bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2014-2-01228-ar...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Panti
• Rumah; tempat (kediaman); - asuhan, tempat memelihara anak yatim (piatu); -
derma, rumah tempat merawat yatim piatu (orang tua dsb). Poerwadarminta, W.
J.S. (1003) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
• Rumah; tempat kediaman; asuhan, rumah, tempat memelihara dan merawat anak
yatim piatu; derma rumah tempat memelihara dan merawat orang jompo atau
anak terlantar, werda tempat memelihara atau merawat orang jompo. Sugono, D.
(2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.
2.1.1 Definisi Jompo
• Fisik yang sudah lemah sehingga tidak mampu mencari nafkah sendiri; tua
renta; uzur. Sugono, D. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.
2.1.2 Definisi Panti Jompo
Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti
jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung panti jompo dan perda No.
15 Tahun 2002, mengenai perubahan atas perda N0. 15 Tahun 2000, tentang dinas
daerah, maka Panti Sosial Tresna Werdha berganti nama menjadi Balai Perlindungan
Tresna Werdha. Tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik
secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala
keperluannya. Dimana beberapa tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah baik
pihak swasta. Dan ini sudah merupakan kewajiban negara untuk menjaga dan
memelihara setiap warga negaranya seperti yang tercantum dalam UU No. 12 Tahun
1996. Jadi dapat disimpulkan panti jompo adalah sarana yang disediakan untuk
manula sebagai tempat tinggal alternatif dengan kebutuhan khusus yang memberikan
pelayanan dan perawatan serta berbagai aktifitas yang dapat dimanfaatkan manula
untuk mengatasi kemunduran fisik dan mental secara bersama-sama dalam
komunitas.
10
2.1.3 Fungsi Panti Jompo
Fungsi panti jompo adalah sebagai tempat untuk menampung manusia lanjut
usia yang menyediakan fasilitas dan aktifitas khusus untuk manula yang dijaga dan
dirawat oleh suster atau pekerja sosial.
2.1.4 Tujuan Panti Jompo
Tujuan utama panti jompo adalah untuk menampung lansia dalam kondisi
sehat dan mandiri yang tidak memiliki tempat tinggal dan keluarga atau yang
memiliki keluarga namun dititipkan karena ketidak mampuan keluarga untuk
merawat lansia.
2.1.5 Prinsip Perancangan Panti jompo
Dalam artikel “Pynos dan Regnier” (1991) tertulis tentang 12 macam prinsip
yang diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia untuk membantu dalam
kegiatan-kegiatan lansia. Kedua belas itu dikelompokan dalam aspek fisiologis dan
psikologis, yaitu sebagai berikut:
1. Aspek fisiologis
a) Keselamatan dan keamanan, yaitu penyediaan lingkungan yang
memastikan setiap penggunanya tidak mengalami bahaya, karena lansia
mengalami permasalahan fisik seperti kesulitan mengatur keseimbangan,
kekuatan kaki berkurang, gangguan pengelihatan, radang persendiaan yang
mengakibatkan lansia mudah terjatuh. Permasalahan fisik ini menyebabkan
tingginya kejadian kecelakaan pada lansia.
b) Signage/ orientation/ wayfindings, keberadaan penunjuk arah di lingkungan
dapat mengurangi kebingungan dan memudahkan menemukan fasilitas yang
tersedia. Lansia yang mengalami kehilangan memori lebih mudah mengalami
kehilangan arah pada gedung dengan rancangan ruangan-ruangan yang serupa
(sama) dan tidak memiliki petunjuk arah.
c) Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan syarat
mendasar untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas adalah kemudahan
untuk memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi
lanjut usia untuk memperlancar mobilitas lanjut usia.
d) Adaptabilitas, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Lingkungan harus di rancang sesuai dengan pemakainya,
11
termasuk yang menggunakan kursi roda maupun tongkat penyangga. Kamar
mandi dan dapur merupakan ruangan dimana aktivitas banyak dilakukan dan
keamanan harus menjadi pertimbangan utama.
2. Aspek psikologis
a) Privasi, yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang / tempat
mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan orang lain sehingga bebas
dari gangguan yang tak dikenal.
b) Interaksi sosial, yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan bertukar
pikiran dengan lingkungan sekitar (sekelilingnya). Interaksi sosial
mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan memberikan lansia
kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman dan kehidupan sehari-hari
mereka.estetika atau
c) Kemandirian, yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan
aktivitasnya sendiri tanpa atau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti werdha.
