bab 2 landasan teori
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang
paling erat hubungannya dengan proses kehidupan. Molekul protein
mengandung unsur–unsur C, H, O dan unsur khusus yang terdapat di
dalam protein dan tidak terdapat di dalam molekul karbohidrat dan
lemak adalah nitrogen (N). Molekul protein asam–asam amino saling
dirangkai melalui reaksi gugusan karboksil asam amino yang satu
dengan gugusan asam amino yang lain, sehingga terjadi ikatan yang
disebut ikatan peptida (Djaeni, 2000).
Secara kuantitatif fungsi utama protein makanan bagi tubuh adalah
sebagai sumber asam-asam amino esensial yag akan digunakan untuk
sintesis asam-asam amino non esensial dan sintesis protein di dalam
tubuh. Protein yang disintesis tubuh berfungsi sebagai zat pembangun
tubuh, sebagai zat pengatur dalam tubuh, mengganti bagian-bagian
tubuh (sel dan jaringan tubuh) yang rusak, serta mempertahankan
tubuh dari serangan mikroba penyebab penyakit (sebagai antibodi)
(Muchtadi, 2010).
Protein sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu protein struktural
yang diperlukan untuk membangun struktural sel, sedangkan protein
5
6
metabolik diperlukan terutama proses metabolik. Bahan makanan
sendiri terdiri dari protein hewani dan protein nabati. Meskipun protein
hewani pada umumnya mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan
protein nabati, tetapi campuran beberapa jenis sumber protein nabati
dapat menghasilkan campuran protein yang memiliki nilai gizi yang
cukup (Djaeni, 2000).
Protein dalam tubuh manusia juga dipengaruhi oleh beberapa
macam faktor- faktor penting dalam tubuh, yaitu:
a) Ukuran dan komposisi tubuh
Jumlah protein yang diperlukan oleh tubuh seseorang tergantung
dari banyaknya jaringan aktif, seperti otot dan kelenjar – kelenjar.
Makin besar atau berat orang itu maka semakin banyak jaringan
aktifnya, sehingga akan lebih banyak juga protein yang diperlukan.
b) Umur
Peranan umur dalam menentukan jumlah protein yang diperlukan,
terutama pada masa pertumbuhan yang sedang giat, adalah pada
masa anak–anak sampai dewasa muda.
c) Macam dan nilai protein
Untuk pembentukan suatu jaringan, protein yang bernilai rendah
diperlukan lebih banyak daripada yang bernilai tinggi.
d) Faktor – faktor pencernaan dan penyerapan
Sudah jelas bahwa nilai gizi dari suatu prosentase tergantung dari
pencernaan dan penyerapan di dalam usus, karena berbagai bahan
7
makanan sumber protein tidak sama tingkat kecernaannya (Djaeni,
2000).
2. Kedelai
Kedelai (Glycine max (L) Merr) merupakan salah satu komoditas
tanaman pangan yang penting di Indonesia. Alasan utama kedelai
diminati masyarakat luas antara lain adalah karena dalam biji kedelai
terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein nabati. Di
samping itu, kadar asam amino kedelai termasuk paling lengkap
(Maulana, 2007).
Gambar 1. Produk Kedelai
Kedelai termasuk famili leguminose (kacang–kacangan), dan
memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Klasifikasi Kedelai
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosae
Sub Famili : Papilionoideae
Genus : Glucine
Spesies : Glycine Max (L) Merril
Sumber (Maulana, 2007)
8
Karena begitu besarnya kontribusi kedelai dalam hal penyediaan
bahan makanan bergizi bagi manusia sehingga kedelai biasa dijuluki
sebagai Gold from the Soil, atau sebagai World' s Miracle karena
mengingat kualitas asam amino proteinnya tinggi, seimbang dan
lengkap (Maulana, 2007). Kandungan gizi kedelai pun lebih unggul
dari bahan makanan dengan olahan kedelai yaitu tempe, dimana
disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.Persentase Kandungan Gizi Kedelai dan Tempe
Jenis Unsur Kedelai TempeProtein 35-40% 15%Karbohidrat 2% 5%Lemak 20% 5%Kadar lemak 9,25% 62,5%Berat 1000 g 1500 g
Sumber : (Maulana, 2007)
Kedelai dengan cara difermentasi dan dimasak kadar protein yang
terkandung di dalamnnya akan memiliki mutu yang lebih baik dari
jenis kacang–kacangan lainnya. Asam amino tersebut tidak dapat
disintesis oleh tubuh jadi harus dikonsumsi dari luar. Kedelai juga
dikenal paling rendah kandungan racun kimia serta residu
pestisidanya dan bisa digunakan sebagai penopang kesehatan badan.
Kedelai juga banyak dikonsumsi oleh orang sebagai salah satu
alternatif untuk menggantikan protein hewani yang relatif lebih mahal
(Cahyadi, 2007).
