bab 2 landasan teori 2. 1 inventory...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2. 1 Inventory (Persediaan)
Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu
memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko
bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggannya (Freddy
Rangkuti, 1998, hal 1).
Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tidak akan terlepas dari
masalah persediaan. Persentase persediaan terhadap total harta (assets) keseluruhan dari
perusahaan adalah relatif cukup tinggi. Oleh karena itu, persediaan yang ada di perusahaan perlu
dikelola sebaik-baiknya, persediaan harus direncanakan dan dikendalikan secara efektif dan
efisien.
Pengadaan persediaan harus diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang
harus ditanggung perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang
ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan
mengakibatkan perusahaan menanggung resiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi
disamping biaya investasi yang besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan akan berakibat
terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan terjadi
keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan
dapat memperlancar jalannya proses produksi (Agus Ristono, 2008, hal 2).
Universitas Sumatera Utara
Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menarik minat pelanggan. Salah
satunya adalah dengan memberikan sistim diskon pada pembeli yang juga dapat menurunkan
biaya-biaya persediaan pada perusahaan. Telah banyak dikembangkan penelitian model
persediaan yang mempertimbangkan diskon dan waktu kadaluarsa yang bertujuan untuk
meminimalkan biaya total persediaan yang ada.
2.1.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan
Pengertian mengenai persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan
merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses
yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang
disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu (Freddy
Rangkuti, 1998, hal 1).
Berbagai rumusan tentang definisi persediaan telah banyak dikemukan oleh para ahli,
diantaranya definisi yang dikemukakan oleh Starr dan Miller yang menyatakan bahwa persediaan
adalah suatu sumber daya yang menggangur (idle resources), akan tetapi sumber daya tersebut
mempunyai nilai ekonomis. Nilai ekonomis persediaan timbul karena sumber daya tersebut
diperoleh dengan suatu pengorbanan dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang
akan datang.
Definisi lain menyatakan bahwa pada dasarnya persediaan adalah suatu sumber daya
menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lebih
lanjut di sini dapat berupa kegiatan produksi seperti yang dijumpai pada sistim industri, kegiatan
Universitas Sumatera Utara
pemasaran seperti dijumpai pada sistim distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti dijumpai
pada sistim rumah tangga (Arman Hakim, 2008, hal 1).
Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu
memiliki tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang dijalankan adalah untuk menjaga
persediaan pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk
persediaan tersebut. Dari pengertian tersebut, maka tujuan pengelolaan tersebut adalah (Agus
Ristono, 2008):
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat
(memuaskan konsumen).
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami
kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini
dikarenakan alasan:
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga
sulit untuk diperoleh.
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba
perusahaan .
4. Menjaga agar pembeli yang menbeli dalam jumlah yang kecil dapat dihindari, karena
dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.
5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak menumpuk, karena akan
mengakibatkan biaya menjadi lebih besar.
Dari beberapa tujuan pengendalian di atas maka dapat dipahami bahwa tujuan
pengendalian persediaan adalah untuk menjamin terdapatnya persediaan sesuai kebutuhan. Ada
dua macam kelompok bahan baku yaitu:
a. Bahan baku langsung (direct material), yaitu bahan yang membentuk dan merupakan
bagian dari barang jadi yang biayanya dengan mudah bisa ditelusuri dari biaya barang
Universitas Sumatera Utara
jadi tersebut. Jumlah bahan baku langsung bersifat variabel, artinya sangat tergantung
atau dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi atau perubahan output.
b. Bahan baku tak langsung (indirect material), yaitu bahan baku yang dipakai dalam
proses produksi, tetapi sulit menelusuri biayanya pada setiap barang jadi.
2.1.2 Fungsi Persediaan
Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan
distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga
terhadap fluktuasi permintaan. Lebih spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan
fungsinya sebagai berikut :
a. Persediaan dalam Lot Size.
Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replishment)
kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari
permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya
setup, biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transportasi.
b. Persediaan cadangan.
Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Peramalan permintaan
konsumen biasanya disertai kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time)
mungkin lebih dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak (reject) hanya
bisa diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai
permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.
c. Persediaan antisipasi
Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan (supply) dan
kenaikan permintaan (demand) atau kenaikan harga. Untuk menjaga kontinuitas
Universitas Sumatera Utara
pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahan dapat memelihara persediaan dalam
rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.
d. Persediaan pipeline
Sistim persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock point) dengan
aliran diantara tempat persediaan tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari
pengendalian aliran persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi di tempat
persediaan. Jika aliran melibatkan perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau
perakitan beberapa komponen, persediaan dalam aliran tersebut persediaan setengah jadi
(work in process). Jika suatu produk tidak dapat berubah secara fisik tetapi dipindahkan
dari suatu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lain, persediaan disebut
persediaan transportasi. Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi
disebut persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan
harus dikendalikan.
e. Persediaan Lebih .
Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan fisik yang
terjadi.
Terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan yaitu (Zulian
Yamit, 2005):
a. Faktor waktu
Menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai ke
tangan konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat jadwal produksi, memotong bahan
baku, pengiriman bahan baku, dan pengiriman barang jadi ke pedagang besar konsumen.
Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor ketidakpastian waktu
Datang dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak
menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman terhadap konsumen.
Persediaan bahan baku terikat pada supplier, persedian barang dalam proses terikat pada
departemen produksi, dan persediaan barang jadi terikat pada konsumen. Ketidakpastian
waktu datang mengharuskan perusahaan membuat jadwal operasi lebih teliti pada setiap level.
c. Faktor ketidakpastiaan pengguna
Faktor ketidakpastiaan pengguna dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam
peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai
kondisi lain. Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidaktepatan peramalan akibat
lainya tersebut.
d. Faktor Ekonomis
Terjadi karena adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah
dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling
ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan
potongan harga. Selain itu pengiriman dalam jumlah besar menyebabkan biaya
transportasi lebih rendah sehingga menurunkan biaya. Persedian diperlukan untuk
menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis.
2.1.3 Jenis-Jenis Persediaan
Pembagian jenis persediaan dapat berdasarkan proses manufaktur yang dijalani dan berdasarkan
tujuan. Berdasarkan proses manufaktur, maka persediaan dibagi dalam tiga kategori, yaitu (Agus
Ristono, 2009):
1. Persediaan bahan baku dan penolong.
2. Persediaan bahan setengah jadi.
Universitas Sumatera Utara
3. Persediaan barang jadi.
Pembagian jenis persediaan berdasarkan tujuannya, terdiri dari
1. Persediaan pengaman (safety stock)
Persediaan pengaman (safety stock) adalah persedian yang dilakukan untuk
mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan
pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan
persediaan (stock out).
Faktor-faktor yang menentukan safety stock:
a. Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode
tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan
baku pada masa sebelumnya.
b. Faktor waktu atau lead time (procurement time)
Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan
sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang
persedian. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan pesanan
yang lain, tetapi bervariasi.
2. Persediaan antisipasi
Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan persediaan yang
dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan
sebelumnya.
3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock)
Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih
dalam pengiriman, yaitu:
a. Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam transportasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau
menunggu sebelum dipindahkan.
2.1.4 Biaya-Biaya dalam Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistim persediaan adalah semua pengeluaran dan
kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistim persediaan terdiri dari biaya
pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan, dan biaya kekurangan persediaan. Berikut ini akan
diuraikan secara singkat masing-masing komponen biaya di atas (Arman Hakim, 2008).
1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = 𝑃𝑐 )
Biaya pembelian (purchase cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang.
Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan
barang. Biaya pembelian menjadi faktor yang penting ketika harga barang yang dibeli
tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount
atau price break di mana harga barang per-unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli
meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak
dimasukkan ke dalam total biaya pembelian untuk periode tertentu (misalnya satu tahun)
konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak
barang yang harus dipesan.
2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal–usul barang, yaitu biaya pemesanan
(ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya
pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = 𝑂𝑐)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang
dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan
Universitas Sumatera Utara
pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan sebagainya.
Biaya ini asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.
b. Biaya Pembuatan (Setup Cost = 𝑆𝑐𝑜 )
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan
memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya
menyusun peralatan produksi, ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan
gambar benda kerja, dan sebagainya.
Karena kedua ongkos tersebut diatas mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan, maka di
dalam sistim persediaan ongkos tersebut sering disebut sebagai ongkos pengadaan (procurement
cost).
3. Biaya Penyimpanan (holding Cost/Carrying Cost = 𝐻𝑐)
Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat penyimpanan barang. Biaya
ini meliputi:
a. Biaya Memiliki Persediaan (biaya modal).
Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, di mana modal perusahaan
mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh
karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan
dalam biaya sistim persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentasi
nilai persediaan untuk periode tertentu.
b. Biaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya
gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan
biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang
merupakan biaya depresi.
Universitas Sumatera Utara
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan.
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya
berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan
penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
d. Biaya Kadaluarsa (absolence).
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi
dan model seperti barang – barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur
dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
e. Biaya Asuransi.
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga hal – hal yang tidak diinginkan,
seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung pada jenis barang yang diasuransikan
dan perjanjian yang dilakukan dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan.
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik
pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk
memindahkan barang dari dan ke dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh
dan peralatan handling.
Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya
simpan per–unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan (misalnya :
Rp/unit/tahun).
4. Biaya Kekurangan Persediaan (shortage cost = 𝑆𝑐)
Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan
kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugiaan karena proses produksi
akan terganggu dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan atau
Universitas Sumatera Utara
kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya
kekurangan persediaan dapat diukur dari:
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi
Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi
permintaan atau kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan
sebagai biaya penalty (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan
misalnya: Rp/unit.
b. Waktu pemenuhan
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menggangur tersebut
dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan
waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan misalnya: Rp/unit.
c. Biaya pengadaan darurat
Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang
biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan
biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya: Rp/unit.
Kadang-kadang biaya ini disebut juga biaya kesempatan (opportunity cost). Ada perbedaan
pengertian antara biaya persediaan aktual yang dihitung secara akutansi dengan biaya persediaan
yang digunakan dalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Biaya persediaan yang
diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel
(incremental discount), sedangkan biaya-biaya yang bersifat fixed seperti biaya pembelian tidak
akan mempengaruhi hasil optimal yang diperoleh sehingga tidak perlu diperhitungkan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Model-Model Sistim Persediaan
Terdapat 2 keputusan yang penting dalam sebuah model persediaan, yaitu :
1. Berapa (how many) jumlah yang harus dipesan untuk persediaan barang tertentu?
2. Kapan (when) waktu yang optimal untuk memesan barang tersebut kembali sehingga
persediaan dapat mencapai titik optimal kembali?
Setiap keputusan yang diambil mempunyai pengaruh terhadap besar biaya persediaan. Untuk
memudahkan dalam mengambil keputusan, dikembangkan model-model dalam manajemen
persediaan. Model permintaan dibagi menjadi dua macam, yaitu permintaan deterministik dan
permintaan probabilisti (Hamdy A. Taha (1992).
Gambar 2.1 Klasifikasi Permintaan dalam Model Persediaan
1. Permintaan Deterministik
Pada model deterministik permintaan dan periode kedatangan pesanan dapat diketahui
secara pasti sebelumnya. Model ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Statis deterministik
Pada model ini tingkat konsumsi tetap dan konstan setiap waktu.
b. Dinamik deterministik
Permintaan
DeterministikStatis
Dinamis
ProbabilistikStasioner
Nonstasioner
Universitas Sumatera Utara
Pada model ini tingkat permintaannya diketahui dengan pasti tetapi sifat
permintaannya bervariasi dari periode ke periode.
Untuk menentukan kebijaksanaan persediaan yang optimum, dibutuhkan informasi
mengenai parameter-parameter berikut: Perkiraan kebutuhan, biaya-biaya persediaan, lead time.
