bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/tsa-2013-0015...
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Sistem Pengukuran Kinerja
Pengertian kinerja menurut Mulyadi (2007: p337) adalah : Kinerja
adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan
sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang
diharapkan.
Keberhasilan pencapaian strategik perlu diukur. Itulah sebabnya
sasaran strategic yang menjadi basis pengukuran kinerja perlu ditentukan
ukurannya, dan ditentukan inisiatif strategic untuk mewujudkan sasaran
tersebut. Sasaran strategic beserta ukurannya kemudian digunakan untuk
menentukan target yang akan dijadikan basis penilaian kinerja, untuk
menentukan penghargaan yang akan diberikan kepada personel, tim, atau
unit organisasi
Pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2007: p419) adalah :
penilaian kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengukuran memainkan peranan penting bagi peningkatan suatu
kemajuan ke arah yang lebih baik. Pengukuran yang dilakukan oleh
organisasi/ perusahaan dalam penerapan konsep Balanced Scorecard
adalah suatu pengukuran kinerja. Pengukuran terhadap fakta-fakta akan
menghasilkan data, yang kemudian dianalisis sehingga memberikan
8
informasi yang akurat dan berguna dalam proses pengambilan keputusan
dan peningkatan kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja juga bertujuan
pokok untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
memberikan hasil yang diinginkan. Dengan demikian akan diperoleh
manfaat yaitu organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Suatu ukuran kinerja seringkali dibuat dengan kurang teliti tanpa
memperhatikan terbentuknya suatu sistem ukuran kinerja yang terintegrasi
dan mendukung tujuan organisasi. Beberapa pengembangan model pernah
diusulkan dan dicoba dengan tujuan mencari bentuk yang lebih superior
dari model awal karena ditengarai, salah satu faktor sukses atau gagalnya
aplikasi Balanced Scorecard terkait dengan pemahaman terhadap model
yang dipakai (Wibisono, 2010).
2.1.1. Indikator ukuran kinerja komprehensif
Menurut Widjaja (2003, p35) ada beberapa indicator penting
yang menyatakan suatu ukuran itu komprehensif :
a. Ukuran kinerja harus merupakan suatu sistem yang dibuat
sebagai bagian dari penerapan rencana seluruh strategi
perusahaan.
b. Setiap ukuran kinerja harus dapat sejalan dan memberikan
dukungan terhadap keseluruhan tujuan perusahaan.
c. Sistem dan metodologi ukuran kinerja harus dapat memberikan
arah dan gambaran dari nilai-nilai budaya perusahaan.
9
d. Sistem harus berfokus pada fungsi pengukuran sebagai alat
informasi dan sebagai alat kontrol.
e. Sistem pengukuran kinerja hendaknya mulai menghilangkan
celah yang dapat memungkinkan timbulnya management
judgement.
f. Sistem pengukuran kinerja harus selalu melakukan evaluasi
terhadap hal yang menyangkut perubahan tujuan dan strategi
perusahaan, perubahan dari sistem dan proses serta timbulnya
ukuran-ukuran yang bersifat menghambat.
2.1.2. Tujuan pengukuran kinerja :
Menurut Widjaja (2003, p4) ada beberapa tujuan pengukuran
kinerja di suatu organisasi :
a. Controlling dan redirecting terhadap individu maupun
departemen. Hal ini digunakan sebagai suatu tinjauan dalam
mengukur kinerja jangka pendek.
b. Feedback untuk menyesuaikan kinerja atau target yang
ditetapkan. Tujuan ini lebih merupakan suatu pelaporan kinerja
dalam jangka menengah, serta merupakan informasi dalam
pengambilan koreksi, menjadi dasar penyusunan rencana dan
pengambilan keputusan.
c. Sebagai ukuran dalam membandingkan antara rencana bisnis dan
tujuan strategis untuk menguji ketepatan dan penyesuaian
strategi organisasi.
10
2.1.3. Penyebab kegagalan pada proses pengukuran :
Menurut Widjaja (2003, p36) ada beberapa penyebab kegagalan
dalam suatu proses pengukuran kinerja :
a. Salah menentukan pengukuran atau pengukuran dilakukan tidak
benar.
b. Pengukuran yang ditentukan sudah benar tetapi pada saat terjadi
perubahan pada lingkungan organisasi, sistem pengukuran tidak
ikut diubah.
