bab 2 edited - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2010-1-00521-si bab...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
Teori-teori berikut merupakan teori yang digunakan untuk mendukung
konsep-konsep New Information Economics (NIE).
2.2.1 Sistem
Menurut Mathiassen (2000, p9), system adalah kumpulan komponen
yang mengimplementasikan kebutuhan fungsi dan antar muka permodelan.
Menurut McLeod (2001, p13), system adalah sekelompok elemen-elemen
yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan,
dimana unsur-unsur dari system meliputi input, transformasi, output, mekanisme
pengendalian, tujuan dan umpan balik (feedback).
Jadi dapat disimpulkan bahwa system itu adalah sekumpulan elemen-
elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.2 Informasi
Menurut McLeod (2001, p15), informasi adalah data yang telah diproses
atau data yang memiliki arti.
Menurut Bennett et al (2002, p593), informasi adalah fakta yang telah
terpilih dan relevan bagi suatu tujuan dan kemudian mengorganisir atau yang
diproses sedemikian sehingga mereka mempunyai arti dan tujuan.
9
Jadi secara umum kesimpulan definisi informasi adalah kumpulan dari
fakta atau data yang dapat diatur dan diproses dalam beberapa cara sehingga
dapat berguna bagi pengguna.
2.1.3 Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2003, p10), sistem informasi adalah kumpulan orang,
prosedur dan sumber daya yang mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan
informasi dalam perusahaan, sistem yang menerima data sebagai input dan
mengolahnya menjadi informasi sebagai output.
Menurut Turban (2001, p8), sistem informasi adalah sistem yang
mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menganalisa data, dan menyebarkan
informasi untuk tujuan-tujuan tertentu.
Kesimpulan dari definisi informasi adalah suatu prosedur yang
mengkoordinasikan manusia dan komputer dalam melakukan pemrosesan
masukan berupa data dan menghasilkan informasi, yang pada akhirnya dapat
bermanfaat bagi suatu organisasi khususnya pihak manajemen dalam
pengambilan keputusan.
2.1.4 Teknologi Informasi
Menurut Alter (1999, p42), teknologi informasi merupakan perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang digunakan oleh sistem
informasi. Hardware merupakan sekumpulan peralatan fisik yang terlibat dalam
pemrosesan informasi, seperti komputer, workstation, peralatan jaringan, tempat
penyimpanan data (data storage), dan peralatan transmisi (transmission devices).
10
Sedangkan software merupakan program komputer yang menginterpretasikan
masukan (input) oleh user dan memberitahukan kepada komputer tentang apa
yang harus dilakukan.
Teknologi Informasi (Turban, 2001, G-9) adalah komponen-komponen
tertentu dalam sistem informasi berbasis komputer.
2.1.5 Investasi
Menurut Sutojo (2000, p1), investasi merupakan upaya menanamkan
faktor-faktor produksi langka pada proyek tertentu. Proyek tertentu dapat bersifat
baru sama sekali atau perluasan proyek yang ada. Faktor produksi langka itu
dapat berbentuk :
• Dana
• Kekayaan alam (natural resources)
• Tenaga ahli dan tenaga terampil
• Teknologi tingkat tinggi
Investasi bertujuan utama untuk memperoleh berbagai macam manfaat
baik dari segi kuantitatif (manfaat finansial dan makro ekonomi), kualitatif
(manfaat politis, sosial, budaya), atau kombinasi dari keduanya.
Menurut Reily (1986, p708), investasi adalah komitmen pendanaan untuk
periode waktu tertentu yang akan memberikan hasil sebagai kompensasi bagi
investor selama selang waktu tersebut, tingkat inflasi selama periode waktu
tersebut dan resiko uang termasuk di dalamnya.
11
2.1.6 Investasi Teknologi Informasi
Menurut Schniederians (2004, p4), yang dimaksud dengan investasi
teknologi informasi adalah suatu keputusan investasi dalam mengalokasikan
seluruh tipe dari manajemen sistem informasi, termasuk diantaranya manusia dan
uang.
2.2 New Information Economics
Menurut Benson et al (2004, p99), New Information Econimics adalah
sekumpulan praktek terkoordinasi yang berdasarkan pada perinsip-perinsip dan
aktivitas-aktivitas yang secara efektif menghubungkan bisnis dan proses
manajemen teknologi informasi (TI) serta, tambahan menghubungkan strategi
bisnis perusahaan dengan inisiatif-inisiatif dan aktifitas-aktifitas TI.
2.2.1 Right Results dan Right Decisions
Right results (Benson, 2004, p1) adalah mengawasi biaya TI yang timbul
dan sekaligus meningkatkan dampak pada bottom line pada saat yang bersamaan.
Right decisions (Benson, 2004, p1) adalah mengarahkan tindakan
manajemen yang diperlukan untuk memproduksi right result.
Right decisions ini akan:
1. Membuat alternatif investasi yang lebih baik, atau dalam segi TI,
membuat ide-ide yang lebih baik untuk proyek pengembangan.
2. Memilih investasi dan proyek yang benar dari berbagai alternatif yang
ada.
12
3. Menghilangkan sumber daya TI yang tidak bekerja dengan baik dari
anggaran yang ada.
4. Meningkatkan kinerja sumber daya TI yang ada.
5. Mengimplementasikan dan memantau investasi terpilih dan peningkatan
kinerja.
Gambar 2.1 IT Improvement Zone
Tujuan dan prinsip right decisions/right result (Benson, 2004, p86):
1. Menerjemahkan misi dan strategi perusahaan menjadi arahan strategi
yang dapat dilaksanakan dan dipahami semua orang.
Prinsip-prinsipnya adalah:
• Proses perencanaan dan pengelolaan perusahaan harus
menghasilkan arahan strategis yang eksplisit dan dapat diterapkan
13
sehingga dapat menentukan inisiatif bisnis dan TI yang dapat
mencapainya.
• Seluruh langkah dan pengeluaran TI harus disesuaikan dengan
arahan strategi bisnis.
• Manajer dari berbagai area fungsional harus memiliki pemahaman
dan komitmen yang sama mengenai arahan strategis perusahaan.
Tiap bagian perusahaan, termasuk unit TI, harus memahami
bagaimana aktivitas di semua area fungsional, pada saat ini dan
masa mendatang, mendukung arahan strategi perusahaan.
2. Mendapat manfaat yang tepat dari teknologi informasi yang ada dan yang
akan datang dengan mengevaluasi pengaruhnya terhadap arahan strategis.
Prinsip-prinsipnya adalah:
• Pengaruh TI pada bisnis harus ditentukan dari hubungan sebab-
akibat dengan keluaran bisnis. Aktivitas dan sumber daya harus
direncanakan, diprioritaskan, dilaksanakan, dan diukur
berdasarkan atas hubungan dan kontribusinya pada hasil dari
bisnis.
• Sumber daya baik untuk pengeluaran tetap dan investasi baru
harus dialokasikan dan dianggarkan berdasarkan hubungan
eksplisitnya dengan arahan strategis.
3. Mengelola budaya dan peran manajemen yang tepat sejalan dengan
digunakannya TI untuk mencapai arahan strategi bisnis.
Prinsipnya adalah:
14
• Peran manajer terdefinisikan dengan jelas untuk memastikan
partisipasi yang benar dan menghindari tidak adanya hubungan
yang dapat diakibatkan oleh budaya yang ada sekarang.
4. Mengelola TI sebagai suatu kumpulan sumber daya dan portfolio proses.
Prinsipnya adalah:
• Seluruh aktivitas dan pengeluaran TI harus dikelola dalam
portfolio sumber daya dan proses untuk kepentingan penilaian
pengaruh, pengaturan kinerja, penilaian tingkat kualitas dan
layanan, dan komitmen sumber daya.
5. Menghasilkan langkah-langkah dan hasil bottom-line yang tepat dengan
menggunakan evaluasi proyek dan pengukuran kinerja untuk
mencapainya.
Prinsipnya adalah:
• Perencanaan, penentuan prioritas, dan pengukuran harus
menggabungkan dukungan “strategy to action” dengan
kemampuan untuk bereaksi pada kejadian-kejadian yang tidak
terduga dan perubahan bisnis.
15
2.2.2 Praktek dari New Information Economics
Gambar 2.2 Praktek dari New Information Economics
Praktek NIE 1: Strategic Demand/Supply Planning
Menerjemahkan strategi bisnis dalam terminologi tertentu sehingga
memberikan arahan yang jelas bagi TI tentang apa yang ingin dicapai
perusahaan, kemudian menentukan kebutuhan strategis TI untuk mencapai
strategi bisnis tersebut. Perencanaan strategis TI harus menyediakan solusi
teknologi. Hasilnya adalah suatu agenda strategis penggunaan TI dalam bisnis
yang dapat dijadikan rencana TI dan langkah-langkahnya.
16
Praktek NIE 2: Innovation
Mengubah strategi bisnis dengan adanya dukungan TI. TI merespon
terhadap kebutuhan bisnis, dan terkadang bisnis mengubah arahnya berdasarkan
apa yang mampu diberikan oleh TI. Hal ini mampu menemukan peluang bisnis
yang diciptakan TI dan juga menyediakan cara untuk memasukkan peluang itu
ke dalam perencanaan strategi bisnis.
Praktek NIE 3: Prioritization
Menilai dampak bisnis dari rencana TI, memprioritaskan proyek-proyek
tersebut, dan mengalokasikan sumber daya ke proyek yang paling bernilai.
Perusahaan harus mengalokasikan dana hanya pada proyek-proyek yang secara
langsung berhubungan dengan tujuan strategisnya. Hal ini membantu dalam
mengetahui proyek TI mana yang benar-benar mendukung strategi dan
mengurutkannya berdasarkan kontribusinya bagi masa depan bisnis.
