bab 2 landasan teori - library & knowledge...

30
10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produk dan Kualitas Proses manufaktur suatu perusahaan berhubungan erat dengan produk dan kualitas dari produk itu sendiri. Dimana perusahaan dapat menghasilkan produk-produk tertentu untuk ditawarkan kepada pelanggan dan produk yang ditawarkan tentu saja harus memiliki kualitas yang terbaik. Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai apakah itu produk dan kualitas serta penjelasan-penjelasan lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut. 2.1.1. Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai : Product is anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use, or consumption that might satisfy a want or need” (Kotler, 2001, p9). artinya : Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Sedangkan William J. Stanton mendefinisikan produk sebagai : “Sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible), yang di dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestige pabrik, prestige pengecer,

Upload: donguyet

Post on 14-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Produk dan Kualitas

Proses manufaktur suatu perusahaan berhubungan erat dengan produk dan kualitas

dari produk itu sendiri. Dimana perusahaan dapat menghasilkan produk-produk tertentu

untuk ditawarkan kepada pelanggan dan produk yang ditawarkan tentu saja harus memiliki

kualitas yang terbaik.

Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai apakah itu produk dan kualitas serta

penjelasan-penjelasan lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut.

2.1.1. Pengertian Produk

Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai :

“Product is anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use, or

consumption that might satisfy a want or need” (Kotler, 2001, p9).

artinya : Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan,

diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan.

Sedangkan William J. Stanton mendefinisikan produk sebagai :

“Sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible), yang di

dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestige pabrik, prestige pengecer,

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

11

dan layanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai

sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya” (Stanton, 1994, p222).

Dari kedua definisi diatas dapat dilihat bahwa produk yang ditawarkan suatu

perusahaan dapat berupa barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide.

Produk dapat dikatakan sebagai pemahaman subyektif dari produsen sebagai usaha untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu, produk juga dapat didefinisikan

sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produknya. Konsep

produk total secara terperinci meliputi barang, kemasan, merek, label, pelayanan, dan

jaminan atas produk tersebut.

2.1.2. Pengertian Kualitas

Kualitas memang merupakan topik yang hangat didunia bisnis dan akademik. Namun

demikian istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan perlu mendapat

penafsiran secara cermat. Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah

kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk

dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumennya.

Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya pengertiannya

satu sama lain hampir sama. Menurut Scherkenbach seperti yang dikutip oleh Dorothea

Wahyu Ariani (2004, p3) dalam bukunya: Pengendalian kualitas statistis (Pendekatan

Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas), “Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan

menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu

tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut.”

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

12

Menurut Feigenbaum, “Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan

jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk

dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan

pelanggan.”

Menurut Philip Kotler, kualitas adalah :

“Keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat” (Kotler,

1997, p49).

Sedangkan berdasarkan perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional

Indonesia (SNI 19-8402-1991), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk dan

jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas

maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam

kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu.

2.1.3. Menentukan dan Mengukur Perfomansi Kualitas

Pada dasarnya perfomansi kualitas dapat ditentukan dan diukur berdasarkan

karakteristik kualitas yang terdiri dari beberapa sifat atau dimensi berikut:

1. Fisik : panjang, berat, diameter, tegangan, kekentalan, dan lain-lain.

2. Sensory : rasa, penampilan, warna, bentuk, pola, dan lain-lain.

3. Orientasi waktu : kehandalan, kemampuan pelayanan, kemudahan pemeliharaan,

ketepatan waktu penyerahan produk, dan lain-lain.

4. Orientasi biaya : berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau

ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

13

Menurut Vincent (1997, pp5-6), suatu pengukuran perfomansi kualitas yang akan

dilakukan seyogianya mempertimbangkan persyaratan-persyaratan kondisional dalam

pengukuran kualitas itu. Karena hasil dari pengukuran kualitas akan menjadi landasan dalam

membuat kebijakan perbaikan kualitas secara keseluruhan dalam proses bisnis, maka

kondisi-kondisi berikut sangat diperlukan untuk mendukung pengukuran kualitas yang sahid

(valid).

Beberapa kondisi itu adalah:

1. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program. Berbagai masalah yang

berkaitan dengan kualitas serta peluang untuk memperbaikinya harus dirumuskan

secara jelas.

2. Pengukuran kualitas dilakukan pada sistem itu. Fokus dari pengukuran kualitas

adalah pada sistem secara keseluruhan, bukan hanya dilakukan pada proses akhir saja

yang biasanya telah menghasilkan produk tetapi harus dimulai dari perencanaan awal

pembuatan produk, selama proses berlangsung, proses akhir yang menghasilkan

output, bahkan sampai pada penggunaan produk itu oleh pelanggan.

