klasifikasi hazardous area dan analisis pemilihan
TRANSCRIPT
Klasifikasi Hazardous Area dan Analisis Pemilihan Equipment
Sesuai Standar ATEX dan IECEx di Powder Plant Frisian Flag Indonesia
Tahun 2014
Resty Wulandari, Adrianus Pangaribuan, Robiana Modjo
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok,
16400, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Proses produksi, penanganan, dan penyimpanan berbagai combustible dustdi Powder Plant Frisian Flag
Indonesia menimbulkan risiko terjadinya dust explosion. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi
hazardous area dan menganalisis equipment yang sesuai dengan standar ATEX dan IECEx.Data berupa data
primer dan data sekunder. Hasil klasifikasi hazardous areaadalah zona 20, 21, dan 22 berdasarkan kemungkinan
terbentuknya dust cloud. Hasil analisis equipment berupa ketentuan tentang approval marking, klasifikasi
equipment, metode proteksi equipment terhadap ledakan, equipment protection level, dan suhu permukaan
maksimum equipment yang diijinkan. Keberadaancombustible dustdan belum dipasangnya equipment yang
sesuai untukpenggunaan di explosive atmosphere merupakan suatu kondisi yang sangat berbahaya. Untuk itu
perusahaan harus menginstal equipment yang sesuai agar tidak menjadi sumber ignisi sehingga dapat mencegah
terjadinya dust explosion.
Kata kunci :combustible dust;dust explosion;equipment; explosive atmosphere;zona
Hazardous Area Classification and Analysis of Equipment Comply withATEX and
IECEx Standards in Powder Plant Frisian Flag Indonesia Year 2014
Abstract
The production process, handling, andstorage ofcombustibledustsinthe PowderPlantFrisian Flag
Indonesiacauserisk ofdustexplosion. This study aimsto classifyhazardousareaand analyzeequipmentcomply
withATEXandIECExstandards. Datain the form ofprimary andsecondary data.Area classified for explosive dust
atmosphere are divided into zones20, 21, and22,based uponthe possibility ofthe occurance ofdustcloud. The
results ofthe analysisequipmentisprovisionsaboutapprovalmarking, equipment classification, method of
explosion protection, equipmentprotectionlevel, andmaximum permissible surface temperature. The existence
ofcombustibledustandinstallation ofequipmentwhich is notsuitableforuseinexplosiveatmosphereare very
dangerous condition. Therefore, the company must install the appropriate equipment so not to become source of
ignition which can prevent the occurrence of dust explosion.
Keywords: combustible dust; dust explosion; equipment; explosive atmosphere; zone
1. Pendahuluan
Dust explosion dapat terjadi di berbagai industri terutama di empat sektor yaitu
industri produk makanan, kayu dan produk kayu, bahan kimia, dan logam dasar. Lebih dari
setengah total kejadian dust explosionterjadi di empat sektor ini. CSB menampilkan kejadian
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
dan efek (cedera dan kematian) kebakaran dan ledakan combustible dust di Amerika Serikat
dari tahun 1980-2005. CSB mengidentifikasi rata-rata 10 insiden ledakan debu per tahun dari
1980 hingga 2005, 119 korban jiwa pada 78 dari 281 insidenyang terjadi, total korban cidera
718, rata-rata hampir 5 korban jiwa dan 29 korban cidera per tahun, cidera atau kematian
terjadi pada 71% insiden. Kebakaran dan ledakan combustible dust juga secara signifikan
merusak properti. CSB menemukan bahwa ledakan di Malden Mills, CTA Acoustic, West
Pharmaceutical, dan Rouse Polymericsdi USA masing-masing menyebabkan kerusakan
hingga ratusan juta dolar Amerika Serikat(CSB, 2006).
Di Indonesia data statistik tentang dust explosion sulit untuk didapatkan. Banyak kasus
dust explosion yang tidak dilaporkan atau tercatat. Selain itu, kemungkinan banyak kasus dust
explosion yang tidak teridentifikasi sebagai dust explosion karena kurangnya pemahaman
tentang hal ini.
Berbagai peristiwa dust explosion serta dampak yang ditimbulkan memberikan
pelajaran tentang pentingnya penerapan keselamatan kerja di perusahaan yang menangani
combustible dust agar kejadian tersebut tidak terulang kembali. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penilaian risiko di hazardous area menggunakan standar yang berlaku.Ada
beberapa standar yang memberikan panduan tentang keselamatan di daerah explosive
atmosphere seperti NFPA, ATEX, dan IECEx.NFPA merupakan standar yang berlaku di
Amerika Serikat, ATEX (Atmosphères Explosibles) berlaku di Uni Eropa, dan IECEx berlaku
secara internasional.Dari hasil penilaian risiko hazardous area dapat diklasifikasikan menjadi
zona (ATEX dan IECEx) dan menjadi class dan divisi (NFPA).Klasifikasi area menjadi dasar
dalam pemilihan equipment sesuai dengan tingkat risikonya.Equipment yang memenuhi
ketentuan diharapkan tidak menjadi ignition source yang memicu terjadinya ledakan.
