bab 1 pendahuluan - bina nusantara | library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia industri pada saat ini memiliki persaingan yang sangat ketat akibat adanya
globalisasi. Oleh sebab itu kualitas merupakan salah satu karakteristik utama bagi suatu
perusahaan untuk tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dalam upaya menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen,
dan agar produk perusahaan mampu bersaing di pasar, perusahaan dituntut untuk bisa
menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi. Dengan demikian perusahaan perlu
untuk memperhatikan pengendalian kualitas secara lebih seksama agar produk yang
dihasilkan memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan konsumen.
Dalam rangka meningkatkan kualitas, pengendalian kualitas merupakan suatu
gerakan yang digunakan untuk menghindari membuat produk yang salah. Dasar yang
objektif dari pengertian pengendalian kualitas adalah untuk menghindari kesalahan pada
produk yang dihasilkan dengan mutu yang konsisten dengan tujuan yang paling penting
adalah untuk menggunakan secara maksimal unsur yang terdapat dalam manpower,
material, mesin dan metode.
Dari ke-empat unsur tersebut unsur material dapat mendukung usaha dengan
pemakaian bahan yang sesuai, baik untuk bahan utama maupun bahan tambahan.
Dengan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah memilih material yang paling cocok,
memelihara kualitas material yang digunakan, dan menjaga hasil yang berkelanjutan dari
2
material yang digunakan. Oleh karena itu material merupakan salah satu faktor penting
yang dapat dengan langung menyatakan nilai dari kualitas produk.
Dalam upaya untuk menjaga kualitas produknya suatu perusahaan membutuhkan
suatu penelitian yang bertujuan untuk memaksimalkan unsur material tersebut. Salah
satu cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang
disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI) merupakan perusahaan
yang menyadari bahwa cacat material menimbulkan banyak kerugian. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan ini bergerak pada industri garment dengan produk utama
berupa kemeja formal, dimana material utamanya yang berupa kain tidak dapat
diperbaiki apabila mengalami cacat, satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan adalah
dengan memusnakan produk atau komponen yang cacat tersebut.
Pentingnya kualitas bagi perusahaan juga diperkuat dengan pendapat perusahaan
yang menyatakan bahwa, pabrik pakaian jadi adalah proses akhir dalam suatu langkah
yang panjang dan rumit dalam produksi tekstil. Dimana industri ini merupakan salah
satu industri yang paling dekat dengan pasar konsumen, karenanya harus sensitif dengan
keperluan pasar. Saat ini konsumen cenderung untuk mencari barang dengan kualitas
yang lebih tinggi lagi. Pandangan kualitas menurut konsumen merupakan perwakilan
terhadap nilai pada suatu barang, dengan demikian menjaga kualitas menjadi hal yang
sangat penting.
Dalam pengendalian kualitasnya perusahaan membagi dua tingkatan yaitu,
pengendalian bahan baku dengan menggunakan sistem penerimaan sampel dan
pengendalian produksi dengan inspeksi 100%. Penggunaan sistem penerimaan sampel
pada pengendalian bahan baku dapat menyebabkan hasil yang kurang akurat
dikarenakan pengambilan sampel yang kurang sesuai, misalnya hasil pengujian bahan
3
menyatakan bahan baik dan dapat di proses namun setelah diproses muncul banyak
ketidaksesuaian yang melebihi batas toleransi. Untuk itu diperlukan adanya pengecekan
kesesuaian antara hasil inspeksi dengan keadaan aktual setelah proses agar perusahaan
dapat menetapkan tingkat inspeksi yang sesuai terhadap bahan. Munculnya
ketidaksesuaian yang melebihi batas toleransi selain disebabkan pengambilan sampel
yang kurang sesuai, dipengaruhi juga oleh kualitas material yang dikirimkan oleh
supplier. Oleh sebab itu menilai kinerja supplier secara berkala penting dilakukan
sebagai bahan evaluasi yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja
supplier atau sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya mencari supplier alternatif.
