bab 1 pendahuluan - bina nusantara | library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi...

21
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri pada saat ini memiliki persaingan yang sangat ketat akibat adanya globalisasi. Oleh sebab itu kualitas merupakan salah satu karakteristik utama bagi suatu perusahaan untuk tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam upaya menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen, dan agar produk perusahaan mampu bersaing di pasar, perusahaan dituntut untuk bisa menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi. Dengan demikian perusahaan perlu untuk memperhatikan pengendalian kualitas secara lebih seksama agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan konsumen. Dalam rangka meningkatkan kualitas, pengendalian kualitas merupakan suatu gerakan yang digunakan untuk menghindari membuat produk yang salah. Dasar yang objektif dari pengertian pengendalian kualitas adalah untuk menghindari kesalahan pada produk yang dihasilkan dengan mutu yang konsisten dengan tujuan yang paling penting adalah untuk menggunakan secara maksimal unsur yang terdapat dalam manpower, material, mesin dan metode. Dari ke-empat unsur tersebut unsur material dapat mendukung usaha dengan pemakaian bahan yang sesuai, baik untuk bahan utama maupun bahan tambahan. Dengan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah memilih material yang paling cocok, memelihara kualitas material yang digunakan, dan menjaga hasil yang berkelanjutan dari

Upload: lyduong

Post on 27-May-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia industri pada saat ini memiliki persaingan yang sangat ketat akibat adanya

globalisasi. Oleh sebab itu kualitas merupakan salah satu karakteristik utama bagi suatu

perusahaan untuk tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dalam upaya menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen,

dan agar produk perusahaan mampu bersaing di pasar, perusahaan dituntut untuk bisa

menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi. Dengan demikian perusahaan perlu

untuk memperhatikan pengendalian kualitas secara lebih seksama agar produk yang

dihasilkan memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan konsumen.

Dalam rangka meningkatkan kualitas, pengendalian kualitas merupakan suatu

gerakan yang digunakan untuk menghindari membuat produk yang salah. Dasar yang

objektif dari pengertian pengendalian kualitas adalah untuk menghindari kesalahan pada

produk yang dihasilkan dengan mutu yang konsisten dengan tujuan yang paling penting

adalah untuk menggunakan secara maksimal unsur yang terdapat dalam manpower,

material, mesin dan metode.

Dari ke-empat unsur tersebut unsur material dapat mendukung usaha dengan

pemakaian bahan yang sesuai, baik untuk bahan utama maupun bahan tambahan.

Dengan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah memilih material yang paling cocok,

memelihara kualitas material yang digunakan, dan menjaga hasil yang berkelanjutan dari

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

2

material yang digunakan. Oleh karena itu material merupakan salah satu faktor penting

yang dapat dengan langung menyatakan nilai dari kualitas produk.

Dalam upaya untuk menjaga kualitas produknya suatu perusahaan membutuhkan

suatu penelitian yang bertujuan untuk memaksimalkan unsur material tersebut. Salah

satu cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang

disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI) merupakan perusahaan

yang menyadari bahwa cacat material menimbulkan banyak kerugian. Hal tersebut

dikarenakan perusahaan ini bergerak pada industri garment dengan produk utama

berupa kemeja formal, dimana material utamanya yang berupa kain tidak dapat

diperbaiki apabila mengalami cacat, satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan adalah

dengan memusnakan produk atau komponen yang cacat tersebut.

Pentingnya kualitas bagi perusahaan juga diperkuat dengan pendapat perusahaan

yang menyatakan bahwa, pabrik pakaian jadi adalah proses akhir dalam suatu langkah

yang panjang dan rumit dalam produksi tekstil. Dimana industri ini merupakan salah

satu industri yang paling dekat dengan pasar konsumen, karenanya harus sensitif dengan

keperluan pasar. Saat ini konsumen cenderung untuk mencari barang dengan kualitas

yang lebih tinggi lagi. Pandangan kualitas menurut konsumen merupakan perwakilan

terhadap nilai pada suatu barang, dengan demikian menjaga kualitas menjadi hal yang

sangat penting.