Praktek NIE 4: Alignment
Menilai dampak TI yang ada saat ini pada bisnis dan menentukan yang
manakah yang perlu mendapatkan sumber daya, dan tidak menganggap semua TI
yang beroperasi saat ini adalah yang terpenting bagi bisnis. Hasilnya adalah
suatu pendekatan yang lebih rasional untuk pemberian sumber daya bagi TI yang
sudah ada dan mungkin tersedianya dana untuk pengembangan TI yang baru.
Praktek NIE 5: Performance Measurement
Mengukur kinerja TI berdasarkan hubungannya dengan bisnis dengan
cara menggabungkan pengukuran kinerja operasional dan taktis TI dengan
pengukuran dampaknya pada bisnis. Hal ini membantu menentukan apa saja
yang perlu diukur, bagaimana mengelola TI berdasarkan ukuran tersebut,
17
danbagaimana mengkomunikasikan kinerjanya pada manajer bisnis dengan cara-
cara yang dapat dimengerti. Hasilnya adalah peningkatan kinerja TI dan
peningkatan komunikasi antar manajemen bisnis.
Practice Support : IT Impact, Portfolio, Culture Management
Kelima praktek NIE didukung oleh konsep value, portfolio dan culture
management. IT Impact Management berhubungan dengan culture management
suatu perusahaan dan memberikan suatu kerangka kerja untuk memperlihatkan
apa yang penting bagi perusahaan. Portfolio management memberikan gambaran
mengenai keselurujan pengeluaran IT, menyediakan suatu kerangka kerja untuk
membuat prioritas dan keputusan investasi manajemen. Culture management
memungkinkan perusahaan untuk menghadapi budaya perusahaan yang sudah
ada sebelumnya, untuk menghilangkan halangan terhadap perubahan proses
manajemen. (Benson et al, 2004, p10)
2.2.3 Tujuh pertanyaan dasar dengan berfokus pada tingkat kemampuan (affordability) dan dampak (impact)
Pada umumnya suatu bisnis menghadapi tiga tekanan dalam upaya
mengontrol pengeluaran TI untuk memperoleh dampak pada bottom-line.
Pertama, aktivitas TI berjalan biasanya membutuhkan pengeluaran tahunan yang
semakin meningkat. Kedua, setiap tahunnya, bisnis membutuhkan investasi TI
(proyek), meningkatkan permintaan budget untuk periode mendatang. Terakhir,
manajer bisnis terus melakukan upaya penekanan biaya-biaya TI, pengeluaran
light-on maupun investasi baru.
18
Itu sebabnya dibutuhkan keterlibatan pihak manajemen dalam
mengupayakan pemeriksaan terhadap semua pengeluaran TI, dengan
menggunakan dampak bottom-line sebagai standar perbandingan dan membuat
pola pengeluaran TI dan dana-dana yang dibutuhkan, batasan dana dan instruksi-
instruksi tertentu untuk mendukung aktivitas TI baru yang dibutuhkan
perusahaan. Untuk melakukan hal tersebut perusahaan perlu melakukan analisa
melalui tujuh pertanyaan dasar sebagai berikut:
Affordability Questions:
1. Apa yang dapat perusahaan sediakan dalam hal pengeluaran TI?
2. Apakah perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya TI yang tidak
dibutuhkan?
3. Apakah perusahaan dapat mengalokasikan pengeluaran untuk
mendukung proyek-proyek yang dibutuhkan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas menempatkan penilaian manajemen
tentang dimana dan bagaimana untuk menggunakan sumber daya perusahaan
dalam operasinya, yang mana TI sebagai salah satu bagiannya.
Impact Questions:
1. Apakah perusahaan sudah menginvestasikan sumber daya TI pada tempat
yang tepat?
2. Apakah strategi bisnis perusahaan mempengaruhi tindakan TI dan
menghasilkan dampak pada bottom-line?
3. Apakah perusahaan mecapai dampak pada bottom-line dari sumber daya
light-on?
19
4. Apakah perusahaan sudah memiliki strategi dan investasi taktikal yang
seimbang?
Pertanyaan tentang dampak di atas menunjukan tingkat penyelarasan dari
pengeluaran TI dengan arahan strategi dan goals perusahaan. Dengan
mempertimbangkan tingkat pemampuan (affordability) dan dampak (impact),
tim manajemen dapat berfokus pada aktivitas mereka secara efisien dan
mengarahkan tindakan-tindakan dari grup manajemen TI.
2.2.4 Strategy-to-Bottom-Line Value Chain
Strategy-to-Bottom-Line Value Chain (Benson et al, 2004, p92) yaitu
serangkaian proses manajemen yang saling berhubungan yang penting dalam
proyek dan anggaran operasional, dan ukuran kinerja untuk memantau
pelaksanaan dan pengaruh pada bottom-line.
Gambar 2.3 Strategy-to-Bottom-Line Value Chain
Elemen-elemen penting dalam proses perencanaan dan pengelolaan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan hasil dan keputusan yang tepat bagi bottom-line
(Benson et al, 2004, p93):
20
• Perencanaan yang efektif: menghasilkan strategi TI, program, inisiatif
yang didorong oleh strategi bisnis, sasaran dan kebutuhan operasional.
• Keputusan sumber daya yang tepat: meninjau investasi dan
memprioritaskan program, inisiatif, dan proyek strategis, hasilnya adalah
sumber daya yang dialokasikan pada proyek TI.
• Rencana anggaran, proyek, dan operasional yang dapat diterapkan:
merealisasikan anggaran operasional tahunan, dan menentukan jadwal
dan sasaran kegiatan TI dan proyek akan mencerminkan tindakan TI yang
akan memberikan hasil bisnis yang diinginkan.
Rantai nilai Strategy-to-Bottom-Line tersusun dari:
1. Sebuah kerangka kerja yang terintegrasi untuk keseluruhan rantai yang
berdasarkan pada aturan, tanggung jawab dan informasi manajemen yang
terbagi dan konsisten.
2. Sekumpulan praktek-praktek yang terkoneksi dan terhubung yang dapat
mengambil dan merealisasikan keuntungan untuk keseluruhan kerangka
kerja. Hal ini membutuhkan praktek-praktek yang terdefinisikan dengan
baik dengan aturan-aturan dan proses-proses yang konsisten.
3. Sekumpulan keluaran-keluaran terdefinisi yang konsisten secara internal,
dibawa melalui arahan strategi bisnis kepada proyek-proyek dan
anggaran-anggaran IT yang menghasilkan langkah nyata.
21
Gambar2.4 Value Chain Deliverables
Berikut adalah deskripsi hasil dari kedua belas elemen rantai nilai strategi yaitu:
1. Arahan strategi bisnis. Berisi misi perusahaan dan arahan strategi.
2. Perkiraan portfolio. Berisi tentang penyelarasan yang seharusnya,
layanan, kualitas, teknologi, dan intensitas penggunaan setiap item
aplikasi pada portfolio.
3. Agenda strategi TI. Agenda ini adalah hasil rencana strategi TI yang
menjelaskan mengenai apa yang diharapkan oleh bisnis (demand) pada TI
untuk dapat mencapai arahan strategi tersebut. Digunakan untuk
mengarahkan kebutuhan TI strategis dan proyek-proyek, juga
menentukan pengaruh bottom-line yang diharapkan dari pengeluaran TI.
22
4. Rencana strategi TI. Adalah hasil dari perencanaan strategi TI, yang
menentukan apa yang harus dilakukan unit TI untuk memenuhi
kebutuhan yang ada dalam agenda TI strategis. Digunakan sebagai
kerangka kerja strategis untuk anggaran lights-on TI dan proyek yang
berkaitan dengan teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung proyek
bisnis.
5. Kebutuhan strategi TI. Yaitu sebuah pernyataan akan program dan
inisatif yang diprioritaskan, yang akan memenuhi kebutuhan agenda
strategi TI dan arahan strategi bisnis.
6. Proyek-proyek. Proyek-proyek spesifik didefinisikan sebagai jawaban
bagi program-program dan inisiatif yang telah didefinisikan pada
kebutuhan strategi TI. Mereka merupakan kandidat-kandidat yang akan
diprioritaskan dalam rencana atau anggaran proyek tahunan. Isinya
adalah proyek nyata yang dapat direalisasikan.
7. Rencana proyek tahunan. Yaitu serangkaian proyek yang diharapkan
akan diselesaikan dalam tahun tersebut. Berisi tentang sebuah portfolio
dari proyek yang sudah terjadwal, berikut dengan sumber daya yang
disesuaikan dengan arahan strategi bisnis.
8. Rencana bisnis tahunan. Yaitu serangkaian rencana taktis dan operasional
tahunan untuk unit-unit bisnis. Hal ini merupakan dasar pembuatan
rencana proyek tahunan dan mendefinisikan hal-hal yang dibutuhkan
unit-unit bisnis dari TI secara taktis.
23
9. Rencana TI. Serangkaian rencana taktis dan operasional tahunan untuk
organisasi TI. Hal ini merupakan dasar pembuatan anggaran lights-on
untuk mendukung unit-unit bisnis.
10. Anggaran proyek. Anggaran adalah anggaran investasi untuk proyek
selama satu tahun. Anggaran didasarkan pada tingkat kemampuan bagi
unit bisnis.
11. Anggaran lights-on. Adalah anggaran dasar untuk aktivitas-aktivitas
organisasi TI yang sedang berjalan. Anggaran ini menyediakan semua
layanan dan dukungan yang tidak disediakan pada Anggaran proyek.
