1. pendahuluan · sistem struktur dengan rangka ruang yang lengkap memikul beban gravitasi,...
TRANSCRIPT
-
1 Universitas Kristen Petra
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada zaman modern ini, beban gempa sudah bukan merupakan hal yang asing
lagi dalam dunia konstruksi bangunan. Perencanaan bangunan saat ini wajib
didesain tahan gempa, khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan posisi geologis
Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik, sehingga menyebabkan
Indonesia menjadi daerah rawan gempa. Gempa sendiri sebenarnya terjadi karena
adanya pelepasan energi secara tiba-tiba pada permukaan bumi yang menciptakan
gelombang seismik. Pelepasan energi sesaat inilah yang berdampak ke bangunan-
bangunan di daerah sekitar gempa, yang akhirnya menyebabkan struktur bangunan
tersebut rusak.
Standar perencanaan bangunan tahan gempa di Indonesia diatur dalam SNI
1726:2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung, di mana SNI 1726:2012 mengacu pada ASCE/SEI 7-10.
Dalam ASCE/SEI 7-10 disebutkan bahwa untuk mendesain struktur bangunan
rangka tahan gempa dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu sistem tunggal
(single system) dan sistem ganda (dual system). Sistem tunggal itu sendiri terdiri
dari dua macam, yaitu sistem rangka pemikul momen (moment-resisting frame
system) dan sistem rangka gedung (building frame system). Berhubung pada
penelitian kali ini akan dilakukan pengecekan terhadap bresing, maka sistem
tunggal yang digunakan adalah sistem rangka gedung. Pada sistem rangka gedung,
sistem struktur dengan rangka ruang yang lengkap memikul beban gravitasi,
sedangkan beban lateral yang diakibatkan oleh gempa dipikul oleh dinding geser
atau rangka bresing. Sedangkan berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1, untuk
sistem ganda, rangka pemikul momen harus mampu menahan paling sedikit 25
persen gaya gempa desain.
Berdasarkan SNI 7860:2015, sistem rangka gedung atau sistem rangka
terbreis dibagi menjadi empat jenis, yaitu Rangka Terbreis Konsentris Biasa
(RTKB), Rangka Terbreis Konsentris Khusus (RTKK), Rangka Terbreis Eksentris
(RTE), dan Rangka Terbreis Penahan Tekuk. Sedangkan sistem penahan momen
petra.ac.idhttp://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.html
-
2 Universitas Kristen Petra
juga dibedakan menjadi beberapa macam apabila mengacu pada SNI 7860:2015,
yaitu Rangka Momen Biasa (RMB), Rangka Momen Menengah (RMM), Rangka
Momen Khusus (RMK), dan Rangka Momen Rangka Batang Khusus (RMRBK).
Pada penelitian kali ini, untuk sistem tunggal (ST) akan digunakan sistem Rangka
Terbreis Eksentris (RTE) dan untuk sistem ganda (SG) akan digunakan gabungan
antara sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) dan Rangka Momen Khusus
(RMK).
Sebelum ini, penelitian mengenai bangunan dengan bresing eksentris sudah
pernah beberapa kali dilakukan. Namun, penelitian-penelitian sebelumnya lebih
fokus ke metode desain sistem tunggal untuk low rise building (6 dan 12 lantai) dan
sistem ganda. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Nico (2016)
membandingkan antara dua skenario sistem ganda dan satu skenario sistem tunggal
pada low rise building. Sementara itu, penelitian Gunawan dan Kurniawan (2016)
serta Mulia dan Edwin (2017) fokus ke sistem ganda pada mid rise building (12 dan
20 lantai).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Nico (2016), telah diketahui
bahwa untuk sistem ganda berdasarkan SNI 1726:2012, sistem rangka pemikul
momen harus mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa desain. Oleh
karena itu, Wijaya dan Nico (2016) melakukan penelitian terhadap low rise
building, yaitu 6 dan 12 lantai, dengan sistem RTE yang dibandingkan dengan
menggunakan tiga skenario yang berbeda. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui skenario mana yang menghasilkan performa bangunan terbaik apabila
ditinjau dari dua arah, yaitu x dan y. Skenario pertama (S1) adalah skenario desain
bangunan dengan distribusi base shear harus mencapai 25% dari total base shear.
Skenario kedua (S2) adalah skenario desain bangunan dengan mengalikan gaya
gempa yang terjadi dengan faktor skala. Dalam mendesain bangunan dengan S2,
bila distribusi base shear dari awal desain bangunan melebihi 25% dari total base
shear, maka harus dilakukan desain ulang. Skenario ketiga (S3) adalah skenario
desain bangunan dengan menetapkan arah x dan y sebagai sistem tunggal, yaitu
sistem RTE.
