bab 2 tinjauan pustaka 2. 1 konsep stroke 2.1.1 definisi

23
10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi Stroke adalah perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagian orak. Dua jenis stroke yang utama adalah Iskemik dan Hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan aliran darah baik itu sumbaran akibat thrombosis (penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan du pembuluh darah) atau embolik (pecahan gumpalan darah / udara / benda asing yang berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah di otak) (Black & Hawks, 2014). Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau global, yang muncul secara mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak non trauma.

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Stroke

2.1.1 Definisi

Stroke adalah perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai

darah ke bagian orak. Dua jenis stroke yang utama adalah Iskemik dan

Hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat

gumpalan aliran darah baik itu sumbaran akibat thrombosis (penggumpalan darah

yang menyebabkan sumbatan du pembuluh darah) atau embolik (pecahan

gumpalan darah / udara / benda asing yang berada dalam pembuluh darah

sehingga dapat menyumbat pembuluh darah di otak) (Black & Hawks, 2014).

Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau

global, yang muncul secara mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi

syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak non trauma.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

11

Gangguan syaraf tersebut dapat menimbulkan gejala seperti : kelumpuhan wajah atau

anggota badan, bicara tidak jelas atau pelo, bicara tidak lancar, perubahan kesadaran,

gangguan penglihatan dan lainnya (Riskesdas, 2013).

2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko Stroke

Menurut Black & Hawks (2014)

1) Thrombus

Penggumpalan mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis edoteliat dari

pembuluh darah. Aterosklerosis menyebabkan zat lemak bertumbuk dan membentuk

plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini akan terus membesar dan menyebabkan

penyempitan (stenosis) pada arteri. Stenosis ini yang menghambat aliran darah yang

biasanya lancar pada arteri.

2) Embolisme

Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus menyebabkan stroke

embolik. Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas dan mengalir

melalui sirkulasi serebral sampai embolus tersebut melekat pada pembuluh darah dan

menyumbat arteri.

3) Perdarahan

Perdarahan intraserebral paling banyak disebabkan oleh adanya rupture

arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah yang bisa menyebabkan perdarahan

ke jaringan otak. Stroke yang di sebabkan dari perdarahan sering kali menyebabkan

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

12

spasme pembuluh darah serebral dan iskemik pada serebral karena darah yang berada

diluar pembuluh darah membuat iritasi pada jaringan.

4) Penyebab Lain

Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, menurunkan aliran darah ke otak

yang disuplai oleh pembuluh darah yang menyempit. Spasme yang berdurasi pendek,

tidak selamanya menyebabkan kerusaka otak yang permanen.

2.1.2 Jenis stroke

Menurut Mulyasih & Ahmad (2010) stroke terdapat dua jenis, yaitu :

1) Stroke iskemik

Stroke iskemik disebabkan karena adanya sumbatan pada pembuluh darah di otak.

Sumbatan ini dapat terjadi akibat dua hal. Pertama terjadi akibat atherosclerosis yaitu

penebalan pada dinding pembuluh darah dan bekuan darah yang bercampur lemak

menempel pada dinding pembuluh darah atau yang biasa dikenal dengan thrombus.

Dan kedua akibat tersumbatnya pembuluh darah di otak akibat emboli (bekuan darah

dijantung) hal ini biasa terjadi pada pasien yang dipasang katup jantung buatan,

setelah serangan miokard infark akut atau pasien dengan gangguan irama jantung

berupa fibrilasi atrial, yaitu irama yang tidak teratur yang berasal dari ventrikel

jantung.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

13

2) Stroke hemoragik

Sekitar 70% stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah ke otak

karena tekanan yang tinggi atau hipertensi. Sisanya biasanya terjadi akibat rupture

atau pecahnya anurisme yaitu pembuluh darah yang bertekstur tipis dan mengembang

atau bisa juga karena rupture pada Atero Veno Malformation (AVM), yaitu bentuk

yang tidak sempurna dari pembuluh darah arteri dan vena.

