bab 2 tinjauan pustaka 2.1. definisi umum pengertian peranan

16
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan Kamus Besar Bahasa Indonesia, peranan mempunyai arti tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1173). Menunjukkan cakupan peran sebagai suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukannya dalam suatu perusahaan. Sebagaimana dalam menjalankan sebuah perusahaan, perusahaan tentu tidak bisa lepas dari peranan seluruh elemen perusahaan termasuk Public Relation (Ambarwati, 2009:15) Dari beberapa pengertian peranandi atas, dalam penelitian ini peranan didefinisikan sebagai aktifitas yang diharapkan dari suatu kegiatan, yang menentukan suatu proses keberlangsungan. Pengertian Search And Rescue Search And Rescue (SAR) adalah usaha dan kegiatan manusia mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan, dan bencana. (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Badan SAR Nasional adalah lembaga pemerintah yang bergerak di bidang pencarian dan pertolongan (Search And Rescue) yang awalnya berada dibawah naungan Departemen Perhubungan, dalam melaksanakan tugas pokoknya memerlukan dukungan dan partisipasi dari semua pihak dalam memanfaatkan berbagai fasilitas sarana, prasarana, personil, dan meterial yang dimiliki oleh berbagai instansi Pemerintah, Swasta, Organisasi, dan Masyarakat. Mulai bulan November 2006, Badan SAR Nasional

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Umum

Pengertian Peranan

Kamus Besar Bahasa Indonesia, peranan mempunyai arti tindakan yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau

bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1173).

Menunjukkan cakupan peran sebagai suatu konsep perihal apa yang

dapat dilakukannya dalam suatu perusahaan. Sebagaimana dalam

menjalankan sebuah perusahaan, perusahaan tentu tidak bisa lepas dari

peranan seluruh elemen perusahaan termasuk Public Relation (Ambarwati,

2009:15)

Dari beberapa pengertian “peranan” di atas, dalam penelitian ini

peranan didefinisikan sebagai aktifitas yang diharapkan dari suatu

kegiatan, yang menentukan suatu proses keberlangsungan.

Pengertian Search And Rescue

Search And Rescue (SAR) adalah usaha dan kegiatan manusia

mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau

dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah

seperti pelayaran, penerbangan, dan bencana.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Badan SAR Nasional adalah lembaga pemerintah yang bergerak di bidang

pencarian dan pertolongan (Search And Rescue) yang awalnya berada

dibawah naungan Departemen Perhubungan, dalam melaksanakan tugas

pokoknya memerlukan dukungan dan partisipasi dari semua pihak dalam

memanfaatkan berbagai fasilitas sarana, prasarana, personil, dan meterial

yang dimiliki oleh berbagai instansi Pemerintah, Swasta, Organisasi, dan

Masyarakat. Mulai bulan November 2006, Badan SAR Nasional

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

8

(Basarnas) tidak lagi berada di bawah Departemen Perhubungan (Dephub).

Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 36/2006, badan ini langsung di

bawah presiden. Menurut Hatta Rajasa (24/11/2006) selaku menteri

perhubungan, Basarnas berbeda dengan Komisi Nasional Kecelakaan

Transportasi (KNKT) dan Dewan Keselamatan. KNKT bertugas mengecek

dan menyelidiki penyebab suatu kecelakaan transportasi agar kecelakaan

serupa tidak terulang. Dewan Keselamatan memberi masukan sebagai

penguatan aspek keselamatan sebelum kecelakaan terjadi. Sedangkan

Basarnas bertugas mencari korban, baik dalam kecelakaan transportasi

maupun bencana alam. Seperti halnya Badan Meteorologi dan Geofisika

(BMG) yang merupakan lembaga pemerintah nondepartemen, Basarnas

akan memiliki anggaran sendiri.

Pengertian Bencana

Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara

normatif maupun pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95

adalah sebagai berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang

mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,

kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum

serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan

masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah

peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan

ekologi,

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

9

kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan

kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari

pihak luar. Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002)

adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,

hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau

pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar

masyarakat atau wilayah yang terkena.

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip

Wijayanto (2012), Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap

masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik

oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak

yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya

dengan sumber daya yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker (1992) dalam

dikutip Wijayanto (2012), bencana adalah sebuah kejadian yang tidak

biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di

dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon

dari masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk

memberikan antusiasme yang bersifat luas.

Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP

mengemukakan bahwa : Bencana adalah Satu kejadian atau serangkaian

kejadian yang memberi meningkatkan jumlah korban dan atau kerusakan,

kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau

sarana kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma.

Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35) Mengemukakan bahwa:

Bencana adalah Terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal,

bersipat merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya

kebutuhan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa

pengertian bencana diatas, bahwa pada dasarnya pengertian bencana

secara umum yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan

kerusakan berupa sarana prasana maupun struktur sosial yang sifatnya

mengganggu kelangsungan hidup masyarakat.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

10

2.2 Aturan yang mengatur tentang Search And Rescue

1. Peraturan Perundang-undangan Nasional Penyelenggaraan SAR Nasional

dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangan nasional sebagai berikut:

1) UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.

2) UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran,

3) Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan

Pertolongan.

4) Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan

Keselamatan Penerbangan.

5) Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 79 Tahun 2001

tentang Kantor SAR.

6) Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 43 Tahun 2005,

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan.

7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 40 Tahun 2006

tentang Pos Search and Rescue

2. Peraturan Perundang-undangan Internasional Penyelenggaraan SAR

Nasional dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangan internasional

sebagai berikut:

1) International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS),

1974

2) "International Aviation & Maritime Search and Rescue

(IAMSAR)", ICAO/IMO, 1998.

3) "Seacrh and Rescue", International Civil Aviation Organization,

Annex 12, tahun 2000

4) UNCLOS-82 yang diratifikasi dengan UU No. 17Th 1985,

Indonesia diterima dan diakui sebagai negara kepulauan yang 18

memiliki laut pedalaman, namun Indonesia harus menyediakan

jalur laut intemasional. Selain itu, saat ini Basarnas sedang

mengupayakan untuk meratifikasi International Convention on

Maritime SAR 1979 guna meningkatkan standar dan pelaksanaan

SAR terhadap musibah yang terjadi di wilayah perairan Indonesia.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

11

2.3 Prosedur Darurat dan Contigency Plan

1) Prosedur Darurat

Keadaan darurat merupakan keadaan diluar keadaan normal yang terjadi

diatas kapal yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi keselamatan

manusia, harta benda (barang) kapal dan lingkungan sekitar kapal.

Penyebab timbulnya keadaan darurat diatas kapal :

1) Kesalahan Manusia

2) Kesalahan Prosedur

3) Kesalahan Peralatan

4) Pelanggaran terhadap aturan

5) Kehendak Tuhan Yang Maha Esa (Situasi buruk karena alam)

Prosedur darurat merupakan tata cara kerja/urutan-urutan tindakan yang

harus dilakukan ketika kapal dalam kondisi darurat yang berpotensi dapat

membahayakan keselamatan jiwa manusia, harta benda, maupun

lingkungan agar resiko dari bahaya tersebut dapat diminimalis sekecil

mungkin dan jika memungkinkan dihilangkan sama sekali.

Jenis-jenis Prosedur Keadaan Darurat :

1. Prosedur Intern (Lokal) : Tata cara kerja untuk mengatasi keadaan

darurat yang terjadi pada tiap-tiap departement dikapal, dengan asumsi

keadaan darurat yang berlangsung dapat diatasi oleh departement itu

sendiri tanpa melibatkan bantuan dari pihak luar.

2. Prosedur Umum (Utama) : Tata cara kerja untuk mengatasi keadaan

darurat yang dibuat oleh perusahaan, dengan asumsi bahwa keadaan

darurat tersebut cukup besar, yang dapat membahayakan keselamatan

kapalnya, kapal lain atau pelabuhan setempat, dan untuk

penanggulangannya diperlukan tenaga yang banyak atau melibatkan

kapal-kapal lain dan pihak-pihak yang berwenang dipelabuhan setempat

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

12

Jenis-jenis keadaan darurat :

1) Tubrukan : Suatu keadaan dimana terjadinya kontrak/benturan antara

kapal dengan kapal lain atau kapal dengan dermaga, maupun kapal

dengan benda tertentu yang dapat menyebabkan korban jiwa, kerusakan

kapal serta pencemaran lingkungan.

