bab 2 tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bentonit Bentonit adalah tanah liat alami dari keluarga smektit. Bentonit adalah istilah dari
lempung yang termasuk kelompok dioktohedral. Secara geologi bentonit terjadi karena
dari hasil pelapukan, hidrotermal, akibat transformasi dan sedimentasi. Terdapat 2 jenis
bentonit alam yang umum dikenal serta digunakan, yaitu:
1. Na-betonit
Bentonit ini mempunyai kemampuan mengembang hingga delapan kali apabila
dicelupkan di dalam air dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam
keadaan kering berwarna putih atau kream, pada keadaan basah dan terkena sinar
matahari akan berwarna mengkilap, mempunyai pH 8,5–9,8.
2. Mg, Ca-bentonit
Bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, mempunyai pH
4–7. Dalam keadaan kering berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat.
Bentonit mengandung montmorilonit, dan sisanya sebagai mineral pengotor
yang terdiri dari campuran mineral kuarsa, feldspar, kalsit, gipsum, dan lain-lain.
Bentonit dapat digunakan sebagai material paduan karena merupakan
nanoreinforcement yang memiliki lapisan-lapisan berukuran nano (Dhena, 2011;
Syuhada, dkk, 2009 dan Gustam, 2008).
Bentonit merupakan mineral lempung yang mampu menyerap air dan
mengembang (Sutha, 2008). Sifat-sifat tersebut menjadikan bentonit memiliki banyak
kegunaan. Bentonit merupakan hasil endapan dari aktivitas vulkanik jatuhan berukuran
sangat halus yang kemudian mengalami proses pengerjaan oleh air dan terendapkan
kembali di daerah lain, kemungkinan pada lingkungan laut dalam. Kenampakan yang
terdapat pada daerah Gunung Kidul menunjukkan warna putih kotor, warna lapuk
coklat cerah, struktur berlapis (laminasi), tekstur klastik, agak keras, agak kompak,
ringan tersusun oleh butiran gelas vulkanik, pumis tuff serta material piroklastik yang
lain dengan ukuran sangat halus.
Universitas Sumatera Utara
http://92be.com/geology�
-
Secara umum menurut Minto Supeno (2009), pembentukan endapan bentonit
diklasifikasikan pada empat cara, yaitu:
1. Endapan Hasil Pelapukan
Faktor utama dalam pembentukan endapan bentonit sebagai hasil pelapukan adalah
komposisi kimia dan daya lalu air pada batuan asalnya. Mineral-mineral utama
dalam pembentukan bentonit antara lain adalah, plagioklas, kalium-feldspar, biotit,
muskovit serta sedikit kandungan senyawa alumina dan ferromagnesia.
Pembentukan bentonit dari proses pelapukan diakibatkan oleh adanya reaksi antara
ion-ion hidrogen yang terdapat dalam air tanah dengan senyawa silikat.
2. Endapan Proses Hidrotermal
Larutan hidrotermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan kandungan
khlorida, sulfur, karbondioksida, dan silika. Pada proses ini komposisi larutan
kemudian berubah karena adanya reaksi dengan batuan lain. Larutan alkali
selanjutnya terbawa keluar dan bersifat basa serta akan tetap bertahan selama unsur
alkali tanah tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal. Pada alterasi lemah,
keterdapatan unsur alkali tanah akan membentuk bentonit.
3. Endapan Akibat Transformasi
Endapan bentonit sebagai hasil transformasi/devitrifikasi debu gunung api terjadi
dengan sempurna apabila debu diendapkan di dalam wadah berbentuk cekungan.
Mineral-mineral gelas gunung api secara perlahan-lahan akan mengalami
devitrifikasi yang selanjutnya akan menghasilkan bentonit.
4. Endapan Sedimen
Bentonit juga dapat terbentuk sebagai cadangan sedimen keadaan basah. Mineral-
mineral yang terbentuk secara sedimenter dan tidak berasosiasi dengan tufa, salah
satunya adalah bentonit serta terbentuk dalam cekungan yang bersifat basa.
2.1.1 Sifat Bentonit Sifat-sifat bentonit menjadikannya memiliki banyak kegunaan terutama di
bidang industri. Sifat-sifat bentonit dapat dijabarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
-
1. Komposisi dan jenis mineral dapat diketahui dengan pengujian difraksi sinar-x.
2. Sifat kimia, dengan alvalisis sifat kimia tidak langsung dapat menentukan kualitas
bentonit (hanya sebagai galian pembanding saja sebab komposisi hampir sama
dengan illit maupun kaolinit).
3. Sifat teknologi, erat kaitannya dengan pemanfaatannya seperti sifat pemucatan,
plastis, suspensi, mengikat dan sifat melapisi.
4. Pertukaran ion, sifat ini menentukan jumlah air (uap air) yang dapat diserap
bentonit. Hal ini disebabkan karena struktur kisi-kisi Kristal mineral bentonit serta
adanya unsur kation (ion bermuatan positif) yang mudah tertukar maupun menarik
air. Kation/ion Na mempunyai daya serap air lebih besar dari pada ion Mg, Ca, K
dan H. Maka jika dimasukan ke dalam air akan mengembang dan membentuk
larutan koloid. Bila air dikeluarkan akan membentuk masa yang kuat, liat dan keras
serta tidak tembus air disamping itu bersifat lembab atau tahan terhadap reaksi
kimia. Karena sifat tersebut bentonit digunakan dalam pemboran sehingga mampu
melapisi dinding dan menahan rembesan air.
Sifat-sifat bentonit selain sifat di atas adalah sifat fisis bentonit yaitu sebagai
berikut:
1. Kapasitas pertukaran kation/cation excange capacity
Sifat ini menentukan jumlah kadar air yang diserap oleh bentonit, di dalam
keseimbangan reaksi kimia. Karena struktur kisi-kisi montmorilonit ion dan kation
yang mudah tertukar dan menarik air (ion Na) menyebabkan bentonit segar
mengembang bila dimasukan dalam air, semakin tinggi harga serapan maka mutu
semakin baik.
2. Daya serap
Adanya ruang pori antarikatan mineral lempung serta ketidakseimbangan muatan
listrik dalam ion-ionnya maka bentonit dapat digunakan sebagai galian penyerap
berbagai keperluan. Daya serap bentonit dapat ditingkatkan dengan menambahkan
larutan asam atau dengan istilah dengan cara aktivasi (Gustam, 2008).
3. Luas permukaan
Universitas Sumatera Utara
-
Biasa dinyatakan sebagai galian jumlah luas permukaan kristal/butir bentonit yang
berbentuk tepung setiap gram berat (m2
4. Rheologi
/gr). Makin luas makin besar zat yg melekat,
maka bentonit dapat dipakai sebagai galian pembawa dalam insektisida, pengisi
kertas, plastik.
Apabila bentonit dicampur dengan air dan dikocok maka akan menjadi agar-agar,
namun bila didiamkan akan mengeras seperti semen (tiksotropi) (Wijaya, 2004).
Apabila kekentalan dan daya suspensinya baik maka bentonit ini baik untuk lumpur
pemboran, industri cat, kertas. Apabila teksotropinya sangat baik maka baik untuk
digunakan sebagai pelapis maupun pelindung fondasi.
5. Sifat mengikat dan melapisi
Kemampuan bentonit mengikat bijih/logam dan melapisi, membuat bentonit dapat
digunakan untuk pengikat pelet konsentrat/bijih dan pelekat cetakan logam.
6. Sifat plastis
Digunakan sebagai bahan galian pencampur keramik maupun dempul kayu.
Mineral ini memiliki luas permukaan yang besar dan kapasitas penukar kation
yang baik. Dengan memanfaatkan sifat khas dari montmorillonit tersebut, maka
antarlapis silikat lempung montmorillonit dapat disisipi (diinterkalasi) dengan suatu
bahan yang lain (misalnya: senyawa organik atau oksidaoksida logam) untuk
memperoleh suatu bentuk komposit yang sifat fisik kimianya berbeda dibandingkan
lempung sebelum dimodifikasi.
Sifat-sifat fisik dan kimia tersebut merupakan bagian yang penting pada setiap
karakterisasi lempung baik sebagai katalis, pendukung katalis, maupun adsorben
(Sutha, 2008). Sifat dan wujud bentonit dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berkilap lilin, umumnya lunak, plastis dan sering berwarna pucat dengan
kenampakan putih, hijau muda, kelabu, merah muda dalam keadaan segar dan
menjadi krem bila lapuk yang kemudian berubah menjadi kuning, merah coklat
serta hitam.
2. Bila diraba terasa licin seperti sabun dan kadang pada permukaannya dijumpai
cermin sesar.
Universitas Sumatera Utara
-
3. Bila di masukan ke dalam air akan menghisap air sedikit atau banyak.
4. Bila kena hujan singkapan bentonit berubah menjadi bubur dan bila kering
menimbulkan rekahan yang nyata (Gustam, 2008).
2.1.2 Karakterisasi Bentonit Spektroskopi inframerah merupakan salah satu metode analisis yang umum digunakan
untuk mengkaji perubahan struktur bentonit. Spektra inframerah ini dapat mengetahui
keberadaan gugus-gugus fungsional utama di dalam struktur senyawa yang
diidentifikasi. Metode analisis spektrokopi inframerah bermanfaat untuk melengkapi
data karakteristik difraksi sinar-X, surface area anlyzer, dan hasil scanning electron
microscopy. Identifikasi yang dihasilkan lebih bersifat kualitatif yakni pengenalan
keberadaan gugus-gugus fungsional yang ada pada bentonit. Interpretasi spektra
bentonit dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Interpretasi Spektra Bentonit Bilangan gelombang (cm-1) Jenis Vibrasi
3500 – 3200 Vibrasi ulur H-O-H
1637,5 – 1641 Vibrasi tekuk H-O-H
1400 – 1500 Regangan O-H
1035 – 1045 Regangan Asimetris Si-O-Si
913 – 927 Regangan Al-O-Al
850 – 950 Regangan C-H
785 – 790 Vibrasi tekuk Al-O-Al Sumber: Filayati, 2012
X-ray fluorescence spectrometry (XRF) merupakan teknik analisa non-
destruktif yang digunakan untuk identifikasi serta penentuan konsentrasi elemen yang
ada pada padatan, bubuk ataupun sample cair. XRF mampu mengukur elemen dari
berilium (Be) hingga Uranium pada level trace element, bahkan dibawah level ppm.
Secara umum, XRF spektrometer mengukur panjang gelombang komponen material
secara individu dari emisi flourosensi yang dihasilkan sampel saat diradiasi dengan
sinar-X.
Universitas Sumatera Utara
-
Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu
material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini dipilih untuk
aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung pada
penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber
eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan
energi yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis komposisi kimia terhadap bentonit
menggunakan metode XRF, diperoleh komposisi bentonit adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Bentonit Aceh
Senyawa Komposisi Berat (%)
Bentonit Aceh Utara
Bentonit Bener Meriah
Bentonit Sabang
SiO 62,31 - 72,29 2 54,43 - 76,35 26,37 - 66,48
Al2O 14,08 - 15,61 3 10,18 - 23,02 2,67 - 17,56
Fe2O 1,94 - 10,15 3 1,25 - 4,12 0,08 - 4,32
CaO 0,08 - 0,77 0,04 - 0,14 1,12 - 3,25
MgO 0,84 - 1,15 0,32 - 1,35 0,43 – 9,10
Na2 0,48 - 1,19 O 0,12 - 1,39 0,02 - 0,93
K2 0,02 - 0,91 O 0,04 - 1,63 0,05 - 0,83
Sumber: Julinawati, 2013
2.1.3 Kegunaan Bentonit Bentonit adalah salah satu bahan pengisi bukan arang yang sering dipakai sebagai
bahan pengisi pada industri karet. Bentonit adalah mineral murah dan telah menjadi
bagian penting dalam industri karet dimana penggunaannya sebagai bahan pengisi
ekonomis untuk memodifikasi penciptaan dan performa karet alami maupun karet
sintetis.
Penggunaan sumber daya alam mineral secara ekonomis berupa bahan bentonit
di Indonesia masih bernilai rendah secara industri. Hal ini dapat dilihat pada data
Universitas Sumatera Utara
-
statistik impor dan ekspor bentonit di Indonesia dari tahun 1997 hingga tahun 2003 dari
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang ditunjukkan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Statistik Bentonit Indonesia Tahun 1998 – 2003
2003 2002 2001 2000 1999 1998
Produksi (ton) 99,666 270,000 225,000 231,000 155,500 117,500
Konsumsi (ton) 224,718 196,928 193,031 128,607 108,251
Ekspor (ton) 72,513 114,502 62,835 63,083 41,651 18,614
Impor (ton) 35,141 43,883 35,514 25,005 14,785 9.488
Sumber: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005 Penggunaan dalam berbagai sektor membuat bentonit dikenal secara pasaran
dengan beberapa istilah. Na-bentonit alam dikenal sebagai bentonit Wyoming dan
bentonit sintetis yang disebut brekbond 2 (Inggris) dan berkonit (Italia). Sedangkan Ca-
bentonit juga dikenal dengan produk seperti NKH, Tonsil, Galleon, dan lain-lain. Na-
bentonit dipakai untuk bahan perekat, pengisi (filler), dan lumpur bor. Penggunaan Na-
bentonit untuk pengeboran sebenarnya bersaing dengan jenis lempung lain yang telah
diaktivasi.
Bentonit mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menjernihkan warna
seperti pada pengolahan minyak yang berasal dari binatang atau tumbuh-tumbuhan
(Ika, 2008). Misalnya, pada pengeboran di daerah bergaram dan geothermal,
pemakaian Na-bentonit tidak memperoleh hasil baik karena dapat terjadi pengendapan
dan kerak-kerak akibat pengaruh cairan elektrolit. Pemakaian yang lain adalah untuk
pengecoran logam, pembuatan pelet konsentrat besi dan logam lain, teknik sipil,
sebagai bahan pemucat, katalis, dan lain-lain.
Penggunaan utama Ca-bentonit adalah untuk pembuatan Na-bentonit sintetis
dan lempung aktif. Selain itu, juga digunakan untuk pembersih minyak bakar, pelumas,
minyak goreng, farmasi, kimia, kertas, keramik, dan lainnya. Ca-bentonit untuk
pembuatan Na-bentonit sintetis mempunyai lebih banyak keuntungan daripada
lempung lain, kecuali lempung asam, misalnya saat penngerusan, penyaringan dan
Universitas Sumatera Utara
-
pengeringan. Selain itu, menghasilkan produk sampingan yaitu precipitated calcium
carbonate.
Selain Na-bentonit dan Ca-bentonit terdapat lempung sejenis yang
penggunaannya hampir sama, yaitu: atapulgit, sepiolit, dam lempung asam. Atapulgit
mempunyai sifat mengembang yang baik, sehingga mudah membentuk spesifikasi yang
diinginkan konsumen. Aktivasi dilakukan sama seperti terhadap Ca-bentonit atau
lempung asam.
Lapangan penggunannya adalah sebagai bahan penyerap dan penjernih di
industri minyak goreng dan penyulingan minyak bumi, bahan pembuatan wol mineral,
pembersih lemak, bahan obat-obatan, cat, keramik, campuran semen, bahan pengisi di
industri kertas, dan bahan lumpur bor (Gustam, 2008).
2.1.4 Bentonit Aceh
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera,
luasnya mencakup 12,26% Pulau Sumatera atau totalnya sekitar 55.390 km2. Provinsi
ini memiliki 23 kota kabupaten dengan berbagai kekayaan alamnya seperti minyak
bumi dan gas alam. Disamping itu Aceh juga terkenal dengan sumber hutan dan
mineralnya. Jenis bahan galian yang termasuk kelompok mineral logam dan non
logam. Kandungan mineral daerah Aceh cukup potensial, hal ini disebabkan oleh faktor
geologi, terutama karena berada pada jalur Patahan Sumatera dan adanya jalur
tunjaman (subduction zone) di sebelah barat Sumatra yang masih aktif sampai saat ini,
akibat tujaman tersebut sebagian batuannya mengalami mineralisasi (Azis, 2009).
Potensi endapan mineral yang melimpah di Aceh, dapat dikembangkan secara
optimal sehingga mampu memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan penerimaan daerah, membuka lapangan
kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan terjaganya hutan. Sehingga
perdamaian yang telah terbentuk di Aceh, akan semakin bermakna dengan pemanfaatan
sumber daya alam yang dikelola dengan arif dan bijaksana.
Bahan galian logam dan non logam di Aceh banyak yang belum dikembangkan
dan dioptimalkan. Beberapa bahan galian logam, seperti emas, tembaga, mangan, besi,
Universitas Sumatera Utara
http://acehprov.go.id/�http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_bumi�http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_bumi�http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_alam�
-
timbal, pasir besi, belerang, batu bara, timah dan nikel dan bahan galian non logam
yang banyak terdapat di Aceh diantaranya adalah pasir kuarsa, lempung, sirtu, andesit,
felspar, batu gamping, batu sabak, bentonit dan gabro, granit, basal, kuarsit, diorin dan
andesit. Daerah-daerah yang mempunyai bentonit di Aceh adalah Kabupaten Aceh
Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Sabang, Kabupaten Aceh Tengah, dan
Kabupaten Simeulue (Julinawati, 2013).
2.1.4.1 Bentonit Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan ibukota
Lhoksukon terdiri dari 22 Kecamatan, 850 desa dan 2 kelurahan, terletak pada
koordinat 96º 47’ BT sampai 97º 30’ BT dan 4º 43’ LS sampai 5º 15' LS. Daerah ini
disusun oleh berbagai macam formasi batuan yang dipengaruhi oleh struktur geologi
yang dibeberapa tempat tertentu disertai dengan kegiatan intrusi (Kaelani, 2007).
Beberapa jenis bahan galian non logam yang terdapat di wilayah kabupaten
Aceh Utara adalah sirtu, lempung, andesit, bentonit dan batu gamping. Bentonit di
kabupaten Aceh Utara dianggap sangat prospek dan mempunyai sumber daya terukur
yang terdapat di Desa Teupin Reusep Kecamatan Muara Batu dengan sumber daya
terukur 10.858.948,1 ton, Desa Jamuan Kecamatan Muara Batu dengan sumber daya
2.000.000 ton, Desa Blangkaring Kecamatan Nisam dengan sumber daya terukur
2.674.574,2 ton dan Desa Blangdalam Kecamatan Nisam dengan sumber daya
1.500.000 ton (Kusnadi, 1987).
Dari segi genesa dan litologi, bentonit di daerah ini ditemukan berupa lapisan-
lapisan yang berselingan dengan batupasir, tufa pasiran dan batu lempung dengan
ketebalan sampai 2 meter, dibeberapa tempat mencapai ketebalan 3 meter sampai 6
meter dengan warna bervariasi dari putih kehijauan, kuning pucat sampai hijau pucat
dan abu-abu, mempunyai kilap lilin, rapuh sampai getas. Pada singkapan-singkapan
yang terbuka seperti pada lereng-lereng landai yang gundul umumnya mengalami
rekahan-rekahan serta mudah longsor. Berdasarkan pengamatan secara megaskopis,
bentonit di daerah penyelidikan terjadi akibat proses devitrifikasi dari tufa kaca yang
diendapkan di dalam air.
Universitas Sumatera Utara
-
Hasil pemeriksaan difraksi sinar-X (XRD), bentonit yang terdapat di Desa
Teupin Reusep, Kecamatan Muara Batu mempunyai komposisi mineral kuarsa,
tridimit, anortit, montmorilonit dan haloysit, sedangkan bentonit di Desa Blangkaring,
Kecamatan Nisam mempunyai komposisi mineral kuarsa, muskovit, bentonit, anortit
dan haloysit (Kaelani, 2007).
2.1.4.2 Kabupaten Bener Meriah
Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu Kabupaten di Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah.
sesuai dengan undang-undang Nomor 41 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003.
Tofografi alam Kabupaten Bener Meriah pada umumnya pegunungan dan perbukitan
serta sedikit lembah. Kabupaten Bener Meriah bercorak sebagai daerah pegunungan
dan memiliki beberapa puncak gunung seperti Gunung Talang (masih aktif), Gunung
Geureudong, Gunung Burne Rajawali, Gunung Burne Draung Malem, Gunung Kulam
Raja.
Pemerintah kabupaten Bener Meriah dengan luas wilayah 3.562,14 km2 terbagi
menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yang terdiri dari 233 desa. Kecamatan terluas adalah
kecamatan Syah Utama dengan luas 1.025,85 km2 atau 54,32% dari luas kabupaten.
Sedangkan luas kecamatan terkecil adalah Wih Pesam dengan luas 43,48 km2
atau
2,3% dari luas kabupaten. Kecamatan Pintu Rime Gayo merupakan kecamatan keempat
secara administratif, dengan jumlah desa sebanyak 23 desa. Desa Negeri Antara
merupakan desa kesepuluh dalam Kecamatan Pintu Rime Gayo (Badan Koordinasi
Penanaman Modal, 2012). Peta Administrasi Kabupaten Bener Meriah berdasarkan
Badan Koordinasi Penanaman Modal (2012) ditunjukkan pada gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bener Meriah
Secara adminitratif, batas-batas wilayah Kabupaten Bener Meriah adalah
sebagai berikut: di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Aceh Tengah, di sebelah
Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Timur, di sebelah Utara dengan kabupaten
Aceh Utara dan Bireuen, dan di sebelah selatan dengan kabupaten Aceh Tengah.
Secara geografis, Kabupaten Bener Meriah terletak pada 4o33’50” - 4o54’50” garis
Lintang Utara dan 96o40’75” – 97o
Hasil inventarisasi dan evaluasi Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2010), baik dari pengamatan lapangan
serta analisa laboratorium, di kabupaten Bener Meriah, geologi yang teramati sebanyak
8 formasi dari 28 formasi dan terdapat 23 lokasi bahan galian non logam berupa:
andesit, bentonit, batu gamping, feldspar, granit, diorit, lempung, magnesit, batu mulia
nephrit, serpentinit, sirtu dan tras. Disarankan bahan galian yang dapat dikembangkan
untuk kabupaten Bener Meriah: andesit, bentonit, feldspar, granit, lempung,
pasirkuarsa, sirtu dan tras.
17’50” Bujur Timur, berada pada ketinggian 100 –
2.500 m dpl.
Universitas Sumatera Utara
-
2.1.5 Purifikasi Bentonit Kandungan utama bentonit adalah mineral montmorilonit dan kandungan lainnya
terdiri dari beberapa jenis mineral seperti kwarsa, ilit, kalsit, mika dan klorit. Sebelum
dimodifikasi menjadi organoclay, harus dilakukan purifikasi terlebih dahulu terhadap
bentonit untuk menghilangkan berbagai mineral yang terdapat di dalamnya. Purifikasi
terutama meliputi pengurangan kadar besi dan pemisahan beberapa mineral dengan
metoda pengendapan. Kandungan beberapa mineral, terutama kandungan logam besi
yang terdapat dalam bentonit dapat mempengaruhi kwalitas produk akhir
nanocomposite (Syuhada, dkk, 2009).
Tidak ada prosedur yang khusus untuk purifikasi dari bentonit. Metode
pemurnian yang spesifik untuk setiap bentonit butuh pengembangan yang tergantung
pada sifat-sifat mineral clay dan nonoclay yang dikandungnya. Untuk memisahkan
beberapa mineral ini ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu cara kimia dan cara
sedimentasi. Calcite, iron oxide dan humic acid dapat dipisahkan dengan cara kimia.
Sedangkan quartz, feldspar, clinoptilolite yang mempunyai ukuran partikel yang lebih
besar dapat dipisahkan dengan cara sedimentasi.
Dalam hal pemurnian bentonit dari beberapa mineral yang harus diperhatikan
adalah tidak merubah secara signifikan sifat fisik dan kimia dari bentonit. Cara
sedimentasi adalah cara yang paling aman untuk purifikasi bentonit supaya tidak terjadi
perubahan sifat fisik dan kimianya. Prosedur ini biasanya meliputi pelarutan sampel di
dalam air demineral, anti penggumpalan (disaggregating) dengan menggunakan
ultrasonik dan pengendapan/sedimentasi (cara grafitasi atau sentrifugasi) untuk
mengambil fraksi dimana semakin lama waktu endapan semakin kecil fraksi yang
diperoleh.
Montmorilonit dalam kandungan bentonit secara alamiah mempunyai ukuran
partikel yang sangat halus (2 µm adalah mineral quartz, feldspar, clinoptitolite dan
calcite (Fisli, 2008). Dengan proses sedimentasi partikel kasar akan mengendap akibat
Universitas Sumatera Utara
-
pengaruh gravitasi, partikel kecil yang dikandung dalam suspensi akan lebih mudah
dipisahkan menggunakan variasi waktu pengendapan.
2.2 Polipropilena Polipropilena merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi gas
propilena, propilena mempunyai specific gravity rendah dibandingkan dengan jenis
plastik lain. Polipropalena mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (Chemical
Resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) rendah. Polipropilena
adalah salah satu dari bahan termoplastik dengan sejumlah sifat-sifat yang diinginkan
membuat bahan ini serbaguna dan menjadi salah satu dari termoplastik komersial
terpenting, konsumsinya masih meningkat lebih dengan cepat dibandingkan total untuk
semua termoplastik.
Keunggulan polipropilena yaitu (1). Secara relatif produk ini biayanya murah
disebabkan polimerisasi teknologi monomer rendah sehingga harganya murah,
dibandingkan dengan termoplastik lain, (2). Polimer ini memungkinkan dimodifikasi
untuk berbagai aplikasi, melalui kopolimerisasi, orientasi, dan lain teknik sifat fisis,
produk memungkinkan divariasi untuk memenuhi satu cakupan luas dari persyaratan
termal serta mekanik, (3). Dalam memproses polimer ini memungkinkan penggunaan
sebagian besar secara teknik fabrikasi komersial. Modifikasi serta peningkatan
rheology merupakan keunggulan dari produk ini, biayanya murah, sehingga mendorong
produksinya dan aplikasi terus berkembang.
Salah satu bahan plastik yang umum digunakan untuk daur ulang adalah
polipropilen (PP). Monomer-monomer penyusun rantai polipropilen adalah propilena
yang diperoleh dari pemumian minyak bumi. Propilena, merupakan senyawa vinil yang
memiliki struktur CH2=CH-CH3. Secara industri polimerisasi polipropilena dilakukan
dengan menggunakan katalisasi koordinasi. Proses polimerisasi ini akan menghasilkan
suatu rantai linear yang terbentuk -A-A-A-A- dengan A merupakan propilena.
Polipropilena biasanya didaur-ulang dan simbol daur ulangnya adalah nomor "5".
Berdasarkan struktur rantainya polipopilena terdapat tiga susunan gugus metil terhadap
bidang utama rantai-rantai karbon, atau terdapat tiga isomer (taktisitas):
Universitas Sumatera Utara
-
C
H
HC
C
C
C
C
C
C
H
CH3
H
H
H
H
H
CH3
H
H
CH3
HH
CH3
C
H
HC
C
C
C
C
C
C
H
CH3
H
H
H
H
H
CH3
H
H
H
CH3CH3
H
C
H
HC
C
C
C
C
C
C
H
CH3
H
H
H
H
CH3
H
H
H
CH3
HH
CH3
1. Isotaktik: Gugus-gugus metil berada pada sisi-sisi yang sama
2. Sindiotaktik: Gugus-gugus metil tertata secara berselang-seling pada sisi rantai
3. Ataktik: Gugus-gugus metil tertata secara acak pada rantai polipropilena
.
Krisatlinitas merupakan sifat penting yang terdapat pada polimer yang
menunjukkan susunan molekul yang lebih teratur. Sifat kristalinitas yang tinggi
menyebabkan regangannya tinggi dan kaku. Dalam polipropilena, rantai polimer yang
terbentuk dapat tersusun membentuk daerah kristalin dan amorf yang mana atom-atom
yang terikat secara tetrahedral dengan sudut ikatan C-C sebesar 109,5°C dan
membentuk rantai zig-zag planar. Polimer khas ruang (stereo spesifik) ini khususnya
disintetik isotaktik sehingga kekristalinnya tinggi. Karena keteraturan ruang ini rantai
dapat terjejal sehingga menghasilkan plastik yang kuat dan tahan panas (Julinawati,
2013).
Universitas Sumatera Utara
-
Kebanyakan polipropilena komersial merupakan isotaktik, Polipropilena
memiliki titik lebur ~160°C (320°F), sebagaimana yang ditentukan Differential
Scanning Calorimetry. Ciri-ciri plastik jenis ini biasanya transparan tetapi tidak jernih
atau berawan, keras tetapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tahan terhadap bahan
kimia, panas dan minyak. Merupakan pilihan bahan plastik yang baik untuk kemasan
pangan, tempat obat, botol susu, sedotan. Polipropilena juga lebih kuat dan lebih tahan
dari polietilena.
Polypropylene memiliki sifat-sifat yang serupa dengan polyethylene Sifat
mekaniknya dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan jalan mencampurkan serat
gelas dan pemuaian termal juga dapat diperbaiki sampai setingkat dengan bahan
thermoseting. Sifat- sifat listriknya hampir sama dengan sifat-sifat pada polyethylene.
Tahan kimianya kira-kira sama bahkan lebih baik dari pada polyethylene massa jenis
tinggi.
Polypropylene paling umum digunakan untuk cetakan plastik, dimana hal ini
disuntikkan ke dalam cetakan sementara cair, membentuk bentuk kompleks dengan
biaya yang relatif rendah dan volume tinggi; contoh termasuk tutup botol, botol, dan
alat kelengkapan. Polypropylene memiliki rumus molekul (C3H6)n
. Massa jenisnya
rendah (0,90 - 0,92) termasuk kelompok yang paling ringan diantara bahan polimer,
dapat terbakar bila dinyalakan dibandingkan polyethylene massa jenis tinggi. Titik
lelehnyanya tinggi sekali (176°C), kekuatan tarik, kekuatan lentur dan kekuatannya
lebih tinggi tetapi tahan impaknya lebih rendah terutama pada temperatur rendah.Sifat-
sifat umun polipropilena dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.4 Sifat Umum Polipropilena
Deskripsi Polipropilena
Densitas pada suhu 200C (gr/cm
3 0,90 )
Suhu melunak (0 149 C)
Titik lebur (0 170 C)
Kristalitas (%) 60-70
Indeks fluiditas 0,2-2,5
Universitas Sumatera Utara
-
Modulus elasitas (kg/cm2 11000-13000 )
Tahanan volumetrik (Ohm/cm2
10)
Konstanta dielektrik (60-10
17
8 2,3 cycles) Permeabilitas gas -
Nitrogen 4,4
Oksigen 23
Gas Karbon 92
Uap air 600
2.2.1 Sifat-sifat Polipropilena
Poliproilena mempunyai konduktifitas panas yang rendah (0.12 w/m), tegangan
permukaan yang rendah, kekuatan benturan yang tinggi, tahan terhadap pelarut organk,
bahan kimia organik, uap air, minyak, asam dan basa, isolator yang baik tetapi dapat
dirusak oleh asam nitrat pekat, mudah terbakar dengan nyala yang lambat. Titik leleh
160°C dan suhu dekomposisi 380°C. Pada suhu kamar polipropilena nyaris tidak larut
dalam toluena, dalam silena larut dengan pemanasan, akan tetapi polipropilena dapat
terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti asam nitrat dan hidrogen peroksida (Al
Malaika, 1997).
Sifat-sifat polipropilena serupa dengan sifat-sifat polietilen. Massa jenisnya
rendah (0,90 – 0,92). Termasuk kelompok yang paling ringan diantara bahan polimer.
Dapat terbakar jika dinyalakan, titik lunaknya tinggi sekali (176°C, Tm), kekuatan
tarik, kekuatan lentur dan kekakuannya lebih tinggi, tetapi ketahanan impaknya rendah
terutama pada suhu rendah. Sifat tembus cahayanya pada pencetakan lebih baik
daripada polietilen dengan permukaan yang mengkilap, penyusutannya pada
pencetakan kecil, penampilan dan ketelitian dimensinya lebih baik. Sifat mekaniknya
dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan jalan mencampurkan serat gelas.
Pemuaian termal juga dapat diperbaiki sampai setingkat dengan resin termoset. Sifat-
sifat listriknya hampir sama dengan sifat-sifat listrik polietilen. Ketahanan kimianya
kira-kira sama bahkan lebih baik daripada polietilen massa jenis tinggi. Ketahanan
Universitas Sumatera Utara
-
retak-tegangannya sangat baik. Dalam hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon yang
terklorinasi, larut pada 80°C atau lebih, tetapi pada suhu biasa hanya memuai.
Oleh karena itu sukar untuk diolah dengan perekatan dan pencapan seperti halnya
dengan polietilen yang memerlukan perlakuan tertentu pada permukaannya.
Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang ringan, densitas 0,90 – 0,92,
memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang stabil
terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Penggunaan bahan pengisi dan
penguat memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan
polimer dan tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun pada
temperatur tinggi. Kerapuhan polipropilena dibawah 0°C dapat dihilangkan dengan
penggunaan bahan pengisi. Dengan bantuan pengisi dan penguat, akan terdapat adhesi
yang baik.Polimer yang memiliki konduktivitas panas rendah seperti polipropilena
(konduktivitas = 0,12 W/m) kristalinitasnya sangat rentan terhadap laju pendinginan.
Misalnya dalam suatu proses pencetakan termoplastik membentuk barang jadi yang
tebal dan luas, bagian tengah akan menjadi dingin lebih lambat dari pada bagian luar,
yang bersentuhan langsung dengan cetakan. Akibatnya, akan terjadi perbedaan derajat
kristalinitas pada permukaan dengan bagian tengahnya.
Polipropilena mempunyai tegangan (tensile) yang rendah, kekuatan benturan
(impact strength) yang tinggi dan ketahan yang tinggi terhadap pelarut organik.
Polipropilena juga mempunyai sifat isolator yang baik mudah diproses dan sangat
tahan terhadap air karena sedikit sekali menyerap air, dan sifat kekakuan yang tinggi.
Seperti polyolefin lain, polipropilena juga mempunyai ketahan yang sangat baik
terhadap bahan kimia anorganik non pengoksidasi, deterjen, alcohol dan sebagainya.
Tetapi polipropilena dapat terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti asam nitrat dan
hydrogen peroksida. Sifat kristalinitasnya yang tinggi menyebabkan daya regangannya
tinggi, kaku dan keras (Hafizullah, 2011)
Polipropilena isotaktik memiliki sifat kekakuan yang tinggi, daya rentang yang
baik, resistensi terhadap asam, alkali dan pelarut. Densitas polipropilena berkisar antara
0,90–0.91, titik leleh (Tm) dari 165oC–170oC, dan dapat digunakan sampai 120oC
dengan suhu dekomposisi 380oC (Julinawati, 2013).
Universitas Sumatera Utara
-
2.2.2 Penggunaan Polipropilena Polipropilena merupakan suatu polimer ideal yang sering digunakan sebagai lembar
kemasan. Polipropilena memiliki sifat kelembaban yang baik kecuali terjadi kontak
dengan oksigen. Oksigen yang masuk kedalam sistem akan dapat mempengaruhi
makanan atau materi lain yang ditutup dengan polipropilena. Lapisan yang terlindung
oleh polipropilena tersebut diharapkan dalam kondisi kedap udara agar dapat dengan
maksimal melindungi kandungan materi yang terbungkus di dalamnya. Untuk
pemanfaatan kegunaan dari polipropilena tersebut, dapat dilakukan modifikasi terhadap
polipropilena. Lembar propilena yang sangat tipis dipakai sebagai dielektrik dalam
pulsa berdaya tinggi tertentu serta kondensator frekuensi radio.
Kebanyakan barang dari plastik polipropilen juga untuk digunakan untuk
keperluan medis atau labolatorium karena mampu menahan panas di dalam autoklaf.
Sifat tahan panas ini menyebabkannya digunakan sebagai bahan untuk membuat ketel
ditingkat konsumen. PP merupakan sebuah polimer utama dalam barang-barang tak
tertenun. Sekitar 50 % digunakan dalam popok atau berbagai produk sanitasi yang
dipakai untuk menyerap air (hidrofil), bukan yang secara alami menolak air
(hidrofobik). Penggunaan tak tertenun lainnya yang menarik adalah saringan udara,
gas, dan cairan dimana serat bisa dibentuk menjadi lembaran atau jaring yang bisa
dilipat atau lapisan yang menyaring dalam batas-batas 0,5 sampai 30 mikron. Aplikasi
ini bisa ditemukan di dalam rumah sebagai saringan air atau saringan tipe pengondisian
udara. Wilayah permukaan tinggi serta polipropilena hidrofobik alami yang tak
tertenun merupakan penyerap tumpahan minyak yang ideal dengan perintang apung
yang biasanya diletakkan di dekat tumpahan minyak di sungai.
PP digunakan pula sebagai pengganti polivinil klorida (PVC) sebagai insulasi
untuk kabel listrik LSZH (Low Smoke Zero Halogen) dalam lingkungan ventilasi
rendah, terutama sekali diterowongan. Ini karena PP mengeluarkan sedikit asap serta
halogen yang tak bertoksik, yang akan menghasilkan asam dalam kondisi suhu tinggi.
PP dibentuk dalam pencetakan plastik dimana ia disuntikkan ke dalam cetakan keadaan
meleleh, membentuk berbagai bentuk yang kompleks pada volume yang tinggi dan
Universitas Sumatera Utara
http://id.wikipedia.org/wiki/Kondensator�http://id.wikipedia.org/wiki/Frekuensi_radio�
-
biaya yang relatif rendah. Hasilnya bisa berupa tutup botol, botol, dll. Polipropilena
yang diproduksi dalam bentuk lembaran telah digunakan secara meluas untuk produksi
stationary folder, pengemasan, dan kotak penyimpanan. Warna yang beragam,
durabilitas, serta sifat resistensi PP terhadap debu membuatnya ideal sebagai sampul
pelindung untuk kertas serta berbagai bahan yang lain. Sedangkan polipropilena daur
ulang dapat digunakan untuk membuat sikat gigi, corong minyak, dan kabel baterai.
Karakteristik di atas juga membuat PP digunakan dalam stiker kubus rubik.
Expanded polipropilena (EPP) merupakan bentuk busanya polipropilena. Karena
kekakuannya yang rendah, EPP tetap mempertahankan bentuknya sesudah mengalami
benturan. EPP digunakan secara luas dalam miniatur pesawat dan kendaraan yang
dikontrol radio lainnya. Dikarenakan kemampuannya menyerap benturan, EPP menjadi
bahan yang ideal untuk pesawat RC bagi para pemula dan amatir
2.3 Nanoteknologi Nanoteknologi secara teori adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena atau sifat-
sifat sebuah material atau objek dalam skala nanometer, besarannya adalah besaran
panjang, ruang, bukan detik, atau waktu atau nano yang lain, ini nanoruang.
Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena karakteristik, sifat-
sifat objek atau material.
Nanoteknologi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengontrol zat,
material dan system pada skala nanometer, sehingga menghasilkan fungsi baru yang
belum pernah ada. Menurut Kawai, nanoteknologi merupakan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk menyusun satu persatu atom atau molekul, sehingga tercipta dunia baru
(Nurul, 2008).
Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat
suatu objek atau material dalam skala nanometer (1 nm = 1/1.000.000.000 m). dapat
dipahami bahwa 1 per 1.000.000.000 meter adalah sebuah ukuran yang sangat kecil
sekali. Perbandingan antara 1 meter dengan 1 nanometer adalah seperti halnya
perbandingan antara bola bumi dengan bola pimpong.
Banyak industri yang menggunakan teknologi nano, misalkan saja industri
keramik, industri-industri yang tidak terlalu tinggi/besar, industri polymer, ban,
Universitas Sumatera Utara
http://id.wikipedia.org/wiki/Kubus_Rubik�
-
kosmetik, pangan, otomotif. Pada industri otomotif, 95% teknologi nano dapat
diterapkan, juga pada industri cat, kimia, dan lampu. Pada industri elektrik 35% telah
menggunakan nano meskipun impor, namun sebenarnya peluang penelitian nano untuk
memperbaiki kreasi-kreasinya sangat besar.
Sebagai contoh, perkembangan nanoteknologi dalam dunia computer telah
mengubah tidak hanya ukuran computer semangkin ringkas, namun juga peningkatan
kemampuan dan kapasitas yang luar biasa. Sehingga memungkinkan penyelesaian
program-program raksasa dalam waktu yang singkat. Seperti halnya computer, poduk
hand phone telah di-upgrade sedemikian rupa dengan nanoteknologi sehingga berharga
lebih murah dengan kemampuan dan kapasitas yang jauh lebih baik.
Ball mill biasa digunakan untuk mencampur dan meratakan. Di tahun 70-an
Ball mill ditemukan oleh Hock dengan temannya. Ball mill dapat membuat partikel
amofus dan partikel nano, maka di luar negeri hampir semua peneliti nano pasti
memiliki Ball mill, karena ini adalah cara yang cepat untuk mendapatkan partikel nano.
Pada saat ini, di seluruh dunia telah mengeksplorasi karakter dan sifat-sifat nano
dengan cepat. Oleh karena itu cara yang cepat dan sederhana adalah melalui
penggunaan alat Ball mill (milling berenergi tinggi).
Di China dan India, perindustriannya banyak menggunakan teknologi nano.
Industri mereka dapat mengejar ketertinggalan dari negara maju. Dahulu di awal tahun
90-an, barang-barang produksi China memiliki kualitas yang buruk tapi saat ini dengan
menggunakan teknologi nano, China dan India dapat mengejar ketertinggalan mereka
dari negara maju terutama di bidang otomotif.
Negara-negara di Asia seperti Cina, Korea dan Thailand, secara nasional telah
menerapkan strategi pengembangan nanoteknologi. Dalam rangka peningkatan daya
saing produk industri Indonesia, maka salah satu focus pengembangan nanoteknologi
yang perlu dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki adalah pengembangan
nanomaterial. Ada tiga isu dalam pengembangan nanomaterial, yaitu:
1. Bagaimana membuat partikel yang berukuran nano (nanomaterial) sebagai bahan
baku produk nano,
Universitas Sumatera Utara
-
2. Bagaimana mengkarakterisasi (sifat-sifat dan fenomena) nanopartikel yang telah
dibuat,
3. Bagaimana manyusun kembali nanopartikel dan mensintesanya menjadi produk
akhir yang sesuai dengan yang diinginkan.
Pembuatan nanomaterial dapat dilakukan dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan top-down dan botton-up. Dalam pendekatan top-down,
pertama bulk material dihancurkan dan dihaluskan sedemikian rupa sampai berukuran
nano meter. Kemudian dari partikel halus yang diperoleh, dibuat material baru yang
mempunyai sifat-sifat dan performa yang lebih baik dan berbeda dengan material
aslinya. Pendekatan top-down dapat meliputi teknik pembuatan peralatan elektronik
dari semikonduktor silicon yang dibentuk sesuai pola tertentu.
Pendekatan top-down dapat dilakukan dengan teknik MA-PM (mechanical
alloying-powder metallurgy) atau MM-PM (mechanical milling-powder metallurgy),
dimana material dihancurkan sampai menjadi bubuk dan dilanjutkan dengan
penghalusan butiran partikelnya sampai berukuran puluhan nm. Kemudian, bubuk yang
telah halus disinter (bakar) dengan kondisi tertentu sehingga didapatkan material final
yang memiliki sifat-sifat dan performan yang sangat unggul berbeda dengan bulk
material aslinya.
