bab 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id rdtr... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan...

44
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penataan ruang pada dasarnya adalah suatu proses, yang meliputi proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Salah satu bagian penting dari proses menerus tersebut adalah perencanaan tata ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah dimulai dari proses penyusunan sampai penetapan dalam bentuk peraturan daerah yang nantinya menjadi landasan hukum bagi bagi kegiatan pembangunan yang bermatra tata ruang. Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, maka rencana tata ruang di Indonesia dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional maka antara satu jenis rencana tata ruang dengan jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan saling berurutan satu sama lainnya serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya. Desentralisasi dan otonomi daerah telah menegaskan bahwa kewenangan pelaksanaan pembangunan termasuk penyusunan rencana tata ruang daerah berada pada pemerintah kabupaten/kota. Kewenangan tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan yang harus dicermati dan disikapi oleh pemerintah kabupaten/kota terutama dalam merencanakan tata ruang daerah yang tidak lagi terbatas oleh cakupan administrasi atau politis saja, tetapi harus pula mempertimbangkan keterkaitan sosial, ekonomi dan ekologis. Penataan ruang yang diharapkan di masa depan harus sejalan dengan paradigma pembangunan yang hanya berorientasi pada peningkatan kesejahteraan manusia ke arah peningkatan kesejahteraan ekosistem (ekosentris) sebagai dasar yang melahirkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut mempertimbangkan daya dukung (carrying capacity) dan kelangkaan (scarcity) sumber daya alam termasuk lahan (ruang) dalam dimensi lingkungan (eksternalitas) yang didalamnya tetap juga menjadikan proses pembangunan ekonomi. Untuk menunjang penyusunan rencana tata ruang, maka ketersediaan data/informasi yang akurat dan aktual, terutama yang menyangkut aspek keruangan seperti batas wilayah, letak/lokasi kawasan perencanaan, penggunaan lahan, jaringan prasarana dan sarana wilayah dan lain-lain adalah sangatpenting dan menentukan. Dengan adanya dan ketergantungan pada data yang akurat diharapkan penyusunan rencana tata ruang akan lebih mendekati kenyataan sesuai dengan kondisi dan permasalahan di lapangan. Kabupaten Banyuwangi merupakan kawasan pusat Kota Banyuwangi, seiring dengan kemajuan wilayah Banyuwangi mengalami perkembangan yang pesat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor perkembangan wilayah tersebut. Pengaruh kaktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap aspek fisik dan nonn fisik bagi pertumbuhan kawasan yang perlu dikendalikan perkembangannya dimasa yang akan datang. Salah satu upaya pengendalian adalah menyusun rencana tata ruang kawasan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. RDTR Kabupaten dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi wilayah kabupaten. RDTR Kabupaten juga merupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional, sebagai penjabaran “kegiatan” ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antar kegiatan fungsional dalam kawasan, agar tercipta lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan terpadu. RDTR Kabupaten adalah rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kabupaten secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pengaturan zonasi, perijinan dan pembangunan kawasan. Dengan adanya perubahan Undang-Undang Penataan Ruang no. 24 tahun 1992 menjadi Undang-Undang Penataan Ruang no. 26 tahun 2007, adanya Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota serta dengan telah direvisinya RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun 2009-2029, maka diperlukan adanya “Revisi” terhadap RDTRK Banyuwangi karena RDTRK yang telah ada harus menyesuaikan dengan peraturan dan pedoman perencanaan tata ruang yang terbaru serta semua perencanaan ruang memiliki jangka waktu perencanaan selama 20 tahun. 1.2. RUMUSAN MASALAH. Revisi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Banyuwangi sangat penting mengingat Kota Banyuwangi sebagai pusat kota saat ini telah terjadi perkembangan yang pesat, maka kegiatan penyusunan kembali rencana kota ini perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi perkembangan kegiatan yang sejalan dengan kemajuan dan dinamika kegiatan yang berkembang dalam masyarakat. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini akan dapat dijadikan pedoman, arahan serta dasar dalam pengembangan wilayah selanjutnya.

Upload: letruc

Post on 09-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Penataan ruang pada dasarnya adalah suatu proses, yang meliputi proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Salah satu bagian penting dari proses menerus tersebut adalah perencanaan tata ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah dimulai dari proses penyusunan sampai penetapan dalam bentuk peraturan daerah yang nantinya menjadi landasan hukum bagi bagi kegiatan pembangunan yang bermatra tata ruang.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, maka rencana tata ruang di Indonesia dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional maka antara satu jenis rencana tata ruang dengan jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan saling berurutan satu sama lainnya serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya.

Desentralisasi dan otonomi daerah telah menegaskan bahwa kewenangan pelaksanaan pembangunan termasuk penyusunan rencana tata ruang daerah berada pada pemerintah kabupaten/kota. Kewenangan tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan yang harus dicermati dan disikapi oleh pemerintah kabupaten/kota terutama dalam merencanakan tata ruang daerah yang tidak lagi terbatas oleh cakupan administrasi atau politis saja, tetapi harus pula mempertimbangkan keterkaitan sosial, ekonomi dan ekologis.

Penataan ruang yang diharapkan di masa depan harus sejalan dengan paradigma pembangunan yang hanya berorientasi pada peningkatan kesejahteraan manusia ke arah peningkatan kesejahteraan ekosistem (ekosentris) sebagai dasar yang melahirkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut mempertimbangkan daya dukung (carrying capacity) dan kelangkaan (scarcity) sumber daya alam termasuk lahan (ruang) dalam dimensi lingkungan (eksternalitas) yang didalamnya tetap juga menjadikan proses pembangunan ekonomi.

Untuk menunjang penyusunan rencana tata ruang, maka ketersediaan data/informasi yang akurat dan aktual, terutama yang menyangkut aspek keruangan seperti batas wilayah, letak/lokasi kawasan perencanaan, penggunaan lahan, jaringan prasarana dan sarana wilayah dan lain-lain adalah sangatpenting dan menentukan. Dengan adanya dan ketergantungan pada data yang akurat diharapkan penyusunan rencana tata ruang akan lebih mendekati kenyataan sesuai dengan kondisi dan permasalahan di lapangan.

Kabupaten Banyuwangi merupakan kawasan pusat Kota Banyuwangi, seiring dengan kemajuan wilayah Banyuwangi mengalami perkembangan yang pesat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor perkembangan wilayah tersebut. Pengaruh kaktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap aspek fisik dan nonn fisik bagi pertumbuhan kawasan yang perlu dikendalikan perkembangannya dimasa yang akan datang. Salah satu upaya pengendalian adalah menyusun rencana tata ruang kawasan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.

RDTR Kabupaten dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi wilayah kabupaten. RDTR Kabupaten juga merupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional, sebagai penjabaran “kegiatan” ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antar kegiatan fungsional dalam kawasan, agar tercipta lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan terpadu. RDTR Kabupaten adalah rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kabupaten secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pengaturan zonasi, perijinan dan pembangunan kawasan.

Dengan adanya perubahan Undang-Undang Penataan Ruang no. 24 tahun 1992 menjadi Undang-Undang Penataan Ruang no. 26 tahun 2007, adanya Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota serta dengan telah direvisinya RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun 2009-2029, maka diperlukan adanya “Revisi” terhadap RDTRK Banyuwangi karena RDTRK yang telah ada harus menyesuaikan dengan peraturan dan pedoman perencanaan tata ruang yang terbaru serta semua perencanaan ruang memiliki jangka waktu perencanaan selama 20 tahun.

1.2. RUMUSAN MASALAH.

Revisi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Banyuwangi sangat penting mengingat Kota Banyuwangi sebagai pusat kota saat ini telah terjadi perkembangan yang pesat, maka kegiatan penyusunan kembali rencana kota ini perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi perkembangan kegiatan yang sejalan dengan kemajuan dan dinamika kegiatan yang berkembang dalam masyarakat. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini akan dapat dijadikan pedoman, arahan serta dasar dalam pengembangan wilayah selanjutnya.

Page 2: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

2

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN. 1.3.1. Maksud.

Revisi RDTR Kota Banyuwangi secara umum mempunyai maksud untuk memberikan arahan bagi pembangunan kota yang lebih tegas dalam rangka upaya pengendalian, pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik secara terukur, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sehingga terjadi sinkronisasi pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Banyuwangi. 1.3.2. Tujuan.

Sedangkan, tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya

manusia 2. RDTRK dirumuskan sebagai kesatuan tata ruang, sehingga terpadu dan saling mengisi dengan arahan RTRW Kabupaten serta

rencana tata ruang lainnya yang terkait; 3. Tertatanya komponen fisik kawasan baik yang berada di dalam bagian wilayah kota maupun di luar bagian wilayah kota secara

integratif; 4. Terumuskan penetapan fungsi wilayah, penyebaran fasilitas dan utilitas yang diperlukan serta meningkatkan kualitas kehidupan

bagi masyarakatnya; 5. Tersusunnya zonasi, dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan. 6. Terwujudnya kepastian hukum, sehingga akan dapat meningkatkan peran masyarakat dan swasta dalam bidang pembangunan; 7. Terpadunya program dan kegiatan berorientasikan pada bottom-up planning serta mampu menyerap down planning, memadukan

kepentingan dan aspirasi pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten, serta masyarakat; 8. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan khususnya di wilayah perencanaan

1.4. SASARAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini, yaitu:

1. Teridentifikasi potensi dan permasalahan sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia pada wilayah perencanaan

2. Merumuskan kebijakan, konsep dan strategi dalam penataan ruang kawasan 3. Menyusun pedoman teknis yang merinci syarat-syarat, ketentuan dan kriteria pengaturan dan rencana kegiatan fungsional kota. 4. Merumuskan pengendalian kawasan dalam bentuk legal drafting yang diharapkan dapat menjadi panduan yang berkekuatan

hukum untuk mewujudkan arahan pembangunan yang lebih harmonis, serasi, selaras dan seimbang dan terkoordinasi antar sektor, antar wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan

5. Terciptanya kawasan yang memenuhi syarat tata ruang dan tata lingkungan serta terpadu dengan kawasan lainnya. 6. Mengotimalkan nilai strategis kawasan dengan tetap mengedepankan kualitas lingkungan dan keberlanjutan ekologi melalui

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang kawasan. 7. Meningkatkan daya tarik kawasan sebagai upaya pengembangan kawasan melalui penataan ruang serta penyediaan sarana dan

prasarana kawasan yang memadai, sehingga diharapkan investasi di kawasan tersebut juga akan meningkat. 1.5. MANFAAT.

Berdasarkan tujuan dan sasaran di atas, maka manfaat penyusunan Revisi Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Banyuwangi yaitu:

1. Sebagai dasar pemberian Advis Planning 2. Sebagai dokumen yang mengatur dan mengendalikan pemanfaatan ruang diseluruh kawasan perkotaan. 3. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang di

atasnya 4. Pedoman bagi perencanaan yang lebih detail (mikro). 5. Acuan penyusunan program pembangunan prasarana dan sarana kawasan 6. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat dalam pengembangan

lingkungan/kawasan yang berkelanjutan 7. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua

hasil pembangunan.

Page 3: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

3

BAB 2 TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH PENGEMBANGAN

Bagian Bab ini pada dasarnya menggambarkan tujuan, visi dan misi penataan ruang di Kota Banyuwangi serta menggambarkan

potensi, masalah dan prospek pengembangan sesuai dengan kondisi eksisting serta kebijakan terkait yang akan digunakan untuk menyusun kebijakan, strategi pengembangan wilayah Kota Banyuwangi. Kajian prospek pengembangan untuk setiap bagian akan digunakan sebagai panduan rencana tata ruang wilayah.

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG KOTA BANYUWANGI

Penataan ruang wilayah kota bertujuan mewujudkan Kota Banyuwangi sebagai pusat perniagaan yang bertaraf Regional dengan bertumpu pada sektor industri, perdagangan dan jasa yang manusiawi dan ramah lingkungan menuju masyarakat madani dan sejahtera.

2.2. VISI DAN MISI PENATAAN RUANG KOTA BANYUWANGI 2.2.1. Visi Penataan Ruang Kota Banyuwangi

Visi Penataan Ruang Kota Banyuwangi adalah Terwujudnya penataan ruang berbasis potensi lokal yang manusiawi dan ramah lingkungan. 2.2.2. Misi Penataan Ruang Kota Banyuwangi

Misi penataan ruang kota meliputi :

Mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong pertumbuhan wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah.

Mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan; Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai rencana tata ruang serta mendorong peluang

investasi produktif; serta

Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana untuk peningkatan kualitas hidup yang lebih produktif, mandiri dan berdaya-saing tinggi.

2.3. KEBIJAKAN DAN STRATEGI STRUKTUR RUANG WILAYAH 2.3.1. Kebijakan Dan Strategi Sistem Pusat Pusat Kegiatan Pelayanan Kota Banyuwangi

Strategi Sistem pusat kegiatan pelayanan Kota Banyuwangi ini menjelaskan tentang pembentukan pusat dan sub pusat pelayanan di Kota Banyuwangi. 1. Kebijakan (1) Pembentukan sistem pusat pelayanan di Kota Banyuwangi.

Strategi :

Mengembangankan pusat pelayanan dengan mengembangkan dari berbagai fungsinya.

Memanfaatkan potensi yang dapat meningkatkan Ekonomi Kota Banyuwangi. 2. Kebijakan (2) Mengembangkan pusat pertumbuhan baru yang belum melayani tingkat pertumbuhan Kota Banyuwangi.

Strategi :

Penyediaan lokasi utama sebagai pusat pertumbuhan baru di Kota Banyuwangi.

Pengembangan kawasan bagian barat dan timur. 3. Kebijakan (3) Pengembangan sistem pusat pelayanan yang mampu menjangkau pelayanan di Kota Banyuwangi secara fungsional.

Strategi :

Membuat suatu sistem pusat pelayanan sesuai fungsi untuk melayani Kota Banyuwangi.

Menjaga keterkaitan dengan kota lain (kecamatan disekitarnya). 2.3.2. Kebijakan Dan Strategi Rencana Jaringan Prasarana Utama di Kota Banyuwangi

Pengembangan yang akan saling terkait dengan pembentukan kebijakan yang pertama adalah berkaitan dengan pengembangan jaringan prasarana utama di Kota Banyuwangi. 1. Kebijakan (1) Pengembangan sarana dan prasarana jaringan jalan.

Strategi :

Mewujudkan jalan internal Kecamatan melalui pengembangan jalan lokal dan pelebaran jalan.

Pengembangan jalan eksternal antar wilayah. 2. Kebijakan (2) Pengembangan jalan raya di Kota Banyuwangi.

Strategi :

Pengembangan jalan penunjang kegiatan dominan Kota Banyuwangi.

Page 4: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

4

2.3.3. Kebijakan Dan Strategi Rencana Pelayanan Sistem Jaringan Prasarana Utama Pendukung di Kota Banyuwangi Kebijakan yang ketiga untuk mendukung rencana struktur ruang kawasan di Kota Banyuwangi adalah rencana pelayanan sistem

jaringan prasarana pendukung di Kota Banyuwangi yang meliputi Sumber daya energi, Sumber daya air, Telematika dan prasarana lingkungan. 1. Kebijakan (1) Pengembangan Sumber daya air

Strategi : a. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air; b. Pengembangan waduk baru, bendung, dan cek dam pada kawasan potensial; c. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi; serta d. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.

2. Kebijakan (2) Pengembangan Prasarana Telematika Strategi : a. Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) yang digunakan secara bersama; b. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah berupa informasi berbasis teknologi internet; c. Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon selbloker; d. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan;

3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Energi / Listrik Kebijakan (3) Optimalisasi pengmbangan pelayanan jaringan listrik di Kota Banyuwangi Strategi : a. Perluasan jaringan (pemerataan); b. Pengembangan sumberdaya energi; c. Pengembangan jaringan baru; d. Peningkatan infrastruktur pendukung; e. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan; serta f. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan.

4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Lingkungan Kebijakan (4) Mereduksi sumber timbunan sampah sejak awal. Strategi : a. Meminimasi pengunaan sumber sampah yang sukar didaur blokang secara alamiah; b. Memanfaatkan blokang sampah (re-cycle) yang ada terutama yang memiliki nilai ekonomi; serta c. Mengolah sampah organik menjadi kompos dan batu bata d. Pemenuhan fasilitas septic tank per KK di wilayah perkotaan; e. Penanganan limbah rumah tangga dengan fasilitas sanitasi per KK juga sanitasi umum pada wilayah perdesaan; serta f. Peningkatan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.

2.4. KEBIJAKAN DAN STRATEGI POLA RUANG WILAYAH

Pola ruang wilayah Kota Banyuwangi mencakup kawasan lindung dan budidaya, dimana kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya, dan kawasan budidaya akan dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimum. Kawasan budidaya tambak/perikanan dan lahan abadi pertanian tanaman pangan harus tetap dipertahankan. 2.4.1. Kebijakan Dan Strategi Penetapan Kawasan Lindung Kota Banyuwangi 1. Kebijakan (1) Mengoptimalkan dan mengembalikan ke fungsi sebagai kawasan konservasi sungai .

Strategi :

Penanaman tanaman yang mempunyai fungsi sebagai konservasi

Pembuatan taman aktiv selebar 15 meter dari garis sungai paling luar

Pengawasan dan pemeliharaan

Plengsengisasi pada sungai-sungai besar maupun kecil di Kota Banyuwangi

Pencanangan program kali bersih 2. Kebijakan (2) Pengembangan dan pemeliharaan RTH Kota Banyuwangi untuk peningkatan kualitas lingkungan Kota Banyuwangi.

Strategi :

Pengembangan makam umum pada masing-masing BLOK

Pengembangan taman kota dan taman lingkungan, dll

Pengembangan RTH Jalur hijau di sepanjang jalan

Pengembangan RTH Pada Kawasan sempadan

Pengawasan, perawatan dan pemeliharaan kondisi RTH agar dapat berfungsi sebagaiman mestinya 3. Kebijakan (3) Penanganan kawasan rawan bencana alam.

Strategi :

Pengembangan RTH sebagai daerah tangkapan air/resapan air di sepanjang aliran Lo dan Sungai Bagong.

Pengembangan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana alam.

Pengembangan mitigasi bencana yang meliputi jalur evakuasi dan pengungsian sementara.

2.4.2. Kebijakan Dan Strategi Penetapan Kawasan Budidaya Kota Banyuwangi Kota Banyuwangi memiliki berbagai fungsi kawasan budidaya yang harus dikembangkan secara optimum tetapi tidak boleh

meninggalkan prinsip keberlanjutan dalam jangka panjang. Kebijakan (1) Pengembangan kegiatan perumahan sebagai dampak perkembangan Kota Banyuwangi ditekankan untuk

mendistribusikan pertumbuhan kawasan perumahan secara merata pada masing-masing wilayah dengan meningkatkan aksesibilitas lokasi, yakni: 1. Strategi :

Pengembangan perumahan umum dengan konsep penyatuan dengan tetap mempertimbangkan aspek keseimbangan lingkungan dengan memanfaatkan lahan yang masih kosong. Dengan konsep kemenyatuan ini maka berpotensi membentuk sub-sub pusat pengembangan baru.

Page 5: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

5

Pengembangan perumahan dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong yang masih ada dengan konsep infiltrasi dan menghindari terciptanya ruang-ruang mati. Konsep ini dinilai cocok karena kondisi permukiman yang di sekitar jaringan Ateri Primer pada pusat Kota yang meliputi Kel. Kepatihan, Kel. Tumenggungan, Kel. Panderejo, Kel. Penganjuran, Kel. Tukang Kayu, dan Kel. Tamanbaru.

2. Kebijakan (2) Pengembangan kegiatan perdagangan jasa untuk mengoptimalkan peningkatan pelayanan di seluruh Kecamatan. Strategi :

Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa pada sub pusat pelayanan, sesuai dengan struktur tata ruang. Pengendalian ketat di sepanjang jaringan jalan utama.

3. Kebijakan (3) Peningkatan nilai tambah dan produktivitas melalui pengembangan Industri Kecil dan Menengah Pengolahan perikanan dan pertanian. Strategi :

Pengembangan dan pemberdayaan industri kecil dan home industry untuk pengolahan makanan dan produk khas Kota Banyuwangi

Mengembangkan Koperasi dan UMKM untuk lebih berperan sebagai penyedia barang dan jasa dipasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor

Peningkatan kegiatan koperasi dan UKM serta menarik investasi

Pengembangan sentra industri IKM yang akan mendukung pengembangan kegiatan Perikanan dan wisata di Kota Banyuwangi 4. Kebijakan (4) Meningkatkan dan menumbuhkan potensi pariwisata Kota Banyuwangi.

Strategi :

Pengembangan obyek-obyek wisata di Kota Banyuwangi yang berpotensi untuk dikembangkan seperti wisata rekreasi seperti pengembangan perikanan.

Melakukan promosi wisata kaitannya dengan obyek wisata yang akan dikembangkan di Kota Banyuwangi sendiri maupun obyek-obyek wisata yang ada di sekitar Kota Banyuwangi.

Mengembangkan paket-paket wisata yang dikaitkan dengan Kota Banyuwangi sendiri dengan obyek wisata yang ada di seluruh Kabupaten Kutai Kartanegara.

5. Kebijakan (5) Mempertahankan kawasan pertanian sebagai lahan abadi Kota Banyuwangi. Strategi :

Penetapan kawasan lahan abadi Kota Banyuwangi

Perbaikan sistem irigasi teknis

Penggunaan teknologi tepat guna 6. Kebijakan (6) Pengembangan upaya mitigasi bencana Kota Banyuwangi terkait dengan bencana genangan maupun kebakaran.

Strategi :

Pembangunan dan perbaikan pintu air.

Pengembangan RTH di sekitar lokasi rawan bencana banjir dan genangan sebagai penangkap air.

Mengembangkan jalur alternatif untuk evakuasi (Jalan utama dalam lokasi). Pengembangan alternatif tempat pengungsian sementara seperti tanah lapang.

Page 6: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

6

BAB 3 RENCANA POLA RUANG KOTA BANYUWANGI

Secara keseluruhan, Kota Banyuwangi mempunyai luas 7.372 Ha. Dari luas lahan keseluruhan Kota Banyuwangi lahan terbangun berupa kawasan permukiman dan kegiatan lainnya yaitu sebesar 2.528,17 Ha atau 34,29 %, dan sisanya berupa lahan pertanian, ladang dan tanah kosong seluas 3.191,14 Ha atau 65,71 % dari luas wilayah Kota Banyuwangi. Kawasan terbangun di Kota Banyuwangi memiliki pola perkembangan kluster, dimana pola perkembangan permukimannya linier disepanjang koridor jalan utama Kota Banyuwangi, yaitu Jalan Basuki Rahmat, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Adi Sucipto.

