bab 3 klasifikasi dan pemilihan strategi pembelajaran yang baru

Upload: jelagafisikaitulahsaya

Post on 10-Oct-2015

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Tugas Strategi Belajar Mengajar Fisika Bab 3: Klasifikasi dan Pemilihan Strategi Pembelajaran

OLEH KELOMPOK 3:

Nama : - Irwan Subair -Jefri Sasuwu Kelas : B

Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Manado2014Bab 3Klasifikasi dan Pemilihan Strategi PembelajaranA. Klasifikasi Strategi PembelajaranSecara sederhana pembelajaran dapat diklasifikasikan atas berbagai dasar. Dasar klasifikasi adalah criteria atau titik tolak yang digunakan untuk mengelompokkan sesuatu. Misalnya klasifikasi tentang manusia yang dapat diklasifikasikan dengan menggunakan beberapa dasar klasifikasi: dari segi jenis kelaminnya, manusia dibedakan atas laki-laki dan perempuan; dari segi warna kulitnya, manusia dapat diklasifikasikan atas kulit kuning, kulit putih, kulit hitam, dan kulit sawomatang; dari segi rasnya, manusia dapat diklasifikasikan atas ras mongoloid, ras kaukasoid, dan ras negroid; dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan strategi pembelajaran, kita dapat mengklasifikasikan dengan menggunakan berbagai dasar klasifikasi. Raka Joni dalam Mappasoro berpendapat bahwa klasifikasi strategi pembelajaran dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu: 1) pengaturan guru dan siswa; 2) pengolahan pesan; 3) struktus peristiwa belajar mengajar; dan 4) tujuan belajar. Dari segi pengaturan guru dan siswa, klasifikasi strategi pembelajaran dapat didasarkan atas 1) pengaturan guru 2) hubungan guru-siswa; dan 3) pengaturan siswa.Dari segi pengaturan guru, klasifikasi strategi pembelajaran dapat dibedakan atas (a) strategi pembelajaran dengan / oleh seorang guru; (b) strategi pembelajaran dengan/ oleh team teaching. Dari segi hubungan guru-siswa, klasifikasi strategi pembelajaran dapat dibedakan atas (a) strategi pembelajaran tatap muka, yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa berada dalam satu ruangan/ kelas dengan komunikasi/ interaksi pembelajaran yang berlangsung secara face-to-face communication, dan (b) strategi pembelajaran jarak jauh, yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa tidak berada dalam suatu ruangan/ kelas sehingga komunikasi/ interaksi pembelajaran berlangsung melalui penggunaan media/ teknologi pembelajaran sebagai perantara. Kegiatan mengajar yang dilakukan di sekolah/ kelas selama ini adalah contoh dari pembelajaran tatap muka, sementara kegiatan-kegiatan perkuliahan yang diikuti dalam rangka program pendidikan jarak jauh ini adalah contoh pembelajaran jarak jauh.Dari segi pengaturan siswa, klasifikasi strategi pembelajaran dapat dibedakan atas (a) strategi pembelajaran individual, yaitu pembelajaran yang diorganisir secara individual dengan orientasi pemberian kesempatan kepada setiap siswa secara individual untuk belajar sesuai dengan kemampuan sendiri, dengan tujuan untuk mengembangkan potensi/ kemampuan setiap individu secara optimal; (b) strategi pembelajaran kelompok kecil, yaitu pembelajaran dimana siswa-siswa diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil, besarnya 4-7 orang untuk mendiskusikan dan/ atau mengerjakan topic/ tugas-tugas yang diperhadapkan kepada mereka; dan (c) strategi pembelajaran klasikal, yaitu pembelajaran dimana sejumlah siswa (besarnya sekitar 35-45 orang) yang diasumsikan memilki usia dan kemampuan yang relative sama dikumpulkan dalam satu kelas, kemudian diajar oleh seorang guru dengan menggunakan format pembelajaran yang sama untuk seluruh murid dalam kelas. Dari segi pengolahan pesan, klasifikasi strategi pembelajaran dapat didasarkan atas (a) peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan; dan (b) proses pengolahan pesan. Dari segi peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan, strategi pembelajaran dibedakan atas (a) strategi ekspositorik; dan (b) strategi heuristic. Strategi ekspositorik merupakan strategi pembelajaran yang lebih berorientasi pada guru dalam arti semua pesan pembelajaran (yang diharapkan untuk dikuasai oleh murid) telah diolah dalam bentuk barang jadi oleh guru untuk selanjutnya disampaikan kepada murid. Guru aktif memberi penjelasan atau informasi secara terperinci tentang bahan pengajaran dengan tujuan utama memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peran guru dalam strategi pembelajaran ekspositorik ini adalah penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia fasilitas, pembimbing siswa dalam memperoleh informasi/ pesan, dan penilai pemerolehan informasi. Sementara siswa lebih berperan sebagai pencari/ penerima informasi/ pesan belajar, pemakai media/ sumber belajar, dan menyelesaikan tugas-tugas yang diperhadapkan kepadanya. Sedangkan strategi heuristic merupakan strategi pembelajaran yang menghendaki siswa untuk terlibat aktif dalam proses pengolahan pesan-peasan belajar (tujuan pembelajaran). Strategi ini lebih berpusat pada siswa (student centred) dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual, berpikir kritis, dan memecahkan masalah dari para siswa. Dalam strategi heuristic, peranan guru adalah menciptakan suasana berpikir sehingga murid berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, sebagai fasilisator dalam pembelajaran dan penelitian, sebagai rekan diskusi siswa dalam klasifikasi dan pencarian alternative pemecahan masalah, dan sebagai pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternative dalam pemecahan masalah. Sementara peranan siswa adalah menambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan masalah, serta penemu pemecahan masalah.Dari segi proses pengolahan pesan, strategi pembelajaran dibedakan atas stratgei dedukatif, dan strategi induktif. Strategi dedukatif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Pada garis besarnya,strategi pembelajaran dedukatif meliputi langkah-langkah: (1) guru mengemukakan generalisasi; (2) penjelasan konsep-konsep; dan (3) pencarian data yang dilakukan oleh siswa. Strategi induktif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat umum. Langkah-langkah pembelajaran strategi induktif, pada garis besarnya terdiri atas: 1) pengajuan data/ fakta atau peristiwa khusus; 2) penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta; 3) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep. Bila sudah ada teori yang benar, pada umumnya dirumuskan hipotesis; 4) terapan generalisasi pada data baru atau hipotesis; dan 5) penarikan kesimpulan lanjut. Dalam artikel yang diterbitkan oleh Saskatchewan Education (1991) dikemukakan bahwa strategi pembelajra diklasifikasikan menjadi 5(lima), yaitu : strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tidak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, dan pengalaman (experiental).

Strategi pembelajaranDirect (Langsung)Teacher centered/ Conservative approaches/ konvensional

Indirect (tidak langsung)Student centered/ liberal approaches/ siswa aktif

PendekatanInteraktif

Experience

Mandiri

gambar 3.1 klasifikasi Strategi PembelajaranB. Strategi Pembelajaran Langsung

1. Pengertian Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan procedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah. Focus utama dari pembelajaran ini dalah pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks.Pengajaran langsung tersebut berpusat pada guru dan harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Dalam hal ini, guru menyampaikan isi/ materi akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa. Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat dedukatif. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan kelemahan utamanya adalah dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta dapat menembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain. 2. Cirri-ciri Model Pembelajaran LangsungCiri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :a. Adanya tujuan pembelajaranPembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan ( criteria keberhasilan).b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.Pada model pembelaran langsung terdapat 5 (lima) fase yang sangat penting. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi,pelatihan, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Ada 5 (lima) tahapan pembelajaran langsung yaitu :Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa;Tahap 2: Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan;Tahap 3: Membimbing pelatihan;Tahap 4: Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik;Tahap 5: Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan konsep.c. System pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran. Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan penerangan cukup, termasuk alat atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kekgiatan yang dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya. Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran langsungSecara umum, setiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan disbanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada model pembelajaran langsung ( model direct instruction) pun mempunyai beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut :a. Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa, sehingga dapat mempertahankan focus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.c. Merupakan cara yang palig efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.d. Menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.e. Model pembelajaran direct instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi). Dengan hal ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas, bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya,. Hal ini penting, terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.f. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.