12. Matriks pengukuran kinerja. Merupakan sekumpulan matriks untuk TI
dan penggunaan TI dalam bisnis. Isinya didokumentasikan berdasarkan
kegiatan/praktek perusahaan.
2.2.5 Hubungan pada Bottom-Line
Ada tiga cara untuk mendefinisikan pengeluaran TI yang terkait dengan
bottom-line:
1. Secara nyata, pengeluaran perusahaan untuk TI merupakan biaya bagi
perusahaan, sehingga menghilangkan proyek kerja atau mengurangi biaya
lights-on yang mempengaruhi bottom-line
2. Investasi TI baru dapat menghasilkan pendapatan atau mengurangi
pengeluaran secara langsung.
3. Yang tidak kalah penting juga, sebuah pengeluaran TI dapat
memungkinkan atau mendukung aktivitas bisnis yang dengan sendirinya
berdampak pada bottom-line.
24
Tantangan terberat dan juga peluang dalam mengelola pengeluaran TI
dan meningkatkan dampak pada bottom-line adalah ketika proyek dan anggaran
operasional tidak menghasilkan pengurangan biaya seperti yang dijanjikan atau
menghasilkan pengembalian keuangan dengan segera.
Fokusnya adalah total pengeluaran TI, yaitu semua proyek dan biaya
operasional. Jadi tantangannya adalah bagaimana menggunakan metode yang
sehat untuk menghubungkan bottom-line dengan semua proyek baru dan semua
komponen dari pengeluaran TI yang berjalan dan untuk menentukan bagaimana
mengendalikan total pengeluaran TI.
Dalam hal di atas, masalahnya bukan untuk memilih aplikasi secara
individual pada anggaran operasional tetapi masalahnya adalah bagaimana
mengalokasikan anggaran operasional pada aplikasi yang terbaik sehingga
meningkatkan dampak pada bottom-line.
Metode-metode dasar untuk menghubungkan bottom-line terdiri dari tiga
elemen yaitu:
1. Dengan memprioritaskan semua investasi TI berdasarkan dampak pada
bottom-line (meliputi resiko), perusahaan mengembangkan keseluruhan
kinerja bottom-line dengan memilih investasi yang berdampak tinggi dan
menghilangkan atau mengerjakan ulang investasi yang berdampak
rendah.
2. Dengan menyelaraskan pengeluaran lights-on TI (seperti infrastruktur,
aplikasi-aplikasi yang ada) pada bisnis, perusahaan mengembangkan
25
keseluruhan kinerja bottom-line dengan mengubah atau menghilangkan
aktivitas-aktivitas yang berdampak rendah.
3. Dengan memahami biaya dari elemen pengeluaran TI dan dengan
memperkirakan kinerja dari pengeluaran lights-on TI berdasarkan
teknologi, arsitektur, kualitas dan tingkat pelayanan, perusahaan
mengembangkan keseluruhan kinerja bottom-line dengan menghilangkan
aktivitas TI yang kinerjanya kurang baik dan biayanya mahal.
Kunci untuk memperkirakan dampak bottom-line adalah menentukan
sebab dan akibat. Sedangkan kunci sebab akibat pada bottom-line adalah
tindakan manajemen. Bila kita hanya membeli infrastruktur, membuat atau
membeli aplikasi tidak akan berarti apa-apa apabila unit bisnis tidak mengambil
tindakan dan para manajer mengubah apa yang mereka kerjakan.
Kunci untuk sebab dan akibat pada bottom-line adalah pada masa
mendatang. Pada bottom-line, ini adalah dasar perubahan manajemen untuk bisa
berhasil pada sebuah proses bisnis atau perilaku berbisnis untuk mencapai
pengurangan biaya atau peningkatan pendapatan. Tindakan manajemen masa
mendatang merupakan sebuah target berjalan, yang dipengaruhi oleh perubahan
kondisi bisnis dan perubahan tim manajemen secara fundamental.
26
2.2.6 Sebab dan Akibat Berbasis pada Arahan Strategis
Pada dasarnya, dengan terfokus pada arahan strategis, perusahaan sedang
memprediksikan apa yang akan dilakukan manajemen di masa yang akan datang
dengan upaya untuk mnggunakan TI dalam bisnis sehingga memberi dampak
pada bottom-line.
Intention (arahan) adalah refleksi dari apa yang akan dilakukan oleh
manajemen di masa yang akan datang.
Strategic Intention (arahan strategis) adalah apa yang akan dilakukan oleh
manajemen dalam rangka meningkatkan efektivitas strategi atau operasional
yang berpengaruh pada bottom-line.
Menurut Michael Porter, definisi umum dari efektifitas operasional dan
strategis adalah sebagai berikut:
• Efektivitas operasional berarti melaksanakan aktivitas-aktivitas yang
serupa dengan para pesaing dengan cara yang lebih baik.
• Efektifitas strategis berarti melaksanakan aktivias-aktivitas yang berbeda
dengan pesaing atau melaksanakan aktivitas yang serupa dengan cara
yang berbeda.
