bab 2 landasan teori pengertian pajak sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00355-ak...

29
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor pajak. Definisi pajak dikemukakan oleh Mardiasmo (2002:1) mengemukakan pengertian pajak sebagai berikut: “Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Menurut P.J.A. Adriani pajak merupakan iuran kepada Negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Yang artinya bahwa memasukan pajak sebagai suatu species ke dalam genus pungutan yang mempunyai fungsi sebagai budgeter. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment '

Upload: dangtu

Post on 20-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pajak

Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat

bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor pajak.

Definisi pajak dikemukakan oleh Mardiasmo (2002:1) mengemukakan pengertian

pajak sebagai berikut: “Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan

Undang-Undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum”.

Menurut P.J.A. Adriani pajak merupakan iuran kepada Negara yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat

prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan. Yang artinya bahwa memasukan pajak sebagai

suatu species ke dalam genus pungutan yang mempunyai fungsi sebagai budgeter.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH Pajak adalah iuran rakyat

kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian

dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari

pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya

digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai

public investment'

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

7

Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,

bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan

yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan

proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan

Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari

sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa

adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya

kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan

barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam

penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro

merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang

menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah

penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa

dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.

Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus

berdsarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi

fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah

disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2012 tentang Ketentuan umum dan

tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

8

tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''

2.1.1 JENIS-JENIS PAJAK

Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:

A. Menurut Golongannya

1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya:

Pajak Penghasilan

2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.

B. Menurut Sifatnya

1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh:

Pajak Penghasilan.

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang mewah.

C. Menurut Lembaga Pemungutnya

1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

9

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan

dan Bea balik nama kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti

pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak penerangan jalan.

Asas-asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Pudyatmoko (2000:4) bahwa

pungutan pajak didasarkan pada :

1. Equality, adalah pungutan pajak yang adil dan merata.

2. Certainty, adalah Penetapan pajak yang tidak di tentukan wewenang-

wewenang.

3. Conveinance, adalah pembayaran pajak sebaiknya sesuai dengan saat yang

tidak menyulitkan wajib pajak.

4. Economy, biaya pungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib

pajak ditetapkan seminimum mungkin.

Dalam pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan yakni Undang-Undang No.17

Tahun 2000, setiap wajib pajak yang memperoleh penghasilan dari kegiatan

usahanya wajib menyetor ke kas negara pajak atas penghasilan yang diterimanya.

Besarnya kewajiban perpajakan wajib pajak tersebut diatur dalam Undang-Undang

Perpajakan dan peraturan pemerintah.

Untuk mewujudkan keserasian dan mencapai tujuan pemungutan pajak, maka

diperlukan adanya asas atau prinsip yang dapat menjadi pemahaman atas perlakuan

pajak. Menurut Smith prinsip pemungutan pajak adalah :

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

10

1. Equality, Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang

dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang

dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equity ini tidak

diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diantara sesama wajib

pajak. Dalam keadaan yang sama wajib pajak harus diperlakukan sama dan

dalam keadaan berbeda wajib pajak harus diperlakuan berbeda

2. Certainty, Pajak yang dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak

mengenal kompromi. Dalam asa ini kepastian hukum yang diutamakan

adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan

mengenai pembayarannya.

3. Convenience of payment, Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling

baik bagi wajib pajak,yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya

penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak.

4. Economic of collections, Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat

mungkin,jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan

pajak itu sendiri.karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang

dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.

2.1.2 TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK

a. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 (tiga) stelsel yaitu:

1). Stelsel Nyata (Riel Stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak

(penghasilan yang nyata) sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada

akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat

diketahun

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

11

2). Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-

undang, misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun

sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya

pajak terutang.

3). Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan

pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian

pada akhir tahun besar pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.

b. Asas Pemungutan Pajak

1). Asas Tempat Tinggal (Asas Domisili)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak (WP)

yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam

negeri maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak (WP) dalam

negeri.

2). Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak (WP).

3). Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak

bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

12

berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku

untuk Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN).

c. Sistem Pemungutan Pajak

1). Official Assessment System

Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang.

Ciri-cirinya:

• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada

pemerintah (fiskus).

• Wajib Pajak (WP) bersifat pasif.

• Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

pemerintah (fiskus).

2). Self Assessment System

Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar.

Ciri-cirinya:

• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak

(WP) sendiri.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

13

• Wajib Pajak (WP) aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak terutang.

• Pemerintah (fiskus) tidak ikut campur dan hanya mengawasi

3). Withholding System

Withholding system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak (WP)

2.2 DEFINISI PPH 22

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan

perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa

diberlakukan progresif, proporsional, atau regresif. PPh sendiri di golongan menjadi

beberapa jenis yaitu PPh 21, 22, 23, 25, 26, 28, 29 dan 31

PPh Pasal 22 adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang dipungut oleh :

1. Bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga

negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang,

termasuk juga dalam pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat

lain yang menjalankan fungsi yang sama.

2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan

dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain, seperti

kegiatan usaha produksi barang tertentu antara lain otomotif dan semen.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

14

3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas

penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pemungutan pajak oleh

Wajib Pajak badan tertentu ini akan dikenakan terhadap pembelian barang

yang memenuhi kriteria tertentu sebagai barang yang tergolong sangat

mewah baik dilihat dari jenis barangnya maupun harganya, seperti kapal

pesiar, rumah sangat mewah, apartemen dan kondominium sangat mewah,

serta kendaraan sangat mewah.

Pemungutan PPh Pasal 22 dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat

dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak dan untuk tujuan

kesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak yang tepat waktu. Sehubungan

dengan hal tersebut, pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini dapat bersifat final

(contohnya PPh Pasal 22 atas impor film).

Pph 22 atas film impor dijelaskan pada SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK

NOMOR SE-79/PJ/2011 TANGGAL 20 OKTOBER 2011 TENTANG

PENYAMPAIAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

102/PMK.011/2011 TENTANG NILAI LAIN SEBAGAI DASAR PENGENAAN

PAJAK ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK BERWUJUD

DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DALAM DAERAH PABEAN BERUPA

FILM CERITA IMPOR DAN PENYERAHAN FILM CERITA IMPOR, SERTA

DASAR PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS KEGIATAN

IMPOR FILM CERITA IMPOR

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor

102/PMK.011/2011 tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak atas

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di Dalam

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

15

Daerah Pabean berupa Film Cerita Impor dan Penyerahan Film Cerita Impor, serta

Dasar Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Kegiatan Impor Film Cerita

Impor, bersama ini disampaikan Peraturan Menteri Keuangan tersebut untuk dapat

dilaksanakan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1) Pada intinya, Peraturan Menteri Keuangan tersebut mengatur:

a. penentuan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak atas pemanfaatan

Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean berupa Film Cerita Impor;

b. penentuan dasar pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 untuk kegiatan

impor Film Cerita Impor; dan

c. penentuan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak atas penyerahan Barang

Kena Pajak tidak berwujud berupa Film Cerita Impor.

2) Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan

Film Cerita Impor sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a, adalah sebesar

Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) per copy Film Cerita Impor. Pajak

Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Film Cerita Impor tersebut dipungut dan

dibayar pada saat impor.

3) Dasar pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 untuk kegiatan impor Film Cerita

Impor sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf b, adalah Nilai Impor atas

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

16

media Film Cerita Impor. Yang dimaksud dengan media Film Cerita Impor dapat

berupa pita seluloid, pita video, cakram optik, atau bahan lainnya.

4) Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan

Film Cerita Impor sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf c, adalah sebesar

Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) per copy Film Cerita Impor. Pajak

Pertambahan Nilai atas penyerahan Film Cerita Impor tersebut dipungut pada

saat pertama kali masing-masing copy Film Cerita Impor tersebut diserahkan

kepada Pengusaha Bioskop. Atas penyerahan copy Film Cerita Impor, Importir

wajib menerbitkan Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Apabila terjadi penyerahan berikutnya atas copy Film Cerita Impor yang

sebelumnya telah diserahkan kepada Pengusaha Bioskop dan telah dipungut

Pajak Pertambahan Nilai kepada Pengusaha Bioskop lain, maka atas penyerahan

tersebut tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai sehingga tidak perlu diterbitkan

Faktur Pajak.

6) Contoh penghitungan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan

Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean berupa film Cerita Impor, penyerahan Film Cerita Impor, dan

pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas kegiatan impor Film Cerita Impor

adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal

Pajak ini, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak ini.

7) Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.011/2011

tersebut, maka ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

75/PMK.03/2010 mengenai Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

17

penyerahan film cerita yaitu perkiraan hasil rata-rata per judul film tidak berlaku

untuk penyerahan Film Cerita Impor, namun tetap berlaku untuk penyerahan film

cerita produksi dalam negeri (nasional).

8) Pada saat diterbitkannya surat edaran ini, maka:

a. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.3/1986 tentang Pajak

Pertambahan Nilai atas film ceritera impor sebagaimana telah diubah dengan

Surat Edaran Nomor SE-29/PJ.3/1987 tanggal 4 Desember 1987 dan Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.52/1996 tanggal 1 Februari

1996, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; dan

b. penegasan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-

03/PJ/2011 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Royalti dan

Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemasukan Film Impor yang

bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

102/PMK.011/2011 dinyatakan tidak berlaku.

Contoh penghitungan pengenaan pajak pertambahan nilai atas pemanfaatan

barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean

berupa film cerita impor dan penyerahan film cerita impor serta pemungutan pajak

penghasilan pasal 22 atas kegiatan impor film cerita impor :

1. Importir film PT A (memiliki Angka Pengenal Impor) pada tanggal 1 Agustus

2011 memasukkan Film Cerita Impor dalam bentuk pita seluloid dengan judul

“XYZ” ke dalam Daerah Pabean dengan durasi 90 menit sebanyak 20 copy film.

Maka penghitungan Bea Masuk, PPN, dan PPh Pasal 22 atas pemasukan film

cerita impor tersebut adalah sebagai berikut:

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

18

• Bea Masuk = Rp21.450,00 x 90 x 20 copy =

Rp38.610.000,00

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.011/2011 tentang

Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2006

tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas

Barang Impor, tarif Bea Masuk atas Film Cerita Impor adalah sebesar Rp21.450,00

per menit per copy film.

• PPN = 10% x Rp12.000.000,00 x 20 =

Rp24.000.000,00

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.011/2011 tentang Nilai

Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean berupa Film Cerita

Impor dan Penyerahan Film Cerita Impor, serta Dasar Pemungutan Pajak

Penghasilan Pasal 22 atas Kegiatan Impor Film Cerita Impor, Dasar Pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Film Cerita Impor adalah sebesar

Rp12.000.000,00 per copy film.

• PPh Pasal 22 Impor = 2,5% x Nilai Impor pita seluloid Film

“XYZ”

= 2,5% x (CIF + Bea Masuk)

Diketahui bahwa:

� durasi 1 menit film dikonversi menjadi sepanjang 27,42 meter

pita seluloid;

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

19

� nilai CIF pita seluloid sebesar US$0,43 per meter;

� asumsi kurs US Dollar pada saat pemasukan tersebut US$1 =

Rp9.100,00.Sehingga penghitungan PPh Pasal 22 Impor

adalah sebagai berikut:

= 2,5% x{(0,43 x 27,42 x 90 x Rp9.100 x 20) +

Rp36.610.000,00})

= 2,5% x (Rp193.130.028,00 + Rp38.610.000,00)

= 2,5% x Rp231.740.028,00

= Rp5.793.500,00

• Pada tanggal 5 Agustus 2011, PT A menyerahkan pertama kali 15 copy

film “XYZ” kepada pengusaha bioskop PT B, maka penghitungan

PPN atas penyerahan film “XYZ” tersebut adalah sebagai berikut:

• PPN = 10% x DPP Nilai Lain atas penyerahan film cerita impor x jumlah copy

= 10% x Rp12.000.000,00 x 15

= Rp18.000.000,00

• Atas penyerahan 15 copy film tersebut, PT A wajib menerbitkan Faktur Pajak kepada PT B.

• Pada tanggal 5 Agustus 2011, PT A juga menyerahkan pertama kali 5

copy film “XYZ” kepada pengusaha bioskop PT C, maka

penghitungan PPN atas penyerahan film “XYZ” tersebut adalah sebagai berikut:

• PPN = 10% x DPP Nilai Lain atas penyerahan film cerita impor x jumlah copy

= 10% x Rp12.000.000,00 x 5

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

20

= Rp6.000.000,00

• Atas penyerahan 5 copy film tersebut, PT A wajib menerbitkan Faktur Pajak kepada PT C.