Wijaya dan Nico (2016) menyimpulkan dari hasil penelitian mereka bahwa
S1 dan S2 memiliki performa yang tidak jauh berbeda, tetapi presentase berat
-
3 Universitas Kristen Petra
bangunannya lebih ringan S2 daripada S1. Sedangkan performa bangunan S3
dinilai paling buruk dibandingkan dengan dua metode lainnya. Oleh karena itu,
Gunawan dan Kurniawan (2016) serta Mulia dan Edwin (2017) meneliti lebih lanjut
mengenai dua skenario sistem ganda, yaitu S1 dan S2, pada bangunan yang lebih
tinggi (mid rise building).
Penelitian Gunawan dan Kurniawan (2016) direncanakan dengan
menggunakan tiga tipe mid rise building, yaitu dua bangunan 12 lantai dan satu
bangunan 20 lantai, dengan sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) bentuk V
terbalik yang masing-masing akan didesain menggunakan kedua skenario yang
telah disebutkan sebelumnya. Berikut merupakan denah-denah bangunan yang
digunakan oleh Gunawan dan Kurniawan (2016), dapat dilihat pada Gambar 1.1,
Gambar 1.2, dan Gambar 1.3, beserta penjelasan mengenai penamaan bangunan
pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Makna Penggunaan Kode
Kode Makna
31J12 Bangunan dengan 3 bentang, 1 RTE, berlokasi di Jayapura, 12 lantai
52J12 Bangunan dengan 5 bentang, 2 RTE, berlokasi di Jayapura, 12 lantai
52J20 Bangunan dengan 5 bentang, 2 RTE, berlokasi di Jayapura, 20 lantai
S1 Skenario 1 (pemeriksaan performa bangunan terhadap kekakuan)
S2 Skenario 2 (pemeriksaan performa bangunan terhadap kekuatan)
-
4 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.1. Denah Bangunan 31J12
Gambar 1.2. Denah Bangunan 52J12 dan 52J20
-
5 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.3. Tampak Samping Bangunan
Sama seperti penelitian sebelumnya, penelitian Mulia dan Edwin (2017) juga
direncanakan dengan menggunakan tiga tipe mid rise building, yaitu dua bangunan
12 lantai dan satu bangunan 20 lantai, dengan sistem Rangka Terbreis Eksentris
(RTE). Namun, ketiga tipe bangunan tersebut memiliki bentuk bresing diagonal
yang masing-masing akan didesain menggunakan dua skenario yang telah
disebutkan sebelumnya, yaitu skenario 1 (S1) dan skenario 2 (S2). Berikut
merupakan denah-denah bangunan yang digunakan oleh Mulia dan Edwin (2017),
dapat dilihat pada Gambar 1.4, Gambar 1.5, Gambar 1.6, dan Gambar 1.7, beserta
penjelasan mengenai penamaan bangunan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Makna Penggunaan Kode
Kode Makna
31J12 Bangunan dengan 3 bentang, 1 RTE, berlokasi di Jayapura, 12 lantai
52J12 Bangunan dengan 5 bentang, 2 RTE, berlokasi di Jayapura, 12 lantai
53J20 Bangunan dengan 5 bentang, 3 RTE, berlokasi di Jayapura, 20 lantai
S1 Skenario 1 (pemeriksaan performa bangunan terhadap kekakuan)
S2 Skenario 2 (pemeriksaan performa bangunan terhadap kekuatan)
-
6 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.4. Denah bangunan 31J12
Gambar 1.5. Denah bangunan 52J12
-
7 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.6. Denah bangunan 53J20
Gambar 1.7. Tampak Samping Bangunan
-
8 Universitas Kristen Petra
Hasil penelitian Gunawan dan Kurniawan (2016) serta Mulia dan Edwin
(2017) menunjukkan bahwa perencanaan bangunan dengan S2 menghasilkan
bangunan yang lebih ringan berhubung profil yang digunakan pada S2 lebih kecil
dibandingkan dengan S1, sehingga metode S2 dinyatakan lebih ekonomis. Selain
itu, hasil penelitian juga menyatakan bahwa performa bangunan yang dihasilkan
dengan S2 lebih buruk dibandingkan bangunan dengan S1 bila ditinjau dari
displacement maksimum yang terjadi, tetapi perbedaan performa yang dihasilkan
tidak terlalu signifikan karena berat bangunan tidak jauh berbeda. Kedua skenario
tersebut juga menghasilkan bangunan dengan tingkat kerusakan yang sama. Pada
kedua penelitian tersebut sebenarnya terjadi kerusakan pada elemen link, tetapi
apabila ditinjau dari drift ratio maksimum, seluruh bangunan masih termasuk
dalam batas aman.
