bab 2 tinjauan pustaka dan dasar teori - e …e-journal.uajy.ac.id/10869/3/2tia08090.pdf · yang...
TRANSCRIPT
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang perancangan produk telah banyak dilakukan, metode penelitian
yang dilakukan juga sangat beragam. Perancangan adalah kegiatan yang dilakukan
untuk memecahkan masalah dengan menerapkan teknologi yang bertujuan untuk
mendapatkan solusi terbaik. Perancangan suatu produk sangat dibutuhkan untuk
membantu tugas-tugas manusia dalam melakukan proses pengerjaan agar didapat
hasil yang optimal. Perancangan perlu memperhatikan efisiensi, kemudahan, biaya
yang semurah mungkin, faktor keamanan, dan dapat memberikan kontribusi yang
maksimal bagi kehidupan manusia.
M Imran Rosyidi (2013) melakukan perancangan mesin pengepak sampah plastik
dengan sistem pneumatik dengan menggunakan daya motor 6.42 kw untuk
menggerakkan batang silinder 30mm dan silinder 140 mm. Metode yang digunakan
dalam penelitiannya adalah metode rasional. Perancangan ini di awali dengan
perancangan dan pengembangan produk, analisis biaya material, analisis biaya
proses dan kemudian mempersiapkan alat yang di gunakan untuk pengambilan data.
Djeni Hendra (2012) melakukan penilitian tentang rekayasa pembuatan mesin cetak
pellet kayu dengan kapasitas 2.67 kg/jam dengan lubang cetakan dibuat dengan
ukuran diameter 15 mm dan panjang 110 mm serta menggunakan sistem hidrolik
dengan tekanan 1500 psi/40 lubang untuk mencetak pellet kayu. Menggunakan
metode eksperimen terhadap prototype dengan pengujian pada berbagai jenis kayu.
Wawan Trisnadi (2013) melakukan penelitian tentang sistem perencanaan mesin
pengepresan plastik. Karakteristik sampah plastik yang susah terurai mengakibatkan
penumpukan sampah sehingga memerlukan metode untuk mengurangi volume
sampah plastik, salah satu caranya dengan mesin pengepresan. Tipe plastik
dibedakan PET, PP dan Campuran dengan penyusutan 0,5 kg. Perancangan mesin
pengepresan manual menggunakan powerscrew sebagai penggeraknya dan terdapat
heater berupa kompor LPG untuk melelehkan plastik.
Ariawan Wahyu (2014) melakukan penelitian tentang perancangan mesin pencetak
5
garam bricket dengan sistem crankshaft penggerak motor listrik dua pk menggunakan
metode rasional dalam melakukan analisa permasalahan serta dari beberapa
alternative design yang sudah ada dipilih desain dimensi mesin pres 100x100x150 cm
menggunakan sistem crankshaft sebagai penggerak silinder dengan kapasitas 450
kubus/jam.
2.1.2. Penelitian Sekarang
Penelitian sekarang menggunakan metode rasional dengan brainstorming dan
pengolahan atribut dengan QFD untuk mendapatkan rancangan mesin press sampah.
Tujuan rancangan tersebut untuk meningkatkan kapasitas volume sampah yang
mampu di angkut kontainer menuju TPA Sanggrahan. Harapan output penelitian
berupa gambar rancangan 2D dan 3D dengan software SOLIDWORK, perhitungan
harga pembuatan produk rancangan.