Selain memiliki kelebihan-kelebihan tersebut, pembelajaran langsung juga memiliki kekurangan-kekurangan, diantaranya sebagai berikut :a. Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar atau ketertarikan siswa.b. Kaarena siswa hanya memilki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan social dan interpersonal mereka;c. Karena guru memainkan peran pusat, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat;d. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula, dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyhak perilaku komunikasi positif;e. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit, dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.

4. Tahapan Pembelajaran LangsungPembelajaran langsung ini dapat digunakan sebagai alternative untuk guru dalam pembelajran, dalam hal ini adalah pembelajaran matematika. Pembelajaran langsung dilakukan dalam kegiatan pembelajatran yang berpusat pada guru, tetapi harus melibatkan siswa.

Tahapan pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah sebagai berikut:a. Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaTujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pembelajaran. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin yang berisi tahapan-tahapan dan isinya, serta alokasi waktu yang disedikan untuk setiap tahap. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.

b. Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilanGuru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyampaikan informasi tahap demi tahap. Kunci keberhasilan dalam tahap ini adalah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran, baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa : Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil, sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relative pendek. Pemberian contoh-contoh konsep; Pemodelan atau peragaan kketerampilan dengan cara ademonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; Menjelaskan ulang hal-hal sulit.

c. Membimbing pelatihanBimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk menilai kemampuan siswa dalam melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan. Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar, diperlukan latihan yang intensif dan memerhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balikGuru memeriksa atau mengecek kemampuan siswa seperti member kuis terkini, dan memeberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa.. guru memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respons siswa yang benar, dan mengulang keterampilan jika diperlukan.

e. Memberikan kesempatan untuk latiihan lanjutan dan penerapan konsep Guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. Guru juga mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus terhadap penerapan pada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Tahapan-tahapan pembelajaran langsung tersebut dapat dilihat pada table berikut. Tabel 3.1 Tahapan-tahapan pembelajaran langsung

No.FasePeran Guru

1Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaMenjelaskan tujuan, materi, prasyarat, memotivasi dann mempersiapkan siswa

2Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilanMendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

3Membimbing pelatihanGuru memberikan latihan terbimbing

4Mengecek pemahaman dan memberika umpan balik Mengecek kesempatan siswa dan memberikan umpan balik

5Memberikan latihan dan penerapan konsepMempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari

Contoh materiBerikut ini adalah contoh materi yang dpaat diterapkan dengan menggunakan pembelajaran langsung, yaitu Garis dan Sudut. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :1) Persiapan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran garis dan sudut. Misalnya, untuk memahami pengertian garis sejajar adalah dengan mengaitkan dalam khidupan sehari-hari.2) Demonstrasia) Guru mengarahkan siswa untuk memahami pengertian garis sejajar dengan memerhatikan gambar ubin yang disederhanakan.b) Siswa diminta member contoh model garis sejajar pada lantai rumah yang terbuat dari ubin, dan langit-langit rumah dari eternity.c) Guru menjelaskan sifat-sifat garis sejajar dan memperkenalkan garis-garis sejajar selangkah demi selangkah.3) Pelatihan terbimbingGuru memberikan latihan kepada siswa sambil memeriksa dan membantu kesulitan siswa. Misalnya siswa diminta mengerjakan LKS untuk memahami sifat garis sejajar.4) Mengecek pemahaman dan member umpan balikGuru memberikan kuis untuk mengecek pemahaman siswa, materi yang kurang dipahami dalm pelatihan terbimbing.5) Pelatihan lanjutanGuru memberikan tugas atau PR untuk dikerjakan secara mandiri berupa latihan soal.

C) Strategi Pembelajaran Tidak Langsung

1. PengertianStrategi pembelajaran tidak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilang keputusan, dan penemuan. Strategi pembelajaran tidak langsung umumnya berpusat pada peseta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkkungan belajar dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat. Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person). Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, pengambaran inferensi berdasarkan data atau pembentukan hipotesis. Guur merancang linngkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia. Pendekatan tidak langsung adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Pada penekatan tersebut guru memfasilitasi proses berpikir siswa, antara lain melalui kegiatan berikut : 1) pengajuan pertanyaan yang tidak mengarah, dan selanjutnya memungkinkan muncul ide pada diri siswa; 2) menangkap inti pembicaraan atau jawaban siswa yang dapat digunakan untuk menolong mereka dalam melihat permasalahan secara lebih teliti; 3) menarik kesimpulan dari diskusi kelas yang mencakup berbagai pertanyaan yang berkembang, pengaitan ide-ide yang muncul dari siswa, serta langkah-langkah pemecahan masalah yang harus diambil; 4) menggunakan waktu tunggu untuk member kesempatan berpikir pada siswa dan member penjelasan (Basden, 2001 : 8 dalam Suryadi, 2005:14).2. KarakteristikMenurut Robertson dan lang (1991), pendekatan langsung antara lain memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) investigasi, pengambilan kesimpulan, dan pencarian alternative solusi; dan 2) guru lebih berperan sebagai fasilitator, pendorong serta narasumber melalui penciptaan lingkungan belajar, penyediaan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif, serta penyediaan balikan bagi siswa . masih menutur Robertson dan Lang (1991), pendekatan tidak langsung sangat cocok digunakan apabila : 1) hasil belajar berkenaan dengan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai; 2) proses sama pentingnya dengan produk; 3) siswa perlu melakukan investigasi atau menemukan sesuatu; 4) solusi masalah yang diberikan bersifat terbuka; 5) pembelajaran berfokus pada pengembangan pemahaman personal dengan retensi konsep jangka panjang; 6) berkaitan dengan pengambilan keputusan atau masalah yang perlu dicari solusinya; dan 7) berkaitan dengan pengembangan kemampuan life-long learning.Pembelajaran tidak langdung menekankan pada upaya memmfasilitasi belajaar siswa, terjalinnya hubungan baik antara guru dengan siswanya, yaitu sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Peran guru sebagai fasilitator yang senantiasa memfasilitasi setiap perkembangan yang terjadi pada diri siswa selama proses pembelajran berlangsung. Robertson dan Lang dalam Suryadi (2005:14) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran tidak langsung memiliki karakteristik sebagai berikut 1) menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam melakukan observasi, investigasi, pengambilan kesimpulan, dan pencarian alternative solusi; dan 2) guru lebih berperan seba;gai fasilitator pendorong serta narasumber melalui penciptaan lingkungan belajar dan penyediaan balikan siswa. Sedangkan Flander dalam Rippi Maya (2006:20) mengemukakan bahwa pembelajaran tidak langsung dimulai dengan keyakinan bahwa siswa mempunyai keinginan alamiah untuk belajar. Dalam pembelajaran ini, guru mendorong potensi dalam diri siswa dan kepercayaan diri siswa bebas belajar dan guru memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat dan menghargai ide-ide siswa. Karakteristik pembelajaran tidak langsung menurut Suryadi (2005:131) dapat dilihat dari tiga hal, yaitu : 1) sajian bahan ajar, 2) pola interaksi kelas; dan 3) model intervensi yang dilakukan guru. Ketiga hal tersebut dapat dipahami dalam penjelasan di bawah ini.a. Bahan utama dikemas dalam bentuk sajian masalah sehingga konsep, prosedur, dan prinsip dalam pembelajaran diperoleh siswa melalui aktivitas pembelajaran yang bersifat tidak langsung (misalnya melalui penemuan, pemecahan masalah, eksplorasi) baik secara individu maupun kelmpok.b. Model intervensi guru yang dikembangkan lebih bersifat tidak langsung, yakni melalui teknik scaffolding (memahami adanya batas-batas perkembangan anak secara temporer dan memerlukan bantuan untuk kemudian memberikan bantuan secara tepat) antara lain berupa pengajuan pertanyaan, pemberian hints (isyarat), dan pengajuan masalah yang berbeda, baik sebagai pembanding maupun untuk keperluan penembangan.c. Model interaksi yang dikembangkan bersifat multiarah.