Perencanaan struktur bangunan tahan gempa dengan bresing eksentris dengan
menggunakan sistem ganda telah diperoleh suatu kesimpulan pada low rise building
(6 dan 12 lantai) dan mid rise building (12 dan 20 lantai). Namun, desain bangunan
dengan bresing eksentris dengan menggunakan sistem tunggal (sistem rangka
gedung) baru diperoleh kesimpulan pada low rise building saja dan ditinjau dengan
menggunakan software ETABS. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan
dilakukan perencanaan bangunan dengan bresing eksentris berbentuk V terbalik
dan berbentuk diagonal yang ditinjau menggunakan sistem tunggal dan sistem
ganda pada mid rise building (12 dan 18 lantai). Mengacu pada dua penelitian yang
telah disebutkan sebelumnya, untuk sistem tunggal (ST) akan ditinjau
menggunakan sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) dan untuk sistem ganda
(SG) akan ditinjau menggunakan gabungan antara sistem Rangka Terbreis
Eksentris (RTE) dan sistem Rangka Momen Khusus (RMK). Mengacu pada
penelitian sebelumnya, maka pada penelitian kali hanya akan digunakan Skenario
1 (S1) untuk SG.
Bangunan yang akan diteliti tidak sama persis dengan bangunan dari
penelitian Gunawan dan Kurniawan (2016) serta Mulia dan Edwin (2017), yaitu 12
dan 20 lantai karena berdasarkan SNI 1726:2012 Tabel 9 terdapat batasan tinggi
bangunan untuk kategori desain seismik D dan E, yaitu 48 m atau 12 lantai (tinggi
antar lantai 4 m). Namun, mengacu pada SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.4, batasan
-
9 Universitas Kristen Petra
ketinggian tersebut boleh ditingkatkan sampai 72 m atau 18 lantai apabila struktur
mempunyai sistem penahan gaya gempa berupa rangka baja dengan bresing
eksentris, serta memenuhi dua syarat. Kedua syarat yang dimaksud adalah struktur
tidak boleh mempunyai ketidakberaturan torsi berlebihan dan pada rangka baja
dengan bresing eksentris salah satu bidangnya tidak boleh menahan lebih dari 60
persen gaya gempa total dalam setiap arah, dengan mengabaikan torsi tak terduga.
Jadi, pada penelitian ini akan digunakan delapan tipe bangunan yang berbeda,
yaitu empat bangunan dengan sistem tunggal (ST) dan empat bangunan dengan
sistem ganda (SG), di mana masing-masing sistem terdiri dari dua macam bentuk
bresing dan dua ketinggian lantai yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk
menyelidiki sistem desain mana, antara ST dan SG, yang mampu menghasilkan
performa bangunan yang lebih baik pada mid rise building dengan bresing
eksentris. Selain itu, juga akan diteliti dengan menggunakan dua bentuk bresing
eksentris untuk mengetahui bentuk bresing manakah yang lebih efektif.
1.2. Rumusan Masalah
Berikut merupakan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini, yaitu antara lain:
Antara sistem ganda dan sistem rangka gedung, sistem manakah yang mampu
menghasilkan performa terbaik pada bangunan dengan bresing eksentris
bentuk V terbalik pada mid-rise building (12 & 18 lantai)?
Antara sistem ganda dan sistem rangka gedung, sistem manakah yang mampu
menghasilkan performa terbaik pada bangunan dengan bresing eksentris
bentuk diagonal pada mid-rise building (12 & 18 lantai)?
Bresing bentuk manakah, antara bentuk V terbalik dan bentuk diagonal, yang
mampu menghasilkan performa gedung terbaik pada mid-rise building (12 &
18 lantai)?
-
10 Universitas Kristen Petra
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa beberapa hal sebagai berikut:
Mengetahui sistem mana antara sistem ganda dan sistem rangka gedung yang
mampu menghasilkan performa terbaik pada bangunan dengan bresing
eksentris bentuk V terbalik pada mid-rise building (12 & 18 lantai).
Mengetahui sistem mana antara sistem ganda dan sistem rangka gedung yang
mampu menghasilkan performa terbaik pada bangunan dengan bresing
eksentris bentuk diagonal pada mid-rise building (12 & 18 lantai).
Mengetahui bentuk bresing, antara bentuk V terbalik dan bentuk diagonal,
yang paling efektif dalam menghasilkan performa gedung terbaik pada pada
mid-rise building (12 & 18 lantai).
1.4. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada beberapa aspek agar ruang lingkupnya tidak
terlalu luas dan dapat terfokus. Aspek-aspek ruang lingkup penelitian tersebut
adalah:
Bangunan terdiri dari dua jenis yaitu 31J12 dan 52J18
Perhitungan dilakukan dengan dua buah skenario yaitu skenario Sistem
Tunggal (ST) dan skenario Sistem Ganda (SG)
Skenario Sistem Ganda (SG) yang digunakan adalah base shear RMK harus
mencapai minimal 25% dari total base shear
Bangunan terdiri dari dua tipe bresing, yaitu bresing bentuk V terbalik dan
diagonal
Fungsi bangunan untuk perkantoran
Bangunan berlokasi di Kota Jayapura dengan asumsi tanah kelas situs SE
Tinggi antar lantai tipikal 4 m
Plat lantai menggunakan plat beton tebal 12 cm dan plat atap menggunakan
plat beton tebal 10 cm
Bentang antar portal 6 m untuk alasan efisiensi profil baja
Mutu baja yang digunakan adalah A36 (BJ 37) dan A992 (BJ 55)
-
11 Universitas Kristen Petra
Perencanaan baja dilakukan menggunakan DBFK (Desain Faktor Beban dan
Ketahanan) atau LRFD (Load and Resistance Factor Design)
Perhitungan gempa menggunakan metode respons spektrum dan analisis
kinerja bangunan menggunakan nonlinear time history analysis.
Profil yang digunakan berdasarkan Tabel Profil Konstruksi Baja (Gunawan,
1988) dengan tanda “WF” atau “W” dan berdasarkan JFE Steel – Wide
Flange Shapes dengan tanda “J”
Program analisa struktur yang digunakan adalah CSI SAP2000 v18
Peraturan beban yang digunakan berdasarkan Standar Konstruksi Bangunan
Indonesia (1987) dan SNI 1727:2013
Peraturan baja yang digunakan berdasarkan SNI 1729:2002, SNI 1729:2015,
dan AISC 360-10
Peraturan gempa yang digunakan berdasarkan SNI 1726:2012
Peraturan baja gempa yang digunakan berdasarkan SNI 7860:2015 dan AISC
341-10
Denah bangunan yang akan digunakan disamakan dengan dua penelitian
sebelumnya, yaitu 12 lantai 3 bentang dengan 1 bentang bresing dan 18 lantai 5
bentang dengan 2 bentang bresing. Denah bangunan yang terbreis diagonal dan
bangunan yang terbreis V terbalik juga disamakan. Berikut adalah penjelasan
penamaan bangunan yang digunakan seperti terlihat pada Tabel 1.3. Denah-denah
bangunan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.8 dan Gambar 1.9 untuk
bangunan terbreis diagonal, sedangkan denah-denah bangunan terbreis V terbalik
terlihat pada Gambar 1.10 dan Gambar 1.11. Tampak samping bangunan terbreis
diagonal yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.12, sedangkan tampak
samping bangunan terbreis V terbalik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar
1.13. Pada Gambar 1.14 terdapat Respons Spektrum Gempa Rencana Kota
Jayapura.
-
12 Universitas Kristen Petra
Tabel 1.3. Penjelasan Kode Bangunan yang Digunakan
No Kode Penjelasan Kode
1 31J12 Bangunan dengan 3 bentang, 1 RTE, terletak di Jayapura, 12 lantai
2 52J18 Bangunan dengan 5 bentang, 2 RTE, terletak di Jayapura, 18 lantai
3 D Bangunan terbreis eksentris berbentuk diagonal
4 V Bangunan terbreis eksentris berbentuk V terbalik
5 ST Skenario Sistem Tunggal (RTE)
6 SG Skenario Sistem Ganda (RTE dan RMK)
Gambar 1.8. Denah Bangunan 31J12 – D
-
13 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.9. Denah Bangunan 52J18 – D
Gambar 1.10. Denah Bangunan 31J12 – V Terbalik
-
14 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.9. Denah Bangunan 52J18 – V Terbalik
-
15 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.12. Tampak Samping Bangunan Terbreis Diagonal
Gambar 1.13. Tampak Samping Bangunan Terbreis V Terbalik
-
16 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.14. Respons Spektrum Gempa Rencana Kota Jayapura
1.5. Metodologi Penelitian
Secara garis besar untuk penelitian ini terdapat dua skenario yang akan diteliti
dan terdapat dua tipe bangunan mid rise building, yaitu bangunan 12 lantai dan 18
lantai. Masing-masing tipe bangunan tersebut dibedakan menjadi dua bentuk
bresing, yaitu bresing bentuk V terbalik dan bentuk diagonal yang akan dijadikan
sebagai objek penelitian. Keempat bangunan ini akan didesain menggunakan dua
skenario, yaitu skenario Sistem Tunggal (ST) yang menggunakan sistem Rangka
Terbreis Eksentris (RTE) dan skenario Sistem Ganda (SG) yang menggunakan
sistem gabungan antara sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) dan sistem Rangka
Momen Khusus (RMK).
Penelitian dengan skenario Sistem Tunggal (ST) dimulai dengan preliminary
design terhadap kedua tipe bangunan dari masing-masing bentuk bresing dan
kemudian dengan menggunakan bantuan program CSI SAP2000 v18, dilakukan
pemodelan struktur bangunan secara tiga dimensi. Langkah berikutnya adalah
menentukan pembebanan yang terjadi terhadap struktur, antara lain beban mati,
beban hidup, dan beban gempa. Setelah pemodelan dan pembebanan struktur
dilakukan, dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap base shear pada joint
reaction. Bangunan didesain sedemikian rupa sehingga gaya akibat gempa
semaksimal mungkin dipikul oleh bresing eksentris saja. Setelah itu dilanjutkan
dengan capacity design sesuai dengan ketentuan RTE. Kemudian dilakukan
-
17 Universitas Kristen Petra
pemeriksaan terhadap persyaratan drift bangunan dan persyaratan 85% static
equivalent base shear. Apabila syarat-syarat yang telah ditentukan telah terpenuhi,
maka penelitian dilanjutkan dengan analisis kinerja bangunan dengan nonlinear
time history analysis. Namun, apabila syarat-syarat tersebut di atas ada yang belum
terpenuhi, maka bangunan harus didesain ulang sampai memenuhi semua
persyaratan yang ada.
Sama seperti skenario ST, penelitian dengan skenario Sistem Ganda (SG)
juga diawali dengan preliminary design, disusul dengan pemodelan struktur dengan
bantuan program CSI SAP2000 v18, serta pembebanan yang terjadi. Kemudian,
penelitian dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap base shear yang terjadi.
Apabila presentase base shear yang terjadi pada RMK kurang dari 25%, maka perlu
dilakukan desain kembali sampai presentase base shear yang terjadi pada RMK
dapat mencapai 25%. Setelah syarat presentase base shear RMK berhasil mencapai
25%, penelitian dilanjutkan dengan capacity design sesuai dengan ketentuan RTE
dan RMK. Selanjutnya, seperti skenario ST, dilakukan pemeriksaan terhadap
persyaratan drift bangunan dan persyaratan 85% static equivalent base shear.
Semua syarat-syarat tersebut harus dipenuhi terlebih dahulu, baru dapat
melanjutkan penelitian ke analisis kinerja bangunan dengan nonlinear time history
analysis.
Ringkasan metodologi penelitian untuk sistem tunggal dan sistem ganda
akan disajikan dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 1.15 dan Gambar 1.16
berikut.
-
18 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.15. Flowchart Metodologi Penelitian Sistem Tunggal (ST)
Start
Preliminary Design
Pemodelan 3D dengan SAP2000
Pembebanan
Capacity Design
Pengecekan drift
Nonlinear Time History Analysis
Kesimpulan
Finish
-
19 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.16. Flowchart Metodologi Penelitian Sistem Ganda (SG)
Start
Preliminary Design
Pemodelan 3D dengan SAP2000
Pembebanan
Pemeriksaan terhadap SG
(Base Shear RMK ≥ 25%)
Capacity Design
Pengecekan drift
Nonlinear Time History Analysis
Kesimpulan
Finish
-
20 Universitas Kristen Petra
1.6. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab, berikut adalah
penjelasan isi dari masing-masing bab:
Bab 1: Pendahuluan
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab 2: Landasan Teori
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep perhitungan sistem Rangka
Terbreis Eksentris (RTE), capacity design, modeling struktur dengan
Program SAP2000 v18, dan juga mengenai nonlinear time history analysis.
Bab 3: Prosedur Perencanaan
Bab ini akan menjelaskan mengenai informasi umum perencanaan, contoh
perhitungan RTE, dan juga penjelasan perhitungan nonlinear time history
analysis dengan Program SAP2000 v18.
Bab 4: Hasil dan Analisis
Bagian ini akan menyajikan hasil perhitungan dan desain bangunan, serta
pembahasan hasil.
Bab 5: Kesimpulan Penelitian
Bagian ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian.
back to toc: master index: help: ukp: