bab 2 landasan teori - library & knowledge...

46
17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Arsitektur Berkelanjutan Menurut Avinash Shivajirao Pawar (2012:1) mengenai arsitektur berkelanjutan yaitu, bangunan yang berkelanjutan atau bangunan hijau merupakan hasil dari sebuah desain yang berfokus pada peningkatan efisiensi penggunaan sumber energi, air, dan material, dan mereduksi dampak negatif bangunan terhadap kesehatan manusia selama bangunan tersebut berdiri, melalui desain yang baik, konstruksi, pengoprasian, perawatan, dan pembuangan limbah bangunan. Maka dari itu, penulis akan melakukan penelitian dan perancangan rumah susun dengan berfokus pada pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternative untuk penghuni rumah susun. 2.2 Rumah Susun 2.2.1 Definisi Rumah Susun Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, merumuskan bahwa rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. 2.2.2 Tujuan Rumah Susun Menurut Pasal 3 Ayat 7 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011, Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu.

Upload: phamthien

Post on 02-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

17

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Arsitektur Berkelanjutan

Menurut Avinash Shivajirao Pawar (2012:1) mengenai arsitektur

berkelanjutan yaitu, bangunan yang berkelanjutan atau bangunan hijau

merupakan hasil dari sebuah desain yang berfokus pada peningkatan

efisiensi penggunaan sumber energi, air, dan material, dan mereduksi

dampak negatif bangunan terhadap kesehatan manusia selama bangunan

tersebut berdiri, melalui desain yang baik, konstruksi, pengoprasian,

perawatan, dan pembuangan limbah bangunan. Maka dari itu, penulis akan

melakukan penelitian dan perancangan rumah susun dengan berfokus pada

pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternative untuk penghuni

rumah susun.

2.2 Rumah Susun

2.2.1 Definisi Rumah Susun

Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011

Tentang Rumah Susun, merumuskan bahwa rumah susun adalah bangunan

gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi

dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam

arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama

untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda

bersama, dan tanah bersama.

2.2.2 Tujuan Rumah Susun

Menurut Pasal 3 Ayat 7 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011,

Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk menjamin terpenuhinya

kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR

dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam

suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

18

Sedangkan tujuan dari peremajaan Rumah Susun Penjaringan menurut

Dinas Perumahan dan Gedung (2014), adalah untuk memenuhi kebutuhan

rumah yang diperuntukan hanya bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan

Rendah) dengan sistem sewa, sehingga diharapkan ada peningkatan secara

ekonomi bagi penguninya dan dapat digantikan oleh warga MBR lainnya

yang terkena program pemprov DKI Jakarta.

2.2.2.1 Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Pengertian Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Menurut Permenpera No.5/PERMEN/M/2007, MBR adalah

masyarakat dengan penghasilan dibawah dua juta lima ratus ribu rupiah

perbulan

Pola Hidup Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Menurut Paulus Hariyono dalam bukunya yang berjudul Sosiologi

Kota Untuk Arsitek, masyarakat golongan ini biasanya hidup secara

outdoor living. Untuk mengisi waktu luang, biasanya mencari hiburan

yang tidak membutuhkan biaya seperti mengobrol dengan tetangga dekat..

Selain sebagai hiburan, kegiatan ini juga memperat ikatan masyarakatnya

sehingga mereka menjadi mudah apabila membutuhkan bantuan dan

pertolongan. Pola hidup seperti ini disebut sebagai pola hidup komunal.

2.2.3 Klasifikasi Rumah Susun

Berdasarkan hak kepemilikan, rumah susun dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu :

a. Rumah Susun Sederhana Sewa ( Rusunawa ), adalah rumah

susun sederhana yang disewakan kepada masyarakat perkotaan

yang tidak mampu untuk membeli rumah atau yang ingin

tinggal untuk sementara waktu misalnya para mahasiswa,

pekerja temporer dan lain lainnya.

b. Rumah Susun Sederhana Milik ( Rusunami ), adalah rumah

susun dengan sistem kepenghunian melalui mekanisme

kepemilikan secara Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

19

2. Berdasarkan ketinggian lantai, menurut Perda DKI Jakarta No. 7/1991

tentang bangunan dalam Wilayah DKI Jakarta dan (Paul,2001):

a. Bangunan Rendah ( Low Rise Building ) : memiliki ketinggian

2-6 lantai dan menggunakan tangga sebagai sarana sirkulasi

vertikalnya. Jenis ini dikenal dengan sebutan walk-up flat.

b. Bangunan Sedang ( Medium Rise Building ) : memiliki

ketinggian di atas 9 lantai dan harus menggunakan elevator

listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.

c. Bangunan Tinggi ( High Rise Building ) : memiliki ketinggian

di atas 9 lantai dan harus menggunakan elevator listrik sebagai

sarana sirkulasi vertikalnya.

2.2.4 Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun

Standar perencanaan Rusun diperlukan agar harga jual/sewa Rusun

dapat terjangkau oleh kelompok sasaran yang dituju, tanpa mengurangi

asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, keserasian Rusun dengan

tata bangunan dan lingkungan kota. Berdasarkan PP nomor 4/ 1988

mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun yang harus

dipenuhi dalam pembangunan rumah susun, adalah sebagai berikut:

1. Kepadatan Bangunan

Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan

perbandingan yang tepat meliputi luas lahan peruntukan, kepadatan

bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai

Bangunan (KLB).

2. Lokasi

Rusun dibangun di lokasi yang sesuai rencana tata ruang,

rencana tata bangunan dan lingkungan, terjangkau layanan

transportasi umum, serta dengan mempertimbangkan keserasian

dengan lingkungan sekitarnya

3. Tata Letak

Tata letak Rusun harus mempertimbangkan keterpaduan

bangunan, lingkungan, kawasan dan ruang, serta dengan

memperhatikan faktor-faktor kemanfaatan, keselamatan,

keseimbangan dan keserasian.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

20

4. Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian

Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan

persyaratan terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan

pertukaran udara secara alami, kenyamanan, serta kepadatan

bangunan sesuai tata ruang kota.

5. Jenis Fungsi Rumah Susun

Jenis fungsi peruntukkan Rusun adalah untuk hunian dan

dimungkinkan dalam satu Rusun/ kawasan Rusun memiliki jenis

kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.

6. Luasan Satuan Rumah Susun

Ukuran ruang hunian untuk beraktivitas dan sirkulasi

disesuaikan dengan standar hunian 9m2/orang. Luas sarusun

minimum 21 m2, dengan fungsi utama sebagai ruang tidur/ruang

serbaguna dan dilengkapi dengan kamar mandi dan dapur.

Tipe Unit Fasilitas

Tipe 21 m2 Tipe 24 m2 Tipe ini biasanya untuk keluarga muda atau seseorang yang belum memiliki keluarga

- 1 kamar tidur - ruang tamu/keluarga - kamar mandi - dapur/pantry

Tipe 30 m2 Tipe 36 m2 Tipe 42 m2 Tipe 50 m2

Tipe ini untuk keluarga yang sudah memiliki anak

- 2 kamar tidur - ruang tamu / keluarga - kamar mandi / WC - dapur / pantry - ruang makan

7. Kelengkapan Rumah Susun

Rusun harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas yang

menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan penghuni

dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

8. Transportasi Vertikal

• Rusun bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum

6 lantai, menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal;

• Rusun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 6

lantai, menggunakan lift sebagai transportasi vertikal.

Tabel 2.1 Tipe Unit Rumah Susun

Sumber : Rosfian, 2009

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

21

Arsitektur Gedung Rumah Susun

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun

Sederhana Bertingkat Tinggi, dibuatlah ketentuan sebagai berikut :

1. Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung

a. Bentuk denah bangunan gedung rusuna bertingkat tinggi sedapat

mungkin simetris dan sederhana, guna mengantisipasi kerusakan

yang diakibatkan oleh gempa.

b. Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk T, L, atau U, atau

panjang lebih dari 50 m, maka harus dilakukan pemisahan struktur

atau delatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat gempa

atau penurunan tanah.

c. Denah bangunan gedung berbentuk simetris (bujursangkar,

segibanyak, atau lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan

yang berbentuk memanjang dalam mengantisipasi terjadinya

kerusakan akibat gempa.

d. Atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan

yang ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat gempa.

Gambar 2.1 Contoh Denah Bangunan Rumah Susun Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2007

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

22

2. Perancangan Ruang Dalam

a. Bangunan rusuna bertingkat tinggi sekurang-kurangnya memiliki

ruang-ruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan pribadi,

kegiatan keluarga/ bersama dan kegiatan pelayanan

b. Satuan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan

dapur, kamar mandi dan kakus/WC

3. Persyaratan Tapak Besmen Terhadap Lingkungan

a. Kebutuhan besmen dan besaran koefisien tapak besmen (KTB)

ditetapkan berdasarkan rencana peruntukan lahan, ketentuan

teknis, dan kebijaksanaan daerah setempat.

b. Untuk keperluan penyediaan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan

(RTHP) yang memadai, lantai besmen pertama (B-1) tidak

dibenarkan keluar dari tapak bangunan (di atas tanah) dan atap

besmen kedua (B-2) yang di luar tapak bangunan harus

berkedalaman sekurangnya 2 (dua) meter dari permukaan tanah

tempat penanaman.

4. Sirkulasi dan Fasilitas Parkir

a. Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang mudah, jelas dan

terintegrasi dengan sarana transportasi baik yang bersifat

pelayanan publik maupun pribadi.

b. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan

kepentingan bagi aksesibilitas pejalan kaki termasuk penyandang

cacat dan lanjut usia.

c. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal

(clearance) dan lebar jalan yang sesuai untuk pencapaian darurat

oleh kendaraan pemadam kebakaran, dan kendaraan pelayanan

lainnya.

d. Sirkulasi perlu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan,

rambu-rambu, papan informasi sirkulasi, elemen pengarah

sirkulasi (dapat berupa elemen perkerasan maupun tanaman), guna

mendukung sistem sirkulasi yang jelas dan efisien serta

memperhatikan unsur estetika.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

23

e. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan

area parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan roda 4 untuk

setiap 5 (lima) unit hunian yang dibangun.

f. Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah

penghijauan yang telah ditetapkan.

g. Perletakan Prasarana parkir bangunan rusuna bertingkat tinggi

tidak diperbolehkan mengganggu kelancaran lalu lintas, atau

mengganggu lingkungan di sekitarnya.

5. Pertandaan ( Signage )

a. Penempatan pertandaan (signage), termasuk papan iklan/reklame,

harus membantu orientasi tetapi tidak mengganggu karakter

lingkungan yang ingin diciptakan/dipertahankan, baik yang

penempatannya pada bangunan, kaveling, pagar, atau ruang

publik.

b. Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik untuk

lingkungan/kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat mengatur

pembatasan-pembatasan ukuran, bahan, motif, dan lokasi dari

signage.

6. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung

a. Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan

memperhatikan karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur

bangunan.

b. Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan

pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari jalan

umum.

c. Pencahayaan yang dihasilkan dengan telah menghindari

penerangan ruang luar yang berlebihan, silau, visual yang tidak

menarik, dan telah memperhatikan aspek operasi dan

pemeliharaan.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

24

2.2.5 Fasilitas Lingkungan Rumah Susun

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 03-7013-2004 tentang

Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana,

fasilitas di lingkungan rumah susun merupakan fasilitas penunjang yang

berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi,

sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau

perbelanjaan (aspek ekonomi), lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan,

peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan serta

pemakaman (lokasi diluar lingkungan rumah susun atau sesuai rencana

tata ruang kota).

Perancangan Fasilitas Rumah Susun

Dalam melakukan perancangan fasilitas lingkungan pada rumah susun

sederhana, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan guna memenuhi

kebutuhan penghuni. Hal ini telah dijelaskan pula dalam Standar Nasional

Indonesia, yaitu bahwa fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai

bangunan rumah susun harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut :

a. Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan

b. Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 (tiga) bangunan rumah susun.

Atas ketentuan tersebut maka luasan lahan yang digunakan untuk

fasilitas lingkungan rumah susun harus diperhatikan. Luas lahan yang

diperuntukan sebagai fasilitas lingkungan harus memenuhi ketentuan :

a. Luas lahan untuk fasilitas rumah susun seluas-luasnya 30% dari

luas seluruhnya.

b. Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai

penghijauan, tempat bermain anak, dan atau lapangan olah raga

seluas-luasnya 20% dari luas lahan fasilitas lingkungan rumah

susun

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

25

Jenis Fasilitas Rumah Susun

Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan fasilitas

Iingkungan berupa ruang dan atau bangunan sesuai dengan tabel dibawah

ini yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia.

No. Jenis Fasilitas Lingkungan Fasilitas Yang Tersedia 1 Fasilitas niaga - Warung

- Toko-toko perusahaan dan dagang - Pusat perbelanjaan

2 Fasilitas pendidikan - Ruang belajar untuk pra belajar - Ruang belajar untuk sekolah dasar - Ruang belajar untuk sekolah

lanjutan tingkat pertama - Ruang belajar untuk sekolah

menengah umum 3 Fasilitas kesehatan - Posyandu

- Balai pengobatan - BKIA dan ruamah bersalin - Puskesmas - Praktek dokter - Apotek

4 Fasilitas peribadatan - Musola - Masjid kecil

5 Fasilitas pelayanan umum - Kantor RT - Kantor/balai RW - Post hansip/siskamling - Pos Polisi - Telepon umum - Gedung serba guna - Ruang duka - Kotak Surat

6 Ruang terbuka - Taman - Tempat bermain - Lapangan olah raga - Peralatan usaha - Sirkulasi - Parkir

No Jenis Peruntukan Luas Lahan

Maksimum (%)

Minimum (%)

1 Bangunan untuk hunian 50 -

2 Bangunan fasilitas 10 -

3 Ruang Terbuka - 20

4 Prasarana Lingkungan - 20

Tabel 2.3 Fasilitas Lingkungan Rumah Susun

Tabel 2.2 Peruntukan Luas Lahan Rumah Susun

Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-2004)

Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-2004)

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

26

Tinjauan Sarana

Tinjauan sarana berdasarkan SNI-03-1733-2004 tentang Tata Cara

Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana, yaitu :

a. Fasilitas Niaga ( Warung )

- Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 250 penghuni

- Berfungsi sebagai penjual sembilan bahan pokok pangan.