3. StrategiBerkaitan dengan pembelajaran tidak langsung, Lang dan Evans (2006;368) berpendapat bahwa pembelajaran tidak langsung akan lebih bermakna bagi siswa karena berperan langsung dalam memperoleh dan menemukan pengetahuannya sendiri melalui aktivitas pembelajaran. Perolehan pengetahuan siswa tidak bergantung kepada apa yang disampaikan dan disiapkan guru, tetapi lebih menekankan siswa sbagai pembelajar dalam menemukan dan memperoleh pengetahuan. Lebih lanjut, Lang dan Evans (2006:368) menjelaskan bahwa model-model pembelajaran yang masuk pada ruang lingkup dan memiliki kedekatan makna dan pengertian dengan pembelajaran tidak langsung adalah seperti : 1) inkuiri; 2) induktif; 3) pemecahan masalah; 4) action research 5) pengambilan keputusan; 6) penemuan; 7) investigasi; 8) eksplorasi; dan 9) eksperimen. Pembelajaran-pembelajaran seperti di atas, selain memiliki karakteristik yang lebih menekankan kepada siswa sebagai pusat dalam pembelajaran (student centered), juga memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kemampuan proses sesuai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.Dalam model pembelajaran indirect instruction, peran guru bergeser dari pengajar menjadi fasilitator, pendukung, pendorong, dan narasumber. Guru mengatur lingkungan belajar, memberikan peluang bagi keterlibatan siswa, dan apabila diperlukan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan penyelidikan (Martin, 1983).Adapun materi dalam pembelajaran tidak langsung adalah sebagai berikut :a. Pembelajaran tidak langsung memperliihatkan keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotsis.b. Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung dan sumber personal (resource person);c. Guru merancang lingkungan belajr, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri;d. Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan penggunaan bahan cetak, noon-cetak dan sumber-sumber manusia.

Kelebihan dari strategi ini antara lain : 1) mendorong ketertarikan dan keinginntahuan peserta didik; 2) menciptakan alternative dan menyelesaikan masalah 3) mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain ; 4) pemahaman yang lebih baik; 5) mengekspresikan pemahaman. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.Dengan demikian pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang memungkinkan pembelajar atau sisswa untuk menjadi bagian dalam proses pembelajaran. Peran guru adalah menyediakan langkah-langkah pembelajaran, sementara siswa berperan dalam proses pembelajaran sampai menentukan kesimpulan, solusi atau inferensi dari aktivitas di kelas sebagai suatu pengalaman metode, strategi, atau pendekatan yang diterjemahkan dari Indirect Learning Approach, indirect instruction, Indirect Learning Strategy, atau Indirect Method. Dengan catatan, bahwa penggunaan istilah tersebut disesuaikan dengan konteks dan penggunaannya.D. Strategi Pembelajaran Interaktif1. PengertianStrategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Seaman dan Fellenz (1989) menjelaskan bahwa discussion and sharing provide learners with opportunities to react to the ideas, experience, insight, and knowledge of the teacher or of peer learners and to generate alternative ways of thinking and feelings. Diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternative dalam berfikir. Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan metode-metode interaktif, yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok dan kerjasama siswa secara berpasangan.Strategi pembelajaran interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, dimana guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi anatara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.

2. Landasan Teori Pembelajaran InteraktifPembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan yang merujuk pada pandangan konstruktivis (Panggabean at al., 2007:77). Sementtaa Margaretha (2000:10) berpendapat bahwa pembelajaran interaktif menitikberatkan pada pertanyaan siswa sebagai cirri sentralnya dengan cara menggali pertanyaan-pertanyaan siswa. sedangkan Suparman dalam Tarhuri (2005:18) mengemukakan bahwa pembelajaran interaktif merupakan proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses, baik secara mental maupun secara fisik. Hal ini diperkuat oleh Faire dan Cosgrove dalam Harlen yang mengemukakan bahwa pembelajaran interaktif dirancang agar siswa mau bertanya, kemudian menemukan jawaban mereka sendiri (Suprayekti, 2008:19).Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran interaktif dirancang untuk menjadikan suasana belajar mengajar berpusat pada siswa agar aktif membangun pengetahuannya melalui penyelidikan terhadap pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Dalam hal ini, siswa diberikan kebebasan dan kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya dengan cara membuat pertanyaan mengenai topic yang akan dipelajari., kemudian melakukan penyelidikan atas pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.Pengembangan pembelajaran interaktif dapat dilakukan guru pada semua pokok bahasan, dengan syarat harus memerhatikan 9 (Sembilan) hal yaitu, motivasi, pemusatan perhatian, latar belakang siswa, konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual, belajar sambil bermain, belajar sambil bekerja, belajar menemukan dan memecahkan permasalahan, serta hubungan social. Dalam proses pembelajaran yang interaktif , guru berperaan sebagai pengajar, motivator, fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing, dan pembaru. Dengan demikian, kedudukan siswa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas adalah melalui peran aktif, dimana aktivitasnya dapat diukur dari kegiatan memerhatikan, mencatat, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, dan mengerjakan tugas, baik tugas kelompok maupun tugas individu. Dalam situasi belajar yang demikan, siswa akan mendapatkan pengalanan yang berkesan, menyenangkan, dan tidak membosankan.

3. Karakteristik dan Syarat Pembelajaran InterakifPertanyaan-pertanyaan yang muncul dari siswa dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengetahui kemampuan awal siswa. pertanyaan yang muncul sangat dimungkinkan bervariasi, mungkin ada yang yang berkaitan dengan topic yang dibahas atau tidak, dan bahkan ada yang tidak perlu dijawab. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran interaktif dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai siswa. louisel dan Descamps dalam apriyani (2008:21) berpendapat bahwa pertanyaan dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan pokok, yaitu : 1) meninngkatkan tingkat berpikir siswa; 2) mengecek pemahaman siswa; dan 3) meningkatkan partisipasi belajar siswa.Menurut Suparman dalam Tarhuri (2005:23-24), pembelajaran interaktif memiliki karakteristik sebagai berikut :a. Adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok dan perseorangan;b. Keterlibatan mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi;c. Guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan manajer kelas yang demokratis;d. Menerapkan pola komunikasi banyak arah;e. Suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang, dan tetap terkendali oleh tujuan;f. Potensial dapat menghasilkan dampak pengiring lebih efektif;g. Dapat digunakan di dalam maupun di luar kelas.