27
2.2.7 Memahami Biaya dan Sumber Daya
Dalam dunia keuangan, portfolio adalah sekumpulan dari investasi dan
sumber daya keuangan seperti stok dan surat obligasi yang diadakan oleh
individual atau organisasi. Portfolio juga terdiri dari informasi mengenai
investasi-investasi dan sumber daya seperti sejumlah saham, nilai yang ada dan
kapan suatu asset diperlukan.
Dalam dunia TI sebuah portfolio adalah sekumpulan dari investasi-
investasi dan sumber daya TI bersama dengan informasi terkait. Setiap item pada
portfolio menggunakan investasi dan sumber daya TI bersama dengan informasi
terkait. Setiap item pada portfolio menggunakan investasi dan sumber daya
terpisah seperti aplikasi, komponen infrastruktur layanan TI atau kegiatan
manajemen.
Gambar 2.5 Basic Portfolio Template
28
2.2.8 Portfolio Management
Menurut Benson et al (2004,p47), portfolio merupakan kumpulan dari
sumber daya. Portfolio management yang digunakan dalam NIE merupakan alat
(tool) yang digunakan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai
investasi dan sumber daya TI.
Portfolio digunakan untuk menggambarkan keseluruhan sumber daya TI.
Sumber daya TI itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu investasi baru dan lights-
on. Yang dimaksud dengan investasi baru adalah proyek, termasuk modal dan
anggaran biaya untuk membiayai kebutuhan software/hardware baru. Sedangkan
biaya lights-on adalah biaya yang sedang berjalan karena penggunaan aplikasi,
infrastruktur, jasa, dan aktivitas manajemen yang ada.
Gambar 2.6 Total Sumber Daya TI yang Dijabarkan dalam Portfolio
29
a. Portfolio ligts-on
Portfolio untuk biaya lights-on dibagi menjadi empat, yaitu aplikasi,
infrastruktur, jasa, dan manajemen. Aplikasi yang dimaksud di sini adalah
aplikasi yang digunakan untuk menunjang bisnis perusahaan. Infrastruktur
adalah semua infrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang aplikasi dan jasa.
Sedangkan jasa adalah hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan terhadap
penggunaan aplikasi misalnya helpdesk, reparasi, instalasi, dan konsultasi.
Manajemen merupakan aktivitas-aktivitas seperti planning, training, budgeting,
dan human resources.
Dengan mengkategorikan sumber daya TI lights-on, akan memudahkan
manajemen untuk memahami dan menganalisa pengeluaran TI saat ini dan
investasi TI di masa mendatang. Keempat biaya lights-on tersebut digambarkan
seperti di bawah ini.
Gambar 2.7 Portfolio lights-on
30
b. Portfolio Investasi Baru
Portfolio untuk biaya investasi baru terdiri dari portfolio strategic,
factory, mandated, dan future strategic. Tujuan dari pengelompokkan investasi
baru adalah untuk mengklasifikasi investasi TI dalam manajemen, sehingga
memudahkan manajemen untuk memahami investasi itu sendiri dan
memungkinkan manajemen untuk menyeimbangkan investasi yang dibuat.
Keempat kategori investasi baru ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 2.8 Portfolio Investasi Baru (Benson et al, 2004, p60)
Untuk lebih jelasnya, keempat kategori tersebut dideskripsikan dalam
table di bawah ini.
31
Tabel 2.1 Deskripsi empat kategori portfolio NIE (Benson et al, 2004, p61)
2.2.9 Portfolio dalam Praktek New Information Economics
Gambar 2.9 Portfolio dalam praktek NIE
32
Portfolio adalah dasar dari praktek NIE. Setiap praktek NIE
menggunakan informasi portfolio secara maksimum. Dengan menggunakan
informasi portfolio, penggunaan praktek NIE seperti prioritasasi, penyelarasan,
pengukuran kinerja dapat menjadikan keputusan investasi menjadi efektif.
Dengan adanya informasi portfolio maka memungkinkan manajemen untuk:
• Prioritasisasi investasi.
• Memahami pengalokasian sumber daya baik pada investasi baru maupun
pengeluaran operasional.
• Evaluasi kinerja dari elemen portfolio.
• Mencoret portfolio operasional yang kualitasnya atau kinerjanya rendah
atau juga yang biayanya tinggi.
• Menentukan strategi untuk memperbaharui portfolio elemen operasional.
Dengan melakukan hal diatas melalui portfolio maka manajer dapat
terhindar dari penilaian kasus per kasus dengan menggunakan aturan yang sama
untuk semua elemen.
Dengan portfolio TI dan praktek NIE manajemen dapat :
• Sumber daya TI digunakan pada tingkat yang tepat.
• Setiap aplikasi, layanan atau infrastruktur yang mampu diperbarui atau
dihapuskan.
• Kumpulan investasi TI sesuai dengan kebutuhan bisnis saat ini.
• Kumpulan investasi mendukung arahan strategi jangka panjang.
• Panduan investasi pada portfolio adalah yang seimbang dengan hasil
layanan dan kualitas.
33
• Beberapa sumber TI bisa saja berkinerja rendah.
2.2.10 Risk Assessment
Definisi ”Risk” (Benson, 2004, p147) adalah ancaman terhadap
kesuksesan suatu proyek. Yang tidak termasuk resiko dalam konteks ini adalah
tidak selesainya proyek, dan resiko bisnis yang terkait dengan pasar, pelanggan,
penerimaan industri atas hasil proyek.
Beberapa perusahaan memilih risk assessment sebagai bagian dari proses
prioritisasi. Perusahaan-perusahaan dapat beradaptasi faktor-faktor resiko dari
Information Economic terdahulu pada praktek prioritisasi New Information
Economic (NIE).
Faktor-faktor dari Information Economic terdahulu adalah sebagai
berikut:
1. Resiko yang bersifat organisasi atau proyek: tingkat dimana kesuksesan
suatu proyek tergantung dari kemampuan bisnis yang belum teruji atau
masih baru, serta pengetahuan dan pengalaman bisnis yang dimilikinya.
Resiko ini juga diperhitungkan dapat memberikan perubahan-perubahan
yang diperlukan dalam suatu proyek.
2. Ketidakpastian definisi: tingkat dimana kebutuhan bisnis telah terdefinisi,
dipahami, dan secara akurat diterjemahkan ke dalam kebutuhan informasi
dan sistem aplikasi yang bersifat fungsional.
3. Ketidakpastian teknis: tingkat dimana suatu proyek tergantung pada
teknologi yang belum teruji dan tingkat dimana perusahaan mempunyai
34
pengalaman yang memadai dalam merancang dan membangun aplikasi
dengan teknologi tersebut.
4. Resiko infrastruktur sistem informasi (SI): tingkat dimana lingkungan
teknis memiliki faktor-faktor yang dibutuhkan yaitu data administrasi,
komunikasi, manajemen proyek dan pengembangan.
5. Resiko teknis: tingkat dimana pemakaian teknologi tertentu yang
membutuhkan manajemen baru, keterampilan analisis atau
pengembangan.
6. Resiko investasi: tingkat dimana non-project investment dibutuhkan
untuk membuat proyek tersebut berhasil.
7. Resiko manajemen proyek: tingkat dimana manajer proyek mampu dan
dapat melakukan dan menangani kerugian proyek baik secara teknis
maupun organisasional.
2.2.11 Praktek Alignment
Menurut Benson et al (2004, p150-156), praktek prioritization
memungkinkan manajemen untuk menyetujui sumber daya untuk initiatives TI
yang diusulkan berdasarkan pada dampak bottom-line dan hubungannya terhadap
strategic intention, maka praktek alignment melakukan hal yang sama untuk
aplikasi TI dan infrastruktur yang telah ada.
2.2.11.1 Tiga Bagian Praktek Alignment
Praktek alignment dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
35
1. Strategic Alignment
Memusatkan penyelarasan pada empat aset TI (aplikasi,
infrastruktur, layanan, dan manajemen) terhadap strategic intention.
Tabel 2.2 Contoh Alignment Data
2. Internal IT Alignment
Memusatkan seberapa baik empat aset TI untuk konsisten
satu dengan lainnya dan seberapa baik layanan dan infrastruktur
mendukung kelompok aset aplikasi.
3. Funtional Alignment
Memusatkan service level, quality, technology, dan intensiry
of use untuk tiap kelompok aset TI.
36
Tabel 2.3 Contoh Portfolio Aplikasi
Dari table diatas, dapat dibuat diagram bubble untuk pembuatan
keputusan, yaitu :
Gambar 2.10 Perkiraan Portfolio untuk Pembuatan Keputusan
37
2.2.11.2 Strategi Investasi
Ada dua strategi investasi pada portfolio lights on, yaitu sebagai
berikut :
• Strategi investasi berdasarkan hubungan alignment/quality
Menurut Benson et al (2004, p139-140), ada lima strategi
investasi mengenai aplikasi yang dikategorikan dalam beberapa
alignment/quality. Dengan menilai kombinasi alignment dan quality
untuk aplikasi, manajemen dapat membuat keputusan investasi
berdasarkan dampat bottom-line pada bisnis, dimana biaya lights on
seharusnya dinaikan, pengeluaran seharusnya dikurangi, dan investasi apa
yang mempunyai dampak terbesar dalam bisnis.
Tabel 2.4 Strategi Investasi untuk Portfolio Aplikasi Lights-On
Berdasarkan Alignment/Quality
38
Gambar 2.11 Keputusan Investasi dalam Portfolio Aplikasi Lights-On
Berdasarkan Alignment/Quality
• Strategi investasi berdasarkan hubungan dependency/quality
Menurut Benson et al (2004, p65-66), pertimbangan aplikasi
portfolio lights on untuk pelayanan keuangan perusahaan, melalui latihan
penilaian penyelarasan, menilai aplikasi tersebut menurut dependency
(apakah aplikasi tersebut benar-benar digunakan?) dan quality (apakah
informasi yang terdapat pada aplikasi tersebut akurat?). (Apakah aplikasi
tersebut tersedia jika dibutuhkan?) dan seterusnya.
Tabel 2.5 Strategi Investasi untuk Portfolio Aplikasi Lights-On Berdasarkan
Dependency/Quality
39
Gambar 2.12 Keputusan Investasi dalam Portfolio Aplikasi Lights-On
Berdasarkan Dependency/Quality
2.2.12 Praktek Demand/Supply Planning
Menurut Benson et al (2004, p 173), proses perencanaan yang ideal
berhadapan dengan elemen-elemen sebagai berikut :
• Inputs : Arahan strategi bisnis, portfolio dan manajemen strategis,
serta pengukuran dan manajemen kinerja.
• Outputs : Agenda strategi TI, perencanaan strategi TI, dan kebutuhan
strategi TI.
Hubungan antara perencanaan dengan proses yang
mengimplementasikannya yaitu hubungan langsung ke perencanaan tahunan TI
dan bisnis, dan hubungan langsung ke anggaran tahunan TI dan perusahaan.
Untuk menjalankan perencanaan strategi demand/supply kita dapat
melihat dari tabel dibawah ini. Dimana satu arahan strategi menciptakan arahan
40
strategi untuk penggunaan TI, dan penyampaian perencanaan strategi untuk TI.
Harus diingat pada tabel dibawah ini menyatakan hubungan satu dengan yang
lain antara arahan strategi bisnis dengan penyampaian arahan strategi TI.
Tabel 2.6 Strategic Intention to IT Strategic Plan
2.2.13 Praktek Innovation
Menurut Benson et al (2004, p 187-192), TI telah dan masih menjadi alat
pendukung utama atas berjalannya perusahaan. Tujuan dan kriterianya untuk
menuju kesuksesan telah diwujudkan pada kemampuan bereaksi atas kebutuhan
aplikas bisnis, kemampuan infrastruktur dan pelayanan pendukung. Dengan TI,
perusahaan dapat membuat tujuan, program, strategi dan rencana. TI dapat
menciptakan dan membedakan produk, pasar dan konsumen yang potensial. Oleh
41
karena itu, kegiatan innovation merupakan salah satu kegiatan terpenting yang
harus dilakukan oleh perusahaan, terutama dibidang TI.
Innovation pada NIE terdiri dari empat komponen, yaitu :
1. Business and technology monitoring (pemantauan bisnis dan teknologi) :
meninjau kembali manajemen bisnis dan TI dari factor perubahan bisnis
dan teknologi yang akan memberikan pengaruh bisnis (Apa saja
perubahan yang mempengaruhi perusahaan?).
2. Innovation visioning (visi inovasi) : mengembangkan alternatif visi atau
arah bagi perusahaan, merespon perubahan bisnis dan TI serta
memperoleh kesepakatan atas alternatif visi (”Apa yang dapat kita
lakukan?”).
3. Business Context and Choices (konteks dan pilihan bisnis) : memberikan
pilihan mengenai visi atau arah bagi perusahaan yang menjelaskan
bagaimana bisnis dapat berfungsi (”Apa yang harus kita lakukan?”).
4. Actionable Innovation (inovasi yang dapat ditindak lanjuti) : membentuk
skenario dan prototipe perencanaan aksi untuk innovation yang
menciptakan outline perencanaan yang dapat dilakukan. (”Apa yang akan
kita lakukan?”)
2.2.14 Praktek Prioritization
Menurut Benson et al (2004, p141-145), dasar dari prioritas bisnis
merupakan alat untuk menilai dampak dari bottom line dari TI proyek dan
memakai sumber daya yang paling terpercaya. Prioritization memfokuskan
untuk menaksir nilai bisnis dalam kaitannya dengan dampak bottom line, dari
42
investasi TI yang diusulkan. Skor portfolio proyek TI untuk dampak diambil dari
business value scorecard yang terdiri dari atas arahan strategi beserta bobot dan
diisi oleh orang-orang yang berperan penting.
Gambar 2.13 Pemberian Skor Prioritas Pada Proyek
Menurut Benson et al (2004, p135-136), tabel dibawah menunjukkan
jenis-jenis proyek pada serangkaian dampak pada lapisan bawah. Rangkaian
tersebut merupakan hasil penilaian dari tiap-tiap proyek pada arahan strategi
bisnis.
43
Tabel 2.7 Contoh Investasi Portfolio Proyek
Dari tabel diatas, dapat dibuat diagram bubble untuk pembuatan
keputusan proyek, yaitu :
Gambar 2.14 Porfolio Proyek untuk Pengambilan Keputusan