bab 1 refisi

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelayanan kebidanan di duatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik. Walaupun demikian subyek pelayanan hanya satu yaitu manusia atau individu maupun kelompok. Sehingga dalam hal memberikan pelayanan kebidanan harus jelas batas wewenangnya. Kewenangan bidan diatur dalam Permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan. Sebagai pedoman dan tata cara dalam pelaksanaan pelayanan maka bidan harus senantiasa berpegang pada kode etik bidan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Perlu disadari bahwa dalam pelayanan kebidanan seringkali muncul masalah atau isu di masyarakat yang berkaitan dengan etik atau ,moral ,dilema serta konflik yang dihadapi bidan . Oleh karena itu bidan sebagai seorang tenaga kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, harus melakukan tindakan secara etis, serta harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-nilai keyakinan filosofi profesi dan masyarakat. B. Rumusan Masalah 1

Upload: puspita-nea

Post on 05-Aug-2015

71 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 Refisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelayanan kebidanan di duatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik.

Walaupun demikian subyek pelayanan hanya satu yaitu manusia atau individu maupun

kelompok. Sehingga dalam hal memberikan pelayanan kebidanan harus jelas batas

wewenangnya. Kewenangan bidan diatur dalam Permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010

tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan. Sebagai pedoman dan tata cara dalam

pelaksanaan pelayanan maka bidan harus senantiasa berpegang pada kode etik bidan

yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Perlu disadari bahwa dalam pelayanan kebidanan seringkali muncul masalah atau

isu di masyarakat yang berkaitan dengan etik atau ,moral ,dilema serta konflik yang

dihadapi bidan . Oleh karena itu bidan sebagai seorang tenaga kesehatan yang langsung

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, harus melakukan tindakan secara

etis, serta harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-nilai keyakinan

filosofi profesi dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang mempengaruhi bidan melakukan tindakan diluar wewenang?

2. Bagaimana dampak jika bidan melakukan tindakan diluar wewenang?

3. Bagaimana cara mengatasi dilema dan konflik?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami kewenangan bidan yang diatur dalam

Permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010

2. Mahasiswa dapat mengetahui hal yang mempengaruhi tindakan bidan diluar

wewenang.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dampak pelanggaran wewenang.

4. Mahasiswa dapat memahami masalah dan mengatasi dilema serta konflik.

1

Page 2: BAB 1 Refisi

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian Wewenang

Wewenang adalah kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan

tanggung jawab kepada orang lain.

Wewenang juga hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.

B. Pengertian Etika

Etika adalah kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, watak,

perasaan, sikap dan cara berpikir, guna etika untuk memberi arah bagi perilaku manusia

tentang apa yang baik dan buruk, dan apa yang benar dan salah.

C. Permenkes 1464 tentang wewenang bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan BAB III

mengenai penyelenggaraan praktik, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal:

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.

Kewenangan ini meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu

1. Ruang lingkup:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

2

Page 3: BAB 1 Refisi

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

2. Kewenangan:

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu

ibu (ASI) eksklusif

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

h. Penyuluhan dan konseling

i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j. Pemberian surat keterangan kematian

k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2. Pelayanan kesehatan anak

1. Ruang lingkup:

a. Pelayanan bayi baru lahir

b. Pelayanan bayi

c. Pelayanan anak balita

d. Pelayanan anak pra sekolah

2. Kewenangan:

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K

1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan

perawatan tali pusat

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah

3

Page 4: BAB 1 Refisi

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

f. Pemberian konseling dan penyuluhan

g. Pemberian surat keterangan kelahiran

h. Pemberian surat keterangan kematian

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan

kewenangan:

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang

menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan

pelayanan kesehatan yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan

pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu

(dilakukan di bawah supervisi dokter)

3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak

usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi

Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya

8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)

melalui informasi dan edukasi

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

 

BAB III

4

Page 5: BAB 1 Refisi

KASUS

Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama

satu tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny ‘A’ usia kehamilan 38 minggu

dengan keluhan perutnya terasa kenceng kenceng sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan VT,

didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu

bidan menyarankan agar di rujuk ke Rumah Sakit. Namun keluarga klien terutama suami

menolak untuk di Rujuk dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi.

Tetapi bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan bahwa tujuan di rujuk demi

keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat

membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menolong

persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong

persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini

masih belum begitu mendalam. Selain itu juga dengan di rujuk agar persalinan berjalan dengan

lancar dan bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang

seperti ini.

Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta

keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala

janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata terjadi fraktur humerus. Dalam hal ini keluarga

menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakatpun

juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat dan tidak sesuai

prosedur.

(Diambil dari http://subijakto.blogspot.com/2010/11/contoh-issue-etika-bidan-2010.html)

BAB IV

PEMBAHASAN

5

Page 6: BAB 1 Refisi

Pada kasus Ny ‘A’ tersebut menunjukan bahwa terjadi konflik antara bidan dan keluarga

pasien yang mengaku kesulitan biaya dan bersikeras untuk tetap mengandalkan bidan. Terdapat

juga konflik batin atau dilema pada diri bidan yaitu merasa kesulitan untuk memutuskan

tindakan yang tepat untuk menolong persalinan resiko tinggi. Dalam hal ini letak sungsang

seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan karena memang bukan kewenangannya. Akhirnya

dengan desakan dari kelurga klien sehingga dalam hatinya merasa kesulitan untuk memutuskan

sesuai prosedur ataukah kenyataan di lapangan.

Dari kasus tersebut bidan sudah melanggar wewenang . Hal ini disebabkan oleh pengaruh

konflik serta dilema yang jika tidak di selesaikan secara tepat akan menimbulkan isu di

masyarakat. Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua

alternatif pilihan yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan

masalah. Sedangkan konflik moral menurut Johnson adalah konflik berada diantara prinsip moral

dan tugas. Isu merupakan topik yang menarik untuk didiskusikan dan memungkinkan setiap

orang mempunyai pendapat. Jika isu itu berkembang dan pendapat masyarakat cenderung negatif

maka hal ini akan berdampak pada bidan itu sendiri dan profesi bidan.

Maka ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung

jawab profesional yaitu :

1. Tindakan selalu ditujukan untuk keamanan kenyamanan dan kesejahteraan pasien

2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian

(ommision) ,disertai rasa tanggung jawab ,memperhatikan kondisi dan keselamatan

pasien.

3. Memfasilitasi pilihan klien dan menerapkan etika dalam strategi praktik kebidanan.

Tuntutan bahwa etika adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya karena bidan

merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat berhubungan

dengan klien serta harus mempunyai tanggung jawab moral.

Untuk menjalankan praktik kebidanan yang baik tidak hanya dibutuhkan pengetahuan

klinik yang baik dan pengetahuan yang up to date ,tetapi bidan juga harus mempunyai

pemahaman terhadap situasi. Memahami situasi bertujuan untuk menerapkan norma-

norma,melakukan perbuatan yang tepat dan berguna, serta mengantisipasi resiko lebih buruk.

6

Page 7: BAB 1 Refisi

Dari pemahaman tersebut bidan diharapkan mampu mencari solusi atau pemecahan masalah

dengan cara :

1. Memberi informasi yang lengkap pada ibu ,informasi yang jujur dan dapat dipahami oleh

ibu serta keluarga.

2. Bidan membantu ibu menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab keputusan

yang diambil. Hal inu dapat diterima secara etis dan menjamin bahwa tenaga kesehatan

sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan inform

choice dan inform consent.

3. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan

seminimal mungkin

4. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai untuk kesempatan untuk

saling memberikan informasi, pemahaman, ksih sayang dan dukungan positif kepada

wanita dan keluarganya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

7

Page 8: BAB 1 Refisi

Bidan dalam praktik kebidanan memiliki wewenang. Pelanggaran wewenang bidan

merupakan hal yang dipengaruhi oleh pemahaman dan situasi .Adanya konflik dan

dilema dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bidan. Apabila keputusan maupun

tindakan bidan berlawanan dengan wewenang, hal itu merupakan pelanggaran dimensi

etik seperti kode etik dan etika moral sehingga berkembang isu dan pendapat negatif di

masyarakat .Hal akan menimbulkan kerugian terhadap bidan, klien dan keluarga

masyarakat serta profesi bidan sendiri. Oleh karena itu dilakukan cara agar bidan dapat

menekan adanya konflik yaitu bertindak berorientasi pada ibu dan bayi,memberikan

informasi sejelas-jelasnya dan memahami situasi serta etika.

B. Saran

1. Bidan seharusnya lebih memahami mengenai wewenang dan etika serta sedapat

mungkin menyelesaikan isu-isu yang beredar di masyarakat dengan perbaikan terus

menerus.

2. Setelah pengumpulan makalah sebaiknya dipaparkan bagian yang kurang maupun yang

kurang tepat agar mahasiswa dapat melakukan perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih ,Heni Puji. 2006. Etika Profesi Kebidanan Sebuah Pengantar. Yogyakarta :

Fitramaya

8

Page 9: BAB 1 Refisi

9