bab 2 mengevaluasi perang melawan keserakahan kongsi dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

14
NAMA KELOMPOK : 1.Wike Regita Cahyani 2.Yoanda Miftahul Jannati 3.Sunu Purwo Yudhono 4.M. Amar Rahman SEJARAH INDONESIA

Upload: muhammad-amar-rahman

Post on 22-Jan-2018

2.296 views

Category:

Data & Analytics


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

NAMA KELOMPOK :

1.Wike Regita Cahyani

2.Yoanda Miftahul Jannati

3.Sunu Purwo Yudhono

4.M. Amar Rahman

SEJARAH INDONESIA

Page 2: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

BAB 2

lustrasi atau gambar di bawah menunjukkan adanya sebuah

perlawanan bangsa Indonesia terhadap kezaliman kolonialisme

Belanda. Gambar di atas melukiskan

kapal-kapal dagang dari Papua dan

Halmahera yang dijadikan kapal

armada laut untuk memperkuat

pasukan Pangeran Nuku dari Tidore

untuk melawan kekejaman kompeni

Belanda. Sungguh heroik perlawanan

rakyat Kepulauan Maluku dan sekitar

di bawah pimpinan Pangeran Nuku.

Page 3: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

1. Aceh Versus Portugis Dan VOC

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, justru

membawa hikmah untuk Aceh. Banyak para pedagang Islam yang

menyingkir dari Malaka menuju ke Aceh. Dengan demikian

perdagangan di Aceh semakin ramai. Hal ini sudah mendorong Aceh

berkembang menjadi bandar dan pusat perdagangan. Perkembangan

Aceh yang begitu pesat ini dilihat oleh Portugis sebagai ancaman, oleh

sebab itu, Portugis berkehendak untuk menghancurkan Aceh. Pada

tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan

Henrigues, dan menyusul pada tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza.

Beberapa serangan Portugis ini mengalami kegagalan. Portugis terus

mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat

perdagangan. Kapal-kapal Portugis selalu mengganggu kapal-kapal

dagang Aceh di manapun berada. Misalnya, pada saat kapal-kapal

dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah pada tahun 1524/1525

diburu oleh kapal-kapal Portugis untuk ditangkap.

Page 4: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

Tindakan kapal-kapal Potugis telah mendorong munculnya perlawanan

rakyat Aceh. Sebagai persiapan Aceh melakukan langkah-langkah antara

lain:

1. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh

dengan persenjataan, meriam dan prajurit

2. Mendatangkan pertolongan persenjataan,

sejumlah tentara dan beberapa ahli dari

Turki pada tahun 1567.

3. Mendatangkan pertolongan persenjataan

dari Kalikut dan Jepara.

Page 5: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

Setelah bermacam-macam bantuan berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan

terhadap Portugis di Malaka. Portugis wajib bertahan mati-matian di Formosa/

Benteng. Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan

dominasi asing, oleh sebab itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis

dari Malaka tidak pernah padam. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda

(1607-1639), semangat juang mempertahankan tanah air dan mengusir penjajahan

asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang gagah berani dan bercita-

cita untuk mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir Portugis dari Malaka.

Iskandar Muda berusaha untuk melipatgandakan kekuatan pasukannya. Angkatan

lautnya diperkuat dengan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut 600-800 prajurit.

Para pengawas itu biasanya terdiri para panglima perang. Setelah mempersiapkan

pasukannya, pada tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka.

Menghadapi serangan kali ini Portugis sempat kewalahan. Portugis wajib

mengerahkan semua kekuatan tentara dan persenjataan untuk menghadapi pasukan

Iskandar Muda. Namun, serangan Aceh kali ini tidak juga berhasil mengusir Portugis

dari Malaka. Hubungan Aceh dan Portugis semakin memburuk. Bentrokan-

bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi, tetapi Portugis tetap tidak

berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari

Malaka. Yang berhasil mengusir Portugis dari Malaka adalah VOC pada tahun 1641.

Page 6: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

2. Maluku Angkat Senjata

Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada

tahun 1521.Mereka memusatkan aktivitasnya di Ternate.