2.1.4. Elemen penting dalam Balanced Scorecard :
Menurut Niven (2002, p114) ada beberapa hal yang penting
yang harus diperhatikan dalam balanced scorecard :
a. Memahami strategi organisasi
b. Pengambilan keputusan yang tepat sasaran
c. Memberikan komitmen
Pengukuran adalah suatu bagian alami dan tak terpisahkan
dari suatu proses manajemen, harus dimengerti dan dapat
dilaksanakan oleh pengguna. Berkaitan dengan pengukuran kinerja,
pemilihan ukuran-ukuran kinerja yang tepat dan berkaitan langsung
dengan tujuan-tujuan strategis perusahaan adalah sangat penting dan
menentukan (Niven 2002, p114).
11
2.1.5. Target kinerja perlu memenuhi kriteria SMART :
Rampersad (2005: p70) menyatakan target kinerja itu perlu
memenuhi kriteria SMART :
• Specific : Tujuan harus dinyatakan dengan spesifik dan secara
tegas.
• Measureable : Tujuan harus dapat diukur dengan menggunakan
indikator pengukuran yang tepat guna mengevaluasi
keberhasilan, peninjauan ulang, tindakan perbaikan di masa
mendatang. Pengukuran harus dapat memunculkan fakta-fakta
yang dinyatakan secara kuantitatif menggunakan angka-angka.
• Achievable : Tujuan harus dapat dicapai melalui usaha-usaha
dalam program-program peningkatan kinerja yang menantang.
• Result : Tujuan harus berfokus pada hasil-hasil berupa
pencapaian target-target kinerja yang telah ditetapkan.
• Time-bound : Tujuan harus dapat dicapai sesuai batas waktu
yang ditetapkan.
2.2. Performance Dashboard
Pada dasarnya performance dashboard adalah suatu laporan yang
efektif yang dirancang dengan mengembangkan sebuah laporan yang
menampilkan semua KPI penting dalam format presentasi visual, dalam
bentuk grafik, diagram dan tabel (Alexander, 2007). Laporan dashboard
harus tersusun simpel dan mudah dipahami oleh manajer maupun para
karyawan. Dashboard menyampaikan informasi mengenai aspek-aspek
12
utama dari perusahaan untuk mengetahui posisi kinerja perusahaan dan
bagaimana posisi perusahaan di masa depan serta untuk mengidentifikasi
ancaman-ancaman yang mungkin terjadi.
Pada dashboard akan ditampilkan sekumpulan chart yang diambil
dari KPI-KPI penting pada scorecard perusahaan berdasarkan tingkat
kepentingan KPI yang didapat dari perhitungan pembobotan. Dashboard
pada umumnya disampaikan untuk tim manajemen, sehingga harus dibuat
secara ringkas dan informatif. Melihat fungsinya yang cukup penting,
performance dashboard seharusnya wajar dipandang sebagai komplemen
dari proyek BSC manapun. Jika dashboard dibuat dengan baik dan benar
berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah chart design, akan banyak manfaat yang
dapat diambil perusahaan karena kinerja yang memerlukan perhatian dapat
segera terlihat sehingga dapat segera dipikirkan langkah-langkah
penanganan yang harus dilakukan.
Singkatnya, apa yang benar-benar dibutuhkan perusahaan ialah
Performance Dashboard yang menterjemahkan strategi perusahaan kedalam
tujuan, metrik, inisiatif dan tugas yang disesuaikan untuk setiap kelompok
dan individu dalam organisasi. Sebuah Performance Dashboard
mengkomunikasikan tujuan strategis dan memungkinkan pelaku bisnis
untuk mengukur, memantau, dan mengelola kegiatan utama dan proses yang
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi (Eckerson 2005, p3).
13
2.2.1. Performance Dashboard untuk pelaku bisnis :
Menurut Eckerson (2005, p10) performance dashboard dapat
membantu pelaku bisnis untuk :
• Memantau proses bisnis yang penting dari seluruh kegiatan
menggunakan metrik kinerja bisnis yang memicu adanya
peringatan ketika potensi masalah timbul.