3. Pengukuran kualitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam

proses itu. Dengan demikian pengukuran kualitas bersifat partisipatif. Orang-orang

yang bekerja dalam proses itu harus dengan sebaik-baiknya memahami nilai

pengukuran kualitas dan bagaimana memperoleh nilai itu.

4. Pengukuran seharusnya dapat memunculkan data, di mana nantinya data itu dapat

ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta-peta, diagram-diagram, tabel-tabel,

hasil-hasil perhitungan statistik, dan lain-lain. Data seharusnya dipresentasikan dalam

cara yang termudah.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

14

5. Pengukuran kualitas yang menghasilkan informasi-informasi utama seharusnya

dicatat tanpa distorsi, yang berarti harus akurat.

6. Perlu adanya komitmen secara menyuluruh untuk pengukuran performansi kualitas

dan perbaikannya. Kondisi ini sangat penting sebelum aktivitas pengukuran kualitas

mulai dilaksanakan.

7. Program-program pengukuran dan perbaikan kualitas seharusnya dapat dipecah-

pecah atau diuraikan dalam batas-batas yang jelas sehingga tidak tumpang-tindih

dengan program yang lain.

Pada dasarnya suatu pengukuran performansi kualitas dapat dilakukan pada tiga

tingkat, yaitu : pada tingkat proses, tingkat output, dan tingkat outcome. Pengendalian proses

statistikal dapat diterapkan pada ketiga tingkat pengukuran performansi kualitas itu.

2.1.4. Delapan Dimensi Kualitas

Ada beberapa dimensi kualitas untuk industri manufaktur dan jasa. Dimensi ini

digunakan untuk melihat dari sisi manakah kualitas dinilai. Tentu saja perusahaan ada yang

menggunakan salah satu dari sekian banyak dimensi kualitas yang ada, namun ada kalanya

yang membatasi hanya pada salah satu dimensi tertentu. Yang dimaksud dimensi kualitas

tersebut, telah diuraikan oleh David Garvin (1996) untuk industri manufaktur, meliputi:

• Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau

karakteristik operasi dari suatu produk.

• Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan

karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik bagi pelanggan.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

15

• Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya atau

karena kemungkinan kerusakan yang rendah.

• Conformance, yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau sejauh

mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.

• Durability, yaitu tingkat ketahanan atau keawetan produk.

• Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan

memperoleh komponen produk tersebut.

• Aesthetic, yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut.

• Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra

atau reputasi produk itu sendiri.

Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk yang dihasilkan,

juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Bahkan, yang terbaik adalah apabila

perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan pada proses produksinya atau

produk yang masih berada dalam proses, sehingga bila diketahui ada yang cacat atau

kesalahan masih dapat diperbaiki. Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah

produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar karena produk

tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

16

2.2. Kendali Kualitas Statistis (Statistical Quality Control)

2.2.1. Pengertian Kendali Kualitas Statistis

Menurut Besterfield seperti yang dikutip oleh Dorothea (2004, p54) pengertian

kendali kualitas statistis (statistical quality controI) adalah salah satu teknik dalam Total

Quality Management (TQM) yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses

baik manufaktur maupun jasa melalui penggunaan metode statistik. Penerapan suatu metode

statistik dalam mengontrol proses produksi tidak dapat berhasil tanpa dukungan manajemen,

peran serta karyawan, dan kerjasama tim. Semuanya itu hanya berjalan dalam sistem

manajemen.

Kendali kualitas statistis, menurut Dorothea (2004, pp57-60), secara garis besar

digolongkan menjadi dua, yaitu statistical process control dan acceptance sampling. Hal ini

dapat dilihat dari gambar 2.1

Gambar 2.1 Statistical Quality Control

(Dorothea, 2004, p57)

Dari Gambar 2.1 tersebut tampak bahwa kendali proses statistis dapat dibagi menjadi

dua golongan menurut jenis datanya, yaitu variable data dan attribute data. Variable data

memberikan lebih banyak informasi dari pada attribute data. Namun demikian, variable data

Statistical Quality Control

Statistical Process Control Acceptance Sampling

Variable data Variable data Attribute data Attribute data

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

17

tidak dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan

atau persentase kesalahan suatu proses. Variable data dapat menunjukkan seberapa jauh

penyimpangan dari standar proses, sementara itu attribute data tidak dapat menunjukkan

informasi tersebut.