2.1.3 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pasien stroke beragam tergantung dari daerah yang terkena dan

luasnya kerusakan jaringan serebral. Manifestasi yang umumnya terjadi yaitu kelemahan

alat gerak, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, gangguan komunikasi, sakit

kepala, dan gangguan keseimbangan. Tanda dan gejala ini biasanya terjadi secara

mendadak, fokal, dan mengenai satu sisi (LeMone, 2015).

Tanda dan gejala umum mencakup kebas atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki

(terutama pada satu sisi tubuh); kebingungan/konfusi atau perubahan status mental; sulit

berbicara atau memahami pembicaraan; gangguan visual; kehilangan keseimbangn ,

pening, kesulitan berjalan; atau sakit kepala berat secara mendadak (Brunner &

Suddarth, 2013).

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

14

2.1.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan stroke menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (2011)

adalah :

1) Pengobatan terhadap hipertensi, hipoglikemia/hiperglikemia, pemberian terapi

trombolisis, pemberian antikoagulan, pemberian antiplatelet dan lain-lain tergantung

kondisi klinis pasien

2) Pemberian cairan pada umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parental

maupun enteral). Cairan parenteral yang diberikan adalah isotonis seperti 0,9% salin.

3) Pemberian nutrisi, nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48jam,

nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik. Bila terdapat

gangguan menelan atau kesadaran menurun nutrisi diberikan menggunakan NGT

4) Pencegahan dan penanganan komplikasi, mobilisasi dan penilaian dini untuk

mencegah komplikasi (aspirasi, malnutrisi, pneumonia. Thrombosis vena dalam,

emboli paru, kontraktur) perlu dilakukan.

5) Rehabilitasi, direkomendasikan untuk melakukan rehabilitasi dini setelah kondisi

medis stabil, dan durasi serta intensitas rehabilitasi ditingkatkan sesuaikan dengan

kondisi klinis pasien. Setelah keluar dari rumah sakit direkomendasikan untuk

melanjutkan rehabilitasi dengan berobat jalan selama tahun pertama setelah stroke.

6) Penatalaksanaan medis lain, pemantauan kadar glukosa, jika gelisah lakukan terapi

psikologi, analgesic, terapi muntah dan pemberian H2 anatagonis sesuai indikasi,

mobilisasi bertahap bila keadaan pasien stabil, control buang air besar dan kecil,

pemeriksaan penunjang lain, edukasi keluarga dan discharge planning.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

15

2.1.5 Perawatan pasien pasca stroke

1) Rehabillitasi fase awal

Biasa pada fase ini dokter menyarankan untuk dilakukan proper bed positioning.

Latihan luas gerak sendi, dan stimulasi elektrikal latihan ini sengaja dilakukan sedini

mungkin ketika kondisi pasien memungkinkan untuk melewati tahapan rehabilitasi

stroke. Tujuannya tentu agar tidak terjadi komplikasi sekunder serta melindungi

fungsi yang masih tersisa ataupun normal.

2) Rehabilitas fase lanjutan

Fase lanjut ini hanya dilakukan ketika kondisi pasien telah stabil. Hal ini bisa

dikerjakan 2 hingga 3hari setelah stroke menyerang. Itupun hanya dilakukan pada

pasien penderita stroke trombolik dan embolik. Sedangkan bagi para penderita stroke

perdarahan dilakukan setelah 10 hingga 15 hari setelah stroke menyerang. Fase ini

ditujukan agar pasien mampu melakukan kemandirian fungsional serta aktivitas

sehari-hari sendiri tanpa bantuan orang lain.

2. 2 Konsep Latihan Fisioterapi

Terapi latihan adalah salah satu cara untuk mempercepat pemulihan pasien dari cedera

dan penyakit yang dalam penatalaksanaannya menggunakan gerakan aktif maupun pasif.

