analisis resep edited

40
BAB I PENDAHULUAN Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat untuk suatu penyakit, dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, efek samping, interaksi antar obat dan dari segi ekonomi. 1 Intervensi farmakoterapi merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian, diperlukan suatu komunikasi yang baik antara dokter dan penyedia obat agar pasien memperoleh pelayanan medik yang baik. Salah satu bentuk alat komunikasi tersebut adalah resep. 1 2 Resep juga perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker dan pasien. Selain itu, resep juga merupakan permintaan tertulis kepada apoteker untuk

Upload: marliana-sihombing

Post on 10-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

xfsedfw

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Resep Edited

BAB I

PENDAHULUAN

Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan

pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan

obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga

diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat untuk suatu penyakit,

dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, efek samping, interaksi antar

obat dan dari segi ekonomi.1

Intervensi farmakoterapi merupakan komponen yang tak terpisahkan

dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian, diperlukan suatu komunikasi yang

baik antara dokter dan penyedia obat agar pasien memperoleh pelayanan medik

yang baik. Salah satu bentuk alat komunikasi tersebut adalah resep.1 2

Resep juga perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker dan

pasien. Selain itu, resep juga merupakan permintaan tertulis kepada apoteker

untuk mengambilkan obat dan merupakan perwujudan akhir dari kompetensi,

pengetahuan keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang

farmakologi dan terapi.3,4

Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan resep mengharuskan

dokter untuk lebih teliti dalam menulis resep. Penulisan resep dan penggunaan

obat yang tidak rasional dapat menurunkan mutu pengobatan dan pelayanan

kesehatan secara langsung maupun tidak langsung. Kerasionalan penulisan resep

Page 2: Analisis Resep Edited

adalah kesesuaian kombinasi obat dari sudut terjadinya interaksi antar obat dalam

resep yang meliputi interaksi farmakodinamik dan/atau interaksi farmakokinetik.5

1.1. Definisi dan Arti Resep

Definisi

Menurut SK. Mes. Kes. No. 922/Men.Kes/ l.h menyebutkan bahwa resep

adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada

Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat

bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku 3

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam

bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita 6

Arti Resep

1. Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi

profesional antara dokter (penulis resep), APA (apoteker penyedia/pembuat

obat), dan penderita (yang menggunakan obat).

2. Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka

isi resep merupakan refleksi/pengejawantahan proses pengobatan. Agar

pengobatan berhasil, resepnya harus benar dan rasional.3

Page 3: Analisis Resep Edited

1.2. Kertas Resep

Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar

10-12 cm dan panjang 15-18 cm. Untuk dokumentasi, pemberian obat kepada

penderita memang seharusnya dengan resep, permintaan obat melalui telepon

hendaknya dihindarkan.

Blanko kertas resep hendaknya oleh dokter disimpan di tempat yang aman

untuk menghindarkan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab, antara lain dengan menuliskan resep palsu meminta obat bius.

Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor

urut pembuatan serta disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Setelah

lewat tiga tahun, resep-resep oleh apotek boleh dimusnahkan dengan membuat

berita acara pemusnahan seperti diatur dalam SK Menkes RI

no.270/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotek. 6,7

1.3. Model Resep yang Lengkap

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk

dibuatkan obatnya di Apotek. Resep yang lengkap terdiri atas:6,7

a. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula

dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.

b. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.

c. Tanda R/, singkatan dari Recipe yang berarti “harap diambil”

(superscriptio).

Page 4: Analisis Resep Edited

d. Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya

(inscriptio)

e. Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :

Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat pokok

ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari beberapa

bahan.

Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;

adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.

Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna atau

bau obat (corrigens saporis, coloris dan odoris)

Constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalau resep berupa

komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya konstituens obat

minum air.

f. Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk bahan

padat (mikrogram, milligram, gram) dan satuan isi untuk cairan (tetes,

milliliter, liter).

Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang

dimaksud ialah “gram”.

g. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki (subscriptio)

misalnya f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan obat

berupa puyer.