Frisian Flag adalah salah satu industri makanan yang menghasilkan produk susu dan
olahan susu dengan berbagai tipe dan varian. Salah satu produk yang dihasilkan adalah susu
bubuk. Berbagai bahan combustible dust digunakan dalam pembuatan susu bubuk. Susu
bubuk yang merupakan produk jadi juga merupakan combustible dust.Proses produksi,
handling, dan penyimpanan berbagai combustible dust ini menimbulkan risiko terjadinya dust
explosion. Apalagiequipment di hazardous areabelum ada yang sesuai untuk penggunaan
explosive atmosphere.Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti melakukan pengklasifikasian
zona hazardous area dan menganalisis bagaimana equipment yang sesuai untuk area
tersebut.Powder plant dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan tempat pembuatan
susu bubuk danmenjadi area yang paling berisiko terjadinya dust explosion. Penelitian
menggunakan standar ATEX dan IECEX. IECEx dipilih karena merupakan standar
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
internasional dan Indonesia merupakan anggota IECEx scheme, sedangkan ATEX dipilih
karena merupakan salah satu standar yang paling lengkap yang mengatur tentang explosive
atmosphere. Kedua standar ini memiliki banyak kesamaan atau identik dalam
pengklasifikasian hazardous area dan penentuan equipment.
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Pengertian Combustible Dust
Menurut NFPA 654 (2013 edition) combustible dust adalah partikulat padat halus
mudah terbakar yang mengandung bahaya flash fire atau ledakan ketika terdispersi di udara
atau proses spesifik media oksidasi pada rentang konsentrasi tertentu.
2.2 Jenis Combustible Dust
OSHA mengidentifikasi 130 produk atau material yang menimbulkan ancaman
combusible dust explosion(Texas Engineering Extension Service, 2009).
Tabel 1.Combustible Dust (OSHA)
2.3Fire Triangle and Explosion Pentagon
Untuk terjadinya kebakaran, tiga unsur harus ada pada waktu dan tempat yang sama
yaitu(European Phenolic Resins Association, 2011):
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
a. Bahan bakar (misalnya gas yang mudah terbakar, uap, atau debu),
b. Oxidant
c. Sumber ignisi
Unsur-unsur ini disebut fire triangle. Untuk terjadinya ledakan, masih ada dua
persyaratan lainnya yaitu(European Phenolic Resins Association, 2011) :
a. Bahan bakar dan oxidant harus bercampur dalam proporsi yang tepat
b. Campuran bahan bakar dan oxidant harus berada dalam ruang tertutup (confined)
Fire triangle ditambah dua syarat lainnya ini dikenal sebagaiexplosion pentagon.
2.4 Directives, Standards, dan Regulations
2.4.1 European Standar
2.4.1.1Directive 94/9/EC - ATEX 95
ATEX 95, sebelumnya dikenal sebagai ATEX 100a, ditujukan untuk produsen.Standar
ini untuk equipment dan protective device yang digunakan dalamhazardous area.Selain itu,
safety and controlling device yang digunakan di luar hazardous area yang penting untuk
keamanan operasi peralatan juga masuk dalam directive ini.Direktif berlaku untuk peralatan
listrik dan peralatan mekanis pada gases, vapours dan dust atmosphere.
2.4.1.2Directive 1999/92/EC – ATEX 137
ATEX Directive (1999/92/EC) fokus pada keselamatan di tempat kerja sehingga
secara langsung relevan bagi produsen dan pengguna combustible dust di Uni Eropa.ATEX
Directive mewajibkan untuk melindungi keselamatan pekerja.
Salah satu persyaratan khusus dalam ATEX Directive yang berlaku di setiap explosive
atmosphere adalah pengkasifikasian daerah menjadi hazardous area dan non-hazardous
area.Hazardous areadiklasifikasikan ke dalam zona berdasarkan frekuensi dan durasi
terjadinya ledakan seperti di bawah ini(European Phenolic Resins Association, 2011):
a) Zona 20 yaitu tempat dimana explosive atmosphere dalam bentuk cloud of combustible
dust (awan debu yang mudah terbakar) di udara ada secara terus-menerus, untuk waktu
yang lama atau sering.
b) Zona 21 yaitu tempat dimana explosive atmosphere dalam bentuk cloud of combustible
dust (awan debu yang mudah terbakar) di udara mungkin terjadi kadang-kadang dalam
operasi normal.
c) Zona 22 yaitu tempat di mana explosive atmosphere dalam bentuk cloud of combustible
dust (awan debu yang mudah terbakar) di udara tidak mungkin terjadi pada operasi
normal, tetapi jika terjadi hanya akan bertahan untuk waktu yang singkat.