6
Tabel 2.1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
Deskripsi M Imran Rosyidi
(2013) Djeni Hendra (2012) Wawan Trisnadi (2013)
Ariyawan Wahyu (2014)
Penelitian Sekarang (2016)
Masalah yang
dihadapi
Belum efektif dan effisien proses pengepakan sampah plastic
Belum memiliki rancangan mesin
pellet kayu
Penumpukan sampah plastik menyebabkan banjir di Kabupaten
Ponorogo
Belum efektifnya mesin press garam
yang sudah ada untuk meningkatkan kapasitas produksi
belum memiliki mesin press
sampah untuk meningkatkan kapasitas daya
angkut
Obyek penelitian
Rancang bangun mesin
pengepakan plastic
Rekayasa pembuatan mesin pellet kayu
Perencanaan alat pengepres plastik
Perancangan mesin press garam sistem
crankshaft penggerak 2 pk
Perancangan mesin pres sampah
residu
Metode penelitian
Rasional Eksperimen Kreatif
Rasional Rasional
Tool Penelitian
Brainstorming Inventor
Brainstorming Data Eksperimen
Prototype
Brainstorming Data eksperimen
Brainstorming Data eksperimen
Autocad
Brainstorming Data Eksperimen
Solidwork
Output penelitian
Mesin Gambar
Hasil uji penelitian
Mesin Gambar
Hasil Uji penelitian
Mesin Gambar
Hasil uji penelitian
Gambar Hasil uji penelitian
Gambar 2D Gambar 3D
Outcome penelitian
Hasil penelitian digunakan untuk mesin pengepakan sampah plastic
Hasil penelitian digunakan untuk perancangan mesin pencetak pellet kayu
Hasil penelitian digunakan untuk mesin pengepres
plastik
Hasil penelitian digunakan untuk pengembangan
mesin press garam
Hasil penelitian digunakan untuk pengembangan
mesin pres sampah residu
7
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Pengertian Sampah
Menurut Perda Temanggung no 29 Tahun 2011, sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri dari sampah
rumah tangga dan sampah yang berasal dari kawasan pemukiman, kawasan
komersial, fasilitas umum, fasilitas social atau fasilitas lainnya.
2.2.2. Penggolongan Sampah
Ada beberapa macam penggolongan sampah. Penggolongan ini dapat
didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu: asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses
terjadinya, sifat, dan jenisnya. Damanhuri,E. (2010).
a. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya
1) Sampah hasil kegiatan rumah tangga, termasuk di dalamnya sampah rumah
sakit, hotel, sekolah, dan kantor.
2) Sampah hasil kegiatan industri atau pabrik.
3) Sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan, perhutanan, perikanan,
dan peternakan.
4) Sampah hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar dan toko.
5) Sampah hasil kegiatan pembangunan
6) Sampah jalan raya
b.Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya
1) Sampah seragam. Sampah hasil kegiatan industri umumnya termasuk dalam
golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas
karbon, dan semacamnya yang masih tergolong seragam atau sejenis.
2) Sampah campuran. Misalnya, sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
yang sangat beraneka ragam dan bercampur menjadi satu.
c. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya
1) Sampah padat (solid), misalnya, daun, kertas, karton, kaleng, plastik, dan
logam.
8
2) Sampah cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bekas cairan yang
tumpah, tetes tebu, dan limbah cair industri.
3) Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, amonia,dan H2S
d. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya
1) Sampah kota (urban) yang terkumpul di kota-kota besar.
2) Sampah daerah yang terkumpul di daerah-daerah luar perkotaan.
e. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya
1) Sampah alami, adalah sampah yang terjadinya karena proses alami.
Misalnya, rontokan dedaunan.
2) Sampah non alami, adalah sampah yang terjadinya karena kegiatan manusia.
Misalnya, plastik dan kertas.
f. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya
1) Sampah organik, terdiri atas dedaunan, kayu, tulang, sisa makanan ternak,
sayur, dan buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung
senyawa organik dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Sampah ini mudah didegradasi oleh mikroba.
2) Sampah anorganik, terdiri atas kaleng, plastik, besi, logam, kaca, dan
bahan-bahan lainnya yang tidak tersusun oleh senyawa organik. Sampah ini
tidak dapat didegradasi oleh mikroba sehingga sulit untuk diuraikan.
3) Sampah residu, terdiri atas pembalut, puntung rokok, pampers, bungkus sisa
makanan dan bahan yang tidak biss didaur ulang dan tidak memiliki nilai
ekonomis.
4) Sampah B3, terdiri atas kaset, CD, Lampu neon, baterai, racun serangga dan
bahan beracun dan berbahaya.
g. Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya
1) Sampah makanan.