Sementara Ahmad Sabari (2005:52) memaparkan tentang syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan strategi pembelajaran interaktif, yaitu sebagai berikut :a. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa;b. Model pembelajaran yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan interaksi dengan guru dan siswa lainnya;c. Model pembelajaran harus mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan tanggapannya terhadap materi yang disampaikan;d. Model pembelajaran harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa;e. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi;f. Model yang diguanakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai da sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran interaktif, peran guru mempunyai hubungan yang erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen (1993), pengembangan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir, ketrampilan social, dan ketrampilan praktis. Ketiga ketrampilan tersebut dapat dikembangkitkan dalam situasi belajar mengajar yang interaktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.Usmanr (1990) mengatakan bahwa pola interaksi optimal antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa merupakan komunikasi multiarah yang sesuai dengan konsep siswa aktif. Sebagaimana yang dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern, hal ini sulit terjadi pada mixed ability, karena pada umumnya interaksi hanya terjadi antara siswa pandai dengan guru. Oleh karena itu, agar siswa termotivasi dalam komunikasi multiarah, maka guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan. Sebagaimana pendapat Murray (1984) yang menyatakan bahwa hal-hal yang bersifat menyenangkan dapat menggali dan mengembangkan motivasi siswa. motivasi siswa dipengaruhi taraf kesulitan materi. Ini berarti motivasi dapat berkurang apabila materi pembelajaran mempunyai taraf kesulitan yang tinggi dan sebaliknya. Tetapi taraf kesulitan juga dapat tergantung pada motivasi siswa. hal tersebut didukung oleh Sagimun dan Bimo Walgito(1983) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan emosi intelektual, siswa diberi semacam permainan-permainan atau teka-teki atau cerita-cerita yang berkaitan dengan materi yang hendak diajarkan. Murray dan Bimo Walgito (1983) menyatakan bahwa siswa usia anak-anak senang belajar terhadap hal-hal yang nyata dan menyenangkan.Dalam hal ini, guru perlu memahami adanya perbedaan dalam bidang intelektual, terutama dalam pengelompokan siswa di kelas. Siswa yang kurang cerdas jangan dikelompokan dengan siswa yang kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu dimasukkan ke dalam siswa yang cerdas. Harapannya agar siswa yang kurang cerdas terpacu lebih kreatif, ikut terlibat langsung dengan motivasi yang tinggi dalam kerja sama dengan teman yang sekolompok dengannya (Mursal, 1981).Kegiatan belajar interaktif tidak ditekankan pada hasil, tetapi pada proses belajar. Jadi yang lebih utama adalah menyusun strategi bagaimana agar siswa memperoleh pengetahuan dengan cara mengalami bukan menghafal. Menurut Piaget dan Slavin (1995), struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi, yang berarti struktur pengetahuan baru dibuat atas struktur pengetahuan yang sudah ada, pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan datangnya pengetahuan baru.Drost,SJ (1999) mengemukakan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik dan lancer jika terjallin hubungan manusiawi antar guru dan siswa, hubungan persaudaarn antar siswa, mitra dalam pelajaran, menolong, kerja sama yang erat, berbagi pengalaman, dan dialog reflektif antar pelajar. Hal tersebut sejalan dengan prinsip accelerated learning yang dikutip dalam Barokah (2002),bahwa landasan social dalam belajar mutlak harus ada, karena adanya kerja sama akan membantu mempercepat belajar, adanya persaingan akan memperlambat proses belajar.4. Tahapan Pembelajaran InteraktifMenurut Faire Cosgrove dalam vaille dan Grady (2007:117), tahapan pembelajaran interktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu : 1) tahap persiapan (preparation); 2) tahap pengetahuan awal (before view); 3) tahap kegiatan (exploratory); 4) tahap pertanyaan anak (children question); 5) tahap penyelidikan (investigation) ; 6) tahap pengetahuan akhir (afters view); 7) tahap refleksi (reflection). Supaya lebih jelas, tahapan-tahapan dalam pembelajaran interaktif menurut Faire dan Cosgrove (Harlen, 1996:28) dapat dilihat pada bagan berikut.

Pertanyaan susulanperbandinganrefleksiPengetahuan akhirpenyelidikanPertanyaan siswaKegiatan eksplorasiPengetahuan awalPersiapan

Gambar 3.2 Tahapan pembelajaran interaktifa. Tahap Persiapan (preparation)Pada tahap kegiatan awal dari pembelajaran interaktif ini yaitu persiapan guru dan siswa mencari latar belakang topic yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Guru mengumpulkan sumber-sumber yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, seperti percobaan apa yang akan digunakan dan media apa saja yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran.Pada tahap ini, apersepsi yang diberikan oleh guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan kembali mmateri yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap persiapan lebih banyak dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran seperi menyiapkan alat-alat percobaan dan media pembelajaran.

b. Tahap Pengetahuan awal (before view)pada tahap pengetahuan awal siswa mengenal hal-hal yang telah diketahui oleh siswa mengenai topic yang akan dipelajari. Pengetahuan awal siswa ini dapat digali dengan menyajikan sebuah permasalahan berkaitan dengan topic yang akan dibahas, kemudian menanyakan pendapat siswa atas permmasalah tersebut. Pengetahuan awal siswa dapat menjadi tolak ukur untuk dibandingkan dengan pengetahuan mereka setelah melakukan kegiatan.

c. Tahap Kegiatan (exploratory)Kegiatan yang dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah menampilkan kegiatan untuk memancing rasa ingin tahu siswa. selanjutnya siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topic kegiatan dimaksud. Kegiatan yang dilakukan untuk memunculkan keingintahuan siswa bias diajukan dalam bentuk pertanyaan, demonstrasi, menampilkan fenomena melalui video atau gambar. Kemudian meminta siswa untuk menceritakan dan menanyakan pendapat mereka mengenai apa yang telah dilihatnya.

d. Tahap pertanyaan siswa (children questions)Setelah melakukan kegiatan eksplorasi melalui berbagai kegiatan demonstrasi atau fenomena, pada tahap ini masing-masing siswa diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan dalam kelompoknya., kemudian siswa membacarakan pertanyaan yang dibuat dalam kelompoknya tersebut. Sementara itu, guru menulis pertanyaan-pertanyaan tersebut di papan tulis. Pada tahap ini, semua pertanyaan siswa ditulis pada selembar kertas, kemudian dikumpulkan pada akhir kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini, siswa dimungkinkan mendapat kesulitan dalam membuat pertanyaan. Oleh karenanya, guru harus memberikan motivassi dan merangsang siswa agar mau bertanya dan mengarahkan pertanyaan siswa.Setelah semua pertanyaan kelompok terhimpun, guru mengajak siswa untuk menyeleksi pertanyaan yang telah ditulis di papan tulis. Jenis pertanyaan yang diajukan siswa mungkin ada yang sesuai, mungkin juga ada yang tidak. Oleh karena itu, hendaknya guru mengarahkan siswa untukk memilih pertanyaan yang berkaitan dengan topic yang jawabannya dapat diselidiki melalui kegiatan penyelidikan dan investigasi.

e. Tahap penyelidikan (investigation)Dalam proses penyelidikan, akan terjadi interaksi antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan media, serta siswa dengan alat. Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian dan menganalisis data dalam suatu kegiatan yang ditulis sebelumnya. Sementara itu, guru membantu siswa agar dapat menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang mereka ajukan. Kemudian secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan melalui observasi atau pengamatan.

f. Tahap pengetahuan akhir(after views)Pada tahap pengetahuan akhir, siswa membacakan hasil yang diperolehnya. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan didskusi kellas. Jawaban-jawaban siswa dikumpulkan dan dibandingkan dengan pengetahuan awal sebelum siswa melakuakan penyelidikan yang ditulis sbeelumnya. Dalam hal ini siswa diminta untuk membandingkan apa yang sekarang mereka ketahui dengan apa yang sebelumnya mereka ketahui.

g. Tahap refleksi (reflection)Tahap terakhir adalah refleksi, yaitu kegiatan berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Intinya adalah berpikir kembali mengenai apa-apa yang telah dipelajari, kemudian mengedepankannya menjadi struktur pengetahuan baru. Pada saat ini, siswa diberi waktu untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Pada tahap ini pula siswa dirangsang untuk mengemukakan pendapat tentang apa yang telah diperoleh setelah proses pembelajaran. Siswa juga diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan susulan jika ada yang kurang dipahami setelah mengadakan penyelidikan, dan guru memberikan penguatan serta meluruskan hal-hal yang massih keliru.Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses belajar mengajar yang interaktif dapat mngembangkan teknik bertanya yang efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri, sehingga melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dapat mengembangkan kemampuannya kea rah berfikir kreatif dalam menghadapi sesuatu. Komponen yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan adalaah pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa., memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian wktu berfikir oleh siswa, serta pemberian tuntutan. Pertanyaan untuk mengembangkan model dialog kreatif ada 6 jenis, yaitu pertanyaan meningat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai, dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban, dan menjadi dinding pemantul atas jawaban siswa.

5. Kelebihan Pembelajaran InteraktifKelebihan pembelajaran interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Suprayekkti (2006:28) adalah bahwa peserta didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mecoba menemukan jawaban terhadap pertanyaan sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu, peserta didik menjadi krtis dan aktif belajar. Sedangkan menurut Renny dalam Nurhasanah (2004:17) kelebihan pembelajaran interaktif adalah :a. Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya pada objek yang akan dipelajari;b. Melatih siswa mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru;c. Memberikan sarana bermain bagi siswa melalui kegiatan ekksplorasi dan investigasi;d. Guru sebagai fasilitator, motivator, dan perancang akktivitas belajar;e. Menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran yang aktif;f. Hasil belajar lebih bermakna.Kelebihan lain dar strategi ini antara lain : 1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan social dan kemampuan-kemampuan; 2) mengorganisasika pemikiran dan membangun argument yang rasional. Strategi pembelajaran yang interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok kelompk dan metode-metode interktif. Adapun kekurangan dari strategi ini adalah sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.