• Menganalisis akar penyebab dari permasalahan dengan
menjelajahi informasi yang relevan dan tepat waktu dari berbagai
perspektif dan ditingkat yang lebih detail.
• Mengelola sumber daya manusia dan memprosesnya untuk
meningkatkan keputusan, mengoptimalkan kinerja, dan
mengarahkan organisasi ke arah yang tepat.
2.2.2. Prinsip dasar pelaporan Performance Dashboard :
Menurut Parmenter (2010, p155) ada beberapa prinsip dasar
pelaporan dari performance dashboard :
1. Satu halaman maksimal (beserta ulasan dan keterangan) agar
fokus terjaga;
2. Konsisten, dianjurkan bahwa standard grafik dipertahankan
setidaknya enam bulan sebelum diperbaharui;
3. Menunjukkan analis trend;
4. Menampilkan range;
14
5. Mudah dan cepat untuk diperbaharui, semua grafik harus
berada pada sebuah system yang memungkinkan pembaruan
secara cepat;
6. Menggunakan judul yang bermakna bagi pembaca;
7. Bijak dalam menggunakan warna;
8. Menggunakan grid untuk estimasi jumlah sehingga dapat
mengurangi kekacauan jumlah dalam kolom atau baris
grafik.
2.3. Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata : Balanced (berimbang) dan
Scorecard (kartu skor). Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa kinerja diukur secara berimbang dari dua aspek : keuangan dan
nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang. Kartu skor adalah yang
digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang / perusahaan. Kartu
skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang akan diwujudkan
dimasa depan. Melalui kartu skor, dapat dibandingkan antara skor yang akan
diwujudkan (masa depan) dengan skor yang telah dicapai dari kinerja yang
telah dihasilkan saat ini. Sehingga dari hasil perbandingannya kita dapat
melakukan evaluasi atas kinerja yang telah dihasilkan. (Mulyadi, 2007)
Menurut Guan, Hansen dan Mowen (2009: p468) Balanced
Scorecard adalah sistem manajemen strategi yang mengindentifikasi tujuan
dan mengukur kedalam empat perspektif : perspektif keuangan, perspektif
15
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran.
Menurut Robert Kaplan dan David Norton, balanced scorecard
adalah suatu sistem pengukuran yang memungkinkan perusahaan atau
organisasi untuk melakukan klarifikasi strategi, menerjemahkan kedalam
action dan menghasilkan suatu feedback yang berarti.
Balanced Scorecard adalah suatu konsep manajemen yang
membantu menerjemahkan strategi kedalam tindakan. Balanced Scorecard
adalah lebih dari sekedar suatu sistem pengukuran operasional atau taktis.
Gambar 2.1. Balanced Scorecard sebagai suatu Kerangka Kerja Tindakan Strategis
(Sumber: Kaplan, Robert S. dan Norton David P., Mastering the Management
System, 2008, p3)
16
Dalam menggunakan pengukuran Balanced Scorcard perlu
dilaksanakan proses-proses manajemen sebagai berikut :
1. Melakukan klarifikasi dan menerjemahkan visi atau strategi
perusahaan.
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan tujuan-tujuan strategis dengan
ukuran-ukuran kinerja.
3. Merencanakan, menetapkan target dan menyelaraskan inisiatif-
inisiatif (program-program strategis)
4. Mengembangkan umpan balik dan pembelajaran strategis untuk
peningkatan terus-menerus dimasa yang akan datang.
2.4. Empat Perspektif Balanced Scorecard
Gambar 2.2. Konsep Dasar Hubungan Perspektif dalam Balanced Scorecard
(Sumber: Kaplan, Robert S. 2010, Conceptual Foundations of Balanced Scorecard)
17
Kaplan dan Norton memperkenalkan empat perspektif yang
seimbang dan berbeda dari suatu aktivitas perusahaan yang dapat dievaluasi
oleh manajemen sebagai berikut :
a. Perspektif keuangan – bagaimana kita memuaskan pemegang saham ?
b. Perspektif pelanggan – bagaimana kita memuaskan pelanggan ?
c. Perspektif proses bisnis internal – apa proses-proses yang sebaiknya
diunggulkan untuk mencapai kesuksesan perusahaan ?
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan – bagaimana kita akan
mempertahankan keberlangsungan kemampuan terhadap perubahan dan
peningkatan ?
2.4.1. Perspektif Keuangan
Menurut Widjaja (2002, p39) Untuk membangun Balanced
Scorecard, unit-unit bisnis harus dikaitkan dengan tujuan keuangan
yang berkaitan dengan strategi perusahaan. Tujuan keuangan
berperan sebagai fokus bagi tujuan-tujuan strategis dan ukuran-
ukuran semua perspektif dalam Balanced Scorecard.
Setiap ukuran yang dipilih seharusnya menjadi bagian dari
suatu keterkaitan hubungan sebab akibat yang memuncak pada
peningkatan kinerja keuangan. Pemahaman mengenai perspektif
keuangan dalam manajemen Balanced Scorecard adalah sangat
penting karena keberlangsungan suatu unit bisnis strategis sangat
bergantung pada posisi dan kekuatan keuangan. Berkaitan dengan
18
ini, berbagai rasio keuangan dapat diterapkan dalam pengukuran
strategis untuk perspektif keuangan.
Ada tiga tema keuangan yang mendorong penetapan strategi bisnis,
yaitu :
a. Bauran dan pertumbuhan pendapatan
b. Penghematan biaya / peningkatan produktivitas
c. Pemanfaatan aktiva / strategi investasi
Bauran dan pertumbuhan pendapatan mengacu kepada
berbagai usaha untuk memperluas penawaran produk dan jasa,
menjangkau pelanggan dan pasar baru, mengubah bauran produk dan
jasa ke arah penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi, serta
penetapan ulang harga produk dan jasa.
Tujuan penghematan biaya dan peningkatan produktivitas
mengacu pada usaha untuk menurunkan biaya langsung produk dan
jasa, mengurangi biaya tidak langsung dan pemanfaatan bersama
berbagai sumber daya manusia perusahaan. Sedangkan pemanfaatan
aktiva, yaitu mengurangi tingkat modal kerja yang dibutuhkan untuk
mendukung volume dan bauran bisnis tertentu, memanfaatkan basis
aktiva tetap dengan mengarahkan berbagai bisnis baru kepada
sumber daya manusia perusahaan yang saat ini belum digunakan
dengan kapasitas penuh, menggunakan sumber daya manusia yang
ada secara lebih efisien.
19
2.4.2. Perspektif Pelanggan
Menurut Widjaja (2002, p68) dalam perspektif pelanggan
dari Balanced Scorecard, perusahaan harus mengidentifikasi
pelanggan dan segmen pasar dimana mereka akan berkompetisi.
Disamping kebutuhan spesifik pelanggan, konsep segmentasi pasar
juga penting untuk diketahui karena bermanfaat untuk penilaian
pasar dan penetapan strategi memasuki pasar. Perspektif ini biasanya
terdiri dari berbagai ukuran utama keberhasilan perusahaan dari
strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik.
Perspektif pelanggan memungkinkan para manajer unit bisnis
untuk mengartikulasikan strategi yang berorientasi kepada pelanggan
dan pasar yang akan memberikan keuntungan keuangan masa depan
yang lebih besar.
2.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Widjaja (2002, p87) dalam perspektif proses bisnis
internal Balanced Scorecard, perlu diidentifikasi proses-proses yang
paling kritis untuk mencapai tujuan peningkatan nilai bagi pelanggan
(perspektif pelanggan) dan tujuan peningkatan nilai bagi pemegang
saham (perspektif keuangan). Yang biasa digunakan untuk Balanced
Scorecard adalah model rantai nilai proses bisnis internal yang
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
a. Proses inovasi – yang mengidentifikasi kebutuhan pelanggan
masa kini dan masa mendatang serta mengembangkan solusi
20
baru untuk kebutuhan pelanggan itu. Misalnya, solusi yang
dilakukan adalah meluncurkan produk baru (barang atau jasa),
menambah features baru produk yang telah ada, mempercepat
penyerahan produk ke pasar, dan lain-lain.
b. Proses operasional – yang mengidentifikasi sumber-sumber
pemborosan dalam proses operasional serta mengembangkan
solusi masalah yang terdapat dalam proses operasional itu demi
meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produk
dan proses, memperpendek waktu siklus sehingga meningkatkan
penyerahan produk tepat waktu, dan lain-lain. Proses operasional
dapat ditingkatkan melalui pengendalian kualitas pada setiap
sub-proses kritis dalam proses.
c. Proses pelayanan – berkaitan dengan pelayanan kepada
pelanggan, seperti pelayanan purna jual, menyelesaikan masalah
yang timbul pada pelanggan dalam kesempatan pertama secara
cepat, melakukan tindak lanjut secara proaktif dan tepat waktu
dan lain-lain.
2.4.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Menurut Widjaja (2002, p89) tujuan-tujuan yang ditetapkan
dalam perspektif keuangan, pelanggan dan proses bisnis internal
mengidentifikasi dimana organisasi harus unggul untuk mencapai
terobosan kinerja, sementara tujuan dalam perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan memberikan infrastruktur yang meningkatkan
21
tujuan-tujuan ambisius dalam ketiga perspektif itu tercapai. Tujuan-
tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan
pengendali untuk mencapai keunggulan outcome ketiga perspektif :
keuangan, pelanggan dan proses bisnis internal. Terdapat tiga
kategori yang sangat penting dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, yaitu : (1) kompetensi karyawan, (2) infrastruktur
teknologi dan sistem informasi dan (3) kultur perusahaan.
Perubahan yang paling dramatis dalam pemikiran manajemen
beberapa tahun terakhir adalah mengenai pergeseran peran para
pekerja perusahaan. Pekerja atau karyawan telah menjadi aset yang
sangat penting saat ini. Melakukan pekerjaan yang sama terus-
menerus dengan tingkat efisiensi dan produktivitas yang sama, tidak
lagi cukup untuk mencapai keberhasilan. Jika ingin tumbuh melebihi
kinerja keuangan dan pelanggan saat ini, melaksanakan prosedur
standar yang telah ditetapkan tidaklah cukup. Pergeseran ini
memerlukan pelatihan kembali pekerja sehingga kepandaian dan
kreativitas dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Motivasi dan keahlian pekerja memang merupakan hal yang
sangat diperlukan untuk mencapai sasaran yang luas. Namun, hal ini
belumlah cukup. Jika ingin agar para pekerja efektif dalam
lingkungan kompetitif bisnis saat ini, perlu didapat banyak informasi
– mengenai pelanggan proses internal, dan konsekuensi keuangan
keputusan perusahaan. Sistem informasi dan teknologi yang maju
22
sangat menunjang proses bisnis internal yang dibutuhkan untuk
mencapai pertumbuhan yang diinginkan.
2.5. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi Strengths, Weakness, Opportunities, dan
Threats terlibat dalam suatu proyek atau dalam bisnis usaha. Hal ini
melibatkan penentuan tujuan usaha bisnis atau proyek dan mengidentifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk
mencapai tujuan itu. Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang
memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an
dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan
Fortune 500.
Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk
merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah
sebuah singkatan dari, S adalah Strenght atau Kekuatan, W adalah
Weakness atau Kelemahan, O adalah Oppurtunity atau Kesempatan, dan
T adalah Threat atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk
menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk
melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja.
Menurut Freddy Rangkuti (2005, p18), SWOT adalah identitas
berbagai faktor secara sistematis untuk merumusakan strategi pelayanan.
Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman.
23
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor
internal. Diagram analisis SWOT :
Gambar 2.3. Diagram Analisis SWOT
(Sumber : Freddy Rangkuti, Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, 2005)
• KUADRAN I : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. (Growth oriented
strategy)
• KUADRAN II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang
dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa)
24
• KUADARAN III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat
besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Fokus perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
• KUADRAN IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.6. Metode Analisis Value Chain
Analisis Value Chain dilakukan untuk memetakan seluruh proses
kerja yang terjadi dalam organisasi menjadi dua kategori aktivitas, yaitu
aktivitas utama dan aktivitas pendukung (Ward 2003, p244). Mengacu pada
dokumen organisasi yang menyebutkan tugas dan fungsi setiap unit kerja
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap proses kerja yang terjadi
di masing-masing unit kerja.
