bab 2 tinjauan pustaka 2.1. pengertian...

Download BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Prediksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39177/4/Chapter II.pdf · peralatan rumah tangga seperti kipas angin, kompresor, pompa air,

If you can't read please download the document

Upload: ngongoc

Post on 08-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Prediksi

    Prediksi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang sesuatu

    yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan

    sekarang yang dimiliki, agar kesalahannya (selisih antara sesuatu yang terjadi dengan

    hasil perkiraan) dapat diperkecil. Prediksi tidak harus memberikan jawaban secara

    pasti kejadian yang akan terjadi, melainkan berusaha untuk mencari jawaban sedekat

    mungkin yang akan terjadi [14].

    2.1.1. Teknik Prediksi

    Berdasarkan teknik yang digunakan untuk memprediksi maka prediksi dapat

    dibagi menjadi dua bagian yaitu prediksi kualitatif dan prediksi kuantitatif [14].

    2.1.1.1. Prediksi Kualitatif

    Prediksi kualitatif didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Metoda

    kualitatif digunakan jika data masa lalu dari variabel yang akan diprediksi tidak ada,

    tidak cukup atau kurang dipercaya. Hasil prediksi yang dibuat sangat tergantung pada

    individu yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil prediksi tersebut ditentukan

    berdasarkan pemikiran yang bersifat judgement atau opini, pengetahuan dan

    pengalaman dari penyusunnya. Oleh karena itu metode kualitatif ini disebut juga

    judgemental, sudjective, intuitive.

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    2.1.1.2. Prediksi Kuantitatif

    Prediksi kuantitatif didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil

    prediksi yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam

    prediksi tersebut. Dengan metoda yang berbeda akan diperoleh hasil prediksi yang

    berbeda. Hal yang perlu diperhatikan dari penggunaan metoda tersebut adalah baik

    tidaknya metoda yang digunakan dan sangat ditentukan dari penyimpangan antara

    hasil prediksi dengan kenyataan yang terjadi. Metoda yang baik adalah metoda yang

    memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Prediksi

    kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut:

    a. Adanya informasi tentang keadaan yang lain.

    b. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.

    c. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang

    akan datang.

    2.2. Prediksi Kerusakan Motor Induksi

    Prediksi kerusakan motor induksi adalah suatu proses memperkirakan secara

    sistematis keadaan baik, sedang, buruk yang akan terjadi pada motor induksi pada

    waktu yang akan datang berdasarkan data yang diperoleh pada saat itu dengan

    pertimbangan data masa lalu. Waktu yang dimaksud di sini dapat direpresentasikan

    sebagai (jam, hari, minggu, bulan, tahun). Tetapi pada penelitian ini jangka waktu

    prediksi yang digunakan adalah hari karena untuk meningkatkan akurasi prediksi.

    Sedangkan prediksi kerusakan motor induksi dapat dipersempit dengan memilih salah

    Universitas Sumatera Utara

  • 10

    satu jenis kerusakan yang sering terjadi pada motor induksi seperti kerusakan pada

    bearing, stator atau rotor.

    2.3. Motor Induksi

    Motor induksi adalah alat listrik yang mengubah energi listrik menjadi energi

    mekanik yang berupa tenaga putar [1]. Dikatakan motor induksi karena rotor berputar

    bukan karena mendapat energi listrik secara langsung dari jala-jala listrik tetapi

    karena adanya induksi dari kumparan stator. Berdasarkan jumlah fasa tegangan listrik

    yang pada umumnya digunakan, motor induksi dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

    motor induksi satu fasa dan tiga fasa.

    Motor induksi satu fasa banyak digunakan pada rumah tangga dan industri

    sebagai penggerak karena konstruksinya yang sederhana, bekerja sesuai dengan

    suplai tegangan PLN 220 VAC dan bekerja dengan daya yang kecil < 1400 watt

    karena faktor-faktor tersebut maka motor induksi satu fasa ini banyak dipakai pada

    peralatan rumah tangga seperti kipas angin, kompresor, pompa air, lemari es, mesin

    cuci, air condition (AC) dan lain-lain. Sedangkan motor induksi tiga fasa pada

    umumnya digunakan di industri yang memerlukan daya yang besar seperti elevator,

    chiller, mixer, blower, hammer, conveyor, crane. Karena begitu banyaknya jenis

    motor induksi yang ada di pasaran seperti yang terdapat pada Gambar 2.1 dan hal ini

    tidak didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh peneliti

    maka pada penelitian ini motor induksi yang digunakan jenis satu fasa split

    permanen kapasitor.

    Universitas Sumatera Utara

  • 11

    Gambar 2. 1 Tipe Motor Induksi [15]

    ACMOTOR

    UNIVERSAL

    DCMOTOR

    Separately excitation

    Compound excitation

    Permanent magnet

    Series excitation

    Paralel/shunt excitation

    Synchronous

    Asynchronous

    Squirrel cage

    Single phase

    Three phase

    Linear

    Synchronous

    Asynchronous

    Wound rotor

    Bulk rotor

    Split-phase

    Hysterisis

    Repulsion

    Permanent magnet

    Induction

    Permanent magnet

    Reluctance

    Start capasitor

    Shaded pole

    Split Permanent capasitor

    Two value capasitor

    Sallent Poles

    Wound field

    Wound rotor

    Squirrel cage

    Reluctance

    Radian Permanent

    magnet

    Surface magnet

    Universitas Sumatera Utara

  • 12

    2.3.1. Konstruksi Umum Motor Induksi Satu Fasa

    Konstruksi motor induksi satu fasa pada umumnya terdiri dari dua bagian

    yaitu: stator dan rotor seperti pada Gambar 2.4. Rotor adalah bagian motor induksi

    yang berputar seperti rotor (inti rotor), poros rotor, sirip pendingin seperti pada

    Gambar 2.2. Poros rotor adalah coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng

    dengan inti rotor. Pada ujung inti rotor biasanya dilengkapi dengan sirip yang

    berfungsi sebagai pendingin [16].

    Gambar 2. 2 Bagian-Bagian Rotor [16]

    Sedangkan stator adalah bagian motor induksi yang tidak bergerak seperti inti

    stator seperti pada Gambar 2.3. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang

    memiliki alur dan menjadi tempat kumparan kawat tembaga yang telah dilapisi

    isolasi tipis dililitkan yang berbentuk silinder. Setiap elemen laminasi inti dibentuk

    dari lembaran besi dan setiap lembaran besi memiliki beberapa alur dan lubang

    Laminasi rotor (inti rotor)

    Sirip pendingin

    Cincin Aluminium

    Poros rotor

    Universitas Sumatera Utara

  • p

    d

    pengikat un

    diisolasi den

    Gamb

    Inti (lamin

    ntuk menyat

    ngan kertas u

    bar 2. 3 Isol

    Gambar

    stator nasi inti)

    tukan inti. A

    untuk mengh

    lasi Kertas Y

    2. 4 Konstr

    Alur pada

    hindari hubu

    Yang Ditemp

    ruksi Motor

    laminasi int

    ungan singka

    patkan Pada

    Induksi Satu

    ti tersebut n

    at [16].

    Alur Lamin

    u Fasa [17]

    nantinya ak

    asi [16]

    13

    kan

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    2.3.2. Prinsip Kerja Motor Induksi Satu Fasa

    Adapun prinsip kerja dari motor induksi satu fasa split permanen kapasitor

    adalah sebagai berikut [1]: Pada motor induksi satu fasa ketika kumparan stator dialiri

    arus dari jala-jala listrik maka pada kumparan stator tidak menimbulkan fluks magnit

    putar tetapi menghasilkan fluks magnit bolak-balik disekitar kumparan stator tersebut

    hal ini yang menyebabkan motor induksi tidak dapat berputar pada waktu start. Fluks

    magnit bolak-balik ini menghasilkan fluks pulsasi yang besar kecilnya tergantung

    pada sudut ruang dan fluks pulsasi ini bukan fluks yang berputar terhadap ruang.

    Proses terjadinya fluks pulsasi tersebut dapat dijelaskan dengan Persamaan Euler.

    ....(2. 1) Sehingga m cos dapat ditulis

    .. (2. 2)

    .(2. 3)

    Di mana adalah amplitudo fluks magnit, sehingga jumlah dari kedua komponen

    fluks magnit tersebut merupakan fluks resultan atau fluks pulsasi yang besarnya

    adalah:

    .(2. 4)

    Komponen dari kedua fluks magnit tersebut bergerak berlawanan arah

    dengan kecepatan sudut (t) yang sama, tentunya akan menghasilkan torsi yang sama

    Universitas Sumatera Utara

  • d

    r

    T

    d

    m

    D

    m

    d

    m

    dan berlawa

    resultan dari

    Torsi resulta

    TR p

    dengan arah

    mundur hal

    Dengan me

    menyebabka

    dapat dilaku

    maka terjadi

    anan arah (to

    i fluks magn

    Gambar 2. 5

    an (TR) yang

    pada dasarn

    h maju atau m

    ini yang m

    enggunakan

    an motor ber

    ukan dengan

    i beda fasa a

    orsi arah maj

    nit yang berg

    5 Torsi Ara

    g dihasilkan o

    nya mempu

    mundur. Pad

    menyebabkan

    sedikit ten

    rputar arah m

    cara memas

    antara arus k

    ju dan torsi a

    gerak arah m

    ah Maju Dan

    oleh torsi ma

    TR =

    unyai kema

    da waktu sta

    n motor indu

    naga yang d

    maju atau mu

    sang kapasit

    kumparan uta

    arah mundur

    maju dan mun

    n Torsi Arah

    aju (Tf) dan

    Tf + Tb

    mpuan untu

    art, besar tor

    uksi tetap sa

    digerakkan

    undur. Penam

    tor secara se

    ama dan kum

    r). Gambar 2

    ndur.

    h Mundur [17

    torsi mundu

    uk mengge

    rsi maju sam

    aja diam (ti

    dengan alat

    mbahan alat

    ri dengan ku

    mparan bantu

    2.5 merupak

    7]

    ur (Tb) adalah

    (2.

    rakkan mot

    ma dengan to

    idak berputa

    t bantu dap

    bantu terseb

    umparan ban

    u sebesar 90

    15

    kan

    h:

    5)

    tor

    rsi

    ar).

    pat

    but

    ntu

    00.

    Universitas Sumatera Utara

  • A

    k

    m

    y

    s

    2

    b

    k

    a

    Akibat beda

    kumparan st

    menjadi bes

    yang lebih b

    split.

    2.3.3. Jenis Berd

    bahwasanya

    kategori den

    12 % lain-la

    a. Kerusak

    Terjadin

    kompon

    a fasa () y

    tator akan m

    sar pula. Ole

    besar dengan

    s Kerusakan

    dasarkan pe

    a kerusakan y

    ngan persent

    ain seperti ter

    Gambar 2

    kan Bearing

    nya keausan

    nen tersebut.

    yang besar in

    menjadi bes

    eh karena it

    n arus start

    Motor Induk

    enelitian da

    yang sering

    tase kerusak

    rlihat pada G

    2. 6 Persent

    n pada beari

    . Hal ini dap

    Stator38%

    Rotor10%

    Lala12

    ni, maka flu

    ar dan deng

    tu motor kap

    lebih kecil

    ksi

    an survei y

    terjadi pada

    an 40 % pad

    Gambar 2.6.

    tase Kerusak

    ing merupak

    pat disebabka

    ain-ain2%

    Motor

    uks magnit p

    gan sendirin

    pasitor dapa

    dibandingka

    yang telah

    motor induk

    da bearing, 3

    kan Motor In

    kan tanda tel

    an karena ad

    Bearin40%

    Induksi

    putar yang d

    nya gaya pu

    at memberik

    an motor fas

    dilakukan

    ksi dapat dib

    38% stator,

    nduksi [19]

    lah terjadi k

    danya baut p

    ng%

    dihasilkan ol

    utar rotor ak

    kan gaya put

    sa tunggal ti

    [11],[18],[1

    bagi menjad

    10% rotor d

    kerusakan pa

    pengikat mot

    16

    leh

    kan

    tar

    ipe

    19]

    i 4

    dan

    ada

    tor

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    induksi yang kendor sehingga menimbulkan getaran yang berlebih, lamanya

    pemakaian, kondisi lingkungan kerja (panas, berdebu), beban kerja yang

    berlebih dan terjadi ketidak seimbangan jarak celah udara antara rotor dengan

    stator. Untuk mengetahui kerusakan pada bearing dapat digunakan beberapa

    parameter seperti getaran, suara, arus stator.

    b. Kerusakan Stator

    Kerusakan yang terjadi stator dapat dikarenakan rusaknya laminasi inti stator,

    isolasi kawat tembaga dan isolasi stator. Hal ini dapat disebabkan oleh

    temperatur motor induksi yang terlalu tinggi, tegangan listrik yang berlebih dan

    tidak stabil, terjadi kerusakan pada sistem mekanik seperti bearing telah yang

    aus, serta dapat dikarenakan kondisi lingkungan yang lembab, kotor atau

    berdebu. Adapun beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui

    kerusakan pada stator seperti fluks magnet, kecepatan, getaran, suara, daya

    keluaran, tegangan, arus, temperatur, tetapi pada penelitian ini peneliti

    menggunakan arus dan temperatur.

    c. Kerusakan Rotor

    Bentuk kerusakan yang terjadi pada rotor seperti pecahnya bagian-bagian dari

    rotor. Hal ini dapat disebabkan getaran, temperatur motor induksi yang terlalu

    tinggi, tegangan listrik yang berlebih dan tidak stabil. Untuk mengetahui

    kerusakan pada rotor dapat digunakan beberapa parameter seperti getaran,

    suara, kecepatan.

    d. Kerusakan Lain-lain

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    Bentuk kerusakan lainnya yang dapat terjadi pada motor induksi seperti terjadi

    ketidakseimbangan jarak celah udara antara rotor dengan stator. Hal ini lebih

    disebabkan karena kesalahan manufaktur (proses pembuatan di pabrik). Untuk

    mengetahui jenis kerusakan seperti ini dapat digunakan beberapa parameter

    seperti getaran, suara, kecepatan, daya keluaran.

    2.3.4. Penyebab Kerusakan Stator Motor Induksi

    Stator merupakan bagian dari motor induksi yang tidak bergerak, meskipun

    stator ini tidak bergerak tetapi dapat saja mengalami kerusakan. Sebagai bahan

    perbandingan untuk membedakan antara kumparan stator yang bagus dengan yang

    telah rusak, dapat dilihat dari Gambar 2.7 yang merupakan bentuk permukaan dari

    kumparan stator dalam keadaan bagus dan rusak.

    (a) (b)

    Gambar 2. 7 Permukaan Kumparan Stator Keadaan Baik (a) Dan Rusak (b) [20]

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    Kerusakan yang terjadi pada kumparan stator dapat disebabkan oleh 4 hal,

    yaitu [13]:

    a. Panas

    Panas yang menyebabkan kerusakan pada stator dapat ditimbulkan dari lamanya

    operasional MI sendiri dan panas yang melebihi batas yang diijinkan, di mana

    setiap kenaikan temperatur 10 0C dari panas yang ditimbulkan karena operasional

    MI dapat menyebabkan berkurangnya setengah dari kondisi isolasi stator.

    Sedangkan panas yang melebihi batas yang diijinkan dapat disebabkan oleh

    tegangan yang tidak stabil dan rusaknya kipas pendingin pada MI. Bentuk

    permukaan dari kumparan stator yang rusak akibat panas yang berlebih seperti

    yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.

    Gambar 2. 8 Permukaan Kumparan Stator Yang Rusak Akibat Panas Berlebih [20]

    Universitas Sumatera Utara

  • 20

    b. Listrik

    Hal-hal yang termasuk dalam kelistrikan yang dapat menyebabkan kerusakan

    stator seperti corona dan tegangan berlebih. Bentuk permukaan kumparan stator

    yang rusak akibat tegangan berlebih dapat dilihat pada Gambar 2.9.

    Gambar 2. 9 Permukaan Kumparan Stator Yang Rusak Akibat Tegangan Lebih [20]

    c. Mekanik

    Terjadinya gesekan antara rotor dengan stator merupakan salah satu bentuk

    kerusakan stator yang disebabkan karena faktor mekanik. Hal ini dapat terjadi

    karena bearing yang telah aus, poros rotor yang tidak lurus dan baut pengikat inti

    stator yang kendor. Gambar 2.10 menunjukkan permukaan kumparan stator yang

    rusak akibat terjadi gesekan antara rotor dan stator.

    Universitas Sumatera Utara

  • 21

    Gambar 2. 10 Permukaan Kumparan Stator Yang Rusak Akibat Mekanik [20]

    d. Keadaan Lingkungan

    Beberapa penyebab kerusakan pada stator karena keadaan lingkungan seperti MI

    dioperasikan di tempat yang panas, lembab, berdebu dan lain-lain. Bentuk

    permukaan kumparan stator yang rusak akibat motor induksi dioperasikan pada

    lingkungan yang lembab ditunjukkan seperti pada Gambar 2.11.

    Gambar 2. 11 Permukaan Kumparan Stator Yang Rusak Akibat Keadaan Lingkungan Yang Lembab [20]

    Universitas Sumatera Utara

  • 22

    2.3.5. Parameter Untuk Memprediksi Kerusakan Stator Motor Induksi Ada 11 parameter yang dapat digunakan untuk memprediksi kerusakan stator

    yaitu fluks magnet, tegangan, arus, temperatur, getaran, suara, kecepatan, celah udara,

    daya keluaran, analisis gas, dan analisis sirkuit motor [13]. Tetapi karena keterbatasan

    peralatan, waktu dan biaya maka parameter yang digunakan untuk memprediksi

    kerusakan stator MI pada penelitian ini hanya 2 yaitu arus dan temperatur.

    2.3.5.1. Arus

    Untuk mengetahui gejala kerusakan yang akan terjadi pada kumparan stator

    dapat dilakukan dengan mengamati besarnya arus listrik yang mengalir pada

    kumparan stator dengan cara melakukan pengukuran. Besar kecilnya arus listrik yang

    mengalir pada kumparan stator sangat dipengaruhi perubahan beban motor induksi,

    panas, tegangan lebih, mekanik dan kondisi lingkungan. Untuk menghindari

    kerusakan total pada stator maka sebagai acuan yang digunakan pada penelitian ini

    dengan mengacu pada batas nominal arus yang mengalir pada kumparan stator MI

    berdasarkan data spesifikasi yang terdapat pada name plate yang ada motor induksi

    tersebut. Jika arus yang mengalir ke kumparan stator melebihi batas nonimal yang

    ditetapkan, kondisi ini menunjukkan bahwasanya telah terjadi yang abnormal pada

    MI. Arus yang lebih ini berdampak pada meningkatnya temperatur MI, mengurangi

    nilai tahanan kumparan stator yang dapat menyebabkan putusnya kawat lilitan

    kumparan stator.

    Motor induksi yang digunakan pada penelitian ini jenis split permanen

    kapasitor. Dilihat dari segi konstruksinya, MI jenis split permanen kapasitor sama

    Universitas Sumatera Utara

  • 23

    dengan motor induksi 3-fasa, bedanya terletak pada kumparan statornya yang hanya

    ada satu fasa dan dilakukan penambahan satu kapasitor yang terhubung seri dengan

    kumparan bantu, seperti pada Gambar 2.12 [17].

    Gambar 2. 12 Rangkaian listrik motor split permanen kapasitor [17]

    Besar daya input dapat dihitung dengan Persamaan 2.6 [1]

    P = Vt * IL * Cos .(2. 6)

    P = daya input (watt)

    Vt = tegangan jala-jala (volt)

    IL = arus yang masuk ke kumparan utama dan bantu (amper)

    Cos = factor daya

    Tegangan jala-jala

    Rotor

    Kumparan utama

    Kumparan bantu

    Kapasitor

    IU

    IB ZU

    ZB

    Xc

    XB

    Xu Vt

    IL

    Universitas Sumatera Utara

  • 24

    = ....(2. 7)

    arc tg = nilai inverse tangen

    XU = reaktansi induktif pada kumparan utama (ohm)

    XC = reaktansi kapasitip pada kapasitor (ohm)

    XB = reaktansi induktif pada kumparan bantu (ohm)

    RU = tahanan murni pada kumparan utama (ohm)

    RB = tahanan murni pada kumparan bantu (ohm)

    Besarnya arus listrik yang mengalir ke kumparan utama dapat dihitung dengan

    menggunakan Persamaan 2.8 [1]:

    = ...(2. 8)

    IU = arus yang mengalir pada kumparan utama (amper)

    ZU = impedansi pada kumparan utama (ohm)

    ..(2. 9)

    jXU = reaktansi induktif pada kumparan utama (ohm)

    di mana dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.10

    (2. 10)

    f = frekuensi tegangan jala-jala (Hertz)

    l = induktansi kumparan utama (Henry)

    Di mana besarnya arus listrik yang mengalir ke kumparan bantu dapat dihitung

    dengan menggunakan Persamaan 2.11 [1]:

    Universitas Sumatera Utara

  • 25

    = .(2. 11)

    IB = arus yang mengalir pada kumparan bantu (amper)

    ZB = impedansi pada kumparan bantu (ohm)

    .(2. 12)

    jXB = reaktansi induktif pada kumparan bantu (ohm)

    jXC = reaktansi kapasitif pada kapasitor (ohm)

    di mana dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.13 [1]

    (2. 13)

    sedangkan dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.14 [1]

    ..(2. 14)

    C = kapasitansi kapasitor yang digunakan (Farad)

    Sehingga

    ..(2. 15)

    2.3.5.2. Temperatur

    Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi dari isolasi stator adalah

    temperatur. Selain dapat mengurangi umur ketahanan dari isolasi stator tersebut,

    temperatur yang tinggi dapat juga menyebabkan terbakarnya isolasi stator jika

    melebihi batas ketahanan panas dari jenis isolasi yang digunakan sehingga

    menyebabkan terjadinya kerusakan total dari motor induksi. Tabel 2.1 menunjukkan

    klasifikasi jenis isolasi stator yang digunakan motor induksi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 26

    Tabel 2. 1 Klasifikasi jenis isolasi stator [21]

    Jenis isolasi stator

    Batas temperatur

    A B F H R

    105o C 130o C 155o C 180o C 220o C

    Untuk itu perlu dilakukan pengukuran temperatur pada kumparan stator MI

    baik dengan cara menggunakan sensor temperatur seperti termokopel, LM 35, PTC

    atau pengukuran temperatur dilakukan secara manual dengan cara mengukur nilai

    tahanan kumparan stator MI. Besarnya kenaikan temperatur pada motor induksi

    ketika beroperasi sebanding dengan lamanya operasi MI tersebut dan dapat diketahui

    dengan mengukur tahanan kumparan utama dan bantu sebelum dan sesudah

    dioperasikan beberapa jam MI dengan menggunakan Persamaan 2.16 [22]:

    .(2. 16)

    RC = tahanan kumparan utama dan bantu sebelum dioperasikan (Ohm)

    Rh = tahanan kumparan utama dan bantu sesudah dioperasikan (Ohm)

    = Koefisien tahanan kawat tembaga (0,00428 Ohm / 0 C)

    t1 = temperatur awal motor induksi (0 C)

    t2 = temperatur akhir motor induksi (0 C)

    Universitas Sumatera Utara

  • 27

    2.4. Jaringan Saraf Tiruan

    Jaringan saraf tiruan (neural network) merupakan salah satu representasi buatan

    dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran

    pada otak manusia tersebut. Istilah tiruan di sini digunakan karena jaringan saraf ini

    meniru cara kerja jaringan saraf biologis dan diimplementasikan dengan

    menggunakan program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses

    perhitungan selama proses pembelajaran [23].

    2.4.1. Otak Manusia

    Otak manusia berisi berjuta-juta sel saraf yang bertugas mengolah informasi.

    Tiap-tiap sel saraf bertugas seperti suatu prosesor sederhana dan saling berinteraksi

    sehingga mendukung kemampuan kerja otak manusia. Gambar 2.13 menunjukkan

    contoh jaringan saraf secara biologis.

    Gambar 2. 13 Jaringan Saraf Secara Biologis [24]

    Universitas Sumatera Utara

  • 28

    Setiap neuron menerima sinyal input dari neuron yang lain melalui dendrit

    dan mengirimkan sinyal yang dihasilkan inti sel melalui axon. Axon dari neuron

    biologis bercabang-cabang dan berhubungan dengan dendrit dari neuron lainnya

    dengan cara mengirimkan sinyal input melalui sinapsis. Di mana sinapsis merupakan

    unit fungsional yang terletak di antara 2 buah neuron umpamanya neuron 1 dan 2.

    Dan nilai yang terdapat pada sinapsis dapat berkurang dan bertambah tergantung dari

    seberapa besar tingkat propagasi yang diterimanya [25]. Tabel 2.2 istilah nama antara

    jaringan saraf biologis dengan jaringan saraf tiruan (JST).

    Tabel 2. 2 Istilah Nama Antara JST Dengan Jaringan Saraf Biologis [25]

    Jaringan saraf tiruan

    Jaringan saraf biologis

    Node atau unit

    Input Output Bobot

    Neuron Dendrit

    Axon Sinapsis

    2.4.2. Komponen Jaringan Saraf Tiruan

    Ada beberapa tipe jaringan saraf tiruan, namun demikian hampir semuanya

    memiliki komponen-komponen yang sama. Jaringan saraf tiruan disusun dengan

    asumsi yang sama seperti jaringan saraf biologis yakni terdiri dari beberapa node dan

    adanya hubungan antara node. Sinyal informasi yang terdapat di antara 2 buah node

    diteruskan melalui sebuah hubungan dan setiap hubungan antara 2 buah node

    mempunyai nilai bobot lalu dengan menggunakan fungsi aktivasi nilai keluaran node

    ditentukan [24]. Gambar 2.14 merupakan struktur node jaringan saraf tiruan.

    Universitas Sumatera Utara

  • d

    s

    p

    o

    m

    Pada

    dengan laye

    sebelum dan

    pada JST ak

    output mel

    menunjukka

    Bobot

    G

    a JST node-n

    er node. Nod

    n sesudahny

    kan diramba

    alui lapisan

    an JST denga

    Ga

    Gambar 2. 14

    node akan d

    de-node pad

    ya kecuali lap

    atkan lapisan

    n tersembun

    an 3 lapisan.

    ambar 2. 15

    4 Struktur N

    dikumpulkan

    da satu lapis

    apisan input

    n ke lapisan

    nyi seperti

    .

    JST Denga

    Node Jaringa

    n dalam lap

    san akan dih

    dan output.

    n, mulai dar

    tampak p

    n 3 Lapisan

    an Saraf Tiru

    pisan (layer)

    hubungkan d

    Informasi y

    ri lapisan inp

    ada Gamba

    [24]

    uan [24]

    ) yang diseb

    dengan lapis

    yang diberik

    put ke lapis

    ar 2.15 ya

    29

    but

    san

    kan

    san

    ang

    Universitas Sumatera Utara

  • 30

    2.4.3. Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan

    Hubungan antar node dalam jaringan saraf tiruan mengikuti pola tertentu

    tergantung dari arsitektur jaringan saraf tiruan yang digunakan. Pada dasarnya ada 3

    macam arsitektur jaringan saraf tiruan yaitu [24]:

    e. Jaringan saraf tiruan dengan lapisan tunggal

    Jaringan saraf tiruan dengan satu lapisan tunggal hanya memiliki satu lapisan

    dengan bobot-bobot terhubung. Jaringan ini hanya menerima input kemudian

    mengolahnya menjadi output tanpa harus melalui lapisan tersembunyi seperti

    pada Gambar 2.16. Dengan kata lain ciri jaringan ini hanya mempunyai satu

    lapisan input dan output, tidak mempunyai lapisan tersembunyi.

    Gambar 2. 16 Bentuk Jaringan Saraf Tiruan Dengan Lapisan Tunggal [24]

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    b. Jaringan saraf tiruan dengan banyak lapisan

    Jaringan saraf tiruan dengan banyak lapisan memiliki satu atau lebih lapisan

    yang terletak diantara lapisan input dan lapisan output (memiliki satu atau lebih

    lapisan tersembunyi). Umumnya terdapat lapisan bobot diantara 2 lapisan

    bersebelahan seperti pada Gambar 2.17.

    Gambar 2. 17 Bentuk JST Dengan Banyak Lapisan [24]

    Universitas Sumatera Utara

  • 32

    c. Jaringan saraf tiruan dengan lapisan kompetitif

    Arsitektur pada jaringan saraf tiruan ini memiliki bentuk yang berbeda, di mana

    antar node dapat saling berhubungan. Gambar 2.18 merupakan bentuk jaringan

    saraf tiruan dengan lapisan kompetitif.

    Gambar 2. 18 Bentuk JST Dengan Lapisan Kompetitif [24]

    2.4.4. Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

    Di dalam jaringan saraf tiruan dengan backpropagation setiap node yang

    berada di lapisan input terhubung dengan setiap node pada lapisan tersembunyi dan

    setiap node pada lapisan tersembunyi juga terhubung dengan setiap node pada lapisan

    Universitas Sumatera Utara

  • 33

    output [25]. Untuk lebih jelasnya arsitektur JST backpropagation dapat dilihat pada

    Gambar 2.19.

    Gambar 2. 19 JST Backpropagation Dengan Satu Lapisan Tersembunyi [25]

    Jaringan saraf tiruan dengan algoritma pembelajaran backpropagation terdiri

    dari banyak lapisan (multilayer neural network) yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • 34

    1. Lapisan input hanya 1. Pada lapisan input terdapat node Xi, i = 1, 2, ..., n. ( n =

    jumlah node dalam lapisan input).

    2. Lapisan tersembunyi (hidden layer) minimal 1. Seperti halnya lapisan input pada

    lapisan tersembunyi juga berisi node mulai dari Zj, j = 1, 2, ..., p (p = jumlah node

    pada lapisan tersembunyi untuk 1 lapisan). Tetapi pada lapisan tersembunyi ini

    dapat saja terdiri dari beberapa lapisan tersembunyi.

    3. Lapisan output hanya 1 buah. Lapisan ini terdiri dari node output mulai dari Yk, k

    = 1, 2, ..., m (m = jumlah node pada lapisan output). V0j adalah bias untuk node

    Zj pada lapisan tersembunyi dan W0k adalah bobot untuk node Yk pada lapisan

    output. Bias V0j dan W0k sama seperti bobot di mana output bias ini selalu

    bernilai 1. Vij adalah bobot yang menghubungkan antara node Xi pada lapisan

    input dengan node Zj pada lapisan tersembunyi, sedangkan Wjk adalah bobot

    yang menghubungkan antara node Zj pada lapisan tersembunyi dengan node Yk

    lapisan output.

    2.4.5. Bobot

    Bobot dipakai untuk menentukan nilai sebuah node dan terletak di antara 2

    (dua) lapisan, baik antara lapisan input dengan lapisan tersembunyi atau antara

    lapisan tersembunyi dengan lapisan output dan mempunyai nilai tertentu. Pada saat

    awal pelatihan nilai bobot diatur agar berada pada nilai acak yang kecil misalnya di

    antara -0,5 sampai 0,5 lalu nilai bobot ini diperbaharui setiap proses epoch pada

    waktu pelatihan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 35

    2.4.6. Bias

    Bias juga dipakai untuk menentukan nilai sebuah node tetapi hanya pada node

    pada lapisan tersembunyi dan output. Bias ini selalu bernilai 1 tetapi nilai bobotnya

    berbeda dan pada awal pelatihan diberi dengan nilai acak yang kecil antara -0,5

    sampai 0,5 lalu nilai bobot ini juga diperbaharui setiap proses epoch pada waktu

    pelatihan.

    2.4.7. Epoch

    Epoch adalah pengulangan yang terjadi pada proses pelatihan di dalam

    jaringan saraf tiruan dalam memperbaiki error. Pengulangan ini akan terus

    berlangsung hingga toleransi error (MSE) pelatihan atau nilai epoch yang ditetapkan

    telah tercapai.

    2.4.8. Learning Rate

    Learning rate () merupakan sebuah parameter pembelajaran di dalam jaringan

    saraf tiruan backpropagation yang digunakan untuk mempercepat proses pelatihan

    dan bernilai antara 0 sampai 1. Jika jaringan saraf tiruan menggunakan learning rate

    mendekati 0 maka proses pelatihan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam

    mencapai performance jaringan saraf tiruan yang diinginkan tetapi terkadang baik

    jika dipakai pada proses aplikasi. Sebaliknya jaringan saraf tiruan menggunakan

    learning rate mendekati 1 maka proses pelatihan membutuhkan waktu yang lebih

    cepat dalam mencapai performance jaringan saraf tiruan yang diinginkan tetapi

    terkadang tidak baik jika dipakai pada proses aplikasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 36

    2.4.9. Toleransi Error

    Toleransi error merupakan sebuah nilai pembatas yang ditetapkan oleh user

    agar selisih target dengan keluaran jaringan saraf tiruan (MSE) dalam proses

    pelatihan tidak sampai 0. Hal ini bertujuan untuk menghindari overtraining yang

    menyebabkan jaringan saraf tiruan mengambil sifat memorilisasi akibatnya ketika

    hasil pelatihan diuji dengan pola data yang tidak pernah dikenali maka jaringan saraf

    tiruan akan memberikan hasil yang jauh berbeda dari target yang diharapkan.

    2.5. Fungsi Aktivasi

    Fungsi aktivasi digunakan untuk menentukan keluaran pada node. Ada

    beberapa fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam jaringan saraf tiruan seperti

    fungsi undak biner, bipolar, linear (identitas), saturating linear, symmetric saturating

    linear, sigmoid biner dan sigmoid bipolar.

    Karena keluaran jaringan saraf tiruan yang diinginkan pada penelitian ini

    antara 0 sampai 1 maka fungsi aktivasi yang digunakan adalah sigmoid biner dan

    fungsi aktivasi ini mempunyai hubungan yang sederhana antara nilai fungsi pada

    suatu titik dengan turunannya sehingga mengurangi beban komputasi selama

    pelatihan [23]. Bentuk grafik dari fungsi sigmoid biner dapat dilihat seperti pada

    Gambar 2.20 sedangkan fungsi dari sigmoid biner dirumuskan sebagai [23]:

    .(2. 17)

    dengan turunan:

    (2. 18)

    Universitas Sumatera Utara

  • 37

    Gambar 2. 20 Fungsi Sigmoid Biner [24]

    2.6. Algoritma Pembelajaran

    Salah satu bagian terpenting dari konsep jaringan saraf tiruan adalah terjadinya

    proses pembelajaran. Tujuan utama dari proses pembelajaran adalah melakukan

    pengaturan terhadap bobot-bobot yang ada pada jaringan saraf tiruan, sehingga

    diperoleh bobot akhir yang tepat sesuai dengan pola data yang dilatih [25]. Pada

    dasarnya ada 2 metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran terawasi

    (supervised) dan metode pembelajaran yang tak terawasi (unsupervised).

    a. Pembelajaran terawasi

    Pada jaringan saraf tiruan yang menerapkan metode pembelajaran terawasi maka

    output yang diharapkan telah ditetapkan. Contoh: jaringan saraf tiruan yang

    digunakan untuk prediksi, pengenalan huruf, pola gerbang logika.

    Universitas Sumatera Utara

  • 38

    b. Pembelajaran tak terawasi

    Sedangkan jaringan saraf tiruan yang menerapkan metode pembelajaran tak

    terawasi tidak memerlukan target output. Pada metode ini, tidak ditentukan hasil

    yang seperti apakah yang diharapkan selama proses pembelajaran. Metode

    pembelajaran seperti ini sangat cocok untuk pengelompokan pola.

    Tetapi ada hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran jaringan

    saraf tiruan yakni tercapainya keseimbangan antara kemampuan memorilisasi dengan

    generalisasi. Yang dimaksud memorilisasi adalah kemampuan jaringan saraf tiruan

    memberikan respon yang sempurna terhadap semua pola yang pernah dilatihkan.

    Sedangkan generalisasi adalah kemampuan jaringan saraf tiruan memberikan respon

    yang bisa diterima terhadap pola-pola input yang serupa (namun tidak identik)

    dengan pola-pola yang sebelumnya telah dipelajari. Hal ini sangat bermanfaat ketika

    jaringan saraf tiruan diberikan pola input yang belum pernah dilatihkan maka jaringan

    saraf tiruan tetap akan memberikan respon (keluaran) yang paling mendekati [25].

    2.7. Algoritma Pembelajaran Backpropagation Standar

    Backpropagation merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi dan metode

    yang sangat baik dalam menangani pengenalan pola-pola kompleks yang

    menggunakan gradient descent untuk memperkecil total error kuadrat (MSE) hasil

    komputasi pada proses pelatihan [23], [25]. Jadi inilah yang menjadi alasan utama

    peneliti mencoba menggunakan JST dengan algoritma pembelajaran backpropagation

    untuk dijadikan metoda untuk memprediksi kerusakan motor induksi khususnya pada

    Universitas Sumatera Utara

  • 39

    stator untuk satu hari ke depan. Algoritma pembelajaran dengan backpropagation

    standar dapat dibagi menjadi 2 bagian:

    2.7.1. Algoritma pelatihan

    Adapun langkah-langkah algoritma pelatihan adalah sebagai berikut [25]:

    Langkah a. Inisialisasi bobot bias ke lapisan hidden (V0j), output (W0k), dan bobot

    input (Vij), output (Wjk) seperti pada Gambar 2.19 dengan nilai acak

    yang cukup kecil antara -0,5 sampai 0,5. Lalu ditentukan nilai learning

    rate () antara 0 sampai 1, toleransi error dan jumlah maksimal epoch

    jika menggunakan toleransi error dan banyaknya epoch sebagai kondisi

    berhenti.

    Langkah b. Selanjutnya dilakukan proses pengulangan dari langkah c j hingga nilai

    MSE (mean square error) yang diperoleh dari hasil pelatihan lebih kecil

    dari nilai toleransi error yang ditentukan atau epoch telah tercapai.

    Langkah c. Untuk setiap pasangan pola akan dilakukan proses pelatihan, dengan

    melakukan langkah ke- d sampai langkah ke-i.

    Tahap maju

    Langkah d. Setiap node Xi, i = 1, 2, ..., n pada lapisan input meneruskan sinyal input

    tersebut ke semua node Zj, j = 1, 2, ..., p pada lapisan tersembunyi yang

    ada di atasnya.

    Langkah e. Setiap node Zj, j = 1, 2, ..., p pada lapisan tersembunyi menjumlahkan

    sinyal input Xi, i = 1, 2, ..., n dengan bobotnya Vij dan ditambahkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 40

    dengan bobot bias V0j lalu dengan menggunakan fungsi aktivasinya

    dihitung sinyal outputnya:

    ..(2. 19)

    selanjutnya sinyal output tersebut dikirim ke semua node ke lapisan di

    atasnya (lapisan output).

    Langkah f. Setiap node Yk, k = 1, 2, ..., m pada lapisan output menjumlahkan

    sinyal input Zj, j = 1, 2, ..., p dari lapisan tersembunyi dengan

    bobotnya Wjk dan ditambahkan dengan bobot bias W0k lalu dengan

    menggunakan fungsi aktivasinya dihitung sinyal outputnya:

    .(2. 20)

    Tahap mundur

    Langkah g. Setiap node Yk, k = 1, 2, ..., m pada lapisan output menerima pola target

    tk lalu informasi kesalahan pada lapisan output k dihitung. k dikirim ke

    lapisan di bawahnya Zj, j = 1, 2, ..., p dan digunakan untuk menghitung

    besar koreksi bobot Wjk dan bias W0k antara lapisan tersembunyi

    dengan lapisan output:

    ..(2. 21)

    ..(2. 22)

    ..(2. 23)

    Di mana adalah nilai konstanta learning rate yang ditetapkan.

    Langkah h. Setiap node Zj, j = 1, 2, ..., p di lapisan tersembunyi dilakukan

    perhitungan informasi kesalahan lapisan tersembunyi j. j kemudian

    Universitas Sumatera Utara

  • 41

    digunakan untuk menghitung besar koreksi bobot dan bias Vij dan V0j

    antara lapisan input dan lapisan tersembunyi.

    ..(2. 24)

    ..(2. 25)

    .(2. 26)

    Update bobot

    Langkah i. Setiap node pada lapisan output Yk, k = 1, 2, ..., m dilakukan perubahan

    bobot dan bias sehingga bobot dan bias yang baru menjadi:

    .(2. 27)

    (2. 28)

    setiap node pada lapisan tersembunyi Zj, j = 1, 2, ..., p dilakukan

    perubahan bobot dan bias sehingga bobot dan bias yang baru menjadi:

    (2. 29)

    (2. 30)

    Langkah j. Selanjutnya dilakukan pengujian untuk kondisi berhenti dengan cara

    membandingkan hasil MSE yang diperoleh dari pelatihan dengan nilai

    toleransi error jika lebih kecil atau maksimal epoch pada proses pelatihan

    telah sesuai dengan nilai maksimal epoch yang ditetapkan pada langkah

    a.

    2.7.2. Algoritma aplikasi

    Langkah a. Inisialisasi bobot. Bobot ini diambil dari bobot (V0j, Vij, W0k, Wjk)

    terakhir yang diperoleh dari algoritma pelatihan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 42

    Langkah b. Untuk setiap pasangan input, dilakukan langkah ke- c sampai ke- e.

    Langkah c. Setiap node input Xi menerima sinyal input pengujian Xi dan

    meneruskan sinyal Xi ke semua node Zj pada lapisan di atasnya (unit

    tersembunyi).

    Langkah d. Setiap node di lapisan tersembunyi Zj dihitung sinyal outputnya dengan

    menggunakan fungsi aktivasi terhadap penjumlahan sinyal input Xi

    dengan bobot Vij dan ditambah dengan bias V0j.

    .(2. 31)

    Lalu sinyal output dari lapisan tersembunyi kemudian dikirim ke semua

    node pada lapisan di atasnya.

    Langkah e. Pada setiap node output Yk dihitung sinyal outputnya dengan

    menggunakan fungsi aktivasi terhadap penjumlahan sinyal input dari

    lapisan tersembunyi Zj dengan bobot Wjk ditambah bias W0k.

    .(2. 32)

    2.8. Variasi Pembelajaran Backpropagation

    Untuk mempercepat proses pelatihan maka algoritma pelatihan pada

    backpropagation standar dapat dilakukan perubahan baik dari model

    backpropagation yang digunakan atau pun cara update bobot seperti dengan

    menambah momentum dan update bobot berkelompok [23].

    Universitas Sumatera Utara

  • 43

    2.8.1. Momentum

    Pada backpropagation standar perubahan bobot pada algoritma pelatihan

    didasarkan atas gradient yang terjadi untuk pola data yang dimasukkan saat itu.

    Metoda perubahan bobot seperti ini dapat menyebabkan JST terjebak pada suatu

    daerah yang dinamakan titik minimum lokal atau global karena adanya pola data

    yang sangat berbeda, hal ini berakibat pada lambatnya proses pelatihan. Untuk

    mengatasi hal ini maka dilakukan modifikasi terhadap perubahan bobot yang

    didasarkan atas gradient pola terakhir dan pola sebelumnya atau dikenal nama

    momentum. Di mana simbol momentum adalah dan bernilai antara 0 sampai 1

    sehingga perubahan bobot dapat dihitung dengan Persamaan 2.33 dan 2.34 [23]:

    (2. 33)

    dan

    (2. 34)

    Di mana t adalah epoch.

    2.8.2. Perubahan Bobot Berkelompok

    Variasi lain yang dapat dilakukan untuk memodifikasi perubahan bobot yaitu

    dengan cara mengubah bobotnya sekaligus setelah semua pola data yang dimasukkan.

    Di mana semua pola data yang dimasukkan dilakukan langkah d h dari algoritma

    pelatihan backpropagation standar. Selanjutnya dilakukan proses update bobot

    dengan cara menambahkan semua dan yang diperoleh [23].

    Universitas Sumatera Utara