bab 2.pdf

51
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Aziz W (2009), terhadap Analisis Penggunaan Bahan Bakar Liquefied Petroleum Gas (LPG) Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Dan Emisi Gas Buang CO Dan HC Pada Motor Supra X 125R Tahun 2009”, yaitu dengan mengunakan tabung gas LPG 3 kg dapat menempuh jarak 250 km dibandingkan dengan satu liter premium yang hanya dapat menempuh jarak 55 km. Hasil emisi gas buang CO sebesar 0,025% dan kadar emisi gas buang HC sebesar 2274 ppm. Nu’man (2013) terhadap “Peforma Mesin Dan Emisi Gas Buang Motor Bensin Berbahan Bakar LPG Dengan Penambahan Gas HHO”, yaitu dengan penggunaan bahan bakar gas LPG pada sepeda motor Yamaha Xeon 125 cc tahun 2012 di mana pada penggunaan LPG maupun LPG dengan penambahan gas HHO terjadi penurunan pada performa mesin, konsumsi bahan bakar, dan menurunkan emisi CO dan HC yang dihasilkan. Yunianto (2009), terhadap “Pengaruh Perubahan Sudut Penyalaan (Ignition Time) Terhadap Emisi Gas Buang Pada Mesin Sepeda Motor 4 (Empat) Langkah Dengan Bahan Bakar LPG”, bahwa dengan pengaturan pada sudut penyalaan 11 0 , 14, dan 17 sebelum TMA diketahui terjadi

Upload: addo-adhiyaksa

Post on 14-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

dasar teori motor berbahan bakar LPG

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2.pdf

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Aziz W (2009), terhadap “Analisis Penggunaan Bahan Bakar

Liquefied Petroleum Gas (LPG) Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Dan

Emisi Gas Buang CO Dan HC Pada Motor Supra X 125R Tahun 2009”,

yaitu dengan mengunakan tabung gas LPG 3 kg dapat menempuh jarak

250 km dibandingkan dengan satu liter premium yang hanya dapat

menempuh jarak 55 km. Hasil emisi gas buang CO sebesar 0,025% dan

kadar emisi gas buang HC sebesar 2274 ppm.

Nu’man (2013) terhadap “Peforma Mesin Dan Emisi Gas Buang

Motor Bensin Berbahan Bakar LPG Dengan Penambahan Gas HHO”,

yaitu dengan penggunaan bahan bakar gas LPG pada sepeda motor

Yamaha Xeon 125 cc tahun 2012 di mana pada penggunaan LPG maupun

LPG dengan penambahan gas HHO terjadi penurunan pada performa

mesin, konsumsi bahan bakar, dan menurunkan emisi CO dan HC yang

dihasilkan.

Yunianto (2009), terhadap “Pengaruh Perubahan Sudut Penyalaan

(Ignition Time) Terhadap Emisi Gas Buang Pada Mesin Sepeda Motor 4

(Empat) Langkah Dengan Bahan Bakar LPG”, bahwa dengan pengaturan

pada sudut penyalaan 110 , 14, dan 17 sebelum TMA diketahui terjadi

Page 2: BAB 2.pdf

8

penurunan emisi Cosebesar 0,24% - 97,68 dan emisi HC sampai sebesar

97,5% volume.

Nuarsa, dkk (2012), terhadap “Pengaruh Posisi Penyemprotan

Bahan Bakar Gas LPG Pada Intake Manifold Terhadap Konsumsi Bahan

Bakar Pada Mesin Bensin Empat Langkah Satu Silinder Honda Supra X”,

di mana penyemprotan bahan bakar LPG pada posisi belakang (P3)

didapatkan penilaian penurunan konsumsi bahan bakar (SFC) yang

optimal dibandingkan pada posisi depan (P1) dan posisi tengah (P2) pada

putaran 4500 dan 6000 rpm terhadap penggunaan bahan bakar bensin.

Tirtoantmodjo, dkk (1999), terhadap “Peningkatan Performance

Motor Bensin 4 Tak 3 Silinder Yang Menggunakan Bahan Bakar Gas

Dengan Penambahan Blower Dan Sistem Injeksi”. Dari hasil penelitian di

mana motor 4 tak 3 silinder dengan adanya penambahan blower (inventer)

di dalam sistem injeksi BBG maka tekanan dan kepadatan campuran BBG

dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar bisa lebih tinggi dan daya

yang dihasilkan motor bakar lebih meningkat dan bisa menyamai bahkan

melebihi daya motor dari motor bakar bensin.

Kristanto, dkk (2001), terhadap“Pengaruh Perubahan Pemajuan

Waktu Penyalaan Terhadap Motor Dual Fuel (Bensin-BBG)”, Di mana

daya dan torsi mengalami penurunan dengan cara meningkatkan unjuk

kerja dari motor bensin yang menggunakan bahan bakar gas dengan

mengatur pemajuan penyalaan secara elektronik sehingga waktu

pengapiannya lebih cepat.

Page 3: BAB 2.pdf

9

Sitorus (2012), terhadap “Kajian Eksperimental Perbandingan

Performansi Mesin Otto Bahan Bakar Premium Dengan Bahan Bakar

LPG”. Dengan memodifikasi karburatornya maka mesin dapat bekerja

seperti pada saat menggunakan premium, walaupun performansi mesin

cenderung belum memberikan hasil yang optimal seperti performansi

mesin pada saat menggunakan premium, tetapi bahan bakar LPG

mempunyai keuntungan yaitu emisi yang dihasilkan lebih ramah

lingkungan dari premium, selain itu harga LPG lebih murah dibandingkan

harga premium.

Setiyo. dkk (2012), terhadap “Optimasi Pemanfaatan LPG Sebagai

Bahan Bakar Kendaraan Melalui Penyetelan Converter Kits Dan Saat

Pengapian”, di mana Torsi optimum 131,2 N.m diperoleh pada stelan gas

lever 5,75 putaran, bukaan katup aliran 40%, dan saat pengapian 15

0BTDC. Emisi CO terendah 0,13% diperoleh pada stelan pegas lever 5,5

putaran, bukaan katup aliran 40% dan saat pengapian 10 0BTDC, Emisi

HC terendah 124 ppm diperoleh pada stelan pegas lever 5,5 putaran,

bukaan katup aliran 40% dan saat pengapian 15 0BTDC.

Kristanto, dkk (2001), terhadap “Pengaturan Kondisi Idle Dan

Akselerasi Pada Motor Berbahan Bakar Gas”, di mana adanya

penambahan sistem injeksi yang dilengkapi ECM pada perangkat

conversion kit standar dapat mencapai putaran 800 rpm, waktu yang

dibutuhkan untuk akselerasi lebih singkat dengan mengatur tekanan kerja

regulator gas di atas 100 kPa karena ECM tidak mampu untuk

mengendalikan kerja dari solenoid valve untuk injector, sehingga suplai

Page 4: BAB 2.pdf

10

BBG akan berlebihan dan akan menghalangi masuknya udara ke intake

manifold, sehingga motor cenderung mati.

Rastoto, dkk (2008), terhadap “Pengaruh Perubahan Waktu

Pengapian (Ignition Timing) Terhadap Emisi Gas Buang CO Dan HC

Pada Sepeda Motor Vega R 110 CC Tahun 2008 Dengan Bahan Bakar

LPG (Liquefied Petroleum Gas)” di mana dengan waktu pengapian

(ignition timing) 130 sebelum TMA meningkatkan hasil kadar emisi gas

buang CO dan HC, sedangkan dengan waktu pengapian (ignition timing)

70 sebelum TMA akan menurunkan hasil kadar emisi gas buang CO dan

HC tetapi akan menurunkan tenaga mesin.

Murdyanto (2010), terhadap “Pengaruh Pembebanan Terhadap

Emisi Gas Buang Sepeda Motor 4 Langkah Dengan Sistem Dua Bahan

Bakar (Bifuel) Premium dan LPG Dengan Variasi Sudut Penyalaan” di

mana sepeda motor yang dijalankan dengan bahan bakar LPG timing 110

memiliki penurunan emisi CO sebesar 0,24% - 97,68 volume, emisi HC

sampai sebesar 97,5% jika dibandingkan dengan bahan bakar bensin

timing 140.

