bab 2 kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-1-00248-mn...

27
10 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Entrepreneur Entrepreneur leadership merupakan bagian dari entrepreneur. Dalam sub bab ini akan membahas tentang pengertian entrepreneur, karakteristik entrepreneur, Tipe-tipe entrepreneur, Keuntungan dan Kelemahan Entrepreneur. 2.1.1.1 Pengertian Entrepreneur Menurut Thornberry (2006: 3), Entrepreneur adalah seorang dimana ia mempunyai ide yang inovatif, dapat melihat peluang yang ada di dalam pasar dan dapat membuat mimpi-mimpi mereka menjadi sebuah realitas yang gemilang. Menurut Winardi (2008: 305) Entrepreneur merupakan seorang individu yang menerima resiko, dan yang melaksanakan tindakan-tindakan untuk mengejar peluang-peluang dalam situasi dimana pihak lain dapat melihatnya atau merasakannya, bahkan ada kemungkinan bahwa pihak lain tersebut sebagai problem atau bahkan ancaman. Menurut Kasmir (2007: 18), Entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko berarti bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. 10

Upload: nguyendat

Post on 08-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Entrepreneur

Entrepreneur leadership merupakan bagian dari entrepreneur. Dalam sub bab ini

akan membahas tentang pengertian entrepreneur, karakteristik entrepreneur, Tipe-tipe

entrepreneur, Keuntungan dan Kelemahan Entrepreneur.

2.1.1.1 Pengertian Entrepreneur

Menurut Thornberry (2006: 3), Entrepreneur adalah seorang dimana ia

mempunyai ide yang inovatif, dapat melihat peluang yang ada di dalam pasar dan

dapat membuat mimpi-mimpi mereka menjadi sebuah realitas yang gemilang.

Menurut Winardi (2008: 305) Entrepreneur merupakan seorang individu

yang menerima resiko, dan yang melaksanakan tindakan-tindakan untuk mengejar

peluang-peluang dalam situasi dimana pihak lain dapat melihatnya atau

merasakannya, bahkan ada kemungkinan bahwa pihak lain tersebut sebagai

problem atau bahkan ancaman.

Menurut Kasmir (2007: 18), Entrepreneur adalah orang yang berjiwa

berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.

Berjiwa berani mengambil resiko berarti bermental mandiri dan berani memulai

usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.

10

11

Entrepreneur adalah orang atau individu yang melakukan proses

penciptaan bisnis baru dengan menghadapi resiko-resiko dan ketidakpastian yang

bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan bisnisnya melalui

identifikasi peluang yang signifikan dan pengalokasian sumber daya yang

diperlukan (Zimmerer, Scarborough, dan Wilson, 2005).

Menurut Hisrich, Peter dan Shepherd (2008: 9), Entepreneur adalah

seorang yang mengabungkan sumber daya, tenaga kerja, bahan baku, serta asset

lain untuk menghasilkan nilai yang lebih besar dari sebelumnya, juga seorang

yang memperkenalkan perubahan, inovasi dan tatanan baru.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa entrepreneur

adalah seorang yang memiliki ide inovatif, dapat melihat peluang, berani

mengambil resiko dalam ketidakpastian dengan cara mengabungkan sumber daya

yang dimiliki untuk menghasilkan nilai yang lebih besar dari sebelumnya.

2.1.1.2 Karakteristik Entrepreneur

John Hornaday merupakan salah seorang pertama yang memanfaatkan

survei-survei dan wawancara-wawancara intensif guna mengembangkan suatu

daftar mengenai karakteristik entrepreneur. Berikut karakteristik entrepreneur

menurut Hornaday (1982: 28) dalam Winardi (2008: 27-28):

Tabel 2.1 - Karakteristik entrepreneur menurut Hornaday

Kepercayaan pada diri sendiri (self

confidence)

Memiliki keuletan dan kebulatan

tekad untuk mencapai sasaran-sasaran

(preseverance, determination)

12

Penuh Energi, dan bekerja dengan

cermat (deligence)

Memiliki inisiatif

Kemampuan menerima risiko yang

diperhitungkan

Memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri (independent)

Memiliki Kreativitas Memiliki pandangan tentang masa

yang akan datang (foresight)

Memiliki Fleksibilitas Berorientasi pada laba

Memiliki reaksi positif terhadap

tantangan-tantangan yang dihadapi

Memiliki sikap perspektif

(perceptiveness)

