanan darah yang baik, sebaiknya merujuk dia ke dokter untuk

memastikan kontrol yang memadai sebelum perawatan gigi (Rose dkk, 2002).

Seorang pasien yang menderita infark miokard akut mungkin akan mendapatkan obat

antikoagulan atau antiplatelet yang mana perdarahan lebih mudah terjadi. Kunjungan-

kunjungan harus singkat (kurang dari 30 menit) dan harus diprogram untuk siang hari -

menghindari pagi hari, yang mana serangan jantung paling sering terjadi, serta sore hari,

ketika kelelahan dan stres lebih besar. Jika pasien mengalami nyeri dada selama pengobatan

gigi, prosedur harus dihentikan segera, dan tablet sublingual nitrit harus diberikan (0,4-0,8

mg), bersama-sama dengan oksigen nasal (3 liter / menit). Jika rasa sakit kemudian reda,

kelanjutan pengobatan dapat ditentukan setelah itu, atau alternatif janji dapat dibuat untuk

beberapa hari. Jika rasa sakit gagal mereda setelah 5 menit, tablet sublingual kedua harus

diberikan. Jika rasa sakit gagal menghilang 15 menit setelah onset, maka pasien dicurigai

mengalami infark miokard akut, dan pasien harus ditransfer ke rumah sakit pusat (Rose dkk,

2002).

Pada pasien dengan aritmia pengobatan harus direncanakan agar tidak terlalu panjang

atau rumit. Jika aritmia terjadi selama perawatan gigi, prosedur harus dihentikan, oksigen

harus diberikan, dan tanda-tanda vital pasien harus dinilai: suhu tubuh (nilai normal: 35,5-37

º C), nadi (nilai normal: 60-100 bpm ), frekuensi pernapasan (nilai normal pada orang

dewasa: 14-20 siklus atau respirasi per menit), tekanan darah (nilai normal: tekanan darah

sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan darah diastolik dibawah 90 mmHg). Nitrit

sublingual harus diberikan dalam hal nyeri dada. Pasien harus ditempatkan dalam posisi

Trendelenburg, dengan manuver vagal bila mana perlu (Valsava manuver, pijat di wilayah

nadi karotis, dll). Tim gigi harus siap untuk resusitasi cardiopulmonary dasar dan inisiasi

prosedur darurat untuk evakuasi ke rumah sakit (Rose dkk, 2002).

Demikian juga pada pasien dengan gagal jantung, kecemasan dan stres harus dihindari

selama kunjungan, yang pada gilirannya harus singkat (kurang dari 30 menit) dan harus

diprogram untuk pagi hari. Pasien harus ditempatkan dalam posisi semi-telentang di kursi,

Page 4: BAB 4

dengan kontrol gerakan tubuh (yang harus lambat), untuk menghindari hipotensi ortostatik.

Dalam keadaan darurat (misalnya, edema paru-paru), dan setelah menghubungi layanan

darurat, pasien harus ditempatkan duduk dengan kaki diturunkan, dan menerima oksigen

nasal pada tingkat 4-6 liter / menit. Tablet nitrogliserin sublingual ditunjukkan (0,4-0,8 mg),

dan dosis mungkin perlu di ulangi setiap 5 atau 10 menit bila tekanan darah dapat

dikendalikan (Rose dkk, 2002).