Dalam model persediaan deterministik parameter-parameter yang berpengaruh terhadap sistim
persediaan dapat diketahui dengan pasti. Rata-rata kebutuhan dan biaya-biaya persediaan
diasumsikan diketahui dengan pasti. Lamanya lead time juga diasumsikan selalu tetap. Karena
semua parameter bersifat deterministik maka tidak dimungkinkan adanya kekurangan persediaan.
Dalam dunia nyata, akan sangat jarang ditemukan situasi di mana seluruh parameter dapat
diketahui dengan pasti. Karena itu, akan lebih masuk akal jika digunakan model-model
probabilistik yang mempertimbangkan ketidakpastian pada parameter-parameternya. Namun,
model deterministik terkadang merupakan pendekatan yang sangat baik, atau paling tidak
merupakan langkah awal yang baik untuk menggambarkan fenomena persediaan.
2. Permintaan probabilistik.
Pada model-model persediaan deterministik, diasumsikan bahwa semua parameter
persediaan selalu konstan dan diketahui secara pasti. Pada kenyataan, sering terjadi
parameter-parameter yang ada merupakan nilai-nilai yang tidak pasti dan sifatnya hanya
estimasi atau perkiraan saja. Parameter-parameter seperti permintaan, lead time, biaya
penyimpanan, biaya pemesanan, biaya kekurangan persediaan dan harga kenyataannya
sering bervariasi. Model-model deterministik tidak peka terhadap perubahan-perubahan
parameter tersebut. Untuk menghadapi variasi yang ada, terutama variasi permintaan dan
lead time, model probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman
(safety stock). Model ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Stasioner probabilistik
Pada model ini fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak berubah
sepanjang waktu. Akibatnya pengaruh trend musiman permintaan tidak dimasukkan
dalam model.
Universitas Sumatera Utara
’
b. Non stationer probabilistik
Pada model ini fungsi kepadatan probabilitas permintaanya bervariasi dari waktu ke
waktu dan dipengaruhi trend musiman permintaan.
Walaupun jenis permintaan adalah faktor utama dalam perancangan model persediaan,
faktor-faktor berikut ini dapat juga mempengaruhi cara perumusan model yang bersangkutan
seperti yang dijelaskan Hamdy A. Taha (1992), yaitu:
a. Tenggang waktu pengiriman (lag atau lead time)
Ketika sebuah pesanan diajukan, pesanan itu dapat dikirim dengan segera atau
kemungkinan memerlukan beberapa waktu sebelum pengiriman dilakukan. Tenggang
waktu pengiriman dapat bersifat deterministik atau probabilistik.
b. Pengisian kembali persediaan
Walaupun sistim persediaan dapat beroperasi dengan tenggang waktu pengiriman,
pengisian kembali persediaan dapat terjadi dengan segera atau dengan seragam. Pengisian
kembali yang segera terjadi ketika persediaan dibeli dari sumber-sumber luar. Pengisian
kembali yang seragam terjadi ketika sebuah produk dibuat secara lokal dalam organisasi.
Secara umum, sebuah sistim persediaan dapat beroperasi dengan tenggang waktu positif
dan juga dengan pengisian persediaan yang seragam.
c. Rentang perencanaan
Rentang perencanaan mendefinisikan periode di mana tingkat persediaan dikendalikan.
Rentang perencanaan ini dapat terbatas atau tidak terbatas, bergantung pada periode
waktu mana permintaan dapat diramalkan.
d. Jumlah tingkat penawaran
Sebuah sistim persediaan dapat terdiri dari beberapa titik pengisian persediaan (bukan
hanya satu). Dalam beberapa kasus, titik-titik pengisian persediaan ini diorganisasikan
Universitas Sumatera Utara
sedemikian rupa sehingga satu titik bertindak sebagai titik penawaran untuk titik-titik
lainnya. Jenis operasi ini dapat berulang di tingkat yang berbeda sehingga satu titik
permintaan dapat sekali lagi menjadi titik penawaran yang baru.
e. Jumlah jenis barang
Sebuah sistim persediaan dapat melibatkan lebih dari satu barang. Kasus ini sangat
menarik terutama jika terdapat sejenis interaksi tertentu di antara barang-barang yang
berbeda.
2.2 Model Persediaan Deterministik EOQ Sederhana
Salah satu model yang sangat populer di dalam sistim deterministik adalah model Wilson. Model
ini dipublikasikan oleh Ford W. Harris tahun 1915 dan masih digunakan banyak organisasi saat
ini. Model Wilson ini merupakan dasar dari berbagai pengembangan metode–metode persediaan.
Model EOQ tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut
(Zulian Yamit, 2005)
1. Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap, dan terus menerus.
2. Tenggang waktu pemesanan dapat dilakukan dan relatif tetap.
3. Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan, artinya setelah kebutuhan dan
tengang waktu dapat ditentukan secara pasti berarti kekurangan persediaan dapat
dihindari.
4. Pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan.
5. Struktur biaya tidak berubah. Biaya pemesanan atau persiapan sama tanpa memperhatikan
jumlah yang dipesan. Biaya simpan adalah berdasarkan fungsi liniar terhadap rata-rata
persediaan, dan harga beli atau biaya pembelian per-unit adalah konstan (tidak ada
potongan).
6. Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan.
7. Pembelian adalah satu jenis item.
Universitas Sumatera Utara
Dari asumsi-asumsi di atas, model ini mungkin diaplikasikan baik pada sistim manufaktur
seperti penentuan persediaan bahan baku dan pada sistim non manufaktur. Tujuan model ini
adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga biaya total
persediaan dapat diminimalkan. Situasi pada model ini dapat disajikan secara grafik sebagai
berikut (P. Siagian, 2006):
Persediaan
Q Q Q
0 1 2 Waktu
t t
Gambar 2.2 Model Persediaan EOQ Sederhana
Ada dua macam biaya yang dipertimbangkan, yaitu:
1. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan pertahun merupakan perkalian antara rata-rata persediaan pertahun
dengan biaya simpan perunit pertahun. Jika rata-rata persediaan pertahun = 𝑄
2, di mana Q
adalah ukuran pemesanan, dan biaya simpan perunit pertahun adalah h, maka: Total biaya
penyimpanan pertahun= 𝑇𝐻𝑐 = ℎ𝑄
2
Universitas Sumatera Utara
2. Biaya pemesanan dan pembelian
Biaya pembelian pertahun (annual purchase cost) merupakan total harga yang
dikeluarkan untuk membeli suatu barang, yaitu perkalian antara harga barang perunit (C)
dengan banyaknya barang yang dibeli sepanjang tahun, yaitu sebesar demand (D). Total
biaya pembelian pertahun= 𝑇𝑃𝑐 = DC
Sedangkan total biaya pemesanan pertahun merupakan perkalian antara biaya per
pemesanan (A) dikalikan banyaknya pemesanan dalam satu tahun 𝑫
𝑸, di mana D adalah banyaknya
kebutuhan selama satu tahun. Total biaya pemesanan pertahun = 𝑇𝑂𝑐 = 𝑨𝑫
𝑸
Sehingga: Total Biaya Per Tahun (TIC) = biaya pembelian per tahun + biaya pemesanan per
tahun + biaya penyimpanan per tahun.
𝑻𝑰𝑪 = 𝑫𝑪 + 𝑨𝑫
𝑸+ 𝒉
𝑸
𝟐 (2.1)
Dengan menurunkan persamaan 2.1 terhadap Q, diperolehlah persamaan untuk mencari Q
optimal sebagai berikut.
𝑑(𝑇𝐼𝐶)
𝑑𝑄=
ℎ
2− 𝐴
𝐷
𝑄2= 0
ℎ
2 = 𝐴
𝐷
𝑄2
𝑄2 =2𝐴𝐷
ℎ
𝑄 = 2𝐴𝐷
ℎ (2.2)
Universitas Sumatera Utara
2.3 Potongan Harga (Quantity Discount)
Untuk mendapatkan, memikat, dan mengikat pelanggan, perusahaan termasuk perusahaan
supplier melakukan berbagai kiat. Salah satu diantaranya yang paling umum adalah pemberian
potongan harga pada jumlah pembelian yang relatif besar. Keuntungan bagi penjual adalah
penjualan dalam jumlah yang banyak akan mengurangi biaya produksi tiap unitnya. Keuntungan
bagi pembeli bila membeli dalam jumlah yang besar adalah turunnya harga beli per-unit, biaya
perpindahan dan pengiriman yang lebih rendah, penurunan biaya pemesanan, dan kemungkinan
kekurangan persediaan sangat kecil. Akan tetapi, disisi lain pembelian dalam jumlah besar
mengakibatkan kerugian di mana biaya investasi (modal) yang tertanam pada persediaan terlalu
besar, biaya penyimpanan dalam gudang membengkak, dan kesempatan barang yang disimpan
menjadi rusak dan susut sangat besar karena penyimpanan yang terlalu lama.
Secara umum ada dua jenis potongan harga karena kuantitas barang pesanan yang
ditawarkan oleh penyalur, yakni potongan harga all-units (absolute quantity discount) dan
potongan incremental. Dengan adanya potongan all-units, pembelian dalam jumlah yang besar
mengakibatkan adanya suatu harga tiap satuan yang lebih rendah untuk keseluruhan paket
pemesanan. Pada potongan incremental menerapkan atau memberlakukan harga per satuan yang
lebih rendah hanya untuk membeli unit di atas suatu kuantitas tertentu saja sesuai yang diterapkan
perusahaan secara berjenjang. Oleh karena itu, all-units mengakibatkan harga per satuan akan
sama per tiap-tiap item di dalam paket pemesanan, sedangkan potongan harga incremental dapat
mengakibatkan berbagai harga per satuan bagi satu item tertentu di dalam paket pemesanan yang
sama.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 All-Units Discount
Potongan all-units diberikan pada pembelian dalam jumlah yang besar yang mengakibatkan harga
tiap satuan yang lebih rendah untuk keseluruhan paket pemesanan. Asumsi dasar dalam model
EOQ adalah harga per-unit konstan.
Dengan potongan all-units karena kuantitas, pembeli diperkenalkan oleh penyalur dengan
suatu harga yang terdiri dari j kuantitas mencakup beberapa harga satuan, di mana jika jumlah
pesanan berada dalam satu range antara suatu jumlah tertentu (misalkan 𝑈0 sampai titik tertentu
yang lain (misalkan 𝑈1), maka harga per unitnya sebesar 𝑃0. Akan tetapi, jika jumlah pesanan
mulai dari 𝑈1 sampai dengan 𝑈2, maka harganya menjadi 𝑃1, di mana sudah pasti 𝑃0 > 𝑃1.
Demikian seterusnya sampai jumlah 𝑈𝑗+1. Penjelasan potongan tersebut di atas dapat di
gambarkan sebagai berikut (Agus Ristono, 2009):
𝑃𝑖 =
𝑃0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑈0 ≤ 𝑄 ≤ 𝑈1
𝑃1 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑈1 ≤ 𝑄 ≤ 𝑈2
.
.
.𝑃𝑗 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑈𝑗 ≤ 𝑄 ≤ 𝑈𝑗+1
Di mana:
𝑈1 < 𝑈2 < ⋯ < 𝑈𝑗 : Urutan bilangan bulat di mana price break terjadi.
𝑈0 = kuantitas minimum yang dapat dibeli (pada umumnya satu)
𝑈𝑗 = kuantitas yang maksimum (pada umumnya tak terbatas)
𝑃𝑖 = harga untuk ukuran lot (kelompok) tertentu yang ada di dalam interval 𝑈𝑗 ke 𝑈𝑗+1 dengan
𝑃0 > 𝑃1 > ⋯ > 𝑃𝑗 .
Universitas Sumatera Utara
Langkah-langkah berikut ini menunjukkan bagaimana cara memperoleh jumlah
pemesanan dengan biaya minimum apabila terdapat satu atau lebih unit diskon (Zulian Yamit,
2005).
1. Dimulai dengan unit biaya terendah, hitung EOQ setiap unit biaya sehingga diperoleh
EOQ yang benar atau tepat.
2. Hitung total biaya untuk EOQ yang benar, jika total biayanya lebih rendah, maka unit
pembelian dengan harga diskon dapat diterima atau lebih menguntungkan.
3. Pilih jumlah pembelian yang memiliki total biaya yang paling rendah dalam langkah 2 di
atas.
All unit discount adalah potongan harga yang memiliki struktur seperti pada tabel 2.1 di
bawah ini.
Tabel 2.1. Contoh struktur all units discount
Kisaran jumlah
pesanan
Harga per unit Total harga pada pesanan n unit
pada kisaran yang sesuai
1 – (a-1)
a – (b-1)
b
x
y
z
nx
ny
nz
Potongan harga all units discount adalah potongan harga yang dipakai pada permasalahan dalam
tulisan ini. Selanjutnya akan disebut sebagai potongan harga saja.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Incremental Discount
Incremental discount atau potongan harga bertahap dimaksudkan untuk mendorong pembeli
untuk meningkatkan jumlah pembeliannya. Dalam situasi ini penjual menawarkan beberapa harga
dengan interval tertentu. Dalam model potongan harga bertahap ini semua unit harganya tidaklah
sama karena ada penjadwalan potongan harga yang menyebabkan biaya pembelian unit tidak
konstan. Struktur potongan harga bertahap (incremental discount) dapat ditunjukan pada tabel 2.2
di bawah ini.
Tabel 2.2 Contoh struktur incremental quantity discount
Kisaran jumlah
pesanan
Harga per unit Total harga pada pesanan n unit pada
kisaran yang sesuai
1 – (a-1)
a – (b-1)
b
x
x untuk (a-1) unit, y
untuk sisanya
x untuk (a-1) unit, y
untuk (b-a) unit, z
untuk sisanya
nx
(a-1) x + (n-a+1) y
(a-1) x + (b-a) y + (n-b+1) z
Secara matematik bentuk potongan harga per unit diperlihatkan sebagai berikut (Agus
Ristono, 2009):
𝑃𝑖 =
𝑃0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑈0 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑈1 − 1𝑃1 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑈1 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑈2 − 1
.
.
.𝑃𝑗 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑈𝑗 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑈𝑗+1
Universitas Sumatera Utara
Di mana:
1. 𝑈1 < 𝑈2 < ⋯ < 𝑈𝑗 : urutan bilangan bulat jumlah dimana price break terjadi.
2. 𝑃0 > 𝑃1 > ⋯ > 𝑃𝑗 .
3. Dengan bentuk potongan tersebut, biaya pembelian unit tidak konstan untuk semua
kuantitas Q yang berada pada interval 𝑈𝑗 < Q < 𝑈𝑗+1
Prosedur untuk menentukan pemesanan optimum atau jumlah optimal ukuran lot dengan
incremental discount adalah sebagai berikut:
1. Kalkulasi EOQ untuk pembelian unit masing-masing harga.
2. Tentukan EOQ yang sah.
3. Kalkulasikan total biaya untuk masing-masing EOQ yang sah.
4. Pilih EOQ dengan total biaya yang paling rendah.
2.4 Proses Pengadaan Persediaan
Replenishment atau pengadaan ulang ialah upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan
pemesanan ke penyalur yang bertujuan untuk menyimpan persediaan. Dalam sebuah proses
pengadaan dengan biaya produksi cekung, untuk meningkatkan penjualan, banyak penyalur
menawarkan diskon bagi pelanggannya, yang dikenal dengan quantity discount. Pihak
perusahaan harus memutuskan kapan dan berapa banyak pemesanan yang harus dilakukan.