2) Kebakaran/Ledakan : Suatu keadaan darurat yang disebabkan oleh

timbulnya api dari media penyebabnya yang berakibat fatal dan

menimbulkan ledakan karena memiliki tekanan didalamnya yang terjadi

diberbagai tempat dikapal yang dapat membahayakan jiwa manusia,

harta benda dan lingkungan.

Beberapa tempat diatas kapal yang berindikasi mudah terjadi kebakaran :

1) Engine Room

2) Paint/Store Room

3) Palka/Tangki/Ruang Muat

4) Accomodation Room

5) Bow/Stern Thruster Room

6) Deck

7) Bridge (in case fire become electrity)

3) Kandas : Suatu keadaan darurat yang disebabkan oleh terkontaminasinya

lunas kapal terhadap dasar perairan baik disengaja maupun tidak yang

dapat membahayakan jiwa manusia, dan kerusakan kapal dan lingkungan

sekitar. Tanda-tanda kapal apabila mengalami kandas :

1) Beratnya perputaran baling-baling

2) Asap cerobong menghitam

3) Badan kapal bergetar

4) Kecepatan kapal berubah dengan tiba-tiba

5) Berhenti dengan seketika ditandai dengan munculnya kekeruhan air

dikarenakan lumpur naik kepermukaan air.

Kandas dapat menimbulkan kebocoran kapal, pencemaran, kebakaran

(jika bahan bakar/minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

13

sehingga menimbulkan nyala api) atau bahaya tenggelam jika air yang

masuk kekapal tidak dapat diatasi.

4. Kebocoran/Tenggelam : Suatu keadaan darurat dimana disebabkan

masuknya air laut kedalam kapal dikarenakan terjadi kerusakan pada

bagian lain pada kapal yang dapat membahayakan jiwa manusia, harta

benda dan lingkungan.

Kebocoran tersebut biasanya disebabkan oleh :

1) Kandas

2) Tubrukan

3) Kerusakan/ledakan yang menyebabkan kerusakan bangunan kapal

4) Serta akibat korosi (pengkaratan)

5. Orang Jatuh ke Laut (MOB) Man Over Board : Sebuah situasi dimana

dalam anggota awak kapal jatuh di laut dari kapal, tidak peduli dimana

kapal berlayar, pada lautan yang terbuka atau masih perairan di

pelabuhan. Pelaut harus sangat berhati-hati saat menjalankan tugasnya

berada diatas kapal karena tidak pernah bisa diterima begitu saja bahwa

seseorang dapat jatuh dari kapal karena cuaca buruk, kecelakaan, dan

karena kelalaian.

Man over board adalah situasi darurat yang sangat penting untuk

menemukan dan memulihkan orang sesegera mungkin sebagai akibat

cuaca buruk atau ombak besar, anggota kru bisa tenggelam atau karena

suhu air dingin orang bisa mendapatkan hypotermia.

6. Hypotermia : Suatu situasi dimana disana adalah hilangnya panas suhu

akibat kontak berkepanjangan tubuh dengan air dingin dan metabolisme

normal tubuh dan fungsi terpengaruh. Seseorang akan sadar setelah 15

menit dalam air dengan suhu 5 derajat celcius. Alarm Man Over Board

ada sinyal alarm khusus digunakan onboard kapal dan sama untuk

semua kapal berlayar seluruh perairan baik nasional maupun

intermasional, adapun tindakan yang harus diambil apabila/selama

terjadi MOB adalah situasi pengamatan awal dan awal kru yang jatuh

memainkan peran penting dalam meningkatkan presentase dalam upaya

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

14

menyelamatkan hidupnya ketika berada dalam air. Tindakan penting

yang harus diambil ketika orang berlebihan yang terlihat adalah :

1) Hal pertama dan terpenting adalah jangan pernah kehilangan

pandangan orang jatuh dan memberitahukan kru dengan berteriak

“Man Over Board” bersama dengan sisi kapal pelabuhan yaitu sisi

kanan sampai seseorang memberitahu anjungan dan membunyikan

alarm.

2) Begitu petugas anjungan tahu situasi, meningkatkan „Man Over

Board Alarm‟ dan bendera sinyal hoist „O‟ untuk menginformasikan

kepada semua staf kapal dan kapal lain tentang sekitarnya.

