bab 3 alk
DESCRIPTION
semoga bermanfaatTRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban
merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran dimasa depan
dalam bentuk uang, jasa, atau aset lainnya. Kewajiban merupakan klaim pihak luar atas aset dan
sumber daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan atau operasi
dan biasanya didahulukan dari pada pemegang ekuitas. Kewajiban pendanaan merupakan
seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel berjangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka
pendek, dan sewa.
Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam
perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan.
Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang saham)
dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung
pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan.
Investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi,
setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko.
Pengembalian (return) adalah bagian dari investor ekuitas atas laba atau reinvestasi laba.
Distribusi laba (earning distribution) adalah pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk tunai atau dividen saham, atau secara tidak
langsung melalui pembelian kembali saham. Pembayaran dividen (dividend payout) mengacu
pada proporsi laba yang didistribusikan, yang sering dinyatakan dalam rasio atau prosentase,
yaitu rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio).
B. PEMBAHASAN
Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam
perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan.
Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang
saham) dan kreditor (pemberi pinjaman).
Analisis Aktiva Pendanaan dibagi menjadi 6 komponen, yaitu :
1. Tinjauan Kewajiban.
2. Sewa.
3. Imbalan Pasca Pensiun.
4. Kontijensi dan Komitmen.
5. Pendanaan di Luar Neraca.
6. Ekuitas Pemegang Saham.
1. KEWAJIBAN
a. Kewajiban Lancar.
Kewajiban lancar (atau jangka pendek) merupakan kewajiban yang
pelunasannya memerlukan penggunaan aset lancer atau munculnya kewajiban lancar
lainnya. Terdapat dua jenis kewajiban lanvar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operas,
meliputi utang pajak, pendanaan diterima dimuka (unearned revenue), uang muka, utang
usaha, dan beban operasi akrual lainnya, seperti utang gaji. Jenis kedua kewajiban lancar
timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek, bagian utang jangka
panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.
b. Kewajiban Tak Lancar
Kewajiban tak lancar (atau jangka panjang) merupakan kewajiban jatuh
temponya tidak dalam waktu satu tahun satu siklus operasi, mana yang lebih panjang.
Kewajiban ini meliputi pinjaman obligasi, utang, dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar
beragam bentuknya, dan penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas
seluruh batasan dan ketentuan.
c. Analisis Kewajiban
Auditor merupakan salah satu sumber keyakinan dalam identifikasi dan
pengukuran kewajiban. Auditor menggunakan teknik seperti konfirmasi lansung.,
melakukan telaah atas notulen rapat, membaca kontrak dan perjanjian, serta bertanya
kepada pihak-pihak yang memahami kewajiban perusahaan untuk meyakinkan diri
mereka bahwa perusahaan mencatat seluruh kewajiban. Fitur Penting dalam Analisis
Kewajiban :
1) Ketentuan utang (seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, pola
pembayaran, dan jatuh tempo).
2) Pembatasan pemikiran sumber daya dan pelaksanaa aktivitas bisnis.
3) Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan selanjutnya,
4) Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas (debt to
equity), dan ukuran keuangan lainnya.
5) Fitur konversi kewajiban yang bersifat difusi.
6) Larangan atas pembayaran-pembayaran sperti deviden.
2. SEWA
Sewa merupakan bentuk pendanaan yang popoler, khususnya dalam beberapa industry
tertentu. Sewa (lease) meru0pakan perjanjian kontraktual antara pemilik dan penyewa.
Perjanjian tersebut memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan asset yang dimiliki oleh
lessor, selama masa sewa. Terdapat dua metode alternative untuk akuntansi sewa mencerminkan
perbedaan dalam kontrak sewa. Sewa yang mengalihkan manfaat resiko kepemilikan secara
subtansial. Metode tersebut yaitu :
a. Sewa Pendanaan (capital lease). Jika diklasifikasikan sebagai sewa guna modal usaha ini,
baik asset yang disewakan maupun kewajiban sewa diakui dalam neraca.
b. Sewa Operasi (operating lease). Dalam hal operating lease, lessee mencatatat MLP sebagai
beban pendapatan sewa, dan tidak ada aset atau kewajiban yang diakui dalam neraca.
A. Akuntansi dan Pelaporan Sewa
Klasifikasi dan Pelaporan Sewa
Lessee mengklasifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease jika pada saat
terjadinya, transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat kriteria sebagai berikut :
1) Terdapat transfer kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa.
2) Terdapat opsi untuk membeli aset pada harga murah.
3) Masa sewa 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aset.
4) Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa minimum sebesar 90%
atau lebih dari nilai wajar aset dikurangi dengan kredit pajak investasi yang
ditahan oleh lessor.
B. Analisis Sewa
Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease terhadap analisis laporan
keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk yang spesifik tentang bagaimana menyesuaikan
laporan keuangan untuk operating lease yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.
1) Dampak Operating Lease
Walaupun standar akuntansi memperbolehkan metode alternatif untuk mencerminkan
perbedaan ekonomi yang mendasari transaksi sewa, pilihan ini sangat sering disalah gunakan
oleh lessee yang menstrukturkan kontrak sewa sehingga mereka dapat menggunakan metode
operating lease. Insentif bagi lessee untuk menstrukturkan sewa sebagai operating lease
terkait dengan dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba rugi. Ringkasan
dampak pada laporan keuangan ini adalah sebagai berikut :
1) Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya dengan tidak
menyajikan pendanaan sewa dalam neraca.
2) Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya.
3) Operating lease menundan pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease.
4) Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya dengan
tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
dalam neraca.
5) Operating lease memasukan bunga dalam beban sewa.
Kemampuan operating lease untuk meningkatkan rasio utama dalam analisis kredit dan
analisi profitabilitas tetap menjadi unsentif utama bagi lessee untuk melakukan pendanaan diluar
neraca.
3. MANFAAT PASCA PENSIUN
Penyedia kerja sering menyediakan manfaat bagi pekerja pascapensiun. Terdapat dua
bentuk manfaat pascapensiun, yaitu :
1) Manfaar pension, dimana pemberi kerja menjanjikan manfaat moneter kepada
pekerja pascapensiun.
2) Manfaat lain pascapensiun pekerja, dimana pemberi kerja menyediakan manfaat lain
terutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.
Kedua jenis menfaat menghadirkan tantangan konseptual yang sama bagi akuintansi dan
analisis. Standar akuntansi saat ini mensyaratkan pengakuan beban manfaat pascapensiun saat pekerja
aktit memberikan jasa.
a. Manfaat Pensiun
Akuntansi pension mensyaratkan pemahaman ekonomi yang mendasari transaksi dan
peristiwa pension. Dengan demikian, kita membahas sifat transaksi dan peristiwa pensiun terlebih
dahulu, bersama dengan ekonomi yang mendasari akuntansi pensiun, sebelum membahas
ketentuan pensiun.
b. Sifat Kewajiban Pensiun
Perusahaan memformalkan komitmen pensiun dalam bentuk program pensiun. Program
pensiun merupakan perjanjian pemberi kerja untuk menyediakan manfaat pensiun bagi pekerja,
dan perjanjian tersebut melibatkan tiga pihak, yaitu : pemberi kerja, yang memberikan kontribusi
pada program pensiun; pekerja yang menerima manfaat; dan dana pensiun. Dana pensiun
terpisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh pihak yang ditunjuk. Dama pensiun
menerima kontribusi, menginvestasikan kontribusi tersebut dengan cara yang tepat, dan
membagikan manfaat pensiun kepada pekerja.
Program pensiun secara pasti menentukan manfaat, hak dan tanggung jawab pemberi
kerja dan pekerja. Program pensiun dapat dibagi menjadi dua krategori utama. Program pensiun
manfaat pasti menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh pemberi kerja untuk disediakan
bagi pensiunan. Program pensiun iuran pasti menentukan jumlah kontribusi pemberi kerja ada
program pensiun.
4. Persyaratan Akuntansi Pensiun
Kerangka dasar akuntansi pensiun dijelaskan pertama kali oleh GAAP dalam
SFAS 87. Focus SFAS 87 adalah tercapainya ukuran biaya pensiun yang stabil dan
permanen. Oleh karena itu, beban pensiun yang termasuk dalam laba bersih disebut biaya
pensiun periode bersih, meratakan komponen volatilitas biaya pensiun dengan cara
menunda pengakuannya melalui proses ditangguhkan atau amortisasi.
Status yang diakui dalam neraca. Akuntansi pensiun terkini mengakui status
pendanaan bagi program pensiun pada neraca. Status pendanaan merupakan perbedaan
antara nilai pasar terkini asset program pensiun dan kewajiban pensiun.
Biaya pensiun yang diakui. Pengakuan biaya pensiun yang dimasukkan dalam
laba bersih adalah versi rata dari biaya pensiun ekonomi actual untuk periode tersebut.
Proses perataan menangguhkan pos volatilitas dan sesekali seperti keuntungan dan
kerugian aktuarial serta biaya jasa lalu.
Artikulasi sekuritas neraca dan laporan laba rugi. Oleh karena semua
perubahan atas status pendanaan tidak dimasukkan dalam biaya pensiun yang diakui,
sekuritas pensiun dalam neraca dan laporan laba rugi tidak akan diartikulasikan. Untuk
mengartikulasikan kedua sekuritas, penangguhan bersih untuk periode tersebut
dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya untuk periode yang bersangkutan,
sementara kumulatif penangguhan bersih dimasukkan dalam akumulasi laba
komprehensif lainnya, yaitu merupakan komponen ekuitas pemegang saham.
5. Manfaat Karyawan Pascapensiun Lainnya
Manfaat pascapensiun selain pensiun atau manaat lain pascapensiun karyawan
merupakan manfaat yang diberikan oleh pemberi kerja kepada pensiunan dan anggota
keluarga. Komponen dasar dari OPEB adalah manaat perawatan kesehatan. Sebagai
tambahan, perusahaan member asuransi jiwa, dan pada kasus lain yang jarang terjadi,
perusahaan meyediakan bantua 132, yang mengharuskan format pengungkapan yang
sama bagi OPEB dan manfaat pensiun. Perusahaan jarang melaporkan secara terpisah
baik antara status pendanaan dalam neraca maupun biaya manfaat pascapensiun didalam
laporan laba rugi. Namun, standar SFAS 132 ini meminta pengungkapan catatan kaki
yang panjang lebar, meliputi rincian tentang ekonomi dan jumlah yang dilaporkan terkait
dengan status pendanaan dan biaya manfaat pascapensiun, rincian asumsi aktuaria dan
informasi yang relevan lainnya.
6. Analisis Manfaat Pascapensiun
Analisis pengungkapan manfaat pascapensiun penting dilakukan, karena besarnya
kewajiban maupun karena kompleksitas aturan akuntansi. Terdapatprosedur lima langkah
untuk analisis manfaat pascapensiun, yaitu :
a) Rekonsiliasi Angka Ekonomis dan Angka yang Dilaporkan
b) Menyesuaikan Laporan Laba Rugi dan Neraca
c) Asumsi Aktuaria dan Analisis Sensitivitas
d) Paparan Risiko Pensiun
1) Program pensiun dapat menghadapkan perusahaan pada risiko
tertentu. Risiko ini timbul dalam hal asset program mempunyai profil
risiko yang berbeda dengan kewajiban pensiun khususnya ketika
perubahan nilai pasar suatu asset program tidak memounyai korelasi
dengan perubahan pada nilai kewajiban pensiun.
e) Implikasi Arus Kas atas Manfaat Pascapensiun
1) Imolikasi arus kas manfaat pascapensiun langsung dirasakan. Yaitu
bahwa arus kas keluar sama dengan kontribusi yang disiapkan perusahaan
untuk program ini.
7. KONTINJENSI DAN KOMITMEN
a. Kontinjensi
Kontinjensi merupakan keuntungan dan kerugian potensial yang penyelesainnya
bergantung pada satu atu lebih peristiwa di masa depan. Kerugian kontinjensi yang
disebut kewajiban kontinjen/bersyarat merupakan klaim potensial atas sumber daya
perusahaan.
Kerugian kontinjensi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat sebagai
kerugian. Pertama, “besar kemungkinan” bahwa asset akan turun nilainya atau kewajiban
akan timbul. Kondisi kedua adalah jumlah kerugian harus “dapat diestimasikan dengan
memadahi”. Contoh untuk kedua kondisi ini adalah kerugian piutang tak tertagih dan
kewajiban garansi produk. Untuk kedua kasus tersebut, kerugian maupun kewajiban
diestimasi dicatat dalam laporan keuangan.
b. Analisis Kewajiban Kontinjen
Kewajiban kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa dan jaminan merupakan
estimasi. Keakuratan analisis atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan estimasi
tersebut, yang seringkali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan atau harapan
dimasa depan.