E. Strategi Pembelajaran Empirik (experiental)Strategi pembelajaran melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi pembelajaran melalui pengalaman adalah pada proses belajar, bukan pada hasil belajar. Guru dapat menggunakan strategi ini di dalam kelas maupun diluar kelas. Misalnya, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan diluar kelas dapat dikembangkan dengan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.Tujuan dari belajar bukan semata-mata berorientasi pada penguasaan materi dengan menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Lebih jauh daripada itu, orientasi sesungguhnya dari proses belajar adalah memberikan pengalaman untuk jangka panjang. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran berlangsung secraa alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru pada siswa.

1. Konsep DasarExperiental Learning Theory (ELT) yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiental learning dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holiostik dalam proses belajar. Dalam Experiental Learning, pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dan teori-teori belajar lainnya. Istilah Experiental disini adalah untuk membedakan antara teori belajar kognitif yang cenderung ebih menekankan sisi kognisi daripada efektif, dan teori belajar behavior yang mengilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar (Kolb dalam Baharudin dan Esa, 2007:165).Experiental Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiental Learning menggunakan pengalaman sebagai kaalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.Mahfudin menyimpulkan bahwa Experiental Learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna menngkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi murid dengan tiga cara yaitu :a. Mengubah struktur kognitif murid;b. Mengubah sikap murid;c. Memperluas ketrampilan-ketrampilan murid yang telah ada.Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memmengaruhi secara keseluruhan dan tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak efektif.Experiental Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan murid. Kualitas Experiental Learning mencakup keterlibatan murid secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh murid sendiri, dan adanya efek yang membekas pada murid.Model Experiental Learning memberi keempatan kepada murid untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi focus mereka, ketrampilan-ketrampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional dimana murid menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan murid.Experiental Learning adalah suatu proses dimana murid menyusun pengetahuan ketrampilan dan nilai dari pengalaman langsung. Adapun prinsip dasar atau prosedur pembelajaran dalam Experiental Learning learning terdiri dari 4 tahapan yaitu :a. Tahap pngalan nyata;b. Tahap observasi refleksi;c. Tahap konseptualisasi;d. Tahap implementasi.

Keempat tahapan tersebut digambarkan dalam bentuk lingkaran (David Kolb, 1984) sebagaimana gambar di bawah ini.Concrete experience

Observations and reflectionTesting implications of concepts in new situations

Formation of abstract concepts and generalizations

Gambar 3.3 Bagan Experiental Learning cycle (Baharudin dan Esa, 2007:166)Dalam tahapan di atas, proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yabg dialami seseorang. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi, seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialaminya. Refleksi ini menjadi dasar konseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami, serta prakiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi atau konteks yang lain(baru). Proses implementasi merupakan situasi yang memungkinkan penerapan konsep yang sudah dikuasai.Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah dikakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kenudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep abstrak yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi dikategorikab sebagar proses penemuan (finding out) sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorokan dalam proses penerapan (taking action).Menurut Experiental Learning theory, agar proses belajar mengajar efektif, seorang murid harus memiliki 4 kemampuan (Nasution dalam Baharudin dan Esa, 2007:167).Tabel 3.2. kemampuan murid dalam proses belajar Experiental LearningKemampuan UraianPengutamaan

Concrete Experience (CE)Murid melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baruFeeling (perasaan)

Reflection observation (RO)Murid menobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segiWatching (mengamati)

Abstract Concoptualization (AC)Murid menciptakan konsep-konsep yang menintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehar.Thinking (berpikir)

Active experimentation (AE)Murid menggunakan teori untuk memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusan Doing (berbuat)

2. Siklus dan Tahapan Pembelajaran EmpirikPembelajaran adalah proses dimana pengetahuan diperoleh melalui transformasi pengalaman (Kolb, 1984). Pernyataan ini melahirkan sebuah model siklus pembelajaan yang terdiri atas empat tahapan, yaitu:a. Pengalaman konkret (concrete experience)b. Refleksi observasi (reflective observation)c. Penyusunan konsep abstrak (abstract Conseptualixation);d. Aplikasi. Keempat tahapan ini membentuk sebuah siklus seperti ditunjukkan pada gambar berikut.Concrete Experience

Reflective ObservationActive Experimental

Abstract Conceptualisation

Gambar 3.4 Kolbs experiental learning cycleSiklus belajar menurut pembelajaran berbasis pengalaman (Experiental Learning) seperti gambar di atas, dimulai dari sebuah pengalaman konkret yang ditunjukkan dengan roses refleksi dan observasi terhadap pengalaman tersebut. Hasil refleksi ini akan diasimilasi/ diakomodasi dalam struktur kognitif (konseptualisai abstrak), selanjutnya dirumuskan suatu hipotesis baru untuk diuji kembali pada situasi baru (eksperimen). Hasil dari tahap eksperimen akan menuntut kembali pembelajaran menuju tahap pengalaman konkret.Tahapan dalam Kolbs Experiental Learning cycle dapat diuraikan pada contoh berikut : pertama, pengalaman konkret. Pada tahap ini pembelajar disediakan stimulus yang mendorong mereka melakukan suatu aktivitas. Aktivitas ini bias berangkat dari suatu pengalaman yang pernah dialami sebelumnya, baik formaol maupun nonformal, atau situasi yang realistic. Aktivitas yang disediakan biasa di dalam ataupun di luar kelas, dan dikkerjakan oleh pribadi atau kelompok.Kedua, refleksi observasi. Pada tahap ini pembelajar mengamati pangalaman dari aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan panca indera maupun dengan bantuan alat peraga. Selanjutnya pembelajar merefleksikan pengalamannya, dari hasil refleksi ini mereka menarik pelajaran. Dalam hal ini, proses refleksi akan terjadi bila guru mampu mendorong murid untuk mendeskripsikan kembali pengalaman yang diperolehnya, menomunikasikan kembali, dan belajar daripengalaman tersebut.Ketiga, penyusunan konsep abstrak. Setelah melakukan observasi dan refleksi, maka pada tahap pembentukan konsep abstrak, pembelajar boleh mencari alas an dan hubugan timbal balik dari pengalaman yang diperolehnya. Selanjutnya pembelajar mulai menonseptualisasi suatu teori atau model dari pengalaman yang diperoleh, dan menintegrasikan dari pengalaman sebelumnya. Pada fase ini dapat ditentukan apakah terjadi pemahaman baru atau proses belajar pada diri pembelajar atau tidak. Jika terjadi proses belajar, maka 1) pembelajar akan mampu mengungkapkan aturan-aturan umum untuk mendeskripsikan pengalaman tersebut 2) pembelajar menggunakan teori yang ada untuk menarik simpulan terhadap pengalaman yang diperoleh; 3) pembelajar mampu menerapkan teori yang terabstraksi untuk mnjelaskan pengalaman tersebut.Keempat, active experimentation atau aplikasi. Pada tahap ini pembelajar mencoba merencanakan bagaimana menguji keampuhan model atau teori untuk menjelaskan pengalaman baru yang akan diperoleh selanjutnya (Kolb dalam Mardana, 2004). Pada tahap aplikasi akan terjadi proses belajar bermakna, karena pengalaman yang diperoleh pembelajar sebelumnya dapat diterapkan pada pengalamman atau situasi problematika yang baru. Setiap individu memiliki keunikan sendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis. Dua anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan mendapat perlakuan yang sama belum tentu akan memiliki pemahaman, pemikiran, dan pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara pendang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara pandang ini disebut gaya belajar.Kolb mengenalkan empat gaya belajar yang sesuai dengan tahapan-tahapan dalam siklus belajar.a. Assimilator, (AC/RO). Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking dan watching). Anak dengan tipe assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi, serta merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak juga cendebrubg lebih teoritis.b. Converger, (AC/AE). Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe converger memiliki keunggunlan dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dann pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah social atau hubungan antar pribadi.c. Accommodator, (CE/AE). Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman yang nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan hal menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/ dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan factor manusia untuk mmendapatkan masukan/ informasi disbanding dengan analisa teknis.d. Diverger, (CE/RO). Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). anak dengan tipe diverger memiliki keunggulan dalam melihat siituasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pemdekatannnya pada setiap situasi adalah mmengamati , bukan bertindak. Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide, biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mmengumpulkan berbagai informasi.Concrete Experience Feeling

Diverging (feel and watch) CE/ROAccommondating (feel and do) CE/AE

Perception continuumLow wwe think about things

Reflective Observation WatchingContinuum about thingsProcessing how we thinkActive Experimentation Doing

Converging (think and do) AC/AEAssimilating (think and watch) AC/RO

Abstract Conseptualisasikan Thinking

Sementara itu, Hamalik (2001) menungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran Experiental Learning sebagai berikut:a. Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu.b. Guru harus bias memberikan rangsangan dan motivasi;c. Siswa dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/ keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman;d. Para siswa ditempatkan pada situasi-situasi nyata. Maksudnya siswa mampu memecahkan masalah, bukan dalam situasi pengganti. Contohnya: dalam kelompok kecil, siswa membuat mobil-mobilan dengan menggunakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara membuat mobil-mobilan.

