bab 10 konsep laba dalam tatanan pragmatik

Download Bab 10 Konsep Laba Dalam Tatanan Pragmatik

If you can't read please download the document

Upload: diah-krismawati

Post on 13-Sep-2015

398 views

Category:

Documents


92 download

DESCRIPTION

Bab 10 Konsep Laba Dalam Tatanan Pragmatik

TRANSCRIPT

BAB 10LABA (INCOME)Pengertian LabaCommite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi (2007:12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.Menurut Stice, Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya.Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).Menurut Soemarso SR (2004 : 227) angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss)Menurut Smith Skousen (1989:119) Laba Bersih merupakan perbedaan antara jumlah pendapatan yang diperoleh suatu satuan usahan selama periode tertentu dan jumlah biaya yang dapat diaplikasikan kepada pendapat. Belkaoui (1993) Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Rahmat (2006:9) Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Laba terdiri dari hasil operasional, atau luar biasa, dan hasil-hasil non-operasional, atau keuntungan dan kerugian luar biasa, dimana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba biasa dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan dan kerugian luar biasa tidak demikian.(IAI, 1994) mengartikan penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (paragraph. 70).Makna Income dalam perpajakan adalah sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam Standart Akuntansi Keuangan, sedangkan dalam Akuntansi istilah income adalah dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang dimaksud dengan income. Dan lebih menunjuk pada konsep FASB.Tujuan Pelaporan LabaPengertian laba yang dianut struktur akuntansi sekarang adalah laba yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Pendefinisian laba adalah sebagai pengukur kembalian atas investasi dari pada sekedar perubahan kas.Tujuan pelaporan laba diharapkan dapat digunakan antara lain :Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasiPengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemenDasar penentuan besarnya pengenaan pajakAlat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negaraDasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publikAlat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utangDasar kompensasi dan pembagian bonusAlat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaanDasar pembagian dividenKonsep Laba KonvensionalMenurut Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang berjalan (konvensional) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi mempunyai beberapa kelemahan :Laba akuntansi belum di definisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara intuitif dan ekonomik bermaknaPenyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa residualPrinsip akuntansi berterima umum sebagai pedoman pengukuran laba masih memberi peluang untuk terjadinya ketatakuasaan antar perusahaanKarena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan hargaDalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan tang mendesak.Atas dasar tujuan dan kelemahan laba akuntansi , ada dua aspek pokok teori laba yaitu:Interpretasi laba dan implikasinya dalam tiap tataran teoriLingkup laba atas dasar kegiatan operasi dan teori entitas.Konsep Laba dalam Tataran SemantikKonsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat (usefull) dan bermakna (meaningful) sebagai informasi. Pemaknaan laba secara semantik akhirnya akan menentukan pemaknaan laba secara sintatik yaitu pengukuran dan penyajiannyaPengukur kinerjaDaya melaba merupakan informasi semantik yang diharapkan dibawa oleh informasi akuntansi melalui statemen keuangan yaitu objek (element), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Dalam daya melaba ada tiga komponen yang harus diketahui yaitu laba, periode, tingkat sumber daya (investasi). Sehingga, laba dapat diinterprestasi sebagai pengukur keefisienan (efisien) bila dihubungkan dengan tingkat investasi karena efisien secara konseptual merupakan suatu hubungan atau indeks. Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI, ROA dan ROL sebagai pengukur efisiensi.Konfirmasi Harapan InvestorPerekayasa pelaporan keuangan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya dimasa lalu tentang kinerja perusahaan memang terealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasikan sebagai saran untuk mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut.Estimator Laba EkonomikAkuntansi menganut asas akrual untuk mendapatkan suatu angka yang lebih bermakna secara ekonomik daripada sekedar kenaikan atau penurunan kas dalam suatu periode. Perbedaan laba akuntansi dan laba ekonomik, yaitu:Sudut pandang pemaknaan, laba akuntansi dari perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan sedangkan laba ekonomik dari kaca mata investor karena keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang bersifat subjektif.Dasar pengukuran, laba akuntansi berdasarkan data yang telah terjadi ( kos historis) dan bukan data hipotesis yang dapat berupa kos kesempatan, nilai pasar, dan nilai likuidasi seperti laba ekonomikDari segi akuntansi, pengertian ekonomik adalah kelayakan ekonomik jangka panjang sementara laba ekonomik merupakan penilaian ekonomik jangka pendek.Dari segi akuntasi depresiasi merupakan proses alokasi harga perolehan aset, sementara dalam laba ekonomik depresiasi merupakan proses penilaian.Laba ekonomik berbeda dengan laba akuntansi karena pada umumnya laba ekonomik memperhitungkan perubahan daya beli uang dan perubahan harga spesifik aset, karena investor lebih berkepentingan dengan kos kesempatan untuk menilai secara ekonomik investasinya, sementara akuntansi menunjukkan pengaruh perubahan harga dan daya beli melalaui laporan pelengkap.Laba akuntansi berkepentingan dengan laba uang dimana laba uang tersebut berupa kenaikkan satuan uang dalam satu periode tanpa memperhatikan pengaruh perbedaan daya beli. Sementara laba ekonomik berkepentingan dengan laba real, dimana laba real adalah laba yang berupa kenaikkan kemakmuran ekonomik.Laba akuntansi dilandasi konsep kontinuitas usaha yang memandang aset sebagai sisa potensi jasa sehingga kos hostoris menjadi basis penilaiannya. Sementara itu, laba ekonomik dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat aset sehingga simpanan atau sediaan nilai.Makna LabaLaba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas. Entitas dapat berupa perorangan/individual, kelompok individual, institusi, badan, lembaga, atau perusahaanPerubahan terjadi dalam suatu kurun waktu sehingga harus diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhirPerubahan dapat dinikmati, di distribusi atau ditarik oleh entitas yang menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.Kemakmuran dapat berupa aset bersih, aset, modal pemegang saham, kekayaan, investaasi, sumber daya ekonomik, uang dan apapun yang dapat dinilai dengan uang. Kemakmuran tersebut secara umum disebut kapital (capital). Namun kapital disini berbeda dengan modal. Pengertian kapital dalam konteks laba akuntansi meliputi:Kapital bagi badan usaha atau manajemen yang menguasai sumber ekonomi ini (fisis atau finansial) adalah asetKapital bagi pihak yang mempunyai atau menguasai klaim (ditandai dengan sertifikat utang, misalnya obligasi) adalah utang.Kapital bagi pihak yang mempunyai atau menguasai klaim (ditandai dengan sertifikat saham) adalah ekuitas.Laba dan KapitalKapital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu, sementara laba dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensi jasa yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.Konsep Pemertahanan KapitalKonsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas berhak mendapatkan kembalian/ imbalan atau return dan menikmati iya setelah kapital dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti penting dan konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan, sebagai berikut :Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan transaksi pendanaan dari pemilik.Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian investasi.Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan kemampuan ekonomi.memungkinkan penggunaan berbagai dasar pemikiran untuk menentukan tingkat kapital pada saat tertentu.Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba ekonomi.Atas dasar uraian di atas, laba kemudian didefinisikan secara umum, formal dan semantik sebagai berikut : Laba adalah tambahan kemampuan ekonomi yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/ pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mula (awal periode).Konsep Laba dalam Tataran SintaktikKonsep ini harus dirasionalkan dalam bentuk standar dan prosedur akuntansi yang objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam statemen keuangan. Pengukuran dalam arti luas yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan prosedur pengakuan ditambah cara mengungkapkan merupakan masalah pada tataran sintaktik. Terdapat dua kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba yaitu :Pendekatan transaksiLaba diukur pada saat terjadinya transaksi (terutama transaksi eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan sama dengan atas dasar kriteria terlealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat. Dengan pendekatan transaksi laba timbul dan diakui pada saat penjualan atau pertukaran terjadi.Pendekatan kegiatanLaba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Dengan konsep ini pendapatan (dengan sendirinya laba) dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.Dalam aplikasinya kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri tetapi saling melengkapi. Laba tidak dapat diakui hanya atas dasar salah satu pendekatan.Pendekatan Pemertahanan KapitalDengan konsep ini laba merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Masalah teoritis dalam hal ini adalah bagaimana kapital diukur atau dinilai dan bagaimana laba ditentukan.Pengukuran atau Penilaian Kapital Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran. Hal lain yang menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital (fisis atau finansial) dan dasar penilaian.Jenis Kapital :Kapital FinansialAdalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut. Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital finansial akan timbul bila jumlah rupiah klaim finansial pada akhir suatu periode melebihi jumlah klaim finansial pada awal periode (setelah pengaruh transaksi pemilik atau penguasa klaim selama periode dikeluarkan).Kapital FisisAdalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa. Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas produksi fisis pada akhir periode melebihi kapasitas produksi fisis pada awal periode.Perbedaan antara kedua jenis kapital dilihat dari pengaruh perubahan harga atas aset yang ditahan atau kewajiban yang ditanggung selama satu periode. Dalam kapital finansial pengaruh perubahan diakui sebagai untung atau rugi menahan atau penahanan dan dilaporkan melalui statemen laba rugi, sedangkan kapital fisis pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan tidak masuk dalam statemen laba rugi.Skala Pengukuran:Skala NominalAdalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik. Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang berubah karena inflasi, pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung kelemahan.2. Skala daya beli Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skala daya beli konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal. Dengan skala ini rupiah nominal dinyatakan kembali dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu.Dasar atau Atribut pengukuran:Kos HistorisMerupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan.Kos sekarangMenunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara.Kos sekarang berbeda dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan harga barang tertentu akibat perubahan selera, teknologi dan fungsi.Pengukuran Laba dengan Mempertahankan kapitalBerbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya terhadap penentuan laba antara lain adalah :Kapitalisasi aliran kas harapanKonsep laba ini mendekati konsep laba ekonomik. Dengan konsep ini, akan ditentukan nilai kapitalisasian investasi pemegang saham pada awal dan akhir periode. Dalam hal ini, laba merupakan selisih nilai kapitalisasian awal dan akhir periode. Meskipun, konsep ini mendekati laba ekonomik namun sistem pembukuan perusahaan mungkin tidak mendukung konsep pengoperasian.Penilaian pasar atas aset bersih perusahaan Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Dimana, kapital diukur atas dasar berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seluruh kekayaan perusahaan dikurangi seluruh kewajiban. Untuk memperoleh nilai kapital yang wajar dapat digunakan alternatif penilaian yaitu kapital diukur atas dasar perkalian antara volume saham yang beredar dengan harga pasar saham pada awal dan akhir periode.Setara Kas sekarangPenilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Dasar pengukuran adalah semua jumlah rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah setara tunai semua utang. Berbeda dengan penilaian pasar atas aset bersih perusahaan, penilaian ini merupakan jumlah harga pasar tiap jenis aset secara individual. Walaupun penilaian ini objektif , pasar bebas untuk tiap jenis aset tidak selalu ada.Harga masukan historisPenilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Laba diukur berdasarkan selisih aset bersih awal dan akhir periode yang masing-masing dinyatakan dalam kos historisnya. Hal inilah yang dianut.Harga masukan sekarangPerbedaan penilaian ini dengan harga masukan historis adalah pendekatan ini menilai komponen-komponen kapital awal dan akhir dengan kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Kapital dapat dipertahankan apabila kos pengganti akhir perioda sama dengan kos pengganti awal periode. Dimana perusahaan mampu mempertahankan kemampuan produktif seperti sedia kala (awal periode) sebelum kenaikan kapital dapat didistribusikan dalam bentuk deviden.Pembertahanan daya beli konstanPengukuran dengan unit daya beli konstan ini basisnya adalah kos historis. Kapital awal dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli konstan pada indeks dasar tertentu. Laba yang diukur berdasarkan selisih kapital awal dan akhir akan menggambarkan tambahan daya beli kapital yang dimiliki / dikuasai perusahaan tanpa harus mengurangi daya beli kapital yang mula-mula.Secara umum, penentuan laba atas dasar konsep pemertahanan kapital memerlukan penilaian atas kapital baik fisis maupun finansial pada awal dan akhir suatu periode.Konsep Laba dalam Tatanan PragmatikTataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah pesan samapai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah. Telah disinggung sebelumnya tepatnya dalam Bab 1, teori akuntansi pragmatikmemusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi akuntansi. Informasi diharapkan mempunyai pengaruh apabila informasi tersebut benar-benar digunakan oleh para pemakai karena menurut persepsi pemakai (atau model pengambilan keputusannya) informasi tersebut mempunyai maanfaat, kualitas, atau nilai informasi.Apabila dikaitkan dengan laba, tataran ini membahas apakah informasi laba bermanfaat atau apakah informasi laba pada kenyataannya digunakan. Jika digunakan, untuk kepentingan apa infromasi laba digunakan hingga angka laba harus benar-benar disediakan. Menanyakan langsung kepada pemakai apakah mereka menggunakan angka laba akuntansi merupakan salah satu cara untuk mengetahui kebermanfaatan laba. Hal itu perlu dilakukan karena banyak pemakai memiliki berbagai perspektif dan kepentingan, cara ini kurang terandalkan sebagai bukti tentang kebermafaatan laba. Cara lain adalah dengan mengenali bagaimana informasi laba digunakan, atau dengan mengukur rekasi pasar modal terhadap pengumuman laba akuntansi.Prediktor Aliran Kas Ke InvestorTelah disebutkan bahwa perekayasaan akuntansi (misalnya FASB) yakin bahwa angka laba dan komponenya yang diukur atas dasar akrual merupakan indikator kinerja yang lebih baik daripada sekedar perubahan jumlah kas. Karena investor dan kreditor menjadi pihak utama yang dituju dalam pelaporan keuangan, perekayasa berteori bahwa investor dan kreditor berkepentingan dengan aliran kas yang masuk ke mereka atau investasinya. Hal ini dinyatakan dalam tujuan pelaporan keuangan FASB sebagai berikut :Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian penerimaan kas mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman.Penjelasan diatas memberi isyarat bahwa harus ada hubungan logis antara laba (earning) dan aliran kas ke investor dan kreditor. Hubungan ini akan membantu investor dan kreditor dalam mengembangkan model untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi dan kapitalnya.Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan kas yang cukup untuk :Membayar semua kwajiban pada saatnyaMendanai keperluan operasiReinvestasiMembayar bungaMembayar devidenKemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan mendatangkan laba (earnings) jangka panjang yang memadai. Oleh karena itu, investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba (eraning power) jangka panjang. Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk memprediksi laba masa datang. Laba masa datang ini menjadi basis bagi investor untuk memprediksi aliran kas masa datang dari investasinya.Aliran kas dimata investor (pemegang saham) dapat ditentukan atas dasar harapan harga saham dimana datang. Bila perusahaan memperleh laba yang memadai, dengan sendirinya nilai buku aset bersih juga naik sehingga nilai buku persaham juga naik. Dengan demikian, secara teoritis laba (berupa laba per saham atau earnings per share) akan berasosiasi dengan kenaikan harga saham. Secara teoritis, harga saham masa datang dapat menjadi proksi (estimator) aliran kas masa datang. Apabila investor mampu memprediksi laba masa datang, maka investor akan mampu memprediksi aliran kas dari investasinya. Argumen semacam ini menjelaskan timbulnya berbagai teknik pemrakiraan laba (earnings forecasting) yang digunakan para analis sekuritas. Teknik-teknik terebut umumnya menggunakan laba (laba per saham) sebagai data masukan.Gambar 10.6Hubungan Logis antara Laba dan Aliran Kas ke InvestorKesatuan usahaLaba akuntansi (akrual)Aliran Kas InvestorLaba akuntansi menjadi prediktor aliran kas ke investor melalui berbagai model prakiraan laba (earnings forecasting models)PrediksiPrediksiAliran Kas(Dividen, kenaikan nilai investasi, dan pengembalian atau penjualan investasiPada gambar 10.6 melukiskan fungsi laba sebagai prediktor aliran kas ke investor. Secara pragmatik laba memang bermanfaat karena diperlukan oleh para analis keuangan atau sekuritas untuk menyediakan angka prakiraan laba yang pada akhirnya membantu pemakai dalam memprediksi alirna kas masa datang. Arti penting pemrakiraan laba telah memicu munculnya beberapa institusi yang bergerak dalam usaha penyediaan jasa prakiraan laba seperti Institutional Broker Estimates System (IBES) oleh Lynch, Jones and Ryan, The Earnings Forecaster Oleh Standard and Poor, The Icarus Service oleh Zacks Investment Reasearch, dan The Value Line Investment Survey.Laba dan Harga SahamKebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas ke investor yang dibahas sebelumnya sebenarnya menunjukkan bahwa laba menentukan harga saham. Aliran kas masa datang ke investor digunakan untuk menentukan apa yang dsebut nilai intrinsik (intrinsic value) sekuritas atau saham. Jones (1998) mendefinisakan nilai intrinsik sebagai berikut :The intrinsic value of an asset is that value that exists when the asset is correctly valued its true value based on the capitalization of income process. Intrinsic value is simply the present value concept used in a financial context (hlm 362)Nilai intrinsik ini pada akhirnya akan menentukan harga pasar saham yang terjadi dipasar modal pada saat tertentu. Investor atau analis akan membandingkan nilai intrinsik saham dan harga pasar sekarang (current market price) untuk menengarai apakah terjadi salah harga (misprice). Salah harga akan mengaktifkan perdagangan sekuritas melalui berbagai startegi investasi. Hubungan antara nilai intrinsik (NI), harga pasar sekarang (NPS), dan startegi investasi digambarkan sebagai berikut :Bila NI > NPS berarti sekuritas dinilai lebih rendah oleh pasar sehingga harus dibeli atau ditahan bila telah dimiliki.Bila NI < NPS berarti sekuritas dinilai lebih tinggi oleh pasar sehingga harus dihindari, dijual bila telah dimiliki, atau lakukan short sale.Bila NI = NPS berarti sekuritas dinilai benar dan terjadi ekuilibrium harga.Analisis di atas terjadi pada level investor secara individual. Karena ketidakpastian masa datang dan investor berbeda dalam persepsi, sikap terhadap risiko, dan tarif diskon yang diharapkan, maka akan dihasilkan nilai intrinsik yang berbeda-beda untuk sekuritas yang sama. Hal ini menjelaskan mengapa untuk sekuritas tertentu sebagian investor bersedia menjual dan sebagian lainnya bersedia membeli. Sebagian investor berpikir telah terjadi harga-lebih (overprice) dan sebagian lainnya berpikir telah terjadi harga-kurang (underprice). Harga pasar sekuritas pada saat tertentu akhirnya merupakan nilai intrinsik konsensus. Hal penting dalam uraian ini adalah bahwa laba akuntansi akan menentukan harga saham sehingga bermanfaat bagi investor.Perkontrakan EfisienTeori perkontrakan efisien (efficient contracting theory) merupakan bagian atau turunan dari teori keagenan (agency theory). Teori ini didasarkan atas berbagai aspek dan implikasi hubungan keagenan. Hubungan keagenan adalah hubungan antara prinsipal (principal) dan agen (agent) yang didalamnya agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya (actions) tersebut agen mendapatkan imbalan tertentu. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalambentuk kontrak. Dalam teori keagenan, agen biasanya dianggap sebagai pihak yang ingin memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap selalu berusaha memenuhi kontrak. Kontrak dikatakan efisien apabila mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan tanpa perselisihan dan para pihak mendapatkan hasil (outcome) yang paling optimal dari berbagai kemungkinan alternatif tindakan yang dapat dilakukan agen. Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan.Dalam konteks pelaporan keuangan, hubungan antara investor dan manajemen dapat dikaraketirisasi sebagai hubungan keagenan; pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Dengan demikian, perilaku manajemen dapat dijelaskan dengan teori keagenan ini.Apapun makna semantik laba dan apapun kelemahan laba akuntansi, dalam kenyataannya tia mempunyai dampak keprilakuan dalam dunia nyata. Secara empiris dapat ditunjukkan bahwa banyak sekali kontrak yang didalamnya memuat pasal yang mensyaratkan laba sebagai unsur kesepakatan. Misalnya kontrak pembagian laba, kontrak bonus, dan kontrak utang. Peran laba dalam berbagai kontrak menyebabkan pula berbagai perilaku pihak yang harus memenuhi kontrak terhadap penentuan laba. Pihak yang mempunyai keleluasaan menentukan laba (manajemen sebagai agen) pada umumnya diteorikan akan melaporkan laba untuk memaksimumkan dirinya melalui manajemen laba. Hal ini dimungkinkan karena manajemen dapat memilih metoda kauntansi yang menguntungkan manajemen dalam memenuhi kontrak.Aspek pragmatik laba dalam perkontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa kontrak akan efisien kalau laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa memandang aspek semantik (makna) laba tersebut. Gagasan ini didasari oleh kenyataan empiris bahwa masyarakat umumnya bersedia memenuhi aturan main apapun yang dipilhnya tanpa memperhatikan apakah aturan tersebut masuk akal. Secara pragmatik, banyak kontrak yang memasukkan laba akuntansi sebagai hal yang harus dipenuhi tanpa memperhatikan apa makna dan bagaimana laba akuntansi dihitung. Jadi, laba kuntansi mempunyai manfaat karena secara pragmatik tia dijadikan alat untuk mencapai kontrak yang efisien.Pengendlaian ManajemenIkatan dalam bentuk kontrak tidak hanya terjadi antara perusahaan dan investor atau pihak luar lainnya tetapi juga antara pihak internal perusahaan. Kontrak bonus merupakan salah satu contoh kontrak internal. Dalam hal ini, laba mempunyai manfaat karena laba dapat digunakan untuk mengendalikan perilaku para partisipan di dalam perusahaan. Dalam tataran pragmatik, laba digunakan sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen (management control system). Sistem ini dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya (self-interest) tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan tujuan (goal congruence).Perilaku manajer dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan kompensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja. Pengendalian akan efektif apabila manajer mempunyai persepsi bahwa laba sebagai pengukur kinerja benar-benar laba yang diakibatkan oleh tindakan atau upayanya (actions and efforts). Oleh karena itu, dalam pengendalian manajemen terdapat berbagai tingkat laba dengan berbagai sebutan sebagai pengukur kinerja manajer. Anthony dan govindarajan (1998) melukiskan berbagai tingkat dan sebutan laba untuk pengukuran kinerja manajer dalam gambar 10.7 berikut.Gambar 10.7Berbagai Tingkat Laba untuk Pengendalian ManajemenPendapatan Rp 20.000.000 Kos barang terjual (variabel) Rp 12.000.000 Margin penjualan Rp 8.000.000 Biaya Variabel Rp 3.000.000 Margin kontribusi Rp 5.000.000 Biaya tetap terjadi di pusat laba (biaya langsung) Rp 2.000.000 Laba langsung Rp 3.000.000 Alokasi kantor pusat terkendali Rp 250.000 Laba terkendali Rp 2.750.000 Alokasi kantor pusat lain Rp 400.000 Laba sebelum pajak Rp 2.350.000 Berbagai pajak Rp 950.000 Laba bersih Rp 1.400.000 Penyajian laba seperti gambar tersebut relevan untuk divisi yang diperlakukan sebagai pusat laba (profit center). Laporan tersebut lebih ditunjukkan untuk menunjukkan kinerja manajemen (management performance) daripada kinerja ekonomik (economic performance) pusat laba sebagai suatu entitas. Kinerja ekonomik harus memperhitungkan alokasi semua kos ke pusat laba termasuk porsi overhead kantor pusat. Masalah teoritisnya adalah manakah sublaba (margin penjualan, margin kontribusi, atau laba bersih) yang dijadikan dasar untuk mengukur kinerja manajemen agar tercapai kongruensi tujuan?Pengendalian manajemen menuntut adanya kontrak-kontrak internal yang memerlukan berbagai tingkat laba akuntansi sebagai unsur kesepakatan. Jadi, secara pragmatik, laba akuntansi memang digunakan oleh manajemen. Hal ini memberi indikasi bahwa laba akuntansi bermanfaat untuk kepentingan atau kontrak internal.Teori Pasar EfisienTelah disinggung di Bab 1 bahwa teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai. Perekayasa akuntansi menyediakan informasi tertentu agar pemakai bereaksi dan bertindak ke arah yang diharapkan demi kepentingan luas (negara). Apakah informasi sampai ke yang dituju dan diinterpretasi dengan tepat merupakan masalah keefektifan komunikasi. Apakah akhirnya pihak yang dituju informasi memakai informasi tersebut untuk dasar pengambilan keputusan merupakan masalah kebermanfaatan (usefulness) informasi. Jadi, kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian tujuan pelaporan keuangan.Seksi ini membahas apakah para pemakai sistem keuangan menggunakan laba untuk pengambilan keputusan dan apakah laba mempengaruhi perilaku (khususnya investor). Menanyakan langsung kepada pemakai apakah mereka menggunakan angka laba akuntansi merupakan salah satu cara untuk kebermanfaatan laba. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu pemakai tidak selalu dapat menjelaskan proses atau model pengambilan keputusannya sehingga jawabannya lebih banyak bersifat intuitif. Kelemahan lain adalah bahwa pertanyaan diajukan kepada pemakai secara kelompok tidak tertangkap. Jadi, karena pemakai individual mempunyai perspektif dan kepentingan berbeda-beda, cara ini kurang terandalkan sebagai bukti tentang kebermanfaatan laba.Cara lain adalah menerapkan konsep yang dikemukakan Lev (1989) bahwa kalau para pemakai secara bersama bertindak seakan-akan menggunakan informasi tertentu, maka informasi tersebut dapat dianggap bermanfaat. Pasar modal dapat merepresentasi para pemakai informasi secara bersama. Pasar modal adalah sarana untuk mempertemukan pengguna dana dan penyedia dana (pemodal) serta saran untuk memperjual-belikan surat-syrat berharga khususnya saham.Variabel penting pasar modal adalah harga saham (stock price), voluma perdagangan saham, return atau kemablian saham, dan indeks harga saham gabungan (IHSG). Pelaku pasar modal biasanya selalu mengikuti harga saham dan mencari informasi tentang perusahaan untuk menentukan harga saham. Oelh karena itu, rekasi pasar modal terhadap informasi dapat digunakan untuk mengukur atau menguji kebermanfaatan informasi. Hubungan antara informasi dan harga saham dibahas dalam konsep yang disebut efisiensi pasar (market efficiency) atau hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Beaver (1989) mendefinisikan efisiensi pasar sebagai berikut :A security market is said to be efficient with respect to an information system if and only if the prices act as if everyone observes the signals from that information system. In other words, prices act as if there is a universal knowlegde of that information. If prices have this property, they fully reflect the information system (hlm 130)Efisiensi pasar juga berkaitan dengan kecepatan suatu signal dicerna dan terrefleksi dalam harga saham. Jones (1998) menegaskan sebagai berikut :An efficient market is one in which the prices of all securities quickly and fully reflect all available information about the assets (hlm 255)Kedua definisi di atas menunjukkan bahwa efisiensi pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu mekanisme penyediaan informasi dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar modal. Sistem informasi menghasilkan sehimpunan informasi bagi pelaku pasar untuk menentukan harga saham. Pasar dikatakan efisien dalam kaitan dengan informasi atau signal tertentu hanya jika harga saham berperilaku seakan-akan semua pelaku pasar menangkap signal tersebut dan segera merevisi harga saham harapannya (tercermin dalam kutipan harga saham atau quoted price sebelum signal) kemudian mengambil strategi investasi (jual, beli, atau tahan) sheingga terjadi ekuilibrium baru.Pengertian merefleksi secara penuh (fully reflect) adalah bahwa semua signal yang tersedia telah tertangkap oleh pelaku pasar dan terefleksi dalam harga saham ekuilibrium baru. Untuk dikatakan efisien, ekuilibrium baru harus tercapai dalam waktu yang cukup cepat. Dalam pasar efisien, pelaku pasar dengan strategi apapun tidak akan dapat memperoleh keuntungan lebih (return abnormal) dalam jangka panjang. Dengan kata lain, tidak seorang pun dapat mengalahkan atau mengecoh pasar bila pasar tersebut efisien.Bentuk Efisiensi PasarKarena efisiensi pasar hanya dapat dikaitkan dengan informasi atau signal tertentu dalam suatu mekanisme penyediaan informasi, terdapat tiga bentuk efisiensi yaitu :Bentuk LemahPasar adalah efisien dalam bentuk lemah jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan voluma sekuritas masa lalu (yang biasanya tersedia secara publik). Dalam bentuk ini, dianggap pelaku pasar hanya menggunakan data pasar modal historis untuk menilai investasinya sehingga data tersebut tidak bermanfaat lagi untuk memprediksi perubahan harga masa datang. Dengan kata lain, pelaku pasar masih dimungkinkan untuk memperoleh return abnormal dengan memanfaatkan informasi selain data pasar.Bentuk Semi KuatPasar adalah efisien dalam bentuk semi kuat jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara publik termasuk data statemen keuangan. Karena semua perilaku pasar memperoleh akses yang sama terhadap informasi publik, strategi investasi yang mengandalkan data statemen keuangan publikasian tidak akan mampu menghasilkan return abnormal secara terus menerus.Bentuk KuatPasar adalah efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasi atau off-the-records. Dengan efisiensi semacam ini, pelaku pasar yang mempunyai akses terhadap informasi dalam sekalipun tidak akan memperoleh return yang berlebih dalam jangka panjangLaba Sebagai SignalLaba akuntansi yang diumumkan via statement keuangan merupakan salah satu signal dari himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Walaupun hipotesis pasar efisien mengisyaratkan bahwa tidak seorangpun akan memperoleh return lebih hanya atas pengetahuannya terhadap data laba, penelitian empiris menunjukkan bahwa laba (per saham) yang diumumkan via statemen keuangan mempunya dampak terhadap harga saham. Oleh karena itu, sebagaimana telah dibahas sebelumnya, data laba juga sangat diperlukan oleh investor untuk memprediksi laba dan harga masa datang.Informasi dalam (inside information) berupa kebijakan manajemen, rencana manajemen, pengembangan produk, strategi yang dirahasiakan, dan sebagainya yang tidak tersedia secara publik akhirnya akan terefleksi dalam angka laba (laba per saham) yang dipublikasi via statemen keuangan. Dengan kata lain, laba merupakan sarana untuk menyampaikan signal-signal dari manajemen yang tidak disampaikan secara publik. Jadi, laba mempunyai kandungan informasi (information content) yang penting bagi pasar modal. Sementara itu, investor berusaha untuk mencari informasi untuk memprediksi laba yang akan diumumkan atas dasar data yang tersedia secara publik. Oleh karena itu, informasi laba sangat diharapkan para analis untuk menangkap informasi privat atau dalam yang dikandungnya dan untuk mengkonfirmasi laba harapan investor.Pengujian Kandungan Informasi LabaApakah laba mengandung informasi dapat ditunjukkan oleh reaksi pasar terhadap pengumuman laba (earnings announcement) sebagai suatu peristiwa (event). Bila angka laba mengandung informasi, diteorikan bahwa pasar akan berekasi terhadap pengumuman laba. Pada saat diumumkan, pasar telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas dasar semua informasi yang tersedia secara publik. Berbagai model prakiraan laba merupakan cara untuk menentukan laba harapan (expected earnings). Selisih antara laba harapan dan laba laporan atau aktual (reported atau actual earnings) disebut laba kejutan (unexpected earning). Laba kejutan merepresentasikan informasi yang belum tertangkap oleh pasar sehingga pasar akan berekasi pada saat pengumuman. Gambar 10.8 melukiskan konsep laba kejutan sebagai representasi informasi yang dikandung laba pada saat diumumkan yang belum ditangkap oleh pasar.Gambar 10.8Laba Kejutan dalam Peristiwa Pengumuman LabaModel Pengharapan laba(earnings expectation model)Laba aktual (actual earnings)Laba kejutan (unexpected earnings)Laba harapan (expected earnings)Waktu (hari)Tanggal pengumuman laba-6-5-4-3-2-10+1+2+3Laba dalam analisis ini biasanya adalah laba per saham untuk perusahaan tertentu. Laba aktual dapat pula berada dibawah laba harapan. Seperti pada pembahasan nilai intrinsik, laba kejutan adalah angka yang ada dalam persepsi investor individual. Oleh karena itu, laba kejutan untuk perusahaan tertentu dapat berbeda-beda anatar investor karena berbagai faktor.Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pasar (return saham) perusahaan tertentu yang cukup mencolok pada saat pengumuman laba. Yang dimaksud mencolok adalah terdapat perbedaan yang cukup besar return yang terjadi dengan return harapan. Dengan kata lain, terjadi return kejutan atau abnormal pada saat pengumuman laba.Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari investasinya dalam suatu perioda yang dalam hal saham dapat berupa dividen dan untung kapital (capital gain) yaitu kenaikan nilai investasi. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu, reutrn saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut (Van Horne, 1998 hlm 26):Bila tidak ada dividen dan harga dinotasi dengan P, maka return perusahaan j pada periode t dapat dinyatakan sebagai berikut :Rj,t merupakan return aktual. Untuk mengetahui adanya return abnormal, harus ditentukan suatu pembanding yang dianggap sebagai return normal atau return harapan. Terdapat berbagai macam model estimasi untuk menentukan return normal baik yang menggunakan hanya data perusahaan maupun yang menggunakan harga pasar. Bila hanya menggunakan data perusahaan, return normal yang digunakan adalah rata-rata return perusahaan masa lalu (). Model ini disebut return sesuaian-mean (mean-adjusted returns). Dapat juga digunakan return pasar (Rm) sebagai pembanding. Return pasar (Rm) adalah rata-rata berbobot-nilai seluruh return saham perusahaan yang tercatat dibursa saham pada saat tertentu. Model yang terakhir disebut dengan return sesuaian-pasar (market-adjusted returns). Dengan pembanding tersebut, return abnormal (RA) perusahaan j pada waktu t ditentukan sebagai berikut : Karena rekasi pasar tidak selalu terjadi seketika pada hari pengumumanm rekasi dapat diukur untuk perioda beberapa hari sebelum dan sesudan peristiwa (disebut jendela peristiwa atau event window). Dalam menentukan Rj untuk suatu perusahaan, return untuk jendela peristiwa biasanya tidak diperhitungkan. Perioda-perioda (lamanya hari) yang diperhitungkan dalam menentukan Rj disebut perioda estimasi. Gambar 10.9 melukiskan return abnormal untuk jendela peritiwa t1 = -3 sampai dengan t2 = +2 dengan model return sesuaian mean (RSM) dan return sesuain-pasar (RSP).Gambar 10.9Return Abnormal Dengan Model RSM dan RSIPJendela PeristiwaModel Return Sesuaian MeanRReturnRARRHWaktu (hari -11 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2Periode estimasi Perioda Peristiwa Model Return Sesuaian PasarReturnJendela PeristiwaRRRAWaktu (hariRMRMRM-11 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2Dengan jendela peristiwa yang lebar, perbedaan kecepatan reaksi antarpelaku pasar dapat diakomodasi. Reaksi pasar kemudian diukur dengan apa yang disebut return abnormal kumulatif/ RAK. RAK untuk jendela peristiwa anatara t1 dan t2 dapat dinyatakan sebagai berikut :Untuk menguji kandungan informasi laba dapat dilakukan dengan dua pendekatan : Pendekatan asosiasi, menekankan studi asosiasi dan Pendekatan peristiwa, menekankan pada rekasi pasar. Variabel diatas ditentukan untuk perusahaan secara individual. Pengujian harus dilakukan pada level pasar sehingga diperlukan beberapa perusahaan sebegai sampel pengujian.Perioda estimasi dalam model return sesuaian mean pada umumnya cukup panjang bahkan dalam beberapa penelitian perioda estimasi mencapai 250 hari dalam model return pasar sesuaian, perioda estimasi tidak diperlukan karena setiap saat (hari) return pasar dapat ditentukan dan return pasar tersebut berfluktuasi mengikuti dinamika pasar.Pengujian AsosiasiStudi asosiasi sering disebut pula studi koefisien respon laba (earnings response coefficient / ERC). Koefisien respon laba adalah kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba atau laba kejutan. Bila semua variabel dapat ditentukan untuk sampel perusahaanm model-model pengujian berikut dapat digunakan :AtauAtauDalam model-model di atas, LK adalah laba kejutan dan 1 adalah koefisien asosiasi. Untuk model terakhir (t1,t2) adalah jendela peristiwa. Model-model tersebut hanya menggambarkan secara sederhana hubungan antara laba dan pasar modal. Dalam banyak penelitian akuntansi, model-model yang lebih canggih telah banyak dikembangkan. Bila secara statistis 1 tidak sama dengan nol, berarti secara umum terdapat asosiasi antara laba dan return saham. Pengujian ini menunjukkan bahwa pada tataran pragmatik, laba memang mengandung informasi sehingga bermanfaat bagi investor.Studi empiris menunjukkan bahwa asosiasi atau korelasi anatara laba dan return tidak begitu kuat atau tidak sempurna. Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan hal iniAngka laba hanya merupakan sebagian kecil faktor yang mempengaruhi harga saham, persepsi investor terhadap risikom kondisi ekonomi dan sentimen politik juga menjadi penentu harga pasar.Fluktuasi laba tidak selalu menggambarkan perubahan ekonomik perusahaan tetapi semata-mata merupakan perubahan metoda akuntansiLaba akuntansi dapat dipengaruhi oleh manajemen dan inkonsistensi internal akuntansi sehingga angka laba mengandung gangguan. Perubahan laba akuntansi sering lebih merupakan perubahan kosmetik daripada perubahan fundamental ekonomik perusahaan.Investor tidak selalu seragam dalam menginterpretasi informasi yang tersedia di pasar.Pasar sering berperilaku yang tidak terprediksi.Pengujian PeristiwaAngka laba tidak lagi digunakan dalam pengujian ini karena yang menjadi fokus adalah peristiwa pengumuman laba. Reaksi pasar diukur sebagai return abnormal mean/RAM atau return abnormal kumulatif mean/RAKM untuk seluruh atau sampel perusahaan di pasar modal. RAM dan RAKM ditentukan sebagai berikut :Reaksi pasar dianggapa ada bilamana RAM atau RAKM secara statistis tidak sama dengan nol. Bila RAM dan RAKM secara statistis positif berarti terjadi reaksi positif terhadap laba sehingga laba dianggap membawa berita baik demikian pula sebaliknya.Dari berbagai uraian diatasm dapat disimpulkan bahwa laba mempunyai efek pragmatik terhadap perilaku pasar modal. Rekasi pasar paling tidak menunjukkan bahwa secara empiris perlaku pasar modal seolah-olah telah menggunakan laba sehingga dapt dikatakan bahwa laba bermanfaat bagi investor.Laba dan Teori EntitasTelah diuraikan dalam pembahasan makan laba bahwa laba adalah kenaikan kemakmuran suatu entitas yang dapat dikonsumsi tanpa mempengaruhi kapital semula. Dari aspek pengukuran dan prosedur akuntansi, laba adalah selisih pendapatan dan biaya. Persoalannya adalah kapan penandingan pos-pos biaya dengan pendapatan harus berhenti sehingga selisihnya dapat disebut laba. Ini sama saja dengan masalah apakah suatu pos merupakan biaya atau merupakan pembagian laba. Untuk menjawab hal ini, penegrtian laba harus dikaitkan dengan entitas yang berkepentingan. Untuk siapa suatu jumlah rupiah dapat disebut laba bergantung pada sudut pandang atau teori entitas yang dianut. Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut berhak untuk emnikmati laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori entitas sering disebut juga dengan teori ekuitas.Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntansi antara lain :Entitas usaha bersamaEntitas usaha atau bisnisEntitas investorEntitas pemilikEntitas pemilik residualEntitas pengendaliEntitas danaTeori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik yaitu manajer, karyawan, investor, kreditor, pemerintah dan entitas lain yang terlihat. Mereka merupakan pihak yang akhirnya menerima manfaat dari nilai tambahan yang timbul akibat kegiatan ekonomik. Teori kesatuan juga mempunyai implikasi tentang tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statemen laba rugi.Entitas Usaha BersamaDengan sudut pandang ini, kesatuan yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan usaha bersama yang melibatkan berbagai pihak sebagai bagian dari kegiatan ekonomik. Semua partisipan menanggung segala aspek kegiatan bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebagai pemegang pancang (stakeholder) yang terdiri atas manaher, karyawan, pemegang saham, kreditor, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Perusahaan berfungsi sebagai alat, pengikat, pancang, atau pusat kegiatan. Secara skematis sudut pandang itu dilukiskan dalam gambar 10.10Gambar 10.10Lembaga ekonomik lainPerusahaan sebagai pengikat usaha bersamaInvestorKaryawanPemerintahManajemenKreditorPihak LainLembaga ekonomikSudut pandang usaha bersamaTeori Entitas Usaha BersamaSudut pandang ini menjadi relevan manakala perusahaan menjadi sangat besar. Pandangan ini dilandasi oleh gagasan bahwa perusahaan yang besar berfungsi sebagai institusi sosial yang mempunyai pengaruh ekonomij yang luas dan kompleks sehingga darinya dituntut pertanggungjawaban sosial. Perusahaan besar tidak dapat lagi dijalankan untuk kepentingan pemegang saham semata-mata. Walaupun para pemegang sahammempunyai hak yurids sebagai pemilik, kepentingan para pemegang pancang secara bersama demi berlangsungnya dan kemakmuran perusahaan harus didahulukan.Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomik terhadap masyarakat luas. Semua partisipan merupakan kontributor dalam menciptakan nilai-tambahan akibat kegiatan usaha bersama tersebut. Nilai-tambahan merupakan ukuran kinerja ekonomik usaha bersama sehingga para pemegang pancang berhak untuk mendapatkan bagian dari nilai-tambahan tersebut.Dengan sudut pandang ini laba didefinisikan sebagai seluruh jumlah rupiah nilai-tambahan (kenaikan kemakmuran) yang dihasilkan oleh kegiatan para partisipan secara bersama-sama dikurangi dengan kos material dan mesin/peralatan (bahan baku, overhead non tenaga kerja dan depresiasi). Laba merupakan hasil upaya bersama para pemegang pancang. Jumlah rupiah yang dibayarkan kepada partisipan bukanmerupakan biaya tetapi merupakan distribusi nilai-tambahan (laba) atau pembagian laba. Statemen laba-rugi harus disusun dengan pendekatan nilai-tambahan untuk merefleksi karakteristik perusahaan sebagai institusi sosial. Gambar 10.11 menunjukkan contoh penyajian statemen laba-rugi dengan pendekatan ini.Gambar 10.11Statemen Nilai-Tambahan dan DistribusinyaPenjualan Rp 9.800.000 Dikurangi transfer antarausaha bersamaBahan Baku Rp 1.500.000 Overhead nontenaga kerja Rp 600.000 Rp 2.100.000 Nilai-Tambahan ekonomik usaha bersama Rp 7.700.000 Distribusi Nilai-tambahanSumber daya manusia (manajer dan karyawan) Rp 2.000.000 Pemerintah (pajak dan pungutan lainnya) Rp 1.800.000 Penyedia dana :Kreditor (bunga) Rp 400.000 Investor (dividen) Rp 1.200.000 Rp 1.600.000 Reinvestasi dalam perusahaanDepresiasi (pengganti alat produksi) Rp 700.000 Reinvestasi (pengembangan usaha) Rp 600.000 Rp 2.300.000 Nilai-tambahan yang didistribusi Rp 7.700.000 Jumlah rupiah penjualan mengukur kemakmuran total yang diciptakan oleh kesatuan usaha bersama. Untuk mengukur nilai-tambahan, jumlah itu harus dikurangi dengan kos bahan baku dan overhead nontenaga kerja karena keduanya merupakan nilai tambahan yang diciptakan oleh institusi sosial lainnya yang ditransfer ke kesatuan usaha bersama. Jadi secara ekonomik, nilai-tambahan yang dilaporkan hanyalah yang diciptakan oleh kesatuan usaha tersebut.Masalah teoritis muncul berkaitan dengan makna depresiasi. Apakah depresiasi diperlakukan sebagai barang transfer atau sebagai reinvestasi? Pendukung depresiasi sebagai barang transfer berargumen bahwa kalau depresiasi dikeluarkan dari perhitungan nilai-tambahan, akan timbul kesan seolah-olah nilai-tambahan tercipta tanpa kontribusi fasilitas fisis yang dibeli dari kesatuan lainnya. Fasilitas fisis merupakan produk kesatuan lainnya sehingga depresiasinya harus dikurangkan terhadap penjualan untuk menunjukkan nilai tambahan bersih oleh kesatuan usaha bersama yang bersangkutan. Selain itu, pengurangan depresiasi untuk menentukan nilai-tambahan juga sesuai dengan asas akrual dan konsep dasar penandingan. Labih jauh, dikurangkannya depresiasi akan memberi rasa adil dalam distribusi nilai-tamba.Pendapat yang lain, sebagaimana dicontohkan dalam gambar 10.11, berargumen bahwa pengurangan depresiasi untuk mendapatkan nilai tambahanneto akan mengurangi makna sesungguhnya dari nilai tambahan yang dapat diciptakan oleh kesatuan usaha bersama. Lebih dari itu, nilai tambahan yang diperoleh juga akan kehilangan objektivitasnya karena depresiasi adalah angka taksiran. Depresiasi tidak dikurangkan karena jumlah rupiah pembelian fasilitas fisis dari kesatuan lain telah diakui sebagai nilai tambahan oleh kesatuan lain tersebut. Oleh karena itu, depresiasi harus dianggap sebagai distribusi laba untuk mempertahankan kapasitas produktif aset yang dikuasai kesatuan usaha bersama dan untuk membatasi jumlah yang dapat didistribusi kepada para pemegang pancang. Depresiasi merupakan laba yang tidak dapat didistribusi guna mengganti fasilitas fisis yang usang. Pendekatan ini lebih sesuai dengan konsep laba dengan mempertahankan kapital. Seperti depresiasi, reinvestasi perlu dilakukan karena usaha bersama harus berkembang dan maju sehingga reinvestasi setara dengan laba ditahan.Entitas Usaha atau BisnisTeori entitas ini mendasari konsep dasar kesatuan usaha yang dibahas di Bab 5. Perusahaan dipandang sebagai orang atau badan yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, serta terpisah dari investor, kreditor dan pihak eksternallainnya. Jadi, perusahaan dipersonifikasi sehingga tia seakan akan dapat melakukan trasaksi dan kegiatan (tentu saja melalui manajemen dan karyawan). Perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi subjek pelaporan. Teori ini dapat dilukiskan melalui diagram dalam gambar 10.12Gambar 10.12Teori Entitas UsahaManajemenKreditorPemegang sahamPihak LainPihak LuarPerusahaanSudut Pandang Kesatuan usahaDengan teori ini, laba dipandang sebagai kenaikan aset karena pendapatan dianggap sebagai aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset (penurunan aset) akibat kegiatan operasi perusahaan. Pemilik, kreditor, pemerintah, serta pihak lainnya diperlakukan sebagai pihak luar. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang didistribusi ke mereka diperlukan sebagai biaya. Transaksi modal (transaksi dengan pemilik) tidak dibedakan dengan transaksi operasi. Dengan teori ini dan mendasarkan data dari gambar 10.11, statemen laba rugi secara teoritis disajikan dalam gambar 10.13 dibawah ini.Gambar 10.13Statemen Laba-Rugi Atas Dasar Teori Entitas UsahaPenjualan (Pendapatan Rp 9.800.000 BiayaBahan baku dan bahan habis pakai Rp 1.500.000 Gaji manajer dan karyawan Rp 2.000.000 Overhead nontenaga kerja Rp 600.000 Depresiasi Rp 700.000 Bunga Rp 400.000 Pajak Rp 1.800.000 Dividen Rp 1.200.000 Rp 8.200.000 Laba Entitas Usaha Rp 1.600.000 Laba entitas Rp 1.600.000 sama dengan reinvestasi dalam statemen nilai-tambahan dalam gambar 10.11 dan jumlah ini merupakan tambahan aset yang dikelola oleh kesatuan usaha. Karena teori kesatuan usaha memandang penyedia dana sebagai pihak luar, pemegang saham dan kreditor tidak dibedakan dan keduanya dipandang sebagai pemegang ekuitas (equity holders) sehingga persamaan akuntansi dapat dinyatakan sebagai berikut :Karena pemegang saham sama kedudukannya dengan kreditor, utang atau kewajiban merupakan keharusan (obligation) kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham. Sementara itu, apa yang biasa diperlakukan sebagai klaim dari pemegang saham dipandang sebagai keharusan kesatuan usaha kepada pemegang saham sehingga bunga dan deviden keduanya merupakan biaya. Statemen keuangan merupakan pertanggung jelasan kesatuan usaha usaha kepada pemegang ekuitas untuk memenuhi persyaratan hukum dan menjada hubungan baik bukan untuk memenuhi pertanggungjelasan keuangan dan kepengurusan (financial and stewardship accountablity). Interpretasi semacam ini dilandasi oleh gagasasn bahwa kesatuan usaha bertindak atas namanya sendiri bukan atas nama pemegang saham atau kreditor. Teori entitas semcam ini sering disebut sudut pandang entitas baru atau kontemporer.Entitas InvestorInvestor disini adalah investor dalam arti luas yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (Preferen dan biasa). Jadi, investor adalah penyedia dana utama perusahaan. Dengan teori ini, pusat perhatian akuntansi adalah kedua kelompok tersebut dankeduanya dipandang sebagai mitra manajemen bukan sebagai pihak luar sebagaimana dalam sudut pandang kesatuan usaha. Dengan kata lain, perusahaan melalui manajamen bertindak atas nama investor. Oleh karena itu, pelaporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok tersebut. Teori ini dapat dinyatakan dalam diagram gambar 10.14. persamaan akuntansinya dapat dinyatakan sebagai berikut :Gambar 10.14 Teori Entitas InvestorEntitas Lai nPihak LuarPerusahaanSudut Pandang Kesatuan usahaManajemenKreditorPemegang sahammitraDengan sudut pandang ini, laba kemudian didefinisi segai jumlah rupiah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga kepada kreditor jangka panjang dan deviden kepada pemegang saham bukan merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Penyajian statemen laba rugi akan tampak seperti pada gambar 10.15.Gambar 10.15Statemen Laba-Rugi Atas dasar teori Entitas InvestorPenjualan (Pendapatan) Rp 9.800.000 BiayaBahan baku dan bahan habis pakai Rp 1.500.000 Gaji manajer dan karyawan Rp 2.000.000 Overhead nontenaga kerja Rp 600.000 Depresiasi Rp 700.000 Pajak Rp 1.800.000 Rp 6.600.000 Laba Investor Rp 3.200.000 Distribusi laba :Kepada kreditor (bunga) Rp 400.000 Kepada pemegang saham (dividen) Rp 1.200.000 Rp 1.600.000 Reinvestasi (laba tidak dibagi) Rp 1.600.000 Karena kreditor dan pemegang saham merupakan mitra manajemen dan manajemen bertindak atas nama investor, laba kesatuan usaha investor adalah sebesar Rp 3.200.000. dalam hal ini, pajak berstatus sebagai biaya bagi investor. Berbeda dengan kesatuan usaha, bunga dan deviden merupakan pembagian laba bukan biaya. Teori entitas semacam ini sering disebut sudut pandang entitas tradisional.Entitas PemilikTeori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik (propieter) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar. Pemegang saham tetap menjadi mitra manajamen. Aset menjadi milik pribadi pemegang saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham menanggung segala risiko yang berkaitan dengan utang. Sudut pandang ini, aset bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut :Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya bukannya distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan biaya yang menjadi hak akhir pemilik. Dengan kata lain, laba merupakan kenaikan aset bersih.Aset dipandang sebagai kapital finansial bagi pemegang saham sebagai pemilik sehingga aset bersih menjadi pusat perhatiannya. Pemilik dianggap berkepentingan dengan nilai kapital finansialnya sehingga nilai sekarang (current value) bukannya kos historis sering dipakai sebagai basis penilaian untuk menetukan nilai aset bersih.Teori ini populer dan berpaut dengan perusahaan perseorangan yang pemiliknya merangkap sebagai manajer. Untuk perusahaan besar yang berbentuk perseroan, sudut pandang ini sebenarnya tidak tepat karena manajemen dan pemegang saham merupakan pihak yang terpisah tidak hanya secara konseptual tetapi secara fisis dan operasi. Untuk perseroan, sudut pandang kesatuan usaha lebih konsisten dengan praktik bisnis yang memisahkan pemilikan dan pengelolaan. Untuk perusahaan perseorangan sekalipun sudut pandang kesatuan usaha lebih cocok karena secara administratif (akuntansi) pemisahan pemilikan dan pengelolaan perusahaan merupakan praktik yang sehat. Dengan teori ini, penyajian statemen laba-rugi akan tampak dalam gambar berikut ini.Gambar 10.16Statemen Laba-Rugi Atas Dasar Teori Entitas PemilikPenjualan (Pendapatan) Rp 9.800.000 BiayaBahan baku dan bahan habis pakai Rp 1.500.000 Gaji manajer dan karyawan Rp 2.000.000 Overhead nontenaga kerja Rp 600.000 Depresiasi Rp 700.000 Bunga Rp 400.000 Pajak Rp 1.800.000 Rp 7.000.000 Laba Bersih (Net Income) Rp 2.800.000 Penggunaan laba : Rp 1.200.000 Dibagi dalam bentuk dividen Rp 1.600.000 Diinvestasi atau ditahan (retained earning) Rp 2.800.000 Penggunaan laba dalam gambar diatas sebenanya tidak tersaji dalam statemen laba-rugi tetapi dalam statemen perubahan laba ditahan. Data tersebut disajikan disini semata-mata untuk membandingkan dengan penyajian atas dasar sudut pandang lain.Walaupun akuntansi sekarang ini mendasarkan pada susut pandang kesatuan usaha, dalam praktiknya penyajian statement laba-rugi pada umumnya adalah seperti pada gambar 10.16. hal ini menimbulkan kesan seakan-akan terjadi inkonsistensi. Sebenarnya, konsep kesatuan usaha merupakan konsep yang dianut dalam rangka menjelaskan mekanisma penciptaan data akuntansi melalui sistem akuntansi agar proses atau struktur akuntansi mudah dipelajari dan dipahami. Dengan konsep kesatuan usaha, akan mudah dipahami mengapa buku besar mempunyai hubungan fungsional seperti yang dnyatakan dalam persamaan akuntansi A =K + E + P B + I D. Dalam hal ini,A : Aset, K : Kewajiban, E : Ekuitas, P : Pendapatan, B : Biaya, I : Investasi , D : DistribusiBila dikaitkan dengan konsep laba, teori entitas yang dibahas disini lebih berkaitan dengan masalah penyajian statemen laba-rugi. Oleh karena itu, penyajian laba dapat saja menggunakan konsep yang berbeda dengan konsep untuk penciptaan laba. Jadi, sebenarnya tidak terjadi inkonsistensi. Yang terjadi adalah konsep yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Dengan kata lain, data akuntansi yang ditangkap dan diciptakan atas dasar konsep kesatuan usaha dapat disajikan untuk pelaporan laba-rugi dengan konsep kesatuan pemilik.Entitas Pemilik ResidualKonsep entitas ini memandang pemegang saham biasa (residual equity) sebagai pusat perhatian akuntansi. Pendekatan ini sebenarnya tidak berbeda dengan sudut pandang pemilik (propietary concepts) sebelumnya. Hanya dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga deviden untuk mereka dipandang sebagai biaya. Kalau disimbolkan, persamaan akuntansi untuk merefleksi konsep ini adalah sebagai berikut :Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa. Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang akhirnya menanggung risiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala kembalian setelah pihak lain terpenuhi haknya. Hak pemegang saham istimewa sudah cukup pasti sehingga mereka tidak berkepentingan dengan laba akuntansi. Oleh karena itu, penyajian laba harus dipusatkan pada pemegang saham biasa (residual stockholders) untuk membantu mereka memprediksi aliran kas masa datang. Laba dan laba per saham untuk pemegang saham biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam statemen laba-rugi.Entitas PengendaliKonsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan dengan penyajian data kuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitikberatkan pandangannya kepada pihak yang mengendalikan (to control) sumber ekonomik perusahaan tanpa memperhatikan pemilikan (ownership) seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya dapat dilakukan oleh manusia dan karenanya siapa yang mengendlaikan sumber ekonomik perusahaan harus diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatinannya pada para pengendali tersebut. Dengan demikian tujuan dan fungsi akuntansi (pelaporan keuangan) dapat lebih mudah ditafsirkan tanpa harus mengadakan abstraksi semu seperti kesatuan usaha atau kesatuan dana. Konsep ini sebenarnya sejalan dengan konsep kesatuan usaha, tetapi konsep ini lebih menekankan pada orang yang mengelola dana (manajemen) daripada menekankan pada wadah (kesatuan) operasinya.Implikasi konsep ini tidak berbeda dengan implikasi konsep kesatuan usaha karena kemampuan mengendalikan sumber ekonomik lebih penting daripada pemilikan. Karena manajemen mempunyai tingkatan (hierarki), pengendalian juga bertingkat dan tingkat manajemen tertentu mengendalikan tingkat manajemen dibawahnya. Dengan teori ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai pengendali bukan pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statemen tentang sumber dan penggunaan dana yang menunjukkan pertanggungjelasan (accountability) manajemen.Statemen laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut pandang mananjemen sehingga statemen laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba) untuk tiap kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya. Meskipun demikian, manajemen juga mneyiapkan statemen laba-rugi untuk menunjukkan kinerja kesatuan usaha secara keseluruhan.Entitas DanaDana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program atau prjek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Berikut ini adalah pengertian dana sebagai kesatuan menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA) :A fund is defined as an independent fiscal and accounting entity with a self-balancing set of accounts recording cash and other financial resources, togehter with all related liablities and residual equities as balances, and changes there in, which are segregated for the purpose of carrying on specific activities or attaining certan objectives in accordance with special regulations, restrictions, or limitations.Jadi, dana dapat berarti sebagai kesatuan akuntansi (accounting entity). Konsep ini memandang bahwa kegiatan, program, projek, atau unit kegiatan lainnya sebagai kesatuan usaha atau entitas yang berdiri sendiri dan menjadi pusat pelaporan yang disebut dana. Sumber keuangan yang dianggarkan dan diserahkan untuk pelaksanaan kegiatan dipertanggunggjelaskan melalui kegiatan terebut sebagai dana yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Untuk itu, diperlukan seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi dan data statemen keuangan untuk pertanggungjelasan kesatuan dana tersebut. Teori akuitas dana dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikit :Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepemerintahan. Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan diatas bergantung pada apakah unit tersebut mengelola aset (keuangan negara) yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau tidak. Dalam pembahasan akuntansi kepemerintahan, dikenal dua kelompok kesatuan dana yaitu :Dana non belanja atau usaha (nonexpendable atau business-type fund) berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara yang dipisahkanDana belanja (expendable atau governmental-type fund) berkaitan dengan pengelolaan keuangan melalui anggaran negara.Bila dipisahkan, keuangan negara dikelola msalnya melalui BUMN/D. Pembatasan penggunaan aset adalah pembatasan dalam hal lingkup operasi BUMN/D. Artinya aset yang dikelola BUMN/D hanya dapat digunakan dalam rangka melaksanakan misi yang diemban oleh badan usaha tersebut dan aset dalam persamaan diatas pengertiannya sama dengan aset dalam konsep kesatuan usaha (yaitu terdiri atas aset lancar dan tetap). Bentuk, isi, dan susunan statemen keuangan juga akan sama dengan statemen keuangan organisasi bisnis.Bila suatu unit pemerintah mengelola keuangan negara yang dilaksanakan melalui APB/D, special regulations, restrictions, or limitations dalam definisi di atas biasanya diwujudkan terutama dalam bentuk anggaran (APBN atau APBD sesuai dengan tingkat unit kepemerintahan) . persamaan akuntansi dana pada awal dan akhir perioda kemudian dapat dinyatakan berikut :Aset dalam persamaan di atas adalah kas atau sumber keuangan likuid yang dikuasai atau dikelola oleh kesatuan dana pada suatu saat. Setiap kali suatu dana likuid masuk ke dalam unit kegiatan (program atau proyek) maka unit kegiatan harus menggunakan dana tersebut untuk tujuan yang telah ditetapkan. Sebelum unit kegiatan menggunakan sumber keuangan likuid tersebut maka kesatuan tersebut mempunyai :utang sebesar saldo dana. Utang disini bermakna sebagai utang pertanggungjelasan keuangan kepada pemberi dana. Utang ini akan berkurang kalau unit kegiatan telah membelanjakan sumber likuid sesuai dengan tujuan (objek anggaran belanja) dan dinyatakan sah atau wajar oleh pihak berwenang (auditor). Kalau aset likuid telah dibelanjakan semua sesuai dengan tujuan dan telah dinyatakan sah maka dengan sendirinya saldo dana akan sama dengan nol yang ebrarti bahwa unit kegiatan telah mempertanggungjelaskan semua dana untuk membiayai kegiatan bersangkutan.Secara singkat dapat dikatakan bahwa penerimaan sumber likuid dari anggaran (misalnya untuk belanja pegawai) atau pendapatan sendiri (misal PAD dalam pemda) akan emnaikkan saldo dana sendangkan penggunaannya secara sah sesuai dengan anggaran akan emngurangi saldo dana. Gambar 10.17 melukiskan secara siagramatis operasi dana belanja.Gambar 10.17Operasi Akuntansi dalam Teori Entitas Dana untuk Dana BelanjaEntitas dana : projek, program, atau unit pemerintah (misalnya pemda)Sudut Pandang Kesatuan danaAset likuid = saldo danaKas, utangSaldo dana bertambahSumber pendapatan/penerimaanObjek belanja/pengeluaranKas, piutangSaldo dana berkurangUntuk suatu program atau projek, sumber pendapatan atau penerimaan adalah anggaran belanja atau hibah (block grant) untuk program tersebut. Untuk suatu pemda, sumber penerimaan dapat berupa dana pusat (anggaran untuk dibelanjakan), pendapatan asli daerah, pembiayaan dari utanga jangka panjang, dan sumber lainnya. Objek belanja atau pengeluaran dapat berupa gaji/honorarium, bahan habis pakai, barang (inventaris), dan barang modal (aset tetap). Piutang dan utang dalam gambar diatas adalah piutang dan utang jangka pendek.Bila aset likuid, kewajiban likuid, saldo dana, pemdapatan, belanja dinotasi dengan AL, KL, SD, P dan B, konsep dalam gambar 10.17 dapat dinyatakan dalam persamaan akunansu dana belanja selama perioda sebagi berikut :Awal perioda :AL = KL + SDSelama perioda:AL*= KL* + SD + P BAkhir perioda :AL*= KL* + SD*Status Al* = KL* + SD* merupakan neraca akhir, P B membentuk statemen kegiatan atau operasi unit kepemerintahan (statements of revenues and expenditure) yang dapat menghasilkan surplus atau defisit. Perubahan saldo dana awal menjadi akhir dapat disajikan dalam bentuk analisis perubahan saldo dana (analysis of changes in fund balance).Karena neraca hanya menyajikan aset dan utang likuid, aset tetap dan utang jangka panjang dicatat dalam sistem terpisah yang disebut perangkat akun non-dana dengan persamaan akuntansi sebagai berikut :Untuk aset tetap: Aset Tetap = Investasi dalam aset tetapUntuk utang jangka panjang: Dana pelunasan harus disediakan + Dana telah tersedia = Utang jangka panjangBila unit kepemerintahan (misalnya pemda) dapat menerbitkan utang jangka panjang (obligasi pemerintah), penerimaan kas dari penerbitan tersebut merupakan pendapatan. Jumlah rupiah utang yang terjadi dicatat dan dilaporkan melalui perangkat akun utang jangka panjang umum dan laporannya dapat disebut daftar utang jangka panjang.Bila unit kepemerintahan menggunakan dana untuk pembelian barang dan pembangunan sarana fisis (jembatan, jalan, dan gedung), penegluaran tersebut harus dipertanggungjelaskan pada tahun anggaran bersangkutan sebagai belanja (expenditures). Barang dan sarana fisis dicatat melalui perangkat akun aset tetap umum dan laorannya dapat disebut daftar aset tetap atau daftar inventaris atau nama lain yang deskriptif.Uraian tentang teori-teori entitas di atas menunjukkan bahwa susunan dan penyajian statemen laba-rugi ditentukan oleh sudut pandang atau teori entitas yang dianut. Artinya penyajian laba terakhir (bottom line) ditentukan oleh siapa yang dituju. Gambar 10.18 meringkas berbagai teori entitas dan implikasinya terhadap cakupan laba, cakupan biaya, dan siapa yang berhak menerima laba.Penyajian LabaWalaupun teori entitas yang dibahas diatas berkaitan dengan masalah penyajian, masalah lebih difokuskan pada masalah konseptual tentang apa yang disebut laba. Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas.