1. pendahuluan · sistem struktur dengan rangka ruang yang lengkap memikul beban gravitasi,...

20
1 Universitas Kristen Petra 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman modern ini, beban gempa sudah bukan merupakan hal yang asing lagi dalam dunia konstruksi bangunan. Perencanaan bangunan saat ini wajib didesain tahan gempa, khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan posisi geologis Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik, sehingga menyebabkan Indonesia menjadi daerah rawan gempa. Gempa sendiri sebenarnya terjadi karena adanya pelepasan energi secara tiba-tiba pada permukaan bumi yang menciptakan gelombang seismik. Pelepasan energi sesaat inilah yang berdampak ke bangunan- bangunan di daerah sekitar gempa, yang akhirnya menyebabkan struktur bangunan tersebut rusak. Standar perencanaan bangunan tahan gempa di Indonesia diatur dalam SNI 1726:2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung, di mana SNI 1726:2012 mengacu pada ASCE/SEI 7-10. Dalam ASCE/SEI 7-10 disebutkan bahwa untuk mendesain struktur bangunan rangka tahan gempa dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu sistem tunggal (single system) dan sistem ganda (dual system). Sistem tunggal itu sendiri terdiri dari dua macam, yaitu sistem rangka pemikul momen ( moment-resisting frame system) dan sistem rangka gedung (building frame system). Berhubung pada penelitian kali ini akan dilakukan pengecekan terhadap bresing, maka sistem tunggal yang digunakan adalah sistem rangka gedung. Pada sistem rangka gedung, sistem struktur dengan rangka ruang yang lengkap memikul beban gravitasi, sedangkan beban lateral yang diakibatkan oleh gempa dipikul oleh dinding geser atau rangka bresing. Sedangkan berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1, untuk sistem ganda, rangka pemikul momen harus mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa desain. Berdasarkan SNI 7860:2015, sistem rangka gedung atau sistem rangka terbreis dibagi menjadi empat jenis, yaitu Rangka Terbreis Konsentris Biasa (RTKB), Rangka Terbreis Konsentris Khusus (RTKK), Rangka Terbreis Eksentris (RTE), dan Rangka Terbreis Penahan Tekuk. Sedangkan sistem penahan momen

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1 Universitas Kristen Petra

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pada zaman modern ini, beban gempa sudah bukan merupakan hal yang asing

    lagi dalam dunia konstruksi bangunan. Perencanaan bangunan saat ini wajib

    didesain tahan gempa, khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan posisi geologis

    Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng

    Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik, sehingga menyebabkan

    Indonesia menjadi daerah rawan gempa. Gempa sendiri sebenarnya terjadi karena

    adanya pelepasan energi secara tiba-tiba pada permukaan bumi yang menciptakan

    gelombang seismik. Pelepasan energi sesaat inilah yang berdampak ke bangunan-

    bangunan di daerah sekitar gempa, yang akhirnya menyebabkan struktur bangunan

    tersebut rusak.

    Standar perencanaan bangunan tahan gempa di Indonesia diatur dalam SNI

    1726:2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan

    gedung dan non gedung, di mana SNI 1726:2012 mengacu pada ASCE/SEI 7-10.

    Dalam ASCE/SEI 7-10 disebutkan bahwa untuk mendesain struktur bangunan

    rangka tahan gempa dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu sistem tunggal

    (single system) dan sistem ganda (dual system). Sistem tunggal itu sendiri terdiri

    dari dua macam, yaitu sistem rangka pemikul momen (moment-resisting frame

    system) dan sistem rangka gedung (building frame system). Berhubung pada

    penelitian kali ini akan dilakukan pengecekan terhadap bresing, maka sistem

    tunggal yang digunakan adalah sistem rangka gedung. Pada sistem rangka gedung,

    sistem struktur dengan rangka ruang yang lengkap memikul beban gravitasi,

    sedangkan beban lateral yang diakibatkan oleh gempa dipikul oleh dinding geser

    atau rangka bresing. Sedangkan berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1, untuk

    sistem ganda, rangka pemikul momen harus mampu menahan paling sedikit 25

    persen gaya gempa desain.

    Berdasarkan SNI 7860:2015, sistem rangka gedung atau sistem rangka

    terbreis dibagi menjadi empat jenis, yaitu Rangka Terbreis Konsentris Biasa

    (RTKB), Rangka Terbreis Konsentris Khusus (RTKK), Rangka Terbreis Eksentris

    (RTE), dan Rangka Terbreis Penahan Tekuk. Sedangkan sistem penahan momen

    petra.ac.idhttp://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.html

  • 2 Universitas Kristen Petra

    juga dibedakan menjadi beberapa macam apabila mengacu pada SNI 7860:2015,

    yaitu Rangka Momen Biasa (RMB), Rangka Momen Menengah (RMM), Rangka

    Momen Khusus (RMK), dan Rangka Momen Rangka Batang Khusus (RMRBK).

    Pada penelitian kali ini, untuk sistem tunggal (ST) akan digunakan sistem Rangka

    Terbreis Eksentris (RTE) dan untuk sistem ganda (SG) akan digunakan gabungan

    antara sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) dan Rangka Momen Khusus

    (RMK).

    Sebelum ini, penelitian mengenai bangunan dengan bresing eksentris sudah

    pernah beberapa kali dilakukan. Namun, penelitian-penelitian sebelumnya lebih

    fokus ke metode desain sistem tunggal untuk low rise building (6 dan 12 lantai) dan

    sistem ganda. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Nico (2016)

    membandingkan antara dua skenario sistem ganda dan satu skenario sistem tunggal

    pada low rise building. Sementara itu, penelitian Gunawan dan Kurniawan (2016)

    serta Mulia dan Edwin (2017) fokus ke sistem ganda pada mid rise building (12 dan

    20 lantai).

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Nico (2016), telah diketahui

    bahwa untuk sistem ganda berdasarkan SNI 1726:2012, sistem rangka pemikul

    momen harus mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa desain. Oleh

    karena itu, Wijaya dan Nico (2016) melakukan penelitian terhadap low rise

    building, yaitu 6 dan 12 lantai, dengan sistem RTE yang dibandingkan dengan

    menggunakan tiga skenario yang berbeda. Penelitian tersebut bertujuan untuk

    mengetahui skenario mana yang menghasilkan performa bangunan terbaik apabila

    ditinjau dari dua arah, yaitu x dan y. Skenario pertama (S1) adalah skenario desain

    bangunan dengan distribusi base shear harus mencapai 25% dari total base shear.

    Skenario kedua (S2) adalah skenario desain bangunan dengan mengalikan gaya

    gempa yang terjadi dengan faktor skala. Dalam mendesain bangunan dengan S2,

    bila distribusi base shear dari awal desain bangunan melebihi 25% dari total base

    shear, maka harus dilakukan desain ulang. Skenario ketiga (S3) adalah skenario

    desain bangunan dengan menetapkan arah x dan y sebagai sistem tunggal, yaitu

    sistem RTE.

    Wijaya dan Nico (2016) menyimpulkan dari hasil penelitian mereka bahwa

    S1 dan S2 memiliki performa yang tidak jauh berbeda, tetapi presentase berat

  • 3 Universitas Kristen Petra

    bangunannya lebih ringan S2 daripada S1. Sedangkan performa bangunan S3

    dinilai paling buruk dibandingkan dengan dua metode lainnya. Oleh karena itu,

    Gunawan dan Kurniawan (2016) serta Mulia dan Edwin (2017) meneliti lebih lanjut

    mengenai dua skenario sistem ganda, yaitu S1 dan S2, pada bangunan yang lebih

    tinggi (mid rise building).

    Penelitian Gunawan dan Kurniawan (2016) direncanakan dengan

    menggunakan tiga tipe mid rise building, yaitu dua bangunan 12 lantai dan satu

    bangunan 20 lantai, dengan sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) bentuk V

    terbalik yang masing-masing akan didesain menggunakan kedua skenario yang

    telah disebutkan sebelumnya. Berikut merupakan denah-denah bangunan yang

    digunakan oleh Gunawan dan Kurniawan (2016), dapat dilihat pada Gambar 1.1,

    Gambar 1.2, dan Gambar 1.3, beserta penjelasan mengenai penamaan bangunan

    pada Tabel 1.1.

    Tabel 1.1. Makna Penggunaan Kode

    Kode Makna

    31J12 Bangunan dengan 3 bentang, 1 RTE, berlokasi di Jayapura, 12 lantai

    52J12 Bangunan dengan 5 bentang, 2 RTE, berlokasi di Jayapura, 12 lantai

    52J20 Bangunan dengan 5 bentang, 2 RTE, berlokasi di Jayapura, 20 lantai

    S1 Skenario 1 (pemeriksaan performa bangunan terhadap kekakuan)

    S2 Skenario 2 (pemeriksaan performa bangunan terhadap kekuatan)

  • 4 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.1. Denah Bangunan 31J12

    Gambar 1.2. Denah Bangunan 52J12 dan 52J20

  • 5 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.3. Tampak Samping Bangunan

    Sama seperti penelitian sebelumnya, penelitian Mulia dan Edwin (2017) juga

    direncanakan dengan menggunakan tiga tipe mid rise building, yaitu dua bangunan

    12 lantai dan satu bangunan 20 lantai, dengan sistem Rangka Terbreis Eksentris

    (RTE). Namun, ketiga tipe bangunan tersebut memiliki bentuk bresing diagonal

    yang masing-masing akan didesain menggunakan dua skenario yang telah

    disebutkan sebelumnya, yaitu skenario 1 (S1) dan skenario 2 (S2). Berikut

    merupakan denah-denah bangunan yang digunakan oleh Mulia dan Edwin (2017),

    dapat dilihat pada Gambar 1.4, Gambar 1.5, Gambar 1.6, dan Gambar 1.7, beserta

    penjelasan mengenai penamaan bangunan pada Tabel 1.2.

    Tabel 1.2. Makna Penggunaan Kode

    Kode Makna

    31J12 Bangunan dengan 3 bentang, 1 RTE, berlokasi di Jayapura, 12 lantai

    52J12 Bangunan dengan 5 bentang, 2 RTE, berlokasi di Jayapura, 12 lantai

    53J20 Bangunan dengan 5 bentang, 3 RTE, berlokasi di Jayapura, 20 lantai

    S1 Skenario 1 (pemeriksaan performa bangunan terhadap kekakuan)

    S2 Skenario 2 (pemeriksaan performa bangunan terhadap kekuatan)

  • 6 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.4. Denah bangunan 31J12

    Gambar 1.5. Denah bangunan 52J12

  • 7 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.6. Denah bangunan 53J20

    Gambar 1.7. Tampak Samping Bangunan

  • 8 Universitas Kristen Petra

    Hasil penelitian Gunawan dan Kurniawan (2016) serta Mulia dan Edwin

    (2017) menunjukkan bahwa perencanaan bangunan dengan S2 menghasilkan

    bangunan yang lebih ringan berhubung profil yang digunakan pada S2 lebih kecil

    dibandingkan dengan S1, sehingga metode S2 dinyatakan lebih ekonomis. Selain

    itu, hasil penelitian juga menyatakan bahwa performa bangunan yang dihasilkan

    dengan S2 lebih buruk dibandingkan bangunan dengan S1 bila ditinjau dari

    displacement maksimum yang terjadi, tetapi perbedaan performa yang dihasilkan

    tidak terlalu signifikan karena berat bangunan tidak jauh berbeda. Kedua skenario

    tersebut juga menghasilkan bangunan dengan tingkat kerusakan yang sama. Pada

    kedua penelitian tersebut sebenarnya terjadi kerusakan pada elemen link, tetapi

    apabila ditinjau dari drift ratio maksimum, seluruh bangunan masih termasuk

    dalam batas aman.

    Perencanaan struktur bangunan tahan gempa dengan bresing eksentris dengan

    menggunakan sistem ganda telah diperoleh suatu kesimpulan pada low rise building

    (6 dan 12 lantai) dan mid rise building (12 dan 20 lantai). Namun, desain bangunan

    dengan bresing eksentris dengan menggunakan sistem tunggal (sistem rangka

    gedung) baru diperoleh kesimpulan pada low rise building saja dan ditinjau dengan

    menggunakan software ETABS. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan

    dilakukan perencanaan bangunan dengan bresing eksentris berbentuk V terbalik

    dan berbentuk diagonal yang ditinjau menggunakan sistem tunggal dan sistem

    ganda pada mid rise building (12 dan 18 lantai). Mengacu pada dua penelitian yang

    telah disebutkan sebelumnya, untuk sistem tunggal (ST) akan ditinjau

    menggunakan sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) dan untuk sistem ganda

    (SG) akan ditinjau menggunakan gabungan antara sistem Rangka Terbreis

    Eksentris (RTE) dan sistem Rangka Momen Khusus (RMK). Mengacu pada

    penelitian sebelumnya, maka pada penelitian kali hanya akan digunakan Skenario

    1 (S1) untuk SG.

