bab 2 iklan

Upload: syaeful-gunawan

Post on 10-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

apapun tentang iklan

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian PustakaDalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan erat dengan penelitian yang penulis lakukan guna menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai komunikasi kelompok.

2.1.1 Hubungan Komunikasi Kelompok dengan Kohesivitas Kelompok di Bandung Korea Community, Universitas Padjadjaran, Dewi Ratnasari, 2010

Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui kegiatan antar kelas permintaan dengan kohesivitas kelompok BKC, kedua peneliti bertujuan untuk mengetahui interaksi antar kelas permintaan dengan kohesivitas kelompok di BKC, dan ketiga bertujuan untuk mengetahui perasaan antar anggota kelas permintaan dengan kohesivitas kelompok di BKC.Penelitian ini menggunakan metode korelasional, dimana metode ini bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sistem internal dan eksternal dari George Casper Homans. Untuk menguji validitas digunakan validitas konstruk (Construct Validity) , sedangkan uji realibilitasnya menggunakan Alpha Cronbach. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode teknik sampling starata proporsional. Jumlah sampel yang didapat adalah 109 anggota Bandung Kore Community.. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara kuesioner dan studi kepustakaan.Hasil dari penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara variable X dan variable Y, yaitu komunikasi kelompok yang meliputi kegiatan, interaksi, dan perasaan dengan kohesivitas kelompok Bandung Korea Community. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi kelompok dengan kohesivitas kelompok Bandung Kore Community (BKC).

2.1.2 Hubungan antara kegiatan komunikasi kelompok dengan kohesivitas kelompok sepeda Fised Gear (fixie) South beach Queen di Bandung, Universitas Padjadjaran, Astri Novinda, 2011

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas, interkasi, dan perasaan anggota kelompok dengan kohesivitas kelompok yang mencakup ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, serta sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya di komunitas Fixed Gear (fixie) South Beach Queen di Bandung.Penelitian ini menggunakan metode korelasional, dimana metode ini bertuuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi sosial dari George Casper Homans. Untuk menguji validitas penelitian ini menggunaka Rank Spearman, sedangkan untuk uji realibilitas menggunakan Spearman Brown. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode teknik sampel acak sederhana. Jumlah sampel yang didapat adalah 52 anggota kelompok Fixed Geear South Beach Queen. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara kuesioner, observasi, wawancara, dan srudi kepustakaan.Hasil dari penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kegiatan, interaksi, dan perasaan anggota kelompok dengan kohesivitas kelompok sepeda Fixed Gear (fixie) South Beach Queen di Bandung.

2.1.3 Hubungan Manajemen Privasi dengan Kohesivitas Kelompok Kerja, Universitas Padjadjaran, Hasya Atikafaza, 2013

Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara informasi privat dengan kohesivitas kelompok kerja karyawan PT Astra International Tbk Head Office, kedua peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara batasan privat dengan kohesivitas kelompok kerja karyawan PT Astra International Tbk Head Office, ketiga bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara control dan kepemilikan dengan kohesivitas kelompok kerja karyawan PT Astra International Tbk Head Office, selanjutnya peneliti bertujua untuk mngetahui hubungan yang signifikan antara sistem manajemen berdasarkan aturan dengan kohesivitas kelompok kerja PT Astra International Tbk Head Office, kelima peneliti bertujuan untuk mngetahui hubungan yang signifikan antara dialektika manajemen dengan kohesivitas kelompok karyawan PT astra International Tbk Head Office, dan yang terakhir peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara manajemen privasi dengan kohesivitas kelompok karyawan PT Astra International Tbk Head Office.Penelitian ini menggunakan metode korelasional, dimana metode ini bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variable-variable. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Communication Privacy Management yang dikemukakan oleh Sandra Petronio. Untuk menguji validitas penelitian ini menggunakan Rank Spearman, sedangkan uji realibilitas menggunakan teknik uji reliabilitas konsistensi internal. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengemabilan sampel random strata. Jumlah sampel yang didapat adalah 81 karyawan PT Astra International.Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara variable X dan variable Y. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara manajemen privasi dengan kohesivitas kelompok kerja.

2.1.4 Hubungan Antara Implementasi Groupthink dengan Kekohesivitasan antara Kelompok Kerja pada Pegawai Negeri Sipil, Universitas Padjadjaran, Bany Kiswanto, 2012

Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antaroptimis kolektif dengan ketertarikan anggota secara interpersonal antara kelompok kerja pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Jagakarsa, kedua untuk mengetahui hubungi antar optimis kolektif dengan ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok kerja di lingkup organisasi Kecamatan Jagakarsa, ketiga unutk mengetahui hubungan antara optimism kolektif dengan ketertarikan anggota pada kelompok sebagai alat pemuas kebutuhan personalnnya, keempat unutk mengetahui hubungan antara penghindaran kolektif dengan ketertarikan anggota secara interpersonal antara kelompok kerja pada pegawai negeri sipil di Kecamatan Jagakarsa, kelima untuk mengetahui hubungan penghindaran kolektif dengan ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok kerja di lingkup organisasi Kecamatan Jagakarsa, dan keenam untuk mengetahui hubungan antara penghindran kolektif dengan ketertarikan anggota pada kelompok sebagai alat pemuas kebutuhan personelnya.Penelitian ini menggunakan metode korelasional, dimana metode ini bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variable-variable. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Groupthink yang dikemukakan oleh Janis. Untuk menguji validitas penelitian ini menggunakan Rank Spearman, sedangkan uji realibilitas menggunakan Alpha Cronbach. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Proportionate Stratified Random Sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang kuat dan signifikan antara variable X dan variable Y. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang kuat dan signifikan antara implemetasi groupthink dengan kohesivitas antar kelompok kerja pada Pegawai Negeri Sipil di Jagakarsa.

2.1.5 Hubungan Antara Kegiatan Employee Meeting PT. Megah Semesta Abadi Bandung dengan Kohesivitas Karyawan Terhadap Kemajua Perusahaan, Universitas Padjadjaran, Utami Hikma Asih, 2011

Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi komunikator dalam kegiatan Employee Meeting PT. Megah Semesta Abadi Bandung dengan ketertarikan Interpersonal Karyawan terhadap kemajuan perusahaan, kedua untuk mengetahui hubungan antara kondisi komunikator dalam kegiatan Employee Meeting PT. Megah Semesta Abadi Bandung dengan ketertarikan pada kegiatan dan fungsi kelompok karyawan terhadap kemajuan perusaahan, ketiga untuk mengetahui hubungan antara kondisi komunikator dalam kegiatan Employee Meeting PT. Megah Semesta Bandung dengan ketertarikan kelompok sebagai alat pemuas kebutuhan karyawan terhadap kemajuan perusahaan, keempat untuk mengetahui hubungan antara kondisi pesan dalam kegiatan Employee Meeting PT. Megah Semesta Abadi Bandung dengan ketertarikan pada kegiatan dan fungsi kelompok karyawan terhadap kemajuan perusahaan, kelima untuk mengetahui hubungan antara kondisi pesan dalam kegitan Employee Meeting PT. Megah Semesta Abadi Bandung dengan ketertarikan pada kegiatan dan fungsi kelompok karyawan terhadap kemajuan perusahaan, dan terakhir untuk mengetahui hubungan antara kondisi pesan dalam kegiatan Employee Meeting PT. Megah Semesta Abadi Bandung dengan ketertarikan kelompok sebagai alat pemuas kebutuhan karyawan terhadap kemajuan perusahaan.Penelitian ini menggunakan metode korelasional, dimana metode ini bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variable-variable. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Groupthink yang dikemukakan oleh Janis. Untuk menguji validitas penelitian ini menggunakan Rank Spearman, sedangkan uji realibilitas menggunakan Alpha Cronbach. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling strata proporsional. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara variable X dan variable Y. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara kegiatan kegiatan Employee Meeing

47

43Tabel 2.1 Matriks Hasil Kajian Penelitian Terdahulu

No.NamaTahunJudulBentukMetode dan TujuanHasilPersamaan dan PerbedaanKritik Peneliti

1.Dewi Ratnasari2010Hubungan Komunikasi Kelompok dengan Kohesivitas Kelompok di Bandung Korea CommunitySkripsi Jenjang SarjanaMetode: Pendekatan Kuantitatif dengan tipe korelasional

Tujuan: Mengetahui bagaimana hubungan komunikasi kelompok dalam Bandung Kore Community dengan kohesivitas kelompok.Berdasarkan penenlitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara Komunikasi Kelompok dengan Kohesivitas Kelompok di BKCPersamaan : Sama halnya dengan peneliti, penelitian Dewi mengangkat tema kohesivitas (kohesi) kelompok

Perbedaan : Variabel yang digunakan berbeda yaitu komunikasi kelompokSkripsi Dewi menggunakan variabel komunikasi kelompok dimana kurang tepat menggambarkan subvariabel-subvariabelnya.

2Astri Novinda2011Hubungan antara kegiatan komunikasi kelompok dengan kohesivitas kelompok sepeda Fised Gear (fixie) South beach Queen di Bandung. Skripsi Jenjang SarjanaMetode: Pendekatan kuantitatif dengan tipe korelasional

Tujuan: Mengetahui bagaimana hubungan kegiatan komunikasi kelompok dengan kohesivitas kelompok South Beach Queen di BandungBerdasarkan penenlitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi kelompok dengan kohesi kelompok.Persamaan : Sama halnya dengan peneliti, penelitian Astri mengangkat tema kohesivitas (kohesi) kelompok

Perbedaan: Variabel yang digunakan berbeda yaitu komunikasi kelompok dan uji hipotesis yang digunakan berbeda yaitu analisis PearsonSkripsi Astri menggunakan kata Kohesivitas pada varibel Y seharusnya Kohesi

3Hasya Atikafaza2013Hubungan Manajemen Privasi dengan Kohesivitas Kelompok Kerja

Skripsi Jenjang SarjanaMetode : Pendekatan kuantitatif tipe korelasional

Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana hubungan manajemen privasi dengan kohesivitas kelompok kerja PT AstraBerdasarkan penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara Manajemen Privasi dengan Kohesivitas KelompokPersamaan : Sama halnya dengan peneliti, penelitian Hasya mengangkat tema kohesivitas (kohesi) kelompok

Perbedaan : Teori yang digunakan berbeda yaitu Teori Managemen Privasi dan Variabel yang berbeda yaitu Manajemen PrivasiSkripsi Hasya menggunakan Kohesivitas pada varibel Y seharusnya Kohesi

4Bany Kiswanto2012Hubungan Antara Implementasi Groupthink dengan Kekohesivitasan antara Kelompok Kerja pada Pegawai Negeri Sipil Skripsi Jenjang SarjanaMetode : Pendekatan kuantitatif tipe korelasional

Tujuan: Mengetahui bagaimana hubungan antara implementasi groupthink dengan kekohesivitasan antara kelompok kerja pada pegawai negeri sipilBerdasrkan penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara implementasi Groupthink dengan Kekohesivitasan antara kelompok kerjaPersamaan : Sama halnya dengan peneliti, penelitian Bany mengangkat tema kohesivitas (kohesi) kelompok

Perbedaan : Teori yang digunakan berbeda yaitu group think dan variabel yang digunakan berbeda yaitu Implementasi GroupthinkSkripsi Bany menggunakan kata Kohesivitasan pada varibel Y seharusnya Kohesi

5Utami Hikmah2011Hubungan Antara Kegiatan Employee Meeting PT. Megah Semesta Abadi Bandung dengan Kohesivitas Karyawan Terhadap Kemajuan Perusahaan Skripsi Jenjang SarjanaMetode : Pendekatan kuantitatif tipe korelasional

Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kegiatan employee meeting PT. Megah Semesta Abadi Bandung dengan kohesivitas karyawan terhadap kemajuan perusahaan.Berdasarkan penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan employee meeting dengan kohesivitas karyawan terhadap kemajuan perusahaanPersamaan: Sama halnya dengan peneliti, penelitian Utami mengangkat tema kohesivitas (kohesi) kelompok

Perbedaan:Teori yang digunakan berbeda yaitu Teori Groupthink dan Variabel X yang digunakan berbeda yaitu Kegiatan Employee MeetingSkripsi Utami menggunakan kata Kohesivitas pada varibel Y seharusnya Kohesi

2.2 Teori InteraksiTeori Interaksi dikembangkan oleh George Casper Homans pada tahun 1950. Dalam teori ini, Homans mengungkapkan bahwa dalam struktur kelompok kecil terdapat tiga unsur atau elemen yaitu: kegiatan (activity), interaksi (interaction), dan perasaan (sentiment).a. Kegiatan, terdiri dari tindakan-tindakan anggota kelompok yang berhubungan dengan tugas kelompok.b. Interaksi, memperlihatkan hubungan saling ketergantungan dan saling menanggapi dalam bertingkah laku.c. Perasaan, diungkapkan oleh Heider tentang suka dan tidak suka (like and dislike) yang terdiri dari perasaan perasaan negatif postif yang dirasakan anggota kelompok terhadap anggota lain.(dalam Goldberg dan Larson, 2006: 56)Hal-hal yang dijelaskan diatas merupakan unsur unsur analitis sistem yang dikemukakan oleh Homans. Secara esensial dia ingin menyajikan bukti-bukti, bahwa unsur-unsur tersebut merupakan variabel variabel yang secara mutual saling mempengaruhi. Ia juga mengungkapkan bagaimana ketiga sistem tersebut saling berhubungan. Meskipun definisi Homans tentang elemen ini tidak hanya mencakup aspek komunikasi, tetapi sebagian besar interaksi tersebut melibatkan komunikasi antar pribadi individu sebagai anggota kelompok.Asumsi dari teori interaksi sosial (Homans, 1950), (dalam Thoha, 1983: 70-71) adalah sebagai berikut :a. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain (shared) semakin beraneka interaksinya dengan orang lain dan juga semakin kuat tumbuhnya sentiment/perasaan mereka.b. Semakin banyak interaksi-interaksi diantara orang-orang maka semakin banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentiment yang ditularkan (shared) pada orang lain.c. Semakin banyak aktivitas dan sentiment/ perasaan yang ditularkan pada orang lain dan semakin banyak sentiment dipahami orang lain, maka semakin banyak ditularkan aktivitas dan interaksi interaksi.Peran interaksi dalam sebuah kelompok mampu mendekatkan anggotanya untuk lebih memahami satu sama lain. Selain itu terdapat hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi anggota kelompok satu sama lain sehingga timbul saling menanggapi antar anggota yang pada akhirnya ada perasaan suka dan ketertarikan yang dirasakan anggota pada Gerkatin, tentunya akan menimbulkan rasa suka antar anggota lainnya.Unsur perasaan adalah sesuatu yang menarik (affective) seperti halnya konsep Heider tentang perasaan suka dan tidak suka, hal itu dapat dihubungkan dengan komunikasi intra pribadi (intra-personal). Unsur interaksi lebih berhubungan langsung dengan kepentingan ahli komunikasi kelompok karena sebagian besar dari apa yang dimaksud Homans dengan interaksi adalah komunikasi antar pribadi. (Goldberg, 1985: 56- 57)Kegiatan, interaksi dan perasaan saling tergantung suatu peningkatan atau penerunan salah satu elemen akan mempengaruhi elemen yang lain. Apabila ketiga elemen tersebut terarah pada tugas-tugas formanl (atau tanggung jawab) kelompok maka ketinganya akan membentuk apa yang oleh Homans disebut sistem formal. Tetapi kelompok karena bermacam hal sering menimbulkan kerumitan. Perasaan suka atau tidak suka yang dimiliki oleh anggota kelompok terhadap sesamanya jauh melampauin apa yang diperlukan bagi tugas kelompok dan menghasilkan seperangkat interaksi dan kegiatan baru. Perasaan, kegiatan, dan interaksi yang tidak langsung berkaitan dengan tanggung jawab tugas formal kelompok merupakan bagian sistem informal dalam kelompok. Secara teoritid, sistem informal (internal) tumbuh dari sistem formal (eksternal) tetapi keduanya berlangsung secara bersamaan, dalam kelompok kelompok (Goldberg, 1985: 56)Tiga unsur atau variabel (kegiatan, interaksi dan perasaan) satu sama lain terkait dalam perilaku anggota kelompok (sistem internal) tetapi juga di dalam hubungan kelompok terhadap lingkungan sosial (sistem eksternal). Homans membedakan antara sistem eksternal dan sistem internal. Sistem eksternal artinya bahwa adanya interaksi dan sentiment/perasaan) maka mereka tidak dapat melaksanakan diri dari pengaruh luar dan pengaruh luar ini disebut dengan sistem eksternal. Sedangkan, sistem internal adalah menanggulangi pengaruh dari luar, maka masing-amasing individu berinteraksi sosial semakin memperkuat dirinya masing-masing seperti menciptakan kesamaan pandangan, kesadaran, perbuatan, yang semua ini menimbulkan sistem internal. (Santosa, 1999: 40)G.C Homans membagi aspek-aspek dalam interaksi sosial sebagai berikut:1) Adanya motif/tujuan yang sama, artinya setiap individu yang mengadakan interaksi mempunyai motif/tujuan tertentu.2) Adanya suasana emosional yang sama, artinya bahwa setiap individu didorong oleh perasaan masing-masing yang sama dalam interaksi sosial.3) Adanya interaksi, artinya setiap individu dalam keadaan demikian pasti berhubungan dengan individu lain, yang disebut dengan interaksi. Dipandang dari segi individu maka interaksi itu disebut aksi.4) Adanya pimpinan, artinya bahwa adanya interaksi, aksi, dan sentiment menimbulkan suatu bentuk pimpinan dan umumnya berlangsung secara wajar serta merupakan bentuk piramida.5) Adanya eksternal sistem, artinya bahwa dengan adanya interaksi dan sentiment mereka tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh luar (eksternal sistem).6) Adanya sistem internal, artinya untuk menanggulangi pengaruh dari luar, masing-masing individu yang berinteraksi sosial semakin memperkuat dirinya masing-masing, seperti menciptakan kesamaan pandangan, kesadaran, perbuatan, yang ini semua menimbulkan internal sistem. (Slamet Santosa; 2009: 30)Dalam bukunya yang berjudul Dinamika Kelompok, Slamet Santosa memaparkan Hipotesis dari GC Homans yang didasarkan penyelidikan dari sekelompok ahli dan aspek-aspek interak, maka terbentuklah hipotesis berikut.Hipotesis 1. Apabila interaksi antara anggota kelompok semakin sering, sentiment tertarik makin besar dan kemudian sentiment ini mendorong besarnya interaksi.Akan tetapi, ada dua pertanyaan yang timbul dengan hipotesis tersebut.1) Bagaimana hipotesis tersebut apabila diterapkan pada oranf-orang yang bermusuhan/tidak menyukai satu sama lain? Sebab pada orang-orang saling bermusuhan, makin sering mereka berinteraksi makin menimbulkan antipasti.2) Bagaimana hipotesisi tersebut sehubungan dengan aspek tautology yang ada ada di dalamnya? Artinya pada tiap kelompok aspek sentiment dan interaksi pasti ada.Untuk dua pertanyaan tersebut di atas Homans berargumentasi bahwa:1. Pada orang-orang yang sedang bermusuhan/tidak saling suka maka orang tersebut bukanlah orang-orang yang berada dalam satu kelompok2. Aspek tautology memang ada pada orang-orang yang sedang berada dalam satu kelompok. Namun hipotesis ini meninjau dari aspek tautology setelah mengalami perkembangan.Hipotesis 2: Menurut interaksi dengan orang-orang di luar kelompok, yang diikuti dengan rasa tidak senang kepadanya, mengakibatkan makin naiknya interaksi di dalam kelompok, dan sekaligus berarti menaiknya rasa tertarik di dalam kelompok.Hipotesis ini memang sangat tepat apabila diterapkan pada kelompok kuat dan tertutup atau pada masyarakat yang primitive. Karena pada kedua contoh tersebut, anggota-anggotanya sulit menerima hal-hal dari luar. Hipotesisi sangat tepat untuk menerangkann timbulknya klik sebab makin seringnya anggota klik berinteraksi maka rasa tidak senang dengan orang-orang kuat semakin mendalam. Sehubungan dengan proses internal sistem, hal ini merupakan potensi pokok bagi terbentuknya norma-norma kelompok. Namun pembentukan norma-norma kelompok ini terjai secara wajar dan akibat proses pengelompokan serta bikan dari proses interaksi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh G.C Homans sendiri: group precipitate their own norms out of the very process of interaction.