Page 5: Analisis Resep Edited

h. Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan

bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura, biasanya disingkat

S.

i. Nama penderita di belakang kata Pro : merupakan identifikasi penderita,

dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan memudahkan

penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.

j. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang

menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep

obat suntik dari golongan Narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap

oleh dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup

dengan paraf saja.

1.4. Seni dan Keahlian Menulis Resep yang Tepat dan Rasional

Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk penderitanya,

yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta terapi yang

akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simptomatik atau kausal. Penulisan resep

yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu

banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat

dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara

individual.3

Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis

secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini

Page 6: Analisis Resep Edited

perlu mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya

hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda.6

Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima

tepat, ialah sebagai berikut : setelah diagnosanya tepat maka kemudian memilih

obatnya tepat yang sesuai dengan penyakitnya diberikan dengan dosis yang tepat

dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat dengan cara

yang tepat untuk penderita yang tepat.6

Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan

hal-hal sebagai berikut:6

Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan

Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain

Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu

Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki

Meningkatnya ongkos pengobatan bagi penderita yang sebetulnya dapat

dihindarkan.

Page 7: Analisis Resep Edited

BAB II

ANALISA RESEP

2.1. Resep

Contoh Resep dari Poliklinik Mata

A. Resep asli

GAMBAR RESEP

Page 8: Analisis Resep Edited

B. Kelengkapan resep

Klinik : Poliklnik Mata

Tanggal : 9 Agustus 2011

Nama Pasien : Hj Asiah

Umur : 53 tahun

No. RMK : 67-62-67

Alamat : Jl Sultan Adam no 17 rt 25

Pekerjaan : -

Keluhan : Pasien datang dengan mata kemerahan semenjak 2 hari

yang lalu

Diagnosa RS : Konjungtivitis iritasi.

2.2. Analisis Resep

2.2.1. Penulisan resep

Secara umum resep kurang jelas terbaca dan cukup sulit untuk

dipahami. Seharusnya suatu resep harus jelas dibaca sehingga tidak

menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat-obatan. Hal ini sesuai

dengan aturan penulisan resep yang benar tulisan harus dapat dibaca

dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.

Resep sudah ditulis dengan bahasa latin sehingga sudah memenuhi

kriteria resep yang benar. Resep pada penulisan sudah ditulis dengan

menggunakan tinta, sehingga diharapkan tulisan pada kertas resep tidak

akan hilang selama penyimpanan.

Page 9: Analisis Resep Edited

Pada resep ini ukuran kertas yang digunakan lebarnya 21,5 cm

dan panjangnya 16 cm. Ukuran kertas resep yang ideal adalah lebar 10-

12 cm dan panjang 15-18 cm2. Berdasarkan ketentuan tersebut, ukuran

kertas yang digunakan pada resep ini, lebarnya dan panjang tidak ideal.

2.2.2. Kelengkapan Resep

1. Nama dan Alamat Dokter

Pada bagian atas tidak tercantum nama rumah sakit, dan kota

rumah sakit, sedangkan terdapat nama bagian instansi Rumah Sakit tempat

dokter tersebut bekerja. Nama dokter diketahui dari cap stempel yang ada

di kanan atas dan kanan bawah resep. Namun, pada bagian atas tidak

tercantum alamat lengkap rumah sakit, yang merupakan kelengkapan suatu

resep.

2. Nama Kota serta Tanggal Pembuatan Resep

Nama kota tidak dituliskan dokter, namun tanggal resep tersebut

tercantum dari cap stempel tanggal.

3. Tanda R/ (superscriptio).

Penulisan tanda R/ pada resep sudah sesuai dengan aturan

penulisan, yaitu penulisan tanda R/ dicantumkan di depan nama obat

pertama yang dibuat racikan, dan pada nama obat yang bukan racikan.

Setiap resep, termasuk yang magistralis diakhiri oleh garis penutup namun

penulisan paraf pada resep tidak ada.