- Lokasi di pusat lingkungan rumah susun dan mempunyai

radius 300m

- Luas lantai minimal adalah sama dengan luas satuan unit

rumah susun sederhana dan maksimal 36m2 ( termasuk

gudang kecil )

b. Fasilitas Pendidikan (tingkat Pra Belajar)

- Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 1000 penghuni

dimana anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak 8%.

- Berfungsi untuk menampung pelaksanaan pendidikan pra

sekolah usia 5-6 tahun.

- Berada di tengah-tengah kelompok keluarga/digabung dengan

taman-taman tempat bermain di RT/RW.

- Luas lantai yang dibutuhkan sekitar 125 m2 (1,5 m2/siswa).

c. Fasilitas Kesehatan.

- Maksimal penghuni yang dilayani adalah 1000 penghuni.

- Berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak

usia Balita.

- Berada di tengah-tengah lingkungan keluarga dan menyatu

dengan kantor RT/RW.

- Kebutuhan minimal ruang 30 m2, yaitu ruangan yang

menampung segala aktivitas.

d. Fasilitas Peribadatan.

Fasilitas peribadatan harus disediakan di setiap blok untuk kegiatan

peribadatan harian, dapat disatukan dengan ruang serbaguna atau

komunal, dengan ketentuan:

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

27

- Jumlah penghuni minimal yang mendukung adalah 40 KK

untuk setiap satu musholla. Di salah satu lantai bangunan

dapat disediakan satu musholla untuk tiap satu blok, dengan

luas lantai 9 – 36 m2. Jumlah penghuni minimal untuk setiap

satu masjid kecil adalah 400 KK.

e. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum.

- Siskamling.

o Jumlah maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah

200 orang.

o Dapat berada pada lantai unit hunian.

o Luas lantai minimal adalah sama dengan unit hunian

terkecil.

- Gedung Sebaguna.

o Jumlah maksimal yang dapat dilayani adalah 1000

orang.

o Dapat berada pada tengah-tengah lingkungan dan di

lantai dasar.

o Luas lantai minimal 250 m2.

- Kantor Pengelola.

f. Fasilitas Ruang Terbuka.

- Tempat Bermain.

o Maksimal dapat melayani 12 – 30 anak.

o Berada antara bangunan atau pada ujung-ujung cluster

yang mudah diawasi.

o Luas area minimal 75 – 180 m2.

- Tempat Parkir

o Berfungsi untuk menyimpan kendaraan penghuni (roda

2 dan 4).

o Jarak maksimal dari tempat parkir roda 2 ke blok

hunian terjauh 100 m, sedangkan untuk roda 4 ke blok

hunian terjauh 400 m.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

28

o Tempat parkir 1 kendaraan roda 4 disediakan untuk

setiap 5 keluarga, sedang roda 2 untuk setiap 3

keluarga.

o 2 m² tiap kendaraan roda 4; 1,2 m² untuk kendaraan

roda 2 dan satu tamu menggunakan kendaraan roda 4

untuk tiap 10 KK.

2.3 Air

2.3.1 Definisi Air

Definisi air berdasarkan SNI 19-6728.1-2002 tentang Penyusunan neraca

sumber daya – Bagian 1: Sumber daya air spasial, menyebutkan bahwa air

adalah semua air yang terdapat di dalam dan berasal dari sumber-sumber

air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, tidak

termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut. Air dibedakan

menjadi tiga jenis yaitu air baku, air bersih, dan air minum.

a. Air Baku

Berdasar SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket Instalasi

pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang Tata cara perencanaan unit

paket instalasi pengolahan air, yang disebut dengan Air Baku adalah air

yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air

hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk

air minum. Tidak semua air baku bisa diolah, oleh karena itu dibuatlah

ketentuan sebagai standar kualitas air baku yang bisa diolah.

Karakteristik Air Baku

Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-

sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan

persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian

Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi :

Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

29

Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,

Peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut

b. Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya,

air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan

air minum, dimana persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari

segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis dan

radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping

(Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990)

Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan

untuk keperluan rumah tangga, industri, pengelolaan kota dan lain-

lain. Untuk memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan

berdasarkan perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan

ditambah perkiraan kehilangan air. Standar kebutuhan air ada 2 macam

yaitu : (Ditjen Cipta Karya, 2000)

− Kebutuhan Domestik

Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang

digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi

keperluan sehari-hari seperti ; memasak, minum, mencuci dan

keperluan rumah tangga lainnya.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

30

No Penggunaan Gedung Pemakaian

Air (Liter/hari)

Keterangan

1. Rumah Biasa 60-250 2. Rumah Mewah 250 atau lebih

3. Rumah Susun / Apartemen 100-250 - Bujangan 120 L - Kelas menengah 180L - Kelas mewah 250 L

*( 1 L = 0.264172 Gallon )

− Kebutuhan non domestik

Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih

diluar keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik

antara lain :

• Penggunaan komersil dan industri

Yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersil dan

industri.

• Penggunaan umum

Yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan

pemerintah, rumah sakit, sekolah-sekolah dan tempat-

tempat ibadah.

Penggunaan Air Liter Galon Persentase Mandi 38 10.03 13% Bilas toilet 10 2.64 3.5% Cuci Pakaian 26 6.87 8% Cuci Piring 18 4.76 6% Kebersihan Rumah Tangga 32 8.45 11% Cuci Mobil 22 5.81 7% Siram Taman 10 2.64 3.5% Minum dan Masak 9 2.38 3% Jumlah 165 43.59 55% Kehilangan (Leak) 135 35.66 45% Jumlah 300 79.25 100%

Sumber : RSNI T-01-2003

Tabel 2.5 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Orang/hari

Tabel 2.4 Pemakaian Air Domestik per Orang

Sumber : Dasar-dasar Arstitektur Ekologis, 2006.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

31

c. Air Minum

Pengertian air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-

syarat kesehatan yang dapat diminum. Alasan dan teknis yang

mendasari penentuan standar kualitas air minum adalah efek-efek dari

setiap parameter jika melebihi dosis yang telah ditetapkan. Pengertian

dari standar kualitas air minum adalah batas operasional dari criteria

kualitas air dengan memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya

kondisi sosial-ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi, tingkat

kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia. Sedangkan criteria

kualitas air merupakan putusan ilmiah yang mengekspresikan

hubungan dosis dan respon efek, yang diperkirakan terjadi kapan dan

dimana saja unsur-unsur pengotor mencapai atau melebihi batas

maksimum yang ditetapkan, dalam waktu tertentu. Dengan demikian,

maka criteria kualitas air merupakan referensi dari standar kualitas air.

Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, yang

membedakan antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar

kualitas setiap parameter fisik, kimia, biologis, dan radiologis

maksimum yang diperbolehkan.