Sebagai contoh, nanobaja diperoleh dari penghalusan partikel bubuk besi dan
karbon dengan teknik MA sampai berukuran 30 nm, kemudian disinter pada suhu
mendekati suhu eutectoid (A1: 723o
Dalam pendekatan bottom-up, material dibuat dengan menyusun dan
mengontrol atom demi atom atau molekul demi molekul sehingga menjadi suatu bahan
yang memenuhi suatu fungsi tertentu yang diinginkan. Misalnya kumpulan atom
karbon didesain sedemikian rupa sehingga membentuk struktur heksagonal sehingga
menghasilkan berlian yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Pada saat yang
bersamaan, sekumpulan atom karbon dapat disusun membentuk struktur segienam
C) pada tekanan 41 MPa dalam suasana gas
nitrogen. Nanobaja berstruktur halus (mencapai beberapa puluh nm) memiliki kekuatan
dan umur 2 kali lipat. Teknologi ini sangat sederhana dan tidak memerlukan peralatan
tertentu untuk pembuatannya.
Universitas Sumatera Utara
-
rombik sehingga menjadi arang yang sangat lunak sekali. Dengan nanoteknologi
dimungkinkan membuat berlian buatan sesuai yang diinginkan (Nurul, 2008).
Penerapan nanoteknologi pada bahan baku local dapat memberikan nilai
tambah dan meningkatkan nilai ekonominya secara signifikan. Sebagai contoh adalah
pada proses pengolahan mineral pasir besi. Produk samping dari pasir besi setelah
dipisahkan secara magnetik, menghasilkan mineral silica dan alumina, yang jika dibuat
dalam ukuran nano dapat diterapkan untuk beton berkekuatan tinggi, bahan sensor,
membran, dan lain-lain.
Untuk mengolah mineral alam yang dimiliki sebelum memasuki proses sintesa
nano, maka penguasaan berbagai teknologi penunjang yang meliputi teknik separasi,
purifikasi, ekstraksin dan lain sebagainya harus menjadi prioritas untuk dikembangkan.
Dengan memadukan teknologi sintesa nanomaterial dan teknologi penunjang
dimungkinkan diperoleh sebuah produk awal nanomaterial yang bernilai tinggi (Nurul,
2008).
2.4 Nanokomposit Polimer nanokomposit merupakan material yang terbentuk melalui penggabungkan
material polimer organik dengan material lain dalam skala nanometer. Polimer
nanokomposit sangat menarik perhatian karena seringkali mempunyai sifat mekanik,
termal, elektrik, dan optik yang lebih baik dibandingkan dengan makro ataupun
mikropartikelnya.
Dalam pembuatan nanokomposit, suatu matriks harus diisikan dengan bahan
penguat dan penghubung lainnya supaya dapat memiliki sifat-sifat yang lebih baik
dibandingkan dengan sifat-sifat bahan tunggal. Sering matriks yang berasal dari bahan
organik dengan pengisinya yang berasal dari bahan anorganik tidak mampu menjadi
homogen, disebabkan oleh berbedanya energi permukaan dari kedua bahan tersebut.
Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, maka pengisinya dapat dimodifikasi
dengan bahan organik dalam hal ini surfaktan, seperti alkylammonium (Jin, 2003).
Secara umum polimer nanokomposit terbentuk dengan mendispersikan
nanopartikel organik atau anorganik pada matriks polimer. Nanopartikel dapat berupa
material tiga dimensi berbentuk sferis atau polihedral seperti silika, material dua
Universitas Sumatera Utara
-
dimensi berupa padatan berlapis seperti clay, grafit, dan hidrotalsit ataupun nanofiber
satu dimensi seperti nanotube.
Polimer – nanokomposit biasanya merupakan bahan penggabungan antara
polimer dan bahan komposit sebagai penguat (reinforcement), seperti silika, zeolit, dan
bentonit. Reinforcement yang digunakan biasanya juga sebagai pengisi (filler) pada
matriks polimer. Antara Karet alam dan bentonit mempunyai sifat yang berbeda. Untuk
mempersatukan kedua bahan yaitu karet alam yang bersifat nonpolar dan bentonit yang
bersifat polar dibutuhkan zat pemersatu yang biasa disebut compatibilizer.
Compatibilizer yang biasa digunakan adalah zat yang identik dengan matriks
polimer serta dapat mengikat filler itu sendiri. Bahan compatibilizer yang sering
digunakan dalam pembuatan polimer–nanokomposit adalah PP–g–MA. Compatibilizer
memegang peranan penting dalam proses compounding. Peran compatibilizer sama
seperti peran emulsifier dalam teknologi emulsi. Compatibilizer yang paling banyak
digunakan adalah kopolimer baik tipe blok maupun graft (Liza, 2005; dan Dhena,
2011).
Dalam pembuatan komposit, suatu matriks harus diisikan dengan bahan penguat
dan penghubung lainnya supaya dapat memiliki sifat-sifat yang lebih baik
dibandingkan dengan sifat-sifat bahan tunggal. Sering matriks yang berasal dari bahan
organik dengan pengisinya yang berasal dari bahan anorganik tidak mampu menjadi
homogen, disebabkan oleh berbedanya energi permukaan dari kedua bahan tersebut.
Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, maka pengisinya dapat dimodifikasi
dengan bahan organik dalam hal ini surfaktan, seperti alkylammonium (Jin, 2003).
Nanokomposit digunakan juga dalam pengolahan limbah cair yang dikeluarkan
oleh industri tekstil mengandung berbagai zat pewarna berbahaya. Semikonduktor
oksida logam seperti TiO2, ZnO, Fe2O3, sering digunakan sebagai katalis dalam
penanganan berbagai polutan organik dan zat pewarna. Fotoaktivitas oksida-oksida
logam tersebut dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan ukuran partikel hingga 1-
Universitas Sumatera Utara
-
10 nanometer. Semikonduktor yang dibuat hingga ukuran tersebut dikenal sebagai
nanopartikel (Wijaya, 2005).
Nanopartikel dapat dibuat dengan cara mengembankan oksida logam dalam
bahan inang, seperti polimer, lempung dan zeolit. Sebagai bahan inang, lempung lebih
mudah diperoleh dan lebih murah dibandingkan dengan bahan lain karena
keberadaannya yang melimpah dan tersebar luas di alam terutama di Indonesia.
Lempung yang digunakan adalah jenis bentonit yang memiliki kemampuan
mengembang serta kapasitas tukar kation yang tinggi. Modifikasi dapat dilakukan
dengan penambahan surfaktan, dimana lempung yang semula bersifat hidrofilik
berubah menjadi organofilik. Lempung hasil modifikasi disebut organoclay (Syuhada,
dkk, 2009).
Pada sistem konvensional, sebagai penguat polimer digunakan bahan pengisi
dengan ukuran mikron. Biasanya bahan pengisi dalam ukuran mikro tidak dapat
menghasilkan produk yang baik, karena pendispersiannya yang tidak merata di dalam
matriks polimer. Polimer nanokomposit merupakan alternative yang lebih menjanjikan
dibandingkan sistem konvensional.
Pola pendispersian bahan pengisi di dalam matriks polimer terdiri dari tiga tipe.
Pada matriks polimer Jika polimer tidak dapat memenuhi ruang (interkelasi) di antara
lapisan silikat, maka komposit yang dihasilkan adalah (a) mikrokomposit.
Mikrokomposit ini memiliki sifat yang sama dengan komposit konvensional. Dua tipe
komposit yang lain (b dan c) adalah nanokomposit. Jika salah satu atau beberapa rantai
polimer masuk (menyisip) di antara lapisan silikat maka terbentuk struktur interkelasi.
Pembentukan nanopartikel dari beberapa penelitian memiliki aktivitas yang
lebih besar sebagai katalis Selective Catalytic Reduction (SCR) dibandingkan Bulk
(Fatimah, 2009). Penyebaran clay berukuran nanometer membentuk nanokomposit
menunjukkan sifat superior dibandingkan komposit yang dibuat serat. Hanya
penambahan clay yang sangat sedikit (
-
Nanokomposit yang dihasilkan mempunyai struktur multi layer, yaitu alternasi
polimer dan lapisan silika. Struktur eksfoliasi atau delaminasi terbentuk jika lapisan
silikat seluruhnya terdispersi di dalam matriks polimer. Konfigurasi dimana
nanokomposit tersebar di dalam matriks polimer menghasilkan perubahan yang
signifikan dalam sifat gas barrier, heat deflection temperature, dimensi, dan ketahanan
api karena terjadi interaksi yang maksimum antara polimer dan clay (Manias, 2001).
Ada tiga metoda yang biasa digunakan untuk sintesa polimer – clay
nanokomposit (Utracki, 2002), yaitu:
1. In Situ Polimerization In Situ polymerization merupakan metoda yang pertama ditemukan untuk sintesa
polimer–clay nanokomposit menggunakan poliamid-6 oleh S. Fujiwara dan Sakamoto
(Manias, 2001). Pada metoda ini organoclay dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut
monomer. Monomer kemudian berpindah ke silikat, sehingga polimerisasi dapat terjadi
di antara lapisan silikat. Reaksi polimerisasi ini dapat terjadi dengan proses pemanasan,
radiasi, atau menggunakan inisiator.
2. Metoda Pelarut Pada prinsipnya metoda ini hampir sama dengan in situ polymerization. Mula-mula
organoclay dilarutkan dengan pelarut seperti toluen atau n,n dimetil formamid. Polimer
yang telah dilarutkan kemudian ditambahkan ke dalam larutan organoclay sehingga
polimer dapat terinterkelasi di antara lapisan silikat. Tahap terakhir adalah
menghilangkan pelarut dengan evaporasi, biasanya dalam kondisi vakum.
Keuntungan proses ini adalah interkelasi nanokomposit dapat dilakukan pada
polimer nonpolar atau yang mempunyai polaritas rendah. Kekurangan dari metoda ini
adalah penggunaan pelarut yang sukar diaplikasikan di dunia industri karena pelarut
yang dibutuhkan jumlahnya cukup besar dan membutuhkan biaya tinggi.
3. Melt Compounding Pada metoda ini, pencampuran organoclay dan termoplastik polimer dengan
compatibilizer dilakukan dalam Twin Screw Extruder pada kondisi leleh dan
diharapkan terjadi interkelasi yang maksimum antara polimer dan organoclay. Sejak
ditemukannya metoda ini oleh Giannelis, hal ini merupakan penemuan yang penting
Universitas Sumatera Utara
-
untuk dunia industri dimana memungkinkan terjadinya pencampuran antara polimer
dan organoclay tanpa menggunakan pelarut (Dhena, 2011).
2.5 Surfaktan Cetil Trimetil Amonium Bromida Molekul-molekul atau ion-ion yang teradsorbsi pada perbatasan (interfasa) disebut
dengan bahan aktif permukaan (surface active agents) atau surfaktan. Surfaktan
mempunyai peran penting untuk menurunkan tegangan permukaan bahan yang
dikenai. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agents), dan sebagai bahan
penglarut (solubilizing agents). Aktifitas kerja suatu surfaktan karena sifat ganda dari
molekul tersebut.
Struktur kimia surfaktan mempengaruhi sifat kelarutan yang cocok untuk
aktifitas surfaktan tersebut tergantung pelarut dan dan kondisi yang digunakan. Di
dalam bentuk surfaktan yang umum, “kepala” menggambarkan gugus yang larut
dalam air, sering disebut gugus hidrofil atau gugus lipofob dan “ekor” menggambarkan
gugus lipofil atau hidrofob di dalam air (Oktaviani, 2011).
Setrimonium Bromida (bahasa Inggris: Cetyl trimethylammonium bromide,
CTAB) adalah senyawa organik dengan rumus kimia (C16H33)N(CH3)3Br, yang
merupakan salah satu komponen dari antiseptik topikal yang disebut setrimida. Kation
dari setrimonium adalah agen kimiawi yang sangat efektif untuk melawan bakteri dan
fungi. CTAB dalam larutan akan terionisasi menjadi CTA+ dan Br-. Karena akan
terbentuk ion CTA+ yang bersifat amphifilik maka CTAB disebut sebagai deterjen
kationik. Ujung yang bersifat hidrofilik atau sering disebut sebagai “kepala” adalah
gugus amonium. Ujung yang bersifat hidrofobik atau disebut sebagai “ekor” adalah
rantai hidrokarbonnya yang tersusun atas gugus setil. Modifikasi permukaan bentonit penting dilakukan untuk dapat terbentuknya
misibilitas dan dispersi dari bentonit sehingga akan didapatkan sifat-sifat yang
diinginkan. Dalam melakukan modifikasi organik terhadap lapisan bentonit yang
anorganik juga harus diperhatikan. Dalam keadaan murni, lapisan silikat hanya larut
dengan polimer hidrofilik, seperti poli etilena oksida atau poli vinil alkohol. Untuk
Universitas Sumatera Utara
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris�http://id.wikipedia.org/wiki/Rumus_kimia�http://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptik�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Setrimida&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/wiki/Kation�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Setrimonium&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri�http://id.wikipedia.org/wiki/Fungi�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amphifilik&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kationik&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrofilik�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amonium&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hidrofobik&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbon�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Setil&action=edit&redlink=1�
-
membuat lapisan silikat larut dengan matriks polimer lainnya, adalah dengan
mengubah permukaan lapisan silikat yang hidrofil menjadi organophilik, sehingga
memungkinkan terjadi interkalasi dengan berbagai polimer (
Julinawati, 2013).
2.6 Grafting Divinil Benzena pada Polipropilena Rumus molekul divinil benzena C10H10, titik didihnya 195oC, tidak larut dalam air dan
larut dalam etanol dan eter, dan memiliki titik nyala 76o
Tabel 2.5 Sifat-Sifat dari Divinilbenzena (DVB)
C. Divinil benzena (DVB)
adalah suatu zat pengikat-silang yang menambah sifat polimer. Divinil benzena dibuat
dengan cara dehidrogenasi campuran isomer dietilbenzena. Monomer komersial dari
divinil benzena adalah meta-DVB dan para-DVB. Tabel berikut adalah sifat-sifat dari
divinil benzena.
Sifat Nilai
Berat Molekul (g/mol) 130,91
Titik Didih, o 195 C
Titik Beku, o -45 C
Titik Nyala, o 65,6 C (Wulandari, 2011)
Ketika bereaksi bersama-sama dengan polimer, divinil benzena dapat
digunakan sebagai monomer reaktif dalam resin polyester. Stirena dan divinil benzena
bereaksi secara bersama-sama menghasilkan kopolimer stirena-divinil benzena. Pada
pabrik plastik, divinil benzena digunakan dalam industri plastik untuk mengikat silang
dan memodifikasi material-material dan untuk membantu proses kopolimerisasi. Dapat
juga meningkatkan resistansi terhadap tekanan retak, bahan kimia, panas distorsi,
kekerasan dan kekuatan. (James,W., 2005).
Universitas Sumatera Utara
-
CH2
CH2
Gambar 2.2 Struktur divinil benzene
Reaksi grafting divinil benzena pada polipropilena dapat terjadi selama proses
pembuatan papan partikel. Mekanisme reaksi diperkirakan berlangsung melalui
mekanisme radikal bebas. Reaksi diawali dengan dekomposisi inisiator oleh termal
sehingga terbentukan radikal bebas. Selanjutnya radikal bebas ini akan menyerang
ikatan rangkap dari divinil benzena dan terbentuk radikal divinil benzena. Kemudian
radikal divinil benzena ini berikatan dengan polipropilena dan terbentuk ikatan silang.
Adanya ikatan silang ini akan menambah kekuatan sifat mekanik papan partikel
(Eddyanto, 2007).
CH2
CH2
+
CH3CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3 CH3
CH3
CH3
CH3
CH3 CH3 CH3
Polipropilena DVB PP - g - MA
Gambar 2.3 Reaksi antara polipropilena dengan divinil benzena
Universitas Sumatera Utara
-
Reaksi pengikatan silang antara rantai polipropilena dengan molekul-molekul
divinil benzena berlangsung seperti pada gambar 2.3. Disamping terjadinya reaksi
pengikatan silang, reaksi polimerisasi divinil benzena membentuk homopolimer sangat
mungkin terjadi karena adanya inisiator benzoil peroksida sebagai sumber radikal
bebas dan reaksi ini tidak diharapkan.
2.7 Grafting Maleat Anhidrat Maleat anhidrat banyak digunakan dalam penelitian polimer. Maleat anhidrat dapat
dibuat dari asam maleat. Maleat anhidrat dengan berat molekul 98,06 dapat larut dalam
air, meleleh pada temperatur 57-60oC, mendidih pada 202o
C dan spesifik grafiti 1,5.
Maleat anhidrat adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah dalam
sintesa resin poliester pelapisan permukaan karet, deterjen, bahan aditif dan minyak
pelumas, plastisizer dan kopolimer. Maleat Anhidrat mempunyai sifat kimia khas yaitu
adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil didalamnya, ikatan ini berperan dalam
reaksi adisi. Dalam penelitian yang dilakukan Pranata (2009), maleat anhidrat dapat
menempel (tergrafting) pada matriks HDPE.
2.7.1 Inisiator Inisiator sering digunakan untuk membentuk radikal bebas. Beberapa alasan mengapa
digunakan peroksida sebagai inisiator yaitu:
a. Kecepatan dekomposisi peroksida
b. Keraktifan radikal dalam penyerapan atom hidrogen pada polimer
c. Proses awal dekomposisi untuk menghasilkan radikal bebas bergantung pada
kekuatan reaksi dan variasi proses
d. Keraktifan radikal dalam penyerapan atom hidrogen pada polimer
e. Waktu paruh peroksida
f. Sifat fisik peroksida
Gambar dekomposisi dari benzoil peroksida dapat dilihat pada gambar 2.4.
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 2.4 Mekanisme dekomposisi dari benzoil peroksida (BPO)
(Carry, M.,1998)
2.7.2 Reaksi Grafting Sebuah kopolimer graft adalah sebuah polimer dimana menempel satu atau lebih
spesies blok pada rantai. Contoh:
M = monomer
G = rantai cabang
X = unit rantai yang diserang
Pada polimer graft dapat bersifat homopolimer dan kopolimer.
2.7.3 Mekanisme Coupling Polimer yang mengandung hidrogen yang aktif digunakan untuk sintesis kopolimer
graft. poly (etilena oksida) adalah grafting yang mudah kedalam nilon. Faktor – faktor
yang mempengaruhi daerah grafting pada polimer adalah:
(a) Struktur dasar sebuah polimer
(b) Struktur dasar monomer dan comonomer
Universitas Sumatera Utara
-
(c) Struktur dan konsentrasi inisiator
(d) Efisiensi kecepatan proses; Efisiensi kecepatan monomer dan inisiator dengan
polimer. Efisiensi kecepatan proses menentukan konsentrasi reaktan.
(e) Suhu; proses suhu yang tinggi secara umum menyebabkan polimer mengalami
degradasi, mengurangi half-life inisiator, mengubah kecepatan atau kespesifikan
reaksi (Sigh, R.P. 1992).
2.7.4 Mekanisme Grafting MA ke dalam PP Mekanisme grafting MA ke dalam PP dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Dekomposisi Peroksida
2. Tahap Inisiasi
3. Tahap Propagasi
4. Tahap Transfer Rantai
5. Tahap Terminasi
Dekomposisi Peroksida
O
O O
O
Benzoil Peroksida
suhu = 140oC OO
Benzoilperoksil radikal
Inisiasi
OO + C C C C
H H
HHHH
CH3 CH3
Benzoilperoksil radikal Polipropilena
OOH + C C C C
H HCH3 CH3
HHH.
Universitas Sumatera Utara
-
Propagasi
C C C C
H HCH3 CH3
HHH. +
O OOO OO
C C C C
HH
.Maleat Anhidrat
HHH
CH3 CH3
O OO
C C C C
HH
. HHH
CH3 CH3
+
Transfer Rantai
C C C C
H H
HHHH
CH3 CH3
O OO
H
C C C C
HH
HHH
CH3 H
C C C C
H HCH3 CH3
HHH.
+
TerminasiO OO
C C C C
HH
. HHH
CH3 CH3
+ C C C CH HCH3 CH3
HHH.
O OO
HC C C C
HH
HHH
CH3 CH3
+
C C C C
H HCH3 CH3
HH
Universitas Sumatera Utara
-
2.8 Pengujian dan Karakterisasi 2.8.1 Analisa Difraksi Sinar-X (XRD) Metode analisis difraksi sinar-X dilakukan dengan menimbang sekitar 0,5 gram bubuk
sampel yang akan dianalisis diletakkan dalam tempat sampel dan ditentukan langsung
dalam difraktometer sinar-X Shimadzu model XRD 6000 menggunakan radiasi Cu Kα.
Sampel yang dianalisis dapat digunakan kembali untuk analisis lainnya. Pada waktu
suatu sampel dikenai sinar X, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah
dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh sampel dan
juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut.Berkas sinar X yang
dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada
juga yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar X yang saling
menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi.
Penyebab meningkatnya basal spacing d001 adalah terjadi karena kemampuan
swelling pada saat interkalasi. Lapisan-lapisan silikat pada bentonit dapat terbuka
semakin lebar ketika kation-kation yang ada tertukar oleh spesies pemilar yang
ukurannya lebih besar. Keberadaan spesies pemilar terkalsinasi akan meningkatkan
jarak antar lapis yang menyebabkan peningkatan harga d001
. (Sutha, 2008; Wijaya,
2004 dan Fatimah, 2009).
2.8.2 Penentuan Gugus Fungsional Sistem analisa spektroskopi infra merah (IR) telah memberikan keunggulan dalam
mengkarakterisasi senyawa organik dan formulasi suatu material. Analisa infra merah
(IR) akan menentukan gugus fungsi dari molekul yang memberikan regangan pada
daerah serapan infra merah. Tahap awal identifikasi bahan, maka harus diketahui pita
serapan yang karakteristik untuk masing-masing bahan dengan membandingkan
spektrum yang telah dikenal. Pita serapan yang khas ditunjukan oleh monomer
penyusun material dan struktur molekulnya.
Penentuan gugus fungsional dilakukan dengan alat FTIR model Shimadzu 8201
PC dengan metode padatan (bubuk). Sebanyak 0,2 mg lempung yang akan dianalisis
dihomogenkan dengan 20 mg bubuk KBr (perbandingan 1%) kemudian dengan
Universitas Sumatera Utara
-
tekanan 2000 psi ditekan hingga menjadi pelet yang tipis dan transparan. Pelet tersebut
kemudian diletakkan dalam sel dan analisis spektra dilakukan pada bilangan
gelombang 400–4000 cm-1 (Wijaya, 2004).
Hasil analisis dengan FTIR untuk bentonit memperlihatkan adanya serapan
pada bilangan gelombang 3435 cm
-1 merupakan serapan dari HO–H yang terserap
yang merupakan serapan khas yang nampak untuk semua anggota smektit. Selanjutnya
serapan pada bilangan gelombang 1637,5 cm-1 merupakan serapan dari H2
O secara
lengkung (O-H tekuk). Serapan gugus OH yang cukup kuat menunjukkan kuatnya
ikatan OH dengan kation-kation yang ada pada antar lapis bentonit (Wijaya, 2005).
2.8.3 Pengujian Morfologi
Mikroskop pemindai elektron (SEM) adalah alat yang dapat membentuk bayangan
permukaan spesimen secara makroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm
diarahkan pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan
beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar X, elektron sekunder
dan absorpsi elektron.
Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan.
Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang
tebalnya sekitar 20 μm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan
tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar
tofografi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh
spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor yang
diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas
menggambarkan struktur permukaan spesimen.
Selanjutnya gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam
putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket. Sampel yang dianalisa dengan
teknik ini harus mempunyai permukaan dengan konduktivitas tinggi. Karena polimer
mempunyai kondiktivitas rendah maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor
(bahan pengantar) yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak, tetapi juga
Universitas Sumatera Utara
-
dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baik digunakan emas atas campuran emas dan
palladium (Rafli, 2008).
2.8.4 Analisis Termal Bahan Polimer Analisis termal bukan saja mampu untuk memberikan informasi tentang perubahan
fisik sampel (misalnya titik leleh dan penguapan), tetapi juga terjadi proses kimia yang
mencakup polimerisasi, degradasi, dekomposisi, dan sebagainya. Differensial Thermal
Analysis (DTA) adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk menentukan sifat
termal suatu bahan polimer. DTA merupakan suatu metode yang dapat mencatat
perbedaan suhu antara sampel dan senyawa pembanding, baik terhadap waktu ataupun
suhu.
Dalam bidang polimer DTA sering digunakan untuk menentukan temperatur
leleh (Tm) dan temperatur gelas (Tg). Temperatur leleh adalah temperatur pada saat
polimer mengalami pelelehan secara sempurna, sedangkan temperatur transisi gelas
(Tg
Kekurangan DTA adalah terlihat perbedaan yang nyata pada jangkauan
temperatur yang lebar sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai
jangkauan tersebut, dan kurva yang dihassilkan sangat tergantung pada peralatan dan
teknik penentuan sehingga untuk jenis material yang sama jika dianalisis dengan dua
alat yang berbeda akan memberikan kurva yang sedikit berbeda.
) adalah temperatur pada saat terjadinya perubahan sifat polimer dari elastis menjadi
kaku. Metode DTA mempunyai kelebihan dapat memberikan hasil yang spesifik untuk
suatu sampel, karena tidak ada dua materi yang memberikan suatu kurva yang sama
persis walaupun mempunyai perbedaan yang sangat kecil dari struktur kristal dan
komposisi kimia. Puncak-puncak yang dihasilkan akan berbeda baik dari luas ataupun
bentuk puncak sehingga kurva yang dihasilkan khas untuk setiap jenis material.
Universitas Sumatera Utara