Romandoni (2006), terhadap “Studi Komparasi Performa Mesin

Dan Kadar Emisi Gas Buang Sepeda Motor Empat Langkah Berbahan

Bakar Bensin Dan LPG” di mana penggunaan bahan bakar gas LPG pada

sepeda motor Honda Vario 110 cc dapat meningkatkan torsi (torque), dan

daya (horse power). Peningkatan torsi tertinggi sebesar 63,90% di

dapatkan pada putaran 2000 rpm dengan menggunakan bahan bakar LPG.

Peningkatan daya tertinggi sebesar 50,44% di dapatkan pada putaran 2000

Page 5: BAB 2.pdf

11

rpm dengan menggunakan bahan bakar gas LPG. Sedangkan konsumsi

bahan bakar (Fuel Consumption) mengalami penurunan yang signifikan.

Penurunan konsumsi bahan bakar tertinggi sebesar 23,09% di dapatkan

pada putaran 6000 rpm dengan menggunakan bahan bakar gas LPG dan

juga menurunkan kadar emisi gas buang seperti penurunan CO tertinggi

sebesar 99,56% di dapatkan pada putaran 5500 rpm. Penurunan CO2

tertinggi sebesar 55,72% di dapatkan pada putaran 3500 rpm. Penurunan

HC tertinggi sebesar 77,67% di dapatkan pada putaran 5500 rpm.

Sedangkan konsentrasi O2 mengalami peningkatan yang signifikan pada

penggunaan bahan bakar LPG. Peningkatan tertinggi sebesar 83,65% di

dapatkan pada putaran 7500 rpm.

Yunianto (2009) terhadap “Pengaruh Perubahan Saat Penyalaan

(Ignition Timing) Terhadap Prestasi Mesin Pada Sepeda Motor 4 Langkah

Dengan Bahan Bakar LPG” di mana dapat diperoleh pemakaian bahan

bakar gas LPG pada mesin menghasilkan daya dan torsi rata-rata sebesar

25% lebih kecil dibandingkan daya dan torsi yang dihasilkan oleh bensin.

Torsi gas LPG pada sudut pengapian 11° lebih tinggi dari torsi pada

variasi sudut pengapian yang lain yaitu pada 4000 rpm dengan torsi 8.309

Nm. Dibandingkan dengan bahan bakar bensin pengapian standar, gas

LPG 11° hanya berselisih rata-rata 3 % lebih kecil dari torsi bensin

standar. Kondisi operasi terbaik mesin baik dengan bahan bakar bensin

maupun gas LPG dalam kisaran putaran 4000 rpm sampai 5000 rpm.

Fauzan (2008), terhadap “Disain Converter Kits Modifikasi Sistem

Bahan Bakar Motor Bensin Menjadi Berbahan Bakar Gas” maka di dapat

Page 6: BAB 2.pdf

12

hasil perancangan kits konversi eksperimental untuk mesin satu silinder

110 cc empat langkah berupa sistem pencampur bahan bakar (mixer)

dengan menggunakan main jet dan pilot jet sebagai komponen inti dan

instalasi kit konversi eksperimental sebagai bahan bakar gas LPG yang

berada dalam tabung bertekanan tinggi di keluarkan dengan menurunkan

tekanannya menggunakan regulator gas LPG tekanan tinggi dan kembali

di turunkan tekanannya sesuai dengan kebutuhan konsumsi bahan bakar

dengan menggunakan regulator asetelin. Gas yang sudah di turunkan

tekanannya di alirkan melalui selang gas ke kran membran. Kevakuman

yang terjadi di ruang bakar yang diakibatkan oleh langkah isap piston

mengakibatkan pegas kran membran tertarik dan membuka aliran gas dan

gas akan mengalir ke kran pembagi untuk kemudian di alirkan ke main jet

dan pilot jet di dalam pencampur (mixer), selanjutnya keruang bakar

mesin.

Jauhari (2008), dalam artikelnya dengan judul “Bahan Bakar

Alternatif : Motor dengan LPG 3 Kg” menghasilkan kesimpulan bahwa

hasil uji coba yang telah diterapkan pada motor suzuki smash 110 cc,

untuk satu tabung gas elpiji berukuran tiga kilogram dapat menempuh

jarak 150 kilometer. Bandingkan dengan bensin yang satu liternya dalam

kondisi jalan normal hanya dapat menempuh 40 kilometer (Berdasarkan

konsumsi BBM premium motor suzuki smash).

Maulana (2008), dalam artikelnya dengan judul “Elpiji Jadi

Bahan Bakar Kendaraan” membahas tentang hasil uji coba yang

dilakukan Pertamina dengan Institut Teknologi Bandung dengan

Page 7: BAB 2.pdf

13

menggunakan gas LPG sebagai bahan bakar pada mobil Toyota Vios

menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan BBG lebih bagus dari pada

bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, daya torsi lebih tinggi

dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar Pertamax.

Sugianto (2008), Eksperimen yang telah diterapkan pada sepeda

motor Yamaha Vega 2006 dengan menggunakan bahan bakar gas elpiji

menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Ruang bakar lebih bersih dan tidak banyak kerak

2. Lebih ramah lingkungan karena kandungan hidrokarbon yang minim

3. Dalam kandungan gas elpiji, tidak terdapat timbal

4. Tarikan atau tenaga motor lebih responsif.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Motor Bensin

Motor Bensin disebut juga dengan motor penyalaan busi (spark

ignition engine) karena pembakaran bahan bakar untuk mendapatkan

fluida kerjanya dengan menggunakan percikan bunga api. Energi itu

sendiri didapat dari energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar yang

disemprotkan melalui distributor ke dalam ruang bakar yang bercampur

dengan udara sehingga terjadi reaksi oksidasi atau pembakaran. Proses

pembakaran tersebut menyebabkan kenaikan tekanan dan temperatur, gas

bertekanan tinggi tersebut akan mendorong piston untuk bergerak secara

translasi dan selanjutnya akan menggerakkan batang torak (batang

penggerak) yang dihubungkan dengan poros engkol.

Page 8: BAB 2.pdf

14

2.3 Klasifikasi Motor Bensin

Berdasarkan prinsip kerjanya, motor bensin dibagi menjadi dua

klasifikasi, yaitu :

1. Motor Bensin Empat Langkah

2. Motor Bensin Dua Langkah

2.3.1 Motor Bensin 4 Langkah

Mesin empat langkah adalah motor yang pada setiap empat

langkah torak (dua kali putaran poros engkol) sempurna menghasilkan

satu tenaga kerja (langkah kerja). Proses tersebut meliputi langkah hisap,

langkah kompresi, langkah ekspansi dan langkah buang. Hal ini terjadi

selama gerakan torak dari TMB-TMA-TMB-TMA (dua putaran poros

engkol). Dalam hal ini, gas hasil pembakaran mendorong torak hanya pada

langkah ekspansi saja, sedangkan untuk ketiga langkahnya terjadi hal

sebaliknya. Untuk memungkinkan terjadinya hal tersebut, maka sebagian

energi gas pembakaran selama langkah ekspansi harus diubah dan

disimpan dalam bentuk energi kinetis roda gaya.

1. Langkah Hisap

Langkah hisap dimulai pada piston berada pada posisi titik mati atas

(TMA) dan berakhir ketika piston mencapai titik mati bawah (TMB).

Katup hisapnya sudah terbuka sebelum TMA, untuk menghasilkan lubang

hisap yang luas bila dalam silinder telah terjadi kehampaan akibat gerakan

piston ke bawah.

Page 9: BAB 2.pdf

15

2. Langkah Kompresi

Katup masuk tertutup, torak bergerak ke atas dengan mendesak

pengisian dalam silinder, kemudian sebelum torak sampai di titik tertinggi

(titik mati atas = TMA) isi dalam silinder dinayalakan oleh nyala api dari

busi.

3. Langkah Usaha

Letusan atau ledakan mendorong torak ke bawah dengan gaya besar

sebelum torak sampai ke titik mati terendah (titik mati bawah = TMB)

katup buang membuka.

4. Langkah Buang

Torak bergerak ke atas dan mendesak gas yang sudah terbakar keluar

melalui katup buang. Seluruh proses kemudian terulang kembali dimulai

dengan langkah hisap sampai langkah buang lagi, hal itu adalah proses

motor bensin 4 langkah.

Gambar 2.1 Siklus Kerja Motor Bensin Empat Langkah

(Pudjanarsa & Nursuhud, 2006 : 22)

Page 10: BAB 2.pdf

16

2.3.2 Motor Bensin 2 Langkah

Motor bensin dua langkah adalah mesin yang dalam satu siklusnya

tenaga memerlukan dua kali langkah kerja satu kali putaran poros engkol.

Adapun langkah - langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Langkah Kompresi

Pada langkah kompresi ini dimulai dengan penutupan saluran masuk

dan keluar kemudian menekan isi silinder dan menghisap campuran bahan

bakar udara bersih ke dalam rumah engkol. Bila piston mencapai titik mati

atas (TMA), pembakaran dimulai.

2. Langkah Kerja atau Ekspansi

Pada langkah ekspansi ini piston bergerak mencapai titik tertentu

sebelum titik mati bawah (TMB), pada awalnya saluran buang dan

kemudian saluran masuk terbuka. Sebagian besar gas yang terbakar keluar

silinder dalam proses exhaust blowdown. Ketika saluran masuk terbuka,

campuran bahan bakar dan udara bersih tertekan ke dalam silinder. Piston

dan saluran - saluran umumnya dibentuk untuk membelokkan campuran

yang masuk langsung menuju saluran buang dan juga ditunjukkan untuk

mendapatkan pembilasan gas residu secara efektif.

Page 11: BAB 2.pdf

17

Gambar 2.2 Siklus Kerja Motor Bensin dua Langkah

(Pudjanarsa & Nursuhud, 2006 : 21)

2.4 Siklus Termodinamika Motor Bakar

Proses termodinamika dan kimia yang terjadi di dalam motor bakar

torak amat kompleks untuk dianalisis menurut teori. Untuk memudahkan

analisis tersebut kita perlu membayangkan suatu keadaan yang ideal.

Makin ideal suatu keadaan makin mudah untuk dianalisis, akan tetapi

dengan sendirinya makin jauh menyimpang dari keadaan yang sebenarnya.

Pada umumnya untuk menganalisis motor bakar dipergunakan siklus udara

sebagai siklus yang ideal. Siklus udara menggunakan beberapa keadaan

yang sama dengan siklus sebenarnya, misalnya :

1. Urutan proses

2. Perbandingan kompresi

3. Pemilihan temperatur dan tekanan suatu keadaan

4. Penambahan kalor yang sama per satuan berat udara.

Page 12: BAB 2.pdf

18

Di dalam siklus termodinamika, khususnya pada motor bakar torak

akan dibahas beberapa analisis siklus udara, yakni :

1. Siklus udara volume-konstan (Siklus Otto)

2. Siklus udara tekanan-konstan (Siklus Diesel)

3. Siklus udara tekanan-terbatas (Siklus Gabungan).

Pada Mesin yang ideal proses pembakaran yang dapat

menghasilkan gas bertekanan dan bertemperatur tinggi itu dimisalkan

sebagai proses pemasukan panas ke dalam fluida kerja di dalam silinder.

2.4.1 Siklus Udara Volume Konstan (Siklus Otto)

Siklus ini dapat digambarkan dengan diagram P-V dan T-S seperti

terlihat pada gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.3 Diagram P-V dan T-S Siklus Otto

(Potter & Somerton, 1995 : 193)

Page 13: BAB 2.pdf

19

Keterangan gambar :

1) 1 - 2 : Proses kompresi berlangsung secara isentropik

2) 2 - 3 : Proses pembakaran dianggap sebagai proses pemasukan

kalor secara isovolume

Qin = m.Cv. (T3-T2)

3) 3 - 4 : Proses ekspansi berlangsung secara isentropik

4) 4 - 1 : Proses buang berlangsung secara isovolume

Qout = m.Cv. (T4-T1)

Keterangan :

Q = Kalor (Kj)

m = Massa (Kg)

Cv = Kalor spesifik pad volume konstan (Kj/Kg-K)

T = Temperatur (0K)

2.4.2 Siklus Udara Tekanan Konstan (Siklus Diesel)

Siklus udara tekanan konstan (siklus diesel) adalah apabila

pemasukan kalor dilakukan pada tekanan konstan. Untuk siklus ini

digunakan pengidealan yang sama seperti siklus volume konstan, kecuali

Page 14: BAB 2.pdf

20

mengenai pemasukan kalor siklus diesel dilaksanakan pada tekanan -

konstan. Siklus diesel dapat ditunjukkan pada gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Diagram P vs V dan T vs S siklus tekanan konstan

(Potter & Somerton, 1995 : 195)

Keterangan gambar :

1) 1 - 2 : Proses kompresi secara isentropik

2) 2 - 3 : Proses pemasukan kalor secara isobarik

Qin = m. Cv. (T3-T2)

3) 3 - 4 : Proses kerja atau ekspansi secara isentropik

4) 4 - 1 : Proses pembuangan dianggap sebagai proses pengeluaran

kalor pada volume konstan

Qout = m.Cv. (T4-T1)

Page 15: BAB 2.pdf

21

2.4.3 Siklus Udara Tekanan Terbatas (Siklus Gabungan)

Apabila pemasukan kalor pada suatu siklus dilaksanakan baik pada

volume-konstan maupun pada tekanan-konstan, siklus tersebut dinamai

siklus tekanan-terbatas atau siklus gabungan.

Gambar 2.5 Diagram P vs V dan T vs S siklus gabungan

(Potter & Somerton, 1995 : 198)

Keterangan gambar :

1) 1 - 2 : Proses kompresi secara isentropik

2) 2 - 4 : Proses pembakaran dianggap sebagai pemasukan kalor

Secara isovolume dan tekanan konstan

Qin = m.Cv (T3 – T2) + m.Cp (T4 – T3)

3) 2 - 3 : Proses pembakaran awal secara isentropik

4) 3 - 4 : Proses pembakaran lanjut secara isobarik

5) 4 - 5 : Proses ekspansi secara isentropik

Page 16: BAB 2.pdf

22

6) 5 - 1 : Proses pembuangan dianggap sebagai proses pengeluaran

kalor secara isovolume.

Qout = m.Cv (T5 – T1)

2.5 Siklus Aktual Motor Bakar

Dalam kenyataan tiada suatu siklus pun merupakan siklus volume

konstan, siklus tekanan konstan, atau siklus tekanan terbatas. Tetapi boleh

dikatakan antara efisiensi siklus udara dan siklus sebenarnya terdapat

hubungan baik untuk motor bensin maupun motor diesel harga efisiensi

yang lebih tinggi berlaku untuk perbandingan kompresi yang lebih tinggi

dan untuk perbandingan bahan bakar udara yang lebih rendah.

Perlu diketahui motor bakar torak yang sebenarnya tidak

memerlukan kalor yang dimasukkan dari luar tetapi dalam motor bakar

yang sebenarnya, kenaikan temperatur dan tekanan fluida kerja yang

diperlukan itu diperoleh dari pembakaran bahan bakar dan udara di dalam

silinder. Oleh karena itu energi yang dipergunakan dihitung berdasarkan

jumlah energi bahan bakar tersebut. Dengan demikian proses pembakaran

harus sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak

mencapai TMA dan berkahir beberapa derajat sudut engkol sesudah torak

bergerak kembali dari TMA menuju TMB. Jadi, proses pembakaran tidak

berlangsung pada volume atau tekanan konstan. Oleh karena itu diagram P

vs V dari siklus sebenarnya tidak sama dengan bentuk diagram siklus

ideal. Siklus yang sebenarnya tidak pernah merupakan siklus volume-

konstan, siklus tekanan-konstan atau siklus tekanan-terbatas. Gambar 2.6

Page 17: BAB 2.pdf

23

menunjukkan bentuk diagram P vs V dari sebuah motor dua langkah dan

empat langkah sebenarnya.

Gambar 2.6 Diagram pengaturan katup dengan grafik tekanan vs volume

(a) untuk motor empat langkah; (b) untuk motor dua langkah

(Arismunandar. W, 2002 : 31)

2.6 Komponen-komponen Pada Motor Bensin

2.6.1 Komponen Utama

1. Silinder

Silinder blok merupakan tempat piston bergerak, untuk mendapatkan

konduktivitas thermal yang baik, blok silinder dibuat dari bahan yang

memiliki konduktivitas thermal yang tinggi, seperti besi tuang.