    Bangunan yang akan diteliti tidak sama persis dengan bangunan dari

    penelitian Gunawan dan Kurniawan (2016) serta Mulia dan Edwin (2017), yaitu 12

    dan 20 lantai karena berdasarkan SNI 1726:2012 Tabel 9 terdapat batasan tinggi

    bangunan untuk kategori desain seismik D dan E, yaitu 48 m atau 12 lantai (tinggi

    antar lantai 4 m). Namun, mengacu pada SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.4, batasan

  • 9 Universitas Kristen Petra

    ketinggian tersebut boleh ditingkatkan sampai 72 m atau 18 lantai apabila struktur

    mempunyai sistem penahan gaya gempa berupa rangka baja dengan bresing

    eksentris, serta memenuhi dua syarat. Kedua syarat yang dimaksud adalah struktur

    tidak boleh mempunyai ketidakberaturan torsi berlebihan dan pada rangka baja

    dengan bresing eksentris salah satu bidangnya tidak boleh menahan lebih dari 60

    persen gaya gempa total dalam setiap arah, dengan mengabaikan torsi tak terduga.

    Jadi, pada penelitian ini akan digunakan delapan tipe bangunan yang berbeda,

    yaitu empat bangunan dengan sistem tunggal (ST) dan empat bangunan dengan

    sistem ganda (SG), di mana masing-masing sistem terdiri dari dua macam bentuk

    bresing dan dua ketinggian lantai yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk

    menyelidiki sistem desain mana, antara ST dan SG, yang mampu menghasilkan

    performa bangunan yang lebih baik pada mid rise building dengan bresing

    eksentris. Selain itu, juga akan diteliti dengan menggunakan dua bentuk bresing

    eksentris untuk mengetahui bentuk bresing manakah yang lebih efektif.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berikut merupakan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada

    penelitian ini, yaitu antara lain:

    Antara sistem ganda dan sistem rangka gedung, sistem manakah yang mampu

    menghasilkan performa terbaik pada bangunan dengan bresing eksentris

    bentuk V terbalik pada mid-rise building (12 & 18 lantai)?

    Antara sistem ganda dan sistem rangka gedung, sistem manakah yang mampu

    menghasilkan performa terbaik pada bangunan dengan bresing eksentris

    bentuk diagonal pada mid-rise building (12 & 18 lantai)?

    Bresing bentuk manakah, antara bentuk V terbalik dan bentuk diagonal, yang

    mampu menghasilkan performa gedung terbaik pada mid-rise building (12 &

    18 lantai)?

  • 10 Universitas Kristen Petra

    1.3. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa beberapa hal sebagai berikut:

    Mengetahui sistem mana antara sistem ganda dan sistem rangka gedung yang

    mampu menghasilkan performa terbaik pada bangunan dengan bresing

    eksentris bentuk V terbalik pada mid-rise building (12 & 18 lantai).

    Mengetahui sistem mana antara sistem ganda dan sistem rangka gedung yang

    mampu menghasilkan performa terbaik pada bangunan dengan bresing

    eksentris bentuk diagonal pada mid-rise building (12 & 18 lantai).

    Mengetahui bentuk bresing, antara bentuk V terbalik dan bentuk diagonal,

    yang paling efektif dalam menghasilkan performa gedung terbaik pada pada

    mid-rise building (12 & 18 lantai).

    1.4. Ruang Lingkup

    Penelitian ini dibatasi pada beberapa aspek agar ruang lingkupnya tidak

    terlalu luas dan dapat terfokus. Aspek-aspek ruang lingkup penelitian tersebut

    adalah:

    Bangunan terdiri dari dua jenis yaitu 31J12 dan 52J18

    Perhitungan dilakukan dengan dua buah skenario yaitu skenario Sistem

    Tunggal (ST) dan skenario Sistem Ganda (SG)

    Skenario Sistem Ganda (SG) yang digunakan adalah base shear RMK harus

    mencapai minimal 25% dari total base shear

    Bangunan terdiri dari dua tipe bresing, yaitu bresing bentuk V terbalik dan

    diagonal

    Fungsi bangunan untuk perkantoran

    Bangunan berlokasi di Kota Jayapura dengan asumsi tanah kelas situs SE

    Tinggi antar lantai tipikal 4 m

    Plat lantai menggunakan plat beton tebal 12 cm dan plat atap menggunakan

    plat beton tebal 10 cm

    Bentang antar portal 6 m untuk alasan efisiensi profil baja

    Mutu baja yang digunakan adalah A36 (BJ 37) dan A992 (BJ 55)

  • 11 Universitas Kristen Petra

    Perencanaan baja dilakukan menggunakan DBFK (Desain Faktor Beban dan

    Ketahanan) atau LRFD (Load and Resistance Factor Design)

    Perhitungan gempa menggunakan metode respons spektrum dan analisis

    kinerja bangunan menggunakan nonlinear time history analysis.

    Profil yang digunakan berdasarkan Tabel Profil Konstruksi Baja (Gunawan,

    1988) dengan tanda “WF” atau “W” dan berdasarkan JFE Steel – Wide

    Flange Shapes dengan tanda “J”

    Program analisa struktur yang digunakan adalah CSI SAP2000 v18

    Peraturan beban yang digunakan berdasarkan Standar Konstruksi Bangunan

    Indonesia (1987) dan SNI 1727:2013

    Peraturan baja yang digunakan berdasarkan SNI 1729:2002, SNI 1729:2015,

    dan AISC 360-10

    Peraturan gempa yang digunakan berdasarkan SNI 1726:2012

    Peraturan baja gempa yang digunakan berdasarkan SNI 7860:2015 dan AISC

    341-10

    Denah bangunan yang akan digunakan disamakan dengan dua penelitian

    sebelumnya, yaitu 12 lantai 3 bentang dengan 1 bentang bresing dan 18 lantai 5

    bentang dengan 2 bentang bresing. Denah bangunan yang terbreis diagonal dan

    bangunan yang terbreis V terbalik juga disamakan. Berikut adalah penjelasan

    penamaan bangunan yang digunakan seperti terlihat pada Tabel 1.3. Denah-denah

    bangunan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.8 dan Gambar 1.9 untuk

    bangunan terbreis diagonal, sedangkan denah-denah bangunan terbreis V terbalik

    terlihat pada Gambar 1.10 dan Gambar 1.11. Tampak samping bangunan terbreis

    diagonal yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.12, sedangkan tampak

    samping bangunan terbreis V terbalik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar

    1.13. Pada Gambar 1.14 terdapat Respons Spektrum Gempa Rencana Kota

    Jayapura.

  • 12 Universitas Kristen Petra

    Tabel 1.3. Penjelasan Kode Bangunan yang Digunakan

    No Kode Penjelasan Kode

    1 31J12 Bangunan dengan 3 bentang, 1 RTE, terletak di Jayapura, 12 lantai

    2 52J18 Bangunan dengan 5 bentang, 2 RTE, terletak di Jayapura, 18 lantai

    3 D Bangunan terbreis eksentris berbentuk diagonal

    4 V Bangunan terbreis eksentris berbentuk V terbalik

    5 ST Skenario Sistem Tunggal (RTE)

    6 SG Skenario Sistem Ganda (RTE dan RMK)

    Gambar 1.8. Denah Bangunan 31J12 – D

  • 13 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.9. Denah Bangunan 52J18 – D

    Gambar 1.10. Denah Bangunan 31J12 – V Terbalik

  • 14 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.9. Denah Bangunan 52J18 – V Terbalik

  • 15 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.12. Tampak Samping Bangunan Terbreis Diagonal

    Gambar 1.13. Tampak Samping Bangunan Terbreis V Terbalik

  • 16 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.14. Respons Spektrum Gempa Rencana Kota Jayapura

    1.5. Metodologi Penelitian

    Secara garis besar untuk penelitian ini terdapat dua skenario yang akan diteliti

    dan terdapat dua tipe bangunan mid rise building, yaitu bangunan 12 lantai dan 18

    lantai. Masing-masing tipe bangunan tersebut dibedakan menjadi dua bentuk

    bresing, yaitu bresing bentuk V terbalik dan bentuk diagonal yang akan dijadikan

    sebagai objek penelitian. Keempat bangunan ini akan didesain menggunakan dua

    skenario, yaitu skenario Sistem Tunggal (ST) yang menggunakan sistem Rangka

    Terbreis Eksentris (RTE) dan skenario Sistem Ganda (SG) yang menggunakan

    sistem gabungan antara sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) dan sistem Rangka

    Momen Khusus (RMK).

    Penelitian dengan skenario Sistem Tunggal (ST) dimulai dengan preliminary

    design terhadap kedua tipe bangunan dari masing-masing bentuk bresing dan

    kemudian dengan menggunakan bantuan program CSI SAP2000 v18, dilakukan

    pemodelan struktur bangunan secara tiga dimensi. Langkah berikutnya adalah

    menentukan pembebanan yang terjadi terhadap struktur, antara lain beban mati,

    beban hidup, dan beban gempa. Setelah pemodelan dan pembebanan struktur

    dilakukan, dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap base shear pada joint

    reaction. Bangunan didesain sedemikian rupa sehingga gaya akibat gempa

    semaksimal mungkin dipikul oleh bresing eksentris saja. Setelah itu dilanjutkan

    dengan capacity design sesuai dengan ketentuan RTE. Kemudian dilakukan

  • 17 Universitas Kristen Petra

    pemeriksaan terhadap persyaratan drift bangunan dan persyaratan 85% static

    equivalent base shear. Apabila syarat-syarat yang telah ditentukan telah terpenuhi,

    maka penelitian dilanjutkan dengan analisis kinerja bangunan dengan nonlinear

    time history analysis. Namun, apabila syarat-syarat tersebut di atas ada yang belum

    terpenuhi, maka bangunan harus didesain ulang sampai memenuhi semua

    persyaratan yang ada.

    Sama seperti skenario ST, penelitian dengan skenario Sistem Ganda (SG)

    juga diawali dengan preliminary design, disusul dengan pemodelan struktur dengan

    bantuan program CSI SAP2000 v18, serta pembebanan yang terjadi. Kemudian,

    penelitian dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap base shear yang terjadi.

    Apabila presentase base shear yang terjadi pada RMK kurang dari 25%, maka perlu

    dilakukan desain kembali sampai presentase base shear yang terjadi pada RMK

    dapat mencapai 25%. Setelah syarat presentase base shear RMK berhasil mencapai

    25%, penelitian dilanjutkan dengan capacity design sesuai dengan ketentuan RTE

    dan RMK. Selanjutnya, seperti skenario ST, dilakukan pemeriksaan terhadap

    persyaratan drift bangunan dan persyaratan 85% static equivalent base shear.

    Semua syarat-syarat tersebut harus dipenuhi terlebih dahulu, baru dapat

    melanjutkan penelitian ke analisis kinerja bangunan dengan nonlinear time history

    analysis.

    Ringkasan metodologi penelitian untuk sistem tunggal dan sistem ganda

    akan disajikan dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 1.15 dan Gambar 1.16

    berikut.

  • 18 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.15. Flowchart Metodologi Penelitian Sistem Tunggal (ST)

    Start

    Preliminary Design

    Pemodelan 3D dengan SAP2000

    Pembebanan

    Capacity Design

    Pengecekan drift

    Nonlinear Time History Analysis

    Kesimpulan

    Finish

  • 19 Universitas Kristen Petra

    Gambar 1.16. Flowchart Metodologi Penelitian Sistem Ganda (SG)

    Start

    Preliminary Design

    Pemodelan 3D dengan SAP2000

    Pembebanan

    Pemeriksaan terhadap SG

    (Base Shear RMK ≥ 25%)

    Capacity Design

    Pengecekan drift

    Nonlinear Time History Analysis

    Kesimpulan

    Finish

  • 20 Universitas Kristen Petra

    1.6. Sistematika Penulisan

    Penulisan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab, berikut adalah

    penjelasan isi dari masing-masing bab:

    Bab 1: Pendahuluan

    Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah,

    tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan

    sistematika penulisan.

    Bab 2: Landasan Teori

    Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep perhitungan sistem Rangka

    Terbreis Eksentris (RTE), capacity design, modeling struktur dengan

    Program SAP2000 v18, dan juga mengenai nonlinear time history analysis.

    Bab 3: Prosedur Perencanaan

    Bab ini akan menjelaskan mengenai informasi umum perencanaan, contoh

    perhitungan RTE, dan juga penjelasan perhitungan nonlinear time history

    analysis dengan Program SAP2000 v18.

    Bab 4: Hasil dan Analisis

    Bagian ini akan menyajikan hasil perhitungan dan desain bangunan, serta

    pembahasan hasil.

    Bab 5: Kesimpulan Penelitian

    Bagian ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian.

    back to toc: master index: help: ukp: