bab 2 kelas xi
TRANSCRIPT
BUDAYA DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANI
1. Pengertian dan prinsip budaya demokrasi
Demokrasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya rakyat
dan kratos atau kratein yang dapat diartikan sebagai pemerintahan berada
di tangan rakyat. Secara harfiah, demokrasi berarti pemerintahan dari, oleh,
dan untuk rakyat. Menurut kamus, demokrasi adalah pemerintahan oleh
rakyat dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan
langsung oleh wakil-wakilnya yang dipilih melalui pemilihan umum yang
bebas. Demokrasi dapat disebut juga sebagai pelembagaan dari suatu
kebebasan (institutionalization of freedom).
Berbicara tentang pengertian demokrasi, ada beberapa pendapat yang
dapat kita jadikan acuan agar kita mudah memahaminya. Pendapat-
pendapat tersebut antara lainnya dikemukakan oleh para tokoh seperti
berikut.
A. Kranenburg berpendapat bahwa demokrasi terbentuk dari dua
pokok kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu Demos (rakyat)
dan Kratein (memerinyah) yang maknanya adalah “ cara
memerintah oleh rakyat”.
B. Prof. Mr. Koentjoro Poerbobranoto. Berpendapat demokrasi adalah
suatu Negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat.
Maksudnya, suatu system dimana suatu Negara diikutsertakan
dalampemerintahan Negara.
C. Abraham Lincoln. Berpendapat bahwa demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(Democracy is government oh the people, by the people, and for
the people).
Berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh diatas, maka dapat diambil satu
kesimpulan tentang pengertian demokrasi seperti berikut. Demokrasi adalah
suatu paham yang menegaskan bahwa pemerintahan suatu Negara di
pegang oleh rakyat, karena pemerintahan tersebut pada hakikatnya berasal
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. System pemerintahan demokrasi
adalah demokrasi langsung.Pelaksana demokrasi itu disebut demokrasi
langsung (direct democracy).
Dalam masa sekarang ini, di mana penduduk Negara berjumlah ratusan ribu
bahkan jutaan orang. Demokrasi langsung tidak mungkin dilaksanakan,
sehingga dibutuhkan lembaga perwakilan rakyat. Anggota-anggotanya
dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum yang rahasia, bebas, jujur, dan
adil. Oleh karena itu, demokrasi seperti ini disebut demokrasi perwakilan
(representative democracy).
Inti pemerintahan demokrasi kekuasaan memerintah yang dimiliki oleh
rakyat. Kemudian diwujudkan dalm ikut seta menentukan arah
perkembangan dan cara mencapai tujuan serta gerak poloitik Negara. Keikut
sertaannya tersebut tentu saja dalam batas-batas ditentukan
dalamperaturan perundang-undangan atau hokum yang berlaku. Salah satu
hak dalam hubungannya dengan Negara adalah hak politik rakyat dalam
partisipasi aktif untuk dengan bebas berorganisasi, berkumpul, dan
menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan. Kebebasan tersebut dapat
berbentuk dukungan ataupun tuntutan terhadap kebijakan yang diambil atau
diputuskan oleh pejabat negara.
Demokrasi pada masa kini antara lain menyangkut hak memilih dan hak
untuk dipilih, menyangkut pula adanya pengakuan terhadap kesetraan
diantara warga negara, kebebasan warga negara untuk melakukan
partisipasi politik, kebebasan untuk memperoleh berbagai sumber informasi
dan komunikasi, serta kebebasan utuk menyuarakan ekspresi baik memlalui
organisasi, potensi, seni, serta kebudayaan, dan efektif dan lestari tanpa
adanya budaya yang memawarnai pengorganisasian bebagai elemen politik
seperti partai politik, lembaga-lembaga pemerintahan maupun organisasi
kemasyarakatan. Demokrasi memerlukan partisipasi rakyat dan deokrasi
yang kuat bersumber pada kehendak rakyat serta bertujuan untuk mencapai
kemasalahatan bersama, itukah pengertian demokrasi.
1. 2. Unsur-unsur Demokrasi
Unsur-unsur demokrasi meliputi:
a. Adanya partisipasi masyarakat secara aktifd dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
b. Adanya pengakuan akan supremasi hokum ( daulat Hukum)
c. Adanya pengakuan akan kesamaan di anatar warga Negara
d. Adanya kebebasan, di anataranya; kebebasan berekpresi dan
berbicara/berpendapat berkebebasab untuk berkumpul dan berorganisasi,
berkebebasan beragama, berkeyakinan, kebebasan untuk mengguagat
pemerintah, kebebasan untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum,
kebebasan untuk mengurus nasib sendiri.
e. Adanya pengakuan akan supremasi sipil atas militer
1. 3. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Istilah demokrasi mengacu kepada dua hal, yaitu: pertama, seperangkat
ketentuan normatif yang harus dipenuhi agar terbentuk sebuah sistem
politik tertentu; dan kedua, sebuah bentuk pemerintahan yang memenuhi
ketentuan-ketentuan normatif. Kedua dimensi demokrasi ini menunjukkan
bahwa lembaga-lembaga politik demokratis yang dikembangkan di barat
selama beberapa abad terakhir ini berdasarkan ide para filosof yang
membentuk bangunan teoretis dari sebuah sistem politik demokratis.
Kedudukan warga negara dalam UUD 1945 adalah sama tidak ada
perkecualiaan, persamaan hak meliputi, hak politik, ekonomi, sosial,budaya,
pendidikan dan hukum.
Ada sepuluh pilar demokrasi konstitutional, yakni demokrasi yang
berketuhanan, demokrasi dengan kecerdasan, demokrasi yang
berkedaulatan rakyat, demokrasi denganrule of law, demokrasi dengan
pembagian kekuasaan negara, demokrasi dengan hak asasi, demokrasi
dengan peradilan yang merdeka, demokrasi dengan otonomi daerah,
demokrasi dengan kemakmuran, dan demokrasi yang berkeadilan sosial.
(Sanusi, 1984) Demokrasi berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM
dengan konsep city state melalui pemilihan umum langsung yang diikuti
sekitar 300.000 penduduk. Sammuel P. Huntington menggambarkan
perjalanan demokrasi sebagai berikut.
Gelombang kesatu mulai abad ke-19 dengan meluasnya hak pilih pada
1890-an (oleh 29 negara). Arus baliknya pada 1922 saat
berkuasanya Musolini sebagai presiden Italia sehingga pada 1942
negara demokrasi menjadi 12 negara.
Gelombang kedua saat kemenangan sekutu pada Perang Dunia II dan
memuncak pada 1962 menjadi 36 negara demokrasi. Arus baliknya
tahun 1970 menjadi 30 negara demokrasi.
Gelombang ketiga tahun 1974 bertambah 30 negara demokrasi baru,
terhitung revolusi politik yang berlangsung di Uni Soviet dan bagian
Afrika. Huntington mennjelaskan bahwa gelombang ketiga ini diikuti
oleh gelombang keempat pada abad 21.
Prinsip utama demokrasi adalah persamaan dan kebebasan. Prinsip utama
demokrasi menurut Alamudi, yaitu:
kedaulatan rakyat;
pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
kekuasaan mayoritas;
hak-hak minoritas;
jaminan hak asasi manusia;
pemilihan yang bebas dan jujur;
persamaan di depan hukum;
proses hukum yang wajar;
pembatasan pemerintah secara konstitusional;
pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; serta nilai-nilai toleransi,
pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Prinsip-prinsip demokrasi sebenarnya tumbuh berkembang dalam
masyarakat tak terkecuali di kalangan petani salak. Saling menghormati dan
menghargai sesama petani untuk menyesuiakan harga jual salak merupakan
salah satu prinsip demokrasi yang berkembang. Perlakuan dan kesempatan
yang sama dalam mendapat, memproses serta menjual salak merupakan
jaminan tersendiri dalam pembangunan prinsip-prinsip demokrasi di
kalangan petani salak. Seyogyanya perkembangan prinsip-prinsip demokrasi
di kalangan petani salak dapat membawa kesejahteraan kepada petani
salak.
1. 4. Budaya Demokrasi
Indicator berkembangnya budaya demokrasi adalah sebagai berikut:
Pertisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara. Dalam budaya
demokrasi, setiap warga berhak ikut menentukan kebijakan public seperti
penentuan anggaran, peraturan-perauran dan kebijakan-kebijakan public.
Namuk oleh karena secara praktis tidak mungkin melibatkan seluruh warga
suatu Negara terlibat dalam pengambilan keputusan (sebagaimana halnya
pada zaman Ynani Kuno), maka digunakan prosedur pemilihan wakil. Para
warga Negara memilih wakil-wakil mereka di pemerintahan.
Para wakil inilah yang diserahi mandar untuk mengelolah masa depan
bersama warga Negara melalui berbagai kebijaka dan peraturan perundang-
undangan. Pemerintah demokrasi diberi kewenangan membuat kepuusan
melalui mandar yang diperoleh lewat pemilihan umum.
Pemilu yang teratus (regular) memungkinkan partai-partai turut bersaing
dan mengumumkan kebijakan-kebijakan alternative mereka agar didukung
masyarakat. Selanjutnya warga Negara, melalui hak memilihnya yang
priodik, dapat terus menjaga agar pemerintahanya bertanggung jawab
kepada masyarakat. Dan jika pertanggungjawaban itu tidak diberikan, maka
warga Negara dapat mengganti pemerintahan melalui mekanisme
demokrasi yang tersedia. Hal itu sesuai dengan definisi demokrasi sebagai
mana dikemukakan oleh Abraham Lincoln. Ia mengatakan, demokrasi
adalah “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”.
Pertanyaan berikutnya dalah : pemilu yang bagaimana? Ketika partai-partai
komunis berkuasa dieropa timur (1947-1949), pemilihan umum dilaksanakan
secara berkala. Para pemilih dijinkan untuk mengambil bagian dalam
pemungutan suara rahasia yang untuk memilih anggota majlis local dan
nasional. Di beberapa negarra, para calon majlis bahkan mewakili bebagai
macam partai politik. Apakah Negara-negara ini, yangmenyebut dirinya “
demokrasi rakyat”, benar-benar demokrasi? Jawabannya adalah tidak.
Negara-negara komunis initelah menyebut sebuah system demokrasi,
namun menolak untuk mengakui unsur-unsur lain yang diperlukan agar
system itu berjalan secara demokrasi, di antaranya adanya pemilihan umum
yang bebas. Pertama-pertama pemilu harus jujur. Pemilihan harus
menawarkan kepada para pemilih yang nyata di antarapartai-partai yang
menawarkan program-program yang berbeda. Pemilihan harus diawasi oleh
petugas yang resmi dan tidak memiliki kepentingan pribadi, yang dapat
dipercaya untuk menjamin bahwa tidak seorang pun memebrika suara lebih
dari satu kali dan bahwa suara-suara di hitung secara jujur dan akurat ini
jarang terjadi di Negara-negara komunis Eropa timurtempo dulu, dan tidak
selalu otomatis diperaktekkan bahkan di Negara-negara barat yang lebih
maju.
Akan tetapi, partisipasi rakyat tidak hanya berupa partisipasi dalam
mekanisme lima tahunan (pemilu) itu saja. Partisipasi tidak indetik dengan
memilih dan dipilih dan dipilih pemilu. Khusus bai rakyat yang dipilih, mereka
berhak dan bertanggungjawab menyuarakan aspirasi atau keritik kapan saja
terhadap para wakil dan pemerintahan lazim disebut gerakan
ekstraparloementer. Hal ini mengingatkan kenyatan bahwa baik pemerintah
maupun wakil rakyat yang mereka pilih bias saja membuat kebijakan yang
bertentangan dengan aspirasi mereka. Dalam hal kebijakan yang tidak
memihak aspirasi rakyat, misalkanan para wakir sering diam saja. Atau
malah kongkalikong dengan pemerintaha. Untuk itu, masyarakat tetap harus
tetap mengawasi mereka dan tidak hanya tunggu saat pemilu. Inilah yang
juga disebut demokrasi parstipatoris.
Kebebasan. Unsure kedua dan bahkan lebih mendasar
adalah kebebasan yaitu kebebasan berekpresi, berkumpul, berserikat, dan
media (Koran, radio, TV) kebebasan memungkinkan demokrasi berfungsi.
Kebebasan memberikan boksigen agar demokrasi bias bernafas kebebasan
berekpresi dan memungkinkan segala masalah bias diperdebatkan,
memungkikan pemerintahdikritik, dan memungkikan adanya pilihan-pilihan
lain. Kebebasan berkumpul memungkinkan rakyat berkumpul untuk
melakukan diskusi. Kebebasan berserikat memungkinkan orang-orang untuk
bergabung dalam suatu partai atau kelompok penekan untuk mewujudkan
pandangan atau cita-cita politik mereka. Ketiga kebebasanini memungkinkan
rakyat mengambil bagian dalam proses demokrasi.