2. Piston

Fungsi dari piston yaitu untuk menerima tekanan gas hasil

pembakaran. Gaya-gaya yang bekerja pada torak terdiri atas gaya gas pada

Page 18: BAB 2.pdf

24

puncak torak, maka dari itu torak haruslah tahan terhadap semua gaya dan

bergerak sebaik-baiknya di dalam silinder.

3. Ring Piston

Piston ring fungsinya yaitu untuk menahan kebocoran kompresi dan

untuk mencegah kebocoran pelumas agar tidak ikut terbakar dalam ruang

pembakaran. Agar torak dapat bergerak dengan sebebas-bebasnya,

haruslah ada kelonggaran yang setepat-tepatnya dengan silinder dan

dilumasi dengan baik.

4. Setang Piston (con rod)

Setang piston berguna untuk meneruskan daya yang dihasilkan dari

proses pembakaran bahan bakar. Batang penggerak harus dibuat seringan

mungkin tetapi kaku dan mempunyai kekerasan yang tinggi.

5. Poros Engkol (crankshaft)

Poros engkol berfungsi sebagai penerus daya dari setang piston yang

kemudian diteruskan untuk menggerakkan roda.

2.6.2 Komponen Pendukung

1. Sistem Pemasukan dan Pembuangan

a) Intake Manifold (Saluran Masuk)

Intake manifold mendistribusikan campuran udara-bahan bakar

yang diproses oleh karburator ke silinder-silinder. Intake manifold

dibuat dari panduan alumunium yang dapat memindahkan panas lebih

Page 19: BAB 2.pdf

25

efektif dibandingkan dengan logam lainnya. Intake manifold

didekatkan sedekat mungkin dengan sumber panas yang

memungkinkan udara dan bensin cepat menguap.

b) Exhaust Manifold (Saluran Pembuangan)

Exhaust manifold menampung gas bekas disemua silinder dan

mengalirkan gas tersebut ke pipa buang (Exhaust pipe). Exhaust

manifold diletakkan pada kepala silinder.

2. Sistem Pelumasan

Pada suatu mesin itu terdapat gerakan relatif antara dua benda yang

bersentuhan, terjadilah gesekan antara kedua benda itu. Gesekan atau

(mekanik) tersebut terutama disebabkan oleh permukaan benda yang kasar

tetapi mungkin juga oleh adhesi antara kedua permukaan atau reaksi kimia

yang terjadi pada permukaan itu. Misalnya poros dan bantalannya, antara

torak dengan dinding silinder, antara roda gigi dan sebagainya. Untuk

mengatasi gesekan itu, agar benda yang bersentuhan bisa digerakkan,

maka diperlukan gaya. Karena itu besarnya gesekan harus dibatasi agar

daya mesin tidak banyak yang hilang pada bantalan, roda gigi dan

sebagainya.

Besarnya gesekan dapat dikurangi dengan menggunakan pelumasan

yang berfungsi untuk memisahkan dua permukaan yang bersentuhan.

Akan tetapi di dalam kenyataannya tidak ada gerakan tanpa gesekan

karena itu tidaklah mudah untuk memperoleh pemisah yang sempurna.

Lagi pula gesekan terjadi juga pada permukaan yang dilumasi itu

Page 20: BAB 2.pdf

26

disebabkan karena adanya tegangan geser pada pelumasan itu sendiri.

Secara umum pelumasan itu berfungsi untuk :

1. Mencegah kontak langsung logam dengan logam

2. Mengurangi gesekan, mencegah keausan dan panas

3. Mendinginkan pada bagian-bagian mesin yang bergesekan

4. Mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian mesin.

3. Sistem Pendinginan

Dalam proses pembakaran ini akan menghasilkan panas yang sebagian

besar akan dirubah menjadi energi mekanik dan sisanya dikeluarkan

menjadi gas buang dan beberapa sisa lainnya diserap oleh mesin. Di mana

komponen-komponen yang berhubungan dengan panas hasil pembakaran

akan mengalami kenaikan temperatur yang cenderung akan mengubah

sifat dan bentuk dari komponen mesin tersebut. Untuk mencegah maka

diperlukan suatu sistem yaitu pendinginan.

Pada motor ini adalah sistem pendinginan yang digunakan adalah

sistem pendinginan udara. Udara pendingin dialirkan melalui dan

menyelubungi dinding silinder, kepala silinder serta bagian lainnya yang

perlu didinginkan.

4. Sistem Pengapian

Sistem pengapian pada sepeda motor bensin ada dua macam yaitu

sistem pengapian baterai dan sistem pengapian magnet. Kedua sistem ini

Page 21: BAB 2.pdf

27

mempunyai prinsip dan tujuan yang sama, yakni sama-sama memakai arus

listrik dengan tujuan membangkitkan tegangan listrik yang tinggi sehingga

terjadi loncatan bunga api di antara kedua ujung elektroda busi. Biasanya

diperlukan tegangan 10.000-20.000 volt agar terjadi loncatan bunga api

tersebut, namun hal ini tergantung dari jarak antara kedua ujung elektroda

pada busi dan perbandingan bahan bakar-udara.

Perbedaan dari sistem penyalaan baterai dan magnet yaitu pada suplai

arus listrik yang dipakai. Pada sistem baterai sumber arus listrik yang

dipakai dari baterai. Sedangkan sistem penyalaan magnet arus listrik

bersumber dari generator.

Gambar 2.7 Sistem Penyalaan Baterai

(Arismunandar, W, 2002 : 63)

Page 22: BAB 2.pdf

28

Gambar 2.8 Skema sistem magneto tegangan rendah dua kutub

(Arismunandar, W, 2002 : 69)

A. Baterai

Baterai berfungsi untuk menyediakan arus listrik tegangan

rendah untuk dialirkan ke ignition coil.

B. Ignition coil

Ignition coil berfungsi untuk merubah arus tegangan listrik 12

volt yang diterima dari baterai atau generator untuk menghasilkan

tegangan tinggi sehingga dapat meloncatkan bunga api. Tegangan

yang dihasilkan oleh ignition coil 10.000-20.000 volt. Konstruksi

dari ignition coil terdiri dari unit besi yang dikelilingi oleh lilitan

sekunder. Lilitan sekunder ini berkisar 15.000-30.000 lilitan.

Lilitan sekunder dikelilingi oleh lilitan primer yang berkisar antara

150-300 lilitan. Pada lilitan sekunder biasanya menggunakan kawat

lilitan yang lebih halus dari pada lilitan primer.

Page 23: BAB 2.pdf

29

Gambar 2.9 Konstruksi Ignition Coil

(Harsanto, 1984 : 46)

C. Busi

Busi merupakan sebagai alat untuk penyalaan campuran bahan

bakar. Loncatan bunga api pada sebuah busi dihubungkan dengan

sebuah kabel pada terminal yang berada di bagian sebelah atas

busi. Kabel tersebut berhubungan langsung dengan sumber daya

tegangan tinggi.

2.7 Sistem Bahan Bakar

Di dalam motor bakar selalu kita harapkan bahan bakar dan udara

itu sudah bercampur dengan baik sebelum dinyalakan oleh busi. Banyak

cara memperoleh campuran yang baik itu di dalam pasal ini hanya

dibiarkan bagaimana bahan bakar dimasukkan ke dalam arus udara yang

mengalir di dalam saluran hisap sebelum masuk ke dalam silinder.

Page 24: BAB 2.pdf

30

Pompa bahan bakar mengalirkan bahan bakar dari tangki bahan

bakar ke karburator untuk memenuhi jumlah bahan bakar yang tersedia di

dalam karburator. Pompa ini terutama dipakai apabila letak tangki lebih

rendah dari pada karburator. Untuk membersihkan bahan bakar dari

kotoran yang dapat mengganggu aliran atau menyumbat saluran bahan

bakar, terutama saluran di dalam karburator dipergunakan saringan.

Sebelum masuk ke dalam silinder, udara mengalir melalui

karburator yang mengatur pemasukan dan pengabutan bahan bakar ke

dalam arus udara sehingga diperoleh perbandingan campuran yang sesuai

dengan keadaan beban dan kecepatan poros engkol. Proses penyampuran

bahan bakar-udara tersebut berlangsung baik di dalam saluran hisap

maupun di dalam silinder sebelum campuran itu terbakar.