3) Melempar pelampung dengan smoke float, cahaya (dan SART jika

tersedia) dekat orang jatuh.

4) Hal ini harus diingat untuk tidak membuang lebih dari satu

pelampung karena akan mengganggu awak kapal yang jatuh yang

sudah dalam keadaan dan situasi panik.

5) Amati terus dengan teropong untuk mengawasi terus menerus pada

MOB.

6) Mesin kapal harus melambat dan kapal harus berbalik arah kru jatuh

untuk manuver pemulihan. Engine untuk dibuat stand by sepanjang

waktu.

7) Selalu waspada dan hati-hati untuk manuver kapal agar tidak

menabrak awak kapal. Siap menjaga perahu penyelamatan dan

mengumpulkan tim penyelamat.

7. Pencemaran : Suatu keadaan darurat yang disebabkan karena

masuknya material pencemar seperti partikel kimia, limbah industri,

limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang bisa merusak

lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang

bermacam-macam dalam perairan. Ada yang berdampak langsung,

maupun tidak langsung pembuangan limbah baik disengaja atau tidak

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

15

maupun tumpahan minyak yang melebihi 15 PPM yang dapat

membahayakan manusia dan lingkungan (ekosistem).

8. Failured Engine/Steering : Suatu keadaan darurat dimana terjadi

kerusakan secara tiba-tiba pada saat kapal berolah gerak atau berlayar

sehingga membahayakan jiwa manusia, kapal dan lingkungan.

9. Perampokan/Keamanan Kapal Terancam (Piracy/Hijact) : Suatu

keadaan darurat dimana ada bahaya yang mengancam keamanan kapal

baik bahaya yang dilakukan kelompok atau personal yang mengancam

jiwa manusia dan harta benda.

2.4 Contigency Plan Keadaan Darurat Dikapal

Contigency Plan merupakan suatu sistem atau program kerja dalam rangka

antisipasi dan penanggulangan keadaan darurat dikapal yang didasarkan pola

terpadu yang mampu mengintegrasikan aktivitas/upaya tindakan secara tepat,

cepat, aman dan terkendali atas dukungan dari kemampuan crew kapal

maupun instansi terkait dengan fasilitas yang tersedia.

Tujuan dari Contigency Plan :

1. Mengurangi/menghilangkan kemungkinan terjadinya keruskan yang lebih

luas/besar akibat keadaan darurat.

2. Memperkecil kerusakan materi dan lingkungan disekitar kapal.

3. Mengantisipasi terjadinya korban jiwa akibat keadaan darurat.

4. Supaya dapat menguasai keadaan ketika situasi darurat dan mengatasinya

dengan cepat, tepat, aman dan terkendali.

Isi pokok Contigency Plan :

1. Organisasi keadaan darurat : Organisasi yang dibentuk diatas kapal untuk

menanggulangi keadaan darurat, terdiri dari pusat komando, kelompok

keadaan darurat, kelompok pendukung, dan kelompok ahli.

2. Isyarat-isyarat bahaya : Isyarat-isyarat yang dapat dipakai untuk

memberitahukan bahwa kapal dalam keadaan darurat dan membutuhkan

bantuan segera (Rule 38 Colreg) baik internal maupun eksternal.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

16

3. Lintas penyelamatan diri (Escape Route) : Jalur yang ditetapkan diatas

kapal yang dipakai untuk menuju Muster Station ketika kapal dalam

keadaan darurat. (Muster Station : Tempat berkumpulnya crew kapal pada

saat dalam keadaan darurat)

4. Nomor Telepon (Emergency Contact List) : Merupakan nomor

telepon/kode panggilan khusus yang dapat dihubungi pada saat kapal

dalam keadaan darurat seperti :

1. DPA (Designated Person Ashore) berarti personil yang ditunjuk di

darat yaitu seseorang atau lebih personil didarat sesuai dengan

kebutuhan yang telah ditunjuk yang memiliki akses langsung dengan

pucuk pimpinan managemen yang menjadi penghubung utama antara

pihak kapal (Nahkoda) dengan pucuk pimpinan didarat, dan juga

mempunyai tanggung jawab untuk memonitor aspek keselamatan dan

perlindungan lingkungan dalam pengoperasian setiap kapal.