9
Karena kedelai merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai
gizi cukup tinggi daripada kacang–kacangan terutama dari segi
protein, maka untuk mendapatkan produk olahan kedelai yang
bermutu tinggi maka diperlukan beberapa bahan pokok dan bahan
pendukung (Cahyadi, 2007).
Untuk bahan pokok atau bahan baku perlu diperhatikan jenis
kedelai yang dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Kedelai kuning, adalah kedelai yang bijinya berwarna kuning,
atau putih atau juga hijau yang apabila dipotong melintang
memperlihatkan warna kuning pada irisan kepingnya.
b. Kedelai hijau, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau
yang apabila dipotong melintang memperlihatkan warna hijau
pada irisan kepingnya.
c. Kedelai hitam, adalah kedelai yang bijinya berwarna hitam.
Kedelai hitam inilah yang biasanya dijadikan kecap.
d. Kedelai coklat, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna coklat.
Untuk bahan pokok atau bahan baku dari segi biji kedelai, dapat
berbentuk bulat, gepeng, dan sebagian besar bulat telur. Sedangkan
besar bobotnya dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1) Kedelai berbiji besar, apabila bobot 100 biji lebih dari 13 gram.
2) Kedelai berbiji sedang, apabila bobot setiap 100 biji antara
11–13 gram.
3) Kedelai berbiji kecil, apabila bobot 100 biji antara 7–11 gram.
10
Karena kedelai merupakan olahan yang populer di Indonesia dan
merupakan bahan baku dengan kadar protein tinggi dan murah
hargannya, maka kedelai dapat diolah menjadi tempe, keripik
tempe, tahu, kecap, susu, dan lain–lain (Cahyadi, 2007).
3. Tempe
Kedelai telah dikenal di Indonesia sebagai bahan pangan yang
biasa diolah menjadi tempe, tahu, tauco, kecap, kembang tahu, dan
susu kedelai. Pada tahu, kecap, dan kembang tahu dapat diketahui
melalui sejarah bahwa ketiga bahan pangan ini berasal dari Cina, tidak
demikian halnya dengan tempe, tempe adalah bahan pangan khas
Indonesia. Selama berabad-abad tempe telah digunakan sebagai bahan
pangan sumber protein oleh penduduk di pulau Jawa. Sekarang
penggunannya telah menyebar ke pulau–pulau lain di Indonesia,
bahkan ke luar negri (Muchtadi, 2010).
Tempe adalah makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi
kapang golongan Rhizopus oryzae sp. Pertumbuhan kapang
menyebabkan terjadinnya pemutusan beberapa ikatan peptida pada
protein kedelai sehingga protein kedelai lebih mudah dicerna dan nilai
gizinya meningkat. Tempe juga mengandung beberapa vitamin B,
mineral, lemak, dan karbohidrat. Pembuatan tempe membutuhkan
bahan baku kedelai. Melalui proses fermentasi, komponen–komponen
nutrisi yang kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi
11
enzimatis dan dihasilkan senyawa–senyawa yang lebih sederhana
(Cahyadi, 2007).
Gambar 2. Produk Tempe
Proses fermentasi pada kedelai yang dibuat tempe akan
menyebabkan rasanya menjadi lebih enak dan nutrisinya lebih mudah
dicerna tubuh dibandingkan kedelai yang dimakan tanpa mengalami
fermentasi. Keuntungan lain dengan dibuat tempe adalah bau langunya
hilang serta cita rasa dan aroma kedelai bertambah sedap (Cahyadi,
2007).
Jenis tempe sendiri bermacam–macam tergantung pada jenis bahan
baku yang digunakan. Beberapa jenis tempe yang ada dan cukup
banyak dibuat di Indonesia adalah sebagai berikut.Tempe kedelai,
bahan baku yang digunakan adalah kedelai (Glycine max).
a. Tempe gembus, bahan baku yang digunakan adalah ampas tahu
atau kedelai.
b. Tempe bungkil (Jawa Tengah), bahan baku yang digunakan adalah
bungkil kacang tanah.
c. Tempe bongkrek, bahan baku yang digunakan adalah ampas
kelapa.
12
d. Tempe enjes (Malang), bahan baku yang digunakan adalah bungkil
kacang ditambah ampas tahu.
e. Tempe benguk (Yogyakarta), bahan baku yang digunakan adalah
koro benguk.
f. Tempe kecipir (Sumenep), bahan baku yang digunakan adalah biji
kecipir.
g. Tempe lamtoro (Yogyakarta), bahan baku yang digunakan adalah
lamtoro.
h. Oncom merah (Jawa Barat), bahan baku yang digunakan adalah
onggok ditambah ampas tahu dan ditambah bungkil kacang.
i. Oncom hitam (Jawa Barat), bahan baku yang digunakan adalah
onggok ditambah dengan bungkil kacang (Maulana, 2007).
