bab 2 tinjauan pustaka 2.1 atensieprints.umm.ac.id/47284/3/bab ii.pdfnor-epinefrin (ne) melalui...

29
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensi Atensi memiliki definisi yaitu keadaam dimana seseorang dalam keadaan sadar dan dapat memusatkan perhatian nya pada suatu stimulus ataupun informasi tertentu. Atensi juga berarti suatu keadaan dimana seseorang dalam keadaan siaga/ aware terhadap apapun yang terjadi di sekitarnya. Tidak semua informasi yang ada di sekitar adalah suatu stimulus penting yang membutuhkan atensi, karena itu otak kita cenderung untuk memilih-milih diantara berbagai stimulus yang ada di sekitar untuk diberikan perhatian (Geva, Zivan, & Olchik, 2013). Beberapa peneliti banyak menyebutkan bahwa proses atensi melibatkan banyak sekali sistem. Namun, terdapat 3 sistem yang terbesar yang menyusun dari proses atensi sendiri. Sistem-sistem tersebut adalah alerting, orientating dan executive function. (Yin, et al., 2012). 2.1.1 Alerting Alerting adalah suatu keadaan dimana otak kita memberikan sinyal waspada terhadap stimulus apapun yang kita rasakan. Mekanisme awal pada proses alerting terletak pada mekanisme arousal, yang mana akan meneruskan input sensorik dari nervus cranialis di batang otak dan mengaktifkan reticular activating system (RAS) yang mana akan mengatifkan modalitas pada korteks serebri. Pada proses ini, kita akan menyadari bahwa ada suatu stimulus yang diterima oleh otak kita tanpa/ sedikit sekali mengetahui maksud dari stimulus tersebut. Pada proses alerting, stimulus datang dan dirasakan dari reseptor pada panca indera, kemudian diterima oleh neuron

Upload: others

Post on 07-Jan-2020

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Atensi

Atensi memiliki definisi yaitu keadaam dimana seseorang dalam keadaan

sadar dan dapat memusatkan perhatian nya pada suatu stimulus ataupun informasi

tertentu. Atensi juga berarti suatu keadaan dimana seseorang dalam keadaan siaga/

aware terhadap apapun yang terjadi di sekitarnya. Tidak semua informasi yang ada di

sekitar adalah suatu stimulus penting yang membutuhkan atensi, karena itu otak kita

cenderung untuk memilih-milih diantara berbagai stimulus yang ada di sekitar untuk

diberikan perhatian (Geva, Zivan, & Olchik, 2013). Beberapa peneliti banyak

menyebutkan bahwa proses atensi melibatkan banyak sekali sistem. Namun, terdapat

3 sistem yang terbesar yang menyusun dari proses atensi sendiri. Sistem-sistem

tersebut adalah alerting, orientating dan executive function. (Yin, et al., 2012).

2.1.1 Alerting

Alerting adalah suatu keadaan dimana otak kita memberikan sinyal waspada

terhadap stimulus apapun yang kita rasakan. Mekanisme awal pada proses alerting

terletak pada mekanisme arousal, yang mana akan meneruskan input sensorik dari

nervus cranialis di batang otak dan mengaktifkan reticular activating system (RAS)

yang mana akan mengatifkan modalitas pada korteks serebri. Pada proses ini, kita

akan menyadari bahwa ada suatu stimulus yang diterima oleh otak kita tanpa/ sedikit

sekali mengetahui maksud dari stimulus tersebut. Pada proses alerting, stimulus

datang dan dirasakan dari reseptor pada panca indera, kemudian diterima oleh neuron

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

7

sensorik menuju inti nervus cranialis di batang otak, dibawa oleh neurotransmitter

Nor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks

Serebri. Pada Proses ini, bagian dari korteks serebti yang menjadi modalitas adalah

daerah lobus parietal yang merupakan pusat sensorik primer, lobus frontal lalu

thalamus (Yin, et al., 2012).

2.1.2 Orienting

Orienting adalah proses selanjutnya setelah alerting. Pada proses ini, otak kita

akan memerintahkan agar kita cenderung memusatkan perhatian ke arah datangnya

stimulus untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya petunjuk dari stimulus yang

didapat. Proses ini bisa secara speifik disebabkan oleh stimulus tersebut ataupun

didapat dari modalitas lain. Para ahli menyebutkan bahwa orienting adalah hasil dari

suatu kerjasama antar neuronal yang meliputi Frontal eye field (FEF) yang terdapat

pada korteks frontal area Broadmann 8, Lobus parietal superior, temporo-parietal

junction, Colliculus superior dan nucleus pulvinar pada thalamus.

Orienting dapat dicapai dengan pergerakan mata menuju arah datangnya

stimulus atau tidak sama sekali. Neurotransmitter yang berperan dalam proses ini

adalah Achetilcolin (Ach) yang akan mengaktifkan reaktivitas terhadap petunjuk

spesifik yang mengarah kepada stimulus tersebut, semakin banyak petunjuk spesifik

yang ter-reaktif, maka akan semakin cepat proses akselarasi terhadap timbulnya

renspons kewaspadaan (Yin, et al., 2012).

2.1.3 Executive Function

ACC akan terhubung dengan bagian otak yang lain untuk memunculkan suatu

fungsi kognitif untuk memecahkan masalah yang didapat melalui alerting dan

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

8

orienting. ACC dapat terhubung dengan berbagai bagian otak yang lain terutama pre-

frontal cortex (PFC) dan sistem limbic, karena itu neurotransmitter yang berperan

adalah dopamine (D2) dan serotonin (5HT). Hubungan ini akan membentuk 2 sirkuit

yang berbeda namun bekerja saling melengkapi satu sama lain.

Sirkuit pertama adalah fronto-parietal, yang erat kaitannya dengan memulai/

inisiasi pemrosesan informasi yang diterima dengan basis trial – by – trial. Sirkuit ini

mencakup dorsolateral prefrontal cortex (dlPFC), inferior parietal lobule (IPL),

dorsal frontal cortex (dFC), intra-parietal sulcus (IPS), precuneous dan middle

cingulate cortex (mCC).