Tidak lama berselang orang orang Spanyol juga

memasuki Kepulauan Maluku dengan memusatkan

kedudukannya di Tidore. Terjadilah persaingan antara

kedua belah pihak. Persaingan itu semakin tajam setelah

Portugis berhasil menjalin persekutuan dengan Ternate

dan Spanyol bersahabat dengan Tidore. Pada tahun 1529

terjadi perang antara Tidore melawan Portugis.Penyebab

perang ini karena kapal-kapal Portugis menembaki jung-jung dari anda yang akan

membeli cengkih ke Tidore. Tentu saja Tidore tidak dapat menerima tindakan

armada Portugis. Rakyat Tidore angkat senjata. Terjadilah perang antara Tidore

melawan Portugis. Dalam perang ini Portugis mendapat dukungan dari Ternate

dan Bacan. Akhirnya Portugis mendapat kemenangan. Dengan kemenangan ini

Portugis menjadi semakin sombong dan sering berlaku kasar terhadap penduduk

Maluku. Upaya monopoli terus dilakukan. Maka, wajar jika sering terjadi letupan-

letupan perlawanan rakyat.

Page 7: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

Sementara itu untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyoldilaksanakan perjanjian damai, yakni Perjanjian Saragosa pada tahun 1534. Denganadanya Perjanjian Saragosa kedudukan Portugis di Maluku semakin kuat. Portugissemakin berkuasa untuk memaksakan kehendaknya melakukan monopoliperdagangan rempah-rempah di Maluku. Kedudukan Portugis juga semakinmengganggu kedaulatan kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Pada tahun 1565 muncul perlawanan rakyat Ternate di bawahpimpinan, Sultan Khaerun/Hairun. Sultan Khaerun menyerukan seluruh rakyat dari Irian/Papua sampai Jawa untuk angkat senjatamelawan kezaliman kolonial Portugis.

Portugis mulai kewalahan dan menawarkanperundingan kepada Sultan Khaerun. Denganpertimbangan kemanusiaan, Sultan Khaerunmenerima ajakan Portugis Perundingan dilaksanakan pada tahun 1570 bertempat diBenteng Sao Paolo. Ternyata semua ini hanyalah tipu muslihat Portugis. Pada saatperundingan sedang berlangsung, Sultan Khaerun ditangkap dan dibunuh. Apa yang dilakukan Portugis kala itu sungguh kejam dan tidak mengenal perikemanusiaan. Demi keuntungan ekonomi Portugis telah merusak sendi-sendi kehidupankemanusiaan dan keberagamaan.

Page 8: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

3. Sultan Agung Versus J.P. Coen

Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari Kerajaan Mataram.

Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai zaman

keemasan. Cita-cita Sultan Agung antara lain:

(1) mempersatukan seluruh tanah Jawa, dan

(2) mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara.

Terkait dengan cita- citanya ini maka Sultan Agung sangat menentang

keberadaan kekuatan VOC di Jawa. Apalagi tindakan VOC yang terus

memaksakan kehendak untuk melaksanakan monopoli perdagangan

membuat para pedagang Pribumi mengalami kemunduran. Kebijakan

monopoli itu juga dapat membawa penderitaan rakyat. Oleh sebab itu,

Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia.

Page 9: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung

merencanakan serangan ke Batavia, yakni:

1. Tindakan monopoli yang dilakukan VOC,

2. VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram

yang akan berdagang ke Malaka,

3. VOC menolak untuk mengakui

kedaulatan Mataram, dan

keberadaan VOC di Batavia

sudah memberikan ancaman

serius bagi masa depan Pulau Jawa.

Page 10: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

Pada tahun 1628 sudah dipersiapkan pasukan dengan segenap persenjataan

dan perbekalan. Pada saat itu yang menjadi gubernur jenderal VOC adalah J.P.

Coen. Sebagai pimpinan pasukan Mataram adalah Tumenggung Baureksa.

Tepat pada tanggal 22 Agustus 1628, pasukan Mataram di bawah pimpinan

Tumenggung Baureksa menyerang Batavia. Tumenggung Baureksa sendiri

gugur dalam pertempuran itu. Dengan demikian serangan tentara Sultan

Agung pada tahun 1628 itu belum berhasil.

Sultan Agung tidak lantas berhenti dengan. Dia segera mempersiapkan

serangan yang kedua. Belajar dari kekalahan terdahulu Sultan Agung

meningkatkan jumlah kapal dan senjata, Dia juga membangun lumbung-

lumbung beras untuk persediaan bahan makanan seperti di Tegal dan

Cirebon. Tahun 1629 pasukan Mataram diberangkatkan menuju Batavia.

Ternyata informasi persiapan pasukan Mataram diketahui oleh VOC. Dengan

segera VOC mengirim kapal-kapal perang untuk menghancurkan lumbung-

lumbung yang dipersiapkan pasukan Mataram. Di Tegal tentara VOC berhasil

menghancurkan 200 kapal Mataram, 400 rumah penduduk dan sebuah

lumbung beras.

Page 11: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

Pasukan Mataram pantang mundur, dengan kekuatan pasukan yang ada

terus berusaha mengepung Batavia. Pasukan Mataram berhasil mengepung

dan menghancurkan Benteng Hollandia.

Perlawanan pasukan Sultan Agung pada VOC memang mengalami

kegagalan. Tetapi semangat dan cita-cita untuk melawan dominasi asing di

Nusantara terus tertanam pada jiwa Sultan Agung dan para pengikutnya.

Sayangnya semangat ini tidak diwarisi oleh raja-raja pengganti Sultan Agung.

Setelah Sultan Agung meninggal tahun 1645, Mataram menjadi semakin

lemah sehingga akhirnya berhasil dikendalikan oleh VOC.

» Sebagai pengganti Sultan Agung adalah Sunan Amangkurat I. Dia

memerintah pada tahun 1646 -1677. Ternyata Raja Amangkurat I adalah

raja yang lemah dan bahkan bersahabat dengan VOC. Raja ini juga bersifat

reaksioner dengan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat dan kejam

terhadap para ulama. Oleh sebab itu, pada masa pemerintahan Amangkurat

I itu timbul bermacam-macam perlawanan rakyat. Salah satu perlawanan itu

dipimpin oleh Trunajaya.

Page 12: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

4. Perlawanan Banten

Banten mempunyai posisi yang strategis sebagai bandar perdagangan internasional. Oleh

karena itu sejak semula Belanda ingin menguasai Banten, tetapi tidak pernah berhasil.

Akhirnya VOC membangun Bandar di Batavia pada tahun 1619. Terjadi persaingan antara

Banten dan Batavia memperebutkan posisi sebagai bandar perdagangan internasional. Oleh

karena itu, rakyat Banten sering melaksanakan serangan- serangan pada VOC.

Tahun 1651, Pangeran Surya naik tahta di Kesultanan Banten. Dia adalah cucu Sultan Abdul

Mufakhir Mahmud Abdul Karim, anak dari Sultan Abu al- Ma’ali Ahmad yang wafat pada

1650. Pangeran Surya bergelar Sultan Abu al-Fath Abulfatah. Sultan Abu al-Fath Abdulfatah

ini lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. la berusaha memulihkan posisi

Banten sebagai Bandar perdagangan internasional dan sekaligus menandingi perkembangan

di Batavia. Beberapa yang dilakukan misalnya mengundang para pedagang Eropa lain seperti

Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis. Sultan Ageng juga mengembangkan hubungan

dagang dengan negara-negara Asia seperti Persia, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina.

Perkembangan di Banten ternyata sangat tidak disenangi oleh VOC. Oleh sebab itu, untuk

melemahkan peran Banten sebagai Bandar perdagangan, VOC sering melaksanakan

blokade. Jung-jung Cina dan kapal-kapal dagang dari Maluku dilarang meneruskan

perjalanan menuju Banten. Sebagai balasan Sultan Ageng juga mengirim beberapa

pasukannya untuk mengganggu kapal-kapal dagang VOC dan menimbulkan gangguan di

Batavia.

Page 13: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

Serangan dan gangguan pada VOC terus dilakukan. Di tengah-tengah

mengobarkan semangat anti VOC itu, pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa

mengangkat putra mahkota Abdulnazar Abdulkahar sebagai raja pembantu yang

lebih dikenal dengan nama Sultan Haji. Dalam persekongkolan itu VOC sanggup

membantu Sultan Haji untuk merebut Kesultanan Banten tetapi dengan empat

syarat :

1. Banten wajib menyerahkan Cirebon kepada VOC,

2. Monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan wajib menyingkirkan para

pedagang Persia, India, dan Cina,

3. Banten wajib membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji, dan Pasukan

Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik

kembali. Isi perjanjian ini disetujui oleh Sultan Haji.

Page 14: BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampai abad ke-18)

Pada tahun 1681 VOC atas nama Sultan Haji berhasil merebut

Kesultanan Banten. Istana Surosowan berhasil dikuasai. Pada tahun 1682

pasukan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana Surosowan.

Sultan Haji terdesak dan segera meminta pertolongan tentara VOC.

Datanglah pertolongan tentara VOC di bawah pimpinan Francois Tack.

Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dapat dipukul mundur dan terdesak

hingga ke Benteng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya

meloloskan diri bersama puteranya, pangeran Purbaya ke hutan Lebak.

Mereka masih melancarkan serangan sekalipun dengan bergerilya.

Tentara VOC terus memburu. Sultan Ageng Tirtayasa beserta

pengikutnya yang lalu bergerak ke arah Bogor. Baru setelah melalui tipu

muslihat pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan

ditawan di Batavia sampai meninggalnya pada tahun 1692.