Tempe yang terdiri dari bermacam–macam jenis dan bahan baku
yang beraneka ragam maka untuk mendapatkan tempe yang
berkualitas perlu sekali diperhatikan pada proses pengolahan tempe
agar diperoleh hasil yang baik ialah sebagai berikut :
1) Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak kotor.
2) Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman
penyakit.
3) Cara pengerjaannya harus bersih.
4) Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih yang masih aktif (apabila
diremas membentuk butiran halus atau tidak menggumpal)
(Cahyadi, 2007).
13
Penentuan kualitas tempe terutama pada tempe kedelai ditentukan
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a) Rasa
Rasa tempe ditentukan oleh jenis dan tingkat ketuaan dari kedelai,
bahan campuran yang digunakan, dan tingkat kebersihan dalam
pengolahan.
b) Daya simpan
Tempe yang memiliki daya simpan tinggi adalah tempe mumi
(hanya dicampur dengan bahan pembantu). Tempe ini akan tetap
kering meskipun sudah membusuk.
c) Tingkat kebersihan
Sebelum diproses, kedelai harus dibersihkan terlebih dahulu dari
kotoran. Benda–benda tersebut selain akan menimbulkan gangguan
pada saat tempe dikonsumsi, mengganggu fermentasi, juga akan
mempengaruhi kualitas tempe yang dihasilkan.
d) Tingkat kelunakan kedelai
Tempe yang lunak atau pulen umumnya lebih disenangi konsumen.
Proses pelunakan kedelai terjadi pada saat proses fermentasi.
Kedelai yang lunak akan menghasilkan tempe yang lunak pula.
e) Tingkat kesuburan kapang
Kapang yang tumbuh lebat dan berwarna putih menunjukann
bahwa tempe tersebut berkualitas baik (lunak dan lezat).
14
f) Tingkat kemurnian
Pada proses pembuatan tempe, ada beberapa jenis bahan yang perlu
dicampurkan untuk meningkatkan kualitas yang dikelompokkan
sebagai bahan pembantu (Maulana, 2007)
Untuk pembuatan tempe, terutama pada proses fermentasi harus
menyertakan bahan yang disebut ragi. Ragi merupakan kumpulan
spora mikroorganisme/mikroba (jasad hidup yang sangat kecil) yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (tanpa alat), harus
menggunakan mikroskop. Mikroorganisme berada di alam, di dalam
tanah, udara, air, tercampur dalam bahan pangan, menempel pada
benda – benda, manusia ataupun hewan (Maulana, 2007).
Beberapa faktor yang dapat menentukan/mempengaruhi kualitas
ragi tempe antara lain sebagai berikut:
1) Kualitas tempe sebagai bahan ragi
Bagian tempe yang berperan dalam pembuatan ragi adalah bagian
yang berwarna putih menyerupai kapas yang disebut miselium
jamur atau kapang yang mengandung spora.
2) Kualitas dan jumlah media
Jadi kualitas baik dari ragi atau tepung beras harus baik dan
jumlahnya harus sesuai dengan ketentuan.
3) Tingkat kekeringan ragi
15
Ragi yang digunakan atau disimpan harus benar – benar kering.
Apabila belum kering spora yang ada belum siap berperan sebagai
bibit tanaman kapang yang baru.
4) Cara penyimpanan
Penyimpanan ragi harus dilakukan dalam wadah yang kedap air
dan udara dengan tingkat kekeringan yang tinggi.
5) Daya tahan
Faktor penyimpanan menentukan daya tahan ragi. Semakin awet
dalam penyimpanan, kualitas ragi semakin baik (Maulana, 2007).
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji
kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis
kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae,
Rhizopus stolonifer (kapang roti), atau Rhizopus arrhizus. Sediaan
fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Proses pembuatan tempe dapat diawali dengan perebusan kacang
kedelai ± 2 jam dan dibiarkan dalam air perebus tanpa api ± 24 jam.
Kemudian kulit bijinya dibuang dan direbus kembali selama setengah
jam, lalu ditiriskan untuk didinginkan. Setelah cukup dingin dicampur
bibit tempe dan dibentuk menjadi lempengan-lempengan tipis,
dibungkus daun pisang atau dalam kantung plastik yang dilubangi
agar panas dapat keluar dengan uap air yang terjadi. Tempe dibiarkan
mengalami fermentasi selama 24 jam maka terjadilah hasil olahan
tempe yang diliputi benang-benang jamur secara merata. Campuran
16
untuk membuat tempe dapat ditambah tepung atau ampas tahu agar
pertumbuhan jamur lebih baik.