• Pada tanggal 12 Agustus 2011, PT A menyerahkan 5 copy film “XYZ”, yang sebelumnya telah diserahkan kepada pengusaha bioskop PT C, kepada pengusaha bioskop PT D, maka atas penyerahan tersebut tidak terutang PPN. Atas penyerahan 5 copy film tersebut, tidak perlu diterbitkan Faktur Pajak

• Atas transaksi-transaksi tersebut di atas, importir film PT A melaporkannya dalam SPT PPN Masa Agustus 2011 sebagai berikut:

- Pajak Keluaran = Rp24.000.000,00

(Hasil pemungutan PPN kepada bioskop)

- Pajak Masukan = Rp24.000.000,00

---------------------

(PPN yang dibayar pada saat impor)

- PPN Kurang/(Lebih) Bayar = NIHIL

2.3 DEFINISI PPH 26 ROYALTY FILM IMPOR

Pph 26 diartikan sebagai hutang pajak wajib pajak luar negeri yang menerima

penghasilan di Indonesia. Begitu pun dengan film impor yang masuk ke Indonesia.

Hal ini dijelakan pada Surat Edaran Dirjen Pajak SE - 3/PJ/2011 10 Januari 2011

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 3/PJ/2011

TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA

ROYALTI DAN PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS

PEMASUKAN FILM IMPOR DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

21

Dalam rangka memberikan pemahaman dan penerapan yang seragam terhadap

perlakuan Pajak Penghasilan dari penghasilan berupa royalti dan Pajak Pertambahan

Nilai atas pemasukan film impor ke Indonesia, dengan ini disampaikan hal-hal

sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008, mengatur antara lain:

Pasal 4 ayat (1) huruf h, Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apapun, termasuk royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

Pasal 26 ayat (1) huruf c, Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan

dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah

jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,

penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri

lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia

dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang

wajib membayarkan yaitu royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta.

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009,

mengatur antara lain:

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

22

a. Pasal 1 angka 2, Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat dan

hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang

tidak berwujud;

b. Pasal 1 angka 3, Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak

berdasarkan Undang-Undang ini;

c. Pasal 1 angka 10, Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar

Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

d. Pasal 1 angka 17, Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,

Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar

untuk menghitung pajak yang terutang;

e. Pasal 1 angka 19, Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua

biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa

Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut

Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau

nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena

pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak

Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar

Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

f. Pasal 1 angka 20, Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar

penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

23

Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini.;

g. Pasal 4 ayat (1) huruf d, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean ke dalam

Daerah Pabean;

h. Penjelasan Pasal 4 huruf g, yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud adalah :

1) angka 1, penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang

kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula

atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industri

atau hak serupa lainnya;

2) angka 5, penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion

picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran

radio.

3. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman

mengatur bahwa yang dimaksud dengan Film adalah karya cipta seni dan budaya

yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan

asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video

dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan

ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau

tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi

mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

24

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2010 tentang Tata Cara

Penghitungan, Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Luar

Daerah Pabean, mengatur antara lain :

a. Pasal 2, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas pemanfaatan Barang Kena

Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean;

b. Pasal 4, Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang

Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean terjadi pada saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak

tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean tersebut;

c. Pasal 5 ayat (1) dan (2), Saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak

tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah saat yang

diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa di bawah ini :

1) saat Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut

secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya;

2) saat harga perolehan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena

Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;

3) saat harga jual Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau penggantian Jasa

Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau

4) saat harga perolehan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena

Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang

memanfaatkannya. Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

25

berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud

di atas tidak diketahui, saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak

berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah tanggal

ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Pajak;

d. Pasal 6 ayat (1), Pajak Pertambahan Nilai yang terutang wajib dipungut dan

disetorkan seluruhnya ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan

Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah

Pabean, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.

5. Berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku sebagaimana dikutip pada

butir 1, 2 dan 4, dengan ini ditegaskan hal-hal sebagai berikut :

a. Pajak Penghasilan

1) atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri selain

bentuk usaha tetap di Indonesia sehubungan dengan penggunaan hak cipta atas film

impor dengan persyaratan tertentu maka atas penghasilan yang dibayarkan ke luar

negeri tersebut termasuk dalam pengertian royalti yang dipotong PPh Pasal 26 oleh

pihak yang wajib membayarkan sebesar 20% dari jumlah bruto atau sesuai tarif

sebagaimana diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara

Indonesia dengan negara mitra;

2) namun apabila atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan

pembelian film impor tersebut :

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

26

a) seluruh hak cipta (termasuk hak edar di negara lain) telah berpindah tanpa

persyaratan tertentu, termasuk tanpa ada kewajiban pembayaran kompensasi di

kemudian hari; atau

b) diberikan hak menggunakan hak cipta tanpa hak untuk mengumumkan

dan/atau memperbanyak ciptaannya, maka atas penghasilan yang dibayarkan ke luar

negeri tersebut tidak termasuk dalam pengertian royalti yang dipotong PPh Pasal 26;

b. Pajak Pertambahan Nilai

1) Pemasukan film impor merupakan kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak

Tidak Berwujud, berupa hasil karya sinematografi yang merupakan hak kekayaan

intelektual yang disimpan dalam media baik berupa roll film ataupun media

penyimpanan yang lain, dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang

dikenai Pajak Pertambahan Nilai;

2) Dasar Pengenaan Pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak

Pertambahan Nilai terutang adalah sebesar nilai berupa uang yang dibayar atau

seharusnya dibayar;

3) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak

Tidak Berwujud wajib dipungut dan disetorkan seluruhnya ke Kas Negara melalui

Kantor Pos atau Bank Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak oleh orang

pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar

Daerah Pabean, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya

pajak;

4) Perlu diperhatikan bahwa pada saat pemasukan film impor telah dipungut

Pajak Pertambahan Nilai impor. Oleh karena itu Dasar Pengenaan Pajak yang

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

27

digunakan untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas

pemanfaatan film impor yang terutang pada saat pemasukan film tersebut adalah

sebesar nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar, dikurangi dengan

nilai impor;

5) Adapun atas pembayaran royalti film impor sebagai hasil peredaran film di

dalam Daerah Pabean terutang Pajak Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan

Pajak sebesar nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar.

2.4 DEFINISI PPN FILM IMPOR DAN LOKAL

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke

konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods

and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak

tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau

dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung

pajak yang ia tanggung.

Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak

pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang

disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah

pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika

PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika

PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

28

Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen.

Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah

Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang

No. 11 Tahun 1994, Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang_Undang No.

42 Tahun 2009.

Menteri Keuangan telah mengubah Nilai Lain yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak

(DPP) PPN dari semula perkiraan hasil rata-rata per judul film menjadi

Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) saja. Semula Nilai Lain DPP PPN (semua)

diatur di Peraturan Menteri Keuangan No. 75/PMK.03/2010 yang mengatur bahwa

Nilai Lain DPP PPN adalah :

a. untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah

Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor.

b. untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak

adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor.

c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga

jual rata-rata.

d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul

film.

e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran.

f. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut

tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat

pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar.

g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya

dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok

penjualan atau harga perolehan.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

29

h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah

harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli.

i. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;

j. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari

jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih.

j. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10%

(sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

Berbeda dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 75/PMK.03/2010 yang

mengatur "semua penyerahan film cerita" baik film impor maupun film lokal,

Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.011/2011 hanya mengatur film impor

saja.Baik Nilai Lain DPP PPN saat impor maupun penyerahan ke bioskop. Menurut

saya, ada tiga aturan baru berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini :

a. DPP PPN atas impor media Film Cerita Impor

b. DPP PPN atas penyerahan copy Film Cerita Impor kepada Pengusaha

Bioskop

c. DPP PPh Pasal 22 atas impor media Film Cerita Impor.

DPP PPN ditetapkan hanya Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) saja.

Baik atas impor media Film Cerita Impor maupun atas penyerahan copy Film

Cerita Impor kepada Pengusaha Bioskop. Sedangkan DPP PPh Pasal 22 atas

impor Film Cerita Impor sebesar Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah

dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

30

Mekanisme Pengenaan PPN atas Produk Rekaman Suara dan/atau Gambar di

atur dalam ( SE - 13/PJ.51/2000 Jo SE - 24/PJ.51/2001 Jo KEP - 552/PJ./2001 Jo

KEP - 337/PJ./2003) :

1) Dalam penghitungan Dasar Pengenaan Pajak tersebut telah diperhitungkan nilai

tambah atas penyaluran/keagenannya, maka penyalur/agen kaset isi, compact disc

(CD), laser disc (LD), video compact disc karaoke (VCD.K) atau laser disc

karaoke (LD.K) tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

2) Meskipun demikian, bagi PKP Pedagang Eceran yang menggunakan Nilai lain

sebagai Dasar Pengenaan Pajak wajib mengenakan PPN 10% atas penyerahan

kaset/CD/LD/CD.K/LD.K sebagai barang dagangannya. PPN yang disetor ke kas

negara dihitung sebesar 10% x 20% x seluruh penyerahan barang dagangan.