Campuran itu harus homogen serta perbandingannya sama untuk

setiap silinder. Campuran yang kaya diperlukan dalam keadaan tanpa

beban dan beban penuh, sedangkan campuran yang miskin dalam keadaan

operasi normal. Disini ada banyak karburator yang dapat dipergunakan,

masing-masing dengan konstruksi yang sesuai dengan tujuan

penggunaannya, sesuai dengan prestasi yang akan mempergunakannya,

serta sesuai dengan selera atau keinginan perancangannya. Pada umumnya

sebuah karburator dilengkapi dengan choke, yaitu sebuah katup udara yang

dipasang di dalam saringan udara dan venturi. Katup udara ditutup, aliran

udara akan berkurang sehingga diperoleh perbandingan campuran bahan

bakar-udara yang lebih kaya. Hal ini terutama diperlukan pada waktu

menghidupkan (start) mesin dalam keadaan dingin. Di samping itu, dalam

Page 25: BAB 2.pdf

31

keadaan tanpa beban dan putaran rendah, yaitu pada waktu katup dalam

keadaan hampir tertutup, besar kemungkinan bahan bakar tidak mengalir

melalui kerongkongan nozel (venturi). Maka karburator perlu dilengkapi

dengan orifis tanpa beban atau nozel tanpa beban serta sekrup pengatur.

Namun demikian, ada cara lain untuk memasukkan bahan bakar ke

dalam arus udara itu. Misalnya dengan menyemprotkan bahan bakar ke

dalam arus udara seperti yang banyak dipergunakan pada mobil balap,

terutama untuk memperoleh daya yang sebesar-besarnya. Karburator

semacam ini dinamai injection carburator.

Gambar 2.10 Skema suatu sistem penyaluran bahan bakar

(Arismunandar, W, 2002 : 73)

Page 26: BAB 2.pdf

32

2.8 Bahan Bakar

Bahan bakar (fuel) adalah material dengan satu jenis energi yang

bisa berubah menjadi energi yang berguna.

2.8.1 Spesifikasi Dasar

1. Nilai Kalor Pembakaran

Nilai kalor adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran

sempurna 1 kilogram atau satu satuan berat bahan bakar padat atau cair

atau satu meter kubik atau satu volume bahan bakar gas, pada keadaan

baku.

Nilai kalor atas “Gross heating valve” atau “higher heating value”

adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan

berat bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar

gas, pada tekanan tetap suhu 25 Cº apabila semua air yang mula-mula

berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi cair kembali.

Nilai kalor bawah atau “Net heating value” atau “lower heating

value” adalah kalor yang besarnya sama dengan nilai kalor atas

dikurangi kalor yang diperlukan oleh cairan yang terkandung dalam

bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar

berwujud uap air pada 25 Cº.

2. Berat Jenis (Specific Gravity)

Perbandingan jumlah tertentu suatu zat terhadap berat murni pada

volume dan suhu yang sama dinamakan berat jenis zat. Berat jenis

Page 27: BAB 2.pdf

33

minyak sering juga dinyatakan dalam Baume. Masing-masing skala ini

dapat dinyatakan sebagai fungsi dari berat jenis (g) pada suhu 60 Fº.

Berat jenis bahan bakar gas elpiji sekitar 0,58 g/ml.

3. Flash Poin atau Titik Nyala

Titik nyala adalah suhu terendah di mana uap minyak yang

terdapat di atas cairannya dapat membentuk campuran yang dapat

menyala dengan udara, bila ia terkena percikan api. Titik nyala yang

rendah menyulitkan penyimpanan dan pengangkutan.

4. Viskositas atau Kekentalan

Viskositas adalah kebalikan dari fluidits atau daya alir. Makin

tinggi viskositas makin sukar mengalir. Mengingat kecepatan mengalir

juga tergantung pada berat jenis.

5. Kandungan Air di dalam Bahan Bakar

Air dalam bahan bakar cair merupakan air eksternal berperan

sebagai pengganggu. Air yang terkandung dalam bahan bakar

menyebabkan penurunan mutu bahan bakar karena :

a. Menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor untuk

penguapan

b. Menurunkan titik nyala

c. Memperlambat proses pembakaran dan menambah volume gas

buang.

Page 28: BAB 2.pdf

34

6. Kandungan Abu

Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral

yang tidak dapat terbakar yang tertinggal setelah proses pembakaran

dan perubahan atau rekasi-reaksi yang menyertainya selesai. Abu

berperan menurunkan mutu bahan bakar karena menurunkan nilai

kalor.

7. Kandungan Belerang

Belerang atau kadar belerang dalam bensin terbakar menjadi gas

dioksida belerang. Bila gas menyinggung bidang dingin, dioksida

belerang akan berubah menjadi asam sulfat. Asam sulfat ini

menimbulkan karat pada logam yang dikenainya, oleh karena itu suhu

gas buang harus tinggi agar pembentukkan dalam saluran buang dapat

dihindari, kadar belerang dalam bensin harus serendah mungkin.

8. Bau

Bau yang tak enak biasanya ditimbulkan karena senyawa belerang

hidrokarbon atau yang bersifat korosif. Bau yang ditimbulkan pada gas

elpiji yaitu disebabkan karena adanya penambahan zat mercaptane.

Penambahan zat ini tujuannya yaitu untuk memudahkan untuk

mendeteksi kebocoran pada tabung gas.

Page 29: BAB 2.pdf

35

2.8.2 Jenis-jenis Bahan Bakar

1. Bahan Bakar Cair

Bahan bakar cair biasanya dipakai dalam industri, transportasi

maupun rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi

adalah campuran berbagai hidrokarbon yang termasuk dalam

kelompok senyawa : parafin, naphtena, olefin dan aromatik.

Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam kandungan

hidrogen.

2. Bahan Bakar Gas

Bahan bakar gas (BBG) adalah gas bumi yang telah dimurnikan

dan aman, bersih dan murah. Dipakai sebagai bahan bakar kendaraan

bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana dan

etana lebih kurang 90% dan selebihnya gas propana, butana, nitrogen,

karbon dioksida. BBG lebih ringan dari udara dengan berat jenis

sekitar 0.6036 dan mempunyai nilai oktan 120.

3. Bahan Bakar Padat

Ada beberapa jenis bahan bakar padat termasuk batu bara dan kayu

seluruh jenis bahan bakar tersebut dapat terbakar dan dapat

menciptakan api dan panas. Batu bara dibakar dengan kereta uap

untuk memanaskan air sehingga menjadi uap untuk menggerakkan

peralatan dan menyediakan energi. Kayu biasanya digunakan untuk

pemanasan domestik dan industri.

Page 30: BAB 2.pdf

36

Kriteria utama yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan

digunakan dalam motor bakar adalah sebagai berikut :

a) Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat

mungkin dan panas yang dihasilkan harus tinggi

b) Bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan

atau deposit setelah pembakaran karena akan menyebabkan

kerusakan pada dinding silinder

c) Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepas ke

atmosfer.

2.8.3 Bahan Bakar Yang Digunakan Dalam Penelitian

2.8.3.1 Premium

Bensin merupakan salah satu hasil penyulingan minyak

bumi yang diberi zat tambahan atau aditif, yaitu Tetra Ethyl Lead

(TEL). Bensin mempunyai rumus empiris Ethyl Benzena (C8H18).

Bensin adalah bahan bakar jenis disilat berwarna kuning

akibat adanya zat berwarna tambahan. Penggunaan bensin pada

umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor dengan

mesin bensin, seperti; mobil, sepeda motor, dan lain-lain. Bahan

bakar ini juga sering disebut motor gasoline atau petrol dengan

angka oktan adalah 88. Kandungan energi pada bensin sebesar 44.4

MJ/kg dan 34.8 MJ/ℓ. Adapun untuk pembakaran pada bensin

adalah sebagai berikut :

Page 31: BAB 2.pdf

37

2 C8H18 + 25 O2 → 16 CO2 + 18 H2O

Pada Pembakaran di atas diasumsikan bahwa bensin

terbakar dengan campuran. Komposisi bahan bakar bensin yaitu :

1. Bensin (gasoline) C8H18

2. Berat jenis bensin 0,65 - 0,75

3. Pada suhu 400 bensin menguap 30 - 65%

4. Pada suhu 1000 bensin menguap 80 - 90%.

2.8.3.2 LPG (Liquid Petroleum Gas)

LPG diperoleh dari hidrokarbon yang dihasilkan selama

penyulingan minyak mentah dan dari komponen gas alam.