Tempe merupakan produk olahan kedelai yang terbentuk atas jasa
kapang jenis Rhizopus sp melalui proses fermentasi. Banyak
perubahan yang terjadi selama proses fermentasi kedelai menjadi
tempe, baik yang menyangkut perubahan fisik, biokimia dan
mikrobiologi yang semuanya berdampak menguntungkan terhadap
sumbangan gizi dan kesehatan. Kerja Rhizopus sp mampu mengubah
kedelai menjadi tempe yang berasa lebih enak, lebih bergizi dan
berfungsi sebagai makanan sehat (Astuti, 2009).
Tempe yang baik harus memenuhi syarat mutu secara fisik dan
kimiawi. Tempe dikatakan memiliki mutu fisik jika tempe itu sudah
memenuhi ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
a. Warna putih.
b.Tekstur tempe kompak.
c. Aroma dan rasa khas tempe.
Tempe dengan kualitas buruk ditandai dengan sifat fisik sebagai
berikut :
a. Permukaannya yang basah.
b. Struktur tidak kompak.
c. Adanya bercak bercak hitam.
d. Adanya bau amoniak dan alcohol
e. Beracun.
17
Daya tahan tempe juga dipengaruhi oleh temperatur ruang tempat
penyimpanan. Pada suhu rendah, proses metabolisme peragian lanjut
akan terhambat, misalnya di dalam lemari pendingin. Tempe dapat
tahan disimpan selama 3 hari tanpa adanya perubahan warna dan rasa.
Namun, pada hari kelima, warna akan berubah menjadi kekuning-
kuningan dan rasa busuk akan mulai muncul(Astuti, 2009).
Mekanisme Pembentukan Tempe sendiri, yaitu :
Menurut Dinda (2008), dikatakan bahwa mekanisme pembentukan
tempe melalui dua tahapan sebagai berikut:
1. Perkecambahan spora
Perkecambahan Rhizopus oligosporus berlangsung melalui dua
tahapan yang amat jelas, yaitu pembengkakan dan penonjolan
keluar tabung kecambah. Kondisi optimal perkecambahan adalah
suhu 420 C dan pH 4,0. Beberapa senyawa karbohidrat tertentu
diperlukan agar awal pembengkakan spora ini dapat terjadi.
Pembengkakan tersebut diikuti dengan penonjolan keluar tabung
kecambahnya, bila tersedia sumber-sumber karbon dan nitrogen
dari luar. Senyawa-senyawa yang dapat menjadi pendorong terbaik
agar terjadi proses perkecambahan adalah asam amino prolin dan
alanin, dan senyawa gula glukosa annosa dan xilosa.
2. Proses miselia menembus jaringan biji kedelai
Proses fermentasi hifa jamur tempe dengan menembus biji
kedelai yang keras itu dan tumbuh dengan mengambil makanan
18
dari biji kedelai. Karena penetrasi dinding sel biji tidak rusak
meskipun sisi selnya dirombak dan diambil. Rentang kedalaman
penetrasi miselia kedalam biji melalui sisi luar kepiting biji yang
cembung, dan hanya pada permukaan saja dengan sedikit
penetrasi miselia, menerobos kedalam lapisan sel melalui sela-
sela dibawahnya. Konsep tersebut didukung adanya gambar foto
mikrograf dari beberapa tahapan terganggunya sel biji kedelai
oleh miselia tidak lebih dari 2 lapisan sel. Sedangkan perubahan
kimiawi seterusnya dalam biji terjadi oleh aktifitas enzim
ekstraseluler yang diproduksi / dilepas ujung miselia.
Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi
tempe atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan
dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar; digunakan
secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu,
beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur
Rhizopus oligosporus murni (umum digunakan oleh pembuat tempe
di luar Indonesia). Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang
sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum
pembungkusan.
2. Inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman,
dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan.
19
Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan
dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau
wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang atau plastik), asalkan
memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe membutuhkan
oksigen untuk tumbuh. Dalam pembungkusan menggunakan plastik,
biasanya dilakukan penusukan pada permukaan plastik. Hal ini
bertujuan untuk memberikan jalan udara agar masuk ke dalam kedelai.
Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk
mengalami proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada
permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi
tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C-37 °C selama 18-
36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe
yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi,
sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya
membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.
Fermentasi di dalam tempe adalah inokulasi dengan kapang yang
dicampurkan dalam tempe sebanyak 1 gram untuk tiap kg kedelai.
Selanjutnya dibungkus dengan daun pisang dan fermentasi dilakukan
pada suhu kamar selama 30–40 jam (Muchtadi, 2010).
Fermentasi di dalam tempe sendiri bahan yang digunakan untuk
inokulasi kapang yang dicampurkan dalam tempe menggunakan ragi
jenis Raprima yang diproduksi oleh PT. Aneka Fermentasi Industri
(AFI) Bandung – Indonesia.
20
Gambar 3. Produk Ragi Raprima
Ragi ini digunakan karena :
a) Menghasilkan tempe yang enak, putih dan tebal bulunya, tidak
cepat keluar spora hitam, dapat disimpan lebih lama.
b) Mutu baik dan stabil (tetap) untuk produksi tempe skala besar
maupun kecil.
c) Berupa bubuk halus yang mudah ditimbang dan ditakar.
Komposisi ragi Raprima sendiri terbuat dari beras dan jamur
tempe biakan murni Rhizopus sp yaitu jamur Rhizopus oryzae.
Cara membuat ragi raprima :
1) Beras dicuci sampai bersih, kemudian masak sampai menjadi nasi
dan dinginkan.
2) Setelah menjadi Nasi lalu taburkan tepung tempe kemudian aduk
sampai rata.
3) Kemudian letakkan di atas tampah yang bersih. Tutup atasnya
dengan lembaran plastik atau daun pisang.
4) Simpan dalam ruangan sampai seluruh nasi ditumbuhi jamur
berwarna hitam.
21
5) Jamur kering nasi yang telah ditumbuhi jamur tersebut tumbuk
sampai halus kemudian diayak.
6) Bagian yang telah halus adalah ragi tempe.
7) Campurkan ragi ini dengan tepung beras yang telah disangrai,
10gr ragi untuk 50 – 100 gram tepung beras.
8) Simpan dalam kantong plastik / kaleng kering.
Oksigen yang cukup dianggap sangat esensial bagi pertumbuhan
kapang selama proses pembuatan tempe, tetapi harus dihindari
adanya kontaminasi mikroba lain dari luar. Untuk mencegah
pertumbuhan bakteri, harus diusahakan agar suhu tersebut tidak
melebihi 45º C (Muchtadi, 2010).
Empat spesies Rhizopus yang dapat digunakan untuk membuat
tempe, antara lain Rhizopus oligosporus, Rhizopus stolonifer,
Rhizopus arrhizus dan Rhizopus oryzae. Dari keempat kapang
tersebut, kapang yang memegang peranan terbesar selama proses
fermentasi tempe adalah Rhizopus oryzae tapi ada juga yang
berpendapat bahwa tempe yang baik selalu mengandung Rhizopus
oligosporus (Muchtadi, 2010). Menurut D dan L Foods dalam (2009),
dikatakan bahwa ragi yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah
Rhizoporous Oligosporus. Ini adalah jamur berjenis filamentous, dan
bukan dari jenis bakteri. Jamur jenis ini adalah jamur baik, mirip
dengan jamur yang digunakan pada pembuatan keju. Jamur ini
memainkan peranan penting pada “mencerna dini” sebagian besar
22
protein kedelai, merubah protein menjadi asam amino yang
menjadikan tempe mudah dicerna oleh manusia. Jamur ini juga
menghasilkan ensim phytase yang mengurai phytase pada kedelai.
Dengan demikian, membantu penyerapan lebih optimal untuk mineral
seperti zinc, zat besi dan kalsium pada pencernaan manusia.
Menurut Triwibowo (1996), berpendapat bahwa Rhizopus
oligosporus menghasilkan enzim-enzim protease. Perombakan
senyawa kompleks protein menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana
adalah penting dalam fermentasi tempe, dan merupakan salah satu
faktor utama penentu kualitas tempe, yaitu sebagai sumber protein
nabati yang memiliki nilai cerna amat tinggi.
4. Jagung
Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman berumah satu
(Monoecious) dimana letak bunga jantannya terpisah dengan yang
betina pada satu tanaman. Kedudukan tanaman jagung dalam
taksonomi yang merupakan famili dari Graminea adalah sebagai
berikut:
Ordo : Tripsaceae
Famili : Poaceae
Sub Famili : Panicoideae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Sumber : (Muhadjir, 1998)
23
Jagung merupakan tanaman yang banyak ditanam oleh penduduk
Indonesia karena jagung dapat ditanam walaupun di atas tanah yang
kering yang kurang subur dan kurang memerlukan air. Sebagai bahan
makanan pokok, jagung diberi nilai sosial lebih rendah oleh
masyarakat dibandingkan dengan beras. Selain itu untuk mengolah
jagung sampai dapat dikonsumsi diperlukan lebih banyak upaya dan
energi (Djaeni, 2004).
Gambar 4. Produk Jagung
Kadar zat gizi dalam jagung sebetulnya agak lebih tinggi,
tetapi secara keseluruhan beras memiliki kelebihan daripada
jagung.
Berbagai jenis jagung dapat dibeda – bedakan menurut
berbagai sifat:
a. Menurut warna butir; jagung putih, kuning, merah dan
sebagian ada juga yang butir – butirnya berwarna ungu.
b. Menurut bentuk butirnya; jagung butir gepeng dan butir
bulat.
c. Menurut konsistensi biji; biji keras (flint) dan biji lunak.