Adapun tugas dari DPA ini adalah sebagai berikut :

1) Implementasi ISM code

2) Mengkoordinir Familirisasi dan Penelitian ISM code

3) Kendali dokumen

4) Evaluasi kecelakaan, NC dan Near Misses (Keadaan yang dianggap

hampir terjadinya sebuah kecelakaan)

5) Mengkoordinir Internal Audit

6) Memimpin Team Tanggap Darurat (Emergency Respond)

7) Memonitor pelaksaan External Audit

2. Port Authority merupakan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan

sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian,

dan pengawasan kegiatan kepelabuhan yang diusahakan secara

komersial. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 1964,

institusi di pelabuhan berubah menjadi penguasa pelabuhan (Port

Authority) dimana Komandan Port Authority dijabat oleh syahbandar

ahli dan Syahbandar Muda menjadi Inspeksi Keselamatan Pelayaran.

Disamping itu, Pelabuhan menjadi Staf Service di Port Authority

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

17

sedangkan Inspeksi Pelayaran Ekonomi menjadi staf Operasi pada

Port Authority dengan sebutan Inspeksi Pelayaran Niaga/Traffic.

Komandan Port Authority juga merangkap sebagai Kepala Daerah

Pelayaran.

3. Radio Stations

4. CSO (Company Security Officer) merupakan atau Petugas Keamanan

Perusahaan adalah personil yang ditugaskan oleh perusahaan untuk

memastikan bahwa penilaian keamanan kapal diperkuat, disampaikan

untuk persetujuan, dan kemudian menerapkannya dan memeliharanya,

dan untuk berhubungan dengan petugas fasilitas pelabuhan dan

petugas keamanan kapal.

5. Port Facility Security Officer (PFSO) ata Petugas Keamanan Fasilitas

Pelabuhan adalah personil yang ditugaskan sebagai penanggung

jawab untuk pengembangan, penerapan, perubahan dan pemeliharaan

dari rancangan keamanan fasilitas pelabuhan dan untuk berhubungan

dengan petugas keamanan kapal dan petugas keamanan perusahaan.

6. Rescue Coordinator (Search and Rescue Unit), meliputi kapal-kapal

guna mengevakuasi korban.

7. Hospital/Clinic

2.5 Sumber Daya Yang Dapat Dimanfaatkan Dalam Mengatasi Keadaan

Darurat

Sumber daya merupakan hal yang sangat penting dalam mempersiapkan

dan mengatasi situasi darurat dikapal, adapun sumber daya tersebut

meliputi :

1. Management Team : Adapun yang menjadi team dalam hal ini adalah

master, Chief officer dan Chief Engineer, serta second engineer,

mereka akan bertindak sebagai pimpinan dalam kegiatan darurat pada

bagian masing-masing.

2. Operational Team : Junior Officer dan Enginer merupakan orang-

orang yang berada pada operational, dikarenakan mereka akan

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

18

memberikan instruksi maupun petunjuk sekaligus membantu

mengoperasikan peralatan keselamatan selama dalam keadaan darurat.

3. Support Team : Bosun dan Anak Buah Kapal maupun penumpang

yang mempunyai keahlian tertentu seperti Fire Fighter, dokter,

perawat kesehatan

4. Alat-alat penolong dan alat-alat komunikasi

External Recources :

1) Port Authorities

2) Navy/Air Forces/Marine Coastguards

3) Medical Asisstance, dokter, paramedik dan ambulance

4) Perusahaan pelayaran, management team, DPA

5) Team SAR

6) Alat-alat komunikasi keadaan darurat

7) Family dari ABK (Anak Buah Kapal) dan penumpang

2.6 Konversi SAR 1979 dan IAMSAR Manual

IAMSAR singkatan dari International Aveoronautical and Maritime

Search And Rescue. Mengingat perkembangan tehnologi maritim dan

makin kompleknya permasalahan yang timbul dalam operasi pencarian

dan pertolongan (SAR) di laut, IMO menugaskan sub-komite COMSAR

(Radio Communication and Search and Rescue) untuk membuat konsep

konvensi tentang SAR ini. Pada tahun 1978 sub-komite COMSAR

menyerahkan konsep text konvensi SAR kepada Komite Keselamatan

Maritim (Maritime Safety Committee – MSC), yang kemudian dilakukan

konferensi diplomatik pada bulan april 1979 di Hamburg, Jerman. Pada

tanggal 27 April 1979 kenferensi berhasil mengadopsi konvensi sar

tersebut, dan 6 tahun kemudian, yaitu tanggal 22 Juni 1985 Konvensi

SAR 1979 mulai diberlakukan.