Sirkuit kedua cingulo-opeprcular yang erat kaitannya dengan

mempertahankan pemrosesan informasi yang diterima sampai selesai memecahkan

permasalahan hingga timbulnya respon tubuh sesuai yang diinginkan. Sirkuit ini

meliputi anterior prefrontal cortex (aPFC), anterior insula/frontal operculum (aI/fO),

dorsal anterior cingulate cortex/medial superior frontal cortex (dACC/msFC) dan

thalamus (Rueda, Pozuelos, & Cómbita, 2015).

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

9

Gambar 2.1 Proses atensi meliputi alerting, orienting dan executive function

Sumber : (Rueda, Pozuelos, & Cómbita, 2015)

2.2 Neurotransmitter serotonin

Serotonin adalah salah satu dari neurotransmitter utama yang bernama

monoaminergik, yang mana neurotransmitter monoaminergik terdiri dari dopamine,

norepinerfrin dan yang terakhir adalah serotonin (Seler & Pivac, 2011). Pada awalnya,

serotonin dikenal karena keberadaan nya relevan dengan berbagai macam sistem

organ vital manusia yang meliputi sistem pernafasan, sistem kardiovaskular bahkan

sistem pencernaan. Namun, pada beberapa dekade ini, mulai diketahui bahwa

serotonin memiliki fungsi utama untuk mengontrol kognitif dan behavioral pada

individu (Berger, Gray, & Roth, 2014). Struktur molekulnya adalah 3-(2-aminoethyl)-

5-hydroxyindole.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

10

Gambar 2.2 Struktur molekul serotonin

sumber : (Seler & Pivac, 2011)

2.2.1 Fungsi Serotonin dan sistem serotoninergik

Serotonin memiliki banyak fungsi, dan pada penelitian ini akan dijelaskan

tentang fusngsi utama serotonin yaitu untuk mengatur fungsi kognitif seseoranng.

Sebagai neurotransmitter, tentunga serotonin akan bekerja pada sistem persarafan,

dan pada hal ini yang dimaksud adalah persarafan serotoninergik. Saraf

serotoninergik tersebar ke berbagai bagian otak manusia, dan lokasi terbanyak adalah

pada bagian otak yang paling banyak membutuhkan peran kognitif, yaitu pre frontal

cortex dan area hippocampus. pada hiipocampus, saraf serotoninergik akan

bertanggung jawab untuk mengatur pembentukan memori, navigasi spatial,

pembuatan keputusan dan hubungan sosial. Pada prefrontal cortex, saraf

serotoninergik akan bertanggung jawab untuk mengatur kerja atensi dan memori.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

11

Gambar 2.3 sistem saraf serotoninergik

sumber : (Harris & Nutt, 2017)

Kerja saraf serotoninergik pada fungsi kognitif terdiri dari serangkaian proses

yang mana bergantung pada kerja enzim, transporter (Albumin), reseptor (5-HT1, 5-

HT2, 5-HT3, 5-HT4, 5-HT5, 5-HT6, 5-HT7 yang tersebar pada presinaps dan

postsinaps) dan produksi serotonin baik central ataupun perifer (Harris & Nutt, 2017).

Pada proses pembentukan atensi dan memori, proses nya terjadi akbibat interaksi

kompleks yang melibatkan sistem serotoninergik dan neurotransmitter lain seperti

acetyloline, dopamine, GABA dan glutamate (Štrac, 2016).

2.2.2 Sintesis Serotonin

Serotonin di sintesis oleh tubuh manusia dalam 2 kompartemen yang berbeda,

Pertama, adalah kompartemen pusat yaitu pada sistem saraf pusat (SSP), yang mana

dalam hal ini adalah pada saraf serotoninergik. Kompartemen yang kedua adalah

kompartemen perifer, yaitu pada sistem Gastrointestinal yang mana prekursornya

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

12

didapat dari intake makanan. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sawar darah

otak/ (Blood Brain Barrier). Kompartemen perifer memegang peran besar dalam

sintesis serotonin karena menyumbangkan 95% dari total serotonin yang ada di

tubuh., sementara kompartemen pusat hanya menyumbang sekotar 5% dari jumlah

total serotonin tubuh. Hal ini menjelaskan bahwa mayoritas sintesis serotonin berasal

dari intake makanan (Seler & Pivac, 2011).

Proses sintesis serotonin central pada kompartemen pusat (sistem saraf pusat)

masih belum jelas. Namun, proses sintesis serotonin perifer pada kompartemen

perifer (gastrointestinal tract) dapat dengan jelas diketahui mengingat kompartemen

ini menyumbang sebagian besar produksi serotonin. Sintesis terjadi di sel

enterochromaffin yang ada pada gastrointestinal trac (GI tract) dan enzim yang

meregulasi terjadi nya sintesis adalah L-Tryptophan hydroxylase type 1 (TPH1). Hasil

sintesis kemudian dilepaskan dari GI tract menuju aliran darah dan dibawa oleh

protein plasma hingga secara selektif akan menembus sawar darah otak dan disimpan

pada locus coerolus (Seler & Pivac, 2011).

2.2.3 Metabolisme Serotonin

Serotonin akan dikeluarkan oleh tubuh melalui hepar dan renal. Serotonin

perifer akan dimetabolisme oleh hepar dengan bantuan enzim monoamine oxidase-a

(MAO-a) yang mengubah Serotonin (5-HT) menjadi 5- hydroxyindole acetaldehyde

yang kemudian akan di degradasi kembali oleh enzim aldehyde dehydrogenase

menjadi 5-hydroxyinoleacetic acid (5-HIAA) yang merupakan metabolit akhir dari

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

13

serotonin dan akan dibawa ke ginjal untuk proses eksresi dan dikeluarkan bersama

urin (Seler & Pivac, 2011).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi atensi

Atensi sebagaimana telah dijelaskan diatas merupakan serangkaian proses

yang kompleks yang terjadi di dalam otak manusia. Rumitnya sedemikian rupa pada

proses atensi tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berperan aktif

dan berpengaruh didalam proses nya, faktor-faktor tersebut dibedakan sebagai

berikut :

2.3.1 Faktor internal

Faktor internal yang dimaksud adalah faktor-faktor yang merupakan

pembawaan dari diri masing-masing, yang mana bersifat independen dan tidak bisa

dirubah karena merupakan pemberian dari yang maha kuasa, yaitu :

1. Usia

Pertambahan usia menjadi lebih tua, memberikan pengaruh kepada

kemampuan atensi seseorang. Berdasarkan neuroimaging, didapatkan hasil yang

disetujui oleh beberapa ahli bahwa kemampuan atensi akan menurun ketika manusia

telah mengalami penuaan atau sudah masuk kedalam usia lansia. Para ahli

melakukan serangkaian pemeriksaan radiografi dengan Positron emission

tomography (PET) dan Magnetic resonance imaging (MRI) untuk melihat fungsi

atensi otak, yaitu melihat pada wilayah abu-abu otak besar (gray matter), kemudian

melihat frontoparietal network khususnya pada bagian dorsal yang mana berfungsi

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

14

untuk mengatur proses atensi mulai pada alerting, orienting hingga excutive function.

Dari hasil radiografi, beberapa menyebutkan bahwa pada usia lansia, akan terjadi

penurunan fungsi dari lobus frontoparietal terutama bagian dorsal, yang

mengakibatkan berkurangnya kemampuan sensorik (karena pusat sensorik primer

adalah lobus parietal) dan berkurangnya kemampuan atensi yang sebagian besar

diatur pada lobus frontoparetal bagian dorsal. Penurunan fungsi disebabkan oleh

rusaknya susunan axon karena degenerasi, serta abnormalitas pada sususan saraf yang

disebabkan karena usia tua (Madden, 2007).

Proses atensi juga akan meningkat pada rentang usia 0- 14 tahun, hal ini

dikarenakan pada usia tersebut adalah masa-masa pertumbuhan dan perkembangan,,

terutama perkembangan otak. Usia tersebut adalah usia meningkatnya atensi

dikarenakan pada usia tersebut, kebutuhan oksigen dan energy untuk otak lebih tinggi

dibandingkan dengan usia lain, hal tersebut dikarenakan otak butuh berkembang dan

memerlukan energy lebih dalam prosesnya (Hoyland, Dye, & Lawton, 2009).

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang diduga memiliki pengaruh

dalam proses atensi selama beberapa dekade terakhir, beberapa ahli menyebutkan ada

pengaruh secara signifikan dan beberapa yang lain menyebutkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan. Ada atau tidaknya pengaruh jenis kelamin terhadap atensi

masih sekedar hipotesis yang menteorikan bahwa jenis kelamin laki-laki diduga

memiliki kesadaran yang lebih baik dari perempuan, sedangkan perempuan dianggap

memiliki kemampuan yang lebih baik dalam inhibisi dari stimulus yang dapat

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

15

memecah atensi/ distracting stimuluy yang menyebabkan perempuan dapat lebih lama

mempertahankan atensi dibandingkan laki-laki (Riley, et al., 2016).

3. Intelejensi

Intelejensi secara teoritis adalah kemampuan yang dimiliki masing-masing

individu untuk dapat memecahkan persoalan-persoalan yang muncul secara efektif

dan tepat. Intelejensi berpengaruh terhadap atensi karena tingkat intelejensi

sesseorang akan meningkatkan kecepatan dan ketepatannya dalam memecahkan

masalah. Orang dengan tingkat intelejensi yang tinggi cenderung lebih mudah

memecahkan masalah disbanding orang yang tingkat intelejensi nya lebih rendah atau

rata-rata. Intelejensi dibagai menjadi 2 yaitu intelejensi fluid, yang mana merupakan

kemampuan untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah-masalah kompleks

seperti pelajaran, sains dan matematika. Kedua, yaitu intelejensi kristal yang

berfungsi menyelesaikan dan memecahkan masalah-masalah yang bersifat sosial dan

empati (Landgraff, et al., 2011). Kemampuan intelejensi dilambangkan dengan

Internal Quetient (IQ). IQ mempengaruhi atensi dengan cara mempercepat kecepatan

biologis dari proses atensi sampai dengan memunculkan reaksi, semakin tinggi IQ

seseorang maka semakin cepat proses atensi nya dan semakin cepat pula timbulnya

reaksi (Bates & Stough, 1997).

2.3.2 Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang dimaksud adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses atensi, yang mana berasal dari luar tubuh, sehingga dapat

dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku dari masing-masing orang dan disesuaikan

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

16

berdasarkan kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Faktor eksternal yang

mempengaruhi atensi adalah, sebagai berikut:

2.3.2.1 Faktor lingkungan

1. Pencahayaan

Setiap kegiatan di bumi ini selama 24 jam beradaptasi pada cahaya matahari

yang diterima selama 24 jam tersebut. Hewan dan tumbuhan menggunakan sistem

pencahayaan tersebut hanya diterjemahkan oleh sistem temporal mereka untuk

tertidur dan bangun. Berbeda dengan manusia, manusia menerjemahkan pencahayaan

matahari 24 jam tersebut di lobus temporal otak untuk membentuk sistem-sistem

untuk kesehatan badan dan kesehatan kejiwaan mereka. Pada mamalia, retina dapat

mendeteksi cahaya menggunakan suatu fotoreseptor khusus yaitu intrinsically

photosensitive retinal ganglion cells (ipRGC). Fotoreseptor IpRGC merupakan fraksi

kecil dari kelas sel ganglion retina yang memiliki keistimewaan dapat

mengekspresikan photopigment melanospin yang mana akan meneruskan stimulus

yang ditangkap oleh retina menuju pusat irama sirkadian manusia yang terletak pada

Supra chiasmatic nuclei (SCN) yang terdapat pada hipotalamus. SCN merupakan

pacemaker jam biologis di tubuh/ irama sirkadian, yang mana waktu-waktu aktivitas

semua komponen sel yang ada di tubuh akan diatur sedemikian rupa oleh SCN baik

secara input neuronal langsung ataupun input neuronal tak langsung dalam bentuk

hormon dan prilaku.

SCN mensekresi hormon melatonin terus-menerus selama 24 jam dengan

puncak nya adalah di malam hari pada saat tidur dan tidak terpapar cahaya. Paparan

cahaya dengan intensitas kecil pun dianggap cukup untuk menghambat terbentuknya

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

17

hormone melatonin dan menggaggu tatanan irama sirkadian manusia. Irama sirkadian

yang terganggu dapat menganggu sistem-sistem lain yang salah satunya adalah

kognitif (Bedrosian & Nelson, 2017).

Gambar 2.4 Sistem irama sirkadian oleh SCN

Sumber : (Bedrosian & Nelson, 2017)

Cahaya matahari dapat mempengaruhi homeostasis fisiologis dan fungsi

kognitif tubuh. Pengaruh yang diberikan oleh cahaya matahari pada tubuh adalah

lewat irama sirkadian tubuh. Jumlah dan kualitas dari cahaya matahari yang diterima

oleh tubuh akan mempengaruhi tubuh lewat jam biologis tubuh yang diatur oleh

supra chiasmatic nucleus (SCN). Paparan cahaya yang berlebihan akan menggaggu

sintesis serotonin yang mengarah pada defisit fungsi kognitif yang salah satunya

adalah penurunan atensi, meningkatkan proses degenerasi neuronal (Kent, et al.,

2013).

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

18

2. Bising

Bising, adalah suatu suara yang memiliki intensitas sebesar lebih dari 100

desibel (db), suara pada intensitas sebesar ini dapat merusak pendengaran, sehingga

biasanya manusia akan cenderung menghindar dari jenis suara tersebut. Bising yang

dijelaskan disini adalah bising dengan intensitas suara 90-95 dB dengan durasi

selama sekurang-kurangnya 30 menit, dimana biasanya sering ditemukan di

kehidupan sehari-hari seperti suara mesin mesin pemotong keramik, suara bass pada

konser musik dan hal hal lainnya. Para ahli mengemukakan bahwa bising dapat

mengganggu proses arousal/ pemusatan perhatian, orang yang sedang terpapar bising

biasanya cenderung terganggu mekanisme arousal nya dikarenakan tidak nyaman

dengan suara bising tersebut, sehingga ketika orang tersebut diberikan stimulus,

mekanisme reaksi yang diberikan menjadi lebih lambat, dikarenakan atensi nya

terbagi dan sebagian terpusat pada bising. Paparan bising yang melebihi 2 jam dapat

meningkatkan number of error atau ketidaksesuaian mempersepsikan suatu stimulus

(Smith, 1997).

2.3.2.2 Faktor perilaku individu

1. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang disebabkan oleh suatu

proses potensial aksi pada otot rangka yang menyebabkan otot rangka dapat bergerak.

Olahraga adalah serangkaian dari aktivitas fisik yang dilakukan secaa sengaja,

terencana dan repetitive dengan suatu tujuan menyehatkan tubuh. Perkembangan ilmu

kedokteran dalam bidang neuroscience. Memunculkan suatu teori bahwa olahraga

memiliki pengaruh terhadap perkembangan struktural dan fungsional otak. Peran dari

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

19

olahraga dalam hal neuropsikiatris adalah meningkatkan vaskularisasi (angiogenesis),

inervasi (neurogenesis) dan perubahan transimisi sinaps yang mana bersama-sama

akan mempengaruhi dari proses kognitif yang berpusat pada prefrontal cortex

(Donelly, et al., 2016).

Pada manusia dan primata, olahraga akan meningkatkan fungsi kognitif,

terutama atensi. Olahraga akan meningkatkan saturasi oksigen dan angiogenesis di

bagian-bagian otak yang krusial fungsi nya dalam kemampuan kognitif. Olahraga

fisik juga akan meningkatkan neurotransmitter otak seperti serotonin dan

norepinefrin yang mana sangat berperan dalam arousal dan kognitif. Olahraga juga

akan meningkatkan neurotrophin, yang merupakan protein yang teridentifikasi

sebagai mediator neuronal. Masing-masing neurotrophin akan meregulasi derivat-

derivat dengan fungsi yang spesifik seperti brain-derivat neurotrophic (BDNF) yang

berfungsi sebagai mediator synaptic plasticity pada pusat memori yang terletak pada

hipocampus, insulin-like growth factor (IGF-1) dan fibroblast growth factor (bFGF)

yang akan mendukung proses differensiasi neuronal dan perkembangan sinaps dan

dendrite pada otak manusia (Ploughman, 2008).

Olahraga yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan BDNF, namun

tidak berarti semakin lama dan semakin berat olahraga akan terus meningkatkan

BDNF. Olahraga ringan seperti berjalan ringan dan berlari kecil selama 30-60 menit

yang dilakukan secara rutin setiap hari sudah cukup untuk meningkatkan BDNF dan

membentuk suatu neuroprotektan yang akan melindungi neuron untuk bertahan dari

respons yang merusak dan proses differensiasi dan menghindarkan manusia dari

penurunan fungsi kognitif (Ploughman, 2008)

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

20

2. Kualitas tidur

Kualitas tidur ditentukan dari waktu yang digunakan untuk tidur dan perasaan

nyenyak yang didapat dikala tidur, setidak-tidaknya seseorang tidur di malam hari

selama kurang lebih 2- 8 jam. Untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik, setidak-

tidaknya durasi tidur selama 6 jam pada orag dewasa, sedangkan pada anak-anak

adalah 8 jam (Richard, et al., 2016). Kualitas tidur yang baik terbagi antara fase Non-

Rapid Eye Movement (N-REM) yang lebih panjang disbanding fase Rapid Eye

Movement (REM). Kualitas tidur yang buruk ditambah dengan kelelahan akan

memberikan konsekuensi secara langsung terhadap penurunan dari kesadaran/ arousal

pada Reticular activating system (RAS). Penurunan kesadaran, akan berlanjut menjadi

penurunan kesiagaan dan atensi seseorang. Salah satu bagian dari Event-related

brain potential (ERP) yang berhubungan dengan atensi dan tidur adalah P3b, yang

mana adalah penangkap stimulus dengan kecepatan 300 miliscecon. P3b sangat

berhubungan dengan kesadaran dan kualitas tidur, menurunnya P3b yang disebabkan

oleh penurunan kesadaran dan kelelahan akan menyebabkan penurunan atensi pula

(Salmi, et al., 2005).

Kualitas dari tidur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses

atensi seseorang, dimana ketika seseorang tidur, maka akan terjadi proses coupling

antara striatum ventral yang berfungsi memberikan sistem reward kepada tubuh

dengan Dorsolateral pre-frontal cortex (DLPFC) yang mengatur proses atensi.

DLPFC adalah bagian otak yang berkembang terakhir, yaiitu pada masa anak-anak

menjelang masa peralihan . Para ahli menyebutkan bahwa apabila anak-anak

memiliki kualitas tidur yang buruk secara terus-menerus, maka DLPFC mereka tidak

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

21

akan berkembang dengan baik atau immature. Fungsi utama dari DLPFC adalah

mengatur dan mengontrol jalannya fungsi kognitif yang mana salah satunya adalah

atensi, apabila DPLFC tidak berkembang, maka fungsi kognitif pun juga tidak akan

maksimal, karena organ pengatur nya tidak berkembang secara sempurna (Telzer, et

al., 2013).

3. Mood

Mood dapat dilihat dari suasana hati seseorang yang tertuang pada raut

wajahnya secara spontan, bila mood orang tersebut psitif, maka ia cenderung akan

merasakan perasaan senang, ceria, bahkan energik untuk menjalani hari.

Kebalikannya, mood negatif akan memperlihatkan waut wajah yang tidak semangat,

lesu bahkan terlihat pasrah dan tidak semangat untuk menjalani hari. Keterkaitan

mood dengan fungsi kognisi terutama atensi banyak sekali diteliti oleh para ahli,

pengaruh secara psikologis sampai pengaruh pada anatomis dan structural keduanya

memiliki pengaruh. Pemeriksaan dengan functional imaging menggunakan PET dan

MRI menjelaskan bahwa ketika seseorang sedang sedih bahkan depresi, terjadi

perubahan pada bagian pre-frontal cortex terutama dorsolateral prefrontal cortex

(DLPFC) dan sistem limbic berupa penurunan fungsi dari keduanya yang mana

perubahan tersebut juga mempengaruhi secara psikologis terhadap keadaan atensi

seseorang, dikarenakan daerah tersebut memang berfungsi sebagai modalitas proses

atensi. Penelitian lain menyebutkan bahwa ketika seseorang sedih biasa bahkan

sampai depresi, terjadi aktivasi yang sangat rendah pada DLPFC, juga terjadi

penurunan fungsi pada prefrontal cortex bagian medial yang berfungsi sebagai kontol

diri dan pusat inhibisi (Chepenick, Cornew, & Farah, 2007).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

22

Mood yang positif cenderung memfasilitasi seseorang untuk lebih baik pada

interaksi sosial, peningkatan fungsi kognitif, bahkan peningkatan kualitas hidup.

Hubungan antara mood dan kognitif tercatat sebagai proses mood-kongruen, yang

mana mood akan mempengaruhi fungsi kognitif untuk memecahkan masalah denegan

cara yang terbaik yang dihasilkan melalui mood yang positif. Mood yang positif

dapat memberikan pengaruh kepada proses atensi, yaitu dengan membantu dalam

proses seleksi stimulus yang dianggap penting dan stimulus yang dianggap tidak

penting. Pada proses orienting tepatnya, orang akan cenderung memfokuskan

perhatian pada stimulus yang dianggap penting, namun kadang-kadang proses ini bisa

ter-distract oleh hal lain. Pada saat ini, mood positif akan membantu menginhibisi

mind distractor tersebut dan membantu seseorang memfokuskan perhatian pada

stimulus spesifik (Tamir & Robinson, 2006).

4. Nutrisi

Nutrisi yang diterima oleh tubuh dipengaruhi oleh aktivitas makan yang

dilakukan sehari-hari oleh seseorang, serta kandungan yang terdapat dalam makanan

yang dikonsumsi. Aktivitas/ prilaku makan adalah bagaimana cara dan jadwal

seseorang untuk mengkonsumsi makanan secara rutin setiap harinya. Selain aktivitas

makan, perlu diperhatikan pula kandungan dari makanan yang dikonsumsi dan

dimasukkan kedalam tubuh.

Kandungan nutrisi berkaitan dengan asupan energi dan zat-zat tertentu yang

akan dipakai sebagai precursor berbagai macam proses tubuh, yang mana salah

satunya adalah proses kognisi atau proses berpikir. Kaitan dengan penurunan absorbsi

dari nutrient yang berguna untuk proses sintesis neurotransmitter aminergik yaitu

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

23

serotonin, nor-epinefrin dan dopamine akan lebih sedikit dibandingkan apabila

mengkonsumsi sarapan. Penurunan jumlah serotonin yang disintesis akan

menyebabkan muncul nya gejala-gejala dari gangguan fungsi kognisi berupa

penurunan atensi, konsentrasi, memori jangka pendek/ memori episodic , bahkan

mood yang buruk. (Mahoney, Taylor, & Robin, 2005).

Nutrisi yang seimbang sangatlah penting, terutama untuk anak yang sedang

berada pada usia sekolah, yang mana pada masa ini adalah periode dimana aktivitas

pertumbuhan dan perkembangan sangatlah pesat yang didalamnya termasuk

perkembangan fisik dan fungsi kognitif. Kualitas dan kandungan gizi makanan yang

mencukupi sangatlah erat kaitannya dengan perkembangan otak dan fungsi kognitif

anak. Perspektif dari neurophysiology berpandangan bahwa nutrisi yang adekuat

sangatlah esensial terhadap fungsi otak yang baik dan perkembangan yang optimal

(Jin & Seoung, 2017). Hal ini menyebabkan, perlunya sebuah paradigma yang

mengatur tentang konsumsi makanan yang baik, yang mana di Indonesia telah diatur

oleh Kementrian kesehatan Indonesia lewat paradigma pedoman gizi seimbang yang

diterbitkan tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data epidemiologi dan

eksperiment yang dilakukan oleh (Morris, et al., 2015) Konsumsi makanan yang

mengandung saturasi lemak yang tinggi atau yang populer dengan junkfood/ western

food terbukti berhubungan dengan peningkatan terjadinya kasus obesitas. Tidak

hanya itu, tipe makanan jenis ini juga berperan terhadap penurunan fungsi kognitif

dan meningkatkan dementia dini (Reichelt, Westbrook, & Morris, 2017).

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

24

2.4 Pemeriksaan Atensi

Pemeriksaan untuk menilai atensi sangat banyak, namun pada penelitian ini

peneliti menggunakan salah satu test yang beranama Six Letter Cancellation Test

untuk menilai atensi dari subjek penelitian

2.4.1 Six Letter Cancellation Test

Six letter cancellation test adalah sebuah test yang mana terdiri dari secarik

kertas yang didalamnya terdapat 22 baris huruf dan 14 kolom huruf alphabet yang

susunanannya teracak. Tes ini dipergunakan untuk menilai fungsi atensi dan

konsentrasi (Mishra, Mishra, & Kumar, 2016). Prinsip dari tes ini adalah seberapa

cepat seseorang dapat melakukan alerting, orienting untuk mencari huruf-huruf yang

penting dan melakukan executive function yaitu harus menandai dan mengidentifikasi

huruf-huruf terntentu yang telah ditetapkan. Kemampuan masing-masing orang pada

saat melakukan six letter cancellation test sangatlah dipengaruhi oleh kesadaran,

atensi motivasi dan kemampuan arousal mereka teradap suatu stimulus visual karena

mereka secara langsung dipaksa untuk memindai jawaban yang tersedia dan

menekan perhatian mereka pada yang bukan jawaban dari yang diminta pada tes

tersebut. Tes ini berfungsi untuk mengukur kapasitas seseorang terhadap kemampuan

mereka untuk memfokuskan atensi dan mempertahankan konsentrasi untuk proses

pemindaian visual dan proses pengabaian terhadap stimulus yang dianggap tidak

dibutuhkan dengan sangat cepat atau yang disebut juga dengan atensi selektif /

selective attention (Pradhan & Nagendra, 2008)

Tes ini dilakukan selama 90 detik. Hasil dari tes ini adalah skor yang didapat

dari seberapa banyak seseorang dapat mengidentifikasi huruf-huruf yang ditentukan.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

25

Tidak ada batasan minimal pada tes ini, namun beberapa peneliti menyebutkan bahwa

setidaknya dapat mengidentifikasi 25% dari keseluruhan huruf yang ditentukan secara

benar (Mishra, Mishra, & Kumar, 2016).

Gambar 2.5 Six Letter Cancellation Test

Sumber : (Mishra, Mishra, & Kumar, 2016)

2.5 Sarapan

Berdasarkan definisi, sarapan memiliki banyak definisi yang berbeda-beda.

Sebagai standar yang dipakai untuk tenaga kesehatan, sarapan memiliki definisi yaitu

makanan yang komposisinya memenuhi 20-30% energy yang dibutuhkan dalam

sehari yang dikonsumsi pertama kali setelah setidaknya 2 jam sejak bangun dari tidur,

dan dikonsumsi sebelum memulai aktivitas rutin yang pada umumnya dikonsumsi

sebelum pukul 10 pagi (Zilberter & Zilberter, 2014). Sarapan dikategorikan sebagai

waktu makan yang paling penting dalam sehari. Hal ini dikarenakan karena

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

26

penempatan waktu dalam sarapan yaitu dipagi hari beberapa saat setelah bangun tidur,

adalah waktu yang efektif untuk mengganti asupan nutrisi yang mana digunakan oleh

otak untuk tetap menjalankan fungsi nya disaat kita sedang tertidur. Nutrisi tersebut

harus segera diganti karena otak kita akan lebih aktif untuk menjalankan fungsi nya

pada waktu diurnal, terutama dalam fungsi kognisi atau kecerdasan, nutrisi harus

diberikan untuk memfasilitasi proses kerja otak. (Rezaeipour, et al., 2013).

2.5.1 Perilaku sarapan/ Breakfast Behaviour

Internasional Breakfast Research Initiatve yang menjelaskan bahwa untuk

mendukung bukti ilmiah tentang konsumsi sarapan sehari-hari yang sesuai dengan

petunjuk/guideline tentang nutrisi yang dikonsumsi pada saat sarapan. IBRI

memberikan penilaian dari beberapa negara seperti Canada, Denmark, Prancis,

Spanyol, UK dan US berdasarkan beberapa hal, yaitu :

1. Pola sarapan yang meliputi jenis nutrisi yang dikonsumsi lewat sarapan

2. Pola sarapan yang meliputi waktu dan frekunsi konsumsi sarapan, yang mana

adalah sejak pukul 06:00- 11:00 selama sepekan (Gaal, Kerr, & Ward, 2018).

2.5.2 Komposisi makanan yang baik untuk fungsi kognitif

Komposisi sarapan yang baik untuk fungsi kognitif adalah makanan yang

menggandung index glicemic yang tinggi atau dalam hal ini adalah makanan yang

mengandung karbohidrat baik complex ataupun simplex, ditambah dengan makanan

yang berbahan dasar protein atau protein based food (Mahoney, Taylor, & Robin,

2005). beberapa alasan yang menjelaskan hal tersebut adalah :

