bab 2 tinjauan pustaka 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien dm untuk mengontrol kadar gula dalam...

27
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Militus 2.1.1 Pengertian Diabetes Militus Diabetes berasal dari bahasa Yunani y an g berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Militus berasal dari bahasa latin y an g bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus bisa diartikan individu y an g mengalirkan volume urine banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes Militus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo dkk, 2012). Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total) maupun sebagian (Dalimartha. 2012). Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes militus merupakan penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah akibat gangguan sekresi insulin. 2.1.2 Etiologi Diabetes Militus Etiologi diabetes tipe I (Insulin Depedent Diabetes Melitus ) 1. Faktor genetik, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes Tipe-1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes Tipe-1. 2. Faktor immunologi, pada diabetes Tipe-1 terdapat bukti adanya suatu proses respon autoimun.

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Militus

2.1.1 Pengertian Diabetes Militus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”

(siphon). Militus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes

melitus bisa diartikan individu yang mengalirkan volume urine banyak dengan kadar glukosa

tinggi. Diabetes Militus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang

progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo dkk, 2012).

Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat yang

disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total) maupun sebagian

(Dalimartha. 2012).

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes militus merupakan

penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah akibat gangguan sekresi

insulin.

2.1.2 Etiologi Diabetes Militus

Etiologi diabetes tipe I (Insulin Depedent Diabetes Melitus )

1. Faktor genetik, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes Tipe-1 itu sendiri tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes Tipe-1.

2. Faktor immunologi, pada diabetes Tipe-1 terdapat bukti adanya suatu proses respon

autoimun.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

3. Faktor lingkungan, virus ataau vaksin menurut hasil penelitian dapat memicu destruksi sel

beta atau dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel beta (Aru,

et al. 2011)

Etiologi diabetes tipe II (Non Insulin Depedent Diabetes Melitus)

1. Pola Makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh

dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Hal ini disebabkan jumlah/kadar insulin oleh

sel β pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu,

mengonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam

jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan meyebabkan

diabetes melitus (Aru, et al. 2011).

2. Obesitas

Orang dengan berat badan berlebih mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk

terserang diabetes melitus dibanding dengan orang yang tidak gemuk (Aru, et al. 2011).

3. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas.

Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal

dalam mensekresikan hormon yang diperlukan unuk metabolisme dalam tubuh, termasuk

hormon insulin (Aru, et al. 2011).

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Militus (DM)

1. Diabetes Militus Tipe-1

DM Tipe-1 sering dikatakan sebagai diabetes “Juvenile onset” atau “Insulin

dependent” atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah “juvenile onset” sendiri diberikan

karena onset DM Tipe-1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-

13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau menjelang 40 (Brooks dan

Fahey. 2011).

Karakteristik dari DM Tipe-1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah,

kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap

stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin. DM Tipe-1 sekarang banyak

dianggap sebagai penyakit autoimun. Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan

agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang dengan kecenderungan genetik

tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang ‘menyerupai’ protein virus sehingga

terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu

serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia,

sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi. Selain akibat autoimun, sebagaian kecil

DM Tipe-1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau

aktivitas HLA. DM Tipe-1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat faktor

keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia (Brooks dan Fahey. 2011).

2. Diabetes Militus Tipe-2

Diabetes militus tipe II disebabkan oleh faktor keturunan dan juga gaya hidup yang

kurang sehat. Hampir seluruh penderita diabetes menderita tipe kedua ini. Meskipun

mengenai dihampir semua penderita diabetes, gejalanya sangatlah lambat. Sehingga

perkembangan penyakit ini membutuhkan waktu bertahun-tahun. Kerja insulin di dalam

tubuh tidak lagi efektif meskipun tidak perlu ada suntikan insulin dari luar untuk

membantu menjalani hidupnya. Tidak seperti pada DM Tipe-1, DM Tipe-2 tidak memiliki

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

hubungan dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai

sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang memerlukan insulin eksogen tetapi tidak

bergantung seumur hidup). DM Tipe-2 ini bervariasi mulai dari yang predominan

resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan gangguan

sekresi insulin bersama resistensi insulin, (American Diabetes Association (ADA) tahun

2011).

Pada DM Tipe-2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat

respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak

bebas di plasma, penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati

dan peningkatan lipolisis. Efek yang terjadi pada DM Tipe-2 disebabkan oleh gaya hidup

yang diabetogenik (asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas).

Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM Tipe-2 adalah berbeda-beda untuk setiap ras.

3. Diabetes Kehamilan/gestasional

Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset pada

waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan.

Biasanya toleransi glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga (American Diabetes

Association (ADA) tahun 2011)

4. Diabetes Insipidus

Kondisi yang cukup langka, dengan gejala selalu merasa haus dan pada saat

bersamaan sering membuang air kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Jika sangat

parah, penderitanya bisa mengeluarkan air kencing sebanyak 20 liter dalam sehari

(American Diabetes Association (ADA) tahun 2011).

2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Militus

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

1. Banyak makan (poliphagia).

2. Banyak minum (polidipsia).

3. Banyak kencing (poliuria).

4. Mudah lelah.

5. Kesemutan.

6. Rasa tebal di kulit.

7. Kram, (Slamet dan Suyono. 2013)

2.1.5 Patofisiologi Diabetes Militus

Diabetes militus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena

tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Sehingga

mengakibatkan hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin merupakan

hormon yang diproduksi pankreas dan mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan

mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sehingga terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Adanya resistensi insulin

pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel membuat insulin tidak efektif

dalam menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Sylvia, A. P, 2011).

Peningkatan risiko terjadinya diabetes Tipe-2 dipengaruhi oleh hormon insulin dan

adrenalin karena Hormon insulin berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah Sistem

kerjanya adalah dengan cara mengubah glukosa di dalam darah menjadi glikogen kemudian

menyimpan glikogen ini sebagai gula cadangan di hati. Sedangkan hormon adrenalin

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

berfungsi untuk menaikkan kadar glukosa darah saat kondisi tubuh tercekam atau stress.

Sistem kerjanya adalah dengan cara mengubah glikogen menjadi glukosa. Pada saat

mengkonsumsi glukosa seperti makanan dan minuman manis, maka kadar glukosa darah di

tubuh akan naik dan melampaui kadar glukosa normal. Saat kadar glukosa darah terlalu tinggi

hormon insulin akan dikeluarkan oleh pancreas untuk bertugas menurunkan kadar glukosa

darah sampai ke batas normalnya. Sedangkan glikogen yang menjadi gula cadangan di tubuh

akan dibongkar suatu hari nanti saat tubuh sedang kekurangan glukosa darah misalnya saat

sedang berpuasa. Kadar glukosa darah akan turun di bawah normal saat berpuasa sehingga

perlu dinaikkan dengan cara membongkar gula cadangan yang berbentuk glikogen. untuk

kondisi stress, maka tubuh dipaksa untuk mengeluarkan energi yang besar misalnya untuk

menaikkan detak jantung, maka tubuh juga dipaksa untuk menaikan kadar glukosa darah.

Nantinya glukosa tersebut akan diubah menjadi energi untuk memenuhi kebutuhan energi

besar, maka glukosa yang dibutuhkan juga sangat banyak (FKUI 2011)

Orang yang mengalami obesitas, kadar leptin dalam tubuh akan meningkat. Leptin

adalah hormon yang berhubungan dengan gen obesitas. Leptin berperan dalam hipotalamus

untuk mengatur tingkat lemak tubuh, kemampuan untuk membakar lemak menjadi energi, dan

rasa kenyang. Kadar leptin dalam plasma meningkat dengan meningkatnya berat badan.

Leptin akan menghambat pengambilan glukosa. Sehingga mengalami peningkatan kadar gula

dalam darah (D’Adamo, 2012).

2.1.6 Komplikasi Diabetes Militus

1. Serangan jantung

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

Kadar gula darah tak terkendali membuat darah mengental serta menyebabkan

pengerasan dan penyempitan pembuluh darah. Sumbatan pembuluh darah mudah terjadi,

jantung kurang darah, akhirnya otot jantung berhenti (infark) (Slamet dan Suyono. 2013).

2. Hipertensi

Diabetes dan tekanan darah tinggi adalah penyakit yang berhubungan erat. Kedua kondisi

ini terjadi bersama-sama. penyakit yang mungkin muncul pada pasien yang

sama. Peningkatan volume cairan pada diabetes militus meningkatkan jumlah total cairan

dalam tubuh, yang cenderung meningkatkan tekanan darah (Slamet dan Suyono. 2013).

3. Gangguan pada fungsi ginjal

Ginjal dipacu bekerja lebih berat dan penyempitan pembuluh darah kapiler dalam ginjal

(Slamet dan Suyono. 2013).

4. Gangguan mata

Kadar gula darah tak terkendali menyebabkan penebalan selaput dan kelainan bentuk sel

yang menyebabkan terjadi perdarahan di retina, kecembungan lensa terganggu, glukoma

dan juga katarak (Slamet dan Suyono. 2013).

5. Luka dengan kesembuhan yang lama

Kekebalan penderita umumnya menurun sehingga mudah terkena infeksi. Abses akibat

infeksi akan menekan pembuluh darah lainnya sehingga aliran darah yang membawa

makan dan oksigen berkurang (Slamet dan Suyono. 2013).

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

2.1.7 Diagnosis Diabetes Militus

Kriteria Diagnostik Diabetes Militus :

1. Gejala klasik DM + Glukosa plasma sewaktu 200mg/dl

2. Gejala klasik DM + Glukosa plasma puasa > 126 mg/dl (Sumber, Perkeni 2012).

2.1.8 Pengendalian Diabetes Militus

Tujuan pengendalian Diabetes Militus dibagi menjadi tujuan jangka panjang dan tujuan

tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan mempertahankan rasa nyaman

dan tercapainya target pengendalian darah. Prinsip Pengendalian Diabetes Militus meliputi 5

pilar yaitu:

1. Edukasi :

a. Penyakit DM dan perlunya pengendalian dan pemantauan penyakit

b. Pengobatan secara farmakologis dan non farmakologis

c. Tanda – tanda hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah) dan cara pencegahan

hipoglikemia. Tanda-tanda hipoglikemia, antara lain sakit kepala, berdebar-debar,

gemetaran, lapar, mual dan muntah, berkeringat, bahkan dapat juga berupa penurunan

kesadaran.

d. Perawatan kaki pada pasien diabetes dan pencegahan timbulnya kaki diabetes.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka pada kaki

penderita DM, yaitu: penderita harus selalu menjaga kebersihan kakinya, mengetahui

sedini mungkin jika ada luka, bengkak, atau perdarahan pada kaki, sesering mungkin

menggunakan alas kaki, meskipun di dalam rumah, untuk mencegah trauma pada kaki,

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

tidak menggunakan alas kaki yang terlalu sempit, menjaga agar kaki tidak lembab, dan

segera ke dokter jika terdapat luka pada kaki atau kaki menjadi kurang terasa (PERKENI

2015).

2. Diet Nutrisi

Untuk perencanaan makan atau diet nutrisi, diperlukan keterlibatan secara

menyeluruh dari dokter, ahli gizi, dan pasien itu sendiri serta keluarga pasien. Perencanaan

makan harus disesuaikan menurut kebiasaan dan kebutuhan masing-masing individu. Pada

prinsipnya, pada pasien DM diperlukan makanan yang seimbang (karbohidrat, protein,

lemak, serat, vitamin, dan mineral) dan sesuai dengan kebutuhan kalori pasien. Selain itu,

pada pasien DM juga diperlukan pengaturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,

terutama bagi pasien DM yang telah mengkonsumsi obat penurun gula darah atau insulin

(PERKENI 2015).

3. Aktivitas Fisik (Olahraga)

Pada dasarnya, Pasien DM disarankan untuk berolahraga minimal 3 kali seminggu

selama paling sedikit 30 menit. Olahraga yang disarankan adalah olahraga aerobik, seperti:

jalan kaki, bersepeda, jogging, dan berenang.Olahraga disesuaikan dengan umur dan status

kesegaran jasmani individu. Untuk pasien DM yang masih sehat, intensitas olahraga dapat

ditingkatkan, namun untuk pasien yang telah mengalami komplikasi,olahraga dapat

dikurangi Hal ini selain dimaksudkan untuk menjaga kebugaran tubuh, juga untuk

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga dapat

memperbaiki kadar gula dalam darah (PERKENI 2015).

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

4. Obat-obatan

Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan

aktivitas fisik, pasien DM akan diberikan obat penurun gula darah. Obat-obatan tersebut

harus dikonsumsi secara teratur, sesuai anjuran dokter. Selain itu, obat-obatan tersebut juga

harus diminum seimbang dengan jumlah makanan yang dikonsumsi. Obat-obatan ini akan

selalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan

DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh dokter hanya berlaku

untuk satu pasien DM itu saja, tidak bisa digunakan pada pasien DM lainnya. Setiap pasien

DM harus meminumnya dengan teratur sesuai anjuran dokter dan tidak boleh

diberhentikan sendiri oleh pasien DM (PERKENI 2015).

5. Monitor Kadar Gula Darah

Pasien DM harus dipantau secara menyeluruh dan teratur. Pemeriksaan pada

dasarnya untuk memantau apakah dosis pengobatan sudah cukup dan apakah target

pengobatan yang berikan sudah tercapai. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan kadar

gula darah, pemeriksaan HbA1C, dan beberapa pemeriksaan lain. Pemeriksaan HbA1C

dimaksudkan untuk menilai kadar gula darah selama 3 bulan terakhir. Pasien DM yang

menggunakan insulin atau obat untuk memperbanyak pengeluaran insulin juga disarankan

untuk melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri dilakukan dengan menggunakan

alat pengukur yang mudah untuk digunakan. Selain itu, pemeriksaan lain yang dianjurkan

adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya komplikasi DM, yaitu: pemeriksaan mata,

pemeriksaan urin, dan sebagainya. Jika kelima pilar tersebut diterapkan dengan baik, maka

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

DM Tipe I DM Tipe II

Reaksi Autoimun Idiopatik usia, genetik, dll

Sel Jmh sel pancreas menurun

Definisi Insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat Liposis meningkat

Fleksibel darah merah

Katabolisme protein meningkat

Intake tidak adekuat

Poliuria Defisit volume cairan

Katabolisme protein meningkat Resiko nutrsi kurang

Penurunan BB

Pelepasan O2

Hipoksia perifer

Nyeri

Perfusi jaringan perifer tidak efektif

komplikasi penyakit DM akan dapat dicegah dan kualitas hidup pasien DM akan menjadi

lebih baik (PERKENI 2015).

Gambar 2.1 WOC Diabetes Militus (Aru W dan Sylvia A, Lorraine, 2011)

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

2.2 Konsep IMT

Ketidakseimbangankadar gula dalam

darah

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

2.2.1 Pengertian Indeks Massa Tubuh

Indeks adalah rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yang mungkin menjadi ukuran

atau ciri tertentu, penunjuk (Depkes RI. 2013). Massa adalah ukuran sejumlah materi yang

dimiliki oleh suatu benda yang didefinisikan baik oleh sifat benda itu maupun pengaruh

gravitasi bumi pada benda-benda lain dalam fisika (Lies Purnawati, 2015). Tubuh adalah

keseluruhan jasad yang kelihatan dari ujung kaki sampai ujung rambut (Depkes RI. 2013).

Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan indeks masa tubuh adalah rasio antara berat

badan dan tinggi badan yang diukur dari ujung rambut sampai ujung kaki. Indeks Massa

Tubuh (Body Mass Index) merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan

(membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan “indeks”, IMT

sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram)

dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter) (Depkes RI. 2013).

Tabel 2.1 Rumus penghitungan Body Mass Index (WHO 2013)

BMI = Weight / (Height)2

Keterangan :

BMI (Body mass index) : Indeks Massa Tubuh(kg.m-2)

Weight : Berat badan (kg)

Height : Tinggi badan (m)

Dengan IMT, akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus

atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat

diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Batas ambang IMT

ditentukan dengan merujuk ketentuan WHO.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (WHO, 2013)

Classificasion BMI (kg/m2)

Underweight Principal cut-off points

Severe thinness < 18,50

Moderate thinness < 16,00

Mild thinness 16,00 – 16,99

Normal Range 17,00 – 18,49

Pre Obese 18,50 – 25,99

Obese 25,00 – 29,99

Obese class I >30,00

Obese class II 30,00 – 34,99

Obese class III 35,00 – 39,99 >40,00

Pada tahun 2012, National Institutes of Health dikutip oleh Depkes 2015 oleh

mengeluarkan laporan untuk mengidentifikasi dan menangani masalah mengenai berat badan.

Banyak studi ilmiah penelitian yang memberikan rekomendasi untuk paramedis dan

masyarakat tentang pentingnya manajemen berat. Dalam mengembangkan penelitian, lebih

dari 43.627 artikel penelitian diperoleh dari literatur ilmiah dan ditinjau dari panel para

peneliti telah meneliti tentang pentingnya pengurangan berat badan pada orang dengan

kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, kanker, dan osteoartritis.

Dimana hasilnya menunjukkan fakta bahwa penurunan berat badan dapat mengurangi risiko

penyakit tersebut diatas. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi

berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang.

Tabel 2.3. Batas Ambang IMT Indonesia (Depkes, 2013)

Kategori IMT (Kg/m2)

Kurus Normal Obesitas

<17,0 – 18,4 18,5 – 27,0 >27,0

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

Keterangan :

1. IMT <17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan

tingkat ringan atau KEK ringan (Kurang Energi Kronis)

2. IMT 18,5 – 27,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.

3. >27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan (Direktorat

Gizi Masyarakat RI, 2013).

2.2.2 Klasifikasi IMT

1. Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori kurus

Indeks massa tubuh di kategorikan kurus jika pembagian berat per kuadrat tingginya

kurang dari 18 kg/m2. Penyebabnya rata-rata dikarenakan konsumsi energi lebih rendah dari

kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan

digunakan. Kerugiannya jika seseorang masuk dalam kategori ini antara lain : (1) Penampilan

cenderung kurang menarik, (2) Mudah letih, (3) Resiko sakit tinggi, beberapa resiko sakit

yang dihadapi antara lain : penyakit infeksi, depresi, anemia dan diare. (4) Wanita kurus kalau

hamil mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, (5) Kurang

mampu bekerja keras (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2012).

2. Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori normal

Indeks massa tubuh masuk ketegori normal jika pembagian berat per kuadrat tingginya

antara 18 sampai 25 kg/m2. Kategori ini bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai

dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh. Sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam

bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi.Keuntungan dari IMT yang

normal ini antara lain (1) Penampilan menarik, proporsional, dan lincah, (2) Resiko penyakit

bisa di minimalisir menjadi lebih rendah. (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2012).

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

3. Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori berlebihan (kegemukan)

Kegemukan atau obesitas digolongkan menjadi dua kategori, yaitu (1) kelebihan berat

badan tingkat ringan, (2) kelebihan berat badan tingkat berat. Obesitas berpotensi menjadi

faktor primer kasus degeneratif dan metabolik sindrom. Beberapa studi menunjukkan bahwa

obesitas adalah risiko yang paling tinggi untuk penyakit jantung, DM, dan beberapa jenis

kanker. Adapun kerugian atau resiko dari kategori ini adalah (1) Penampilan kurang menarik,

(2) Gerakan tidak gesit dan lambat, (3) Merupakan faktor resiko penyakit: Jantung dan

pembuluh darah, Kencing manis (diabetes mellitus), Tekanan darah tinggi, Gangguan sendi

dan tulang (degeneratif), Gangguan fungsi ginjal, Kanker, Pada wanita dapat mengakibatkan

gangguan haid (haid tidak teratur), faktor penyulit pada saat persalinan (Smeltzer, S.C & Bare,

B.G, 2012).

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan

(WHO, 2011). Seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau

pembesaran sel lemak tubuh mereka. Obesitas dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat

meningkatkan prevalensi intoleransi glukosa (Alwi, 2009). Banyak hal yang dapat

menyebabkan seseorang memiliki berat badan berlebih atau obesitas, diantaranya adalah:

1. Ketidakseimbangan antara asupan kalori dari makanan dengan penggunaan kalori

sebagai energi pada aktivitas fisik.

2. Lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja.

3. Faktor genetik.

4. Faktor lain seperti obat-obatan. Orang yang menggunakan steroid jangka panjang akan

mengalami penambahan berat badan. (WHO, 2009).

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh beberapa ahli fisiologi, dimana salah

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

satu faktor yang dapat menyebabkan kegemukan adalah dikarenakan kurangnya olahraga.

Faktor lainnya adalah gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa

puas lainnya, pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makan

yang berlebihan pada saat usia anak, gangguan pusat pengatur selera makan (satiety-apetite

centre) di hipotalamus dan kelezatan makanan yang tersedia. Selain itu, makanan yang

dimakan sebelum tidur lebih besar kemungkinan akan disimpan sebagai cadangan makanan

atau disebut glikogen. Dalam hal ini, makanan yang dimakan sebelum tidur lebih

menyebabkan seseorang menjadi gemuk jika dibandingkan dengan makanan yang dimakan

lebih awal (Sherwood, 2010)

2.3 Konsep Glukosa Darah

2.3.1 Pengertian Glukosa Darah

Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam darah yang

konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber

utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam darah bertahan pada batas-

batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl). Kadar gula meningkat setelah makan dan biasanya

berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan

(Supariasa, et al. 2011).

2.3.2 Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan

dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal pada pagi hari

setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa darah

biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang

mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya (Lies Purnawati. 2015) Kadar glukosa

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun,

terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar glukosa darah setelah

makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah

kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar glukosa darah

menurun secara perlahan (Rosalina. 2015).

Tabel 2.4 Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar glukosa darah

(Sumber:Perkeni,2011)

Metode Kadar Glukosa Darah

Pengukuran Normal DM IGT IFG

Glukosa darah

Puasa<6,1 mmol/L ≥ 7,0 mmol/L

< 7.0 mmol/L

< 6,1mmol/L

glukosa darah

acak(<110 mg/dL) (≥126 mg/dL) (<126mg/dL) (< 10mg/dL)

Gluko sa darah

2jam setelah

Makan

nilai yang sering

dipakai tidak

spesifik <7,8

mmol/L (<140

mg/dl)

≥ 11,1 mmol/L (≥200mg/dL)

≤11,1mmol/L (≤200mg/dL)

(<140 g/dL)

Keterangan :

DM : Diabetes Militus

IGT : Impairing Glucose Tolerance

IFG : Impairing Fasting Glucose

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

1. Kadar glukosa darah normal (Normoglycaemia) adalah kondisi dimana kadar glukosa

darah yang ada mempunyai resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes

(Perkeni,2011)

2. (Impairing Glucose Tolerance) didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang

mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun kadar glukosa darah dapat

kembali ke keadaan normal. Kondisi IGT terjadi karena adanya kerusakan dari produksi

hormon insulin (Perkeni,2011).

3. IFG (Impairing Fasting Glucose) batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran

glukosa darah puasa yaitu 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai kedudukan hampir sama

dengan IGT. Kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara optimal dan

terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran glukosa dari hati ke dalam darah

(Perkeni,2011).

2.3.3 Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Macam-macam pemeriksaan glukosa darah

1. Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan

makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut (Depkes RI, 2013).

2. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.

Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah pasien

berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah

pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan (DepkesRI,

2013).

2.3.4 Sampel Pemeriksaan

1. Jenis sampel

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi sekarang

laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum. Hal ini disebabkan karena

eritrosit memiliki kadar protein (yaitu hemoglobin) yang lebih tinggi dari pada serum,

sedangkan serum memiliki kadar air yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan

darah lengkap serum melarutkan lebih banyak glukosa. (D’adamo, Peter, 2012). Serum atau

plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah sebabsel darah walaupun telah berada di

luar tubuh tetap memetabolisme glukosa. Darah yang berisi sangat banyak lekosit dapat

menurunkan kadar glukosa. Pada suhu lemari pendingin kadar glukosa dalam serum tetap

stabil kadarnya sampai 24 jam, tanpa kontaminasi bakterial kadar glukosa dapat bertahan

lebih lama dari 24 jam (Constantinides, P. 2012).

2.3.5 Metode Pemeriksaan

Untuk mengukur kadar glukosa dipakai terutama dua macam teknik. Cara-cara kimia

memanfaatkan sifat mereduksi molekul glukosa yang tidak spesifik. Pada cara-cara enzimatik,

glukosa oksidase bereaksi dengan substrat spesifiknya, yakni glukosa, dengan membebaskan

hidrogen peroksida yang banyaknya diukur secara tak langsung. Nilai-nilai yang ditemukan

dalam cara reduksi adalah 5-15 mg/dl lebih tinggi dari yang didapat dengan cara-cara

enzimatik, karena disamping glukosa terdapat zat-zat mereduksi lain dalam darah. Sistem

indikator yang dipakai pada berbagai metode enzimatik yang otomatik berpengaruh kepada

hasil penetapan, jadi juga kepada nilai rujukan (Constantinides, P. 2012).

Metode-metode pemeriksaan glukosa darah :

1. Metode Folin

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat darah bebas protein dipanaskan dengan larutan

CuSO4 alkali. Endapan CuO yang dibentuk glukosa akan larut dengan penambahan larutan

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

fosfat molibdat. Larutan ini dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan standart

glukosa (Constantinides, P. 2012).