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
2.4.2 North American Standard
The North America Utara HazLoc Installation Codes (National Electrical Code for
the US dan Canadian Electrical Code for Canada) dapat dilihat sebagai titik awal asal semua
aspek dari North America HazLoc System.Kode ini mencakup rincian tentang konstruksi
peralatan, persyaratan instalasi dan kinerja, dan persyaratan klasifikasi area.The National
Electrical Code (NEC) Amerika Serikat memiliki enam artikel tentang hazardous
locationyaitu Article 500,501, 502, 503, 504, dan 505.
Di Kanada peraturan tentang hazardous location ada di The Canadian Electrical Code
(CEC) yaitu Rule 18-000, 18-090, 18-100, 18-200, 18-300 dan Appendix J.
2.4.3 International IECEx scheme
Tujuan dari IECEx scheme adalah memfasilitasi perdagangan internasional untuk
peralatan listrik yang penggunaannya ditujukan untuk explosive atmosphere (Ex equipment)
denganmenghilangkan kebutuhan sertifikasi nasional tetapi tetap menjaga tingkat keselamatan
yang dibutuhkan(Weidmuller, n.d.).
3. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.Data-data yang didapatdiolah untuk
mendapatkan gambaran klasifikasi hazardous area dan equipment yang sesuai di Powder
Plant Frisian Flag Indonesia.Instrumen yang digunakan yaitu kamera dan mikroskop
elektron/FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscope) FEI INSPECT F50.
Sumber data berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara
observasi, wawancara, dan pengujian susu bubuk menggunakan mikroskop elektron/FESEM
(Field Emission Scanning Electron Microscope) FEI INSPECT F50. Data sekunder berupa
data perusahaan tentang material yang digunakan dalam pembuatan susu bubuk dan hasil
pengukuran Total Suspended Particle menggunakan metode gravimetri.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1Zoning Hazardous Area
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengklasifikasian zona didasarkan
pada “Area Classification Procedure for Explosive Dust Atmospheres” dalam EN 60079-10-
2:2009-09-00 dan IEC 60079-10-2:2009-04-00 sebagai berikut :
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
1. Mengidentifikasi material combustible dust yang digunakan dan dihasilkan di Powder
Plant FFI beserta karakteristik yang mempengaruhi explosibility.
2. Mengidentifikasi sumber rilis combustible dust (source of dust release) dari line process
3.Mengklasifikasikan zona hazardous area di Powder Plant FFI
4.1.1Combustible Dust di Powder Plant Frisian Flag Indonesia dan karakteristiknya
Ada beberapa karakteristik material yang mempengaruhi explosibility yaitu ukuran
partikel dan moisture content.Secara umum ukuran partikel yang efektif untuk meledak
adalah maksimum 400-500 µm (35-40 mesh) dan moisture content<11%(Dow Chemical
Company, 2007).Peneliti mengidentifikasi combustible dust yang digunakan dan dihasilkan di
FFI beserta karakteristiknya yaitu :
1. Instant Whole Milk Powder (WMP)
Ukuran : 199 µm
Moisture : max 3%
2. Skim Milk Powder (SMP)
Ukuran : > 0,4 mm
Moisture : max 4%
3. White Refined Sugar
Ukuran : 0,4 - 0,9 mm
Moisture : max 0,05%
4. Cocoa flavour
Ukuran : < 18 mesh / <1000 mikron
Moisture : max 7%
5. Maltodextrin instant
Ukuran : >40 micron : min 95%
>200 micron: approx. 65%
>500 micron : max 5%
Moisture : max 5%
6. Laktosa
Ukuran : > 2 µm : 0%
> 200 µm (72 mesh) : max 2%
> 45 µm (350 mesh) : min 30%
Moisture : max 0,2%
7. Glucose powder
Ukuran : 60 µm
Moisture : 3 – 5 %
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
8. Whey Powder
Ukuran : < 100 µm
Moisture : 3 – 3,5 %
9. Susu Bubuk (milk powder)
Ukuran : < 100 µm
Moisture : 2 – 2,5 %, max 3 %
Karakteristik material combustible dust di atas didapatkan dari dokumen perusahaan
literatur, dan pengujian dengan mikroskop elektron. Perusahaan memiliki ketentuan tentang
ukuran partikel dan moisture material yang digunakan dan dihasilkan dalam pembuatan susu
bubuk. Data material yang tidak ada dalam dokumen perusahaan penulis dapatkan dari
literatur berupa ukuran partikel WMP, glucose powder,danwhey powderdan pengujian
menggunakan FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscope) FEI INSPECT F50
berupa data ukuran partikel susu bubuk.Data menunjukkan bahwa semua combustible dust
memiliki spesifikasi ukuran partikel dan moisture content yang memiliki potensi untuk
meledak.