2.4 Konservasi Air

Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang disengaja

dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode

teknologi atau perilaku sosial. Penggunaan air bersih secara umum

adalah untuk memenuhi kegiatan mandi, cuci, kakus, minum, dan irigasi

lansekap. Menurut KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002, bahwa

diwajibkan melakukan pengelolaan dan pengawasan sumber mata air,

dengan cara sebagai berikut :

2.4.1 Pengurangan Pemakaian Air

Penggunaan air untuk kegiatan sanitasi masih sangat diperlukan

karena keberadaan air identik dengan kebersihan. Untuk fixture sanitasi,

selain tiga tipe dasar toilet yang umum (gravity, valve, dan pressured) juga

ada peturasan (urinal) untuk tempat buang air kecil bagi lakilaki. Untuk

sistem keran, termasuk bentuk keran tembok (faucets) dan keran wastafel

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

32

(lavatory). Sedangkan untuk mandi, penggunaan fixtures adalah dalam

bentuk shower (Fadem and Conant, 2008). Kondisi pemborosan air juga

dipengaruhi kurangnya kesadaran dan perilaku hemat air, seperti lupa

menutup keran dan kurangnya perawatan pada water fixtures. Usaha untuk

melaksanakan penghematan air kini semakin berkembang dengan

banyaknya produk peralatan plambing yang semakin menekankan

penghematan air. Upaya penghematan air dari teknologi keran dan toilet

cukup berperan dalam menghemat penggunaan air bisa sekitar 30% dari

total kebutuhan air domestik. Penggunaan air bersih untuk menyiram toilet

kini juga disadari tidak perlu dilakukan.

2.4.2 Sumber Air Alternatif

a. Daur Ulang Air Limbah

Daur ulang air adalah penggunaan kembali air bekas pakai yang

melalui pengolahan air kotor untuk menghilangkan kontaminan

menjadi air yang dapat digunakan kembali (Maczulak, 2010). Air kotor

(greywater) yang dapat diproses kembali menjadi air bersih berasal

dari wastafel dan shower, dan dapat dikumpulkan kembali serta

ditampung dalam tangki di bawah tanah (basement) atau di lantai

dasar. Air ini dapat digunakan untuk menggelontor toilet, make up

cooling water, dan irigasi lansekap. Air hujan untuk irigasi tidak

perlu diolah sebagai upaya reuse. Namun, kondisi hujan yang tidak

menentu terkadang membuat ketersediaannya menjadi berkurang

sehingga tetap memerlukan penyiraman manual. Penggunaan air dari

sumber daur ulang air limbah gedung untuk mengurangi kebutuhan air

dari sumber air utama.

b. Pengumpulan Air Hujan.

Indonesia secara umum memiliki curah hujan yang relatif tinggi

serta bulan basah yang relatif panjang sehingga potensial untuk

dijadikan salah satu sumber air. Tapi, pada kenyataannya, air hujan

hanya dibuang ke saluran kota dan tidak dapat diserapkan kembali ke

tanah. Saluran kota pun memiliki kemampuan yang terbatas

sehingga ketika musim hujan tiba sering terjadi bencana banjir.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

33

Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air harus didorong karena

rendahnya kualitas sumber air bersih permukaan dan upaya

mengonservasi sumber air bawah tanah.

c. Sumur Resapan

Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air

tanah yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu

cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan

sumur resapan. Untuk membangun sumur resapan agar dapat

memberikan kontribusi yang optimum diperlukan metoda perhitungan

berikut (Sunjoto, 1992): 28

2.5 Sistem Pemanenan Air Hujan

2.5.1 Air Hujan

Hujan adalah sebuah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir

air yang cukup berat untuk jatuh di permukaan. (Wibowo, H. 2008). Air

hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat kualitas dari air

hujan, yaitu :

− Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat

mineral.

− Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih

− Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di

udara seperti NH3CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya konsentrasi

SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan

menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain).

Berdasarkan BMKG, curah hujan mempunyai satuan dalam milimeter.

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama

periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas

permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat

diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang

datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Atau sejumlah air

hujan yang jatuh sebanyak 1 liter/m², sebagai ilustrasi :

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

34

− Curah hujan 10 mm pada luasan 100 m²

= 1000 liter air

= 1 meter kubik air

− Curah hujan 100 mm pada luasan 1 km²

= 100 juta liter air

= 100 ribu meter kubik air

Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah

hujan. Sehingga air hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena

jumlahnya berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya,

air hujan tidak dapat diambil secara terus menerus, karena tergantung pada

musim. Pada musim kemarau kemungkinan air akan menurun karena tidak

ada penambahan air hujan. Menurut pedoman penentuan tebal perkerasan

lentur dengan metode analisa komponen yang dikeluarkan oleh Dirjend

Bina Marga, kategori curah hujan dibagi menjadi 2, yaitu :

− Curah hujan tinggi > 600 mm / tahun

− Curah hujan rendah < 600 mm / tahun

Untuk data curah hujan pada wilayah Penjaringan, Jakarta Utara

diambil dari hasil penelitian curah hujan pada Stasiun BMKG Kemayoran,

Jakarta Pusat, dan dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.5.2 Sistem Pemanenan Air Hujan

Pemanenan air hujan (PAH) merupakan metode atau teknologi yang

digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap

bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan

sebagai salah satu sumber suplai air bersih. (Budi Harsoyo, 2010: 33-35).

Dilihat dari ruang lingkup implementasinya, teknik ini dapat

digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

1. Teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top rain

waterharvesting), dan

2. Teknik pemanenan air hujan (dan aliran permukaan) dengan

bangunan reservoir, seperti dam parit, embung, kolam, situ,

waduk, dan sebagainya.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

35

Perbedaan dari kedua kategori di atas adalah bahwa untuk kategori

yang pertama, ruang lingkup implementasinya adalah pada skala individu

bangunan rumah dalam suatu wilayah permukiman ataupun perkotaan,

sementara untuk kategori yang kedua skalanya lebih luas lagi, biasanya

untuk suatu lahan pertanian dalam suatu wilayah Daerah Aliran Sungai

(DAS) ataupun subDAS.

2.5.3 Komponen Sistem Pemanenan Air Hujan

Sistem PAH umumnya terdiri dari beberapa sistem yaitu: tempat

menangkap hujan (catchment area), saluran air hujan yang mengalirkan

air hujan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan

(conveyance), filter, reservoir (storage tank), saluran pembuangan, dan

pompa. Gambar 2.2 menunjukkan skema ilustrasi sistem PAH dengan

menggunakan atap rumah

a. Area Penangkap (Catchment Area)

Area penangkapan air hujan (catchment area) merupakan

tempat penangkapan air hujan dan bahan yang digunakan dalam

konstruksi permukaan tempat penangkapan air hujan mempengaruhi

efisiensi pengumpulan dan kualitas air hujan. Bahan-bahan yang

digunakan untuk permukaan tangkapan hujan harus tidak beracun dan

tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas air

Gambar 2.2 Skema Teknik Panen Hujan dengan Atap Rumah Sumber: Harsoyo, Budi, 2011

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

36

hujan. Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan anti karat

seperti alumunium, besi galvanis, beton, fiber-glass shingles, dll.

Pada area penangkap air hujan perlu diperhatikan koefisien

runoff atau aliran airnya yang tergantung dari pemakaian bahan.

Semakin tinggi koefisien runoff nya semakin air dapat mengalir

sehingga dapat mengambil air hujan secara maksimal pada permukaan

penangkap air tersebut.