Dalam pengendalian kualitasnya perusahaan membagi dua tingkatan yaitu,

pengendalian bahan baku dengan menggunakan sistem penerimaan sampel dan

pengendalian produksi dengan inspeksi 100%. Penggunaan sistem penerimaan sampel

pada pengendalian bahan baku dapat menyebabkan hasil yang kurang akurat

dikarenakan pengambilan sampel yang kurang sesuai, misalnya hasil pengujian bahan

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

3

menyatakan bahan baik dan dapat di proses namun setelah diproses muncul banyak

ketidaksesuaian yang melebihi batas toleransi. Untuk itu diperlukan adanya pengecekan

kesesuaian antara hasil inspeksi dengan keadaan aktual setelah proses agar perusahaan

dapat menetapkan tingkat inspeksi yang sesuai terhadap bahan. Munculnya

ketidaksesuaian yang melebihi batas toleransi selain disebabkan pengambilan sampel

yang kurang sesuai, dipengaruhi juga oleh kualitas material yang dikirimkan oleh

supplier. Oleh sebab itu menilai kinerja supplier secara berkala penting dilakukan

sebagai bahan evaluasi yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja

supplier atau sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya mencari supplier alternatif.

Di sisi lain menilai kinerja supplier merupakan kegiatan strategis dalam

perusahaan, terutama apabila supplier tersebut adalah pemasok item yang kritis atau

merupakan supplier penting dalam jangka panjang. Ketidaksesuaian yang ada pada

bahan merupakan akibat dari kelalaian supplier, untuk itu perusahaan juga perlu menilai

kinerja supplier berdasarkan kualitas bahan yang dikirim dan kriteria lainnya. Disini

kualitas bahan sangat berpengaruh penting pada kualitas produk, karena reject

komponen akibat bahan tidak dapat diperbaiki sehingga menimbulkan pemborosan dan

mengurangi jumlah produksi.

Salah satu yang juga merupakan tugas penting adalah menciptakan hubungan

yang proporsional dengan supplier. Hubungan tersebut dapat secara tepat mencerminkan

kepentingan strategis tiap-tiap supplier. Perusahaan memiliki puluhan supplier dalam

memasok suatu item, untuk itu tidaklah tepat menyamakan model hungungan antar satu

supplier dengan supplier yang lain. Disini perusahaan perlu menciptakan model

hubungan yang sesuai dengan membuat klasifikasi supplier berdasarkan kriteria yang

relevan. Sebagai patokan umum dalam mengklasifikasikan supplier terdapat beberapa

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

4

model portfolio hubungan dengan supplier yang ditulis oleh Olsen dan Ellram(1997),

Bensaou (1999), dan Handfield, et al. (2000).

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

BBI merupakan sebuah perusahaan pakaian jadi, dimana perusahaan dituntut

untuk membuat suatu produk yang sesuai dengan permintaan pasar yang berbeda-beda,

dan disesuaikan dengan trend terbaru yang dibutuhkan oleh konsumen. Berdasarkan

tuntutan tersebut perusahaan membutuhkan banyak supplier untuk memenuhi material

utamanya yang berupa kain dalam berbagai macam warna dan motif. Dalam setiap

bulannya perusahaan dapat memproduksi kurang lebih 100 artikel (jenis kemeja) dengan

total produksi sebanyak 140.000 pieces, hal ini membuktikan banyaknya jumlah dan

jenis kain yang dibutuhkan perusahaan. Dikarenakan banyaknya kebutuhan perusahaan

akan kain maka masalah yang yang teridentifikasi adalah :

• Belum adanya evaluasi terhadap hasil inspeksi pada bagian pengendalian kualitas

bahan baku dengan reject komponen aktual yang terjadi setelah kain diproses,

sehingga sulit untuk mengetahui apakah pengendalian kualitas bahan baku yang

digunakan telah sesuai.

• Faktor-faktor yang berpengaruh untuk mengurangi reject komponen pada kain

adalah proses inspeksi beserta prosedur pengambilan sampel dan pemilihan

supplier yang tepat.