Analisis value chain menggambarkan kegiatan di dalam organisasi
dan di sekelilingnya dan menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut ke
dalam analisis kekuatan organisasi yang kompetitif. Oleh karena itu value
chain mengevaluasi bagian mana dari setiap aktifitas yang bisa menambah
keunggulan organisasi dalam hal produk atau jasa. Ide ini dibuat
berdasarkan pemahaman bahwa organisasi lebih dari kompilasi random dari
mesin-mesin, peralatan, orang-orang dan uang. Kemampuan untuk
melakukan kegiatan utama dan mengelola hubungan kegiatan tersebut
merupakan akar dari keunggulan kompetitif.
25
Gambar 2.4. Diagram Value Chain
(Sumber : Ward, John and Peppard, Joe, (2003), Strategic Planning for Information
Systems. p265)
2.7. Mengukur Critical Success Factors (CSF)
Faktor keberhasilan kritikal merupakan tolok ukur dari aspek-aspek
kinerja perusahaan yang penting terhadap keunggulan bersaing
(competitive advantage), dan sebab itu terhadap keberhasilannya. (Widjaja
2003: p29)
Menurut Widjaja (2003: p29) Ukuran keuangan menunjukkan
dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan
perusahaan jangka pendek, dan oleh karena itu juga memberikan
pengembalian (return) jangka pendek bagi pemegang saham. Sebaliknya
26
factor-faktor yang bersifat non keuangan menunjukkan posisi kompetitif
perusahaan untuk saat ini dan masa yang akan datang, yang merupakan
ukuran yang dipandang dari tiga sudut pandang :
• Pelanggan
• Proses Bisnis Internal
• Inovasi dan Pembelajaran
Ukuran strategic yang bersifat keuangan dan non keuangan biasanya
disebut dengan kunci keberhasilan kritikal (Critical Success Factor / CSF).
Menurut Morisson (2010) Critical Succeess Factor ialah merupakan
faktor yang paling kritikal atau suatu kegiatan yang dibutuhkan untuk
memastikan keberhasilan bisnis yang dijalankan. Critical success factor
telah digunakan secara signifikan untuk menyajikan atau mengidentifikasi
beberapa faktor kunci yang mengharuskan organisasi lebih focus pada
target untuk mencapai kesuksesan.
Dalam mengidentifikasi critical success factor terdapat berbagai
sektor yang harus diperhatikan :
• Sumber Daya Manusia – kemauan, kemampuan dan perilaku
• Sumber Daya – SDM, peralatan, dll.
• Inovasi – gagasan dan pengembangan
• Pemasaran – hubungan supplier, kepuasan pelanggan, dll.
• Operational – perbaikan terus menerus, kualitas
• Keuangan – pendapatan, investasi
27
Gambar 2.5 Critical success factor untuk perencanaan strategi organisasi
(Sumber : Morrison, Mike (2010), Critical Success Factor – Analysis,
(http://rapidbi.com/criticalsuccessfactors/) diakses tgl 20 Mei 2012)
1.8. Diagram Fishbone
Menurut Dale (2003, p327) diagram fishbone yang tepatnya sebuah
metode / tool yang disebut dengan diagram tulang ikan (fishbone diagram).
Atau sering juga disebut dengan diagram sebab akibat (cause effect
diagram). Penggagasnya adalah seorang ilmuwan Jepang pada tahun 60-an.
Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang
yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga
disebut dengan diagram ishikawa. Umumnya penggunaan fishbone untuk
28
design produk dan mencegah kualitas produk yang jelek (defect). Mengenai
pemilahan sebab-sebab, berikut adalah beberapa pendekatannya.
• The 4 M’s (digunakan untuk perusahaan manufaktur) :
o Machine (Equipment),
o Method (Process/Inspection)
o Material (Raw,Consumables etc.)
o Man power.
• The 8 P’s (digunakan pada industri jasa) :
o People
o Process
o Policies
o Procedures
o Price
o Promotion
o Place/Plant
o Product
• The 4 S’s (digunakan pada industri jasa) :
o Surroundings
o Suppliers
o Systems
o Skills
• 4 P (pendekatan manajemen pemasaran) :
o Price
o Product