Di sisi lain menilai kinerja supplier merupakan kegiatan strategis dalam
perusahaan, terutama apabila supplier tersebut adalah pemasok item yang kritis atau
merupakan supplier penting dalam jangka panjang. Ketidaksesuaian yang ada pada
bahan merupakan akibat dari kelalaian supplier, untuk itu perusahaan juga perlu menilai
kinerja supplier berdasarkan kualitas bahan yang dikirim dan kriteria lainnya. Disini
kualitas bahan sangat berpengaruh penting pada kualitas produk, karena reject
komponen akibat bahan tidak dapat diperbaiki sehingga menimbulkan pemborosan dan
mengurangi jumlah produksi.
Salah satu yang juga merupakan tugas penting adalah menciptakan hubungan
yang proporsional dengan supplier. Hubungan tersebut dapat secara tepat mencerminkan
kepentingan strategis tiap-tiap supplier. Perusahaan memiliki puluhan supplier dalam
memasok suatu item, untuk itu tidaklah tepat menyamakan model hungungan antar satu
supplier dengan supplier yang lain. Disini perusahaan perlu menciptakan model
hubungan yang sesuai dengan membuat klasifikasi supplier berdasarkan kriteria yang
relevan. Sebagai patokan umum dalam mengklasifikasikan supplier terdapat beberapa
4
model portfolio hubungan dengan supplier yang ditulis oleh Olsen dan Ellram(1997),
Bensaou (1999), dan Handfield, et al. (2000).
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
BBI merupakan sebuah perusahaan pakaian jadi, dimana perusahaan dituntut
untuk membuat suatu produk yang sesuai dengan permintaan pasar yang berbeda-beda,
dan disesuaikan dengan trend terbaru yang dibutuhkan oleh konsumen. Berdasarkan
tuntutan tersebut perusahaan membutuhkan banyak supplier untuk memenuhi material
utamanya yang berupa kain dalam berbagai macam warna dan motif. Dalam setiap
bulannya perusahaan dapat memproduksi kurang lebih 100 artikel (jenis kemeja) dengan
total produksi sebanyak 140.000 pieces, hal ini membuktikan banyaknya jumlah dan
jenis kain yang dibutuhkan perusahaan. Dikarenakan banyaknya kebutuhan perusahaan
akan kain maka masalah yang yang teridentifikasi adalah :
• Belum adanya evaluasi terhadap hasil inspeksi pada bagian pengendalian kualitas
bahan baku dengan reject komponen aktual yang terjadi setelah kain diproses,
sehingga sulit untuk mengetahui apakah pengendalian kualitas bahan baku yang
digunakan telah sesuai.
• Faktor-faktor yang berpengaruh untuk mengurangi reject komponen pada kain
adalah proses inspeksi beserta prosedur pengambilan sampel dan pemilihan
supplier yang tepat.
• Pengendalian kualitas bahan baku pada perusahaan menggunakan pengambilan
sampel sehingga hasil inspeksi yang dilakukan memiliki resiko menerima produk
cacat dan menolak produk baik.
5
• Belum adanya sistem penilaian kinerja supplier yang dilakukan perusahaan untuk
menseleksi kembali supplier-supplier yang memenuhi standar serta strategi yang
digunakan untuk menetapkan hubungan dengan supplier.
Dari masalah yang telah teridentifikasi, berikut ini beberapa permasalahan yang
dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan :
1. Artikel-artikel dan supplier manakah yang memiliki reject komponen aktual
melebih standar perusahaan ?
2. Apakah kinerja penerimaan sampel yang diterapkan perusahaan telah sesuai ?
3. Bagaimana hasil evaluasi kinerja supplier ?
4. Bagaimana hasil klasifikasi supplier berdasarkan portofolio hubungan supplier ?
5. Apakah usulan tindakan yang perlu dilakukan perusahaan untuk mengendalikan
kualitas bahan baku ?