• Pengendalian kualitas bahan baku pada perusahaan menggunakan pengambilan

sampel sehingga hasil inspeksi yang dilakukan memiliki resiko menerima produk

cacat dan menolak produk baik.

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

5

• Belum adanya sistem penilaian kinerja supplier yang dilakukan perusahaan untuk

menseleksi kembali supplier-supplier yang memenuhi standar serta strategi yang

digunakan untuk menetapkan hubungan dengan supplier.

Dari masalah yang telah teridentifikasi, berikut ini beberapa permasalahan yang

dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan :

1. Artikel-artikel dan supplier manakah yang memiliki reject komponen aktual

melebih standar perusahaan ?

2. Apakah kinerja penerimaan sampel yang diterapkan perusahaan telah sesuai ?

3. Bagaimana hasil evaluasi kinerja supplier ?

4. Bagaimana hasil klasifikasi supplier berdasarkan portofolio hubungan supplier ?

5. Apakah usulan tindakan yang perlu dilakukan perusahaan untuk mengendalikan

kualitas bahan baku ?

1.3 Ruang Lingkup

Berikut ini adalah seluruh lingkup dan asumsi yang digunakan untuk membatasi

masalah yang ada agar lebih terarah dalam menyelesaikan setiap masalah yang telah

dirumuskan sebelumnya :

• Observasi dan penelitian dilakukan pada bagian fabric inspection, dan

procurement bersamaan dengan magang yang dilaksanakan selama bulan Juli

hingga September 2008.

• Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan langsung dan

wawancara terhadap responden penelitian yang antara lain adalah department

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

6

head factory, para operator QC, supervisor, staf bagian procurement dan seluruh

pegawai yang berhubungan dengan penelitian penulis.

• Sumber masalah dalam perusahaan adalah reject komponen akibat cacat bahan

baku dikarenakan belum adanya penelitian khusus untuk mengukur jumlah reject

tersebut terhadap jumlah kain yang masuk.

• Objek pertama yang diteliti adalah sistem fabric inspection dimana bertugas

sebagai pengendali kualitas bahan baku dengan pengecekan berdasarkan

penerimaan sampel. Objek kedua yang diteliti adalah kinerja supplier terhadap

kontribusinya bagi perusahaan yang disesuaikan dengan kriteria portfolio

hubungan supplier. Seluruh data yang digunakan merupakan data yang

dikumpulkan selama bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008.

• Pembahasan akan dilakukan dengan mengevaluasi kinerja kedua objek yang

diteliti hingga kemudian menghasilkan usulan yang dapat digunakan perusahaan

untuk mengendalikan kualitas bahan baku kain.

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Menentukan artikel-artikel dan supplier yang memiliki reject aktual melebihi

standar perusahaan

2. Menentukan kesesuaian kinerja penerimaan sampel

3. Mengevaluasi kinerja supplier

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

7

4. Mengetahui klasifikasi dari masing-masing supplier berdasarkan portfolio

hubungan supplier untuk menentukan usulan yang tepat

5. Menentukan usulan tindakan yang perlu dilakukan perusahaan untuk

mengendalikan kualitas bahan baku.

1.4.2 Manfaat

Selain tujuan-tujuan diatas, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam usahanya meningkatkan kualitas dan

produktivitas perusahaan.

2. Dapat digunakan di kemudian hari sebagai acuan dalam menilai kinerja supplier

secara berkala.

3. Dapat dijadikan metode ideal bagi perusahaan dalam melaksakan prosedur

inspeksi bahan baku.

4. Menjadi bahan perbandingan dan evaluasi atas perkembangan perusahaan.

1.5 Gambaran Umum Perusahaan

1.5.1 Sejarah Singkat Perusahaan

BBI adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garment dengan

memproduksi mereknya sendiri. Berdiri pada tanggal 10 November 1989, perusahaan ini

telah dikenal sebagai salah satu leading garment industry di Indonesia. Melalui ke-418

outletnya yang tersebar di seluruh Indonesia, produk kemeja prianya ditargetkan bagi

mereka yang perduli pada kualitas dan style. Didukung oleh manajemen yang solid,

teknologi, research and development dan loyalitas dari ke 2.523 karyawannya,

kesuksesan telah mengantarkan perusahaan ini untuk terus bertumbuh dan berkembang,

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

8

sehingga saat ini perusahaan memiliki dua divisi yang berada di dua lokasi berbeda,

yaitu Private label Division di Semper Timur Cakung Cilincing dan Branded Division &

HO di Kawasan Industri Pulo Gadung, yang merupakan tempat dilakukannya observasi.

BBI Branded Division & HO memproduksi kemeja pria maupun wanita untuk

pasar lokal dengan kesembilan merek yang dikeluarkan, yaitu Valino, Harry Martin, C-

Kent, Van Heusen, Sierra Morena, Creative Gear, dan Arnold Palmer untuk brand

kemeja pria, kemudian Valino Donna, dan Lyla untuk merek pakaian wanitanya. Selain

kemeja, BBI juga memproduksi celana, dan blouse sedangkan untuk beberapa

aksesoris seperti dasi, ikat pinggang, dan keperluan pakaian formal lainnya dikerjakan

dengan sistem subkontrak, produk-produk tersebut nantinya akan di distribusikan ke

Depatment Store yang ada di seluruh Indonesia.

Total luas lokasi pabrik ini adalah 4.200 m2 dengan luas kantor dan produksi

sebesar 3.360 m2 dan luas gudang 840 m2. Kapasitas produksi dari ke 8 line

menghasilkan sekitar 720.000 pieces per tahun. Jumlah karyawan yang dimiliki

sebanyak 582 untuk bagian produksi, 601 orang bagian marketing, dan 61 orang untuk

bagian administrasi.

1.5.2 Visi, Misi dan Kebijakan mutu Perusahaan

Kebijakan mutu PT. Bina Busana Internusa telah ditetapkan dalam strategi intent

WBAWI : What Bussiness are We In

(bidang bisnis yang ditekuni BBI)

” Sistem global manufaktur, merek khusus, dan retail dalam industri apparel”

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

9

Misi

” Perusahaan yang peduli, untuk membuat customer merasa bahagia dan bangga

mamakai produk BBI”

Visi

” Menjadi perusahaan kelas dunia dan memiliki merek terkemuka melalui inovasi dan

kerjasama jangka panjang”

Strategi :

Efisiensi

Kerjasama nilai terhadap pelanggan, pekerja dan pemegang saham

Pencetus trend yang didukung oleh pengadaan terbaik

Fleksibel dan respon yang cepat didukung oleh IT yang handal

Pekerja dan pemimpin terbaik

Value (nilai) :

Integritas, peduli, kerjasama tim, dan dimanis

1.5.3 Produk

Perusahaan memproduksi berbagai macam jenis dan merek kemeja, yang

disesuaikan dengan kebutuhan kemeja para eksekutif muda yang mewakili berbagai

macam kelompok atau bagian masyarakat. Dalam hal ini kebutuhan tersebut disesuaikan

dengan motif dan style dari kemeja yang diproduksi. Perbedaan pada brand-brand

berikut didasarkan pada segmen pasarnya agar dapat menjangkau pasar dengan lebih

sepesifik, sedangkan perbedaan pada sub brand di masing-masing merek adalah

berdasarkan motif dan bahannya. Berikut adalah kesembilan brand yang diproduksi oleh

BBI :

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

10

Tabel 1.1 Spesifikasi Brand

No Brand Subbrand Karakteristik Harga

1 Valino Milan, Napoli, Grande, Gold Slim, Gold Regular, Grande Junkies.

Dipergunakan oleh para eksekutif muda yang energik, dinamis serta memiliki cita-cita yang tinggi

Rp179.000,00 s/d Rp499.000,00

2 Harry Martin

PREMIER, CLASSIC, ACTIVE, LEISURE

Untuk eksekutif muda yang aktif dan gaya hidup tersendiri dengan berbagai macam corak warna yang ditampilkan sehingga siapa saja yang memakai kemeja Harry Martin dapat tampil lebih percaya diri

Rp119.000,00 s/d Rp1.000.000,00

3 C Kent Slim Fit, Custom Fit, Loose Fit

Memiliki ciri business shirt dengan motif unik dan detail untuk kegiatan sehari-hari, bagi mereka yang betul-betul memperhatikan hidup agar lebih bervariasi dan merupakan simbol status bagi para eksekutif yang sukses.

Rp 149.000,00 s/d Rp 359.000,00

4 Sierra Morena

GALANTE, SLIM, VERANO

Menawarkan kemeja untuk para pria modern yang dapat dipakai baik untuk bekerja maupun untuk acara-acara diluar pekerjaan.

Rp109.000,00 s/d Rp299.000,00

5 Van Heusen

Cotton Rich, 100% Cotton, Platinum, Relax

Merupakan international brand, lisensi yang telah dikenal di mancanegara ini digunakan untuk memuaskan para eksekutif dari kelas menengah keatas yang telah mempercayakan penampilannya pada merek mancanegara tersebut.

Rp229.000,00 - s/d Rp629.000,00

6 Arnold Palmer

PLATINUM, GOLD, ACTIVE, CHARGE, ARNIE JEANS

Merupakan salah satu merek lisensi yang diperoleh perusahaan, untuk mereka yang ingin tampil santai namun tetap berkelas

Rp249.000,00 s/d diatas Rp700.000,00

7 Creative Gear

Produk yang disediakan akan disesuaikan dengan pesanan konsumen dari instansi swasta maupun pemerintah.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

11

Tabel 1.1 Spesifikasi Brand (lanjutan)

8 Valino Donna

Gold dan Grey Diperuntukan bagi wanita karier dengan kisaran usia 20-36 tahun yang memperhatikan penampilan untuk tampil profesional namun tetap menampilakan sisi feminin yang kuat.

Rp199.000,00 s/d Rp449.000,00

9 Lyla Untuk wanita muslim yang berjiwa muda, aktif dan modis dengan kisaran usia 20-45 tahun. Lyla memberikan kesan elegant, charming, dan vurtious pada setiap wanita yang mengenakannya.

Rp129.000,00 s/d Rp699.000,00

Sumber : BBI

Sumber : BBI

Gambar 1.1 Logo Brand

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

12

1.5.4 Sistem Kerja

Sistem Kerja yang digunakan perusahaan ini adalah waktu kerja dengan 8 jam

sehari dan 40 jam seminggu, yaitu :

Senin s/d Kamis Pk 08.00 – 17.00

istirahat 1 jam Pk 12.00-13.00 (staf kantor) Pk 11.30-12.30 (operator)

Jumat Pk 08.00 – 17.15

istirahat 1 jam Pk 11.45-13.00 (staf kantor) Pk 11.30-12.30 (operator)

Perusahaan wajib memberikan kesempatan kepada pekerja yang beragama Islam

untuk melaksanakan Sholat Jumat dan waktu tersebut tidak diperhitungkan sebagai jam

kerja. Perusahaan juga terus mengenalkan sistem kerja QCC dan 5R kepada seluruh

karyawannya. QCC (Quality Control Circle) adalah sebuah program untuk memotivasi

jajaran agar aktif berpartisipasi mengendalikan kemampuan dan standar yang ditetapkan

perusahaan sehingga terjadi pengembangan. Dalam kelompok kecil dari tempat kerja

adalah bersama-sama secara suka rela melakukan aktivitas pengendalian mutu.

Sedangkan 5R yang merupakan perangkat yang dapat meningkatkan mutu produk dan

tempat kerja. 5R terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.

1.5.5 Struktur Organisasi

Jenis struktur organisasi yang digunakan perusahaan adalah fungsional, dengan

alasan untuk mempermudah proses pembagian tugas dan mempermudah pengerjaannya

sehingga dapat lebih terfokus menyangkut job description dan activity plan. Dalam

menyusun struktur organisasinya perbedaan posisi atau jabatan dibuat menyangkut

tanggung jawab yang dimiliki sedangkan perbedaan golongan dibedakan menyangkut

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)
Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

14

1.5.6 Perkembangan Bisnis Perusahaan

Perusahaan memasarkan produk-produknya hingga keseluruh Indonesia, dengan

mengirimkan produknya ke berbagai department store dan own store yang mereka

miliki di beberapa mall di Indonesia. Jumlah keseluruhan counter dan own store yang

ada di Jakarta dan luar Jakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.2 Jumlah Counter dan Own Store Masing-Masing Brand

Brand Jakarta (Unit)

Luar Jakarta (Unit)

Total (Unit)

Valino (V) 46 38 84 Harry Martin (HM) 50 26 76

Sierra Morena (SM) 26 20 46

CKent (CK) 16 20 36 Valino Donna (VD) 27 16 43

Lyla (L) 26 11 37

Arnold Palmer (AP) 31 21 52

Van Heusen (VH) 21 23 44 Total 243 175 418

Sumber : BBI

1.5.7 Proses Produksi

Penjelasan untuk proses produksi yang dilakukan BBI terdiri dari tiga tahap yaitu

potong (cutting), jahit (sewing), dan penyelesaian (finishing). Pada masing-masing tahap

tersebut juga terdapat beberapa rangkaian kegiatan, berikut ini penjelasan detail proses

produksinya :

1. Proses Cutting

Proses ini bertujuan untuk menghasilkan potongan-potongan bagian kemeja

yang nantinya akan dijahit pada proses sewing. Potongan bagian kemeja tersebut

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

15

terdiri dari manset, kantong, yoke, krah, kaki krah, lengan panjang, gambol,

bagian depan, bagian belakang kiri dan kanan. Sebelum dipotong bagian-bagian

kemeja tersebut digambar dahulu dengan bantuan komputer maupun secara

manual, kemudian gambar tesebut akan digunakan sebagai pola atau marker

untuk digambar pada kain yang akan dipotong. Pada proses cutting rangkaian

kegiatan yang dilakukan adalah:

• Spreading, yaitu kegiatan menggelar setiap gulungan kain dengan motif yang

sama diatas sebuah meja potong kemudian ditumpuk untuk digambar sesuai

dengan pola, umumnya jumlah tumpukan kain bisa mencapai 300 lembar

dengan proses yang terdiri dari 5 line.

• Cutting, tumpukan kain yang telah digelar dan diberi pola akan dipotong

sekaligus dengan menggunakan pisau potong sehingga menghasilkan bagian-

bagian seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

• Cek hasil potong, pengecekan juga dilakukan didalam proses untuk

meningkatkan efisiensi karena pemotongan merukapan tahap terpenting dalam

proses ini.

• Matching yoke, tumpukan kain hasil potongan tadi dicocokan kembali

motifnya agar hasil potongan pada tiap kain tepat berada pada bagian motif

yang sama.

• Band knife, hasil potongan dari cutting pertama tadi kemudian dipotong lagi

untuk merapikan hasil potongan.

• Gunting belah plaket, memotong plaket menjadi dua bagian.

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

16

• Numbering, menentukan dan memberi tanda setiap jenis ukuran, dan warna

pada kain dengan menempelkan stiker. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

operator saat proses penggabungan seperti tempel interlining agar kain yang

akan ditempel tidak tertukar.

• Potong interlining, proses memotong ini berbeda dengan proses cutting

karena kain yang dipotong pada proses ini mengandung lem pada salah satu

atau kedua sisinya. Sehingga pada proses pemotongan ini diperlukan alat

potong khusus. Mesin potong interlining digunakan untuk memotong bagian

kemeja seperti krah dan plaket.

• Tempel interlining, bahan interlining yang telah dipotong selanjutnya

ditempel sementara dengan menggunakan solder untuk memudahkan proses

pres.

• Press interlining, setelah dipotong kain yang mengandung lem tersebut dipres

untuk digabung menjadi satu dengan bagian kain yang lain. Contoh bagian

kain yang perlu dilakukan press interlining adalah krah baju dan plaket.

• Cek hasil QC, setelah dipotong semua output di cek 100% sebelum diletakan

di rak penyimpanan untuk dilanjutkan ke proses sewing. Produk yang cacat

ditempel striker dan dipisahkan untuk ditindak lanjuti.

2. Proses sewing

Pada proses ini seluruh bagian-bagian kain yang sebelumnya telah dipotong

sesuai pola pada proses cutting akan dijahit hingga menjadi sebuah kemeja utuh.

Pada lantai produksi, proses ini memiliki 8 line produksi dimana dalam satu line

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

17

terdiri dari 25 operator yang bekerja sama menjahit secara bergantian hingga

menjadi sebuah kemeja, dan setiap line menjahit kemeja dengan motif yang

berbeda. Saat proses penjahitan dan setelah proses penjahitan dilakukan

pengendalian kualitas, dimana saat telah menjadi sebuah kemeja utuh

pengendalian kualitas dilakukan secara 100% yang berarti seluruh output produk

diperiksa secara satu persatu sehingga apabila ditemukan cacat produk tersebut

dapat segera diperbaiki.

3. Proses Finishing

Proses ini adalah adalah tahapan proses terakhir dimana seluruh aksesoris yang

dibutuhkan pada kemeja seperti kancing, label, hand tag, polybag, semuanya

dipasang dan kemudian kemeja-kemeja tersebut akan dirapikan, dibersihkan,

serta dikemas hingga siap untuk dipasarkan. Pada proses finishing terdapat 7 line

button, 5 line ironing, dan 5 line packing. Urutan prosesnya secara lebih rinci

dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini :

• Button hole, proses membuat lubang kancing

• Pasang button, proses pemasangan kancing

• Kebut / kipas, proses untuk membersihkan kemeja dari debu-bedu atau

benang-benang yang tersisa pada kemeja dengan menggunakan mesin yang

mengeluarkan angin bertekanan tinggi.

• Ironing, setelah bersih kemeja yang akan di kemas sebelumnya di setrika

terlebih dahulu agar ketika dijual dalam keadaan rapi dan memudahkan

proses QC hanger.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

18

• Folding, merupakan proses merapikan kemeja dengan mengaitkan kancing

dan melipat kemeja-kemeja tersebut. Proses pelipatan dilakukan secara

manual dengan dibantu karton yang memberi bentuk lipatan.

• Polybag, proses pemasangan asesoris lain seperti kancing tambahan, label,

hand tag, dan barcode. Kemudian kemeja dimasukan ke dalam polybag atau

kemasan plastiknya.

• Assortmen, menentukan jumlah dan jenis ukuran kemeja yang akan

dimasukan ke dalam kardus jadi dalam satu kardus terdapat berbagai jenis

ukuran kemeja dengan perbandingan jumlah yang berbeda. Hal ini dilakukan

karena pesanan yang diminta atas ukuran kemeja berbeda antar toko.

• Packing, proses terakhir adalah memasukan seluruh kemeja yang telah siap

jual tersebut kedalam dus untuk kemudian di pindahkan ke distribution center.

1.5.8 Pengendalian Kualitas

Sedangkan untuk menjaga nilai pada setiap outputnya, pengendalian kualitas

yang dilakukan pada BBI dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Pengendalian Kualitas Bahan Baku

Pengendalian kualitas pada bahan baku dilakukan untuk menguji kesesuaian

kualitas kain yang dikirim dari pemasok dengan standar yang dimiliki.

Pengendalian kualitas dilakukan secara acak dengan mengunakan standar AQL

level 2 sebesar 10%. pengendalian kualitas bahan baku dilakukan pada gudang

bahan baku dengan tiga buah meja inspeksi. Pengendalian dilakukan dengan cara

menggelar kain bahan diatas meja inspeksi yang berukuran besar dan disertai

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

19

lampu pada lapisan bawah mejanya sehingga meja menjadi bercahaya dan dapat

dengan mudah menemukan kecacatan pada kain.

2. Pengendalian Kualitas Proses Produksi

Pengendalian kualitas yang dilakukan pada proses ini terdiri dari 6 tahap, yaitu

• QC cutting, seluruh kain yang telah dipotong dan di press interlining di cek

kualitasnya sebelum dilanjutkan ke proses sewing. Cacat yang ditemukan

pada QC ini dipisahkan dan diberi stiker tanda produk cacat. Jumlah operator

yang menangani QC ini adalah 6 orang.

• QC EMB (Embroidery), pengendalian kualitas ini hanya dilakukan apabila

ada pesanan produksi yang menggunakan bordiran, pada pengendalian

kualitas ini dilakukan dengan inspeksi 100% dan jumlah operator yang

menangani QC ini hanya 1 orang.

• QC styling, pengendalian kualitas pada tahap ini dilakukan pada output

pertama sebuah produk, dengan ditangani seorang operator QC untuk menguji

kesesuaian output dengan work sheet yang sebelumnya telah dibuat di ruang

sample. Setelah QC styling pada output pertama ini lolos baru seluruh

produksi jenis kemeja tersebut dapat dimulai.

• QC sewing, pengendalian kualitas pada tahap ini dilakukan selama dan

setelah proses sewing berlangsung. Apabila ditemukan kecacatan, produk di

beri stiker dan bila memungkinkan produk akan kembali diproses untuk

diperbaiki. Jenis cacat yang sering terjadi adalah kesalahan jahitan, kotor, dan

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

20

trimming. Jumlah total operator QC sewing adalah 16 orang dengan

menempatkan dua orang ditiap linenya.

• QC hanger, pada tahap ini pengendalian kualitas dilakukan setelah kemeja

selesai disetrika dengan 4 orang operator QC hanger pengecekan dilakukan

secara 100% sebelum di packing. Jenis cacat yang umumnya terjadi adalah

kotor, kesalahan kancing, salah jahitan, setrika kurang licin..

• QC final inspect, pengendalian kualitas pada tahap ini dilakukan setelah

proses finishing dimana produk kemeja tersebut telah dimasukan dalam

kemasan. Proses pengendalian kualitas ini dilakukan secara acak dengan

standar AQL sama seperti pada QC bahan baku dan dilakukan oleh seorang

operator QC.

1.5.9 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Ilmu keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 dapat didefiniskan sebagai

gabungan dari berbagai ilmu–ilmu seperti ilmu kesehatan, perilaku manusia, teknologi

dan lainnya yang dapat diterapkan. Adapun tujuan dari ilmu ini adalah untuk

menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi pekerja, tempat kerja dan

lingkungan sekitarnya, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Pada BBI hal tersebut diterapkan dengan mengacu pada P2KE (Peraturan Pemerintah

tentang Keselamatan Kerja)

Pada bagian produksi terlihat alat keamanan yang digunakan adalah :

Masker, untuk melindungi pernapasan dari bau tak sedap atau kotoran

Celemek, untuk menjaga kebersihan pakaian

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | Library ... cara yang dapat digunakan adalah dengan mengurangi reject komponen yang disebabkan cacat dari material. PT. Bina Busana Internusa (BBI)

21

Penutup rambut, untuk melindungi rambut agar tidak terpotong atau

tersangkut pada mesin.

Sarung tangan pada pekerja bagian cutting.

Pelindung telinga, digunakan saat proses membersihkan pakaian dari kotoran

karena alat yang digunakan bertekanan tinggi.

Alas kaki dari busa, digunakan oleh operator yang sikap kerjanya berdiri

untuk mengurangi kelelahan pada kaki.

Helm, digunakan sebagai syarat saat menurunkan maupun menaikan barang

menuju lantai yang berbeda.

Seragam, digunakan oleh seluruh operator untuk menjaga kekompakan dan

sebagai identitas perusahaan.

Untuk antisipasi kebakaran, alat keamanan yang tersedia berupa alat pemadam

kebakaran, alarm pemadam kebakaran, tanda lokasi alat pemadam, jalur evakuasi dan

pintu darurat. Sedangkan untuk kesehatan, fasilitas yang tersedia adalah kotak P3K,

daftar penanggung jawab P3K, lokasi kerja bebas rokok, gambar langkah-langkah

pemanasan sebelum bekerja, gambar posisi/cara mengangkat barang yang benar, tempat

sampah yang dibagi menjadi tiga bagian pada lantai produksi yaitu sampah plastik,

kertas, kaca dan kain, kemudian tempat sampah pada kantin yang dibagi menjadi

sampah basah dan sampah kering.