2) Sampah kebun atau pekarangan.
3) Sampah kertas.
9
4) Sampah plastik, karet, dan kulit.
5) Sampah kain.
6) Sampah kayu.
7) Sampah logam.
8) Sampah gelas dan keramik.
9) Sampah abu dan debu.
2.2.3. Komposisi Sampah
Komposisi fisik sampah adalah persentase dari komponen pembentuk sampah yang
secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, kertas, plastik, logam, dan lain-lain
(Darmasetiawan, 2004). Sumber sampah terbanyak adalah pemukiman dan pasar
tradisional. Sampah pasar khusus, seperti pasar sayur, pasar buah, atau pasar ikan,
jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga
lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat
beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya
anorganik.
2.3. Pemilihan Proses dan Mesin
Pemilihan proses dan mesin didasarkan pada hasil technical requirement. Bagian –
bagian mesin dan cara perhitungan desain konstruksi mesin akan dijabarkan pada
subbab berikut :
2.3.1. Ulir
Ulir dapat digunakan untuk memegang/mengencangkan dua komponen atau lebih, dan
memindahkan beban/benda. Fungsi yang pertama sering disebut pengencang
(fastener) dan yang kedua dikenal dengan nama ulir daya (power screw ) merupakan
pengubah gerakan dengan memanfaatkan gaya tekan akibat perputaran ulir menjadi
gerakan linier. Prinsip kerjanya sebenarnya seperti pasangan mur dan baut, ketika mur
di putar maka akan didapatkan pergerakan linier dari bautnya. Khurmi, R.S & Gupta,
J.K. (2005)
10
Ulir daya ini berfungsi untuk mendapatkan keuntungan mekanik yang besar sehingga
akan meringankan beban manusia, biasanya diterapkan pada dongkrak ulir, klem,
mesin pres, ragum.
a. Parameter Ulir
Dalam pembahasan ulir, biasanya dikenal beberapa istilah yang merupakan
parameter-parameter utama dari ulir yang diantaranya adalah :
1) Pitch (p) yang merupakan jarak antar ulir yang diukur paralel terhadap sumbu ulir.
2) Lead (l) yang merupakan jarak yang ditempuh baut dalam arah paralel sumbu, jika
baut diputar satu putaran. Berdasarkan kisarannya ulir dibedakan atas :
Single thread : lead sama dengan pitch (l = p).
Gambar 2.1. Single Thread (Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005))
Double thread : lead sama dengan dua kali pitch (l = 2p).
Gambar 2.2. Double Thread
(Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005))
11
Triple thread : memiliki lead sama dengan 3 kali pitch. (l = 3p).
Gambar 2.3. Triple Thread
(Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005))
3) Thread per inch (n) yang mana menyatakan jumlah ulir per inchi.
b. Tipe Power Screw
Berdasarkan bentuk profilnya terdapat tiga jenis atau tipe form dari power screw :
1) Acme form
Tipe Acme ini memiliki sudut ulir 29°, dapat digunakan dengan mudah pada suatu
mesin dibandingkan dengan tipe Square. Tipe ini tidak seefisien bentuk square yang
dikarenakan gesekan dapat meningkat akibat sudut ulir.
Gambar 2.4. Acme Thread
(Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005))
2) Square form
Ulir jenis ini dinamakan demikian karena bentuk geometrinya. Tipe ini merupakan tipe
yang paling efisien dimana memiliki gesekan yang sedikit sehingga dapat digunakan
untuk jenis sekrup yang bekerja membawa daya yang tinggi. Meski efisien, tipe jenis ini
sulit diterapkan pada suatu mesin. Dari semua tipe, tipe jenis inilah yang paling mahal.
12
Gambar 2.5. Square Thread
(Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005))
3) Buttres form
Tipe ini memiliki bentuk segitiga, tipe jenis ini memiliki tingkat efisiensi yang sama
dengan tipe square.