2. Metode Samogyi-Nelson

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu dalam larutan alkali panas dan Cu

direduksi kembali oleh arseno molibdat membentuk warna ungu kompleks

(Constantinides, P. 2012).

3. Glukosa oksidase/peroksidae

Glukosa oksidase adalah suatu enzim bakteri yang merangsang oksidasi dengan

menghasilkan H2O2. Dengan adanya enzim peroksidase oksigen dari peroksid ini

dialihkan ke acceptor tertentu menghasilkan suatu ikatan berwarna. (Constantinides, P.

2012).

2.4 Konsep Obesitas

2.4.1 Defenisi Obesitas

Obesitas didefenisikan sebagai kelebihan lemak yang tidak normal dan dapat

menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan. Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah indeks berat

badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk menentukan batas kegemukan dan obesitas

bagi orang dewasa, baik populasi ataupun individu. Dikatakan obesitas jika seseorang

mempunyai berat badan diatas (20%) dari berat badan normal. Obesitas dapat terjadi akibat

ketidakseimbangan antara asupan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan

lemak. Dikatakan obesitas apabila perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat

badan adalah sekitar (25-30%) pada wanita dan (18-23%) pada pria. Wanita dengan lemak tubuh

lebih dari (30%) dan pria dengan lemak tubuh lebih dari (25%) dianggap mengalami obesitas.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

Seseorang yang memiliki berat badan (20%) lebih tinggi dari berat badan yang normal dianggap

mengalami obesitas (WHO, 2013).

2.4.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Obesitas

1. Umur

Obesitas sering dianggap sebagai kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul

pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak

menjadi besar untuk umurnya. Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung menjadi orang

dewasa yang juga obesitas. Obesitas pada anak muda sering dijumpai pada keluarga miskin.

Keadaan semacam ini misalnya keluarga pedagang pegawai ataupun karyawan menengah

keatas. Jadi, dalam hal ini umur bukan merupakan penentu utama timbulnya obesitas

(Sherwood, 2010)

2. Jenis Kelamin

Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada

wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause. Mungkin saja obesitas pada

wanita disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-saat

adanya perubahan hormonal tersebut diatas (Sherwood, 2010)

3. Tingkat sosial

Menarik sekali bahwa di Negara-negara barat, obesitas banyak dijumpai

pada sosial-ekonomi rendah. Salah satu survei di Manhattan menunjukkan bahwa obesitas

dijumpai 30% pada kelas sosial-ekonomi rendah, 17% pada kelas menengah, dan 5% pada

kelas atas. Obesitas banyak dijumpai pada wanita keluarga miskin barangkali karena sulitnya

membeli makanan yang tinggi kandungan protein. Mereka hanya mampu membeli makanan

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

murah yang umumnya mengandung banyak hidrat arang. Obesitas yang dijumpai pada

kalangan eksekutif atau usahawan, barangkali timbul karena makanan berlemak tinggi disertai

penggunaan minuman beralkohol (Sherwood, 2010)

4. Aktivitas fisik

Setiap orang memerlukan masukan tenaga untuk memenuhi kebutuhan tenaga untuk

aktivitas fisik. Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik

dan kebanyakan duduk. Dengan meningkatnya mekanisasi dan kemudahan transportasi, orang

cenderung kurang gerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari

(Sherwood, 2010).

5. Kebiasaan makan

Tampaknya memang ada kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang mengalami

obesitas. Obesitas sering dijumpai pada orang yang senang masak atau bekerja di dapur.

Disamping itu juga dijumpai pada orang yang memiliki gejala suka makan pada waktu

malam. Ini biasa menyertai insomnia dan hilangnya nafsu makan pada waktu pagi hari Ada

seorang beranggapan bahwa semua orang gemuk adalah orang yang suka makan. Ternyata

beberapa peneliti menunjukkan bahwa orang gemuk tidak makan lebih banyak dibanding

orang kurus. Bahkan terkadang orang kurus menyatakan sudah makan banyak tetapi tetap

kurus (Sherwood, 2010).

6. Faktor psikologis

Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk

gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan ini merupakan masalah yang

serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial

(Sherwood, 2010).

7. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas.

Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan

orangtua obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya akan

menjadi obesitas, sedangkan bila kedua orangtua obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi

obesitas (Sherwood, 2010)

2.4.3 Dampak dari Obesitas

Dampak obesitas dapat terjadi dalam jangka panjang maupun jangka pendek, berikut adalah

dampak dampak yang dapat terjadi pada obesitas :

1. Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini

karena anak obesitas sering menjadi korban bahan olok-olokan. Dapat pula karena

ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama olahraga akibat

adanya hambatan pergerakan oleh obesitasnya (Sherwood, 2010)

2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih lanjut dibanding

usia biologinya (Sherwood, 2010)

3. Gangguan pernafasan seperti infeksi saluran nafas, tidur ngorok, sering mengantuk siang hari

(Sherwood, 2010).

2.4.4 Penatalaksanaan Obesitas

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling

penting dalam pengaturan berat badan.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan

berat badan serta harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani

kebiasaan makan yang sehat. Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak

tubuh penderita nya dengan cara menhitung IMT (Depkes RI, 2013).

2.5 Konsep Prolanis

2.5.1 Definisi Prolanis

Prolanis merupakan upaya promotif dan preventif yang dilakukan oleh BPJS kesehatan.

Pada buku panduan praktis program pengelolaan penyakit kronis yang diterbitkan oleh BPJS

sudah dijelaskan secara detail mengenai konsep prolanis. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan

kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan

peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS

yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya

pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Kegiatan Prolanis ini tentunya sangat bermanfaat

bagi kesehatan para pengguna peserta BPJS. Selain itu kegiatan Prolanis dapat membantu BPJS

kesehatan dalam meminimalisir kejadian PTM, dimana pembiayaan untuk pasien dengan

penyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terkait penyakit kronis.

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Prolanis mendorong peserta penyandang penyakit kronis

mencapai kualitas hidup optimal. Sasaran dari kegiatan prolanis adalah seluruh peserta BPJS

Kesehatan penyandang penyakit kronis khusunya Diabetes Militus (DM) Tipe II dan hipertensi

dikarenakan penyakit tersebut dapat ditangani ditingkat primer dan dilakukan untuk mencegah

terjadinya komplikasi. Kegiatan yang dilaksanakan Prolanis meliputi aktifitas konsultasi

medis/edukasi, Home Visit, Reminder SMS gateway, aktifitas klub dan pemantauan status

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

kesehatan. Penanggung jawab dalam kegiatan Prolanis adalah kantor cabang BPJS Kesehatan

bagian manajemen pelayanan primer, Adapun kegiatan prolanis adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis

Konsultasi medis ini berkaitan dengan peserta yang ingin berkonsultasi mengenai keluhan

yang dialami dengan dokter. Jadwal konsultasi medis disepakati bersama dengan peserta

dengan fasilitas kesehatan pengelola. (BPJS Kesehatan, 2014).

1. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

Kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan

mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta

prolanis. (BPJS Kesehatan, 2014)

2. Reminder Melalui SMS Gateway

Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin

kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke fasilitas kesehatan

pengelola tersebut. Sasaran dari kegiatan reminder SMS gateway adalah tersampaikannya

reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing fasilitas kesehata pengelola (BPJS

Kesehatan, 2014)

3. Home Visit

Kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta Prolanis untuk pemberian edukasi kesehatan

diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga. Adapun sasaran dari kegiatan Home

Visit adalah peserta prolanis dengan kriteria peserta baru terdaftar, peserta tidak hadir terapi di

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.pdfselalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh

puskesmas, peserta dengan kadar gula darah tidak terkontrol dan tekanan darah tidak

terkontrol 3 bulan berturut-turut, dan peserta pasca opname. (BPJS Kesehatan, 2014)

5. Aktivitas Klub

Aktivitas klub dilakukan sesuai tujuan dengan inovasi yang berbeda beda. Salah satu aktivitas

klub yang dilaksanakan adalah senam. (BPJS Kesehatan, 2014)

6. Pemantauan Status Kesehatan

Pemantaun status kesehatan dilakukan kepada peserta terdaftar yang meliputi pemeriksaan

tekanan darah dan pemeriksaan kadar gula darah oleh tenaga kesehatan. Jadwal pemeriksaan

disesuaikan dan ditetapkan setiap sebulan sekali (BPJS Kesehatan, 2014)

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan Prolanis dilakukan pencatatan dan pelaporan terkait hasil

dari pelaksanan Prolanis tersebut untuk dijadikan dokumentasi dan pertanggungjawaban kepada

pihak penyelenggara yaitu BPJS (BPJS Kesehatan, 2014)