bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2007-2-00370-mn...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Pengertian Manajemen Keuangan menurut J. Fred Weston dan Thomas E.
Copeland (2002, p3) yaitu : Pengertian manajemen keuangan dapat dirumuskan
oleh fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan. Fungsi pokok manajemen
keuangan antara lain menyangkut keputusan tentang penanaman modal,
pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen pada suatu perusahaan.
Pengertian Manajemen Keuangan menurut Eugene F.Brigham dan Joel F.
Houston (2001, p6) yaitu : Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas
dari tiga bidang keuangan, dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas. Adapun
tiga bidang keuangan adalah :
1. Pasar uang dan pasar modal, yang terkait dengan pasar sekuritas dan lembaga
keuangan.
2. Investasi, yang menfokuskan pada keputusan yang dibuat oleh investor individual
dan institusional dalam memilih sekuritas untuk portofolio investasi.
3. Manajemen keuangan, atau keuangan perusahaan, yang mencakup semua
keputusan dalam perusahaan.
Pengertian Manajemen Keuangan menurut Prawinogoro, Darsono (2006, p1)
adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber
modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan
seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.
9
Menurut Lontoh, Frederich & Lindrawati, Jurnal Widia Manajemen & Akuntansi.
(2004,p1), tujuan Manajemen Keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan.
Memaksimumkan nilai bermakna lebih luas dan lebih umum daripada
memaksimumkan laba. Hal ini didukung oleh beberapa alasan yaitu :
- Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap
nilai uang.
- Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai risiko terhadap
arus pendapatan perusahaan.
- Mutu dari arus dana yang diharapkan diterima di masa yang akan datang
mungkin beragam.
Manajemen Keuangan memainkan peranan penting dalam perekonomian saat
ini, karena :
1. Manajer Keuangan bertanggung jawab terhadap 3 macam keputusan pokok
manajemen keuangan, yaitu perolehan, pembiayaan dan pengelolaan aktiva
secara efisien.
2. Apabila sumber-sumber ekonomi dialokasikan secara efisien, pertumbuhan
ekonomi akan tertolong dan terdorong, sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
3. Manajer Keuangan menghadapi tantangan untuk mengelola aktiva secara efisien
dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen Keuangan mempunyai tiga macam keputusan penting atau utama,
yaitu :
1. Keputusan Investasi, adalah keputusan yang dimulai dengan penentu jumlah
total aktiva riil yang dibutuhkan untuk ditanamkan pada perusahaan. Keputusan
10
Investasi merupakan keputusan yang paling penting dari tiga macam keputusan.
Aktiva riil dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu aktiva lancar dan aktiva
tetap.
2. Keputusan Pembelanjaan (pembiayaan), adalah keputusan bagaimana
mendapatkan dana yang digunakan untuk memperoleh aktiva riil yang
diperlukan.
3. Keputusan Manajemen Aktiva, dalam menjalankan tanggung jawab, manajer
keuangan lebih memperhatikan aktiva lancar daripada aktiva tetap.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka peranan manajemen keuangan suatu
perusahaan menjadi penting karena berkaitan dengan fungsi utama dari manajemen
keuangan yaitu fungsi pengalokasian dana serta fungsi pendanaan yang berkaitan
langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Selain itu juga menentukan besarnya dividen yang akan dibayar kepada
para investor. Tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai
saham perusahaan, memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan, investor,
kreditur, dan pihak – pihak lainnya yang berkepentingan.
2.2 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan
memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat
proyeksi dan peramalan untuk masa depan. Agar dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan perusahaan, maka perlu untuk menganalisis data keuangan perusahaan
yang tercermin dalam laporan keuangannya.
11
Laporan keuangan (IAI, 2002, p2) merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba-rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Pengertian Laporan Keuangan menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland
(2002, p17) yaitu : Laporan keuangan atau financial statements berisi informasi
tentang prestasi perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk
penetapan kebijakan di masa yang akan datang.
Menurut Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis (2004, p5)
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah : Dua daftar
yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua
daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan
atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi
perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau
daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan).
Pengertian Laporan Keuangan menurut Budi Raharjo (2005, p1) adalah laporan
pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan yang
dipercayakan kepada pihak - pihak yang mempunyai kepentingan di luar
perusahaan, seperti kreditur, pemilik perusahaan, pemerintah dan pihak lainnya.
Pengertian Laporan Keuangan menurut Brigham & Houston (2001 : pp38-50) :
Laporan tahunan (Annual Report) adalah laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh
perusahaan kepada para pemegang saham. Laporan ini berisi laporan keuangan
dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama tahun lalu dan prospek
perusahaan di masa depan. Laporan tahunan menyajikan empat laporan keuangan
dasar, yaitu :
12
1. Neraca (Balance Sheet), adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan
yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi
keuangan perusahaan pada akhir periode tersebut. Merupakan laporan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu,
yang berisi tentang kekayaan, kewajiban dan keterangan tentang modal
perusahaan. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal
yang dihubungkan dengan persamaan berikut:
aktiva = kewajiban + modal
Neraca merupakan potret posisi dari keuangan perusahaan pada suatu waktu
tertentu, menunjukkan aktiva pada sisi sebelah kiri dan kewajiban serta ekuitas
atau klaim terhadap aktiva di sisi sebelah kanan. Informasi yang dapat dilihat
dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber
pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu
periode akuntansi (triwulan, kwartal, atau tahunan).
2. Laporan laba - rugi (Income Statement), adalah bagian dari laporan keuangan
suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang
menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga
menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
Laporan laba – rugi melaporkan hasil operasi selama periode tertentu, dan
menunjukkan laba per saham sebagai “bottom line”. Laporan yang menyajikan
hasil - hasil operasi dari suatu satuan usaha untuk suatu periode pelaporan.
Dalam laporan ini diikhtisarkan aktivitas-aktivitas usaha untuk suatu periode
tertentu dan melaporkan juga laba atau rugi bersih hasil operasi dan dari
aktivitas tertentu lainnya.
13
3. Laporan laba ditahan (Statement of Retained Earnings), menunjukkan
perubahan laba ditahan antara dua tanggal neraca, merupakan akumulasi dari
laba perusahaan pada tahun sebelumnya yang tidak dibagikan sebagai
dividen. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukannya aktiva per
ekuitas pemegang saham.
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow), adalah bagian dari laporan keuangan suatu
perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan
aliran masuk dan keluar uang tunai (kas) perusahaan. Cash flow melaporkan
dampak aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan terhadap arus kas selama
periode akuntansi.
Setiawan, Juniady.S, (Jurnal Akuntansi & Keuangan (2001, p158)) : Laporan
keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk
memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Informasi lain yang biasanya
disertakan dalam laporan keuangan adalah termasuk skedul dan informasi tambahan
yang berkaitan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan
geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Tujuan dari laporan keuangan itu adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
14
kebutuhan sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena laporan keuangan secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. Laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Lisetyati. E (Jurnal Ekonomi UNMER, (2005, p164)) : Laporan Keuangan
bermanfaat bagi para pemegang saham, penanam modal, penganalisis sekuritas,
manajer, pegawai / karyawan, pemberi pinjaman, dan para pemasok, pelanggan,
pemerintah, dan pihak-pihak lain.
- Para pemegang saham dan penanam modal adalah kelompok terbesar yang
memanfaatkan laporan keuangan, baik untuk keputusan yang berkenaan
dengan investasinya (investment focus) maupun berkenaan dengan
pertanggungjawaban manajemen (stewardship focus).
- Manajer memanfaatkan laporan keuangan untuk menyusun perjanjian antara
perusahaan dan entitas lain dengan cara membuat perjanjian dengan berdasar
pada variabel-variabel yang ada dalam laporan keuangan, manajer juga
menggunakan laporan keuangan untuk mengambil keputusan dalam bidang
operasi, investasi, dan pendanaan.
- Para karyawan berkepentingan dengan laporan keuangan untuk kelangsungan
hidup perusahaan, kemampu labaan, dan juga untuk memantau kelayakan
program pensiunan.
15
- Pemberi pinjaman dan para pemasok memanfaatkan laporan keuangan untuk
menetapkan perjanjian pemberian pinjaman, seperti penetapan jumlah
pinjaman, suku bunga, periode pinjaman. Berkenaan dengan itu pemberi
pinjaman juga memperhatikan pemakaian metode akuntansi yang berpengaruh
pada perhitungan laba bersih.
- Pelanggan memiliki kepentingan untuk memantau kelangsungan hidup
perusahaan terutama yang berkenaan dengan perjanjian jangka panjang dan
laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi untuk menilai hal itu.
- Pemerintah membutuhkan informasi dalam laporan keuangan biasanya dalam
rangka untuk peningkatan pendapatan pajak, penentuan tarif (untuk fasilitas
umum) dan untuk intervensi pengaturan (untuk menentukan apakah pemerintah
akan memberikan jaminan pengembalian utang bagi perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan).
Lontoh F. O & Lindrawati (Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi (2004, p1) :
Laporan Keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk
menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pentingnya
laporan keuangan juga diungkapkan Belkoui bahwa laporan keuangan merupakan
sarana mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas sumber
daya pemilik.
Menurut Scoot, Christensen dan Demski, (Jurnal Ekonomi dan Bisnis (2002,
p1)): Laporan Keuangan merupakan gambaran umum dari pelaporan keuangan
(financial reporting) yang berfungsi sebagai alat komunikasi informasi akuntansi
keuangan kepada pihak-pihak eksternal. Item-item yang diakui dalam laporan
keuangan merupakan representasi dari sumber daya atau aset dari suatu entitas,
16
klaim terhadap sumberdaya atau aset-aset tersebut (kewajiban dan ekuitas pemilik),
dan pengaruh dari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa lain serta kejadian-
kejadian yang mengakibatkan perubahan dalam sumberdaya atau klaim terhadap
sumber daya tersebut. Selain itu, publikasi laporan keuangan juga dapat dijadikan
sebagai alat prediksi untuk meramalkan apakah nilai pasar perusahaan akan
meningkat pada saat dan setelah tanggal pengumuman laporan keuangan, atau
justru sebaliknya.
Jadi dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun
operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi, nilai riil dari laporan
keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu
memprediksi laba dan dividen masa depan.
2.3 Analisis Rasio Keuangan
Analisis Rasio menurut Kuswandi (2004, p187) adalah cara analisa dengan
menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang
ditunjukkan dalam neraca maupun laporan laba rugi.
Rasio Keuangan menurut Harahap, S (2006, p297) adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Rasio Keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2006, p297) adalah angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
17
Analisis Rasio Keuangan menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland
(2001, p78): Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan
keuangan. Analisis rasio digunakan untuk membandingkan utang perusahaan
terhadap aktiva dan membandingkan bunga yang harus dibayar terhadap laba yang
tersedia untuk membayar bunga.
Analisis rasio keuangan memiliki arti penting baik bagi manajemen maupun bagi
investor, karena manajemen dapat mengetahui hasil kerja yang telah dicapai
berdasarkan analisis yang menunjukkan likuiditas, hutang dan profitabilitas
perusahaan dan membantu perusahaan untuk mengetahui masalah yang timbul,
selanjutnya dapat dipakai untuk perencanaan yang akan mempengaruhi arah
perusahaan dan mengantisipasi keadaan di masa yang akan datang. Bagi investor
analisis ini digunakan sebagai informasi untuk memprediksi dan mengamati keadaan
perusahaan, sehingga investor dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan
perusahaan.
2.3.1 Return On Assets (ROA)
2.3.1.1 Pengertian Return On Assets (ROA)
Menurut R. Agus (2001, p68), Return on asset menunjukan
kemampuan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.
Sedangkan Lukman mengemukakan return on assets (ROA) adalah
merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia di dalam perusahaan.
18
Dengan demikian semakin tinggi rasio ini semakin baik posisi
perusahaan, yang berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
menutup investasi yang digunakan. Hal ini dapat memungkinkan
perusahaan untuk membiayai investasi dari dana yang berasal dari
sumber internal yang tersedia dalam laba di tahan.
Brigham dan Gapensqi (2002, p152), mengemukakan bahwa
perusahaan yang tingkat pengembalian investasinya tinggi secara relatif
menggunakan hutang yang lebih kecil. Karena perusahaan mampu
menggunakan persediaan dana yang cukup melalui laba ditahan.
ROA merupakan perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri termasuk modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan
laba tersebut.
Menurut Kim et. Al (2001 , p132):
” Return On Assets (ROA) merupakan rasio penting yang dapat
dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
investasi yang telah ditanamkan untuk mendapatkan laba. ROA
menjadi salah satu bahan pertimbangan investasi di dalam
melakukan investasi terhadap saham– saham pada Bursa Efek.
Tingkat profitabilitas merupakan tingkat keuntungan yang dicapai
atau informasi mengenai efektifitas operasi perusahaan ”.
Rasio ini menunjukkan seberapa jauh aset perusahaan yang
diinvestasikan dapat dipergunakan secara efektif untuk
menghasilkan laba. Jika ROA perusahaan tinggi, berarti perusahaan
profitable, sehingga kemungkinan harga saham akan tinggi.
19
Faktor – faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya ROA
adalah :
• Profit margin, yaitu perbandingan antara net operating income
dengan net sales yang dinyatakan dengan persentase.
• Turnover of operating asset atau tingkat perputaran aktiva,
yaitu kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu
periode tertentu, yang diperoleh dari perbandingan antara net
sales dengan operating asset.
Return On Assets yang tinggi dapat mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola aset – asetnya untuk menghasilkan
laba. Hal ini akan menjadi informasi yang positif bagi para
pemegang saham, begitu juga sebaliknya, ROA yang rendah akan
menjadi informasi yang negatif bagi para pemegang saham,
sehingga mempengaruhi pemegang saham dalam mengambil
keputusannya dalam memilih sekuritas yang bersangkutan.
Dari beberapa keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Return On Assets merupakan alat analisis untuk memprediksi
kemampuan perusahaan, dan rasio ini sering digunakan sebagai
indikator akan profitabilitas suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan memanfaatkan modal sendiri, aktivitas penjualan, dan
lainnya, yang biasa diukur dengan membandingkan laba usaha
dengan total aktiva.
20
2.3.1.2 Perhitungan Return On Assets (ROA)
Menurut Kim et.al (2001, p134):
” Profitabiitas yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan
informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam
menanamkan modalnya ”.
Menurut Weston dan Copeland, ROA didefinisikan :
” Perbandingan antara laba bersih operasi terhadap total aktiva
perusahaan ”. Untuk mengukur profitabilitas digunakan rumus :
ROA = Earning After Tax (EAT) x 100
Total Asset
Tabel 2.1 Rata – Rata Perolehan ROA Pada Industri Properti
Tahun Persentase Rata – Rata ROA
2001 68.15%
2002 70.76%
2003 91.50%
2004 91.65%
2005 92.60%
Sumber : Pusat Studi Properti Indonesia
2.3.2 Debt To Total Asset
2.3.2.1 Pengertian Debt To Total Asset
Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan hutang bagi
perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang
21
didukung oleh pendanaan hutang. Debt To Total Asset merupakan salah
satu rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk mengukur resiko
dalam hubungannya dengan perusahaan yang menggunakan leverage
dalam struktur modalnya.
Dalam terminologi bisnis, efek pengungkit (leverage) yang besar
berarti perubahan kecil dalam tingkat penjualan mengakibatkan
perubahan besar dalam laba bersih operasi. Horne dan Wachoviz
mendefinisikan ” Leverage the use of fixed costs in an attempt to
increase (or lever up) profitability ”. Leverage merupakan penggunaan
biaya tetap untuk meningkatkan keuntungan dari suatu perusahaan.
Menurut Mayo (2001 : p448), Financial Leverage (leverage
keuangan): ” Financial leverage is the use of another person’s or firm’s
funds in return for agreeing to pay a fixed return for the funds the use
of debt or preferred stock financing”. Leverage keuangan merupakan
penggunaan dana untuk perusahaan atau orang lain dalam
pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return tetap atas
penggunaan dana hutang atau saham preferen dari keuangan. Selain
itu, leverage keuangan merupakan suatu ukuran hutang digunakan
sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan, yang dapat digunakan
untuk mengangkat kinerja perusahaan tersebut.
Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa jauh
perusahaan didanai dengan hutang. Para kreditur memperhatikan equity
yang memberi batas keamanan, akan tetapi dengan bertambahnya dana
melalui hutang, para pemilik memperoleh manfaat yakni dapat
22
memperhatikan pengendalian atas perusahaan dengan suatu investasi
yang terbatas.
Keown (2001, p475) menjelaskan bahwa debt to total asset adalah
proporsi atau penggunaan modal pinjaman dengan jaminan membayar
bunga yang tetap dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar bagi pemegang saham, dan merupakan suatu ukuran dimana
hutang digunakan sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan, yang
dapat digunakan untuk mengangkat kinerja perusahaan tersebut.
Rasio Debt to total asset menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya. Apabila
leverage keuangan tinggi, menunjukkan resiko suatu perusahaan juga
tinggi. Para investor dalam melakukan keputusan investasi, tentu akan
mempertimbangkan informasi rasio debt to total asset.
Menurut Suad Husnan (2003, p105), debt to total asset terjadi pada
saat perusahaan menggunakan modal pinjaman dan menimbulkan
beban tetap (yaitu bunga) yang harus dibayar.
Leverage keuangan menggambarkan hubungan antara total aset
dengan modal saham biasa atau menunjukkan penggunaan hutang
untuk meningkatkan laba (Subramanyam,2001). Rasio leverage
menunjukkan seberapa besar aset didanai dengan hutang, sehingga
menunjukkan resiko bagi pemberi pinjaman. Rasio debt to total asset
penting dianalisis karena berkaitan dengan kinerja perusahaan
(Weill,2000).
23
Menurut Kim (2001 , p127), salah satu tolak ukur struktur modal
yang optimal ditunjukkan dengan leverage keuangan yang kecil. Dengan
leverage keuangan yang kecil, perusahaan cenderung dapat mengurangi
resiko usahanya. Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan
mengandung dua dimensi :
• Dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya,
maka keuntungan pemilik perusahaan akan meningkat.
• Dengan menggunakan hutang, maka pemilik memperoleh dana dan
tidak akan kehilangan pengendalian atas perusahaan.
Semakin besar hutang, maka semakin besar pula debt to total asset-
nya, yang berarti semakin besar pula tingkat biaya tetap keuangan
(financial fixed cost).
Penambahan biaya tetap akan meningkatkan ketidakpastian hasil
pengembalian bersih yang diterima pemegang saham biasa dan
pengurangan keuntungan ini berarti resiko bagi mereka, dengan
demikian barulah masalah rasio ini timbul.
2.3.2.2 Perhitungan Debt To Total Asset
Menurut Watts dan Zimmerman (2000) dalam teorinya, indikator
variabel ini diukur dengan :
Debt To Total Asset = Total hutang x 100
Total Aktiva
24
Dengan demikian debt to total asset menunjukkan penggunaan
hutang dalam membiayai perusahaan. Analisis yang mendasar pada
pemikiran bahwa penggunaan hutang bisa dibenarkan sejauh
diharapkan bisa memberikan tambahan laba operasi yang lebih besar
dari bunga yang dibayar.
Tabel 2.2 Rata – Rata Perolehan Debt To Total Asset
Pada Industri Properti
Tahun Persentase Rata – Rata DTA
2001 8.76%
2002 5.85%
2003 3.84%
2004 2.50%
2005 5.03%
Sumber : Pusat Studi Properti Indonesia
2.3.3 Return On Equity (ROE)
2.3.3.1 Pengertian Return On Equity (ROE)
Menurut Sutrisno (2000 , p54), rentabilitas modal sendiri
merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan
modal sendiri. Karena yang bekerja hanya modal sendiri, maka laba
yang dibagi adalah laba untuk pemegang saham yakni earning after
tax. Selanjutnya Return on equity (ROE) adalah kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri
yang dimiki, sehingga ROE ini ada yang menyebutkan sebagai
rentabilitas modal sendiri.
25
Menurut Bambang Riyanto (2003, p78), ROE adalah kemampuan
dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang
saham preferen dan saham biasa. ROE menggambarkan besarnya
perolehan atas modal yang ditanamkan atau kemampuan modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham
preferen dan saham biasa.
Pendapat lain dari Agus Sartono (2000 , p168), menjelaskan
bahwa ROE adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Return on equity mengukur kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila
proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.
Sedangkan menurut Lukman (2001 , p92), Return on equity
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia
bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di
dalam perusahaan.
Hasil pengembalian atas ekuitas ( return on equity ) merupakan
suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Secara umum tentu saja, semakin tinggi return atau
penghasilan yang diperoleh, semakin baik kedudukan pemilik
perusahaan.
26
2.3.3.2 Perhitungan Return On Equity (ROE)
Perusahaan dibentuk dengan modal saham dari pemilik
perusahaan. Menurut Keown, Martin (2001 , p412) , tingkat imbal
hasil bagi pemodal saham atas investasinya dalam perusahaan ini
dapat dihitung dengan rasio Return on Equity yang dinyatakan dalam
bentuk persentase.
Menurut J. Fred Weston dan Copeland (2002), ROE merupakan ”
laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi menurut
ekuitas saham biasa.” Indikator variabel ini diukur dengan :
ROE = Earning After Tax (EAT) x 100
Total Equity
Tabel 2.3 Rata – Rata Perolehan ROE Pada Industri Properti
Tahun Persentase Rata – Rata ROE
2001 8.86%
2002 6.41%
2003 13.25%
2004 13.28%
2005 19.50%
Sumber : Pusat Studi Properti Indonesia
27
2.4 Analisis Pengaruh Return On Assets (ROA) dan Debt To Total Asset
Terhadap Return On Equity (ROE).
2.4.1 Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Return On Equity (ROE).
Dalam Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Volume II,Nomor 1,
Maret (2001) : Return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan tingkat ROA yang
tinggi, dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset –
asetnya. Hal tersebut menjadi informasi yang positif bagi para pemegang
saham karena mereka bisa mengetahui tingkat ROE yang akan mereka
peroleh dari suatu perusahaan.
Basu dan Sukotjo (2001 , p113) mengemukakan bahwa antara ROA
dengan ROE saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam setiap
pengambilan keputusan. Yaitu, apabila ROA lebih kecil dari beban bunga
modal pinjaman, lebih baik bagi perusahaan untuk menggunakan modal
sendiri, sebab tingkat ROE akan lebih besar dibandingkan apabila
menggunakan modal pinjaman. Sebaliknya apabila tingkat ROA lebih besar
dibanding dengan beban bunga modal pinjaman, lebih baik baik bagi
perusahaan untuk menggunakan modal pinjaman, sebab tingkat ROE akan
lebih besar dibandingkan apabila digunakan modal sendiri. Karena beban
bunga yang dibayarkan perusahaan merupakan pengurang pajak atau
penghematan pajak. Semakin tinggi beban pajak perusahan semakin besar
keuntungan dari penggunaan hutang.
28
2.4.2 Pengaruh Debt To Total Asset Terhadap Return On Equity (ROE).
Pengaruh rasio hutang terhadap ROE dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari penggunaan
modal pinjaman maka akan meningkatkan ROE. Dengan kata lain, perusahaan
yang menggunakan modal asing dgn jumlah yang lebih besar akan
memperoleh kenaikan ROE yang lebih besar pula jika dibandingkan dengan
perusahaan lain yang menggunakan modal asing yang lebih kecil. Karena
beban bunga yang dibayarkan perusahaan merupakan pengurang pajak atau
penghematan pajak. Semakin tinggi beban pajak perusahan semakin besar
keuntungan dari penggunaan hutang. Keuntungan penggunaan leverage pada
perusahaan adalah melalui pembayaran bunga sebagai biaya yang dapat
mengurangi pajak. Hal ini disebabkan karena bunga yang dibayarkan
berfungsi sebagai pengurang pajak. Bagi perusahaan yang menggunakan
hutang bisa menghemat pajak dan tentunya akan dapat meningkatkan
kesejahteraan pemilik (pemegang saham) atau meningkatkan ROE.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Gale (2000), bahwa rasio
hutang mempunyai dampak yang positif dan nyata terhadap ROE perusahaan,
pengaruh positif terjadi apabila penggunaan hutang mengakibatkan makin
besarnya ROE. Teori ini diperkuat oleh Bambang, bahwa tambahan modal
pinjaman hanya akan memberikan efek yang menguntungkan terhadap ROE
apabila ”rate of return” dari tambahan modal pinjaman itu lebih besar dari
biaya modalnya. Atau dapat dikatakan bahwa tambahan modal pinjaman itu
hanya dapat dibenarkan apabila ROE dengan tambahan modal pinjaman lebih
besar dari ROE dengan tambahan modal sendiri.
29
2.5 Kerangka Pemikiran
Sumber : Diolah Penulis
Analisis Laporan Keuangan
LAPORAN LABA RUGI NERACA
Metode Analisis Regresi
Uji Signifikansi Uji-t
t hitung ≤ t tabel
Ho Diterima t hitung ≥ t tabel
Hi Diterima
ROE
ROA Debt To Total Asset
POPULASI
30
2.6 Hipotesis
Dari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka ada dua
hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Hipotesis Pertama
Ho1 (Ho : β = 0) : Return On Assets (ROA) tidak mempunyai pengaruh
terhadap return on equity (ROE).
Hi (Hi : β ≠ 0) : Return On Assets (ROA) mempunyai pengaruh terhadap
return on equity (ROE).
2. Hipotesis Kedua
Ho2 (Ho : β = 0) : Debt To Total Asset tidak mempunyai pengaruh terhadap
return on equity (ROE).
Hi2 (Hi : β ≠ 0) : Debt To Total Asset mempunyai pengaruh terhadap return
on equity (ROE).