Komponen LPG didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10).

LPG juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah

kecil, misalnya etana (C2H6) dan petana (C5H12)1. Dalam kondisi

atmosfer, LPG akan berbentuk gas. Volume LPG dalam bentuk

cair akan lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk volume

yang sama. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas

dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan

temperatur, tetapi biasanya sekitar 250 : 1. Tekanan di mana LPG

berbentuk cair dinamakan tekanan uap. Contoh dibutuhkan tekanan

sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 200C (68

0F) agar

mencair, dan sekitar 2.2 Mpa (22 bar) bagi propana murni pada

550C (131

0F).

Page 32: BAB 2.pdf

38

Kandungan energi LPG sebesar 46.23 MJ/kg dan 26 MJ/kg,

dibandingkan dengan bahan bakar bensin dan LPG memiliki

kandungan energi per satuan massa relatif tinggi, tetapi kandungan

energi per satuan volumenya rendah. Volume LPG lebih besar dari

bensin sekitar 15 % sampai dengan 20%.

LPG memiliki nilai oktan 112. Nilai oktan 112

memungkinkan untuk diterapkan pada mesin dengan perbandingan

kompresi yang lebih tinggi sehingga memberikan efisiensi thermal

yang lebih tinggi. Biaya operasional mesin LPG lebih rendah dan

memiliki karakteristik ramah lingkungan. LPG menjadi alternatif

energi yang populer sebagai pengganti bensin.

LPG memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

bensin. Konsumsi bahan bakar LPG per satuan volume lebih

rendah dari pada bensin. Distribusi gas pada tiap – tiap silinder

lebih merata sehingga percepatan mesin lebih baik dan putaran

stasioner lebih halus. Ruang bakar lebih bersih sehingga umur

mesin meningkat. Kandungan karbon LPG lebih rendah dari pada

bensin atau diesel sehingga menghasilkan yang lebih rendah.

Dari beberapa keunggulan di atas LPG memiliki beberapa

kelemahan, mesin berbahan bakar LPG menghasilkan daya yang

lebih rendah dari mesin bensin. Penurunan daya yang terjadi

sekitar 5% - 10%. Sistem pengapian harus lebih besar sehingga

penyalaan mesin menjadi lebih berat, perlu penyesuaian saat

Page 33: BAB 2.pdf

39

pengapian dan kualitas sistem pengapian. Sistem bahan bakar

harus dibuat lebih kuat dari pada sistem bensin.

Sifat utama LPG adalah sebagai berikut :

1. Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar

2. Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau

menyengat

3. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam

tangki atau silinder

4. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat

5. Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak

menempati daerah yang rendah.

2.8.3.3 Bahaya LPG

Salah satu resiko penggunaan LPG adalah terjadinya

kebocoran pada tabung atau instalasi LPG sehingga bila terkena api

dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya LPG tidak berbau,

tapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran

pada tabung LPG. Menyadari hal itu LPG diberikan campuran yang

baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna

untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran pada tabung LPG.

Tekanan LPG cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psi), sehingga

Page 34: BAB 2.pdf

40

kebocoran LPG akan membentuk LPG secara cepat dan merubah

volumenya menjadi lebih besar.

1. Naptha atau Petroleum eter, biasa digunakan sebagai pelarut

dalam industri

2. Gasolin (bensin), biasa digunakan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor

3. Kerosin (minyak tanah), biasa digunakan sebagai bahan bakar

untuk keperluan rumah tangga. Selain itu kerosin juga

digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses

cracking.

2.9 Proses Pembakaran

Proses Pembakaran didefinisikan sebagai kombinasi kimiawi yang

berlangsung secara cepat antara oksigen dengan unsur yang mudah terbakar

pada suhu dan tekanan tertentu.

Proses pembakaran terjadi di dalam silinder dan tidak semua energi

yang dikandung dalam bahan bakar dapat dirubah menjadi energi panas dan

energi panas dapat dibangkitkan dari proses pembakaran bahan bakar yang

juga tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan menjadi kerja berguna. Sejumlah

energi yang hilang tersebut diantaranya yaitu disebabkan oleh :

1. Panas yang dibawa gas buang

2. Panas dari bahan bakar yang tak terbakar

Page 35: BAB 2.pdf

41

3. Panas yang terpancar keluar dari ruang bakar.

Fenomena pembakaran yang terjadi selama proses pembakaran

terbagi menjadi dua macam yaitu pembakaran normal dan pembakaran

tidak normal.

Pembakaran normal adalah proses pembakaran di mana terjadi

apabila penyalaan campuran udara bahan bakar diakibatkan oleh percikan

bunga api yang berasal dari busi. Adapun nyala api akan menyebar merata

dalam ruang bakar dengn kecepatan normal ( 25-30m/detik ).

Tekanan gas yang diakibatkan oleh panas pembakaran ini akan

merata dalam ruang bakar. Pembakaran dimulai sebelum piston berada

pada titik mati atas dan akhir sesaat melewati titik mati atas. Suhu ruang

akan mencapai kisaran 2100-2500 k.

Pembakaran tidak normal terjadi karena sebagian campuran bahan

bakar mengalami penyalaan sendiri yang biasanya tidak disebabkan oleh

percikan bunga api dari busi. Hal ini dikarenakan temperatur campuran

bahan bakar udara terlalu tinggi, yang salah satunya disebabkan hasil dari

langkah kompresi hingga mencapai titik nyala, sehingga akan

menyebabkan campuran tersebut akan menyala dengan sendirinya, yang

biasa disebut dengan detonasi.

Page 36: BAB 2.pdf

42

Gambar 2.11 Proses Pencampuran Bahan Bakar-Udara

(Arismunandar, W, 2002 : 82)

Dalam sistem motor bakar, kondisi yang paling baik yaitu apabila

terjadi pembakaran sempurna (stoikiometrik) yaitu semua atom oksigen

yang ada bereaksi dengan unsur-unsur pada bahan bakar. Pembakaran

sempurna yang terjadi secara teratur pada waktu yang sesuai dengan siklus

sehingga dapat menghasilkan unjuk kerja yang sebaik-baiknya tanpa

menimbulkan kerusakan mesin. Pada semua pembakaran sempurna,

nitrogen (N2) merupakan gas terbesar yang terbentuk karena tetap pasif

dan tidak ikut terbakar, demikian pula dengan air. (H2O). Sedangkan

karbon monoksida (CO) terbentuk karena proses disosiasi karbon dioksida

(CO2), terbentuknya gas CO ini mengakibatkan polusi pada gas buang.

Karbon monoksida (CO) akan timbul jika perbandingan antara bahan

bakar dan udara yang terjadi lebih kecil dari bahan bakar stokiometrik.

Apabila lebih besar dari perbandingan bahan bakar stoikiometrik akan

terdapat oksigen dalam akhir pembakaran. Kandungan karbon dioksida,

Page 37: BAB 2.pdf

43

uap air, nitrogen, tertinggi diperoleh pada perbandingan bahan bakar dan

udara yang stoikiometrik. Proses pembakaran yang terjadi tidak

berlangsung sekaligus, tetapi memerlukan waktu. Berdasarkan kenaikan

tekanan yang terjadi pada proses pembakaran, dapat dibedakan menjadi

dua periode, yaitu :

a) Periode penundaan penyalaan, ditandai dengan dimulainya percikan

bunga api pada busi

b) Periode pembakaran intensif, ditandai dengan laju kenaikan tekanan

yang tinggi.

Gambar 2.12 Grafik Tekanan Versus Sudut Engkol

(Arismunandar, W, 2002 : 96)

Pada periode penundaan penyalaan awal pembakaran dimulai sejak

terjadinya loncatan bunga api pada busi yang merangsang molekul-molekul

campuran bahan bakar-udara disekitarnya untuk memulai reaksi kimia yang

menyebabkan terbentuknya perambatan nyala api. Kecepatan merambat

Page 38: BAB 2.pdf

44

nyala api pada periode ini masih rendah karena daerah reaksinya masih

harus dibentuk dengan adanya kerugian kalor yang tinggi ke dinding ruang

bakar, akibatnya kenaikan tekanan yang terjadi masih kecil.

Periode ini tergantung pada :

1. Tekanan awal

2. Turbulensi campuran udara dan bahan bakar

3. Besarnya perbandingan campuran bahan bakar-udara

4. Jenis bahan bakar yang digunakan.

Periode pembakaran intensif terjadi setelah akhir dari periode

penundaan penyalaan yang ditandai dengan laju tekanan yang tinggi.

2.10 Waktu Pembukaan Katup (Valve Timing)

Saat kerja katup adalah saat membuka dan menutupnya katup serta

berapa lama katup tersebut membuka. Tujuan pembukaan awal dan

penutupan yang terlambat adalah untuk meningkatkan kenaikan katup rata-

rata dan untuk mengurangi kecepatan gas dan untuk itu tahanan aliran pada

port hisap dan buang. Pembukaan katup hisap terjadi hanya sesaat sebelum

titik mati atas dan menutup beberapa derajat setelah titik mati bawah.

Katup buang membuka beberapa derajat sebelum titik mati bawah

dan menutup beberapa derajat setelah titik mati atas. Kalau digambarkan

maka akan terjadi waktu di mana baik katup hisap maupun katup buang

dalam keadaan sama-sama membuka. Dengan kenaikan kecepatan mesin,

Page 39: BAB 2.pdf

45

katup hisap menutup terlambat dan katup buang membuka lebih awal.

Gambar 2.13 di bawah ini menunjukkan diagram timing untuk mesin

kecepatan rendah dan mesin kecepatan tinggi.

(a) (b)

Gambar 2.13 Waktu Pembukaan Katup (Valve Timing)

(a) Untuk Mesin Kecepatan Rendah (b) Untuk Mesin Kecepatan Tinggi

(Malev, 1945 :318)

2.11 Parameter Prestasi Mesin

Pada umumya performansi atau prestasi suatu mesin bisa diketahui

dengan membaca dan menganalisa parameter yang ditulis dalam sebuah

laporan atau media lain. Biasanya kita akan mengetahui daya, torsi dan

konsumsi bahan bakar spesifik dari mesin tersebut. Parameter itulah yang

menjadi pedoman praktis prestasi sebuah mesin.

Page 40: BAB 2.pdf

46

Secara umum daya berbanding lurus dengan luas piston sedang

torsi berbanding lurus dengan volume langkah. Parameter tersebut relatif

penting digunakan pada mesin yang berkemampuan kerja dengan variasi

kecepatan operasi dan tingkat pembebanan. Daya maksimum didefinisikan

sebagai kemampuan maksimum yang bisa dihasilkan oleh suatu mesin.

Adapun torsi poros pada kecepatan tertentu mengindikasikan kemampuan

untuk memperoleh aliran udara dan juga bahan bakar yang tinggi ke dalam

mesin pada kecepatan tersebut. Sementara suatu mesin dioperasikan pada

waktu yang cukup lama, maka konsumsi bahan bakar serta efisiensi

mesinnya menjadi suatu hal yang dirasa sangat penting.

1. Torsi dan Daya

Dinamometer biasanya digunakan untuk mengukur torsi sebuah

mesin. Adapun mesin yang akan diukur torsinya tersebut diletakkan

pada sebuah testbed dan poros keluaran mesin dihubungkan dengan

rotor dinamometer. Prinsip kerja dari sebuah dinamometer dapat

dilihat pada gambar 2.15. Rotor dihubungkan secara elektromagnetik,

hidrolis, atau dengan gesekan mekanis terhadap stator yang ditumpu

oleh bantalan yang mempunyai gesekan kecil. Torsi yang dihasilkan

oleh stator ketika rotor tersebut berputar diukur dengan cara

menyeimbangkan stator dengan alat pemberat, pegas, atau pneumatik.

Page 41: BAB 2.pdf

47

Gambar 2.14 Skema Dari Prinsip Operasi Sebuah Dinamometer

(Heywood, 1988 : 46)

Torsi yang dihasilkan mesin (Heywood, 1988 : 46) :

T = F x b ...................................................................... (2.1)

Adapun daya yang dihasilkan mesin atau diserap oleh dinamometer

adalah hasil perkalian dari torsi dan kecepatan sudut. (Heywood, 1988

: 46)

P = 2π N x T x 10-3

...................................................... (2.2)

Dengan N adalah kecepatan putar dari poros engkol

Dalam satuan SI, yaitu :

T = Torsi (Nm)

P = Daya (kW)

F = Gaya penyeimbang (N)

b = Jarak lengan torsi (m)

N = Putaran kerja (rev/s)

Page 42: BAB 2.pdf

48

Besarnya daya mesin yang diukur seperti yang dideskripsikan di atas

dinamakan dengan brake power. Daya disini adalah daya yang

dihasilkan oleh mesin untuk mengatasi beban, dalam kasus ini adalah

sebuah brake.

2. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

Dalam pengujian mesin konsumsi bahan bakar diukur sebagai

aliran massa bahan bakar per unit waktu (mf). Konsumsi bahan bakar

spesifik (specific fuel consumption : SFC) adalah laju aliran bahan

bakar per satuan daya. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui

bagaimana efisiensi mesin dalam menggunakan bahan bakar untuk

menghasilkan daya (Heywood, 1988 : 51) :

......................... (2.3)

Keterangan :

SFC = Konsumsi bahan bakar spesifik (kg/hp.jam)

BHP = Daya keluaran mesin (HP)

ρf = Masa jenis campuran bahan bakar bensin (kg/m3)

Vf = Konsumsi bahan bakar selama t detik

t = Interval waktu pengukuran konsumsi bahan bakar

(detik)

Laju konsumsi bahan bakar dapat diperoleh dengan persamaan

sebagai berikut : = ................................................ (2.4)

Page 43: BAB 2.pdf

49

Keterangan :

BFC = konsumsi bahan bakar (L/jam)

ƒ = Laju aliran massa bahan bakar (kg/s)

ρƒ = Massa jenis bahan bakar (kg/m3)

3. Efisiensi

Efisiensi adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan per

siklus terhadap jumlah energi yang disuplai per siklus yang dapat

dilepaskan selama pembakaran. Suplai energi yang dapat dilepas

selama pembakaran adalah massa bahan bakar yang disuplai per siklus

dikalikan dengan harga panas dari bahan bakar (QHV). Harga panas

bahan bakar ditentukan dalam sebuah prosedur tes standar dimana

diketahui massa bahan bakar yang terbakar sempurna dengan udara

dan energi dilepas oleh proses pembakaran yang kemudian diserap

dengan kalorimeter. Pengukuran efisiensi ini dinamakan dengan fuel

conversion efficiency ( η f ) (Heywood, 1988 : 52) :

Wc (P nR / N) P

η f = = = ............. (2.5)

mf.QHV (mf.nR / N) QHV mf.QHV

Dalam hal ini mf adalah massa bahan bakar yang dimasukkan per

siklus. Substitusi untuk P/mf berdasarkan persamaan (2.3) didapatkan,

(Heywood, 1988 : 52)

Page 44: BAB 2.pdf

50

1

η f = ..................................................................... (2.6)

sfc.QHV

Dalam efisiensi ini besarnya QHV merupakan harga panas dari bahan

bakar yang digunakan dalam MJ/Kg (Heywood, 1988 : 52). Untuk

LPG QLHV = 44.1 MJ/Kg (Arismunandar, W, 2002 : 169).

2.12 Emisi Gas Buang

Emisi gas buang didefinisikan sebagai gas yang dihasilkan oleh

kendaraan. Gas dari sistem pembuangan (exhaust) merupakan sumber

utama emisi tetapi juga dari evaporasi bahan bakar dan tangki bahan

bakar. Bahan bakar terdiri dari campuran beberapa bahan hidrokarbon

yang secara teoritis jika pembakaran bahan bakar dan udara secara

sempurna, maka yang akan dihasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan uap

air (H2O) yang tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia maupun

lingkungan. Namun kenyataannya pembakaran sempurna sulit terjadi

sehingga gas yang bersifat racun seperti : CO, NO2, HC dan lain-lain dapat

muncul dari sisa pembakaran.

