bab 2 analisis situasi

73
BAB II ANALISIS SITUASI 2.1 Analisis Situasi Umum (Gambaran Umum Lokasi Kegiatan) Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kementerian Kesehatan RI yang bertanggung jawab pada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP dan PL) sesuai dengan Permenkes RI No.356/MENKES/PER/2008 tanggal 14 April 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Kantor Kesehatan Pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia

Upload: devia-ayuningtyas

Post on 27-Oct-2015

563 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Analisis Situasi

BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1 Analisis Situasi Umum (Gambaran Umum Lokasi Kegiatan)

Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang merupakan Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dari Kementerian Kesehatan RI yang bertanggung jawab pada Direktur

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP dan PL)

sesuai dengan Permenkes RI No.356/MENKES/PER/2008 tanggal 14 April 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Kantor

Kesehatan Pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan

keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,

kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,

pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit

yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi

di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Dalam penyelenggaraan tugas tersebut di atas, dirumuskan melalui peran

dan fungsi yang harus dilakukan dalam pelaksanaan berbagai program/kegiatan

dengan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas internasional/nasional baik orang,

barang maupun alat angkut itu sendiri di pelabuhan/bandara. Meski disadari

bahwa lalu lintas Internasional/Nasional juga membawa perubahan dalam

penyebaran penyakit dengan timbulnya New Emerging Deseases dan Re-

Emerging Deseases. Maka pertimbangan berbagai aspek kegiatan dalam

Page 2: Bab 2 Analisis Situasi

memperkuat Kantor Kesehatan Pelabuhan guna meningkatkan berbagai upaya dan

langkah-langkah yang paling efektif untuk menjaga masuk/keluarnya penyakit

karantina dan penyakit menular potensial wabah serta kegiatan-kegiatan lainnya.

Sasaran pengawasan KKP adalah faktor risiko penularan penyakit

karantina dan PHEIC (Public Health Emergency International Concern) atau

penyakit potensial wabah yang meliputi orang, barang dan alat angkut, vektor

dan lingkungan pelabuhan/bandara, dan perilaku provider dan konsumen.

2.1.1 Letak Geografis

Pelabuhan Tanjung Emas Semarang terletak pada posisi 6o6’ LS dan

110oBT di ujung pantai utara Jawa Tengah termasuk dalam wilayah Kecamatan

Semarang Utara Kota Semarang. Luas wilayah pelabuhan Tanjung Emas

Semarang adalah 178.638 ha yang terdiri dari ± 638 ha sebagai saerah daratan.

Pemerintah Wilayah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dibagi dalam dua

daerah pengawasan yaitu:

1. Perimeter Area

Perimeter Area adalah daerah pelabuhan tempat kapal bersandar,

tempat melaksanakan bongkar muat barang, gudang-gudang dan kantor-

kantor pemerintah maupun swasta yang berada disekitar pelabuhan.

Daerah perimeter Pelabuhan Tanjung Emas Semarang mempunyai luas

636,79 ha; dan derah ini tidak boleh dijadikan pemukiman.

Page 3: Bab 2 Analisis Situasi

2. Buffer Area

Buffer Area adalah daerah pelabuhan di luar perimeter dengan

radius 400 m. Daerah ini meliputi wilayah pemukiman penduduk,

perumahan karyawan, sekolah, pasar, dan sarana olahraga. Daerah buffer

Pelabuhan Tanjung Emas Semarang mempunyai luas wilayah 136,36 ha.

Gambar 2.1 Batas Buffer Area dan Perimeter Area Pelabuhan Laut

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Page 4: Bab 2 Analisis Situasi

Gambar 2.2 Batas Buffer Area dan Perimeter Area Pelabuhan Udara

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2348/MENKES/PER/XI/20011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang

mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kegiatan di wilayah kerja yang

meliputi :

1) Pelabuhan Laut Tanjung Emas Semarang

2) Bandara Ahmad Yani Semarang

3) Bandara Adisumarmo Surakarta

4) Pelabuhan Laut Tegal

5) Pelabuhan Laut Batang

6) Pelabuhan Laut Pekalongan

Page 5: Bab 2 Analisis Situasi

7) Pelabuhan Laut Jepara

8) Pelabuhan Laut Karimunjawa

9) Pelabuhan Laut Juwana

10) Pelabuhan Laut Rembang

Gambar 2.3 Peta Wilayah Kerja KKP Kelas II Semarang

Tabel 2.1 Luas Perimeter Area dan Buffer Area Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas II Semarang

LOKASI PERIMETER BUFFER

Pelabuhan Laut Tanjung Emas Semarang

(Induk)

11,24 Ha 136,36 Ha

Bandara Ahmad Yani Semarang 12 Ha 24 Ha

Page 6: Bab 2 Analisis Situasi

Bandara Adi Sumarmo Surakarta 8,5 Ha 12 Ha

Pelabuhan Laut Pekalongan 2,50 Ha 8 Ha

Pelabuhan Laut Tegal 5,03 Ha 12 Ha

Pelabuhan Laut Jepara 4,30 Ha 4 Ha

Pelabuhan Laut Juwana 2,50 Ha 3,50 Ha

Pelaksanaan kegiatan sesuai Tupoksi untuk Pelabuhan laut Karimunjawa

realisasi belum dilaksanakan sepenuhnya, karena belum tersedianya SDM, sarana

dan prasarana serta dukungan dana, sehingga pelabuhan laut tersebut masih

merupakan wilker binaan.

Jarak KKP induk dengan wilayah kerja sebagai berikut:

a. Pelabuhan laut Tanjung Emas Semarang (KKP induk): 0 Km

b. Bandara Ahmad Yani Semarang : 7 Km

c. Bandara Adisumarmo Surakarta : 90 Km

d. Pelabuhan Laut Tegal : 150 Km

e. Pelabuhan Laut Batang : 100 Km

f. Pelabuhan Laut Pekalongan : 125 Km

g. Pelabuhan Laut Jepara : 90 Km

h. Pelabuhan Laut Karimunjawa : 40 Km

i. Pelabuhan Laut Juwana : 100 Km

Page 7: Bab 2 Analisis Situasi

j. Pelabuhan Laut Rembang :1 20 Km

Gambar 2.4 Peta wilayah kerja KKP Kelas II Semarang

2.1.2 Dasar Hukum

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.

356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan, dalam melaksanakan program kerjanya dilandasi oleh beberapa

peraturan perundang-undangan dan peraturan lain yang mengatur yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

Page 8: Bab 2 Analisis Situasi

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Higiene Untuk Usaha-

Usaha Bagi Umum, Pasal 3(D) Alat Pengangkutan Umum

5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Higiene, Antara Lain

Pasal 4 Tentang Tindakan Pencegahan Penyakit Menular

6. International Health Regulation (IHR) 2005, IHR Bertujuan Mencegah,

Melindungi Terhadap, Mengendalikan Penyebaran Penyakit Secara

Internatsional Sesuai dengan dan Terbatas Pada Faktor Risiko yang

dapat Mengganggu Kesehatan dengan Sesedikit Mungkin Menimbulkan

Hambatan pada Lalu-Lintas dan Perdagangan Internasional.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pelimpahan

Kewenangan Pusat Kepada Daerah (Otonomi Daerah)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangkalan

Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4145)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4146)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Page 9: Bab 2 Analisis Situasi

12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

Per/18/M.PAN/11/2008, tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana

Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

14. Keputusan Menteri Kesehatan 1762 Dan 1735 Tahun 2000 tentang

Kantor Kesehatan Pelabuhan Sebagai Unit Pusat

15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 264/MENKES/SK/III/2004

tentang Kriteria Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan

16. Peraturan Menteri Kesehatan Rebublik Indonesia Nomor

256/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Nomor

Kesehatan

2.1.3 Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, Tujuan dan Sasaran Kantor

Kesehatan Pelabuhan

Sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan RI maka visi

dan misi Kantor Kesehatan Pelabuhan hendaknya mengacu pada visi dan

misi kementerian kesehatan yaitu masyarakat sehat mandiri dan berkeadilan.