3) Produsen media rekaman yang menyerahkan media rekaman wajib memotong

PPnBM yang terutang, karena media rekaman adalah Barang Kena Pajak yang

tergolong mewah.

4) Produsen media rekaman yang melakukan pembelian media rekaman, secara

terpisah-pisah (pita kosong sendiri, C-zero sendiri, snappac sendiri), diperlakukan

sebagai pabrikan media rekaman yang siap rekam dan atas penyerahannya

terutang PPn BM dengan tarif 20%.

5) PPn BM yang dibayar atas impor atau perolehan bahan baku media rekaman oleh

pabrikan yang memproduksi media rekaman tidak dapat dikompensasi atau

dikemba1ikan namun dapat dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan

perundang-undangan Pajak Penghasilan.

6) Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Setandar atas :

- pembelian media rekaman (kaset kosong, CD kosong, atau LD kosong);

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

31

- pembayaran royalty;

- pembayaran pencetakan label;

- pembayaran jasa rekaman;

- pembelian atau pembuatan master rekaman lagu/ suara;

- pembayaran jasa periklanan pada televisi, radio, majalah, dan surat kabar.

dapat digunakan sebagai bukti pembayaran PPN untuk penembusan stiker lunas

PPN.

Unsur PPn BM yang tercantum dalam Faktur Pajak tidak ikut diperhitungkan.

7) Dalam hal jumlah nilai stiker lunas PPN yang diminta lebih besar daripada

jumlah Pajak Masukan tersebut di atas kekurangannya disetor tunai menggunakan

SSP ke kas negara.

8) Pajak Masukan yang dapat dikreditkan selain yang tersebut di atas, tetap dapat

dikreditkan sehingga dapat dikompensasi atau direstitusi.

9) Dalam hal sampai dengan akhir suatu Masa Pajak masih terdapat Pajak Masukan

yang dimaksud pada huruf di atas, yang belum digunakan sebagai bukti

pembayaran PPN untuk penebusan stiker, maka Pajak Masukan tersebut dapat

dipergunakan sebagai bukti pembayaran PPN untuk penebusan stiker Masa Pajak

berikutnya selambat-lambatnya pada bulan ketiga setelah akhir tahun buku yang

bersangkutan atau dibebankan sebagai biaya sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan Pajak Penghasilan.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

32

2.5 PENGERTIAN FILM

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang

merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas

sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau

bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran

melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau

tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi

mekanik, eletronik, dan/atau lainnya;

Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi

dengan zat peka cahaya.Media peka cahaya ini sering disebut selluloid.Dalam bidang

fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan

pantulan cahaya yang tertangkap lensa.Pada generasi berikutnya fotografi bergeser

padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar.

Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami

perkembangan yang pesat.Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film),

pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip).Bertolak

dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang

memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.

Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka

pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa

menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film

yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar.Pada tahap

pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

33

disimpan pada media yang fleksibel.Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan

Pada media selluloid, analog maupun digital.

Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari

istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya

seniaudio-visual.Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni

yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.Istilah film

pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan

zat peka cahaya.Media peka cahaya ini sering disebut selluloid.Dalam bidang

fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan

pantulan cahaya yang tertangkap lensa.

Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik

sebagai penyimpan gambar.Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan

ini telah mengalami perkembangan yang pesat.Berturut-turut dikenal media

penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita,

cakram, memori chip).Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya

adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai

penyimpannya.

Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka

pengertian film telah bergeser.Sebuah filmcerita dapat diproduksi tanpa

menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film

yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar.Pada tahap

pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat

disimpan pada media yang fleksibel.Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan

Pada media selluloid, analog maupun digital.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Sesuai dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00355-AK Bab2001.pdf · 1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

34

Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari

istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya

seniaudio-visual.Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni

yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.

Film lokal atau nasional adalah sebuah hasil gambar berjalan yang di buat oleh

perusahaan film yang berada di Indonesia yang di edarkan di Indonesia. Sedangkan

film impor di artikan sebagai film asing yang di buat oleh Negara lain yang masuk ke

Indonesia dan di nikmati masyarakat Indonesia.