Udara yang disuplai untuk pembakaran mengandung 79% nitrogen

sehingga dihasilkan polutan NOx. Pada temperatur rendah nitrogen tidak

bereaksi tetapi pada temperatur lebih dari 18000C nitrogen bereaksi

dengan oksigen.

Page 45: BAB 2.pdf

51

Dua sumber utama terjadinya pembakaran tidak sempurna yang

menghasilkan gas CO yaitu temperatur yang lebih rendah di sekitar

dinding silinder dan ketidak-rataan distribusi campuran udara dengan

bahan bakar dalam ruang bakar.

2.12.1 Proses Terbentuknya Gas Buang

Proses terbentuknya gas buang tidak terlepas dari hasil pembakaran

motor bakar. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Timah Hitam (Pb)

Timah hitam dalam bensin tidak bereaksi dalam proses

pembakaran sehingga setelah pembakaran akan keluar tetap

sebagai timah hitam (Pb).

2. Sulfur Oksida (SOx)

Bahan bakar bensin mengandung unsur belerang (Sulfur = S)

pada saat terjadi pembakaran sulfur akan bereaksi dengan H dan O

untuk membentuk senyawa sulfat dan sulfur oksida.

H + S + O HSO

S + O2 SO2

3. Unburned Hydrocarbon (UHC)

Sumber emisi HC dapat dibagi menjadi dua bagian, sebagai

berikut :

Page 46: BAB 2.pdf

52

a) Bahan bakar yang tidak terbakar dan keluar menjadi gas

mentah

b) Bahan bakar terpecah karena reaksi panas berubah menjadi

gugusan HC lain yang keluar bersama gas buang.

Sebab utama timbulnya kadar HC yaitu sebagai berikut :

i. Sekitar dinding-dinding ruang bakar bertemperatur

rendah, dimana temperatur itu tidak mampu melakukan

pembakaran

ii. Adanya overlap intake valve (kedua valve sama-sama

terbuka) sehingga merupakan gas pembilas atau

pembersih.

4. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida terbentuk karena emisi CO dari kendaraan

dipengaruhi oleh perbandingan campuran antara udara dengan

bahan bakar yang masuk ke ruang bakar. Jadi untuk mengurangi

CO perbandingan campuran ini harus dibuat kurus. Namun, akibat

lain HC dan Nox mudah timbul serta output mesin menjadi

berkurang.

Page 47: BAB 2.pdf

53

5. Oksigen (O2)

Pembakaran yang tidak sempurna di dalam mesin menyisakan

oksigen ke udara. Oksigen yang tersisa ini semakin kecil bilamana

pembakaran yang terjadi semakin sempurna.

6. Nitrogen (N2)

Udara digunakan untuk pembakaran dalam mesin, sebagian

besar terdiri dari inert gas yaitu N2. Pada saat terjadi pembakaran

sebagian kecil N2 hingga keluar dari mesin.

7. Nitrogen Oksida ( NOx )

Oksida-oksida Nitorgen (NOx) biasannya dihasilkan dari

proses pembakaran pada suhu tinggi dari bahan bakar gas. Secara

umum reaksi yang terjadi adalah

N2 + O2 → 2 NO

Kandungan NOx yang tinggi di udara dapat menyebabkan

pencemaran udara dan mengganggu kesehatan. NOx terbentuk dari

reaksi oksigen dengan nitrogen yang terdapat dalam udara ataupun

bahan bakar akibat tingginya suhu pembakaran. Komponen utama

dari NOx adalah nitorgen-oksida (NO), yang dapat dikonversikan

lagi menjadi nitrogen-dioksida (NO2) dan nitrogen-tetraoksida

(N2O4).

Page 48: BAB 2.pdf

54

8. Air (H2O)

Merupakan hasil reaksi pembakaran dalam ruang bakar,

dimana kadar air yang dihasilkan dari mutu bahan bakar. Makin

banyak uap air dalam pipa gas buang mengindikasikan pembakaran

semakin baik. Semakin besar uap air yang dihasilkan pipa knalpot

tetap bersih dan sekaligus menunjukkan mesin bersih dari emisi

yang dihasilkan.

2.12.2 Pengaruh Emisi Gas Buang Terhadap Lingkungan

Secara umum pengaruh emisi gas buang terhadap lingkungan dapat

dikelompokkan menjadi lima kelas yaitu :

1. Pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

2. Pengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang

3. Pengaruh terhadap material dan bangunan

4. Pengaruh terhadap gangguan bau dan estetika

5. Pengaruh terhadap ekosistem (atmosfer, tanah dan air).

Pengaruh racun dari emisi gas buang terhadap kesehatan

manusia adalah sebagai berikut :

A. Gas Karbon Monoksida (CO)

Menyebabkan gejala kekurangan oksigen, sesak nafas dan

mengurangi daya ingat.

Page 49: BAB 2.pdf

55

B. Gas Hidrokarbon (HC)

Merusak jaringan lemak dan mengganggu fungsi hati.

C. Timbal atau Timah Hitam (Pb)

Menurunkan tingkat kecerdasan, melumpuhkan sistem syaraf,

merusak otak, mengganggu fungsi usus kecil dan mengganggu

pembentukkan tulang.

D. Gas Oksida Nitrogen (NOx)

Mengganggu hemoglobin dalam darah yang membuat orang lemas

atau bahkan meninggal dan mengganggu organ paru-paru.

E. Gas Sulfur Oksida (SOx)

Mengakibartkan bronkhitis (sakit pernafasan kronis) dan

melumpuhkan sistem pernafasan.

F. Partikulat

Menyebabkan kanker, mengganggu saluran pernafasan dan

merusak metabolisme tubuh.

2.12.3 Penanggulangan Pencemaran Udara

Untuk mencegah atau mengurangi besarnya polusi yang dikandung

oleh gas buang kendaraan bermotor, khususnya CO, HC, dan NOx dapat

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perawatan Kendaraan

Page 50: BAB 2.pdf

56

Dengan tune-up secara rutin dapat mengurangi emisi gas buang

kendaraan bermotor. Tune-up adalah penyetelan kendaraan seperti

semula sesuai dengan spesifikasi dan standarisasi pabrik sehingga

kendaraan dapat berjalan normal dengan daya yang maksimal.

2. Mempertinggi Putaran Mesin

Dengan mempertinggi putaran mesin, maka pengabutan bahan

bakar menjadi lebih baik, yang berarti distribusi setiap silinder menjdi

lebih baik menyebabkan kondisi pembakarannya menjadi sempurna

serta kadar HC pun menjadi lebih sedikit tetapi karena temperatur

pembakaran tinggi maka kadar NOx akan bertambah.

3. Pemakaian Campuran Kurus

Hubungan antara campuran dengan kadar CO, HC, NOx dari gas

buang yang mana konsentrasi emisi CO dan HC menurun pada saat

NOx meningkat seiring dengan campuran kurus (campuran antara

bahan bakar dan udara tetapi udaranya lebih banyak) dan sebaliknya.

Ketiga hal tersebut sangat sulit dikurangi pada waktu yang bersamaan,

dikarenakan saling berkaitan.

4. Memperlambat Saat Pembakaran

Saat pembakaran bila diperlambat dikondisi pertamanya, maka

hasil HC, NOx akan berkurang. HC menurun karena dengan

memperlambat timing pengapian temperatur pembuangan menjadi

tinggi yang menjadikan HC terbakar lebih baik lagi pada sistem

Page 51: BAB 2.pdf

57

pembuangan. NOx berkurang karena dengan memperlambat timing

pengapian menjadikan kecepatan pembakaran berkurang dan

temperatur lebih rendah.

5. Memperbesar Engine Load.

Dengan memperbesar engine load, temperatur pembakaran akan

menjadi lebih tinggi menyebabkan NOx bertambah. Pada keadaan ini

pembakaran menjadi lebih baik, HC menjadi turun tetapi biasanya

beban naik dipakai (campuran bahan bakar di udara tetapi bahan

bakarnya banyak) yang menyebabkan kadar HC menurun relatif lebih

kecil.