2.4.1 Kegiatan Kegitan yaitu terdiri dari tindakan-tindakan anggota kelompok yang berhubungan dengan kegiatan dan tugas kelompok. Semakin banyak seseorang melakukan kegiatan bersama orang lain, maka semakin beraneka ragam interaksi yang dikembangkan. Akibatnya semakin tumbuh rasa kebersamaan diantara mereka. Kegiatan juga bias dikatakan sebagi suatu aktivitas atau keaktifan, yang mana salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan setiap bagian dalam kelompok dan perusahaan. (Balai pustaka, kamus besar Indonesia, 1990: 17)Menurut Homans, kegiatan berkaitan dengan segala sesuatu yang orang-orang lakukan/kerjakan: pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik, dengan implements, dan pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain. (G.C Homans, 1950: 34)Di atas semua itu, kita harus menyadari bahwa kegiatan bukan variabel seperti suhu dalam fisika: tidak dapat diberikan satu seri nilai-nilai numerik. Sebaliknya, sejumlah aspek kegiatan dapat diukur. Terkadang pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur output atau tingkat produksi aktivitas tertentu, misalnya, kerja pabrik, dan terkadang efisiensi dari kegiatan, kaitan antara input ke output. Saat melakukan pengukuran penetapkan indeks tingkat kesamaan dari satu aktivitas ke aktivitas lain mungkin dapat dilakukan. Dan seterusnya. Ini adalah variabel yang benar, setidaknya memungkinkan, meskipun tidak dapat memberi kegiatan nilai numerik dalam setiap penelitian.

2.4.2 Interaksi Interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi antar hubungan. Dapat dijelaskan secara detail, interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan dan orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 438)Interaksi menjelaskan tentang sedikit kontak, dari sebuah kelompok. Mungkin contoh paling sederhana dari interaksi, meskipun cukup rumit, adalah jika dua orang di ujung-ujung sebuah kayu sama-sama menggergaji. Ketika mengatakan bahwa keduanya berinteraksi, kita tidak mengacu pada fakta bahwa keduanya menggergaji dalam bahasa kita, menggergaji adalah kegiatan, tetapi untuk fakta bahwa kegiatan mengergaji dari satu orang akan diikuti oleh orang lain diujung kayu yang sedang digergaji. Dalam contoh ini interaksi tidak melibatkan kata-kata. Lebih sering interaksi terjadi melalui komunikasi verbal atau simbolik.Seperti beberapa variabel yang terdapat dalam konsep kegiatan, beberapa juga terdapat dalam interkasi. Dalam interaksi kita dapat mempelajari frekuensi dari interaksi: seberapa sering satu individu dengan invidu lainnya dalam kelompok berinteraksi dalam satu hari atau satu tahun. Pengukuran dapat dilakukan dengan menentukan rasio diantara satu orang ini aktif, dengan cepat, berbicara, dan durai dari lawan bicara. Atau dapat dengan mempelajari urutan dari interaksi: siapa yang memulai interaksi? Dimana rantai interaksi dimulai dan kemana pembicaraan itu mengarah. Jika seseorang meberika pendapat apakah ia akan menyampaikan ke orang lain. (Homans, 1950: 36)Hal menarik disini, mengapa menggunakan kata interaksi ketika sudah ada kata yang familiar dengan kita yaitu komunikasi? Karena kata interaksi tidak cukup umum di satu sisi atau tidak cukup spesifik di negara lain. Ketika orang berpikir tentang komunikasi, mereka berpikir komunikasi dalam kata-kata, tetapi dalam interaksi berartikan verbal dan nonverbal. (Homans, 1950: 37)

2.4.3 PerasaanPerasaan pada perorangan dan anggota lain dari kelompoknya bahwa ia dalam beberapa cara lebih baik (atau lebih buruk) daripada individu lain, bahwa ia peringkat lebih tinggi (atau lebih rendah) dari yang lain, adalah definisi sentimen . (Homans 1950:140)Perhatikan berbagai hal yang kita katakan sentimen. Sentimen terdiri dari rasa takut, kelaparan, dan haus, tentunya jauh lebih rumit tahap psikologis seperti menyukai atau tidak menyukai orang, setuju atau ketidaksetujuan. Untuk sentimen ringan seperti keramahan, adalah hal yang paling umum dilakukan individu, karena kami tidak yakin seberapa jauh perubahan tubuh terjadi. The James-Lange teori mengatakan bahwa sentimen dan sekumpulan perubahan mendalam adalah satu hal yang sama tidak dapat dijauhkan. Pada kesempatan yang mungkin terlihat seperti menyerukan emosi, seperti individu yang melupkan kekerasan pada orang lain, individu tersebut setidaknya mengalami pengurangn jumlah sakit mendalam dalam tubuhnya. . Tubuh memobilisasi tindakan, jika itu mungkin dilakukan dan dapat merungangi perubahan emosi seseorangl. Dari semua ini kita dapat membeda-bedakan eksistensi hal-hal yang ada dalam tubuh manusia seperti kemarahan, iritasi, simpati, rasa hormat, kebanggaan, dan sebagainya. Di atas semua itu, dapat disimpulkan adanya sentimen dari apa yang dikatakan dengan yang di rasakan dan dari dalam diri bahwa kata-kata mereka temukan di perasaan kita sendiri. Di bawah sub variabel sentimen, beberapa jenis penelitian dapat dan telah dibuat. Mungkin yang paling dikenal yang dijalankan dengan poling opini dari publik dan pengukuran sikap dengan menggunakan kuisioner yang akan dijawab oleh individu-individu. Terutama ketika mereka mencoba untuk mencari tahu jumlah orang yang menyetujui atau menolak, suka atau tidak suka, proposal dilakukan dalam pelelangan atau calon pejabat publik, mereka belajar setidaknya satu variabel dalam elemen ini. Seringkali mereka pergi lebih jauh dan mencoba untuk menemukan tidak hanya berapa banyak orang menyetujui atau menolak tapi keyakinan dari responden penelitian mereka: walaupun mereka yakin mereka benar, merasa agak kurang yakin, atau tetap ragu-ragu. Para lembaga survei juga dapat mencoba mengetahui intensitas sentimen yang bersangkutan: seorang pria bisa menolak sesuatu secara intelektual namun tidak merasa yakin tentang hal itu. Emosinya mungkin belum naik saat itu. (Homans; 1950:40)