Kawasan pertanian tersebar hampir di seluruh wilayah Kota Banyuwangi, sedangkan perumahan developer mulai berkembang Kel. Sobo, Kel. Kertosari, Kel. Kebalenan, Kel. Mojopanggung, dan Kel Panataban.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas di Kota Banyuwangi sebagai ibukota Kabupaten Banyuwangi, maka perubahan fungsi lahan tidak terbangun (antara lain lahan pertanian, daerah resapan, daerah sepadan sungai dan lain-lain) menjadi kawasan terbangun khususnya perumahan baru maupun pengembangan fasilitas penunjangnya juga semakin meningkat. Kecenderungan terjadinya konversi lahan ini tidak mungkin dapat dicegah karena tuntutan kebutuhan terhadap ketersediaan lahan untuk perumahan yang terus meningkat. Akan tetapi dalam pengkonservasian lahan ini harus tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, misalnya dengan mempertahankan keberadaan daerah resapan air, daerah konservasi sungai dan ruang terbuka hijau (RTH) yang masih ada di Kota Banyuwangi. Adapun pola penggunaan tanah di Kota Banyuwangi pada dasarnya adalah sebagai berikut: a. Pola penggunaan tanah di Kota Banyuwangi pada awalnya membentuk pola konsentrik, namun seiring dengan perkembangan

jaringan jalan perkembangan pola penggunaan tanah membentuk pola linier yaitu cenderung berkembang memanjang pada jalan-jalan utama kawasan (arteri primer) maupun jalan-jalan lokal yang ada. Jenis kegiatan di sepanjang jalan-jalan utama kawasan tersebut yaitu cenderung untuk kegiatan yang bersifat komersial seperti: perdagangan, jasa dan pelayanan umum (pendidikan, perkantoran pemerintah, kesehatan dan sebagainya). Pola tersebut dipengaruhi oleh: - Struktur jaringan jalan dan sistem transportasi. - Pusat-pusat kegiatan/pelayanan yang tumbuh secara konsentrik dan memusat di sekitar pusat Kabupaten Banyuwangi yaitu

Kelurahan Kepatihan, Kel. Panderejo, Kel. Penganjuran, Kel. Taman Baru dan Kel. Tukang Kayu. Dilihat dari kondisi yang ada saat ini, bahwa permasalahan yang dihadapi dengan terbentuknya pola penggunaan tanah yang berkembang secara memusat di Kota Banyuwangi yaitu: - Perkembangan kawasan terpusat pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga perkembangan kawasan secara keseluruhan hanya

menumpuk pada satu wilayah dan cenderung padat pada pusat kota saja, yaitu di sekitar jaringan jalan arteri primer, Kelurahan Kepatihan, Kel. Panderejo, Kel. Penganjuran, Kel. Taman Baru dan Kel. Tukang Kayu.

- Orientasi pelayanan juga terpusat di kawasan-kawasan tersebut di atas, jangkauan pelayanan tidak terdistribusi secara merata dan beban pusat pelayanan menjadi berat,

- Tingginya intensitas kegiatan yang terdapat di pusat kota dan sepanjang jalan-jalan utama kawasan, sehingga menimbulkan tarikan dan bangkitan yang dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya permasalahan transportasi (kemacetan lalu lintas), parkir, PKL.

- Kondisi bangunan menjadi kurang teratur akibat intensitas bangunan yang padat, sehingga banyak di temui permukiman-permukiman kota yang cenderung padat.

b. Terdapat pusat kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan penggunaan tanah di sekitarnya, yaitu - Keberadaan kegiatan-kegiatan industri rumah tangga hingga industri kecil sebagai daya tarik pergerakan penduduk ke Kota

Banyuwangi yang ikut mendorong munculnya perumahan-perumahan baru - Kota Banyuwangi di mana pada pusat kegiatan tersebut terdapat fasilitas perkantoran berskala Kabupaten dan fasilitas berskala

kecamatan. - Terdapat kecenderungan perubahan (pengkonversian) di Kota Banyuwangi kawasan pertanian menjadi kawasan perumahan,

hal ini dikarenakan faktor strategis dan segi komersial lebih menguntungkan. Berdasarkan kecenderungan pola penggunaan tanah dan permasalahan yang dihadapi tersebut, maka untuk arahan ke depan

perlu mendistribusikan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan tarikan dan bangkitan yang cukup besar ke wilayah-wilayah yang belum begitu berkembang. Dengan itu, penggunaan tanah menjadi tidak terpusat pada pusat kota, sehingga dapat mengurangi kepadatan di pusat kota.

Page 7: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

7

3.1. Zona Lindung 3.1.1. Zona Perindungan Setempat 3.1.1.1. Kawasan Sempadan Sungai

Untuk Kawasan konservasi lindung sungai di Kota adalah daerah di sepanjang aliran sungai yang membelah Kota Banyuwangi, yaitu Sungai Bagong dan Sungai Lo. Sungai merupakan bentukan topografi yang fungsinya adalah sebagai penerima, penampung dan mengalirkan air dari wilayah hulu hingga ke hilir/laut. Wilayah Kota Banyuwangi dilewati oleh 2 sungai besar yaitu Sungai Bagong dan Sungai Lo. Pada daerah di sepanjang Sungai ini telah terdapat beberapa permukiman penduduk. Pada kawasan sepanjang bantaran Sungai Bagong dan Sungai Lo terdapat permasalahan pencemaran air sungai berupa sampah rumah tangga yang dibuang di sekitar bantaran sungai. Selain itu, sungai juga digunakan sebagai pembuangan limbah cair rumah tangga. Permasalahan besar di Perkotaan Kota Banyuwangi adalah terjadinya luapan air sungai saat air pantai pasang, sehingga menimbulkan banjir atau genangan di sekitar permukiman penduduk mulai yang bersifat periodik maupun bersifat tergenang terus.

Gambar 3.1

Perkembangan Pola Ruang Kota Banyuwangi Pengendalian dan pengawasan kawasan sempadan sungai yang perlu diperhatikan adalah sempadan sungai yang terletak disekitar

kawasan Permukiman di pusat kota. Hal tersebut karena kecenderungan perkembangan kawasan permukiman disekitar sempadan sungai relatif cepat. Untuk mengawasi kecenderungan tersebut perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian. Tindakan pencegahan dan pengendalian tersebut, antara lain:

Penetapan peraturan secara ketat melalui mekanisme ijin mendirikan bangunan dan penetapan sangsi yang tegas terhadap pelanggar,

Pengembangan kegiatan konservasi aktif, misalnya: pengembangan taman disekitar sempadan, pengembangan lapangan olahraga disekitar sempadan sungai dan lainnya.

Penetapan lebar konservasi pada sempadan sungai besar maupun sungai kecil ditetapkan berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993 mengenai batas-batas sepadan sungai tak bertanggul yang melewati kawasan pusat kota adalah:

Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sepadan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai 20 (dua puluh) meter, garis sepadan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sepadan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Adapun arahan sempadan sungai di Kota Banyuwangi adalah: Seluruh sungai di Kota Banyuwangi berada dalam kawasan permukiman Sungai Bagong dan Sungai Lo (tidak bertanggul) garis sempadan sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) meter – 30 (tigapuluh)

meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Pengembangan taman aktif maupun pasif pada sempadan sungai Sungai kecil lainnya yang melintasi Kota Banyuwangi ditanggul Perkotaan Banyuwangi dilalui oleh beberapa sungai besar dengan bentuk yang berkelok-kelok seperti Sungai Bagong dan

Sungai Lo . Garis sempadan sungai besar di sekitar kawasan permukiman dengan jarak 30 meter kanan-kiri sungai. 3.1.1.2. Kawasan Perlindungan Sempadan Pantai

Penetapan kawasan sempadan pantai di di Kota Banyuwangi Banyuwangi didasarkan pada PP No.29 Tahun 1986 tentang kriteria penetapan kawasan lindung. Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Hal ini bertujuan untuk melindungi dari usaha kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Adapun penetapan sempadan pantai ini ditekankan kepada pertimbangan

Page 8: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

8

karakteristik pantai. Pada pantai Kota Banyuwangi yang berhadapan dengan Selat Bali yang kaya akan terumbu karang, mempunyai karakteristik gelombang yang ditimbulkan relatif kecil namun kecepatan arus yang terjadi besar. Berdasarkan karakteristik tersebut dan tinjauan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi, maka arahan pengembangan kawasan sempadan pantai adalah Pada kawasan sempadan pantai Kota Banyuwangi yang kaya akan terumbu karang dan ikan hias diperlukan usaha penanaman hutan bakau. Penetapan Kawasan Sempadan Pantai Kota Banyuwangi berada di kelurahan-kelurahan sebagai berikut; Kel. Klatak, Kel. Lateng, Kel. Kamp. Kel. Mandar, Kel. Kepatihan, Kel. Karangrejo, Kel. Kertosari, Kel. Sobo, dan Kel. Pakis.

Gambar 3.2 Arahan Pengembangan Kawasan Lindung Sempadan Sungai Kota Banyuwangi

Gambar 3.3 Arahan Pengembangan Kawasan Lindung Sempadan Pantai Kota Banyuwangi

Page 9: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

9

Gambar 3.4 Kawasan Lindung Sempadan Pantai Kota Banyuwangi

3.1.2. Zona Ruang Terbuka Hijau Sarana-sarana ini disamping fungsi utamanya sebagai taman, tempat bermain anak-anak dan lapangan olah raga, juga akan

memberikan kesegaran pada kota (cahaya dan udara segar) dapat juga menetralisir polusi udara sebagai paru-paaru kota. Oleh karena fungsinya yang sangat penting, maka sarana-sarana ini harus benar-benar dijaga seperti yang seharusnya, baik dalam besarnya maupun kondisinya. Jenis Taman berdasarkan Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standart Pelayanan Minimum (SPM) dimana kebutuhan RTH untuk penyediaan RTH di kawasan perkotaan sebesar 30% dari luas wilayah perencanaan dimana 20% RTH public dan 10% RTH privat.

Taman RT untuk 250 penduduk Setiap 250 penduduk dibutuhkan minimal 1 (satu) taman dan sekaligus tempat bermain anak-anak yang luasnya sekurang-kurangnya 250 m2 atau dengan standar = 1 m2/p. Lokasi taman ini diusahakan sedemikian sehingga merupakan faktor pengikat.

Taman RW untuk 2.500 penduduk Untuk setiap kelompok 2.500 penduduk diperlukan lagi sekurang-kurangnya satu daerah terbuka disamping daerah-daerah yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk. Daerah terbuka ini sebaiknya berupa taman yang dapat juga digunakan untuk aktivitas-aktivitas olah raga seperti volly, badminton. Luas tanah yang dipergunakan untuk ini adalah : 10.250 m2 atau dengan standar 0,5 m2/p. Lokasinya dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW dimana terletak TK, pertokoan, pos hansip, balai pertemuan dan lain-lain.

Taman Kelurahan untuk 30.000 penduduk Sarana ini sangat diperlukan untuk kelompok 30.000 penduduk (satu lingkungan) yang dapat melayani aktivitas-aktivitas kelompok di area terbuka, misalnya : pertandingan olah raga, apel dan lain-lain. Sarana ini sebaiknya berbentuk taman yang dilengkapi lapangan olah raga/sepak bola sehingga berfungsi serba guna dan harus tetap terbuka. Untuk peneduh dapat ditanami pohon-pohon di sekelilingnya. Luas area dibutuhkan untuk sarana ini adalah : 9.000 m2 atau dengan standar = 0,3 m2/p. Lokasinya tidak harus di pusat lingkungan, tetapi sebaiknya digabung dengan sekolah sehingga bermanffat untuk murid-murid sekaligus berfungsi sebagai peredam gaduh (buffer).

Taman Kecamatan untuk 120.000 penduduk Setiap kelompok penduduk 120.000 jiwa sekurang-kurangnya harus memiliki satu lapangan hijau yang terbuka. Sarana ini berfungsi seperti di kelompok 30.000 penduduk, begitu juga bentuknya hanya lengkap dengan sarana-sarana olah raga yang diperkeras seperti lapangan tennis, bola basket dan lain-lain juga tempat ganti pakaian dan WC umum. Luas area yang diperlukan untuk sarana adalah : 24.000 m2 = 2,4 Ha atau dengan standar = 0,2 m2/p Lokasinya tidak harus di pusat kecamatan tetapi kalau dapat disatukan akan sangat baik, yang jelas pengelompokan dengan sekolah sangat bermanfaat.

Jalur Hijau Disamping taman-taman lapangan olah raga yang terbuka masih harus disediakan jalur-jalur hijau sebagai cadangan/sumber-sumber alam. Besarnya jalur-jalur hijau adalah 15 m2/p, lokasinya bisa menyebardan sekaligus merupakan filter dari daerah-daerah industri dan daerah-daerah yang menimbulkan polusi.

Kuburan/Pemakaman Sarana lain yang masih dapat dianggap mempunyai fungsi daerah terbuka adalah kuburan. Besarnya.luas tanah kuburan ini sangat tergantung pada sistem penyempurnaan yang dianut sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Sebagai patokan perhitungan dapat digunakan pada angka kematian setempat dan sistem penyempurnaan.

Gambar 3.5 Tipologi Ruang Terbuka Hijau

Page 10: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

10

Tabel 3.1 Rencana RTH Public dan RTH Privat di Kota Banyuwangi Tahun 2031

Gambar 3.6 Tipologi Ruang Terbuka Hijau

RTH Taman RT Pasif RTH Taman RT Aktif

RTH Taman RW

RTH PUBLIK 1.585,26

1. RTH PADA JALUR JALAN KOTA

Jalur pengaman jalan 114,63

2. RTH TAMAN, MONUMEN, DAN GERBANG KOTA

Taman batas kota (4 unit) 0,10

Taman pintu masuk (2 Unit) 0,05

Taman Lingkungan (20) 75,98

Taman PPK dan SPK (14 Unit) 12,60

Taman Kota 4,50

3. RTH LAPANGAN OLAHRAGA DAN MAKAM

Makam ( Tiap Desa) 91,00

Lapangan Kota Banyuwangi 39,00

Makam bersama (2 unit) 40,00

Gelanggang Olah Raga Merdeka 20,00

4. RTH HUTAN KOTA DAN KEBUN BIBIT

Hutan Kota 2,00

5. RTH PENGAMAN JALUR KA, SUTT, SUNGAI, BUFFER ZONE

Sempadan SUTT 513,16

Sempadan Rel KA 176,07

Sempadan Sungai 223,87

Sempadan Pantai 237,30

Daerah Penyangga Industri 35,00

II RTH PRIVAT 982,13

Sawah/Tegalan 348,97

Lingkungan Permukiman 633,16

Taman kantor 3.8

Taman Gedung Komersil 1.06

JUMLAH TOTAL 2.080.089,00

LUAS WILAYAH PERENCANAAN 7.372,35

LUAS WILAYAH TERBANGUN 3288.3

% RTH PUBLIK 0,22

% RTH PRIVAT 0,13

Sumber : Hasil Rencana 2011

JENIS RTH LUAS

Page 11: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

11

RTH Kelurahan (aktif) RTH Kelurahan (pasif)

RTH Kecamatan

3.1.3. Zona Rawan Bencana

Berdasarkan pada pembagian zona Kawasan rawan bencana di Kabupaten Banyuwangi, terbagi menjadi Zona leluasa, zona kurang leluasa, zona tidak leluasa, dan zona tidak layak. Kota Banyuwangi berada pada zona leluasa dan kurang leluasa. Zona leluasa merupakan merupakan suatu daerah yang mempunyai kondisi fisik lahan tanpa faktor pembatas yang berarti atau hampir tidak ada kendala geologi lingkungan yang berarti, wilayah ini berada di seluruh Kota Banyuwangi. Adapun zona-zona kawasan rawan bencana di Kota Banyuwangi adalah sebagai berikut: A. Banjir dan Genangan Kawasan rawan bencana banjir dan genangan di Kota Banyuwangi sering terjadi di Sedangkan daerah lingkungan permukiman yang sering dilanda banjir yaitu Kelurahan Tukangkayu, Kelurahan Kampung Ujung dan Kelurahan Kertosari. Kawasan rawan genangan merupakan kawasan yang perlu penanganan secara intensif karena kawasan ini terletak pada permukiman penduduk hal ini telah mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Kondisi kelerengan lahan di Kota Banyuwangi berdampak pada aliran air hujan yang mengalami hambatan, sehingga akan terjadi kantong-kantong air atau genangan-genangan air hujan. Air hujan dari wilayah ini maupun dari wilayah sekitarnya, aliran air hujan tidak sampai ke laut. Kondisi ini dikarenakan perbedaan tinggi tempat yang sangat kecil dan kecepatan aliran air tidak mencapai titik nol. Pada kondisi demikian , air laut justru masuk ke daratan terutama pada waktu air laut pasang dan menggenangi permukiman penduduk. Untuk penangan pada daerah rawan genangan ini perlu mengadakan beberapa telaah lingkungan dengan cara:

Pengerukan Endapan Sungai Pembatasan zona berbahaya disekitar bantaran sungai dan danau Perbaikan Kawasan konservasi di sekitar Sungai yang ada di Kota Banyuwangi Perbaikan daerah tangkapan air melalui upaya penghijauan Membuat sumur resapan di tiap lingkungan RT/RW. Mencari alternatif sudetan air ke tempat pembuangan akhir.

B. Kebakaran Penyebab utama terjadinya kebakaran di pusat kota biasanya ditimbulkan karena adanya hubungan arus pendek listrik yang

cepat menyambar ke seluruh bagian bangunan hal ini dikarenakan kondisi kepadatan bangunan terutama kawasan perkampungan pusat kota. Jika terjadi kebakaran di biasanya yang sering terjadi yaitu api cepat menyambar dan melahap semua kawasan. Hal ini dikarenakan perkampungan padat tidak menyediakan alat pemadam kebarakan sebagai pertolongan pertama. Pada kondisi eksisting di Kota Banyuwangi belum mempunyai sistem penanganan kebakaran. Selain itu, tidak terdapatnya sarana prasarana pemadam kebakaran secara ideal di bandingkan dengan kebutuhan yang ada. Factor lainnya berupa sebagian besar bangunan yang terdapat di kawasan padat Kota Banyuwangi berupa bangunan semi permanen, sehingga bila terjadi kebakaran akan cepat sekali merembetnya ke bangunan yang lainnya.

Seperti halnya penanganan perkampungan padat yang sudah di jelaskan diatas merupakan juga salah satu bagian yang penting guna menanggulangi kebakaran di kawasan perkampungan padat seperti :

Penataan intensitas bangunan sesuai dengan rencana intensitas bangunan, mengingat pada kawasan perumahan padat ini ruang terbuka sangat terbatas, sehingga tidak memenuhi syarat layak huni untuk lingkungan pemukiman penduduk.

Ketersediaan fasilitas umum: taman lingkungan, lapangan OR, balai pertemuan, dan sebagainya yang dapat di fungsikan sebagai kawasan/zona evakuasi

Page 12: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

12

Gambar 3.7 Arahan Penanganan Kawasan Rawan Bencana Kota Banyuwangi

3.2. Zona Budidaya 3.2.1. Zona Perumahan

Perkembangan kawasan perumahan di Kota Banyuwangi tergolong cepat, hal ini disebabkan Kota Banyuwangi merupakan Ibukota Kabupaten Banyuwangi, serta keberadaan Kota Banyuwangi pada jalur arteri primer yang menghubungkan Kota Banyuwangi - Kota Situbondo – Kota Surabaya ataupun Kota Banyuwangi – Kota Jember – Kota Probolinggo, memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan Kota Banyuwangi. Oleh karena itu tingkat kebutuhan penyediaan rumah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan kegiatan di kawasan tersebut (pusat perdagangan dan jasa, pariwisata, dan perhubungan). Pengembangan kawasan perumahan di Kota Banyuwangi dapat dibagi menjadi dua, yaitu dilakukan oleh masyarakat sendiri dan dilakukan oleh pihak developer.

Untuk masa mendatang pengembangan kawasan permukiman di Kota Banyuwangi ditekankan untuk mendistribusikan pertumbuhan kawasan perumahan secara merata pada masing-masing wilayah dengan meningkatkan aksesibilitas lokasi, yakni:

Pengembangan perumahan umum dengan konsep penyatuan dengan tetap mempertimbangkan aspek keseimbangan lingkungan dengan memanfaatkan lahan yang masih kosong. Dengan konsep kemenyatuan ini maka berpotensi membentuk sub-sub pusat pengembangan baru.

Pengembangan perumahan dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong yang masih ada dengan konsep infiltrasi dan menghindari terciptanya ruang-ruang mati.

Perkembangan kawasan permukiman ditujukan untuk persiapan terjadinya pergeseran alih fungsi lahan yang akan menjadi pusat pelayanan di Kabupaten Banyuwangi sebagaimana fungsinya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Kebutuhan perumahan pada masing sub pelayanan Kota dan luas area pengembangan pada tahun 2031 dapat di lihat pada

tabel berikut; Tabel 3.1.

Jumlah Kebutuhan dan Luas Rumah Kota Banyuwangi Tahun 2031

3.2.2. Zona Perdagangan dan Jasa Di Kota Banyuwangi telah terbentuk beberapa fasilitas perdagangan dan jasa yang skala pelayanannya regional yaitu di

sepanjang arteri primer, pada Jl. Basuki Rahmat, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Ahmad Yani, dan Jl. Adi Sucipto. Sedangkan pelayanan dengan skala lokal/lingkungan menyebar di masing-masing pusat-pusat lokal dan berskala lingkungan menyebar di pusat-pusat lingkungan yang terdapat di wilayah ini. Sampai dengan tahun 2011, fasilitas perdagangan yang berkembang antara lain; perdagangan dan jasa campuran, pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Kondisi eksisting yang ada fasilitas perdagangan terpusat pada jalan-jalan utama kawasan dan pusat-pusat pelayanan lokal sebagian tidak terbentuk sehingga masih bergantung pada jalur utama kawasan. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan di pusat-pusat pelayanan lingkungan sebagian ada yang masih belum terealisasi, terutama pada permukiman-permukiman yang baru berkembang. Sedangkan untuk potensi ataupun prospek pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Banyuwangi yaitu:

A Pusat Pelayanan Kota (PPK) 85.085 8.509 213 25.526 511 51.051 766 85.085 1.489

B Sub Pelayan Kota I (SPK I) 47.506 4.751 119 14.252 285 28.504 428 47.506 831

C Sub Pelayan Kota II (SPK II) 27.110 2.711 68 8.133 163 16.266 244 27.110 474

D Sub Pelayan Kota III (SPK III) 21.202 2.120 53 6.361 127 12.721 191 21.202 371

180.904 18.090 452 54.271 1.085 108.542 1.628 180.904 3.166

Sumber ; Hasil Rencana

Kebutuhan

Ruang (Ha)

No Zona Pengembangan

Proyeksi

Penduduk

Tahun 2031

Rumah Kap. Besar Rumah Kap. Sedang

Kota Banyuwangi

Rumah Kap. Kecil Total

Jumlah (unit)Kebutuhan

Ruang (Ha)Jumlah (unit)

Kebutuhan

Ruang (Ha)Jumlah (unit)

Kebutuhan

Ruang (Ha)Jumlah (unit)

Page 13: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

13

Kawasan perdagangan dan jasa skala regional berkembang dengan pesat di sekitar pusat kota, Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Banyuwangi berpusat di Kelurahan Kepatihan, Kelurahan Singotrunan, Kelurahan Tumenggungan, Kelurahan Panderejo, Kel. Penganjuran, dan kel. Tukangkayu, sekitar kawasan Pasar Banyuwangi, Kawasan Perdagangan dan Jasa yang ada di Jl Basuki Rahmat, Jl Jenderal Sudirman, Jl Jend. Ahmad Yani dan Jl. Adi Sucipto. Di sekitar Kawasan perdagangan ini juga terdapat kawasan pertokoan (Ruko) banyak sekali terdapat PK5 yang kurang tertata hingga memakan badan jalan, akibatnya kondisi parkir juga kurang tertata hingga memakai badan jalan sebagai lahan parkir.

Kawasan perdagangan dan jasa skala kecamatan (pasar skala regional, pasar skala kawasan perkotaan, pertokoan, dealer, bank, dan lainnya) serta pedagang kaki lima (PKL) yang tumbuh di sekitar Jl Basuki Rahmat, Jl Jenderal Sudirman, Jl Jend. Ahmad Yani dan Jl. Adi Sucipto.

Tumbuhnya kawasan perdagangan dan jasa skala lokal/ lingkungan di sekitar kawasan perumahan atau di sekitar jalan lingkungan memacu perkembangan kawasan yang bersangkutan menjadi pusat pelayanan baru. Berdasarkan kondisi potensi dan permasalahan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Banyuwangi tersebut,

maka konsep pengembangannya adalah sebagai berikut: Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, khususnya yang berskala regional, secara linier diarahkan pada pusat Kota

Banyuwangi dan jalan-jalan utama Kota Banyuwangi yang sudah ada, akan tetapi dengan menentukan jenis perdagangan/jasanya sesuai dengan hierarkhi pelayanan dan tarikan yang ditimbulkan. Misalnya: pada jalan utama yang sudah ada kawasan yang mempunyai fungsi sebagai akses regional, jenis perdagangan dan jasa yang dikembangkan adalah yang mempunyai tarikan dan bangkitan yang rendah agar tidak mengganggu arus lalu lintas yang ada. Selain itu, untuk menghindari gangguan terhadap arus lalu lintas yang berasal dari aktivitas yang ditimbulkan, maka pada kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan-jalan utama kawasan sebaiknya mempunyai lahan parkir di dalam kapling.

Pengembangan Kawasan perdagangan dan Jasa dengan sekala Regional di sekitar Jl. Brawijaya dan Jl. Gajah Mada, dan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa denngan skala lokal pada Jl. S. Parman.

Perbaikan dan penataan kawasan perdagangan di pusat kota yang mencakup: perbaikan kondisi bangunan pasar hingga kemungkinan penambahan tinggi bangunan, los/bedak pasar, jalan dalam pasar. Sehingga menampung luberan PKL

Pengembangan kawasan perdagangan baru sebagai arahan pengembangan sub-sub pelayanan baru yaitu di sekitar pusat masing-masing Sub Pelayanan Kota (SPK) wilayah Kota Banyuwangi.

Pengendalian ketat terhadap perkembangan disekitar Jalan arteri primer maupun kolektor primer yang akan direncanakan untuk perdagangan jasa yang akan menimbulkan tarikan besar sehingga menggagu arus lalu lintas sebagai jalur utama Kota Banyuwangi (Jl. Basuki Rahmat, Jl. Jend. Sudirman, Jl Ahmad Yani, dan Jl. Adi Sucipto).

Dengan demikian pola perkambangan perdagangan dan jasa di Kota Banyuwangi cenderung memusat. Untuk perkembangan yang akan datang dilihat dari polanya maka akan terjadi pergeseran fungsi lahan yaitu kecenderungan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa akan menggeser kawasan permukiman sebagai akibat bergesernya kondisi perkotaan dimana pusat kota sudah sangat padat (daerah pinggiran sebagai alternatif pengembangan usaha).

Tabel 3.2.

Jumlah Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Tahun 2031

A Pusat Pelayanan Kota (PPK) 85.085 34 5 170 3 340 3 1 2 1 3

B Sub Pelayan Kota I (SPK I) 47.506 19 3 95 1 190 2 1 2 - -

C Sub Pelayan Kota II (SPK II) 27.110 11 2 54 1 108 1 1 2 - -

D Sub Pelayan Kota III (SPK III) 21.202 8 1 42 1 85 1 1 2 - -

180.904 72 11 362 5 724 7 4 6 1 3

Sumber ; Hasil Rencana

Luas

(Ha)

No Zona Pengembangan

Proyeksi

Penduduk

Tahun 2031

Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Pertokoan

(Unit)

Luas

(Ha)

Toko

(Unit)

Luas

(Ha)

Kota Banyuwangi

Warung

(Unit)

Luas

(Ha)

Pusat Pertokoan

(Unit)

Luas

(Ha)

Pusat Perdagangan

(Unit)

Gambar 3.8

Arahan Penataan PKL, trotoar dan parkir sehingga selain bisa meningkatkan nilai jual juga tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya.

3.2.3. Zona Kegiatan Industri dan Pergudangan

Kegiatan industri yang berkembang di Perkotaan Jombang merupakan jenis industri rumah tangga hingga industri besar non polutan dan pergudangannya, persebaran industri besar berada di Kel. Pengantigan dan Kel. Klatak pada SPK I (Sub Pelayanan Kota) Kota Banyuwangi. Sedangkan untuk industri kecil dan rumah tangga menyebar di seluruh wilayah Kota Banyuwangi. Untuk masa mendatang, sejalan dengan arahan RTRW Kabupaten Banyuwangi kegiatan industri besar akan dibatasi perkembangnnya karena, sehingga perkembangan lebih didorong pada industri kecil dan rumahtangga untuk mendukung perekonomian kerakyatan khususnya untuk mendukung pengembangan perikanan maupun petanian di Kota Banyuwangi. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dari perkembangan kegiatan industri di Kota Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Page 14: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

14

Untuk kegiatan industri dan pergudangan di arahkan pada sekitar Jl Letjend. R Suprapto, dengan embrio perkembangan kawasan industri dan pergudangan eksisting pada wilayah Kota Banyuwangi

Beberapa fasilitas industri yang tersebar di sehingga membutuhkan pengembangan kawasan penyangga (ruang terbuka hijau) yang berada di sekitar permukiman penduduk, sehingga dikhawatirkan limbah industri ikut mencemari permukiman seperti di

sekitar saluran drainase . Kawasan industri dan pergudangan yang cenderung sekitarnya berkembang sebagai perumahan padat.

3.2.4. Zona Kegiatan Pariwisata

Kawasan hiburan/ pariwisata yang ada di Kota Banyuwangi yakni di bagian Timur pada kawasan pesisir Kota Banyuwangi yaitu pada PPK (Pusat Pelayanan Kota) Kota Banyuwangi, dengan skala pelayanan Kabupaten yaitu di sekitar Pantai Boom yaitu berada di bagian timur Kota Banyuwangi. Kawasan pariwisata di Kota Banyuwangi tidak begitu berkembang dikarenakan tidak adanya event dan kegiatan yang secara kontinu dapat menarik minat. Dengan kecenderungan kegiatan pariwisata seperti ini maka untuk pengembangan masa mendatang selain lebih diarahkan untuk menyediakan ruang-ruang rekreasi berupa taman-taman di dalam lingkungan sejalan dengan pengembangan kawasan perumahan baru atau taman kota, juga direncakanannya pengembangan atraksi-atraksi wisata baru seperti pengembangan pengembangan taman rekreasi pada kawasan Kota Banyuwangi yaitu di Alun-Alun Kota Sri Tanjung dan Taman Blambangan. Kegiatan wisata ini dikemas menjadi satu kesatuan dan dikaitkan dengan pengembangan wisata lainnya di Kabupaten Banyuwangi dengan pusat pelayanan wisata berada di Kecamatan Banyuwangi.

3.2.5. Zona Kegiatan Pemerintahan dan Pusat Pelayanan Umum

Kategori fasilitas perkantoran pada uraian berikut ini adalah jenis perkantoran pemerintah dan pelayanan umum. Kawasan perkantoran ini berupa kantor pelayanan jasa skala regional (Kabupaten), perkantoran pemerintahan berskala kecamatan, hingga skala desa/kelurahan berupa Kantor Bupati, Kecamatan, Polsek, Koramil, Lembaga Pemasyarakatan, Cabang Dinas P dan K, Pengadilan Agama, KUA, Kejaksaan Negeri, Dinas PU Pengairan, Pegadaian, Kantor Pos, Pengadilan Negeri, Puspenmas, PDAM/Sasana Krida, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, KPU, PLN, Cabang Sub BPTD, Telkom, Pos pemantau Perairan dan Kantor Desa. Umumnya kawasan perkantoran ini terdapat di sekitar Jalan Jl Ahmad Yani dan Jl. Adi Sucipto.

Kategori fasilitas perkantoran pada uraian berikut ini adalah jenis perkantoran pemerintah dan pelayanan umum yang ada di Kota Banyuwangi yaitu berada di Kawasan Jl. Jendral Sudirman, Jl Ahmad Yani, Jl Adi Sucipto dan Jl KH Agus Salim. Kawasan perkantoran ini berupa kantor pemerintahan, kantor pelayanan jasa skala regional, perkantoran pemerintahan berskala kecamatan, hingga skala desa/kelurahan. Umumnya kawasan perkantoran ini terdapat di sekitar Jalan arteri primer. Pola persebaran perkantoran yang ada di Kota Banyuwangi adalah memusat di sekitar jalan arteri primer hal ini dengan mempertimbangkan aspek aksesbilitas dan ketersediaan lahan dan juga skala pelayanan. Dari kondisi demikian ini, permasalahan-permasalahan dalam kaitannya dengan fasilitas perkantoran yang ada di Kota Banyuwangi yaitu perkembangan fasilitas perkantoran masih cenderung memusat dan hal ini menimbulkan tingkat kepadatan akan beberapa penggunaan lahan dan kemacetan lalu lintas pada daerah pusat karena lokasinya yang berdekatan dengan lokasi perdagangan dan jasa. Berdasarkan dari potensi dan permasalahan yang ada, maka untuk pengembangan fasilitas perkantoran perlu adanya usaha pembentukan fasilitas perkantoran dalam satu lokasi, dengan demikian maka diharapkan akan mempermudah koordinasi antar dinas/instansi, namun perlu adanya lokasi sendiri yang tidak bercampur dengan fungsi kegiatan lainnya seperti perdagangan jasa.

3.2.6. Zona Sarana Pelayanan Umum 3.2.6.1. Sarana Pendidikan

Keberadaan fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan menyebar di seluruh wilayah Kota Banyuwangi khususnya untuk fasilitas pendidikan untuk jenjang Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak sedangkan untuk jenjang sekolah menengah pertama dan menengah atas banyak tersebar pada Kelurahan Mojopanggung. Untuk Perguruan Tinggi berada di Kelurahan Tukangkayu, Kelurahan Singongaran. Pada masa mendatang, pola perkembangan fasilitas pendidikan diarahkan lebih merata sesuai dengan kebutuhan yang ada dari hasil proyeksi penduduk berdasarkan struktur umur dan radius pelayanannya. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:

Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;

Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota;

Terdiri dari fasilitas pendidikan skala lokal, regional, dan antar regional. Taman Kanak-Kanak (TK)

Untuk menghitung kebutuhan fasilitas TK di Kota Banyuwangi digunakan asumsi daya tampung I unit TK adalah 4 kelas atau 80 murid di mana tiap kelas rata-rata berjumlah 20 murid. Sehingga hingga tahun 2031 pada kawasan Kota Banyuwangi di butuhkan penambahan fasilitas TK sebanyak 181 unit. Orientasi penambahan fasilitas TK ini adalah lingkungan permukiman terutama di kawasan yang belum mempunyai fasilitas TK dan kawasan yang mempunyai perkembangan pesat atau kawasan yang akan dikembangkan menjadi permukiman. Sedangkan untuk kawasan yang sudah ada pengembangan fasilitas TK lebih dititikberatkan pada upaya untuk melengkapi komponen-komponennya baik pada guru pengajar maupun jumlah ruang kelas. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk usia 5 – 6 tahun di Kota Banyuwangi sehingga memerlukan fasilitas yang lebih dari kondisi eksisting yang tersedia tahun 2011.

Sekolah Dasar (SD) Jika didasarkan atas standard daya tampung untuk 1 unit SD adalah sekitar 240 murid yang terbagi menjadi 6 kelas, maka jumlah fasilitas pendidikan SD yang dibutuhkan sampai dengan tahun 2031 adalah sejumlah 113 unit. Untuk arahan pengembangan fasilitas SD yang telah ada lebih mengacu pada penambahan fasilitas penunjang, seperti perpustakaan serta perbaikan kualitas tenaga pengajar. Berdasarkan proyeksi pada tahun 2031 penambahan fasilitas pendidikan SD sebanyak 113 unit.

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/MTs Fasilitas SLTP di Kota Banyuwangi dari segi pelayanan telah melayani kebutuhan masyarakat, di mana skala pelayanannya mencakup wilayah kota Banyuwangi. Untuk menghitung kebutuhan SLTP di Kota Banyuwangi pada tahun rencana, maka diperlukan proyeksi. Proyeksi fasilitas SLTP dihitung berdasarkan jumlah penduduk usia sekolah SLTP dan daya dukung per 1 unit SLTP di mana untuk Kota Banyuwangi diasumsikan 1 unit SLTP mampu menampung 240 murid atau 6 kelas. Berdasarkan hasil perhitungan didapat jumlah SLTP yang dibutuhkan pada pada tahun 2031 sebanyak 38 unit, yaitu penambahan 18 unit dari kondisi eksisting saat ini. Selain itu, arahan pengembangan SLTP yang pada akhir tahun perencanaan ditekankan pada pengembangan fasilitas penunjang dan perbaikan kualitas guru/pengajar. Hal ini disebabkan untuk membangun SLTP favorit dengan daya tampung yang memadai.

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

Page 15: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

15

Untuk menghitung kebutuhan SLTA di Kota Banyuwangi pada tahun rencana, maka diperlukan proyeksi. Proyeksi fasilitas SLTA dihitung berdasarkan jumlah penduduk usia sekolah SLTA dan daya dukung per 1 unit SLTA di mana untuk Kota Banyuwangi diasumsikan 1 unit SLTA mampu menampung 240 murid atau 6 kelas. Berdasarkan hasil perhitungan didapat jumlah SLTA yang dibutuhkan pada tahun 2031 adalah 38 unit, yaitu penambahan 29 unit dari kondisi eksisting yang ada saat ini Penambahan SLTA ini diperuntukkan pada seluruh kawasan permukiman di Kabupaten Banyuwangi disamping fasilitas SLTA lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Arahan pengembangan SLTA yang pada akhir tahun perencanaan ditekankan pada pengembangan fasilitas penunjang dan perbaikan kualitas guru/pengajar. Hal ini disebabkan untuk membangun SLTA favorit dengan daya tampung yang memadai. Untuk lebih jelasnya proyeksi kebutuhan fasilitas pendidikan di Kota Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 3.3. Jumlah Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Tahun 2031

3.2.6.2. Sarana Kesehatan Keberadaan fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota Banyuwangi terdiri atas Rumah sakit umum, rumah sakit bersalin,

puskesmas, poliklinik, apotek, posyandu, dan praktek dokter, yaitu dengan pola persebaran yang merata di masing-masing wilayah di kawasan Kota Banyuwangi. Pengembangan akan penyediaan fasilitas kesehatan yang ada di wilayah perencanaan ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat dalam menunjang kesehatan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan kota karena penyediaan fasilitas kesehatan ini akan mendukung pula untuk taraf kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat di Kota Banyuwangi. Sehingga dengan kebutuhan yang makin meningkat dari masyarakat tersebut, maka pemerintah khususnya pengembang/developer mengadakan pembangunan fasilitas kesehatan tersebut. Adapun karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk saran Kesehatah yaitu:

Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam; Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota; Terdiri dari fasilitas kesehatan skala lokal, regional, dan antar regional.

Untuk pemenuhan kebutuhan fasilitas kesehatan pada masa yang akan datang disesuaikan dengan kebutuhan Standard pada kawasan yang sebagian besar sudah tersedia pada kawasan perencanaan yang antara lain adalah : puskesmas, poliklinik, apotek, praktek dokter, posyandu dan sebagainya. Adapun untuk perkiraan jumlah dari masing-masing fasilitas kesehatan yang ada meliputi :

Puskesmas Didasarkan atas Standard penduduk pendukung akan fasilitas kesehatan jenis puskesmas maka proyeksi kebutuhan akan fasilitas kesehatan jenis puskesmas di kawasan perencanaan sampai akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2031 diperlukan puskesmas sebanyak 18 unit.

Posyandu Posyandu merupakan fasilitas kesehatan yang dikhususkan pada pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak pada usia 5 tahun ke bawah (balita). Posyandu biasanya tidak memerlukan tempat secara khusus tetapi menjadi satu dengan puskesmas atau menjadi satu dengan rumah penduduk. Di mana untuk jumlah fasilitas ini pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2031 bertambah menjadi 181 unit yang menyebar ke seluruh RW/ Kelurahan.

Poliklinik Untuk proyeksi kebutuhan dari fasilitas kesehatan jenis poliklinik pada kawasan perencanaan didasarkan atas asumsi jumlah fasilitas yang telah ada sebelumnya dengan perbandingan yang ada adalah 1 : 20.000. Sehingga untuk kebutuhan akan fasilitas kesehatan jenis poliklinik pada kawasan perencanaan sampai dengan akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2031 adalah sekitar 9 unit.

Praktek Dokter Untuk fasilitas praktek dokter diperlukan guna penanganan masalah kesehatan masyarakat selain rumah sakit dan puskesmas di luar jam kerja selayaknya. Jika didasarkan atas Standard penduduk pendukung untuk fasilitas ini yaitu sekitar 5.000 penduduk maka untuk kebutuhan fasilitas jenis ini sampai dengan akhir tahun perencanaan yaitu Tahun 2031 mengalami penambahan menjadi berjumlah 36 unit.

Rumah Sakit Untuk fasilitas Rumah Sakit diperlukan guna penanganan masalah kesehatan masyarakat dalam skala yang lebih besar dengan perawatan dan peralatan medis yang lebih lengkap dibanding dengan fasilitas kesehatan lainnya. Jika didasarkan atas Standard penduduk pendukung untuk fasilitas ini yaitu sekitar 28.000 penduduk maka untuk kebutuhan fasilitas jenis ini sampai dengan akhir tahun perencanaan yaitu Tahun 2031 mengalami penambahan menjadi berjumlah 6 unit.

BKIA dan Rumah Bersalin Untuk proyeksi kebutuhan BKIA dan rumah bersalin pada akhir tahun perencanaan 2031 terjadi penambahan menjadi 18 unit. Adapun standart yang jadi patokan adalah penduduk pendukung, dalam hal ini BKIA dan rumah bersalin sebesar 10.000 jiwa.Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas kesehatan di Kota Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel Untuk menunjang kebutuhan pelayanan kesehatan yaitu dengan peningkatan pelayanan Rumah Sakit, Puskesmas dan BKIA yang sudah ada misalnya melengkapi fasilitas Puskesmas dengan sarana rawat inap. Selain itu juga dengan peningkatan kualitas pelayanan seperti penyediaan tenaga medis yang profesional, penambahan peralatan medis dan layanan 24 jam untuk klinik.

A Pusat Pelayanan Kota (PPK) 85.085 85 10,21 53 19,14 18 10,64 18 10,64

B Sub Pelayan Kota I (SPK I) 47.506 48 5,70 30 10,69 10 5,94 10 5,94

C Sub Pelayan Kota II (SPK II) 27.110 27 3,25 17 6,10 6 3,39 6 3,39

D Sub Pelayan Kota III (SPK III) 21.202 21 2,54 13 4,77 4 2,65 4 2,65

180.904 181 21,71 113 40,70 38 22,61 38 22,61

Sumber ; Hasil Rencana

No Zona Pengembangan

Proyeksi

Penduduk Tahun

2031

Kota Banyuwangi

SMA

(Unit)Luas (Ha)

Kebutuhan Fasilitas Pendidikan

TK (Unit) Luas (Ha) SD (Unit) Luas (Ha)SMP

(Unit)Luas (Ha)

Page 16: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

16

Tabel 3.4. Jumlah Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2031

3.2.6.3. Sarana Peribadatan Fasilitas peribadatan yang ada di Kota Banyuwangi berupa masjid , gereja, wihara dan langgar/ mushola. Sesuai petunjuk pola

penggunaan lahan di Kota Banyuwangi fasilitas peribadatan dapat dikembangkan pada kawasan sekitar permukiman. Pengembangan fasilitas peribadatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pada umumnya merupakan swadaya masyarakat sendiri. Maka untuk pengembangan fasilitas ini diarahkan sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan rencana tata ruang yang ada dan pengembangan fasilitas peribadatan pada kawasan baru. Kriteria Sarana Peribadatan; Kondisi faktual di lapangan menunjukkan bahwa sarana peribadatan yang terdapat di Kota Banyuwangi adalah fasilitas peribadatan bagi pemeluk agama Islam. Fasilitas peribadatan bagi pemeluk agama Islam terdiri dari Langgar/musholla dan Masjid. Penyediaan langgar/musholla ditetapkan dengan merujuk pada Standart Pekerjaan Umum tahun 2010 dan proporsi antara jumlah tempat ibadah dan jumlah pemeluk agama Islam dan non Islam. Berdasarkan Standar Pekerjaan Umum Tahun 2010, perkiraan kebutuhan tempat ibadah adalah :

Penyediaan 1 langgar/musholla dibutuhkan oleh kelompok penduduk 2.500 jiwa dan sekurang-kurangnya disediakan pada tiap unit masyarakat, dengan luas lahan 300 m2. Diperkirakan hingga akhir tahun rencana dibutuhkan 23 unit musholla. Berdasarkan standar Pekerjaan Umum tahun 1987, Masjid diarahkan untuk disediakan pada setiap 30.000 jiwa.

Bila didasarkan atas kondisi empiris di lapangan maka dari proporsi jumlah penganut agama Islam (99,6% dari jumlah penduduk keseluruhan) dengan jumlah masjid eksisiting 7 unit, sehingga sampai dengan tahun perencanaan kebutuhan akan masjid terdapat penambahan 16 unit. Arahan Pengembangan Fasilitas Peribadatan di Kota Banyuwangi yaitu Fasilitas ini akan tetap berkembang dengan didukung

tingkat swadaya masyarakat cukup tinggi dalam pengadaan fasilitas peribadatan. Secara umum, pengembangan fasilitas peribadatan di Kota Banyuwangi meliputi :

Mempertahankan kondisi eksisting yang ada Pengembangan fasilitas peribadatan dilakukan dengan menempatkan penambaahan fasilitas peribadatan berada pada pusat

desa maupun pusat unit lingkungan di Kota Banyuwangi.

Tabel 3.5. Jumlah Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Tahun 2031

3.2.6.4. Zona Peruntukan Pertanian Penggunaan lahan untuk perluasan kegiatan, perkembangan skala kegiatan dan pemerataan perkembangan kawasan (terkait

pengembangan perkotaan Kota Banyuwangi) diperkirakan dalam jangka panjang akan berpengaruh terhadap perkembangan lahan pertanian, sehingga lahan pertanian yang ada sekarang diasumsikan akan semakin berkurang akibat tingkat perkembangan dari berbagai kegiatan yang berkembang. Hingga 5 tahun terakhir, perubahan lahan pertanian menjadi perumahan meningkat pesat antara lain di Kel. Sobo, Kel. Kertosari, Kel. Mojopanggung, Kel. Panataban dan Kel. Mojolangu. Sehingga pada tahun 2031 lahan pertanian di Kota Banyuwangi sebesar 2.474,26 Ha, dengan membatasi perkembangan kawasan terbangun. Dengan tidak secara sporadis memanfaatkan lahan-lahan tidak terbangun yang ada untuk mewadahi kebutuhan pengembangan fisik kawasan, maka pemanfaatan lahan-lahan belum terbangun terutama lahan pertanian diarahkan sebagai berikut: Pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan terbangun terkait dengan perkembangan kawasan diprioritaskan pada lahan yang

mempunyai tingkat kesuburan rendah terlebih dahulu. Kawasan pertanian sawah tetap dipertahankan sekaligus sebagai lahan cadangan wilayah yang dapat di kembangkan menjadi lahan

terbangun sesuai kebutuhan perkembangan kawasan. Hendaknya pengalihan fungsi lahan ini dihindarkan pada daerah-daerah yang memiliki kerawanan bencana seperti banjir dan

genangan.

3.2.6.5. Zona Peruntukan Perkebunan Di Kota Banyuwangi perkebunan banyak terdapat di Kecamatan Penajam seluas 2.369,89 Ha. Arahan pemanfaatan zona

peruntukkan Perkebunan di Kota Banyuwangi yaitu; Berbagai cara dalam pemanfaatan dan pengelolaan perkebunan antara lain adalah : Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi

A Pusat Pelayanan Kota (PPK) 85.085 9 2,04 9 0,30 85 0,51 17 0,60 3 4,56 4 1,02

B Sub Pelayan Kota I (SPK I) 47.506 5 1,14 5 0,17 48 0,29 10 0,33 2 2,54 2 0,57

C Sub Pelayan Kota II (SPK II) 27.110 3 0,65 3 0,09 27 0,16 5 0,19 1 1,45 1 0,33

D Sub Pelayan Kota III (SPK III) 21.202 2 0,51 2 0,07 21 0,13 4 0,15 1 1,14 1 0,25

180.904 18 4,34 18 0,63 181 1,09 36 1,27 6 9,69 9 2,17

Sumber ; Hasil Rencana

Luas

(Ha)

No Zona Pengembangan

Proyeksi

Penduduk

Tahun 2031

Proyeksi Fasilitas Kesehatan

PuskesmasLuas

(Ha)Apotik

Luas

(Ha)Posyandu

Kota Banyuwangi

Praktik

Dokter

Luas

(Ha)RS

Luas

(Ha)Poliklinik

Luas

(Ha)

A Pusat Pelayanan Kota (PPK) 85.085 53 4,01 263 7,88 14 1,05 1 0,08 1 0,75 1 0,08

B Sub Pelayan Kota I (SPK I) 47.506 30 2,24 147 4,40 1 0,08 - - - - - -

C Sub Pelayan Kota II (SPK II) 27.110 17 1,28 84 2,51 2 0,15 1 0,08 1 0,75 1 0,08

D Sub Pelayan Kota III (SPK III) 21.202 13 1,00 65 1,96 2 0,15 1 0,08 1 0,75 1 0,08

180.904 114 8,52 558 16,75 19 1,43 3 0,23 3 2,25 3 0,23

Sumber ; Hasil Rencana

No Zona Pengembangan

Proyeksi

Penduduk

Tahun 2031

Kota Banyuwangi

Proyeksi Fasilitas Peribadatan

Masjid

(Unit)

Luas

(Ha)

Mushola

(Unit)

Luas

(Ha)

Gereja

(Unit)

Luas

(Ha)

Vihara

(Unit)

Luas

(Ha)

Pura

(Unit)

Luas

(Ha)

Klenteng

(Unit)

Luas

(Ha)

Page 17: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

17

Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan yang rusak atau pada area yang telah mengalami kerusakan yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman pangan;

Pengembangan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian pangan lahan kering; Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan antar produk.

Adapun arahan pengelolaan perkebunan di Kota Banyuwangi diarahkan sebagai berikut: a. Mempertahankan wilayah bagian utara dan selatan Kota Banyuwangi sebagai kawasan perkebunan tanaman tahunan yang sekaligus

berfungsi sebagai penyangga. b. Membatasi perubahan jenis tanaman tahunan menjadi tanaman semusim, jika dimungkinkan dianjurkan untuk melakukan reboisasi

dengan tanaman tahunan yang dapat diambil buahnya. c. Bila pada kawasan terdapat kawasan budidaya, maka harus dibatasi dan tidak boleh dikembangkan lebih lanjut d. Memperbaiki dan mengembangkan prasarana dan sarana infrastruktur ke lokasi pertamanan maupun untuk pengolahan dan

pemasaran. e. Mendorong tumbuh berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku usaha Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan

dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; serta f. Penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu

mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika. g. menjalankan mekanisme insentif dan disinsentif bagi para pelaku usaha perkebunan. h. Merencanakan gudang penyimpanan untuk hasil-hasil perkebunan. i. Selanjutnya langkah yang sangat relevan dalam pembangunan perkebunan ke depan adalah menerapkan pengembangan ”Konsep

Corporate Community Relationship”. Melalui pengembangan konsep ini, diharapkan : Pengusaha perkebunan rakyat atau masyarakat sekitar perkebunan dapat berperan di dalam pengelolaan perkebunan. Pengusaha perkebunan besar dengan segala kelebihan yang dimilikinya dapat berperan membantu meningkatkan

produktivitas dan mutu hasil perkebunan rakyat, baik melalui kegiatan peremajaan, rehabilitasi maupun diversifikasi usaha perkebunan.

3.2.6.6. Zona Peruntukan Pariwisata Kawasan hiburan/ pariwisata yang ada di Kota Banyuwangi yakni di bagian Timur pada kawasan pesisir Kota Banyuwangi yaitu

pada PPK (Pusat Pelayanan Kota) Kota Banyuwangi, dengan skala pelayanan Kabupaten yaitu di sekitar Pantai Boom yaitu berada di bagian timur Kota Banyuwangi. Kawasan pariwisata di Kota Banyuwangi tidak begitu berkembang dikarenakan tidak adanya event dan kegiatan yang secara kontinu dapat menarik minat. Dengan kecenderungan kegiatan pariwisata seperti ini maka untuk pengembangan masa mendatang selain lebih diarahkan untuk menyediakan ruang-ruang rekreasi berupa taman-taman di dalam lingkungan sejalan dengan pengembangan kawasan perumahan baru atau taman kota, juga direncakanannya pengembangan atraksi-atraksi wisata baru seperti pengembangan pengembangan taman rekreasi pada kawasan Kota Banyuwangi yaitu di Alun-Alun Kota Sri Tanjung dan Taman Blambangan. Kegiatan wisata ini dikemas menjadi satu kesatuan dan dikaitkan dengan pengembangan wisata lainnya di Kabupaten Banyuwangi dengan pusat pelayanan wisata berada di Kecamatan Banyuwangi.

Obyek wisata alam yang ada di Kota Banyuwangi tersebut berupa wisata bahari (Danau Jempang dan Danau Bumbun) yang cukup menarik untuk dikembangkan karena keindahan yang dimilikinya.Selain obyek wisata alam terdapat juga obyek wisata budaya yang tentunya apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi yang berarti bagi pemerintah daerah. Kawasan wisata alam banyak menonjolkan keindahan alam sedangkan kawasan wisata budaya menyajikan unsur-unsur budaya dan sejarah. Implementasi Rencana pengelolaan kawasan pariwisata di Kota Banyuwangi akan meliputi : Membentuk link wisata nasional; Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan

peningkatan sarana-prasarana wisata sehingga Kota Banyuwangi menjadi salah satu tujuan wisata; Obyek wisata alam dikembangkan dengan tetap menjaga dan melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata; Pada obyek wisata yang tidak memiliki akses yang cukup seperti Kawasan wisata Alam yang sebagian berada pada akses dengan

sistem infrastruktur kurang mendukung khususnya pada kawasan wisata alam seperti kawasan danau yang belum memiliki sarana akses yang mendukung,maka perlu ditingkatkan pembangunan dan pengendalian pembangunan sarana dan prasarana transportasi ke obyek-obyek wisata alam, budaya dan buatan/minat khusus

Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan; serta Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing.

3.2.6.7. Zona Peruntukan Minapolitan (Perikanan)

Kegiatan perikanan di Kota Banyuwangi didominasi oleh perikanan tambak yang ada di Kel. Pakis, Kel Sobo, Kel. Kertosari, Kel. Karangrejo, dan Kel. Kmp. Mandar. Kota Banyuwangi merupakan salah satu wilayah penghasil produk perikanan Kabupaten Banyuwangi, hal ini dapat dilihat dari besarnya penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan tambak.

Pengembangan perikanan di Kota Banyuwangi perlu adanya pengembangan agar meningkatnya hasil produksi perikanan yang bisa meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk. Pengembangan perikanan di Kota Banyuwangi antara lain : Pengembangan budidaya perikanan tangkap dan budidaya Peningkatan produksi dengan memperbaiki sarana dan prasarana perikanan. Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki potensi pengairan untuk perikanan; Pengembangan budidaya perikanan tangkap dan budidaya; serta Mempertahankan, merehabilitasi dan merevitalisasi konservasi lingkungan untuk kelestarian ekosistem. Pengembangan sarana prasarana perikanan tangkap dan perikanan tambak terutama penahan gulma sehingga gulma pengganggu

perikanan tambak bisa dikendalikan. Penyediaan bibit perikanan unggulan Pengembangan perikanan tambak hulu dengan prioritas pengembangan ada budidaya perikanan ikan patin, gabus dan

betutu/bakut.

Page 18: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

18

Page 19: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

19

Page 20: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

20

Page 21: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

21

Page 22: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

22

Page 23: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

23

BAB 4 RENCANA JARINGAN PRASARANA

4.1. RENCANA JARINGAN PERGERAKAN Sistem jaringan prasarana transportasi yang akan dibahas ini sangat erat kaitannya dengan pembentukan struktur ruang wilayah

Kota Banyuwangi yang utuh antara pusat kegiatan dan infrastruktur yang menunjang dan dibutuhkan. Secara keseluruhan pengembangan prasarana ini akan mendukung struktur dan pola ruang di masa yang akan datang. 4.1.1. Jalan Raya

Transportasi atau perangkutan adalah suatu kegiatan yang berbentuk proses, yaitu suatu kegiatan untuk memindahkan barang dari suatu tempat ketempat lain dengan kriteria nyaman, aman dan murah. Dari konotasi diatas, maka dalam penganalisaan sistem transportasi di Kota Banyuwangi akan meninjau mengenai sejauhmana pelayanan dari fasilitas transportasi yang ada memberikan kontribusi terhadap penduduk di Kota Banyuwangi serta wilayah sekitarnya. Berdasarkan kondisi saat ini, jenis transportasi yang ada di Kota Banyuwangi hanya transportasi darat saja, dimana jenis transportasi ini memberikan pelayanan dalam Kota Banyuwangi dan regional. Dengan memperhatikan keadaan dan jenis transportasi di Kota Banyuwangi, maka akan terlihat peranannya terhadap perkembangan kota dan daerah hinterlandnya. Dari hasil pengamatan dilapangan di temukan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan pada ruas jalan Utama (arteri primer) Kota Banyuwangi adalah :

Perlunya antisipasi peningkatan terhadap badan jalan yang ada;

Jenis sarana transportasi yang melintasi jalan ini mulai dari kendaraan Bus, truk, colt sampai kendaraan tidak bermotor (sepeda), sehingga diperlukan langkah antisipasi untuk pengamanan bagi kendaraan bermotor roda 2 maupun kendaraan tidak bermotor (sepeda)

Terdapatnya penggunaan badan jalan untuk parkir kendaraan, terutama pada kawasan perdagangan dan Jasa; Terdapatnya persimpangan-persimpangan yang memotong jalur utama (Arteri Primer) dan tidak memiliki Traffic Light, sehingga

perlu waspada terhadap pengguna jalan lain, hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan kendaraan yang menimbulkan antrian.

Dari permasalahan tersebut diatas, perlu diambil langkah-langkah alternative untuk mengurangi terjadinya permasalahan transportasi dikawasan Kota, Langkah-langkah alternative tersebut antara lain :

Perlunya pelebaran badan jalan yang disesuaikan dengan undang-undang dan peraturan pemerintah;

Perlu dibuatnya jalan pendamping untuk melayani pergerakan lokal bagi jenis kendaraan kecil.

Perlu dipasang/disediakan traffic light, pada spot-spot persimpangan yang memotong jalan utama (arteri primer).

Penertiban terhadap bangunan yang menimbulkan bangkitan/tarikan pergerakan dengan menyediakan lahan parkir agar tidak menggunakan badan jalan.

Penyediaan jembatan penyeberangan untuk memberikan faktor kenyamanan dan keselamatan kepada penyeberangan jalan dan menunjang kelancaran lalu lintas.

4.1.2. Pengembangan Jaringan Jalan Dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah, sektor transportasi mempunyai peranan penting dalam membuka

peluang bagi potensi-potensi yang berada di wilayah perencanaan. Sebagai alat penghubung, transportasi dapat memberikan implikasi terhadap perubahan struktur ruang secara mendasar. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa berbagai pola jaringan akan membentuk pola penggunaan lahan tertentu, namun pada kesempatan lain pola penggunaan lahan secara tidak langsung akan mempengaruhi sistem transportasi. Kota Banyuwangi memiliki guna lahan sebagai tempat aktivitas masyarakatnya yang tertuang dalam beberapa fungsi. Penggunaan lahan yang ada di wilayah Kota Banyuwangi pada umumnya di dominasi oleh kegiatan permukiman, pertanian, perikanan, perdagangan dan jasa, industri, serta fasilitas umum. Secara spasial di wilayah Kota Banyuwangi terbagi menjadi beberapa kawasan yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan wilayah.

Tata guna lahan memiliki kaitan erat dengan rencana transportasi, seperti rencana pelebaran jalan ataupun rencana pembuatan jalan. Tata guna lahan juga dapat menentukan sebaran pergerakan, bangkitan dan tarikan terhadap suatu zona. Pengkonsentrasian aktifitas masyarakat pada suatu zona dapat menjadi dasar untuk menetukan sirkulasi kendaraan. Di samping itu, rencana pelebaran jalan akan sangat berkaitan dengan penggunaan lahan yang berada di sisi-sisi ruas jalan. Lahan tersebut kebanyakan dimiliki oleh perseorangan sehingga untuk merealisaiskan rencan-rencana tersebut dibutuhkan upaya pembebasan lahan.

Page 24: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

24

Tabel 4.1 Pusat Bangkitan dan Tarikan Kota Banyuwangi

KATEGORI CAKUPAN PUSAT BANGKITAN DAN TARIKAN

Penumpang Dalam Wilayah kota Antar kota

Seluruh wilayah Kota Banyuwangi dan Kecamatan disekitarnya

Barang Dalam Wilayah kota Antar kota

Seluruh wilayah kecamatan yang dilalui oleh jalan arteri primer

Sumber : Hasil Analisa Jaringan jalan yang berada di Kota Banyuwangi yang awalnya terpusat di pusat kota dari Utara Ke Selatan, berkembang secara

linier sepanjang jalur transportasi regional antar Surabaya – Situbondo – Banyuwangi - Jember, dengan pusat pergerakan di daerah sekitarnya sehingga menimbulkan penumpukan pengembangan di kawasan tersebut. Sedangkan akses wilayah bagian Barat sudah cukup memadai sehingga terdapat distribusi dan tarikan perkembangan lahan ke arah Barat Kota Banyuwangi. Untuk pengembangan jaringan jalan pada Kota Banyuwangi, dipengaruhi oleh adanya penumpukan pengembangan di sepanjang jalan arteri primer menimbulkan beberapa titik-titik kemacetan pada saat jam pucak pada pagi dan siang hari karena tingginya tingkat tarikan pergerakan akibat adanya aktivitas pergerakan yang besar.

Pola jaringan jalan yang terdapat di Kota Banyuwangi dibedakan berdasarkan akses eksternal dan internal di wilayah perencanaan. Pertama, untuk jaringan jalan yang merupakan akses eksternal potensial berpola linier. Pola linier merupakan pola garis lurus yang menghubungkan dua titik penting yaitu menghubungkan (Surabaya – Situbondo – Banyuwangi - Jember). Pola ini merupakan pusat kegiatan dengan intensitas yang padat, sehingga mudah mengalami kepadatan atau kemacetan lalu lintas.

Kedua, untuk jaringan jalan yang merupakan akses internal potensial untuk membentuk struktur ruang lebih dispersal (tidak linier) sehingga diarahkan agar berpola semi grid dan radial. Jaringan jalan dengan pola ini menghubungkan tiap-tiap kawasan permukiman/perumahan dan pertanian. Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi pada Kota Banyuwangi saat ini adalah: 4.1.3. Hierarki Jalan

Untuk menentukan fungsi jalan perlu dipahami mengenai definisi jalan dan fungsinya. Menurut UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan, berikut definisi yang terkait dengan jalan:

- Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

- Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan Kota.

- Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

- Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

- Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

- Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Adapun jaringan jalan yang direncanakan di Kota Banyuwangi: Fungsi Jalan Arteri Primer yaitu ruas jalan yang menghubungkan Kota Surabaya – Banyuwangi – Jember. Fungsi Lokal Primer yaitu terdiri beberapa ruang, dimana pada jalur ini menghubungkan antar desa / kelurahan dalam Kota

Banyuwangi maupun Kecamatan di sekitar Kota Banyuwangi. Fungsi Lokal Sekunder yaitu Jalan ini merupakan jalan penghubung antara kawasan permukiman dan kawasan permukiman dengan

pusat lingkungan, dan tidak dilalui angkutan umum perdesaan seperti jalan lokal primer. Fungsi Jalan Lingkungan yaitu ruang jalan yang menghubungkan antar permukiman penduduk, di Kota Banyuwangi sebagian besar

jalan lingkungan berupa jalan dengan perkerasan paving dan tidak dilalui oleh angkutan umum perdesaan 4.1.4. Arahan Dimensi Jalan

Berdasarkan fungsi jalan di atas, maka dapat diarahkan dimensi jalan untuk masing-masing fungsi jalan. Dimensi jalan sangat berpengaruh terhadap pola pergerakan di Kota Banyuwangi. Hal ini mengingat kurangnya lahan parkir sehingga untuk parkir terutama di kawasan perdagangan dan jasa banyak menggunakan badan jalan selain itu kondisi jalan sempit sehingga untuk kawasan industri kurang memenuhi pergerakan kendaran-kendaraan besar. Dalam arahan ini mengacu pada UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, rencana dimensi jalan dalam RTRW Kabupaten Banyuwangi dan kondisi eksisting. Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 terkait dengan pengembangan dimensi jalan, berikut ini definisi dari Rumaja (ruang manfaat jalan), Rumija (ruang milik jalan) dan Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan): - Rumaja (ruang manfaat jalan) adalah suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi

jalan, serta ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

- Rumija/Ruang milik jalan (Right Of Way) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.

- Ruwasja (Ruang pengawasan jalan) adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Adapun arahan pengembangan dimensi jalan di Kota Banyuwangi sesuai dengan RTRW Kabupaten Banyuwangi dan Rencana

Penetapan Garis Sempadan Jalan dan Bangunan di Kota Banyuwangi berdasarkan PP No. 34 Tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel berikut :

Page 25: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

25

Tabel 4.2 Matrik Ruang Jalan Dan Garis Sempadan

(Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan)

Gambar 4.1 Ilustrasi Pengendalian Kawasan sekitar Jalan Arteri dan Kolektor

Gambar 4.2 Dimensi Jalan Pada Ruas-ruas Jalan Utama Kota Banyuwangi

Page 26: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

26

4.1.5. Manajemen Lalu Lintas Dalam rangka menciptakan ketertiban, kelancaran, keselamatan, kenyamanan dan keamanan dalam berlalu lintas pemerintah

daerah setempat telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan dan membangun berbagai fasilitas lalu lintas dalam rangka mendukung dan menciptakan hal tersebut. Beberapa kebijaksanaan yang telah ditetapkan adalah berupa penetapan kawasan tertib lalu lintas yang berada pada rugs jalan protokol dan penerapan sistem satu arah yang; terdapat pada beberapa ruas jalan di pusat kota. Sedangkan pembangunan fisik dalam rangka mendukung hal tersebut diatas adalah dengan pemasangan alat pemberi isyarat lalu lintas . Demikian pula dengan fasilitas lainnya berupa pemasangan rambu jalan dan marks jalan yang selalu diperbaharui setiap enam bulan sekali, pembuatan fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki pads ruas-ruas jalan yang dinilai cukup padat penyeberangnya, sehingga diharapkan dapat membantu pejalan kaki dalam menyeberang jalan agar dapat dengan tertib dan selamat serta memberikan rasa aman bagi pemakai jalan lainnya. Pembangunan shelter atau tempat menunggu angkutan umum jugs telah ads, walaupun tidak banyak dan dapat mencukupi semua kebutuhan yang telah ads, namun sebagai langkah awal telah disediakan beberapa tempat-tempat yang cukup wring digunakan oleh masyarakat dalam menunggu angkutan umum.

4.1.6. Prasarana Transportasi Jalan Raya a. Terminal, Shelter dan Stasiun Kereta Api.

Terminal bus dan mobil penumpang umum (MPU) Kota Banyuwangi adalah terminal asal – tujuan (OD) untul jurusan Banyuwangi – Situbondo – Surabaya dan Banyuwangi – Jember – Surabaya. Disamping itu juga merupakan terminal mobil penumpang umum untuk angkutan antar kota dan angkutan perdesaan yang melayani jurusan Banyuwangi menuju kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi. Terminal Kota Banyuwangi, terletak di Kel. Kebalenan.

Penyediaan Sub Terminal untuk penumpang angkutan umum yang akan naik dan turun kendaraan belum merata sesuai dengan kebutuhan dan titik simpul yang ada di dalam kota. Sub Terminal yang ada di Kota Banyuwangi adalah di Kel Banjarasari dan Kel. Lateng. Stasiun kereta api di kota Banyuwangi secara umum merupakan stasiun asal - tujuan (OD) untuk sebagian besar kereta api antar kota dan antar propinsi..

Gambar 4.3 Visualisasi Gambar Rencana Halte

b. Penyeberangan

Pada saat ini di Kota Banyuwangi sudah ada tempat penyeberangan. Jenis tempat penyeberangan yang diarahkan di Kota Banyuwangi berupa zebra cross yang lokasinya tersebar pada ruas jalan utama kota. Melihat perkembangan fungsi kawasan dan kepadatan lalu lintas, maka untuk masa yang akan datang arahan pengembangan tempat penyeberangan adalah lebih diarahkan berupa pengembangan zebra cross pada beberapa ruas jalan yang sekitarnya terdapat fasilitas perkantoran dan pusat kegiatan perdagangan jasa, pendidikan dan perkantoran, serta kawasan strategis lainnya di sekitar lokasi halte. Namun, khusus untuk penyebangan di depan fasilitas pendidikan diarahkan penentuan zona selamat sekolah (ZSS). c. Trotoar

Keberadaan trotoar sebagai prasarana utama bagi pejalan kaki sangat dibutuhkan pada ruas-ruas jalan di mana pola penggunaan tanah di sekitarnya mempunyai fungsi publik. Dalam pengembangan trotoar hendaknya dengan memperhatikan kondisi lalu lintas (intensitas lalu lintas) serta fungsi lahan sekitarnya. Jangan sampai pengembangan trotoar malah menimbulkan bangkitan atau tarikan terhadap orientasi pergerakan pejalan kaki dan menimbulkan kemacetan. Fungsi trotoar antara lain:

Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga dapat mengurangi kerawanan kriminal,

Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga mempunyai letak strategis dan merupakan kawasan bisnis yang menarik,

Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga mempunyai letak strategis dan berpotensial sebagai arena promosi, pemasangan iklan dan lain-lain.

Adapun pertimbangan dalam pengembangan trotoar, antara lain: Kondisi permukaan bidang, maka trotoar harus stabil, kuat, bertekstur relatif datar dan tidak licin,

Pengembangan tempat peristirahatan diletakkan pada jarak periodik sesuai dengan skala pelayanan pejalan kaki (< 180 meter),

Perhitungan ukuran tanjakan (gradien) pada beberapa lokasi yang curam/bergelombang hendaknya diperhitungkan sesuai dengan kenyaman pejalan kaki,

Dimensi trotoar disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan pengguna jalan tersebut. Ukuran lebar minimal 122 cm untuk jalan satu arah. Ukuran lebar trotoar menurut kelas jalan: - Lebar jalan 15-20 meter, lebar jalur trotoar 3.5 m - Lebar jalan 10 meter, lebar jalur trotoar 2 m.

Sistem penerangan dan perlindungan terhadap sinar matahari. Sistem penerangan di malam hari harus cukup untuk menjamin keamanan. Di siang hari dibutuhkan pengembangan tanaman peneduh yang sesuai.

SEMEMI

Page 27: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

27

Arahan pengembangan jalur ini direncanakan di sepanjang koridor jalan yang ada di Kota Banyuwangi disesuaikan dengan kegiatan kawasan sekitar. Misalnya jalur trotoar pada kawasan perdagangan dan permukiman memiliki karakteristik berbeda. Manfaat yang ingin diperoleh dengan adanya perencanaan trotoar adalah :

Aspek lalu lintas, meliputi teraturnya fasilitas parkir dan sirkulasi lebih aman dan lancar

Aspek ekonomi, meliputi timbulnya tempat perdagangan baru; mengurangi pengeluaran uang transportasi; dan menarik kegiatan baru.

Aspek lingkungan, meliputi mengurangi tingkat polusi; mempengaruhi citra fisik kota.

Aspek sosial, meliputi terciptanya interaksi antar manusia. Trotoar pada Kota Banyuwangi hanya berada di sekitar jalan arteri primer sedangkan pada, jalan kolektor primer dan jalan lokal

primer hanya sebagian jalan saja, sehingga pengembangan trotoar diarahkan untuk : Penambahan trotoar pada ruas jalan dengan intensitas pejalan kaki tinggi seperti pada kawasan perdagangan, perkantoran maupun

pendidikan Pembuatan trotoar ini sebaiknya tereintegrasi dengan perabot jalan lainnya misalnya rambu-rambu lalu lintas, tempat sampah, lampu

penerangan, pot bunga, halte, zebra cross, dan lain-lain. Penataan tinggi trotoar, jebakan trotar (lobang-lobang berbahaya) dan lainnya untuk kenyamanan pejalan kaki. Pengaturan PKL yang menggunakan trotoar sebagai areal berdagang di Jalan Merdeka dan jalan Ahmad Yani yang seringkali

menimbulkan kemacetan.

Gambar 4.4 Visualisasi Gambar Rencana Halte

Gambar 4.5 Ilustrasi Konsep Penataan Jalur Pedestrian

Page 28: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

28

d. Sistem Parkir Peningkatan jumlah kendaraan pribadi semakin mendorong menurunnya kapasitas jalan apalagi di sekitar kawasan

perdagangan, biasanya hingga badan jalan digunakan sebagai areal berdagang, yang berakibat pula kebutuhan akan lahan parkir juga meningkat. Berdasarkan peninjauan sistem perparkiran yang ada di lapangan, sistem perparkiran berupa off street dan on street. Pengendalian parkir dapat dilakukan dengan penerapan sistem tarif progresif maupun parkir berlangganan. Tarif progresif maupun parkir berlangganan yaitu pembebanan biaya parkir bagi pengemudi untuk lebih efisien dalam menggunakan ruang parkir. Bagi pemarkir akan dikenakan tarif yang lebih mahal dari pada parkir off street. Dengan penerapan rencana tarif progresif pada beberapa parkir di pinggir jalan dan tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Rencana tarif progresif lebih tepat diterapkan pada parkir di kawasan pusat perbelanjaan. Parkir berlangganan yaitu pembebanan biaya parkir kepada para pemarkir untuk membayar parkir di pihak pengelola secara komulatif untuk jangka waktu tertentu. Sehingga pemarkir bisa memarkir kendaraan di tempat tertentu tanpa harus membayar lagi. Rencana parkir berlangganan bisa diterapkan untuk parkir di pusat perbelanjaan, fasilitas umum, tempat peribadatan dll. Rencana penerapan tarif progresif dan parkir berlangganan akan memberikan dampak tersendiri terhadap tingkat pelayanan jalan serta penerimaan Kabupaten Banyuwangi dari sektor retribusi parkir.

Sistem parkir di luar badan jalan berupa penyediaan taman parkir atau penyediaan parkir oleh setiap bangunan. Dalam menentukan luas ruang parkir di suatu tempat yang memiliki kegiatan tertentu seperti: tempat perbenjaan, perkantoran dan lain-lain dalam setiap luas areal yang tersedia dibutuhkan ruang parkir yang berbeda antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya.

Sistem parkir di kawasan yang memiliki aktivitas tinggi seperti kawasan perdagangan Kawasan Jalan Ahmad Yani dan Jalan Merdeka lebih diarahkan untuk pemarkiran yang durasi parkirnya pendek. Dimensi parkir di pinggir jalan maupun parkir halaman dapat dilihat pada tabel. Arahan rencana pengembangan sistem perparkiran di badan jalan di Kota Banyuwangi adalah dengan penerapan sistem tarif progresif maupun parkir berlangganan. Sistem perparkiran yang diusulkan adalah parkir di badan jalan, pelataran/ ruang parkir dan parkir halaman. Sistem parkir yang ada direncanakan adalah sebagai berikut : 1. Parkir bagi pengunjung pasar/ pertokoan yang membawa kendaraan pribadi. Parkir ini diletakkan di bangunan parkir di kawasan

pasar atau pada bagian tepi jalan di depan masing-masing toko. 2. Loading dock, di dekat pasar merupakan parkir dan areal bongkar muat bagi kendaraan pengangkut barang. 3. Parkir pada kawasan industri dan pergudangan diarahkan di dalam kompleks bangunan atau parkir seri di pinggir jalan khusus yang

direncanakan di sebelah dalam kawasan industri dan pergudangan tersebut. Di samping, rencana pemberlakukan tarif progresif dan parkir berlangganan, rencana pengaturan parkir juga mencakup model

parkir yang akan dikembangkan baik on street maupun off street. Untuk rencana peparkiran on street, didasarkan terhadap adanya titik konflik parkir di Kota Banyuwangi yang terdapat di sekitar Pasar Citra Niaga yaitu pada ruas Jalan Panglima Ahmad Yani dan Jalan merdeka. Tujuan perencanaanon - street parking adalah :

Untuk memastikan kenyamanan optimal bagi penghuni maupun pengunjung.

Untuk menghindari dampak negatif terhadap street scape dan lingkungan.

Untuk mencapai pemaikan ruang yang cost effective Untuk penataan parkir off street lebih diutamakan parkir di lahan yang telah disediakan berupa taman parkir dan pelantaran

sebuah toko atau perkantoran. Pada kawasan pertokoan di ruas Jalan arteri primer yang tidak memungkinan untuk lahan parkir sebaiknya menggunakan konsep parkir pinggir jalan dengan memberlakukan tarif parkir progresif. Parkir off street dapat diterapkan pada pasar, mall ataupun perkantoran. Dengan memberikan lahan kosong untuk parkir yang dapat diletakkan pada bagian pinggir ataupun depan fasilitas umum dengan tidak memakan badan jalan.

Pada dasarnya parkir off street di Kota Banyuwangi sendiri tidak terlalu bermasalah karena sebagian besar fasilitas umum seperti perkantoran, pertokoan besar, fasilitas peribadatan dan fasilitas umum lainnya sudah memiliki lahan parkir sehingga tidak bermasalah terhadap sirkulasi kendaraan, namun beberapa kegiatan industri dan perdagangan jasa di Kota Banyuwangi tidak bisa menampung seluruh kendaraan besar, sehingga parkir di pinggir jalan di sekitar kegiatan industri. Tujuan dari penataan off street parking.

Tempat parkir harus dibuat cukup enak dan tidak mengganggu lingkungan.

Diusahakan untuk menanam pepohonan untuk setiap 75 m².

Diupayakan pengurangan pengerasan untuk tempat-tempat tertentu agar penyerapan air oleh tanah tidak terganggu. e. Prasarana Transportasi dan Lalu Lintas

Prasarana lalu lintas dikembangkan sebagai alat bantu penunjang transportasi yang dikembangkan untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan pergerakan di Kecamatan Tarik meliputi : 1. Traffic Light dan Flassing

Traffic light atau lampu lalu lintas merupakan lampu yang berfungsi untuk meningkatkan kapasitas persimpangan dan mereduksi titik konflik di persimpangan. Banyaknya lampu dan penempatannya dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dilihat. Penempatan traffic light dapat ditempatkan pada ruas jalan yang ramai, perempatan dan pertigaan. Kebutuhan traffic light sendiri tergantung dari volume kendaraan yang melintasi jalan. Keberadaan dari suatu traffic light dapat berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara laju lalu lintas kendaraan dan pejalan. Lampu lalu lintas terdiri dari 3 jenis yaitu:

- Lampu tiga warna, untuk mengatur kendaraan

- Lampu dua warna, untuk mengatur kendaraan dan atau pejalan - Lampu satu warna, untuk memberi peringatan bahaya kepada pengguna jalan

2. Lampu Jalan Lampu penerang jalan terkait dengan penempatan penerangan jalan umum (PJU) yang diletakkan pada sepanjang koridor jalan yang ada. Rencana pengembangan PJU di Kota Banyuwangi secara periodik diarahkan pada sepanjang koridor jalan yang ada dan diprioritaskan jalan-jalan utama Kota dan Kelurahan dan Desa yang ada Di Kawasan Kota Banyuwangi. Penempatan lampu penerangan jalan Berdasarkan spesifikasi lampu penerangan jalan Kota, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sistem penempatan lampu penerangan adalah susunan penempatan lampu yang satu terhadap lampu yang lain. Sistem penempatan lampu jalan terbagi menjadi dua, yaitu :

- Sistem penempatan menerus.

- Sistem penempatan parsial. Direncanakan ada tiga desain lampu jalan (penerangan jalan Umum), yaitu lampu lampu jalan yang diletakkan di median jalan,

lampu jalan yang diletakkan di trotoar jalan dan lampu pada kawasan permukiman. Lampu jalan yang diletakkan didesain dengan 2 arah penyinaran yang berbeda ketinggian titik penyinarannya. Titik penyinaran yang mengarah ke jalan umum di letakkan pada titik tinggi, sedangkan titik penyinaran rendah adalah untuk penyinaran trotoar. Lampu penerangan jalan yang diletakkan di median jalan didesain dengan 2 arah penyinaran yang sejajar. Sedangkan lampu yang diletakkan di jalur khusus pejalan kaki di desain dengan secara artistik.

Page 29: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

29

3. Marka Marka jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas atau memperingatkan atau menuntun pengguna jalan dalam berlalu lintas di jalan. Marka jalan mengandung pesan perintah, peringatan, maupun larangan. Marka pada jalan secara tersendiri digunakan secara efektif dalam menyampaikan peraturan, petunjuk, atau peringatan yang tidak dapat disampaikan oleh alat kontrol lalu lintas yang lain. Rencana pengembangan marka jalan diarahkan pada sepanjang koridor-koridor jalan utama dan pada koridor jalan rawan kecelakaan. Khusus marka jalan berupa zebra cross direncanakan di tempat-tempat ramai pejalan kaki seperti perempatan atau pertigaan di kawasan pertokoan, di depan sekolah dengan penerapan zona selamat, di depan tempat pariwisata, di depan halte dll. Marka jalan adalah tanda berupa garis, gambar, anak panah dan lambang pada permukaan jalan yang berfungsi mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Posisi lalu lintas adalah membujur, melintang dan serong. Melihat kondisi lalu lintas di Kecamatan Bungah, maka marka jalan yang dibutuhkan berupa :

4. Perambuan Perambuan lalu lintas termasuk dalam jenis tanda dalam kota (signage). Rambu rambu lalu lintas merupakan petunjuk sirkulasi. Sedangkan bentuk tanda lain yang dapat dimasukkan dalam rambu adalah petunjuk ke lokasi dan fasilitas lain. Rambu-rambu lalu lintas mempunyai arti yang sangat penting bagi keamanan dan kelancaran berlalu lintas. Oleh karenanya pada lokasi yang strategis dan cenderung dapat menimbulkan kerawanan lalu lintas perlu di taruh rambu-rambu lalu lintas. Pertimbangan penempatan rambu-rambu lalu lintas, antara lain :

- Semakin padat suatu ruas, perempatan ataupun persimpagnan maka kebutuhan rambu akan semakin banyak, dimana rambu-rambu tersebut berfungsi untuk mengatur sirkulasi lalu lintas.

Kebutuhan rambu-rambu lalu lintas juga dapat dilihat dari keadaan atau kondisi suatu ruas, persimpangan dan perempatan jalan. Apabila daerah tersebut rawan kecelakaan maka rambu peringatan akan lebih dibutuhkan. Rambu-rambu

4.1.1. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

Rencana sistem utama jaringan utilitas meliputi jaringan listrik, jaringan air minum/air bersih, jaringan drainase, dan sistem pengelolaan sampah, kelistrikan, telekomunikasi dan gas. 4.1.1.1. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/ Kelistrikan

Untuk pemenuhan kebutuhan penerangan pada kawasan perencanaan sudah terpenuhi dengan adanya pelayanan dari PLTD, di mana jangkauan jaringan listrik di kawasan perencanaan sudah mencapai ke seluruh wilayah. Kebutuhan terhadap listrik ini tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga, tetapi juga untuk penerangan jalan, fasilitas sosial, perdagangan dan industri.

Secara umum semua penduduk di Kota Banyuwangi kebutuhan listrik untuk masyarakat menggunakan jasa listrik dari PLN. Kebutuhan listrik di Kota Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel. Perhitungan kebutuhan listrik untuk 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun mendatang diperoleh melalui standar: Rumah tangga kapling besar : 3100 watt Rumah tangga kapling sedang : 2200 watt Rumah tangga kapling kecil : 1300 watt Kebutuhan komersial : 15 % dari kebutuhan rumah tangga Kebutuhan sosial : 10 % dari kebutuhan rumah tangga Kehilangan daya : 10 % dari kebutuhan rumah tangga Cadangan : 10 % dari kebutuhan rumah tangga Penerangan jalan : 40 % dari kebutuhan rumah

Berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis kebutuhan listrik di kawasan perencanaan, maka pada Tahun 2016 perkiraan kebutuhan total listrik yaitu 65.761,743 kwH, dan pada akir tahun perencanaan jumlah kebutuhan listrik sebesar 70.755,172 kwH. 4.1.1.2. Prasarana Telekomunikasi

Penggunaan fasilitas telematika oleh masyarakat meliputi prasarana telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana telematika diarahkan pada peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan sebagai prasarana pendukung.

Kawasan yang berada di sekitar bangunan tower Base Trancaiser System (BTS), diarahkan pada daerah yang aman. Rencana Lokasi penempatan BTS di Kota Banyuwangi berada di seluruh wilayah Perkotaan. Dimana, pada lokasi di sekitar tower tersebut dikendalikan dari kegiatan berupa pengembangan kawasan terbangun, dengan penentuan jarak. a. Perumahan : ketinggian tower 45 meter sampai dengan lebih 45 meter dengan jarak tower dari bangunan sebesar 20 hingga

30 meter b. Komersil : ketinggian tower 45 meter sampai dengan lebih 45 meter dengan

jarak tower dari bangunan sebesar 10 hingga 15 meter c. Industri : ketinggian tower 45 meter sampai dengan lebih 45 meter dengan

jarak tower dari bangunan sebesar 5 hingga 10 meter Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk peningkatan kebutuhan dan pelayanan masyarakat perlu dilakukan

peningkatan jumlah dan mutu telematika pada tiap wilayah, yaitu :

1. Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;

2. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan;

3. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan; serta

4. Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS minimal untuk 4 operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama pula.

Arahan pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon untuk rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler, sedangkan arahan pengembangan prasarana informatika yaitu upaya tersedianya jaringan yang memberi layanan informasi berbasis teknologi internet dalam bentuk warung internet (Warnet), serta peningkatan sistem informasi pengembangan di Kota Banyuwangi.

Telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat penting bagi masyarakat saat ini sehingga harus ditingkatkan kualitas pelayanannya di masa mendatang, terutama penyediaan sarana telekomunikasi berupa wartel, dan telepon umum. Sarana telekomunikasi tersebut dapat dikategorikan sebagai fasilitas pelayanan umum, dimana dalam penempatannya dititikberatkan pada lokasi-lokasi yang merupakan pusat pelayanan dan juga didistribusikan secara merata sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat.

Page 30: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

30

Kebutuhan sambungan telepon sebagian besar digunakan untuk perumahan, sedangkan untuk non-perumahan dibutuhkan sekitar 20% dari kebutuhan perumahan. Kebutuhan telepon di Kota Banyuwangi tidak hanya untuk keperluan rumah tangga tetapi juga untuk kegiatan industri dan perdagangan.

Pengembangan jaringan telepon mengikuti pola jaringan yang telah ada saat ini. Pengembangan yang akan dilakukan mempertimbangkan jumlah calon pelanggan, rencana jaringan yang akan dikembangkan oleh Telkom, tingkat perkembangan kawasan yang akan terjadi, dan efisiensi serta efektifitas pemasangan sambungan.

Tujuan dari pembangunan jaringan telepon ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan fungsi dari sistem telekomunikasi. Arahan untuk pengembangan jaringan telepon cenderung ke peningkatan mutu pelayanan dan penambahan fasilitas komunikasi umum serta peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayanan penyelenggaraan jaringan telepon terutama pada kawasan industri, pusat kota, dan permukiman baru atau permukiman yang belum mendapat aliran jaringan telepon.

4.1.1.3. Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

Sumber air bakunya dapat memanfaatkan air sungai/air permukaan. Pemanfaatan lainnya yaitu dalam konteks perairan umum yang digunakan untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

a. Sistem pengelolaan air bersih Pengelolaan air bersih di Kota Banyuwangi menerapkan Instalasi Pengelolaan Air atau Water Treatment Plant yang bisa berbentuk pengolahan lengkap bisa pula berbentuk pengolahan sebagian. Hal ini sangat tergantung dari kualitas air baku yang akan diolah. Pengolahan lengkap dilakukan untuk air baku air sungai sedangkan pengolahan sebagian untuk air baku mata air. Untuk PDAM Kabupaten Banyuwangi menggunakan air baku yang bersumber dari mata air atau air tanah di mana berdasarkan uji laboratorium air tanah atau mata air yang dihasilkan mempunyai kualitas air yang memenuhi standar air bersih.

b. Sistem distribusi air bersih Secara keseluruhan pengaliran dalam sistem penyediaan air bersih di Kota Banyuwangi sampai ke daerah distribusi dilakukan secara gravitasi. Adapun komponen unit distribusi pada sistem penyediaan air bersih Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Reservoir distribusi 2. Perpipaan distribusi 3. Meter Induk distribusi Berdasarkan peruntukan lahan, pelayanan jaringan air bersih diprioritaskan pada daerah permukiman yang saat ini masih belum berkembang, namun direncanakan sebagai permukiman. Selain prioritas pada daerah permukiman, saat ini ada beberapa industri yang memerlukan pelayanan air bersih. Sebanyak 20% dari kebutuhan Kota Banyuwangi belum mendapat pelayanan air bersih karena dianggap penduduk yang tidak terlayani mendapatkan air bersih dari sumber lain, seperti air tanah atau mata air, karena pada daerah-daerah yang relatif jauh dari pantai, secara kualitatif masih layak dimanfaatkan. Prioritas pelayanan ini didasarkan atas rencana pengembangan wilayah dan keterbatasan investasi yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Rencana pemasangan jaringan transmisi dan distribusi primer mencakup perpipaan sepanjang jalan arteri primer dan jalan kolektor primer dengan variasi diameter antara 750 - 1000 mm. Pipa transmisi ini yang direncanakan dipasang dari bangunan intake sampai ke daerah pelayanan. Selanjutnya akan dibangun Ground Reservoar atau Menara Air yang akan menjadi stasiun pengendali distribusi untuk setiap zona pelayanan di Kabupaten Banyuwangi. Perluasan jaringan distribusi sekunder dan tersier meliputi perluasan jaringan kawasan baru dan pemasangan pipa baru di dalam wilayah eksisting untuk meningkatkan kapasitas jaringan saat ini. Untuk menunjang perluasan jaringan distribusi ini, maka direncanakan pula sarana penunjangnya yang berupa reservoir dan stasiun pompa. Rencana pengembangan jaringan distribusi air minum di Kabupaten Banyuwangi meliputi pemasangan jaringan distribusi sekunder dan tersier yang dalam pemasangannya akan mengikuti jaringan jalan sekunder yang direncanakan dan rencana pengembangan wilayah. Pipa distribusi sekunder direncanakan menggunakan pipa dengan diameter bervariasi 200 – 300 mm. Jaringan distribusi sekunder akan dialirkan ke tiap unit lingkungan dan dari pipa sekunder dialirkan ke kawasan permukiman melalui pipa tersier dengan diameter 75 – 150 mm. Jenis sarana dan prasarana air bersih untuk mendukung sistem distribusi maupun pengolahan air bersih yang ada meliputi: 1. Bangunan sumber 2. Rumah Pompa 3. Rumah Genzet 4. Tandon Air 5. Laboratorium Air 6. Gudang Induk Perpipaan dan Alat Teknis lainnya 7. Loket Cabang 8. Bengkel Meter dan Bengkel Kendaraan

Sistem penyediaan air bersih harus dapat melayani kebutuhan perumahan dengan sarana sebagai berikut ; 1. Sambungan Rumah

- Sambungan rumah adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air minum yang dilengkapi dengan sebuah meteran air dan disambungkan pada sistem plambing rumah.

- Kapasitas 100 liter / orang / hari. - Harus tersedia sistem plambing dalam rumah. - Ukuran minimal pipa dinas 18 Mm. - Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 Mm. - Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC. - Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa GIP (Galvanized Iron Pipe).

2. Sambungan Halaman - Sambungan halaman adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air bersih yang hanya berhenti sampai halaman rumah dan

dilengkapi dengan metera air dan sebuah katup. - Kapasitas minimal 60 liter / orang / hari. - Ukuran pipa dinas 12,5 Mm. - Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 Mm.

Page 31: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

31

- Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC. - Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa GIP (Galvanized Iron Pipe).

3. Sambungan Kran Umum - Kapasitas minimal 30 liter / orang / hari - Ditempatkan pada jarak pelayanan tidak lebih dari 100 meter. - Jumlah rumah yang dilayani tidak lebih dari 20 unit. - Tiap unit dilengkapi dengan meter air. - Tiap unit dilengkapi dua kran.

4. Hydran Kebakaran - Ditempatkan 100 meter untuk bangunan yang berfungsi komersil dan 200 meter untuk perumahan. - Mudah dilihat dan mudah dicapai oleh unit mobil pemadam kebakaran. - Jika tidak tersedia saluran air minum kota perlu dibuat sumur – sumur kebakaran dalam jarak sesuai persyaratan untuk kran

kebakaran. Untuk prakonstruksi perpipaan jaringan air bersih dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut ;

Suplai air diambil dari sumber dengan pipa distribusi primer PVC 150 Mm – 200 Mm. Pipa distribusi sekunder / sambungan pelayanan diameternya 100 Mm (PVC). Pipa distribusi tersier PVC diameter 80 Mm. Pipa pembagi PVC diameter 50 Mm. Jaringan perpipaan dipasang di bawah trotoar diluar perkerasan jalan, namun masih dalam batas Damija. Penempatan jaringan pipa

di jalan lebar lebih atau sama dengan 7 Meter dan berkonstruksi aspal adalah di setiap sisi jalan, untuk tidak merusak pipa service ke rumah dalam penyeberangan di jalan. Ukuran galian pipa sesuai dengan ukuran standar pipa rata – rata 80 cm dan dalam 120 cm.

Untuk mengendalikan tekanan yang tinggi di dalam pipa maka galian pipa diisi dengan pasir setebal 40 cm. Untuk lebih meningkatkan pelayanan sesuai yang direncanakan dan efisiensi penggunaan air, maka salah satu usaha yang

diantisipasi adalah pengendalian kebocoran air. Tingkat kebocoran sebesar 25% masih merupakan angka yang cukup tinggi. Rencana dalam usaha menekan tingkat kebocoran adalah dengan program pengendalian yang meliputi: 1. Pembentukan sub zona kebocoran 2. Rehabilitasi jaringan distribusi, yaitu dengan pencucian pipa dengan sistem ‘swabbing’ dan ‘air scouring’ 3. Penggantian pipa-pipa yang rusak. 4. Yang perlu diperhatikan dalam program pengendalian kebocoran ini adalah faktor yang dapat meningkatkan kebocoran, seperti

peningkatan kapasitas sistem, peningkatan tekanan, penyambungan baru dan pengetesan pipa. Namun demikian perlu diantisipasi pemenuhan kebutuhan air bersih pada tahun rencana 2011 - 2031. Hal ini disebabkan seiring

pertumbuhan penduduk di Kota Banyuwangi yang cukup signifikan di mana kebutuhan lahan permukiman meningkat, sehingga mempengaruhi daerah resapan yang ada. Perlu dilakukan perkiraan kebutuhan akan air bersih di P Kota Banyuwangi, khususnya selama tahun perencanaan 2011 - 2031. Standar yang dipergunakan dalam penyediaan prasarana air bersih untuk mengetahui tingkat kebutuhan penduduk, yaitu:

Setiap penduduk membutuhkan 100 liter/orang/hari, sehingga rumah tangga dengan jumlah keluarga 4 orang dibutuhkan 400 liter/kk/hari.

Fasilitas sosial dan kantor membutuhkan 15% dari kebutuhan rumah tangga

Fasilitas komersial membutuhkan sebesar 20% dari kebutuhan rumah tangga

Industri sebesar 10% dari kebutuhan rumah tangga

Cadangan kebocoran 10% dari kebutuhan total.

Pemadam kebakaran sebesar 10% dari kebutuhan total. Berdasarkan hasil proyeksi sampai tahun 2031, dapat diketahui untuk tahun 2016 kebutuhan air minum meningkat sejalan

dengan pertumbuhan penduduk menjadi 21.632.952 liter/hari. Sedangkan sampai akhir tahun perencanaan 2031 adalah 23.879.328 liter/hari. Dari kebutuhan air minum tersebut pada akhir perencanaan diperkirakan masih mencukupi tetapi tetap perlu adanya pengendalian terhadap pemanfaatan ruang terbuka dan lahan resapan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan air bersih tersebut, perlu pula dipertimbangkan adanya permasalahan baru yaitu berkurangnya debit air yang dihasilkan oleh sumber air yang digunakan oleh PDAM sekarang ini. Masalah tersebut terjadi karena semakin berkurangnya daerah resapan air dan ruang terbuka lainnya akibat tingkat kebutuhan lahan kota untuk kawasan terbangun yang terus meningkat dan kurangnya pengendalian terhadap pemanfaatan ruang yang menyebabkan penyediaan daerah resapan air dan ruang terbuka lainnya cenderung kurang diperhatikan. Akibatnya adalah semakin menipisnya cadangan air tanah dan tentu saja berpengaruh terhadap penyediaan sumber baku untuk suplai air minum/air bersih penduduk Kota Banyuwangi.

Gambar 4.6 Distribusi Kebutuhan Air Minum Bagi Permukiman dan Fasilitas umum dari Tandon Air secara terpadu

Page 32: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

32

4.1.1.4. Prasarana Drainase Secara umum jaringan drainase di Kota Banyuwangi sudah permanen. Untuk mengetahui dimensi saluran drainase yang

mempunyai kapasitas optimal, selain debit air limpasan hujan juga perlu diarahan jumlah air buangan pada kawasan sampai dengan tahun perencanaan. Standar yang digunakan untuk mengarahan jumlah air buangan di Kota Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Rumah Tangga : 70% dari air bersih

Kebutuhan Komersial : 60% dari air bersih Kebutuhan Sosial : 60% dari air bersih

Berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis kebutuhan saluran drainase di Kota Banyuwangi, maka sampai akhir tahun perencanaan tahun 2031 diperkirakan air buangan totalnya sebesar 13.603.981 liter/hari. Sehingga rencana pemenuhan kebutuhan saluran drainase pada masing-masing Sub Kota berdasarkan jumlah kebutuhan rumah tangga, komersial dan sosial adalah sebagai berikut:

PPK (Pusat Pelayanan Kota) Rencana pemenuhan kebutuhan saluran drainase pada PPK sampai akhir tahun perencanaan 2031 sebesar 6.398.415 liter/hari dengan jumlah air buangan rumah tangga sebesar 4.764.777 liter/hari, air buangan dari kegiatan komersil sebesar 816.819 liter/hari dan untuk kegiatan social dan umum menghasilkan air buangan sebesar 816.819 liter/hari.

SPK I (Sub Pelayanan Kota I) Rencana pemenuhan kebutuhan saluran drainase pada SPK I sampai akhir tahun perencanaan 2031 sebesar 3.572.481 liter/hari dengan jumlah kebutuhan dari kegiatan perumahan sebesar 2.660.358 liter/hari, sedangkan untuk kegiatan komersil menghasilkan air buangan sebesar 456.061 liter/hari dan dari kegiatan social dan umum menghasilkan air buangan sebesar 456.061 liter/hari.

SPK II (Sub Pelayanan Kota II) Rencana pemenuhan kebutuhan saluran drainase pada SPK II sampai akhir tahun perencanaan 2031 sebesar 2.038.687 liter/hari dengan jumlah kebutuhan dari kegiatan perumahan sebesar 1.518.171 liter/hari, untuk kegiatan komersil jumlah air buangan sebesar 260.258 liter/hari dan dari kegiatan social dan umum menghasilkan air buangan sebesar 260.258 liter/hari.

SPK III (Sub Pelayanan Kota III) Rencana pemenuhan kebutuhan saluran drainase pada SPK III sampai akhir tahun perencanaan 2031 sebesar 1.594.398 liter/hari dengan jumlah air buangan rumah tangga sebesar 1.187.318 liter/hari, air buangan dari kegiatan komersil sebesar 203.540 liter/hari dan untuk kegiatan social dan umum menghasilkan air buangan sebesar 203.540 liter/hari.

Untuk mengantisipasi peningkatan volume air limpasan dan air limbah, maka pengembangan sistem drainase adalah sebagai berikut : 1. Perbaikan / normalisasi jaringan yang telah ada secara berkala. Adapun yang dimaksud dengan perbaikan / normalisasi adalah ;

Peningkatan mutu konstruksi saluran drainase, khususnya pada saluran drainase di jalan – jalan utama lingkungan permukiman. Membersihkan saluran drainase dari sampah dan timbunan tanah dengan pengerukan.

2. Pembangunan Saluran Drainase yang Baru Pembangunan ini ditujukan pada lingkungan yang belum memiliki saluran drainase. Hal ini penting agar air limpasan cepat dialirkan sehingga meminimalisasi terjadinya genangan yang berpotensial mempercepat rusaknya perkerasan jalan. Pembangunan jaringan yang baru ini dilakukan dengan memperhatikan aspek yaitu ; Aspek Hidrologi ;

Penentuan debit rencana agar dihitung melalui lengkung kekerapan durasi deras hujan.

Penentuan debit desain dan tinggi jagaan agar didasarkan pada macam kota (kota besar, sedang, kecil) dan daerahnya (daerah perdagangan, perumahan, industri).

Penetapan karakteristik daerah aliran berupa luas daerah aliran, koefisien aliran dan penentapan tinggi jagaan agar didasarkan pada macam kota.

Aspek Hidroulik

Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari kecepatan maksimum yang diijinkan sehingga tidak terjadi kerusakan.

Kecemapatan minimum aliran agar ditentukan agar tidak terjadi pengendapan.

Saluran dibuat dengan bentuk majemuk terdiri dari saluran kecil dan saluran besar untuk mengurangi beban perawatan.

Kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar dilewatkan melalui lubang pemutus dimensi yang berjarak penempatan tertentu.

Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong – gorong, pintu air, dn lubang pemeriksaan agar ditentukan sesuai dengan macam kota dan saluran.

Pembuangan Air Limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau terpusat. Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat. Sedangkan sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat. Kemudian juga diarahkan terdapat ketetuan bagi setiap orang perseorangan atau kelompok masyarakat untuk dilarang membuang air limbah secara langsung tanpa pengolahan ke media lingkungan.

Pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/resapan air baku. Sistem pembuangan air limbah setempat diperuntukkan bagi orang perseorangan/rumah tangga. Sedangkan Sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan padat penduduk dengan memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. 1. Hasil pengolahan air limbah terpusat meliputi bentuk cairan dan padatan. 2. Kualitas hasil pengolahan air limbah yang berbentuk cairan wajib memperhatikan standar baku mutu air buangan dan baku mutu

sumber air baku yang mencakup syarat fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Hasil pengolahan air limbah yang berbentuk padatan dan sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali wajib diolah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak membahayakan manusia dan lingkungan. 4. Pemantauan kualitas dan kuantitas hasil pengolahan air limbah wajib dilakukan secara rutin dan berkala sesuai dengan standar yang

ditetapkan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup. Adapun alteratif pengembangan sistem pengolahan air limbah di kawasan Kota Banyuwangi adalah sebagai berikut :

1. Limbah Rumah Tangga, Fasilitas Sosial dan Industri

Page 33: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

33

Rencana pembuangan limbah rumah tangga, fasilitas sosial dan industri di Kota Banyuwangi adalah dengan cara pembuangan dengan sistem pengenceran, penggunaan kolam pembuangan, penggunaan sumur peresapan, penggunaan sistem tangki pembusukan, penangkap lemak, dan saluran limbah cair buangan. a. Pembuangan Dengan Sistem Pengenceran

Pada badan air dengan permukaan yang besar, seperti laut, telaga, dan sungai besar, limbah cair dari perumahan atau dari masyarakat dapat secara langsung dibuang ke badan air tersebut. Dalam hal ini, pipa pemasukan limbah cair ke badan air harus bermuara pada satu titik yang benar-benar berada di bawah permukaan air atau air laut yang terendah, atau biasanya di dekat dasar badan air penerima. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin pengenceran secara sempurna limbah cair yang dihasilkan pada musim panas, atau limbah lebih ringan yang biasanya akan naik dan tesebar ke seluruh badan air pelarut.

b. Penggunaan Kolam Pembuangan Kolam pembuangan merupakan lubang tertutup yang menerima buangan limbah cair kasar. Kolam pembuangan dapat berupa tipe kedap air ataupun tipe rembes air. Kolam pembuangan kedap air biasanya dibuat dengan kapasitas 68 liter per orang per bulan, atau 408 liter per orang apabila akan dikosongkan setiap enam bulan. Kolam pembuangan rembes cair berdiameter 90 cm atau lebih, dilengkapi dengan dinding dengan sambungan terbuka di bawah ketinggian inlet. Kolam pembuangan harus ditempatkan lebih rendah dari sumur, yaitu dengan jarak minimum 15 meter untuk mencegah pencemaran kimiawi, jarak antara sumur dan kolam pembuangan yang terletak lebih tinggi tidak boleh kurang dari 45 m. kolam pembuangan tipe rembes air harus ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 6 m di luar fondasi rumah.

c. Penggunaan Sumur Peresapan Sumur peresapan menerima efluen dari jamban air, kolam pembuangan, dan tangki pembusukan dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur peresapan kadang-kadang digunakan untuk pembuangan limbah cair dari ruang cuci, kamar mandi, dan dapur. Sumur peresapan juga dapat dibuat pada ujung terendah dari saluran peresapan efluen di bawah permukaan tanah untuk menangkap efluen tangki pembusukan yang tidak teresap di sepanjang saluran. Sumur peresapan terdiri dari sebuah lubang bulat dalam tanah yang digali cukup dalam, menembus 1,8 meter atau lebih ke lapisan tanah yang berpori. Lubang biasanya dibuat dengan diameter 1,0 – 2,5 dan kedalaman 2 – 5 m. Dinding lubang diperkuat dengan pasangan bata atau batu kali tanpa adukan semen di bawah ketinggian pipa inlet. Lubang yang tidak memerlukan penguatan dinding dapat diisi dengan batu kali. Sumur peresapan harus ditutup dengan penutup rapat yang akan mencegah masuknya nyamuk, lalat, serta air permukaan. Sumur peresapan harus ditempatkan pada tanah yang lebih rendah, sekurang-kurangnya pada jarak 5 m dari sumber air minum dan sumur. Sama halnya dengan kolam pembungan, pembuatan sumur peresapan biasanya tidak diizinkan oleh petugas kesehatan di daerah yang padat penduduknya karena air tanahnya digunakan untuk keperluan rumah tangga.

d. Penggunaan Sistem Tangki Pembusukan Tangki pembusukan digunakan untuk menangani buangan dari rumah perorangan, kelompok kecil rumah, atau kantor yang terletak di luar jangkauan sistem saluran limbah cair kota praja. Unit sarana ini terdiri dari sebuah tangki pengendapan yang tertutup. Limbah cair kasar dimasukkan kedalamnya melalui saluran limbah cair buangan. Proses yang terjadi di dalam tangki pembusukan merupakan pengolahan tahap pertama, sedangkan yang terjadi di bidang peresapan efluen merupakan pengolahan tahap kedua.

e. Penangkap Lemak Limbah cair dari dapur besar, seperti dapur hotel, rumah sakit, dan kantor kemungkinan mengandung banyak lemak yang dapat masuk ke tangki pembusukan bersama-sama dengan efluen dan dapat menyumbat pori-pori media penyaringan pada bidang peresapan. Penangkap lemak disini dapat memasukkan limbah cair yang panas dari pada cairan yang sudah ada dalam bak dan didinginkan olehnya. Akibatnya, kandungan lemak akan membeku dan naik ke pemukaan, yang nantinya akan diambil secara berkala. Sehingga, penangkap lemak harus dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah pemeriksaan dan pembersihan. Penangkap lemak tidak perlu dibuat untuk penanganan limbah cair dan perumahan atau instalasi kecill lainnya.

f. Saluran Limbah Cair Bangunan Saluran limbah cair bangunan adalah bagian dari perpipaan horizontal dari sistem drainase bangunan yang membentang mulai dari satu titik yang berjarak 1.5 m di luar sisi dalam fondasi tembok bangunan rumah sampai ke sambungan saluran limbah cair umum atau unit pengolahan limbah cair perorangan (tangki pembusukan, kolam pembuangan atau tipe sarana pembuangan lainnya)

2. Limbah Air Hujan/Drainase Pengembangan jaringan drainase mempunyai hierarki yang ditentukan berdasar skala pelayanannya. Hierarki saluran yang dinyatakan

dengan saluran pembuangan induk/primer, pembuangan sekunder dan tersier, antara satu dengan lainnya mempunyai desain penampang yang berbeda. Beberapa saluran alam (sungai) yang mengalir di wilayah perencanaan yang berfungsi pula sebagai saluran irigasi dapat dijadikan saluran primer pembuangan air limbah dan air hujan (pematusan) melalui saluran-saluran sekunder dan tersier yang ada. Saluran tersier menampung air dari “catchment area” dan air dari saluran persil. Sedangkan saluran sekunder sebagai saluran yang menjadi penampungan air dari saluran-saluran tersier lingkungan. Penetapan fungsi ini didasarkan pula pada pertimbangan adanya rencana pengembangan wilayah perencanaan dimasa mendatang jika terjadi perubahan penggunaan lahan.

3. Selain sumur-sumur resapan pada kawasan perumahan tersebut, keberadaan ruang terbuka juga dapat berfungsi sebagai daerah resapan

4. Pada kawasan terbangun diusahakan pengadaan saluran air di kiri-kanan jalan sebagi saluran pembuangan limbah rumah tangga 5. Khusus untuk saluran limbah rumah tangga sebaiknya dilengkapi dengan tempat pengolahan limbah yang disediakan di tiap

lingkungan permukiman, agar tidak mencemari air sungai karena pada akhirnya pembuangan akhir ke sungai 6. Pengembangan pompa-pompa air yang dapat mencegah terjadinya genangan di beberapa kawasan mengingat kondisi kelerengan di

kawasan perencanaan yang berbukit 7. Perlu dilakukan pengaturan KDB dan KLB sehingga setiap kapling bangunan terdapat lahan resapan air dan pangadaan RTH perkotaan

yang mampu untuk meresapkan air lebih banyak. Pengembangan dan pembangunan sistem pematusan dilakukan secara terpadu melalui koordinasi dan kerjasama antara

Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain yang terkait. Pembangunan sistem pematusan ditetapkan sebagai berikut :

peningkatan dan optimalisasi fungsi saluran pematusan dan lokasi penampungan air yang telah ada yang disertai dengan penyediaan prasarana dan sarana penunjang yang dapat meningkatkan kinerja saluran pematusan;

Page 34: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

34

pembangunan saluran pematusan dan lokasi penampungan air baru terutama pada kawasan-kawasan pertumbuhan baru yang diintegrasikan dengan sistem saluran yang telah ada;

peningkatan dan pembangunan saluran pematusan disertai dengan upaya pengawasan terhadap pembangunan dan pemanfaatan lahan di sekitar saluran pematusan, serta upaya untuk pemeliharaan dan menjaga kebersihan saluran;

Gambar 4.7 Visualisasi Alternatif Sumur Resapan untuk mengurangi terjadinya Genangan

pada Lingkungan Permukiman Perkotaan

4.1.1.5. Prasarana Air Limbah / Sanitasi

Rencana pengelolaan sanitasi di Kota Banyuwangi meliputi beberapa program yang didasarkan pada permasalahan dalam pengelolaan sanitasi di Kota Banyuwangi, antara lain pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Permasalahan Sanitasi di Kota Banyuwangi

No Sektor Permasalahan

1 Sampah Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memlihara kebersihan lingkungan khususnya dalam hal kebiasanaan membuang sampah pada tempatnya

Sarana dan prasarana angkutan dan alat berat sudah banyak yang rusak dan kurang efektifnya fungsi prasarana bidang persampahan yang telah terbangun

Belum adanya kontrol terhadap pengolahan akhir sampah, baik dari kualitas pengolahan, maupun dampak terhadap kualitas lingkungan

Tidak terdapatnya tempat pembuangan sampah akhir sehingga sampah yang ada dibuang disembarang tempat terutama di sekitar bantaran sungai.

2 Air Limbah Belum adanya data yang valid tentang berapa besar penanganan air limbah domestik atau rumah tangga yang telah memenuhi atau belum memenuhi standart teknis dan kesehatan

Belum ada perda yang mengatur tentang pengolahan air limbah rumah tangga atau domestik

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan air limbah domestik atau rumah tangga, sehingga masih banyak masyarakat yang membuang grey water langsung ke saluran drainase tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu

Lumpur tinja yang telah dibuang ke alam tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu dan belum stabil kandungannya akan dapat menyebabkan maslah berupa penyakit, bau dan mengundang lalat

Muara air limbah yang menuju kawasan pesisir secara langsung akan mempengaruhi kualitas air di kawasan perikanan di bagian timur Kota Banyuwangi

3 Drainase Banyaknya masyarakat yang membuang air limbah domestik, khususnya grey water ke saluran drainase pada musim kemarau menyebabkan terjadinya sedimentasi pada dasar saluran, sehingga mempengaruhi kapasitas saluran

PKL yang berada di sepanjang jalan besar, secara langsung membuang sisa makanan ke dalam saluran drainase menyebabkan penumpukan sedimentasi, dan berakibat pada meluapnya air ke permukaan jalan (khususnya pada musim hujan), yang mempengaruhi aktivitas kota

Meningkatnya jumlah permukiman di perkotaan berdampak pada menyusutnya daerah terbuka hijau dan area resapan air, menyebabkan timbulnya daerah-daerah genangan air yang belum tertangani dengan baik

Perencanaan sistem drainase yang kurang baik, menyebabkan berbagai permasalahan dari segi teknis

Adanya sistem drainase yang digunakan pula untuk pembagian air dan irigasi

Banyaknya daerah atau wilayah yang belum terlayani oleh saluran drainase

4 Limbah Non Domestik

Pencemaran air tanah

Air sungai bau di musim kemarau

Air sumur (dangkal) berubah menjadi keruh

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2011

Page 35: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

35

Tabel 4.4 Rencana Pengolahan Sanitasi di Kota Banyuwangi

No Program Isu Pokok Rencana Aksi

1 Pengelolaan Sampah Meningkatnya jumlah timbunan sampah

Belum adanya sistem pengelolaan yang baik

Sistem manajemen pengelolaan persampahan dan limbah padat

Diterapkan pengelolaan sampah di level rumah tangga

Penerapan Pengelolaan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Perlu sistem pengelolaan sampah yang benar

2 Sanitasi Berbasis Masyrakat (Komunal)

Pencemaran limbah domestik dan manusia

Pencemaran air/sungai di perkotaan

Pemberian sarana fasilitas jamban kepada lingkungan masyarakat yang belum memiliki septic tank

Memaksimalkan fungsi IPLT

Mewujudkan Indonesia Sehat Tahun 2010, khususnya di Kota Banyuwangi

3 Pengendalian Pencemaran air (Prokasih)

Meningkatnya pencemaran air sungai

Meningkatnya pencemaran air dari limbah domestik

Belum dikelolanya lumpur tinja dengan benar

Volume sampah meningkat

Kerusakan sumber air

Rehabilitasi terhadap aderah tangkapan air

Pengembangan rencana pemantauan terhadap lingkungan

Mekanisme manajemen lingkungan

Keterkaitan prokasih dengan penegak hukum

Merencanakan program insentif dan disinsentif

Peningkatan SDM dan peralatan laboratorium

4. Pengendalian kerusakan lahan dan air

Meningkatnya kerusakan tata guna air Pengendalian pencemaran sepanujang air sungai

5. Pengendalian Pencemaran Udara (Biru Langit)

Meningkatnya pencemaran udara di perkotaan

Terjadinya hujan asam

Pemantauan kualitas udara ambient

Uji emisi gas buang kendaraan bermotor

Pemasayarakat BBM yang bersih lingkungan

Perluasan RTH

Penggunaan dan pengembangan transportasi umum

Evaluasi baku mutu emisi sumber tidak bergerak

Pemberian insentif untuk perawatan kendaraan dalam pengendalian pencemaran

6. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracub

Belum dikelolanya buangan limbah B3

Penggunaan bahan B3 perlu dikurangi

Memasyarakatkan peraturan-peraturan tentang limbah B3

Penyediaan sarana ”Temporary storage” limbah B3

Inventarisasi kegiatan penghasil B3

Pengembangan PPLI di daerah

Pengawasan masuknya limbah B3 dari daerah lain

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2011

4.1.1.6. Prasarana Persampahan

Penanganan sampah memerlukan perhatian yang cukup besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi penduduk perkotaan. Sedangkan produksi sampah yang dihasilkan dari aktivitas lainnya mempunyai standar yang berbeda, yaitu : Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,5 liter/hari

Perdagangan, untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah sebanyak 25 % dari sampah produksi rumah tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5 % dari sampah rumah tangga.

Jalan, menghasilkan sampah sebanyak 10 % dari sampah rumah tangga

Lain-lain diasumsikan 5 % dari sampah produksi rumah tangga.

mendatang proporsi sampah yang tidak dapat diolah semakin besar. Berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis produksi sampah di Kota Banyuwangi, maka sampai akhir tahun perencanaan tahun 2031 diperkirakan produksi sampah totalnya sebesar 682.913 liter/hari. Dimana rencana pemenuhan kapasitas penampungan sampah pada masing-masing Sub pelayanan kota dan Blok Peruntukkan berdasarkan jumlah produksi sampah dari rumah tangga, perdagangan pasar, perdagangan lainnya, jalan dan lain-lain adalah sebagai berikut:

PPK (Pusat Pelayanan Kota) Rencana pemenuhan kebutuhan pengolahan sampah pada PPK sampai akhir tahun perencanaan 2031 sebesar 321.197 liter/hari dengan jumlah kebutuhan dari kegiatan rumah tangga sebesar 212.713 liter/hari, untuk kegiatan perdagangan sebesar 42.543 liter/hari dan untuk lainnya sebesar 4.254 liter/hari.

SPK I (Sub Pelayanan Kota) Rencana pemenuhan kebutuhan pengolahan sampah pada SPK I sampai akhir tahun perencanaan 2031 sebesar 179.337 liter/hari dengan jumlah buangan sampah untuk rumah tangga sebesar 118.766 liter/hari, dari kegiatan perdagangan sebesar 23.753 liter/hari, serta dari kegiatan lainnya sebesar 2.375 liter/hari.

SPK II (Sub Pelayanan Kota) Rencana pemenuhan kebutuhan pengolahan sampah pada SPK II sampai akhir tahun perencanaan 2031 sebesar 102.341 liter/hari dengan jumlah kebutuhan dari kegiatan rumah tangga sebesar 67.776 liter/hari, untuk kegiatan perdagangan menghasilkan sampah sebesar 13.555 liter/hari dan dari kegiatan lainnya sebesar 1.356 liter/hari.

SPK III (Sub Pelayanan Kota) Rencana pemenuhan kebutuhan pengolahan sampah pada SPK III sampai akhir tahun perencanaan 2031 dengan jumlah kebutuhan dari kegiatan rumah tangga sebesar 53.005 liter/hari, untuk kegiatan perdagangan sebesar 10.601 liter/hari dan untuk fasilitas lainnya sebesar 1.060 liter/hari. Sehingga total kebutuhan pengelolaan sampah hingga akhir tahun perencanaan tahun 2031 sebesar 80.038 liter/hari.

Adapun untuk pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan perencanaan ada beberapa macam, yaitu : 1. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)

Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat meminimumkan dampak yang merusak lingkungan di mana teknik yang digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 – 5 m dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 – 30 cm. Kelebihan menggunakan cara ini adalah : Investasi awal dan biaya operasional rendah

Page 36: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

36

Tidak perlu teknologi yang tinggi Merupakan cara yang luwes Tidak memerlukan cara pengumpulan terpisah Memerlukan lahan relatif sedikit jika dibandingkan dengan pembuangan terbuka Penimbunan saniter dapat dipakai untuk menguruk lahan berbagai keperluan Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah : Memerlukan lahan yang luas Menimbulkan pencemaran pada air tanah

2. Pembuatan Kompos (Composting) Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi pupuk. Kelebihan cara ini adalah : Tidak perlu lahan yang luas Bahan hasil pengolahan dapat digunakan sebagai pupuk Untuk jumlah sampah yang besar dan fluktuasi sampah yang kecil maka cara ini menjadi murah Kekurangan dari cara ini adalah : Investasi awal relatif lebih tinggi dibandingkan dengan cara pembuangan terbuka ataupun penimbunan saniter Biaya operasional relatif lebih tinggi dan akan menjadi lebih tinggi bila jumlah sampah yang diolah kapasitasnya lebih rendah

daripada kapasitas instalasi pembuatan kompos Tidak dapat menerima semua jenis sampah Masih memerlukan operasi pembuangan bahan sisa yang tidak dapat diolah Kurang dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, karena di masa mendatang proporsi sampah yang tidak dapat diolah

semakin besar. 3. Pemanfaatan Ulang (Recycling)

Pemanfaatan ulang merupakan cara pengolahan sampah anorganik agar dapat dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Kelebihan cara ini adalah : Tidak perlu lahan yang luas Bahan hasil pemanfaatan ulang dapat digunakan kembali dan memberikan lahan bagi pemulung Sedangkan kekurangan dengan cara ini adalah : Investasi awal relatif lebih tinggi dibandingkan dengan cara pembuangan terbuka ataupun penimbunan saniter Biaya operasional relatif lebih tinggi Perlu pasokan sampah yang konstan dan dalam volume yang besar Tidak dapat menerima semua jenis sampah Masih memerlukan operasi pembuangan bahan sisa yang tidak dapat diolah Kurang dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, karena di masa mendatang proporsi sampah yang tidak dapat diolah

semakin besar. Pembangunan sistem pematusan dilakukan secara terpadu Pengembangan prasarana dan sarana kebersihan/ persampahan

dilakukan dalam rangka peningkatan kebersihan dan kualitas lingkungan melalui upaya-upaya penanganan sampah secara terpadu mulai dari proses pembuangan awal sampai akhir dan dengan menerapkan konsep 3 R (Recycle, Reduce dan Re-use).

Pengembangan teknologi ini berdasarkan paradigma baru pengelolaan sampah yaitu pengelolaan sampah berdasarkan potensi yang ada pada sampah. Program ini pada intinya adalah mengkombinasikan antara kemampuan pengolahan/pemilahan sampah, kemampuan kompositing, kemampuan daur ulang yang dikembangkan ditiap (lingkungan misalnya Kelurahan).

Dengan metode ini sampah orgranik diolah dan dimanfaatkan untuk kompos dan sampah anorganik dimanfaatkan untuk bahan baku daur ulang dan hanya sisa sampah yang tidak dimanfaatkan lagi yang volumenya relatif kecil dimusnahkan dengan cara dibakar. Dengan kata lain pengelolaan sampah ini berprinsip zero waste. Pola ini akan mendukung pengelolaan sampah di Kota Banyuwangi yang memiliki keterbatasan lokasi pembuangan sampah bila harus dikelola secara Sanitary Landfill disamping itu penerapan program ini di tiap kecamatan sangat efektif dan ramah lingkungan.

Untuk itu diperlukan kerja sama antara pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup, swasta dan masyarakat agar dapat mendukung upaya tersebut. Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kota, serta dampak yang ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah kota.

Sistem pemusnahan sampah yang diterapkan di kawasan perencanaan adalah dengan cara penimbunan saniter (sanitary landfill) dan pembakaran (incineration). Namun untuk masa yang akan datang dilakukan dengan cara composting dan peningkatan partisipasi masyarakat.

Secara umum pembangunan prasarana dan sarana kebersihan dan penanganan sampah dilakukan sebagai berikut : a. Pembangunan prasarana dan sarana kebersihan/ persampahan pada skala lingkungan dilakukan dengan penyediaan Tempat

Pengelolaan Sementara (TPS) yang tersebar di sekitar kawasan perumahan sesuai dengan tingkat dan lingkup pelayanan; b. Pembangunan LPS dapat dilakukan pada lahan-lahan yang direncanakan untuk fasilitas umum dan dilengkapi dengan prasarana dan

sarana penunjang penanganan dan pengelolaan sampah; c. Upaya Pengelolaan sampah secara mandiri;

Page 37: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

37

Gambar 4.8 Skema Pengelolaan Sampah

Page 38: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

38

BAB 5 KAWASAN PRIORITAS

Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya perwujudan rencana tata

ruang yang dijabarkan ke dalam rencana penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan. Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya berfungsi :

a. mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordi nasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan bagian dari wilayah perencanaan lainnya;

b. sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan rencana teknis pembangunan yang lebih rinci lainnya; dan

c. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RDTR; Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan berdasarkan:

a. tujuan penataan ruang wilayah perencanaan; b. nilai penting di bagian dari wilayah perencanaan yang akan ditetapkan; c. kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan di bagian dari wilayah perencanaan yang akan ditetapkan, d. usulan dari sektor e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di wilayah perencanaan; dan f. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan kriteria: a. dapat merupakan faktor kunci mendukung perwujudan rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, dan pelaksanaan

peraturan zonasi di wilayah perencanaan; b. dapat mendukung tercapainya agenda pembangunan; c. dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan ekonomi , sosial-budaya,

pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah perencanaan.

d. dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan pertimbangan ekonomi , sosial-budaya, dan/ atau lingkungan.

5.1. KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA Wilayah Kota Banyuwangi telah terbentuk beberapa fasilitas perdagangan dan jasa yang skala pelayanannya regional yaitu di

sepanjang arteri primer, pada Jl. Basuki Rahmat, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Ahmad Yani, dan Jl. Adi Sucipto. Sedangkan pelayanan dengan skala lokal/lingkungan menyebar di masing-masing pusat-pusat lokal dan berskala lingkungan menyebar di pusat-pusat lingkungan yang terdapat di wilayah ini. Sampai dengan tahun 2011, fasilitas perdagangan yang berkembang antara lain; perdagangan dan jasa campuran, pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Kondisi eksisting yang ada fasilitas perdagangan terpusat pada jalan-jalan utama kawasan dan pusat-pusat pelayanan lokal sebagian tidak terbentuk sehingga masih bergantung pada jalur utama kawasan. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan di pusat-pusat pelayanan lingkungan sebagian ada yang masih belum terealisasi, terutama pada permukiman-permukiman yang baru berkembang. Sedangkan untuk potensi ataupun prospek pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Banyuwangi yaitu:

Kawasan perdagangan dan jasa skala regional berkembang dengan pesat di sekitar pusat kota, Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Banyuwangi berpusat di Kelurahan Kepatihan, Kelurahan Singotrunan, Kelurahan Tumenggungan, Kelurahan Panderejo, Kel. Penganjuran, dan kel. Tukangkayu, sekitar kawasan Pasar Banyuwangi, Kawasan Perdagangan dan Jasa yang ada di Jl Basuki Rahmat, Jl Jenderal Sudirman, Jl Jend. Ahmad Yani dan Jl. Adi Sucipto. Di sekitar Kawasan perdagangan ini juga terdapat kawasan pertokoan (Ruko) banyak sekali terdapat PK5 yang kurang tertata hingga memakan badan jalan, akibatnya kondisi parkir juga kurang tertata hingga memakai badan jalan sebagai lahan parkir.

Kawasan perdagangan dan jasa skala kecamatan (pasar skala regional, pasar skala kawasan perkotaan, pertokoan, dealer, bank, dan lainnya) serta pedagang kaki lima (PKL) yang tumbuh di sekitar Jl Basuki Rahmat, Jl Jenderal Sudirman, Jl Jend. Ahmad Yani dan Jl. Adi Sucipto.

Tumbuhnya kawasan perdagangan dan jasa skala lokal/ lingkungan di sekitar kawasan perumahan atau di sekitar jalan lingkungan memacu perkembangan kawasan yang bersangkutan menjadi pusat pelayanan baru. Berdasarkan kondisi potensi dan permasalahan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Banyuwangi tersebut,

maka konsep pengembangannya adalah sebagai berikut:

Page 39: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

39

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, khususnya yang berskala regional, secara linier diarahkan pada pusat Kota Banyuwangi dan jalan-jalan utama Kota Banyuwangi yang sudah ada, akan tetapi dengan menentukan jenis perdagangan/jasanya sesuai dengan hierarkhi pelayanan dan tarikan yang ditimbulkan. Misalnya: pada jalan utama yang sudah ada kawasan yang mempunyai fungsi sebagai akses regional, jenis perdagangan dan jasa yang dikembangkan adalah yang mempunyai tarikan dan bangkitan yang rendah agar tidak mengganggu arus lalu lintas yang ada. Selain itu, untuk menghindari gangguan terhadap arus lalu lintas yang berasal dari aktivitas yang ditimbulkan, maka pada kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan-jalan utama kawasan sebaiknya mempunyai lahan parkir di dalam kapling.

Pengembangan Kawasan perdagangan dan Jasa dengan sekala Regional di sekitar Jl. Brawijaya dan Jl. Gajah Mada, dan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa denngan skala lokal pada Jl. S. Parman.

Perbaikan dan penataan kawasan perdagangan di pusat kota yang mencakup: perbaikan kondisi bangunan pasar hingga kemungkinan penambahan tinggi bangunan, los/bedak pasar, jalan dalam pasar. Sehingga menampung luberan PKL

Pengembangan kawasan perdagangan baru sebagai arahan pengembangan sub-sub pelayanan baru yaitu di sekitar pusat masing-masing Sub Pelayanan Kota (SPK) wilayah Kota Banyuwangi.

Pengendalian ketat terhadap perkembangan disekitar Jalan arteri primer maupun kolektor primer yang akan direncanakan untuk perdagangan jasa yang akan menimbulkan tarikan besar sehingga menggagu arus lalu lintas sebagai jalur utama Kota Banyuwangi (Jl. Basuki Rahmat, Jl. Jend. Sudirman, Jl Ahmad Yani, dan Jl. Adi Sucipto).

Dengan demikian pola perkambangan perdagangan dan jasa di Kota Banyuwangi cenderung memusat. Untuk perkembangan yang akan datang dilihat dari polanya maka akan terjadi pergeseran fungsi lahan yaitu kecenderungan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa akan menggeser kawasan permukiman sebagai akibat bergesernya kondisi perkotaan dimana pusat kota sudah sangat padat (daerah pinggiran sebagai alternatif pengembangan usaha).

5.2. KAWASAN PELABUHAN Pengembangan kawasan pelabuhan di Kota Banyuwangi sangat penting karena angkutan barang yang terdapat di Kota

Banyuwangi berupa angkutan air (Kapal Motor/KM) yang mengangkut barang-barang kebutuhan sehari-hari. Lokasi Kota Banyuwangi pada bagian timurnya berbatasan langsung dengan Selat Bali dan beberapa penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan perikanan tangkap dan budidaya, sehingga perlu adanya prioritas peningkatan fungsi pelabuhan Kota Banyuwangi di Kel, Mandar. Pengembangan Pelabuhan di Kota Banyuwangi dikhususkan pada pengembangan sarana prasarana penyeberangan seperti akses menuju dermaga, perbaikan dermaga serta perbaikan sarana prasarana penyeberangan lainnya, sebagai wujud untuk peningkatan pelayanan bagi aktifitas pelabuhan pada saat ini.

5.3. KAWASAN INDUSTRI DAN PERGUDANGAN

Kegiatan industri yang berkembang di Perkotaan Jombang merupakan jenis industri rumah tangga hingga industri besar non polutan dan pergudangannya, persebaran industri besar berada di Kel. Pengantigan dan Kel. Klatak pada SPK I (Sub Pelayanan Kota) Kota Banyuwangi. Sedangkan untuk industri kecil dan rumah tangga menyebar di seluruh wilayah Kota Banyuwangi. Untuk masa mendatang, sejalan dengan arahan RTRW Kabupaten Banyuwangi kegiatan industri besar akan dibatasi perkembangnnya karena, sehingga perkembangan lebih didorong pada industri kecil dan rumahtangga untuk mendukung perekonomian kerakyatan khususnya untuk mendukung pengembangan perikanan maupun petanian di Kota Banyuwangi. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dari perkembangan kegiatan industri di Kota Banyuwangi adalah sebagai berikut: Untuk kegiatan industri dan pergudangan di arahkan pada sekitar Jl Letjend. R Suprapto, dengan embrio perkembangan kawasan

industri dan pergudangan eksisting pada wilayah Kota Banyuwangi Beberapa fasilitas industri yang tersebar di sehingga membutuhkan pengembangan kawasan penyangga (ruang terbuka hijau) yang berada di sekitar permukiman penduduk, sehingga dikhawatirkan limbah industri ikut mencemari permukiman seperti di

sekitar saluran drainase . Kawasan industri dan pergudangan yang cenderung sekitarnya berkembang sebagai perumahan padat.

5.4. KAWASAN PEMERINTAHAN DAN PUSAT PELAYANAN UMUM

Kategori fasilitas perkantoran pada uraian berikut ini adalah jenis perkantoran pemerintah dan pelayanan umum. Kawasan perkantoran ini berupa kantor pelayanan jasa skala regional (Kabupaten), perkantoran pemerintahan berskala kecamatan, hingga skala desa/kelurahan berupa Kantor Bupati, Kecamatan, Polsek, Koramil, Lembaga Pemasyarakatan, Cabang Dinas P dan K, Pengadilan Agama, KUA, Kejaksaan Negeri, Dinas PU Pengairan, Pegadaian, Kantor Pos, Pengadilan Negeri, Puspenmas, PDAM/Sasana Krida, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, KPU, PLN, Cabang Sub BPTD, Telkom, Pos pemantau Perairan dan Kantor Desa. Umumnya kawasan perkantoran ini terdapat di sekitar Jalan Jl Ahmad Yani dan Jl. Adi Sucipto. Kategori fasilitas perkantoran pada uraian berikut ini adalah jenis perkantoran pemerintah dan pelayanan umum yang ada di Kota Banyuwangi yaitu berada di Kawasan Jl. Jendral Sudirman, Jl Ahmad Yani, Jl Adi Sucipto dan Jl KH Agus Salim. Kawasan perkantoran ini berupa kantor pemerintahan, kantor pelayanan jasa skala regional, perkantoran pemerintahan berskala kecamatan, hingga skala desa/kelurahan. Umumnya kawasan perkantoran ini terdapat di sekitar Jalan arteri primer. Pola persebaran perkantoran yang ada di Kota Banyuwangi adalah memusat di sekitar jalan arteri primer hal ini dengan mempertimbangkan aspek aksesbilitas dan ketersediaan lahan dan juga skala pelayanan. Dari kondisi demikian ini, permasalahan-permasalahan dalam kaitannya dengan fasilitas perkantoran yang ada di Kota Banyuwangi yaitu perkembangan fasilitas perkantoran masih cenderung memusat dan hal ini menimbulkan tingkat kepadatan akan beberapa penggunaan lahan dan kemacetan lalu lintas pada daerah pusat karena lokasinya yang berdekatan dengan lokasi perdagangan dan jasa. Berdasarkan dari potensi dan permasalahan yang ada, maka untuk pengembangan fasilitas perkantoran perlu adanya usaha pembentukan fasilitas perkantoran dalam satu lokasi, dengan demikian maka diharapkan akan mempermudah koordinasi antar dinas/instansi, namun perlu adanya lokasi sendiri yang tidak bercampur dengan fungsi kegiatan lainnya seperti perdagangan jasa.

Page 40: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

40

BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

6.1. PERUMUSAN KEBIJAKAN STRATEGIS OPERASIONALISASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS Tata ruang yang telah disusun harus dijadikan pedoman pelaksanaan pembangunan. Beberapa hal yang terkait dengan hal

tersebut adalah pembentukan dan tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, Pokja-pokja Pemanfaatan Ruang dan pengendalian terhadap ruang.

6.1.1. Koordinasi Penataan Ruang

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah, penyelenggara penataan ruang di Kabupaten menjadi tanggung jawab Bupati dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan seluruh instansi yang terkait.

Yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penataan ruang di daerah adalah : 1. Perumusan kebijakan pemanfaatan ruang di wilayah. 2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah dan daerah serta keserasian antar sektor. 3. Pemanfaatan sumber daya secara optimal untuk mencapai hasil pembangunan secara maksimal. 4. Mengarahkan dan mengantisipasi pemanfaatan ruang untuk pelaksanaan pembangunan yang dinamis. 5. Mengendalikan fungsi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta

budaya bangsa. Kegiatan tersebut memerlukan koordinasi yang baik sehingga diperlukan pembentukan Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten. Tugas BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah)

BKPRD Kabupaten memiliki tugas sebagai berikut : 1. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai kebijakan penataan ruang kabupaten dengan memperhatikan kebijakan penataan

ruang nasional dan propinsi. 2. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. 3. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTRK) dan Rencana Tata Ruang Kawasan (RTRK) sebagai jabaran lebih

lanjut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. 4. Mengintegrasikan dan menyesuaikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dengan Rencana Tata Ruang Propinsi,

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) yang telah ditetapkan propinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi.

5. Memaduserasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten, masyarakat dan dunia usaha dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten.

6. Mengoptimalkan penyelenggaraan, penertiban, pengawasan (pemantauan, evaluasi dan pelaporan) dan perijinan pemanfaatan ruang.

7. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi dan pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang. 8. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. 9. Memberikan rekomendasi perijinan tata ruang kabupaten. 10. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. 11. Mengembangkan data dan informasi penataan ruang kota untuk kepentingan pengguna ruang di jajaran pemerintah, masyarakat

dan swasta. 12. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang kabupaten. 13. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang kabupaten dan

memberikan pengarahan serta saran pemecahannya. 14. Melaksanakan fasilitasi, supervisi kepada dinas/instansi, masyarakat dan dunia usaha berkaitan dengan penataan ruang. 15. Memaduserasikan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten dengan

Kabupaten Banyuwangi. 16. Melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang kabupaten. 17. Menjabarkan petunjuk Walikota berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan kewajiban Tim Koordinasi Penyelenggaraan Penataan

Ruang Kabupaten. 18. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Kabupaten Banyuwangi secara berkala kepada Bupati

Page 41: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

41

Susunan keanggotaan BKPRD ditentukan / berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing-masing didalam penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan daerah. Untuk mengoptimalkan kinerja BKPRD maka dibentuk Sekretariat, Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Sekretariat BKPRD Sekretariat BKPRD bertanggungjawab kepada sekretaris BPKRD Kabupaten Banyuwangi dipimpin oleh salah satu Kepala Bidang Bappeda Kabupaten Banyuwangi. Tugas dari sekretariat tetap BKPRD adalah : 1. Menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Kabupaten Banyuwangi. 2. Memfasilitasi terselenggaranya jadwal kerja kegiatan BKPRD Kabupaten Banyuwangi. 3. Menyiapkan dan mengembangkan informasi tata ruang Kabupaten Banyuwangi. 4. Menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran dalam penyelenggaraan penataan ruang. Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang Tugas dari kelompok kerja perencanaan tata ruang adalah : 1. Memberikan masukan kepada BKPRD dalam rangka perumusan kebijakan perencanaan tata ruang kabupaten. 2. Mengkoordinasikan penyusunan rencana tata ruang sesuai ruang lingkup, wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten. 3. Melakukan evaluasi terhadap rencana tata ruang di kabupaten. 4. Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah (konflik) yang timbul dalam perencanaan serta memberikan alternatif

pemecahannya. 5. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten Banyuwangi serta menyampaikan usulan pemecahan/kebijakan untuk dibahas dalam

sidang pleno. Susunan keanggotaan dari Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang adalah : 1. Ketua : Salah satu Kepala Bidang pada Bappeda yang membidangi Tata Ruang 2. Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum 3. Sekretaris : Kepala Sub Bidang Bappeda yang membidangi Tata Ruang 4. Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi penyusunan RTRW, RDTRK

dan RTRK. Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tugas dari Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah : 1. Memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten Banyuwangi dalam rangka perumusan kebijakan pemanfaatan dan pengendalian

ruang kabupaten. 2. Mengkoordinasikan pengawasan (pemantauan, evaluasi dan pelaporan) terhadap rencana tata ruang. 3. Mengkoordinasikan penertiban dan perijinan pemanfaatan ruang kabupaten. 4. Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang serta memberikan

alternatif pemecahannya. 5. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten Banyuwangi serta menyampaikan usulan pemecahan/kebijakan untuk dibahas

dalam sidang pleno BKPRD. Susunan keanggotaan Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah : 1. Ketua : Kepala Bagian Pemerintahan 2. Wakil : Kepala Sub Dinas Yang Membidangi Tata Ruang 3. Sekretaris : Kepala Sub Bidang pada Dinas yang membidangi Tata Ruang 4. Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi pengawasan, penertiban dan

perijinan pemanfaatan ruang. BKPRD Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan pertemuan minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan berupa rapat pleno

untuk menghasilkan rekomendasi alternatif kebijakan penataan ruang. Hasil rapat pleno ditandatangani oleh Ketua BKPRD Kabupaten Banyuwangi dan dilaporkan kepada Bupati sebagai dasar pengambilan kebijakan.

Agar program pembangunan dan pembinaan perkembangan RDTR Kota Banyuwangi berhasil dengan baik, maka perlu adanya suatu badan yang bertugas melakukan kegiatan perekonomian yang penting bagi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah direncanakan. Usaha peningkatan peran kelembagaan daerah untuk mewujudkan pengembangan dan pembangunan daerah yang sesuai dengan rencana tata ruang perlu diikuti pula dengan adanya optimalisasi peran kelembagaan daerah yang memiliki kaitan langsung dengan proses pembangunan. Peningkatan peran dapat diwujudkan dengan memberikan spesifikasi kerja yang terarah diantara masing-masing instansi kelembagaan akan tetapi tetap ada suatu bentuk keterpaduan dan kekompakan kerjasama dalam menerjemahkan rencana tata ruang yang ada hingga ke tahap pelaksanaannya. Selain itu perlu adanya peningkatan administrasi pembangunan yang meliputi pembentukan suatu organisasi pelaksana (badan/aparat/dinas) yang bertugas melakukan kegiatan pelasanaan dan pembinaan pembangunan dalam suatu mekanisme kerja yang terarah.

Guna menjamin terlaksananya pembangunan dan pengembangan kota dengan baik, dengan indikasi adanya optimalisasi peran aparat yang terlibat seperti yang diharapkan diatas, dapat dilakukan dengan cara memberikan penegasan kewenangan dan tugas sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Secara garis besar dapat dijelaskan ruang lingkup tugas dari badan atau lembaga tersebut adalah sebagai berikut : 1. Melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan rencana pembangunan kota; 2. Membuat rencana pelaksanaan dari rencana umum tata ruang kota yang langsung dapat dilaksanakan; 3. Mengawasi serta mengendalikan seluruh kegiatan pembangunan kota, khususnya yang menyangkut aspek tata ruang; 4. Mengenal proses permohonan ijin mendirikan bangunan (IMB)

Berdasarkan hal-hal tersebut serta semakin besarnya pembangunan kota di masa yang akan datang, maka dirasa perlu adanya badan atau lembaga yang menangani khusus tentang pembangunan kota, yaitu : 1. Bappekab, dengan tugas-tugas sebagai berikut:

◘ Memperinci perencanaan yang telah dibuat ke dalam bentuk yang bersifat operasional dan dapat langsung dijadikan pedoman pelaksanaan program tahunan.

◘ Mengendalikan dan mengawasi kegiatan pembangunan, khususnya yang menyangkut aspek tata ruang sesuai dengan rencana kota yang telah ditetapkan.

◘ Memberikan keterangan mengenai rencana peruntukan tanah kepada perorangan, instansi pemerintah maupun swasta yang akan mendirikan bangunan atau kegiatan di atas sebidang tanah di dalam daerah kabupaten.

◘ Memberikan arahan bagi pemakai yang memerlukan.

Page 42: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

42

2. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan: ◘ Melaksanakan pembangunan prasarana fisik kabupaten yang berkaitan dengan pembinaan hidrologi (sungai, saluran irigasi,

saluran drainase) daerah. ◘ Memberikan prakualifikasi kepada rekanan pelaksana pembangunan yang berkaitan dengan masalah hidrologi di daerah

bersangkutan. ◘ Melakukan pengawasan atas proyek-proyek bangunan air, normalisasi saluran (sungai, irigasi, drainase) yang dilaksanakan di

wilayah Kabupaten Banyuwangi. 3. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga:

◘ Melaksanakan pembangunan prasarana fisik kota yang berkaitan dengan pembinaan jalan dan jembatan sebagai jalur sirkulasi daerah.

◘ Memberikan prakualifikasi kepada rekanan pelaksana pembangunan jalan dan jembatan di daerah bersangkutan. ◘ Melakukan pengawasan atas proyek-proyek pembangunan jalan dan jembatan yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten

Banyuwangi. 4. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Permukiman:

◘ Melaksanakan pembangunan prasarana fisik kota yang berkaitan dengan pembinaan perumahan dan permukiman daerah. ◘ Memberikan prakualifikasi kepada rekanan pelaksana pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan permukiman dan

perumahan di daerah bersangkutan. ◘ Melakukan pengawasan atas proyek-proyek perencanaan dan atau pembangunan permukiman dan perumahan yang

dilaksanakan di wilayah Kabupaten Banyuwangi. 5. Dinas Terkait (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian, Dinas Perijinan, Dinas Pariwisata,

Dinas Peternakan): ◘ Sebagai satuan pelaksana pembangunan di daerah yaitu Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan kewenangannya.

6. Camat dan Kepala Desa: ◘ Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengawasan pembangunan serta pengendalian tata ruang di wilayah Kecamatan

sehingga pembangunan menjadi terintegrasi. ◘ Melakukan pengawasan atas proyek-proyek yang dilaksanakan di wilayah Kecamatan, Desa.

6.1.2. Penataan Ruang Perencanaan Pembangunan daerah secara makro pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) sisi yaitu Perencanaan Sektoral

dan perencana Spasial. Perencanaan sektoral pada prinsipnya adalah perencanaan program dan kegiatan untuk menjawab kegiatan apa yang akan dan harus dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan daerah. Sedangkan perencanaan spasial pada prinsipnya adalah perencanaan pemanfaatan lahan untuk menjawab dimana kegiatan yang direncanakan dapat dilakukan.

Oleh karena itu, kedua jenis perencanaan tersebut harus saling sinergi, selaras, harmonis dan saling mendukung. Sebab sebuah kegiatan dilakukan pada tempat yang tidak tepat dan tidak mempertimbangkan dampak terhadap lingkungannya hanya akan menyebabkan masalah baru. Sebaliknya pemanfaatan lahan yang tidak didasarkan pada perencanaan kegiatan yang akan dilakukan baik jangka pendek, menengah dan panjang hanya akan menyebabkan disoptimalisasi lahan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 dan 32 tahun 2004 bentuk perencanaan sektoral daerah ditetapkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan kerangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD) dalam kerangka waktu 5 tahunan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan kerangka waktu 1 tahun. Sedangkan perencanaan spasial diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 terdiri dari Rencana Tata ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis.

Hubungan antara perencanaan sektoral dan perencanan spasial diatur secara khusus dalam pasal 26 ayat (2) undang-undang Nomor 26 tahun 2007 yang menetapkan “Rencana detail tata ruang menjadi pedoman untuk :

a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan sektor.

Dengan demikian jelas bahwa RDTR sebagai perencanaan spasial yang berpedoman atas RTRW Kabupaten, RPJPD, RPJMD dan RKPD.

Lebih lanjut guna mengatur penataan ruang di daerah, maka dalam Permendagri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah pasal 8 disebutkan bahwa : 1. Penyusunan rencana tata ruang dilakukan melalui serangkaian pekerjaan teknis yang meliputi:

a. Penentuan arah dan visi pengembangan wilayah; b. Pengidentifikasian potensi dan masalah serta analisa pengembangan wilayah; c. Perumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang; serta d. Perumusan rencana tata ruang.

2. Penyusunan rencana tata ruang di daerah berpedoman pada Pedoman Teknis sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 3. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan diskusi dan lokakarya atau sarasehan

dengan mengundang instansi terkait, pakar, tokoh masyarakat, organisasi profesi dan kemasyarakatan serta dunia usaha. 4. Kepala Daerah wajib mengumumkan rancangan final rencana tata ruang kepada masyarakat. Hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan ruang dalam pasal 11 Permendagri No. 8 Tahun 1998 disebutkan bahwa : 1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, Kepala Daerah mempersiapkan kebijaksanaan yang berisi pengaturan bagi wilayah atau

kawasan yang akan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi lindung dan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang; 2. Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa penetapan Keputusan Kepala Daerah tentang ketentuan persyaratan

teknis bagi pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya; 3. Ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya, sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku; 4. Penetapan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa kebijaksanaan

umum dengan mempertimbangkan rona dari kemampuan wilayah serta nilai budaya setempat; serta 5. Penentuan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa

kebijaksanaan operasional dengan berpedoman pada kebijakan umum ditetapkan oleh Gubernur. 6.2. Prioritas dan Tahapan Pembangunan

Page 43: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

43

Yang dimaksud prioritas adalah dan tahapan pembangunan adalah penentuan prioritas pelaksanaan pembangunan rancangan rencana, serta mengingat beberapa hal sebagai berikut: 1. Adanya keterbatasan dana pembangunan yang tersedia pada setiap tahapan pembangunan lima tahun; 2. Adanya komponen kawasan yang mempunyai efek ganda cukup besar untuk mengarahkan perkembangan wilayah perencanaan

sesuai dengan struktur yang direncanakan, misalnya: jaringan jalan, utilitas dan sebagainya; 3. Jumlah batas ambang penduduk yang ada untuk mendukung keberadaan suatu komponen pengembangan, macam dan jenis fasilitas

pelayanan lingkungan; serta 4. Adanya pentahapan pembangunan di wilayah perencanaan yang telah ditetapkan dalam konsep pengembangan rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara. Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa pertimbangan dalam penentuan program yang

dilaksanakan pada wilayah perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Adanya keterbatasan dana yang etersedia; 2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan; 3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan; serta 4. Adanya komonen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan,

misalnya jaringan jalan. Pada prinsipnya, RDTR Kota Banyuwangi sebagaimana yang dirumuskan di dalam rencana tata ruang wilayah merupakan

rumusan keinginan dan harapan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Banyuwangi dan khususnya masyarakat Kota Banyuwangi terhadap situasi dan kondisi sosial, ekonomi dan fisik yang terjadi dan berkembang di dalam wilayahnya sampai dengan tahun 2032. Untuk mencapai situasi dan kondisi yang diinginkan tersebut, diperlukan kerja keras dan pengerahan seluruh sumber daya yang dimiliki. Namun, disadari bahwa sumberdaya yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Banyuwangi sangatlah terbatas. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan pembangunan yang rasional, masuk akal, disesuaikan dengan kemampuan yang ada, tatapi juga memenuhi kebutuhan yang paling dirasakan oleh sebagian besar masyarakat.

Pengelolaan pembangunan yang dimaksud adalah dengan melaksanakan prioritasi dan pentahapan pelaksanaan pembangunan. Prioritas pembangunan dilakukan untuk menjamin bahwa program/ proyek yang dilaksanakan adalah program/ proyek yang hasilnya sangat dibutuhkan, mendesak dan strategis, hasil pelaksanan program/ proyek ini akan memberikan dampak positif yang luas terhadap perkembangan wilayah. Pentahapan pelaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk mengatur urutan pelaksanaan program/ proyek sesuai dengan kerangka kemampuan keuangan atau sesuai dengan kerangka pengembangan daerah. Pentahapan pelaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk membatasi beban biaya yang harus ditanggung oleh pemerintah di dalam satu tahun anggaran, dan menggeser beban biaya pembangunan ke tahun berikutnya secara rasional tanpa mengurangi manfaat program/ proyek secara keseluruhan.

Pencapaian situasi yang diinginkan sampai dengan tahun 2032 di wilayah Kota Banyuwangi sesuai dengan RTRW nya, dilakukan dengan pelaksanaan berbagai program dan proyek secara berkesinambungan dari satu tahun anggaran ke tahun anggaran berikutnya, bahkan dari satu periode kepemimpinan daerah ke periode berikutnya secara berkesinambungan. Program dan proyek yang dilaksanakan pada tahun anggaran tertentu hendaknya merupakan prioritas pada tahun yang bersangkutan dan memiliki manfaat yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk merumuskan, memilih dan menetapkan program/ proyek mana yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran tertentu. Dengan terbatasnya sumber daya yang dimiliki, penetapan program/ proyek yang akan dilaksanakan harus memiliki dasar pertimbangan yang kuat. Secara umum, dalam rangka kepentingan pengembangan wilayah, suatu program atau proyek dapat ditetapkan untuk dilaksanakan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Program/ proyek bertujuan untuk membuka dan pengembangan kawasan strategis kabupaten yang berpotensi mendorong

pertumbuhan ekonomi wilayah. 2. Program/ proyek bertujuan untk mendukung pengembangan kawasan perbatasan, terisolir dari wilayah tertinggal. 3. Program pengembangan prasarana transportasi yang dapat menunjang dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah dan pusat

pertumbuhan regional. 4. Program untuk mendukung pengembangan pusat-pusat pelayanan regional, lokal dan wilayah perdesaan (fasilitas dan utilitas

wilayah). Program/ proyek bertujuan untuk mendorong meningkatkan kualitas lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.

Program/ proyek bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 6.2.1. Prioritas Pembangunan

Prioritas pelaksanaan rencana pembangunan atau indikasi program adalah sebagai berikut : 1. Adanya keterbatasan dana pembangunan yang tersedia pada setiap tahapan pembangunan lima tahunan. 2. Adanya komponen kawasan yang mempunyai efek ganda cukup besar untuk mengarahkan perkembangan wilayah perencanaan

sesuai dengan struktur yang direncanakan, misalnya jaringan jalan, utilitas dan sebagainya. 3. Jumlah batas ambang penduduk yang ada untuk mendukung keberadaan suatu komponen pengembangan, macam dan jenis fasilitas

pelayanan lingkungan. 4. Adanya pentahapan pembangunan di wilayah perencanaan yang telah ditetapkan dalam konsep pengembangan Rencana Detail Tata

Ruang Kecamatan. Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa pertimbangan dalam penentuan program yang

dilaksanakan pada wilayah perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan dana yang tersedia. 2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan. 3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan. 4. Adanya komponen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan,

misalnya jaringan jalan. Pengembangan kawasan rencana didasarkan pada sektor dan subsektor yang perlu diprioritaskan pelaksanaannya, berdasarkan

urutannya sebagai berikut:

Pembangunan mendesak; yaitu pembangunan sektor dan subsektor guna menanggulangi masalah utama yang menyebabkan masalah lainnya. Bila tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan masalah lebih besar dan semakin sulit diatasi.

Pembangunan yang diprioritaskan yaitu pembangunan sektor dan subsektor yang diharapkan dapat menggerakkan mekanisme percepatan pertumbuhan dan perkembangan sektor utama kota dan kawasan rencana yang berdampak positif. Hal ini meliputi: perdagangan, fasilitas pendidikan, kesehatan dan perhubungan.

Page 44: BAB 1 - bappeda.banyuwangikab.go.id RDTR... · jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan ... proses pembangunan ... jaringan telepon selbloker; d

44

Pembangunan strategis; yaitu pembangunan sektor dan subsektor penting yang memberikan implikasi struktural dalam jangka panjang sesuai dengan tujuan pembangunan masyarakat adil dan makmur. Hal ini meliputi: fasilitas, penertiban penggunaan tanah dan bangunan, pengadaan utilitas yang memadai, dan lain-lain.

Pembangunan pelengkap; yaitu pembangunan sektor dan subsektor yang tidak bersifat kebutuhan dasar, tetapi dipandang perlu untuk dibangun sesuai dengan kemampuan dan potensi wilayah. Hal ini meliputi: fasilitas rekreasi, pembangunan pusat kegiatan olahraga dan pembangunan pusat kegiatan kemasyarakatan.

Pembangunan wilayah di Kota Banyuwangi dalam jangka menengah dilaksanakan pada beberapa komponen berikut :

Pengembangan lingkungan permukiman.

Pengembangan jaringan jalan (baik jaringan jalan, peningkatan jalan lokal, perbaikan jalan-jalan lingkungan dan fasilitas pendukung transportasi di Kota Banyuwangi).

Pengembangan utilitas seperti listrik, telepon, drainase, persampahan.

Pengembangan fasilitas-fasilitas di Kota Banyuwangi. 6.2.2. Tahapan Pembangunan

Berdasarkan hasil analisis, rumusan Rencana Detail Tata Ruang Kota Banyuwangi dan penetapan prioritas pembangunan, dapat direkomendasikan tahapan pembangunan wilayah. Sesuai dengan UU No.26 Tahun 2007 yang menetapkan masa berlakunya produk tata ruang teutama RDTRK selama 20 tahun, maka tahapan pembangunan yang direkomendasikan untuk Kota Banyuwangi adalah untuk rentang waktu tahun 2011 - 2031. Rentang waktu tersebut dibagi atas lima periode. Program/proyek yang diusulkan untuk dilaksanakan pada setiap sektor, periodisasipelaksanaannya dialokasikan pada keempat periode waktu tersebut. Beberapa program/proyek yang dianggap penting, periode waktu pelaksanaaannya ditetapkan dalam dimensi waktu yang lebih pendek dari rentang waktu periode tersebut. Tahapan pembangunan disusun dalam bentuk matriks yang memperlihakan program/proyek yang diusulkan pada setiap sektor, periode elaksanaan program/proyek dan perkiraan sumber dana yang terlibat di dalam pelaksanaan program/proyek tersebut. Lihat Tabel 6.1 Indikasi Program Pembangunan Kota Banyuwangi Tahun 2011 - 2031.

Sumber dana pelaksanaan pembangunan diasumsikan berasal dari empat sumber, yaitu:

APBD Kabupaten, yang berasal dari pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan bagi hasil;

APBD Propinsi, khususnya untuk mendanai program/proyek yang memiliki dampak lintas kabupaten;

APBN, untuk mendanai program/proyek yang mempunyai skala kepentingan nasional; atau di dalam hal ini juga untuk mendanai program/proyek yang bidangnya ditangani oleh badan usaha milik Negara (BUMN), seperti listrik dan telekomunikasi.

Swasta, untuk mendanai program/proyek yang dinilai memiliki ditect profit seperti pertambangan, industri, pariwisata, perumahan/property, pusat perbelanjaan, pasar induk, dan lain sebagainya; termasuk ke dalam kelompok sumber dana ini adalah partisipasi masyarakat. Sebagian besar program/proyek yang diusulkan dalam tabel-tabel tersebut lebih bersifat program/proyek fisik. Disadari bahwa

di dalam pelaksaan pembangunan, kesiapan kelembagaan, termasuk sumber daya manusia, peraturan perundangan dan anggaran/keuangan juga menentukan kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan program/proyek. Oleh karena itu, di dalam membaca usulan program/proyek fisik yang dicantumkan di dalam tabel-tabel tersebut harus dipahami adanya upaya penyiapan kelembagaan, peraturan perundangan dan keuangan yang menyertai penyiapan pelaksanaan program/proyek tersebut.

Sumber pendapatan pemerintah kota dapat dikelompokkan ke dalam penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan. Penerimaan rutin berasal dari subsidi pemerintah, instansi yang lebih tinggi dan pendapatan daerah. Sedangkan penerimaan pembangunan berasal dari subsidi pemerintah atau instansi yang lebih tinggi dan pinjaman daerah. Sumber dana yang potensial bagi Kabupaten Banyuwangi adalah pendapatan asli daerah, mengingat hanya sektor inilah sumber dana yang bisa ditingkatkan lebih lanjut. Dalam pembiayaan pembangunan kabupaten, selain mengandalkan pendapatan asli daerah juga harus diupayakan agar masyarakat terus berpartisipasi membiayai pembangunan kabupaten/kotanya. Mekanisme alokasi keuangan pemerintah kabupaten dapat dilihat pada Diagram 6.1.

Pendapatan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, sumber-sumbernya secara umum berasal dari: 1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu. 2. Pendapatan Asli Daerah yang meliputi:

Pajak daerah

Retribusi Daerah

Laba Badan Usaha Milik Daerah

Penerimaan dari Dinas-Dinas

Penerimaan Lain-lain 3. Bagi hasil pajak/bukan pajak yang terdiri dari pos-pos:

Sumbangan.

Bantuan 4. Penerimaan Pembangunan yang meliputi:

Pinjaman pemerintah daerah Pinjaman untuk Badan Usaha Milik Daerah. Pelaksanaan pembangunan dilakukan selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu :

Tahap I : 2011 - 2016

Tahap II : 2016 - 2021

Tahap III : 2021 - 2026

Tahap IV : 2026 - 2031