Sedangkan visi dan misi Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang adalah

sebagai berikut:

1. Visi KKP Semarang

Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang “KKP Tangguh dan

Prima”

Page 10: Bab 2 Analisis Situasi

2. Misi KKP Semarang

a. Memelihara & menghasilkan pelayanan kesehatan pelabuhan yang

bermutu, merata dan memadai

b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, masyarakat

pelabuhan dan lingkungan SEHAT pelabuhan/bandara, kapal

laut/pesawat terbang

c. Mendorong kemandirian masyarakat Pelabuhan&Bandara untuk

hidup sehat

d. Meningkatkan dan mengembangkan SDM yang profesionalisme

e. Menjamin ketersediaan dan pemerataaan sumber daya

3. Kebijakan

a. Capacity Building

Membangun kapasitas yang dimiliki secara optimal

b. Strengthening

Menguatkan potensi secara maksimal

c. Performance

d. Meningkatkan eksistensi melalui peningkatan kinerja

4. Strategi

a. Pendekatan kemampuan dan pengembangan:

1) Sumber DayaManagement/Organisasi

2) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab

a. Kebersamaan (collectivity) dan keterbukaan

b. Peningkatan koordinasi dan kerjasama (jejaring)

Page 11: Bab 2 Analisis Situasi

c. KIE dalam berbagai aspek

d. Mawas diri dan evaluasi

5. Tujuan

Terselenggaranya pencegahan masuk dan keluarnya penyakit

karantina dan penyakit menular potensial wabah melalui kapal dan pesawat,

Pengendalian risiko lingkungan di pelabuhan/kapal/pesawat, serta pelayanan

kesehatan terbatas di pelabuhan laut dan udara.

6. Sasaran

a. Pelaksanaan administrasi umum.

b. Pelaksanaan upaya kekarantinaan dan surveylans epidemiologi

secara optimal di pelabuhan/bandara dan alat angkut.

c. Pelaksanaan upaya pengendalian risiko lingkungan di

pelabuhan/bandara dan alat angkut.

d. Pelaksanaan upaya kesehatan pelabuhan diwilayah

pelabuhan/bandara.

2.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah sebagai berikut:

Melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit,

penyakit potensial wabah, surveylans epidemiologi, kekarantinaan,

pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,

pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan

penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan

Page 12: Bab 2 Analisis Situasi

pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas

darat negara.

2. Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan kekarantinaan

b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan

c. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan,

dan lintas batas darat negara.

d. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah,

penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali.

e. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi,

dan kimia.

f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveylans epidemiologi sesuai

penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan

internasional.

g. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan

penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang

kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan

kesehatan haji.

h. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan

pelabuhan/bandara dan lintas batas darat.

i. Pelaksanaan pemberian sertifikasi kesehatan Obat, Makanan,

Kosmetika dan Alat Kesehatan (OMKA) ekspor dan mengawasi

persyaratan dokumen kesehatan OMKA impor.

Page 13: Bab 2 Analisis Situasi

j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya

k. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan terbatas di wilayah

kerja pelabuhan, bandara dan lintas batas darat.

l. Pelaksanaan jaringan informasi dan teknologi bidang kesehatan

pelabuhan/bandara dan lintas batas darat.

m. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan

pelabuhan/bandara dan lintas batas darat.

n. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan,

dan surveylans kesehatan pelabuhan.

o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan pelabuhan/bandara

dan lintas batas darat.

p. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.

2.1.5 Struktur Organisasi

Berdasarkan PERMENKES RI Nomor

356/MENKES/PER/IV/2008 tanggal 14 April 2008 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan

Semarang termasuk Kelas II dengan Struktur Organisasi sebagai berikut:

Page 14: Bab 2 Analisis Situasi

KEPALA

SUB.BAG. TU

SEKSIPENGENDALIAN

KARANTINA & SESURV.

EPIDEMIOLOGI

SEKSIPENGENDALIAN

RISIKO LINGKUNGAN

SEKSIUPAYA KES. &

LINTAS WILAYAH

BANDARAA.SUMAR

MO

BANDARAA. YANI

PLBTEGAL

PLBPEKALONG

AN

PLBTG.

EMAS

PLBJEPARA

PLBJUWANA

PLBREMBAN

G

PLBKR.

JAWA

INSTALASI

PLBBatang

Gambar 2.5 Struktur Organisasi KKP Kelas II Tanjung Emas Semarang

(PERMENKES RI Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008)

2.1.6 Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang

2.1.6.1 Seksi Pengendalian Karantina dan Surveylans Epidemiologi

Berdasarkan Permenkes 2348 Tahun 2011 tentang perubahan

Permenkes 356 Tahun 2008 tentang Organisiasi dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan, Seksi Pengendalian Karantina & Surveylans

Epidemiologi (PKSE) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II

Semarang mempunyai tugas antara lain: melakukan penyiapan bahan

perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi

pelaksanaan kekarantinaan, surveylans epidemiologi penyakit, penyakit

Page 15: Bab 2 Analisis Situasi

potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali,

pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring

kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi, pelatihan teknis

bidang kekarantinaan dan surveylans epidemiologi di wilayah kerja

pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

2.1.6.2 Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011 tanggal 22 Nopember 2011 tentang

Perubahann atas Peraturan Meneteri Kesehatan RI Nomor

356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan, KKP Kelas II Semarang terdiri dari Seksi

Pengendalian Karantina dan Surveylans Epidemiologi, Seksi Pengendalian

Risiko Lingkungan, Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah dan Sub

Bag TU. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai ruang lingkup

tugas dalam pengendalian vektor & binatang penular penyakit serta

pembinaan sanitasi lingkungan termasuk alat angkut melalui berbagai upaya

kegiatan yang dilakukan.

2.1.6.3 Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah

Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,

penyusunan laporan, dan koordinasi pelayanan kesehatan terbatas,

Page 16: Bab 2 Analisis Situasi

kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk,

penanggulangan bencana, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring

kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pelatihan teknis bidang upaya

kesehatan di wilayahkerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat

negara.

2.1.6.4 Sub Bagian Tata Usaha

Sesuai PERMENKES Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011

tentang perubahan PERMENKES 356/MENKES/PER/IV/2008 tentang

Organisiasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, Sub Bagian Tata

Usaha mempunyai tugas melakukan penyusunan program, pengelolaan

informasi, evaluasi dan laporan, urusan-urusan tata usaha, keuangan,

kepegawaian, perlengkapan dan rumahtangga.

2.2 Analisis Situasi Khusus

2.2.1 Seksi Pengendalian Karantina dan Surveylans Epidemiologi

Seksi Pengendalian Karantina dan Surveylans Epidemiologi

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang mempunyai tugas antara

lain melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di

bidang kekarantinaan, surveylans epidemiologi penyakit dan penyakit

potensial wabah serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,

pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring

kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi, pendidikan, dan

Page 17: Bab 2 Analisis Situasi

pelatihan bidang kekarantinaan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara. Dalam pelaksanaan tugas tersebut di atas,

dirumuskan melalui fungsi yang harus dilakukan melalui berbagai program

kegiatan.

Program kegiatan Karantina dan Surveylans Epidemuologi Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang meliputi pemeriksaan alat angkut,

penerbitan dokumen kesehatan, tindakan karantina, pengawasan OMKABA,

surveylans epidemiologi, dan kegiatan lain yang bukan merupakan kegiatan

rutin tahunan.

1. Pemeriksaan Kapal

Kegiatan pemeriksaan kapal/boarding adalah pemeriksaan yang

dilakukan terhadap kapal-kapal yang datang baik dari luar negeri

maupun dalam negeri, kapal yang datang dengan route pelayaran

internasional maupun interinsulair, dilakukan dengan cara pemeriksaan

langsung terhadap kondisi suatu kapal, ABK/crew dan penumpang,

barang muatan kapal, serta dokumen kesehatan kapal.

2. Penerbitan Free Pratique

Free Pratique adalah dokumen kesehatan yang diterbitkan

terhadap kapal yang datang dari luar negeri. Diberikan kepada pihak

kapal setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan bebas dari

penyakit karantina maupun penyakit menular potensial wabah.

3. Penerbitan SSCC/SSCEC

Page 18: Bab 2 Analisis Situasi

Penerbitan Sertifikat Bebas Pengawasan Sanitasi Kapal/ Ship

Sanitation Control Exemption Certificate (SSCEC) dan Sertifikat

Pengawasan Sanitasi Kapal/ Ship Sanitation Control Certificate (SSCC)

adalah penyempurnaan dari dokumen sebelumnya. Dalam penerbitan

SSCEC dan SSCC tidak hanya memeriksa keberadaan tanda-tanda

kehidupan tikus saja, tetapi juga memeriksa vektor penyakit menular

lainnya, sanitasi kapal/pesawat, stok obat-obatan, dan lain-lainnya.

Masa berlaku sertifikat tersebut 6 bulan dan dapat diperpanjang setelah

masa berlaku habis. SSCEC dan SSCC wajib dimiliki oleh setiap kapal

yang berlabuh atau berlayar baik di Indonesia atau di dunia sesuai

dengan aturan IHR tahun 2005 bahwa setiap kapal harus bebas dari

tanda-tanda kehidupan serangga atau hewan pengerat. Bila dalam

pemeriksaan kapal ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan serangga

atau tikus, maka akan dilakukan tindakan sanitasi di kapal.

Tindakan sanitasi dapat berupa:

1) Fumigasi: pemberantasan atau hapus tikus kapal.

2) Disinseksi: pemberantasan serangga.

3) Disinfeksi: pembebasan hama di kapal.

Page 19: Bab 2 Analisis Situasi

PEMOHON AGEN

BAG. TU

KA.KKP

PEMERIKSAAN SANITASI DI KAPAL OLEH PRL

KA. SIE. KARSE

TIDAK ADA INDIKASI

ADA INDIKASI

TINDAKAN SANITASI

PENERBITAN SSCC/SSCEC

KA. SIE KARANTINA&SE

Gambar 2.4 Bagan Alur Penerbitan SSCC/SSCEC

Page 20: Bab 2 Analisis Situasi

4. Penerbitan Health Book

Health book adalah sarana tukar informasi. Kegunaan dari Buku

Kesehatan Kapal disamping sebagai kelengkapan dokumen kesehatan

juga sebagai jejaring surveylans antar pelabuhan di Indonesia, media

pemberian advise (saran) terhadap kapal dan sumber PNBP. Health

Book hanya berlaku di Indonesia, diterbitkan apabila sebuah kapal

belum memilikinya baik karena baru pertama kali datang ke Indonesia,

kapal baru, ganti nama atau jika Health book yang lama telah habis

lembarannya.

5. Penerbitan Sailing Permit

Sailing Permitt adalah surat izin berlayar yang diterbitkan bagi

kapal line interinsulair yang akan berlayar tetapi sertifikat

SSCEC/SSCCnya habis masa berlakunya dan kapal tersebut tidak dapat

dilakukan pemeriksaan sanitasi kapalnya karena masih ada sisa muatan

> 50 % dari total muatan awal. Sertifikat ini hanya berlaku untuk sekali

perjalanan.

6. Penerbitan One Mounth Extention Certificate (OMEC)

One Month Extention Certificate (OMEC) merupakan sertifikat

yang diberikan bagi kapal berbendera asing maupun bendera Indonesia

yang akan berlayar ke luar negeri dan pada saat akan berangkat,

SSCEC-nya habis masa berlaku, sedangkan kapal tersebut tidak

memungkinkan dilakukan pemeriksaan karena sisa muatan masih > 50

Page 21: Bab 2 Analisis Situasi

%. OMEC hanya berlaku selama 1 (satu) bulan dan atau 1 kali

perjalanan.

7. Penerbitan Port Health Clearance (PHC)

Port Health Clearance (PHC) adalah keterangan ijin kesehatan

berlayar/terbang yang dikeluarkan oleh KKP sebelum kapal/pesawat

tersebut mendapatkan clearance (ijin berlayar) dari Syahbandar (untuk

kapal) dan ijin terbang dari pihak Angkasa Pura (untuk pesawat).

Penerbitan PHC dilakukan sebelum kapal/pesawat berangkat

meninggalkan suatu pelabuhan, setelah dinyatakan bahwa baik

ABK/crew, penumpang kapal/pesawat, kondisi kapal/pesawat, maupun

barang muatan dalam keadaan sehat dan bebas dari PHEIC, serta semua

dokumen kesehatan lengkap.

8. Penerbitan kartu Health Allert Card

Health Allert Card (kartu kewaspadaan) adalah kartu kendali yang

diberikan kepada orang-orang yang datang dari suatu daerah endemis

penyakit menular, atau dari suatu daerah dimana terjadi kasus/outbreak

PHEIC dan dikhawatirkan berpeluang untuk terjadi penularan pada

daerah yang dikunjungi.

9. Tindakan Pelanggaran UU Karantina (Tindakan Administratif)

Pelanggaran UU Karantina yang dilakukan oleh kapal/pesawat

dapat diberikan sanksi tindakan administratif atau sanksi verbal. Bentuk

pelanggaran UU Karantina yang dijumpai antara lain: kapal berlayar

tidak dilengkapi dokumen kesehatan (Buku Kesehatan, SSCEC/SSCC),

Page 22: Bab 2 Analisis Situasi

Kapal berlayar tanpa clearance out dari pelabuhan asal/sebelumnya,

dan pelanggaran-pelanggaran lain termasuk kapal yang memiliki

dokumen ganda. Untuk tindakan administratif dapat berupa

pembinaan/teguran.

10. Pengawasan lalu lintas ABK/Crew

Pengawasan ABK/Crew bertujuan untuk mengawasi kemungkinan

ada/tidaknya PHEIC yang diderita/dibawa oleh ABK maupun Crew.

Pengawasan ABK/Crew dilakukan baik yang datang atau berangkat ke

luar negeri maupun ABK/Crew yang datang atau berangkat ke dalam

negeri.

11. Pengawasan lalu lintas penumpang

Pengawasan lalu-lintas penumpang adalah pengawasan yang

dilakukan terhadap seluruh penumpang baik penumpang yang datang

(dari dalam negeri dan luar negeri) maupun penumpang yang berangkat

(dari dalam negeri dan luar negeri). Adapun pengawasan terhadap

penumpang berupa pengawasan terhadap kemungkinan ada/tidaknya

PHEIC yang diderita oleh penumpang.

12. Pemberian sertifikat OMKABA

Pemberian sertifikat OMKABA adalah kegiatan pengawasan lalu-

lintas Obat, Makanan, Kosmetika, Alat-alat Kesehatan, dan Bahan

Aditif (OMKABA) dilakukan terhadap OMKABA ekspor maupun

Impor.

Page 23: Bab 2 Analisis Situasi

2.2.2 Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011 tanggal 22 Nopember 2011 tentang

Perubahann atas Peraturan Meneteri Kesehatan RI Nomor

356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan, KKP Kelas II Semarang terdiri dari Seksi Pengendalian

Karantina dan Surveylans Epidemiologi, Seksi Pengendalian Risiko

Lingkungan, Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah dan Sub Bag TU.

Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai ruang lingkup tugas

dalam pengendalian vektor & binatang penular penyakit serta pembinaan

sanitasi lingkungan termasuk alat angkut melalui berbagai upaya kegiatan

yang dilakukan.

Upaya pengendalian risiko lingkungan bertujuan untuk membuat

wilayah pelabuhan (wilayah perimeter dan wilayah buffer) dan alat angkut

tidak menjadi sumber penularan ataupun habitat yang subur bagi reservoar

dan vektor pembawa penyakit menular.

1. Tujuan Pengendalian Resiko Lingkungan

a. Tujuan Umum

Terlaksananya kegiatan Pengendalian Risiko Lingkungan di

pelabuhan.

b. Tujuan Khusus

1) Terlaksananya pengawasan sanitasi lingkungan.

2) Terlaksananya pengawasan kualitas air minum di pelabuhan.

Page 24: Bab 2 Analisis Situasi

3) Terlaksananya pengamanan makanan dan minuman.

4) Terlaksananya pengawasan hygiene dan sanitasi gedung/ bangunan

dan perusahaan.

5) Terlaksananya pengendalian vektor dan binatang penular penyakit.

6) Terlaksananya kegiatan pengawasan sanitasi alat angkut.

7) Terlaksananya kajian sumber pencemar pada udara, air dan tanah.

8) Terlaksananya pengamanan pestisida.

2. Ruang Lingkup Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan

a. Pelabuhan

Ruang lingkung kerja KKP di pelabuhan meliputi area perimeter

yaitu 2 km degan garis lingkar terjauh dan area buffer dengan 400 m

setelah area perimeter.

b. Bandara

Ruang lingkup bandara meliputi area perimeter yaitu 2 km lingkar

terjauh dan area buffer area buffer dengan jarak 400 m setelah area

perimeter.

c. Perairan pelabuhan dan bandara

Ruang lingkup perairan pelabuhan dan bandara meliputi seluruh

sistem penyediaan air bersih mulai dari sumber sampai penerima :

toilet, dapur, tangki kapal dan pesawat.

d. Kapal

Ruang lingkup kapal meliputi seluruh bagian kapal yang berpotensi

mempunyai resiko penularan penyakit dan habitat vektor penyakit

Page 25: Bab 2 Analisis Situasi

(kantin, kamar mandi, penampungan air kapal, kamar tidur awak kapal,

kamar tidur penumpang dll)

e. Pesawat

Ruang lingkup pesawat meliputi seluruh bagian kabin dari pesawat

tanpa terkecuali, termasuk sanitasi air dan makanan di pesawat.

3. Kegiatan operasional seksi PRL meliputi:

a. Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit

1) Survey Nyamuk

Survey nyamuk adalah kegiatan untuk menentukan kepadatan

nyamuk betina dewasa. Untuk nyamuk Aedes aegypti, survei dilakukan

dengan cara Resting Collection, yaitu cara menangkap nyamuk dengan

menggunakanaspirator ketika nyamuk sedang beristirahat. Nyamuk yang

tertangkap dikumpulkan ke dalam paper cup, kemudian dibunuh dengan

chloroform untuk selanjutnya diidentifikasi. Kemudian dihitung Resting

Rate (jumlah A.aegypti betina yang tertangkap per orang per jam). Jika

ditemukan naymuk betina dewasa di area Perimeter dan atau dilakukan

Resting Rate mencapai 2,5 dalam area buffer dilakukan pemberantasan.

Untuk nyamuk Anopheles dilakukan dengan menggunakan umpan

manusia (minimal 6 orang), dilakukan di dalam (45 menit dan 15 menit

selanjutnya penangkapan nyamuk di dinding) dan di luar rumah (45

menit dan 15 menit selanjutnya penangkapan nyamuk di kandang).

Nyamuk yang menggigit ditangkap, dikumpulkan, dibunuh dengan

Page 26: Bab 2 Analisis Situasi

chloroform, selanjutnya diidentifikasi. Kemudian dihitung MBR (Man

Bitting Rate) dan MHD (Man Hour Density).

2) Survey Jentik Nyamuk

Survey jentik nyamuk adalah kegiatan untuk mengetahui jenis

jentik maupun kepadatan jentik. Data hasil kegiatan survey jentik untuk

menentukan tindakan selanjutnya apakah perlu dilakukan tindakan

pengendalian atau tindakan lainnya.

a. Jentik nyamuk Aedes aegypti

Jentik nyamuk Aedes aegypti selalu bergerak aktif di dalam air dan

mempunyai ukuran 0,5-1 cm. Gerakannya naik turun dari bawah ke

atas permukaan air secara berulang-ulang. Gerakan ini dilakukan untuk

bernapas. Jika terkena cahaya, jentik akan bergerak menjauhi sumber

cahaya. Pada waktu istirahat, posisi jentik berada tegak lurus dengan

permukaan air.

Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva

tersebut, yaitu:

1. Instar I: berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm

2. Instar II : 2,5- 3,8 mm

3. Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II

4. Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

Larva Aedes aegypti terdiri atas kepala, toraks dan abdomen. Pada

ujung abdomen terdapat segmen anal dan sifon. Larva instar IV

mempunyai tanda khas yaitu pelana yang terbuka pada segmen anal,

Page 27: Bab 2 Analisis Situasi

sepasang bulu sifon pada sifon, dan gigi sisir yang berduri lateral pada

sgmen abdomen ke-7. Larva Aedes aegypti bergerak sangat lincah dan

sangat sensitif terhadap rangsang getar dan cahaya. Bila ada

rangsangan, larva segera menyelam selama beberapa detik kemudian

muncul kembali ke permukaaan air. Larva mengambil makanannya di

dasar tempat penampungan air sehingga disebut pemakan makanan di

dasar (bottom feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara,

larva menempatkan sifonnya di atas permukaan air, sehingga

abdomennya terlihat menggantung di atas permukaan air (Sungkar,

2005).

Jentik biasanya hidup di air bersih yang tergenang, tidak terkena

sinar matahari, dan tidak berhubungan langsung dengan tanah. Jentik

sering didapatkan pada bak kamar mandi sekolah / mushola / pasar /

kantor / rumah bekas, lokasi pengumpulan barang bekas, tempat air

untuk menyiram tanaman pada penjual tanaman hias, guci, kendi, dan

tempat bunga di pemakaman umum. Jentik akan berubah menjadi

kepompong setelah 6-8 hari. Stadium jentik dapat berlangsung selama

6-8 hari.

Perkembangan jentik nyamuk tergantung kepada suhu, jenis air,

jumlah jentik, dan kadar makanan. Pada suhu yang optimum yaitu

sekitar 77oF-84oF (25oC-29oC), jentik menjadi dewasa dalam 5-7 hari.

Jentik tidak berkembang dengan wajar pada suhu di atas 90oF (32oC).

Untuk pertumbuhan yang optimal, dalam 1 liter air jumlah jentik

Page 28: Bab 2 Analisis Situasi

maksimum adalah 100 jentik. Jumlah jentik yang terlalu besar akan

memperlambat pertumbuhannya karena jentik memerlukan bahan

organik dalam molekul kecil.

b. Survey jentik nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan cara sebagai

berikut (Depkes RI, 2005):

1) Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata

telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.

2) Untuk memeriksa TPA yang berukuran besar, seperti: bak mandi,

tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada

pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu

kira-kira 1 menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada.

3) Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil,

seperti: vas bunga atau pot tanaman air atau botol yang airnya

keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.

4) Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya

keruh, biasanya digunakan senter.

c. Metode survey jentik

Metode survey jentik dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI,

2005):

1) Single larva: Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik

di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk

diidentifikasi lebih lanjut.

Page 29: Bab 2 Analisis Situasi

2) Visual: Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau

tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil

jentiknya. Biasanya dalam program DBD menggunakan cara

visual.

d. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik

Aedes:

1) Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik

yang dilakukan di semua desa/kelurahan oleh petugas pada rumah-

rumah penduduk yang diperiksa secara acak.

∑ rumah /bangunan tidak ditemukan jentik

∑ rumah /bangunan diperiksa× 100 %

2) House Indeks (HI)

House Indeks (HI) adalah persentase rumah yang

ditemukan jentik yang dilakukan di semua desa/kelurahan oleh

petugas pada rumah-rumah penduduk yang diperiksa secara acak.

∑ rumah /bangunan dengan jentik

∑ rumah /bangunan diperiksa×100 %

3) Container Indeks (CI)

Container Indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan

jumlah kontainer yang diperiksa ditemukan jentik pada kontainer

di rumah-rumah penduduk yang diperiksa secara acak.

Page 30: Bab 2 Analisis Situasi

∑ container dengan jentik

∑ container diperiksa× 100 %

4) Breteau Indeks (BI)

Breteau Indeks (BI) adalah jumlah kontainer yang terdapat

jentik dalam 100 rumah.

∑ container dengan jentik

∑ rumah diperiksa× 100 %

Container adalah tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat

berkembangbiaknya nyamuk. ABJ dan HI lebih menggambarkan luasnya

penyebaran nyamuk di suatu daerah. Tidak ada teori yang pasti ABJ dan

HI yang dipakai sebagai standard, hanya berdasarkan kesepakatan,

disepakati HI minimal 1% yang berarti persentase rumah yang diperiksa

jentiknya positif tidak boleh melebihi 1% atau 99% rumah yang diperiksa

jentiknya harus negatif. Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator

keberhasilan pengendalian nyamuk penularan DBD (Depkes RI, 1998).

3) Pemberantasan jentik (Larvasidasi)

Larvasidasi merupakan pemberantasan jentik

nyamuk secara kimia dengan menggunakan larvasida.

Larvasidasi ini merupakan bagian dari kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau Pemantauan

Jentik Berkala (PJB) yang dapat dilaksanakan secara

perorangan, keluarga, masyarakat, dan petugas PJB

Page 31: Bab 2 Analisis Situasi

dengan sasarannya yaitu tempat yang sulit atau tidak

mungkin dikuras. Cara melakukan larvasidasi yaitu dengan

menaburkan bubuk larvasida (abate/temephos/altocid)

sebanyak 10 gram pada tempat penampungan air yang

terisi air sebanyak 100 liter setiap 2-3 bulan sekali.

Terdapat 2 jenis larvasida yang dapat digunakan pada wadah yang

dipakai untuk menampung air minum (TPA) yakni: temephos (Abate 1%)

dan Insect growth regulators (pengatur pertumbuhan serangga) Untuk

pemberantasan larva dapat digunakan abate 1 % SG. Cara ini biasanya

digunakan dengan menaburkan abate kedalam bejana tempat

penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah

adanya jentik selama 2-3 bulan. Kegiatan larvasiding meliputi:

a. Abatisasi Selektif

Abatisasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat

penampungan air (TPA) baik didalam maupun diluar rumah pada

seluruh rumah dan bangunan di desa/kelurahan endemis dan sporadik

dan penaburan bubuk abate (larvasida) pada TPA yang ditemukan

jentik dan dilaksanakan 4 kali setahun. Pelaksana abatisasi adalah kader

yang telah dilatih oleh petugas Puskesmas.Tujuan pelaksanaan abatisasi

selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil penggerakan

masyarakat dalam PSN-DBD.

b. Abatisasi Massal

Page 32: Bab 2 Analisis Situasi

Abatisasi massal adalah penaburan abate atau altosid (larvasida)

secara serentak diseluruh wilayah/daerah tertentu disemua TPA baik

terdapat jentik maupun tidak ada jentik di seluruh rumah/bangunan.

Kegiatan abatisasi massal ini dilaksanakan dilokasi terjadinya KLB

DBD. Dalam kegiatan abatisasi massal masyarakat diminta

partisipasinya untuk melaksanakan pemberantasan Aedes aegypti di

wilayah masing-masing. Tenaga di beri latihan dahulu sebelum

melaksanakan abatisasi, agar tidak mengalami kesalahan.

4) Pemberantasan nyamuk (fogging dan spraying)

Fogging yaitu pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa.

Tujuan dari fogging adalah membunuh sebagian besar vektor infektif

dengan cepat, sehingga rantai penularan segera diputuskan. Selain itu

kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama

waktu yang cukup sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri

(Ambarwati, 2006).

Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal

fog machine dan ultra low volume ground sprayer mounted. Dalam

program pemberantasan DBD racun serangga untuk fogging yang

digunakan adalah golongan organophosporester insectisida seperti

malathion, sumithion, fenithrothion, perslin, dan lain-lain. malathion,

sumithion, fenithrothion, perslin dan lain-lain. Dosis yang dipakai untuk

malathion murni adalah 438 gr/hektar. Namun untuk pelaksanaan

fogging dengan fog machine malathion harus diencerkan dengan

Page 33: Bab 2 Analisis Situasi

penambahan solar atau minyak tanah sehingga menjadi larutan dengan

konsentrasi 4-5%. Cara pembuatan larutan tersebut dapat dilakukan

dengan cara: 1) 1 liter malathion 96% EC + 19 liter solar = 20 liter

malathion 4,8%; atau 2) 1 liter malathion 50% EC + 10 liter solar = 11

liter malathion 4,5 %.

5) Pengendalian lalat di kapal atau pelabuhan

Survei di pelabuhan menggunakan alat fly grill. Fly grill diletakkan

pada tempat yang potensial, misal TPS, kontainer sampah, tempat

penjualan makanan, dll. Setelah dilakukan survei kepadatan lalat,

selanjutnya adalah menganalisis rekomendasi, jika kepadatan tinggi

atau sangat tinggi maka dilaksanakan tindakan pengendalian.

Sedangkan surveilans bertujuan untuk mengetahui keberadaan lalat di

kapal, dilakukan dengan melihat secara visual adanya lalat

hidup.pengamatan di kapal ini dilakukan bersamaan dengan

pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan kapal dalam rangka

penerbitan SSCC. Apabila ditemukan kehidupan lalat,

direkomendasikan untuk dilakukan tindakan disinseksi.

Pengendalian dilakukan dengan menggalakkkan peran serta

masyarakat melalui perbaikan lingkungan, penyemprotan dengan efek

knock down, dan larvasidasi.

6) Pengendalian kecoa di kapal atau pelabuhan

Page 34: Bab 2 Analisis Situasi

Pengendalian dilakukan dengan menggalakkkan peran serta

masyarakat melalui perbaikan lingkungan, penyemprotan dengan efek

knock down di pelabuhan/ bandara, dan di kapal.

7) Survey pinjal dan tikus

Dilakukan dengan metode trapping, kemudian melakukan

penghitungan kepadatan tikus, dengan rumus:

¿ tikus tertangkapjumlah perangkap yang dipasang

Kemudian langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi tikus dan

pinjal. Setelah itu dihitung jumlah pinjal untuk mengetahui Indeks

Pinjal, dengan rumus:

= jumlah pinjal yangditemukanjumlahtikus yang tertangkap

Apabila Indeks Pinjal > 1 dilakukan pemberantasan dengan cara

peracunan tikus.

8) Survey lalat dan pemberantasan lalat

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan lalat di kapal

dan dilakukan dengan melihat secara visual adanya lalat hidup.

9) Pemeriksaan tikus di kapal

Pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal dilakukan

pada saat melakukan perpanjangan SSCC/ SSCEC atau saat kedatangan

kapal dari daerah terjangkit/ luar negeri. Tanda-tanda kehidupan tikus

Page 35: Bab 2 Analisis Situasi

dapat berupa adanya bau tikus, sarang, bekas kencing, kotoran, bekas

makanan, bangkai, bekas gigitan, bekas jalan dan bekas telapak kaki.

Pengendalian dapat berupa pengawasan tindakan pencegahan tikus

di kapal, seperti memasang rat guard secara benar pada tali kapal,

mengangkat tangga setinggi 60 cm dari dermaga, menyalakan lampu

pada malam hari di tangga kapal, menghindarkan kapal sandar

berdampingan. Selain itu, pengawasan dapat berupa tindakan

derattisasi.

10) Pemberantasan tikus di kapal (fumigasi)

Fumigasi adalah tindakan perlakuan pengendalian hama dengan

jalan memasukkan atau melepaskan fumigan kedalam ruangan

tertutup/kedap udara selama beberapa waktu yang diperlukan dengan

dosis dan konsentrasi tertentu, dapat mematikan hama di gudang,

bangunan, pesawat udara dan kapal laut (Siswanto, H, 2003). Fumigasi

kapal adalah suatu upaya pengendalian hama yang mutlak harus

dilakukan pada sebuah kapal baik kapal penumpang, kapal cargo atau

jenis kapal lainnya.

Fumigasi kapal dilakukan apabila :

a. Hasil pemeriksana adanya tanda-tanda kehidupan tikus dan atas

permintaan pihak kapal (nakhoda/pemilik).

b. Dilakukan apabila dalam pemeriksaan dijumpai adanya tanda-

tanda kehidupan tikus.

Page 36: Bab 2 Analisis Situasi

c. Kegunaannya adalah untuk melakukan hapus tikus/serangga diatas

kapal sebagai syarat untuk mendapatkan dokumen kesehatan

Internasional (Surat Keterangan Bebas Pengawasan Sanitasi

Kapal).

d. Bila fumigasi dilakukan, harus ditentukan fumigan yang dipakai

(HCN,CH3Br atau CO2).

11) Pemberantasan serangga di pesawat (desinseksi)

b. Pembinaan sanitasi lingkungan

1. Inspeksi sanitasi pelabuhan/bandara

2. Inspeksi sanitasi kapal

Dalam melaksanakan pemeriksaan sanitasi kapal petugas KKP

ditemani awak kapal. Setelah melakukan analisis dan menetapkan

rekomendasi hasil pemeriksaan, tindak lanjut yang dilakukan adalah

dalam bentuk penerbitan SSCEC dan tindakan penyehatan untuk

penerbitan SSCC.

3. Inspeksi sanitasi pesawat

Pada dasarnya pemeriksaan pesawat udara adalah :

a. Pemeriksaan kebersihan pesawat

b. Pengawasan persediaan makanan dan air

c. Pemeriksaan keberadaan serangga dan vektor (di dalam pesawat

harus bebas serangga dan tikus)

4. Uji petik sampel limbah

Page 37: Bab 2 Analisis Situasi

Pelaksanaan Uji Petik terutama dilakukan dalam rangka menjamin

apakah pelaksanaan di lapangan telah sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan

c. Jejaring kerja

1. Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan

Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan bertujuan untuk

mengurangi resiko terjadinya penyakit dan penularan penyakit pada

orang yang mengkonsumsi, terutama masyarakat pelabuhan, bandara,

para penumpang, dan crew alat angkut.

2. Inspeksi sanitasi hotel dan penginapan

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002

tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan

industry parameter yang diukur meliputi : air bersih, kebersihan, udara

ruangan (suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, gas pencemar,

mikrobiologi), limbah, pencahayaan, kebisingan di ruangan, getaran di

ruangan, radiasi di ruangan, vektor penyakit, ruang dan bangunan, toilet

dan instalasi.

3. Uji petik sampel makanan dan minuman di kapal penumpang

Pengambilan sampel ini dilakukan bersamaan dengan pengawasan

leveransir/ supplier bahan makanan. Bila ada bahan makanan yang

mencurigakan, diambil sampel dan diperiksa di laboratorium.

Pengambilan sampel dilakukan secara aseptis.

4. Uji petik sampel makanan dan minuman di TPM

Page 38: Bab 2 Analisis Situasi

Petugas KKP mengambil makanan dan spesimen TPM yang terdiri

dari sampel makanan, usap tangan, usap dubur dan usap alat makanan

dan sampel air. Kemudian sampel tersebut dikirim ke laboratorium.

5. Pemeriksaan dan pengambilan sampel air di kapal dan pelabuhan

Pengawasan penyediaan air bersih adalah pengawasan terhadap

sarana penyediaan air bersih, kualitas air (fisik, kimia, dan

bakteriologis), dan tindak lanjut di pelabuhan maupun di kapal. Ruang

lingkup pengawasan meliputi sumber, reservoir, pipa distribusi, hydran,

gerobak air, perahu air/mobil air dan didistribusikan ke kapal, mobil air

lalu ke pesawat udara, tempat-tempat umum lainnya. Pemeriksaan

kualitas air dilakukan di lapangan atau laboratorium, dan hasilnya

adalah sertifikat kesehatan air yang diberikan kepada pihak pengelola.

d. Kemitraan

1. Penyuluhan dan penyebaran informasi (PSN DBD)

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada

seluruh masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit yaitu melalui

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

2. Pengembangan pelabuhan sehat

Pelabuhan sehat merupakan suatu keadaan dimana pelabuhan

bebas terhadap faktor resiko penyakit

3. Pengukuran kualitas udara

Pengukuran ini dilakukan pada lokasi yang dekat dengan sumber

pencemaran dengan alat Midget Impinge Meter / Gas Detektor :

Page 39: Bab 2 Analisis Situasi

a. Bandara : apron, halaman parker bandara, jalan dan lingkungan

perumahan.

b. Pelabuhan : dermaga, jalan raya, pabrik, terminal penumpang/peti

kemas, dan gudang.

4. Pengukuran kebisingan

Tujuan dari pengukuran kebisingan adalah untuk mencegah

terjadinya faktor risiko akibat kebisingan yang melebihi nilai ambang

batas (NAB) yang dipersyaratkan. Disamping itu masyarakat yang

tinggal dan beraktivitas di lingkungan pelabuhan/bandara merasa aman

dan nyaman.

Menurut Men KLH Np Kep 48/MENLH/11/1996, ada 2 netode

pengukuran yaitu :

a. Cara Sederhana

Dengan sebuah Sound Level Meter biasa diukur pada tingkat bising

(DBA) selama 10 menit, untuk pengukur pembacaan dilakukan

selama 5 detik.

b. Cara Langsung

Dengan sebuah Integreting Level Meter yang mempunyai fasilitas

pengukuran (Lms) yaitu (Leq) dengan waktu ukur 5 detik dilakukan

selama 10 menit, hanya waktu pengukuran dilakukan selama 24 jam

(Lsm) dengan cara :

1) Pada siang hari tingkat aktivitas paling tinggi selama 16 jam (Ls) pada

selang waktu 06.00-22.00

Page 40: Bab 2 Analisis Situasi

2) Pada aktivitas malam selama 8 jam (Lm) selang 22.00-06.00

5. Wawancara melalui kuesioner terhadap dampak kebisingan.

6. Pengukuran pencahayaan

e. Kajian

1. Pengukuran radiasi

2. Penyelenggaraan laboratorium

f. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

1. Orientasi teknis pengendalian risiko lingkungan

2. Orientasi entomologi teknis

3. Orientasi teknis kebisingan

4. Pelatihan manajemen PRL

5. Pelatihan fumigasi

6. Pelatihan sanitasi dasar

g. Analisa data

2.2.3 Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah

Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW) memiliki tugas

untuk melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit-penyakit

karantina dan PHEIC melalui kapal, orang dan barang, melaksanakan pelayanan

kesehatan terbatas di pelabuhan, serta melaksanakan penanggulangan kesehatan

matra, kesehatan kerja di pelabuhan. Sedangkan fungsi dari seksi UKLW adalah

melakukan pengamatan penyakit menular, melakukan imunisasi/vaccinatie

Page 41: Bab 2 Analisis Situasi

(meningitis, yellow fever, dan thypoid), melakukan pemeriksaan dan pemberian

ICV (International Certificate Vacsination), melakukan pengujian kesehatan

ABK dan penjamah makanan, melakukan pelayanan kesehatan terbatas,

pengasingan penderita penyakit karantina, melaporkan KLB ke instansi

berwenang, serta membantu melaksanakan penanggulangan KLB/ Kesehatan

Matra.

a. Pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di wilayah

kerja bandara,pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Bahwa semakin meningkatnya aktivitas di bandara, pelabuhan, dan lintas

batasdarat negara berkaitan dengan transmisi penyakit potensial wabah serta

penyakitlainnya yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan yang

meresahkan dunia. Oleh sebab itu sangat perlu adanya pelayanan kesehatan

terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di wilayah kerja KKP. (Kepmenkes

Tahun 2008)

b. Pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah kerja

bandara,pelabuhan, dan lintas batas darat negara.Pemeriksaan kesehatan haji,

kesehatan matra diwilayah kerja KKP merupan kewajiban yang harus dipenuhi

oleh seksi UKLW/ Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah. Hal itu dimaksudkan

agar tetap terjaganya kesehatan haji dan mencegah masuknya suatu penyakit ke

wilayah Indonesia dari aktifitas perjalanan ke luar negeri oleh peserta haji

maupun orang dengan perjalanan ke luar negeri.

c. Pengujian kesehatan nahkoda/pilot dan anak buah kapal/pesawat udara serta

penjamah makanan

Page 42: Bab 2 Analisis Situasi

Berdasarkan tugas khusus seksi UKLW / Upaya Kesehatan dan Lintas

Wilayah, maka kesehatan nahkoda kapal, ABK maupun pilot wajib dijamin

oleh KKP melalui seksi UKLW/ Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah.

d. Vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional.\

Pentingnya vaksinasi bagi traveller termasuk jamaah haji/umroh  sebagai

perlindungan dari penyakit-penyakit menular tertentu yang dapat dicegah

melalui vaksinasi/imunisasi. Disampaikan bahwa selain melindungi individu,

vaksinasi juga melindungi keluarga, masyarakat  dari penyebaran penyakit

tertentu yang potensial wabah. Dan lebih luas lagi, vaksinasi juga melindungi 

negara terhadap ancaman masuknya  penyakit yang endemis di negara lain.

Dengan kata lain bahwa vaksinasi internasional adalah bagian dari upaya

menjaga kesehatan negara.

e. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di wilayah kerja bandara, pelabuhan,

dan lintas batas darat Negara

Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat Negara dimaksudkan untuk tetap menjaga

kesehatan Negara dari ancaman penyakit yang memungkin masuk ke wilayah

negara. Dengan kerja sama jejaring dan kemitraan, maka diharapkan dapat

berkoordinasi dengan baik untuk menjaga kesehatan Negara.

f. Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara, serta ketersediaan

obat-obatan/peralatan P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya.

Page 43: Bab 2 Analisis Situasi

Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, serta ketersediaan obat-

obatan/peralatan P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya.

Pengawasan itu dimaksudkan untuk mengantisipasi potensi wabah yang

dibawa oleh orang sakit maupun jenazah yang meninggal di dalam kapal atau

pesawat, sehimgga KKP mampu menepis adanya wabah yang kemungkinan

bisa menggangu kesehatan Negara.

g. Kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya

kesehatan dan lintas wilayah

Kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya

kesehatan dan lintas wilayah merupakan suatu fungsi dan tugas pokok dari

seksi UKLW yang dimaksudkan agar para staf mampu menggunakan

tekhnologi dengan baik dan mengetahui tugas pokok sebagai seksi UKLW

sehingga dapat melaksanakan surveilans dan pembuatan system laporan yang

baik dalam upaya penyehatan lintas wilayah.

h. Penyusunan laporan di bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.

Seksi Kesehatan Matra dan Lintas Wilayah mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan,pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan

koordinasi pelaksanaan vaksinasi dan penerbitan sertifi-kasi vaksinasi

international (ICV), pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah,

kesehatan matra,kesehatan haji, perpindahan penduduk, penanggulangan

bencana, pelayanan kesehatan terbatas, ruju-kan gawat darurat medik,

pengembangan jejaring kerja, kemitraan, dan teknologi, serta pelatihan

Page 44: Bab 2 Analisis Situasi

teknisbidang kesehatan matra di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat Negara.

2.2.4 Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas seperti:

1. Melakukan Penyusunan Program

Untuk mengantisipasi perkembangan dan tuntutan organisasi dan

tata kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang dalam melaksanakan

tupoksinya, telah disusun berbagai program yang berkaitan dengan

pelaksanaan kegaiatan, anggaran, sumberdaya manusia dan sarana

prasarana penunjang lainnya dengan melibatkan seluruh jajaran Kantor

Kesehatan Pelabuhan Semarang diantaranya :

a. Rencana Aksi Kegiatan (RAK)

b. Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL)

c. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

2. Pengelolaan Informasi, Evaluasi dan Laporan

Untuk keperluan pengelolaan informasi, evaluasi, dan laporan,

KKP Kelas II Semarang telah menggunakan sistem informasi berbasis

komputer. Adapun sistem informasi yang digunakan meliputi :

a. SIMKA (Sistem Informasi Kepegawaian)

b. Sistem Informasi Keuangan Terintegrasi

Page 45: Bab 2 Analisis Situasi

c. SISKOHATKES (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang

Kesehatan)

d. SIMKESPEL (Sistem Informasi Kesehatan Pelabuhan)

e. SIMKKP (Sistem Informasi Manajemen Kantor Kesehatan

Pelabuhan)

Berikut adalah hasil dan analisa dari penerapan sistem

informasi tersebut:

1. SIMKA (Sistem Informasi Kepegawaian)

Dalam upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan

data pegawai, Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan

mengembangkan aplikasi SIMKA (Sistem Informasi Kepegawaian).

SIMKA digunakan secara online melalui jaringan internet. SIMKA

memuat data pegawai secara lengkap dan memberikan fasilitas

manajemen dan pelaporan data kepegawaian.

2. Sistem Informasi Keuangan Terintegrasi

Sistem informasi keuangan dikembangkan oleh Kementerian Keuangan.

Sistem ini diterapkan di seluruh instansi pemerintah dengan tujuan

meningkatkan akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi laporan keuangan

pemerintah. Sistem informasi keuangan terdiri atas beberapa

program/aplikasi, yaitu:

a) RKAKL (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga)

Aplikasi ini digunakan untuk menyusun dokumen anggaran dan

kegiatan.

Page 46: Bab 2 Analisis Situasi

b) SPM (Surat Perintah Membayar)

Aplikasi ini digunakan untuk mencetak Surat Perintah Membayar.

SPM tersebut diserahkan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara (KPPN) dalam setiap realisasi anggaran.

c) GPP (Gaji Pokok Pegawai)

Aplikasi ini digunakan untuk menyusun gaji pegawai.

d) SAI (Sistem Akuntansi Instansi)

Aplikasi ini digunakan untuk mengelola anggaran. Setiap bulan data

dalam SAI direkonsiliasi dengan KPPN dan Koordinator Wilayah I

di tingkat Propinsi.

e) SABMN (Sistem Akuntansi Barang Milik Negara)

Aplikasi ini digunakan untuk mengelola Barang Millik Negara.

Setiap bulan data dalam SABMN dikirim ke aplikasi SAI sebagai

dasar penyusunan neraca.

3. SISKOHATKES (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang

Kesehatan)

SISKOHATKES adalah aplikasi yang dibangun oleh Departemen

Kesehatan. Direktorat Jenderal PP&PL. Subdit Kesehatan Haji untuk

pengelolaan data kesehatan haji. Operasionalnya dilakukan secara online

menggunakan jaringan internet. Sampai sekarang Siskohatkes masih

digunakan dalam kegiatan embarkasi dan debarkasi haji.

4. SIMKESPEL (Sistem Informasi Kesehatan Pelabuhan)

Page 47: Bab 2 Analisis Situasi

Simkespel dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan. Direktorat

Jenderal PP&PL. Subdit Karantina dan Kesehatan Pelabuhan dengan

tujuan membangun sistem informasi yang menghubungkan Direktorat

Jenderal PP&PL dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan se-Indonesia

selaku unit vertikalnya. Simkespel berfungsi sebagai media yang memuat

informasi terbaru baik dari Pusat maupun KKP, media komunikasi, dan

media pelaporan atas kegiatan-kegiatan yang terlaksana di KKP.

5. SIMKKP (Sistem Informasi Manajemen Kantor Kesehatan

Pelabuhan)

Tujuan SIM-KKP adalah membangun suatu sistem informasi yang

teritegrasi antara kantor induk dan wilayah kerja dalam satu lingkungan

Kantor Kesehatan Pelabuhan yang menunjang kinerja KKP baik secara

teknis maupun administratif.

6. Urusan-urusan tata usaha

Kegiatan bidang urusan tata usaha yang dilakukan adalah

pengarsipan surat dan administrati penyelenggaraan kegiatan haji.

7. Keuangan

Anggaran yang disusun dan dikelola berdasarkan kebutuhan yang

dirasionalisasi menurut skala prioritas dan rencana kebutuhan, dengan

mengikutsertakan semua komponen di Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas II Semarang dan mempertimbangkan anggaran yang tersedia, serta

tidak lepas dari peraturan perundangan yang berlaku.

8. Kepegawaian

Page 48: Bab 2 Analisis Situasi

Urusan kepegawaian meliputi kegiatan administratif yang berkaitan

dengan pengelolaan pegawai. Pengelolaan yang dimaksud meliputi

penyusunan formasi kebutuhan dan distribusi, pengajuan usulan yang

berkaitan dengan jenjang karier, klasifikasi dan pengolahan data, serta

peningkatan kualitas pegawai.

9. Perlengkapan dan rumah tangga

Kegiatan utama bidang perlengkapan dan rumah tangga adalah

pengelolaan inventaris kantor serta pengadaan barang dan jasa.

Peran tata usaha diantaranya:

a. Perencanaan program dan kegiatan berdasarkan masukan dari ketua

sie, penanggung jawab wilker, kebijakan yang ditetapkan

b. Kelengkapan sarana dan prasarana penunjang sesuia alokasi anggaran

dan skala prioritas

c. Meningkatan manajemen program secara terencana, sistematis,

berkelanjutan, efektif dan efisien

d. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, jejaring

kerja dan kemitraan

e. Meningkatkan manajemen kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan

pelaporan

f. Peningkatan Sumber daya manusia yang berkualitas.