Gerak pasif adalah gerakan yang digerakkan oleh orang lain dan gerak akif adalah gerak

yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri. Terapi aktif yang dapat digunakan (Taufik,

2014), yaitu :

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

16

1) Latihan Rentang Gerak (ROM)

Fleksibilitas sendi atau rentang gerak tubuh pada pasien pasca stroke sering

berkurang setelah serangan stroke sehingga menyebabkan rasa sakit dan kehilangan

fungsi. Ada dua macam latihan rentang gerak ROM yang meliputi latihan aktif yang

membuat pasien harus menggerakkan anggota tubuhnya sendiri. Dan latihan pasif,

dimana pasien menggerakkan anggota tubuhnya dengan bantuan terapis akibat tidak

dapat menggerakkan anggota tubuhnya. (Taufik, 2014).

2) Latihan Fisik

Para fisioterapis sering merekomendasikan latihan fisik yang mampu menunjukkan

mafaat yang signifikan bagi penderita ketidakmampuan ringan atau sedang setekah

terkena serangan stroke. Latihan fisik yang disarankan meliputi latihan berjalan,

latihan melangkah, latihan naik-turun tangga (Taufik, 2014).

3) Latihan kordinasi

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan keseimbangan tubuh pasien pasca stroke

dan meningkatkan fungsi sehari-hari seperti berjalan, duduk atau membungkuk.

Latihan koordinatif untuk pasien pasca stroke ini mengutamakan pada aktivitas yang

melibatkan lebih dari satu sendi maupun otot (Taufik, 2014).

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

17

2.2.1 Rentang gerak (ROM)

2.2.1.1 Definisi

Range of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya

gerakan sendi normal. ROM juga di gunakan sebagai dasar untuk menetapkan adanya

kelainan batas gerakan sendi abnormal (Helmi, 2012)

Menurut Suratun, dkk (2008) ROM adalah gerakan yang dalam keadaan normal

dapat dilakukan oleh sendi tubuh. Sedangkan menurun Potter (2010) ROM adalah

jumlah pergerakan maksimum yang dapat dilakukan pada sendi di salah satu dari tiga

bidang yaitu: sagital, frontal, atau transversal.

2.2.1.2 Klasifikasi

Menurut (Suratun, dkk, 2008) ROM di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a. ROM aktif yaitu latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan

perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif adalah semua

pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendi dan kooperatif

b. ROM pasif adalah latihan yang diberikan kepada klien yang mengalami

kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi

dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan

bantuan perawat atau keluarga.

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

18

2.2.1.3 Tujuan

Latihan ROM mememiki beberapa tujuan menurut Suratun, dkk (2008) yaitu:

mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian,

merangsang sirkulasi darah, dan mencegah kelainan bentuk.

2.2.1.4 Prinsip dasar ROM

Prinsip dasar latihan ROM menurut Suratun, dkk (2008) yaitu:

a. ROM harus diulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2 kali sehari

b. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien

c. Dalam merencanakan program latihan ROM, harus memperhatikan umur,

diagnose, tanda vital, dan lamanya tirah baring.

d. ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli fisioterapi

e. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan, siku,

bahu, tumit, atau pergelangan kaki.

f. ROM dapat dilakukan pada semua persendian yang dicurigai mengurangi proses

penyakit.

g. Melakukan ROM harus sesuai waktu.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

19

2.2.2 Latihan Fisik (Latihan Aerobik)

2.2.2.1 Definisi

Latihan fisik adalah proses perkembangan kemampuan aktivitas gerak jasmani yang

dilakukan secara sistematik dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan

atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani agar tercapai kemampuan kerja fisik

yang optimal. Melalui latihan fisik kebugaran jasmani pasien dapat dipertahankan

atau ditingkatkan, baik yang berhubungan dengan keterampilan maupun dengan

kesehatan secara umum (Yudiana, 2012).