1.3 Ruang Lingkup
Berikut ini adalah seluruh lingkup dan asumsi yang digunakan untuk membatasi
masalah yang ada agar lebih terarah dalam menyelesaikan setiap masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya :
• Observasi dan penelitian dilakukan pada bagian fabric inspection, dan
procurement bersamaan dengan magang yang dilaksanakan selama bulan Juli
hingga September 2008.
• Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan langsung dan
wawancara terhadap responden penelitian yang antara lain adalah department
6
head factory, para operator QC, supervisor, staf bagian procurement dan seluruh
pegawai yang berhubungan dengan penelitian penulis.
• Sumber masalah dalam perusahaan adalah reject komponen akibat cacat bahan
baku dikarenakan belum adanya penelitian khusus untuk mengukur jumlah reject
tersebut terhadap jumlah kain yang masuk.
• Objek pertama yang diteliti adalah sistem fabric inspection dimana bertugas
sebagai pengendali kualitas bahan baku dengan pengecekan berdasarkan
penerimaan sampel. Objek kedua yang diteliti adalah kinerja supplier terhadap
kontribusinya bagi perusahaan yang disesuaikan dengan kriteria portfolio
hubungan supplier. Seluruh data yang digunakan merupakan data yang
dikumpulkan selama bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008.
• Pembahasan akan dilakukan dengan mengevaluasi kinerja kedua objek yang
diteliti hingga kemudian menghasilkan usulan yang dapat digunakan perusahaan
untuk mengendalikan kualitas bahan baku kain.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menentukan artikel-artikel dan supplier yang memiliki reject aktual melebihi
standar perusahaan
2. Menentukan kesesuaian kinerja penerimaan sampel
3. Mengevaluasi kinerja supplier
7
4. Mengetahui klasifikasi dari masing-masing supplier berdasarkan portfolio
hubungan supplier untuk menentukan usulan yang tepat
5. Menentukan usulan tindakan yang perlu dilakukan perusahaan untuk
mengendalikan kualitas bahan baku.
1.4.2 Manfaat
Selain tujuan-tujuan diatas, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam usahanya meningkatkan kualitas dan
produktivitas perusahaan.
2. Dapat digunakan di kemudian hari sebagai acuan dalam menilai kinerja supplier
secara berkala.
3. Dapat dijadikan metode ideal bagi perusahaan dalam melaksakan prosedur
inspeksi bahan baku.
4. Menjadi bahan perbandingan dan evaluasi atas perkembangan perusahaan.
1.5 Gambaran Umum Perusahaan
1.5.1 Sejarah Singkat Perusahaan
BBI adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garment dengan
memproduksi mereknya sendiri. Berdiri pada tanggal 10 November 1989, perusahaan ini
telah dikenal sebagai salah satu leading garment industry di Indonesia. Melalui ke-418
outletnya yang tersebar di seluruh Indonesia, produk kemeja prianya ditargetkan bagi
mereka yang perduli pada kualitas dan style. Didukung oleh manajemen yang solid,
teknologi, research and development dan loyalitas dari ke 2.523 karyawannya,
kesuksesan telah mengantarkan perusahaan ini untuk terus bertumbuh dan berkembang,
8
sehingga saat ini perusahaan memiliki dua divisi yang berada di dua lokasi berbeda,
yaitu Private label Division di Semper Timur Cakung Cilincing dan Branded Division &
HO di Kawasan Industri Pulo Gadung, yang merupakan tempat dilakukannya observasi.
