bab 1 - perkembangan ekonomi dunia 10 nilai tukar rupiah terhadap mata uang dunia..... 133 tabel 11...

149

Upload: duonghanh

Post on 13-May-2018

227 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat
Page 2: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

i

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Page 3: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

i

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

peRkembangan ekonomi keuangandan keRja sama inteRnasional

tRiwulan iV - 2014

departemen internasional

perkembangan ekonomi globaldan individu negara

perkembangan pasar keuangandan komoditas

perkembangan kerja samalembaga internasional

artikel

Page 4: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

ii

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Tulisan dalam buku Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama

Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para penulis

dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia.

Pengutipan diizinkan dengan menyebut sumbernya.

Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran,

dan kritik demi perbaikan terbitan ini.

Redaksi juga mengundang sumbangan artikel, karangan,

laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini.

Alamat Redaksi:

Grup Studi Internasional

Departemen Internasional

Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 5

Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110

Telepon : (021) 2981-4507, 2981-8631, Faksimili : (021) 2311529

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi+Keuangan+dan+Kerjasama+Internasional

Page 5: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

iii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Kata Pengantar

Dengan kerendahan hati kami menghaturkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas

terselesaikannya penulisan Buletin PEKKI edisi Triwulan 4 2014 (TW4-14). Edisi TW4-14 menandai

perubahan format PEKKI dari edisi sebelumnya dimana dalam edisi ini dilakukan penyederhanaan

cakupan negara-negara dalam asesmen ekonomi global. Perubahan ini dilakukan sejalan dengan

re-orientasi fokus dari global surveillance yang dilakukan Departemen Internasional, Bank

Indonesia – yaitu dari fokus pada negara menjadi fokus pada isu internasional yang bersifat

strategis. Dengan demikian, pada edisi ini asesmen ekonomi individual negara dikurangi menjadi

hanya enam negara/kawasan – yaitu AS, Kawasan Euro, Jepang, Tiongkok, India, dan ASEAN

– dari tiga belas negara/kawasan pada edisi-edisi sebelumnya. Sementara itu, asesmen tentang

isu internasional secara lebih komprehensif dituangkan dalam bentuk artikel yang ditingkatkan

jumlahnya.

Setelah pada TW2 dan TW3 membahas tentang hilangnya momentum pemulihan ekonomi

global – dimana pertumbuhan ekonomi global melambat –, PEKKI TW4-14 ini mengambil

tema “Stagnasi Ekonomi Global dan Ketidakpastian Arah Ke Depan”. Tema ini mencerminkan

pertumbuhan ekonomi global pada TW4-14 yang stagnan (relatif sama dengan pertumbuhan

di TW3-14), namun perkembangannya ke depan masih menjadi tanda tanya. Ekonomi global

berpotensi kembali meningkat atau terus melambat dengan peluang yang relatif sama. Di satu

sisi, beberapa lembaga internasional memprediksi pertumbuhan akan sedikit meningkat di 2015

(3,5% menurut IMF). Namun, di sisi lain, terdapat beberapa downside risks yang berpotensi

terjadi dan dapat menurunkan laju pertumbuhan ekonomi global, seperti ketidakpastian harga

minyak, penurunan inflasi yang semakin melemahkan ekonomi, gejolak di pasar keuangan

global pada saat the Fed mulai menaikkan suku bunga, serta meningkatnya krisis geopolitik

di Eropa dan Timur Tengah. Dengan demikian, arah perkembangan ekonomi global ke depan

masih tanpa kepastian.

Untuk melengkapi asesmen ekonomi global tersebut, terdapat artikel yang membahas

tentang (i) tren penurunan harga minyak dan apresiasi US dollar, (ii) efektivitas quantitative

easing, (iii) fenomena penurunan inflasi global, dan (iv) perkembangan permasalahan Grexit.

Selain itu, asesmen mengenai perkembangan kerja sama fora internasional tetap disajikan dan

Page 6: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

iv

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

tidak mengalami perubahan. Beberapa permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam fora

kerja sama dan sidang internasional adalah pelemahan ekonomi global, koordinasi peningkatan

pertumbuhan dan resiliensi ekonomi, serta proses liberalisasi.

Kehadiran buletin ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan

pemahaman atas perkembangan ekonomi global, serta mengomunikasikan progres kerja sama

internasional yang dilakukan Bank Indonesia. Selamat membaca.

Jakarta, Februari 2015

Departemen Internasional

Page 7: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

v

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Daftar Isi

Halaman

KAtA PengAntAR ..................................................................................................... iii DAftAR IsI ................................................................................................................. vDAftAR sIngKAtAn ................................................................................................. viii RIngKAsAn eKseKUtIf ............................................................................................. 1

BAB I PeRKeMBAngAn eKOnOMI gLOBAL DAn InDIVIDU negARA .................. 5A. Kinerja Ekonomi Global ........................................................................................... 6 B. Individu Negara ........................................................................................................ 13

B.1 Amerika Serikat ................................................................................................ 13 Boks 1. Pro dan Kontra Kebijakan Moneter the Fed .......................................... 27 B.2 Kawasan Euro .................................................................................................. 28

Boks 2. Lithuania Resmi Bergabung ke Kawasan Euro ...................................... 37Boks 3. Tren Pelonggaran Kebijakan Moneter: Perekonomian yang Melemah atau Currency War? ................................................................. 39

B.3 Jepang ............................................................................................................. 40Boks 4. Rencana Penurunan Pajak Korporasi .................................................... 52Boks 5. Penundaan Kenaikan Pajak Penjualan Tahap Kedua ............................. 54Boks 6. Japan Snap Election 14 Desember 2014 ............................................... 56

B.4 Tiongkok .......................................................................................................... 57B.5 India ................................................................................................................. 63 Boks 7. Penyesuaian Metodologi Perhitungan PDB dan Inflasi India ................... 68B.6 ASEAN-5 .......................................................................................................... 69

BAB II PAsAR KeUAngAn DAn PAsAR KOMODItAs ............................................. 79A. Pasar Keuangan ....................................................................................................... 80

A.1. Pasar Saham ..................................................................................................... 80 A.2. Pasar Obligasi Pemerintah ................................................................................. 81

B. Pasar Valuta Asing ................................................................................................... 82C. Pasar Komoditas ...................................................................................................... 83

BAB III PeRKeMBAngAn KeRJA sAMA DAn LeMBAgA InteRnAsIOnAL ............ 87A. Kerja Sama Regional ................................................................................................ 88

A.1 Pembahasan Fora terhadap Kondisi Ekonomi Regional ...................................... 88A.2 Penguatan Resilensi Kawasan dengan Regional Financial Arrangement (RFA) .......................................................................................... 89

Page 8: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

vi

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

A.3 Kerja Sama Liberalisasi Jasa Keuangan ............................................................. 89A.3.1 ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) ....................................... 91

B. Kerja Sama Multilateral ......................................................................... .................. 91B.1 Pembahasan Fora terhadap Kondisi Ekonomi Global Terkini .............................. 92B.2 Upaya Percepatan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Berkualitas ............................................................................................. 93

B.2.1 Strategi Pertumbuhan G20 ...................................................................... 93B.2.2 Investasi Infrastruktur .............................................................................. 94B.2.3 Perbaikan di Sektor Tenaga Kerja ............................................................ 94B.2.4 Perbaikan di Bidang Perdagangan dan Persaingan ................................... 94

B.3 Upaya Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Global ............................................ 94B.3.1 Reformasi Sektor Keuangan .................................................................... 94B.3.2 Kerja Sama Perpajakan ............................................................................ 95B.3.3 Pengembangan Ekonomi Syariah ............................................................ 95

B.4 Presidensi Turki pada Forum G20 ...................................................................... 96

BAB IV ARtIKeL ......................................................................................................... 97 Artikel 1 Tren Penurunan Harga Minyak dan Apresiasi US Dollar: Twin Shocks Bagi Perkonomian Global ....................................................... 97Artikel 2 Efektivitas QE ECB: The Mission Impossible IV ............................................ 105Artikel 3 Tren Penurunan Inflasi Global .................................................................... 110Artikel 4 Grexit (Greek Exit) Jilid 2: Olympus Has Fallen ............................................ 116

Page 9: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

vii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

LAMPIRAn ................................................................................................................. 123 Tabel 1 Produk Domestik Bruto .................................................................................... 124Tabel 2 Angka Pengangguran ...................................................................................... 125Tabel 3 Inflasi IHK ........................................................................................................ 126Tabel 4 Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral ................................................................. 127Tabel 5 Pertumbuhan Uang Beredar ............................................................................. 128Tabel 6 Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah ............................................................... 129Tabel 7 Neraca Berjalan ................................................................................................ 130Tabel 8 Cadangan Devisa ............................................................................................. 131Tabel 9 Nilai Tukar Dunia terhadap USD ....................................................................... 132Tabel 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia ................................................ 133Tabel 11 Indeks Saham ................................................................................................. 134Tabel 12 Government Debt ........................................................................................... 135Tabel 13 Harga Komoditi Dunia .................................................................................... 136

Page 10: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

viii

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Daftar Singkatan

ASEAN Association of South East Asian Nations

ASEAN-5 Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,

Filipina

BBM Bahan Bakar Minyak

BIS Bank for International Settlements

BNM Bank Negara Malaysia

BoE Bank of England

BoK Bank of Korea

BOJ Bank of Japan

BOT Bank of Thailand

BSP Bangko Sentral ng Pilipinas

CDS Credit Default Swap

CF Consensus Forecast

CMIM Chiang Mai Initiative Multilateralization

CPI Consumer Price Index

CRA Credit Rating Agencies

CRR Cash Reserve Ratio

DJIM Dow Jones Islamic Market

ECB European Central Bank

FDI Foreign Direct Investment

Fedres Federal Reserve

FOMC Federal Open Market Committee

G20 Group-20 yang terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China,

Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab

Saudi, Afrika Selatan, Korea, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

GDP Gross Domestic Product

GWM Giro Wajib Minimum

IMF International Monetary Fund

ISM Institute for Supply Management

KRW Korean Won

MAS Monetary Authority of Singapore

PBoC People’s Bank of China

PDB Produk Domestik Bruto

Page 11: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

ix

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

PMI Purchasing Manager Index

PPI Producer Price Index

QE Quantitative Easing

QQE Quantitative and Qualitative Easing

QOQ Quarter on Quarter

RBI Reserve Bank of India

SBV State Bank of Vietnam

S&P Standard & Poor’s

TW Triwulan

USD US Dollar

WEO World Economic Outlook

WPI Wholesale Price Index

WTI Western Texas Intermediate

YOY Year on Year

Page 12: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

x

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Ringkasan Eksekutif

1

Ekonomi global belum juga pulih pasca Global Financial Crisis (GFC) 2008/09. Setelah

kehilangan momentum peningkatan pertumbuhan di TW2 dan TW3-14, ekonomi global

tumbuh stagnan di triwulan terakhir 2014. AS yang pulih lebih cepat dibanding negara lain –

sehingga menimbulkan istilah uneven economic recovery –, justru ikut melambat di TW4-14.

PDB AS hanya tumbuh 2,5% (yoy), melambat dibandingkan TW3-14 yang tumbuh 2,7%.

Namun, perlambatan pertumbuhan AS lebih disebabkan oleh penurunan ekspor di tengah

impor yang relatif stabil. Sementara itu, permintaan domestik menunjukkan sedikit penguatan,

terutama investasi dalam bentuk inventories. Turunnya harga minyak dan laju inflasi – serta

apresiasi USD – mulai menunjukkan dampak positif mendorong permintaan domestik dimana

konsumsi dan impor menunjukkan sedikit peningkatan. Namun, apresiasi USD juga berdampak

pada pelemahan ekspor, sehingga berdampak negatif bagi pertumbuhan AS. Satu hal yang

perlu diperhatikan adalah peningkatan investasi yang lebih banyak didorong oleh peningkatan

inventories, yang mengindikasikan ekses pasokan barang atau masih belum cukup kuatnya

permintaan domestik.

Berbeda dengan AS, negara lain masih terus melemah. Tiongkok dan Jepang tumbuh di

bawah ekspektasi dimana Tiongkok tumbuh stagnan (7,3%) di TW4-14 dan di saat yang sama

Jepang terkontraksi (0,5%). Kinerja ekonomi Tiongkok masih diwarnai oleh proses rebalancing

dimana peran sektor jasa mulai meningkat sementara peran sektor manufaktur menurun,

melemahnya sektor properti dan ketatnya likuiditas di sektor finansial terkait upaya meredam

shadow banking. Sementara perekonomian Jepang masih lemah akibat permintaan domestik

yang masih lemah pasca kenaikan pajak penjualan. PDB Jepang kembali terkontraksi pada

TW4-14 meskipun net ekspor meningkat – ekspor meningkat karena pelemahan yen dan impor

menurun karena anjloknya harga minyak.

Kawasan Euro tumbuh sedikit meningkat di TW4-14, namun masih dalam level yang

rendah. Hal ini menunjukkan perekonomian Kawasan Euro yang belum membaik, terlebih

dengan terjadinya deflasi yang semakin dalam. Indikasi masih lemahnya perekonomian yang

ditunjukkan oleh penurunan inflasi juga dialami oleh hampir seluruh negara, termasuk AS. Selain

karena lemahnya permintaan domestik, turunnya inflasi terutama diakselerasi oleh turunnya

harga minyak hingga di bawah level USD50 per barrel.

Ringkasan Eksekutif

“Stagnasi Ekonomi Global dan Ketidakpastian Arah Ke Depan”

Page 14: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

2

Pelemahan ekonomi global tidak tercermin sepenuhnya di pasar keuangan. Pasar keuangan

global masih menunjukkan kondisi yang bullish, terutama di pasar obligasi pemerintah di negara

maju. Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat sepanjang TW4-14, termasuk

di Kawasan Euro yang perekonomiannya sedang melemah. Sementara itu, harga obligasi di

negara berkembang pada umumnya juga meningkat, hanya beberapa negara yang mengalami

penurunan, seperti Malaysia dan Filipina. Di bursa saham, pergerakan harga lebih bervariasi

dimana harga saham negara maju, kecuali di Eropa, mengalami peningkatan. Harga saham di

negara berkembang juga bervariasi namun cenderung menurun, seperti yang terjadi di Korea,

Thailand dan Malaysia. Harga saham yang lebih lemah di negara berkembang disebabkan oleh

tapering quantitative easing oleh the Fed, tren apresiasi USD dan kinerja ekonomi yang melemah.

Tren apresiasi USD telah mengakibatkan menurunnya aliran modal investor global ke negara

berkembang. Di awal 2015, perkembangan pasar keuangan cenderung kembali membaik.

Di pasar komoditas, harga minyak masih terus mengalami penurunan, bahkan dengan

akselerasi penurunan yang lebih cepat. Sepanjang TW4-14, harga minyak menurun sekitar 40%

(point to point) dan jatuh hingga sekitar USD50 per barel. Jatuhnya harga minyak diikuti oleh

turunnya harga komoditas metal dan mining, meskipun penurunannya tidak sedrastis harga

minyak. Sementara itu, perkembangan harga komoditas pertanian sedikit bervariasi. Secara

umum harga menurun, namun beberapa komoditas masih mengalami kenaikan harga – seperti

jagung, gandum, kedelai dan palm oil – akibat faktor cuaca yang mengganggu produksi.

Kinerja ekonomi global yang belum menunjukkan pemulihan yang solid juga menjadi

perhatian dalam berbagai fora kerja sama internasional – seperti IMF, G20, EMEAP, BIS, ASEAN,

dan sebagainya. Secara umum berbagai fora tersebut sangat concern dengan pelemahan ekonomi

global. Dalam berbagai sidang internasional senantiasa dibahas kondisi ekonomi global yang

belum juga membaik. IMF dan World Bank bahkan berulang kali menurunkan outlook ekonomi

global. Beberapa isu global yang berpengaruh pada kinerja ekonomi global juga dibahas, seperti

jatuhnya harga minyak, tren apresiasi US dollar, menurunnya suku bunga jangka panjang, risk

taking behavior investor yang belum mau menyentuh sektor rill, dan sebagainya.

Dengan latar belakang tersebut, koordinasi kebijakan dan berbagai measures diarahkan

pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk G20 yang berupaya berkoordinasi

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara G20 secara signifikan dalam jangka

menengah. Sementara melakukan upaya untuk mendorong pertumbuhan, beberapa fora

melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan resiliensi agar dapat bertahan dalam kondisi

ekonomi global yang melemah dan penuh risiko ketidakpastian.

G20 melalui Growth Strategy secara ambisius berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi

negara-negara G20 dengan target sebesar 2% di atas ekspektasi atau forecast awal dalam lima

Page 15: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Ringkasan Eksekutif

3

tahun (2013-2018). Untuk mencapainya negara-negara G20 berkomitmen untuk mendorong

investasi infrastruktur, serta mengimplementasikan perbaikan pasar tenaga kerja, peningkatan

perdagangan dan persaingan, kerja sama perpajakan (mengurangi penghindaran pajak lintas

batas), dan reformasi sektor keuangan. Untuk mendorong investasi infrastruktur dibentuk Global

Infrastructure Initiative (GII) dengan tujuan meningkatkan kualitas investasi publik dan swasta,

antara lain mencakup perbaikan iklim investasi, peningkatan peran multilateral development

banks dan kebutuhan pembiayaan.

Pergantian Presidency G20 dari Australia (2014) ke Turki (2015), tetap melanjutkan

growth strategy melalui Three I’s: Inclusiveness, Implementation, and Investment for Growth.

Implementasinya dilakukan melalui dua strategi utama investasi, yakni sebagai fasilitator dalam

pencapaian target investasi dan pengembangan instrumen pembiayaan, salah satunya melalui

pengembangan instrumen keuangan syariah (sukuk).

Pada saat yang sama upaya meningkatkan resiliensi juga terus dilakukan dalam berbagai

fora. IMF terus melakukan reformasi kuota untuk memperbaiki keterwakilan masing-masing

negara-negara anggota. ASEAN+3 melanjutkan upaya operasionalisasi CMIM untuk pencegahan

krisis, termasuk memperbaiki surveillance system melalui penyempurnaan Economic Review and

Policy Dialogue (ERPD) Matrix dan melakukan kajian-kajian yang mendukung. G20 melakukan

reformasi sektor keuangan dengan menambah anggota dari negara berkembang dalam Financial

Stability Board (FSB).

Bentuk lain dari upaya peningkatan resiliensi ekonomi adalah mengembangkan ekonomi

syariah yang terbukti cukup resilien terhadap krisis global. Untuk itu, Bank Indonesia merangkaikan

pertemuan Gubernur Bank Sentral Negara Anggota OKI 2014 dengan berbagai kegiatan

yang terkait dengan upaya mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah nasional melalui

penyelenggaraan International Sharia Economic Festival (ISEF).

Dengan perkembangan ekonomi yang masih lemah, bank sentral di berbagai negara

cenderung melakukan pelonggaran kebijakan moneter, kecuali AS. Ekonomi AS yang pulih

lebih cepat mendorong the Fed untuk mengakhiri quantitative easing (QE) dan bersiap untuk

melakukan normalisasi kebijakan moneter pada pertengahan 2015. Negara maju lain yang

perekonomiannya masih melemah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan moneter,

seperti ECB yang menurunkan suku bunga dan bersiap melakukan QE di 2015 dan BOJ yang

meningkatkan besarnya quantitative and qualitative easing (QQE) dan memperpanjang tenor

obligasi pemerintah yang dibeli. Beberapa bank sentral lain juga melakukan pelonggaran

kebijakan moneter, seperti PBoC, Bank of Korea, Swiss National Bank, Denmark National Bank,

RBA, dan sebagainya.

Page 16: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

4

Ke depan, arah perkembangan perekonomian global masih penuh ketidakpastian. Di

satu sisi, IMF dan World Bank memperkirakan ekonomi global akan tumbuh meningkat di 2015

dan 2016. Namun, dalam perkembangannya kedua lembaga internasional tersebut mengoreksi

outlook dimaksud. IMF dalam WEO Januari 2015 memperkirakan ekonomi global akan tumbuh

3,5% di 2015, sedikit membaik dibanding pertumbuhan di 2014 yang hanya sebesar 3,3%.

Pertumbuhan tersebut, terutama ditopang oleh AS yang tumbuh 3,6%, meningkat signifikan

dari 2,4% di 2014. Sementara itu, di 2016 ekonomi global kembali tumbuh meningkat mencapai

3,7%.

Di sisi lain, terdapat downside risk yang cukup besar yang dapat menekan ekonomi global

tumbuh lebih rendah, bahkan menurun dibanding pertumbuhan 2014. Faktor risiko dimaksud

adalah ketidakpastian harga minyak, timing normalisasi kebijakan moneter AS yang kurang tepat

dan kurang dikomunikasikan dengan baik, deflasi yang semakin dalam di Kawasan Euro, serta

risiko geopolitik. Dengan outlook yang hanya meningkat sedikit, sementara terdapat downside

risk yang besar, serta tren pertumbuhan 2014 yang menurun, pertumbuhan ekonomi global ke

depan menjadi penuh ketidakpastian.

Page 17: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

5

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Perkembangan ekonomi global pada TW4-14 cenderung semakin melemah dibanding

triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi AS yang dianggap paling solid tumbuh melambat,

Kawasan Euro jatuh ke dalam deflasi, dan Tiongkok stagnan. Inflasi yang semakin menurun

juga menunjukkan lemahnya permintaan domestik di berbagai negara. Hal ini dikonfirmasi oleh

pelemahan indikator retail sales, industrial production dan indeks PMI. Di sisi lain, lemahnya

permintaan global juga ditunjukkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor dan impor.

Perkembangan ekonomi global juga diwarnai oleh berlanjutnya tren penurunan harga

minyak dan tren apresiasi US dollar. Meskipun harga minyak menurun drastis, namun belum

banyak membantu mendorong pertumbuhan ekonomi global yang masih lemah.

Dengan kondisi ekonomi yang melemah, hampir seluruh negara cenderung

mempertahankan kebijakan moneter longgar, bahkan semakin melonggarkannya seperti yang

dilakukan ECB melalui keputusan mengimplementasikan QE dengan segera.

Kondisi ekonomi yang belum membaik signifikan ini menjadikan outlook ke depan belum

cukup prospektif. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya sedikit meningkat diiringi

oleh inflasi yang tetap rendah. Selain itu, beberapa faktor risiko masih berpotensi menekan

pertumbuhan, seperti ketidakpastian harga minyak, timing normalisasi kebijakan moneter AS

yang kurang tepat, deflasi yang semakin dalam di Kawasan Euro, serta risiko geopolitik.

Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

1BA B

Page 18: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

6

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

A. KINERJA EKONOMI GLOBAL

Perkembangan ekonomi g lobal

masih belum menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan sepanjang TW4-14.

Pertumbuhan PDB yang melambat di TW3-

14 diperkirakan belum akan menunjukkan

perbaikan yang berarti di TW4-14. Uneven

global economic recovery yang selama

ini terjadi hanya menyisakan AS sebagai

perekonomian yang menunjukkan pemulihan

cukup solid. Sementara itu, negara-negara

lainnya – terutama negara berkembang – relatif

masih melemah.

Namun demikian, perekonomian AS

juga belum cukup kuat untuk mempertahankan

kinerja ekonomi dan momentum pemulihannya.

Angka estimasi awal (30 Januari 2015)

menunjukkan bahwa PDB AS di TW4-14

tumbuh melambat. Implikasinya, jika AS terus

tumbuh melambat, ekonomi global berpotensi

kehilangan ‘lokomotif’ pemulihan ekonomi.

Pertumbuhan PDB yang masih lemah

juga diikuti oleh transaksi perdagangan

– ekspor dan impor – yang juga tumbuh

melambat, bahkan beberapa negara mengalami

kontraksi. Hal ini disebabkan oleh penurunan

permintaan sejalan dengan masih lemahnya

pertumbuhan ekonomi global, serta turunnya

harga komoditas, terutama harga minyak

mentah. Efek penurunan harga pada umumnya

terjadi pada penurunan perdagangan negara

berkembang yang merupakan eksportir

komoditas.

Selain pertumbuhan yang lambat,

indikasi perekonomian yang melemah juga

ditunjukkan oleh inflasi yang rendah. Inflasi

cenderung terus menurun – turun di bawah

target inflasi bank sentral – dan bahkan

sampai mengalami deflasi, seperti yang

terjadi di Kawasan Euro. Inflasi yang sangat

rendah mengurangi insentif aktivitas bisnis

sehingga semakin melemahkan pertumbuhan

ekonomi (spiral effect dari low inflation dan

low growth).

Dengan kinerja ekonomi yang masih

lemah dan laju inflasi yang menurun, bank

sentral cenderung mengeluarkan kebijakan

moneter yang semakin longgar. Beberapa

bank sentral – yang masih memiliki ‘room’

– menurunkan policy rate, sementara bank

sentral lainnya – yang policy rate-nya sudah di

sekitar 0% – melakukan quantitative easing.

Di tengah pemulihan ekonomi yang

lambat, perekonomian global juga dihadapkan

pada beberapa isu penting, yaitu jatuhnya

harga minyak dan tren apresiasi US dollar

sejak pertengahan 2014 (lihat artikel Tren

Penurunan Harga Minyak dan Apresiasi US

Dollar: Twin Shocks Bagi Perekonomian

Global). Jatuhnya harga minyak secara

umum mengurangi tekanan inflasi dunia

dan mendorong pertumbuhan. Turunnya

harga minyak – yang diikuti penurunan harga

BBM dan produk dan jasa terkait (gas, listrik,

pupuk, tarif transportasi dan sebagainya) –

menciptakan positive income effect sehingga

konsumen dapat meningkatkan konsumsi

dan mendorong pertumbuhan PDB. Namun,

dampak positif tersebut di-offset sebagian oleh

Page 19: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

7

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

turunnya pendapatan negara eksportir minyak

yang pada gilirannya menekan pertumbuhan

PDB.

Tren apresiasi US dollar berdampak

positif bagi peningkatan daya beli konsumen

AS terhadap barang impor, sehingga konsumsi

meningkat. Namun, peningkatan konsumsi

tersebut tergerus sebagian oleh peningkatan

impor sehingga net ekspor menurun. Di sisi

lain, apresiasi US dollar – depresiasi mata uang

lainnya – berpengaruh pada aliran modal global

dimana semakin US dollar terapresiasi aliran

modal akan mengarah ke aset berdenominasi

US dollar.

Isu lain yang juga memengaruhi

perekonomian global adalah eskalasi konflik

di Rusia-Ukraina dan Timur Tengah. Konflik

Rusia-Ukraina yang belum juga terselesaikan

berdampak cukup signifikan terhadap transaksi

perdagangan antara Rusia dan Kawasan

Euro yang sebelumnya merupakan mitra

dagang utama. Terlebih, Rusia menghadapi

sanksi ekonomi baru yang diberikan oleh

AS dan EU. Sementara itu, konflik di Timur

Tengah diperkirakan juga mengganggu

pertumbuhan.

Pertumbuhan PDB dunia pada TW3-

14 - sebesar 3,2%, yoy - kembali melambat

dibanding pertumbuhan di TW2-14 (yang

mencapai 3,3%) dan di TW1-14 (3,5%).

Perlambatan pertumbuhan tersebut terutama

disebabkan oleh penurunan pertumbuhan yang

terjadi hampir merata di negara berkembang.

Beberapa negara berkembang yang tumbuh

melambat, antara lain Tiongkok, India, Turki,

Rusia, Malaysia dan Indonesia.

Sementara itu, kelompok negara

maju hanya sedikit melambat. Perlambatan

pertumbuhan di negara maju terutama

disebabkan oleh kontraksi PDB Jepang

yang cukup signifikan (-1,4% yoy). Namun,

kontraksi pertumbuhan Jepang tersebut

dapat dikompensasi oleh meningkatnya

pertumbuhan PDB AS. Sehingga negara maju

secara keseluruhan hanya sedikit melambat

dibanding triwulan sebelumnya.

Un tuk TW4-14 , pe r tumbuhan

ekonomi global diperkirakan akan stagnan

atau downward bias ke arah pelemahan.

Beberapa faktor yang cenderung mengarahkan

pelemahan pertumbuhan di TW4-14 adalah

first estimate pertumbuhan AS yang melambat,

retail sales dan industrial production di berbagai

negara yang cenderung menurun, serta ekspor

yang secara umum tumbuh melambat.

Pertumbuhan PDB AS di TW4-14

hanya tumbuh 2,5%, melambat dari 2,7% di

TW3-14. Beberapa indikator makroekonomi

mengonfirmasi melemahnya ekonomi AS

����

�����

��� ��� ��� �������

���

���

���

���

���

���

���

���

��� ��� ��� ���

��� ��� ��� ���

������ ��� ���

�������������������������������������������������� ���������

�����������������

Grafik 1.1 PDB Dunia

Page 20: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

8

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

di TW4-14, seperti penurunan retail sales,

penurunan inflasi (sebagaimana diulas di atas),

dan penurunan ekspor di tengah impor yang

justru meningkat. Sementara itu, peningkatan

industrial production sepanjang TW4-14

juga tidak sepenuhnya menunjukkan kondisi

permintaan yang meningkat – sebagaimana

ditunjukkan oleh penurunan retail sales –

namun lebih pada peningkatan inventory.

Retai l sa les di berbagai negara

cenderung menurun pada TW4-14. Selain

di AS, penurunan retail sales juga terjadi di

Tiongkok, Jepang, India, Korea dan Indonesia.

Retail sales di Thailand1 masih melanjutkan

kontraksi yang terjadi sejak pertengahan

2013, meskipun tingkat kontraksinya semakin

moderat. Salah satu yang mengalami perbaikan

retail sales adalah Kawasan Euro dimana retail

sales kembali membaik (rebound) setelah

memburuk di TW3-14.

Dalam hal industrial production,

melambatnya aktivitas produksi terjadi secara

lebih merata di berbagai negara, termasuk di

Kawasan Euro. Perbaikan produksi antara lain

hanya terjadi di AS, India, dan Brazil. Sejalan

dengan itu, indikator PMI pada umumnya juga

menurun, bahkan di beberapa negara indeks

telah turun di bawah 50 yang mengindikasikan

terjadinya penurunan aktivitas bisnis.

Kinerja ekspor dan impor juga

menun jukkan kecende rungan yang

menurun di TW4-14. Seperti diulas di atas,

pelemahan ekspor disebabkan oleh dua

faktor, yaitu lemahnya permintaan dunia dan

menurunnya harga komoditas global. Ekspor

AS, Kawasan Euro dan Tiongkok cenderung

menurun. Sementara itu, Singapura yang

perekonomiannya bergantung pada ekspor

(dan re-ekspor) mengalami kontraksi sepanjang

TW4-14. Di sisi lain, impor negara-negara

tersebut juga melemah, kecuali AS yang

impornya meningkat di Desember 2014. Hal

ini ditengarai merupakan dampak dari tren

apresiasi US dollar.

1 Dalam hal pertumbuhan year on year.

�����

�����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

����

���� ���� ����� � � � �� � � � �� �

������� ������������ �������� ���������

�����������������

�����

�����

�����

����

���

����

����

����

� � � � �� � � � �� ����� ���� ����

������� ������������ �������� ���������

�����������������

Grafik 1.2 Ekspor Beberapa Negara Grafik 1.3 Impor Beberapa Negara

Page 21: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

9

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Perkembangan Inflasi

Kondisi ekonomi yang masih lemah

– terutama lemahnya permintaan domestik –

menjadikan inflasi cenderung terus menurun.

Penurunan inflasi juga terjadi di AS yang kinerja

ekonominya dianggap paling kuat. Bahkan

penurunannya relatif drastis, yaitu dari 1,7%

di Oktober 2014 menjadi 0,8% di Desember

2014. Penurunan yang drastis juga dialami oleh

Inggris – dari 1,3% (Oktober 2014) menjadi

0,5% (Desember 2014) –, Thailand – dari 1,5%

(Oktober 2014) menjadi 0,6% (Desember

2014) dan deflasi 0,4% (Januari 2015) –,

serta Vietnam – dari 3,2% (Oktober 2014)

menjadi 1,8% (Desember 2014)–. Sementara

itu, beberapa negara lain juga mengalami

deflasi, yaitu Kawasan Euro yang terdeflasi

0,6% pada Januari 2015 dan Singapura yang

terdeflasi 0,3% dan 0,2% di November dan

Desember 2014.

Penurunan inflasi yang semakin

cepat tidak hanya didorong oleh pelemahan

permintaan domestik, namun lebih didorong

oleh jatuhnya harga minyak. Turunnya

harga minyak menjadikan harga BBM juga

menurun. Oleh karena BBM merupakan input

untuk berbagai produksi barang dan jasa

(transportasi), harga barang dan jasa lainnya

juga ikut menurun, sehingga inflasi secara

umum menurun.

Di tengah tren penurunan inflasi,

beberapa negara masih menunjukkan

peningkatan inflasi, seperti Indonesia, Brazil,

dan Rusia. Namun demikian, peningkatan inflasi

di negara-negara tersebut lebih disebabkan

oleh faktor lain, sementara permintaan

domestik relatif masih lemah. Untuk kasus

Indonesia, inflasi yang meningkat tajam di

Desember 2014 – menjadi 8,4% yoy dari

6,2% di November 2014 – lebih disebabkan

oleh kenaikan harga BBM (administered price)

setelah pemerintah mengurangi subsidi BBM.

Pada Januari 2015, inflasi Indonesia kembali

menurun menjadi 6,9%. Kasus yang sama

�����

��

� � � � �� � � � �� ����� ���� ����

������� ������������ �������� ���������

�����������������

�����

���� ���� ����� � � � �� � � � �� �

��

��

��

��

��������� ������ ������ �����

�����������������

Grafik 1.4 Inflasi Beberapa Negara Grafik 1.5 Inflasi Beberapa Negara

Page 22: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

10

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

terjadi di Brazil dimana inflasi meningkat

akibat kenaikan administered price (tarif listrik

dan transportasi), selain karena faktor cuaca

yang mengakibatkan melambungnya harga

bahan makanan. Sementara kenaikan inflasi

di Rusia disebabkan oleh depresiasi rubel dan

terganggunya pasokan barang akibat konflik

Rusia-Ukraina (sanksi yang dikenakan oleh AS

dan Kawasan Euro).

Kebijakan Moneter

Dengan kinerja ekonomi yang masih

lemah dan inflasi yang cenderung menurun,

bank sentral cenderung melonggarkan

kebijakan moneter atau mempertahankan

stance kebijakan moneter yang sudah cukup

longgar. Di Tiongkok, People Bank of China

(PBoC) menurunkan suku bunga kebijakan

dari 6,0% menjadi 5,6% di November 2014.

Langkah yang sama sebelumnya juga dilakukan

oleh Bank of Korea (BoK) yang menurunkan

suku bunga 25 bps menjadi 2,0% (Oktober

2014). Setelah itu, Turki dan India juga

menurunkan suku bunga kebijakan masing-

masing pada Januari 2015.

Pelemahan ekonomi Kawasan Euro

juga mendorong European Central Bank

(ECB) untuk lebih melonggarkan kebijakan

moneternya. Pada 22 Januari 2015, ECB

mengumumkan akan melakukan QE yang

nilainya mencapai rata-rata EUR60 miliar per

bulan. QE dimaksud akan dilakukan sejak

Maret 2015 hingga September 2016, sehingga

nilai totalnya mencapai EUR1,1 triliun. QE

ini akan meningkatkan likuiditas, namun

melemahkan euro terhadap mata uang lainnya.

Tambahan likuiditas dimaksud diharapkan

dapat terserap oleh sektor riil untuk financing

aktivitas bisnisnya. Selain itu, pelemahan euro

juga dapat membantu mendorong ekspor

Kawasan Euro. Namun demikian, tambahan

likuiditas tersebut diperkirakan tidak akan

terserap seluruhnya mengingat prospek

ekonomi yang lemah. Akibatnya, likuiditas

tersebut dikhawatirkan justru akan mengalir

ke luar Kawasan Euro.

Kekhawat i ran tersebut memicu

respon kebijakan di negara lainnya, seperti

Swiss, Denmark dan Singapura, yang tidak

menginginkan masuknya likuiditas euro

tersebut. Aliran modal tersebut dapat

mendorong mata uang domestik terapresiasi

– kecuali Swiss franc yang nilai tukarnya

ditentukan (capped) terhadap euro – dan

selanjutnya akan merugikan ekspor. Swiss

National Bank (SNB) dan Danmark National

Bank (DNB) menurunkan suku bunga kebijakan.

Selain itu, SNB juga melepas cap Swiss

franc terhadap euro. Monetary Authority

of Singapore (MAS) juga merespon dengan

mengubah slope – menjadi lebih flat – band

intervensi SGD terhadap basket currencies

untuk menahan apresiasi SGD.

Outlook dan Faktor Risiko

Dengan perkembangan ekonomi

dan kebijakan sebagaimana diulas di atas,

pertumbuhan perekonomian global di TW4-14

diperkirakan relatif tetap (3,2%) – sehingga

secara keseluruhan tahun 2014 tumbuh 3,3%.

Page 23: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

11

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

2 Simple average harga minyak varian Brent, WTI dan Dubai Fateh.

Di 2015, perekonomian global diperkirakan

masih harus berjuang untuk pulih dan kembali

tumbuh meningkat. IMF dalam WEO Update

Januari 2015 memprediksi perekonomian

global akan tumbuh sebesar 3,5% di 2015

(dan 3,7% di 2016). Prakiraan pertumbuhan di

2015 tersebut lebih rendah dibanding proyeksi

sebelumnya yang mencapai 3,8% (WEO

Oktober 2014). Peningkatan pertumbuhan

disumbang oleh AS yang diperkirakan tumbuh

semakin kuat (3,6% dari 2,4% di 2014) di

tengah pertumbuhan negara lain yang masih

melemah. Kelompok negara maju diperkirakan

tumbuh moderat. Namun, kelompok negara

berkembang diprediksi tumbuh melambat (dari

4,4% di 2014 menjadi 4,3%).

Sejalan dengan outlook ekonomi global,

volume perdagangan dunia di 2015 juga

diproyeksikan meningkat tipis yaitu 3,7% (dari

3,0% di 2014). Sementara itu, pertumbuhan

ekonomi global dan volume perdagangan yang

relatif masih lemah belum cukup kuat untuk

mendorong harga komoditas. Rata-rata harga

minyak dan komoditas lainnya diperkirakan

akan menurun di 2015. IMF memperkirakan

rata-rata harga minyak akan menurun dari

USD96,3 per barrel2 (2014) menjadi sekitar

USD56,7 (2015). Dengan posisi harga minyak

di bawah USD50 per barrel di akhir 2014, harga

minyak di sepanjang 2015 diperkirakan akan

bergerak sedikit meningkat.

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

��� �������������������� �������������������

���� ���� ���� �������������

���� ���� ���� ����

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

�������������������������������������

������������������������������������

�������������������������������������

�������������������������������������

�������������������������������������

������������������������������������

�������������������������������������

������������������������������������

Tabel 1.1 Outlook Pertumbuhan PDB Dunia 2015

Page 24: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

12

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Harga komoditas yang secara rata-rata

masih menurun dan pertumbuhan ekonomi

yang belum cukup tinggi diperkirakan belum

dapat mendorong peningkatan inflasi. Di

negara maju – yang memiliki output gap relatif

masih besar – tekanan inflasi masih berpotensi

menurun. Rata-rata harga komoditas yang

lebih rendah di 2015 diperkirakan lebih kuat

menekan inflasi ke bawah dibandingkan

dorongan ke atas karena pertumbuhan

ekonomi, sehingga tekanan inflasi di negara

maju diperkirakan akan menurun.

Berbeda dengan kondisi negara

maju, output gap di negara berkembang

relatif lebih kecil. Dengan demikian, dampak

tekanan pertumbuhan diperkirakan lebih

kuat dibanding penurunan rata-rata harga

komoditas, sehingga inflasi diperkirakan sedikit

meningkat.

Meskipun diperki rakan tumbuh

meningkat, ekonomi global dihadapkan

pada beberapa potensi risiko yang dapat

menjadikan pertumbuhan menyimpang dari

perkiraan. Pertama, ketidakpastian arah

pergerakan harga minyak dapat memberikan

risiko yang berbeda (upside dan downside

risk). Harga minyak yang stabil di level rendah

dapat kembali berkontribusi positif pada

peningkatan konsumsi dan pertumbuhan,

meski di-offset oleh pelemahan pertumbuhan

di negara pengekspor minyak. Namun, apabila

harga minyak bergejolak atau meningkat

tajam, dampak positif pada pertumbuhan

akan berbalik menekan pertumbuhan karena

konsumsi akan tertahan dan inflasi akan

kembali meningkat.

Downside risks lain dapat bersumber

dari normalisasi kebijakan moneter AS, deflasi

Kawasan Euro yang semakin dalam, dan

eskalasi risiko geopolitik. Normalisasi kebijakan

moneter AS yang tidak tepat waktunya dapat

berdampak negatif pada pertumbuhan dan

pemulihan ekonomi global.

Risiko deflasi di Kawasan Euro telah

diprediksi sebelumnya dan menjadi kenyataan

sejak Desember 2014. Hal ini semakin

melemahkan perekonomian Kawasan Euro.

Apabila deflasi ini tidak segera diatasi, spiral

effect dari deflasi dan penurunan pertumbuhan

akan menarik perekonomian kembali jatuh

ke dalam resesi dimana pemulihannya akan

menjadi semakin sulit. Dampak melemahnya

Kawasan Euro juga akan menyebar ke

perekonomian global. Risiko deflasi yang

semakin dalam menjadi lebih nyata dengan

deflasi bulan Januari 2015 yang mencapai

0,6% (dari -0,2% di Desember 2014).

���

���

���

��

��

��

��

�������� ������������

����������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

�����������������

Grafik 1.6 Harga Minyak

Page 25: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

13

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Normalisasi kebijakan moneter AS

dapat menjadi downside risk apabila tidak

dikomunikasikan dengan baik dan timing

pelaksanaannya tidak tepat. Timing normalisasi

yang terlalu cepat, sementara pemulihan

ekonomi belum cukup solid, dapat menjadikan

ekonomi AS kembali melemah. Lebih jauh lagi,

pemulihan ekonomi global juga akan terancam

mengingat AS merupakan satu-satunya

lokomotif pertumbuhan ekonomi global.

Di sisi lain, normalisasi yang meningkatkan

suku bunga AS tersebut akan memicu capital

reversal dari negara berkembang. Hal ini akan

semakin memperkuat tren apresiasi US dollar

terhadap mata uang global yang lebih jauh lagi

dapat semakin menekan ekspor AS.

B. INDIVIDU NEGARA

B.1. Amerika Serikat

PDB AS di TW4-14 tumbuh melambat

menjadi 2,5% yoy, setelah pada triwulan

sebelumnya tumbuh mencapai 2,7%.

Perlambatan aktivitas ekonomi pada TW4-14

dipengaruhi oleh pemburukan kinerja sektor

eksternal di tengah akselerasi konsumsi dan

investasi. Berlanjutnya tren apresiasi USD

dikhawatirkan semakin memperlemah daya

saing produk ekspor AS. Kondisi ini berisiko

menahan ekspansi bisnis dan menyebabkan

penyerapan tenaga kerja menjadi terbatas.

Secara keseluruhan 2014, kinerja

ekonomi AS relatif membaik dan tumbuh

sebesar 2,4% yoy, dari 2,2% pada tahun

sebelumnya. Pencapaian ini ditopang oleh

peningkatan aktivitas ekonomi domestik yang

dipengaruhi oleh perbaikan sektor tenaga

kerja.

Kondisi ketenagakerjaan AS kembali

melanjutkan pemulihan dengan tingkat

pengangguran yang semakin menurun.

Namun, perbaikan pada sektor tenaga kerja

masih perlu dicermati lebih lanjut seiring tingkat

partisipasi tenaga kerja yang tidak kunjung

membaik dan pendapatan yang cenderung

stagnan. Menyikapi perkembangan ini, the

Fed kembali melanjutkan kebijakan akomodatif

dengan mempertahankan suku bunga rendah

(0-0,25%) sampai beberapa waktu ke depan,

dan menunggu waktu yang tepat untuk

melakukan normalisasi kebijakan.

Dengan memperhatikan dinamika

perekonomian di sepanjang tahun 2104, PDB AS

di 2015 diproyeksikan mengalami peningkatan

pertumbuhan. The Fed memperkirakan

ekonomi akan tumbuh di kisaran 2,6% - 3,0%

di 2015, dan kemudian melambat menjadi

2,5% - 3,0% pada 2016. Sedangkan IMF

memprediksi PDB AS pada 2015 dan 2016

masing-masing akan tumbuh sebesar 3,6%

dan 3,0%. Di sisi lain, tren penurunan harga

minyak diperkirakan menyebabkan inflasi

terus menurun. Merespon perkembangan

tersebut, the Fed menurunkan proyeksi inflai

2015 menjadi 1,0%-1,6% dan kembali naik ke

kisaran 1,7%-2,0% di 2016.

Akselerasi ekonomi AS tertahan di

penghujung 2014, setelah tumbuh impresif

di TW3-14. PDB AS TW4-14 tumbuh 2,5%

Page 26: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

14

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

yoy3, lebih rendah dari triwulan sebelumnya

(2,7%) dan di bawah proyeksi Consensus

Forecast4 (2,6%). Peningkatan aktivitas

ekonomi menjelang liburan natal dan tahun

baru terindikasi belum mampu mengompensasi

pemburukan kinerja sektor eksternal yang

disebabkan oleh tren apresiasi USD dan

perlambatan permintaan eksternal. Di sisi

lain, perkembangan sektor tenaga kerja yang

cukup kondusif dan tren penurunan harga

minyak dunia (sejak Juli 2014) diperkirakan

berada dibalik peningkatan aktivitas ekonomi

domestik di TW4-14.

Pertumbuhan investasi dan konsumsi

swasta meningkat sebesar 6,3% dan 2,8% yoy

di TW4-14, dari 5,4% dan 2,7% di TW3-14.

Perbaikan kinerja konsumsi swasta ditopang

oleh ekspansi konsumsi durable goods dan non-

durable goods, terutama aktivitas pembelian

kendaraan dan barang-barang kebutuhan

liburan. Sementara akselerasi kinerja investasi

lebih dipengaruhi oleh peningkatan business

inventories yang mencapai USD113 miliar

di TW4-14, dari USD82 miliar pada TW3-14

(tumbuh 38,3% yoy). Di sisi lain, pertumbuhan

nonresidential fixed investment yang selama

ini berperan penting terhadap investasi

AS tumbuh melambat di TW4-14 seiring

penurunan investasi peralatan.

Net ekspor memburuk dan berkontribusi

negatif terhadap pertumbuhan PDB AS.

Pelemahan kinerja sektor eksternal di

TW4-14 merupakan dampak dari penurunan

pertumbuhan ekspor yang terjadi bersamaan

dengan lonjakan impor akibat apresiasi USD.

Ekspor tumbuh melambat menjadi 2% di

TW4-14, dari 3,8% pada triwulan sebelumnya.

Di saat yang sama, impor justru meningkat

3 First estimate oleh Bureau Economic Analysis (BEA) yang dirilis 30 Januari 2015.

4 Januari 2015.

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��������������������������������������������������������

���������

���

���

���

��

��

��

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

�����������������

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����

����

����

���

���

���

���

�����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

����

��������������� �������������

�������������������������

�����������������������

� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

�����������������

Grafik 1.7 Pertumbuhan PDB Grafik 1.8 PDB Kontribusi

Page 27: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

15

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

tajam menjadi 5,3%, dari 4,3% di TW3-14.

Hal ini menjadikan net ekspor terkontraksi

semakin dalam. Pelemahan ekonomi global

yang disertai dengan apresiasi USD, berisiko

menekan kinerja ekspor dan menyebabkan

ekspansi sektor manufaktur tertahan.

Secara keseluruhan tahun 2014, kinerja

ekonomi AS membaik dan tumbuh sebesar

2,4%, dari 2,2% pada tahun sebelumnya.

Pencapaian ini ditopang oleh peningkatan

aktivitas ekonomi domestik yang dipengaruhi

oleh perbaikan sektor tenaga kerja. Ekspansi

bisnis yang cukup agresif tercermin dari

pertumbuhan investasi sebesar 6% di 2014,

meningkat dari 4,9% di 2013. Kondisi

tersebut berimplikasi positif pada peningkatan

penyerapan tenaga kerja sehingga menurunkan

angka pengangguran. Namun, perbaikan

sektor tenaga kerja belum cukup solid untuk

mendorong konsumsi tumbuh lebih pesat.

Hal ini tercermin dari pertumbuhan konsumsi

swasta yang hanya meningkat moderat sebesar

2,5% di 2014, dari 2,4% di 2013.

Berbeda dengan konsumsi dan investasi

yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

AS di 2014, kinerja net ekspor di 2014 justru

mengalami pelemahan. Secara keseluruhan

2014, impor meningkat lebih tinggi dibanding

ekspor sehingga net ekspor menjadi negatif.

Kinerja net ekspor tersebut merupakan akibat

dari pelemahan ekonomi negara mitra dagang,

peningkatan tensi geopolitik, dan tren apresiasi

USD yang dimulai sejak paruh kedua 2014.

Performa investasi yang mengesankan

di TW4-14 juga tercermin dari indikator

produksi industri yang tumbuh mencapai

4,82%, meningkat dari triwulan sebelumnya

(4,65%). Aktivitas produksi yang meningkat

paling pesat terutama terjadi pada November

2014 (tumbuh 5,18%), tertinggi di sepanjang

2014. Peningkatan produksi industr i

mendorong kapasitas utilisasi meningkat

menjadi 79,63% di TW4-14, dari 79,27%

pada triwulan sebelumnya. Perkembangan

ini mencerminkan upaya produsen yang

cenderung memaksimalkan kapasitas produksi

untuk mengantisipasi peningkatan permintaan

menjelang libur natal dan tahun baru.

Di luar dugaan, realisasi permintaan

di penghujung 2014 ternyata tidak setinggi

pe rk i raan seh ingga mengak iba tkan

penumpukan persediaan. Kondisi tersebut

Tabel 1.2 PDB Amerika Serikat

��������� ��� �������� ���������� �������� ���������� ������ �����

���������� ��� ��� ��� ���� ���� ��� ������������� ��� ��� ��� ���� ���� ��� ������������� ��� ��� ��� ��� ���� ��� ����������������������� ��� ��� ��� ��� ����� � �������������� ��� ��� � ���� ���� ��� �������������� ��� ��� ��� �� ��� � ���

����������������������������������

�����

Page 28: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

16

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

dikonfirmasi oleh penurunan order pabrik

dan produk mesin di TW4-14. Order pabrik

dan produk mesin bahkan masing-masing

terkontraksi semakin dalam di Desember

2014 menjadi 3,6% dan 5,6%, dari kontraksi

2% dan 1% pada bulan sebelumnya. Hal

ini terutama disebabkan oleh ketidakpastian

akibat ekonomi global akibat peningkatan tensi

geopolitik dan pelemahan ekonomi sejumlah

negara mitra dagang yang menyebabkan

permintaan melemah. Kondisi tersebut pada

akhirnya menyebabkan aktivitas produksi

kembali melambat di Desember 2014 untuk

menghindari penumpukan persediaan

lebih lanjut. Selain itu, permasalahan yang

terjadi pada west coast ports juga berisiko

menghambat kegiatan produksi karena

telah mengganggu pasokan bahan mentah,

terutama yang diimpor dari kawasan Asia.

Sejalan dengan permintaan yang belum

cukup stabil, sejumlah leading indicator

investasi menunjukkan pergerakan yang

bervariasi dengan kecenderungan menurun

di TW4-14. Indeks ISM manufaktur pada

TW4-14 tercatat naik tipis menjadi 57,60,

dibanding dengan triwulan sebelumnya

(57,57), namun dengan tren yang cenderung

menurun di sepanjang triwulan. Pada saat

yang sama, indeks ISM non-manufaktur juga

merosot menjadi 57,63, dari 58,97 pada

TW3-14. Perkembangan ini mengindikasikan

kalangan bisnis yang masih menyimpan

keraguan akan prospek ekonomi ke depan,

sebagaimana tercermin dari pergerakan

leading indicator sektor manufaktur lainnya

yaitu Richmond Fed Manufacturing Index,

dan Empire Manufacturing Index5 yang juga

terdeselerasi di triwulan laporan. Walaupun

aktivitas bisnis masih ekspansif, permintaan

dari domestik maupun eksternal yang belum

cukup stabil telah memicu kekhawatiran dunia

usaha.

5 Indeks Fedres regional (mencakup kawasan Pennsylvania, New Jersey dan Delaware) yang menggambarkan aktivitas bisnis kawasan, terutama sektor manufaktur.

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

�����������������������������������������

�����������������

����������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ������ ���� ���� ���� ���� ���� ����

�������������������

������������������������������������������

������������������������

�����������������

Grafik 1.9 Produksi Industri Grafik 1.10 Indikator Aktivitas Bisnis

Page 29: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

17

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Di sisi lain, realisasi leading indicator

investasi di 2014 yang relatif membaik dari

rata-rata di 2013 mengindikasikan optimisme

pelaku bisnis terhadap pemulihan ekonomi

AS di tengah kehati-hatian terhadap potensi

ancaman dari sisi eksternal. Kondisi tersebut

ditengarai disebabkan oleh persepsi kalangan

pengusaha yang memandang perbaikan

aktivitas ekonomi domestik masih akan terus

berlanjut seiring tren penurunan harga minyak

dunia. Namun demikian, prospek konsumsi

ke depan diproyeksi masih akan menghadapi

tantangan seiring rencana peningkatan suku

bunga oleh the Fed yang dapat berimbas pada

peningkatan suku bunga kredit.

Searah dengan peningkatan aktivitas

produksi, konsumsi swasta yang memiliki

pangsa sebesar 70% terhadap PDB AS juga

menunjukkan pertumbuhan walaupun dengan

laju melambat. Pertumbuhan konsumsi swasta

di TW4-14 terutama didorong oleh pembelian

kelompok durable goods, seperti produk

otomotif, furnitur, dan barang elektronik.

Hal ini dikonfirmasi oleh indikator penjualan

kendaraan yang tumbuh sebesar 7,48%

di TW4-14, meningkat dari 6,87% pada

triwulan sebelumnya. Pencapaian tersebut

diantaranya dipengaruhi oleh penurunan

harga minyak dunia yang masih berlanjut

di TW4-14, penawaran diskon dan hadiah

dari dealer, terutama saat berlangsungnya

black friday di akhir November 2014, serta

rendahnya suku bunga kredit. Secara tahunan,

rata-rata penjualan kendaraan di 2014 bahkan

telah mencapai 16,40 juta unit, lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya (15,49 juta

unit) dan telah kembali ke level sebelum

krisis 2008 (rerata di 2007 sebesar 16,15 juta

unit).

Di sisi lain, penjualan ritel di TW4-14

tumbuh melambat menjadi 4,07% yoy, dari

4,57% pada triwulan sebelumnya. Perlambatan

terutama disebabkan oleh penurunan penjualan

bahan bakar kendaraan, department store,

dan penjualan restoran. Penjualan ritel yang

lazimnya meningkat pada akhir tahun, bahkan

������

�����������������

�����������������������������

���������������������

��������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

��

��

��

��

��

��

��

�����������������

������

������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��������������������������

����������������������

��������������������������������

�����������������

Grafik 1.11 Leading Indicator Investasi

Page 30: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

18

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

tumbuh melambat di Desember 2014 menjadi

3,2% yoy, dari 4,7% di November 2014.

Penurunan pertumbuhan penjualan ritel

ditengarai dipengaruhi oleh sikap hati-hati

masyarakat yang menetapkan skala prioritas

dalam berbelanja karena tingkat pendapatan

hanya meningkat secara moderat. Hal ini

juga mencerminkan preferensi masyarakat

yang cenderung memilih untuk membeli

barang yang memberikan masa manfaat

lebih panjang. Meski ekspansi konsumsi

cenderung terbatas, masyarakat masih cukup

optimis terhadap kinerja ekonomi AS di

penghujung 2014 sebagaimana tercermin dari

membaiknya indeks kepercayaan konsumen6

di TW4-14 yang secara rata-rata mencapai

level 89,77, meningkat dari 82,97 di triwulan

sebelumnya.

Memasuki 2015, aktivitas konsumsi

diperkirakan akan kembali membaik. Hal

ini dikonfirmasi oleh indikator kepercayaan

konsumen (Univ. of Michigan) yang meningkat

menjadi 98,1 pada Januari 2015, dari 93,6

pada bulan sebelumnya - tertinggi sejak Januari

2004. Harapan masyarakat bahwa pemulihan

ekonomi AS ke depan akan kembali berlanjut

tergambar dari expectation confidence yang

meningkat drastis menjadi 91,6, dari 86,4

di Desember 2014. Kondisi ekonomi saat ini

juga dinilai cukup kondusif, tercermin dari

hasil survei current confidence yang naik

menjadi 108,3, dari 104,8 di Desember 2014.

Meningkatnya hasil survei tersebut terutama

didorong oleh perbaikan sektor tenaga kerja

dan tren penurunan harga minyak dunia yang

di harapkan mampu memberikan ruang lebih

bagi masyarakat untuk melakukan konsumsi

di 2015.

Dari sisi eksternal, melambatnya

permintaan dari sejumlah negara mitra

dagang dan apresiasi USD di TW4-14 telah

menyebabkan kinerja ekspor mengalami

penurunan. Ekspor AS di TW4-14 tumbuh

rata-rata 1,4% yoy, merosot tajam dari 3,7%

pada TW3-14. Penurunan ekspor terutama

terjadi pada kelompok capital goods, industrial

supplies, consumer goods dan produk otomotif.

����������

������

������

������

������

������

����

�����

�����

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���

���

��

��

������������������������

��������������������

�����������������

������

��

��

��

��

��

��

���

��������������������������������������

�������������������������������������

���������������������������������

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ������ ���� ���� ���� ����

�����������������

Grafik 1.12 Indikator Konsumsi

6 Survey of Consumers, University of Michigan.

Page 31: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

19

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

7 Tiongkok dan Jepang adalah negara tujuan ekspor peringkat 3 dan 4 pada November 2014, yang masing-masing memiliki pangsa mencapai 5,2% dan 2,8% terhadap total ekspor AS.

Ekspor produk petroleum bahkan terkontraksi

akibat tren penurunan harga minyak dunia.

Kinerja ekspor yang memburuk di TW4-14

terjadi hampir pada semua negara mitra

dagang utama seperti Canada, Meksiko,

Tiongkok, Jepang dan Inggris. Kinerja ekspor

ke Tiongkok dan Jepang7 di TW4-14 bahkan

masing-masing terkontraksi sebesar 5,6% dan

0,1%, setelah sebelumnya tumbuh sebesar

2,4% dan 5,1% di TW3-14. Kinerja ekspor AS

ke Tiongkok di 2014 juga terkoreksi paling besar

dibandingkan dengan negara tujuan ekspor

lainnya seiring perlambatan pertumbuhan dan

proses rebalancing ekonomi.

Pertumbuhan impor pada TW4-14

relatif stabil dan berada di level 3,5% yoy,

sama dengan triwulan sebelumnya. Impor

consumer goods dan produk otomotif yang

mengalami peningkatan di TW4-14 terindikasi

mampu mengompensasi penurunan impor

minyak mentah dan industrial supplies pada

periode yang sama. Hal ini merupakan implikasi

dari melimpahnya produksi minyak dan gas

domestik yang terjadi bersamaan dengan tren

penurunan harga minyak dunia dan apresiasi

USD. Realisasi impor di Desember 2014

bahkan tumbuh sebesar 4,9%, mencapai dua

kali lipat dari bulan sebelumnya (2,3%), yang

diperkirakan turut dipengaruhi oleh faktor

siklus peningkatan permintaan di akhir tahun

dan perkembangan sektor tenaga kerja yang

semakin kondusif.

Secara nominal, peningkatan impor

yang terjadi bersamaan dengan penurunan

ekspor di TW4-14 pada akhirnya menyebakan

defisit neraca perdagangan melebar menjadi

USD128,2 miliar dari USD123,3 miliar pada

TW3-14. Ekspor di TW4-14 turun menjadi

USD589,93 miliar, dari USD592,91 miliar.

Sedangkan impor meningkat menjadi

USD718,13 miliar, dari USD716,16 miliar di

TW3-14. Hal ini menunjukkan tren apresiasi

���������������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���

���

���

���

��

��

��

��

���������

����������

����������������������

�����������������

����������

�����

�����

���

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

����������� �������������

���������������������

�����������������

Grafik 1.13 Neraca Perdagangan Grafik 1.14 Ekspor – Mitra Dagang Utama

Page 32: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

20

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

USD mulai mempengaruhi kinerja ekspor dan

impor AS. Ke depan, kinerja ekspor 2015

dikhawatirkan kembali melambat seiring tren

apresiasi USD yang berisiko memperlemah

daya saing produk ekspor AS dan berpotensi

menahan perbaikan kinerja ekspor bila

permintaan terus melambat.

Sejalan dengan akselerasi ekonomi

yang tertahan di TW4-14, pemulihan sektor

perumahan berjalan lambat. Di satu sisi,

pertumbuhan penjualan rumah existing home

sales8 mampu tumbuh sebesar 2,6% yoy di

TW4-14, dari kontraksi sebesar 3,7% pada

triwulan sebelumnya9. Di sisi lain, penjualan

rumah untuk kategori new home sales

tercatat tumbuh sebesar 2,8% yoy di TW4-

14, jauh melambat dari triwulan sebelumnya

(13,7%). Hal ini diperkirakan sebagai dampak

dari perlambatan aktivitas konstruksi yang

menyebabkan pilihan rumah untuk pembeli

menjadi terbatas.

8 Existing home sales berkontribusi sebesar 90% terhadap total penjualan rumah di AS.

9 Existing home sales telah tertahan di zona kontraksi sejak alhir tahun 2013.

�����������������

���

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������������������

��������������������������������������

�� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ������ ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����������������

�����������������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���������������������������

��������������������������������������

�� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ������ ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����������������

��

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�������������������������� ���������� ��������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����������������������������������������������

Grafik 1.15 Indikator Perumahan

Page 33: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

21

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Pemulihan yang tidak merata di

sektor perumahan juga dipengaruhi oleh

pergerakan harga rumah sepanjang triwulan.

Peningkatan penjualan existing home di

TW4-14 diperkirakan erat kaitannya dengan

penurunan harga median rumah yang secara

rata-rata mencapai USD208,1 ribu, dari

USD216,4 ribu di TW3-14. Di sisi lain, harga

median rumah rumah baru meningkat menjadi

USD295,5 ribu pada periode yang sama, dari

USD277,9 ribu di TW3-14. Tingkat pendapatan

yang hanya meningkat moderat dikhawatirkan

tidak mampu mengakomodir kenaikan harga

rumah baru sehingga berpotensi menahan

pemulihan sektor perumahan ke depan,

meskipun suku bunga KPR menunjukkan tren

yang menurun.

Perkembangan sektor tenaga kerja AS

menunjukkan pemulihan yang terus berlanjut.

Pada Desember 2014, tingkat pengangguran

telah mencapai level 5,6%, membaik dari

5,9% di September 2014 dan terendah sejak

Juni 2008. Pencapaian tersebut dikonfirmasi

oleh penurunan rata-rata initial jobless claims

menjadi 289,3 ribu orang per minggu, dari

297,9 ribu orang di TW3-14. Sejalan dengan

hal itu, long-term unemployment10 di akhir

TW4-14 juga cenderung menurun meski masih

berkontribusi cukup besar (31,9%) terhadap

total pengangguran.

Perbaikan angka pengangguran di

TW4-14 di tunjukkan oleh total penambahan

non farm payroll (NFP) yang meningkat

menjadi 866 ribu orang di TW4-14, dari 717

ribu orang di TW3-14. Terlebih, penambahan

NFP di TW4-14 masih didominasi oleh sektor

jasa-jasa, terutama aktivitas perdagangan ritel

dan layanan kesehatan, dibandingkan dengan

produksi barang atau sektor manufaktur.

Kondisi tersebut seolah menggambarkan sikap

hati-hati pebisnis sektor manufaktur yang

masih ingin memastikan apakah perekonomian

AS mampu tumbuh lebih baik, sebelum

melakukan ekspansi produksi lebih jauh.

Di sisi lain, tingkat partisipasi kerja di

TW4-14 belum membaik dan turun ke level

62,8%, sedikit lebih rendah dari triwulan

sebelumnya (62,83%). Tingkat partisipasi kerja

di Desember 2014 bahkan kembali turun ke level

yang sama dengan Desember 1977 (62,7%).

Penurunan angka pengangguran di tengah

rendahnya participation rate ditengarai sebagai

dampak dari keluarnya pencari kerja dari pasar

tenaga kerja. Kondisi tersebut mengindikasikan

keterbatasan penyerapan tenaga kerja sehingga

menyebabkan masyarakat pesimis dan keluar

dari pasar tenaga kerja.

Hal yang juga perlu dicermati pada

sektor tenaga kerja AS adalah rata-rata

pendapatan yang hanya tumbuh 1,85%

yoy di TW4-14, dari 2,05% di TW3-14.

Perkembangan ini, terutama disebabkan oleh

turunnya pertumbuhan pendapatan menjadi

1,65% pada Desember 2014, terendah sejak

Oktober 2012 (1,46%). Namun demikian,

rata-rata pendapatan masyarakat diharapkan

kembali bergerak naik pada 2015 seiring

peningkatan upah minimum pada sejumlah

negara bagian yang berlaku efektif sejak 1 10 Orang yang belum memiliki pekerjaan dan telah mencari kerja

selama lebih dari 27 minggu.

Page 34: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

22

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Januari 2015 (Arizona, Colorado, Florida,

Missouri, Montana, New Jersey, Ohio, Oregon,

dan Washington).

Perkembangan terkini menunjukkan

tingkat pengangguran kembali bergerak naik

menjadi 5,8% di Januari 2015, dari 5,6% di

Desember 2014. Sedangkan tingkat partisipasi

kerja juga kembali meningkat ke level 62,9%

di Januari 2015, dari 62,7% pada bulan

sebelumnya. Naiknya angka pengangguran

yang diiringi peningkatan participation rate

disebabkan oleh kembali masuknya tenaga

kerja ke pasar tenaga kerja sebagaimana

tercermin dari meningkatnya re-entrants dan

new entrants di Januari 201511. Kondisi ini

mencerminkan optimisme masyarakat yang

meyakini bahwa sektor tenaga kerja berangsur

membaik dan semakin kondusif. Namun

demikian, tenaga kerja yang kembali masuk

tersebut belum dapat diserap sepenuhnya

oleh perusahaan, sehingga unemployment

meningkat.

Pada kenyataannya, kondisi eksternal

yang masih lemah dan daya beli masyarakat yang

11 Reentrants di Januari 2015 meningkat menjadi 2,83 juta orang, dari 2,7 juta orang. Sedangkan new entrants meningkat menjadi 1,03 juta orang, dari 0,97 juta orang di Desember 2014.

��

�����������������������������

���������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

�����������������

��� �����

����

��

����

��

����

��

����

��

����

��

����

��

����

����

����

����

����

����

����

����

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����������������

����������

����

����

����

����

����

����

����

�������������������������� �����������������

������������

��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���������������

Grafik 1.16 Indikator Sektor Tenaga Kerja

Page 35: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

23

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

belum sepenuhnya membaik menyebabkan

ekspansi bisnis, terutama sektor manufaktur,

tertahan di awal 2015 sehingga penyerapan

tenaga kerja menjadi terbatas. Perkembangan

ini mengindikasikan perbaikan sektor tenaga

kerja AS yang belum cukup solid dan masih

memerlukan penanganan lebih lanjut. Selain itu,

penurunan angka pengangguran tanpa disertai

oleh kenaikan pendapatan yang memadai juga

berisiko menghambat pemulihan ekonomi AS

ke depan karena berpotensi mengancam daya

beli dan menahan peningkatan permintaan

domestik lebih lanjut.

Sejalan dengan perlambatan ekonomi

AS di TW4-14, tekanan inflasi di triwulan akhir

2014 kembali mengalami penurunan. Inflasi di

TW4-14 tercatat turun menjadi 1,27%, dari

1,8% pada triwulan sebelumnya, dan menjauh

dari target the Fed (2%). Inflasi Desember 2014

bahkan merosot tajam menjadi 0,8%, dari

1,3% pada bulan sebelumnya dan terendah

sejak Oktober 2009. Namun demikian,

inflasi inti menurun lebih moderat menjadi

1,7% di TW4-14, dari 1,77% pada triwulan

sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

inflasi lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal,

sementara permintaan domestik relatif masih

stabil.

Penurunan inflasi pada triwulan laporan

terutama dipengaruhi oleh faktor eksternal

yaitu harga energi dan transportasi yang terus

menurun sejak Mei 2014. Hal ini merupakan

dampak dari penurunan harga minyak dunia

(WTI) yang telah mencapai USD53,27 per barrel

pada 31 Desember 2014 (terkoreksi 45,8%

dibandingkan 31 Desember 2013), yang terjadi

bersamaan dengan melimpahnya produksi

minyak dan gas domestik. Selain itu, harga

kelompok perumahan juga sedikit melambat

seiring penurunan harga median existing

home. Sebaliknya, harga kelompok makanan

di TW4-14 kembali melanjutkan peningkatan.

Harga kelompok makanan masih berada dalam

tren yang meningkat sebagai dampak dari

siklus peningkatan permintaan menjelang akhir

tahun (penjualan restoran dan supermarket),

����������

�����

�����

�����

���

����

����

����

��

��

��

��

������������������������������ ��������

������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

�����������������

����������

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

��������������

����������������

��� ������������ ��� ��� ��� ��� ��������� ��� ������������ ��� ��� ��� ��� ��������� ��� ������� ���� ����

�����������������

Grafik 1.17 Inflasi Grafik 1.18 Harga Minyak WTI dan Brent

Page 36: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

24

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

kekeringan di wilayah barat Amerika (Texas

dan Oklahoma) dan penyebaran porcine

epidemic diarrhea - virus yang menyerang

ternak babi –, yang diperkirakan mengganggu

pasokan daging babi.

Aktivitas ekonomi domestik yang belum

cukup stabil masih dibayangi oleh tekanan dari

sisi eksternal yang semakin kuat di penghujung

2014. Oleh karena itu, pasca keputusan

penghentian stimulus pembelian aset12, the

Fed masih melanjutkan stance kebijakan

moneter akomodatif dan mempertahankan

suku bunga kebijakan di level 0-0,25% pada

FOMC meeting 27-28 Januari 2015. Dalam

pertemuan tersebut, peserta meeting menilai

bahwa perkembangan ekonomi pasca FOMC

meeting Desember 2014 menunjukkan

pemulihan yang cukup solid. Perkembangan

sektor tenaga kerja cukup kondusif dan

melanjutkan perbaikan, sementara konsumsi

tumbuh moderat dan aktivitas investasi

menunjukkan kemajuan. Di sisi lain, inflasi yang

terus menurun dan di bawah target jangka

panjang the Fed (2%) merupakan dampak dari

penurunan harga energi.

Dalam menentukan berapa lama suku

bunga kebijakan dipertahankan di level

rendah, the Fed akan terus melakukan

asesmen terhadap outlook dan realisasi dari

target maximum employment dan inflasi

2%. Penilaian tersebut juga meliputi kondisi

ketenagakerjaan, indikator pendorong dan

ekspektasi inflasi, serta perkembangan sektor

keuangan domestik dan internasional. Jika

semua indikator tersebut menunjukkan

perbaikan yang progresif, maka tidak tertutup

kemungkinan langkah pengetatan dan

peningkatan suku bunga kebijakan akan

dilakukan lebih cepat dari perkiraan saat ini.

Sebelumnya, pada FOMC 16-17

Desember 2014, the Fed untuk pertama

kalinya menyampaikan bahwa suku bunga

kebijakan masih akan dipertahankan di

level rendah dan dengan sabar (“patience”)

menunggu saat yang tepat untuk memulai

normalisasi kebijakan moneter. Hal ini memiliki

makna kenaikan suku bunga kebijakan untuk

pertama kalinya belum akan dilakukan pada

beberapa pertemuan ke depan. Pada FOMC

Desember 2014, peserta FOMC meeting

juga sepakat bahwa inflasi yang menurun

menjauhi target (2%) dipengaruhi oleh

tren penurunan harga minyak dan harga

komoditas. Namun, mayoritas peserta meyakini

bahwa penurunan harga minyak dunia akan

berdampak positif terhadap aktivitas ekonomi

domestik (mendorong aktivitas konsumsi) dan

perkembangan sektor tenaga kerja. Di sisi lain,

potensi risiko pelemahan membayangi dari

sisi eksternal, terutama bila penurunan harga

minyak dunia dan pelemahan ekonomi global

berdampak negatif terhadap pasar keuangan

global, serta respon kebijakan tidak mampu

mengakomodasi risiko tersebut. (lihat boks: Pro

dan Kontra Kebijakan Moneter the Fed).

Mengacu kepada sejumlah indikator

ekonomi yang menunjukkan kinerja di

bawah ekspektasi, the Fed memutuskan

untuk melakukan revisi terhadap proyeksi

ekonominya. Pada FOMC meeting Desember 12 FOMC meeting 28-29 Oktober 2014.

Page 37: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

25

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

2014, the Fed merilis proyeksi pertumbuhan

ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran.

The Fed memperkirakan ekonomi AS pada

2015 tumbuh sebesar 2,6%-3,0% - sama

dengan proyeksi September 2014 -, namun

sedikit melambat menjadi 2,5%-3,0% pada

2016. Sejalan dengan the Fed, IMF dalam

WEO Januari 2015 memprediksi PDB AS pada

2015 akan tumbuh sebesar 3,6%, lebih tinggi

dari proyeksi sebelumnya di Oktober 2014

sebesar 3,1%, dan menurun menjadi 3,3%

pada 2016.

Meski ekonomi AS diproyeksi akan

tumbuh lebih baik, the Fed memperkirakan

inflasi 2015 turun ke kisaran 1,0%-1,6% -

lebih rendah dari proyeksi September yaitu

1,6%-1,9% - dan kemudian mencapai level

1,7%-2,0% pada 2016. Guna menjangkar

ekspektasi inflasi, the Fed masih menetapkan

target inflasi jangka panjang di kisaran 2%

yoy. Hal ini ditujukan untuk menjaga kestabilan

harga, suku bunga jangka panjang dalam

level yang moderat, dan mendukung sektor

tenaga kerja (maximum employment). Seiring

pemulihan sektor tenaga kerja yang terus

berlanjut, the Fed juga memperkirakan tingkat

pengangguran tahun 2015 turun ke kisaran

5,2%-5,3%, dan di 2016 berada di kisaran

5,0%-5,2%.

Terkait dengan tingkat suku bunga

kebijakan, pada proyeksi Desember 2014,

jumlah peserta yang memprediksi bahwa

peningkatan Fed Fund Rate untuk pertama

kalinya akan dilakukan di 2015 bertambah

menjadi 14 orang, dari 12 orang pada proyeksi

sebelumnya (salah satu anggota komite

tersebut sebelumnya memperkirakan initial

increase terjadi pada 2014). Berdasarkan

proyeksi Desember 2014, median estimate suku

bunga kebijakan di akhir 2015 diperkirakan

turun menjadi 1,125%, dari median estimate

pada proyeksi September 2014 yaitu sebesar

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ��������� ��� ��������� �������� ����������� ��� ��������� ��������� ������������ ��� ��������� ��������� ���������

���������������

��� ������� ���������������������������

��������� ��������� ���������

������������

���������

����������������������������������������������������������

Tabel 1.3 Proyeksi PDB AS

������ ������ ������ ������ ������ ������

���� ��������� ��������� ���������

���� ��������� ��������� ���������

���� ��������� ��������� ���������

��������������

������� ���������������������������

��� ��� ���

���������������

Tabel 1.4 Proyeksi Inflasi AS (The Fed)

Page 38: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

26

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

1,375%. Hal ini terjadi karena pada proyeksi

September 2014, salah seorang anggota

committee memperkirakan suku bunga

kebijakan akan mencapai level 2,875%

pada akhir 2015. Hasil proyeksi suku bunga

kebijakan ini menandakan kecepatan kenaikan

suku bunga kebijakan akan lebih lambat dari

perkiraan awal, dan seolah mengonfirmasi

kekhawatiran the Fed terhadap risiko tren

penurunan inflasi yang disebabkan oleh

penurunan harga minyak.

Perkembangan terkini baik dari sisi

domestik maupun eksternal mengindikasikan

ekonomi AS masih akan menghadapi sejumlah

tantangan yang berpotensi menghambat

proses pemulihan, seperti:

a. Perbaikan di sektor tenaga kerja AS

belum cukup stabil karena penurunan

pengangguran diiringi dengan tingkat

partisipasi tenaga kerja yang rendah

dan tingkat pendapatan yang hanya

meningkat secara moderat (cenderung

stagnan);

b. Dampak penguatan USD dikhawatirkan

semakin menekan kinerja sektor

eksternal dan menahan ekspansi sektor

manufaktur;

c. Tren penurunan harga minyak dunia

berisiko membawa inflasi bergerak

menjauh dari target the Fed dan

menghambat pencapaian target inflasi;

d. Pemulihan ekonomi Kawasan Euro yang

belum stabil dan peningkatan tensi

geopolitik di kawasan Timur Tengah

dan Ukraina berpotensi mempengaruhi

kinerja ekonomi AS melalui jalur

perdagangan dan keuangan;

e. Pelemahan ekonomi negara emerging

juga berpotensi menahan kinerja

ekonomi AS.

Page 39: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

27

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Pro dan Kontra Kebijakan Moneter The Fed

1. Pada pelaksanaan FOMC meeting

16-17 Desember 2014, sebagian

besar peserta setuju untuk

mempertahankan kebijakan moneter

akomodatif. Namun, terdapat tiga

orang committee member yang

tidak sependapat dengan keputusan

tersebut, yaitu:

Presiden the Fed wilayah Dallas, •

Richard W. Fisher berpendapat

bahwa kinerja ekonomi AS sejak

Oktober 2014 semakin kondusif

dan bahkan lebih baik dari

perkiraan anggota committee

sehingga mendukung perlunya

pengetatan moneter lebih

awal.

Presiden the Fed Minneapolis •

Narayana Kocherlakota

meyakini bahwa keputusan

committee untuk menghentikan

stimulus pembelian aset dan

menuju ke arah normalisasi

kebijakan memunculkan

downside risk terhadap

kredibilitas pencapaian target

inflasi 2% (tren penurunan

inflasi masih terus berlanjut).

Presiden the Fed wilayah •

Philadelphia, Charles I.

Plosser menilai bahwa

perkembangan ekonomi terkini

semakin membaik sehingga

statement the Fed seharusnya

dapat mengomunikasikan

kemungkinan kenaikan suku

bunga kebijakan terjadi pada

TW1-15, meski skenario utama

akan terjadi pada pertengahan

tahun 2015. Plosser juga

mempercayai bahwa semakin

lama the Fed menunda untuk

menaikkan suku bunga,

semakin agresif pula kenaikan

suku bunga kebijakan (dalam

proses adjustment) yang akan

ditempuh ke depan.

2. Pada 31 Desember 2014, Fedres

Philadelphia merilis laporan hasil

penelitian yang menyebutkan bahwa

semakin lama the Fed menunda

untuk menaikkan suku bunga

kebijakan, semakin agresif pula

kebijakan moneter (dalam proses

adjustment) yang akan ditempuh ke

depan. Oleh karena itu, upaya untuk

Boks 1

Page 40: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

28

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

mempertahankan suku bunga di level

rendah menjadi kurang sesuai dengan

perkembangan sejumlah indikator

ekonomi yang semakin membaik,

salah satunya adalah unemployment

rate yang terus menurun. Meskipun

inflasi masih berada di bawah target

jangka panjang the Fed (2%), namun

perkembangan ekonomi AS saat

ini masih konsisten dengan upaya

pengetatan yang akan dilakukan.

Dengan menggunakan Estimated

Dynamic Optimization model, suku

bunga kebijakan seharusnya telah

naik ke 0,5% pada akhir 2014, 1,1%

pada TW2-15, dan mencapai 2,8%

pada akhir 2017.

B.2. Kawasan Euro

Di luar perkiraan, ekonomi Kawasan

Euro pada triwulan terakhir 2014 mengalami

sedikit perbaikan. PDB TW4-14 tumbuh

sebesar 0,9% yoy, setelah pada TW3-14

tumbuh stagnan di level 0,8%. Kinerja positif

tersebut terutama ditopang oleh perbaikan

konsumsi domestik dan sektor eksternal.

Perbaikan ekonomi juga sangat terbantu

oleh pertumbuhan PDB Jerman dan Spanyol,

sementara PDB Perancis tumbuh melambat dan

Italia masih terkontraksi.

Kawasan Euro telah memasuki zona

deflasi sejak Desember 2014, terimbas

harga minyak yang terus melemah. Untuk

mencegah terjebak dalam jerat deflasi

yang berkepanjangan dan menggerakkan

ekonomi domestik, ECB memutuskan untuk

mengimplementasikan kebijakan yang lebih

akomodatif melalui quantitative easing

yang nilainya cukup besar mencapai EUR1,1

triliun.

Kendati telah meluncurkan program

stimulus dalam jumlah yang lebih besar,

ECB masih pesimis dengan perkembangan

ekonomi Kawasan Euro. Dalam MPC Meeting

4 Desember 2014, ECB merevisi ke bawah

estimasi pertumbuhan PDB dan inflasi tahun

2015 masing-masing menjadi 1% dan 0,7%.

Sejalan dengan itu, IMF juga menurunkan

estimasi pertumbuhan PDB 2015 menjadi

1,2%.

Da lam upaya mencapa i ta rget

pertumbuhannya, otoritas Kawasan Euro

harus dapat mengatasi sejumlah risiko seperti

tingginya tingkat pengangguran, masih

banyaknya kapasitas yang tidak terpakai,

pertumbuhan kredit kepada sektor swasta yang

masih negatif dan deflasi akibat berlanjutnya

pelemahan harga minyak. Selain itu, Kawasan

Euro juga harus mewaspadai dampak problem

geopolitik dengan Rusia dan Timur Tengah,

serta mengantisipasi permasalahan utang

Yunani pasca terpilihnya pemerintahan baru.

Page 41: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

29

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Pelemahan harga minyak yang

berlangsung sejak pertengahan 2014 telah

menjadi stimulus bagi perbaikan ekonomi

Kawasan Euro. Kinerja ekonomi kawasan

tersebut di triwulan akhir 2014 mengalami

sedikit perbaikan dengan tumbuh sebesar

0,9% yoy, dari 0,8% di TW3-14 serta lebih

tinggi dari estimasi CF13 sebesar 0,7%.

Pemulihan terutama ditopang oleh peningkatan

konsumsi domestik, dipicu spillover positif

dari penurunan harga minyak dan kebijakan

suku bunga rendah yang ditempuh ECB.

Selain itu, pertumbuhan PDB juga dipicu oleh

perbaikan kinerja eksternal yang dipengaruhi

oleh pelemahan nilai tukar euro. Namun

demikian, kinerja investasi belum terlalu

menggembirakan.

Perbaikan ekonomi Kawasan Euro

sangat terbantu oleh kinerja positif ekonomi

Jerman. PDB Jerman TW4-14 tumbuh

mengesankan mencapai 1,4%, dari 1,2% di

triwulan sebelumnya dan jauh lebih tinggi

dari estimasi CF sebesar 0,9%. Pertumbuhan

PDB Jerman ditopang oleh konsumsi domestik

seiring pelemahan harga minyak dunia,

investasi (terutama pada mesin, peralatan dan

konstruksi), serta kinerja perdagangan yang

terbantu oleh pelemahan mata uang euro14.

Secara keseluruhan tahun 2014, ekonomi

Jerman tumbuh impresif mencapai 1,6%, jauh

lebih tinggi dari 0,2% di 2013.

Ekonomi Spanyol juga mengalami

perbaikan dengan tumbuh 2% yoy di TW4-14,

meningkat dari 1,6% di TW3-14 dan di atas

estimasi CF sebesar 1,8%. Perbaikan ditopang

oleh peningkatan konsumsi domestik yang

dipengaruhi oleh penurunan pengangguran

dan pelemahan harga minyak, sementara

ekspor masih cenderung stagnan. Secara

keseluruhan tahun 2014, PDB Spanyol tumbuh

sebesar 1,4%, lebih baik dari pertumbuhan

2013 yang terkontraksi 1,2%.

Berbeda dengan Jerman dan Spanyol,

performa ekonomi Perancis dan Italia kurang

menggembirakan. PDB Perancis tumbuh

melambat menjadi 0,2% di TW4-14, dari

0,4% TW3-14, dan lebih rendah dari estimasi

CF sebesar 0,3%. Perbaikan ekspor - akibat

pelemahan euro - belum dapat mengompensasi

pelemahan konsumsi domestik dan investasi.

Secara keseluruhan pada 2014, PDB Perancis

tumbuh stagnan dengan 2013 yaitu hanya

0,4%. Sementara itu, pertumbuhan PDB Italia

masih terkontraksi sebesar 0,3%, hanya sedikit

membaik dari periode sebelumnya (-0,4%).

Realisasi PDB ini menunjukkan bahwa ekonomi

Italia relatif tidak mengalami pertumbuhan

dalam 13 kuartal terakhir. Perbaikan ekspor

Italia ter-offset oleh pelemahan permintaan

domestik. Secara keseluruhan tahun, PDB Italia

2014 terkontraksi sebesar 0,4%, dari kontraksi

1,9% di 2013.

13 CF Januari 2015.14 Secara rata-rata nilai tukar euro di TW4-14 telah melemah 5,8%

dibandingkan TW3-14.

Page 42: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

30

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Perbaikan konsumsi domestik di Kawasan

Euro tercermin dari perbaikan penjualan ritel

dan kendaraan. Rerata penjualan ritel selama

TW4-14 tumbuh sebesar 2%, naik dari 0,8%

di triwulan sebelumnya. Penjualan tertinggi

terjadi pada Desember 2014 yang mencapai

2,8% - tertinggi dalam delapan tahun terakhir

– didorong penjualan pada produk non

makanan, bahan bakar, serta makanan.

Peningkatan penjualan ritel tersebut terutama

dipengaruhi oleh pelemahan harga minyak

dunia yang sempat diperjualbelikan di bawah

USD50 per barel. Pelemahan harga minyak

juga menumbuhkan minat masyarakat untuk

memiliki kendaraan sehingga angka penjualan

otomotif di TW4-14 meningkat sebesar 157,8

ribu unit, menjadi 2,1 juta unit. Meski kedua

indikator konsumsi tersebut bergerak positif,

����������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ����

���

��

��

��

��

��������

���������������

������������������������

����������������������������������

��������������

�����������������

�����

�����

�����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

������������ ������

������

������

��������

�������

�����������������

Grafik 1.19 Pertumbuhan PDB Grafik 1.20 Pertumbuhan PDB Beberapa Negara Kawasan Euro

��

��

��

��

���

���

���

���

���

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ����

������������������������

������������������������������������������������������������

��������������������

����� �����

�����������������

���

���

���

��

��

��

����

��

����

���

�������������������������

��������������������������

�������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����������

���� ���� ���� ���� ����

�����������������

Grafik 1.21 Indikator Konsumsi Grafik 1.22 Indikator Investasi

Page 43: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

31

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

kepercayaan konsumen di triwulan laporan

justru terkontraksi semakin dalam menjadi

11,25 yoy, dari TW3-14 sebesar 10,0%.

Masih tingginya tingkat pengangguran serta

berlanjutnya tren penurunan inflasi mendorong

konsumen untuk menahan belanja.

Berbeda dengan konsumsi. pergerakan

aktivitas investasi masih melanjutkan tren

pelemahan yang telah terjadi sejak TW2-14.

Rata-rata produksi industri TW4-14 hanya

tumbuh 0,2%, lebih rendah dari 0,4% di

triwulan sebelumnya. Sementara itu, produksi

industri kembali memasuki zona kontraksi di

November 2014 ke level 0,4%, dari 0,8%

di triwulan sebelumnya. Pelemahan tersebut

terutama diakibatkan oleh menurunnya

produksi energi dan barang intermediate.

Aktivitas investasi ke depan diperkirakan

masih lemah sejalan dengan indikator PMI

komposit TW4-14 yang menurun ke 51,5,

dari 52,8 di TW3-14. Pelemahan terutama

terjadi di sektor manufaktur dengan PMI yang

semakin melemah ke 50,4 dari 50,9 di TW3-

14. Pelemahan investasi terjadi pada hampir

seluruh negara di Kawasan Euro termasuk

Jerman, Perancis dan Italia. PMI Manufaktur

Jerman melemah menjadi 50,7 di TW4-14, dari

51,2 di TW3-14, sementara PMI Manufaktur

Perancis dan Italia masih berada di zona

kontraksi yaitu masing-masing menjadi 48,1

dan 48,815.