2.2.2.2 Jenis

Menurut pudjiastuti (2003) jenis latihan fisik ini terdiri dari; berdiri dengan

mengangkat 1 kaki, berdiri dengan mengangkat 1 tungkai ke samping, berdiri dari

posisi duduk ke posisi ke posisi duduk kembali, gerakan mengayun lengan, gerakan

leher dan gerakan berjalan

2.2.2.3 Tujuan

Tujuan latihan fisik antara lain yaitu membantu meningkatkan penggunaan anggota

gerak tubuh ,memperkuat otot yang lemah pasca stroke, mendapatkan kembali fungsi

tubuh yang lumpuh, mampu mandiri dan tidak bergantung pada orang lain,

meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah depresi (Setiawan,2017)

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

20

2.2.2.4 Prinsip dasar

Prinsip dasar yang dilakukan saat latihan fisik menurut Setiawan (2017) yaitu:

a. Latihan ini akan meningkatkan adaptasi otot skelet, otot jantung dan keseluruhan

kualitas kardiorespirasi sehingga dapat meningkatkan ketahanan seseorang.

b. Intensitas latihan didasarkan pada targer nadi latihan dan frekuensi maksimal

denyut nadi.

c. Durasi latihan aerobic dengan intensitas yang sesuai dilakukan selama 20 sampai

30 menit dan di akhiri

d. dengan pemanan dan pendingan selama 10 sampai 15 menit.

e. Frekuensi latihan dilakukan 3 sampai 5 kali dalam satu minggu

f. Jenis latihan aerobic di sesuaikan dengan tujuan spesifik.

g. Latihan perlu disesuaikan dengan toleransi fisik.

2.2.3 Latihan Koordinasi

2.2.3.1 Definisi

Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk

melaksanakan tugas tertentu yang telah di tetapkan. Terapi ini berfokus pada

pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemelihaan dan

peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung

pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009)

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

21

2.2.3.2 Karakteristik

Aktivitas dalam okupasi terapi adalah segala macam aktivitas yang dapat

menyibukkan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan

berkembang, sekaligus sebagai kepuasaan emosional maupun fisik. Oleh karena itu

setiap aktivitas yang digunakan dalam okupasi terapi harus mempunyai karakteristik

sebagai berikut (Riyadi dan Purwanto, 2009):

a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas.

b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien.

c. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut dan kegunaannya

d. Haru dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal

2.2.3.3 Tujuan

Tujuan okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009) yiatu:

a. Mengembalikan fungsi mental

b. Mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak, sendi, otot dan kordinasi gerak

lainnya

c. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, buang air

kecil, buang air besar, dan sebagainya

d. Membantu pasien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah dan member

saran penyederhanaan

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

22

e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang

dimiliki

f. Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama

masa rawat dengan berguna

2.2.3.4 Indikasi

Menurut Riyadi dan Purwanto (2009) indikasi terapi okupasi sebagai berikut :

a. Pasien dengan kelainan tingkah laku, seperti pasien harga diri rendah yang disertai

kesulitan komunikais

b. Ketidakmampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap

rangsangan tidak wajar

c. Pasien mengalami kemunduran

d. Pasien dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.

2. 3 Konsep Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)

2.3.1 Definisi

Aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin

sehari-hari. Aktifitas kehidupan sehari-hari merupakan aktifitas pokok bagi perawatan

diri. Aktivitas kehidupan sehari-hari ini meliputi berbagai aktivitas antara lain : ke toilet,

makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat (Hardywinito &

Setiabudi, 2014).

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

23

Aktivitas kehidupan sehari-hari adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang

harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang di kerjakan

seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya

sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Fitria, 2016).

2.3.2 Klasifikasi Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)

a. AKS dasar yaitu keterampilan yang hanya memerlukan kemampuan tubuh untuk

berfungsi sederhana, misalnya bangun dari tempat tidur, berpakaian, ke kamar

mandi/WC

b. AKS instrumental, yaitu kemampuan yang selain memerlukan kemampuan dasar,

juga memerlukan berbagai koordinasi kemampuan otot, susunan syaraf yang lebih

rumit, juga kemampuan berbagai organ kognitif lain.

c. Kemampuan mental dan kognitif, hal yang menyangkut fungsi intelek, memori lama

dan memori tentang hal-hal yang baru saja terjadi. Pemeriksaan kemampuan mental

& kognitif ini harus dianggap sebagai pemeriksaan tanda vital, terutama untuk

mendiagnosis dan memonitor kemajuan penatalaksanaan terhadap konfusio

(Martono, 2015).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

24

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi penurunan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Menurut Hardywinito(2014), faktor yang mempegaruhi penurunan AKS adalah :

a. Umur dan status perkembangan

Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda dan kemauan dan

kemampuan ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidak mampuan

melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Saat perkembangan dari bayi sampai

dewasa, seseorang secara perlahan-lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri

dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

b. Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari, contoh system nervous mengumpulkan,

menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan. Gangguan pada system ini

misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan aktivitas

kehidupan sehari-hari.

c. Fungsi kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima, dan

mengorganissikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berfikir dan

menyelesaikan masalah. Fungsi kognitif ini dapat mengganggu dalam berfikir logis

dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

25

d. Fungsi psikososial

Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal

yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistic. Proses ini

meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal.

Gangguan intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan

emosi dapat menggangu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan

interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi social atau disfungsi

dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan aktivitas

kehidupan sehari-hari.

e. Tingkat stress

Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan.

Faktor yang dapat menyebabkan stress, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau

dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis

seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.

f. Ritme biologi

Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik

disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh dan

lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus

24jam. Perbedaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur,

temperature tubuh dan hormon.

g. Status mental

Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental

akan member implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti yang

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

26

diungkapkan oleh cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat

mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah

keterbatasan mental. Sebagai contoh lansia yang memorinya mulai menurun atau

mnegalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami

gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.

2.3.4 Cara pengukuran Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Cara pengukuran AKS dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa skala, yaitu:

a. Skala Indeks Barthel

Skala ordinal dengan skor 0 (total dependent) - 100 (total independent), aspek

penilaian IB yang di perhitungkan terdiri dari makan, mandi, berhias, berpakaian,

kontrol BAK, kontrol BAB, toileting, transfer kursi atau tempat tidur, mobilitas dan

naik turun tangga (Martono, 2015).

b. Skala Indeks Katz

Indeks katz merupakan instrument sederhana yang digunakan untuk menilai

kemampuan fungsional AKS, dapat juga meramalkan prognosis dari berbagai macam

penyakit pada lansia. Adapun aktivitas yang dinilai adalah mandi, berpakaian,

toileting, transfer posisi, kontinensia, dan makan (Martono, 2015).

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

27

2. 4 Konsep Kualitas Hidup

2.4.1 Definisi

Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi mereka dalam

kehidupan didalam konteks budaya dan system nilai. Dimana mereka hidup dan dalam

kaitannya dengan tujuan, harapan standar, dan perhatian mereka (Nursalam, 2017).

Kualitas hidup adalah suatu konsep global yang menekankan pada dimensi-dimensi

status kesehatan termasuk keuangan, tempat tinggal, dan pekerjaan titik. Konsep

kualitas hidup sebagai pusat promosi kesehatan, kualitas hidup berdasarkan pada tiga

area kehidupan manusia yang merupakan dimensi penting dalam pengalaman manusia

yaitu being, belonging, dan becoming (Dinarsari, 2009).

2.4.2 Dimensi kualitas hidup

Menurut WHOQOL (the World Health Organization Quality of Life) menyebutkan

bahwa kualitas hidup terdiri dari 4 dimensi, yang meliputi:

1) Kesehatan Fisik

Berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan, ketergantungan pada perawatan

medis, energy dan kelelahan, mobilitas, tidur, dan istirahat, kapasitas kerja

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

28

2) Kesehatan psikologis

Berhubungan dengan pengaruh positif dan negative spiritual, pemikiran

pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi, gambaran tubuh dan penampilan, serta

penghargaan terhadap diri sendiri.

3) Hubungan social

Terdiri dari hubungan personal, aktivitas seksual, dan hubungan social.

4) Lingkungan

Terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik, lingkungan fisik, sumber penghasilan,

kesempatan memperoleh informasi, keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan

untuk rekreasi atau aktivitas pada waktu luang.

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Menurut Nofitri (2009) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup

seperti:

1) Jenis kelamin

Gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Menemukan

adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, namun

kualitas hidup perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki.

2) Usia

Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang

dilakukan (Wagner dkk,2004) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan

usia dalam aspek kehidupan yang penting bagi individu.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

29

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup

subjektif. Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat

pendidikan yang didapatkan oleh individu.

4) Pekerjaan

Terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar,

pekerja, tidak bekerja dan tidak mampu bekerja.

5) Status pernikahan

Terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, bercerai

ataupun janda, dan yang menikah. Individu yang menikah memiliki kualitas hidup

yang lebih tinggi dibanding individu yang tidak menikah atau bercerai.

6) Penghasilan

Pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang

dihayati secara subjektif.

7) Hubungan dengan orang lain

Saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui

hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan , manusia

akan memiliki kualitas hidup yang baik secara fisik maupun emosional.

8) Harapan hidup

Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh harapan yang digunakan seseorang seperti

harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara individu dengan orang lain.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

30

9) Riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat alamiah penyakit merupakan perjalanan penyakit yang alami dan tanpa

pengobatan apapun, yang terjadi mulai dari keadaan sehar hingga timbul penyakit.

2. 5 Penelitian Terkait

Penelitian yang terkait dengan kemampuan latihan fisioterapi yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Cahyo Pramono (2012) “Efektivitas latihan ROM terhadap peningkatan

kemandirian ADL”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa latihan ROM efektif

terhadap peningkatan kemandirian ADL pada lansia stroke. Selannjutnya penelitian

Setiyowati (2016) “Intervensi lattihan ROM aktif pada ekstremitas atas terhadap

perubahan emosional pada pasien pasca stroke di poli syaraf RS Islam Surabaya”. Dari

hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa latihan ROM aktif efektif terhadap

perubahan emosional pada pasien pasca stroke. Kemudian penelitian Dinanti, et al

(2015) “Pengaruh ROM pasif terhadap peningkatan sudut rentang gerak ekremitas atas

pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

terdapat pengaruh antara pemberian ROM pasif dengan peningkatan sudut rentang gerak

ekstremitas atas pasien stroke.

Sedangkan penelitian yang terkait aktivitas kehidupan sehari-hari yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Fadlulloh (2014) “hubungan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan

aktivitas kehidupan sehari-hari dengan harga diri penderita stroke di poliklinik syaraf

RSUD Prof. DR Margono Soekarjo Purwokerto”. Dari hasil ini menunjukkan ada

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

31

hubungan yang bermakna antara tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas

kehidupan sehari-hari dengan harga diri penderita stroke. Selanjutnya penelitian dari

Pratami, et al (2016) “Kemampuan Basic Activity Daily Living (BADL) dengan

keputusasaan pada pasien stroke di RSUD Ulin Banjarmasin”. Hasil ini menunjukkan

semakin rendah nilai BADL, semakin tinggi keputusasaan yang dialami pasien stroke.

Kemudian penelitian Bariroh, et al (2016) “Kualitas hidup berdasarkan karakteristik

pasien pasca stroke”. Pada hasil ini peneliti menjelaskan perbandingan kualitas hidup

pada pasien pasca stroke pada setiap karakteristik. Selanjutnya penelitian Dinarsari dan

Dyah (2009) “Analisis kualitas hidup penderita dan keluarga pasca serangan stroke

(dengan gejala sisa)”. Dari hasil ini menunjukkan adanya perubahan aktivitas sehari-

hari.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Stroke 2.1.1 Definisi

32

2. 6 Kerangka Teori

Brunner & Suddarth (2013), Purwanti (2008), Hardywinoto & Setiabudi (2014),

Martono (2015), Dinarsari (2009

Pasien Pasca Stroke

Kemampuan tubuh

untuk berfungsi

sederhana

- Berpakaian

- Toileting

- Mandi

- Makan

- Dll

Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Rehabilitasi :

- Rehabilitasi Akut

- Rehabilitasi Subakut

- Rehabilitasi Kronik

Fisioterapi Pasca Stroke

Kualitas Hidup Pasca Stroke