24
Bibit jenis unggul jagung di Indonesia terdapat berbagai jenis
diantaranya; jenis metro, jenis petra, jenis malin. Mikrostruktur
biji jagung mirip dengan biji beras dan biji terigu, dengan
perbedaan bahwa lapisan kulit jagung merupakan bagian yang
lebih banyak dibandingkan dengan beras dan terigu. Juga bagian
lembaga melekat relatif lebih kuat, sehingga ketika pada
penggilingan jagung, bagian lembaga ini tidak terbuang dalam
bagian dedak. Jagung dapat dipasarkan masih dalam kelopak
penutup buah yang disebut kelobot dan bijinya masih melekat
dalam bonggol, dapat pula dijual bonggolan tanpa kelobot
(Djaeni, 2004).
Jagung yang telah dikuliti (dibuang kelobotnya) lebih mudah
diserang hama pada penyimpanan, apalagi jagung pilihan. Kadar
protein dan kadar lemak dalam biji jagung relatif tinggi, sehingga
merupakan bahan untuk hama tumbuh subur. Kedua zat gizi ini
mudah pula menjadi rusak kalau kadar airnya cukup tinggi, karena
akan berlangsung reaksi – reaksi biokimia dalam proses
pembusukan menjadi tengik (Djaeni, 2004).
Jagung juga merupakan makanan yang memiliki sumber
protein dan karbohidrat yang tinggi, dengan kandungan gizi di
bawah ini Tabel 2 :
25
Tabel 2. Kandungan Gizi Jagung
Zat Gizi Kandungan Gizi jagungKalori 355 kalProtein 9,2 gLemak 3,9 gKarbohidrat 73,7 gZat Gizi 2,4 g
Sumber : (Djaeni, 2004)
Jagung sendiri memiliki kandungan protein yang tinggi
berpengaruh positif terhadap diverifikasi makanan dalam upaya
pengembangan sumber daya pangan lokal menjadi bentuk
makanan olahan yang populer, proses pengolahannya mudah,
dapat diterima masyarakat luas dan mampu sejajar dengan beras
baik dari segi harga, kandungan gizi, maupun tingkat gengsinya
(Rukmana, 2005).
5. Pemeriksaan protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien.
Tidak seperti bahan makronutrien lain (karbohidrat dan lemak),
protein lebih berperan dalam pembentukan biomolekul daripada
sumber energi. Meskipun demikian, bila organisme sedang
kekurangan energi, maka protein ini juga dapat digunakan sebagai
sumber energi (Sumantri, 2007).
a. Analisis Protein
1) Analisis kuantitatif
26
Analisis kuantitatif protein dan asam amino dapat
dilakukan dengan beberapa metode, yakni: volumetri,
gasometri, spektrofotometri, spektrofluorometri,
turbidimetri, pengikatan zat warna (dye binding method),
dan kromatografi. Pada pemeriksaan ini menggunakan
metode volumetri dengan menggunakan metode kjedahl
semimikro.
a) Metode volumetri
1) Metode kjeldahl
Metode ini merupakan metode yang sederhana
untuk penetapan nitrogen total pada asam amino,
protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan
dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga
akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah
pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang
terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam
larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi
(Sumantri, 2007)
Jenis – jenis metode kjeldahl:
a) Cara semi mikro kjedahl
Metode ini merupakan metode sederhana untuk
penetapan nitrogen total pada asam amino, protein
27
dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel
didestruksi dengan H2SO4 dan Na2SO4 dikatalisis
dengan katalisator HgO.Kemudian didestilasi lalu
didestilat ditambah dengan asam borat dan
indicator MR dan dititrasi dengan Hcl.
Penelitian ini peneliti memakai metode kjedahl, Metode ini
merupakan metode sederhana untuk menetapkan nitrogen total
pada asam amino dan protein atau senyawa lain yang
mengandung protein. Metode ini sudah banyak dimodifikasi dan
cocok digunakan secara semi mikro karena hanya membutuhkan
jumlah sampel dan pereaksi yang pendek serta waktu analisa
yang singkat. Metode ini cocok digunakan pada penetapan kadar
protein tidak terlarut atau protein yang sudah mengalami
koagulasi akibat proses pengolahan makanan (Sumantri, 2007).
6. Uji organoleptik
Menurut Djaeni (2004) evaluasi organoleptik adalah
pemeriksaan dan penilaian dengan menggunakan panca indra. Ada
lima jenis modalitas indra, yaitu sebagai berikut;
a. Evaluasi dengan indra penglihatan
Berbagai sifat fisik dan kondisi bahan makanan dapat diperiksa
dan dinilai dengan mempergunakan indra penglihatan
(inspeksi). Warna bentuk, kondisi bersih atau kotor, tercampur
bahan–bahan asing dan berbagai kelainan fisik bahan makanan
28
dapat mudah dinilai dengan inspeksi. Evaluasi dari indra
penglihatan dapat disimpulkan bahwa bahan makanan itu ada
dalam kondisi bersih, tidak tercampur kotoran atau benda–
benda asing.
b. Evaluasi dengan indra penciuman
Evaluasi dengan indra penciuman dapat menilai perubahan
atau bau bahan makanan, misalnya bau apek, karena infestasi
jamur. Infestasi jamur bahkan lebih dahulu dapat dikenal dari
baunya daripada dengan penglihatan. Pemeriksaan teliti
dengan melihat benang – benang jamur yang jelas (hyphae).
Kerusakan bahan makanan karena fermentasi memberikan bau
asam, sedangkan kerusakan karena pembusukan (putefaction)
memberikan bau khas busuk yang mudah dikenal. Kerusakan
lemak menyebabkan tengik karena oksidasi asam – asam
lemak.
c. Evaluasi indra peraba
Evaluasi indra peraba dapat dipergunakan untuk menilai suatu
gumpalan tepung, apakah keras membatu ataukah masih dapat
dihancurkan kembali dengan tekanan di bawah jari.
Penggumpalan tepung (copacted) yang ringan, tidak
merupakan gejala kerusakan berat mungkin hal ini terjadi
karena mengendap, karena bahan yang berat, atau sebab
lainnya. Penggumpalan yang membantu mungkin karena
29
reaksi oleh suhu dan mungkin pula karena telah terjadi
perubahan reaksi–reaksi kimia ke arah kerusakan kimiawi.
d. Evaluasi indra pengecap
Sangat jarang dipergunakan untuk menilai kondisi bahan
makanan secara umum. Sebaiknya indra ini dipergunakan
terutama bila ada sangkaan bahan makanan tersebut
terkontaminasi oleh bahan berbahaya. Namun demikian
untuk identifikasi bahan makanan tertentu yang mempunyai
rasa yang khas,indra pengecap akan sangat berguna; misalnya
untuk mengenal tepung gula, untuk mengenal garam dapur
dan sebagainya.
e. Evaluasi indra pendengar
Praktis indra ini tidak pernah dipergunakan dalam menilai
kondisi bahan makanan.
Dalam mengevaluasi bahan makanan secara organoleptik di
laboraturium maupun di lapangan, mungkin semua modalitas indra
dipergunakan atau hanya sebagian saja, tergantung dari jenis bahan
makanannya. Yang paling sering dipergunakan adalah indra
penglihatan untuk inspeksi dan yang agak kurang adalah indra
peraba dan pencium.
Uji organoleptis sendiri diukur dengan quisioner metode
hedonic scale scoring. Hedonic scale scoring merupakan salah satu
cara penilaian berdasarkan rasa suka dan tidak suka. Secara umum
30
digunakan untuk menilai penerimaan konsumen serta
kekurangannya. Skala ini telah diterima oleh para ahli untuk
mengetahui penerimaan konsumen. Hasil dari penggunaan skala ini
menghasilkan validitas internal yaitu ketepatan dan keakuratan
dalam mengetahui kegemaran konsuman serta validitas eksternal
yang berhubungan dengan pasar. Tapi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan validitas eksternal. Hedonic
scale scoring 9 parameter merupakan metode yang sering
digunakan (Dubost et al, 2002 ; Edgar, 1995).
Secara umum hedonic scale scoring digunakan pada produk
makanan, barang ataupun jasa. Metode ini cocok digunakan untuk
1) Mengetahui perbedaan kecil pada jenis makanan yang sama
secara langsung.
2) Untuk mengetahui perbedaan secara umum pada penerimaan
makanan jika waktu, lokasi dan subjek dapat ditukar atau
diganti (Edgar, 1995).
Hedonic scale tidak dapat digunakan pada kondisi:
a) Produk yang memiliki banyak variasi pembeda.
b) Produk yang memiliki variabel tak terkendali.
c) Pertanyaan yang saling berkaitan yang bila salah satu
pertanyaan tidak diisi maka hasil selanjutnya tidak dapat
diketahui (Edgar, 1995).
31
Uji statistik yang digunakan adalah uji F atau uji annova.
Data yang diperoleh akan dianalisadengan menggunakan teknik
analisa uji Anova satu jalur (one way – anova) yaitu
membandingkan lebih dari dua rata-rata.Teknik anova adalah
tergolong analisis komperatif lebih dari dua rata – rata . Tujuannya
adalah menguji perbedaan mean pada sampel atau kelompok lebih
dari dua. Gunannya untuk menguji kemampuan generalisasi artinya
data sampel dianggap dapat mewakili populasi.
Anova one way atau satu jalur adalah untuk
membandingkan lebih dari dua rata – rata gunannya untuk
menguji kemampuan generalisasi. Maksutnya, dari signifikansi dari
penelitian (anova satu jalur). Jika terbukti berbeda berarti kedua
sampel tersebut dapat digeneralisasikan artinya data sampel dapat
mewakili populasi (Fajar dkk, 2009).
Uji persyaratan anova:
1. Varian homogen.
2. Sampel atau kelompok independen.
3. Data berdistribusi normal.
4. Jenis data yang dihubungkan adalah kategorik dengan numeric
(kategorik yang lebih dari dua kelompok).
Pengambilan hipotesis anova :
Diasumsikan bahwa data dipilih secara acak, berdistribusi normal,
dan variannya homogen.
32
Ho = tidak ada perbedaan kadar protein antara tempe kedelai
dengan tempe campuran kedelai – jagung.
HI = ada perbedaan kadar protein antara tempe kedelai dengan
tempe campuran kedelai-jagung.
7. Penelitian yang telah dilakukan
Harga kedelai yang semakin melonjak dari tahun ke tahun dan
belum ada solusi dari pemerintah untuk lebih mengunggulkan
kedelai lokal daripada impor. Beberapa peneliti melakukan inovasi
dalam diversifikasi kedelai sebagai bahan baku tempe. Inovasi
selain bahan baku kedelai adalah sebagai berikut;
a. Inovasi tempe dengan bahan baku kacang tolo.
Tempe kacang tolo diharapkan menjadi alternatif pengganti
tempe kacang kedelai, karena kacang tolo merupakan sumber
protein nabati yang murah dan mudah didapat terutama bagi
masyarakat pedesaan. Selain itu kadar protein total tempe
kacang tolo berkisar antara 31,9 – 44,30 % yang berarti
menyamai bahkan lebih tinggi daripada kadar protein tempe
kedelai sebesar 36,68 %. Kadar protein kacang tolo juga bisa
menghasilkan hasil kadar protein tercerna paling tinggi adalah
pada saat proses giling basah dengan unsur daun dan jenis
inokulum berpengaruh signifikan terhadap perubahan zat–zat
gizi pada tempe kacang tolo (Haliza, 2007).
33
b. Inovasi tempe dengan biji nangka
Biji nangka sebagai bahan baku pembuatan tempe telah diteliti
Hayati (2009) dan diperoleh kualitas tempe tersebut, yaitu
kadar protein 6,85%, kadar abu 1,67%, dan kadar lemaknya
yaitu 0,73% kandungan gizi ini diperoleh pada fermentasi 48
jam, dan pada fermentasi 36 jam didapatkan kadar karbohidrat
tertinggi 27,09%.
c. Inovasi tempe dengan penambahan jagung
Tempe merupakan bahan tradisional yang telah dikenal di
Indonesia. Tempe yang sering kita kenal adalah tempe kedelai.
Jagung manis sudah banyak dikonsumsi masyarakat yang
sering digunakan untuk bahan baku jagung bakar, sayur mayur
serta susu jagung manis. Untuk meningkatkan khasanah dan
motivasi dalam pembuatan tempe peneliti mencoba membuat
tempe dengan bahan dasar jagung manis (Zea mays
saccharata). Tujuan ini menggunakan perlakuan dengan dosis
ragi yaitu 0,1% dengan lama fermentasi 2 hari (R2F1), dosis
ragi 0,2% dengan lama fermentasi 3 hari (R2F2), dosis ragi
0,3% dengan lama fermentasi 2 hari (R3F1) dengan dosis ragi
0,3% dengan lama fermetasi 3 hari (R3F2). Tehnik penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif yaitu mengetahui kualitas tempe
jagung manis. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
bahwa kandungan gizi maksimal protein pada perlakuan R2F2
34
= 5,71 gram % dan R2F1 = 5,13 gram %. Pada kenampakan
morfologi tempe jagung manis yang paling baik adalah
perlakuan R3F2 yang tekstur lebih padat, kompak, warna putih
kompak, morfologi miselium lebih padat dan bau agak asam
(Suwarno, 2010).
35
B. Kerangka Pikiran
Uji Organoleptik
Harga kedelai tinggi dan kurangnya pemenuhan kedelai
Kadar protein dengan
metode kjedahl
Pembuatan tempe campuran kedelai-jagung
Tinjauan kualitas tempe
Harga tempe naik dan krisis bagi industri tempe
Menentukan variasi campuran kedelai-jagung dengan
kadar protein tertinggi
Kesimpulan
36
C. Hipotesa
Ho = Tidak ada perbedaan kadar protein antara tempe kedelai dengan
tempe campuran kedelai – jagung.
HI = Ada perbedaan kadar protein antara tempe kedelai dengan tempe
campuran kedelai – jagung.