3. Jenis-jenis Pembelajaran Experiental

a. Metode kasus (case method)Metode kasus adalah jenis pembelajaran yang mendiskusikan suatu kasus yang nyata, atau kasus yang sudah direkontruksi yang mempunyai prinsip-prinsip tertentu akan suatu masalah. Namun apapun jenis kasusnya, pemecahan masalah pada kasus tersebut terdiri dari berbagai alternative pendekatan maupun tindakan.

1). Cara memilih kasus yang tepat

Pengajar dapat membuat sendiri kasus yang dia inginkan, tapi dapat juga menampilkan kasus yang pernah ada yang sesuai dengan tujuan belajar atau yang dapat memootivasi pembelajar.

2) Tips mengajar dengan menggunakan metode kasus

Kasus dapat berbentuk bacaan ataupun visual Berikan kesempatan bagi pembelajar untuk bertanya tentang kelamiahan kasus tersebut, dan jawab pertanyaan pembelajar tentang proses yang boleh mereka lakukan dalam menyelesaikan status tersebut. Bentuklah kelompok, dan atur jadwal pertemuan di kelas maupun di luar kelas untuk setiap kelompok. Ketika kasus didiskusikan, peran pengajar adalah sebagai fasilitator yang mau mendengarkan, memberi pertanyaan , memberi semangat, menganalisa, dan menilai. Pengajar mampu memfasilitasi diskusi produktif tuentang suatu kasus yang memeng pernah terjadi dimulai dari awal, proses, dan bagaimana kasus itu diselesaikan.

b. Pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based learning)

Problem based learning adalah suatu jenis pembelajaran yang dilatarbelakangi bahwa manusia sebagai makhluk hidup yang berevolusi selalu mempunyai masalh untuk diselesaikan. Masalah yang harus diselesaikan tersebut tentunya membutuhkan semua pengetahuan sebagai referensi dalam proses penyelesaiannya.Problem based learning adalah suatu jenis pembelajaran yang mudah diimplementasikan, bahkan pada kultur dimana siswanya bukan merupakan siswa-siswa yang aktif untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan Problem based learning (wales dan Nardi, 1982) adalah sebagai berikut :1) Tentukan masalah dan tujuan yang akan dituju dalam menyelesaikan masalah;2) Kumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan masalah, dan pahami hal-hal yang berkaitan dengan informasi tersebut;3) Buat solusi/ penyelesaian masalah yang memungkinkann;4) Pilihlah batasan-batasan yang dapat diselesaikan yang mungkin saja dapat memfasilitasi penyeleaian masalah;5) Pilihlah solusi yang memungkinkan dengan menggunakan kkriteria yang cocok bagi solusi tersebut;6) Analisalah factor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan detail yang ada pada solusi;7) Buatlah solusi/ penyelesaian masalah secara mendetail;8) Evaluasilah solusi/ penyelesaian masalah akhhir terhadap kriteria relevan yang digunakan sebelumnya, untuk meyakinkan bahwa penyelesaian masalah tersebut memenuhi semua persyaratan yang ada dan hal-hal lain yang nantinya dianggap perlu;9) Rekomendasikan suatu cara solusi/ penyelesaian masalah apabila solusi yang direkomendasikan dianggap cocok, sarankan cara-cara untuk mengawasi dan mengevaluasi cara penyelesaian masalah tersebut ketika dijalankan.

c. Permainan, simulasi, dan bermain peran (games, simulation, and role playing)

Ketiga aktivitas ini adalah jenis aktivitas yang mmemmfasilitasi hal-hal yang menyenangkan bagi pembelajar. Namun walaupun aktivitas ini menyenangkan, tujuan uutama untuk memberikan manfaat keilmuan bagi para pembelaj tetap harus terarah dan terjaga.Kelebihan dari strategi ini antara lain dapat meningkatkan partisipasi peserta didik, meningkatkan sifat kritis peserta didik, meningkatkan analisa peseta didik, meningkatkan sifat kritis peserta didik, dan dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain. Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan waktu yang panjang.Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran experiental learning merupakan model pembelajaran yang memerhatikan atau menitikbertkan pada pengalaman yang yang akan dialami murid. Murid terlibat langsung dalam proses belajar, murid bias mengontruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan, dan akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berbeda dari hal yang telah mereka pelajari. Hal ini karena perbedaan dan keunikan gaya belajar masing-masing murid. F. Strategi Pembelajaran Mandiri1. Konsep DasarKonsep dasar system belajar mandiri adalah pengaturan program belajar yang diorganisasikan sedemikian rupa sehinggga tiap peserta didik dapat memilih atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. System belajar mandiri sebagai suatu system dapat di pandang sebagai struktur, proses, maupun produk. Sebagai suatu struktur maksudnya ialah adanya suatu susunan dengan hiererki tertentu. Sebagai proses berarti adanya tata cara atau prosedur yang runtut. Sedangkan sebagai produk adalah adanya hasil atau wujud yang bermanfaat.Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh pesertadidik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bias dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.Pembelajaran mandiri dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan pengajaran klasikal, terutama dengan maksud memberi kesempatankepada sisiwa untuk maju sesuai dengan kecepatan masing-masing; memaksa siswa untuk belajar lebih aktif, bila dalam pengajaran individual digunakan paket belajar (modul atau berprogram); dan untuk mengatasi kesulitan mengajar bagi guru yang kurang kompeten.Bentuk pengajaran perorangan dengan menggunakan paket belajar yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah seperti belajar modul sebagai pengembangan dari pengajaran berprograma (khusnya tipe linear). Prinsip dasar pengajaran berprogram dan modul adalah belajar dengan langkah pendek. Artinya, belajar sedikit-sedikit tapi bermakna. Oleh karena itu, bahan belajar harus dipecah menjadi unit terkecil dan siswa harus lebih aktif mengikuti pembelajaran. Untuk hal tersebut, siswa harus dirangsang supaya melakukan kegiatan belajar, umpamanya dengan cara diberikan tugas atau pertanyaan. Belajar merupakan proses perkembangan. Artinya hasil belajar berupa perubahan perilaku secara berangsur-angsur (tidak terjadi sekaligus). Oleh karena itu, materi pelajaran harus di ajarkan secara bertahapdan berkesinambungan. Siswa akan lebih giat belajar bila ia merasa berhasil. Keberhasilan akan menjadi pendorong belajar. Dengan demikian, selain materi pelajaran disesuaikangan kemampuan dan pengalaman sisiwa, pelajaran juga harus disajikan dengan menyenangkan. Belajar terjadi secara individual, hal ini disebapkan karena seorang siswa memiliki perbedaan dari siwa lain dalam hal belajar.Komponen-komponen system belajar mandiri meliputi falsafah dan teori, kebutuhan, organisasi peserta, program, produksi, penyebaran, pemanfaatan, organisasi, tenaga, sarana, prasarana, bantuan dan pengawasan, kegiatan belajar, dan penilaian/penelitian. Semua komponen ini saling berkaitan dan terintegrasi dalam suatu kesatuan. Secara operasional, pengertian system belajar mandiridengn segala komponenya ini lebih merupakan suatu pola konseptual dan tindakan.2. Kerangka Teori Sistem Belajar MandiriSistem belajar mandiri adalah teori instruksional yang bersifat preskriptif, artinya teori yang memberikan resep untuk mengatasi masalah. Kerangka teori ini mengandung tiga variable, yaitu kondisi, perlakuan, dan hasil.Salah satu landasan yang digunakan pada system belajar mandiri dalah model J.B Carrol (Wager, 1977)mengenai factor waktu dalam keberhasilan belajar, yang di adaptasi menjadi keberhasilan belajar = waktu yang diperlukan dan waktu yang digunakan. Variabelwaktu yang di gunakan dapat dirinci lebih lanjut menjadi waktu yang di berikan dan kegigihan. Sedangkan variable waktu yang diguakan terdiri atas kemempuan, kualitas instruksional, dan kemauan. Kemampuan, kualitas, instruksional, dan kemauan model tersebut dapat dijelaskan menjadi meningkatkan nilai pembilang (waktu yang diberikan dan kegigihan) akan meningkatkan waktu yang di perlukan, dan mengakibatkan meningkatnya keberhasilan belajar, sedangkan meningkatnya nilai sebutan (kemempuan, kualitas instruksional, dan kemampuan) akan menurunkan waktu yang digunakan, dank arena itu akan meningkatakan keberhasilan belajar.3. Strategi Sistem Belajar MandiriStrategi adalah pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran, dan yang berupa pedoman umum serta kerangka yang dijabarkan dari pandangan falsafaf dan teori tertentu. Strategi ini di tetapkan untuk memcapai tujuan umum. Penentuan strategi pada umumnya meliputi: Tujuan belajar, jenis, dan jenjangnya Cara penyajian bahan pelajaran Media yang digunakan Biaya yang diperlukan Waktu yang diberikan dan jadwalnya Prosedur kegiatan belajar Instrument dan prosedur penilaian