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

27

1. Makanan berbahan dasar protein pada dasarnya mengandung asam amino

essensial seperti L-tryptophan dan Tyrosine yang berfungsi sebagai prekursor

pada proses sintesis neurotransmitter seperti serotonin, dopamine dan nor-

epinefrin. Meningkatkan L-tryptophan yang berperan sebagai precursor

neurotransmitter akan menyebabkan meningkatnya sintesis dari neurotransmitter,

terutama serotonin

2. Makanan dengan index glicemic tinggi akan dipecah dan disimpan oleh tubuh

oleh hormone insulin. Kadar insulin di pagi hari relatif tinggi, sehingga cukup

untuk dengan mudah mengikat glukosa serta asam amino lain untuk disimpan di

hepar, otot dan jaringan adipose yang nantinya akan digunakan sebagai sumber

energi untuk tubuh maupun otak. L-Tryptophan memiliki affinitas yang relatif

lebih rendah dibandingkan asam amino yang lainnya, sehingga disaat asam amino

lain ikut bersama glukosa untuk disimpan, L-tryptophan akan tetap bebas berada

pada sirkulasi, menyebabkan kadar di sirkulasi relative tinggi. Hal tersebut

menguntungkan karena kompetisi dari L-tryptophan dengan asam amino lain

untuk menembus sawar darah otak menurun, sehingga jumlah L-Tryptophan yang

masuk kedalam sistem saraf pusat lebih banyak, menyebabkan bioavaibilitas nya

untuk sintesis serotonin lebih besar (Mahoney, Taylor, & Robin, 2005).

2.5.3 Kerugian Melewatkan sarapan

melewatkan sarapan akan menyebabkan penurunan dari fungsi kognisi dan

psikiatri. Hal ini disebabkan berkaitan dengan penurunan absorbs dari nutrient yang

berguna untuk proses sintesis neurotransmitter aminergik yaitu serotonin, nor-

epinefrin dan dopamine akan lebih sedikit dibandingkan apabila mengkonsumsi

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

28

sarapan. Penurunan jumlah serotonin yang disintesis akan menyebabkan muncul nya

gejala-gejala dari gangguan fungsi kognisi berupa penurunan atensi, konsentrasi,

memori jangka pendek/ memori episodic , bahkan mood yang buruk. (Mahoney,

Taylor, & Robin, 2005).

Melewatkan sarapan juga akan menyebabkan penurunan dari energy yang

dimiliki tubuh, karena pada saat kita tidur, tubuh tetap melakukan penggunaan energi

untuk menjalankan fungsi organ tubuh dan fungsi otak, dan dengan melewatkans

arapan berarti melewatkan kesempatan untuk mengganti nutrisi yang hilang disaat

kita istirahat. Rata-rata, melewatkan sarapan membuat tubuh kita kekurangan kalori

sebanyak 400kkal (Zilberter & Zilberter, 2014), akibatnya tubuh akan tubuh akan

terlihat lemah dan lelah. Selain itu, penelitian menyebutkan bahwa kebiiasaan

melewatkan sarapan dapat menurunkan kemampuan organ pencernaan untuk

mengabsorbsi nutrient yang diperlukan tubuh (Rezaeipour, et al., 2013). Melewatkan

sarapan juga akan meningkatkan dari indeks masa tubuh (IMT) karena tubuh yang

terlalu lama terpapar lapar akan mengirimkan signal berlebihan kepada pusat lapar di

nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pollidohypothalamus di

hipotalamus lateral, sehingga orang dapat makan berlebihan di jam makan berikutnya

(Mulan & Singh, 2010).

2.5.4 Urgensi sarapan untuk anak

Para peneliti sebelumnya berpendapat bahwa Urgensi dari konsumsi sarapan

dan manfaatnya untuk kemampuan kognitif paling banyak didapatkan hasilnya pada

usia anak- anak (0 – 13 tahun) dan lansia (>60 tahun) dikarenakan pada rentang usia

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

29

tersebut akan lebih rentan untuk mengalami masalah pada kognisi apabila terjadi

defisit nutrisi.

Konsumsi sarapan, sebagaimana dengan konsumsi makanan pada waktu

lainnya akan menyediakan bahan bakar untuk melakukan oksidasi glukosa. Pada anak

usia 3-13 tahun, menunjukkan bahwa organ Otak pada rentang usia tersebut

menghabiskan lebih dari 50% dari kebutuhan oksigen tubuh. Anak pada usia ini

memiliki perbandingan antara massa otak dan massa hepar 1,4 – 1,6 X lebih besar

daripada rasio otak hepar pada orang dewasa, serta jumlah rerata metabolic pada otak

per unit massa otak 50% lebih besar dari kebutuhan orang dewasa per unit massa otak.

Hal ini dikarenakan pada fase anak-anak, manusia akan memfokuskan pada proses

pertumbuhan tubuh dan perkembangan kognisi mereka. Meningkatnya kebutuhan

metabolik pada otak anak menyebakan aliran darah otak/ Cerebral Blood Flow dan

pemakaian oksigen (O2) pada anak lebih tinggi daripada orang dewasa. Simpanan

glikogen pada anak harus lebih banyak karena kebutuhan metabolic otak nya yang

sedemikian rupa. Akan tetapi, anak memiliki massa otot yang jauh lebih kecil apabila

dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga glikogen yang disimpan di otot tidak

akan sebanyak pada orang dewasa, padahal anak akan lebih lama mengalami dalam

fase puasa atau tidak mengkonsumsi apapun pada saat tidur di malam hari. Hal ini

menyebabkan anak harus segera memasukkan kembali energi untuk metabolisme

otak pada saat pagi hari setelah bangun tidur yang disebut sebagai sarapan (Hoyland,

Dye, & Lawton, 2009).

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

30

2.6 Makan siang

Kontras dengan sarapan konsumsi makan siang menjadi yang paling banyak

dilaporkan dapat mengganggu fungsi kognitif yang mana dalam hal ini adalah akurasi,

kecepatan berpikir, atensi dan konsentrasi yang mana mengarah kepada mengantuk,

bosan, ceroboh dan mengantuk. Studi menunjukkan bahwa kebanyakan orang akan

merasa mengantuk setelah mengkonsumsi makan siang apabila dibandingkan dengan

orang yang mengkonsumsi makan pagi kemudian menunda makan siang hingga ke

sore hari.

Pengaruh makan siang pada fungsi kognitif anak berdasarkan studi juga tidak

memberikan pengaruh yang signifikan. Pengukuran fungsi atensi dan konsentrasi

diberikan kepada anak yang baru saja mendapatkan makan siang 15 menit lalu

dengan anak yang tidak sarapan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan dari keduanya. Meski makan siang tidak memberikan pengaruh yang

bermakna pada keadaan kognitif anak. Namun, makan siang tetap memiliki peran

dalam meningkatkan status nutrisi anak untuk membantu pertumbuhan fisik anak

(Mahoney, Taylor, & Kanarek, 2005).

2.7 Makan Malam

Makan malam / evening meals adalah makanan yang kita makan setelah pukul

sore hingga sebelum waktu tidur. Sedikit sekali studi yang memberikan teori tentang

manfaat dari makan malam terhadap fungsi kognitif baik untuk anak-anak dan untuk

dewasa. Penelitian oleh (Mahoney et al, 2005) menggunakan 48 mahasiswa yang

sebelumnya mendapatkan makan malam pada 15 menit sebelum penelitian, kemudian

diberikan pengukuran terhadap atensi, konsentrasi dan kesadaran. Hasil yang

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

31

didapatkan dari pengukuran tersebut adalah tidak terdapat adanya perbedaan yang

signifikan antara peserta penelitian yang tidak mendapatkan makan malam dan

peserta penelitian yang mendapatkan makan malam (Mahoney, Taylor, & Robin,

2005).

2.8 Paradigma Pedoman gizi seimbang Kemenkes RI 2014

Gizi seimbang berdasarkan Kementrian kesehatan Republik Indonesia

(Kemenkes RI) adalah tercukupin nya kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh

tiap-tiap orang secara kuantitas dan kualitasnya (mencakup zat zat yang diperlukan

oleh tubuh). Prinsip gizi seimbang yang diterapkan di Indonesia adalah prinsip 4 pilar

gizi seimbang, yang mana sebelumnya menggantikan prinsip 4 sehat 5 sempurna

yang dahulu pernah dipakai sebagai acuan prinsip pedoman gizi seimbang.

Gambar 2.6 Tumpeng Gizi Seimbang

Sumber : ( Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2014)).

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

32

1. Perilaku konsumsi makanan yang beragam.

Perilaku konsumsi makanan yang beragam ini menjadi salah satu pilar penting

yang membentuk suatu gizi seimbang dikarenakan tidak ada satu jenis makanan yang

dapat memenuhi kebutuhan gizi dan asupan nutrisi haria seseorang. Keberagaman

dari makanan yang di konsumsi dianjurkan untuk membantu mencukupi kebutuhan

gizi orang tersebut. Keberagaman yang disebutkan disini meliputi :

a) Konsumsi buah dan sayur yang cukup

Buah dan sayur adalah zat makanan yang diambil khusus dari tumbuh-

tumbuhan tertentu, yang dipercaya memiliki kandungan vitamin dan mineral dam

serat yang cukup untuk mengoptimalkan kebutuhan zat tersebut pada anak. WHO

menyebutkan bahwa setidaknya setiap hari, setiap orang harus mengkonsumsi

setidaknya 3 buah berukuran sedang dan semangkuk sayur yang sudah dimasak untuk

mencukupi kebutuhan vitamin, mineral dan serat yang diperlukan sehari-hari.

b) Konsumsi lauk pauk protein tinggi

Konsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi Lauk pauk terdiri dari

pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein nabati. Kelompok pangan

lauk pauk sumber protein hewanimeliputi daging ruminansia (daging sapi, daging

kambing, daging rusa dll),daging unggas (daging ayam, daging bebek dan lain- lain),

ikan termasuk seafood, telurdan susu serta hasil olahnya. Kelompok Pangan lauk

pauk sumber proteinnabati meliputi kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti kedele,

tahu,tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang polong

dan lain-lain.

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

33

Dalam mewujudkan gizi seimbang kedua kelompok pangan ini (hewani dan

nabati) perludikonsumsi bersama kelompok pangan lainnya setiap hari, agar jumlah

dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi lebih baik dan sempurna. Kebutuhan pangan

hewani 2-4 porsi (setara dengan 70- 140 gr/2-4 potong daging sapi ukuran sedang

atau 80-160 gr/2-4 potong daging ayam ukuran sedang atau 80-160 gr/2-4 potong

ikan ukuran sedang

c) Konsumsi makanan pokok

Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang sering

dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan berbagai etnik di Indonesia

sejak lama.Contoh pangan karbohidrat adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas,

garut, sorgum, jewawut, sagu dan produk olahannya. Indonesia kaya akan beragam

pangan sumber karbohidrat tersebut.. Disamping mengandung karbohidrat, dalam

makanan pokok biasanya juga terkandung antara lain vitamin B1 (tiamin), B2

(riboflavin) dan beberapa mineral. Mineral dari makanan pokok ini biasanya

mempunyai mutu biologis atau penyerapan oleh tubuh yang rendah. Serealia utuh

seperti jagung, beras merah, ketan hitam, atau biji-bijian yang tidak disosoh dalam

penggilingannya mengandung serat yang tinggi.Serat ini penting untuk melancarkan

buang air besar dan pengendalian kolesterol darah.Selain itu serealia tersebut juga

memilki karbohidrat yang lambat diubah menjadi gula darah sehingga turut

mencegah gula darah tinggi. Beberapa jenis umbi-umbian juga mengandung zat non-

gizi yang bermanfaat untuk kesehatan seperti ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning yang

mengandung antosianin dan lain-lain.

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atensieprints.umm.ac.id/47284/3/BAB II.pdfNor-epinefrin (NE) melalui jaras aferen untuk mengaktifkan RAS menuju korteks Serebri. Pada Proses ini, bagian

34

d) Batasi gula dan garam

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman

Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan

Olahan dan Pangan Siap Saji menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 g (4

sendok makan), natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak total

lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per hari akan meningkatkan risiko

hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung. Informasi kandungan gula, garam

dan lemak serta pesan kesehatan yang tercantum pada label pangan dan makanan siap

saji harus diketahui dan mudah dibaca dengan jelas oleh konsumen.

Gambar 2.7 Contoh sajian sekali makan

Sumber : ( Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2014))