2.3 Konsep Dasar Kelompok2.2.1 Pengertian KelompokBanyak kajian yang dilakukan mengenai kelompok oleh para ahli, baik dari sudut tinjauan sosiologi, psikologi sosial, maupun dari tinjauan teori komunikasi. Berbagai definisi dan penjelasan dihasilkan dari pembahasan yang dilakukan. Namun, jika ditarik suatu garis tegas untuk menetapkan karakteristik kelompok yang diajukan oleh Reitz (1977), seperti dibawah ini :(1.) Suatu kelompok terdiri atas dua orang atau lebih(2.) Yang berinteraksi satu sama lainnya(3.) Yang saling membagi beberapa tujuan yang sama(4.) Dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.Dari visis psikologis, sebagaimana diajukan oleh kelompok ahli di bidang kajian psikologi sosial, melihat kelompok sebagai suatu gerakan factor psikis sebagai sesuatu yang determinan. Seperti penetapan yang dipaparkan oleh Marvin E. Shaw (1979) yang memasukkan pengertian kelompok dilihat dalam terminology (peristilahan) khusus yang lebih spesifik, yang tercakup dalam karakteristik berikur; (1) persepsi dan kognisi kelompok, (2) motivasi dan pemuasan kebutuhan, (3) grup goals (tujuan kelompok), (4) organisasi kelompok, (5) saling ktergantungan masing- masing anggota kelompok, dan (6) interaksi.Jadi, dengan penetapan bentuk-bentuk psikodinamik sebagai unsur sebuah kelompok, dapat ditariklah beberapa macam bentuk dan penjelasan definisi kelompok sesuai dengan tinjauan (sudut tinjauan) yang digunakan oleh seorang ahli dalam membangun suatu takrif (definisi) kelompok. Seperti batasan kelompok yang diajukan oleh M. Smith dan Bales dilihat dari sudut persepsi dan kognisi kelompok;Kami mendefinisikan sebuah kelompok sosial sebagai sebuah unit yang terdiri dari beragam individu-individu yang berbeda yang memiliki persepsi kolektif dari kesatuan mereka dan mereka yang memiliki kemampuan untuk bertindak dan bertindak di dalam kelompok mereka sesuai dengan lingkungannya.

Selanjutnya dikembangkan lagi dalam pengertian kelompok kecil oleh Bales, yang disebutnya sebagai jumlah individu yang berinteraksi dengan sesamanya secara tatap muka atau serangkaian pertemuan, dimana masing-masing anggota tersebut saling menerima impresi atau persepsi anggota lain dalam suatu waktu tertentu dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kemudian, yang membuat masing anggota bereaksi sebagai reaksi individual (Marvin E. Shaw, 1979: 71)Tinjauan selanjutnya tentang batasan (takrif) kelompok dapat dilihat dari terminology Motivasi. Pakar yang bergerak pada pemahaman kelompok sebagai sistem motivasi ini, antara lain Cattell (1951), dan Bass (1960). Pendefinisian secara esesnsi yang menyeluruh tentang kelompok adalah kumpulan organisme yang bereksistensi dalam keseluruhan konstalasi (mereka saling menerima relationship) yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing individu (Cattell, 1951).

Sedangkan tinjauan Bass memandang kelompok sebagai kumpulan individu-individu yang bereksistensi sebagai kumpulan yang mendorong dan memberi ganjaran pada masing-masing individu (Bass, 1960; 39)Kedua pendefinisian di atas, mengacu pada pemuasan kebutuhan sebagai unsur-unsur pengidentifikasian penerimaan sebagai kelompok.Batasan kelompok ditinjau dari tujuannya, dikemukakan Mills (1967) (dalam hal ini dikemukakannya dalam kelompok kecil) yaitu mereka yang merupakan satu kesatuan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang melakukan hubungan (kontak) untuk tujuan dan yang melakukan penimbangan penimbangan (pemikiran) dalam mengartikan hubungan tersebut.Selanjutnya, pembatas pengertian kelompok, dapat dilihat dari pengertian saling ketergantungan (interdependency) masing-masing individu terhadap yang lainnya. Dari kubu ini dipelopori oleh Kurt Lewin dan diikuti oleh tokoh-tokoh lain seperti fiedler, Cartwright dan Zander. Lewin mengungkapkan kelompok yaitu menunjukan saling ketergantungan masing-masing anggota, yang direalisasikan dalam persamaan tujuan. Sebagai pembandung dari batasan Lewin, disandingkan pembatasan yang diajukan Fiedler:Dalam pengertian kelompok kita menyimpulkan sekumpulan individu yang memiliki kesamaan takdir yaitu interdependent yang di aartikan jika sesuatu terjadi pada satu anggota akan berpengaruh pada anggota lainnyaCartwright dan Zander mengungkapkan ;

Kelompok adalah sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan orang lain (sesama anggota) yang menunjukan saling ketergantungan pada derajat (tingkat) yang berarti. Sebagai batasannya, istilah kelompok mengacu pada kesatuan kelas sosial dalam milik umum yang saling tergantung atas pilihan masing- masing anggota (Cartwright dan Zander: 1968:46)

Pengembangan selanjutnya mengenai batasan kelompok dari sudut tinjauan ketergantungan, adalah sudut tinjauan interaksi. Homans dan Stodgill serta Bonner mengembangkan batasan kelompok sebagai wujud interaksi Kami mengartikan sebuh kelompok adalah sekumpulan manusia yang berkomunikasi satu dengan lainnya dalam kurun waktu tertentu, dan cukup sedikit sehingga satu dengan lainnya dapat berkomunikasi dengan semua bagian kelompok, bukan berita yang lama, bukan melalui orang lain, tapi melalui tatap muka (Homans, 1950; 1)Bonner (1959) mengungkapkan kelompok adalah sejumlah orang-orang yang berinteraksi dengan sesama lainnya, dan interaksi ini (proses interaksi) membedakan bentuk kelompok-kelompok bersama dengan kelompok lainnya. Dari beberapa pengertian kelompok dari para ahli, pengertian kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.Usmar Yusuf menyimpulkan bahwa kelompok adalah Kumpulan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi dalam rangka mencapai tujuan bersama

2.2.2 Bentuk-bentuk kelompok1. Kelompok Formal dan InformalKelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu yang anggota-anggotanya diangkat dan dilegitimasi oleh suatu badan atau organisasi. Berikut ini beberapa contoh yang diidentifikasikan oleh Miftah Thoha yang tergolong dalam kelompok formal tersebut, antara lain komite atau panitia, unit-unit kerja tertentu sperti bagian laboratorium, riset dan pengembangan (R&D), tim manajer, kelompok tukang pembersih, dan lain sebagainya.Sedangkan kelompok informal, merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya Tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Ada tiga pola dari kelompok informal yang pernah diteliti dalam bidang organisasi industry. Ketiga pola tersebut adalah: (1) Klik mendatar (Horizontal clique)(2) Klik Menegak (Vertical Clique)(3) Klik Acak (Random Clique)(Miftah Thoha, 1993) (Usmar Yusuf; 1989: 24-25)2. Kelompok Terbuka dan TertutupKelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara tetap mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan. Sedangkan kelompok terttutup, dalam menerima pembaruan dan perubahan, kecil kemungkinannnya untuk tetap menja kestabilan yang telah ada. Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaanya yang jelas dari empat dimensi yang ada, yaitu (Miftah Thoha).(1) Perubahan Keanggotaan Kelompok(2) Kerangka Referensi(3) Perspektif Waktu(4) Keseimbangan(Usmar Yusuf; 1989: 25-27)3. Kelompok PrimerSuatu kelompo primer (sebagaimana digagaskan C.H. Cooley) haruslah mempunyai suatu perasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas, dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para anggotanya. Dengan demikian, semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya, tetapi tidak semua kelompok kecil adalah kelompok primer. Contoh dari kelompok primer ini adalah keluarga, kelompok kolega (lihat M.S Olmsted; 1959: 17) (Usmar Yusuf; 1989: 27)4. Kelompok ReferensiKelompok referensi ini ialah setiap kelompok dimana seseorang melakukan referensi atasnya. Orang ini mempergunakan kelompok tersebut sebagai suatu ukuran untuk evaluasi dirinya dan atau sebagai sumber dari nilai-nilai dan sikap pribadinya. Kelompok ini dapat dikatan memberi dua fungsi bagi seseorang untuk menilai diri. Dua fungsi tersebut adalah,(1) Fungsi perbandingan sosial(2) Fungsi Pengesahan sosial(Usmar Yusuf; 1989: 28)

2.2.3 Karakteristik kelompoka. Kelompok PrimerKelompok primer adalah kelompok yang memiliki hubungan yang akrab, personal dan menyentuh hati setiap anggotanya (Cooley, 1909). b. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukanTheodore Newcomb (1930) dalam Rakhmat 2005 melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaa adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administrative dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.c. Kelompok deskriptif dan kelompok perspektifJogn F. Cragan dan david W. Wright (1980) dalam Rakhmat 2005 mebagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan perspektif. Ketegori desriptif menunjukan ksifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar.Kelompok tugas bertujuan untuk memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang bary. Kelompok revolusioner radikal, (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorkan enam format kelompok prekriptif yaitu diskusi meja bundar, symposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

2.2.4 Pengaruh Kelompok Pada Perilaku Komunikasi1. KonformitasKonformitas adalah perubahan sikap atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan akan melakukan sesuatu, ada kecenderunganKonformitas adalah perubahan sikap atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan akan melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.2. Fasilitas sosialFasilitas (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah Fasilitas (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah.3. PolarisasiPolarisasi adalah kecenderungan kea rah posisi yang ekstrim. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaiknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, stelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

2.2.5 Tujuan KelompokTujuan kelompok adalah homogen, maksudnya adalah anggota kelompok mempunyai satu tujuan yang sama untuk kelompok. Oleh karena itu semakin jelas suatu tujuan, maka semakin kuat motif yang ada (Walgito, 2007:63) Apabila seseorang masuk dalam kelompok dan mementingkan tujuan kelompok daripada tujuan sendiri, maka disebut group oriented atau task oriented, altruistic motivation. Artinya individu bersangkutan masuk dalam kelompok, lalu menerima dan menyesuaikan diri dengan tujuan kelompok. Ia merasa puas apabila kelompoknya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam group oriented, apabila tujuan kelompok dpat tercapai, apakah berguna atau tidak bagi individu bersangkyran, maka itu bukan masalah. Sebalikya, bagi individu yang person oriented atau sering disebut selfisfh, ego oriented motifnya adalah kepentingan yang ada dalam diri individu yang bersangkutan what is best for me. Tujuan kelompok menjadi alat untuk mencapai tujuan pribadinya, jadi tujuan utamanya masuk kedalam suatu kelompok adalah kepentingan dirinya, bukan kelompok sebagai kesatuan. (Walgito, 2007: 58)Tujuan kelompok, jika dipahami dengan jelas, dapat menjelaskan mengapa sesorang tertarik pada suatu kelompok. Alasan atau motivasi seseorang masuk kedalam suatu kelompok dapat bervariasi, antara lain:1. Seseorang masuk dalam suatu kelompok pada umumnya ingin mencapai tujuan yang secara individu tidak dapat atau sulit dicapai.2. Kelompok dapat memberikan, baik kebutuhan fisiologis (walaupun tidak langsung) maupun kebutuhan psikologis.3. Kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan mengembangkan harga diri seseorang.4. Kelompok dapat pulas memberikan pengetahuan dan informasi.5. Kelompok dapat memberikan keuntungan ekonomis.(Walgito, 2007: 13)

2.3 Dinamika KelompokDinamika kelompok adalah suatu bidang penelitian yang didedikasikan untuk memajukan pengetahuan tentang sifat kelompok, hukum-hukum perkembangan mereka, dan keterkaitan mereka dengan individu, kelompok lain, dan institusi. Hal itu dapat diidentifikasi dengan keterkaitannya pada penelitian empiris untuk memperoleh data penting teoritis, penekanannya dalam penelitian dan teori pada aspek dinamis dari kehidupan kelompok, relevansi yang luas untuk semua ilmu-ilmu sosial, dan penerapan potensi temuan untuk peningkatan kehidupan sosial.Dinamika kelompok dapat diidentifikasikan menjadi 4 karakteristik, yaitu:a. An emphasis on theoterically significant empirical researchb. An interest in dynamics and the interdependence among phenomenac. A broad relevance to all the social scienced. The potential applicability of its findings in effort to improve the functioning of groups and their consequences on individual and society.Untuk itu dinamika kelompok tidak dapat di samakan dengan ideology tertentu yang peduli dengan bagaimana kelompok dapat berorganisasi dan manajerisasi ataupun dengan kegunaan dari teknik manajemen tertentu.Menurut Slamet Santosa, Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. (Slamet Santosa; 2009: 5)Robert L. Baker dalam The Social Work Dictionary menedefinisikan dinamika kelompok adalah arus informasi dan pertukaran-pertukaran pengaruh antara anggota-anggota kolektif sosial. Pertukaran-pertukaran ini dapat diubah oleh para pemimpin kelompok atau para ahli pertolongan dan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya yang menguntungkan bagi anggota-anggotanya.Sementara itu, W.S Winkel dalam buku Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan mengatakan bahwa dinamika kelompok adalah beberapa cara, antara lain dengan studi tentang kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang memperlancara atau mengahambata proses kerjasama dalam kelompok, metode-metode dan teknik-teknik yang dapat diterapkan apabila jumlah orang bekerjasama dalam kelompok, misalnya bermain peran (role playing) dan obervasi, terhadap jalnnya proses kelompok dan pemberian umpan balik (feed back), serta cara-cara mengenai organisasi dan pengelolaan kelompok-kelompok. Sedangkan Eysenck mengatakan dinamika kelompok adalah berkaitan dengan konteks sosial-budaya suatu masyarakat yang berfungsi untuk membantu individu kelompok, sehingga memungkinkan mereka secara bersama memiliki pola-pola merasakan, menilai, berpikir, dan bertindak (Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar; 1933: 41)Berikut dijelaskan beberapa aspek dinamika kelompok yaiu:A. Komunikasi KelompokB. Konflik di Dalam Kelompok C. Kekuatan di Dalam kelompokD. Kohesi KelompokE. Pengambilan KeputusanF. Pemecahan Masalah2.4 Teori Interaksi

2.5 Proses KelompokProses kelompok didefinisikan semua elemen-elemen dasar yang dapat mengungkapkan sebuah kelompok dimulai dari ketika kelompok tersebut terbentuk hingga berkembang. Termasuk didalamnya dinamika seperti norma yang dibentuk kelompok tersebut, tingkat kohesi kelompok, bagaimana kepercayaan dibentuk, bagaimana resistensi terwujudkan, bagaimana menghadapi konflik, kekuatan yang membawa pemulihan, reaksi sesama anggota kelompok, dan berbagai tahap di dalam perkembangan kelompok. Pada dasarnya proses kelompok berhubungan dengan bagaimana sesuatu yang terjadi dalam kelompok. Tidak seluruhnya tentang hal-hal yang diucapkan tetapi dari pesan-pesan tersirat yang disampaikan dengan respect untuk menjelaskan bagaimana anggota kelompok berhubungan satu dengan yang lain. (Corey, 2006:5)Tahapan di dalam kehidupan kelompok tidak seterusnya berjalan dengan rapih dan terprediksi yang dapat menjelaskan tahap kelompok selanjutnya. Di kenyatannya ada tahap-tahap yang saling tumpang tindih, dan ketika sebuah kelompok masuk ke tahap selanjutnya, tidak jarang kelompok bertahan pada tahap yang sudah tinggi tersebut pada suatu waktu atau sementara mengalampi penurunan kembali ke tahap awal. Demikian pula, dengan fakta bahwa kegiatan tertentu yang sudah dicapai kelompok tidak berarti bahwa konflik baru akan muncul. Dalam pasang surut kelompok, anggota dan pemimpin perlu untuk memberikan perhatian kepada factor-faktor yang akan mempengaruhi kemana arah kelompok akan diambil.Memahami pola yang serupa dalam tahap yang berbeda dari kelompok akan memberikan pandangan yang bernilai dan membantu untuk memprediksikan permasalahan apa dan kapan untuk ikut campur dengan waktu yang tepat. Pengetahuan tentang turning point (titik balik) kelompok penting dalam kelompok karena dapat membimbing dalam membantu peserta memobilisasi sumber daya mereka untuk berhasil memenuhi tugas-tugas yang dihadapi mereka pada setiap tahap. Meskipun kita membahas tahapan ini terjadi selama masa kelompok, penting untuk diingat bahwa anggota dapat bekerja melalui banyak tahap ini dalam satu sesi , bergerak dari komentar awal untuk transisi singkat, diikuti dengan kerja produktif, dan berakhir dengan refleksi pada apa yang telah dicapai. Tahapan kelompok termasuk kelompok pra, awal, transisi, kerja, dan tahap akhir. Tahapan pregroup berisikan semua factor yang memiliki peran dalam pembentukan sebuah kelompok. Pemikiran yang matang dan perencanaan diperlukan untuk membuat fondasi yang kuat untuk semua kelompok, termasuk didalamnya juga terdapat design proposal untuk kelompok, anggota yang menarik, pemelihan anggota kelompok, dan proses perkenalan kelompok. Untuk melakukan Semua hal-hal ini perlu dipikirkan penempatan waktu yang tepat, namun mengikuti tahap premilinary akan meningkatkan kesempatan untuk memiliki kelompok yang produktif.Initial stage dari kelompok adalah waktu yang dibutuhkan untuk perkenalan dan eksplorasi dan anggota biasa memperlihatkan sisi dari diri mereka yang mereka anggap dapat diterima dalam bersosialisasi. Tahap ini dapat dikarakterisasikan pada level tertentu dari kegelisahan dan ketidak percayaan diri tentang struktur kelompok. Biasanya, anggota kelompok memliki harapan, concern, dan kegelisahan terhadap kelompok. Sebagai anggota untuk mengenal satu dengan lainnya dan belajar bagaimana kelompok berkerja, mereka mengembangkan norma yang akan menjadi sistem kelompok, mengetahui ketakutan kelompok dan harapan kelompok, mengidentifikasi semangat tiap indiviu, mengetahui hal-hal apa yang ingin mereka pahami, dan memastikan apakah kelompok adalah tempat yang aman bagi anggota. Sikap dari bagaimana pemimpin menangani perilaku anggota menetukan seperti apa tingkat kepercayaan yang berkembang dalam kelompok.Sebelum anggota kelompok dapat berinteraksi satu sama lain secara mendalam, kelompok biasanya mengalami tantangan pada tahap transisi. Pada tahap transisi, pekerjaan pemimpin adalah untuk menolong anggota bagaimana untuk bekerja dengan kekhawatiran yang mereka bawa kedalam kelompok. Adalah tugas anggota kelompok untuk memperhatikan pikiran, perasaan, reaksi dan aksi dan untuk belajar mengeksipresikan dalam bentuk verbal (komunikasi). Pemimpin dapat menolong anggota untuk mengenail dan menerima ketakutan serta kegelisahan mereka, namun pada saat yang bersamaan, tantangan mereka untuk bekerja dalam kegelisahan itu dalam menjadi sebuah pengalaman. Pemimpin kelompok perlu untuk memahami dampak dari kekhawatiran diantara anggota dan menyemangati mereka untuk mengatasi keseganan yang mungkin mereka miliki ketika berpatisipasi dalam kelompok.Tahap bekerja dikarakterisasikan dengan produktivitas, dimana dapat membangun kelompok untuk secara efektif dapat menyelesaikan pekerjaan dan melewati tahap transisi. Ketergantungan dan pemahaman tentang diri meningkat, dan kelompok focus untuk melakukan perubahan sikap. Dalam praktiknya tahap transisii dan tahap nekerja menyatu satu dama lain. Ketika tahap bekerja, kelompok dapat kembali dengan keadaan awal dari kepercayaan mereka, konflik yang terjadi, dan keengganan untuk berpartisipasi. Ketika kelompok menghapdapi tantangan baru, tingkat kepercayaan akan meningkat dalam kelompok. Konflik baru dapat melebur ketika kelompok berevolusi, dan komitmen adalah hal yang diperlukan ketika mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit dalam kelompok untuk dapat memajukan kelompok. Semua anggota tidak sepenuhnya dapat bekerja dalam level intensitas yang sama, dan beberapa anggota tetap pada lingkaran yang sama, menahan diri dan lebih takut untuk mencoba mengambil resiko. Memang, ada beberapa anggota yang beberda dengan anggota lainnya dalam semua tahapan kelompok. Pekerjaan produktif terjadi pada semua tahapan dari kelompok, bukan hanya dalam tahap bekerja, tetapi kualitas dan kedalaman dari pekerjaan mengabil arah berbeda dalam berbagai tahap perkembagan dalam kelompok. Beberapa kelompok mungkin tidak pernah mencapai tahap bekerja, tapi pasti dapat diambil pembelajaran dari hal-hal yang telah terjadi dan individu dapat mengambil manfaat dari pengalaman kelompok.Tahap final adalah waktu untuk lebih dalam mengidentifikasi apa saja yang sudah dipelajari dan menentukan bagaimana hal-hal baru ini dapat menjadi kebiasaan. Aktivitas kelompok berupa mengakhiri, menyimpulkan, mendekatkan bagian kelompok yang jauh, dan menyatukan dan mengintrepertasi dari pengalaman kelompok. Dan ketika kelompok berakhir fokusnya adalah pada konseptualisasi dan membawa kedekatan sebagai sebuah pengalaman kelompok. Selama proses pemutusan hubungan, kelompok akan berurusan dengan perasaan berpisah, membahas urusan yang belum selesai, membahas pengalaman kelompok, be perubahan perilaku, desain rencana kegiatan, mengidentifikasi strategi-strategi untuk mengatasi kegagalan dan membangun hubungan yang baik.

2.6 Kohesi KelompokKohesi kelompok adalah bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu dengan yang lainnya. (Walgito, 2007: 46). Sedangkan menurut Collin dan Raven (1964) dalam Rakhmat (2005: 164), kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.Aspek penting dari kelompok yang efektif adalah kohesi yang merupakan faktor utama dari keberadaan kelompok. Ketertarikan pada keanggotan kelompok dari setiap anggota kelompok menggambarkan kohesi kelompok. Jadi kohesi kelompok dapat didefinisikan sebagai sejumlah factor yang memperngaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi angota kelompok tersebut. Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok, kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerja sama antar anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan disbanding kelompok-kelompok lain. Kohesi kelompok tidak konstan karena setiap anggota mempunyai ketertarikan yang berbeda pada kelompok dan ketertarikan yang sama akan berubah pada setiap waktu. (Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar, 1993:24)Suatu kelompok dapat dikatakan solid ataupun kurang solid, hal demikian berkaitan dengan kohesi kelompok. Kohesi kelompok adalah bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan mencintai datu dengan yang lainnya (Walgito, 2007: 46). Kohesi merupakan rasa tertarik di antara para anggota yang di ikat oleh suatu interaksi dalam bentuk komunikasi yang terus menerus dan di ulang. Oleh karena itu kesamaan sikap, nilai-nilai, sifat-sifat pribadi dan sifat-sifat demografis mempengaruhi tingkat kohesi yang ada dalam kelompok. Selain itu apabila tantangan dari luar (factor-faktor eksternal), maka tingkat kohesi dalam kelompok menjadi makin tinggi pula (Bramel, 1986 dalam Walgito, 2007: 47)Kohesi kelompok mengacu pada sejauh mana anggota kelompok saling tertarik satu sama lain dan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Dalam kelompok yang kohesi tinggi, setiap anggota kelompok itu mempunyai komitmen tinggi untuk mempertahankan kelompok tersebut. Kelompok-kelompok yang berbeda dalam tingkat kohesi-nya, dan banyak yang tidak pernah mencapai tingkat kelompok yang mempunyai daya Tarik tertentu dan komitemen bersama merupakan ciri kohesi yang kuat. Kesempatan saling berinteraksi antara anggotanya secara lebih sering membantu berkembangnya kohesi kelompok tersebut.Kohesi suatu kelompok dapat diukur dari:1. Ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain.2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok.3. Sejauhmana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.(Mc David dan Harari dalam Rakhmat, 2005: 164)Dibawah ini akan dijelaskan beberapa hal berkaitan dengan kohesi kelompok sebagaimana dijelaskan Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar (1993:24-27).1. Tingkat Kohesi kelompokTinggi rendahnya kohesi kelompok dapat dilihat dari kehadiran anggota di dalam aktivitas-aktivitas kelompok, ketepatan waktu dalam setiap kegiatan kelompok, kepercayaan dan dorongan di antara anggota kelompok, penerimaan antar anggota kelompok dan kegembiraan yang dimiliki anggota kelompok2. Meningkatkan Kohesi KelompokAda beberapa metode di dalam meningkatkan kohesi kelompok. Cara yang paling efektif adalah membentuk hubungan yang kooperatif di antara anggota kelompok. Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan di antara anggota kelompok, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi di antara anggota kelompok, meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima di antara anggota kelompok, memperluas saling mempengaruhi di antara anggota kelompok dan mengembangkan norma-norma kelompok yang menunjang ekspresi individu di antara anggota kelompok.3. Kebutuhan InterpersonalManusia membutuhkan manusia lainnya. Semua manusia karena hidup di dalam masyarakat, harus memiliki keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakekat sosial manusia dikarenakan kebutuhan-kebutuhan interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan interpersonal, yaitu inklusi, control, dan afeksi.4. Mengembangkan dan memelihara kepercayaanAspek yang esensial di dalam meningkatkan kohesi adalah mengembangkan dan melihara kepercayaan di antara anggota kelompok. Kepercayaan adalah aspek penting karena merupakan kondisi yang dapat membuta kerja sama dengan stabil dan berkomunikasi dengan efektif. Makin tinggi tingkat kepercayaan di antara anggota kelompok, makin stabil kerja sama dan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok.Pada kelompok yang mempunyai tingkat kepercayaan tinggi, anggota kelompok akan lebih terbuka di dalam mengemukakan pendapat, perasaan, reaksi, opini, informasi, dan ide. Pada kelompok yang mempunyai tingkat kepercayaan rendah, anggota kelompok akan selalu menghindar, tidak jujur, dan tidak hati-hati di dalam berkomunikasi.5. Konsekuensi dari Kohesi kelompokAnggota kelompok yang kohesi lebih diap untuk berpartisipasi di dalam pertemuan-pertemuan kelompok. Mereka lebih setuju terhadap tujuan kelompok, lebih siap menerima tugas-tugas dan peranaan serta lebih mentaati norma-norma kelompok. Mereka juga memelihara dan mempertahankan norma-norma serta menolak orang lain yang merasa tidak sesuai dengan norma kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok.Kelompok yang kohesinya tinggi merupakan sumber rasa aman bagi para anggotanya, keberadaanya dalam kelompok dapat mengurangi rasa khawatir dan dapat meningkatkan rasa harga diri. Menyadari bahwa dirinya disukai, bahwa anggota lain memiliki tujuan dan nilai yang sama merupakan aspek-aspek penting dari kesehatan mental seseorang.Penerimaan anggota lain terhadap diri seseorang dapat meningkatkan partisipasi di dalam kelompok. Dengan demikian kohesi-kohesi kelompok yang tinggi dapat menghasilkan kelompok yang lebih baik dimana para anggotanya lebih kooperatif di dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih dapat mengatasi kesulitan-kesulitan.