bab 1riset intaaaaaannnnn.docx
TRANSCRIPT
TUGAS RISETPENGARUH PEMBERIAN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS)
TERHADAP TINGKAT PENYEMBUHAN PITIRIASI SIKA
OLEH :SRI MUSTIKA INTANNIA
13142011024
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASINPROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pitiriasis sika (ketombe) merupakan penyakit kulit kepala yang hampir semua
orang pernah mengalaminyadan merupakan penyakitpaling banyak pada
masalah kulit kepala. Masalah ketombe pada manusia cukup krusial. Selain
mengganggu kenyamanan, ketombe juga berdampak buruk pada penampilan
seseorang. Serpihan - serpihan ketombe yang terlihat dirambut maupun yang
menempel dibaju dapat mengurangi rasa percaya diri seseorang berketombe.
(Tranggono,2007).
Prevalensi dan insedensi Pitiriasis sika diseluruh dunia cukup tinggi. Masalah
Pitiriasis sika merupakan masalah universal yang dapat ditemukan di seluruh
dunia. Pitiriasis sika terjadi baik di negara berkembang maupun negara maju.
“Dari bayi baru lahir sampai orang dewasa bisa menderita Pitiriasis sika”
(Harmanto Ning, 2006).Menurut Al Iraqi (2010) dalam Ramadhani (2012)
diperkirakan Pitiriasis sika telah menyerang 50% populasi di dunia dimana
dapat terjadi pada semua ras, seks dan usia.
Menurut data dari International Data Base, US Sensus Bureau tahun 2004
Prevalensi populasi masyarakat tertinggi yang menderita ketombe yaitu terjadi
di Cina adalah sekitar 238.758.752 dari 1.298.847.6242 jiwa, kemudian di
India adalah 195.785.036 dari 1.065.070.6072 jiwa, dan USA adalah
53.980.772 dari 293.655.405 jiwa.
Sedangkan di Indonesia, Prevalensi populasi masyarakat di Indonesia yang
menderita ketombe adalah 43.833.262 dari 238.452.952 jiwa dan menempati
urutan ke empat setelah Cina, India, dan US. Data statistik menunjukkan
3
lebih dari 70% orang mengalami kondisi ini (Statistik by couantry for
dandruff, 2011).
Pitiriasis sika adalah sisik yang berasal dari bahan keratin berlemak yang
keluar dari kulit kepala manusia dan dapat berpengaruh pada kesehatan.
Selain menyebabkan kulit kepala menjadi kotor ketombe juga menimbulkan
gatal, rasa gatal akan memungkinkan penderita menggaruk kulit kepala hingga
lecet dan berdarah,kebiasaan menggaruk yang intensif dapat menyebabkan
iritasi, luka, hingga infeksi sekunder, akibat yang paling parah dari ketombe
adalah kerontokan rambut pada tingkat yang meresahkan ditambah dengan
kondisi rambut yang lepek dan menjadi berbau kurang sedap. (Ramadhani,
2012).
Besarnya faktor-faktor pendukung yang dapat menjadi penyebab terjadinya
Pitiriasis sika di pesantren menimbulkan berbagai masalah, mulai dari
berkurangnya rasa percaya diri, stigma sosial yang negatif, kurangnya kualitas
tidur dan gangguan belajar. Oleh karena itu pengobatan Pitiriasis sikaharus
diberikan.Salah satu sekolah asrama terbanyak di Indonesia berupa pesantren
(Sahar Alatas 2010).Keluhan umum dimasyarakat, penderita Pitiriasis sika
banyak dialami oleh wanita yang menggunakan jilbab, seperti yang dikatakan
Said (2009) dalam Ramadhani (2012) “permasalahan yang dialami wanita
berjilbab umumnya adalah rambut rontok, mudah patah, lepek, berminyak dan
berketombe (Pitiriasis sika)”.
Penggunaan obat anti ketombe yang disarankan oleh ahli kesehatan dan
kecantikan dengan menggunakan bahan kimia memangtelah banyak
disarankan, meskipun produk kosmetik anti ketombe yang beredar sudah
dinyatakan aman, namun penggunan terus menerus dalam jangka panjang,
seperti saat ini ada kecendrungan penggunaan anti ketombe yang berbentuk
sampho digunakan setiap hari serta kondisi pengguna yang beragam, maka
kemungkinan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat
4
merugikan kesehatan karena kulit dapat mengabsorsi/menyerap bahan kimiawi
yang dipakaikan pada kulit kepala (Suhendra, 2011). Efek samping yang
timbul terkadang tidak pernah terbayangkan sebelumnya karena efek samping
dari zat-zat kimia muncul baik secara langsung maupun secara perlahan
lewat perubahan sel-sel tubuh dikemudian hari.Menurut BPOM RI (2009)
Pada penggunaan sampho anti ketombe efek samping yang mungkin terjadi
adalah: dermatitis kontak alergi atau iritasi yang terjadi pada kulit kepala,
kerusakan rambut (rambut rontok, berubah warna, patah-patah).
Penggunaan bahan alami sebagai obat cenderung mengalami peningkatan
dengan adanya isu back to nature dan krisis berkepanjangan yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern
yang relatif lebih mahal. Obat bahan alam juga diangggap hampir tidak
memiliki efek samping yang membahayakan, bahannya mudah didapat dan
diyakini berkhasiat. Seledri atau Apium Graveolens adalah sejenis tanaman
ternak tegak dengan tinggi sekitar 40 cm, berbatang persegi dan beralur
membujur yang memiliki bunga yang kecil berwarna hijau. Tumbuhan seledri
mudah di temukan di Indonesia, seledri merupakan tanaman hortikultura
yang dapat tumbuh dengan baik pada dataran tinggi, terutama pada daerah
yang berhawa sejuk. (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Menurut SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 mei 2004 (Di
kutip dari www.herbalindonesia.com di akses 12 februari 2015) dari obat
bahan alam indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu yang
merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal
yaitu obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, sedangkan
fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan
klinis.
DAFTAR RUJUKAN
Dalimartha, S. (2006) Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Cetakan VIII. PT
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta
Djojosepurto, Soedarso. (2012). Manfaat Seledri Bagi Kesehatan & Kecantikan.
Stomata. Surabaya
5