BBI Branded Division & HO memproduksi kemeja pria maupun wanita untuk
pasar lokal dengan kesembilan merek yang dikeluarkan, yaitu Valino, Harry Martin, C-
Kent, Van Heusen, Sierra Morena, Creative Gear, dan Arnold Palmer untuk brand
kemeja pria, kemudian Valino Donna, dan Lyla untuk merek pakaian wanitanya. Selain
kemeja, BBI juga memproduksi celana, dan blouse sedangkan untuk beberapa
aksesoris seperti dasi, ikat pinggang, dan keperluan pakaian formal lainnya dikerjakan
dengan sistem subkontrak, produk-produk tersebut nantinya akan di distribusikan ke
Depatment Store yang ada di seluruh Indonesia.
Total luas lokasi pabrik ini adalah 4.200 m2 dengan luas kantor dan produksi
sebesar 3.360 m2 dan luas gudang 840 m2. Kapasitas produksi dari ke 8 line
menghasilkan sekitar 720.000 pieces per tahun. Jumlah karyawan yang dimiliki
sebanyak 582 untuk bagian produksi, 601 orang bagian marketing, dan 61 orang untuk
bagian administrasi.
1.5.2 Visi, Misi dan Kebijakan mutu Perusahaan
Kebijakan mutu PT. Bina Busana Internusa telah ditetapkan dalam strategi intent
WBAWI : What Bussiness are We In
(bidang bisnis yang ditekuni BBI)
” Sistem global manufaktur, merek khusus, dan retail dalam industri apparel”
9
Misi
” Perusahaan yang peduli, untuk membuat customer merasa bahagia dan bangga
mamakai produk BBI”
Visi
” Menjadi perusahaan kelas dunia dan memiliki merek terkemuka melalui inovasi dan
kerjasama jangka panjang”
Strategi :
Efisiensi
Kerjasama nilai terhadap pelanggan, pekerja dan pemegang saham
Pencetus trend yang didukung oleh pengadaan terbaik
Fleksibel dan respon yang cepat didukung oleh IT yang handal
Pekerja dan pemimpin terbaik
Value (nilai) :
Integritas, peduli, kerjasama tim, dan dimanis
1.5.3 Produk
Perusahaan memproduksi berbagai macam jenis dan merek kemeja, yang
disesuaikan dengan kebutuhan kemeja para eksekutif muda yang mewakili berbagai
macam kelompok atau bagian masyarakat. Dalam hal ini kebutuhan tersebut disesuaikan
dengan motif dan style dari kemeja yang diproduksi. Perbedaan pada brand-brand
berikut didasarkan pada segmen pasarnya agar dapat menjangkau pasar dengan lebih
sepesifik, sedangkan perbedaan pada sub brand di masing-masing merek adalah
berdasarkan motif dan bahannya. Berikut adalah kesembilan brand yang diproduksi oleh
BBI :
10
Tabel 1.1 Spesifikasi Brand
No Brand Subbrand Karakteristik Harga
1 Valino Milan, Napoli, Grande, Gold Slim, Gold Regular, Grande Junkies.
Dipergunakan oleh para eksekutif muda yang energik, dinamis serta memiliki cita-cita yang tinggi
Rp179.000,00 s/d Rp499.000,00
2 Harry Martin
PREMIER, CLASSIC, ACTIVE, LEISURE
Untuk eksekutif muda yang aktif dan gaya hidup tersendiri dengan berbagai macam corak warna yang ditampilkan sehingga siapa saja yang memakai kemeja Harry Martin dapat tampil lebih percaya diri
Rp119.000,00 s/d Rp1.000.000,00
3 C Kent Slim Fit, Custom Fit, Loose Fit
Memiliki ciri business shirt dengan motif unik dan detail untuk kegiatan sehari-hari, bagi mereka yang betul-betul memperhatikan hidup agar lebih bervariasi dan merupakan simbol status bagi para eksekutif yang sukses.
Rp 149.000,00 s/d Rp 359.000,00
4 Sierra Morena
GALANTE, SLIM, VERANO
Menawarkan kemeja untuk para pria modern yang dapat dipakai baik untuk bekerja maupun untuk acara-acara diluar pekerjaan.
Rp109.000,00 s/d Rp299.000,00
5 Van Heusen
Cotton Rich, 100% Cotton, Platinum, Relax
Merupakan international brand, lisensi yang telah dikenal di mancanegara ini digunakan untuk memuaskan para eksekutif dari kelas menengah keatas yang telah mempercayakan penampilannya pada merek mancanegara tersebut.
Rp229.000,00 - s/d Rp629.000,00
6 Arnold Palmer
PLATINUM, GOLD, ACTIVE, CHARGE, ARNIE JEANS
Merupakan salah satu merek lisensi yang diperoleh perusahaan, untuk mereka yang ingin tampil santai namun tetap berkelas
Rp249.000,00 s/d diatas Rp700.000,00
7 Creative Gear
Produk yang disediakan akan disesuaikan dengan pesanan konsumen dari instansi swasta maupun pemerintah.
11
Tabel 1.1 Spesifikasi Brand (lanjutan)
8 Valino Donna
Gold dan Grey Diperuntukan bagi wanita karier dengan kisaran usia 20-36 tahun yang memperhatikan penampilan untuk tampil profesional namun tetap menampilakan sisi feminin yang kuat.
Rp199.000,00 s/d Rp449.000,00
9 Lyla Untuk wanita muslim yang berjiwa muda, aktif dan modis dengan kisaran usia 20-45 tahun. Lyla memberikan kesan elegant, charming, dan vurtious pada setiap wanita yang mengenakannya.
Rp129.000,00 s/d Rp699.000,00
Sumber : BBI
Sumber : BBI
Gambar 1.1 Logo Brand
12
1.5.4 Sistem Kerja
Sistem Kerja yang digunakan perusahaan ini adalah waktu kerja dengan 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu, yaitu :
Senin s/d Kamis Pk 08.00 – 17.00
istirahat 1 jam Pk 12.00-13.00 (staf kantor) Pk 11.30-12.30 (operator)
Jumat Pk 08.00 – 17.15
istirahat 1 jam Pk 11.45-13.00 (staf kantor) Pk 11.30-12.30 (operator)
Perusahaan wajib memberikan kesempatan kepada pekerja yang beragama Islam
untuk melaksanakan Sholat Jumat dan waktu tersebut tidak diperhitungkan sebagai jam
kerja. Perusahaan juga terus mengenalkan sistem kerja QCC dan 5R kepada seluruh
karyawannya. QCC (Quality Control Circle) adalah sebuah program untuk memotivasi
jajaran agar aktif berpartisipasi mengendalikan kemampuan dan standar yang ditetapkan
perusahaan sehingga terjadi pengembangan. Dalam kelompok kecil dari tempat kerja
adalah bersama-sama secara suka rela melakukan aktivitas pengendalian mutu.
Sedangkan 5R yang merupakan perangkat yang dapat meningkatkan mutu produk dan
tempat kerja. 5R terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.
1.5.5 Struktur Organisasi
Jenis struktur organisasi yang digunakan perusahaan adalah fungsional, dengan
alasan untuk mempermudah proses pembagian tugas dan mempermudah pengerjaannya
sehingga dapat lebih terfokus menyangkut job description dan activity plan. Dalam
menyusun struktur organisasinya perbedaan posisi atau jabatan dibuat menyangkut
tanggung jawab yang dimiliki sedangkan perbedaan golongan dibedakan menyangkut
14
1.5.6 Perkembangan Bisnis Perusahaan
Perusahaan memasarkan produk-produknya hingga keseluruh Indonesia, dengan
mengirimkan produknya ke berbagai department store dan own store yang mereka
miliki di beberapa mall di Indonesia. Jumlah keseluruhan counter dan own store yang
ada di Jakarta dan luar Jakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.2 Jumlah Counter dan Own Store Masing-Masing Brand
Brand Jakarta (Unit)
Luar Jakarta (Unit)
Total (Unit)
Valino (V) 46 38 84 Harry Martin (HM) 50 26 76
Sierra Morena (SM) 26 20 46
CKent (CK) 16 20 36 Valino Donna (VD) 27 16 43
Lyla (L) 26 11 37
Arnold Palmer (AP) 31 21 52
Van Heusen (VH) 21 23 44 Total 243 175 418
Sumber : BBI
1.5.7 Proses Produksi
Penjelasan untuk proses produksi yang dilakukan BBI terdiri dari tiga tahap yaitu
potong (cutting), jahit (sewing), dan penyelesaian (finishing). Pada masing-masing tahap
tersebut juga terdapat beberapa rangkaian kegiatan, berikut ini penjelasan detail proses
produksinya :
1. Proses Cutting
Proses ini bertujuan untuk menghasilkan potongan-potongan bagian kemeja
yang nantinya akan dijahit pada proses sewing. Potongan bagian kemeja tersebut
15
terdiri dari manset, kantong, yoke, krah, kaki krah, lengan panjang, gambol,
bagian depan, bagian belakang kiri dan kanan. Sebelum dipotong bagian-bagian
kemeja tersebut digambar dahulu dengan bantuan komputer maupun secara
manual, kemudian gambar tesebut akan digunakan sebagai pola atau marker
untuk digambar pada kain yang akan dipotong. Pada proses cutting rangkaian
kegiatan yang dilakukan adalah:
• Spreading, yaitu kegiatan menggelar setiap gulungan kain dengan motif yang
sama diatas sebuah meja potong kemudian ditumpuk untuk digambar sesuai
dengan pola, umumnya jumlah tumpukan kain bisa mencapai 300 lembar
dengan proses yang terdiri dari 5 line.
• Cutting, tumpukan kain yang telah digelar dan diberi pola akan dipotong
sekaligus dengan menggunakan pisau potong sehingga menghasilkan bagian-
bagian seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
• Cek hasil potong, pengecekan juga dilakukan didalam proses untuk
meningkatkan efisiensi karena pemotongan merukapan tahap terpenting dalam
proses ini.
• Matching yoke, tumpukan kain hasil potongan tadi dicocokan kembali
motifnya agar hasil potongan pada tiap kain tepat berada pada bagian motif
yang sama.
• Band knife, hasil potongan dari cutting pertama tadi kemudian dipotong lagi
untuk merapikan hasil potongan.
• Gunting belah plaket, memotong plaket menjadi dua bagian.
16
• Numbering, menentukan dan memberi tanda setiap jenis ukuran, dan warna
pada kain dengan menempelkan stiker. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
operator saat proses penggabungan seperti tempel interlining agar kain yang
akan ditempel tidak tertukar.
• Potong interlining, proses memotong ini berbeda dengan proses cutting
karena kain yang dipotong pada proses ini mengandung lem pada salah satu
atau kedua sisinya. Sehingga pada proses pemotongan ini diperlukan alat
potong khusus. Mesin potong interlining digunakan untuk memotong bagian
kemeja seperti krah dan plaket.
• Tempel interlining, bahan interlining yang telah dipotong selanjutnya
ditempel sementara dengan menggunakan solder untuk memudahkan proses
pres.
• Press interlining, setelah dipotong kain yang mengandung lem tersebut dipres
untuk digabung menjadi satu dengan bagian kain yang lain. Contoh bagian
kain yang perlu dilakukan press interlining adalah krah baju dan plaket.
• Cek hasil QC, setelah dipotong semua output di cek 100% sebelum diletakan
di rak penyimpanan untuk dilanjutkan ke proses sewing. Produk yang cacat
ditempel striker dan dipisahkan untuk ditindak lanjuti.
2. Proses sewing
Pada proses ini seluruh bagian-bagian kain yang sebelumnya telah dipotong
sesuai pola pada proses cutting akan dijahit hingga menjadi sebuah kemeja utuh.
Pada lantai produksi, proses ini memiliki 8 line produksi dimana dalam satu line
17
terdiri dari 25 operator yang bekerja sama menjahit secara bergantian hingga
menjadi sebuah kemeja, dan setiap line menjahit kemeja dengan motif yang
berbeda. Saat proses penjahitan dan setelah proses penjahitan dilakukan
pengendalian kualitas, dimana saat telah menjadi sebuah kemeja utuh
pengendalian kualitas dilakukan secara 100% yang berarti seluruh output produk
diperiksa secara satu persatu sehingga apabila ditemukan cacat produk tersebut
dapat segera diperbaiki.
3. Proses Finishing
Proses ini adalah adalah tahapan proses terakhir dimana seluruh aksesoris yang
dibutuhkan pada kemeja seperti kancing, label, hand tag, polybag, semuanya
dipasang dan kemudian kemeja-kemeja tersebut akan dirapikan, dibersihkan,
serta dikemas hingga siap untuk dipasarkan. Pada proses finishing terdapat 7 line
button, 5 line ironing, dan 5 line packing. Urutan prosesnya secara lebih rinci
dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini :
• Button hole, proses membuat lubang kancing
• Pasang button, proses pemasangan kancing
• Kebut / kipas, proses untuk membersihkan kemeja dari debu-bedu atau
benang-benang yang tersisa pada kemeja dengan menggunakan mesin yang
mengeluarkan angin bertekanan tinggi.
• Ironing, setelah bersih kemeja yang akan di kemas sebelumnya di setrika
terlebih dahulu agar ketika dijual dalam keadaan rapi dan memudahkan
proses QC hanger.
18
• Folding, merupakan proses merapikan kemeja dengan mengaitkan kancing
dan melipat kemeja-kemeja tersebut. Proses pelipatan dilakukan secara
manual dengan dibantu karton yang memberi bentuk lipatan.
• Polybag, proses pemasangan asesoris lain seperti kancing tambahan, label,
hand tag, dan barcode. Kemudian kemeja dimasukan ke dalam polybag atau
kemasan plastiknya.
• Assortmen, menentukan jumlah dan jenis ukuran kemeja yang akan
dimasukan ke dalam kardus jadi dalam satu kardus terdapat berbagai jenis
ukuran kemeja dengan perbandingan jumlah yang berbeda. Hal ini dilakukan
karena pesanan yang diminta atas ukuran kemeja berbeda antar toko.
• Packing, proses terakhir adalah memasukan seluruh kemeja yang telah siap
jual tersebut kedalam dus untuk kemudian di pindahkan ke distribution center.
1.5.8 Pengendalian Kualitas
Sedangkan untuk menjaga nilai pada setiap outputnya, pengendalian kualitas
yang dilakukan pada BBI dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Pengendalian Kualitas Bahan Baku
Pengendalian kualitas pada bahan baku dilakukan untuk menguji kesesuaian
kualitas kain yang dikirim dari pemasok dengan standar yang dimiliki.
Pengendalian kualitas dilakukan secara acak dengan mengunakan standar AQL
level 2 sebesar 10%. pengendalian kualitas bahan baku dilakukan pada gudang
bahan baku dengan tiga buah meja inspeksi. Pengendalian dilakukan dengan cara
menggelar kain bahan diatas meja inspeksi yang berukuran besar dan disertai
19
lampu pada lapisan bawah mejanya sehingga meja menjadi bercahaya dan dapat
dengan mudah menemukan kecacatan pada kain.
2. Pengendalian Kualitas Proses Produksi
Pengendalian kualitas yang dilakukan pada proses ini terdiri dari 6 tahap, yaitu
• QC cutting, seluruh kain yang telah dipotong dan di press interlining di cek
kualitasnya sebelum dilanjutkan ke proses sewing. Cacat yang ditemukan
pada QC ini dipisahkan dan diberi stiker tanda produk cacat. Jumlah operator
yang menangani QC ini adalah 6 orang.
• QC EMB (Embroidery), pengendalian kualitas ini hanya dilakukan apabila
ada pesanan produksi yang menggunakan bordiran, pada pengendalian
kualitas ini dilakukan dengan inspeksi 100% dan jumlah operator yang
menangani QC ini hanya 1 orang.
• QC styling, pengendalian kualitas pada tahap ini dilakukan pada output
pertama sebuah produk, dengan ditangani seorang operator QC untuk menguji
kesesuaian output dengan work sheet yang sebelumnya telah dibuat di ruang
sample. Setelah QC styling pada output pertama ini lolos baru seluruh
produksi jenis kemeja tersebut dapat dimulai.
• QC sewing, pengendalian kualitas pada tahap ini dilakukan selama dan
setelah proses sewing berlangsung. Apabila ditemukan kecacatan, produk di
beri stiker dan bila memungkinkan produk akan kembali diproses untuk
diperbaiki. Jenis cacat yang sering terjadi adalah kesalahan jahitan, kotor, dan
20
trimming. Jumlah total operator QC sewing adalah 16 orang dengan
menempatkan dua orang ditiap linenya.
• QC hanger, pada tahap ini pengendalian kualitas dilakukan setelah kemeja
selesai disetrika dengan 4 orang operator QC hanger pengecekan dilakukan
secara 100% sebelum di packing. Jenis cacat yang umumnya terjadi adalah
kotor, kesalahan kancing, salah jahitan, setrika kurang licin..
• QC final inspect, pengendalian kualitas pada tahap ini dilakukan setelah
proses finishing dimana produk kemeja tersebut telah dimasukan dalam
kemasan. Proses pengendalian kualitas ini dilakukan secara acak dengan
standar AQL sama seperti pada QC bahan baku dan dilakukan oleh seorang
operator QC.
1.5.9 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Ilmu keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 dapat didefiniskan sebagai
gabungan dari berbagai ilmu–ilmu seperti ilmu kesehatan, perilaku manusia, teknologi
dan lainnya yang dapat diterapkan. Adapun tujuan dari ilmu ini adalah untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi pekerja, tempat kerja dan
lingkungan sekitarnya, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Pada BBI hal tersebut diterapkan dengan mengacu pada P2KE (Peraturan Pemerintah
tentang Keselamatan Kerja)
Pada bagian produksi terlihat alat keamanan yang digunakan adalah :
Masker, untuk melindungi pernapasan dari bau tak sedap atau kotoran
Celemek, untuk menjaga kebersihan pakaian
21
Penutup rambut, untuk melindungi rambut agar tidak terpotong atau
tersangkut pada mesin.
Sarung tangan pada pekerja bagian cutting.
Pelindung telinga, digunakan saat proses membersihkan pakaian dari kotoran
karena alat yang digunakan bertekanan tinggi.
Alas kaki dari busa, digunakan oleh operator yang sikap kerjanya berdiri
untuk mengurangi kelelahan pada kaki.
Helm, digunakan sebagai syarat saat menurunkan maupun menaikan barang
menuju lantai yang berbeda.
Seragam, digunakan oleh seluruh operator untuk menjaga kekompakan dan
sebagai identitas perusahaan.
Untuk antisipasi kebakaran, alat keamanan yang tersedia berupa alat pemadam
kebakaran, alarm pemadam kebakaran, tanda lokasi alat pemadam, jalur evakuasi dan
pintu darurat. Sedangkan untuk kesehatan, fasilitas yang tersedia adalah kotak P3K,
daftar penanggung jawab P3K, lokasi kerja bebas rokok, gambar langkah-langkah
pemanasan sebelum bekerja, gambar posisi/cara mengangkat barang yang benar, tempat
sampah yang dibagi menjadi tiga bagian pada lantai produksi yaitu sampah plastik,
kertas, kaca dan kain, kemudian tempat sampah pada kantin yang dibagi menjadi
sampah basah dan sampah kering.