Disini kita juga harus menganalisis pengungkapan atas seluruh kerugian
(keuntungan) kontnjensi. Pengungkapan kontinjensi umumnya meliputi :
a) Deskripsi kewajiban kontinjen dan tingkat risiko.
b) Jimlah kontinjensi potensial dan bagaimana partisipasi pihak lain diperlakukan
dalam penentuan risiko.
c) Pembebanan estimasi kerugian kontinjen, jika ada.
Analisis kita harus mengakui bahwa perusahaan terkadang kurang mengestimasi
atau tidak mengakui kewajiban tersebut. Contohnya adalah penerbangan gratis bagi
pelanggan setia yang mengumpulkan poin berdasarka kilometer penerbangan. Frequent
flyer mileage yang belium diklaim memberikan bermiliar-miliar kilometer penerbangan
gratis bagi para penumpang. Dan juga menjamin kesetiaan pelanggan dan menawarkan
manfaat pemasran yang tidak gratis. Oleh karena realisasi kewajiban mungkin terjadi dan
dapat diestimasi, kewajiban tersebut harus diakui dalam neraca dan laporan laba rugi.
c. Komitmen
Komitmen merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan berdasarkan
kinerja di masa depan sesuai kontrak. Komitmen tidak diakui dalam laporan keuangan
karena peristiwa seperti penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan pembelian
bukan merupakan transaksi yang lengkap. Contoh tambahan adalah kontrak jangka
panjang yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli barang atau jasa pada harga tertentu,
dan kontrak pembelian asset tetap yang harus dibayar selama masa konstruksi. Semua
komitmen merupakan pengungkapan faktor-faktor penting atas kewajiban komitmen,
termasuk jumlah, kondisi, dan waktu.
8. PENDANAAN DI LUAR NERACA
Pendanaan di luar neraca adalah tidak tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu. Selain
sewa, terdapat rancangan pendanaan di luar neraca lainnya, mulai dari yang sederhana
sampai yang sangat kompleks. Rancangan ini merupakan bagian dari tatanan yang selalu
berubah, di mana saat ketentuan akuntansi atas transaksi pendanaan di luar neraca diterapkan
untuk lebih menerminkan kewajiban, diciptakan transaksi baru yang inivatif untuk
menggantikannya.
9. PENDANAAN DI LUAR NERACA
a. Entitas Bertujuan Khusus
Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entitas-SPE) telah menjadi
mekanisme pendanaan yang sah selama lebih dari 2 dekade dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari keuangan perusahaan saat ini. konsep dari SPE adalah :
1) SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi ekuitas,
beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang didependen.
2) SPE meningkatkan investasi ekuitas dengan meminjam dari pasar kredit dan
membeli asset dari atau untuk perusahaa sponsor.
3) Arus kas dari asset digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas.
Terdapat 2 alasan atas kepopuleran SPE, yaitu :
a) SPE dapat menyediakan alternative pendanaan berbiaya rendah daripada meminjam
langsung dari pasar kredit. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas SPE yang dibatasi
dan akibatya para investor membeli arus kas yang dijamin dengan baik, yang tidak
dihadapkan pada risiko bisnis yang terdapat dalam penyediaan modal langsung kepada
perusahaan sponsor.
b) Dalam GAAP sekarang, selama SPE distrukturkan dengan benar, SPE diperlukan
sebagai entitas terpisah, tidak dikonsolidasikan dengan perusahaan sponsor.
Banyak SPE yang tidak berbentuk perusahaan dan tidak mempunyai kepemilikan
saham. FASB mengklasifikasikan perusahaan jenis ini sebagai “perusahaan dengan
berbagai kepentingan” (variable interest entitie –VIE) jika total ekuitas yang
dipertaruhkan tidak mampu membiayai operasinya atau jika VIE kurang salah satu dari
kondisi :
a) Kemampuan mengambil keputusan,
b) Kewajiban untuk menyerap kerugian,
c) Hak untuk menerima tingkat pegembalian.
Dalam hal tersebut, VIE dikonsolidasi dengan badan yang mempunyai
kemampuan mengambil keputusan, kewajiban untuk menyerap kerugian, dan hak untuk
menerima tingkat pengembalian. Hasil dari konsolidasi adalah penggabungan lapora
keuangan dari Penerima Utama dan VIE, sehingga mengeliminasi manfaat apa pun yang
dihasilkan dari perlakuan di luar neraca oleh VIE.
10. EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik atau pemegang saham perusahaan.
Pemegang saham dihadapkan pada risiko tertinggi perusahaan. Pada saat yang bersamaan,
pemegang saham memiliki kemungkinan pengembalian maksimum karena mereka berhak
atas seluruh pengembalian setelah hak para kreditor terpenuhi. Analisis terhadap ekuitas
harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan. Analisis tersebut meliputi :
1. Mengklasifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas.
2. Mempelajari hak untuk kelompok pemegang saham dan prioritas mereka dalam likuidasi.
3. Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.
4. Menelaah kontrak, ketentuan hukum, dan pembatasan atas distribusi saldo laba.
5. Menilai ketentuan dan provisi sekuritas yang dapat dikonversi.
a. Modal Saham
1) Pelaporan Modal Saham
Pelaporan modal saham meliputi penjelasan atas perubahan jumlah lembar
modal yang diungkapkan dalam laporan keuangan atau catatan terkait. Alasan
perubahan modal saham berdasarkan kenaikan dan penurunan, yaitu :
2) Sumber kenaikan modal saham yang beredar
1) Penerbitan saham.
2) Konversi utang dan saham preferen.
3) Penerbitan dividen saham dan pemecahan saham.
4) Penerbitan saham dalam akuisis dan merger.
5) Penerbitan untuk opsi saham dan weran.
3) Sumber penurunan modal saham yang beredar :
1) Pembelian dan penghentian saham.
2) Pembelian kembali saham.
3) Pemecahan saham terbaik.
Aspek penting yang lain dalam analisis modal saham adalah evaluasi atau opsi
yang dimiliki oleh pihak lain, saat dilaksanakan, menyebabkan kenaiakan jumlah
saham beredar dan medilusi kepemilikan. Hal tersebut meliputi :
1) Hak konversi utang dan saham preferen menjadi saham biasa.
2) Waran yang dapat ditukarkan dengan saham dalam kondisi tertentu.
3) Opsi saham untuk kompensasi dan bonus memerlukan penerbitan modal
saham selama periode tertentu pada harga tetap.
4) Komitmen untuk menerbitkan modal saham.
Dampak dilusi pada laba dan nilai buku per lembar saham bergantung pada
faktor – faktor seperti jumlah yang diterima atau hak lain yang diberikan saat
konversi sekuritas dilakukan. Dilusi merupakan biaya nyata perusahaan, biaya yang
sedikit diakui secara formal dalam lapran keuangan.
b. Klasifikasi Modal Saham
Modal saham (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada
pemegang ekuitas sebagai pembayaran asset dan jasa. Terdapat 2 jenis modal saham,
yaitu :
a. Saham preferen (preferred stock). Kelompok khusus saham yang memiliki fitur yang
tidak dimiliki oleh saham biasa. Ciri – ciri saham preferen :
1) Prioritas atas distribusi dividen.
2) Prioritas atas likuiadasi.
3) Dapat dikonversi menjadi saham biasa.
4) Tidak memiliki hak suara.
5) Harga pembelian kembali.
Perbedaan antara pemegang saham preferen dengan kreditor yaitu pemegang saham
preferen tidak memiliki hak untuk meminta penarikan (redemption) saham mereka.
b. Saham biasa (common stock). Kelompok saham yang mencermikan hak kepemilikan
serta memiliki risiko tiggi dan pengembalian tinggo atas kinerja perusahaan.
c. Analisis Modal Saham
a. Saldo Laba (retairned earnings)
Saldo laba merupaka modal yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Akun saldo laba
mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya
perusahaan.
b. Dividen Tunai dan Dividen Saham
Dividen tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat diumumkan menjadi
kewajiban bagi perusahaan.
Dividen saham (stock dividend) merupakan distribusi saham perusahaan itu sendiri
kepada pemegang saham secara proporsional. Dividen ini mencerminkan kapitalisasi
laba secara permanen. Pemegang saham menerima tambahan saha, sebagai pengalih
saldo laba ke akun modal.
d. Pembatasan Saldo Laba
Pembatasan atau persyaratan saldo laba (restrictions or covenant of retained
earnings) merupakan pembatasan atas ketentuan saldo laba sejumlah tertentu.
Pembatasan penting meliputi pembatasan distribusi dividen. Ketentuan dari obligasi dan
kesepakatan merupakan sumber utama pembatasan.
e. Spin Off dan Split Off
Suatu perusahaan sering melakukan divestasi anak perusahaan dengan cara dijual
langsung ataupun dibagikan kepada pemegang sahamnya. Pembagian anak perusahaan
kepada pemegang saham dapat mengambil salah satu dari 2 bentuk, yaitu :
a. Spin Off, yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham sebagai
dividen.
b. Split Off. Yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang dimiliki perusahaan dengan
saham yang dimiliki oleh para pemegang saham.
Apabila transaksi tersebut mempengaruhi para pemegang saham atas dasar pro rata,
investasi dalam anak perusahaan dibagikan dengan nilai bukunya. Pada pembagian bukan
pro rata, investasi pertama dinyatakan dalam nilai pasar, sehingga menghasilkan
keuntungan pada distribusi, kemudian investasi nilai pasar ini dibagikan kepada
parapemegang saham.
f. Penyesuaian Periode Lalu
Penyesuaian periode lalu (prior period adjustments) merupakan koreksi dari
kesalahan di periode laporan keuangan lalu. Perusahaan tidak melaporkannya dalam
laporan laba rugi, tetapi melaporkan sebagai penyesuaian.
11. NILAI BUKU per LEMBAR SAHAM
1. Perhitungan Nilai Buku per Lembar Saham
Nilai buku per lembar saham (book value pershare) adalah angka per lembar yang
berasal dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca. ”Nilai
buku” (book value) merupakan istilah konvensional yang mengacu pada nilai asset
bersih, yaitu total asset dikurangi dengan kewajiban dan klaim sekuritas yang
diprioritaskan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca.
2. Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham
Aplikasi dalam nilai buku dalam analisis laporan keuangan, yaitu :
a. Nilai buku, dengan potensi penyesuaian, sering kali digunakan dalam penilaian
kesepakatan merger.
b. Analisis perusahaan dengan komposisi besar asset likuid sangat bergantung pada nilai
buku.
c. Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan penutupan
asset.
Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi dalam perhitungan nilai
buku per lembar saham. Nilai tercatat sebagai asset, khususnya asset jangka panjang.
Asset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan asset kontijen dengan
kemungkinan terjadi yang tinggi sering kali tidak tercermin dalam nilai buku.
3. Saham Preferen yang Dapat Ditarik Kembali
SEC menyatakan bahwa saham preferen yang dapat ditarik kembali berbeda
dengan modal ekuitas konvensional dan bukan merupakan ekuitas pemegang saham dan
tidak digabungkan dengan sekuritas ekuitas yang tidak dapat ditarik kembali. SEC
mensyaratkan pengungkapan ketentuan penarikan kembali dan data nilai jatuh tempo
selama 5 tahun. Standar akuntansi mensyaratkan pengungkapan ketentuan penarikan
kembali saham preferen untuk setiap tahun selama 5 tahun setelah tanggal neraca.
12. AKUNTANSI DAN ANALISIS SEWA – LESSOR
Akuntansi sewa bagi lessor mirip dengan akuntansi sewa bagi lesse. Jika
diklasifikasikan sebagai operating lease, asset sewa tetap berada dalam neraca lessor dan
pembayaran sewa diperlakukan sebagai pendapatan saat diterima. Sewa dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1) Sewa penjualan (sales type lease). Biaya asset sewa berbeda dari nilai wajar
pasarnya pada tanggal sewa.
2) Sewa pendanaan langsung (direct financing lease). Nilai sewa sama dengan harga
perolehan asset yang dibeli dan tidak ada pencatatan penjualan atau laba kotor.
13. IMPLIKASI ANALISIS
Implikasi analisis sewa sama dengan implikasi kredit lainnya. Ada beberapa risiko
yang terkandung dalam pemberian kredit, yaitu ketersediaan cadangan untuk piutang sewa
yangtidak tertagih dibandingkan dengan kerugian yang pernah dialami lessor, piutang sewa
akan ditagih selama bertahun – tahun dan dibandingkan umur rata – rata portofolio sewa
dengan kewajiban perusahaan. Utang jangka pendek berbunga mengambang tidak tepat
digunakan untuk mendanai sewa berjangka menengah dengan pembayaran berjumlah tetap.
14. PENJUALAN DAN PENYEWAAN KEMBALI (SALE – LEASEBACK)
Transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale – leaseback) merupakan penjualan
asset yang dimiliki dan penyewaan asset yang sama. Perusahaan sering menggunakan sale –
leaseback untuk membebaskan kas dari asset yang ada, terutama real estate.
15. AKUNTANSI KHUSUS UNTUK MANFAAT PASCAPENSIUN
1. EKONOMI AKUNTANSI PENSIUN
1) Kewajiban Pensiun
Definisi dari kewajiban pension :
1) Akumulasi kewajiban manfaat (accumulated benefit obligation – ABO) merupakan
nilai sekarang aktuaria kewajiban manfaat pensiuan di masa depan kepada pekerja
pada saat pensiun berdasarkan kompensasi saat ini dan jasa sampai saat ini.
2) Proyeksi kewajiban manfaat (projected benefit obligation – PBO) merupakan
estimasi aktuaria atas utang manfaat pension di masa depan kepada pegawai pada saat
pension berdasarkan kompensasi yang diharapkan masadepan dan jasa sampai saat
ini.
2. Asset Pensiun dan Status Pendanaan
Selisih antara nilai asset program dan PBO disebut dengan status pendanaan
(funded status) atas program yang mempresentasikan posisi ekonomi bersihnya. Sebuah
program disebut dengan ”didanai lebih” (overfunded) bila nilai asset pension lebih besar
dari PBO, dan disebut “didanai kurang” (underfunded) bila nilai asset pension lebih kecil
dari PBO. Terdapat alasan terjadinya pendanaan kurang 9underfunded), termasuk kinerja
investasi yang buruk, perubahan aturan pension seperti pemberian manfaat retroaktif, dan
kontribusi oleh pemberi kerja yang tidak memadai.
3. Biaya Pensiun
Biaya pensiun ekonomi (economic pension cost) merupakan biaya bersih yang
timbul dari perubahan posisi ekonomi bersih atau status pendanaan selama periode
bersangkutan. Biaya pension ekonomi meliputi komponen yang berulang atau normal
maupun yang tidak berulang atau abnormal. Biaya pension yang berulang (recurring
pension cost) terdiri atas dua komponen, yaitu :
a. Biaya jasa (service cost) merupakan nilai sekarang aktuaria atas manfaat pension
yang dihasilkan oleh pegawai berdasarkan rumus manfaat pension.
b. Biaya bunga (interest cost) merupakan penambahan atas PBO yang timbul karena
pembayaram pensiun menjadi satu periode lebih dekat. Biaya ini muncul karena PBO
merupakan nilai sekarang atas manfaat pensiun di masa depan, di mana kenaiakn
terkait dengan “nilai waktu dari uang” (time value of money).
Biaya pensiun yang tidak berulang juga memiliki dua komponen, yaitu :
a. Keuntungan atau Kerugian aktuaria (actuarial gain or loss0 merupakan perubahan
PBO yang terjadi saat asumsi aktuaria dalam perhitungan PBO direvisi.
b. Biaya jasa lalu (priorservice cost) timbul karena perubahan ketentuan program
pensiun atas PBO. Biaya jasa lalu meliputi manfaat pensiun retroaktif yang diberikan
pada awal program pensiun atau manfaat pensiun yang dibentuk oleh amandemen
program yang umumnya terjadi karena negosiasi tenaga kerja dan tawar – menawar
secara kolektif.
16. KETENTUAN AKUNTANSI PENSIUN
1. Biaya Pensiun yang Diakui
a. Pengembalian atas asset program yang diharapkan. Karena program pensiun
berinvestasi untuk jangka panjang, biaya pensiun dikurangi oleh pengembalian asset
program yang diharapkan. Penggunaan pengembalian actual menyebabkan biaya
pensiun mengikuti fluktuasi pasar keuangan sehingga menjadi terlalu fluktuasi.
b. Penangguhan atas keuntungan kerugian actuarial. Keuntungan kerugian actuarial
dihitung dari perubahan asumsi actuarial. Perubahan yang umum terjadi adalah
sehubungan dengan perubahan tingkat diskonto, yang terhubung dengan fluktuasi
suku bunga dalam perekonomian.
c. Amortisasi keuntungan atau kerugian bersih. Penangguhan dan amortisasi
keuntungan atau kerugian serta perbedaan antara tingkat pengembalian actual dengan
yang diharapkan ditangguhkan digabungkan yang disebut dengan keuntungan
(kerugian) bersih. Jumlah net ditambahkan pada saldo yang belum diamortisasi yang
terbawa dari masa lalu carry – forward untuk menentukan total keuntungan kerugian
bersih yang belum diakui.
d. Penangguhan dan amortisasi biaya jasa lalu. Biaya jasa lalu adalah manfaat
yangretroaktif yang timbul terutama melalui negosiasi ulang darei kontrak pensiun.
Biaya jasa lalu relevan selama beberapa periode dan sifatnya tak berulang. Akuntansi
pensiun menangguhkan dan mengamortisasi pengaruh biaya jasa lalu selama rata –
rata sisa masa manfaat dari program pegawai dengan menggunakan metode garis
lurus.
17. SEKILAS AKUNTANSI OPEB
1. Status yang Diakui di Neraca
Titik awal dalam menentukan kewajiban OPEB adalah mengestimasi kewajiban
manfaat pascapensiun yang diharapkan (expected postretirement benefit obligation –
EPBO), yang merupakan nilai sekarang dari pembayaran OPEB di masa depan yang
berhubungan dengan pekerja. Keseluruhan dari EPBO tidak diakui secara langsung,
melainkan dengan cara bertahap.
2. Mengakui Biaya OPEB
Komponen biaya OPEB yang diakui dalam laba bersih, yaitu :
a. Biaya jasa. Nilai sekarang aktuaria dari manfaat yang dihasilkan oleh pegawai
selama satu periode, bagian dari OPEB yang diatribusikan pada tahun berjalan.
b. Biaya bunga. Pertumbuhan APBO selama satu periode menggunakan asumsi
tingkat diskonto.
c. Pengembalian yang diharapkan atas asset program. Merupakan nilai pembukaan
pasar wajar dari asset program OPEB dikalikan dengan tingkat pengembalian
jangka panjang yang diharapkan dari asset tersebut.
d. Amortisasi keuntungan dan kerugian bersih. Dalam pensiun, keuntungan
(kerugian) actuarial dapat timbul ketika asumsi aktuarial. Keuntungan dan
kerugian aktuarial ditambahkan kepada perbedaan antara tingkat pengembalain
asset program aktual dengan yang diharapkan, dan jumlah bersih tersebut
ditangguhkan.
e. Amortisasi biaya jasa lalu. Biaya yang timbul akibat perubahan dari amandemen
program, atau biaya jasa lalu, ditangguhkan dan diamortisasi secara garis lurus
selama periode jasa yang tersisa di masa depan.
3. Artikulasi Neraca dan Lba Bersih
Proses pemerataan biaya manfaat pascapensiun bersih tidak akan diartikulasi
dengan perubahan status pendanaan pada neraca. Penangguhan bersih selama setahun
dimasukkanb dalam laba komprehensif lainnya untuk tahun tersebut dan akumulasi
penangguhan bersih dimasukkan dalam akumulasi laba komprehensif lainnya.
C. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Aktivitas pendanaan adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk
memperoleh uang untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Sumber pendanaan
eksternal ada dua yaitu pemilik atau pemegang saham, dan pemberi pinjaman.
Kewajiban lancar adalah kewajiban yang pelunasannya menggunakan aset lancar
atau munculnya kewajiban lancar lainnya. Pada praktiknya kewajiban lancar dicatat pada
nilai temponya bukn pada nilai waktu sekarang. Ada dua jenis kewajiban lancar yaitu
yang timbul dari aktivitas pendanaan dan yang timbul dari aktivitas operasi.