Memiliki jiwa dinamis dan

kepemimpinan

Memiliki jiwa optimisme

Memiliki kemampuan untuk bergaul

dengan orang-orang

Memiliki keluwesan (versality)

Memiliki kepekaan untuk menerima

saran-saran

Memiliki pengetahuan dan

pemahaman tentang produk dan

teknologi

Memiliki kepekaan terhadap kritik-

kritik yang dilontarkan terhadapnya

Memiliki banyak akal

(resourcefulness)

Memiliki Pengetahuan (memahami)

pasar

Mememiliki rangsangan/ kebutuhan

akan prestasi

Sedangkan menurut William D. Bygrave (2010: 53), dalam tulisannya

“The Entrepreneurial Process” dalam istilah yang sederhana mencoba

13

memaparkan 10 karakteristik entrepreneur yang sukses. Ia menyebutkan dalam

istilah “The 10Ds – The Most Impotant Characterictics of a successful

entrepreneur” dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Dream (Impian, visi)

Entrepreneur adalah orang yang memiliki impian atau visi tentang diri dan

usaha mereka di masa depan. Mereka tahu apa yang diinginkan. Mereka tahu

apa yang akan dicapai. Terlebih lagi mereka mempunyai kemampuan untuk

mewujudkan impian tersebut

2) Decisiveness (berani mengambil keputusan)

Entrepreneur tidak suka menunda-nunda. Mereka membuat keputusan

sesegera mungkin. Kecepatan dalam mengambil keputusan adalah faktor

kunci keberhasilan mereka.

3) Doers (Berani Bertindak)

Begitu suatu keputusan telah dibuat, mereka bertindak mewujudkan keputusan

tersebut secepat mungkin.

4) Determination (Tekad Kuat)

Entrepreneur adalah orang yang tidak mudah menyerah meski dihadapkan

pada rintangan yang tampaknya mustahil dipecahkan. Mereka mempunyai

tekad kuat dan memberikan komitmen total pada usahanya

5) Dedication (Dedikasi)

Dalam menjalankan usahanya mereka memberikan dedikasi secara total,

hingga tak jarang harus mengorbankan hubungannya dengan keluarga dan

teman-temannya. Mereka bekerja tanpa mengenal lelah. Bekerja selama 24

14

jam sehari dan 7 hari seminggu bukanlah hal yang aneh bagi seorang

entrepreneur dalam membangun usaha.

6) Devotion (cinta)

Entrepreneur adalah orang yang mencintai apa yang mereka kerjakan.

Kecintaan itulah yang membuatnya bertahan di masa-masa sulit . Kecintaan

pada hasil karya merekalah yang membuat mereka mampu menjual produk

atau jasa secara efektif.

7) Details (Detail)

Entrepreneur adalah orang yang sangat detail dalam berbagai hal. Mereka

mempertimbangkan berbagai apek-aspek bisnisnya dengan penuh

pertimbangan cermat. Mereka tidak main-main atau bertindak sembrono.

8) Destiny (Menentukan nasibnya sendiri)

Mereka ingin berdiri diatas kaki mereka sendiri ketimbang menggantungkan

nasibnya pada majikan atau orang lain.

9) Dollars (Rupiah)

Sesungguhnya menjadi kaya bukanlah motivasi utama untuk menjadi

entrepreneur. Uang tidak lebih dari sekedar ukuran keberhasilan. Mereka

beranggapan keberhasilan pastilah mendapat imbalan yang setimpal.

10) Distribute (Berbagi)

Entrepreneur tidak menjalankan semuanya sendiri. Justru mereka

membagikan pengelolaan bahkan kepemilikan bisnis mereka kepada

karyawan-karyawan yang dianggap penting bagi keberhasilan usaha.

15

2.1.1.3 Tipe-Tipe Entrepreneur

Menurut Alma (2008: 33) ada tiga tipe utama dari seorang entrepreneur

adalah sebagai berikut:

1) Craftman

Wirausaha ahli pada umumnya adalah seorang penemu dalam bidang

penelitian yang menjual lisensinya idenya untuk dijadikan produk komersial.

2) The Promoter

Seorang individu yang berlatar belakang marketing yang kemudian

mengambangkan perusahaannya sendiri.

3) General Manager

Seorang individu yang ideal yang secara sukses bekerja pada perusahaan dan

menguasai banyak keahlian.

2.1.1.4 Keuntungan Dan Kelemahan Entrepreneur

Menurut Alma (2008: 4), keuntungan dan kelemahan entrepreneur dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Keuntungan entrepreneur adalah sebagai berikut:

a. Membuka peluang untuk mencapai tujuan pribadi,

b. Membuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan pribadi,

c. Membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal,

d. Membuka peluang untuk membantu masyarakat.

2) Kelemahan entrepreneur adalah sebagai berikut:

16

a. Memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul resiko,

b. Bekerja keras tanpa batasan waktu,

c. Memiliki tanggung jawab yang besar.

2.1.2 Leadership

Leadership merupakan cara entrepreneur dalam mempengaruhi orang-orang yang

bekerja bersamanya untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Dalam sub bab ini

akan membahas tentang Pengertian Leadership, Strategi Untuk Menjadi Pemimpin

Dalam Memotivasi Karyawan, Gaya Kepemimpinan, Jenis-Jenis Pemimpin, dan Sifat-

Sifat Seorang Pemimpin.

2.1.2.1 Pengertian Leadership

Menurut George R. Terry (2006) dalam Irawanto (2008: 3-4),

Kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar

mau bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok.

Menurut Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno (2008),

Kepemimpinan atau Leadership adalah suatu proses dimana seseorang dapat

menjadi pemimpin (leader) melalui aktivitas yang terus menerus sehingga dapat

mempengaruhi yang dipimpinnya (followers) dalam rangka untuk mencapai

tujuan organisasi atau perusahaan.

Menurut Dubrin (2005: 3) Kepemimpinan adalah upaya orang melalui

komunikasi untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi orang dengan petunjuk

atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespons

17

dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi

dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan

untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar tujuan

organisasional dapat tercapai.

Menurut Siagian (2002: 62) dalam Intan dan Michael (2011: 11)

mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang

lain itu mau melakukan kehendak pemimpin.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Leadership

merupakan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi

orang-orang yang dipimpinnya dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang

menyebabkan orang lain merespon guna mencapai tujuan perusahaan atau

organisasi.

2.1.2.2 Strategi Untuk Menjadi Pemimpin Dalam Memotivasi Karyawan

Menurut Nick McCormick (2012: 28-29) strategi untuk menjadi

pemimpin adalah memperlakukan karyawan sebagai manusia. Menurutnya,

walaupun ini adalah hal yang pantas untuk dilakukan, faktanya banyak sekali

pemimpin atau manajer yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga mereka

lupa bahwa mereka sesungguhnya sedang berhadapan dengan manusia. Setiap

orang memiliki perbedaan, tetapi setiap manusia memiliki persamaan, salah

satunya yaitu mereka ingin diperlakukan dengan hormat. Yang harus dilakukan

adalah menempatkan diri pada posisi orang lain dan jangan memperlakukan

karyawan dengan buruk.

18

Menurut Supardi Lee dan Noval Ramsis (2012), Salah satu strategi untuk

menjadi pemimpin yang sukses adalah menjadi pemimpin yang disegani dan

disenangi. Karyawan memiliki peran yang penting dalam keberhasilan bisnis.

Untuk menjadi pemimpin yang disegani, tampak dari ketegasan seorang

pemimpin yang konsisten. Karyawan perlu segan kepada pemimpin sebagai

pemilik bisnis. Bila tidak, mereka akan seenaknya dalam bekerja dan menganggap

pemimpin lemah. Bahkan mereka bisa melanggar aturan-aturan kerja yang telah

ditetapkan.

Untuk disenangi, pemimpin harus melakukan kebaikan dengan cara

memberikan perhatian yang tulus pada karyawan. Lalu ikut membantu karyawan

dalam melaksanakan pekerjaan serta dalam menyelesaikan permasalahan apabila

muncul sebuah masalah. Selain itu pemimpin juga harus bersimpati dan peduli

terhadap masalah pribadi karyawan.

2.1.2.3 Gaya Kepemimpinan

Menurut Ludlow dan Panton dalam Purwanto (2006: 25-26), terdapat

empat gaya kepemimpinan (leadership style) yang dapat diterapkan dalam situasi

dan kondisi yang juga berbeda antara lain, pengarahan (directing), pembekalan

(coaching), dukungan (supporting) dan pendelegasian (delegating).