Kemandirian dapat menimbulkan rasa kepuasan tersendiri karena lansia dapat
melakukan kegiatannya sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
d) Dorongan/ tantangan, yaitu memberikan lingkungan yang merangsang rasa
aman tetapi menantang. Lingkungannya yang mendorong lansia untuk
beraktifitas di dapat dari warna, keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan
kontras.
e) Aspek panca indera, kemunduran fisik dalam hal penglihatan, pendengaran,
pemciuman yang harus diperhitungkan di dalam lingkungan. Indera
penciuman, peraba, penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengalami
kemunduran sejalan dengan bertambah tuanya seseorang. Rancangan dengan
memperhatikan stimulus panca indera dapat digunakan unutk membuat
rancangan yang lebih merangsang atau menarik.
f) Ketidak asingan/ keakraban, lingkungan yang aman dan nyaman secara
tidak langsung dapat memberikan perasaan akrab pada lansia terhadap
lingungannya. Tinggal dalam lingkungan rumah yang baru adalah
pengalaman yang membingungkan untuk sebagian lansia. Menciptakan
keakraban dengan para lansia melalui lingkungan baru dapat mengurangi
kebingungan karena perubahan yang ada.
g) Estetika/ penampilan, yaitu suatu rancangan lingkungan yang tampak
menarik. Keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan suatu pesan
12
simbolik atau persepsi tertentu kepada pengunjung, teman, dan keluarga
tentang kehidupan dan kondisi lansia sehari-hari.
h) Personalisasi, yaitu menciptakan kesempatan untuk menciptakan lingkungan
yang pribadi dan menandainya sebagai”milik” seseorang individu. Tempat
tinggal lansia harus dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengungkapkan ekspresi diri sendiri dan pribadi.
2.2 Definisi Lansia
Pengertian secara umum seseorang dikatan lansia apabila berumur 65 tahun
keatas,batasan umur seseorang yang dikategorikan lansia diantaranya adalah 60
tahun (UU No.13 tahun 1998) dan 60-74 tahun (WHO).Lansia adalah suatu keadaan
yang ditandai oleh gagalnya seseorang dalam mempertahankan kesetimbangan
terhadap kesehatan dan kondisi stres fisioligis.Selain pengertian secara umum
diatas,ada beberapa pengertian lansia menurut ahli,sebagai berikut :
• Pengertian lansia menurut Smith (1999) : lansia terbagi menjadi 3, yaitu
young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old-old (85 tahun).
• Pengertian lansia menurut Setyonegoro : lansia adalah orang yang berusia
lebih dari 65 tahun. Dan terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun
(old); dan lebih dari 80 tahun (very old).
• Pengertian lansia menurut UU No.13 tahun 1998 : lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas.
• Pengertian lansia menurut WHO : lansia adalah pria dan wanita yang telah
mencapai usia 60-74 tahun.
• Pengertian lansia menurut Sumiati AM: seseorang dikatakan lansia apabila
usianya sudah mencapai 65 tahun keatas.
2.2.1 Kategori dan Kondisi Lansia
Berdasarkan tingkat keaktifannya lansia dibagi menjadi tiga kategori yaitu go
go’s yang bersifat aktif bergerak tanpa bantuan orang lain, slow go’s yang bersifat
semi aktif dan no go’s yaitu memiliki cacat fisik dan sangat bergantung terhadap
orang lain. Cooper dan Francis megelompokan lansia menjadi tiga bagian
berdasarkan usia.
13
Tabel 1. Pengelompokan Lansia Berdasarkan Usia. Young old Old Old-old
Usia Antara usia 55-70 tahun Antara usia 70-80
tahun
80 tahun keatas
Kemampuan Mandiri dalam bergerak Cukup mandiri dalam
bergerak
Kurang mandiri,memiliki
keterbatasan dalam gerak
dan membutuhkan
perawatan lebih
Aktifitas
Inisiatif, sendiri, santai,
rekreasi, bersosialisasi,
berhubungan dengan
kesehatan
Inisiatif sendiri dan
berkelompok, kurang
bergerak,
bersosialisasi,
berhubungan dengan
kesehatan
Inisiatif terbatas,jarang
berpindah, bersosialisasi,
terapi
Sumber: Tinjauan Umum Lansia, Panti Werdha dan Healing Environment
Semua lansia mengalami kemunduran fisik dan psikologis tetapi kemunduran
itu memiliki jenis yang berbeda-beda tergantung dari pertambahan umur dan kondisi
kesehatannya. Kemunduran fisik yang dialami yaitu:
• Dalam hal visual kemunduran ketajaman dan luas pandangan,selain itu mata
kurang peka dalam melihat cahaya dengan intensitas cahaya yang terlalu
tinggi,lebih sensitive terhadap sesuatu yang menyilaukan serta kurang mampu
membedakan warna
• Dalam hal pendengaran lansia kurang mampu menangkap suara dengan frekuensi
suara yang besar dan kecil dalam waktu yang bersamaan.
• Dalam hal indra perasa lansia kurang peka terhadap rasa, bau dan perubahan suhu.
• Dalam kemampuan gerak lansia melakukan mobilisasi lebih pasif.
• Kekurangan lainnya lansia kurang memiliki konsentrasi, lambatnya kemampuan
kognitif dan kerja saraf.
Masalah psikologis yang dialami lansia biasanya lansia merasa terasingkan,
lansia merasa tidak berdaya, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran
terutama bagi lansia yang berada di kalangan menengah kebawah.
14
2.3 Jenis-jenis Terapi Untuk Lansia
1. Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang
paling ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh
individu tersebut, misalnya aktivitas di tempat tidur seperti positioning, alih
barang, latihan pasif dan aktif lingkup gerak sendi, mobilisasi yaitu latihan
bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan dan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
2. Program Okupasiterapi
Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada
aktivitas yang diinginkan.
3. Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan
emosionalnya, yang mempunyai cirri-ciri yang khas pada lansia, misalnya
apakah seseorang tipe agresif, atau konstruktif. Juga untuk memberikan motivasi
agar lansia mau melakukan latihan, mau berkomunikasi, sosialisasi dan
sebagainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan program lain sehingga
hasilnya bisa lebih baik.
4. Terapi Berkebun
Terapi berkebun bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan dan untuk
memanfaatkan waktu luang yang dimiliki lansia.
2.4 Healing Environment
Pendekatan desain sebuah fasilitas kesehatan yang terbaru adalah tidak hanya
bertujuan untuk menyembuhkan (curing) namun juga bertujuan untuk memulihkan
(healing). Konsep yang digunakan adalah “melembutkan” lingkungan kesehatan dan
membuatnya lebih “hangat” dan lebih terlihat menyambut pasien yang datang,
pendekatan semacam ini dapat dilakukan dengan menempatkan petunjuk orientasi
dan lokasi serta peralatan yang memudahkan dan mempercepat pelayanan media
bagi pasien. Bentuk pendekatan yang lain adalah dengan memberi keleluasan bagi
pasien untuk mengatur keadaan melalui desain ruang dalam, contohnya dalam
mengatur posisi furniture, pencahayaan, dan aliran udara di kamar periksa maupun
15
ruang tunggu pasien. Desain kamar juga harus diperhatikan sehingga dapat
menunjang proses penyembuhan serta tetap memperhatikan privasi bagi para pasien.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
mengembangkan healing environment, yaitu:
• Kualitas udara: meliputi udara segar, jauh dari polusi udara.
• Kenyamanan suhu udara: meliputi kelembaban, kontrol suhu udara kamar,
sirkulasi udara.
• Privasi: meliputi kemampuan untuk mengontrol pandangan ke luar, interaksi
sosial, tempat untuk menyimpan barang-barang pribadi.
• Cahaya: meliputi pencahayaan yang tidak silau di kamar pasien, cahaya yang
cukup terang untuk membaca, dan lain-lain.
• Komunikasi: meliputi kemampuan pasien untuk menghubungi karyawan jika
dibutuhkan, tempat yang nyaman untuk pengunjung, fasilitas pendukung sesuai
kebutuhan.
• Pemandangan: memberikan pemandangan yang baik untuk pasien seperti ke
taman, gunung, laut atau pandangan ke hall panti werdha
• Tekstur: dapat diberikan variasi tekstur di permukaan dinding, lantai, plafon,
furniture.
• Warna: digunakan untuk menciptakan suasana, meningkatkan semangat, dan
membuat ruangan lebih berwarna.
Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik dan
dukungan budaya yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan kesejahteraan
spiritual pasien, keluarga dan staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres
terhadap penyakit dan rawat inap. Menurut Malkin (2005) dalam Montague (2009),
healing environment adalah pengaturan fisik yang mendukung pasien dan keluarga
untuk menghilangkan stres yang disebabkan oleh penyakit. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa healing environment merupakan suatu desain lingkungan terapi
yang dirancang untuk membantu proses pemulihan pasien secara psikologis.
Menurut Murphy (2008), ada tiga pendekatan yang digunakan dalam healing
environment,yaitu:
• Alam
Alam adalah alat yang mudah diakses dan melibatkan panca indera. Alam
memliki efek restoratif seperti menurunkan tekanan darah, memberikan kontribusi
16
bagi keadaan emosi yang positif, menurunkan kadar hormon stres dan
meningkatkan energi. Unsur alam yang ditempatkan ke dalam pengobatan pasien
dapat membantu menghilangkan stres yang diderita pasien. Menurut Kochnitzki
(2011), ada beberapa jenis taman di dalam rumah sakit, yaitu contemplative
garden, restorative garden, healing garden, enabling garden, dan therapeutic
garden. Contemplative garden bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan
memperbaiki semangat, Restorative garden bermanfaat untuk kesehatan dan
membuat perasaan orang yang sakit menjadi lebih baik, Healing garden mengacu
pada berbagai fitur taman yang memiliki kesamaan dalam mendorong pemulihan
stress dan memiliki pengaruh positif pada pasien, pengunjung dan staf rumah
sakit. Enabling garden merupakan taman yang memungkinkan semua orang dari
berbagai usia serta kemampuan dapat menikmati dan berinteraksi. Therapeutic
garden merupakan sebuah taman yang mencoba meningkatkan terapi medis
lingkungan di dalam kondisi pengobatan medis.
• Indra
Indra meliputi pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan perasa.
a) Indra pendengaran
Suara yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung
sehingga menciptakan sensasi kenikmatan yang mempengaruhi sistem saraf.
Suara yang dapat menenangkan pikiran, anatara lain:
− Suara musik, digunakan untuk mengobati depresi, menenangkan dan
bersantai bagi anak-anak autis dan pasien kejiwaan.
− Suara hujan, angin, laut, air yang bergerak dan burung dapat membuat
suasana tenang dan menciptakan rasa kesejahteraan.
− Suara air mancur dapat memberikan energi spiritual dan membangkitkan
perasaan yang dekat dengan suasana pegunungan dan air terjun.
b) Indra penglihatan
Sesuatu yang dapat membuat mata menjadi santai seperti pemandangan,
cahaya alami, karya seni, dan penggunaan warna tertentu.
c) Indra peraba
Sentuhan merupakan mekanisme dasar dalam menjelajahi dunia selama masa
kanak-kanak karena sentuhan menegaskan apa yang mereka lihat, cium, rasa
dan dengar.
17
d) Indra penciuman
Bau yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan darah dan detak jantung,
sedangkan bau yang tidak menyenangkan dapat meningkatkan detak jantung
dan pernapasan.
e) Indra perasa
Indra perasa menjadi terganggu pada saat pasien mengalami sakit ataupun
menerima pengobatan. Hal ini biasanya ditunjukan dengan berubahnya rasa
makanan maupun minuman saat dikonsumsi. Karena itu, kualitas makanan dan
minuman yang ditawarkan harus diperhatikan.
• Psikologis
Secara psikologis, healing environment membantu proses pemulihan pasien
menjadi lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan stres. Perawatan pasien yang
diberikan memperhatikan terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai yang
menuntun pada keputusan klinis pasien. Ada enam dimensi untuk perawatan
pasien, antara lain (Departement of Healthm2011):
− Rasa kasih saying, empati dan tanggapan terhadap kebutuhan
− Koordinasi dan integrasi
− Informasi dan komunikasi
− Kenyamanan fisik
− Dukungan emosional
− Keterlibatan keluarga dan teman-teman.
2.4.1 Prinsip Penerapan Healing Environment
Prinsip user-centered design dalam konsep healing environment, tidak hanya
diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata
ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep ini adalah membangun suasana melalui
penyesuaian semua elemen desain untuk dapat memberikan rangsangan positif bagi
kelima panca indera manusia. Prinsip-prinsip penerapan konsep tersebut sebagai
berikut (Subekti, 2007):
− Desainnya harus mampu mendukung proses pemulihan baik fisik maupun psikis
seseorang.
− Akses alam.
18
− Adanya kegiatan-kegiatan outdoor yang berhubungan langsung dengan alam.
− Desainnya diarahkan pada penciptaan kualitas ruang agar suasana terasa aman,
nyaman, tidak menimbulkan stress.
2.4.2 Elemen Tata Ruang Healing Environment
Elemen tata ruang luar dari konsep healing environment yang paling menonjol
adalah ruang hijau yang diwujudkan melalui keberadaan healing garden atau taman
penyembuh, yaitu taman yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat membuat
orang merasa lebih baik (Eckerling, 1996). Tujuan dari taman penyembuh adalah
membuat orang merasa aman, relaks, nyaman dan semangat. Keberadaan taman ini
juga sebagai sarana terapi alam bagi pasien karena taman dapat menghadirkan
elemen-elemen alam sehingga memungkinkan manusia untuk berinteraksi langsung
dengan alam.
Healing Garden dalam konsep Healing Environment membuktikan bahwa
arsitektur tidak melulu tentang bangunan fisik tetapi juga memperhatikan kebutuhan
dasar manusia untuk mencari arti spiritual dalam lingkungan yang menekan.
Manfaatkan vegetasi berupa pohon yang bertekstur, baik daun, dahan dan batangnya.
Bunga-bungaan seperti kamboja, melati, maupun tanaman wangi lainnya yang dapat
merangsang indra penciuman. Penambahan elemen lansekap lain, khususnya air
karena air mempunyai efek menenangkan bagi manusia. Transisi dari area publik
menuju area privat juga perlu diperhatikan.
Manfaat Healing Garden pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti yang
dimuat dalam buku Healing Garden antaralain:
− Mengurangi stress pada pengunjung dan staf.
− Mengurangi tingkat depresi pada pasien, terlebih jika dihubungkan
dengan aktifitas-aktifitas fisik.
− Menambah kualitas hidup.
− Mengurangi rasa sakit, penggunaan obata-obatan dan lama waktu rawat
inap.
− Menambah kepuasaan pasien dan staf
− Menambah ruang gerak bagi pasien.
19
2.5 Kriteria Healing Garden
Marcus dan Banes (1999) menyatakan beberapa prinsip desain healing garden,
yaitu sebagai berikut:
1. Menyediakan keragaman ruang
Ruang untuk berkumpul dan ruang untuk menyendiri. Dengan tersedianya pilihan
atas beberapa ruang, akan menciptakan rasa pengendalian pengguna terhadap
sekelilingnya yang akan menurunkan tingkat stress. Ruang untuk menyendiri
tersedia bagi mereka yang ingin menjauh dari lingkungan rumah sakit. Sedangkan
ruang untuk kelompok kecil (seperti anggota keluarga atau penunjang)
menyediakan dukungan sosial kepada pasien.
2. Meratanya tanaman
Material keras dikurangi dan material tanaman mendominasi taman. Tujuannya
adalah untuk meminimalisasi pengguna dari material keras menjadi sepertiga dari
keseluruhan taman. Melalui tanaman yang terdapat pada lanskap sekitarnya,
pasien dapat merasakan kemajuan pada kesehatannya.
3. Mendukung aktivitas
Taman yang mendukung untuk aktivitas berjalan sebagai bentuk latihan yang
berkaitan dengan penurunan tingkat depresi.
4. Menyediakan pengalihan yang positif
Pengalihan yang alami seperti tanaman, bunga, water features menurunkan
tingkat stres. Kegiatan lainnya seperti bekerja dengan tanaman dan berkebun juga
dapat menyediakan pengalihan yang positif di taman.
5. Meminimalisasi gangguan
Faktor-faktor yang negatif seperti kebisingan kota, asap dan cahaya buatan
diminimalisasi di taman. Pencahayaan yang alami dan bunyi merupakan tambahan
dari efek positif pada taman.
6. Meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu)
Lingkungan yang abstrak (seperti tempat-tempat yang misterius dan rumit) dapat
menarik dan menantang bagi orang yang sehat, tetapi tidak kepada orang yang
sakit. Sejumlah studi menunjukan bahwa keabstrakan sebuah desain tidak dapat
diterima oleh orang yang sakit atau stres. Fitur-fitur dan elemen taman yang dapat
diidentifikasi haruslah terdapat pada desain taman.
20
Menurut Stigsdotter dan Grahn (2002), sebuah healing garden memiliki
kriteria sebagai berikut:
1. Mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya;
2. Menstimulasi kelima panca indra;
3. Mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif;
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pengguna melalui cara yang
suportif dan positif;
5. Memiliki akses yang mudah dicapai.
McDowwel (1998) menyatakan bahwa elemen desain pada healing garden
adalah:
1. Pembuatan pintu masuk khusus yang mengundang dan mengajak pengunjung
ke taman;
2. Peneydiaan elemen air untuk efek psikologis, spiritual, dan fisik;
3. Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif (dapat dengan tanaman atau
cahaya buatan) untuk mendatangkan emosi, ketenangan dan kekaguman
kepada pengunjung;
4. Penekanan (emphasis) terhadap aspek alami, seperti penggunaan material
batu, kayu, pagar alami, atau angin, suara, dan lain-lain
5. Penggabungan dengan seni untuk meningkatkan keseluruhan nilai taman;
6. Penggunaan elemen pada taman yang menarik binatang liar dan menyediakan
habitat bagi keanekaragaman jenis binatang tersebut.
Kriteria design suatu taman terapi atau healing garden yang dikemukakan oleh
para ahli dan semua kriteria tersebut beserta fokusnya dapat disimpulkan dalam
skema berikut:
21
Gambar 1. Skema Kriteria Perancangan Healing Garden. Sumber: thesis Healing Garden: Creating Places for Restoration, Meditation, and Sanctuary
tahun 2002
2.5.1 Tata Ruang Healing Garden
Penataan ruang pada tapak dikembangkan menjadi tiga bagian, yaitu area aktif,
area pasif serta area private, dan jalur sirkulasi. Area aktif berfungsi sebagai tempat
untuk melakukan aktivitas dan bersosialisasi. Area pasif dan area private berfungsi
sebagai tempat untuk duduk-duduk, berkumpul, bersosialisasi serta menikmati
pemandangan hijau, dalam ruang bersantai ditanami tanaman estetika serta tanaman
22
peneduh yang telah disediakan dalam tapak dan fitur air yang dapat menurunkan
tingkat stres (Marcus dan Barnes,1999). Dalam ruang bersantai di sediakan juga
ruang bersantai privat dengan fasilitas tambahan seperti kursi taman ukuran
perseorangan.
Jalur sirkulasi yang terbentuk membentuk ruang baru yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan aktivitas berjalan. Jalur sirkulasi juga ditanami tanaman
pengarah serta tanaman estetika yang memberikan pemandangan yang
menyenangkan saat berjalan.
2.5.2 Aktivitas Pada Healing Garden
Pada area aktif, lansia dapat melakukan kegiatan seperti berkebun serta
bersosialisasi dengan lansia lainnya. Pada area pasif dan private lansia dapat
bersantai, beristirahat sambil bersosialisasi dengan lansia lainnya ataupun
menyendiri. Pada jalur sirkulasi, pasien dapat melakukan kegiatan berjalan sekaligus
melatih panca indera dan menikmati tanaman yang ada pada tapak.
2.5.3 Tata Hijau Pada Healing Garden
Tata hijau yang direncanakan dan dirancang terdiri dari tata hijau peneduh, tata
hijau estetika dan pengarah, serta tata hijau untuk berkebun. Pada tata hijau peneduh,
vegetasi yang digunakan adalah pohon yang memiliki tinggi 4 sampai 6 meter
dengan kanopi yang cukup lebar untuk naungan kepada pasien disekitarnya. Pohon
tidak ditanam pada ruang berkebun untuk memaksimalkan cahaya matahri dengan
tujuan selain untuk meminimalisasi gangguan (cahaya buatan) yang dapat menambah
efek positif pada taman (Marcus dan Barnes,1999). Pohon yang dipilih merupakan
pohon yang berbunga sehingga dapat mengundang satwa dan dapat menegluarkan
aroma bunga yang wangi. Menurut Stigsdotter dan Grahn (2002), salah satu kriteria
pedoman desain taman terapi adalah dapat menstimulasi panca indera penciuman,
penglihatan, peraba, perasa, dan pendengaran.
Tata hijau estetika dan pengarah adalah tanaman yang memiliki bentuk indah,
berbunga serta ditanam untuk mengarahkan lansia atau pengunjung taman kepada
ruang berkebun dan ruang bersantai. Menurut Carpenter et al (1975) karakteristik
vegetasi yang digunakan pada tata hijau estetis adalah tanaman yang mempunyai
warna, daun, bunga, dan bentuk yang menarik. Tanaman, bunga serta kegiatan
23
berkebun merupakan pengalihan yang alami serta positif dalam taman (Marcus dan
Barnes,1999).
2.6 Elemen-elemen Pada Healing Garden
Elemen-elemen yang ada pada desain healing garden ada dua yaitu soft material
dan hard material.
2.6.1 Hard Material
1. Kolam
Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan bagian
taman yang memiliki estetika sendiri, taman dengan kolam akan mampu
meningkatkan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk
lingkungan.
2. Gazebo
Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang berfungsi
sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan bangku taman adalah
bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di
gazebo atau tempat-tempat teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman.
3. Jalan Setapak (Stepping Stone)
Jalan setapak atau stepping stone dibuat agar dalam pemeliharan taman tidak
merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur
variasi elemen penunjang taman.
4. Perkerasan
Perkerasan pada taman berupa tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya,
tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki atau sebagai pembatas.
5. Lampu Taman
Lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan dipergunakan untuk
menunjang suasana di malam hari. Lampu berfungsi sebagai penerang taman dan
sebagai nilai eksentrik pada taman.
24
2.6.2 Soft Material
1. Perdu
Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi
kurang tegak dan kurang kokoh, yang termasuk dalam jenis perdu adalah
bougenville, kol banda, kembang sepatu dan lainnya.
2. Semak
Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau merambat
3. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun, dan berbunga indah, yang
termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias dan lainnya.
4. Rumput
Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang perisi berada diatas tanah, yang
termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput gajah dan lainnya.
2.7 Gerakan Lansia
Menurut Frida Sianita Nur Af’idah dalam jurnal tentang Studi Risiko Jatuh
Melalui Pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI) Pada Lansia Di Panti Werdha
Hargodedali Surabaya. Penelitian yang dilakukan pada panti werdha Hargodedali
berdasarkan kecepatan berjalan sebagian besar lansia memiliki kecepatan berjalan <1
m/detik, kecepatan normal lansia berjalan adalah 1m/detik. Hasil pemeriksaan
terhadap kecepatan lansia berjalan menunjukan sebagian besar lansia dip anti werdha
Hargodedali mengalami penurunan kecepatan berjalan dimana sebagian besar lansia
memiliki kecepatan berjalan <1m/detik. Leiper (2001) menyatakan bahwa kecepatan
rata-rata sehat berusia >75 tahun adalah 1m/detik. Hasil penelitian terhadap panjang
langkah berjalan lansia dip anti werdha Hargodedali Surabaya bahwa lansia dip anti
tersebut memiliki panjang langkah yang lebih pendek dari panjang langkah yang
didapatkan oleh Elble dkk (2004) pada pengujian 19 lansia usia rata-rata 76 tahun
yaitu 0,25m/langkah.
2.8 Studi Banding Healing Garden
Berikut adalah hasil studi banding taman terapi yang ada pada PSTW Budi
Mulia 1 dan PSTW Budi Mulia 4.
25
Tabel 2. Studi Banding Healing Garden. Kriteria PSTW Budi Mulia 4 PSTW Budi Mulia 1
Taman
Pengguna harus
dilibatkan dalam
proses desain
Pada taman di PSTW Budi
Mulia 4 terdapat fasilitas
terapi untuk lansia seperti
Pada taman di PSTW Budi Mulia 1
terdapat beberapa fasilitas, yaitu adanya
jalan berbatu, kursi taman dan handrails
jalan berbatu untuk terapi
dan melatih indera lansia
Taman harus
menstimulasi
Taman yang ada pada
PSTW Budi Mulia 4
Taman yang terdapat pada PSTW Budi
Mulia 1, untuk merangsang indera peraba
panca indera
penggunanya
terdapat jalan yang berbatu
untuk merangsang indera
peraba, warna pada taman
tidak terlalu bervariasi
sehingga warna tanaman
cendrung berwarna hijau
sehingga cukup tenang,
suara burung yang berada
di sekitar taman dapat
merangsang indera
pendengaran, aroma
tersendiri, tidak ada
tanaman yang dapat
dikonsumsi.
terdapat jalan berbatu, warna pada taman
ini cenderung berwarna hijau sehingga
kurang untuk melatih indera penglihatan,
tidak ada suara burung, suara air atau
dedaunan karena tidak ada pohon yang
berdaun rindang di taman ini, aroma pada
tanaman dan jenis tanaman yang dapat
dikonsumsi juga tidak terdapat
Pemilihan jenis
tanaman
Warna tanaman pada
taman ini cendrung.
Warna tanaman pada taman ini berwarna
hijau dan tidak ada variasi warna pada
26
Kriteria PSTW Budi Mulia 4 PSTW Budi Mulia 1
monoton berwarna hijau taman ini, kondisi fisik pada tanaman
kondisi fisik tanaman
tersebut terbilang baik
karena tanaman masih
dapat dirawat, pada
tanaman disekitar taman
tidak ada yang
menimbulkan aroma khas
dari tanaman itu sendiri.
masih terawat, meskipun tanaman terawat
tetapi tidak ada yang mengeluarkan aroma
khas dari tanaman tersebut.
Bersentuhan
dengan alam,
Pada taman di PSTW Budi
Mulia 4 taman di desain
untuk lansia lebih dekat
dengan alam, karena
Pada taman di PSTW Budi Mulia taman
yang di desain hanya untuk taman yang
dapat melatih gerak lansia saja, sehingga
suasana taman seperti taman biasanya dan
mendukung
ekosistem,
mengundang
satwa-satwa
setempat
terdapat pohon-pohonan,
tanaman hias, dan
terdengar suara burung
tidak ada yang mendukung ekosistem,
tidak ada tanaman atau pohon yang dapat
mengundnag satwa setempat
Kebebasan untuk
memilih ruang
bagi pengguna
berkaitan dengan
kegiatan dan
privasi
Pada taman ini hanya
terdapat zoning taman
untuk untuk melakukan
terapi berjalan, tidak
adanya ruang privasi dan
ruang sosialisasi.
Pada taman ini terdapat zoning untuk
melakukan berjalan dan ruang
bersosialisasi seperti santai, mengobrol,
tetapi tidak ada ruang privasi untuk
melakukan kegiatan.
Pergerakan
didalam
taman/kebebasan
bergerak didalam
taman
Pada taman yang ada di
PSTW Budi Mulia 4 alur
sirkulasi jalan berbatu
dapat di lewati 2 arah lebar
jalur sekitar 1,5 meter,
tidak adanya penunjuk
arah, dan tidak adanya
akses jalan untuk pengguna
kursi roda
Pada taman PSTW Budi Mulia 1 alur
sirkulasi taman 2 arah dan dapat dilalui 2
orang, tidak ada penunjuk arah, bagi
pengguna kursi roda ini hanya dapat di
lalui 1 kursi roda dan memiliki akses
untuk masuk ketaman tersebut
Memberikan rasa Pada taman di PSTW Budi Pada taman PSTW Budi Mulia 1 taman
27
Kriteria PSTW Budi Mulia 4 PSTW Budi Mulia 1
lega dan bebas Mulia 4 taman terasa lega terasa sempit karena adanya dinding
stress pada para
penggunanya
karena pada taman tidak
ada ruang pembatas,
banyak pohon-pohon
rindang yang berwarna
hijau
pembatas dan kurang pohon-pohon yang
rindang, sehingga suasana di taman ini
tidak bebas
Taman bersifat
menyambut
(welcoming)
Pada taman ini tidak ada
tanaman yang bersifat
menyambut pengunjung
atau pengguna taman ini
Pada taman ini tidak ada tanaman yang
bersifat menyambut pengunjung maupun
penggunanya
Sumber: Olahan Pribadi
Kesimpulan dari analisa diatas pada kedua taman belum memenuhi kriteria
healing garden, karena belum terdapat warna, tanaman dan pohon-pohonan yang
dapat merangsang panca indera, belum adanya sirkulasi yang jelas, belum adanya
ruangan yang publik dan privat pada taman.
28
2.8 Kerangka Berpikir
Gambar 2. Kerangka Berpikir. Sumber: Olahan Pribadi