Ada beberapa jenis elemen bangunan yang dapat digunakan

sebagai area tangkapan air hujan, diantaranya adalah sebagai berikut :

• Atap Bangunan

Elemen ini merupakan elemen yang lazim digunakan

untuk menangkap air hujan. Sesuai dengan namanya, teknik

pemanenan air hujan dengan atap bangunan pada prinsipnya

dilakukan dengan memanfaatkan atap bangunan (rumah,

gedung perkantoran atau industri) sebagai daerah tangkapan

airnya (catchment area) dimana air hujan yang jatuh di atas

atap kemudian disalurkan melalui talang untuk selanjutnya

dikumpulkan dan ditampung ke dalam tangki, seperti terlihat

pada gambar 2.4. Menggunakan atap rumah secara individual

memungkinkan air yang akan terkumpul tidak terlalu

signifikan, namun apabila diterapkan seecara masal maka air

yang terkumpul akan sangat melimpah.

Gambar 2.3 Runoff Coefficients Sumber : Harvesting Rainwater for Landscape Use, Patricia H, 2006

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

37

Menurut Renhata Katili, 2012, keuntungan dari

penggunaan atap sebagai pengumpul air hujan adalah air

yang terkumpul akan lebih sedikit terkontaminasi karena

posisinya berada diatas bangunan. Selain itu, tidak

membutuhkan biaya tambahan untuk menangkap air hujan

karena atap itu sendiri sudah pasti tersedia di setiap rumah.

Namun, ada beberapa kekurangan tipe pengumpulan

air hujan dengan menggunakan atap yaitu ukurannya yang

terbatas. Dan akan sangat mahal apabila atap ini dibuat ekstra

sendiri untuk menangkap air hujan (tidak ada dalam

eksisting).

• Permukaan Tanah

Menggunakan permukaan tanah merupakan metode

yang sangat sederhana untuk mengumpulkan air hujan.

Dibandingkan dengan sistem atap, PAH dengan sistem ini

lebih banyak mengumpulkan air hujan dari daerah tangkapan

yang lebih luas. Air hujan yang terkumpul dengan sistem ini

lebih cocok digunakan untuk pertanian, karena kualitas air

yang rendah. Air ini dapat ditampung dalam embung atau

danau kecil. Namun, ada kemungkinan sebagian air yang

tertampung akan meresap ke dalam tanah.

Gambar 2.4 Ilustrasi Sistem PAH Menggunakan Atap Sumber : Anie, 2011

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

38

• Balkon

Pada acara The Rainwater Utilization Idea Contest, ada

beberapa ide yang memikirkan air hujan akan mengalir di

dinding bangunan. Kazuo Nagado mengusulkan

mengumpulkan air hujan ini dengan membangun atap di lantai

pertama. (Sumber: Rainwater and You,1995)

Gambar 2.5 Ground Catchment Sumber : Anie, 2011

Gambar 2.6 Penangkap Air Hujan Menggunakan Balkon dan Kanopi Sumber : Rainwater and You, 1995.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

39

• Blooming Flowers

Apa yang dimaksud dengan "rain-blooming flowers?"

Jika anda memiliki payung vinil ekstra yang dibeli pada saat

hujan yang tak terduga, mengapa tidak memanfaatkan ekstra

baiknya dari kelebihan tersebut. Yuko Kanbayashi muncul

dengan ide kreatif. Pertama, membuat dua lubang di batang

payung hanya di mana ia bergabung dengan pipa penghubung.

Kemudian, potong sekitar 1 cm dari ujung poros. Pasang

tabung vinyl pada ujung poros tersebut. Cukup

menggantungkannya secara terbalik, payung ini akan

mengumpulkan air hujan yang akan mengalir melalui tabung

vinyl. Dengan cara ini pengumpulan air hujan sangat mudah

dilakukan bahkan di kompleks perumahan. (Sumber:

Rainwater and You,1995)

Gambar 2.7 Blooming Flowers Sumber : Rainwater and You, 1995.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

40

Ada anggota lain yang memiliki gagasan rain-

blooming flowers, Kaoru Hotta dan putranya. Mereka

mengubah tenda kerai di balkon menjadi tangkapan air hujan.

Yang perlu dilakukan hanya memperbaiki ujung tenda menjadi

polyvinyl chloride selokan, dan bergabung dengan pipa

fleksibel (bukan downspout) ke selokan. Baru-baru ini, desain

tenda yang sangat berwarna-warni, jadi jika banyak jenis

rainwater-cathchment-flowers mekar pada balkon, akan

menyenangkan pandangan. (Sumber: Rainwater and

You,1995)

• Dinding Bangunan

Mengumpulkan air hujan dari atap dan atap

menghadap langit adalah umum, tetapi air hujan juga dapat

dikumpulkan dari permukaan vertikal bangunan karena hujan

biasanya tidak jatuh tepat vertikal. dalam banyak kasus, itu

jatuh pada miring dan dalam beberapa kasus, "jatuh bangun".

Jumlah air hujan yang dikumpulkan dari permukaan vertikal

bangunan seperti yang telah dianggap sebagai 50% dari yang

Gambar 2.8 Blooming Flowers Sumber : Rainwater and You, 1995.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

41

dari permukaan horizontal dari daerah yang sama, tetapi ada

laporan bahwa itu benar-benar diukur 7%. Bahkan jika itu

hanya 7% jumlah total air hujan yang dikumpulkan akan

menjadi besar karena bahkan salah satu dinding bangunan

beberapa kali lebih besar atap dan ada banyak gedung-gedung

tinggi di daerah perkotaan. (Sumber: Rainwater and You,1995)

b. Sistem Pengalir Air Hujan

Sistem pengaliran air hujan (conveyance system) biasanya

terdiri dari saluran pengumpul atau pipa yang mengalirkan air hujan

yang turun di atap ke tangki penyimpanan (cistern or tanks). Saluran

pengumpul atau pipa mempunyai ukuran, kemiringan dan dipasang

sedemikian rupa agar kuantitas air hujan dapat tertampung

semaksimal mungkin/Ukuran saluran penampung bergantung pada

luas area tangkapan hujan, biasanya diameter saluran penampung

berukuran 20-50 cm (Abdulla et al., 2009).

Gambar 2.9 Tangkapan Air Hujan Menggunakan Dinding Sumber : Rainwater and You, 1995.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

42

c. Filter

Filter dibutuhkan untuk menyaring sampah (daun, plastik,

ranting, dll) yang ikut bersama air hujan dalam saluran penampung

(Gambar 2.12) sehingga kualitas air hujan terjaga. Dalam kondisi

tertentu, filter harus bisa dilepas dengan mudah dan dibersihkan

dari sampah.

Gambar 2.10 Saluran Pengumpul Sumber : Anie, 2011

Gambar 2.12 Filter Sumber : Anie, 2011

Gambar 2.11 Pipa Pengumpul dan Dop Cap Sumber : Anie, 2011

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

43

d. Tangki (Cistern or tank)

Tangki alami (kolam atau dam) dan tangki buatan (Cistern or

tank) merupakan tempat untuk menyimpan air hujan. Berdasarkan

buku panduan Rainwater Harvesting Guidebook Planning and Design

(2009), penempatan tempat penyimpanan air dibagi menjadi 3, yaitu :

• Penyimpanan air atas tanah ( Above-Ground Storage )

Teknik penympanan tangki atas tanah adalah dengan

meletakkan tangki air di atas tanah. Air hujan dialirkan dengan

daya gravitasi.