4.1.2 Mengidentifikasi sumber rilis combustible dust
Sumber rilis combustible dustadalah titik atau lokasi dimana combustible dust dapat
rilis ke atmosfer sehingga explosive dust/air atmosphere dapat terbentuk. Sumber rilis
combustible dustdapat berupa dust containment atau dust layer (lapisan
debu).Containmentcombustible dustberupa mesin-mesin dan alat produksi serta tempat
penyimpanan combustible dust. Sedangkan dust layer terbentuk di luar containment terutama
di area filling dan dumping material.
4.1.3 Klasifikasi zona hazardous area di Powder Plant Frisian Flag Indonesia
4.1.3.1 Housekeeping di Powder Plant Frisian Flag Indonesia
Housekeeping dan tindakan preventif dapat mengurangi risiko terbentuknya explosive
atmosphere. Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa housekeeping di FFI tergolong
fair housekeeping karena dust layers tidak dapat diabaikan tapi berumur pendek (kurang dari
1 shift). Area dumping dan filling adalah lokasi kemungkinan terbesar terbentuknya dust
layer. Sedangkan area line process lainnya menghasilkan dust layer yang dapat diabaikan,
kecuali dalam keadaan abnormal ketika terjadi gangguan.
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
4.1.3.2 Hasil Pengukuran Total Suspended Particles (TSP) di Powder Plant Frisian Flag
Indonesia
Hasil pengukuran TSP menggunakan teknik gravimetri yang dilakukan oleh
perusahaan pada semester 1 dan 2 tahun 2013 menunjukkan jumlah debu yang berada di
udara pada berbagai area proses tidak ada yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yaitu 10.000 µg/m3.Debu TSP juga
tidak berada dalam explosive concentration range(sekitar 20-6000 g/m3) (Dow Chemical
Company, 2007). Namun, dalam keadaan abnormal saat terjadi failure jumlah debu dapat
meningkat.
Tabel 2. Area dengan TSP Tertinggi dan Terendah pada Semester 1 tahun 2013 di Powder Plant Frisian
Flag indonesia
Semester 1
No Area dengan TSP tertinggi Area dengan TSP terendah
1. Dumping WPP (4482,6 µg/m3) SD 2 lantai 2 (5,20 µg/m
3)
2. Dumping Pouching line (2541,3 µg/m3) SD 2 lantai 1 (9,92 µg/m
3)
3. Filling ruberg & lindor (315,8 µg/m3) SD 1 lantai 2 (16,31 µg/m
3)
Tabel 3. Area dengan TSP Tertinggi dan Terendah pada Semester 2 tahun 2013 di Powder Plant Frisian
Flag Indonesia
Semester 2
No Area dengan TSP tertinggi Area dengan TSP terendah
1. Screening Pouching line (587,7 µg/m3) SD 1 lantai 4 (6,87 µg/m
3)
2. Dumping WPP (570,4 µg/m3) SD 1 lantai 2 (10,39 µg/m
3)
3. Filling totebin (440,3 µg/m3) SD 2 lantai 1 (11,4 µg/m
3)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa area dengan TSP tertinggi sebagian besar
merupakan area yang menjadi tempat keluar masuk debu yaitu area dumping dan filling
material. Hal ini karena proses dumping dan filling menimbulkan risiko rilisnya debu ke udara
sehingga kadar debu di udara meningkat. Sedangkan area dengan TSP terendah adalah spray
dryer yang merupakan serangkaian proses tertutup sehingga debu yang rilis sedikit.