2.2.2. Pengertian Kendali Proses Statistis

Menurut Vincent Gaspersz (1997, p1), kendali proses statistis adalah suatu

metodologi pengumpulan dan analisa data kualitas, serta penentuan dan interpretasi

pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk

meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.

Menurut Dorothea (2004, p61), kendali proses statistis (statistical process control)

merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan sebagai pemonitor, pengendali,

penganalisis, pengelola, dan memperbaiki proses menggunakan metode-metode statistik.

Dalam konteks pembahasan tentang kendali proses statistis, terminologi kualitas

didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi

karakteristik dari suatu produk yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan yang telah

dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan. Dengan kata lain adalah

bagaimana baiknya suatu output itu memenuhi spesifikasi atau toleransi yang ditetapkan

bagian desain dari suatu perusahaan. Spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian

desain produk yang disebut sebagai kualitas desain harus berorientasi kepada kebutuhan atau

keinginan konsumen.

Sasaran pengendalian proses statistik terutama adalah mengadakan perbaikan proses.

Dalam konteks pengendalian proses statistikal, penting juga untuk mengetahui bagaimana

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

18

suatu proses itu bervariasi dalam menghasilkan output sehingga dapat diambil tindakan-

tindakan perbaikan terhadap proses itu secara tepat.

Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga

menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output (barang atau jasa) yang dihasilkan. Pada

dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yang diklasifikasikan sebagai

berikut (Vincent, 1997, p28):

1. Variasi penyebab khusus (special causes variation)

Merupakan kejadian-kejadian diluar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem.

Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor: manusia, peralatan, material,

lingkungan, metode kerja, dan lain-lain. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola

non-acak (non-random patterns) sehingga dapat diidentifikasi/ditemukan, sebab

mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada

proses sehingga menimbulkan variasi.

2. Variasi penyebab umum (common causes variation)

Merupakan faktor-faktor di dalam suatu sistem atau melekat pada proses yang

menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum

sering disebut juga sebagai penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem

(system causes). Karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk

menghilangkannya kita harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya

pihak manajemen yang dapat memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang

mengendalikan sistem itu.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

19

2.2.3. Kendali Proses Statistis untuk Variable Data

Kendali proses statistis untuk variable data sering kali disebut sebagai metode peta

pengendali (control chart) untuk variable data. Menurut Besterfield seperti yang dikutip oleh

Dorothea (2004, p75), manfaat kendali proses statistis untuk variable data adalah

memberikan informasi mengenai:

1. Perbaikan kualitas

2. Menentukan kemampuan proses setelah perbaikan tercapai

3. Membuat keputusan yang berkaitan dengan spesifikasi produk. Jika kemampuan

proses ± 0,03 dan spesifikasi ± 0,04, maka hal ini adalah realistis dan biasanya

disebabkan oleh karyawan operasi.

4. Membuat keputusan yang berkaitan dengan proses produksi. Apabila proses berada

pada kondisi in statistical control, maka kendali proses statistis untuk variable data

digunakan untuk mempertahankan pengendalian. Namun bila proses berada dalam

kondisi out of statistical control, maka kendali proses statistis untuk variable data

digunakan untuk mengetahui kapan terjadinya penyimpangan yang disebabkan oleh

sebab khusus dan umum untuk diambil tindakan terutama untuk mengurangi sebab

khusus.

5. Membuat keputusan terbaru yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

20

2.3. Control Chart

2.3.1. Pengertian Control Chart

Control chart adalah suatu grafik garis patah-patah yang mengilustrasikan bagaimana

suatu proses berjalan terhadap satuan waktu (Smith, 1995, p5). Control chart atau yang

dikenal dengan bagan kendali dalam Bahasa Indonesia, pertama kali diperkenalkan oleh Dr.

Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun

1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi

yang disebabkan oleh penyebab khusus (special causes variation) dari variasi yang

disebabkan oleh penyebab umum (common causes variation). Pada dasarnya semua proses

menampilkan variasi, namun manajemen harus mampu untuk mengendalikan proses dengan

cara menghilangkan variasi penyebab khusus dari proses itu, sehingga variasi yang melekat

yang melekat pada proses hanya disebabkan oleh variasi penyebab umum. Bagan kendali

merupakan alat ampuh dalam mengendalikan proses, asalkan penggunaannya dipahami

secara benar.

Pada dasarnya bagan kendali dipergunakan untuk (Vincent, 1997, p107):

• Menentukan suatu proses berada dalam pengendalian statistikal atau tidak, dengan

demikian bagan kendali digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali

secara statistikal, di mana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok.

• Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara

statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab-umum.

• Menentukan kemampuan proses. Setelah proses berada dalam pengendalian

statistikal, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

21

Pada dasarnya setiap bagan kendali memiliki (Vincent, 1997, p107):

1. Garis Tengah (central line), yang biasa dinotasikan CL.

2. Sepasang batas kontrol, di mana satu batas kontrol ditempatkan di atas garis tengah

yang dikenal sebagai batas kontrol atas (upper control limit), biasa dinotasikan

sebagai UCL, dan yang satu lagi ditempatkan di bawah garis tengah yang dikenal

sebagai batas kontrol bawah (lower control limit), biasa dinotasikan sebagai LCL.

3. Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari proses.

Jika semua nilai-nilai yang ditebarkan pada peta itu berada di dalam batas-batas

kontrol tanpa memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung

dianggap sebagai berada dalam keadaan terkontrol atau terkendali secara statistikal.

Namun, jika nilai-nilai yang ditebarkan pada peta itu jatuh atau berada di luar batas-

batas kontrol atau memperlihatkan kecenderungan tertentu atau memiliki bentuk yang

aneh, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai berada dalam keadaan di luar

kontrol atau tidak berada dalam pengendalian statistikal sehingga perlu diambil

tindakan korektif untuk memperbaiki proses yang ada.

Gambar 2.2 Bagan kendali Untuk Proses Terkendali

(Vincent, 1997, p109)

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

22

Gambar 2.3 Bagan kendali Untuk Proses Tidak Terkendali

(Vincent, 1997, p109)

Keterangan:

CL = Garis Tengah (Central Line)

UCL = Batas Kontrol Atas (Upper Control Limit)

LCL = Batas Kontrol Bawah (Lower Control Limit)

Gambar 2.2 menunjukkan bagan kendali untuk proses dalam keadaan terkontrol atau

terkendali dan oleh karena itu kita menyatakan bahwa proses berada dalam pengendalian

statistikal. Bagan kendali terkendali dicirikan oleh semua nilai-nilai karakteristik kualitas

yang ditebarkan dalam batas-batas kontrol (di antara batas kontrol atas, UCL, dan batas

kontrol bawah, LCL), serta tidak menunjukkan pola yang aneh atau memiliki kecenderungan

tertentu.

Gambar 2.3 menunjukkan bagan kendali untuk proses dalam keadaan tidak terkendali

karena ada nilai-nilai karakteristik kualitas berada di luar batas-batas kontrol (di antara batas

kontrol atas, UCL, dan batas kontrol bawah, LCL). Dengan demikian apabila nilai-nilai yang

ditebarkan pada bagan kendali jatuh di luar batas-batas kontrol atau menunjukkan

kecenderungan tertentu, kita mengatakan bahwa proses berada di luar pengendalian

statistikal, atau kita juga boleh menyatakan bahwa terdapat variasi yang disebabkan oleh

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

23

penyebab-khusus (special-causes varition) sehingga menyebabkan proses berada dalam

keadaan tidak terkendali.

2.3.2. Pola Control Chart

Pola-pola control chart dapat terjadi berbagai macam bentuk yang dapat mencari

penyebab khusus dalam sistem. Penyebab umum yang menyebabkan variasi selalu melekat

pada sistem tersebut. Sistem yang berada pada kesalahan karena penyebab umum dikatakan

sebagai berada dalam batas pengendali statistik. Ada beberapa bentuk peta pengendali yang

dikarenakan sebab umum. Pola-pola tersebut antara lain (Mitra, 1993, pp81-86):

a) Pola Umum

Pola umum merupakan satu rencana yang tidak terindentifikasi. Tidak ada titik-

titik yang jatuh di luar batas pengendali, mayoritas titik berada pada garis pusat,

dan beberapa titik dekat dengan batas–batas pengendali. Pola ini menunjukkan

bahwa proses berada dalam pengendalian dan menunjukkan kondisi sistem yang

stabil. Kondisi seperti ini ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Pola Control Chart untuk Sistem yang Dipengaruhi Sebab Umum

(Mitra, 1993, p81)

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

24

b) Pola yang Berubah Secara Mendadak

Pola ini terjadi karena ada perubahan dalam suhu udara, tekanan udara, dan

sebagainya. Selain itu, dapat juga terjadi karena operator baru, alat baru, atau

instrumen pengukuran yang baru, dan metode pemrosesan baru. Pola ini memiliki

kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tampak pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Pola Control Chart untuk Sistem yang Berubah Secara Mendadak

(Mitra, 1993, p82)

c) Pola Perubahan Tetap

Pola ini karena ada perubahan dalam organisasi seperti perubahan bahan baku

atau komponen dari waktu ke waktu, perubahan program perawatan, atau

perubahan gaya supervisi. Hal ini akan mempengaruhi perubahan rata-rata proses,

sementara perubahan meningkat keakurasian proses terjadi karena operator baru,

penurunan keahlian karyawan karena kebosanan atau hal-hal yang bersifat

monoton. Hal ini tampak pada Gambar 2.6

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

25

Gambar 2.6 Pola Control Chart untuk Sistem yang Berubah Secara Perlahan-lahan

(Mitra, 1993, p82)

d) Pola Trend

Pola ini berbeda dengan perubahan mendadak atau bertahap. Tren menunjukkan

perubahan yang tetap naik atau turun. Hal ini tampak pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Pola Control Chart untuk Perubahan Karena Trend

(Mitra, 1993, p83)

e) Pola Siklus

Pola ini terjadi karena pengurangan karakteristik pola melalui evaluasi perilaku

yang berulang. Apabila sampel yang diambil terlalu sedikit atau jarang, maka

kemungkinan hanya terjadi titik-titik yang tinggi atau rendah yang akan muncul.

Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 2.8

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

26

Gambar 2.8 Pola Control Chart untuk Pola Siklus

(Mitra, 1993, p83)

f) Pola Tidak Beraturan

Pola ini meliputi keanehan yang berfluktuasi tajam bahkan berada di luar batas

pengendali statistik, serta biasanya disebabkan adanya gangguan dari luar. Oleh

karenanya, penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh sebab-khusus. Pola lain

adalah pola keterikatan atau kelompok yang berfluktuasi dengan saling

berdekatan, namun juga seringkali disebabkan oleh penyebab khusus. Kondisi ini

dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10

Gambar 2.9 Pola Control Chart untuk Pola Tidak Beraturan

(Mitra, 1993, p84)

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

27

Gambar 2.10 Pola Control Chart untuk Pola Tidak Beraturan

(Mitra, 1993, p85)

g) Pola Campuran

Pola campuran disebabkan oleh dua atau lebih karakteristik kualitas yang berada

dekat dengan batas-batas pengendali. Pola ini dapat terjadi bila nilai yang satu

terlalu tinggi dan nilai lain terlalu rendah. Hal ini terjadi biasanya apabila

perusahaan menggunakan bahan baku yang berasal dari beberapa pemasok.

Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 2.11

Gambar 2.11 Pola Control Chart untuk Pola Campuran

(Mitra, 1993, p86)

h) Pola Stratifikasi

Pola ini merupakan hasil dari dua atau lebih distribusi karakteristik kualitas pada

populasi. Titik-titik yang terjadi biasanya dekat dengan garis pusat, walaupun ada

beberapa titik yang dekat dengan batas-batas pengendali. Hal ini tampak pada

Gambar 2.12

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

28

Gambar 2.12 Pola Control Chart untuk Pola Stratifikasi

(Mitra, 1993, p86)

2.3.3. Bagan Kendali Rata-rata (Mean) dan Kisaran (Range)

Bagan kendali rata-rata ( X ) dan kisaran (R) merupakan dua bagan kendali yang

saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai kualitas proses. Bagan kendali rata-

rata merupakan bagan kendali untuk melihat apakah proses masih berada dalam batas

pengendalian atau tidak. Kondisi tersebut dapat dilihat dari produk yang sedang berada

dalam proses. Sementara itu, bagan kendali kisaran (range) digunakan untuk mengetahui

tingkat keakurasian atau ketepatan proses yang diukur dengan mencari range dari sampel

yang diambil dalam observasi.

Langkah-langkah untuk membangun bagan kendali X dan R dapat dikemukakan

sebagai berikut (Vincent, 1997, pp117-120):

1. Tentukan ukuran contoh (n = 4,5,6,...). Biasanya diambil ukuran contoh lima unit (n =

5).

2. Kumpulkan 20-25 set contoh (paling sedikit dari 60-100 titik data individu).

3. Hitung nilai rata-rata, X , dan range, R dari setiap set contoh, dimana :

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

29

X∑=

n

i

Xi1

Persamaan (2.1)

R = Xmax - Xmin Persamaan (2.2)

4. Hitung nilai rata-rata dari semua X , yaitu X yang merupakan garis tengah (central

line) dari bagan kendali X , serta nilai rata-rata dari semua R, yaitu R yang

merupakan garis tengah (central line) dari bagan kendali R, dimana :

∑=

g

iiX

1X Persamaan (2.3)

∑=

g

iiR

1R Persamaan (2.4)

5. Hitung batas-batas kontrol 3-sigma dari bagan kendali X dan R.

• Bagan kendali X (batas-batas kontrol 3-sigma):

CL = X Persamaan (2.5)

UCL = X + A2 R Persamaan (2.6)

LCL = X - A2 R Persamaan (2.7)

(nilai A2 dapat dilihat pada tabel 2.1)

• Bagan kendali R (batas-batas kontrol 3-sigma):

CL = R Persamaan (2.8)

UCL = R ∗ D4 Persamaan (2.9)

LCL = R ∗ D3 Persamaan (2.10)

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

30

(nilai D4 dan D3 dapat dilihat pada tabel 2.1)

Buatkan bagan kendali X dan R dengan menggunakan batas-batas kontrol 3-

sigma diatas. Setelah itu plot atau tebarkan data X dan R dari setiap contoh yang

diambil itu pada bagan kendali X dan R serta lakukan pengamatan apakah data

itu berada dalam pengendalian statistikal.

6. Apabila proses berada dalam batas pengendalian statistikal, hitung indeks kapabilitas

proses, Cp, dan indeks performansi Kane CPK, sebagai berikut:

Cp = (USL - LSL) ÷ 6s → s = R ÷ d2 Persamaan (2.11)

Cp = (USL - LSL) ÷ 6( R ÷ d2) Persamaan (2.12)

CPK = min (CPL,CPU), dimana: Persamaan (2.13)

CPL = ( X - LSL) ÷ 3( R ÷ d2) Persamaan (2.14)

CPU = (USL - X ) ÷ 3( R ÷ d2) Persamaan (2.15)

Keterangan:

USL = Batas spesifikasi atas (Upper Specification Level)

LSL = Batas spesifikasi bawah (Lower Specification Level)

Kriteria penilaian:

Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.

Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas proses baik, namun perlu pengendalian ketat

apabila Cp mendekati 1,00.

Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan

performansinya melalui perbaikan proses itu.

Catatan: Indeks kapabilitas proses baru layak dihitung apabila proses berada dalam

pengendalian statistikal.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

31

8. Gunakan bagan kendali terkendali dari X dan R itu untuk memantau proses yang

sedang berlangsung dari waktu ke waktu.

Berbagai koefisien A2, D3, D4, dan d2, untuk ukuran contoh (n), yang diperlukan

dalam membangun bagan kendali terkendali dari X dan R ditunjukkan dalam Tabel 2.1

berikut:

Tabel 2.1 Daftar Nilai Koefisien Dalam Perhitungan Batas-batas Bagan kendali X dan R serta

Indeks Kapabilitas Proses

Koefisien Untuk Batas Kontrol X-bar

Koefisien Untuk Batas Kontrol R

Koefisien Untuk Menduga Simpangan

Baku, s

Ukuran Contoh

(n) A2 D3 D4 d2

2 3 4 5

1,880 1,023 0,729 0,577

0 0 0 0

3,267 2,574 2,282 2,114

1,128 1,693 2,059 2,326

6 7 8 9

10

0,483 0,419 0,373 0,337 0,308

0 0,076 0,136 0,184 0,223

2,004 1,924 1,864 1,816 1,777

2,534 2,704 2,847 2,970 3,078

11 12 13 14 15

0,285 0,266 0,249 0,235 0,223

0,256 0,283 0,307 0,328 0,347

1,744 1,717 1,693 1,672 1,653

3,173 3,258 3,336 3,407 3,472

16 17 18 19 20

0,212 0,203 0,194 0,187 0,180

0,363 0,378 0,391 0,403 0,415

1,637 1,622 1,608 1,597 1,585

3,352 3,588 3,640 3,689 3,735

21 22 23 24 25

0,173 0,167 0,162 0,157 0,153

0,425 0,434 0,443 0,451 0,459

1,575 1,566 1,557 1,548 1,541

3,778 3,819 3,858 3,895 3,931

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

32

2.4. Konsep Database

Database adalah suatu koleksi data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan dan

disimpan dalam suatu cara yang memudahkan pengambilan kembali (McLeod, 1995, p324).

File-file perusahaan yang banyak dapat terintegrasi secara logis. Integrasi logis dari catatan-

catatan dalam banyak file ini disebut konsep database (McLeod, 1995, p324).

Menurut Connolly (2002) database merupakan sekumpulan data yang berhubungan

secara logikal dan deskripsi dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi

dari suatu organisasi.

Pendekatan berbasis file merupakan salah satu pendekatan yang paling sederhana

dalam membuat database. Menurut Connolly (2002) sistem berbasis file (file based system)

merupakan kumpulan dari program-program aplikasi yang menyediakan pelayanan untuk

end-user seperti pada pembuatan laporan secara visual. Sistem berbasis file merupakan salah

satu pendekatan yang paling awal dalam mengkomputerisasi sistem berkas secara manual.

Penggunaan konsep database mempunyai dua tujuan utama yaitu meminimumkan

pengulangan dan mencapai independensi data.

Independensi data merupakan suatu kemampuan untuk melakukan perubahan dalam

struktur data tanpa merubah program yang memproses data (McLeod, 1995, p324).

Independensi data dicapai dengan menempatkan spesifikasi dalam tabel dan kamus data yang

terpisah secara fisik dari program, dimana program mengacu pada tabel untuk mengakses

data dan perubahan pada struktur data hanya dilakukan sekali dalam tabel. Pola database

terlihat pada Gambar 2.13.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

33

Hirarki data pada database pada saat suatu perusahaan mengadopsi konsep database :

• Database

• File

• Catatan

• Elemen data

Gambar 2.13 Pola Database

(McLeod, 1995, p324)

2.5. Sistem Informasi Eksekutif

Sistem Informasi Eksekutif atau yang lebih dikenal sebagai Executive Information

System (EIS) didefinisikan oleh Raymond McLeod, Jr. sebagai suatu sistem yang khusus

dirancang bagi para manajer pada tingkat perencanaan strategis (McLeod, 1995, p32).

File Wiraniaga

File Statistik

Penjualan

File Pelanggan

File Piutang dagang

File Pembeli

File Buku besar

File Pesanan

pembelian

File Persedia-

an

File Pemasok

File Hutang dagang

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

34

Pada dasarnya, suatu pola EIS menggunakan isi database untuk diolah sesuai dengan

permintaan informasi dari eksekutif sehingga menghasilkan suatu tampilan yang dapat

digunakan para eksekutif untuk melakukan langkah-langkah strategis tertentu. Pada EIS,

tampilan informasi dapat berupa tabel, grafik atau narasi. Model EIS dapat dilihat pada

Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Model Sistem Informasi Eksekutif (McLeod, 1995, p33)

Ke wokstation Eksekutif lain

Ke wokstation Eksekutif lain

Komputer Personal Database

eksekutif

Permintaan Informasi

Tampilan Informasi

Menyediakan Informasi

perusahaan

Koleksi pe- rangkat lunak

Kotak pos elektronik

Database perusahaan

Berita, penje- lasan mutakhir

Data dan Informasi eksternal

Workstation eksekutif

Komputer sentral

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

35

2.6. Paradigma Rekayasa Piranti Lunak

Terdapat lima paradigma (model proses) dalam merekayasa suatu piranti lunak, yaitu

The Classic Life Cycle atau sering juga disebut Waterfall Model, Prototyping Model, Fourth

Generation Techniques (4GT), Spiral Model, dan Combine Model. Pada penulisan skripsi ini

dipakai pola Waterfall Model.

Menurut Pressman (1997, p19) piranti lunak telah menjadi elemen kunci dari evolusi

computer based-system dan computer product. Selama lebih dari empat dekade terakhir,

piranti lunak telah berkembang dari sebuah pemecahan berorientasi permasalahan dan alat

analisis informasi menjadi sebuah industri sendiri. Namun kebiasaan pemrogram awal dan

sejarah telah dengan sendirinya menciptakan sekumpulan masalah yang hingga kini masih

ada. Piranti lunak telah menjadi faktor pembatas dalam evolusi computer-based systems.

Berangkat dari itulah dikembangkan metode yang menyediakan framework untuk

membangun piranti lunak dengan kualitas lebih tinggi.

Rekayasa piranti lunak (Software Engineering) berdasarkan Pressman (1997, p23)

adalah studi pendekatan untuk pengaplikasian secara sistematis, pendekatan terukur untuk

pengembangan, operasi, dan pemeliharaan dari sebuah piranti lunak.

Waterfall model meliputi langkah-langkah analisis masalah atau kebutuhan user,

mendesain aplikasi yang akan dibuat, coding, dan yang terakhir mengimplementasikan

aplikasi yang sudah dibuat untuk kemudian dievaluasi oleh pengguna. Pada Waterfall model

dapat dilakukan revisi di setiap prosesnya (Pressman, 1997, pp20-21).