Gambar 2.13 Filtrasi Air Hujan Sumber : Tatyalfiah, 2012

Gambar 2.14 Sistem Tangki Penyimpanan Atas Tanah Sumber : Guidelines for Installing a Rainwater Collection and

Utilization System, 2009.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

44

• Penyimpanan air bawah tanah ( Below-Ground Storage )

Metode tangki penyimpanan bawah tanah adalah

dimana tangki air ditempatkan di dalam tanah seperti pada

Gambar 2.15. Air hujan digunakan kembali menggunakan

pompa.

• Penyimpanan di permukaan bangunan (Surface Storage)

Untuk metode penyimpanan air di permukaan

bangunan, air hujan bisa ditampung di atas atap yang rata.

Atap bangunan ini harus menggunakan bahan yang tidak

mudah larut dan tidak mudah bocor. Aplikasi ini jika

digunakan dalam area perumahan akan terbatas dan lebih

sesuai digunakan di bangunan institusi, komersial dan industri.

Gambar 2.15 Sistem Tangki Penyimpanan Bawah Tanah Sumber : Guidelines for Installing a Rainwater Collection and

Utilization System, 2009.

Gambar 2.16 Sistem Tangki Penyimpanan Bawah Tanah Sumber : Sistem Pengumpulan dan Penggunaan Semula Air Hujan, 2012.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

45

Sistem pemanenan air hujan di rumah susun telah

dilaksanakan di flat biaya rendah Proyek Perumahan Rakyat

Sri Stulang, Johor Baru, Malaysia seperti dalam Gambar 2.19.

Tangki beton dibangun sebagai bagian dari struktur bangunan

dan air hujan digunakan untuk mencuci tangga dan lantai.

Gambar 2.17 Sistem Tangki Penyimpanan Permukaan Bangunan Sumber : Guidelines for Installing a Rainwater Collection and

Utilization System, 2009.

Gambar 2.18 Sistem Tangki Penyimpanan Permukaan Bangunan Sumber : Renhata Katili, 2009.

Gambar 2.19 Bentuk Tangki Penyimpanan Air Hujan Dekat Area Tangga Sumber : Sistem Pengumpulan dan Penggunaan Semula Air Hujan, 2012.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

46

Tangki pada gambar 2.20 disebut juga sebagai "tangki

air hujan ultra tipis". Tangki ini terbuat dari blok beton dan

tampak seperti hanya sebuah dinding blok beton biasa.

Namun, masing-masing blok berlubang sehingga air hujan

dapat disimpan di dalamnya. Blok seharusnya tidak memiliki

partisi dalam, tidak ada ujung tersembunyi dan juga sebaiknya

harus tahan air. Blok harus ditempatkan secara bergantian di

atas pondasi beton bertulang yang berlabuh oleh tulangan di

setiap sudut dinding dan setiap 1,8 m. Blok berlabuh oleh

tulangan harus diisi dengan beton. Pipa untuk bergabung

setiap bagian blok harus dimasukkan ke dalam lapisan

terendah.

e. First Flush Device

First flush device: apabila kualitas air hujan merupakan

prioritas, saluran pembuang air hujan yang tertampung pada menit-

menit awal harus dibuang. Tujuan fasilitas ini adalah untuk

meminimalkan polutan yang ikut bersama air hujan.

f. Pompa (Pump)

Pompa (Pump) dibutuhkan apabila tangki penampung air

hujan berada di bawah tanah.

Gambar 2.20 Sistem Tangki Penyimpanan Permukaan Bangunan Sumber : Rainwater and You, 1995.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

47

2.5.4 Pembahasan Perhitungan Jumlah Air yang Dapat Dipanen

Heryani (2009) dalam tulisannya yang berjudul Teknik Panen Hujan :

Salah Satu Alternatif Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik

menjelaskan bahwa potensi jumlah air yang dapat dipanen (the water

harvesting potential) dari suatu bangunan atap dapat diketahui melalui

perhitungan secara sederhana, sebagai berikut:

(Q) Debit air yang dapat dipanen (m³) = (C) Koefisien Run Off x (I)

Intensitas Air Hujan (mm) x (A) Luas area (m²)

Sebagai ilustrasi (seperti disajikan pada Gambar 2.21), untuk suatu

areal tangkapan hujan dengan luas 200 m², curah hujan tahunan 500 mm,

maka jumlah air yang dapat dipanen ditetapkan sebagai berikut :

• Dengan luas area = 200 m2 dan jumlah curah hujan tahunan = 500

mm, maka volume air hujan yang jatuh di area tersebut:

= 20.000 dm2 x 5 dm = 100.000 liter

• Dengan asumsi hanya 80% dari total hujan yang dapat dipanen (20%

hilang karena evaporasi atau kebocoran), maka volume yang dapat

dipanen :

= 100.000 x 0.8 = 80.000 liter/tahun.

Gambar 2.21 Ilustrasi bangunan penampung air hujan dari atap rumah Sumber: Harsoyo, Budi, 2011

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

48

Berikut di bawah ini dibuat ilustrasi lebih lanjut untuk menunjukkan

bagaimana teknik Pemanenan Air Hujan dapat memberikan kontribusi

dengan hasil yang cukup signifikan untuk dijadikan sebagai solusi

alternatif terhadap permasalahan krisis ketersediaan air baku di Jakarta :

Misalnya, untuk suatu atap bangunan dengan luas area 100 m2 (=

10.000dm2); dan Jumlah curah hujan tahunan untuk wilayah DKI Jakarta

berdasarkan data pada Tabel 2.7 adalah 1.929 mm/tahun (19,29 dm); maka

Volume air hujan yang jatuh di satu atap rumah dengan luas atap 100 m2

dalam satu tahun adalah sebanyak :

= 10.000 dm2x 19,29 dm = 192.900 liter/tahun

Dengan asumsi hanya 80% dari total hujan yang dapat dipanen (sesuai

Ilustrasi pada Gambar 2.12 sebelumnya; 20% hilang karena evaporasi atau

kebocoran), maka volume air yang dapat dipanen :

= 80% x 192.900 liter = 154.320 liter/tahun.

Dari volume air tampungan yang dapat dipanen sebanyak 154.320

liter/tahun atau setara dengan 40.763 galon air (1 liter= 0,264 galon), jika

air galonan diasumsikan seharga Rp.1.000,00 galon air saja, maka dari segi

pengeluaran satu keluarga sudah terjadi penghematan sebanyak

Rp.40.763.000,000/ tahun.

Tabel 2.7 Curah Hujan Historis (1989-2008) DAS Ciliwung

Sumber : UPT Hujan Buatan – BPPT. 2008

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

49

− Menghitung penyimpanan dan sisa pemakaian air yang

ditampung

Menghitung air sisa pemakaian yang ditampung di tangki yang

akan digunakan pada saat musim kemarau dan tidak ada hujan.