Kendati pergerakan selama TW4-14

mengalami pelemahan, aktivitas produksi

di Kawasan Euro menunjukkan terjadinya

perbaikan di Desember 2014. Pada periode

tersebut, PMI manufaktur Kawasan Euro

sedikit membaik menjadi 50,6 dari bulan

sebelumnya sebesar 50,1 - meski masih

di bawah perkiraan (50,8). Hal tersebut

dipengaruhi oleh pertumbuhan output,

new order dan penyerapan tenaga kerja

yang cenderung stagnan. Pelemahan PMI

Manufaktur di Desember 2014 masih terus

terjadi di Perancis dan Italia, sedangkan Jerman

tumbuh moderat16. Secercah optimisme

mengemuka di Jerman, dengan indeks aktivitas

bisnis ZEW expectation Desember 2014 yang

tumbuh cukup tinggi menjadi 48,4 dari 34,9

di November 2014 dan tertinggi sejak Maret

2014.

15 PMI Manufaktur Perancis dan Italia di TW3-14 tercatat sebesar 47,8 dan 50,8.

16 Pada Desember 2014, PMI Manufaktur Jerman sebesar 51,2, Perancis (47,5) dan Italia (48,4).

���

���

���

���

��

��

��

��

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���������������� ���������������������

���� ���� ���� ���� ����

�����������������

Grafik 1.23 Kepercayaan Bisnis Jerman

Page 44: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

32

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Kinerja sektor eksternal mengalami

pertumbuhan yang cukup mengesankan,

ditopang oleh pelemahan nilai tukar euro

terhadap USD yang terjadi sejak pertengahan

2014. Selama TW4-14 ekspor tumbuh sebesar

4,4%, meningkat dari 2,8% di TW3-14. Di sisi

lain, pertumbuhan impor terkontraksi akibat

pelemahan harga minyak dan terbatasnya

permintaan domestik - seiring dengan ekonomi

yang cenderung stagnan. Pada periode

tersebut, impor terkontraksi 0,5%, dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,3%.

Dengan dinamika ekspor dan impor tersebut,

surplus trade balance semakin melebar menjadi

EUR69,5 miliar, dari triwulan sebelumnya yang

hanya EUR47,9 miliar. Meskipun kinerja neraca

perdagangan membaik, ketidakseimbangan

diantara negara Kawasan Euro masih terpantau

cukup besar. Jerman, Belanda dan Italia terus

mencatatkan surplus perdagangan, sementara

Perancis, Spanyol dan Yunani mengalami

defisit.

Inflasi Kawasan Euro yang persisten

melemah semakin diperparah oleh penurunan

harga minyak dunia. Rata-rata inflasi selama

TW4-14 menurun menjadi 0,2%, dari 0,4%

di triwulan sebelumnya, terutama dipengaruhi

oleh penurunan harga energi. Kekhawatiran

terjadinya deflasi di Kawasan Euro akhirnya

menjadi kenyataan di Desember 2014. Pada

periode tersebut, terjadi deflasi sebesar 0,2%

dari tumbuh 0,3% di November 201417.

Perkembangan harga di Kawasan

Euro terpuruk semakin dalam. Rilis flash

estimate Eurostat menunjukkan terjadi deflasi

sebesar 0,6% di Januari 2015. Pelemahan

harga minyak kembali menjadi penyebab

utama deflasi, sehingga menurunkan harga

energi sebesar -8,9% yoy (dari -6,3% di

bulan sebelumnya). Selain harga energi,

deflasi yang semakin dalam juga dipengaruhi

oleh penurunan harga makanan, alkohol,

tembakau, serta produk non-energy industrial

17 Target inflasi Kawasan Euro sebesar 2% yoy.

������

�����������������

������������

�������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

�����������������

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������������������ ������������ ������������

����� ������

���� ���� ���� ����

���

���

���

��

��

��

��

��

��

�����������������

Grafik 1.24 Indikator PMI Grafik 1.25 Kinerja Eksternal

Page 45: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

33

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

goods. Pengaruh penurunan harga minyak

yang lebih dominan terhadap terjadinya deflasi

di Kawasan Euro, terindikasi dari core inflation

yang penurunannya relatif moderat. Inflasi

inti Kawasan Euro di Desember 2014 tercatat

sebesar 0,6%, sedikit lebih rendah dari 0,7%

di November 2014.

Sejalan dengan kondisi di Kawasan

Euro, perkembangan harga di Jerman juga

semakin terpuruk. Jerman mengalami deflasi

sebesar 0,3% di Januari 2015, pertama kalinya

sejak September 200918, akibat pelemahan

harga energi. Harga energi terdeflasi sebesar

9%, menurun drastis dari inflasi sebesar 6,6%

di Desember 2014.

Inflasi yang terus melemah hingga di

luar ekspektasi ECB, mendorong Bank Sentral

Kawasan Euro tersebut memperluas program

pembelian aset untuk melengkapi program

sebelumnya yaitu Asset Backed Securities dan

Covered Bond Purchase Program. Keputusan

tersebut juga dilatarbelakangi oleh hasil review

ECB yang menunjukkan bahwa rangkaian

kebijakan moneter akomodatif yang telah

diluncurkan sebelumnya belum dapat mengatasi

pelemahan inflasi dan menggerakkan ekonomi

domestik, serta tidak sesuai target. Salah satu

contohnya adalah realisasi Targeted Longer

Term Refinancing Operation (TLTRO) tahap

kedua di 12 Desember 2014 yang di bawah

target19. Memperhatikan kondisi tersebut,

ECB dalam MPC meeting 22 Januari 2015

menempuh beberapa kebijakan, antara lain:

a. Mempertahankan suku bunga Main

Refinancing Operation (0,05%),

Marginal Lending Facility (0,3%) dan

Deposit Facility (-0,2%) - yang telah

diterapkan sejak September 2014.

18 Jerman mengalami deflasi 0,2% pada September 2009.

19 TLTRO tahap II pada 12 Desember 2014 hanya mencapai EUR129,8 miliar, di bawah prakiraan sebesar EUR150 miliar. Dengan realisasi tersebut, total TLTRO yang telah direalisasikan per Desember 2014 hanya sebesar EUR212,4 miliar, di bawah target ECB yang mencapai EUR400 miliar, akibat rendahnya permintaan kredit dari sektor riil.

�����������������

��

����

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

����������

������� ������������ ���� �������� ������

����

��

����

��

����

��

������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

���� ���� ���� ���� ����

�����������������

�����������������

Grafik 1.26 Inflasi Grafik 1.27 Angka Pengangguran

Page 46: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

34

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

b. Meluncurkan stimulus tambahan melalui

pembelian obligasi yang diterbitkan oleh

pemerintah, agencies dan institusi di

Kawasan Euro, termasuk di dalamnya

pembelian asset backed securities dan

covered bond purchase yang telah

diluncurkan sebelumnya20 (quantitative

easing / QE) - ulasan tentang QE ECB

dapat dilihat pada artikel.

c. Jumlah pembelian aset adalah 60 miliar

euro per bulan21, yang akan dimulai

sejak Maret 2015 s/d September 2016.

Dengan demikan total pembelian aset

diperkirakan akan mencapai EUR1,1

triliun. Pembelian aset akan tetap

dilakukan hingga target inflasi ‘below

but close to 2% akan tercapai (indikasi

open ended).

d. Menyesuaikan suku bunga Targeted

Longer Term Refinancing Operation

(TLTRO) menjadi sama dengan suku

bunga Main Refinancing Operation

(MRO), atau menurun sebesar 10

bps (sebelumnya suku bunga TLTRO

ditetapkan sebesar MRO rate + 10 bps).

Pelonggaran kebijakan moneter ECB

tersebut diperkirakan dapat menyebabkan

pelemahan mata uang euro. Hal tersebut dapat

berdampak positif memperbaiki kinerja ekspor.

Namun, di sisi lain, pelemahan euro dapat

memicu terjadinya capital flight ke negara-

negara lain yang memberikan return lebih

menguntungkan. Akibatnya, negara penerima

aliran dana dari Kawasan Euro akan mengalami

apresiasi nilai tukar. Sejumlah negara yang

berpotensi menjadi tujuan capital flows dari

Kawasan Euro merespon rencana QE ECB

dengan menurunkan suku bunga kebijakan,

seperti yang dilakukan oleh Bank Sentral Swiss

dan Denmark.

Swiss National Bank (SNB) pada 15

Januari 2015 melakukan langkah antisipatif

dengan menurunkan deposit rate sebesar 50

bps menjadi -0,75%, dan melepas minimum

cap (peg) Swiss franc terhadap euro. Danmark

National Bank (DNB) mengikuti jejak SNB

dengan beberapa kali menurunkan suku

bunga. Langkah tersebut kemudian diikuti

oleh Canada, Singapura, Rusia, Australia dan

Swedia (lihat box Tren Pelonggaran Kebijakan

Moneter: Perekonomian yang Melemah atau

Currency War?).

Perkembangan ekonomi Kawasan Euro

yang belum pulih menjadi dasar bagi ECB untuk

merevisi ke bawah estimasi pertumbuhan PDB

dan inflasi. ECB memperkirakan pertumbuhan

ekonomi Kawasan Euro pada 2015 dan 2016

akan tumbuh sebesar 1% dan 1,5%, lebih

rendah dari estimasi sebelumnya yaitu 1,6%

dan 1,9%. Tekanan inflasi pada 2015 dan

2016 juga direvisi ke bawah menjadi 0,7%

dan 1,3%, dari sebelumnya 1,1% dan 1,4%.

Langkah serupa juga dilakukan oleh IMF

dalam WEO Januari 2015 yang menurunkan

estimasi pertumbuhan PDB tahun 2015 dan

2016 masing-masing menjadi 1,2% dan 1,4%,

lebih rendah dari estimasi Oktober 2014 yaitu

20 ABS dan covered bond purchase program telah berlaku efektif sejak Oktober 2014.

21 Jumlah pembelian surat berharga 60 miliar euro/bulan, diperkirakan terdiri dari: Sovereign debt (EUR 45 miliar), Institution and agencies (EUR 5 miliar) dan ABS dan Covered Bond (EUR 10 miliar).

Page 47: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

35

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

1,3% dan 1,7%. Menurut IMF, perekonomian

Kawasan Euro akan memperoleh manfaat

positif dari penurunan harga minyak, kebijakan

moneter longgar, stance kebijakan fiskal yang

netral, serta depresiasi nilai tukar euro. Namun

demikian otoritas perlu tetap mewaspadai

penurunan investasi akibat pelemahan ekonomi

kawasan.

Perjalanan ekonomi Kawasan Euro

masih akan menghadapi tantangan yang

cukup berat. Di samping masalah lama yang

masih tetap membayangi, Kawasan Euro juga

harus menghadapi tantangan baru berupa

politik internal di kawasan. Permasalahan

lama yang masih akan menghadang adalah

tingkat pengangguran yang tinggi, masih

banyaknya kapasitas yang tidak terpakai,

pertumbuhan kredit kepada sektor swasta

yang masih negatif, deflasi dan krisis geopolitik

Rusia-Ukraina. Di tengah upaya mengatasi

permasalahan tersebut, Kawasan Euro

dihadapkan pada peningkatan tensi politik

yaitu potensi keluarnya Yunani dari Kawasan

Euro (Greece Exit atau Grexit). PM Yunani

terpilih hasil pemilu 25 Januari 2015 ‘Alexis

Tsipras’ dari partai kiri ‘Syriza’ menganggap

austerity yang diterapkan Troika terlalu ketat

sehingga justru semakin membebani ekonomi

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

������������������������������

�����������������������

����������

�����������������

����

���

���

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

������������������������

������������������������

��������������������������������

�����������������

Grafik 1.28 Pertumbuhan Kredit Perbankan Kawasan Euro

Grafik 1.29 Suku Bunga ECB

���� ���� ����

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

����������������������

�����������

�������������������

������������

�������������������

���� ���� ���� ���� ���� ����������������� ������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

Tabel 1.5 Estimasi Pertumbuhan PDB dan Inflasi

Page 48: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

36

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Yunani. Pemerintah Yunani yang baru akan

mengupayakan negosiasi ulang terhadap

penyelesaian utang-utangnya. Gejolak yang

terjadi di Yunani tersebut dikhawatirkan

menimbulkan efek domino terutama pada

beberapa negara yang juga menjalankan

program austerity seperti Spanyol, Perancis

dan Italia (lihat artikel Grexit).

����������������������������������������������������������������������������������

��������

������

������������ ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������ ���� ���� ��� ���� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ���

������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

����

���

������������������������

�������������������

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������Tabel 1.6 Realisasi dan Proyeki Pertumbuhan Ekonomi

Page 49: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

37

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Lithuania Resmi Bergabung ke Kawasan Euro

Sejak 1 Januari 2015 Lithuania

menjadi negara ke-19 yang bergabung

ke dalam Kawasan Euro (negara-negara

yang menggunakan mata uang euro).

Sejalan dengan itu, Bank Sentral ‘Lietuvos

Bankas’ menjadi anggota dari sistem bank

sentral Kawasan Euro atau Eurosystem.

Lithuania juga bergabung ke dalam Single

Supervisory Mechanism, sehingga bank-

bank besar Lithuania (tiga bank, yaitu SEB

bankas, Swedbank and DNB bankas) masuk

dalam pengawasan ECB.

Lithuania akan menambah distribusi

kelompok negara berpendapatan rendah

di dalam Kawasan Euro. Pendapatan per

kapita Lithuania termasuk yang terendah

(73% dari rata-rata pendapatan per kapita

Kawasan Euro) bersama beberapa negara

lainnya, seperti Yunani dan Estonia.

Bergabungnya Lithuania ke dalam

Kawasan Euro juga dianggap bernuansa

politik, yaitu untuk memperkuat aliansi

dengan Eropa (NATO) untuk mencegah

kembali masuknya pengaruh Rusia.

Rusia saat ini diduga sedang mencoba

menggalang kembali aliansi dengan

negara-negara eks-Uni Soviet, termasuk

melalui aneksasi Crimea. Beberapa hari

pasca bergabung dengan Kawasan Euro,

Lithuania memperkuat militernya di

perbatasan dengan Rusia terkait dengan

meningkatnya aktivitas tentara Rusia

di perbatasan kedua negara. Sebelum

Lithuania, dua negara di kawasan Baltik

lainnya telah bergabung dengan Kawasan

Euro, yaitu Estonia (2011) dan Latvia

(2013)22.

Boks 2

22 Sumber: http://www.bloomberg.com/news/2014-12-31/lithuania-adopts-euro-as-russian-expansion-worry-rattles-baltics.html

Page 50: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

38

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

����������

���� ���� ���� ���� ����

�������� �������������������

������������������������ ��������������

����������� ����������

��

��

���

���

���

��

��

��

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�����������������

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������� ������� ������ ������ ��������

�����������������

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

Grafik 1.30 Pertumbuhan PDB Lithuania Grafik 1.31 GDP Per Capita

Page 51: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

39

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Tren Pelonggaran Kebijakan Moneter:Perekonomian yang Melemah atau Currency War?

Dalam beberapa waktu terakhir,

beberapa bank sentral melakukan

pelonggaran kebijakan moneter di tengah

melemahnya kinerja ekonomi domestik

dan ekspor. Dengan kondisi pemulihan

ekonomi global yang tidak berimbang

– hanya AS yang membaik – langkah

bank-bank sentral tersebut ditengarai

merupakan currency war untuk berebut

pasar AS yang terbatas.

Perbaikan ekonomi AS yang kian

nyata telah memicu terjadinya penguatan

mata uang USD terhadap mata uang

global. Apresiasi USD juga didorong

oleh ekspektasi pengetatan moneter AS

di tengah pelonggaran di Jepang dan

Kawasan Euro, serta penurunan harga

minyak dunia.

Di sisi lain, pelemahan ekonomi

domestik pada umumnya disebabkan oleh

lemahnya domestic demand, dan stance

kebijakan moneter longgar yang tidak

cukup kuat untuk mendorong peningkatan

permintaan. QE yang akan dilakukan ECB

diperkirakan juga tidak akan mendorong

permintaan domestik secara signifikan,

namun justru dikhawatirkan akan memicu

aliran dana ke negara lain, termasuk

23 Reserve Bank of India pada 15 Januari 2015 menurunkan repurchase rate sebesar 25 bps menjadi 7,75% untuk mengatasi pelemahan inflasi. People’s Bank of China pada 5 Februari 2015 menurunkan reserve ratio requirement bank umum sebesar 50 bps menjadi 19,5%. PBoC menambahkan pemotongan RRR sebesar 50 bps (total pemotongan 100 bps) untuk bank di kota dan desa, serta tambahan pemotongan sebesar 400 bps untuk Agricultural Development Bank of China.

EMEs, dan menjadikan pasar keuangan

global semakin vulnerable terhadap capital

reversal mengingat besarnya akumulasi

capital inflows.

Langkah antisipatif untuk mencegah

capital inflows dari Kawasan Euro - dan

sekaligus mendorong aktivitas ekonomi

-, telah dilakukan beberapa bank sentral.

Langkah pelonggaran kebijakan moneter

untuk mengatasi dampak QE ECB pertama

kali dilakukan oleh Swiss Nationalbank,

yang segera diikuti oleh Bank Sentral

Denmark, Canada, Singapura, Rusia,

Australia dan Swedia, sebagaimana

tercantum dalam tabel 1.7. Selain keenam

bank sentral tersebut, Bank Sentral India

dan Tiongkok juga menurunkan suku

bunga untuk merespon perkembangan

ekonomi domestik23.

Meski sejumlah bank sentral

berlomba menurunkan suku bunga,

Boks 3

Page 52: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

40

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

sejauh ini belum dapat disimpulkan terjadi

currency war. Sebab, penurunan suku

bunga yang berakibat pada pelemahan

nilai tukar, bertepatan dengan terjadinya

kondisi pertumbuhan PDB dan inflasi yang

sedang melemah, sehingga memaksa

otoritas melakukan kebijakan untuk

menggerakkan ekonomi domestik.

Dengan transmisi kepada ekonomi

domestik melalui penerapan suku bunga

negatif yang kurang efektif, otoritas

mengharapkan jalur transmisi nilai tukar

dapat bekerja lebih efektif – sebagai tools

untuk mendorong perekonomian.

���������������

�������������������������� �����������������

��������������� ������������������������������������������

� ���������������������

���������������

���������������������������������������������

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

� �������������� ��������������������������������������������������������������������

�������������������������������������

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���������������

����������������������������������

����������������������������������������������������������������

� ������������������������� ��������������������������������������������������������������������������

� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���������������

Tabel 1.7 Respon Kebijakan Moneter

B.3. Jepang

PDB Jepang di TW4-14 masih terkontraksi

sebesar 0,5% yoy, membaik dari kontraksi

1,4% pada triwulan sebelumnya. Pencapaian

tersebut terutama ditopang oleh perbaikan

kinerja sektor eksternal yang dipengaruhi oleh

penurunan harga minyak dan pelemahan yen.

Di sisi lain, aktivitas konsumsi dan investasi

relatif masih lemah akibat daya beli yang belum

membaik. Hal ini mencerminkan langkah

produsen yang cenderung menahan ekspansi

untuk mengantisipasi penumpukan persediaan

seiring belum stabilnya permintaan baik dari

domestik maupun eksternal. Bisnis yang

Page 53: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

41

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

cenderung pesimis menyebabkan lapangan

kerja menjadi terbatas dan penyerapan tenaga

kerja kurang optimal.

Secara keseluruhan tahun 2014,

pertumbuhan PDB Jepang turun menjadi

0,04%, jauh lebih rendah dibandingkan tahun

sebelumnya (1,6%). Kondisi tersebut terutama

disebabkan oleh kontraksi konsumsi swasta

sebagai dampak dari kenaikan pajak pada

April 2014.

Di tengah pelemahan daya bel i

masyarakat, tingkat harga kembali turun

menjadi 2,6% yoy di TW4-14, dari 3,3% pada

triwulan sebelumnya, terutama didorong oleh

inflasi kelompok energi dan transportasi. Di luar

pengaruh faktor eksternal, inflasi inti yang juga

menurun mencerminkan pelemahan konsumsi

domestik akibat kenaikan pajak penjualan.

Merespon perekonomian yang

tumbuh melambat pasca kenaikan pajak, BOJ

meningkatkan kebijakan moneter akomodatif

dengan mempertahankan suku bunga

kebijakan di level 0,1% dan meningkatkan

program QQE (menambah pembelian dan

memperpanjang maturity JGB yang dibeli).

Pada Monetary Policy meeting 21 Januari

2015, BOJ juga memproyeksikan PDB tahun

fiskal 2014 akan terkontraksi sebesar 0,5%,

dari 0,5% pada proyeksi Oktober 2014. Sejalan

dengan BOJ, IMF dalam WEO Januari 2015

memprediksi pertumbuhan ekonomi Jepang

pada 2015 akan tumbuh sebesar 0,6%, juga

lebih rendah dari proyeksi sebelumnya (0,8%).

Penurunan proyeksi tersebut mencerminkan

tantangan yang dihadapi oleh perekonomian

Jepang pasca kenaikan pajak dan tekanan

terhadap kinerja ekspor seiring masih lemahnya

permintaan eksternal serta potensi rebound

harga minyak.

Perekonomian Jepang di penghujung

2014 belum mampu meninggalkan zona

kontraksi seiring masih lemahnya aktivitas

ekonomi domestik. Berdasarkan first estimate

Japan Cabinet Office, PDB TW4-14 terkontraksi

sebesar 0,5% yoy, setelah triwulan sebelumnya

terkontraksi sebesar 1,4%. Pencapaian ini

juga lebih rendah dari proyeksi Consensus

Forecast Februari 2015 yang memperkirakan

PDB TW4-14 akan tumbuh 0,2%. Dengan

demikian, PDB Jepang telah terkontraksi

selama tiga triwulan berturut-turut. Kontraksi

tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas

konsumsi dan investasi yang masih lemah,

meskipun kinerja sektor eksternal membaik

sejalan dengan pelemahan yen.

Perbaikan kinerja sektor eksternal

disebabkan oleh peningkatan ekspor yang

terjadi bersamaan dengan penurunan impor.

Ekspor tumbuh sebesar 10,9% di TW4-

14, meningkat dari 7,5% pada triwulan

sebelumnya. Sedangkan impor tumbuh

sebesar 3,7%, menurun dari 5,1% di TW3-

14. Pelemahan yen yang mencapai 8,96%

selama TW4-14 memegang peranan yang

cukup penting dalam mendongkrak daya saing

produk ekspor, di tengah belum stabilnya

permintaan eksternal. Di sisi lain, penurunan

impor yang terjadi di TW4-14 merupakan

dampak dari penurunan harga minyak dan

masih lemahnya permintaan domestik.

Page 54: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

42

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Aktivitas ekonomi domestik yang relatif

lemah dan belum stabil ditunjukkan oleh

konsumsi swasta yang masih terkontraksi

sebesar 2,5% di TW4-14, sedikit membaik

dari kontaksi sebesar 3% pada triwulan

sebelumnya. Perkembangan ini mengonfirmasi

kesulitan masyarakat Jepang dalam mengatasi

dampak kenaikan pajak penjualan pada April

2014. Tingkat pendapatan yang tidak mampu

mengimbangi kenaikan harga menyebabkan

masyarakat membatasi konsumsi. Sejalan

dengan masih lemahnya konsumsi, investasi

juga tumbuh melambat, yaitu hanya sebesar

0,03% yoy di TW4-14, dari 0,7% di TW3-

14. Penurunan kinerja investasi terutama

dipengaruhi oleh lesunya aktivitas konsumsi

domestik yang berimbas pada penumpukan

inventory. Hal ini juga memberikan sinyal daya

beli masyarakat yang belum membaik sehingga

menyebabkan kalangan bisnis cenderung

membatasi ekspansinya.

Secara keseluruhan tahun 2014,

pertumbuhan PDB Jepang turun menjadi

0,04% yoy, jauh lebih rendah dibandingkan

dengan tahun sebelumnya (1,6%) dan di

bawah proyeksi IMF dalam World Economic

Outlook Januari 2015 (0,1%). Dampak

kenaikan pajak yang mulai diberlakukan sejak

1 April 2014, telah menyebabkan konsumsi

swasta menurun drastis hingga terkontraksi

sebesar 1,2% di 2014, setelah tumbuh sebesar

2,1% di 2013. Di sisi lain, ekspansi bisnis

yang cukup agresif di paruh pertama 2014

telah mendorong kinerja investasi meningkat

menjadi 3,9% di 2014, dari 1,1% pada tahun

sebelumnya.

Dari sisi eksternal, net eskpor di 2014

mengalami perbaikan seiring peningkatan

ekspor yang lebih besar dari impor. Ekspor dan

impor masing-masing tumbuh sebesar 8,2%

dan 7,3% di 2014, membaik dari 1,6% dan

3,1% pada tahun sebelumnya. Pencapaian

tersebut salah satunya disebabkan oleh

penurunan beban impor energi akibat turunnya

harga minyak pada paruh kedua 2014. Pada

saat yang sama, pelemahan nilai tukar di

sepanjang tahun 2014 telah mendongkrak

daya saing produk ekspor.

Aktivitas konsumsi domestik yang

masih lesu di TW4-14 mengindikasikan

pemulihan ekonomi Jepang berjalan lambat

pasca kenaikan pajak. Penjualan department

store dan kendaraan terkontraksi semakin

��������� ��� �����������

��������������� ��������� ���������� ������ �����

����������������������������������������������������������������������������������������������������

�����������������������

�������

�������������

���������

������������

���������

����������

��������

����������������

���������

����������

�������������������

����������������������������������������������������

������

Tabel 1.8 PDB Jepang

Page 55: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

43

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

dalam masing-masing menjadi 10,5% dan

1,6% di TW4-14, dari kontraksi 2,4% dan

1,2% pada triwulan sebelumnya. Penjualan

department store yang telah tertahan di zona

kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut

mencerminkan aktivitas konsumsi domestik

yang belum juga pulih. Sejalan dengan itu,

pertumbuhan penjualan ritel juga berada

dalam tren menurun di sepanjang triwulan

laporan dan tumbuh sebesar 0,7%, dari

1,37% di TW3-14. Hal ini tidak terlepas dari

kontraksi pendapatan riil rumah tangga di

TW4-14 sebesar 2,3% yoy -sedikit membaik

dari kontraksi sebesar 5,9% di TW3-14- yang

mencerminkan lemahnya daya beli.

Sejalan dengan perlambatan konsumsi,

aktivitas produksi di TW4-14 juga menunjukkan

penurunan. Produksi industri di TW4-14

terkontraksi semakin dalam sebesar 1,4%, dari

kontraksi 1,1% pada triwulan sebelumnya.

Kondisi tersebut diperkirakan dipengaruhi

oleh peningkatan persediaan pasca kenaikan

pajak, yang mengonfirmasi belum stabilnya

permintaan. Akumulasi persediaan yang

����������

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�����

����

���

���

����

����

�����

���

����

����

����

�����������������������������������������������

��������������������������������������������

�����������������

����������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

����������������������

���������������������

�����������������

��������������������

�����������������

Grafik 1.32 Pertumbuhan PDB Grafik 1.33 Indikator Konsumsi

���

����������

���

���

���

��

��

��

���

���

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

��������������������������������������

�����������������

�����������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

���

���

��

��

��

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

������������������������� ����������������� ������������������������

�����������������

Grafik 1.34 Produksi Industri dan Inventory Grafik 1.35 Kapasitas Utilisasi

Page 56: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

44

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

tumbuh sebesar 5,5% yoy di TW4-14, dari

3,8% di TW3-14, menyebabkan produsen

cenderung wait and see dan menahan

ekspansinya. Langkah tersebut dilakukan untuk

mencegah berlanjutnya tren peningkatan

persediaan yang tumbuh semakin tinggi dan

bahkan telah mencapai 6,5% yoy di November

2014, tertinggi sejak April 2012.

Selain itu, geliat bisnis juga mengalami

tekanan dari permintaan kenaikan upah yang

akan dibahas dalam Shunto (annual wages

negotiations) pada Maret 2015. Sebagai

contoh, serikat pekerja Toyota Motor Corp.

bahkan berencana untuk mengajukan kenaikan

upah sebesar JPY6,000 dari pendapatan yang

diperoleh per bulannya, yang merupakan

permintaan kenaikan upah terbesar sejak

2002. Di tengah tekanan tersebut, rencana

penurunan pajak korporasi diharapkan mampu

menjadi stimulus bagi bisnis, terutama bagi

industri berskala kecil dan menengah (lihat

boks: Rencana Penurunan Pajak Korporasi).

Merespon tantangan yang saat ini

dihadapi oleh produsen, hasil survei Tankan 15

Desember 201424 menggambarkan pesimisme

bisnis sektor manufaktur. Indeks manufaktur

untuk large enterprises periode TW4-14 sedikit

menurun menjadi 12, dari 13 pada periode

sebelumnya. Survei terhadap sentimen bisnis

ke depan juga mengindikasikan terjadinya

pelemahan indeks manufaktur menjadi 9, dari

13 pada survei di TW3-14 yang mencerminkan

adanya tantangan dari domestik dan eksternal.

Penurunan indeks manufaktur mencerminkan

tantangan yang dihadapi pebisnis seiring

belum stabilnya permintaan baik dari domestik

maupun eksternal. Menyikapi kondisi tersebut,

produsen cenderung menahan ekspansi untuk

mengantisipasi penumpukan persediaan dan

potensi kerugian yang lebih besar.

Di sisi lain, indeks non-manufaktur

untuk large enterprises pada periode yang

sama meningkat menjadi 16, dari 13 pada

24 Periode survei tanggal 12 November s.d. 12 Desember 2014.

�������������

���

���

���

���

��

��

��

�� �� ��

������

�����������������������������������������������������

��������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�����������������

�����������������

���

���

���

���

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�� �� �

�� �� ��

���������������������������������������

�������������������������������������������

�����������������

Grafik 1.36 Survei Tankan Current Condition Grafik 1.37 Survei Tankan Expectation

Page 57: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

45

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

rilis Tankan periode TW3-14. Kenaikan indeks

non-manufaktur tersebut mengindikasikan

harapan dan sinyal perbaikan aktivitas

konsumsi domestik seiring keputusan PM Abe

menunda kenaikan pajak tahap kedua pada 18

November 2014. Kondisi tersebut diperkuat

oleh hasil survei laba perusahaan besar yang

mulai bergerak membaik. Namun demikian,

hasil survei laba untuk perusahaan berskala

kecil dan menengah yang masih tertahan di

zona kontraksi mengindikasikan masih cukup

besarnya potensi kerugian seiring keterbatasan

sumber daya yang dimiliki.

Kesulitan dalam mengatasi dampak

kenaikan pajak juga menyebabkan masyarakat

pesimis sehingga kepercayaan konsumen

menurun di TW4-14. Ekspektasi masyarakat

tersebut tercermin dari indeks kepercayaan

konsumen rumah tangga yang secara rata-rata

turun menjadi 38,5, dari 40,9 di TW3-14. Indeks

kepercayaan konsumen rumah tangga untuk

kategori overall livelihood dan income growth

masing-masing turun menjadi 35,8 dan 38,1

di TW4-14, dari 38,2 dan 38,6 pada triwulan

sebelumnya. Namun demikian, perkembangan

terkini menunjukkan indeks tersebut kembali

bergerak naik ke level 39,1 di Januari 2015,

setelah di Desember 2014 juga meningkat ke

level 38,8. Perkembangan ini mencerminkan

potensi peningkatan konsumsi rumah tangga

dan harapan masyarakat terhadap prospek

ekonomi ke depan seiring penundaan kenaikan

pajak tahap kedua dan stimulus tambahan

dari pemerintah yang diharapkan mampu

menggerakkan perekonomian (lihat boks:

Penundaan Kenaikan Pajak Penjualan Tahap

Kedua dan Japan Snap Election 14 Desember

2014).

Proses pemulihan diperkirakan masih

memerlukan waktu karena perkembangan

di sektor tenaga kerja belum cukup kondusif

untuk mendorong aktivitas ekonomi domestik.

Tingkat pengangguran pada TW4-14 secara

rata-rata turun menjadi 3,47%, dari 3,63%

pada triwulan sebelumnya. Namun, labor force

participation rate terindikasi melemah menjadi

59,5% di TW4-14, dari 59,7% di TW3-14. Hal

ini diperkirakan dipicu oleh bisnis yang kurang

produktif karena merespon lemahnya aktivitas

konsumsi. Bisnis yang cenderung pesimis

menyebabkan lapangan kerja menjadi terbatas

dan penyerapan tenaga kerja kurang optimal,

sehingga para pencari kerja memilih untuk

keluar dari pasar tenaga kerja. Kondisi tersebut

juga berdampak pada penurunan rata-rata

pendapatan bulanan masyarakat di TW4-14

yang tumbuh sebesar 0,63% dari 1,3% pada

triwulan sebelumnya.

Kinerja sektor eksternal membaik

seiring peningkatan pertumbuhan ekspor yang

terjadi bersamaan dengan penurunan impor.

Pertumbuhan ekspor tercatat meningkat

menjadi 7,8% dari 3,6% di TW3-14. Perbaikan

pertumbuhan ekspor disebabkan oleh

peningkatan permintaan dari AS dan sejumlah

negara di kawasan Asia (Tiongkok, Korea,

Hong Kong), terutama untuk produk mesin,

barang manufaktur dan alat transportasi.

Sementara itu, pertumbuhan impor kembali

menurun menjadi 0,6%, dari 2,7% di TW3-

14, seiring masih lesunya aktivitas ekonomi

domestik. Peningkatan ekspor antara lain

Page 58: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

46

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

dipengaruhi oleh tren pelemahan nilai tukar

yen terhadap USD yang masih terus berlanjut,

sementara penurunan impor menggambarkan

permintaan domestik yang belum stabil dan

penurunan harga energi.

Performa ekspor dan impor di TW4-14

mengakibatkan defisit neraca perdagangan25

Jepang pada TW4-14 menyempit menjadi

JPY2,48 triliun, dari JPY2,94 triliun di TW3-14.

Perkembangan sektor eksternal di TW4-14

sangat erat kaitannya dengan tren pelemahan

nilai tukar Yen terhadap USD yang telah

mencapai 8,96% qoq26. Kondisi tersebut

cukup menguntungkan bagi performa sektor

eksternal karena mampu mendongkrak

daya saing produk ekspor. Aspek yang perlu

diwaspadai adalah ketergantungan Jepang

yang cukup tinggi terhadap impor energi yang

������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

����

����

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

�����������������

����������

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��������������������������������������������������������������������������������

�����������������

Grafik 1.38 Indeks Kepercayaan Konsumen Grafik 1.39 Tingkat Pengangguran

25 Seasonally adjusted.26 Pada akhir TW4-14 nilai tukar Yen telah mencapai JPY119,48 per

USD, dari posisi akhir TW3-14 (JPY109,65 per USD).

����� ��������������

���

���

���

��

��

��

�����

�����

�����

����

���

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

�����������������������

����������������

���������������

�����������������

���������������

���

���

���

���

��

��

��

��

�����

�����

�����

����

���

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

������������������������������������������������

�����������������������

�����������������

Grafik 1.40 Neraca Perdagangan Grafik 1.41 Ekspor – Mitra Dagang Utama

Page 59: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

47

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

akan memperburuk neraca perdagangan jika

harga minyak kembali meningkat dan depresiasi

yen terus berlangsung. Merespon kondisi

tersebut, PM Abe telah mempertimbangkan

kemungkinan membuka kembali sejumlah

pembangkit listrik tenaga nuklir pada tahun

2015 untuk mengurangi ketergantungan

impor energi.

Berbeda dengan kiner ja neraca

perdagangan, surplus current account (CA) di

TW4-14 menyempit menjadi JPY1,45 triliun,

dari JPY1,63 triliun pada triwulan sebelumnya.

Penurunan surplus CA terutama terjadi pada

Desember 2014 menjadi JPY187,2 miliar, dari

surplus JPY433 miliar pada bulan sebelumnya

sebagai dampak dari peningkatan transfer

ke luar Jepang yang lebih besar dibanding

penerimaannya.

Secara keseluruhan 2014, surplus

current account Jepang menurun menjadi

JPY2,6 triliun, dari JPY3,2 triliun di 2013.

Defisit neraca perdagangan yang melebar

berkontribusi pada penurunan surplus CA. Di

sisi lain, pendapatan yang berasal dari investasi

di luar negeri terus mengalami peningkatan,

seiring semakin banyaknya investasi ke luar

Jepang untuk menyiasati peningkatan biaya

produksi di dalam negeri (semakin mahalnya

biaya impor bahan baku dan tingginya pajak

korporasi).

Di tengah pelemahan daya bel i

masyarakat, tingkat harga di TW4-14 kembali

menurun. Pasca implementasi kenaikan pajak

di TW2-14, tekanan inflasi pada TW4-14

bergerak turun menjadi 2,6% yoy, dari 3,3%

di triwulan sebelumnya. Inflasi Desember

2014 bahkan telah turun ke level 2,4%,

setelah pada Mei 2014 inflasi mencapai level

tertinggi dalam 24 tahun terakhir (3,7%).

Pelemahan inflasi kelompok energi, makanan

dan transportasi yang memiliki kontribusi cukup

besar terhadap penurunan inflasi di TW4-

14 menjadi faktor utama dibalik penurunan

inflasi. Inflasi kelompok energi pada TW4-14

turun menjadi 4,8%, dari 6,3% di triwulan

sebelumnya. Sementara inflasi kelompok

�������

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������������ ���������� ���� ����

�����������������

��������������������

������

������

������

������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

���

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����������� ���� ����

������������������������

������������������������

�������������������

�����������������

Grafik 1.42 Nilai Tukar Grafik 1.43 Current Account Balance

Page 60: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

48

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

makanan dan transportasi masing-masing

turun menjadi 3,3% dan 2,6% pada TW4-14,

dari 4,9% dan 3% pada periode sebelumnya.

Penurunan inflasi kelompok energi dipengaruhi

oleh penurunan harga minyak dunia dan

tertahannya ekspansi bisnis.

Inflasi inti27 juga tercatat turun menjadi

2,1%, dari 2,3% pada triwulan sebelumnya.

Kondisi tersebut mencerminkan dampak

kenaikan pajak penjualan terhadap biaya hidup

yang semakin tinggi, sehingga memberikan

tekanan yang cukup kuat terhadap daya beli

masyarakat dan menyebabkan masyarakat

membatasi konsumsi.

27 Di luar inflasi kelompok makanan dan energi.

����������

����

����

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���������

������������������������

��������������

�������������������

��������������������

�����������������

Grafik 1.44 Inflasi

��������������

����������������

�����������

��������

������������������������

������������

�������

�������������������������

������������� ����������������

���� ����������������

����������

������������������

�����������������������

������������������

���������������������������� ���������������

��������������������������������������������� ����������������

��������������������������������������������������������

��������������������������������������������������

�������������������������������������

���

���

���

���

���

����

�����

������

���

���

���

���

���

����

�����

������

���

���

���

���

���

����

�����

������

���

���

���

���

���

����

�����

������

�����������

Tabel 1.9 Monetary Base Target and The Bank’s Balance Sheet Projection

Dalam rangka mencapai target inflasi

(2%) dan mengatasi risiko inflasi yang kembali

bergerak menurun, pada Monetary Policy

Committee (MPC) meeting 31 Oktober 2014

Page 61: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

49

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

BOJ telah melakukan ekspansi kebijakan QQE.

Pada kesempatan tersebut, BOJ mengumumkan

akan menambah sasaran monetary base

yang ingin dicapai menjadi JPY80 triliun per

tahun, dari JPY60-70 triliun per tahun, untuk

mencapai target sebesar JPY275 triliun di akhir

2014. Selain itu, BOJ juga berencana menyasar

JGBs dengan average remaining maturity

yang lebih panjang (diperkirakan mencapai

rata-rata 7-10 tahun) dari pembelian JGBs

sebelumnya yang average remaining maturity-

nya mencapai tujuh tahun. Berdasarkan

perkembangan terkini, jumlah monetary base

outstanding sampai dengan 31 Januari 2015

telah mencapai JPY278,61 triliun, meningkat

dari posisi per 31 Desember 2014 (JPY275,87

triliun) dan melampaui target akhir 2014.

Pada 30 Desember 2014, BOJ juga

melakukan revisi mekanisme pembelian

JGBs dalam program QQE yang akan berlaku

efektif sejak 5 Januari 2015. BOJ memutuskan

untuk mengurangi pembelian JGBs yang

memiliki remaining maturity kurang dari 10

tahun dan meningkatkan pembelian JGBs

dengan remaining maturity di atas 10 tahun.

Langkah ini ditempuh untuk menindaklanjuti

keputusan BOJ pada MPC meeting 31 Oktober

2014 untuk menambah sasaran monetary

base menjadi JPY80 triliun per tahun, dari

JPY60-70 triliun per tahun dan menyasar JGBs

dengan average remaining maturity yang lebih

panjang (diperkirakan mencapai rata-rata 7-10

tahun) dari pembelian JGBs sebelumnya yang

average remaining maturity-nya mencapai

tujuh tahun.

Pada MPC meeting 21 Januari 2015,

BOJ kembali mempertahankan suku bunga

kebijakan di level 0,1% dan melanjutkan

kebijakan Quantitative and Qualitative Easing

(QQE). Langkah tersebut ditempuh seiring

kondisi perekonomian Jepang yang masih

lemah dan berjuang mengatasi dampak

kenaikan pajak penjualan. Pada saat yang

sama, BOJ juga memutuskan memperpanjang

kebijakan fund-provisioning (stimulating bank

lending facility & growth-supporting funding

facility) yang akan berakhir Maret 201528.

Kebijakan fund-provisioning akan diperpanjang

selama satu tahun dan maksimal amount

outstanding fund-provisioning untuk growth-

������������������������������������������ ������������

��������������������������

�����������

���������������������������

������������

��������������������������

�����������

��������������������������

�����������

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

������������������������������������������������������������

�����

�����������������������������������������������

��������������������

�����������������������������������������������

��������������������

�����������������������������������������������

��������������������

����������������������������������������������������������������

�����

��������������

�����������

Tabel 1.10 Komposisi Pembelian JGBs

28 Amandemen terhadap principal term & conditions terkait kebijakan fund-provisioning akan dibahas pada MPC berikutnya (Februari 2015)

Page 62: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

50

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

supporting funding facility dinaikkan menjadi

JPY10 triliun, dari JPY7 triliun. Selain itu, BOJ

juga akan memperkenalkan framework baru

untuk mempermudah penyaluran kredit bagi

lembaga keuangan yang tidak memiliki current

account di BOJ.

Keputusan BOJ mempertahankan

kebijakan akomodatif dilatarbelakangi oleh

perkembangan sejumlah indikator ekonomi

yang mengindikasikan aktivitas ekonomi

domestik yang masih lesu. Perekonomian

Jepang diperkirakan masih akan menghadapi

tantangan dari tertahannya ekspansi bisnis

yang disebabkan oleh pelemahan ekonomi

domestik akibat kenaikan pajak. Dengan

perkembangan tersebut, BOJ menurunkan

proyeksi pertumbuhan PDB tahun fiskal 2014

pada MPC meeting 21 Januari 2015. PDB

tahun fiskal 201429 diperkirakan terkoreksi

sebesar 0,5% yoy, jauh lebih rendah dari

proyeksi Oktober 2014 (tumbuh 0,5%).

Sementara PDB tahun fiskal 2015 diproyeksi

tumbuh sebesar 2,1% yoy, lebih tinggi dari

proyeksi Oktober 2014 (1,5%). Di sisi lain,

proyeksi inflasi tahun fiskal 2014 dan 2015 -

dengan memperhitungkan dampak kenaikan

pajak - menurun menjadi 2,9% dan 1%.

Namun, jika pengaruh pajak dikeluarkan, BOJ

memperkirakan inflasi hanya akan mencapai

0,9% pada 2014 dan 1% di 2015.

Sejalan dengan BOJ yang menurunkan

proyeksi pertumbuhannya, IMF dalam World

Economic Outlook Januari 2015 dan Consensus

Forecast (Februari 2015) masing-masing

memproyeksikan ekonomi Jepang tahun

2014 akan tumbuh sebesar 0,1% dan 0,2%.

Penurunan dilatarbelakangi oleh kontraksi PDB

di TW2-14 dan TW3-14 (technical recession),

yang berpotensi membawa ekonomi Jepang

di 2014 tumbuh lebih rendah dari tahun

sebelumnya (1,6%). Kendati demikian, IMF

dan CF masing-masing memperkirakan

perekonomian Jepang akan membaik dan

tumbuh sebesar 0,6% dan 1,3% di 2015.

�����

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������������������������

��������������������������

�����������������

Grafik 1.45 Suku Bunga Kebijakan

29 Periode tahun fiskal 2014 adalah April 2014-Maret 2015.

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

������� ������� ������� �������

������

����������������������������������

������ ������

����������

���������������

���������������

�����������������������������������

����

���������������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

�����������

�����������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

���

�����������

Tabel 1.11 Proyeksi PDB dan Inflasi BOJ

Page 63: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

51

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Perekonomian Jepang diperkirakan

masih akan menghadapi sejumlah tantangan

yang berpotensi menahan laju pertumbuhan

ekonomi dan tercapainya sasaran inflasi (2%).