Sekuensil linier mengusulkan sebuah pendekatan kepada perkembangan perangkat

lunak yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

36

seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaan. Menurut Pressman (2002, pp35-

38), Siklus pola sekuensial linier melingkupi aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

1. Rekayasa dan pemodelan sistem informasi (System Engineering)

Karena perangkat lunak selalu merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih

besar, kerja dimulai dengan membangun sebuah syaraf dari semua elemen sistem dan

mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan ke perangkat lunak tersebut.

Pandangan sistem ini penting ketika perangkat lunak harus berhubungan dengan

elemen-elemen yang lain seperti perangkat lunak, manusia, dan database.

2. Analisis kebutuhan perangkat lunak (Analysis)

Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan, khususnya pada

perangkat lunak. Untuk memahami sifat program yang dibangun, perekayasa

perangkat lunak (analisis) harus memahami domain informasi, tingkah laku, unjuk

kerja, dan antarmuka yang diperlukan. Kebutuhan baik untuk sistem maupun

perangkat lunak didokumentasikan dan dilihat lagi dengan pelanggan.

3. Desain (Design)

Desain perangkat lunak sebenarnya adalah proses multi langkah yang berfokus

pada empat atribut sebuah program yang berbeda; struktur data, arsitektur perangkat

lunak, representasi interface, dan detail prosedural. Proses desain menerjemahkan

syarat atau kebutuhan ke dalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat

diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai pemunculan kode. Sebagaimana

persyaratan, desain didokumentasikan dan menjadi bagian dari konfigurasi perangkat

lunak.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

37

4. Generasi Kode (Coding)

Desain harus diterjemahkan ke dalam bentuk mesin yang bisa dibaca. Langkah

pembuatan kode melakukan tugas ini. Jika desain dilakukan secara lengkap,

pembuatan kode dapat diselesaikan secara mekanis.

5. Pengujian (Testing)

Sekali kode dibuat, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus pada

logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji,

dan pada eksternal fungsional yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan

kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan memberikan

hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan.

6. Pemeliharaan (Maintenance)

Perangkat lunak akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada

pelanggan. Perubahan akan terjadi karena kesalahan-kesalahan ditentukan, karena

perangkat lunak harus disesuaikan untuk mengakomodasikan perubahan-perubahan di

dalam lingkungan eksternalnya. Pemeliharaan perangkat lunak mengaplikasikan

setiap fase program sebelumnya dan tidak membuat yang baru lagi.

System engineering

Analysis

Design

Code

Testing

Maintenance

Gambar 2.15 Model Sekuensial Linier

Sumber Pressman (2002, p38)

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

38

2.7. State Transition Diagram (STD)

State Transition Diagram merupakan sebuah modeling tool yang digunakan untuk

mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD merupakan

suatu kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan suatu keadaan pada waktu tertentu.

Komponen-komponen utama STD adalah:

a) State, disimbolkan dengan

State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan dilakukan. Ada

dua jenis state yaitu: state awal dan state akhir. State akhir dapat berupa beberapa state,

sedangkan state awal tidak boleh lebih dari satu.

b) Arrow, disimbolkan dengan

Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan ekspresi aturan,

label tersebut menunjukkan kejadian yang menyebabkan transisi terjadi.

c) Condition dan Action, disimbolkan dengan

State 1 State 2

Condition

Action

Gambar 2.16 Simbol Condition dan Action

Untuk melengkapi STD diperlukan 2 hal lagi yaitu condition dan action seperti yang

dapat diihat pada Gambar 2.16 diatas. Condition adalah suatu event pada lingkungan

eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem, sedangkan action adalah yang dilakukan oleh

sistem bila terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan

menghasilkan keluaran atau tampilan.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01316-MTIF-Bab 2.pdf · Pengertian Produk Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai

39

2.8. Penelitian yang Relevan

“Analisis dan Perancangan Sistem Pengukuran Kualitas Produksi pada PT. Lapindo

Packaging Tbk.” Oleh Mellisa.

“Usulan Pengendalian Kualitas Pada Proses Painting Mobil BMW Berdasarkan

Metode 7 Tools Dan Prinsip Kaizen di PT. Tjahja Sakti Motor” oleh Ari Prabowo. Ari

meneliti tentang kesalahan atau cacat pengecatan pada mobil dan berhasil menyimpulkan

bahwa ada 3 faktor penyebab kesalahan, yaitu manusia, mesin, dan lingkungan.

“Perancangan Program Aplikasi Statistik Pengendalian Kualitas Produk Dengan

Metode Bagan kendali (Studi Kasus: PT. Konveksi XYZ).” Oleh Ivan Lukman.