Gambar 2.6. Butters Thread
(Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005))
c. Karakteristik
Power screw ini tidak dapat bekerja pada kecepatan tinggi, karena hal ini akan
menimbulkan gesekan yang tinggi dan menyebabkan screw akan mengalami panas
dan dapat menimbulkan aus.
d. Keuntungan dan Kerugian
Pada power screw terdapat beberapa keuntungan dalam penggunaanya :
1. Efisiensi rendah
2. Umur screw dapat diprediksi.
3. Akurat dan dapat bergerak berulang-berulang.
4. Tidak akan terjadi slip.
5. Pengaruh suhu kecil.
6. Gerakan halus sepanjang penggunaan.
7. Pada kapasitas angkat yang sama dapat digunakan ukuran yang lebih kecil.
13
8. Sederhana dalam perancangannya.
Kerugian:
1. Membutuhkan banyak pelumas.
2. Sangat mudah kotor.
e. Torsi Ulir
Perhitungan torsi untuk ulir dapat dilakukan dengan rumus :
Tan φ = µ (2.1)
Dimana :
µ = Koefisien gesek
Helix Angel (α) = tan α = 𝐿
𝛱𝑥 𝑑 (2.2)
Dimana :
α = sudut helix
L = Lead
d = diameter efektif
T = W x tan (α + φ) x 𝑑
2 (2.3)
Dimana :
T = torsi yang dibutuhkan untuk memutar ulir
W = gaya tekan pemadatan
d = diameter rata-rata
φ = sudut friksi
α = sudut helix
f. Tegagan geser akibat puntir
Perhitungan tegangan geser akibat puntir
Fs = 16T
(.d)3 (2.4)
Dimana:
fs = tegangan geser puntir
T = torsi (momen puntir)
14
g. Tegangan akibat Gaya Luar
Perhitungan tegangan tekan
Ft = F
A (2.5)
Dimana:
Ft = tegangan tekan
F = gaya yang bekerja
A = Luas penampang
h. Kombinasi 1 dan 2.
Tegangan geser utama maksimum,
(2.6)
i. Resultan gaya gesek dalam arah aksial
(𝑇)𝑐 = µ W 1
4(𝐷0) (2.7)
Dimana :
(𝑇)𝑐 = Torsi pada saat penekanan
µ = Koefisien gesek
W = Torsi yang dibutuhkan untuk memutar ulir
D0 = Diameter collar
(𝑇)𝑡 = 𝑀𝑡 + (𝑀𝑡)𝑐 (2.8)
Dimana :
(𝑇)𝑡 = Total momen yang terjadi
2
t2
ss(max)2
fff
15
j. Gaya yang diperlukan untuk memutar
F = T
d (2.9)
Dimana :
F = Gaya untuk memutar
T = Torsi total yang terjadi
d = Diameter lengan untuk memutar
2.3.2. Perhitungan Mekanika
a. Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika dari suatu beban terhadap gaya-
gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam ilmu statika
keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek tinjauan
utama. Sedangkan dalam perhitungan kekuatan rangka, gaya-gaya yang
diperhitungkan adalah gaya luar dan gaya dalam. Popov.E.P (1996).
Beban
Reaksi
Reaksi Reaksi
Gambar 2.7. Free Body Diagram
Jenis beban dapat dibagi menjadi :
1) Beban dinamis adalah beban yang besar dan/atau arahnya berubah terhadap
waktu.
2) Beban statis adalah beban yang besar dan/atau arahnya tidak berubah terhadap
waktu.
3) Beban terpusat adalah beban yang bekerja pada suatu titik.
4) Beban terbagi adalah beban yang terbagi merata sama pada setiap satuan luas.
16
5) Beban momen adalah hasil gaya dengan jarak antara gaya dengan titik yang
ditinjau.
b. Gaya Luar
Adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada
umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. Gaya luar dapat berupa gaya vertikal,
horisontal dan momen puntir.
c. Gaya Dalam
Gaya dalam dapat dibedakan menjadi :
1) Gaya normal (normal force) adalah gaya yang bekerja sejajar sumbu batang.
2) Gaya lintang/geser (shearing force) adalah gaya yeng bekerja tegak lurus sumbu
batang.