4.1.3.3 Zona Explosive AtmospherediPowder PlantFrisian Flag Indonesia
Berdasarkan berbagai informasi yang telah dikumpulkan, peneliti mengkasifikasi zona
hazardous area di Powder Plant FFI menjadi zona 20, 21, dan 22 seperti yang dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
Tabel 4. Klasifikasi Zona di Powder Plant Frisian Flag Indonesia Berdasarkan Standar ATEX dan IECEx
No Lokasi/Mesin Combustible Dust Zoning
A. Wet Powder Process
1. Dumping area
Di dalam hopper Debu Skim Milk Powder
Debu Whey Powder
Debu Glucose powder
Zona 20
1 m disekitar hopper hingga ke lantai Zona 21
area >1 m dari hopper Zona 22
2. Screw conveyor
Di dalam screw conveyor Debu Skim Milk Powder
Debu Whey Powder
Debu Glucose powder
Zona 20
area 1m di sekitar screw conveyor Zona 21
area >1m dari screw conveyor Zona 22
B. Spray dryer
1 Chamber Debu Milk Base Zona 20
2. Static Fluidizer Bed Debu Milk Base Zona 20
3. Vibro Fluidizer Bed 1 Debu Milk Base Zona 20
4. Vibro Fluidizer Bed 2 Debu Milk Base Zona 20
5. Hopper Debu Milk Base Zona 20
6. Bunker Debu Milk Base Zona 20
7. Screen Debu Milk Base Zona 20
8. Filling totebin
Totebin
Debu Milk Base
Zona 22
area 1 m dari sampling point/filling totebin Zona 21
area >1 m dari sampling point/filling totebin zona 22
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
C. Mixing dan grinding
1. Dumping Tilting
Di dalam tilting
Debu Milk Base
Zona 20
area 1m di sekitar tilting hinggga ke lantai Zona 21
area >1m dari tilting Zona 22
2. Rotary Debu Milk Base Zona 20
3. Dumping station
Di dalam hopper Debu Milk Base
Debu Whole Milk Powder
Debu Maltodextrin
Debu Laktosa
Debu Cocoa Flavour
Debu Whey Powder
Zona 20
1 m disekitar hopper hingga ke lantai Zona 21
area >1 m dari hopper Zona 22
4. Grinder Debu Sugar Zona 20
5. Mixer
Debu Susu Bubuk Zona 20
6. Bunker
Zona 20
7.
Filling Totebin
Di dalam totebin
Debu Susu Bubuk
Zona 22
area 1 m dari sampling point/filling totebin Zona 21
area >1 m dari sampling point/filling totebin Zona 22
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
D. Packing
1. Tilting
Di dalam tilting
Debu Susu bubuk
Zona 20
area 1m di sekitar tilting hinggga ke lantai Zona 21
area >1m dari tilting Zona 22
2. Screw conveyor Debu Susu bubuk Zona 20
3. Screen Debu Susu bubuk Zona 20
4. Metal catcher Debu Susu bubuk Zona 20
5. Bunker Debu Susu bubuk Zona 20
6. Rotary Debu Susu bubuk Zona 20
7. Hopper Debu Susu bubuk Zona 20
8. Kemasan : aluminium foil, duplek, karton Debu Susu bubuk zona 22
E. Dust collector
1. Dust collector dekat mushalla (WPP, SD2, mixing grinding)
Di dalam dust collector Debu Susu bubuk Zona 20
Area keseluruhan dalam ruangan dust collector Debu Susu bubuk Zona 21
2. Dust collector dekat warehouse (SD1, avalon)
Di dalam dust collector Debu Milk Base
Zona 20
Area keseluruhan dalam ruangan dust collector Zona 21
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
4.2 Memilih Peralatan untuk Area Explosive Atmosphere
Peralatan yang ada di FFI belum ada yang sesuai untuk penggunaan di Area Explosive
Atmosphere. Peneliti mengidentifikasi contoh peralatan yang sesuai dengan standar ATEX
dan IECEx untuk penggunaan di powder plant FFI dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Jenis debu apa yang ada?
Variabel karakteristik ledakan dapat berbeda untuk setiap jenis combustible dust
yaituignition temperature, smouldering temperature, dan conductivity/non-conductivity of the
dust.
2. Di zona mana equipment dipasang?
3. Memilih peralatan
Kita dapat menentukan suhu permukaan maksimum yang diijinkan (maximum
permissible surface temperature) untuk peralatan dengan menggunakan keterangan pada
langkah pertama dengan mempertimbangkan faktor keamanan.
Tmax = Smouldering Temperature - 75
Tmax = 2/3 of the ignition temperature
Suhu yang paling rendah dari kedua temperatur di atas harus digunakan sebagai referensi
ketika memilih peralatan.
Setelah itu dilakukan penentuan kategori peralatan yang akan digunakan berdasarkan
konduktivitas dust. Penentuan konduktivitas dust sangat penting dalam penentuan kategori
peralalatan di zona 22. Apabila debu termasuk conductive dustmaka peralatan yang dapat
digunakan dalam zona 22 hanya peralatan kategori 1D dan 2D. Namun, apabila debu
termasuknon-conductive dustmaka di zona 22 dapat digunakan semua kategori peralatan (1D,
2D, dan 3D).
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
Tabel 5. Equipment yang sesuai untuk daerah explosive atmosphere di Powder Plant Frisian Flag Indonesia berdasarkan standar ATEX dan IECEx
Approval
Marking
Zone
Classification
Equipment Classification Method of Explosion Protection Equipment
Protection Level
(IEC)
Maximum
Permissible
Surface
Temperature
Equipme
nt Group
Equipment
Category Electrical Equipment Non Electrical Equipment
EEx/
IECEx
Zone 20 II
1D
Enclosure (ta)
Intrinsic safety (ia)
Encapsulation (ma)
Constructional safety (c)
Control ignition sources (b)
Liquid immersion (k)
Da
265 oC.
Zone 21 II
2D
Enclosure (tb)
Intrinsic safety (ib)
Encapsulation (mb)
Pressurized (pD)
Constructional safety (c)
Control ignition sources (b)
Liquid immersion (k)
Flameproof enclosure (d)
Pressurization (p)
Db
Zone 22 II 3D
Enclosure (tc)
Intrinsic safety (ic)
Encapsulation (mc)
Pressurized (pD)
Constructional safety (c)
Control ignition sources (b)
Liquid immersion (k)
Flameproof enclosure (d)
Pressurization (p)
Flow restricted enclosure (fr)
Dc
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
Keterangan :
1. EEx merupakan simbol bahwa peralatan memiliki proteksi terhadap explosive
atmosphere sesuai dengan European Standar, sedangkanIECExmerupakan simbol
bahwa peralatan memiliki proteksi terhadap explosive atmosphere sesuai dengan
IECEx scheme.
2. Area yang menangani combustible dust dibagi menjadi zona 20, 21, dan 22.
3. II merupakan kode group equipment yang menunjukkan bahwa peralatansesuai untuk
penggunaan explosive areaselain miningatau bawah tanah.
4. Peralatan untuk penggunaan di explosive area dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. 1D memberikan tingkat perlindungan yang sangat tinggi (very high level of
protection) di explosive atmospheres.
b. 2Dmemberikan tingkat perlindungan yang tinggi (high level of protection) di
explosive atmospheres.
c. 3D memberikan tingkat perlindungan normal (normal level of protection) di
explosive atmospheres.
5. Ada beberapa tipe proteksi equipment di daerah combustible dust diantaranya
enclosure, intrinsic safety, encapsulation, pressurized, flow restricted enclosure,
flameproof enclosure, constructional safety, control of ignition sources,
pressurization, liquid immersion.
6. Berdasarkan IEC 60079-0 (2007), perangkat untuk penggunaan explosive area debu
diklasifikasikan menjadi tiga protection level yaitu (STAHL, 2007) :
a. EPL Da perangkat dengan tingkat perlindungan ‘sangat tinggi’ untuk
penggunaan di hazardous area
b. EPL Db perangkat dengan tingkat perlindungan ‘tinggi’ untuk penggunaan
dihazardous area.
c. EPL Dc perangkat dengan tingkat perlindungan ‘extended’ untuk untuk
penggunaan di hazardous area
7. Suhu 2650C adalah suhu permukaan maksimal peralatan yang diperbolehkan untuk
penggunaan dalam explosive area di Powder Plant FFI.
Ketentuan equipment berdasarkan ATEX dan IECEx di atas dapat dikonversi ke standar
United States of America (National Electrical Code dan NFPA) seperti tabel di bawah ini :
Tabel 6.Equipment yang sesuai untuk daerah explosive atmosphere di Powder Plant Frisian Flag Indonesia
berdasarkan standar United States of America (National Electrical Code dan NFPA)
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
Approval
Marking
Explosion Group
Equipment classification
Maximum
Permissible Surface
Temperature Class Division Group Operasi
normal
Operasi
abnormal
AEx II
zona 20 I
G
Dust Ignition Proof (DIP)
Protection by enclosure (ta atau tb)
Pressurisation (PX atau PY)
Intrinsic Safety (IS)
120oC 165
oC
zona 21 I
zona 22 II
Dust Ignition Proof (DIP)
Protection by enclosure (tc)
Pressurisation (PZ)
Intrinsic Safety(IS)
Nonincendive (NI)
Keterangan :
1. AEx merupakan simbol bahwa peralatan memiliki proteksi terhadap explosive atmosphere
sesuai dengan US standard
2. Class IImenunjukkan lokasi menjadi hazardous area karena adanya combustible atau
conductive dust.
3. Pembagian zona berdasarkan ATEX dan IEC dapat dikonversi ke dalam divisi berdasarkan
NFPA (National Fire Protection Association 70 / National Electrical Code (NEC) yaitu :
a. Zona 20 dan 21divisi 1 yaitu lokasi dimana explosive atmosphere hadir di udara
dalam kondisi normal
b. Zona 22 divisi 2 yaitu lokasi dimana explosive atmosphere hadir di udara hanya
dalam kondisi abnormal seperti kegagalan container atau kerusakan sistem.
4. Group G karena explosive atmosphere berasal dari combustible dust. Material lain yang
tergolong group G adalah flour, grain, wood, plastic, dan chemicals.
5. Ada beberapa tipe proteksi peralatan (equipment) di daerah combustible dust berdasarkan
NEC diantaranya Dust Ignition Proof (DIP),Protection by enclosure (tc),Pressurisation
(PZ),Intrinsic Safety(IS),danNonincendive (NI).
6. Suhu permukaan maksimal peralatan yang diperbolehkan untuk penggunaan dalam
explosive area dalam kondisi operasi normal adalah 1200C dan 165
0C pada kondisi
abnormal.
5. Kesimpulan
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
Peneliti membagi zona hazardous area di Frisian Flag Indonesia menjadi 3 yaitu zona
20, 21, dan 22. Zona 20 adalah peralatan atau mesin yang merupakan bagian dari proses
produksi, sedangkan zona 21 adalah area sekitar tempat keluar masuknya combustible dust
hingga 1 meter, sedangkan zona 22 berada di luar zona 20 dan 21. Namun, ada perbedaan
pengklasifikasian di area dust collector. Peneliti mengklasifikasidust collector sebagai zona
20, sedangkan filling bin dust collector hingga seluruh ruangan menjadi zona 21 karena
tebalnya lapisan debu di area dust collector.
Hasil analisis equipment berupa ketentuan tentang approval marking, klasifikasi
equipment, metode proteksi equipment terhadap ledakan, Equipment Protection Level, dan
suhu permukaan maksimum equipment yang diijinkan.
6. Saran
Berikut adalah saran yang diberikan oleh peneliti untuk Frisian Flag Indonesia.Saran
ini diberikan berdasarkan Atmosphere Explosive (ATEX) 94/9/EC, ATEX 1999/92/EC, dan
Canadian Centre for Occupational Health and Safety (CCOHS) yang disesuaikan dengan
kondisi di Frisian Flag Indonesia.
1. Melakukan prediksi bahaya dan risiko ledakan di hazardous area Powder Plant Frisian
Flag Indonesia
2. Mengembangkan dan melakukan inspeksi combustible dust dan kontrol program yang
menguraikan seberapa sering inspeksi akan dilakukan dan bagaimana debu akan
dikendalikan
3. Menginstal equipment yang sesuai yaitu equipment yang sudah disertifikasi untuk
penggunaan di daerah explosive atmosphere.
4. Menjaga semua peralatan mekanik dan listrik tetap dalam kondisi baik agar tidak menjadi
sumber ignisi.
5. Menjaga listrik statis (static electricity) di bawah kontrol, yang meliputi bounding dan
grounding equipment. Periksa semua bounding dan grounding secara teratur untuk
memastikannya selalu dalam kondisi baik.
6. Periksa semua peralatan yang dipakai agar tidak menghasilkan panas dan menjadi sumber
pengapian
7. Tidak menggunakan sapu untuk membersihkan permukaan dan lantai. Gunakan hanya
vacuum yang sesuai untuk pengumpulan debu.
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
8. Mengedukasi semua karyawan tentang combustible dust dan bagaimana mereka dapat
membantu menghilangkan risiko kebakaran dan ledakan.
Kepustakaan
ASCA(n.d.) Hazardous Areas - Explosionproof Solenoids.Maret 8, 2014
http://www.asconumatics.eu/images/site/upload/_en/pdf1/00129gb.PDF
BARTEC(2012) Basic Concepts for Explosion Protection.Desember 20,
2013.http://www.bartec.de/homepage/eng/downloads/produkte/exschutz/ExProtection.
Canadian Centre for Occupational Health and Safety (2013) Combustible Dust.Maret 16,
2014.http://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/combustible_dust.html
Chemical Safety and Hazard Investigation Board (2006) Investigation Report Combustible
Dust Hazard Study. Desember 17, 2013.
http://www.csb.gov/assets/1/19/Dust_Final_Report_Website_11-17-06.pdf.
Cooper Crouse-Hinds (2010) Global reference Guide for Potentially Explosive Atmospheres
and Hazardous Locations. Maret 8,
2014.http://www.safeexit.dk/images/stories/2_exmateriel/Viden_om/plakat.pdf
Corn Products International (2009) Material Safety Data Sheet : Maltodextrin. April 15,
2014. http://www.ldcarlson.com/MSDS_sheets/1995%20Maltodextrin.pdf
Environmental Quality Management Inc (2013) Combustible Dust.February 22,
2014.http://www.eqm.com/eq/pdf/Combustible_Dust.pdf.
European commission (2013) ATEX Directive - Notified Bodies.January 3, 2014.
http://ec.europa.eu/enterprise/sectors/mechanical/documents/legislation/atex/notified-
bodies/index_en.htm
European commission (2013) ATEX Guideline on The Application of Directive
94/9/EC.Desember 20,
2013.http://ec.europa.eu/enterprise/sectors/mechanical/files/atex/guide/atex-
guidelines_en.pdf
European Phenolic Resins Association(2011) Dust Explosion Guideline.
Desember 20, 2013.
http://www.epra.eu/fileadmin/files/EPRA_Dust_Explosion_Guidelines_2011_V1_2001
2011.pdf
Explosion Hazard Testing Ltd(n.d.) Explosion Testing.January 17,
2014.http://www.explosiontesting.co.uk
Flammability of Dust Clouds(2013). April 15, 2014. April 19, 2014.
http://www.dustexplosion.info/flammability%20of%20dust%20clouds.htm
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
Geddie, E. (2012) A Guide to Combustible Dust. Desember 17, 2013.North Carolina
Department of Labor Employee.
http://www.nclabor.com/osha/etta/indguide/ig43.pdf
Texas Engineering Extension Service (2009) Combustible Dust Explosion Hazard
Awareness.Desember 20, 2013
https://www.osha.gov/dte/grant_materials/fy08/sh-17798-08/instructor_guide.pdf.
IEC (2010) IECEx Certification Schemes Versus ATEX Directives. April 15, 2014.
http://www.iecex.com/docs/PCIC%20Europe%202010%20Pomme.pdf.
NFPA (2013) Standard for the Prevention of Fire and Dust Explosions from the
Manufacturing, Processing, and Handling of Combustible Particulate Solid.Desember
17, 2013.www.nfpa.org
OSHA(2009) Hazard Communication Guidance for Combustible.Desember 17,
2013.https://www.osha.gov/Publications/3371combustible-dust.html
OSHA (2013) Combustible Dusts : an Explosion Hazard. Desember 20,
2013.https://www.osha.gov/dsg/combustibledust/.
OSHA(n.d.) Dust and Its Control.Desember 17,
2013.https://www.osha.gov/dsg/topics/silicacrystalline/dust/chapter_1.html.
Rowe, Starkie and Weaver (2006) Handling Dusts & Powders Safely. January 3, 2014.
http://www.chilworth.co.uk/media/156928/handling-dusts-and-powders-safely-a-
strategic-guide-for-characterisation-and-understanding-library-.pdf.
SensorsONE (n.d.) ATEX Classifications Glossary for products used in Explosive
Atmospheres. Maret 8, 2014.http://www.sensorsone.com/atex-markings-glossary/.
Sharma, Anup et al (2012) Functionality of Milk Powders and Milk-Based Powders for End
Use Applications—A Review. April 3, 2014.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2012.00199.x/pdf.
SIRA(n.d.) Guide to Equipment Certification Requirements for Hazardous Locations. Maret
8, 2014
http://www.siracertification.com/UserDocs/DSEAR%20technical%20datasheets/CSA
%20Sira%20wallchart%202013.pdf
STAHL (2007) The Basics of Explosion Protection. January 3, 2014. http://www.r-
stahl.com/fileadmin/Dateien/explosionsschutz/pdf/grundlagen_en.pdf.
Texas Engineering Extension Service (2009) Combustible Dust Explosion Hazard
Awareness.Desember 20, 2013.https://www.osha.gov/dte/grant_materials/fy08/sh-
17798-08/instructor_guide.pdf.
The Dow Chemical Company(2007)Technical bulletin : Dust Explosions and Solid Epoxy
Resins. Maret 7,
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014
2014.http://msdssearch.dow.com/PublishedLiteratureDOWCOM/dh_00cb/0901b8038
00cb79e.pdf?filepath=/296-01753.pdf&fromPage=GetDoc
Tinnesand, Michael (2010) Sugar An Unusual Explosive. April 19, 2014.
http://www.acs.org/content/dam/acsorg/education/resources/highschool/chemmatters/a
rchive/chemmatters-december-2010-sugar-an-unusual-explosive.pdf
Weidmuller (n.d.) Hazardous Areas Technical Guides. February 22,
2014.http://www.iceweb.com.au/Ex-
web/Hazardous%20Areas%20Tech%20Guide.pdf
Wit, J.N de (2001) Lecturer’s Handbook on Whey and Whey Products. April 19, 2014.
http://www.euromilk.org/upload/docs/EWPA/Lecturer's%20handbook%20on%20Whey.pdf
Klasifikasi Hazardous..., Resty Wulandari, FKM UI, 2014