Kenaikan pajak tanpa disertai kenaikan upah

yang memadai dikhawatirkan menghambat

pemulihan ekonomi Jepang. Kenaikan

harga akibat akselerasi pajak penjualan

telah menekan daya beli dan menyebabkan

masyarakat menahan konsumsi, sebagaimana

tercermin dari realisasi konsumsi di TW4-

14 yang tertahan di zona kontraksi. Hal ini

menyebabkan kalangan bisnis cenderung pasif

dan memilih menunggu untuk melakukan

ekspansi karena persediaan masih tumbuh

cukup tinggi. Kondisi tersebut berpotensi

menyebabkan penurunan inflasi terus berlanjut

sehingga berisiko memasuki zona deflasi.

Tantangan lain yang hingga saat ini

masih membayangi perekonomian Jepang

adalah permasalahan aging population dan

jumlah penduduk yang semakin terbatas.

Akibatnya, jumlah tenaga kerja menjadi

terbatas dan berpotensi menghambat ekspansi

bisnis lebih lanjut. Kinerja sektor eksternal

Jepang juga menghadapi tantangan dari

permintaan global yang belum stabil dan

potensi rebound harga minyak. Terkait dengan

tingginya rasio utang pemerintah yang telah

mencapai 243% terhadap PDB di 2013,

Jepang juga menghadapi risiko penurunan

kepercayaan investor terhadap sustainabilitas

fiskal dalam jangka menengah. Keputusan

PM Abe untuk menunda kenaikan pajak

tahap kedua hingga April 2017 dan rencana

penurunan pajak korporasi pada April 2015

dikhawatirkan mengganggu upaya konsolidasi

fiskal Jepang.

Page 64: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

52

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Rencana Penurunan Pajak Korporasi

M e r e s p o n t u n t u t a n u n t u k

melanjutkan proses konsolidasi fiskal,

pada 30 Desember 2014, koalisi partai

pemenang pemilu (Liberal Democratic

Party (LDP) dan Komeito), telah menyetujui

rencana reformasi f iskal termasuk

penurunan pajak korporasi yang akan

berlaku efektif pada tahun fiskal 2015

(1 April 2015). Sebagai langkah awal,

kedua partai pemenang pemilu tersebut

telah sepakat untuk memangkas pajak

korporasi sebesar 2,51% hingga menjadi

32,1% pada April 2015, dan kemudian

menjadi 31,3% pada 2016. Dengan

mengurangi beban pajak korporasi, koalisi

LDP dan Komeito mengharapkan kalangan

bisnis dapat memanfaatkan pendapatan

yang diperoleh untuk meningkatkan

gaji karyawan sehingga mendorong

konsumsi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Keputusan penurunan pajak

korporasi juga sejalan dengan komitmen

PM Abe pada 24 Juni 2014.

Dengan penurunan pajak korporasi,

pemer in tah memer lukan sumber

pendapatan lainnya untuk mengompensasi

penurunan pener imaan. Pasalnya,

pendapatan pajak korporasi berperan

cukup besar dalam struktur pendapatan

pajak pemerintah. Pada tahun fiskal 2014,

pajak korporasi menyumbang sekitar 20%

dari total pendapatan pajak. Sementara

pajak pendapatan, pajak korporasi dan

pajak penjualan menyumbang sebesar 80%

Boks 4

� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���������

�����������

��������������������������������������������������

������������������������������������

������������������������������������������������������������������������������������

�����������������������������������������

�����������������������������������������������

�������������������������������������������

����������������������������������������������

�������������������������������������

� ���������������������������������������������������������

� �������������������������������������������������������������������������������������������������

����������������

���������������������������

���������������������������

������������������������������������������

�����������������������������������

��������������������������������������������

�������������������

������������������������

���������������������������������������������

����������������

���������������������������������

�����������������������������������

���������������������

���������

�����������

��������������������������

��������������������������

���������

�����������

Page 65: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

53

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

dari total pendapatan pajak pemerintah.

Kegagalan Pemerintah Jepang untuk

mencari sumber pendapatan lainnya,

akan semakin memberatkan beban utang

pemerintah yang telah mencapai 243%

dari PDB pada 2013.

Di satu sisi, penurunan pajak

korporasi diharapkan mampu mengurangi

dampak kenaikan pajak di April 2014 yang

menyebabkan kontraksi pertumbuhan

ekonomi di TW2-14 dan TW3-14, serta

ancaman tidak tercapainya sasaran inflasi

2%. Namun di sisi lain, penurunan pajak

korporasi berisiko menghambat proses

konsolidasi fiskal yang saat ini sedang

ditempuh oleh pemerintah. LDP tax policy

chief Takeshi Noda menyatakan bahwa

penurunan pajak korporasi akan berdampak

pada penurunan pendapatan pajak sebesar

JPY400 miliar (USD3,32 miliar) untuk dua

tahun fiskal mendatang (2015 dan 2016).

Terlebih lagi PM Abe pada November 2014

telah mengumumkan menunda kenaikan

pajak penjualan tahap kedua hingga April

2017 (seharusnya Oktober 2015). Untuk

mengatasi kondisi tersebut, koalisi LDP dan

Komeito menyebutkan bahwa pemerintah

akan mencari alternatif sumber pendapatan

pajak dengan memperluas obyek pajak

guna mengompensasi berkurangnya

pendapatan pajak pemerintah karena

penurunan pajak korporasi.

Page 66: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

54

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Penundaan Kenaikan Pajak Penjualan Tahap Kedua

Seiring rilis PDB TW3-14 yang

mengindikasikan pelemahan ekonomi

pasca kenaikan pajak penjualan, PM Abe

pada 18 November 2014 mengumumkan

untuk menunda kenaikan pajak tahap

kedua hingga April 2017. Langkah tersebut

dinilai cukup bijaksana mengingat dampak

kenaikan pajak yang lebih buruk dari

perkiraan telah menyebabkan Jepang

kembali memasuki zona resesi. Di sisi lain,

pemerintah diharapkan dapat menentukan

langkah yang tepat untuk mengompensasi

penundaan rencana kenaikan pajak

terhadap reformasi fiskal yang saat ini

sedang ditempuh. Hal ini bertujuan untuk

menghindari persepsi negatif pasar dan

pihak eksternal lainnya terhadap kelanjutan

proses konsolidasi fiskal ke depan.

Namun demikian, langkah PM Abe

tersebut mendapat sambutan yang kurang

baik dari lembaga pemeringkat yang sangat

menaruh perhatian terhadap kelanjutan

komitmen konsolidasi fiskal. Moody’s

pada 1 Desember 2014 menurunkan credit

rating Jepang 1 notch menjadi A1, dari Aa3

namun masih mempertahankan outlook

stable. Beberapa hal yang melandasi

penurunan credit rating tersebut adalah:

- Penundaan kenaikan pajak tahap

kedua berpotensi mengganggu

pencapaian target penurunan defisit

fiskal pemerintah;

- Timing dan efektivitas kebijakan

pemerintah dihadapkan pada

tekanan deflasi yang berisiko

menahan pencapaian sasaran untuk

mencapai pertumbuhan yang lebih

tinggi; dan

- Sustainabilitas fiskal jangka panjang

dibayangi oleh risiko peningkatan

yield JGB.

Langkah penundaan kenaikan

pajak tahap kedua juga mendorong

Fitch menurunkan outlook sovereign

rating menjadi negative (dari stable)

pada 11 Desember 2014, meski masih

mempertahankan rating pada level A+.

Namun, keputusan tersebut tidak menutup

kemungkinan penurunan rating pada

2015 apabila risiko fiskal Jepang terus

meningkat. Dalam hal ini, Fitch menilai

penundaan kenaikan pajak tahap kedua

dan rencana penurunan corporate tax

memperkecil kesempatan mencapai target

penurunan defisit fiskal pemerintah.

Boks 5

Page 67: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

55

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

D i t e n g a h t e k a n a n u n t u k

mencari pendapatan tambahan guna

mengompensasi penurunan pendapatan

pajak, pemerintah pada 27 Desember 2014

menyetujui paket stimulus senilai JPY3,5

triliun (USD29 miliar). Untuk membiayai

stimulus tersebut, pemerintah akan

menggunakan sebagian dana yang sudah

tersedia, dan mengajukan suplementary

budget sebesar JPY3,1 trililun untuk

tahun fiskal 2014 (berakhir Maret 2015).

Tambahan pengeluaran pemerintah

tersebut bertujuan untuk meningkatkan

konsumsi dan mendorong revitalisasi

industri, terutama di wilayah pedesaan.

Besaran paket stimulus tersebut terdiri

dari:

a. JPY1,2 triliun akan digunakan sebagai

financial assistance untuk kelompok

rumah tangga dan perusahaan

berskala kecil dan menengah;

b. JPY600 miliar akan digunakan

untuk revitalisasi industri di kawasan

pedesaan; dan

c. JPY1,7 triliun akan digunakan untuk

mempercepat proses rekonstruksi

pasca bencana gempa.

Page 68: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

56

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Japan Snap Election 14 Desember 2014

Bersamaan dengan keputusan

penundaan kenaikan pajak tahap

kedua pada November 2014, Perdana

Menteri Abe juga membubarkan Lower

House Parliement dan mempercepat

pelaksanaan pemilu (general election)

pada Desember 2014. Keputusan yang

cenderung bernuansa politis tersebut

ditengarai bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana dukungan masyarakat

terhadap PM Abe yang akan menentukan

kelangsungan program Abenomics ke

depan. Terlebih, rilis PDB Jepang TW3-14

(second estimate) pada 8 Desember 2014

menunjukkan kinerja ekonomi Jepang yang

semakin lemah, sehingga mengonfirmasi

pentingnya penundaan kenaikan pajak

tahap kedua. Kondisi tersebut diperkirakan

mampu mendongkrak perolehan suara

partai pendukung PM Abe yaitu Liberal

Democratic Party (LDP) yang diproyeksi30

mampu memperoleh dua pertiga suara

mayoritas di Lower House Parliament.

B e r d a s a r k a n p e m i l u y a n g

dilaksanakan pada 14 Desember 2014,

partai pendukung PM Abe dan mitranya

Komeito Party pada akhirnya memenangkan

325 kursi, dari 475 kursi yang diperebutkan

di Lower House Parliament. PM Abe

juga kembali terpilih menjadi PM Jepang

yang ke 97 pada special diet session 24

Desember 2014 dan mempertahankan

susunan kabinetnya, kecuali menteri

pertahanan (Akiniro Eto) yang digantikan

oleh Gen Nakatani karena terlibat masalah

penggunaan dana politik. Namun demikian,

jumlah masyarakat yang berpartisipasi

pada pemilu tesebut turun menjadi hanya

52,38%, dari 59,32% (pemilu 2012)

karena kurangnya pemahaman masyarakat

mengenai tujuan pemilu yang dipercepat

dan sikap apatis masyarakat.

Boks 6

30 Hasil mid-campaign survey 5-7 Desember 2014 dan survei koran Mainichi Shimbun (salah satu media cetak terkemuka di Jepang).

Page 69: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

57

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

B.4. Tiongkok

Ekonomi Tiongkok pada TW4-14,

ditutup dengan perlambatan pertumbuhan

PDB terdalam selama satu dekade terakhir

sebesar 7,3% yoy. Sesuai strategi rebalancing,

sektor jasa secara umum mulai tumbuh di atas

sektor manufaktur. Indikasi tersebut diperkuat

dengan data produksi dan investasi manufaktur

yang cenderung melemah dibandingkan sektor

jasa. Konsumsi domestik pun relatif stagnan

akibat pembentukan upah nominal yang

tertahan, dan laba yang melemah. Pelemahan

permintaan domestik terefleksi dari penurunan

impor yang jatuh lebih tajam dibandingkan

ekspor. Di sisi lain, permintaan dari AS dan

Hong Kong sebagai mitra dagang utama masih

mampu mendorong pertumbuhan ekspor

sehingga Tiongkok tetap membukukan surplus

perdagangan yang cukup besar.

Pelemahan aktivitas ekonomi domestik

dan eksternal juga dapat tercermin dari

perkembangan harga yang melemah.

Penurunan inflasi CPI terutama diakibatkan

oleh terpuruknya harga properti. PPI bahkan

terdeflasi akibat anjloknya harga komoditas

global dan penurunan harga jual domestik.

Akibatnya, laba perusahaan juga semakin

tertekan sehingga berisiko untuk sistem

keuangan yang cenderung ketat. Penurunan

suku bunga kebijakan di akhir November 2014

belum berdampak signifikan untuk mengatasi

keketatan tersebut. Pasar berharap pelonggaran

RRR terakhir dapat berdampak signifikan pada

kondisi likuiditas. Di 2015, pertumbuhan

diperkirakan masih akan melambat dikisaran

6,8%-7%, dengan upside risk yang berasal

dari penurunan harga minyak. Sementara itu,

downside risk relatif lebih beragam diantaranya

adalah faktor stagnasi di Kawasan Euro dan

Jepang, indikasi currency war, destabilisasi

emerging, dan krisis geopolitik. Faktor risiko

dari dalam negeri masih seputar strategi

rebalancing yang memperlemah investasi serta

ancaman deflasi.

Laju PDB Tiongkok yang tercatat

stagnan di level 7,3% yoy31 pada TW4-14

akhirnya menutup dinamika ekonomi 2014

yang diwarnai perlambatan kinerja. Secara

tahunan, ekonomi Tiongkok tumbuh 7,4%

di 2014, sedikit di bawah target pemerintah

sebesar 7,5%. Sektor tersier (jasa) TW4-14

mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai

8,1%, naik dari 7,9% di triwulan sebelumnya.

Sektor sekunder (manufaktur) justru melambat

ke 7,3%, dibandingkan sebelumnya 7,4%.

Sementara, sektor primer tumbuh di level

terendah yaitu 4,1% dari sebelumnya 4,2%.

Meskipun lebih rendah dari target,

Pemerintah Tiongkok menilai pertumbuhan

ekonomi pada 2014 sudah sesuai dengan

strategi rebalancing yang dicanangkan pada

Central Committee Meeting November 2013.

Presiden Li Keqiang memaklumi bahwa

perlambatan ekonomi Tiongkok merupakan

bagian dari kondisi “new normal” yang ke

depan dapat terus memberikan tekanan.

Pemerintah hanya menjaga agar tidak terjadi

hard landing dengan memberikan stimulus

seperlunya dan mengamankan momentum

31 sama dengan triwulan sebelumnya.

Page 70: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

58

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

peralihan dari produksi ke konsumsi secara

bertahap.

Sesuai perkiraan, laju sektor jasa kini

umumnya berada di atas sektor manufaktur.

PMI sektor jasa menunjukkan penguatan

ekspansi dengan rata-rata sebesar 53,9 di

TW4-14 (>50 = ekspansi). Sementara, PMI

manufaktur berada di ambang stagnasi dengan

rata-rata 50,4.

Produksi industri rata-rata melambat

ke 8,3% pada TW4-14, dari tumbuh 8,6%

di triwulan sebelumnya. Investasi aset tetap

(fixed asset investments) sektor manufaktur

turut melambat dengan rata-rata 13,5%

yoy, turun dari sebelumnya 14,2%. Hanya

investasi aset tetap sektor produksi yang rata-

rata meningkat ke 28%, dari 21,6%, akibat

proyek-proyek pembangunan pemerintah. Dari

�����

����������������������������������������������

�����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� �����

��

��

�����

��������

������������

������

�������������

������

������������������

��

��

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

������ �������� �������

������

��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Grafik 1.46 Pertumbuhan PDB (Sektoral) Grafik 1.47 Kontribusi PDB Sektoral terhadap Total Pertumbuhan

�����������������

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

��������������

������������������

��������������

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

��

��

����� �����

� � � � �� �� � � � � �� � � � � �� �� � � � � ������ ���� ���� ����

�����������������

����������������������

�������������

�������

����������������

�����������������

Grafik 1.48 Purchasing Manager Index (PMI) Grafik 1.49 Produksi Industri dan Investasi Fixed Assets

Page 71: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

59

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

32 National Bureau of Statistics of China, Januari 2015.

33 Tier 1 merupakan properti untuk wilayah kota besar seperti Shanghai, Shenzen, Beijing, dan Guangzhou; tier 2 merupakan kota ukuran menengah seperti Nanjing, Wuhan, Suzhou, dan Xian; dan tier 3 merupakan kota yang baru berkembang seperti Kunming, Harbin, dan Nanning.

RMB5 triliun investasi aset tetap di Desember

2014, sebagian besar (95%) adalah proyek

pemerintah daerah32.

Konsumsi secara umum tertahan

sepanjang TW4-14. Indeks penjualan eceran

meningkat 11,7%, menurun dari triwulan

sebelumnya sebesar 11,9%. Perlambatan

konsumsi terutama terjadi pada produk

kosmetik dan elektronika. Kondisi ini diduga

terimbas efek penurunan harga properti

(negative wealth effect) dan laju upah nominal

yang tertahan akibat perlambatan inflasi dan

penurunan laba industri.

Akibat penurunan pejualan properti

sejak Februari 2014, harga properti Tiongkok

mulai terkontraksi pada TW4-14. Penjualan

properti di Februari-Desember 2014 rata-rata

terkontraksi sebesar 6,6% yoy. Sementara,

harga jual untuk seluruh kelas properti (tier 1

s.d. 3)33 terkontraksi rata-rata sebesar 3,2%

yoy di TW4-14 dari sebelumnya tumbuh positif

sebesar 1,1%.

Sampai dengan Desember 2014,

investasi aset properti (real estate) mencapai

hampir sepertiga (29,5%) dari total investasi

aset tetap swasta dengan nilai total RMB3,2

triliun. Oleh karena itu, penurunan harga

properti diperkirakan dapat berdampak

signifikan terhadap konsumsi masyarakat.

Di sektor eksternal, surplus perdagangan

internasional yang semakin tinggi di TW4-14

lebih mencerminkan pelemahan permintaan

domestik. Sejalan dengan pelemahan indikator

produksi dan investasi sektor manufaktur,

permintaan impor Tiongkok terhadap barang-

barang input produksi juga menurun.

Rata-rata impor terkontraksi 1,5% pada

TW4-14 dari 0,9% di triwulan sebelumnya.

������������������

������ ������

���

��

��

��

��

��

���

��

��

��

��

��

� � � � � �� � � � � �� � � � � �� � � � � ������ ���� ���� ����

�����������������������������������������������������������������������������

�����������������

������ ������

�����

����

���

���

����

����

����

����

���

���

��

��

��

��

��

��

� � � � ��� � � � ��� � � � ��� � � � ������ ���� ���� ����

��������������

�����������������

�����������������

������������������

Grafik 1.50 Penjualan Eceran Grafik 1.51 Harga Properti

Page 72: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

60

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Sementara itu, rata-rata laju ekspor melambat

ke 8,7% dari sebelumnya 13%, sehingga

surplus perdagangan TW4-14 meningkat

menjadi USD149,5 miliar, dari sebelumnya

USD128,3 miliar.

Kinerja ekspor Tiongkok di TW4-14

masih terbantu oleh permintaan dari AS dan

Hong Kong. Meskipun melambat, ekspor

Tiongkok ke AS masih tumbuh positif 7,8%,

dari 15% di TW3-14. Pertumbuhan ekspor ke

Hong Kong juga masih positif sebesar 10,9%

di TW4-14, dari tumbuh 15,1% di TW3-14. Di

lain sisi, nilai impor energi Tiongkok juga turun

drastis. Bahkan nilai impor produk petroleum

Tiongkok menurun 24% pada Desember 2014,

terimbas pelemahan harga minyak.

Pelemahan kinerja ekonomi secara

keseluruhan terefleksi dari melambatnya inflasi

CPI (consumer price index) dan PPI (producer

price index). Inflasi CPI anjlok signifikan di

TW4-14 menjadi rata-rata 1,5% yoy, dari

sebelumnya 2,0%. Sejalan dengan pelemahan

harga properti, inflasi perumahan rata-rata

melambat menjadi 1,3%, dari sebelumnya

1,8%. Akibat stimulus pemerintah kepada

sektor pertanian, inflasi bahan makan relatif

������ ����������

�����������������

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

����

����

� � � � ��� � � � ��� � � � ������ ���� ����

�����������������������

�����������

����������

������

�����������������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � ��� � � � �� � � � �� � � � ��

��� ���

Grafik 1.52 Perdagangan Internasional Grafik 1.53 Inflasi CPI dan PPI

������

�����������������

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � ��� � � � �� � � � �� � � � ��

�����������

����������������������������

�������������

������������

�������������

������

�����������������

������������������

������������

���

��

��

��

��

��

��

���

����

����

����

� � � �� � � � �� � � � ������ ���� ����

Grafik 1.54 Komponen Inflasi Grafik 1.55 Laba Industri

Page 73: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

61

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

34 PData Standard Chartered, 2014

stabil dan bahkan cenderung melemah. Inflasi

makanan di TW4-14 merosot menjadi rata-rata

2,6%, dari 3% pada TW3-14. Sementara inflasi

transportasi terpengaruh penurunan harga

minyak dunia hingga terkontraksi 0,8%, dari

sebelumnya tumbuh 0,2%.

Lebih jauh, deflasi PPI selama hampir

tiga tahun terakhir (34 bulan) mencerminkan

sektor produksi yang semakin tertekan. PPI

rata-rata terdeflasi 2,7% di TW4-14, turun

semakin dalam dari deflasi 1,3% pada TW3-

14. Kombinasi faktor penurunan harga input

(komoditas) dan pelemahan harga jual di pasar

domestik membuat tekanan terhadap harga

produsen semakin intensif. Dalam jangka

menengah-panjang, kondisi ini dikhawatirkan

berdampak negatif bagi pembentukan upah

nominal dan laba industri.

triliun (USD22,7 triliun) atau 245% PDB34,

penurunan laba secara persisten dapat

mempengaruhi kemampuan pengembalian

kredit masyarakat dan perusahaan, yang

sangat berisiko bagi sistem keuangan Tiongkok

secara keseluruhan.

Sistem keuangan Tiongkok relatif

bergerak ekspansif pada TW4-14. Total

pembiayaan yang dikucurkan pada kurun

waktu tersebut meningkat menjadi RMB3,4

triliun dari RMB2,2 triliun (naik 52,5% qtq).

Kredit perbankan (termasuk valas) naik

11,8% qtq menjadi RMB2 trilun. Pembiayaan

entrusted loan (shadow banking) melonjak

pesat 57,8% qtq ke level RMB723 miliar,

terdorong oleh pembiayaan pemerintah

daerah melalui local government financing

vehicle (LGFV). Pinjaman saham juga naik

signfikan sebesar 13,4% qtq menjadi RMB131

miliar, sejalan dengan maraknya initial public

offering (IPO) dan pembukaan platform trading

saham Hong Kong-Shanghai Stock Connect di

November 2014. Pertumbuhan uang beredar

(M2) mencapai 12,4% untuk TW4-14 dan

13,02% untuk seluruh 2014 - sesuai dengan

target tahunan pemerintah sebesar 13%. Pasar

keuangan cenderung ketat meskipun PBOC

telah berusaha menekan suku bunga kebijakan

di akhir November 2014.

PBOC akhirnya memangkas suku bunga

kebijakan (lending rate) sebesar 40 bps menjadi

5,6% disertai dengan penurunan benchmark

deposit rate pada 24 November 2014.

Penurunan deposit rate yang lebih rendah

������������

������������������

��

��

��

��

��

��

��

����

���

����

���

����

���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � � � � � � � � � � � �

�����������������������������

Grafik 1.56 Pengangguran dan Upah

Laba industri semakin melemah dengan

rata-rata TW4-14 yang terkontraksi sebesar

3,1%, turun tajam dari semula tumbuh

positif 4,4% pada TW3-14. Dengan eksposur

kredit yang tinggi senilai senilai RMB142

Page 74: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

62

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

dari lending rate diharapkan dapat menahan

tabungan masyarakat pada sistem perbankan

Tiongkok, sehingga tidak masuk ke sistem

shadow banking.

Namun demikian, pemotongan suku

bunga tersebut dinilai masih kurang karena

belum berhasil meredakan tensi pasar. Sebulan

pasca pemangkasan suku bunga kebijakan,

suku bunga SHIBOR tiga bulan justru meningkat

ke 5,2% pada 24 Desember 2014, dari 4,2%

saat pemotongan suku bunga kebijakan

dilakukan. Kondisi tersebut juga disebabkan

oleh kebutuhan likuiditas terkait IPO dan

persiapan transaksi di akhir tahun. Pasar

terus mendorong PBOC untuk melonggarkan

likuiditas secara lebih efektif yang dapat

dilakukan melalui pemotongan RRR.

Selanjutnya pada 5 Februari 2015,

PBOC akhirnya memotong RRR sebesar 0,5%

menjadi 19,5%. Pemotongan RRR tersebut

diperkirakan dapat menambah likuiditas ke

pasar senilai RM600 miliar (USD96 miliar).

Bank kota dan desa35, mendapatkan tambahan

potongan RRR sebesar 0,5% - sehingga total

menjadi 1% - dan khusus untuk Agricultural

Development Bank of China potongan

ditingkatkan menjadi 4%.

Konsisten dengan strategi rebalancing,

P emer i n t ah T i ongkok mempred i k s i

pertumbuhan 2015 kembali melambat menjadi

7%. Consensus Forecasts (Januari 2015)

juga memprediksi pertumbuhan 2015 akan

mencapai 7%. Namun, IMF dalam World

Economic Outlook (WEO) Januari 2015

memproyeksikan pertumbuhan Tiongkok hanya

mencapai 6,8% di 2015. Perhitungan IMF

tersebut dilatarbelakangi oleh perlambatan laju

investasi dan kredit oleh Pemerintah Tiongkok

untuk menurunkan tingkat kerentanan.

���

���

���

����

��

��

��

��

��� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ����

����������� ������

���������������

���������������

���������������

������������������������

��������������������������

�����������

���������������

�������

������������������

������������������

� �

���

���

���

���

��

����

��

����

��

����

�������������������������������������� ���������

� �� �� �� �� �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� �

�������� �������� �������� �������� �������� �������� �������� ��������

Grafik 1.57 Pembiayaan Agregat Grafik 1.58 Tingkat Bunga

35 City commercial bank dan non-county level rural bank

Page 75: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

63

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Upside risk terhadap proyeksi tersebut

cenderung berasal dari faktor global, sementara

downside risks merupakan kombinasi antara

faktor domestik dan global. Pelemahan harga

minyak yang cukup persisten dapat menjadi

faktor pendorong pertumbuhan ke level

yang lebih tinggi di 2015. Namun demikian,

sejalan dengan impor minyak hanya memiliki

pangsa sekitar 3% dari total impor energi

Tiongkok - sebagian besar impor energi dalam

bentuk batu bara - maka dampak positif yang

dihasilkan diduga terbatas.

Sementara itu, stagnasi Jepang dan

Kawasan Euro menjadi ancaman serius kinerja

sektor eksternal Tiongkok. Indikasi terjadinya

perang nilai tukar (currency war) berpotensi

semakin memukul kinerja sektor eksternal yang

saat ini masih menjadi andalan pertumbuhan.

Destabilisasi emerging markets menjelang QE

exit AS juga menjadi tantangan pengelolaan

stabilitas kawasan oleh Tiongkok. Risiko lain

yang juga harus diwaspadai adalah faktor

geopolitik konflik Rusia dan Ukraina yang

dapat mengancam keamanan dan kelancaran

perdagangan global.

Dari sisi domestik, upaya rebalancing

dan spiral deflasi menjadi kekhawatiran utama

di 2014. Strategi reformasi struktural melalui

rebalancing mengharuskan dilakukannya

peralihan prioritas pertumbuhan yang dapat

berimplikasi pada perlambatan laju investasi

dan perdagangan. Selain itu, kekhawatiran

terhadap spiral deflasi dari harga minyak dan

properti semakin mengancam pembentukan

upah nominal, memperlemah laba industri,

dan berpotensi meningkatkan debt dynamic

dengan jumlah utang yang sangat besar

(245% dari PDB). Pembiayaan pemda yang

terlalu agresif juga menjadi faktor risiko fiskal

pada jangka menengah-panjang.

B.5. India

K i n e r j a e k o n o m i I n d i a p a d a

TW4-14 mengalami pelemahan. PDB tumbuh

melambat, menjadi 7,5% yoy, dari 8,2% di

triwulan sebelumnya. Angka pertumbuhan

tersebut merupakan hasil perhitungan dengan

menggunakan metodologi baru Melemahnya

pertumbuhan tersebut disebabkan oleh

pelemahan konsumsi dan investasi, serta

ekspor yang masih terkontraksi. Di sisi lain,

pengeluaran pemerintah mengalami perbaikan.

Secara sektoral, kinerja sektor pertanian

dan industri menurun namun sektor jasa

meningkat.

Pelemahan ekonomi India juga tercermin

pada berbagai indikator konsumsi dan aktivitas

bisnis, serta menurunnya tekanan inflasi.

Penurunan inflasi yang cukup signifikan

disebabkan oleh pelemahan harga minyak

dan makanan. Merespon pelemahan tersebut,

RBI mulai melonggarkan kebijakan moneter

dengan menurunkan suku bunga kebijakan

dan reserve requirement.

Pertumbuhan ekonomi ke depan

berpotensi membaik. Pemerintah India

dan IMF memperkirakan pertumbuhan

PDB akan meningkat di 2015 dan 2016,

meskipun terdapat sejumlah risiko yang dapat

menurunkan pertumbuhan, seperti pelemahan

Page 76: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

64

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

36 Data pertumbuhan PDB ini merupakan angka pertumbuhan yang menggunakan metode estimasi baru dengan perubahan tahun dasar, indikator harga yang digunakan dan cakupan estimasi, yang mulai dirilis pada awal 2015. Angka pertumbuhan dengan metode sebelumnya tidak lagi diproduksi.

37 PDB secara sektoral dikelompokkan ke dalam tiga sektor yaitu (1) pertanian, kehutanan dan perikanan; (2) industri; dan (3) jasa. Sektor industri terdiri dari sub sektor pertambangan dan pengolahan, manufaktur, dan konstruksi. Sementara sektor jasa terdiri dari perdagangan, hotel, keuangan, real estat dan jasa profesional, administrasi publik, pertahanan dan jasa lainnya.

konsumsi dan kinerja ekspor, serta risiko

ketidakpastian pemulihan ekonomi global

dan timing normalisasi kebijakan moneter AS

yang berpotensi menyebabkan pelarian arus

modal.

Kiner ja ekonomi Ind ia tumbuh

melambat pada TW4-14 sebagaimana

ditunjukkan oleh pertumbuhan PDB dan

inflasi. PDB tercatat tumbuh melambat

menjadi 7,5%36 yoy, dari 8,2% di TW3-14.

Sementara itu, inflasi (CPI) menurun cukup

signifikan, yaitu dari 6,5% di akhir TW3-14

menjadi 5,0% di akhir TW4-14.

Perlambatan pertumbuhan PDB tersebut

disumbang oleh penurunan pertumbuhan

konsumsi swasta dan investasi. Pertumbuhan

konsumsi swasta di TW4-14 melambat menjadi

3,5%, dari 8,7% di TW3-14, sementara

investasi hanya tumbuh 1,6%, dari 2,8%.

Kinerja ekspor dan impor sebenarnya juga

memburuk dimana ekspor masih terkontraksi,

sebesar -2,8% (dari -3,8% di TW3-14), dan

impor tumbuh melambat menjadi 1,1% dari

1,2% (TW3). Namun, perkembangan ekspor

dan impor tersebut menjadikan net ekspor

membaik sehingga berdampak positif pada

pertumbuhan. Di tengah berbagai pelemahan

tersebut, konsumsi pemerintah tumbuh

impresif mencapai 31,7% di TW4-14, dari

hanya 5,8% di triwulan sebelumnya.

Berdasarkan sektor ekonomi 37,

penurunan pertumbuhan ekonomi disumbang

oleh perlambatan sektor pertanian, kehutanan

dan perikanan yang terkontraksi 0,4%,

�� �� �� �� �� �� �� ��

���� ����

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��� ����

����

����

����

����

����

���

���

����

�����

�����

�����������������

������������������

�����������������

�����������������������������

������������

������������������

��������������������

������������

����������

�� �� �� �� �� ������

���� ����

���

���

���

���

���

����

����

���

���

����

����

��������

�������������

��������������������������������������

�������������

�����������������

����� �����

Grafik 1.59 Pertumbuhan PDB

Grafik 1.60 Pertumbuhan PDB Sektoral

Page 77: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

65

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

������

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

�������������

������������

�����������������

dari tumbuh 2% di TW3-14. Selain itu,

pertumbuhan sektor industri menurun menjadi

3,9%, dari 6%. Di sisi lain, sektor jasa masih

tumbuh meningkat mencapai 13,5%, dari

10,1% pada triwulan sebelumnya.

Pelemahan permintaan domestik

tercermin dari penurunan pertumbuhan

penjualan kendaraan bemotor. Pertumbuhan

penjualan kendaraan bermotor pada TW4-

14 secara rata-rata menurun menjadi 3,5%

yoy, dari rata-rata tumbuh 8,7% di TW3-14.

Penurunan tersebut mengikuti pola (siklus)

tahunannya dimana pada TW4 biasanya

penjualan kendaraan bermotor menurun.

Hal ini disebabkan oleh adanya hari libur

panjang untuk festival keagamaan – dan

untuk 2014 juga terdapat penyelenggaraan

pemilu (state election) – sehingga masyarakat

mengantisipasinya dengan melakukan

pembelian pada triwulan sebelumnya. Perilaku

seperti ini tercermin pada angka penjualan

yang meningkat tajam di TW3-14, bahkan

pada September 2014 angka penjualan

melonjak hingga di atas 20%. Jumlah hari kerja

yang lebih sedikit juga sedikit menghambat

penjualan kendaraan bermotor.

Indikator konsumsi lainnya, yaitu indeks

kepercayaan konsumen juga mengalami

penurun. Indeks menurun menjadi 121,4 di

Desember 2014, dari 124,1 di September

2014. Penurunan keyakinan konsumen

tersebut ditengarai akibat tingginya suku

bunga sehingga pembiayaan konsumsi relatif

mahal.

Sejalan dengan pelemahan konsumsi,

aktivitas bisnis juga cenderung melemah

pada TW4-14. Produksi industri cenderung

memburuk sepanjang TW4-14 dimana produksi

sempat terkontraksi 4,2% (Oktober 2014)

sebelum kembali tumbuh 3,9% (November

2014). Pada triwulan sebelumnya, produksi

industri tidak pernah terkontraksi. Namun

demikian, kalangan bisnis masih cukup

optimis bahwa ke depan aktivitas bisnis akan

kembali meningkat. Hal ini tercermin dari PMI

Grafik 1.61 PMI

Grafik 1.62 Indikator Investasi

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���������������������� �������������������������� �������������������

���� ���� ���� ���� ���� ����

�����������

�����������������

Page 78: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

66

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Grafik 1.63 Neraca Perdagangan

Grafik 1.64 Consumer Price Index

���

���

��

��

��

��

���

������

������

������

������

�����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ����

�����������

������������������ ������������ ������������

�����������������

����������

������

������

���

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ���� ����

��������������� ��������������

�����������������

Komposit dan PMI Manufaktur yang masing-

masing meningkat ke level 52,9 dan 54,5

di akhir TW4-14, dari 51,8 dan 51 di akhir

triwulan sebelumnya.

Performa perdagangan internasional

India juga belum menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan. Nilai ekspor (nominal)

sepanjang TW4-14 terkontraksi sebesar 0,5%

yoy, setelah pada triwulan sebelumnya masih

tumbuh mencapai 4,14%. Penurunan ekspor

tidak terlepas dari masih lemahnya permintaan

global, termasuk permintaan dari Tiongkok.

Di sisi lain, impor tumbuh melambat menjadi

8,5%, dari 10,8%. Salah satu penyumbang

penurunan impor adalah impor minyak,

sejalan dengan tren penurunan harga minyak.

Dengan kinerja ekspor-impor seperti itu, defisit

neraca pedagangan semakin melebar menjadi

USD39,7 miliar, dari sebelumnya sebesar

USD37,3 miliar.

Sebagaimana terjadi di berbagai

negara lainnya, tekanan inflasi cenderung

menurun, baik Consumer Price Index (CPI)38

maupun Wholesale Price Index (WPI). Pada

TW4-14, inflasi CPI menurun menjadi 5% yoy

di akhir TW4-14, dari 6,5% di akhir TW3-14.

38 Central Statistics Office-MOSPI juga melakukan penyesuaian metodologi CPI per tanggal 12 Februari 2015.Perubahan metodologi CPI: 1) Perubahan tahun dasar dari 2004-05 menjadi 2011-12; (2) Penyempurnaan metodologi dengan menambahkan unsur harga dari skim bantuan pemerintah dalam rangka penyediaan kebutuhan dasar orang-orang termiskin di India dengan harga yg ditetapkan pemerintah; (3) Penyesuaian bobot beberapa harga a.l. menurunkan bobot bahan makanan dan minuman (45,86 dari 47,58), bahan bakar dan penerangan (6,84 dari 9,49) dan menaikkan bobot pakaian (6,53 dari 4,73) dll.

� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ����

���

���

���

���

���

����

����

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

����������

������������������������������

�������������

��������

�����������������������

������������

�����������������

Page 79: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

67

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Grafik 1.65 Wholesale Price Index Grafik 1.66 Suku Bunga Kebijakan

Sementara itu, inflasi WPI menurun menjadi

0,1%, dari 2,4%. Penurunan inflasi merupakan

dampak dari pelemahan harga minyak. Tren

penurunan inflasi tersebut menjadikan inflasi

menjauh dari targetnya, sebesar 8% di 2015

dan 6% di 2016.

Menyikapi perkembangan ekonomi

tersebut, khususnya inflasi yang turun menjauhi

target, RBI mulai menurunkan suku bunga

kebijakan. Pada MPC meeting 15 Januari

2015, RBI menurunkan repurchase rate 25

bps menjadi 7,75%. Penurunan suku bunga

ini merupakan yang pertama kalinya di bawah

kepemimpinan Gubernur Rajan dan telah lama

dinantikan oleh pelaku bisnis. Selanjutnya

pada MPC meeting 30 Januari 2015, RBI

kembali melonggarkan kebijakan moneter

dengan menurunkan statutory liquidity ratio

atau reserve requirement sebesar 50 bps

menjadi 21,5%, serta menghapus fasilitas

pembiyaan ekspor yang digantikan dengan

pembatasan likuiditas. Sementara itu, RBI

mempertahankan suku bunga kebijakan,

yaitu repurchase rate (7,75%), reverse repo

rate (6,75%), cash reserve ratio (4%), dan

bank rate (8,75%). RBI juga memberikan

sinyal kemungkinan menurunkan suku bunga

lebih lanjut, sepanjang perkembangan data

(data dependent) menunjukkan penurunan

inflasi, perbaikan konsolidasi fiskal39, serta

terlaksananya kebijakan terkait supply energi,

lahan, mineral dan infrastruktur. Beberapa

ekonom memperkirakan RBI akan menurunkan

suku bunga lebih lanjut secara bertahap selama

2015.

Outlook perekonomian India ke

depan berpotensi membaik. Pemerintah

India memperkirakan PDB India 2014/2015

akan tumbuh sebesar 7,4%. Harga minyak

yang menurun, investasi yang meningkat

dan pengeluaran pemerintah yang produktif

39 Kementerian Keuangan India, Jaitley berupaya agar defisit fiskal dapat mencapai 4,1% dari PDB (terendah dalam 7 tahun terakhir), bahkan di bawah 3% dari PDB.

�����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ����

��������

����������������������������

�������������������������

������������������������������

��

��

��

���

��

��

��

��

��

�����������������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���� ���� ����

� ����

����

����

����

����

����

����

� �

�������������������

���������������

�����������������

������������������������������

�����������������

Page 80: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

68

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

diharapkan mampu mendorong pertumbuhan.

IMF juga memprediksi ekonomi India akan

tumbuh meningkat di 2015 dan 2016.

Dengan menggunakan angka pertumbuhan

berdasarkan metodologi estimasi PDB yang

lama, PDB India diperkirakan tumbuh 6,3%

di 2015 dan 6,5% di 2016, dari sebesar 5,8%

di 2014.

Namun demikian, pertumbuhan dapat

menyimpang dari prakiraan tersebut mengingat

adanya beberapa risiko internal dan eksternal.

Risiko internal yang harus dihadapi antara lain

kinerja konsumsi dan perdagangan yang masih

tertahan. Sementara risiko eksternal yang

dihadapi adalah pemulihan ekonomi global

yang belum merata yang memengaruhi kinerja

ekspor, serta potensi pelarian modal apabila AS

menaikkan suku bunga.

Penyesuaian Metodologi Perhitungan PDB dan Inflasi India

A. Metodologi PDB

Pada 9 Februari 2015, Central

Statistics Office (CSO), Ministry of Statistics

and Implementation (MOSPI), merevisi

metodologi perhitungan PDB. Perubahan

metodologi tersebut terutama mencakup

penggunaan tahun dasar menjadi 2011/12

(sebelumnya 2004/05). Revisi tahun

dasar merupakan hal yang rutin dan

dilakukan setiap lima tahun. Perubahan

lainnya adalah mengganti indikator harga

yang digunakan dalam perhitungan PDB

menjadi menggunakan metode constant

price (2011-12) dan current price, dimana

sebelumnya digunakan factor cost. Pada

perhitungan penerimaan pajak, digunakan

metode gross value added (GVA) dengan

harga dasar dan memasukkan indirect

tax.

Data dan sumber data pembentuk

PDB leb ih lengkap d ibandingkan

perhitungan sebelumnya, baik dari badan

pemerintah maupun swasta. Terdapat

beberapa tambahan data dari sektor

pertanian (sumber data Kementerian

Pertanian dan Kementerian Perdagangan),

output transportasi (angkutan darat, laut

dan udara), perbankan dan asuransi, serta

pertambangan dan manufaktur.

Dengan metodologi yang sama,

dihasilkan revisi data PDB triwulanan untuk

Boks 7

Page 81: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

69

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

40 Yang dimaksud dengan ASEAN-5 dalam tulisan ini adalah Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand.

2012-13, 2013-14 dan 2014-15. Sesuai

dengan sistem tahun fiskal India yang

dimulai pada April maka data triwulan yang

telah diterbitkan adalah April-Juni, Juli-

September, Oktober-Desember. Data PDB

terbaru ini mulai berlaku 30 Januari 2015.

Rilis data PDB untuk Januari - Maret 2015

dan estimasi tahunan 2014/2015 akan

diumumkan tanggal 29 Mei 2015.

B. Metodologi Inflasi (CPI)

Pada 12 Februari 2015, Central

Statistics Office (CSO), Ministry of Statistics

and Implementation (MOSPI) India juga

menyempurnakan metodologi perhitungan

inflasi yaitu mengubah tahun dasar dari

2004-05 menjadi 2011-12, menambahkan

unsur harga dari skim bantuan pemerintah

dalam rangka penyediaan kebutuhan dasar

orang-orang termiskin di India dengan harga

yang ditetapkan pemerintah. Penyesuaian

bobot beberapa harga a.l. menurunkan

bobot bahan makanan dan minuman (45,86

dari 47,58), bahan bakar dan penerangan

(6,84 dari 9,49) dan menaikkan bobot

pakaian (6,53 dari 4,73), dll.

B.6. ASEAN-5

Perekonomian ASEAN-5 tumbuh cukup

positif pada triwulan terakhir 2014. Secara

umum, sektor domestik menjadi penopang

utama membaiknya kinerja ekonomi ASEAN-5,

sedangkan sektor eksternal melambat,

terimbas pemulihan ekonomi global yang

masih tertahan. Pencapaian pertumbuhan

yang signifikan terjadi di Vietnam dan Filipina

yang masing-masing tumbuh sebesar 7%

dan 6,9% pada TW4-14. Namun di sisi lain,

perekonomian Singapura melambat menjadi

1,5% akibat kendala di pasar tenaga kerja dan

perlambatan ekspor.

Meskipun pencapaian ekonomi kawasan

membaik, IMF merevisi ke bawah outlook

ASEAN menjadi 4,5% di 2014 dan 5,2% di

2015. Sejumlah risiko juga masih membayangi

kondisi perekonomian ASEAN-5. Risiko

eksternal berpotensi muncul dari exit UMP AS,

perlambatan ekonomi sejumlah mitra dagang

utama – seperti Tiongkok dan EU – serta tren

penurunan harga komoditas dunia. Sementara

itu, risiko domestik bersifat unik, seperti

instabilitas situasi politik, konsolidasi fiskal, dan

rigiditas regulasi di pasar tenaga kerja.

Di tengah pemul ihan ekonomi

global yang belum sesuai dengan harapan,

perekonomian ASEAN-540 menunjukkan

Page 82: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

70

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

pergerakan yang cukup positif di penghujung

tahun 2014. Secara umum, perbaikan terjadi

hampir di semua negara, kecuali Singapura.

Pertumbuhan ekonomi paling impresif pada

TW4-14 ditorehkan oleh Vietnam dan Filipina,

sedangkan kinerja ekonomi Singapura menurun

cukup signifikan. PDB Vietnam dan Filipina

masing-masing tumbuh sebesar 7,0% yoy

dan 6,9%, dari 6,2% dan 5,3% di TW3-14.

Bahkan pertumbuhan Vietnam merupakan

tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam

15 kuartal terakhir, sehingga sepanjang 2014

mampu tumbuh 5,9%, melebihi ekspektasi

pemerintah (5,8%).

Kinerja pertumbuhan ekonomi yang

lebih baik dibandingkan triwulan lalu terutama

ditopang oleh faktor domestik, sedangkan

sektor eksternal (kecuali Filipina) mengalami

koreksi. Peningkatan kinerja perekonomian

Vietnam bertumpu pada investasi (terutama

FDI) dan konsumsi yang tumbuh cukup tinggi41.

Di Filipina, akselerasi pertumbuhan ekonomi

juga dikontribusi oleh faktor domestik, yaitu

belanja pemerintah dan konsumsi swasta,

serta dukungan faktor eksternal (ekspor).

Sementara secara sektoral, industri pengolahan

– khususnya yang bertujuan ekspor – masih

menjadi pilar utama yang menopang kenaikan

pertumbuhan ekonomi Vietnam dan Filipina.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi

juga dicatatkan oleh Malaysia, yang semula

diproyeksikan melemah seiring dengan

penurunan harga komoditas dunia. Ekonomi

Malaysia membaik dengan tumbuh sebesar

5,8%, dari 5,6% di triwulan sebelumnya.

Investasi – khususnya pada sektor manufaktur

dan konstruksi – dan konsumsi swasta

menunjukkan performa yang robust di tengah

penurunan sektor publik, sehingga menjadi

kontributor utama pencapaian ekonomi

Malaysia di TW4-14. Seperti negara ASEAN-5

lainnya, sektor eksternal Malaysia juga tertekan

akibat permintaan yang masih lemah.Grafik 1.67 PDB ASEAN-5

Grafik 1.68 PDB Sektoral Vietnam

41 Investasi dan konsumsi tumbuh 8,9% dan 6,2%.

����������������������������������

����������

��������

���

���

���

���

���

����

����

���

��

��

��

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ���� ���� ����

������� �������� ���������

�������� ��������

���

���

���

���

����

�����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ���� ����

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�������������������������������

��������������

�����������������

Page 83: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

71

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

���

���

���

��

��

��

��

��

����������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ����

��������������

���������������

���������������

��������

�����������������

Bertolak belakang dengan perbaikan

negara sekawasan, ekonomi Singapura

terkoreksi cukup dalam di TW4-14 dengan

hanya tumbuh sebesar 1,5% yoy, melambat dari

TW3-14 yang mencapai 2,8%. Tertahannya laju

ekonomi negeri singa tersebut dipengaruhi baik

oleh faktor eksternal maupun faktor domestik.

Permintaan ekspor yang melemah – khususnya

dari Tiongkok dan negara ASEAN lainnya

– serta penurunan harga minyak memukul

kinerja ekspor. Selain itu, tren apresiasi SGD

juga diduga turut berkontribusi terhadap

penurunan daya saing ekspor manufaktur.

Di sisi domestik, regulasi pembatasan tenaga

kerja (TK) asing menyebabkan keketatan pasar

TK sehingga aktivitas produksi turut tertekan.

Dengan pencapaian yang demikian, realisasi

pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 secara umum

lebih baik dari estimasi Consensus Forecast42,

kecuali Singapura.

Permintaan domestik yang cukup

solid menjadi penopang pertumbuhan

ASEAN-5 di TW4-14, sebagaimana tercermin

pada pergerakan positif indikator penuntun

konsumsi. Secara umum, penjualan ritel di

triwulan terakhir 2014 mengalami perbaikan.

Lonjakan penjualan ritel terjadi di Vietnam,

Malaysia, dan Singapura, yang masing-

masing tumbuh sebesar 17%, 4%, dan 6%

dari triwulan sebelumnya, yaitu 13%, -1%,

dan 4%. Periode akhir tahun yang identik

dengan liburan menjadi salah satu faktor

yang menyebabkan aktivitas konsumsi swasta

masih cukup robust. Selain itu, faktor persiapan

menyambut tahun baru Cina yang jatuh di awal

2015 turut menjadi pendorong peningkatan

belanja ritel. Pergerakan aktivitas konsumsi di

Thailand juga menunjukkan kecenderungan

membaik di TW4-14 meskipun masih berada

di zona kontraksi, sejalan dengan pemulihan

situasi politik dan ekonomi domestik yang

masih berlangsung. Selain dipengaruhi oleh

efek musim liburan, perbaikan konsumsi

42 CF Januari 2015. Estimasi pertumbuhan PDB Vietnam, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura di TW4-14 secara berturut-turut adalah 5,7% yoy; 6,2%; 5,2%; 2%; dan 2%.

Grafik 1.69 FDI Vietnam Grafik 1.70 PDB Sektoral Singapura

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �����

���

���

���

���

���

���

���� ���� ����

����������

���

�����������������

Page 84: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

72

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

domestik di ASEAN-5 turut didorong oleh

kondisi pasar tenaga kerja yang cukup baik,

ditandai dengan tingkat pengangguran yang

relatif rendah.

Di sisi penawaran, aktivitas produksi

juga mengalami perbaikan dari triwulan

sebelumnya, sejalan dengan peningkatan

aktivitas di sektor manufaktur. Produksi industri

tumbuh membaik di Vietnam, Malaysia, dan

Filipina. Peningkatan kegiatan produksi di

Vietnam dan Filipina terutama didorong oleh

sektor manufaktur yang berbasis ekspor.

Sementara itu, perbaikan produksi industri

Malaysia yang mampu tumbuh lebih baik

di tengah pelemahan harga minyak dunia,

ditopang oleh permintaan eksternal terhadap

produk elektronik yang masih tinggi. Di

sisi lain, aktivitas investasi di Singapura

terkontraksi akibat rigiditas di sektor tenaga

kerja yang membatasi TK asing. Permintaan

eksternal yang masih lemah terhadap

produk manufaktur juga berimbas cukup

signifikan bagi kegiatan produksi Singapura.

Pelemahan aktivitas produksi Singapura juga

dikonfirmasi oleh indeks PMI manufaktur

yang menurun. Di Thailand, kontraksi aktivitas

produksi menyempit, seiring dengan kondisi

perekonomian yang perlahan membaik.

Grafik 1.71 Penjualan Ritel ASEAN-5 Grafik 1.72 Tingkat Pengangguran ASEAN-5

Grafik 1.73 Produksi Industri

�����������������

���

���

��

��

��

��

���

���

��

��

��

��

����������

� � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ���� ����

���������

������������

��������

����������������������

���

���

���

���

��

� � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ����

�������� ��������� ��������

������� �������������

�����������������

� � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

�����

�����

���

����

����

����

����

�����

������� �������� ���������

�������� �������������

����������

�����������������

Page 85: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

73

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Di sisi eksternal, kinerja ekspor kawasan

ASEAN mengalami koreksi akibat permintaan

eksternal yang masih lemah. Kondis i

perekonomian global yang relatif melambat

– khususnya di negara maju dan Tiongkok –

menyebabkan penurunan permintaan terhadap

ekspor dari ASEAN. Selain faktor pelemahan

permintaan eksternal, tren penurunan harga

komoditas global juga turut berkontribusi

terhadap perlambatan ekspor ASEAN. Ekspor

Malaysia dan Vietnam tumbuh melambat

masing-masing menjadi 0,5% dan 10,8%,

dari 1,5% dan 11,9% di TW3-14 akibat harga

minyak dunia43 yang terus melemah sepanjang

triwulan laporan.

Setali tiga uang dengan ekspor, kinerja

impor di TW4-14 juga menurun. Perlambatan

impor ASEAN secara umum disebabkan oleh

pelemahan harga minyak dunia sehingga impor

tertekan. Meski demikian, impor Vietnam dan

Malaysia justru meningkat – khususnya bahan

mentah dan barang antara – yang didorong

oleh peningkatan aktivitas produksi industri.

Kinerja ekonomi ASEAN-5 yang membaik

di TW4-14 diwarnai oleh perkembangan inflasi

yang terus tertekan. Tren penurunan harga

minyak dunia yang terus terjadi pun semakin

menggerus laju inflasi di kawasan ASEAN.

Secara keseluruhan, tekanan inflasi di negara

Grafik 1.74 Indeks PMI Manufaktur

Grafik 1.75 Ekspor

Grafik 1.76 Impor

������

��

��

��

��

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ����

����������������

�����������������

43 Vietnam dan Malaysia merupakan negara net eksportir minyak mentah.

� � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ���� ����

���

���

���

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

������������ �������� ���������

�������� ��������

����� �����

�����������������

�����

� � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ���� ����

���

���

���

��

��

��

��

��

��

������������ �������� ���������

�������� ��������

�����������������

Page 86: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

74

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

ASEAN-5 terus melemah, terutama disebabkan

oleh pelemahan komponen transportasi.

Bahkan di Vietnam dan Thailand komponen

transportasi mengalami deflasi. Namun

anomali terjadi di Malaysia, dimana komponen

transportasi justru mengalami kenaikan akibat

rasionalisasi subsidi BBM pada Oktober 2014,

yang selanjutnya dicabut pada Desember

2014. Pergerakan inflasi yang terus menurun

menyebabkan laju inflasi di TW4-14 berada di

bawah target otoritas moneter masing-masing

negara44.

Ge jo lak faktor eks te rna l yang

berdampak pada perekonomian domestik

mendorong otoritas moneter di kawasan

untuk tetap mempertahankan stance kebijakan

moneter yang cukup akomodatif. Bank sentral

Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Thailand

memutuskan untuk tetap mempertahankan

suku bunga kebi jakannya sepanjang

TW4-14. Malaysia yang semula diperkirakan

akan melakukan pengetatan moneter untuk

menahan peningkatan laju kredit konsumsi

justru lebih memilih untuk mempertahankan

suku bunga kebijakan pada level yang

akomodatif. Kebijakan tersebut dilakukan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di

tengah situasi ekonomi global yang lesu.

44 Target inflasi headline 2014 masing-masing bank sentral adalah: Malaysia (3%-4%), Filipina (4%+1%), dan Vietnam (7%). Thailand menggunakan target core inflation di 2014 sebesar 0,5%-3%. Di akhir 2014, Bank of Thailand melakukan perubahan target inflasi dari core inflation ke headline inflation yang akan diterapkan pada 2015. Sedangkan Singapura menggunakan MAS Core Inflation sebagai ukuran inflasi, yang diestimasi sebesar 2%-2,5% di 2014.

Grafik 1.77 Inflasi Grafik 1.78 Nilai Tukar

Grafik 1.79 Suku Bunga Kebijakan

� � � �� � � � �� � � � ������ ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

����������

�����������������

�������������������������

��������������������

� � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ���� ����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����������������������� �����������������������

�����������������������

�����������������

�����

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

�����������������

��������

��������

�����������������

Page 87: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

75

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Vietnam, selain mempertahankan

suku kebijakan, juga melakukan pelonggaran

batas atas (ceiling rate) suku bunga deposit

dan kembali melakukan devaluasi nilai tukar

VND terhadap USD. Pemotongan batas atas

suku bunga deposit dilakukan pada Oktober

2014 untuk mendorong penyaluran kredit

hingga mencapai pertumbuhan 12%-14%.

Devaluasi yang kedua kalinya dilakukan pada

Januari 2015 sebesar 1%, dari VND21.246/

USD menjadi VND21.458/USD. Langkah

tersebut dilakukan untuk mendorong daya

saing sektor manufaktur di pasar internasional

sehingga mampu mengompensasi penurunan

penerimaan ekspor minyak mentah. Selain

melakukan devaluasi VND, SBV juga melakukan

pembelian kredit bermasalah dan merger bank

BUMN sebagai upaya lanjutan restrukturisasi

perbankan milik pemerintah. Kebijakan

tersebut akan mulai dilakukan pada awal

tahun 2015.

Sementara itu, MAS – otoritas moneter

Singapura – akhirnya memutuskan untuk

memperlambat laju apresiasi SGD terhadap

USD pada Januari 2015. Keputusan tersebut

ditempuh untuk mengantisipasi pelemahan

inflasi inti lebih lanjut, akibat penurunan harga

minyak dunia, sekaligus untuk mendorong

ekspor . Sebe lumnya, MAS mencoba

mempertahankan apresiasi SGD secara gradual

sepanjang akhir 201445.

Selain merespon dinamika ekonomi

global dan domestik dengan kebijakan moneter,

sejumlah penyesuaian juga dilakukan di sisi

fiskal, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah

Malaysia. Pada Januari 2015, Pemerintah

Malaysia melakukan revisi anggaran belanja

pemerintah sebagai respon terhadap harga

minyak dunia yang terus tertekan. Penyesuaian

dilakukan dengan memotong anggaran belanja

operasional pemerintah sebesar 2%.

Kendati pencapaian perekonomian

ASEAN-5 terhitung cukup sol id pada

TW4-14, ketidakpastian dari faktor eksternal

mendorong IMF untuk merevisi ke bawah

45 Singapura menggunakan target NEER (Nominal Effective Exchange Rate) sebagai sasaran operasional moneter MAS.

Grafik 1.80 Devaluasi Nilai Tukar Vietnam Grafik 1.81 Kebijakan Moneter Singapura

�������

�������������������������

���������

��������������������������

���������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������� ���� ����

�������

�����������������

��������������

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ��

���� ���� ���� ���� ����

��

����

���

���

���

���

��������������������� ��������������

���

���

���

���

���

����� ����

�����������������

Page 88: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

76

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

outlook pertumbuhan ekonomi ASEAN-5.

Dalam WEO Januari 2015, IMF merevisi

proyeksi pertumbuhan ASEAN46 di 2014 dan

2015, masing-masing menjadi 4,5% yoy dan

5,2% dari estimasi sebelumnya sebesar 4,7%

dan 5,3%. Senada dengan IMF, Consensus

Forecast turut mengoreksi ke bawah proyeksi

pertumbuhan ASEAN-5 (lihat Tabel).

Sejumlah risiko eksternal dan domestik

juga masih harus diantisipasi oleh ASEAN-5

karena berpotensi menghambat perekonomian

ke depan. Secara umum, risiko eksternal datang

dari perlambatan ekonomi Tiongkok – yang

merupakan mitra dagang utama kelima negara

– , kemungkinan exit UMP AS, pelemahan

ekonomi global, dan penurunan harga

komoditas. Tren penurunan harga minyak

dunia diperkirakan masih berlangsung di 2015

dan berpotensi menjadi pedang bermata dua

bagi negara di kawasan ASEAN. Bagi negara

net eksportir minyak mentah seperti Malaysia

dan Vietnam, pelemahan harga minyak dunia

dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi

ke depan melalui jalur pelemahan ekspor

dan penurunan produksi. Sedangkan bagi

negara net importir minyak seperti Thailand

dan Filipina, pelemahan harga minyak dapat

mendorong pertumbuhan dan menekan laju

inflasi. Sementara itu, perekonomian Singapura

yang juga ditopang oleh industri perminyakan

berpotensi mengalami penurunan. Risiko juga

muncul dari kerentanan di pasar keuangan,

mengingat exit UMP AS diperkirakan akan

terjadi di 2015. Selain itu, pelemahan

negara maju – seperti EU dan Jepang –

berpotensi menghambat ekspor sehingga

dapat berdampak negatif pada pertumbuhan

ekonomi.

Di sisi domestik, risiko yang membayangi

outlook perekonomian ASEAN-5 bersifat

idiosinkrat ik. Perekonomian Malaysia

kemungkinan tumbuh melambat akibat

implementasi pajak GST (Goods and Services

Tax) yang akan mulai berlaku April 2015.

Implementasi GST di tengah kredit konsumsi

yang sudah cukup tinggi dapat mencekik

konsumen domestik sehingga memperlemah

permintaan. Selain itu, penyesuaian anggaran

Tabel 1.12 Proyeksi Pertumbuhan PDB ASEAN-5 (% yoy)

46 Vietnam, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia.

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ����������

������������ ��������������� ���

�����������������������������������������������

������������������������

������

������������������������

������

������������������

������������������

����������������������������

����������������������������

Page 89: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

77

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global dan Individu Negara

Tabel 1.13 Matriks Risiko

Negara Eksternal Internal

Vietnam

Malaysia

Thailand

Filipina

Singapura

• Pelemahanmitradagang,khususnyaTiongkokdanEU.• Penurunanhargaminyakdankomoditaslain.

• Perlambatanmitradagang,khususnyaTiongkok.• Penurunanhargakomoditas,terutamaminyakmentah,

minyak sawit, dan karet alam.• Potensi normalisasi suku bunga AS yang dapat

menyebabkan peningkatan kerentanan eksternal dan volatilitas di pasar keuangan.

• Perlambatanpertumbuhanekonomidinegaramajudanberkembang yang menjadi mitra dagang.

• Normalisasi suku bunga AS yang semakin mendekatiimplementasi.

• Pelemahanmitradagang,khususnyaTiongkok.• Potensicapital reversal karena exit UMP AS.

• Perlambatanmitradagang,baiknegaramajumaupunberkembang, khususnya Tiongkok.

• Penurunanhargaminyakdunia.• Volatilitasdipasarkeuanganakibatkebijakanmoneter

negara maju dan situasi geopolitik.

• Kreditmacet.• RestrukturisasiBUMN&utangpublik.• Pemilu2015yangdapatmenyebabkanperubahanarah

kebijakan ekonomi dan pembangunan secara umum.

• ImplementasiGST(Goods and Services Tax) yang dapat berdampak pada perlambatan konsumsi.

• Pemotongananggaranfiskalkarenapotensipenurunanpenerimaan dari minyak.

• Instabilitassituasipolitikdomestikyangdapatmempen-garuhi iklim usaha dan konsumsi.

• Perbaikan konsumsi dan investasi akibat penurunanharga minyak (upside risk).

• Kemungkinan munculnya kerentanan akibat bencanaalam yang sering terjadi.

• Permasalahanport congestion yang menghambat arus barang dan aktivitas ekonomi.

• Tertahanyapengeluaranpemerintahuntukinvestasiin-frastruktur publik.

• BerlanjutnyakeketatandipasarTKyangmenghambatUMKM dan aktivitas produksi.

operasional pemerintah juga dapat mengurangi

belanja negara sehingga turut berdampak

pada pertumbuhan ekonomi di 2015. Di

negara lainnya yaitu Singapura, perekonomian

dihadapkan pada ancaman berlanjutnya

pelemahan sisi penawaran akibat regulasi TK

(lihat matriks risiko).

Page 90: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

78

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 91: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

79

Bab 2 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

Perkembangan ekonomi mancanegara yang tidak searah dan menuntut respon kebijakan

yang berbeda, sangat mewarnai pergerakan pasar keuangan global. Ekonomi AS yang semakin

membaik menimbulkan spekulasi normalisasi suku bunga dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Di sisi lain, ekonomi negara maju lainnya masih lemah, sehingga menuntut kebijakan yang

lebih longgar. Perbedaan itu menjadikan perkembangan pasar keuangan di negara maju yang

cukup bervariasi. Pasar saham AS yang cenderung bullish terdorong sinyal perbaikan ekonomi

yang semakin solid, sementara rebound di Jepang dipicu oleh ekspansi QQE. Namun sebaliknya,

isu normalisasi kebijakan monetar AS telah berdampak negatif pada pasar keuangan negara

berkembang yang mengalami koreksi akibat terjadinya capital outflow. Perkembangan positif

ekonomi AS juga telah mendorong apresiasi US dolar terhadap hampir seluruh mata uang global.

Sementara itu, pelemahan harga minyak yang masih terus berlangsung serta pelemahan ekonomi

Tiongkok telah memberikan tekanan pada harga komoditas global.

Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

2BA B

Page 92: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

80

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

A. PASAR KEUANGAN

A.1. Pasar Saham

Perkembangan pasar saham global

di TW4-14 menunjukkan pergerakan yang

bervariasi, baik antarnegara maju dan

berkembang maupun antarnegara dalam

kelompok negara tersebut. Pergerakan

harga saham di masing-masing bursa saham

dipengaruhi oleh kinerja ekonomi, ekspektasi

pasar, dan faktor sentimen yang berkembang

di pasar. Rally harga saham terjadi di AS dan

Jepang. Kondisi bullish di bursa saham Jepang

(Nikkei) ditunjukkan oleh peningkatan indeks

harga saham gabungan secara point to point

sebesar 7,9% di sepanjang TW4-14. Kondisi

tersebut merupakan dampak dari ekspansi

kebijakan Quantitative and Qualitative Easing

(QQE) oleh BOJ pada MPC meeting di Oktober

2014. Di AS, sentimen positif terhadap

pemulihan ekonomi yang terus berlanjut

mendorong peningkatan harga saham, baik di

bursa utama maupun di bursa paralel (Nasdaq).

Di sisi lain, suhu politik yang memanas di Eropa

menyebabkan indeks harga saham terkoreksi

di TW4-14. Indeks DJ Stoxx 50 dan FTSE secara

rata-rata terkoreksi sebesar 3,36% dan 2,14%,

akibat dari langkah investor yang mengalihkan

penempatan dananya pada instrumen yang

relatif lebih aman, yaitu obligasi pemerintah.

Berbeda dengan negara maju, sebagian

besar harga saham di negara berkembang

terkoreksi cukup tajam seiring aliran modal

keluar pasca keputusan penghentian stimulus

pembelian aset oleh the Fed pada FOMC

Oktober 2014. Aliran modal yang diperkirakan

bergerak kembali ke AS menyebabkan tekanan

terhadap harga saham di kawasan ASEAN,

termasuk Indonesia. Di Korea, penurunan

harga saham bahkan mencapai 4,56% (rata-

rata TW4-14) yang juga dipengaruhi oleh

pelemahan ekonomi yang masih berlanjut.

Di sisi lain, peningkatan harga saham terjadi

di bursa Shanghai (Tiongkok), dimana harga

saham meningkat sangat signifikan mencapai

36,84% (point to point) di sepanjang TW4-

14 atau secara rata-rata meningkat 18,82%.

Kenaikan yang cukup tajam tersebut terjadi

setelah liberalisasi pasar saham yang dilakukan

otoritas Tiongkok dengan meluncurkan

platform perdagangan saham Shanghai-Hong

Kong Stock Connect pada 17 November

2014.

Selanjutnya, dinamika pasar saham

global di 2015 akan diwarnai oleh melimpahnya

likuiditas, terimbas implementasi kebijakan

quantitative easing yang dilakukan oleh

ECB. Langkah ECB tersebut diperkirakan

dapat mendorong kenaikan harga saham

di Eropa, termasuk terjadinya aliran modal

keluar dari Kawasan Euro untuk memperoleh

imbal hasil yang lebih tinggi. Aspek lain yang

perlu diwaspadai adalah rencana normalisasi

kebijakan moneter the Fed yang dapat memicu

pembalikan arus modal terutama dari negara

berkembang ke AS. Dampak dari kedua

kebijakan tersebut perlu mendapat perhatian

dan diantisipasi oleh negara berkembang

dengan menerapkan respon kebijakan yang

tepat.

Page 93: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

81

Bab 2 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

A.2. Pasar Obligasi Pemerintah

Berbeda dengan harga saham, harga

obligasi pemerintah pada TW4-14 secara

umum cenderung meningkat sebagaimana

tercermin dari yield yang menurun. Di negara

maju, yield obligasi terindikasi bergerak searah

yaitu menurun dalam kisaran 30 bps - 60 bps

(ptp). Di antara negara-negara Eropa, Inggris

mencatatkan penurunan yield obligasi yang

terbesar mencapai 67 bps (ptp). Penurunan

yield merupakan implikasi dari memudarnya

ekspektasi kenaikan suku bunga oleh BoE yang

sebelumnya diperkirakan banyak pihak seiring

perbaikan ekonomi Inggris. Penurunan yield

juga terjadi di negara-negara Kawasan Euro

yang perekonomiannya sedang melemah.

Penurunan yield obligasi Perancis dan Jerman

dipicu spekulasi quantitative easing ECB yang

juga memungkinkan pembelian obligasi

pemerintah. Merebaknya isu QE oleh ECB

justru mendorong aksi beli obligasi Eropa meski

imbal hasil di beberapa negara sudah sangat

rendah. Investor berharap akan memetik

keuntungan dari kenaikan harga obligasi jika

rencana ECB tersebut direalisasikan.

Kinerja obligasi AS juga membaik

dengan yield yang turun sebesar 32 bps.

Penurunan yield tersebut disebabkan oleh

perekonomian AS yang membaik lebih cepat

dibanding negara lain. Selain itu, kebijakan

the Fed mengakhiri program pembelian aset

di Oktober 2014 dan ekspektasi normalisasi

kebijakan moneter AS di pertengahan 2015,

juga berkontribusi menurunkan yield. Faktor

lain yang memengaruhi volatilitas yield adalah

sentimen negatif dari kekhawatiran penyebaran

virus Ebola dan eskalasi krisis geopolitik di Eropa

dan Timur Tengah. Di Jepang, penurunan yield

dipengaruhi oleh lelang obligasi pemerintah

yang dilakukan pada Oktober 2014. Penurunan

rating Jepang oleh Moody’s pada 1 Desember

2015 hanya sedikit menaikkan yield obligasi,

untuk selanjutnya menurun kembali sehingga

secara keseluruhan tidak mengganggu tren

penurunan yield.

Searah dengan pergerakan di negara

maju, yield obligasi pemerintah di negara

berkembang secara umum juga menurun

dengan pergerakan yang lebih bervariasi.

Secara point to point, penurunan yield obligasi

terbesar terjadi di Thailand (82 bps) dan

Indonesia (72 bps). Kondisi perekonomian

domestik yang mulai membaik dan diiringi

oleh situasi politik yang mulai kondusif

menjadi faktor pendorong dibalik penurunan

yield tersebut. Penurunan yield Indonesia

terutama terjadi pada November 2014 dengan

meningkatnya optimisme investor asing

terhadap perekonomian domestik pascarilis

Grafik 2.1Perkembangan Harga Saham TW4-14

������������������

������ ���� ����� ����� ����� �����

�����������������

������������

���������������

�������������

������

���������

���

��������������

���������

Page 94: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

82

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

data neraca perdagangan yang mengalami

perbaikan dan inflasi yang relatif terkendali.

Namun demikian, yield obligasi Malaysia justru

mengalami kenaikan seiring meningkatnya

kekhawatiran atas semakin beratnya beban

fiskal akibat pelemahan harga minyak.

B. PASAR VALUTA ASING

Pasar valas sepanjang TW4-14 diwarnai

dengan berlanjutnya tren penguatan USD

terhadap hampir seluruh mata uang global.

Indeks DXY1 yang merupakan indikator

pergerakan nilai tukar USD terhadap sejumlah

mata uang utama dunia menunjukkan apresiasi

signifikan, sebesar 12,8% (ptp) dan 10,2%

(rata-rata) di sepanjang TW4-14. Secara

umum, pemulihan ekonomi AS yang lebih

cepat dibanding negara lain dan ekspektasi

normalisasi kebijakan the Fed berdampak

pada apresiasi USD. Indikator ekonomi AS

yang membaik telah memperkuat dugaan

akan dilakukannya kenaikan Fed Fund Rate

di pertengahan 2015, sehingga spread suku

bunga dengan AS semakin lebar. Selain itu,

harga komoditas (minyak) yang melemah

mendorong ekspektasi terhadap apresiasi

USD.

Di sisi lain, pelemahan mata uang

negara maju lainnya terhadap USD juga

dipengaruhi oleh faktor domestik. Euro yang

bergerak melemah juga disebabkan oleh

ekspektasi pelaksanaan QE oleh ECB. QE

ECB diperkirakan dapat memicu pelonggaran

moneter oleh bank sentral lain sehingga dapat

semakin mendorong apresiasi USD. Nilai tukar

EUR terdepresiasi sebesar 4,2% (ptp) dan

5,8% (rata-rata) pada TW4-14. Di Jepang,

disamping aktivitas carry trade yang masih

berlangsung, depresiasi JPY juga dipicu oleh

faktor sentimen gejolak politik dalam negeri

(pemilu yang dipercepat) serta penurunan

rating karena concern kelanjutan konsolidasi

fiskal. JPY terdepresiasi sebesar 8,5% (ptp) dan

9,2% (rata-rata). AUD juga melemah terhadap

USD – sebesar 6,5% (ptp) atau 7,6% (rata-rata)

– akibat memburuknya transaksi berjalan dan

ekspektasi melebarnya perbedaan tingkat suku

bunga Australia dan AS. Sementara itu, CHF

menguat sebesar 4,1% (ptp) dan 5,5% (rata-

rata) terhadap USD pasca SNB melepaskan cap

CHF terhadap EUR, yang mengindikasikan aksi

flight to quality di Kawasan Euro.

Mata uang negara berkembang juga

mengalami tekanan depresiasi sepanjang 1 DXY merupakan nilai tukar USD terhadap beberapa mata uang dengan bobot sbb: EUR (57,6%), JPY (13,6%), GBP (11,9%), CAD (9,1%), SEK (4,2%) dan CHF (3,6%).

Grafik 2.2 Perkembangan yield ObligasiPemerintah TW4-14

���

����� ����� ����� ����� ����� ���� ���� ����

�������

������

��������

�������

������

��������

�����

���������

��������

��������

���������

�����������������

��������������

�����������������

Page 95: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

83

Bab 2 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

TW4-14. Di sisi ekstrim, rubel Rusia (RUB)

terdepresiasi paling tajam hingga 34% (ptp) di

TW4-14 karena intensitas krisis geopolitik dan

sanksi ekonomi terkait invasi ke Ukraina, serta

penurunan harga minyak yang merupakan

penopang utama ekonomi Rusia. Selanjutnya,

nilai tukar MYR terdepresiasi 6,2% (ptp)

terhadap USD. Sementara itu, IDR dan INR

terkoreksi moderat masing-masing sebesar

1,6% dan 2% (ptp).

Penguatan mata uang AS terhadap

hampir seluruh mata uang global terutama

didorong oleh masuknya aliran modal ke aset

USD seiring ekspektasi perbaikan ekonomi AS.

Depresiasi nilai tukar diduga dimanfaatkan

negara pengekspor komoditas - khususnya

minyak - untuk mengompensasi penerimaan

ekspor yang jatuh akibat penurunan harga.

C. PASAR KOMODITAS

Sejalan dengan perkembangan ekonomi

global yang cenderung melambat, harga

komoditas global pada TW4-14 secara

umum juga mengalami pelemahan, terutama

komoditas minyak. Selain dipengaruhi oleh

berkurangnya permintaan, pelemahan harga

minyak juga disebabkan oleh meningkatnya

pasokan. Negara produsen minyak baik

yang tergabung dalam OPEC maupun non

OPEC enggan menurunkan produksi untuk

mempertahankan pangsa pasar. Dalam

pertemuan 27 November 2014, OPEC

memutuskan untuk tetap mempertahankan

produksi minyak sebesar 30 juta barel per hari

meski harga telah anjlok cukup dalam.

Harga minyak jenis Brent terus

melanjutkan tren pelemahan yang telah

terjadi sejak pertengahan 2014. Jika di awal

TW4-14 Brent masih diperdagangkan pada

level USD93,5 per barel, maka diakhir triwulan

telah anjlok ke level USD55,7 per barel.

Secara rata-rata, harga minyak Brent selama

TW4-14 telah melemah sebesar 25,8%

menjadi USD75,8 per barel, dari triwulan

sebelumnya sebesar USD102,2 per barel.

Grafik 2.3 Indeks Nilai Tukar USD (DXY) terhadap Beberapa Mata Uang Dunia

Grafik 2.4 Perkembangan Nilai Tukar Beberapa Mata Uang TW4-14

�����������������

�������������

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� ������ ����

������ ������ ������ ������ ���� �����

���������������������

������

���������������

���������� ���������

���������

��������������

�����������������

Page 96: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

84

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Dengan pergerakan tersebut maka selama

tahun 2014 harga minyak telah melemah

hingga 49,7%2.

Pelemahan harga minyak terus berlanjut

di awal 2015 hingga menembus level di

bawah USD50 per barel. Harga terendah

tercatat sebesar USD45,3 per barel pada 26

Januari 2015. Terpuruknya harga minyak

tersebut juga dipengaruhi oleh meningkatnya

persediaan minyak AS. Dalam kurun waktu satu

minggu yang berakhir pada 23 Januari 2015,

persediaan meningkat 8,9 juta barel, hingga

posisi persediaan crude oil AS mencapai 406,7

juta barel - tertinggi dalam 80 tahun terakhir3.

Dengan terjadinya kenaikan persediaan

crude oil tersebut, total stock petroleum4 AS

mencapai 1,854 juta barel.

Anjloknya harga minyak di Januari 2015

tersebut juga dipengaruhi oleh terjadinya

persaingan harga termasuk di antara negara

anggota OPEC. Demi mempertahankan pangsa

pasar, produsen rela memberikan potongan

harga yang cukup material. Penurunan harga

jual antara lain dilakukan oleh Irak, sebagai

respon atas tindakan Arab Saudi yang telah

lebih dahulu melakukannya.

Perkembangan harga minyak ke depan

diperkirakan masih akan berada di kisaran

rendah. Sejumlah negara eksportir minyak yang

mengalami kesulitan fiskal diperkirakan akan

menambah produksi untuk mengompensasi

penurunan penerimaan. IMF dalam WEO

Januari 2015 memperkirakan harga minyak di

2015 akan diperdagangkan di kisaran harga

USD56,7 per barel, untuk kemudian meningkat

ke level 63,9 per barel di 2016.

Pelemahan harga minyak juga diikuti

oleh penurunan harga batu bara dan metal,

meski tekanannya tidak sebesar harga

minyak. Berkurangnya permintaan batu bara

dari Tiongkok akibat menurunnya kegiatan

ekonomi domestik menjadi faktor utama

pelemahan harga batu bara. Terkait dengan

harga produk metal, penurunan tajam terjadi

pada timbal (turun sebesar 11,5% ptp), nikel

(7,1%), serta tembaga dan aluminium (masing-

masing sebesar 5,5%). Sebagaimana batu

bara, penurunan harga metal juga lebih banyak

dipengaruhi oleh tertahannya pertumbuhan

ekonomi Tiongkok yang merupakan konsumen

utama komoditas metal dunia.

Terkait harga emas, pelemahan harga di

triwulan laporan sedikit tertahan, yaitu hanya

menurun 1,9% (ptp), dari 9% di TW3-14. Di

akhir TW4-14, emas diperdagangkan pada

level harga USD1.184,86 per troy ounce, dari

USD1.213,88 di awal triwulan. Deselerasi harga

emas yang lebih landai tersebut dipengaruhi

oleh kenaikan harga yang sempat terjadi pada

tiga minggu pertama Oktober 2014 yang

dipicu oleh isu bahwa the Fed akan mengakhiri

stimulus pembelian aset pada FOMC meeting

28-29 Oktober 2014. Pasar keuangan yang

bergejolak pada saat itu mendorong investor

mengalihkan investasi kepada emas. 2 Pelemahan harga minyak selama 2014 yaitu dari USD110,82 per

barel di awal Januari 2014 menjadi USD55,7 per barel di akhir 2014.

3 Department of Energy USA.4 Total stok petroleum mencakup stok crude oil, gasoline, ethanol,

kerosene, dll.

Page 97: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

85

Bab 2 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

Perkembangan harga komoditas

pertanian secara umum bergerak bervariasi.

Rata-rata harga coklat dan beras menurun

hingga di atas 5% (rata-rata, qoq), dan

secara point to point anjlok lebih dari 10%.

Meredanya kekhawatiran terhadap hambatan

produksi di Afrika Barat menjadi faktor utama

penurunan harga. Pantai Gading dan Ghana

– produsen 60% coklat dunia – menghasilkan

panen yang relatif besar dan tidak terpengaruh

oleh krisis Ebola. Untuk komoditas beras, panen

yang cukup baik juga sedikit menekan harga

beras di pasaran global. Sejalan dengan itu,

harga kopi juga mengalami penurunan yang

cukup signifikan yaitu 15,6% (ptp) setelah

produksi kopi kembali pulih pasca bencana

banjir di Brazil pada triwulan sebelumnya

yang mendorong kenaikan kopi sebesar 8,2%

(ptp). Perbaikan harga kopi terutama terjadi di

Desember 2014, dipengaruhi oleh peningkatan

pasokan dan ekspektasi hasil panen di Brazil

yang kian membaik.

Di sisi lain terjadi kenaikan harga

gandum dan jagung yang cukup signifikan

hingga di atas 20% (ptp). Kenaikan harga

komoditas ini dipengaruhi oleh masa panen

yang datang terlambat sehingga pasokan

menjadi terbatas, yang bersamaan dengan

terjadinya kenaikan permintaan.

Grafik 2.5Perkembangan Harga Komoditas TW4-14

Grafik 2.6Harga Komoditas 2014

����� ����� ����� ����� ����� ��� ���� ���� ����

����������������������������

�������������

����������

�������������

���������

�����������

�������������������

�����������������������

������������������

������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

������ ���� ���������������� ����������

�����������������������

Page 98: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

86

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 99: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

87

Bab 3 - Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional

Perkembangan pertumbuhan ekonomi global pada TW4-14 dipandang masih belum

merata dan negara maju menerapkan kebijakan moneter yang bervariasi. Menghadapi hal

tersebut, berbagai fora kerja sama terus memberikan perhatian terhadap upaya memitigasi

downside risk dan upaya peningkatan resiliensi.

Pembahasan dalam fora kerja sama regional menekankan pada langkah antisipatif dalam

menghadapi tantangan perekonomian global. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui

persiapan operasionalisasi dan implementasi CMIM dalam kerja sama ASEAN+3, khususnya melalui

perumusan dan pengembangan ERPD Matrix yang akan menjadi dasar penilaian kelayakan negara

anggota ASEAN+3 dalam hal aktivasi fasilitas CMIM. Selain itu, berbagai studi untuk meningkatkan

kesiapan implementasi CMIM juga terus dilakukan. Studi bertujuan untuk memberikan masukan

bagi penguatan fungsi CMIM sebagai regional self-help mechanism negara kawasan.

Upaya integrasi keuangan juga terus dilakukan di kawasan ASEAN. Salah satu kemajuan

yang dicapai adalah penandatanganan ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) Guidelines

oleh Gubernur bank sentral ASEAN. Integrasi sektor perbankan ASEAN dilakukan atas dasar

adanya manfaat bersama (mutual benefits) bagi negara-negara ASEAN, dengan menggunakan

asas resiprokal sebagai salah satu prinsip dasar proses integrasi. Sejalan dengan hal ini, forum

kerja sama BIS juga menekankan perlunya kehati-hatian negara kawasan terhadap integrasi

perbankan yang dinilai dapat menimbulkan financial contagion.

Pada tataran kerja sama multilateral, berbagai fora masih mencermati perkembangan

ekonomi global terkini dan menyusun strategi pertumbuhan dalam rangka mendorong

pertumbuhan ekonomi global yang lebih kuat, berkelanjutan dan seimbang, serta membangun

ketahanan perekonomian global terhadap krisis melalui reformasi sektor keuangan, tata kelola

lembaga keuangan internasional dan sistem perpajakan yang lebih transparan dan adil.

Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional

3BA B

Page 100: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

88

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

A. KERJA SAMA REGIONAL

A.1. Pembahasan Fora terhadap Kondisi

Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi di sebagian

besar negara Asia Pasifik (Aspac) - termasuk

Tiongkok dan Jepang – yang melemah

selama 2014 menjadi perhatian forum kerja

sama Bank for International Settlement (BIS)1.

Rendahnya permintaan dari negara maju

menjadi faktor utama dibalik pelemahan

kinerja ekonomi di kawasan Aspac tersebut.

Meski mengalami penurunan pertumbuhan,

secara umum kontribusi kawasan Aspac

terhadap pertumbuhan ekonomi global masih

positif.

Kinerja pasar keuangan kawasan juga

menjadi salah satu topik bahasan dalam forum

BIS pada Februari 2015. Pasar keuangan

Aspac tidak luput dari dinamika di tataran

global. Pertumbuhan ekonomi global yang

tidak merata sehingga harus direspon oleh

kebijakan moneter yang bervariasi telah

memengaruhi pergerakan pasar keuangan

kawasan. Perbaikan ekonomi AS yang kian

nyata telah mendorong spekulasi kenaikan suku

bunga the Fed, sehingga memicu terjadinya

capital outflow dari kawasan. Namun, sejauh

ini pasar keuangan kawasan dinilai masih

cukup kuat menghadapi tantangan tersebut.

Ke depan, pelaku pasar keuangan kawasan

harus mencermati beberapa hal, yaitu apresiasi

USD terhadap mata uang global, ekspektasi

kenaikan suku bunga AS, dan pertumbuhan

ekonomi global yang masih lemah. Ketiga

faktor tersebut dikhawatirkan dapat memicu

terjadinya unwinding carry trade2.

Kondisi fundamental pasar keuangan

kawasan Aspac juga dipandang telah berubah,

dengan terjadinya triple shocks, yang terdiri

dari penurunan harga minyak dunia, apresiasi

USD dan semakin terpuruknya yield surat

utang pemerintah jangka panjang di negara

maju. Alhasil, Kawasan Aspac juga perlu

mewaspadai implikasinya terhadap eksposur

risiko perbankan dan financial intermediaries

lainnya.

Forum G20, pada akhir Presidensi Australia 2014 menghasilkan Brisbane Leaders’

Communique dan Brisbane Action Plan sebagai wujud komitmen pemimpin negara anggota G20

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global lebih tinggi 2% di atas baseline scenario WEO-

Oktober 2013 dalam lima tahun ke depan (2018). Selain itu anggota G-20 juga berkomitmen

untuk mendorong investasi infrastruktur melalui Global Infrastructure Initiative (GII), peningkatan

partisipasi tenaga kerja terutama pada upaya penutupan gap gender pasar tenaga kerja, kerja

sama perpajakan, perdagangan, kompetisi dan reformasi sektor keuangan.

1 Menjadi salah satu bahasan dalam forum BIS pada Februari 2015.

2 Carry trade adalah aksi mengambil keuntungan dari perbedaan tingkat suku bunga antarnegara. Sedangkan unwinding carry trade berarti kembalinya dana ke investasi yang lebih aman, walaupun dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah.

Page 101: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

89

Bab 3 - Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional

“Troika’s Economic Adjustment Programs in the

Euro Area for the CMIM’s Future Reference”.

Kajian ini menitikberatkan pada respon Troika

terhadap krisis yang terjadi di Kawasan Euro

serta bagaimana lesson learned respon Troika

tersebut dapat digunakan sebagai referensi

dalam meningkatkan kesiapan implementasi

CMIM; dan ii) “Comparative Analysis of CMIM

Arrangement and Market Practices under

ISDA”. Kajian ini difokuskan untuk menyiapkan

teknis operasionalisasi saat terjadi aktivasi

dalam kerangka CMIM, yang mengacu pada

praktik transaksi di pasar keuangan berdasarkan

International Swaps and Derivatives Association

(ISDA) Master Agreement. Kedua studi tersebut

diharapkan mampu memberikan masukan

bagi penguatan fungsi CMIM sebagai regional

self-help mechanism negara di kawasan dalam

menghadapi permasalahan likuiditas USD

jangka pendek dan/atau kesulitan neraca

pembayaran.

A.3. Kerja Sama Liberal isasi Jasa

Keuangan

Proses liberalisasi keuangan di ASEAN

terus berlanjut sehingga negara anggota di

kawasan dapat secara optimal merasakan

manfaat dari proses tersebut. Fasilitasi

salah satunya dilakukan melalui integrasi

sektor perbankan, sebagai tulang punggung

perekonomian di ASEAN. Integrasi sektor

perbankan tersebut dilakukan melalui ASEAN

Banking Integration Framework (ABIF). ABIF

merupakan inisiatif bank sentral di ASEAN untuk

mempercepat integrasi sektor perbankan. Pada

A.2. Penguatan Resiliensi Kawasan dengan

Regional Financial Arrangement (RFA)

Penguatan resiliensi kawasan dalam

bentuk skema kerja sama keuangan,

baik bilateral maupun multilateral, masih

terus dijajaki oleh Indonesia dan negara

ASEAN+3 lainnya. Berbagai langkah persiapan

operasionalisasi dan implementasi Chiang Mai

Initiative Multilateralisation (CMIM)3 terus

diupayakan, antara lain melalui perumusan

dan pengembangan Economic Review and

Policy Dialogue (ERPD) Matrix yang terdiri dari

berbagai indikator ekonomi dan keuangan di

negara anggota CMIM. ERPD Matrix tersebut

akan digunakan untuk menilai kelayakan

negara anggota ASEAN+3 dalam hal aktivasi

fasilitas CMIM.

Perumusan ERPD Matrix dilakukan

dengan mengacu pada indikator fasilitas

pencegahan krisis IMF. Keragaman kondisi

negara ASEAN+3 dalam hal penyediaan data

dan informasi menjadikan ERPD matrix perlu

dikembangkan secara bertahap. Sebagai

langkah awal, indikator pada tiap-tiap blok

ekonomi dibatasi pada data-data yang dapat

disediakan oleh semua negara anggota.

Perluasan matriks selanjutnya akan dilakukan

secara bertahap dimulai dari pengembangan

atas matriks sektor eksternal.

Selain itu, berbagai studi untuk

meningkatkan kesiapan implementasi CMIM

juga terus dilakukan. ASEAN+3 menaruh

perhatian khusus pada dua topik studi, yaitu: i)

3 Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) merupakan inisiatif kerja sama keuangan yang dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral antarnegara ASEAN+3.

Page 102: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

90

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

akhir 2014, Gubernur bank sentral ASEAN

telah menandatangani ABIF Guidelines, yang

akan menjadi panduan dalam implementasi

integrasi perbankan. ABIF bertujuan untuk

menyediakan akses pasar dan keleluasaan

beroperasi bagi Qualified ASEAN Banks (QABs),

yaitu bank-bank ASEAN yang memiliki modal

kuat, memenuhi prinsip kehati-hatian negara

penerima, dan persyaratan lain, sehingga dapat

beroperasi di kawasan ASEAN.

Kerja sama ABIF dilakukan atas dasar

manfaat bersama (mutual benefits) bagi

negara-negara ASEAN, dengan prinsip dasar

sebagai berikut:

i. Berorientasi hasil (outcome driven): ABIF

ditujukan untuk mendorong integrasi

pasar keuangan yang semakin dalam

untuk meningkatkan pertumbuhan dan

kesejahteraan serta menjaga stabilitas

sistem keuangan;

ii. Bersifat lengkap (comprehensive):

ABIF akan mencakup empat bidang

penting yaitu prinsip kehati-hatian,

infrastruktur stabilitas keuangan (antara

lain kerja sama antar pengawas bank),

peningkatan kompetensi, dan jaring

pengaman keuangan;

iii. Bersifat progresif dan berdasarkan

kesiapan masing-masing negara

(progressive and based on country

readiness). Pendekatan yang diambil

bersifat fleksibel sehingga masing-

masing negara dapat melakukan

persiapan dan mencapai target sektor

perbankan yang terintegrasi pada tahun

2020;

iv. Inklusif dan transparan (inclusive and

transparent). Dalam hal ini ABIF

bertujuan untuk meningkatkan kapasitas

pelaku usaha dengan melakukan

pendidikan dan pelatihan. Sedangkan

yang terkait transparansi adalah ABIF

akan meningkatkan transparansi hasil

kesepakatan bilateral antarnegara

sehingga menjadi pedoman dan

pengawasan terhadap pemenuhan

komitmen;

v. Asas resiprokal (reciprocity): akses pasar

dan kemudahan operasi harus saling

menguntungkan dan diterima oleh

masing-masing negara.

Indonesia dan Malaysia telah melakukan

langkah besar dalam implementasi ABIF. Pada

31 Desember 2014 telah diselenggarakan

penandatangan Head of Agreements antara

Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan

Bank Negara Malaysia untuk meningkatkan

akses pasar bagi perbankan Indonesia yang

berstatus QABs agar dapat beroperasi di

Malaysia. Indonesia juga memberikan akses

serupa kepada perbankan Malaysia yang

berstatus QABs. Kerja sama ini diharapkan

dapat meningkatkan kehadiran perbankan

Indonesia di negeri jiran.

Meng ingat ASEAN F ramework

Agreement on Services (AFAS) adalah satu-

satunya kerangka kerja di ASEAN yang

mempunyai mandat liberalisasi bidang jasa,

maka implementasi ABIF dilakukan melalui

pencantuman provisi ABIF ke dalam protokol

AFAS. Saat ini perundingan protokol AFAS

Paket VI sudah selesai dilakukan dan proses

Page 103: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

91

Bab 3 - Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional

penandatanganan oleh Menteri Keuangan

negara-negara ASEAN akan dilakukan setelah

penandatanganan ABIF Guidelines. Sementara

itu, perundingan jasa keuangan ASEAN dengan

mitra dialog (dalam kerangka Comprehensive

Economic Partnership) masih terus bergulir.

Upaya penguatan kerangka perdagangan jasa

dalam kerangka AFAS (AFAS Enhancement)

juga dilakukan dengan menyusun konsep

naskah hukum terkait perdagangan jasa

di ASEAN untuk melengkapi dasar hukum

yang telah ada pada sektor perdagangan

barang (ASEAN Trade in Goods Agreement/

ATIGA) dan investasi (ASEAN Comprehensive

Investment Agreement/ACIA). Naskah tersebut

diproyeksikan akan menjadi ASEAN Trade in

Service Agreement (ATISA).

Liberalisasi jasa keuangan ASEAN secara

intensif dilakukan dalam forum teknis Working

Committee on Financial Services Liberalisation

(WC-FSL), sementara untuk seluruh sektor

jasa dilakukan dalam forum Coordinating

Committee on Services. Focal point negosiator

RI untuk WC- FSL saat ini berada di Kementerian

Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK).

A.3.1. ASEAN Banking Integration

Framework (ABIF)

Inisiatif integrasi perbankan di kawasan

ASEAN melalui ABIF juga menjadi salah satu

fokus perhatian forum kerja sama BIS pada

Februari 2015. BIS memandang bahwa

integrasi perbankan memiliki manfaat dan

risiko. Manfaat yang didapat diantaranya

peningkatan efisiensi karena persaingan yang

lebih ketat antarbank dan ketersediaan jasa

keuangan yang lebih luas di kawasan. Adapun

risiko yang harus diwaspadai adalah munculnya

risiko contagion (penularan) sebagai akibat

hubungan cross-border yang lebih erat dan

berpotensi memburuk ketika terjadi krisis.

Berkaca dari kasus integrasi perbankan di

Kawasan Euro, khususnya perbankan Islandia,

ASEAN dipandang perlu berhati-hati dengan

integrasi perbankan. Krisis yang dialami di

negara lain dapat menyebabkan dampak spill-

over melalui bank-bank asing yang hadir di host

country. Penguatan supervisory dan regulatory

framework merupakan prasyarat utama

sebelum terwujudnya integrasi perbankan di

Kawasan.

Di sisi lain, BIS juga menyoroti aktivitas

intraregional banking di Kawasan Asia Pasifik

yang semakin meningkat. Peningkatan aktivitas

perbankan intraregional di Aspac terutama

terjadi setelah perbankan Kawasan Euro

mengurangi portofolio di kawasan Aspac

pascakrisis di Kawasan Euro.

B. KERJA SAMA MULTILATERAL

Menutup tahun 2014, berbagai isu

seperti global ekonomi, strategi pertumbuhan,

investasi, dan reformasi regulasi sektor

keuangan masih mewarnai diskusi fora kerja

sama multilateral (G20 dan IMF).

Page 104: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

92

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

B.1. Pembahasan Fora terhadap Kondisi

Ekonomi Global Terkini

Seperti halnya yang terjadi pada Oktober

2014, pada Januari 2015, IMF dalam World

Economic Outlook (WEO) merevisi ke bawah

outlook pertumbuhan ekonomi global 2015

dan 2016 masing-masing menjadi 3,5% dan

3,7%, dari proyeksi sebelumnya 3,8% dan 4%

(WEO Oktober 2014). Penurunan outlook ini

dipengaruhi oleh perubahan pandangan IMF

terhadap prospek ekonomi Tiongkok, Rusia,

Kawasan Euro dan Jepang untuk tahun 2015,

di samping melemahnya kondisi di sejumlah

negara pengekspor minyak akibat jatuhnya

harga minyak.

IMF mengidentifikasi 4 (empat) kondisi

yang menyebabkan perubahan outlook

ekonomi global pasca proyeksi WEO Oktober

2014, yaitu:

1. Penurunan harga minyak dunia yang

terus berlanjut hingga 55% sejak

September 2014;

2. Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata

pada negara maju di TW-3 tahun 2014,

khususnya perbaikan di Amerika Serikat

yang melebihi perkiraan dan pelemahan

di negara maju lain seperti Jepang.

3. Tren apresiasi USD dan depresiasi euro,

yen dan banyak negara berkembang,

khususnya negara eksportir minyak.

4. Peningkatan suku bunga dan

sebaran risiko di negara berkembang,

terutama pengekspor komoditas, serta

peningkatan risiko high-yield bonds

dan produk lain yang terimbas kenaikan

biaya bahan bakar.

IMF memperkirakan pertumbuhan

ekonomi negara maju pada 2015 dan 2016

akan tumbuh pada level yang sama, yaitu

2,4%. Dibanding dengan prediksi Oktober

2014, terjadi peningkatan outlook sebesar

0,1% di 2015, sementara tidak terjadi

perubahan estimasi outlook di tahun 2016. Di

antara negara maju, hanya AS yang diprediksi

mengalami peningkatan pertumbuhan

ekonomi menjadi 3,6% pada 2015 (naik

0,5%) dan menjadi 3,3% di 2016 (naik 0,3%).

Di sisi lain, PDB Kawasan Euro akan mengalami

penurunan pertumbuhan dari 1,3% menjadi

1,2%. Sementara Jepang diprediksi tumbuh

lebih rendah menjadi hanya 0,6% dari estimasi

Oktober 2014 sebesar 0,8%.

Berbeda dengan negara maju, proyeksi

pertumbuhan untuk negara berkembang

akan mengalami perlambatan di tahun 2015

yaitu menjadi 4,3% (turun 0,6% dari prediksi

sebelumnya) dan di tahun 2016 mencapai

4,7% (turun 0,5%). Pemicu penurunan

proyeksi negara berkembang tersebut antara

lain:

1. Pengaruh negatif perlambatan

pertumbuhan Tiongkok terhadap

ekonomi negara kawasan Asia;

2. Penurunan outlook ekonomi Rusia

akibat tren penurunan harga minyak

dunia, tensi geopolitik di Ukraina yang

meningkat dan depresiasi rubel;

3. Pertumbuhan ekonomi negara

pengekspor komoditas mengalami revisi

ke bawah akibat tren penurunan harga

minyak dan komoditas lainnya;

Page 105: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

93

Bab 3 - Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional

IMF mengidentifikasi beberapa risiko

yang akan memengaruhi outlook ekonomi

diantaranya:

1. Penurunan harga minyak yang

memberikan dampak positif lebih besar

terhadap perekonomian negara maju

menjadi upside risk bagi ekonomi global.

Di lain pihak, downside risk dapat terjadi

bila shock dari sisi pasokan mendorong

peningkatan kembali harga minyak yang

lebih cepat dari perkiraan.

2. Rencana normalisasi kebijakan yang

akan dilakukan the Fed pada 2015

dapat memengaruhi volatilitas pasar

keuangan dan akan mengancam negara

berkembang.

3. Tren penurunan harga minyak menambah

tekanan kepada eksportir minyak dan

dapat menimbulkan kerentanan neraca

pembayaran dan sektor eksternal.

4. Penurunan inflasi di Kawasan Euro yang

persisten dan mengarah ke deflasi.

5. Kondisi geopolitik yang masih

memanas.

B.2. Upaya Percepatan Pembangunan

dan Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih

Berkualitas

Upaya percepatan pembangunan

dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

menjadi perhatian dari fora kerja sama

multilateral seperti G20 dan Organisasi Kerja

sama Islam (OKI). Pada KTT di Brisbane,

G-20 telah menghasilkan Brisbane Leaders’

Communique dan Brisbane Action Plan yang

berisi strategi pertumbuhan komprehensif

serta komitmen perbaikan pasar tenaga kerja,

peningkatan perdagangan dan persaingan,

kerja sama perpajakan, serta reformasi

sektor keuangan. Sementara itu, pada

TW4-14 juga diselenggarakan pertemuan

Gubernur bank sentral negara anggota OKI

di Surabaya yang menghasilkan kesepakatan

dalam meningkatkan kerja sama bank

sentral, terutama dalam konteks kebijakan

makroprudensial, prinsip-prinsip keuangan

syariah, serta keuangan inklusif.

B.2.1. Strategi Pertumbuhan G-20

Pada KTT di Brisbane (15-16 November

2014), G20 telah menghasilkan Brisbane

Leaders’ Communique dan Brisbane Action

Plan, yang memuat strategi pertumbuhan

ekonomi G20 (G20 Comprehensive Growth

Strategy). Pada strategi pertumbuhan ekonomi

tersebut, G20 secara khusus menetapkan

tujuan ambisius untuk meningkatkan PDB

negara-negara G20 sebesar 2% dalam lima

tahun ke depan (2 by 5) di atas skenario

baseline WEO Oktober 2013 atau disebut

Deklarasi Sydney. Apabila terlaksana, PDB dunia

di 2018 diperkirakan akan bertambah minimal

sebesar USD2 triliun dan meningkatkan jutaan

lapangan kerja baru. Asesmen terakhir dari

international organizations terhadap Growth

Strategy G20 menyatakan pertambahan

pertumbuhan ekonomi dunia dapat mencapai

2,1% bila seluruh program yang dicanangkan

dapat diimplementasikan sampai tahun 2018

mendatang.

Page 106: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

94

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

B.2.2. Investasi Infrastruktur

Pencapaian inisiatif investasi dan

pembangunan infrastruktur pada forum

G20 dilakukan melalui pembentukan Global

Infrastructure Initiative (GII) yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas investasi publik

dan swasta, antara lain melalui perbaikan

iklim investasi, peningkatan peran multilateral

development banks, perumusan best practices

PPP dan kebutuhan pembiayaan. Untuk itu

telah dibentuk Global Infrastructure Facility oleh

World Bank yang berfungsi mengumpulkan

dana swasta untuk pembiayaan infrastruktur;

dan Global Infrastructure Hub yang dipusatkan

di Australia dengan mandat selama empat

tahun untuk mengembangkan knowledge

center tentang proyek infrastruktur global.

B.2.3. Perbaikan di Sektor Tenaga Kerja

Dalam upaya mengembangkan sektor

tenaga kerja, fora G20 menyepakati untuk

mengurangi gap tingkat partisipasi tenaga

kerja pria dan wanita sebanyak 25 persen pada

2025. Dengan pencapaian ini diperkirakan

lebih dari 100 juta kaum wanita akan memasuki

dunia kerja.

B.2.4. Perbaikan di Bidang Perdagangan

dan Persaingan

T e r k a i t d e n g a n p e n i n g k a t a n

perdagangan dan peningkatan persaingan,

G20 me l i ha t pen ingka tan r e s t r i k s i

perdagangan pasca krisis global dan belum

terealisasinya kesepakatan WTO di Bali pada

2013 untuk memfasilitasi perdagangan,

telah membuat inisiatif ini menjadi salah

satu pilar penting pembangunan ekonomi

global. Pilar perdagangan dimaksudkan

untuk meningkatkan global value chain

dan nilai tambah negara berkembang, serta

mempermudah regulasi terkait. Sementara

peningkatan persaingan usaha diharapkan

dapat menciptakan iklim yang kondusif untuk

dunia usaha dan investasi, sehingga dapat

meningkatkan efisiensi perekonomian.

B.3. Upaya Meningkatkan Ketahanan

Ekonomi Global

Selain mendorong pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas,

fora kerja sama multilateral juga berupaya

meningkatan ketahanan perekonomian

global terhadap krisis melalui reformasi sektor

keuangan, pengembangan ekonomi syariah

dan kerja sama perpajakan internasional.

B.3.1. Reformasi Sektor Keuangan

Terkait reformasi sektor keuangan,

guna meningkatkan daya tahan perekonomian

global dan kestabilan sistem keuangan, G20

telah menyepakati ketentuan terkait kecukupan

modal dan likuiditas, serta pengembangan

pasar derivatif. Meskipun pada satu sisi telah

tercatat kemajuan pada regulasi kecukupan

modal dan likuiditas bagi bank besar yang

memiliki risiko sistemik, namun pada sisi

lain masih diperlukan analisa dampak dan

konsekuensi dari regulasi tersebut pada

Page 107: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

95

Bab 3 - Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional

perbankan di negara berkembang. Selain itu,

G20 juga menyepakati penambahan jumlah

wakil negara berkembang di Financial Stability

Board (FSB) yang akan meningkatkan proses

tata kelola di insititusi tersebut.

B.3.2. Kerja Sama Perpajakan

G20 juga telah menyepakati kerja

sama dalam sistem perpajakan internasional

melalui inisiatif Base Erotion and Profit

Shifting (BEPS) dengan cara pemutakhiran

ketentuan perpajakan internasional yang

diharapkan selesai pada 2015. Selain itu, G20

juga menyepakati implementasi Common

Reporting Standard for Automatic Exchange

of Tax Information, yang bertujuan untuk

mengurangi penghindaran pajak lintas batas,

dan dicanangkan mulai dilakukan pada

2017/2018.

B.3.3. Pengembangan Ekonomi Syariah

Sistem perekonomian syariah telah

terbukti sebagai sistem ekonomi yang memiliki

resiliensi terhadap krisis. Oleh karena itu,

pengembangan instrumen syariah juga menjadi

perhatian dalam forum kerja sama multilateral.

Salah satu instrumen keuangan syariah yang

sangat potensial adalah zakat dan waqaf, yang

dapat dijadikan instrumen jaring pengaman

sektor keuangan (financial safety net) melalui

pembangunan sektor mikro yang inklusif. Hal

ini sangat relevan bagi Indonesia yang memiliki

potensi besar dalam penghimpunan zakat yaitu

hampir Rp217 triliun (3,4% dari PDB) dan baru

terealisasi sekitar Rp3,7 triliun.

Sehubungan dengan pengembangan

ekonomi syariah tersebut, Bank Indonesia

bersama dengan instansi terkait melakukan

rangkaian kegiatan Indonesia Sharia Economic

Festival (ISEF) 2014 di Surabaya pada 3-9

November 2014. Secara keseluruhan, rangkaian

kegiatan ISEF 2014 tersebut adalah sebagai

berikut:

1. OIC Expert Group Workshop dan OIC

Governor Meeting;

2. Indonesia International Conference on

Islamic Finance 2014;

3. Bincang Nasional Pemberdayaan

Lembaga Pesantren dilanjutkan dengan

penandatanganan MoU BI dengan

Kementerian Agama, dan Deklarasi

Bersama antara BI, OJK dan Pemerintah

Provinsi Jawa Timur tentang Percepatan

Pengembangan Ekonomi dan Keuangan

Syariah Jawa Timur;

4. Penandatanganan MoU kerja sama

penyusunan Zakat Principles antara Bank

Indonesia dengan Islamic Development

Bank (IDB);

5. Pertemuan Working Group on Zakat

Principles;

6. ISEF EXPO, Seminar Nasional dan Talk

Show.

Pada pertemuan bank sentral negara

OIC (OIC Expert Group Workshop dan OIC

Governors Meeting), 5-6 November 2014,

Indonesia memimpin pertemuan dimaksud dan

menyampaikan pentingnya pengembangan

Page 108: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

96

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

instrumen zakat dan waqaf dalam kerangka

keuangan inklusif. Isu ini dapat diterima

oleh anggota OIC dan menjadi bagian dari

kesepakatan bersama (communique) dari

pertemuan gubernur bank sentral negara

Anggota OKI. Selain pengembangan instrumen

zakat dan waqaf, communique juga memuat

komitmen bank sentral anggota OKI untuk

bekerja sama dalam kebijakan makroprudensial,

pengembangan infrastruktur keuangan syariah

dan peningkatan kapasitas (capacity building)

di antara anggota OKI. Dengan adanya

komunikasi di forum OKI ini, diharapkan usulan

Indonesia untuk menginisiasi penyusunan

standar internasional dalam pengelolaan zakat

dan waqaf dapat memperoleh dukungan dari

negara anggota OKI.

B.4. Presidensi Turki pada Forum G20

Pergantian tahun turut menandai

peralihan Presidensi Australia pada forum G20

ke Turki. Presidensi Turki untuk tahun 2015

mengusulkan pembahasan G20 untuk fokus

pada upaya mencapai pertumbuhan ekonomi

yang inklusif dan kuat melalui kerja sama

global (inclusive and robust growth through

collective action). Upaya tersebut kemudian

diterjemahkan dalam Three I’s: Inclusiveness,

Implementation, and Investment for Growth.

Presidensi Turki akan melanjutkan

komitmen G20 dalam investasi dan infrastruktur

melalui elaborasi program kerja Investment

and Infrastructure Working Group (IIWG)

2015. Sejalan dengan prioritas 2015, Turki

mengemukakan dua strategi utama isu

investasi, yakni sebagai fasilitator dalam

pencapaian target investasi dan pengembangan

instrumen pembiayaan, salah satunya melalui

pengembangan instrumen keuangan syariah

(sukuk).

Sementara pada sektor keuangan,

prioritas Presidensi Turki adalah: (i) finalisasi

reformasi di sektor keuangan; (ii) memastikan

implementasi kerangka kerja regulasi baru

secara penuh, konsisten dan tepat waktu;

(iii) menganalisa outcome dan area-area

yang memerlukan penyempurnaan serta

dampak yang tidak dikehendaki dari reformasi

sektor keuangan; (iv) menyempurnakan

proses dan piranti monitoring perkembangan

implementasi kebijakan oleh FSB; (v) asesmen

dan penanganan risiko di luar cakupan

kerangka regulasi; dan (vi) analisa implikasi

stabilitas keuangan terkait upaya menciptakan

struktur kewajiban korporasi yang lebih baik.

Terkait isu pajak, fokus Presidensi

Turki di G20 pada 2015 adalah menjaga agar

agenda OECD/G20 dalam isu BEPS tetap

berada pada jalurnya serta mengevaluasi target

pencapaian yang sudah ada, melanjutkan

peningkatan transparansi informasi perpajakan,

mengupayakan perbaikan sistem perpajakan

internasional dengan memperhatikan

kepentingan EMEs. Isu lain yang menjadi

perhatian adalah isu perubahan iklim khususnya

negosiasi untuk mencapai kesepakatan adopsi

United Nations Framework Convention on

Climate Change (UNFCC).

Page 109: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

97

A R T I K E L

4BA B

Tren Penurunan Harga Minyak dan Apresiasi US Dollar:Twin Shocks Bagi Perekonomian Global

Artikel 1

Oleh: M. Noor Nugroho

Tren apresiasi USD bersamaan dengan

turunnya harga minyak telah terjadi sejak

pertengahan 2014. Fenomena ini memberikan

dampak yang mixed dan saling off setting

satu sama lain baik di masing-masing negara

maupun pada perekonomian global secara

keseluruhan. Twin shocks ini berdampak

positif meningkatkan daya beli masyarakat

AS, namun memperburuk trade balance.

Turunnya harga minyak menguntungkan

negara pengimpor minyak, namun merugikan

pengekspor minyak. Di tengah perekonomian

global yang masih lemah, fenomena ini

meningkatkan komplikasi permasalahan dan

respon kebijakan yang kurang tepat, dan pada

gilirannya dapat menghambat pemulihan

ekonomi global.

Page 110: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

98

Pendahuluan

Perkembangan ekonomi global masih

diwarnai oleh uneven economic recovery.

Perekonomian AS pulih lebih cepat dibanding

berbagai negara lain yang masih tumbuh

melemah. Dalam kondisi seperti itu, US dollar

(USD) cenderung menguat terhadap mata

uang global. Terlebih, dalam waktu yang sama

terbentuk ekspektasi bahwa AS akan segera

melakukan normalisasi kebijakan moneter.

Bersamaan dengan tren apresiasi USD, harga

Tabel 1.dampak Twin Shocks

������������������

������������������������������������

������������� �������� ������������������������������������ ������������������������������������������ ������������������������������ ��������������������������������������� ��������������������������� ��������������������������������������������

������������������������������������������������������������������������������������

������������������ ������������������������������������������

����������������������������������������������������

� ����������������������������������������������������������������

������������� �������� ������������������������������������ ��������������������������������� ������������������������������������������

����������������������� ��������������������������� �������������������������������������������������

�����������������������������������

�������� ������������������������������������ ������������������������������������

����������������������������������������������

� ����������������������������������������������������

������������������ ������������������������������������������

����������������������������������������������������

� �����������������������������������������������������������

������������������ ��������������������������������

�����������������������������������������������������������

minyak anjlok cukup signifikan. Tren apresiasi

USD dan tren penurunan harga minyak

tersebut disebut sebagai twin shocks (oleh

BIS) yang sangat memengaruhi perkembangan

ekonomi global.

Tren apresiasi USD dan turunnya harga

minyak menjadi perhatian banyak pihak oleh

karena dampaknya yang mixed. Twin shocks

ini berdampak positif bagi satu pihak, namun

di saat yang sama merugikan pihak lainnya.

Faktor lain yang menjadikan twin shocks ini

Page 111: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

99

shifting tidak hanya terjadi antar aset finansial,

tapi juga dari commodity assets (seperti emas

dan minyak) ke aset finansial USD. Shifting ini

mengakselerasi apresiasi USD terhadap mata

uang global.

Se jak pertengahan 2014, USD

cenderung terus terapresiasi terhadap mata

uang global.Meskipun USD bergerak naik dan

turun dari hari ke hari, namun pergerakan

USD menunjukkan tren apresiasi yang cukup

persisten. Apresiasi USD terlihat lebih tajam

terhadap mata uang kuat dunia (euro, pound

sterling Inggris dan yen Jepang) dibanding

terhadap mata uang negara berkembang.

Sejalan dengan itu, harga minyak

bergerak menurun sejak pertengahan 2014.

Turunnya harga minyak disebabkan oleh

faktor fundamental permintaan minyak

dunia yang menurun akibat melemahnya

perekonomian global, terutama perekonomian

Tiongkok. Selain itu, turunnya permintaan juga

disebabkan oleh meningkatnya produksi shale

oil AS sehingga menurunkan permintaan impor

minyak AS. Permintaan juga menurun akibat

Grafik 1.Tren apresiasi uSd

penting adalah karena keduanya saling terkait

dan berpotensi terjadi dalam periode yang

cukup panjang.

FakTor deTerminan Twin ShockS

Sebagaimana disinggung di atas, tren

apresiasi USD di sebabkan oleh recovery

ekonomi AS yang lebih cepat dibanding negara

lain. Dengan membaiknya perekonomian,

AS diperkirakan akan segera melakukan

normalisasi kebijakan moneter. Hal ini

menimbulkan ekspektasi kenaikan suku bunga

kebijakan (Fed Fund rate) pada pertengahan

tahun 2015. Di saat yang sama, negara

lain yang masih melemah justru semakin

melonggarkan kebijakan moneternya (QE),

seperti Kawasan Euro dan Jepang. Akibatnya,

terjadi apresiasi USD terhadap mata uang

negara-negara lain.

Tren apresiasi USD juga memicu

terjadinya shifting arah investasi portofolio

global ke aset berdenominasi USD. Bahkan,

Grafik 2.Tren Penurunan harga minyak

����������������������������������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

����������������������������������

����������������������������������

����� �����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

����������

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

Page 112: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

100

Turunnya harga minyak menjadikan

keuntungan investasi (spekulasi) pada

minyak menurun. Hal ini mendorong

investment shifting ke aset lain, termasuk

ke aset keuangan berdenominasi USD,

sehingga USD terapresiasi. Sebaliknya,

apresiasi USD menjadikan investasi pada

aset finansial USD menjadi lebih menarik

(lebih menguntungkan) sehingga

menarik investasi (switching) dari outlet

investasi lainnya, termasuk investasi

pada minyak.

• Investasi produsen minyak banyak

dibiayai oleh pinjaman sindikasi

berdenominasi USD. Sebagai

jaminannya adalah hasil produksi dan

penjualan minyak. Oleh karena harga

minyak turun, coverage jaminan kredit

tidak mencukupi sehingga produsen

harus melakukan hedging harga

minyak (dalam USD) atau terminate

kreditnya. Opsi tersebut meningkatkan

permintaan terhadap USD sehingga

USD terapresiasi.

shifting investasi (spekulasi) dari transaksi

berjangka minyak ke aset finansial.

Di sisi lain, pasokan minyak cenderung

meningkat. OPEC tetap mempertahankan

produksinya meskipun harga minyak terus

menurun. Sementara itu, beberapa negara

berupaya meningkatkan produksi dan ekspor

minyaknya untuk menahan penurunan

pendapatan karena penurunan harga minyak

(Irak, Arab Saudi dan Rusia).

Ekses pasokan minyak tersebut

menyebabkan persaingan antara produsen

(eksportir) minyak semakin ketat. Untuk

memenangkan persaingan, beberapa produsen

minyak memberikan diskon harga, termasuk

Arab Saudi yang memberikan diskon kepada

pembeli di Asia dan Amerika. Hal ini semakin

menekan harga minyak.

Selain disebabkan oleh masing-masing

faktor fundamentalnya, antara apresiasi USD

dan penurunan harga minyak juga saling

memengaruhi satu sama lain. Beberapa faktor

yang menjelaskan keterkaitan antara keduanya

adalah:

• Currency invoicing untuk transaksi

perdagangan minyak pada umumnya

menggunakan mata uang USD. Apresiasi

USD menjadikan impor minyak lebih

mahal sehingga permintaan minyak

menurun. Akibatnya, harga minyak

akan menurun untuk mengompensasi

apresiasi USD.

• Shifting investasi antara commodity

assets (termasuk minyak) dan safe

haven assets (US Treasury Notes). Grafik 3.Produksi dan konsumsi minyak dunia

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���������������������������������������������

��������������������������������������������������������

����������������������� �����������������������

��������

������� ������� ������� ������� ������� ������� �������

������������������������������������������������������������������������������������

Page 113: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

101

imPlikaSi Twin ShockS

Tren apresiasi USD dan penurunan

harga minyak memberikan dampak yang

berbeda pada negara yang satu dan negara

lainnya. Apresiasi USD menguntungkan

AS – serta pihak-pihak yang memiliki aset

berdenominasi USD –melalui peningkatan

daya beli relatif USD terhadap barang dan

jasa dari negara lain (impor AS) sehingga

dapat meningkatkan pengeluaran konsumsi

dan investasi. Namun, peningkatan tersebut

tereduksi oleh penurunan net ekspor karena

peningkatan impor dan melemahnya daya

saing ekspor. Dampak akhirnya tren apresiasi

USD pada pertumbuhan ekonomi global akan

sangat bergantung pada elastisitas konsumsi/

investasi dan ekspor-impor terhadap apresiasi

USD. Di sisi lain, ekspor mitra dagang AS

meningkat sehingga dapat mendorong

pertumbuhan. Dalam hal ini terjadi transfer

pertumbuhan dari AS ke negara mitra

dagangnya.

Selain memengaruhi perdagangan

dan pertumbuhan, tren apresiasi USD juga

memengaruhi perilaku investor – terutama

portfolio investors – dan perkembangan

pasar keuangan global. Apresiasi USD yang

berlangsung persisten dapat mengubah arah

investasi portofolio global. Apresiasi USD

menjadikan investasi pada aset USD semakin

menarik bagi investor global oleh karena

adanya tambahan currency gain. Akibatnya,

aliran investasi mengarah ke AS1, sehingga

semakin mendorong apresiasi USD dan

meningkatkan harga aset USD.

Sementara itu, negara yang ditinggalkan

investor global akan mengalami kondisi

sebaliknya, yaitu nilai tukar mata uang

domestik terdepresiasi dan harga aset jatuh,

terlebih apabila pasar keuangan relatif dangkal

– sebagaimana di banyak negara berkembang.

Oleh karena itu, satu hal penting yang perlu

diwaspadai negara berkembang adalah

apabila capital outflows terjadi dalam jumlah

cukup besar dan dalam waktu cepat, dimana

dapat menyebabkan gejolak besar di pasar

keuangan negara tersebut, atau bahkan dapat

memicu terjadinya krisis. Dampak negatif lain

dari tren apresiasi USD adalah meningkatnya

beban utang luar negeri berdenominasi USD.

Aliran modal yang meningkat ke

AS dan semakin mendorong apresiasi USD

juga berpotensi merugikan ekonomi AS. CA

yang memburuk karena peningkatan impor

Grafik 4.Transaksi Fund Manager di Pasar minyak

1 Shifting investasi global ke AS berpotensi terjadi apabila keseimbangan return invetasi global berubah, termasuk akibat apresiasi USD.

���

���

���

��

��

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

������������������

�����������������������

������������������������������������������ �����

������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

������������������������

Page 114: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

102

seharusnya menjadikan USD terdepresiasi

dan selanjutnya memperbaiki CA balance.

Namun, derasnya aliran modal masuk justru

menjadikan USD terapresiasi sehingga

automatic adjustment tidak bekerja dan

kondisi CA semakin memburuk2.

Tren penurunan harga minyak juga

memberikan dampak yang berbeda, bahkan

sangat kontras antara negara pengimpor

dan pengekspor minyak. Negara pengimpor

minyak diuntungkan oleh karena beban impor

minyak yang menurun, CA yang membaik dan

pertumbuhan PDB yang meningkat. Di sisi lain,

negara pengekspor minyak mengalami kondisi

sebaliknya dimana ekspor menurun, CA

memburuk dan pertumbuhan PDB melambat.

Selain itu, penurunan harga minyak yang jauh di bawah asumsi fiskal di banyak negara

menjadikan kondisi fiskal negara-negara

tersebut ikut memburuk. Salah satu dampak

memburuknya fiskal adalah penurunan rating,

seperti yang dialami oleh Venezuela.

Jatuhnya harga minyak juga menjadikan

sektor migas terpukul. Jatuhnya harga

minyak hingga di bawah USD60 per barrel

– rata-rata break-even price bagi produsen

minyak unconventional (termasuk shale

oil) – menjadikan banyak perusahaan

minyak mengalami kerugian. Akibatnya,

perusahaan tersebut mengurangi investasi

dan memberhentikan pekerjanya. Bagi AS,

menurunnya aktivitas di sektor migas (shale

oil dan gas) – yang merupakan salah satu

penopang pemulihan ekonomi AS – dapat

mengganggu kelanjutan proses pemulihan

ekonominya.

Grafik 5.asumsi harga minyak Fiskal

Grafik 6.BeP harga minyak Produsen Shale oil

2 Dalam kondisi normal, ketidakseimbangan pada CA, misalnya terjadi defisit, dapat secara otomatis menjadi balanced kembali apabila nilai tukar terdepresiasi dan selanjutnya meningkatkan ekspor dan menurunkan impor. Akhirnya, defisit CA akan menurun dan kembali menuju atau mendekati kondisi balanced.

���

���

���

��

��

�������������������������

����

��

�����

������

���

��� ����

��������

������

������

�����

�����

���������

���

�����

�����

����

�����

�� ����

�������

�����

����

����������������������������������������

�������������������������

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���������������������������������������

����

��

����

����

����

����

���

����

����

����

����

����

�����

����

����

�������

����

����

����

����

����

����

������

���

����

����

��

����

���������

����

�������

���

������

�����

����

����

����

����

������

����

�����

����

�����

���

����

����

����

����������������������������������������������������

Page 115: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

103

Terlepas dari dampak spesifik ke

negara pengekspor/produsen dan pengimpor

minyak, turunnya harga minyak secara umum

berdampak pada turunnya harga BBM.

Lebih jauh lagi, harga input yang menurun

menjadikan harga berbagai produk lainnya ikut

menurun, sehingga tekanan inflasi menurun

dan daya beli masyarakat relatif meningkat

(income effect penurunan harga barang)3.

Beberapa negara memanfaatkan rendahnya

harga minyak untuk mengurangi atau

menghapus subsidi BBM, termasuk Indonesia,

dan mengalihkan dana eks subsidi BBM ke pos

pengeluaran lain yang lebih produktif. Dengan

demikian, fiskal menjadi lebih sustainable dan

pertumbuhan meningkat.

Dampak twin shocks yang berbeda

menimbulkan respon yang juga beragam.

Beberapa negara produsen minyak berupaya

menahan penurunan pendapatan dari ekspor

minyak dengan meningkatkan produksi

(antara lain dilakukan oleh Rusia dan Iraq),

memberikan potongan harga (Arab Saudi,

Iraq, Kuwait), atau melemahkan mata uangnya

(currency war) melalui pelonggaran kebijakan

moneter (Australia, Denmark, Norwegia, dsb).

Sementara itu, inflasi yang sudah sangat

rendah juga mendorong beberapa bank

sentral untuk menurunkan suku bunga atau

semakin melonggarkan kebijakan moneter

untuk mencegah perekonomian jatuh ke

dalam resesi. Respon tersebut menjadikan

permasalahan ini semakin kompleks.

ouTlook Twin ShockS dan FakTor

riSiko

Tren apresiasi USD dan turunnya harga

minyak diperkirakan tidak akan berakhir

dalam jangka pendek. Faktor fundamental

uneven economic recovery (AS pulih lebih

cepat dibanding negara lain) dan divergensi

kebijakan moneter (AS yang cenderung ketat

versus negara lain yang semakin longgar)

menjadikan USD akan cenderung terus

menguat. Terlebih dengan munculnya indikasi

currency war yang dilakukan beberapa negara

lain.

Harga minyak juga masih berpotensi

melemah atau bertahan di level yang rendah

seperti saat ini. Hal ini disebabkan oleh masih

lemahnya ekonomi global dan meningkatnya

cadangan minyak di berbagai negara yang

mengakibatkan tetap lemahnya permintaan

minyak. Di sisi lain, pasokan minyak diperkirakan

belum akan menurun sehingga persaingan

antar produsen masih akan tinggi. Akibatnya,

harga minyak diperkirakan akan bertahan di

level yang rendah. Untuk penurunan lebih

lanjut diperkirakan akan kecil probabilitasnya

mengingat potensi keuntungan yang menyusut

dan investasi mulai menurun.

Berlanjutnya twin shocks di satu sisi

dapat membantu mendorong pertumbuhan

ekonomi global, namun terdapat beberapa

risiko yang perlu diwaspadai. Tren apresiasi

USD, yang terus berlanjut dapat memicu

capital reversal dari berbagai negara, terutama

negara berkembang. Apabila terjadi secara

massive dan serentak di banyak negara, pasar 3 Terlebih di AS dimana masyarakatnya menikmati peningkatan daya beli ekstra dari tren apresiasi USD.

Page 116: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

104

keuangan global akan terguncang, bahkan

dapat memicu terjadinya krisis. Salah satu

event yang perlu diwaspadai adalah saat Fed

mulai menaikkan suku bunga kebijakan (exit

UMP).

Sementara itu, risiko yang mungkin

timbul dari penurunan harga minyak adalah

terjadinya resesi di berbagai negara. Jatuhnya

harga minyak telah mendorong inflasi turun

jauh di bawah target inflasi bank sentral.

Bahkan di beberapa negara telah terjadi

deflasi. Positive income effect dari rendahnya

inflasi diperkirakan tidak akan cukup kuat

mendorong aktivitas bisnis akibat rendahnya

potensi profit, tingginya faktor ketidakpastian

dan rendahnya minat belanja konsumen.

Akibatnya, sektor bisnis semakin melemah

dan justru mengakibatkan tertahannya

konsumsi dan investasi dimana pada akhirnya

perekonomian dapat jatuh ke dalam resesi.

Untuk mencegah terjadinya risiko di atas

diperlukan upaya bersama yang terkoordinasi

agar semua pihak lebih mementingkan

kesinambungan jangka menengah panjang

daripada manfaat jangka pendek. Semua

pihak perlu lebih menahan diri. Pihak otoritas

perlu menahan diri untuk tidak tergoda

melakukan currency war. Produsen minyak

perlu duduk bersama untuk menstabilkan

harga minyak. Investor perlu menahan diri

untuk tidak mengejar keuntungan jangka

pendek sehingga tidak dengan serta merta

menarik dananya yang dapat mengakibatkan

massive sudden capital reversal. Satu hal

yang paling penting adalah mentransmisikan

likuiditas yang berlimpah ke sektor riil. Dalam

hal ini, pemerintah dapat berperan aktif

mendorong investasi, terutama investasi

infrastruktur.

Page 117: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

105

Efektivitas QE ECB: The Mission Impossible IV

Artikel 2

Oleh: Arief Adrianto Rasyid

Meskipun kemanjuran quantitative

easing masih menjadi kontroversi, ECB

menjadi bank sentral keempat di dunia yang

mengadopsi kebijakan tersebut, setelah AS,

Jepang, dan Inggris. QE di AS dinilai cukup

berhasil menstabilkan sistem keuangan

dan meningkatkan harga aset, sekalipun

dampak kepada sektor riil diduga terbatas.

Mengikuti AS, langkah ECB diperkirakan tidak

akan mulus. Kondisi perbankan masih sulit

melakukan ekspansi kredit. Ketiadaan institusi

KPR berbunga murah menyebabkan ekspektasi

perbaikan harga aset properti tidak sekuat di

AS. Suku bunga murah juga dapat berdampak

negatif pada negara penabung seperti Jerman.

Harapan tersisa pada depresiasi nilai tukar

Euro dengan risiko resistensi internasional

dan keterbatasan efektivitasnya karena global

value chain. Dengan penyerapan likuiditas

yang terbatas, QE ECB dapat memicu siklus

pelonggaran moneter global.

European Central Bank (ECB) pada

22 Januari 2015 akhirnya mengumumkan

program pembelian aset (quantitative easing)

dalam skala besar, dengan total nilai EUR1,1

triliun (9,3% PDB). Quantitative easing (QE)

tersebut efektif dilaksanakan mulai Maret

2015 hingga September 2016, dengan nilai

pembelian aset EUR60 miliar per bulan dan

menargetkan inflasi hingga 2%.

Bercermin pada AS dan Jepang,

beberapa kalangan meragukan daya dorong

QE terhadap ekonomi riil. Sebagai contoh,

pemulihan ekonomi AS setelah kebijakan

QE juga dipengaruhi oleh produksi shale oil

dan gas. Beberapa penelitian menunjukkan

pengaruh QE terhadap ekonomi riil sangat

kecil, yakni hanya meningkatkan konsumsi dan

investasi AS sebesar 1-2%4. Bahkan di Jepang,

4 Analisis HSBC, 2015.

Page 118: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

106

QE belum memperlihatkan keberhasilan

baik dalam mendorong aktivitas ekonomi

maupun ekspektasi inflasi. Inflasi Jepang yang

meningkat di atas target 2% lebih banyak

didorong oleh kenaikan pajak konsumsi pada

April 2014. Satu hal yang menjadi konsensus

bersama adalah kemampuan QE dalam

menstabilkan sistem keuangan yang sedang

tertekan.

EcB BrEakS ThE liMiT

Level suku bunga sebelum pelaksanaan

QE merupakan aspek yang sangat penting bagi

keberhasilan QE. Secara mekanik, penambahan

likuiditas melalui QE akan menurunkan suku

bunga pasar uang. Penurunan tersebut

kemudian diharapkan dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk meningkatkan produksi

dan konsumsi melalui kredit, sehingga

ekonomi bergerak kembali.

Lalu, bagaimana jika suku bunga sudah

mendekati nol (zero lower bound)? Apakah

QE telah menemui batasnya? Kondisi ini oleh

Krugman (1998) disebut dengan kondisi

liquidity trap, di mana kondisi likuditas yang

melimpah tidak dapat dimanfaatkan dengan

baik oleh perekonomian karena bunga sudah

sangat rendah.

Sebelum pelaksanaan QE di AS dan

Inggris, suku bunga masih relatif moderat,

masing-masing sebesar 5,5% dan 5%. Pasca

QE AS dan Inggris, suku bunga turun tajam

menjadi 0,25%. Di Kawasan Euro, sebelum

pengumuman QE pada 22 Januari 2015, suku

bunga kebijakan sudah sangat rendah yaitu

0,05% atau dapat dikatakan berada pada

zero lower bound. Apakah ini lantas menjadi

batasan QE ECB?

Sepe r t i n ya t i dak ! ECB sudah

mempersiapkan kondisi pasar keuangan untuk

dapat menekan suku bunga menjadi negatif.

Sebagai permulaan, ECB telah menetapkan

suku bunga acuan deposit rate sebesar -0,2%.

Langkah ini merupakan preseden di dunia

kebanksentralan sebagai terobosan situasi

liquidity trap. Suku bunga negatif sempat

diwacanakan oleh Bank of Japan (BOJ) untuk

mengatasi kasus lost decades. Namun, karena

dikhawatirkan mengganggu tatanan sistem

keuangan, maka wacana suku bunga negatif

tersebut tidak pernah diimplementasikan.

Suku bunga acuan tabungan Kawasan

Euro memang sudah negatif. Secara teori,

suku bunga tabungan negatif akan membuat

nilai tabungan menyusut. Dengan demikian,

seharusnya tabungan berkurang dan investasi

untuk sektor riil meningkat. Meskipun suku

bunga perbankan pada bank-bank di Euro

bergerak turun, ekspansi kredit ternyata masih

juga lemah. Suku bunga tabungan TW4-14

rata-rata hanya 0,3% per tahun, menurun

dari triwulan sebelumnya sebesar 0,35%.

Suku bunga kredit juga turun ke 3,04% di

TW4-14, anjlok dari 3,16% pada triwulan

sebelumnya. Namun, posisi kredit di TW4-14

masih terkontraksi 1,1% yoy.

Page 119: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

107

lain di aS, lain di kawaSan euro

QE di AS dinilai berhasil menstabilkan

pasar keuangan dan kemudian berimbas

pada kenaikan harga aset, terutama properti.

Kondisi ini tampaknya sulit terjadi di kawasan

Euro karena ketiadaan institusi pemerintah

penyedia KPR sekelas Freddie Mac dan

Fannie Mae. Di AS, pembelian aset-aset

terkait KPR oleh bank sentral (the Fed)

berhasil memperbaiki posisi neraca penyedia

KPR. Akibatnya, proses pembiayaan pun

kembali berjalan dan harga rumah kembali

terdongkrak naik.

Kawasan Euro tidak mempunyai

institusi seperti itu. Apalagi, aset KPR tidak

menjadi fokus utama QE ECB. Kalaupun

harga aset properti naik setelah QE, maka itu

merupakan efek tidak langsung dari perbaikan

sistem keuangan. Jika harga properti naik di

Kawasan Euro, efek kesejahteraan (welfare

effect) yang ditimbulkannya pun diperkirakan

akan terbatas. Tanpa insitusi pemerintah

penyedia KPR murah, kenaikan harga rumah

justru membuat para calon pembeli tertekan

dari kenaikan uang muka. Untuk itu, mereka

harus menabung lebih banyak dan konsumsi

pun menurun.

eFek BunGa murah BaGi PenaBunG

Jerman sebagai lokomotif utama

Kawasan Euro mempunyai rasio tabungan

yang relatif tinggi sebesar 24% dari PDB

2014. Sebagai perbandingan, AS dan Inggris

masing-masing memiliki rasio 17% dan

11% di tahun yang sama (IMF WEO Oktober

2014). Suku bunga tabungan yang murah

justru diperkirakan berdampak negatif bagi

Jerman sebagai bangsa penabung. Dengan

pendapatan bunga yang berkurang, efek yang

ditimbulkan terhadap konsumsi dikhawatirkan

justru negatif.

Lebih jauh, menghadapi demografi

yang menua (aging population), keberhasilan

investasi dana pensiun (pension fund)

menjadi sangat penting. Dengan penurunan

yield obligasi dan suku bunga akibat QE,

maka pendapatan investasi pun berkurang.

Akibatnya, dana pensiun perlu menahan

investasi yang kurang menguntungkan,

bersamaan dengan menambah alokasi

dananya untuk berjaga-jaga.

BerharaP dari dePreSiaSi euro

Depresiasi Euro akibat QE merupakan

salah satu harapan perbaikan ekonomi Euro.

Dengan depresiasi, ancaman deflasi dapat

dikurangi dan daya saing ekspor dapat

meningkat. Namun, peningkatan daya saing

ekspor akan tertahan apabila negara mitra

dagang juga mendepresiasi nilai tukarnya.

Setelah pengumuman QE ECB, beberapa

bank sentral negara maju yang merupakan

mitra dagang Kawasan Euro terlihat berupaya

melakukan pelonggaran moneter untuk

memperlemah mata uangnya.

Bank Sentral Swiss mengambil langkah

antisipatif dengan melepas keterkaitan (peg)

antara CHF dengan EUR, yang disusul dengan

Page 120: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

108

penurunan suku bunga acuan karena khawatir

dengan penguatan CHF berlebihan. Langkah

pelonggaran moneter belakangan juga diambil

oleh Bank Sentral Denmark, Kanada, Australia,

Tiongkok, India, dan Singapura. Langkah ECB

melakukan pelonggaran yang berimbas pada

depresiasi memulai gejala perang nilai tukar

(currency war) dari bank sentral lain yang

membatasi efek daya saing depresiasi Euro.

Selain itu, posisi Kawasan Euro

yang terhubung dengan value chain dunia

menjadikan daya saing ekspor juga sangat

bergantung dengan nilai impor. Depresiasi

di satu sisi meningkatkan daya saing ekspor,

namun di sisi lain meningkatkan harga barang

impor yang digunakan untuk input produksi.

Pada akhirnya, efek terhadap daya saing

produk ekspor akan semakin terbatas.

Efek QE yang diperkirakan minimal

ke sektor riil tersebut lebih jauh dapat

menimbulkan aksi safe haven dan search

for higher yield. Aksi tersebut dilakukan

dengan mengalokasikan dana pada riskier

assets yang berimbal hasil lebih tinggi, baik

melalui financial engineering (penciptaan

aset keuangan baru) maupun menanamkan

modalnya ke portfolio assets di emerging

market. Ke depan, jika QE ECB benar-benar

dilakukan secara masif dan open-ended, maka

terbuka kemungkinan dimulainya kembali

siklus pelonggaran moneter di seluruh dunia.

Page 121: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

109

Tabel 1. Perbandingan Qe The Fed (aS) dan rencana Qe eCB (kawasan euro)

������������ ������������������ ����������

�����������������

�����������������������������������������������������������������������������������������

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

����������������������������������������������

��������������������������������������������������

���������������������������������������������

�������������

����������������

�����������������������������������������������������������������������������������������

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

����������������������������������������������

���������� �����������������������������������������������������������������������������������������������������

������������������������������������������������������������������������������

��������������������������������������������������������������������������������������

��������������� �����������������������������������������������������������������������������������

�������������������������� ���������������������������������������������������������������

����������� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

�����������������������������������������������������������

��������������������������

������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

����������������������������������������������������������������������������������

���������������������������

Page 122: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

110

Tren Penurunan Inflasi Global

Artikel 3

Oleh: Diah Indira dan Tora Erita

Tren penurunan inflasi terus berlanjut

dan bahkan semakin terakselerasi dalam

beberapa bulan terakhir. Selain turun semakin

tajam, fenomena ini juga semakin meluas

di berbagai negara dan kawasan, bahkan

beberapa negara telah mengalami deflasi. Di

satu sisi, rendahnya inflasi belum berdampak

signifikan pada peningkatan konsumsi, justru

sebaliknya menurunkan insentif dunia bisnis.

Kondisi seperti ini – apabila terus berlangsung

– dapat mengancam pertumbuhan ekonomi

sehingga menjadi semakin melemah dan

mengganggu pemulihan ekonomi global.

Oleh karena itu, beberapa negara kembali

melakukan pelonggaran kebijakan moneter

dengan harapan dapat menahan dan

mendorong peningkatan inflasi.

Pendahuluan

“Thus,inflation is unjust and deflation

is inexpedient. Of the two perhaps deflation

is ... the worse; because it is worse in an

impoverished world, to provoke unemployment

than to disappoint the rentier.”

—John Maynard Keynes (1923)

Memasuk i awa l 2015, k iner ja

perekonomian global masih berada pada

nuansa yang gloomy. Perekonomian AS yang

diharapkan menjadi motor pertumbuhan

setelah tumbuh dengan solid di TW2 dan

TW3 2014, kembali mengalami perlambatan

di triwulan akhir 2014. Di Negara lainnya,

kinerja ekonomi juga masih cenderung

melemah, termasuk Tiongkok dan Kawasan

Euro. Pelemahan kondisi ekonomi global

dikonfirmasi oleh laju inflasi yang semakin

tertekan akibat rendahnya permintaan

domestik, selain oleh karena penurunan harga

minyak.

Perkembangan terkini menunjukkan

tren penurunan inflasi semakin merata terjadi

Page 123: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

111

di berbagai negara. Setelah turun lebih rendah

dari target inflasi bank sentral, inflasi bergerak

mendekati 0%. Penurunan laju inflasi tersebut

meningkatkan risiko terjadinya deflasi –

bahkan sudah terjadi di Kawasan Euro – yang

akan sangat merugikan perekonomian yang

mengalaminya sebagaimana statement Keynes

di atas. Hal ini membutuhkan penyelesaian

segera, terutama di tengah kondisi permintaan

domestik yang lemah, untuk memastikan

proses pemulihan ekonomi global terus

berlanjut. Bagi bank sentral, upaya mendorong

peningkatan inflasi menjadi semakin krusial

mengingat kredibilitasnya untuk mencapai

target inflasi dipertaruhkan.

Fenomena Penurunan inFlaSi

GloBal

Pelemahan inflasi telah menjadi

fenomena global setidaknya sejak paruh

kedua 2014, dengan pengecualian negara-

negara di kawasan Eropa yang mengalami

tren penurunan inflasi lebih awal. Inflasi yang

menurun pada dasarnya disebabkan oleh

pelemahan permintaan domestik. Namun,

turunnya harga minyak mengakselerasi

penurunan inflasi. Penurunan inflasi yang

tajam terutama terjadi pada TW4-2014 di

saat harga minyak juga mengalami penurunan

tajam.

AS, Kawasan Euro, Inggris dan negara

maju lainnya – kecuali Jepang – mengalami

pelemahan inflasi yang cukup dalam hingga

di bawah target masing-masing bank sentral.

Inflasi di AS yang semakin melemah juga

didorong oleh penurunan harga perumahan,

selain akibat lemahnya permintaan dan

penurunan harga minyak. Tekanan penurunan

inflasi yang lebih persisten terjadi di Kawasan

Euro. Bahkan sejak Desember 2014 inflasi

telah berada dalam teritori negatif atau deflasi.

Deflasi juga terjadi pada empat negara utama

Kawasan Euro, yaitu Jerman, Perancis, Spanyol

dan Italia. Inflasi Jepang juga dalam tren

menurun, meskipun sempat terjadi temporary

shocks pada saat kenaikan pajak penjualan di

April 2014. Selain itu, perilaku konsumen yang

melakukan front loaded pembelian barang

sebelum kenaikan pajak juga ikut mendorong

naiknya inflasi April 2014. Jika faktor kenaikan

pajak penjualan dikeluarkan, inflasi Jepang

tercatat masih sangat rendah.

Sejumlah negara berkembang juga

menghadapi persoalan yang sama, dengan

pengecualian Rusia, Brazil dan Indonesia.

Peningkatan inflasi di ketiga negara tersebut

lebih disebabkan oleh faktor domestik,

seperti depresiasi mata uang domestik, sanksi

ekonomi yang mengganggu pasokan barang

dan administered price. Pelemahan inflasi di

negara berkembang pada umumnya lebih

didorong oleh harga minyak, sementara

peran pelemahan permintaan domestik relatif

lebih moderate dibanding di negara maju.

Selain faktor harga minyak dan pelemahan

permintaan domestik, pelemahan inflasi di

Tiongkok dan India juga diakibatkan pelemahan

sektor properti dan penurunan harga pangan.

Beberapa negara, seperti Singapura dan

Thailand, bahkan telah mengalami deflasi.

Page 124: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

112

deTerminan inFlaSi

Secara umum, penurunan inflasi dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

(i) pelemahan domestic demand; (ii) output

gap yang besar5; (iii) meningkatnya persaingan

di pasar global; (iv) efektivitas kebijakan

moneter (ketat); (v) mobilitas tenaga kerja yang

Grafik 1. inflasi kawasan eropa, amerika, dan asia

5 Output potensial jauh lebih besar dibanding output aktual.6 Menurut paper BIS, ‘Domestic and global drivers of inflation: has

the balance changed?’, 11 Februari 2014.

��

��

��

��

��

����� �����

� � � � �� �� � � ������ ���� ����

�������������������

�������������

���������������

�����������

���������� �����

�����������������

���

���

���

�� � � � �� � � � �� �

���� ���� ����

����� �����

������� ������ ����������� ������������

�����������������

meningkat; dan (vi) semakin terintegrasinya

ekonomi global (melalui global production

chains)6.

Pasca krisis 2008, kondisi economic

slack (output gap) yang besar menyebabkan

penurunan inflasi atau bahkan deflasi dengan

melemahnya konsumsi akibat daya beli yang

menurun. Penurunan daya beli disebabkan

antara lain oleh penurunan upah tenaga

kerja atau meningkatnya pengangguran.

��

��� � � � �� �� � � ��

���� ���� ����

�����

������ �������� ����� �������������� �������� �������� ����������������� �������

�����������������

Page 125: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

113

Grafik 2. inflasi headline dan inflasi inti

7 Harga minyak telah tergerus hingga 50% sejak Juni 2014.8 Inflasi inti adalah inflasi headline dengan mengeluarkan

komponen harga makanan (volatile food) dan harga energi.

Pertumbuhan upah cenderung menurun di

Kawasan Euro, Jepang dan Korea (semakin

mendekati 0% di Korea). Di Kawasan Euro,

tingkat pengangguran masih tertahan di

level yang relatif tinggi, yaitu 11,4% pada

Desember 2014. Angka pengangguran yang

belum beranjak turun, menimbulkan tekanan

deflasi yang lebih besar.

Fenomena penurunan inflasi di 2014

disebabkan oleh beberapa faktor determinan

di atas yang saling berinteraksi, dan ditambah

dengan faktor kunci penurunan harga

minyak. Tren penurunan inflasi pada awalnya

disebabkan oleh pelemahan permintaan

domestik di negara maju akibat pemulihan

ekonomi yang berjalan lamban dan tidak

seimbang, serta economic slack (output

gap) di berbagai negara yang masih relatif

besar. Selanjutnya, tren penurunan inflasi

terakselerasi oleh jatuhnya harga minyak7

akibat meningkatnya persaingan antar

produsen minyak di pasar global dan tren

apresiasi USD.

Penurunan inflasi yang lebih didorong

oleh penurunan harga minyak tercermin

pada penurunan inflasi CPI (headline) yang

lebih cepat disbanding inflasi inti8, terutama

di negara maju. Terpangkasnya harga minyak

hingga lebih dari 50% menjadikan inflasi

juga turun drastis, jauh di bawah target inflasi

bank sentral, dan bahkan menyebabkan

deflasi, seperti yang terjadi di Kawasan Euro.

Penurunan harga minyak – harga input (BBM)

selanjutnya merambat kepada harga komoditas

dan produk lainnya. Akibatnya, tekanan

inflasi semakin menurun dan diperparah oleh

penurunan harga bahan makanan dengan

melimpahnya produksi.

��

��

�����

����������

�����������������

�������������

���������������

����������������������

������������������

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��������������������������

����������������

�����������������

�������������

���������������������

����������������������

������������������

����������������� ���������������������

��

��

�����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

��������������������������

Page 126: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

114

Penurunan harga minyak yang

bermuara pada turunnya tekanan inflasi

dapat menciptakan income effect atau

meningkatkan daya beli konsumen, terutama

di negara pengimpor minyak. Penurunan

harga barang konsumsi menjadikan konsumen

mampu membeli lebih banyak barang,

meskipun pendapatan relatif tetap. Namun

demikian, penurunan inflasi ternyata belum

memberikan income effect yang signifikan.

Hal ini ditunjukkan oleh indikator konsumsi,

yaitu penjualan ritel, yang tumbuh relatif

‘flat’, bahkan menurun di beberapa negara.

Daya beli yang menurun juga ditunjukkan

oleh upah pekerja yang pertumbuhannya

cenderung menurun. Dengan daya beli yang

masih lemah, tekanan inflasi rendah masih

menjadi ancaman.

damPak Penurunan inFlaSi

Fenomena menurunnya inflasi seperti ini

– terlebih jika terjadi deflasi secara persisten –

memiliki implikasi negatif bagi perekonomian9.

Dampak negatif dari penurunan inflasi dan

Grafik 3. Pertumbuhan retail Sales

9 Tren penurunan inflasi tidak selalu berdampak negatif bagi perekonomian, yaitu apabila disebabkan oleh peningkatan produktivitas atau persaingan yang lebih ketat ditengah permintaan domestik yang cukup kuat.

deflasi adalah menurunkan insentif konsumsi

dan produksi yang pada gilirannya menurunkan

pertumbuhan ekonomi dan mendorong

terjadinya resesi. Bagi konsumen, tren

penurunan inflasi memberikan insentif untuk

menunda konsumsi – menunggu harga turun

lebih jauh – dan meningkatkan saving – karena

real interest income meningkat. Konsumsi yang

melemah akan menurunkan pertumbuhan.

Terlebih, dalam kondisi ketidakpastian

pemulihan ekonomi ke depan, konsumen

cenderung menahan diri dan menjadi lebih

berhati-hati dalam membelanjakan uangnya

sehingga penurunan harga relatif tidak selalu

mendorong peningkatan konsumsi.

Di sisi produsen, tren penurunan

harga justru menurunkan insentif usaha

dengan menurunnya pendapatan dan laba.

Laba perusahaan yang cenderung menurun

dalam jangka panjang juga akan menurunkan

��

��

��

��

��

�����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

�� �� �������

��

��

��

��

��

�����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

�������� ��������� ������ �����

Page 127: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

115

investasi. Akibatnya,investasi yang menurun

secara l angsung akan menurunkan

pertumbuhan PDB, dan secara tidak langsung

menurunkan kapasitas produksi – secara

lebih luas kapasitas perekonomian – dengan

tidak terjadinya peremajaan barang modal.

Apabila investasi menurun secara persisten,

pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan

cenderung menurun.

Penurunan inflasi juga berdampak pada

suku bunga riil yang semakin meningkat.

Sebagaimana disinggung di atas, kenaikan

suku bunga riil akan mendorong saving,

namun menekan konsumsi. Di sisi lain,

konsumen dan produsen yang memiliki utang

akan menerima beban pembayaran utang

yang lebih besar dengan meningkatnya suku

bunga riil. Akibatnya, konsumsi justru dapat

semakin menurun dan pertumbuhan juga

menurun.

PenuTuP

Dengan perkembangan inflasi yang terus

menurun – di tengah lemahnya permintaan

domestik – dan dengan memperhatikan

berbagai potensi dampak negatifnya, upaya

mencegah penurunan inflasi lebih lanjut

menjadi sangat krusial. Argumen ini yang

mungkin menjadi dasar beberapa bank

sentral melakukan pelonggaran kebijakan

moneter. ECB melakukan penurunan suku

bunga hingga mencapai level negatif dan

dilanjutkan dengan QE yang akan dimulai

Maret 2015. BOJ menambah volume QQE

dan memperpanjang jangka waktu surat

berharga yang dibelinya sehingga berdampak

pada likuiditas perekonomian yang semakin

longgar. Beberapa bank sentral lain juga

melonggarkan likuiditas perekonomian melalui

berbagai measures yang dimiliki, seperti

menurunkan suku bunga, menahan apresiasi

(mendorong depresiasi) mata uang domestik,

menurunkan reserve requirement, dan

sebagainya. Kebijakan pelonggaran kebijakan

moneter tersebut tetap dilakukan meskipun

disadari efektivitasnya untuk menggerakkan

sektor riil terbatas. Untuk lebih mendorong

aktivitas di sektor riil, mungkin diperlukan

kebijakan lain yang lebih struktural, seperti

investasi infrastruktur dan reformasi sektor

riil, yang berdampak langsung mendorong

peningkatan permintaan domestik.

Bagi negara berkembang, kondisi

negara maju – kecuali AS – yang cenderung

melemah, mungkin dapat menjadi peluang

untuk kembali menjadi motor pertumbuhan

ekonomi global. Negara berkembang masih

memiliki permintaan domestik yang relatif

lebih kuat dan ‘room’ untuk penurunan suku

bunga. Terlebih dengan adanya momen

penurunan harga minyak dan inflasi. Selain

itu, peluang investasi infrastruktur di negara

berkembang juga terbuka lebar, sehingga

perlu dilakukan upaya untuk mengarahkan

likuiditas global yang berlimpah ke investasi

infrastruktur di negara berkembang. Dengan

usaha bersama tersebut, ekonomi global

berpeluang untuk kembali memperoleh

momentum pemulihan ekonomi.

Page 128: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

116

Grexit (Greek Exit) Jilid 2: Olympus Has Fallen

Artikel 4

Oleh: Arief Adrianto Rasyid

Wacana keluarnya Yunani dar i

Euro kembali mengemuka setelah pemilu

memenangkan Partai Syriza sebagai penentang

program pengetatan fiskal (austerity) dan

reformasi struktural. Program-program yang

diusung partai tersebut menuai simpati

masyarakat yang sedang tertekan akibat

austerity. Sebenarnya, benih-benih kemajuan

mulai terlihat terutama dari sisi fiskal. Dalam

perhitungan, beban pembayaran utang

Yunani pun ternyata tidak seberat yang

harus ditanggung Italia dan Spayol. Namun,

karena kondisi kesejateraan sosial masih

memprihatinkan, wacana pelonggaran

fiskal justru mendapat dukungan luas dari

masyarakat.

Pemerintah baru tengah berusaha

merenegosiasi kesepakatan dengan Troika

untuk menahan austerity, namun tetap

mendapatkan dana talangan dari pasar uang

Euro. Rencana ambisius tersebut secara

prinsip ditentang kreditor utama karena

selain dianggap tidak bertanggung jawab, hal

tersebut juga dinilai berbahaya bagi reformasi

Yunani yang tengah berlangsung. Dengan

berada di posisi yang lebih membutuhkan,

Yunani memiliki posisi tawar yang lemah,

kecuali jika Yunani mengeluarkan senjata

terakhirnya yaitu keluar dari Euro (Grexit).

Deja vu! di akhir 2014, dunia kembali

digemparkan dengan berita rencana penolakan

Yunani terhadap bailout oleh Troika (EU-

ECB-IMF) yang berujung pada wacana

keluarnya Yunani dari Euro (Grexit), seperti

pada 2012 silam. Pemilu demokratis tanggal

25 Januari 2015 telah membuka kembali

peluang masyarakat Yunani untuk mengurangi

intensitas program penghematan fiskal yang

dinilai menyakitkan.

Sejak masuk program bailout Troika

senilai EUR240 miliar di 2010, Yunani

Page 129: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

117

diwajibkan melakukan berbagai program

pengetatan fiskal (austerity) dan reformasi

struktural yang cukup intensif, meliputi

program pemotongan belanja, peningkatan

pajak, pengurangan jaring pengaman sosial

untuk lansia dan pengangguran, privatisasi

perusahaan negara, dan reformasi pasar

tenaga kerja. Dalam kurun waktu lima tahun

(2011-2015), Pemerintah Yunani harus

melakukan penghematan sebesar EUR29,2

miliar. Berdasarkan evaluasi IMF, dalam

rentang 2008-201310 akumulasi austerity telah

mencapai 16,5% dari PDB (rata-rata 3,3% dari

PDB per tahun).

Austerity menimbulkan tekanan

kesejahteraan yang tinggi bagi masyarakat

Yunan i . S tud i Matsagan i s (2013 ) 11

memperkirakan austerity mengakibatkan

pendapatan r i i l masyarakat menurun

sebesar 20%-30%.12 Bahkan untuk segmen

penghasilan terendah (10% terbawah),

pendapatan turun hingga 56%. Kelompok

ini umumnya adalah pensiunan di pedesaan

dan pengangguran yang menanggung anak.

Pendapatan mereka turun drastis akibat

dihapuskannya program benefit untuk

pensiunan dan pengangguran.

Gejolak sosial akibat austerity semakin

hari kian membesar dan bergulir ke dalam

ranah politik. Kemenangan partai penentang

austerity, Syriza dengan pemimpinnya Alexis

10 Sebenarnya program austerity Yunani telah dilakukan sebelum menerima bailout untuk memenuhi ketentuan maastrich treaty.

11 Matsaganis, Manos (2013), “The Greek Crisis: Social Impact and Policy Responses”, Friedrich-Ebert-Stiftung (FES).

12 Penelitian membandingkan pendapatan sebelum krisis (2008) dan setelah empat tahun austerity berlangsung (2012).

Tsipras pada 25 Januari 2015, membuktikan

bahwa sebagian besar rakyat Yunani menolak

program austerity. Dalam kampanyenya, Partai

Syriza menawarkan penghentian program

austerity, penghapusan utang, dan penolakan

privatisasi sesuai kesepakatan Troika.Tema

tersebut sangat mudah diterima publik yang

sedang berada di jurang kemiskinan.

Setelah dilantik, PM Alexis Tsipras

menyatakan menolak bailout Troika tahap

akhir senilai EUR7,2 miliar, agar Yunani juga

dapat menghentikan program austerity yang

sedang dilakukan. Pemerintah akan melakukan

reformasi pajak, diantarnya menaikkan batasan

pendapatan tahunan kena pajak dari EUR5 ribu

menjadi EUR12 ribu, menekan penghindaran

pajak, dan memberantas korupsi. Upah

minimum akan dinaikkan 28% menjadi EUR751

per bulan. Pemerintah juga mewacanakan agar

Jerman memberikan ganti rugi senilai EUR162

miliar untuk reparasi dampak perang (EUR108

miliar) dan piutang era Nazi yang tidak terbayar

(EUR 54 miliar).

Pemerintah baru PM Tsipras dengan

dukungan koal is inya berupaya untuk

melakukan renegosiasi utang dengan kreditor

utama. Sementara, wacana penghapusan

utang tidak lagi muncul dalam agenda.

Selain menolak bailout tahap terakhir,

pemerintah meminta agar batasan penerbitan

utang sebesar EUR15 miliar dinaikkan dan

utang hasil bailout senilai EUR175 miliar

direstrukturisasi. Restrukturisasi yang diusulkan

berbentuk penundaan pembayaran bunga

dan perpanjangan jangka waktu utang.

Pemerintah menaruh perhatian besar pada

Page 130: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

118

posisi utang Yunani yang dinilai menghambat

pemulihan ekonomi negara tersebut.

kemajuan PoSiSi FiSkal

Untuk negara dengan PDB nominal

sebesar USD241 miliar di 2014 -hanya 2%

dari PDB Kawasan Euro- utang pemerintah

Yunani tergolong besar. Di 2014, akumulasi

utang mencapai EUR315 miliar (USD357

miliar) atau setara dengan 175% dari PDB.

Lebih dari setengah (61%) dari utang tersebut

merupakan utang terhadap institusi Troika

dengan tenor yang umumnya relatif panjang.

Dana dari European Financial Stability Facility

(EFSF) baru akan jatuh tempo dalam 30 tahun.

Fasilitas pinjaman khusus untuk Yunani senilai

EUR53 miliar juga masih akan jatuh tempo

pada 2027. Pada 2015, Yunani diperkirakan

harus membayar utang IMF dan Eurosystem

yang bernilai sekitar EUR21,4 miliar.

Selama ini, Yunani memperoleh utang

dengan biaya yang relatif murah. Biaya

Grafik 1.komposisi utang Pemerintah 2014

Grafik 2.utang Pemerintah jatuh Tempo di 2015

�����������������

���������������������

������������������������

�����������������

�������������������

��������������������

����������������������

��������������

���������������

������������������

����������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��������������������������

pembayaran utang (debt service costs) bunga

dan pokok antara 2016-2022 diperkirakan

relatif rendah berkisar antara EUR6-10 miliar

per tahun (Citi Research 2014). Berdasarkan

data Eurostat Desember 2014, total debt

service Yunani untuk dua tahun ke depan

mencapai EUR30,1 miliar (16,5% dari PDB).

Sebagai perbandingan, jumlah beban Italia

dan Spanyol jauh lebih besar. Nilai yang harus

dibayar kedua negara tersebut untuk periode

yang sama masing-masing mencapai EUR617,6

miliar (38,2% dari PDB) dan EUR337,4 miliar

(32,2% dari PDB).

Dampak positif dari program austerity

terhadap ekonomi riil Yunani masih menjadi

perdebatan. Meskipun dianggap menyakitkan,

program tersebut cukup mendorong perbaikan

fiskal. Yunani berhasil mendorong defisit

primer13 sebesar 10,5% PDB di 2008 menjadi

surplus 1,5% di 2014. Sementara, Italia masih

13 Defisit primer merupakan total defisit pemerintah di luar beban pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Defisit tersebut benar-benar merepresentasikan aktivitas pemerintah.

Page 131: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

119

Grafik 3. defisit Primer Grafik 4. utang Pemerintah

mengalami surplus primer lebih rendah sebesar

0,9%, dan Spanyol mengalami defisit primer

2,7%. Selain itu, dengan mempertimbangkan

pathausterity saat ini, IMF memprediksi utang

Pemerintah Yunani akan turun dari 175% PDB

di 2014, menjadi 171% di 2015 dan 135%

di 2019.

Apresiasi terhadap kemajuan fiskal

secara implisit tercermin pada keberhasilan

Yunani menerbitkan obligasi di tahun 2014.

Pada April 2014, Yunani berhasil menerbitkan

obligasi senilai EUR3 miliar dengan jangka

waktu lima tahun, dan imbal hasil 4,95%

(lebih rendah dari target 5,25%). Penerbitan

tersebut merupakan yang pertama kalinya

sejak diterimanya bailout. Pasar menyambut

baik kembalinya Yunani ke pasar obligasi

yang menandai berakhirnya ketergantungan

terhadap dana bailout.

Pada September 2014, S&P pun

menaikkan long-term credit rating untuk

foreign currency debt Yunani dari B- menjadi

B dengan outlook ‘stable’. Hal ini dilandasi

������

������ ������ �������

���

���

���

��

��

��

��

��

�����

���

���

������

����

����

���� ���� ����

�������������������������������

������ ������ �������

������

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

�������������������������������

���� ����

���� ����

pertimbangan kinerja fiskal yang membaik

setelah melakukan austerity sehingga ke

depan Yunani akan menghasilkan surplus

primer.

E k o n o m i Y u n a n i s e b e n a r n y a

menunjukkan benih-benih perbaikan.

Pertumbuhan ekonomi TW4-14 mencapai

1,5% yoy, dari 1,6% di TW3-14. Kondisi

ini cukup menggembirakan mengingat

pertumbuhan pernah terpuruk hingga

kontraksi 6,6% di 2012. Perbaikan terutama

didorong oleh pertumbuhan kinerja ekspor

(mineral dan makanan) dan konsumsi rumah

tangga yang masing-masing tumbuh 8,6%

dan 3,1%.

Te rpenga ruh pe rba i kan pada

keseimbangan fiskal (keseimbangan internal),

posisi transaksi berjalan pun turut membaik.

Perbaikan terutama didorong oleh sektor

pariwisata di samping terjadinya penurunan

impor akibat pelemahan permintaan

domestik.

Page 132: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

120

Grafik 5. Pertumbuhan PdB Grafik 6. current account Balance

ekonomi SeCara BerTahaP mulai

memBaik

Alogoskou f i s ( 2012 ) 14, da l am

penelitiannya, mengestimasi bahwa kondisi

ekonomi suatu negara dengan rasio utang

sebesar 160% PDB, pertumbuhan 0-3%,

dan bunga nominal 5%, akan memerlukan

surplus primer di kisaran 3,2% - 8% untuk

mencapai rasio utang yang stabil. Perhitungan

ini menggambarkan bahwa posisi fiskal

Yunani sudah menuju arah yang benar. IMF

memprediksi surplus primer akan menguat

menjadi 3% PDB di 2015 dan 4,5% di 2016.

Namun, terlepas dari kemajuan yang

telah dicapai, faktanya kondisi sosial ekonomi

Yunani juga sangat memprihatinkan. Lebih

dari seperempat (25,7%) angkatan kerja

negara tersebut berstatus pengangguran

(data November 2014). Proses politik akan

����� �����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �������

�����

���

�������

���

����

�����

�����

���� ���� ���� ���� ����

������������������������������������������������������������������������

�����������������������������������������������

�����������������

���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

�����������������������������

��

��

��

���

���

��������������

��������������������������������������������������������

�����������

14 Alogoskoufis, George (2012), “Greece’s Sovereign Debt Crisis Retrospect and Prospect”, GreeSE Paper No. 54, Hellenic Observatory Papers on Greece and Southeast Europe.

mempermudah dihentikannya program

austerity dengan pertimbangan yang

populis.

Upaya yang tengah d i lakukan

pemerintah baru Yunani untuk menahan laju

austerity, menolak bailout, dan mendapatkan

tambahan dana melalui penerbitan surat utang

baru merupakan skenario yang sangat optimis.

Jerman dan Troika sebagai kreditor utama

Yunani secara prinsip menentang rencana

tersebut, baik karena pertimbangan politis

kepada pembayar pajak di negara kreditor

maupun pertimbangan ekonomis terkait risiko

gagalnya program reformasi Yunani.

Dalam kesempatan lain, ECB juga telah

mengirimkan sinyal kepada Yunani untuk

berhati-hati dalam menghentikan program

austerity-nya. ECB secara jelas tidak akan

mengikutsertakan surat utang Pemerintah

Yunani dalam program pembelian aset secara

masif (quatitative easing).

Page 133: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Bab 4 - A r t i k e l

121

Yunani memi l ik i rencana yang

ambisius, berisiko, dan umumnya tidak disukai

kreditor. Namun di sisi lain, Yunani juga tetap

membutuhkan dana kreditor untuk menjaga

stabilitas keuangannya. Dalam menegosiasikan

kepentingannya, Yunani berada dalam posisi

yang sulit. Hal terekstrim yang dapat dilakukan

sebagai senjata terakhir adalah Yunani exit

dari Euro atau Grexit. Jika ini dilakukan maka

akan menghasilkan “lose-lose scenario” bagi

Yunani dan kreditornya.

Page 134: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

122

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 135: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

L a m p i r a n

123

L a m p i r a n

Page 136: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

124

Tabel 1. Produk Domestik Bruto(%, yoy)

Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast Januari 2015 Keterangan: Cetak miring adalah angka proyeksi dari Bloomberg dan Consensus Forecast Januari 2015

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4

2012

Amerika

Amerika Serikat 1,1 -2,4 1,6 2,7 3,1 2,7 1,9 1,7 1,2 1,7 2,6 2,3 2,7 1,6 1,7 1,8 2,3 3,1 1,9 2,6 2,7 2,5

Argentina 7,0 0,9 5,1 12,1 10,5 8,7 10,7 8,1 8,5 7,3 4,6 -1,5 0,2 0,9 1,5 5,5 3,4 1,3 0,3 0,0 -0,8 -1,7

Brazil 5,1 -0,2 9,3 8,8 6,9 5,3 4,2 3,3 2,1 1,4 0,8 0,6 0,9 1,8 1,9 3,5 2,4 2,2 1,9 -0,9 -0,2 -0,3

Chili 3,2 -1,5 2,5 6,5 7,4 6,5 9,2 5,5 3,24 5,3 4,9 5,8 5,9 5,2 5,5 3,7 4,9 2,6 2,1 2,1 0,8 1,4

Meksiko 1,3 -6,5 3,7 6,7 5,4 4,6 4,5 3,2 4,2 4,3 4,8 4,5 3,2 3,6 1,0 1,8 1,6 1,1 1,9 1,6 2,2 3,0

Asia Pasifik

Australia 2,3 1,3 2,0 2,2 2,3 2,6 1,8 2,6 3,3 3,2 4,6 3,8 3,2 2,7 2,0 2,1 1,9 2,2 3,0 2,7 2,7 2,5

Tiongkok 9,0 8,7 11,9 10,3 9,6 9,8 9,7 9,5 9,1 8,9 7,9 7,6 7,4 7,9 7,8 7,5 7,9 7,6 7,4 7,5 7,3 7,3

India - - - - - - - - - - - - - - 4,7 7,0 7,5 6,4 6,7 6,5 8,2 7,5

Jepang -0,7 -5,2 4,9 4,4 6,0 3,3 0,0 -1,5 -0,5 0,1 3,5 3,5 0,2 0,0 0,5 1,4 2,2 2,3 2,4 -0,4 -1,4 -0,5

Korea Selatan 2,2 0,2 7,2 7,4 5,4 6,0 4,9 3,6 3,3 3,1 2,6 2,4 2,1 2,1 2,1 2,7 3,4 3,7 3,9 3,5 3,2 2,7

ASEAN-6

Indonesia 6,1 4,5 7,5 7,7 6,6 7,7 7,1 6,6 5,7 7,2 6,4 6,3 7,0 5,6 6,0 5,7 5,3 5,4 4,8 5,0 4,6 5,0

Malaysia 4,6 -1,7 10,3 9,4 5,5 5,0 5,2 4,3 5,8 5,4 5,1 5,7 5,2 6,5 4,2 4,5 5,0 5,1 6,2 6,5 5,6 5,8

Filipina 4,6 0,9 8,4 8,9 7,3 6,1 4,6 3,2 3,1 3,8 6,4 6,3 7,3 7,2 7,7 7,9 7,0 6,3 5,6 6,4 5,3 6,9

Singapura 1,1 -2,0 17,6 18,8 10,7 14,3 9,9 1,8 5,7 3,6 2,8 3,2 1,1 2,9 1,5 4,0 5,0 4,9 4,7 2,3 2,8 2,1

Thailand 2,6 -2,3 12,0 9,2 6,6 3,8 3,2 2,7 3,7 -8,9 0,4 4,4 3,1 19,1 5,4 2,9 2,7 0,6 -0,5 0,4 0,6 2,3

Vietnam 6,2 5,3 5,8 6,2 6,5 6,8 5,4 5,6 5,8 5,9 4,0 4,4 4,7 5,0 4,8 4,9 5,1 5,4 5,1 5,2 5,6 6,0

Eropa

Kawasan Euro 0,6 -4,1 1,0 2,2 2,3 2,3 2,8 1,8 1,4 0,6 -0,3 -0,6 -0,8 -0,9 -1,2 -0,6 -0,3 0,4 1,1 0,8 0,8 0,9

Inggris 0,7 -4,9 0,8 2,1 2,5 2,2 2,2 1,4 1,5 1,5 1,0 0,6 0,7 0,4 0,9 1,7 1,6 2,4 2,4 2,6 2,6 2,7

Russia 5,6 -7,9 4,1 5,0 3,8 5,1 3,3 3,3 5,0 5,2 4,9 4,3 3,0 2,0 0,8 1,0 1,3 2,0 0,9 0,8 0,7 -0,3

Turki 0,7 -4,8 12,6 10,4 5,3 9,3 12,4 9,3 8,7 5,3 3,1 2,7 1,5 1,3 3,1 4,6 4,2 4,5 4,8 2,2 1,7 3,0

Afrika

Afrika Selatan 3,8 -1,8 2,4 3,1 3,3 3,4 3,2 3,3 3,0 3,3 2,2 2,8 2,1 1,8 1,8 2,2 1,8 2,9 1,9 1,3 1,4 0,9

2013 2014

Page 137: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

L a m p i r a n

125

Tabel 2. Angka Pengangguran

Akhir Periode (%)

Sumber: Bloomberg, CEIC Keterangan: Tanda ( - ) : Data belum keluar n.a : Data tidak tersedia

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4

2012

Amerika

Amerika Serikat 7,2 10,0 9,9 9,4 9,5 9,3 9,0 9,1 9,0 8,5 8,2 8,2 7,8 7,9 7,5 7,5 7,2 6,7 6,6 6,1 5,9 5,6

Argentina 7,3 8,4 8,3 7,9 7,5 7,3 7,4 7,3 7,2 6,7 7,1 7,2 7,6 6,9 7,1 7,2 6,8 6,4 7,1 7,5 7,5 -

Brazil 6,8 6,8 7,6 7,0 6,2 5,3 6,5 6,2 6,0 4,7 6,2 5,9 5,4 4,6 5,7 6,0 5,4 4,3 5,0 4,8 4,9 4,3

Chili 7,5 10,0 9,0 8,5 8,0 7,1 7,3 7,2 7,4 6,6 6,6 6,6 6,5 6,1 6,2 6,2 5,7 5,7 6,5 6,5 6,6 6,0

Meksiko 4,7 5,4 5,2 5,2 5,3 5,4 5,1 5,6 5,1 5,0 5,0 4,8 4,6 5,0 4,8 5,1 4,9 4,9 5,1 4,9 4,8 4,4

Asia Pasifik

Australia 4,5 5,5 5,4 5,2 5,1 4,9 4,9 4,9 5,3 5,2 5,2 5,2 5,5 5,4 5,6 5,7 5,7 5,9 5,8 6,1 6,2 6,1

Tiongkok 4,2 4,3 4,2 4,2 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,0 4,1 4,1 4,1 4,1 -

India n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a

Jepang 4,3 5,2 5,1 5,2 5,1 4,9 4,7 4,7 4,2 4,5 4,5 4,3 4,3 4,3 4,1 3,9 4,0 3,7 3,6 3,7 3,6 3,4

Korea Selatan 3,3 3,6 3,7 3,5 3,7 3,6 3,9 3,3 3,3 3,1 3,4 3,2 3,2 3,0 3,1 3,1 3,0 3,1 3,5 3,6 3,5 3,5

ASEAN-6

Indonesia 8,4 7,9 7,4 n.a 7,1 n.a 6,8 n.a 6,6 n.a 6,3 n.a 6,1 n.a 5,9 n.a 6,3 n.a 5,7 n.a 5,9 n.a

Malaysia 3,1 3,5 3,6 3,2 3,1 3,2 3,1 3,0 3,1 3,0 3,0 3,0 3,0 3,1 3,1 3,0 3,1 3,0 3,1 3,0 3,1 -

Filipina 6,8 7,1 7,3 8,0 7,0 7,1 7,4 7,2 7,1 6,4 7,2 6,9 7,0 6,8 7,1 7,5 7,3 6,5 7,5 7,0 6,7 6,0

Singapura 2,5 2,3 3,3 3,1 3,1 3,1 2,8 2,9 2,9 2,9 3,0 2,8 2,8 2,7 2,8 2,9 2,7 2,7 2,9 2,8 2,8 2,6

Thailand 1,4 0,9 1,0 1,2 0,9 0,7 0,7 0,4 0,8 0,4 0,7 0,7 0,6 0,5 0,7 0,6 0,7 0,6 0,9 1,2 0,8 0,6

Vietnam 4,7 4,6 - - - 4,3 - - - 3,6 - - - 3,2 - - - 3,6 - - - -

Eropa

Kawasan Euro 8,2 9,9 10,1 10,1 10,1 10,0 9,9 9,9 10,3 10,6 11,0 11,4 11,5 11,8 12,0 12,0 12,0 11,8 11,7 11,5 11,5 11,4

Inggris 6,3 7,8 8,0 7,9 7,8 7,9 7,8 7,9 8,3 8,4 8,2 8,0 7,9 7,8 7,8 7,8 7,6 7,2 6,8 6,3 6,0 5,8

Russia 7,8 8,2 8,6 6,8 6,6 7,2 7,1 6,1 6,0 6,1 6,3 5,2 5,0 5,1 5,7 5,4 5,3 5,6 5,4 4,9 4,9 5,3

Turki 14,0 13,5 12,8 9,9 10,6 10,6 10,1 8,7 8,2 9,0 9,1 7,3 8,3 9,3 9,4 8,1 9,2 9,6 9,7 9,1 10,5 10,7

Afrika

Afrika Selatan n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a

2013 2014

Page 138: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

126

Tabel 3. Inflasi IHKAkhir Periode (%, yoy)

Sumber: Bloomberg Keterangan:* Inflasi Wholesale Price Index

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4

2012

Amerika

Amerika Serikat 0,1 2,7 2,3 1,1 1,1 1,5 2,7 3,6 3,9 3,0 2,7 1,7 2,0 1,7 1,5 1,8 1,2 1,5 1,5 2,1 1,7 0,8

Argentina 7,2 7,7 9,7 11,0 11,1 10,9 9,7 9,7 9,9 9,5 9,8 9,9 10,0 10,8 10,6 10,5 10,5 11,0 - - - -

Brazil 5,9 4,3 5,2 4,8 4,7 5,9 6,3 6,7 7,3 6,5 5,2 4,9 5,3 5,8 6,6 6,7 5,9 5,9 6,2 6,5 6,8 6,4

Chili 8,7 -1,8 0,3 1,2 1,9 3,0 3,3 3,3 3,2 4,2 3,6 2,6 2,8 1,5 1,5 1,9 1,9 2,9 3,9 4,3 4,9 4,6

Meksiko 6,5 3,6 5,0 3,7 3,7 4,4 3,0 3,3 3,1 3,8 3,7 4,3 4,8 3,6 4,3 4,1 3,4 4,0 3,8 3,8 4,2 4,1

Asia Pasifik

Australia 3,7 2,1 2,9 3,1 2,9 2,8 3,3 3,5 3,4 3,0 1,6 1,2 2,0 2,2 2,5 2,4 2,2 2,7 2,9 3,0 2,3 1,7

Tiongkok 1,2 1,9 2,4 2,9 3,6 4,6 5,4 6,4 6,1 4,1 3,6 2,2 1,9 2,5 2,1 2,7 3,1 2,5 2,4 2,3 1,6 1,5

India* 6,7 7,2 10,4 10,3 9,0 9,5 9,7 9,5 10,0 7,7 7,7 7,6 8,1 7,3 5,7 5,2 7,1 6,4 6,0 5,7 2,4 0,1

Jepang 0,4 -1,7 -1,1 -0,7 -0,6 0,0 -0,5 -0,4 0,0 -0,2 0,5 -0,2 -0,3 -0,1 -0,9 0,2 1,1 1,6 1,6 3,6 3,2 2,4

Korea Selatan 4,1 2,8 2,5 2,7 3,4 3,0 4,1 4,2 3,8 4,2 2,7 2,2 2,1 1,4 1,5 1,2 1,0 1,1 1,3 1,7 1,1 0,8

ASEAN-6

Indonesia 11,1 2,8 3,4 5,1 5,8 7,0 6,6 5,5 4,6 3,8 3,9 4,3 3,8 3,7 5,0 5,4 7,9 8,1 7,3 6,7 4,5 8,4

Malaysia 4,4 1,1 1,3 1,7 1,8 2,2 3,0 3,5 3,4 3,0 2,1 1,6 1,3 1,2 1,6 1,8 2,6 3,2 3,5 3,3 2,6 2,7

Filipina 8,0 4,4 3,9 3,6 3,8 3,6 4,9 5,2 4,7 4,2 2,6 2,9 3,7 3,0 3,2 2,7 2,7 4,1 3,9 4,4 4,4 2,7

Singapura 4,3 0,0 1,6 2,7 3,7 4,6 5,0 5,2 5,5 5,5 5,2 5,3 4,7 4,3 3,5 1,8 1,6 1,5 1,2 1,8 0,6 -0,2

Thailand 0,4 3,5 3,5 3,3 3,0 3,1 3,1 4,1 4,0 3,5 3,5 2,6 3,4 3,6 2,7 2,3 1,4 1,7 2,1 2,4 1,8 0,6

Vietnam 19,9 6,5 9,5 8,7 8,9 11,8 13,9 20,8 22,4 18,1 14,2 6,9 6,5 6,8 6,6 6,7 6,3 6,0 4,4 5,0 3,6 1,8

Eropa

Kawasan Euro 1,6 0,9 1,6 1,5 1,9 2,2 2,7 2,7 3,0 2,7 2,7 2,4 2,6 2,2 1,7 1,6 1,1 0,8 0,5 0,5 0,3 -0,2

Inggris 3,1 2,9 3,4 3,2 3,1 3,7 4,0 4,2 5,2 4,2 3,5 2,4 2,2 2,7 2,8 2,9 2,7 2,0 1,6 1,9 1,2 0,5

Rusia 13,3 8,8 6,5 5,8 7,0 8,8 9,5 9,4 7,2 6,1 3,7 4,3 6,6 6,6 7,0 6,9 6,1 6,5 6,9 7,8 8,0 11,4

Turki 10,1 6,5 9,6 8,4 9,2 6,4 4,0 6,2 6,2 10,5 10,4 8,9 9,2 6,2 7,3 8,3 7,9 7,4 8,4 9,2 8,9 8,2

Afrika

Afrika Selatan 9,5 6,3 5,2 4,1 3,1 3,5 4,1 5,0 5,7 6,1 6,0 5,5 5,4 5,7 5,9 5,5 6,0 5,4 6,0 6,6 5,9 5,3

2013 2014

Page 139: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

L a m p i r a n

127

Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralPosisi akhir periode (%, yoy)

Sumber: Bloomberg Keterangan: -

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4

2012

Amerika

Amerika Serikat (Fed fund rate) 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25

Brazil (Selic rate) 13,75 8,75 8,75 10,25 10,75 10,75 11,75 12,25 12,00 11,00 9,75 8,50 7,50 7,25 7,25 8,00 9,00 10,00 10,75 11,00 11,00 11,75

Chili (Overnite rate) 8,25 0,50 0,50 1,00 2,50 3,25 4,00 5,25 5,25 5,25 5,00 5,00 5,00 5,00 6,00 5,00 5,00 4,50 4,00 4,00 3,25 3,00

Meksiko (Overnite rate) 8,25 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,00 4,00 3,75 3,50 3,50 3,00 3,00 3,00

Asia Pasifik

Australia (Cash target rate) 4,25 3,75 4,00 4,50 4,50 4,75 4,75 4,75 4,75 4,25 4,25 3,50 3,50 3,00 3,00 2,75 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50

Tiongkok (Lending rate) 5,31 5,31 5,31 5,31 5,31 5,81 6,06 6,31 6,56 6,56 6,56 6,31 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 5,60

India (Reverse repo rate) 6,50 4,75 5,00 5,25 6,00 6,25 6,75 7,50 8,25 8,50 8,50 8,00 8,00 8,00 7,50 7,25 7,50 7,75 8,00 8,00 8,00 8,00

Jepang (O/N Call target) 0,50 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10

Korea Selatan (Call rate) 3,00 2,00 2,00 2,00 2,25 2,50 3,00 3,25 3,25 3,25 3,25 3,00 3,00 2,75 2,75 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,25 2,00

ASEAN-5

Indonesia (BI rate) 9,25 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 6,00 7,25 7,50 7,50 7,50 7,50 7,75

Malaysia (O/N rate) 3,25 2,00 2,25 2,50 2,75 2,75 2,75 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,25 3,25

Filipina (O/N rate) 5,50 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,25 4,50 4,50 4,50 4,00 4,00 3,75 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 4,00 4,00

Thailand (Repo rate) 2,75 1,25 1,25 1,25 1,75 2,00 2,50 3,00 3,50 3,25 3,00 3,00 3,00 2,75 2,75 2,50 2,50 2,25 2,00 2,00 2,00 2,00

Eropa

Kawasan EURO (Refinancing rate) 2,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,25 1,50 1,00 1,00 1,00 0,75 0,75 0,75 0,50 0,50 0,25 0,25 0,15 0,05 0,05

Inggris (Bank rate) 2,00 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Rusia (Refinancing rate) 13,00 8,75 8,25 7,75 7,75 7,75 8,00 8,25 8,25 8,00 8,00 8,00 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25

Turki (1 Week Repo) - - - 7,00 7,00 6,50 6,25 6,25 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,50 5,50 4,50 4,50 4,50 10,00 8,75 8,25 8,25

Afrika

Afrika Selatan (Refinancing rate) 11,50 7,00 6,50 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,50 5,50 5,75 5,75

2013 2014

Page 140: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

128

Tabel 5. Pertumbuhan Uang Beredar

Akhir Periode (%, yoy)

Sumber: Bloomberg Keterangan: -

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4

2012

Amerika

Amerika Serikat (M2) 9,6 3,7 1,6 1,9 3,0 3,5 5,0 6,0 9,9 9,8 10,1 9,6 6,8 8,1 7,3 6,9 6,3 5,5 6,1 6,5 6,2 5,8

Argentina (M3) 14,6 13,0 17,7 94,4 31,9 37,6 39,3 39,1 36,8 30,1 30,9 31,7 32,8 37,1 34,2 30,8 29,8 25,3 23,2 22,0 19,1 22,5

Brazil (M3) 17,5 16,4 15,5 13,6 14,8 15,5 18,4 19,7 18,6 18,9 20,6 20,5 18,8 16,1 13,3 12,2 9,8 8,7 7,4 8,4 11,9 12,7

Meksiko (M3) 14,5 6,7 7,5 10,7 13,0 12,7 12,6 13,2 13,6 16,0 17,5 18,5 16,7 14,6 15,0 9,9 10,1 9,4 8,8 12,6 10,8 12,3

Asia Pasifik

Australia (M3) 15,4 5,8 5,9 4,5 6,4 10,4 10,2 9,0 9,8 8,1 7,5 9,2 7,4 7,1 6,8 6,4 6,0 6,9 6,9 7,1 8,4 7,4

Tiongkok (M2) 17,8 27,6 22,5 18,5 19,0 19,7 16,6 15,9 13,0 13,6 13,4 13,6 14,8 13,8 15,7 14,0 14,2 13,6 12,1 14,7 12,9 12,2

India (M3) 19,6 17,2 17,1 15,2 15,2 17,0 16,1 17,27 16,6 16 13,0 13,7 13,6 11,3 14,0 12,7 13,0 14,8 14,0 12,2 12,7 11,1

Jepang (M3) 0,7 2,2 2,0 2,2 2,1 1,8 2,0 2,3 2,3 2,6 2,6 2,0 2,1 2,2 2,5 3,1 3,1 3,4 2,9 2,5 2,5 2,9

Korea Selatan (M3) 10,4 8,1 8,8 9,3 7,7 6,9 4,7 4,1 5,7 6,2 8,7 8,5 7,6 7,3 6,8 6,6 6,7 6,6 6,4 6,7 7,1 8,1

ASEAN-5

Indonesia (M2) 14,7 13,0 10,2 12,8 12,7 15,4 16,1 13,1 16,2 16,4 18,9 21,0 18,3 15,0 14,0 11,8 14,6 12,8 10,2 13,3 11,9 11,8

Malaysia (M3) 11,9 9,1 8,7 8,5 8,2 6,8 8,0 12,4 12,5 14,3 15,0 12,9 12,7 9,0 8,7 8,1 6,9 7,3 5,9 5,6 5,2 7,0

Filipina (M3) 15,6 8,3 10,3 10,3 10,5 10,6 10,3 11,4 7,4 6,3 5,6 7,1 7,5 10,6 13,3 20,6 31,7 33,1 35,5 23,7 - -

Singapura (M3) 11,6 10,6 8,2 6,9 7,8 8,3 8,6 10,6 11,2 10,1 10,0 6,9 6,5 7,6 8,8 9,2 7,5 4,3 2,0 0,7 2,0 3,4

Thailand (M2) 9,2 6,7 6,1 7,0 9,9 10,9 13,2 16,3 16,2 15,2 13,1 11,1 12,6 10,3 9,5 10,2 7,1 7,3 6,4 4,4 4,0 4,7

Eropa

Kawasan Euro (M3) 7,5 -0,3 -0,1 0,1 0,8 1,1 1,8 1,3 1,7 1,6 2,8 3,0 2,7 3,5 2,5 2,4 2,0 1,0 1,0 1,6 2,5 3,6

Inggris (M4) 16,3 6,7 3,4 3,0 1,2 -1,6 -1,2 -0,6 -1,6 -2,6 -4,8 -5,5 -3,7 -1,0 0,4 1,6 2,5 0,2 -0,3 -0,7 -2,5 -1,1

Rusia (M2) 1,7 16,3 35,0 33,6 35,0 31,1 26,5 22,6 21,4 22,3 21,2 19,1 14,8 11,9 14,6 15,5 16,1 14,6 8,5 6,7 7,0 2,2

Turki (M3) 23,9 13,2 13,3 17,6 18,7 20,8 21,8 24,8 22,1 19,4 10,1 9,3 8,0 14,5 16,9 19,0 23,6 26,6 23,3 18,6 16,5 15,6

Afrika

Afrika Selatan (M3) 14,8 1,8 1,6 2,5 5,1 6,9 6,5 6,0 6,8 8,3 6,7 7,0 7,5 5,2 8,1 9,2 7,0 5,9 7,9 7,3 7,9 7,4

2013 2014

Page 141: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

L a m p i r a n

129

Tabel 6. Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah

Sumber: www.tradingeconomics.com Keterangan:

(% PDB)

Amerika

Amerika Serikat -2,6 -2,1 -4,8 -12,1 -10,7 -10,1 -8,5 -4,1 -

Argentina 1,9 1,1 1,2 -1,5 0,2 -1,7 -2,5 -2,6 -

Brazil 2,1 2,2 2,8 1,2 2,1 2,3 1,8 1,9 -0,6

Chile 7,7 8,8 4,8 -4,5 0,0 1,9 1,0 -0,7 -1,6

Meksiko 0,1 0,0 -0,1 -2,3 -2,8 -2,4 -2,6 -2,3 -4,0

Asia Pasifik

Australia 1,6 1,6 1,7 -2,2 -4,2 -3,4 -2,9 -1,2 -3,1

Tiongkok -0,8 0,6 -0,4 -2,8 -2,5 -1,1 -1,5 -2,1 -

India -3,5 -3,1 -7,8 -6,9 -5,1 -5,8 -4,9 -4,5 -

Jepang -3,2 -2,5 -3,0 -8,3 -8,7 -9,0 -9,2 -7,6 -

Korea Selatan 0,4 3,5 1,2 -4,1 -1,1 -2,0 -1,3 -1,5 -

ASEAN-6

Indonesia -0,9 -1,3 -0,1 -1,6 -0,7 -1,1 -1,9 -2,3 -

Malaysia -3,3 -3,2 -4,6 -6,7 -5,4 -4,8 -4,5 -3,9 -3,5

Filipina -1,1 -0,1 -0,9 -3,7 -3,5 -2,0 -2,3 -1,4 -

Singapura 6,6 12,1 8,1 -0,5 0,3 2,0 1,3 1,1 -

Thailand 1,9 -0,9 -1,3 -4,8 -2,7 -1,3 -4,1 -2,5 -

Vietnam 1,3 -4,6 -3,1 -9,3 -7,3 -5,0 -6,9 -7,1 -

Eropa

Kawasan Euro -1,4 -0,6 -2,1 -6,4 -6,2 -4,1 -3,6 -2,9 -

Inggris -2,7 -2,7 -5,1 -11,4 -10,0 -7,6 -6,1 -5,8 -

Rusia 8,0 5,5 4,1 -7,9 -3,9 0,8 0,0 -0,5 -0,5

Turki 0,8 -1,0 -2,2 -5,5 -3,6 -1,8 -2,8 -1,2 -1,3

Afrika

Afrika Selatan 0,6 1,0 -1,0 -6,6 -4,8 -4,9 -5,2 -4,0 -

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Page 142: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

130

Tabel 7. Neraca Berjalan

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014F

(% PDB)

Amerika

Amerika Serikat -5,8 -4,9 -4,6 -2,6 -3,0 -2,9 -2,7 -2,3 -2,2

Argentina 2,9 2,2 1,6 2,9 -0,3 -0,7 -0,2 -0,8 -1,2

Brazil 1,3 0,1 -1,7 -1,5 -2,2 -2,1 -2,4 -3,6 -3,7

Chili 4,6 4,2 -3,3 2,0 1,6 -1,2 -3,4 -3,4 -1,8

Meksiko -0,8 -1,4 -1,8 -0,9 -0,4 -1,1 -1,3 -2,1 -1,9

Asia Pasifik

Australia -5,8 -6,7 -4,8 -4,7 -3,5 -2,9 -4,3 -3,3 -2,6

Tiongkok 8,3 10,1 9,2 4,8 4,0 1,9 2,6 1,9 2,0

India -1,0 -1,3 -2,3 -2,8 -2,8 -4,2 -4,7 -1,7 -2,0

Jepang 4,0 4,9 2,9 2,9 4,0 2,1 1,0 0,7 0,1

Korea Selatan 0,4 1,1 0,3 3,7 2,6 1,6 4,2 6,1 4,5

ASEAN-6

Indonesia 2,9 2,4 0,0 2,0 0,7 0,2 -2,8 -3,3 -2,9

Malaysia 16,1 15,4 17,1 15,5 10,9 11,6 5,8 4,0 5,4

Filipina 5,7 5,4 0,1 5,0 3,6 2,5 2,8 3,8 3,3

Singapura 25,0 26,0 14,4 16,8 23,7 22,8 17,5 18,3 18,0

Thailand 1,1 6,3 0,8 8,3 3,1 2,6 -0,4 -0,6 1,7

Vietnam -0,2 -9,2 -10,9 -6,2 -3,7 0,2 5,9 5,5 4,6

Eropa

Kawasan Euro -0,1 0,1 -1,5 -0,1 0,1 0,1 1,4 2,4 -

Inggris -2,2 -2,7 -3,7 -2,8 -2,6 -1,7 -3,7 -4,2 -4,2

Rusia 9,3 5,6 6,3 4,1 4,4 5,1 3,5 1,6 3,8

Turki -6,0 -5,8 -5,5 -2,0 -6,2 -9,7 -6,2 -7,9 -5,8

Afrika

Afrika Selatan -5,3 -7,0 -7,2 -4,0 -2,0 -2,3 -5,2 -5,8 -5,6

Sumber: Bank Indonesia, www.tradingeconomics.com, Moody’s Statistical Handbook November 2014

Page 143: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

L a m p i r a n

131

Tabel 8. Cadangan DevisaAkhir periode (Miliar USD)

Sumber: Bloomberg, SEKI-Bank Indonesia (untuk Indonesia) Keterangan: Tidak termasuk emas Tanda (-): Data belum keluar

Negara 2008 2009 2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4

2012

Amerika

Amerika Serikat 66,6 119,7 44,4 43,3 46,7 47,5 47,7 48,2 48,1 52,2 46,5 46,0 50,4 50,5 45,6 44,4 43,8 42,7 43,0 46,8 45,3 42,2

Argentina 44,9 47,7 42,4 44,3 46,0 46,6 45,6 45,8 42,2 40,1 40,8 40,0 38,3 36,8 34,2 31,5 28,9 25,0 21,3 23,4 22,4 26,0

Brazil 192,8 237,4 244,0 253,1 275,2 288,6 317,1 335,8 349,7 352,0 365,2 373,9 378,7 378,6 376,9 371,1 376,0 375,8 377,2 380,5 375,7 374,1

Chili 23,2 26,0 25,6 25,2 26,4 27,9 31,5 34,9 37,8 42,0 39,6 40,3 40,1 41,6 39,8 41,0 42,3 41,1 41,0 41,1 40,1 40,5

Meksiko 88,5 90,4 94,5 100,4 108,0 113,6 121,9 129,6 138,0 142,5 150,3 157,3 161,9 163,6 167,0 166,5 172,0 176,6 182,7 190,3 190,7 193,0

Asia Pasifik

Australia 30,7 39 29,1 28,5 32,2 32,8 27,0 33,7 32,9 36,0 40,8 37,2 35,5 37,8 39,9 38,2 39,0 42,5 47,1 49,1 43,7 44,7

Tiongkok 1.946,0 2.399,2 2.447,1 2.454,0 2.648,0 2.847,3 3.044,7 3.197,5 3.201,7 3.181,2 3.305,0 3.240,0 3.285,1 3.311,6 3.442,7 3.496,7 3.662,7 3.821,3 3.948,1 3.993,2 3.887,7 3.843,0

India 245,9 265,2 252,8 251,4 264,5 267,8 273,7 277,1 275,7 262,9 260,1 257,0 260,0 262,0 259,7 255,3 247,9 268,6 276,4 288,8 287,4 295,4

Jepang 982,8 1,033,9 990,5 995,7 1.051,5 1.035,8 1.041,4 1.061,5 1.122,9 1.220,8 1.210,5 1.195,6 1.198,1 1.193,1 1.181,8 1.175,9 1.206,3 1.202,4 1.212,9 1.216,0 1.201,1 1.199,7

Korea Selatan 201,2 273,7 272,3 274,2 289,8 291,6 298,6 304,5 303,4 306,4 316,0 312,4 322,0 327,0 327,4 326,4 336,9 346,5 354,3 366,6 364,4 363,6

ASEAN-6

Indonesia 49,6 60,4 66,1 70,4 80,3 89,8 99,1 112,9 107,5 103,4 103,1 99,4 102,6 105,3 97,5 91,6 88,9 92,9 96,4 101,4 105,3 106,1

Malaysia 32,7 40,0 45,6 48,7 53,8 62,4 66,0 69,0 75,2 75,3 76,1 76,1 82,0 83,8 84,0 81,3 83,5 83,2 79,6 80,7 79,6 79,5

Filipina 91,0 95,6 91,5 90,9 96,6 102,3 109,4 129,8 126,3 129,0 130,9 129,6 132,5 134,9 135,0 131,9 132,0 130,5 125,8 127,4 123,0 111,8

Singapura 174,2 189,6 197,1 200,0 214,7 225,8 234,2 242,3 233,6 237,7 243,6 243,4 252,1 259,3 258,2 259,8 268,1 273,1 272,9 278,0 266,1 256,9

Thailand 108,7 135,5 139,3 141,6 157,1 165,7 174,4 176,6 170,0 165,2 168,8 164,6 172,7 171,1 167,7 162,5 163,5 159,0 158,8 159,3 153,3 149,1

Vietnam 23,8 16,4 13,4 13,7 13,7 12,1 12,2 15,2 15,3 13,5 17,8 20,1 21,7 25,6 28,4 24,9 24,4 25,9 33,8 35,8 36,8 36,7

Eropa

Kawasan Euro 232,2 283,6 197,2 194,8 206,5 207,1 216,5 211,7 204,3 208,1 208,0 217,8 218,4 220,0 217,2 215,5 221,9 220,8 228,8 229,4 223,4 228,0

Inggris 44,6 55,7 40,2 43,6 48,1 49,3 53,5 57,6 56,6 56,2 58,7 60,8 63,9 64,9 65,3 67,2 70,3 69,6 74,7 76,7 72,9 76,4

Russia 426 424,8 423,3 433,0 458,3 443,6 465,5 484,0 472,5 454,0 465,7 468,0 476,4 486,6 477,3 475,2 479,5 469,6 442,8 432,0 409,2 339,4

Turki -2,2 -0,1 68,3 70,6 75,8 80,7 86,2 92,7 87,5 78,3 80,1 83,1 94,8 100,7 105,7 105,6 108,9 112,0 105,9 111,9 112,8 106,3

Afrika

Afrika Selatan 30,2 35,1 34,8 34,6 36,0 35,4 40,7 41,1 40,4 39,8 41,2 40,1 41,0 41,2 40,8 39,0 41,8 41,9 41,4 40,5 41,4 41,5

2013 2014

Page 144: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

132

Tabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USD

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan: -

Rata-rata Periode

Negara 2008 2009 2010 20112012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012 2013

2013 2014

Amerika

Argentina (Peso) 3,07 3,73 3,91 4,13 4,34 4,45 4,61 4,80 4,55 5,01 5,24 5,60 6,05 5,48 7,60 8,06 8,30 8,51

Brazil (Real) 1,96 2,00 1,76 1,68 1,77 1,97 2,03 2,06 1,96 2,00 2,07 2,29 2,28 2,16 2,36 2,23 2,27 2,55

Chili (Peso) 510,43 559,06 510,12 483,69 489,03 496,30 482,32 477,84 486,37 472,44 484,77 507,00 516,63 495,21 551,97 554,76 577,55 598,41

Meksiko (Peso) 10,72 13,51 12,63 12,44 12,97 13,54 13,17 12,95 13,16 12,64 12,48 12,90 13,02 12,76 13,23 12,99 13,12 13,90

Asia Pasifik

Australia (Dollar) 1,20 1,28 1,09 0,97 0,95 0,99 0,96 0,96 0,97 0,96 1,01 1,09 1,08 1,04 1,12 1,07 1,08 1,17

New Zealand (Dollar) 1,42 1,60 1,39 1,27 1,22 1,27 1,24 1,22 1,24 1,20 1,22 1,25 1,21 1,22 1,20 1,16 1,19 1,28

Hong Kong (Dollar) 7,79 7,75 7,77 7,78 7,76 7,76 7,76 7,75 7,76 7,76 7,76 7,76 7,75 7,76 7,76 7,75 7,75 7,76

Tiongkok (Yuan) 6,95 6,83 6,77 6,46 6,31 6,33 6,35 6,24 6,31 6,22 6,16 6,13 6,09 6,15 6,10 6,23 6,17 6,15

India (Rupee) 43,49 48,38 45,74 46,70 50,30 54,51 55,19 54,15 53,54 54,17 55,96 62,07 61,98 58,54 61,79 59,78 60,58 62,01

Jepang (Yen) 103,31 93,62 87,77 79,72 79,37 80,09 78,62 81,25 79,83 92,25 98,76 98,89 100,48 97,59 102,83 102,14 104,02 114,54

Korea Selatan (Won) 1.101 1.277 1.156 1.108 1.131 1.152 1.133 1.090 1.127 1.085 1.122 1.109 1.062 1.095 1.069 1.029 1.027 1.087

ASEAN-6

Indonesia (Rupiah) 9.697 10.404 9.085 8.773 9.082 9.312 9.507 9.646 9.387 9.707 9.799 10.652 11.604 10.440 11.835 11.631 11.769 12.253

Malaysia (Ringgit) 3,33 3,52 3,22 3,06 3,06 3,11 3,12 3,06 3,09 3,08 3,07 3,24 3,21 3,15 3,30 3,23 3,19 3,37

Filipina (Peso) 44,42 47,63 45,09 43,30 43,03 42,77 41,90 41,18 42,22 40,71 41,78 43,68 43,63 42,45 44,87 44,11 43,80 44,80

Singapura (Dollar) 1,42 1,45 1,36 1,26 1,26 1,26 1,25 1,22 1,25 1,24 1,25 1,27 1,25 1,25 1,27 1,25 1,25 1,30

Thailand (Bath) 33,00 34,33 31,71 30,48 30,98 31,28 31,35 30,67 31,07 29,80 29,87 31,45 31,74 30,71 32,65 32,45 32,11 32,71

Vietnam (Dong) 16.449 17.813 19.138 20.662 20.898 20.877 20.865 20.853 20.873 20.881 20.968 21.158 21.108 21.029 21.094 21.158 21.218 21.324

Eropa

Kawasan Euro (USD/Euro) 1,47 1,39 1,33 1,39 1,31 1,28 1,25 1,30 1,29 1,32 1,31 1,33 1,36 1,33 1,37 1,37 1,33 1,25

Inggris (USD/GBP) 1,85 1,57 1,55 1,60 1,57 1,58 1,58 1,61 1,59 1,55 1,54 1,55 1,62 1,56 1,65 1,68 1,67 1,58

Rusia (Ruble) 24,90 31,76 30,36 29,40 30,16 31,07 31,95 31,08 31,06 30,42 31,65 32,79 32,55 31,85 35,03 34,97 36,29 48,05

Turki (Lira) 1,31 1,55 1,51 1,68 1,80 1,81 1,80 1,79 1,80 1,79 1,84 1,97 2,03 1,90 2,21 2,11 2,16 2,26

Afrika

Afrika Selatan (Rand) 8,27 8,42 7,32 7,26 7,75 8,13 8,26 8,69 8,21 8,95 9,48 9,99 10,16 9,64 10,86 10,54 10,77 11,23

Page 145: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

L a m p i r a n

133

Tabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia Rata-rata Periode

Negara 2008 2009 2010 20112012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012 2013

2013 2014

Amerika

Amerika Serikat (Dollar) 9.697 10.404 9.085 8.773 9.082 9.312 9.507 9.646 9.387 9.707 9.799 10.652 11.604 10.440 11.835 11.631 11.769 12.253

Argentina (Peso) 3.165 2.798 2.323 2.126 2.092 2.092 2.063 2.010 2.064 1.936 1.870 1.903 1.917 1.907 1.557 1.444 1.418 1.440

Brazil (Real) 5.104 5.221 5.166 5.244 5.135 4.737 4.688 4.685 4.811 4.860 4.737 4.657 5.099 4.838 5.006 5.219 5.174 4.810

Chili (Peso) 19,0 18,6 17,8 18,1 18,6 18,8 19,7 20,2 19,3 20,5 20,2 21,0 22,5 21,1 21,4 21,0 20,4 20,5

Meksiko (Peso) 903,6 769,3 719,4 706,9 700,1 687,7 722,1 745,0 713,7 768,2 785,5 825,5 891,0 817,6 894,4 895,1 896,9 881,4

Asia Pasifik

Australia (Dollar) 10.996 13.430 8.819 9.053 9.585 9.400 9.879 10.015 9.720 10.085 9.700 9.757 10.753 10.074 10.611 10.852 10.882 10.464

New Zealand (Dollar) 6.855 6.539 6.553 6.936 7.428 7.352 7.689 7.937 7.602 8.104 8.041 8.498 9.604 8.562 9.897 10.018 9.908 9.582

Hong Kong (Dollar) 1.246 1.342 1.169 1.127 1.170 1.200 1.226 1.244 1.210 1.252 1.262 1.373 1.497 1.346 1.525 1.500 1.518 1.580

Tiongkok (Renminbi) 1.397 1.523 1.342 1.358 1.440 1.471 1.497 1.545 1.488 1.560 1.592 1.739 1.905 1.699 1.940 1.866 1.909 1.993

India (Rupee) 223,1 214,8 198,7 188,3 180,6 170,8 172,3 178,1 175,4 179,2 175,1 171,6 187,2 178,3 191,6 194,6 194,3 197,6

Jepang (Yen) 94,4 111,1 103,7 110,1 114,4 116,3 120,9 118,7 117,6 105,2 99,2 107,7 115,5 106,9 115,1 113,9 113,1 107,0

Korea Selatan (Won) 8,9 8,1 7,9 7,9 8,0 8,1 8,4 8,8 8,3 8,9 8,7 9,6 10,9 9,6 11,1 11,3 11,5 11,3

ASEAN-5

Malaysia (Ringgit) 2.907 2.948 2.823 2.868 2.967 2.990 3.045 3.156 3.039 3.150 3.194 3.289 3.617 3.312 3.588 3.595 3.687 3.640

Filipina (Peso) 218,3 218,4 201,5 202,6 211,1 217,7 226,9 234,2 222,5 238,5 234,5 243,9 266,0 245,7 263,8 263,7 268,7 273,5

Singapura (Dollar) 6.843 7.142 6.670 6.978 7.186 7.366 7.623 7.888 7.516 7.845 7.846 8.403 9.282 8.344 9.327 9.285 9.402 9.455

Thailand (Baht) 293,7 302,7 286,7 287,8 293,1 297,7 303,2 314,4 302,1 325,7 328,1 338,7 365,6 339,5 362,5 358,5 366,5 374,6

Vietnam (Dong) 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,5 0,6 0,6

Eropa

Kawasan Euro (Euro) 14.205 14.452 12.050 12.210 11.915 11.950 11.894 12.516 12.069 12.813 12.800 14.119 15.799 13.883 16.219 15.954 15.597 15.302

Inggris (Pound) 17.850 16.220 14.036 14.070 14.276 14.739 15.021 15.490 14.882 15.068 15.051 16.523 18.793 16.359 19.586 19.579 19.653 19.394

Rusia (Rubbel) 389,1 327,2 299,3 298,7 301,2 299,7 297,6 310,4 302,2 319,0 309,7 324,9 356,5 327,5 337,9 332,6 324,3 255,0

Turki (Lira) 7.427 6.698 6.026 5.220 5.056 5.154 5.272 5.375 5.214 5.437 5.328 5.411 5.730 5.482 5.345 5.508 5.439 5.416

Afrika

Afrika Selatan (Rand) 1.178 1.240 1.243 1.212 1.172 1.146 1.151 1.110 1.145 1.085 1.034 1.066 1.142 1.082 1.090 1.103 1.093 1.091

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan: -

Page 146: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

134

Tabel 11. Indeks Saham

Sumber: BloombergKeterangan: -

Rata-rata Periode

Negara 2008 2009 2010 20112012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012 2013

2013 2014

Amerika

Amerika Serikat (DJIA) 11.257 8.870 10.666 11.959 12.848 12.761 13.113 13.140 12.966 13.994 14.959 15.286 15.736 14.994 16.177 16.604 16.954 17.345

Amerika Serikat (S&P 500) 1.222 946 1.140 1.268 1.349 1.350 1.401 1.418 1.379 1.514 1.609 1.675 1.769 1.642 1.835 1.900 1.976 2.009

Argentina (MERV) 1.769 1.628 2.539 3.106 2.756 2.300 2.431 2.466 2.488 3.264 3.481 3.844 5.324 3.978 5.810 7.193 9.503 9.823

Brazil (BVSP) 53.980 52.766 67.277 61.271 64.263 58.095 57.569 58.453 59.595 58.813 53.355 50.234 52.697 53.775 47.907 52.741 57.265 52.710

Chili (IGPA) 13.087 14.265 19.824 21.223 21.092 21.212 20.502 20.703 20.877 21.974 20.658 18.681 18.630 19.985 17.945 19.038 19.269 18.963

Meksiko (BOLSA) 26.774 25.302 33.303 35.916 37.792 38.545 40.445 42.114 39.724 44.384 41.414 40.926 41.199 41.981 40.321 41.675 44.779 43.566

Asia Pasifik

Australia (All Ord.) 5.043 4.063 4.673 4.561 4.318 4.258 4.300 4.517 4.348 4.951 4.960 5.075 5.286 5.068 5.336 5.438 5.521 5.337

Tiongkok (Shanghai) 3.057 2.751 2.833 2.669 2.343 2.343 2.119 2.088 2.223 2.324 2.205 2.085 2.170 2.196 2.052 2.049 2.203 2.641

India (BSE) 14.406 13.637 18.182 17.769 17.183 16.791 17.625 18.916 17.629 19.519 19.336 19.344 20.703 19.726 21.107 23.911 26.239 27.490

Jepang (Nikkei 225) 12.148 9.331 10.011 9.430 9.295 9.026 8.886 9.209 9.104 11.458 13.629 14.128 14.951 13.541 14.959 14.655 15.553 16.660

Korea Selatan (KOSPI) 1.534 1.425 1.763 1.985 1.974 1.910 1.900 1.938 1.931 1.986 1.934 1.913 2.010 1.961 1.946 1.993 2.041 1.948

ASEAN-6

Indonesia (JSX) 2.095 1.979 3.056 3.729 3.971 4.019 4.113 4.311 4.104 4.598 4.938 4.457 4.364 4.589 4.530 4.895 5.124 5.077

Malaysia (KLSE) 1.148 1.080 1.373 1.506 1.553 1.580 1.634 1.647 1.604 1.647 1.743 1.769 1.811 1.742 1.821 1.868 1.867 1.794

Filipina (PCOM) 2.626 2.475 3.525 4.188 4.824 5.090 5.249 5.541 5.176 6.419 6.850 6.393 6.248 6.478 6.197 6.742 7.049 7.187

Singapura (STI) 2.680 2.273 2.937 2.972 2.922 2.877 3.027 3.064 2.973 3.262 3.299 3.171 3.161 3.223 3.093 3.259 3.313 3.282

Thailand (SET) 687 583 848 1.026 1.120 1.169 1.228 1.315 1.208 1.501 1.535 1.413 1.400 1.462 1.313 1.423 1.549 1.553

Vietnam (Ho Chi Min) 500 426 487 436 407 448 409 389 413 471 497 489 502 490 566 564 607 580

Eropa

Kawasan Euro (DJ Stoxx 50) 3.323 2.466 2.780 2.614 2.474 2.226 2.401 2.543 2.411 2.677 2.696 2.782 3.018 2.793 3.091 3.214 3.173 3.102

Inggris (FTSE 100) 5.370 4.562 5.466 5.686 5.822 5.551 5.744 5.844 5.740 6.300 6.438 6.530 6.612 6.470 6.680 6.764 6.756 6.526

Rusia (RTS. $ terms) 1.694 997 1.521 1.755 1.608 1.428 1.424 1.463 1.481 1.557 1.363 1.349 1.445 1.428 1.278 1.265 1.246 975

Turki (XU100) 37.807 37.532 59.374 60.725 58.228 58.809 65.080 72.675 63.698 81.200 83.784 73.021 74.075 78.020 64.761 76.047 79.336 80.785

Afrika

Afrika Selatan (JSE AS) 26.868 23.275 28.536 31.589 33.778 33.743 35.113 37.558 35.048 40.336 39.861 42.078 44.704 41.745 46.569 49.486 51.321 49.114

Page 147: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

L a m p i r a n

135

Tabel 12. Government Debt

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(% PDB)

Amerika

Amerika Serikat 63,9 64,8 76,0 87,1 95,2 99,4 100,1 101,5

Argentina 64,0 56,0 49,0 49,0 45,0 42,0 44,9 45,6

Brazil 56,4 58,0 57,4 60,9 53,4 54,2 58,8 56,8

Chili 5,0 3,9 4,9 5,8 8,6 11,2 11,9 12,8

Meksiko 18,2 17,1 21,1 29,7 30,1 31,1 33,1 36,9

Asia Pasifik

Australia 10,0 9,7 11,8 16,9 20,4 22,9 27,2 20,5

Tiongkok 16,2 19,6 17,0 17,7 33,5 28,7 26,0 22,4

India 78,5 75,4 74,7 72,5 67,5 66,7 66,6 67,7

Jepang 172,1 167,0 174,1 194,1 200,0 211,7 218,8 227,2

Korea Selatan 30,1 29,7 29,0 32,6 33,4 34,0 34,8 33,8

ASEAN-6

Indonesia 39,0 35,1 33,2 28,6 26,1 24,4 24,0 26,1

Malaysia 41,5 41,2 41,2 52,8 53,5 54,3 53,3 54,8

Filipina 55,4 51,4 54,7 54,8 52,4 51,0 51,5 49,2

Singapura 89,0 87,1 94,9 105,4 101,0 103,4 108,4 105,5

Thailand 41,3 38,7 38,1 45,8 43,8 40,8 43,5 45,3

Vietnam 34,8 36,0 31,9 38,4 38,3 37,9 50,0 55,0

Eropa

Kawasan Euro 68,4 66,2 70,2 80,0 85,5 87,4 90,7 92,6

Inggris 43,4 44,5 52,3 67,1 78,4 84,3 89,1 90,6

Rusia 9,0 8,5 7,9 11,0 11,0 11,7 12,7 13,4

Turki 46,5 39,9 40,0 46,1 42,3 39,1 36,2 34,4

Afrika

Afrika Selatan 32,5 26,9 24,6 27,1 34,5 38,6 40,1 43,1

Sumber: www.tradingeconomics.com

Page 148: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2014

136

Tabel 13. Harga Komoditi Dunia

Akhir Periode Rata-rata

Sumber: Bloomberg , IMF, diolah Keterangan: Indeks Harga Komoditi, harga rata-rata 2005=100

2011 2012

TW3 TW4 TW3 TW4 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 2010

2013 20132014 20142011 2012

TW3 TW4 TW3 TW4 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 2010

Total 223,7 218,2 184,3 215,1 206,8 184,1 177,5 187,0 185,2 162,8 156,3 180,1 223,9 203,2 212,5 207,7 187,0 179,4 181,4 188,1 171,7 157,6

Indeks

Energi

Indeks 123,6 109,6 112,3 101,8 102,4 110,1 108,6 111,4 113,0 100,6 79,0 99,4 112,6 111,7 99,2 101,9 111,3 107,2 112,4 111,7 104,1 88,5

Harga spot

Minyak WTI (USD/barrel) 91,4 79,2 98,8 94,5 88,2 106,2 97,9 100,6 105,2 93,2 59,3 87,3 89,5 94,0 92,2 88,1 105,8 97,4 98,7 103,1 97,5 73,2

Batubara (USD/ton) 71,2 80,2 75,3 63,7 68,2 60,8 63,2 60,7 60,7 55,7 56,2 65,0 80,0 78,9 61,2 66,8 64,0 63,6 62,4 60,7 57,2 56,2

Gas Alam (USD/Mn Btu) 4,2 3,7 3,0 2,9 3,3 3,6 4,2 4,5 4,6 3,9 3,4 4,4 4,1 3,3 2,9 3,4 3,6 3,8 5,2 4,6 3,9 3,8

Logam

Indeks 248,3 241,4 216,2 226,8 229,7 201,7 196,0 200,4 203,8 198,3 186,6 206,9 251,0 223,1 214,3 225,8 196,9 198,7 198,3 204,2 204,0 188,3

Harga spot

Emas (USD/ounce) 1.421 1.624 1.564 1.746 1.683 1.351 1.222 1.335 1.283 1.238 1.199 1.227 1.706 1.683 1.657 1.717 1.331 1.271 1.294 1.290 1.282 1.200

Timah (USD/mt) 26.900 20.350 19.200 20.734 22.881 22.738 22.764 23.001 22.772 21.122 19.832 20.441 24.682 20.912 19.324 21.591 21.327 22.909 22.611 23.108 21.951 19.905

Tembaga (USD/mt) 9.600 7.019 7.600 8.095 7.990 7.186 7.207 6.632 6.791 6.840 6.389 7.558 8.993 7.530 7.732 7.925 7.104 7.168 6.999 6.763 6.975 6.572

Alumunium (USD/mt) 2.413 2.157 2.020 2.077 2.098 1.808 1.785 1.749 1.873 2.022 1.928 2.200 2.430 2.115 1.954 2.022 1.828 1.813 1.753 1.838 2.010 1.978

Nikel (USD/mt) 24.750 17.600 18.710 17.336 17.513 13.873 13.984 15.712 18.703 18.114 16.032 21.869 22.037 18.396 16.424 17.043 14.025 13.972 14.704 18.516 18.662 15.926

Pangan

Indeks 273,2 260,2 195,6 273,1 246,7 211,0 200,4 219,8 209,9 164,6 172,3 198,2 257,0 232,5 278,6 252,9 222,4 203,5 205,8 217,7 180,0 168,5

Harga spot

Jagung (USD/bushel) 5,9 5,7 6,3 7,7 7,2 4,8 4,1 4,6 4,3 3,1 3,7 5,4 7,0 6,1 7,9 7,3 5,8 4,1 4,3 4,6 3,5 3,4

Gandum (USD/bushel) 7,1 6,1 6,6 8,4 8,2 6,9 6,5 7,2 6,8 5,3 6,1 6,3 7,1 6,2 8,3 8,4 6,9 6,9 6,6 7,1 5,7 5,6

Gula (Cents/pound) 36,2 26,3 23,3 20,0 19,3 17,4 16,6 17,9 18,2 16,0 15,3 19,6 28,7 24,7 21,2 19,7 17,1 17,6 16,7 18,1 17,2 16,1

Kedelai (USD/bushel) 13,5 11,5 11,8 16,9 14,5 14,0 13,2 14,2 14,4 10,3 10,2 10,3 13,5 11,6 16,9 14,7 14,4 12,9 13,5 14,7 11,8 9,9

Beras (USD/mt) 536,8 615,6 580,9 590,5 565,5 503,8 447,5 434,1 414,7 436,5 410,7 521,0 579,7 597,4 583,9 580,3 521,0 449,9 441,1 409,4 435,0 420,8

CPO (USD/mt) 1.164 916,6 997,0 865,2 679,5 724,4 792,4 868,5 760,1 649,4 624,9 856,0 1.024 956,0 910,0 715,1 723,6 783,3 814,5 795,9 693,7 652,5

Page 149: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia..... 133 Tabel 11 Indeks Saham ..... 134 ... Harga obligasi pemerintah di negara maju terus meningkat

Tim Penyusun PEKKI Triwulan IV - 2014

EditorM. Noor Nugroho

Tim ProduksiM. Noor Nugroho, Diah Indira, Tora Erita Siallagan, Arief Adrianto Rasyid, Betty Purbowati Cahyadewi,

dan Shanty Nathalia.

Kontributor Tulisan, Tabel, dan GrafikPerkembangan Ekonomi Global, Kawasan, dan Individu NegaraM. Noor Nugroho (Perkembangan Ekonomi Global); Diah Indira (Kawasan Euro); Tora Erita Siallagan (India); Arief Adrianto Rasyid (Tiongkok); Betty Purbowati Cahyadewi (Amerika Serikat dan Jepang); dan Shanty Nathalia (ASEAN-5)

Perkembangan Pasar Keuangan dan KomoditasDiah Indira, Arief Adrianto Rasyid, Betty Purbowati (Pasar Keuangan, Pasar Valuta Asing, dan Pasar Komoditas).

Perkembangan Kerja Sama Internasional dan Lembaga Internasional

Alia Fariza (Kerja Sama Regional); Yuri Fathia Zumara (Kerja Sama Multilateral).

ArtikelM. Noor Nugroho (Tren Penurunan Harga Minyak dan Apresiasi US Dollar: Twin Shocks Bagi Perekonomian Global), Diah Indira dan Tora Erita Siallagan (Tren Penurunan Inflasi Global); Arief Adrianto Rasyid (Efektivitas QE ECB: The Mission Impossible IV dan Grexit (Greek Exit) Jilid 2: The

Olympus Has Fallen).

Lampiran, Tabel, dan GrafikAzmi Utama Nawawi