Media yang bebas ( artinya, media tidak dikembalikan oleh penguasa)
membantu rakyat mendapatkan informasi yang diperlukan untuk membuat
pilihan mereka sendiri. Tanpa media yang bebas dan tanpa kebebasan
berekpresi yang lebih luas (melalui percakapan, buku-buku, filem-filem, dan
bahakan poster-poster dinding), sering kali sulit bagi rakyat untuk
mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi, dan bahkan lebih sulit
lagi untuk membuat keputusan yang berbobot mengenai apa yanag harus
mereka pilih demi mencapai suatu mesyarakat yang mereka inginkan.
Supremasi hukum (daulat hukum). Unsur penting lainnya, yang
seringkali dianggap sudah semestinya ada di Negara-negara yang tradisi
demokrasinya sudah lama, adalahsupremasi hukum (rule of law).tidak ada
gunanya pemerintah membiarkan semua kebebasan yang disebut di atas
bertumbuh apabila pemerintah menginjak-injaknya. Pengalaman banyak
Negara menunjukan banyak pengerintik dijebloskan kedalam penjara,
banyak demonstran yang menentang kebijakan pemerintah dibubarkan
dengan cara kekerasan, dan bahkan banyak di antara mereka ditembak mati
secara diam-diam oleh agen-agen Negara.
Pengakuan akan kesamaan warga Negara. Dalam demokrasi, semua
warga Negara diandaiakan memiliki hak-hak politik yang sama; jumlah suara
yang sama, hak pilih yang sama, akses atau kesempatan yang sama untuk
medapatkan ilmu pengetahuan. Tidak seorang pun mempunyai mempunyai
pengaruh lebih besar dari orang lain dalam proses pembuatan kebijakan.
Kesamaan disini juga termasuk kesamaan di depan hokum; dari rakyat jelata
sampai pejabat tinggi, semuanya sama dihadapan hukum. Berikut
penjelasannya:
Di bidang ekonomi : setiap individu memiliki hak yang sama untuk
melakukan usaha ekonomi ( berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa,
dan sebagainya) untuk memenuhi dan meningkatkan taraf hidup.
Dibidang budaya budaya : setiap individu mempunyai kesaman dalam
mengembangkan seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukis, seni
musik, seni pahar, seni bangunan (arsitektur), dan sebagainya.
Dalam bidang politik : setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni
setiap individu berhak secara bebas memiliki, menjadi anggota salah satu
partai politikbaru sesuai perundang-undangan yang berlaku. Juga memiliki
hak dalam pengambilan keputusan baik dalam lingkup keluarga atau
masyarakat melalui mekanisme yang disepakati dengan dengan tidak
membedakan setatus, kedudukan, jenis kelamin, agama, dan sebagainya.
Dalam bidang hokum : setiap individu memiliki kedudukan yang sama, yakni
berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan
pengadilan.
Di bidang pertahanan dan keamanan : setiap individu mempunya hak dan
kewajiban yang sama dalam pembelaan Negara
Pengakuan akan supremasi sipil atau militer. Budaya demokrasi juga
mensyaratkan supremasi sipil atau militer (sipil mengatur militer).
Indikator yang telah dijelaskan di atas dapat mengungkapkan bagaimana
budaya demokrasi yang berkembang di masyarakat petani salak. Jaminan
hak asasi manusia serta partisipasi rakyat dalam mengolah, memproses dan
menjual salak merupakan implementasi bagaimana budaya demokrasi
berkembang di masyarakat petani salak.
1. Definisi Masyarakat Madani
Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil
society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan
istilah societies civilis yang identik dengan negara. Dalam perkembangannya
istilah civil society dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang
terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan
dengan negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang
dipatuhi masyarakat.
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan dari civil society yang
pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya
pada acara Festifal Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang
diajukannya hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah
kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju.
Masyarakat madani (civil society) sering disebut masyarakat warga,
masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, beradab, atau masyarakat
berbudaya. Istilah civil societyberasal dari bahasa latin, yaitu civitas
dei artinya kota Ilahi. Asal kata civil adalahcivilization yang artinya
peradaban. Civil society secara sederhana dapat diartikan sebagai
masyarakat beradab. Masyarakat madani didefinisikan sebagai wilayah-
wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain
kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self generating), dan
keswadayaan (self supporting). Kemandirian tinggi terjadi jika berhadapan
dengan negara dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum
yang diikuti oleh warganya.
Menurut Anwar Ibrahim masyarakat madani adalah sistem sosial yang
subur berasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat.
Masyarakat madani secara etimologis memiliki dua arti. Pertama,
masyarakat kota karena madani adalah turunan dari kata dalam bahasa
Arab, madinah yang berarti kota.Kedua, masyarakat peradaban yang dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai civility ataucivilization. Istilah masyarakat
madani yang merupakan terjemahan dari civil society,apabila ditelusuri
berasal dari proses sejarah masyarakat barat. Akar perkembangannya dapat
dirunut mulai Cicero. Cicero adalah seseorang yang mulai menggunakan
istilahsocietes civilis dalam filsafat politiknya.
Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang
pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius.
Dalam kaitannya pembentukan masyarakat madani di Indonesia, maka
warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara
yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis
argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai
dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi
secara sadar dan bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-
adil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif, berani tampil dan
kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan mampu menjadi saksi,
memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau silih asah-asih-asuh
antara sejawat, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-cita
Indonesia di masa mendatang dan sebagainya.
1. Ciri-ciri masyarakat madani
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat
memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak
melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada
publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip
demokrasi sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk
menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat
berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta
kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan
menerima perlakuan demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat
terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi :
(1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
(2) Pers yang bebas
(3) Supremasi hokum
(4) Perguruan Tinggi
(5) Partai politik
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat,
sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas
yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat
yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan
sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha
Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian
yang proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab
individu terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar
bersih dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak
lain, sehingga masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian
berpolitik yang bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan
terciptanya keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya
setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama
tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat
madani di Indonesia diantaranya :
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum
merata
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja
yang terbatas
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
2. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi
Adapun Nurcholis Madjid memberikan beberapa karekteristik bagi
masyarakat berperadaban, masyarakat madani, atau civil society sebagai
berikut.
Adanya semangat egalitarianisme.
Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan keturunan,
kesukuan, atau ras.
Keterbukaan
Partisipasi seluruh anggota masyarakat.
Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan, bukan berdasarkan
keturunan.
Sedangkan Muhammad A.S. Hikam menyebutkan bahwa masyarakat
madani memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Kesukarelaan (voluntary)
Keswasembadaan (self generating)
Keswadayaan (self supporting)
Kemandirian tinggi berhadapan dengan negara
Keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti
oleh warganya.
Civil society adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku,
tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan
material, dan tidak terserap di dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik
resmi yang di dalamnya tersirat pentingnya suatu ruang publik yang bebas
(the free public). Sebagai tempat di mana transaksi komunikasi yang bebas
bisa dilakukan oleh warga masyarakat.
Menurut Hidayat Syarief apabila diaktualisasikan dalam masyarakat
Indonesia yang berbhinneka tunggal ika, masyarakat madani mempunyai
karakteristik sebagai berikut.
Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pancasilais, dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan.
Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan
pendapat.
Masyarakat yang menghargai Hak Azasi Manusia (HAM)
Masyarakat yang tertib dan sadar hukum dan direfleksikan dari adanya
budaya malu apabila melanggar hukum.
Masyarakat yang memiki kepercayaan diri dan kemandirian.
Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif dan penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan
semangat kemanusiaan universal (pluralis).
Dari beberapa ciri yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut, nampak
bahwa bangunan masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal. Artinya
sebuah masyarakat yang memiliki keberdayaan secara intelektual, sosial
dan spiritual, serta mempunyai kemampuan dan kemauan untuk maju dan
mandiri tanpa intervensi dari negara dengan senantiasa memegang teguh
hukum (aturan). Apakah cirri-ciri ini pun muncul dalam masyarakat petani
salak di Cineam. Tentu saja ciri-ciri masyarakat madani ini telah muncul di
kalangan petani salak. Secara intelektual social dan spiritual mereka mampu
hidup untuk saling menghormati dan menghargai. Kehidupan tradisional
serta kuatnya nilai-nilai agama khususnya Islam dalam menjalankan
kehidupan menjadi pijakan dalam membangun masyarakat madani di petani
salak atau masyarakat Cineam.
1. Pemberdayaan Masyarakat Madani
Secara esensi dibutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara
komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik
serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Untuk itu,
maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan
strategi pemberdayaan untuk mencapai hasil secara optimal. Dalam hal
ini Dawam Rahardjo mengemukakan tiga strategi yang salah satunya
dapat digunakan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat madani
Indonesia.
Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik
Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin
berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa
dan bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini, pelaksanaan demokrasi
liberal hanya akan menimbulkan konflik sehingga menjadi sumber
instabilitas politik. Saat ini yang diperlukan adalah stabilitas politik sebagai
landasan pembangunan, karena pembangunan membutuhkan resiko politik
yang minim. Dengan demikian, persatuan dan kesatuan bangsa lebih
diutamakan daripada demokrasi.
Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik
demokrasi.
Strategi ini berpandangan bahwa pembangunan demokrasi tidak perlu
menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan
secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensinya
adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini
diciptakan, akan dengan sendirinya timbul civil society yang mampu
mengontrol terhadap negara.
Strategi yang memilih pembangunan masyarakat madani
sebagai basis yang kuat ke arah demokratisasi.
Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dan strategi
pertama dan kedua. Dengan begitu, strategi ini lebih mengutamakan
pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang
makin luas.
Ketiga model strategi pemberdayaan civil society (masyarakat madani)
tersebut dipertegas oleh Hikam bahwa pada era transisi lebih
mementingkan prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target yang
paling strategis serta penciptaan pendekatan yang tepat di dalam proses
tersebut. Untuk keperluan itu, keterlibatan kaum cendekiawan, LSM, ormas
sosial dan keagamaan, serta mahasiswa adalah mutlak adanya karena
mereka mempunyai kemampuan dan sekaligus tokoh utama pemberdayaan
tersebut.
Sedangkan menurut Ryas Rasyid, sebuah masyarakat madani (civil
society) haruslah mandiri, tidak begitu terntung pada peran pemerintah atau
negara. Barangkali, diantara organisasi sosial dan politik yang patut dicatat
dan meiliki kemandirian cukup tinggi adalah organisasi yang termasuk dalam
kelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) atauNon-Governmental
Organization (NGO) yang di Indoneisa jumlahnya mencapai ratusan.
Perubahan paradigma yang berorientasi kepada perwujudan masyarakat
madani perlu dilakukan sebagai koreksi terhadap kekeliruan yang secara
umum berpangkal pada kurangnya konsistensi dalam memelihara dan
menegakkan prinsip serta semangat yang telah disepakati bersama. Dengan
demikian, dapat melahirkan ketidakseimbangan antara posisi serta peran
pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan negara juga
pembangunan. Ketidakseimbangan posisi serta peran pemerintah dan
masyarakat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini.
Sistem politik, budaya, dan perilaku politik yang tenggelam dalam
kehidupan demokrasi semu.
Ditandai dengan matinya oposisi
Sikap tabu terhadap perbedaan pendapat
Tidak terdapat kontrol sosial
Pelaksanaan fungsi legislatif yang tidak bermakna
Penegakan hukum yang lemah
Adapun nilai-nilai dasar yang menandai masyarakat madani pada petani
salak Cineam, di antaranya sebagai berikut.
1) Ketuhanan
2) kemerdekaan
3) hak azasi dan martabat manusia
4) kebangsaan
5) demokrasi
6) kemajemukan
7) kebersamaan
8) persatuan dan kesatuan
9) kesejahteraan bersama
10) keadilan dan supremasi hukum
11) keterbukaan
12) partisipasi
13) kemitraan
14) rasional
15) etis
16) perbedaan
17) pendapat dan pertanggungjawaban
18) (akuntabilitas).
Nilai-nilai masyarakat madani tersebut harus melekat pada setiap individu
dan institusi yang memiliki komitmen untuk mewujudkannya di wilayah
Cineam dan Indonesia. Adapun fungsi dari nilai-nilai tersebut di antaranya
sebagai berikut.
Menjadi pedoman perilaku alam bersikap, berpikir dan bertindak, baik
secara individual maupun institusional
Menjadi dasar acuan penyusunan kebijakan dalam membangun Indonesia
Baru sebagai landasan perjuangan panjang untuk mewujudkan masyarakat
madani.