Konvensi SAR 1979, bertujuan untuk mengembangkan rencana SAR

(SAR Plan) secara internasional, sehingga tidak peduli di mana

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

19

kecelakaan terjadi, penyelamatan orang dalam bahaya di laut akan

dikoordinasikan oleh sebuah organisasi SAR dan, ketika diperlukan,

dengan kerjasama antara organisasi SAR negara tetangga.

Meskipun kewajiban kapal untuk memberikan bantuan terhadap kapal

yang dalam keadaan marabahaya secara tradisi dan dalam perjanjian

internasional (seperti Konvensi Internasional untuk Keselamatan Jiwa di

Laut (SOLAS), 1974) telah ada, sebelum diadopsinya Konvensi SAR,

tidak ada instrumen hukum internasional yang mengatur tentang operasi

pencarian dan penyelamatan di laut. Di beberapa wilayah mungkin

terdapat organisasi yang mapan dapat memberikan bantuan segera dan

efisien, di wilayah lain tidak ada sama sekali.

Persyaratan teknis dari Konvensi SAR yang terkandung dalam Lampiran,

yang dibagi menjadi lima bab, bahwa Negara Pihak pada Konvensi ini

diamanatkan untuk memastikan bahwa pengaturan yang dibuat harus

mencakup penyediaan layanan SAR yang memadai di wilayah perairan

pesisir mereka.

Semua Negara Pihak didorong untuk masuk ke dalam perjanjian SAR

dengan negara-negara tetangga yang melibatkan pembentukan wilayah

SAR (SAR area), penyatuan fasilitas, pembentukan prosedur umum,

pelatihan bersama dan saling berkunjung (training and liaison visits).

Konvensi menyatakan bahwa Negara Pihak harus mengambil langkah-

langkah untuk mempercepat/mempermudah unit penyelamatan dari

Negara Pihak lainnya masuk ke perairan teritorialnya.

Selanjutnya Konvensi juga mengamanatkan untuk terus memnyusun

langkah-langkah persiapan yang harus dilakukan, termasuk pembentukan

pusat koordinasi penyelamatan (RCC) dan subcentres, sehingga mampu

menjelaskan prosedur operasi yang harus diikuti dalam hal keadaan

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

20

darurat atau kesiap-siagaan dan selama operasi SAR. Termasuk

penunjukan seorang komandan di tempat kejadian musibah dan tugas-

tugasnya.

Negara Pihak pada Konvensi ini diwajibkan untuk membangun sistem

pelaporan kapal (Ship Reporting System - SRS), di mana kapal dapat

melaporkan posisi mereka ke sebuah stasiun radio pantai. Hal ini

memungkinkan tenggang waktu (interval) antara kehilangan kontak

dengan kapal dan inisiasi operasi pencarian dapat di minimalisir. Hal ini

juga membantu untuk memungkinkan kapal lain di sekitar kejadian dapat

secara cepat dipanggil untuk memberikan bantuan, termasuk bantuan

medis bila diperlukan.

Setelah Konvensi SAR di adopsi pada tahun 1979, melalui sidang MSC,

disepakati bahwa lautan di dunia dibagi menjadi 13 daerah pencarian dan

penyelamatan, di masing-masing negara yang bersangkutan memiliki

wilayah pencarian dan penyelamatan yang menjadi tanggung jawabnya

masing-masing.