3) Momen lentur (bending momen).
d. Reaksi.
Reaksi adalah gaya lawan yang timbul akibat adanya beban. Reaksi sendiri terdiri dari
1) Momen.
M = F x s (2.10)
Dimana :
M = momen (N.mm).
F = gaya (N).
s = jarak (mm).
2) Tegangan
M x 0,5 x h
I (2.11)
Dimana :
M = Momen
h = Lebar hollow besi
I = Momen inersia
17
2.3.3. Jenis Mesin
a. Mesin Frais (Milling)
Proses milling menghasilkan permukaan yang datar atau bentuk profil pada ukuran
yang ditentukan dan kehalusan atau kualitas permukaan yang ditentukan.
Penggolongan mesin milling menurut jenis penamaannya disesuaikan dengan posisi
spindle utamanya dan fungsi pembuatan produknya. Jenis-jenis mesin milling antara
lain : mesin milling horisontal, mesin milling vertical, mesin milling universal, plano
milling, copy milling. Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005)
b. Mesin Bubut (Turning)
Mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang mengerjakan benda-benda
berbentuk silindris. Meskipun mesin ini terutama disesuaikan dengan pengerjaan
silindris, tetapi dapat juga untuk mengerjakan bentuk-bentuk lain misalnya untuk
membuat segi enam, bujur sangkar, dengan pengerjaan yang khusus. Contoh benda
kerja hasil dari proses pembubutan antara lain : Baut, poros, spindle, ring, gardan,
bush, dll. Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005)
Bermacam-macam benda yang dibubut dapat dibedakan menurut proses
pengerjaanya. Pengerjaan pada bagian luar benda kerja disebut outsite turning,
sedangkan pengerjaan pada bagian dalam disebut inside turning.
c. Las Busur Listrik
Las busur listrik adalah cara menyambung logam dengan cara menggunakan panas
nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung.
Kenyon,W (1985).
Prinsip pengelasan busur listrik dapat dijelaskan sebagai berikut: dengan
menyentuhkan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas,
berlangsung hubungan singkat, maka arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir,
setelah pengangkatan elektroda dari benda kerja, terbentuk busur cahaya diantara
elektroda dengan benda kerja.
Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan melelehkan ujung elektroda dan bidang
pengelasan. Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh
celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proes pengelasan itu sendiri
18
terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda
yang terus-menerus menetes.
Gerakan-gerakan elektroda pada pengelasan antara lain :
1) Gerakan turun sepanjang sumbu elektroda
Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak panjang busur agar tetap terjaga, hal
tersebut disebabkan karena busur pada ujungnya mencair secara terus-menerus
sehingga terjadi pemendekan.
2) Gerakan ayunan elektroda
Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.
2.4. Metode Perancangan
Metode perancangan adalah prosedur, teknik, bantuan atau peralatan untuk merancang.
Metode perancangan menggambarkan rangkaian akstivitas secara urut yang
memungkinkan perancang mengkombinasikan proses perancangan secara keseluruhan.
Tujuan utama metode ini adalah usaha untuk membawa prosedur rasional ke dalam
proses perancangan. Cross (1994) menyebutkan metode perancangan bukan
merupakan pertentangan dari kreativitas, imajinasi, dan intuisi. Pertentangan
sesungguhnya lebih memungkinkan pada penyelesaian masalah dalam perancangan.
Pada kenyataannya. Pokok umum dari metode perancangan dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok besar yaitu metode kreatif dan metode rasional. Dalam tugas akhir
ini metode perancangan yang dipilih adalah metode rasional
2.4.1. Metode Rasional
Metode rasional yang dikemukakan oleh Cross (1994) lebih sering dikenal dengan
metode perancangan, karena metode rasional ini dapat mendorong terjadinya
pendekatan sistematis dalam proses perancangan serta pengembangan. Pada
dasarnya metode rasional dengan metode yang lain memiliki tujuan yang sama,
misalkan memperluas ruang pencarian solusi atau memungkinkan pengadaan tim
kerja dan grup pengambil keputusan. Metode rasional merupakan metode
perancangan yang sistematis, tujuannya memperbaiki kualitas keputusan perancangan
dan hasil akhir dari suatu produk. Metode rasional menggabungkan aspek procedural
dari perancangan dan aspek structural dari masalah perancangan.