Page 10: Analisis Resep Edited

4. Inscriptio

a) Jenis/bahan obat dalam resep ini terdiri dari :

Remedium Cardinale atau obat pokok yang

digunakan adalah Isoniazid dan Rifampisin.

Remedium Adjuvans atau obat tambahan yang

mendukung digunakan vitamin B6.

Remedium Corrigens tidak digunakan.

Constituens atau vehikulum tidak digunakan.

b) Pada resep ini disebutkan jumlah bahan obat yaing dinyatakan dalam

suatu berat sediaan padat yaitu tablet dan miligram, akan tetapi

penulisannya kurang jelas sehingga sulit dipahami.

c) Resep ini sudah mencantumkan berapa jumlah obat yang ingin

diberikan.

5. Subscriptio

Pada resep ini sudah mencantumkan cara pembuatan atau bentuk

sediaan yang dikehendaki (subscription). Cara penulisannya sudah

sesuai yaitu menggunakan istilah f.l.a. pulv yang berarti buatlah sesuai

aturan obat berupa puyer.

6. Signatura atau Transcriptio

a. Signatura terdapat pada kedua obat, hanya namun penulisan kurang

jelas dan sulit dibaca sehingga sulit mengetahui berapa frekuensi

penggunaan obat.

Page 11: Analisis Resep Edited

b. Waktu pemberian, pada obat pokok tidak dicantumkan waktu

pemberian misalnya : a.c atau p.c.

7. Nama pasien tercantum pada pojok kanan atas resep sedangkan umur

pasien, berat badan dan alamat tidak dicantumkan. Seharusnya

identitas pasien ditulis lengkap sehingga mudah menelusuri bila

terjadi sesuatu dengan obat pada pasien.

8. Tanda tangan dokter yang menuliskan resep terdapat pada kanan

bawah resep, ini menjadikan resep tersebut otentik.

2.2.3. Keabsahan Resep

Kertas resep yang digunakan di sini adalah resep Askes. Untuk

sahnya suatu resep harus tercantum hal-hal sebagai berikut :

Nama dan tanda tangan dokter penulis resep sudah tercantum,

Karena resep berasal dari Rumah Sakit, maka harus mencantumkan

nama, alamat, bagian/unit pelayanan Rumah sakit tersebut. Dan hanya

terdapat bagian/unit pelayanan Rumah Sakit.

Dari penjelasan di atas maka resep ini bisa dikatakan sah, karena ada

tanda tangan serta nama dokter yang menulis resep tersebut.

Page 12: Analisis Resep Edited

2.2.4. Dosis Obat, Frekuensi, Lama dan Waktu Pemberian

Isoniazid

Isoniazid merupakan obat tuberkulosis lini-pertama bersama

dengan rifampisin, etambutol, streptomisin dan pirazinamid. Isoniazid

masih tetap merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua

tipe tuberkulosis. Mekanisme kerja isoniazid diduga menghambat

biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur penting dinding sel

mikobakterium. Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun

parenteral. Untuk tujuan terapi, obat ini harus digunakan bersama obat

lain. Untuk pencegahan dapat diberikan tunggal 8. Untuk pengobatan

tuberkulosis dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan

pertama) dan sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB

adalah minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama)

dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali

pada TB berat) 9. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap

intensif maupun lanjutan. Untuk kasus TB Kelenjar, pengobatan yang

dianjurkan adalah 2HRZE 4HR, artinya pengobatan 2 bulan pertama

dengan obat isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan ethambutol dan 4 bulan

fase lanjutan dengan obat isoniazid dan rifampisin.10

Dosis Isoniazid untuk anak adalah 5-7mg/kgBB/hari. Bentuk

sediaan yang ada di masyarakat adalah tablet 50mg, 100mg, 300mg dan

400mg serta sirup 10mg/ml. Dalam tablet kadang-kadang telah

ditambahkan vitamin B6.8,10

Page 13: Analisis Resep Edited

Pada resep ini, dosis isoniazid yang diberikan untuk anak adalah

sebesar 100 mg. Berdasarkan BB anak sebesar 19 kg, maka dosis isoniazid

pasien adalah 95-133 mg. Pemberian dosis pada anak sudah sesuai.

Frekuensi penggunaan obat sudah sesuai yaitu satu kali sehari. Untuk

sediaan obat, obat tersebut diubah dalam bentuk pulveres dan

dikombinasikan dengan vitamin B6. Berdasarkan usia anak yaitu 4 tahun,

masih rasional diberikan dalam bentuk puyer, karena kemungkinan anak

masih belum bisa menelan pil.

Dari jumlah obat yang diberikan yaitu sebanyak 30 bungkus sudah

rasional. Tidak diberikan langsung untuk sebanyak 4 bulan (120 bungkus)

agar dokter dapat mengontrol pemakaian obat oleh pasien sekalian untuk

mengecek apakah ada perbaikan setelah penggunaan obat OAT.

Vitamin B6

Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCL 10-100 mg dan

sebagai larutan steril 100 mg/ml piridoksin hcl untuk injeksi. Selain untuk

mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6, vitamin ini juga diberikan

bersama vitamin B lainnya atau sebagai multivitamin untuk pencegahan

dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Piridoksin diindikasikan

untuk anemia yang responsif terhadap piridoksin yang biasanya

sideroblastik dan mungkin disebabkan kelaianan genetik. Indikasi lain

adalah untuk mencegah atau mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya

Page 14: Analisis Resep Edited

isoniazid, sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai

antagonis piridoksin dan atau meningkatkan ekskresinya melalui urin.8

Dosis yang diberikan untuk anak yang mengalami defisiensi

piridoksin akibat obat-obatan lain adalah 10-50 mg/hari11. Pada resep ini

tidak jelas berapa dosis yang diberikan untuk anak. Hanya dituliskan

sebanyak 1 tablet. Frekuensi pemberian obat sudah sesuai yaitu satu kali

sehari.

Rifampisin

Rifampisin adalah derivat semisintetik rifamisin B yaitu salah satu

anggota kelompok antibiotik makrositik yang disebut rifamisin.

Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif dan

gram-negatif. Rifampisin meningkatkan aktivitas streptomisin dan

isoniazid terhadap M.Tuberkulosis, tetapi tidak bersifat aditif terhadap

etambutol. Rifampisin merupakan obat yang sangat efektif untuk

pengobatan tuberkulosis dan sering digunakan bersama isoniazid untuk

terapi tuberkulosis jangka pendek. Efek sampingnya beraneka macam.

Yang paling sering adalah ruam kulit, demam, mual dan muntah.8

Rifampisin di Indonesia terdapat dalam bentuk kapsul 150 mg dan

300 mg. Selain itu terdapat pula tablet 450 mg dan 600 mg serta suspense

yang mengandung 100 mg/5 ml rifampisin. Dosis untuk orang dewasa

dengan berat badan kurang dari 50 kg ialah 450 mg/hari dan untuk berat

Page 15: Analisis Resep Edited

badan lebih dari 50 kg ialah 600 mg/hari. Untuk anak-anak dosisnya 10-20

mg/kgBB per hari dengan dosis maksimum 600 mg/hari.8

Dosis rifampisin yang sesuai pada kasus berdasarkan berat

badannya 19 kg seharusnya antara 190-380 mg per hari. Pemberian dosis

pada kasus yaitu sebesar 200 mg sudah sesuai dengan dosis yang

dianjurkan. Untuk sediaan obat, obat tersebut diubah dalam bentuk

pulveres. Berdasarkan usia anak yaitu 4 tahun, masih rasional diberikan

dalam bentuk puyer, karena kemungkinan anak masih belum bisa menelan

pil. Frekuensi pemberian obat sudah sesuai yaitu satu kali sehari.

2.2.5. Bentuk Sediaan Obat

Pada resep kali ini bentuk sediaan yang diberikan adalah bentuk

sediaan puyer (pulveres). Obat yang diracik menjadi puyer adalah

isoniazid dengan vitamin B6 dan rifampisin.. ketiga obat tersebut berbentuk

tablet dan cocok untuk dijadikan puyer. Pemberian obat dalam bentuk

puyer untuk anak usia 4 tahun sudah rasional, karena umur tersebut anak

masih belum bisa menelan tablet atau kapsul apalagi dalam jumlah

banyak. Dihubungkan dengan kondisi penyakit sendiri yaitu pasien anak

yang menderita TB kelenjar sudah beberapa bulan, maka BSO ini sudah

cukup rasional.

Page 16: Analisis Resep Edited

2.2.6. Interaksi Obat

Obat yang diberikan pada kasus ini yaitu 3 jenis, yaitu isoniazid,

vitamin B6 dan rifampisin. Isoniazid bekerja menghambat biosintesis asam

mikolat yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium.

Isoniazid merupakan obat tuberkulosis lini-pertama bersama dengan

rifampisin. Untuk tujuan terapi, obat ini harus digunakan bersama obat

tuberkulosis lain. Vitamin B6 sebagai multivitamin untuk pencegahan dan

pengobatan defisiensi vitamin B6. Rifampisin meningkatkan aktivitas

streptomisin dan isoniazid terhadap M.Tuberkulosis. Ketiga obat tersebut

diberikan secara oral dan dibuat dalam sediaan puyer. Untuk puyer

pertama terdiri dari kombinasi isoniazid dan vitamin B6. Untuk isoniazid

dan vitamin B6, tidak ada dilaporkan memiliki interaksi yang saling

menghambat diantara kedua obat tersebut. Sebaliknya, pemberian vitamin

B6 sangat dianjurkan pada pengobatan isoniazid karena isoniazid dapat

menyebabkan anemia dan vitamin B6 yang diberikan dalam dosis besar

dapat mengembalikan gambaran darah yang normal kembali.8

Interaksi antara isoniazid dengan rifampisin juga tidak ada

dilaporkan. Sebaliknya, penggunaannya sering diberikan dalam kombinasi

dengan isoniazid.8

Page 17: Analisis Resep Edited

2.2.7 Efek Samping Obat

a. Isoniazid

Reaksi hipersensitivitas mengakibatkan demam, berbagai kelainan

kulit berbentuk morbiliform, makulopapular, dan urtikaria. Reaksi

hematologik dapat juga terjadi seperti agranulusitosis, eosinofilia,

trombositopenia, dan anemia. Isoniazid dapat mencetuskan terjadinya

kejang pada pasien dengan riwayat kejang. Neuritis optik dengan atropi

dapat juga terjadi. Selain itu isoniazid dapat menimbulkan ikterus dan

kerusakan hati yang fatal akibat terjadinya nekrosis multilobular.

Penggunaan obat ini pada pasien yang menunjukkan adanya kelainan

fungsi hati akan menyebabkan bertambah parahnya kerusakan hati. Efek

samping lainnya yang terjadi adalah mulut terasa kering, rasa tertekan

pada ulu hati, methemoglobinemia, tinnitus dan retensi urin. Bila pasien

sebelumnya telah mempunyai predisposisi defisiensi piridoksin,

pemberian INH dapat menimbulkan anemia.8

b. Vitamin B6

Piridoksin dapat menyebabkan neuropati sensorik atau sindrom

neuropati dalam dosis antara 50 mg-2 gram per hari untuk jangka panjang.

Gejala awal dapat berupa sikap yang tidak stabil dan rasa kebas di kaki,

diikuti pada tangan dan sekitar mulut. Gejala berangsur-angsur hilang

setelah beberapa bulan bila asupan piridoksin dihentikan.8

Page 18: Analisis Resep Edited

c. Rifampisin

Rifampisin jarang menimbulkan efek yang tidak diingini. Yang

paling sering ialah ruam kulit, demam, mual dan muntah. Pada pemberian

berselang dengan dosis lebih besar sering terjadi flu like syndrome,

nefritis interstisial, nekrosis tubular akut dan trombositopenia. Yang

menjadi masalah ialah ikterus. Berbagai keluhan yang berhubungan

dengan sistem saraf seperti rasa lelah, mengantuk, sakit kepala, pening,

ataksia, bingung, sukar berkonsentrasi, sakit pada tangan dan kaki, dan

melemahnya otot dapat juga terjadi. Trombositopenia, leukopenia

sementara, dan anemia dapat terjadi selama terapi berlangsung.8

2.2.8 Analisis Diagnosis

Anamnesis kasus di atas kurang lengkap dan sangat tidak jelas

sehingga tidak dapat menerangkan gambaran secara tepat penyakit pasien

tersebut. Hanya tertulis diagnosis RS ialah TB kelenjar.

Pada rekam medik diketahui keluhan pasien pertama kali datang ke

RS ialah panas ±2 hari disertai sesak saat berbaring dan terdapat benjolan di

daerah leher. Diagnosis sebelumnya dipuskesmas ialah acute tonsilitis.

Kemudian dilakukan pemeriksaan FNAB di RS Ulin pada benjolan di

leher dan didapatkan hasil bahwa pasien anak menderita limfadenitis TBC.

Kemudian anak diberikan pengobatan selama 2 bulan dengan obat

rifampisin, isoniazid, vitamin B6 dan pirazinamid. Dan pada tanggal 6 juni

Page 19: Analisis Resep Edited

2011 (pembuatan resep) pasien kontrol kembali dan diberikan obat lanjutan

yaitu isonizid, vitamin B6 dan rifampisin.

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah yang menonjol di

Indonesia. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara

dengan jumlah kasus terbanyak di dunia. Lebih dari 4000 orang meninggal

perhari karena penyakit yang disebabkan oleh TB di seluruh dunia. TB

juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di

negara berkembang. Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan.

Diperkirakan jumlah kasus TB anak pertahun adalah 5% sampai 6% dari

seluruh kasus TB. Tuberkulosis pada anak berusia kurang dari 15 tahun di

negara berkembang adalah sebesar 15% dari seluruh kasus TB, sedangkan

di negara maju sekitar 5-7%. Di Indonesia, 10% dari seluruh kasus terjadi

pada anak di bawah usia 15 tahun. Jumlah seluruh kasus TB anak dari 7

Rumah Sakit Pusat Pendidikan di Indonesia selama 5 tahun (1998-2002)

adalah 1086 penderita dengan angka kematian antara 0% sampai 14.1%.

Kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42.9%) sedangkan untuk

bayi (usia kurang 12 bulan) sebanyak 16.5%.11

Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M.

tuberkulosis pada pemeriksaan sputum, bilasan lambung atau cairan dan

biopsi jaringan tubuh lainnya. Kesulitan menegakkan diagnosis pasti pada

anak diakibatkan oleh dua hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman dan sulitnya

pengambilan spesimen (sputum).11

Page 20: Analisis Resep Edited

Tabel 1. Kategori klinis dan keadaan klinis pada pasien anak dengan

tuberkulosis10

Pasien yang tergolong kategori I diberikan pengobatan selama 2

bulan dengan isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol dan diikuti 4

bulan selanjutnya dengan isoniazid dan rifampisin (2HRZE 4HR). Pasien

dengan Tuberkulosis CNS dan osteartikular tuberkulosis diberikan

pengobatan dengan 2HRZE 10HR. Untuk kategori II pasien diberikan 2

bulan pertama dengan isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan

Page 21: Analisis Resep Edited

streptomisin yang diikuti 1 bulan selanjutnya dengan isoniazid, rifampisin,

pirazinamid dan etambutol.lalu dilanjutkan dengan 5 bulan dengan

isoniazid, rifampisin dan etambutol (2SHRZE/1HRZE/5HR). Pasien dengan

kategori III diberikan pengobatan selama 2 bulan pertama dengan isoniazid,

rifampisin, dan pirazinamid dan diikuti 4 bulan berikutnya dengan isoniazid

dan rifampisin (2HRZ/4HR). Pasien dengan kategori IV diberikan

pengobatan setidaknya dengan tiga obat baru yang belum pernah digunakan

sebelumnya oleh pasien, dan obat tersebut diteruskan selama 24 bulan.

Dosis isoniazid yang diberikan adalah 5-7 mg/kgbb/hari, rifampisin 10-12

mg/kgbb/hari, pirazinamid 25-30 mg/kgbb/hari, etambutol 15-20

mg/kgbb/hari dan streptomisin 20 mg/kgbb/hari.10

Ada beberapa hal penyebab terjadinya resitensi terhadap obat anti

tuberkulosis, yaitu:12

1. Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2. Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, yaitu jenis obatnya yang

kurang atau di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi

terhadap obat yang digunakan, misalnya memberikan rifampisin dan

INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua obat tersebut

sudah cukup tinggi.

3. Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu berhenti, setelah dua bulan berhenti kemudian

berpindah dokter mendapat obat kembali selama dua tau tiga bulan lalu

berhenti lagi, demikian seterusnya.

Page 22: Analisis Resep Edited

4. Fenomena “addition syndrome” yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu paduan pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu terjadi

karena kuman TB telah resisten pada paduan yang pertama, maka

penambahan (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja.

5. Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan

secara baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat.

6. Penyediaan obat yang tidak regular, kadang-kadang terhenti

pengirimannya sampai berbulan-bulan.

Page 23: Analisis Resep Edited

Usulan Penulisan Resep (p= 10cm, L=15 cm)

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM “ULIN”BANJARMASIN

Nama Dokter : dr. R.Wiken P.S, Sp.A Tanda Tangan Dokter

UPF/Bagian : Poli Tumbuh Kembang

Kelas I/II/III/Utama

Banjarmasin, 6 Juni 2011

R / Isoniazid 100mgRifampisin 200mgVitamin B6 10mgm.f.l.a pulv.d.t.d. No.XXXS. s.d.d.pulv I a.c.

Pro : M.Adithya Dharmawan

Umur : 4 tahun

BB : 19 kg

Alamat : Gg. II Rt.05 Kecamatan Banjarmasin Tengah

Page 24: Analisis Resep Edited

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis resep diatas dan berdasarkan 5 tepat pada resep

rasional, maka resep tersebut :

1. Tepat obat

Pemilihan obat dalam kasus ini sudah tepat sesuai dengan indikasi penyakit.

2. Tepat dosis

Pada resep ini sudah tepat dosis.

3. Tepat bentuk sediaan

Penulisan kurang jelas namun bentuk sediaan yang diberikan sudah tepat

yaitu pemberian puyer (pulveres) cocok untuk anak-anak yang belum bisa

menelan tablet.

4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat

Pada resep ini obat diberikan per oral, hal ini sudah tepat sesuai dengan

keadaan pasien yang masih bisa menelan obat. Mengenai waktu penggunaan

obat tidak dituliskan dengan jelas kapan obat seharusnya diminum.

5. Tepat penderita

Penggunaan obat telah sesuai dengan keadaan pasien anak-anak.

Berdasarkan analisis maka dapat disimpulkan bahwa resep tersebut masih ada

beberapa kekurangan dan waktu pemberian juga tidak dicantumkan.

Page 25: Analisis Resep Edited

3.2. Saran

Pengobatan tuberkulosis pada anak sangat perlu diperhatikan karena

pengobatan tuberkulosis itu sendiri harus rutin dan tidak boleh terputus, sehingga

harus benar-benar diawasi dan terkontrol agar tidak terjadi resistensi terhadap

obat-obatannya.selain itu pemberian dosis harus tepat sesuai dengan panduan tata

laksana tuberkulosis pada anak.