1) Pengarahan (Directing)

Gaya kepemimpinan pengarahan (directing) tepat digunakan pada situasi dan

kondisi dimana para karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup

dalam menjalankan suatu tugas tertentu. Oleh karena itu seorang manajer

harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa yang harus

19

dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan tersebut harus

dapat diselesaikan.

2) Pembekalan (coaching)

Gaya Kepemimpinan pembekalan (coaching) tepat digunakan pada situasi dan

kondisi dimana para karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam

menyelesaikan pekerjaan. Di samping itu para karyawan memiliki motivasi

yang cukup tinggi dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya. Dalam hal ini

seorang manajer juga perlu memberikan penjelasan seperlunya terhadap tugas

dan pekerjaan yang belum dipahami dengan baik oleh para karyawan.

3) Dukungan (supporting)

Gaya kepemimpinan dukungan (supporting) tepat digunakan pada situasi dan

kondisi dimana para karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan

telah mengembangkan hubungan yang baik dengan seorang manajer atau

pemimpin. Dalam hal ini seorang manajer atau pemimpin lebih banyak

terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan memperoleh berbagai masukan

atau saran-saran dari para karyawan yang sangat berharga bagi peningkatan

prestasi kerja.

4) Pendelegasian (delegating)

Gaya kepemimpinan pendelegasian (delegating) tepat digunakan pada situasi

dan kondisi dimana para karyawan telah memahami dengan baik tugas-tugas

pekerjaan yang harus diselesaikan sehingga mereka layak untuk menerima

pendelegasian tugas dari seorang manajer atau pemimpin. Meskipun telah

mendelegasikan sebagian tugas pekerjaannya, seorang manajer juga harus

tetap melakukan pemantauan (monitoring) atas kinerja para karyawannya,

20

untuk memastikan bahwa mereka tetap berada pada jalur sesuai dengan

standart yang telah ditetapkan.

2.1.2.4 Jenis-Jenis Pemimpin

Jenis-Jenis Pemimpin menurut Kartini Kartono (2006: 9) adalah sebagai

berikut:

1) Pemimpin Formal

Pemimpin Formal adalah orang yang oleh organisasi atau perusahaan tertentu

ditunjuk sebagai pemimpin berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi

untuk memegang suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak

dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi

2) Pemimpin Informal

Pemimpin Informal adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan

formal sebagai pemimpin namun karena memiliki suatu kualitas, maka

mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi

psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.

2.1.2.5 Sifat-Sifat Seorang Pemimpin

Menurut Samsudi (2006: 293) beberapa sifat pemimpin yang berguna dan

dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1) Keinginan untuk menerima tanggung jawab

Seorang pemimpin harus dapat menerima kewajiban untuk mencapai suatu

tujuan yang berarti, bersedia tanggung jawab pada pimpinannya atas segala

yang dilakukan oleh bawahannya.

21

2) Kemampuan untuk "Perceptive"

Perceptive menunjukan kemampuan untuk mengamati atau menemukan

kenyataan dari suatu lingkungan. Setian pimpinan harus mengena tujuan

organisasi sehingga dapat bekerja untuk mencapai tujuan tersebut

3) Kemampuan untuk bersifat objektivitas

Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau

merupakan perluasan dari kemampuan persepsi. Perseptivitas menimbulkan

kepekaan terhadap fakta, kejadian, dan kenyataan yang lain.

4) Kemampuan untuk berkomunikasi

Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan

keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang

bekerja dengan menggunakan bantuan orang lain. Oleh karena itu, pemberian

perintah dan penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.

2.1.3 Entrepreneurial Leadership

Entrepreneurial Leadership merupakan variabel independen yang pertama (X1).

Dalam sub bab ini akan membahas mengenai Pengertian Entrepreneurial Leadership,

Dimensi-dimensi Entrepreneurial Leadership, Elemen Entrepreneurial Leadership, dan

Persyaratan yang Efektif Dalam Entrepreneurial Leadership.

2.1.3.1 Pengertian Entrepreneurial Leadersip

Menurut Corbin (2007: 61) dalam Putrimaskusuma (2009),

Entrepreneurial Leadership adalah gaya kepemimpinan yang mampu

mendelegasikan, mampu membangun karyawan-karyawan berperilaku tanggung

22

jawab, mampu membuat dan menetapkan keputusan, dan bekerja secara

independen.

Goosen (2007: 104) Entrepreneurial leadership, baik individu maupun

organisasi menciptakan kebudayaan entrepreneur dengan mengembangkan

pelatihan budaya kewirausahaan dan penggabungan proses-proses entrepreneur,

serta inisiatif-inisiatif baru yang brilliant.

Menurut Stevenson dan Gumpert dalam Winardi (2008: 99),

Entrepreneurial adalah kultur korporat yang memusatkan perhatian pada

munculnya peluang-peluang baru, alat-alat untuk mengkapitalisasinya, dan

pembentukan struktur yang tepat untuk melaksanakan upaya-upaya tersebut.

Menurut Covin & Slevin (2002); Ireland & Hitt (1999) Rowe (2001),

dalam Ireland, Hitt dan Sirmon (2003), Entrepreneurial Leadership adalah

kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mengatur sumber daya secara

strategis dengan tujuan untuk menekankan baik perilaku mencari peluang dan

mencari keuntungan.

Menurut Winardi (2008: 20) Entrepreneurial Leadership adalah

Entrepreneur yang inovatif berekperimentasi secara agresif, dan mereka terampil

mempraktekkan transformasi-tranaformasi kemungkinan-kemungkinan atraktif.

(Intan dan Michael, 2011; Putrimaskusuma, 2009)

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan, entrepreneurial leadership

merupakan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada peluang, mampu

menciptakan peluang, serta mampu mengatur dan mengendalikan sumber daya

secara strategis untuk mencapai keuntungan.

23

2.1.3.2 Dimensi Entrepreneurial Leadership

Menurut J. Winardi (2008: 193-196), terdapat lima dimensi di dalam

perusahaan yang dijalankan dengan Entrepreneurial Leadership, yaitu:

1) Orientasi yang didorong persepsi peluang

Seorang entrepreneur tergantung kepada persepsinya tentang peluang yang

ada. Entrepreneur menggunakan sistem-sistem perencanaan pengukuran

kinerja guna mengendalikan sumber-sumber daya yang ada.

2) Komitmen terhadap peluang-peluang

Entrepreneur dengan jelas bersedia menerima resiko dari keputusan dan

peluang-peluang yang diambilnya. Dan entrepreneur dengan teliti dan dalam

jangka waktu singkat mampu melihat suatu peluang dan memanfaatkannya.

3) Komitmen sumber-sumber daya

Seorang entrepreneur terbiasa dengan kondisi dimana ia menyalurkan

sumber-sumber daya dan memantaunya secara periodik.

4) Pengendalian sumber-sumber daya

Entrepreneur yang menyediakan sumber-sumber daya bagi perusahaan, juga

ikut mengendalikan. Mereka disiplin dalam aturan mengendalikan sumber-

sumber daya yang dimiliki perusahaan, sehingga bersikap kurang fleksibel,

namun bukan pula memaksa. Terhadap pihak-pihak yang bekerja dengannya

didalam perusahaan, seorang yang memimpin secara entrepreneurial akan

senantiasa memberikan ide-ide kepada mereka. Ikut membantu mereka dalam

mengalami kesulitan dalam mencari suatu metode atau cara terbaik yang dapat

ditempuh dalam perusahaan.

5) Visi yang Realistik

24

Entrepreneur memang bersedia mengambil resiko yang telah diperhitungkan,

hal ini dikarenakan mereka memiliki visi yang realistik yang sudah mereka

rencanakan dalam pencapaian tujuan. Visi tesebut pun direalisasikan dengan

mendukung penuh orang-orang dalam perusahaannya (Michael dan Intan,

2011; Putrimaskusuma, 2009).

Arawati Agus dan Za’faran Hassan (2010), menyebutkan karakteristik

entrepreneurial, diantaranya adalah:

1. Tekat (Determination)

2. Keahlian Komunikasi (Skill Communication)

3. Kepemimpinan (Leadership)

4. Motivasi (Motivation)

Dimensi karakteristik entrepreneurial diambil dari penelitian dan

referensi terdokumentasi (Hisrich & Peters, 2002; Shane, 2003; Johnson, 2001).

2.1.3.3 Elemen Entrepreneurial Leadership

Menurut Zimmerer et. al (2002: 4-6) dalam J. Winardi (2008: 17-18),

mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah elemen dari profil entrepreneurial,

yaitu:

1) Tanggung Jawab

Para entrepreneur memiliki tanggung jawab mendalam terhadap hasil usaha

yang dibentuk mereka. Mereka sangat berkeinginan untuk mampu

mengendalikan sumber-sumber daya mereka sendiri, dan memanfaatkannya

untuk mencapai tujuan-tujuan mereka.

25

2) Preferensi untuk menghadapi resiko moderat

Para Entrepreneur merupakan penerima resiko, namun resiko yang terlah

diperhitungkan dengan matang (calculated risk taker). Orang lain, mungkin

beranggapan bahwa tujuan mereka terlalu tinggi namun mereka yakin bahwa

tujuan-tujuan mereka bersifat realistik, dan dapat dicapai.

3) Keyakinan dalam kemampuan mereka untuk meraih keberhasilan

Entrepreneur cenderung bersifat optimistik, sehubungan dengan

kemungkinan-kemungkinan mereka untuk mencapai kesuksesan.

4) Keinginan untuk mencapai umpan balik

Para entrepreneur menikmati tantangan-tantangan sehubungan dengan upaya

mengelola sebuah bisnis, dan mereka mengetahui bagaimana hasil yang

dicapai mereka, dan secara konstan mencari informasi (umpan balik).

5) Energi tingkat tinggi

Para entrepreneur bekerja lebih lama dengan energi yang tinggi, mereka juga

bekerja keras.

6) Orientasi ke depan

Para entrepreneur memiliki naluri kuat untuk mencari serta menemukan

peluang-peluang. Mereka melihat ke depan, dan mereka melihat potensi-

potensi, dimana orang lain belum memperhatikan.

7) Membangun sebuah perusahaan dari titik nol

Para entrepreneur mengetahui cara-cara menarik dan menempatkan orang-

orang yang tepat guna melaksanakan suatu tugas. Hal tersebut memungkinkan

para entrepreneur mentransformasi visi mereka menjadi relalita.

26

8) Lebih dipentingkannya peraihan prestasi dibandingkan dengan upaya

mendapatkan uang

Pencapaian prestasi merupakan faktor primer di lingkungan para

entrepreneur, uang hanya sekedar imbalan untuk prestasi yang diraih.

2.1.3.4 Persyaratan yang efektif dalam Entrepreneurial Leadership

Menurut Bergstrom dalam Michael dan Intan (2010: 18). menyebutkan

bahwa ada lima persyaratan yang efektif dalam entrepreneurial leadership,

yaitu:

1) Memiliki komitmen dan upaya yang istimewa dari pihak perusahaan.

2) Meyakinkan para karyawan bahwa mereka dapat mencapai tujuan

perusahaan.

3) Membuat visi perusahaan yang menarik.

4) Menunjukkan kepemimpinan yang baik, sesuai dengan yang telah dijanjikan

untuk perkembangan perusahaan guna mencapai hasil yang luar biasa.

5) Tetap bertahan dalam menghadapi perubahan lingkungan.

2.1.4 Motivasi

Motivasi merupakan variabel independen yang kedua (X2) dalam penelitian ini.

Dalam sub bab ini akan membahas mengenai Pengertian Motivasi, Jenis-Jenis Motivasi,

dan Teori Motivasi.

27

2.1.4.1 Pengertian Motivasi

Motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri

manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya sesuai dengan keinginan

masing-masing (Afin Murti, 2012: 63).

Dalam bukunya Robbins (2008: 222) mengemukakan motivasi sebagai

proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk

mencapai tujuannya.

Menurut Kadarisma (2012: 278), Motivasi kerja adalah penggerak atau

pendorong dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat

dan baik sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya.

Menurut Hasibuan (2012: 141), Motivasi mempersoalkan bagaimana

caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara

produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Motivasi adalah kondisi yang menggerakan karyawan agar mampu

mencapai tujuan dari motifnya (Mangkunegara, 2007: 93).

Menurut Saydam (2000: 327) dalam Kadarisma (2012:276), pengertian

motivasi dalam kehidupan sehari-hari diartikan sebagai keseluruhan proses

pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka

bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan, motivasi merupakan kegiatan atau

cara untuk mendorong gejolak dalam diri manusia agar mau berperilaku, bekerja

secara optimal untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan yang telah ditentukan.

28

2.1.4.2 Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Hasibuan (2012: 150), Mengatakan bawah jenis-jenis motivasi

adalah sebagai beriku:

1) Motivasi Positif

Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi (merangsang) bawahan

dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi

standar. Denagn motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat

karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.

2) Motivasi Negatif

Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar

mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat

bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka

takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang

baik.

2.1.4.3 Teori Hierarki Kebutuhan (Abraham Maslow)

Maslow (1943) dalam Hasibuan (2012: 152) mengemukakan teori

motivasi yang dinamakan Maslow's Need Hierarchy Theory/ A Theory of Human

Motivation atau Teori Hierarki Kebutuhan dri Maslow. Hierarki Kebutuhan dari

Maslow ini diilhami oleh Human Science Theory dari Elton Mayo.

Hierarki kebutuhan mengikuti teori jamak yakni seorang berperilaku/

bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan.

Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang.

Artinya, jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkay kedua

29

akan muncul menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah

terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat

kebutuhan kelima.

Maslow berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat hirarki dari lima

kebutuhan, yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis, terdiri atas kebutuhan akan makanan, minuman dan

kebutuhan fisik lainnya.

2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan ingin dilindungi dari bahaya fisik dan

emosional

3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan akan rasa kasih sayang, kepemilikan,

penerimaan, dan persahabatan.

4. Kebutuhan penghargaan, baik penghargaan internal maupun eksternal.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan akan pertumbuhan, pencapaian

potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.

2.1.4.4 Teori X Dan Teori Y (Douglas McGregor)

Menurut Hasibuan (2012: 160), Douglas Mc. Gregor adalah seorang

psikolog sosial Amerika yang memimpin suatu varietas proyek riset dalam hal

motivasi dan tingkah laku umum dari para anggota organisasi. Mc. Gregor

terkenal dengan teori X dan teori Y-nya, dalam bukunya The Human Side of

Enterprise (Segi Manusiawi Perusahaan).

Afin Murty (2012: 68) menyebutkan bahwa menurut Mc. Gregor, dalam

berhubungan dengan karyawannya, manajer memiliki asumsi-asumsi yang

digolongkan dalam teori X sebagai berikut:

30

1. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin

berusaha untuk menghindarinya.

2. Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai,

dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal.

4. Sebagian karyawan menempatkan keamanan diatas semua faktor lain terkait

pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.

Disamping teori X yang sepertinya hanya memandang seorang karyawan

dari sisi negatifnya saja, ada pula teori Y yang dapat mengimbangi teori X. Teori

Y terdiri atas empat asumsi, yaitu sebagai berikut:

1. Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya

istirahat atau bermain.

2. Keryawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai

berbagai tujuan.

3. Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari dan bertanggung jawab.

4. Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke

seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi

manajemen.

2.1.4.5 Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg)

Frederick Herzberg (1950) dalam Hasibuan (2012: 157), seorang profesor

ilmu jiwa pada Universitas di Cleveland, Ohio, mengemukakan Teori Motivasi

Dua Faktor atau Herzberg's Two Factors Motivation Theory. Menurut Frederick

31

Herzberg (1996) dalam Robbins (2008: 218) ada dua jenis faktor yang

mempengarhi motivasi kerja, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

1) Faktor-Faktor Intrinsik yang berkaitan dengan isi pekerjaan, antara lain:

a. Tanggung Jawab (Responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang

dirasakan dan diberikan kepada seorang karyawan.

b. Kemajuan (Advancement), besar kecilnya kemungkinan karyawan dapat

maju dalam pekerjaannya.

c. Pekerjaan Itu Sendiri (the work itself), besar kecilnya tantangan yang

dirasakan oleh karuawan dari pekerjaannya.

d. Pencapaian (achievement), besar kecilnya kemungkinan karyawan

mendapatkan prestasi kerja, mencapai kinerja tinggi.

e. Pengakuan (Recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan

kepada karyawan atas kinerja yang dicapai.

2) Faktor-Faktor Ekstrinsik yang menimbulkan ketidakpuasan serta berkaitan

dengan konteks pekerjaan, antara lain:

a. Kebijakan dan Administrasi perusahaan (company policy and

administration), derajat kesesuaian yang dirasakan karyawan dari semua

kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam organisasi.

b. Kondisi kerja (working condition), derajat kesesuaian kondisi kerja

dengan pelaksanaan tugas pekerjaannya.

c. Gaji dan Upah (wages and salaries), derajat kewajaran dari gaji yang

diterima sebagai imbalan kinerjanya.

d. Hubungan Antar Pribadi (interpersonal relation), derajat kesesuaian yang

dirasakan dalam berinteraksi dengan karyawan lain.

32

e. Kualitas supervisi (Quality supervisor), derajat kewajaran penyeliaan yang

dirasakan dan diterima oleh karyawan.

(Michael dan Intan, 2010: 25-26)

2.1.5 Kinerja Karyawan

Kinerja Karyawan merupakan variabel dependen (Y) dalam penelitian ini. Dalam

sub bab ini akan membahas mengenai Pengertian Kinerja Karyawan, Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja, dan Aspek-Aspek Kinerja.

2.1.5.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Mangkunegara (2007: 67) Kinerja Karyawan adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Hasibuan (2012: 94) Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Menurut As'ad dalam Brahmasari (2008), mengemukakan bahwa kinerja

seseorang merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang dalam

melakukan tugas pekerjaannya.

Menurut Cash dan Fischer (1987) dalam Brahmasari (2008), Kinerja

sering disebut dengan performance atau result yang diartikan dengan apa yang

telah dihasilkan oleh individu karyawan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, kinerja adalah

hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang

33

dibebankan kepadanya yang didasari atas tanggung jawab, pengalaman,

kecakapan dan kesungguhan karyawan itu sendiri.

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja

Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2007: 67) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi

(motivation).

1) Fator Kemampuan (ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, karyawan

yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil mengerjakan pekerjaan sehari-hari,

maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu,

karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

2) Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan atau manajer dan

karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang

bersifat positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja

tinggi. Sebaliknya, jika mereka yang bersifat negatif terhadap situasi kerjanya

akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud

adalah hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola

kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

34

2.1.5.3 Aspek-Aspek Kinerja

Mangkunegara (2007: 17-18) mengemukakan aspek-aspek yang dinilai

dalam kinerja mencakup: kesetiaan, hasil kerja, kejujuran, kedisiplinan,

kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan tanggung

jawab.

Sedangkan menurut Husein Umar dalam Mangkunegara (2007: 18),

membangi aspek-aspek kinerja sebagai berikut:

1) Mutu Pekerjaan 6) Kerja Sama

2) Kejujuran Karyawan 7)

Keandalan

3) Inisiatif 8) Pengetahuan tentang

pekerjaan

4) Kehadiran 9) Tanggung Jawab

5) Sikap 10) Pemanfaatan waktu

kerja

2.2 Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2012: 89) Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang

hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskrpsikan.

Variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel independen atau variable bebas (X)

dan variable dependen atau variabel terikat (Y). Variabel independen atau variabel bebas

adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

tumbulnya variabel dependen (variabel terikat). Sedangkan variabel dependen atau

35

variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2012: 59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

independennya adalah entrepreneurial leadership (X1) dan Motivasi Kerja (X2),

sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah Kinerja Karyawan (Y).

Ralat halaman 34 (Kerangka Pemikiran)

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Gambar 2.1 - Kerangka Pemikiran

Entrepreneurial Ladership (X1)

- Orientasi strategi yang didorong

persepsi peluang,

- Komitmen terhadap peluang,

- Komitmen terhadap sumber daya,

- Pengendalian sumber daya,

- Visi yang realistik.

Motivasi (X2)

- Faktor Intrinsik

- Faktor Ekstrinsik

Kinerja Karyawan (Y)

- Faktor

Kemampuan

(Ability)

- Faktor Motivasi

(Motivation)

H3

H1

H2

36

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012: 93), Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban yang empiris dengan data. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis 1

Ho : Tidak ada pengaruh antara Entrepreneurial Leadership terhadap Kinerja

Karyawan PT Tiga Putra Adhi Mandiri.

Ha : Ada pengaruh antara Entrepreneurial Leadership terhadap Kinerja

Karyawan PT Tiga Putra Adhi Mandiri.

2) Hipotesis 2

Ho : Tidak ada pengaruh antara Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

Ha : Ada pengaruh antara Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

3) Hipotesis 3

Ho : Tidak ada pengaruh antara Entrepreneurial Leadership dan Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Karyawan PT Tiga Putra Adhi Mandiri.

H1 : Ada pengaruh antara Entrepreneurial Leadership dan Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Karyawan PT Tiga Putra Adhi Mandiri.