2.7 IAMSAR MANUAL

Bersamaan dengan revisi Konvensi SAR, IMO dan International Civil

Aviation bersama-sama mengembangkan Aeronautical dan Search dan

Rescue Maritim Internasional (IAMSAR)Manual, diterbitkan dalam tiga

volume meliputi Organisasi dan Manajemen, Misi Koordinasi, dan

Fasilitas Bergerak. Pedoman IAMSAR merevisi dan menggantikan IMO

MERSAR Manual, pertama kali diterbitkan pada tahun 1971, dan

IMOSAR Manual, pertama kali diterbitkan pada tahun 1978. Sesuai

dengan Peraturan Presiden RI nomor 30 tahun 2012, pemerintah

Indonesia telah melakukan aksesi (meratifikasi) Konvensi SAR Maritim

tahun 1979. Dengan meratifikasi konvensi ini, maka pemerintah

Indonesia bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Pendekatan

umum untuk pengembangan operasi SAR maritim dan penerbangan

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

21

didasarkan pada tiga konvensi, yaitu: Konvensi SOLAS (V/33),

Konvensi SAR 1979, dan Lampiran-12 Konvensi Chicago tentang

Penerbangan Sipil Internasional.

Kerjasama SAR ASEAN dilakukan berdasarkan ASEAN Agreement

1975 yang ditandatangani di Kuala Lumpur pada 15 Mei 1975. Perjanjian

ini memfasilitasi operasi pencarian kapal yang mengalami musibah dan

penyelamatan para korban kecelakaan kapal, dan diratifikasi oleh Brunei

Darussalam, Kamboja, Indonesia, Myanmar, Thailand dan

Vietnam. Deklarasi tersebut adalah demi kepentingan para Pihak dalam

melakukan langkah-langkah pemberian bantuan kepada kapal yang

mengalami musibah di wilayah mereka dan juga tindakan yang tepat dan

memungkinkan untuk dapat dilakukan oleh para pemilik kapal atau pihak

berwenang di mana kapal tersebut terdaftar untuk mempersiapkan

langkah-langkah bantuan yang harus dilakukan dalam keadaan seperti

itu.

Semua negara Pihak wajib membuat perjanjian untuk memastikan

mereka dapat masuk ke suatu wilayah tanpa penundaan, sementara para

ahli yang diperlukan untuk pencarian dan penyelamatan dapat

terhubnung dengan kapal yang mengalami musibah. Negara-negara

ASEAN juga telah membentuk Search and Rescue Regions (SRRs)

dan Maritime Rescue Coordination Centres (MRCCs) yang menyarankan

adanya kerjasama diantara negara-negara ASEAN di tingkat operasional

SAR yang baik secara umum. Beberapa negara ASEAN bahkan telah

memiliki protokol bilateral yang menetapkan mengenai prosedur

masuknya unit penyelamatan ke wilayah otoritas masing-masing.

Langkah-langkah peningkatan kerjasama yang dilakukan adalah dalam

hal kerjasama penggunaan fasilitas SRR setiap kali terlibat misi SAR.

Meningkatkan arus dan pertukaran informasi yang ada selama operasi

SAR. Meningkatkan kerjasama pengelolaan anggota keluarga dari orang

yang diselamatkan atau hilang di laut, dan sering melakukan latihan

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Umum Pengertian Peranan

22

regional SAR untuk menjamin efisiensi dan efektivitas komunikasi ang

dan pengaturan operasi SAR.

Menetapkan pengaturan kerjasama praktis SAR di wilayah laut

teritorial di mana terdapat batas maritime, di wilayah dimana terjadi

tumpang tindih SRRs. Pengaturan praktis tersebut tidak harus

mengurangi batas klaim maritim dan delimitasi batas maritim.

Peningkatan kerjasama akan lebih mudah dilakukan apabila ada kerangka

hukum yang umum. Sebagian besar negara-negara ASEAN merupakan

para pihak pada UNCLOS dan SOLAS, tapi hanya 3 negara ASEAN

yang menjadi pihak Konvensi SAR yaitu Indonesia, Singapura dan

Vietnam. Sebaiknya semua negara ASEAN yang tidak menjadi pihak

pada Konvensi SAR 1979 harus benar-benar didorong untuk menjadi

negara pihak dari konvensi ini.

ASEAN harus mempertimbangkan penyusunan Perjanjian baru SAR

ASEAN. Sementara itu, ASEAN juga harus mengambil langkah-langkah

untuk meningkatkan, termasuk dalam hal:

1) Penggunaan berbagai fasilitas dalam misi penyelamatan;

2) Prosedur standar operasi untuk masuk ke perairan teritorial dan

melakukan pertukaran informasi;

3) Pengaturan di daerah perbatasan;

4) Meningkatkan program pelatihan SAR; dan meningkatkan latihan

SAR