Dengan adanya diskon, perusahaan mungkin tergoda untuk memesan jumlah produk yang
mendapat diskon terbesar karena biaya produksinya menurun, tetapi biaya penyimpanan akan
meningkat akibat pesanan yang lebih besar. Pada kasus lain perusahaan dapat mengurangi biaya
dengan mengurangi tingkat persediaan, sebaliknya konsumen akan merasa tidak puas bila suatu
produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi
persediaan dan tingkat layanan konsumen. Perusahaan sebaiknya tidak melakukan tindakan
pembelian item dalam jumlah banyak.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan harus melakukan pengadaan, antara lain:
1. Mengatasi adanya permintaan dari customer yang tidak terduga.
2. Menghadapi adanya kenaikan harga barang persediaan itu sendiri.
3. Memanfaatkan adanya quantity discounts untuk pembelian dalam jumlah tertentu (misal:
perusahaan akan mendapatkan potongan harga 10 % jika pembelian 100 unit, dan akan
bertambah terhadap kelipatan pembeliannya).
2.5 Pengadaan Persediaan Multi Item Gabungan
Joint replenishment atau pengadaan gabungan dapat terjadi apabila sebuah perusahaan membeli
sejumlah barang dari pemasok atau memproduksi sendiri barang tersebut. Sekelompok barang
yang berjenis sama mungkin memerlukan perlengkapan yang sama dan perlakuan yang khusus
untuk setiap itemnya. Maka, dalam beberapa hal akan terjadi kemungkinan jika beberapa jenis
barang tertentu memiliki biaya tetap yang sama sekaligus perlengkapan dan pengadaan yang
sama juga. Misalnya, jika sebuah barang dikemas setelah diproduksi menjadi lebih dari satu
ukuran, penghematan dapat diperkirakan jika barang-barang ini diproduksi bersamaan dan
dikemas masing-masing. Dengan menggabungkan jumlah pemesanan dari beberapa barang,
sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya transportasi, mendapat potongan harga dari
pembelian barang, atau keduanya.
Umumnya, biaya tetap gabungan dari pembelian beberapa barang dari sebuah perusahaan
bergantung pada jumlah barang yang dibeli sesuai pesanan. Dengan mengelompokkan barang
sesuai jenisnya biaya yang mungkin akan dihabiskan untuk beberapa pemesanan yang tidak
penting dapat dihemat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memutuskan berapa banyak barang
yang harus diproduksi (dibeli) selama masa penyusunan (pemesanan). Baik dalam situasi
Universitas Sumatera Utara
pembelian ataupun produksi barang, variabel keputusan yang harus dibuat adalah sama, yaitu
(Narasimhan dkk., 1985):
1. Nilai atau kuantitas barang tiap item yang diproduksi atau sedang dipesan setiap siklus.
2. Total biaya atau kuantitas barang semua unit yang diproduksi ataupun yang sedang
dipesan setiap siklusnya.
3. Frekuensi terhadap barang yang dipesan ataupun yang diproduksi.
Asumsi yang digunakan sama dengan model EOQ yaitu diasumsikan permintaan, lead
time (waktu tenggang), biaya, dan persentase persediaan untuk semua jenis barang yang diberikan
adalah tetap dan dapat ditentukan. Pertama, tentukan model pengadaan gabungan semua jenis
barang yang dipesan dalam satu siklus pemesanan. Selanjutnya, kembangkan solusi dengan
mengembangkan model pengadaan persediaan setiap jenis barang ke dalam kelompok. Dalam
hal ini, setiap item dapat atau tidak dapat dipesan. Setelah itu, tunjukkan model kuantitas
produksi gabungan untuk menentukan jumlah dari masing-masing item di dalam kelompok
barang yang diproduksi. Notasi-notasi yang digunakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
TIC = biaya total pengadaan persediaan selama satu periode,
F = frekuensi pemesanan per periode,
C = biaya pesan tetap setiap kali pesan,
ci = biaya pesan untuk pemesanan item i,
Hi = biaya penyimpanan item i per unit per periode,
Qi = jumlah unit item i setiap kali pesan,
Pi = harga item i per unit, dan
Di = kebutuhan unit item i per periode.
Dk = kebutuhan unit item k per periode,
Qk = jumlah unit item k setiap kali pesan.
Universitas Sumatera Utara