2.6 Studi Banding

2.6.1 Studi Banding Proyek Sejenis

Studi banding dilakukan pada Rumah Susun Sindang, Jakarta Utara dan

Rumah Susun Tambora, Jakarta Barat. Studi banding dilakukan untuk

mengetahui standar luasan ruang yang ada di rumah susun yang ada di

Jakarta beserta masalah ada pada bangunan rumah susun tersebut.

Tabel 2.8 Sample Storage and Use Worksheet

Tabel 2.8 Sample Storage and Use Worksheet Sumber : Harvesting Rainwater for Landscape Use, Patricia H, 2006

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

50

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

51

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

52

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

53

2.6.2 Studi Banding Sistem Pemanenan Air Hujan

a. Pusat Kesenian Kota oleh KAMJZ Architects

Arsitek : KAMJZ Architects

Lokasi : Taichung, Taiwan

Klien : Taichung City

Project Leader : Maciej Jakub Zawadzki

Partner in Charge : Marek Kuryłowicz

Collaboration : Buro Happold

Chief Design Consultant: Prof. Ewa Kuryłowicz

Tim : Bartosz Świniarski, Michał Polak, Łukasz

Wenclewski, Bogusz Ostalski, Zuzanna Góra, Magdalena Mularzuk

Ukuran : 63,000 sqm

Proposal desain Pusat Kesenian Kota Taichung oleh KAMJZ

Arcihtects ini bertujuan untuk memberikan peluang untuk

menggunakan fitur lokal untuk melindungi lokasi itu sendiri,

mengubah faktor-faktor pembatas yang ada menjadi sebuah fitur

proyek yang menarik. Dengan curah hujan tahunan rata-rata 2500 mm

dan iklim sangat dipengaruhi oleh musim hujan, Taiwan merupakan

negara yang menerimabanyak air hujan. Oleh karena itu, para arsitek

berfokus pada agenda pengendalian air lokal, ‘Water Damper Towers’,

dengan bangunan sebagai perwujudannya.

Gambar 2.22 City Cultural Center by KAMJZ Architects

Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

54

Taiwan secara resmi diklasifikasikan oleh PBB sebagai ‘negara defisit

air’ dengan jumlah air hujan per orang hanya 1/6 dari rata-rata dunia

dan kekurangan air biasanya muncul setiap tahun antara bulan Maret

dan Mei. Dikarenakan populasi yang tinggi, dan juga topografi dengan

bukit yang terjal menyebabkan air mengalir ke laut dan distribusi hujan

terdistribusi tidak merata, dan hanya 20% dari air yang tersisa untuk

konsumsi air, hal ini membuat air hujan sebagai sumber daya yang

sangat penting dan berharga di pulau itu. Jika sumber daya air tidak

dapat dialokasikan dengan baik, masalah-masalah lain yang terkait

akan terus bertambah.

Gempa Bumi – Permasalahan Besar Negara Taiwan

Taiwan merupakan zona seismik aktif, pada Pacific Ring of Fire di

tepi barat dari piringan pantai Filipina. Para geologis telah

mengidentifikasi 42 kejanggalan aktif pada pulau ini. Gempa bumi

paling sering terjadi di pantai timur dan menyebabkan kerusakan kecil

namun gempa yang lebih kecil di bawah pulau itu sendiri secara

historis ternyata terbukti lebih merusak. Diantara tahun 1901 dan tahun

2000, telah terjadi 91 gempa bumi besar di Negara Taiwan, 48

diantaranya mengakibatkan korban jiwa. Gempa bumi yang paling

terakhir terjadi adalah berupa 921 gempa bumi, yang menyerang pada

tanggal 21 September 1999, dan memakan 2415 korban jiwa.

Pemantauan potensi bencana saja tidak cukup. Standar konstruksi yang

buruk telah disalahkan atas korban-korban yang disebabkan oleh

gempa bumi besar ini. Banyak bangunan dan fasilitas modern di

Taiwan yang telah dibangun dengan pemikiran konstruksi yang aman

dari gempa bumi tetapi kesluruhan strategi diterapkan dari bawah ke

atas yang dapat membantu untuk meningkatkan ketahanan gempa dari

seluruh kepentingan kota untuk bangkit.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

55

Untuk mencapai standar Zero Carbon and Energi Plus dan

mengamankan keselamatan bangunan, banyak perangkat teknologi

yang digunakan. Biaya produksi mereka mahal dan terkadang tidak

berkelanjutan. Di Taichung City Cultural Center mereka mengusulkan

sebuah bangunan yang melalui kinerjanya mengumpulkan sumber

daya, menghasilkan energi dan dengan melakukan hal ini merupakan

langkah pertahanan terhadap kondisi lingkungan yang bermusuhan ini.

Semua faktor pembatas seperti udara terlalu panas dan polusi akan

diperangi dengan cara alami dengan angin dan air.

Mitigasi Bencana – Melawan Gempa dengan Mengumpulkan Air.

Dengan mengumpulkan air, bangunan dapat terlindungi dari bencana

lokal. Massa bangunan ini akan berperan sebagai mekanisme defensif

peredam gempa. Gelombang dan berat air yang bergerak di dalam

tangki tertutup terbukti menjadi penyeimbang kekuatan gempa dan

membantu untuk mengatur osilasi dari struktur bangunan. Dibarengi

dengan sistem struktur primitif, meminimalkan koneksi diagonal,

profil tinggi dan bentuk bertingkat yang berperan terbaik di lokasi

seismic, fasilitas tersebut akan menjadi bangunan tahan bencana.

Gambar 2.23 City Cultural Center by KAMJZ Architects Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

56

Pertahanan Sumber Daya – Bangunan sebagai Ladang Air

Keberlanjutan dalam arsitektur selalu dimasukkan ke dalam

pendekatan top-down, dimana bangunan tersebut menerima asupan-

asupan yang berkelanjutan untuk mendapatkan produksi energi. Dalam

rangka untuk menghasilkan sistem energi yang optimal, desain harus

memiliki pendekatan bottom-up yang lebih. Seluruh daerah mungkin

dan harus digunakan untuk memanen air. Keuntungan yang paling baik

di permukaan akan jauh lebih besar jika tidak ada bangunan sama

sekali. Untuk meningkatkan hal ini sebanyak mungkin, di TCCC

bangunan dirancang untuk meminimalkan rasio cakupan. Dengan

mengangkat bagian dari lansekap, seluruh kompleks diperhalus dari

penggalian bawah tanah yang meningkatkan ketahanan air dan

menyediakan ruang hijau sebanyak mungkin. Plaza utama, seluruh

jalan masuk dan trotoar dan area lantai dasar dengan sistem

pengumpulan multi-layer memiliki desain berpori permeable untuk

menyimpan air.

Teras Air – Sebuah Tipologi Bangunan Baru

Bangunan ini akan dibangun dengan kompilasi bertulang antara kolam

bertingkat beton membentuk sistem pengumpulan air hujan, rantai

kolektor akan bermula pada plaza yang diangkat. Area lantai dasar

akan bebas dan terbuka yang dimana akan memaksimalkan keuntungan

dari air sebanyak mungkin. Plaza ini akan menampilkan serangkaian

bukaan yang akan diperlukan untuk menurunkan air terhadap lapisan

lantai dasar.

Gambar 2.24 City Cultural Center by KAMJZ Architects Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

57

Konsep bentuk Pragmatic Formless – Pergerakan Air sebagai

Inspirasi Utama.

Fasad dirancang untuk estetis yang menarik namun praktis,

menempatkan fokus yang kuat pada pengumpulan air hujan dan

perbaikan terhadap kualitasnya pula. Terdiri dari serangkaian patung

dengan bentuk cair, yang mendorong gerakan alami dari air dengan

menyalurkan ke teras, dimana hal ini akan berperan sebagai satu set

talang besar hujan di bagian atas dan kolam di bagian bawah dari

bangunan mengumpulkan limpasan air yang akan bergerak terus

menerus.

Rangkaian modifikasi permukaan spiral akan membentuk jalan air

untuk mendorong air untuk beperan secara alami. Pergerakan air

tergantung pada kecepatan itu dan cara jatuh bisa menciptakan ambient

berbeda dan armosfer di tempat-tempat itu akan diperlukan. Aliran

yang deras akan memperkeras suara yang dihasilkan dan tidak tepat

bila ditempatkan di area membaca dimana aliran air yang lambat akan

lebih dibutuhkan sebagai contoh. Dari setiap tingkatan air akan

disimpan dan dipindahkan ke core utama dimana akana di filtrasi di

tangki air. Ketika terjadi air yang ditampung terlalu banyak oleh kolam

tunggal, air limpasan akan tumpah keluar dan kaskade akan turun

menuju teras selanjutnya atau ke plaza utama yang berlubang yang

nantinya akan mengarah ke lantai dasar.

Gambar 2.25 City Cultural Center by KAMJZ Architects Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

58

Water Circulation / Gathering / Cooling

Air hujan aiakan ditangkap oleh atap dan teras bangunan. Ruang baca,

Ruang pameran, dan ruang arsip dengan tumpukan buku dan karya

seni yang berharga akan dipisahkan menggunakan fasad dari aliran air

yang memungkinkan untuk menciptakan dan memelihara iklim mikro

yang diinginkan. Fasad air yang akan berperan sebagai perangkat

pendingin dan membawa sinar matahari siang di tempat-tempat

khusus. Hal ini akan menampilkan tingkat di mana air akan dikirim

langsung ke tangki inti yang akan disaring dan didaur ulang. Air dari

atap akan mengalir ke tangki peredam yan gjuga akan tampil sebagai

filtering dan perangkat penyimpanan. Ekstra limpasan air akan jatuh ke

plaza dan kemudian melalui lubang pada lapisan penahan di lantai

dasar. Air yang telah disaring kemudian akan mengalir ke tangki

pengumpul air di tingkat bawah tanah yang juga akan menggunakan

tenaga hidrolik untuk mengusir kotoran dari air kota yang melayang

selama musim topan. Pada saat yang sama tidak akan mempengaruhi

pasokan air hilir dan kapasitasnya. Daur ulang air yang tersimpan akan

digunakan untuk membilas toilet dan penyiram api. ( Sumber :

Archdaily.com, 2014)

Gambar 2.26 Section Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

59

b. Capture The Rain

Duo Ryszard Rychlicki dan Agnieszka Nowak, dari H3AR,

dianugerahi penghargaan khusus untuk usulan mereka dalam kompetisi

2010 pencakar langit eVolo. Kompetisi eVolo menarik desainer

inovatif dan telah menerima ratusan proposal eksentrik. Untuk proyek

ini, dirancang oleh mahasiswa tahun ke-4, pencakar langit ini terdiri

dari sistem talang untuk menangkap curah hujan sebanyak mungkin.

Air ditangkap dan diproses oleh gedung dapat digunakan untuk

pembilasan toilet, mesin cuci, menyiram tanaman, membersihkan

lantai dan aplikasi domestik lainnya.

Gambar 2.27 City Cultural Center by KAMJZ Architects Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Gambar 2.28 Capture The Rain by H3AR Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

60

Air yang telah dipanen oleh bangunan akan memasok 85 litres air

hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk ( masing-

masing rata-rata penggunaan air harian 150 liter/hari )

Awalnya, dalam merancang menara, siswa difokuskan pada

membentuk dan pemodelan permukaan atap untuk mengoptimalkan

air hujan yang dikumpulkan. Namun setelah bekerja dengan sistem

atap, siswa mengembangkan skin treatment untuk membuat bangunan

berubah menjadi mesin raincollecting yang kohesif.

Gambar 2.29 Capture The Rain by H3AR Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Gambar 2.30 Capture The Rain by H3AR Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

61

Di bawah permukaan atap, penampungan air dalam bentuk corong

besar dan bidang buluh, berfungsi sebagai unit pengolahan air hydro

botanic. Unit memproses air menjadi air yang dapat digunakan yang

selanjutnya ditransmisikan ke apartemen. (Sumber : Archdaily.com,

2014)

Gambar 2.31 Capture The Rain by H3AR Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Gambar 2.32 Capture The Rain by H3AR Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Gambar 2.33 Capture The Rain by H3AR Sumber: archdaily.com diakses pada 29 Mei 2014

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00727-AR Bab2001.… · Bangunan Rendah ( Low Rise Building ... Bentuk denah bangunan

62

Kesimpulan :

Dari 2 proyek diatas yang menggunakan sistem pemanenan air hujan,

dapat disimpulkan bahwa air hujan mampu ditangkap oleh berbagai

macam elemen-elemen bangunan dari mulai atap, fasad, plat lantai dan

sebagainya, serta perletakan penyimpanan air hujan tersebut yang fleksibel

seperti yang terdapat pada Pusat Kesenian Kota di Taiwan yang

meletakkannya pada core bangunan sekaligus sebagai elemen yang

mempercantik ruangan.

2.7 Hipotesa

Berdasarkan studi literatur dan studi banding yang dilakukan, dapat

ditarik suatu hipotesa bahwa, untuk dapat menghimpun air hujan

diperlukan tangkapan yang dapat berupa elemen-elemen bangunan, seperti

atap, fasad, plat lantai dan sebagainya. Dalam penggunaan sistem

pemanenan air hujan, variabel yang digunakan adalah curah hujan yang

turun pada daerah tersebut, luas penampang penangkap air hujan yang

dirancang, serta kebutuhan air yang akan digantikan oleh air hujan. Bentuk

dan material atap yang digunakan juga akan mempengaruhi debit air hujan

yang dapat dihimpun. Itu semua pada akhirnya akan mempengaruhi luasan

tangki yang diperlukan untuk menyimpan air yang telah dihimpun.

Sehingga, perlu diperhatikan pula bentuk tangkapan air hujan dan material

yang digunakan di perancangan rumah susun ini.

Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba merancang sistem

pemanenan air hujan yang akan diterapkan pada rumah susun Penjaringan.

Kemudian diprediksikan jumlah air yang dihasilkan atau dihimpun oleh

sistem pemanenan air hujan pada rumah susun Penjaringan mampu

memenuhi kebutuhan bilas toilet para penghuni rumah susun Penjaringan,

Jakarta Utara sepanjang tahun, baik saat musim penghujan maupun musim

kemarau.