Proses perancangan dan metode-metode rasional yang relevan dan paling luas
19
penggunaanya dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Clarifying Objectives ( Klarifikasi Tujuan )
Tahap pertama dari metode rasional merupakan tahapan yang penting dalam
menjelaskan tujuan dari perancangan. Secara keseluruhan tahap ini sangat membantu
untuk mendapatkan gagasan yang jelas dalam mencapai tujuan, meskipun tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dapat berubah selama proses perancangan.
Metode yang digunakan dalam tahap perancangan ini adalah pohon tujuan (Objectives
Tree). Pohon tujuan menunjukan tujuan utama dan cara pencapaian tujuan tersebut.
Metode ini ditunjukan dalam suatu bentuk diagram dimana tujuan-tujuan yang berbeda
dihubungkan satu sama lain, bersama dengan pola hirarki tujuan dan sub tujuan.
Langkah-langkah dalam pembuatan pohon tujuan adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan daftar tujuan perancangan
2) Tujuan perancangan dapat juga disebut kebutuhan konsumen dan fungsi produk
itu sendiri. Daftar ini diambil dari ringkasan perancangan, dari pernyataan kepada
konsumen dan dari diskusi tim perancang.
3) Menyusun daftar disusun berdasarkan tingkatan hirarki
4) Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan akan membuat terlihat jelas adanya tingkat
kepentingan yang lebih antara satu dengan yang lain. Semua ini akan dikumpilkan
kedalam suatu tingkatan hirarki.
5) Menggambarkan diagram Objectives Tree
6) Cabang-cabang pada pohon tujuan menunjukan hubungan yang mengusulkan
bagaimana mencapai tujuan.
b. Establishing Functions ( Penetapan Fungsi )
Analisis fungsi merupakan suatu analisis yang membantu untuk menemukan dan
membatasi tingkatan permasalahan dimana penyelesaian dapat dipecahkan serta
dihasilkan rancangan yang sesuai. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menetapkan
fungsi-fungsi yang diperlukan serta batasan sistem dari rancangan yang baru.
Poin utama dari metode ini adalah konsentrasi pada hal yang akan dicapai dari disain
yang hendak dirancang, dan bukan bagaimana cara untuk mencapainya. Cara
sederhana yang dilakukan untuk mengekspresikan hal ini adalah dengan
menggunakan black box mengubah input menjadi output yang diinginkan.
Adapun langkah-langkah dalam menetapkan fungi adalah sebagai berikut :
20
1) Menentukan fungsi rancangan secara keseluruhandalam rangka konversi input
menjadi output.
2) Membagi fungsi utama menjadi sub-sub fungsi.
3) Menggambarkan blok diagram yang menunjukan interaksi antar fungsi.
4) Menggambarkan batasan sistem (boundry system)
5) Menentukan komponen yang sesuai untuk setiap sub fungsi dan hubungan antar
mereka.
c. Setting Requirements (Penetapan Spesifikasi)
Metode performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi akurat dari
kebutuhan pelaksanaan suatu penyelesaian perancangan.
Langkah-langkah metode performance specification adalah sebagai berikut :
1) Menimbang perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima. Contoh
ada beberapa pilihan antara alternatif produk, tipe produk, dan ciri produk.
2) Menentukan tingkatan umum yang nanti akan dioperasikan. Keputusan ini bisa
dibuat oleh klien. Tingkatan umum yang lebih tinggi memberikan kebebasan yang
lebih untuk perancangan.
3) Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan. Atribut seharusnya diterangkan sebagai
bentuk yang independen dari beberapa penyelesaian kasus.