Penentuan strategi ini memberikan masukan kepada pengembangan materi, distribusi, dan kegiatan belajar. Bertolak dari dasar model carroll, maka variable yang dapat di control oleh penyelengara system belajar mandiri adalah waktu yang diberikan dan kualitas instruksional. Waktu yang diberikan dapat bersifat ketat atau luwes. Kualitas instruksional dalam system belajar mandiri adalah kualitas bahan ajar yang kebanyakan berupa modul cetakatau paket bahan belajar. Kualitas instruksional mengandung empat rujukan, yaitu kesesuaian, daya tarik, evektif, dan efisien.Kesesuaian mengandung ciri antara lain kesepadanan dengan karakteristik peserta, keserasian dengan aspirasi, dan keselarasan dengan tuntutan zaman. Daya tarik mengandung ciri kemudahan memperoleh dan mencerna, kemustarian (ketepatsaatan) pesan, dan keterandalan yang tinggi. Efektifitas mengandung ciri pengembanganya yang bersistem, kejelasan dan kelengkapan tujuan, serta kepekaan terhadap kebutuhan peserta. Efisien mengandung ciri keteraturan dan kehematan dalam waktu, tenaga, dan dara.

4. Kegiatan Belajar Sistem Belajar MandiriPuncak kegiatan system belajar mandiri adalah terjadinya kegiatan belajar oleh peserta.Peserta diharapkan mampu belajar di tempat yang di tentukan sendiri, pada waktu yang dipilihnya sendiri, dan dengan cara belajar sendiri tanpa bimbingan tatap muka dari orang lain. Namun hal ini tergantung pada kondisi dan karakteristik peserta, serta kualitas bahan pelajaran. Pada system belajar mandiri yang ideal, kegitan belajar ini tidak dibatasi waktu, jadi lebih ditekankan pada pendekatan penguasaan (mastery concept). Penguasan atastujuan belajar dapat dibuktikan (dievaluasi) dengan berbagai macam cara, yaitu dengan seft-test (tes sendiri), tes baku yang dapat diambilkapan saja, tes kolokium, dan pembuatan fortofolio.

5. Materi Pelajaran Belajar MandiriMeskipun secara teoritik dalam system belajar mandiri para peserta dapat memilih dan menentukan materi pelajaran yang diperlukanya, namun dalam praktiknya paling tidak akan ditentukan pedoman tentang materi yang memenuhi syarat untuk dipilih. Bahkan dalam kenyataanya, materi ini telah disiapkan oleh penyelenggara, dengan alas an untuk mengendalikan mutu dan meningkatkan efesiensi. Materi pelajaran yang sengaja dikembangkan ini dapat disajikan melalui media apa saja. Namun masih ada sejumlah ketentuan lain yang tidak dapat diabaikan. Materi tersebut perlu diolah sedemikan rupa dengan memerhatikan strategi serta sifat mereka itu sendiri.Materi yang bersifat kognitif lebih ringan perkembanganya dari pada materi yangbersifat afektif psikomotor. Materi yang mengandung aspek psikomotor lebih sulit untuk dikembangkan, apalagi kalau harus berpegangan pada satu medium saja, seperti yang ditentukan dalam strategi, medium cetak. Dalam pengembangan materi ini harus benar-benar di perhatikan kondisi dan karakteristik peserta. Masyarakat kita pada umumnya masih dikenal sebagai masyarakat yang masih berbudaya mendengar, belum berbudaya membaca, apalagi membaca secara mandiri. Penggunaan ilustrasi, kalimat-kalimat pendek, kosa kata yang terbatas, serta tata letak (layout) menari pada bahan cetak akan sangat menolong pada keadaan ini.

6. Fenomena Sistem Belajar MandiriProses belajar mandiri memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mencerna maeri ajar dengan sedikit bantuan guru. Merakamengikuti kegiatan pembelajaran denganmateri ajar yang sudah di rancang khusus, sehingga masaalah atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat karena dianggap luwes, tidak mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar tidak tergantung atas kehadiran atau uraian. Materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah bermetamorfosis sedemikian rupa, diantaranya menjadi system belajar terbuka, belajar jarak jauh, dan e-learning. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan.Dari proses belajar mandiri tersebut, diperoleh peran guru atau instruktur diubah menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancangan proses belajar menuntut guru untuk merubah materi ke dalam format yang sesuai dengan pola belajar mandiri. Salah satu system belajar mandiri, yakni aplikasi dan penerapan teknologi pendidikan sangat luasdalamsatu rangkaina system, yaitu bersifat mikro dan makro.

Analisis empiric terhadap system belajar mandiri yang dilakukan untuk menghasilkan manfaat penerapan teknologi instruksional adalah sebagai berikut:a. meningkatkan produktivitas pendidikan dengan jalan :1. mempercepat penerapan bahan2. membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik3. mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangakan kegiatan belajar anak didik.b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan :1. Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional.2. Memberikan kesematan anak didik untuk berkembang sesuai perkembangan perorangan.c. Memberikan dasr pembelajaran yang lebih ilimia dengan jalan:1. Perencanan program pembelajaran secara bersistem.2. Pengembangan bahan ajar yang dilandasi penelitian.d. Meningkatkan kemampuan pembelajaran dengan memperluas jangkauan penyajian. Kecuali penyajian pesan dapat lebih konkret.e. Memungkinkan belajar lebih akrab, karena dapat :1. Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah2. Memberikan pengalaman tangan pertama

f. Memungkinkan pemerataan pendidikan yang bermutu, terutama dengan:1. Dimanfaatkan bersama tenaga atau kejadian langka2. Didatangkanya pendidikan kepada mereka yang memerlukan analisis ini, dilakukan dengan harapan bahwa keberadaan teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan dan benar-benar mampu menjadi solusi terhadap pemecahan semua permasalahan belajar, baik yang bersifat mikro ataupun makro.

g. Pemilihan Strategi Pembelajaran

1. PengantarMetode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran biasa digunakan atau sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana memilih strategi pembelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran, guru merasa kaku dengan mempergunakan satu atau dua metodemenerjemahkan metode itu secara sempit, dan menerapkan metode dikelas dengan metode yang pernah ia baca. Metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa. Dengan demikian, metode dapat di kembangkan dari pengalaman. Seorang guru yang berpengalaman akan mampu menyuguhkan materi kepada siswa, dan siswa mudah menyerap materi yang disampaikan secara sempurna. Dengan menggunakan metode yang dikembangkan dari dasar pengalamanya, metode-metode dapat digunakan secara farativ, dalam arti tidak monoton dalam satu metode. Karena sebelum ia menyampaikan materi pengaajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dihadapkan untuk memilih metode dari sekian banyak metode yang telah ditemukan oleh para ahli.