4) Menyebutkan dengan tepat dan ringkas kebutuhan setiap atribut.
d. Determining Characteristics (Penentuan Karakteristik)
Penentuan spesifikasi produk seringkali mengalami konflik dan kesalahpahaman
dalam suatu perancangan. Hal ini disebabkan karena terlalu berfokus dalam
perbedaan penafsiran pada apa yang harus dispesifikasikan. Metode yang
komperhensif untuk mencocokan permintaan konsumen dengan engineering
characteristics adalah metode Quality Function Deployment (QFD) yang merupakan
inti dalam proses disain.
QFD (pengembangan fungsi kualitas) adalah suatu metode untuk perencanaan dan
pengembangan produk yang terstruktur yang memungkinkan team pengembangan
untuk menentukan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan jelas, dan kemudian
mengevaluasi produk atau melayani dengan kemampuan yang secara sistematik
dalam pemenuhan keinginan pelanggan tersebut.
Cross (1994) mengemukakan prosedur dalam pembentukan Quality Function
21
Deployment (QFD) adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi keinginan konsumen terhadap atribut produk
Hal ini penting untuk dilakukan, dimana pada tahap ini suara konsumen dihargai dan
kebutuhan konsumen yang tidak bersubyek ditafsirkan ulang pada tim desain. Proses
pengidentifikasian ini dapat menggunkan diagram afinitas. Diagram ini digunakan
untuk menunjukkan maslah utama. Diagram afinitas menempatkan dan menstrukstur
masalah ketika situasi tidak jelas, tidak menentu dan tidak dapat diperkirakan (contoh;
ketika maslah berhubungan dengan kejadian masa depan, keadaan yang tidak dikenal,
atau pengalaman baru). Diagram afinitas dilakukan dengan mengumpulkan banyak
kenyataan, pendapat, dan ide dalam lembar data verbal dan menyatukannnya menjadi
satu diagram berdasarkan afinitasnya.
2) Menentukan beberapa atribut yang relatif penting
Teknik pemberian ranking/penempatan nilai dapat digunakan untuk membantu
menentukan bobot relative yang harus disejajarkan dengan atribut lainnya. Biasanya
digunakan persentase bobot.
3) Mengevaluasi produk pesaing
Nilai yang ditujukan oleh produk pesaing dan produk rancangan harus diarahkan untuk
kebutuhan konsumen.
4) Menggambar matrik atribut produk beserta karakteristik teknisnya
Termasuk di dalamnya semua karakteristik teknis yang berpengaruh pada atribut
produk dan memastikan bahwa hal tersebut adalah unit yang siap diukur.
Mengidentifikasi hubungan antara atribut produk dan karakteristiknya
Kekuatan hubungan dapat diidentifikasikan dengan simbol/angka. Penggunaan
memiliki beberapa keuntungan, namun dapat menimbulkan sebuah keakuratan palsu.
5) Mengidentifikasi beberapa hubungan yang relevan diantara karkteristik teknis
Bagian atap rumah dari House of Quality menyediakan daftar pengecekan, yang
tergantung dari perubahan konsep desain. Menentukan target yang digambarkan agar
dapat mencapai karakteristik teknis yang diinginkan, hal ini dilakukan dengan
menggunakan informasi dari produk pesaing atau percobaan konsumen.
Mengidentifikasi kombinasi sub solusi yang memungkinkan total nomer kombinasi
22
yang mungkin dapat sangat besar maka pencarian strategis harus diarahkan dengan
batasan atau kriteria.
Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam prosesnya menggunakan tool yang
disebut House of Quality (HOQ) untuk menghasilkan output yang sesuai dengan
keinginan konsumen. HOQ memiliki cara atau proses untuk memenuhi keinginan
konsumen dengan seluruh kekuatan dan kelemahan yang ada. Perancangan dimulai
dengan melakukan riset untuk menentukan atribut produk spesifik yang diinginkan
konsumen, derajat kepentingan relatif masing-masing atribut dan menentukan persepsi
pelanggan terhadap produk-produk pesaing dan produk perusahaan masing-masing
untuk setiap atribut yang terkandung didalamnya. HOQ dapat diasumsikan menjadi
sebuah bangunan rumah dengan sisi kiri merupakan keinginan konsumen. Dalam
matrik rumah merupakan pertemuan antara bagaimana produk yang tersedia dengan
keinginan konsumen, bagian atap merupakan pengembangan dari atribut atau hasil
yang diperlukan. Variasi yang ada pada HOQ dapat digunakan untuk mengevaluasi
bagaimana pesaing dalam memenuhi keinginan konsumen. Gambar dari HOQ dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.8. House of Quality untuk pintu mobil
(Sumber : Cross, 1995)
23
e. Generating Alternatives (Pembangkitan Alternatif)
Tujuan utama metode ini adalah perluasan pencarian kemungkinan penyelesaian baru.
Morfologi berarti studi tentang bentuk atau ukuran, jadi analisis morfologi adalah suatu
usaha sistematis untuk menganalisa bentuk yang dapat diambil oleh suatu produk atau
mesin, dan bagan morfologi adalah suatu rangkuman dari analisis ini.
Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan metode bagan morfologi adalah
sebagai berikut :
1) Menentukan daftar tampilan atau fungsi produk yang mendasar. Walaupun tidak
terlalu panjang, daftar tersebut dapat secara luas mencakup fungsi-fungsi umum
pada tingkat yang tepat.
2) Setiap daftar tampilan atau fungsi cara-cara yang mungkin dapat dicapai. Daftar ini
belum dapat memasukan ide baru yang sama baiknya dengan pengealan
komponen atau sub solusi yang ada.
3) Menggambarkan suatu bagan yang mengandung semua sub solusi yang
memungkinkan. Bagan morfologi mewakili ruang penyelesaian total produk,
membuat kombinasi sub solusi.
f. Evaluating Alternative (Evaluasi Alternatif)
Alternatif-alternatif perancangan sudah dibuat dan permasalahan yang kemudian
muncul adalah pemilihan alternatif yang baik. Metode yang digunakan adalah weigted
objectives (pembobotan objektif). Metode weigted objectives menyediakan peralatan
untuk memperkirakan dan membandingkan alternatif perancangan yang menggunakan
perbedaan pembobotan yang objektif. Tujuan metode ini untuk mengambil suatu
keputusan alternatif dalam pengembangan alternatif-alternatif yang sudah ada.
Pemilihan dilakukan berdasarkan jumlah dari skor dikalikan bobot yang menghasilkan
angka terbesar.
Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengerjaan metode weigted objectives
1) Membuat daftar tujuan perancangan, dan objective tree dapat digunakan untuk
membantunya.
2) Mengurutkan tingkat tujuan. Perbandingan menurut pasangan dapat membantu
menyusun urutan tingkatan.
3) Menentukan pembobotan relatif tujuan. Nilai numeriknya harus dalam skala
interval.
24
4) Menetapkan performasi parameter atau menyusun nilai kegunaan untuk setiap
tujuan.
5) Menghitung dan membandingkan nilai kegunaan relatif perancangan alternatif.
Alternatif terbaik akan memiliki skor terbesar.
g. Improving Detail (Penyempurnaan Perancangan)
Tahap ini mengevaluasi kembali hasil dari perancangan baik itu perancangan baru
ataupun perancangan lama yang disempurnakan kembali.
Metode yang digunakan adalah value engineering. Metode ini berfokus pada nilai
fungsional suatu produk dan bertujuan untuk meningkatkan perbedaan antara harga
dan nilai suatu produk dengan cara mengurangi harga, menambah nilai ataupun
keduanya.
Langkah-langkah dalam metode value engineering adalah sebagai berikut :
1) Membuat daftar komponen dari produk secara terpisah dan mengenali fungsi
masing-masing komponen tersebut.
2) Menentukan nilai dari fungsi yang sudah diidentifikasi.
3) Menentukan harga dari komponen-komponen tersebut.
4) Mencari alternatif untuk mengurangi harga tanpa mengurangi nilai fungsi dari
produk yang dihasilkan.
5) Mengevaluasi alternatif-alternatif dan memilih yang sesuai dengan.