2. Dasar Pemilihan Strategi Pembelajaran

Beberapa prinsip mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut harus berdasarkan pada penetapan. Dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru harus mengacu pada kriteria sebagai berikut:1. Kesesuaian antara strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi.2. Kesesuaian strategi pembelajaran dngan jenis pengetahuan yang akan disampaikan3. Kesesuaian strategi pembelajaran dengan sasaran (kemampuan awal, karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status social, karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian)4. Biaya5. Kemampuan strategi pembelajaran (kelompok atau individu)6. Karakteristik strategi pembelajaran (kelemahan maupun kelebihanya)7. Waktu. Untuk lebih jelasnya, berkaitan dengan karakteristik strategi pembelajaran sebagai dasr pertimbangan dapat dilhat pada uraian berikut ini.

a. Tujuan PembelajaranPenetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalammemilih metode yang akan digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau ketrampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran dapat menentukan suatu strategi tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru olahraga dan kesehatan (OrKes) menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar.Dalam hal ini, metode yang dapat membantu siswa-siswi mencapai tujuan adalah metode ceramah: guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba, dan dilaksanakan di lapangan. Kemudian metode demonstrasi: siswa-siswi mendemonstrasikan cara menendang bola yang baik dan benar. Selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas; siswa-siswi diberi tugas bagaimana menjadi kipper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, serta bagaimana mereka dapat bekerja sama dan menendang bola.Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga kemampuan afektif, tentang bagai mana mereka bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap individu.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan antara lain adalah:1. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor ?2. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau tingkat rendah?3. Apakah untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan ketrampilan akademis ?Dalam silabus telah dirumuskan indicator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat (4) empat komponen pokok dalam merumuskan indicator hasil belajar, yaitu:1. Penentuan subjek belajar untuk menunjukan sasaran belajar 2. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur, atau yang dapat ditampilkan melalui performance siswa3. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance-nya4. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajarnya.Berdasarkan indicator dalam penentuan tujuan pembelajaran, dapat dirumuskan tujuan pembelajaran yang mengandung unsur; condition (kondisi dan situasi), dan degree (kualitas dan kuantitas hasil belajar)

b. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswabelajar merupakan aktivitas untuk memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktifitas tidak hanya dimaksudkan dengan aktifitas fisik saja, tetapi meliputi aktifitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental juga.Sebelum guru masuk kekelas untuk memberikan materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan, yaitu mengetahui pengetahuan awal siswa. Hal ini supaya pada saat guru memberikan materi pengajaran tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa. Untuk memperoleh pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pre-test tertulis dan Tanya jawab diawal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa guru dapat menyusun strategi dan memilih metode pembelajaran yang tepat.Metode yang akan digunakan sangat bergantung pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuann awal tersebut dapat berasal dari pokok bahan yang akan diajarkan. Jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau pengalaman, kemungkinan besar mereka belum dapat menggunakan metode yang bersifat belajar mandiri. Metode yang dapat diterapkan hanya ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, praktikum, bermain peran, dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta, maka guru dapat menggunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden. Sifat metode ini lebih banyak analisis dan pemecahan masaalah.

c. Integritas Bidang Studi/Pokok BahasanMengajar merupakan usaha untuk mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi meliputi pengembangan aspek efektif dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi di atur dalam tiga kelompok:1. Program pendidikan umum2. Program pendidikan akademik3. Program pendidikan kepribadian

Pendidikan jasmani dan kesenian di kelompokan kedalam program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan dengan ketrampilan. Oleh Karenna itu, metode yang digunakan lebih berorientasi padamasing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan.Misalnya, jika ranah psikomotorik lebih dominan pada pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan; siswa berkesempatan mendemonstrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di lapangan.Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran adalah:1. Apakah materi pelajaran tersebut berupa fakta, konsep, hokum, atau teori tertentu?2. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?3. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi tersebut?Dengan demikian, netode yang kita lgunakan tidak lepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa.

d. Alokasi Waktu dan Sarana PenunjangWaktu yang tersedia dalam memberikan materi pembelajaran adalah stu jam pelajaran (45 menit). Jadimetode yang akan digunakan harus dirancang sebelumnya, termasuk didalamnya perangkat penunjang pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi. Seperti dalam bidang studi biologi, metode yang akan diterapkan adalah metode praktikum. Hal ini bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecahkan masaalah yang mereka hadapi.

e. Jumlah SiswaMetode yang kita gunakan di dalam kelas idealnya perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir dan rasio guru dan siswa, agar proses belajar mengajar efektif. Ukuran kelas juga menentukan keberhasilan, terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaranakan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas. Sebaikliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung memerlukan biayaya pendidikan dan latihan yang tinggi. Kedua pendapat ini bertentangan, manakalah kita dihadapkan, maka kita memerlukan biaya yang sangat besar. Namun apabila pendidikan mempertimbangkan biaya, mutu pendidikan sering terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Adapun beberapa pertimbangan yang dilihat dari sudut siswa adalah sebagai berikut:1. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?2. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?3. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa?Pada sekolah dasar, umunya mereka menerima siswa maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Hal ini belum sesuai dengan banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan idealnya berjumlah 24orang.Ukuran kelas yang besar dan jumlah siswa yang banyak dapatmenggunakan metode ceramah, hal ini lebih efektif; namun yang perlu dingat adalah bahwa metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainya, terutama pada pengukuran keberhasilan siswa. Disamping metode ceramah, guru juga dapat melaksanakan Tanya jawab dan diskusi. Pada kelas yang kecil, dapat diterapkan metode tutorial, karena pemberian umpan balik bias cepat dilakukan, dan perhatian terhadap kebutuhan individu lebih dapat dipenuhi.

f. Pengalaman dan Kewibawaan PengajarGuru yang baik adalah guru yang berpengalaman, hal ini telah diakui di lembaga pendidikan. Kriteria guru berpengalaman adalah guru yang telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun. Oleh karena itu, saat ini calon kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian, guru harus memahami seluk beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dan keberhasilan belajar. Tetapi pengalaman yang menentukan.umpanya guru peka terhadap masaalah, memecahkan masaalah memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, dan mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar.Jabatan guru adalah jabatan profesi yang membutuhkan pengalaman yang cukup panjang. Sehingga kelak bias menjadi guru professional. Tetapi profesoinalitas guru belum terakui seperti professional lainya,terutama dalam upah (payment), dan pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki dan menambah pengetahuan(knowledge especiali and skill), pelayanan (service), tanggung jawab ( responsbiliti), dan persatuan (uniti) (glend Langford, 1978)Selain berpengalaman, gurujuga harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru, karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang beebeda latar belakang akademik da social. Guru harus merupakan sosok tokoh yang disegani, bukan yang ditakuti anak didiknya.kewibawaan tersebut ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, karena kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri masing- masing individu. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhormat, tempat orang betanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri teladan, dan sebagainya. Guru juga harus mampu mengayomi semua lapisan masyarakat.Dalam pengelolaan pengajaran, terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui.1. Interaktif Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, atau antara siswa dengan lingkunganya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang secara mental maupun intelektual.2. InspiratifProses pengajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikirsesuai dengan inspirasinya sendiri, sebap pada dasar nya pengetahuan bersifat subjektif yang bias di maknaioleh setiap subjek belajar3. MenyenangkanProses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran yang menyenagkan dapat dilakukan dengan menata ruangan dengan apik dan menarik, serta pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan4. MenantangProses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat di tumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba, berpikir intuitif, ataupun bereksplorasi.5. MotivasiMotivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkin siswa untuk bertidak dan melakukan sesuatu. Seseorang guru harus dapat menunjukan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Dengan demikian, siswa bukan hanya biasa belajar untuk memperoleh nilai atau pujianya, tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhanya.