spesifikasi teknis asrama putri bbi batee iliek

79
1 SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN ASRAMA PUTRI UPTD PBPAT BATEE ILIEK KAB. BIREUN (DAK) A. SYARAT-SYARAT UMUM 1. Pengguna Anggaran/ dan Pengelola Teknis 1.1. Pengguna Anggaran adalah Kuasa Pengguna Anggaran Dinas / Pejabat Pembuat Kemitmen Dinas Kelautan Dan Perikanan Aceh. akan ditunjuk dan ditempatkan pegawai yang akan: 1.1.1. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan. 1.1.2. Menjaga supaya bestek dipenuhi dengan tepat. 1.1.3. Mengadakan konsultasi dengan pelaksana pekerjaan. 1.2. Penetapan Ukuran Pelaksana pekerjaan bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat, pelaksana pekerjaan wajib memberitahukan kepada Direksi/pengawas bila akan melaksanakan pekerjaan serta harus menyesuaikan ukuran-ukuran satu sama lain dan segera memberitahukan kepada direksi/pengawas jika terdapat kekeliruan, pelaksana pekerjaan tidak dibenarkan membetulkan kesalahan atau kekeliruan sebelum dirundingkan dengan pihak direksi/pengawas. 1.3. Perselisihan Perselisihan yang hanya mengenai hal-hal yang bersifat teknis akan diselesaikan oleh panitia arbitage, sedangkan perselisihan mengenai hal-hal lain akan diselesaikan oleh pengadilan negeri Pelaksana pekerjaan harus menempatkan seorang wakil atau lebih. kepadanya diberikan kuasa penuh untuk bertindak atas nama perusahaan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta pengawas tersebut setiap waktu senantiasa berada di tempat pekerjaan. Pelaksana pekerjaan harus menjaga bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan dan disimpan dalam gudang di lokasi pekerjaan supaya dapat terlindung dari segala pengaruh iklim dan pencurian.

Upload: boynadua

Post on 10-Nov-2015

69 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Spesifikasi Teknis

TRANSCRIPT

  • 1

    SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN ASRAMA PUTRI UPTD PBPAT BATEE ILIEK

    KAB. BIREUN (DAK)

    A. SYARAT-SYARAT UMUM

    1. Pengguna Anggaran/ dan Pengelola Teknis

    1.1. Pengguna Anggaran adalah Kuasa Pengguna Anggaran Dinas / Pejabat

    Pembuat Kemitmen Dinas Kelautan Dan Perikanan Aceh.

    akan ditunjuk dan ditempatkan pegawai yang akan:

    1.1.1. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan.

    1.1.2. Menjaga supaya bestek dipenuhi dengan tepat.

    1.1.3. Mengadakan konsultasi dengan pelaksana pekerjaan.

    1.2. Penetapan Ukuran

    Pelaksana pekerjaan bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan

    pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat, pelaksana pekerjaan wajib

    memberitahukan kepada Direksi/pengawas bila akan melaksanakan

    pekerjaan serta harus menyesuaikan ukuran-ukuran satu sama lain dan

    segera memberitahukan kepada direksi/pengawas jika terdapat kekeliruan,

    pelaksana pekerjaan tidak dibenarkan membetulkan kesalahan atau

    kekeliruan sebelum dirundingkan dengan pihak direksi/pengawas.

    1.3. Perselisihan

    Perselisihan yang hanya mengenai hal-hal yang bersifat teknis akan

    diselesaikan oleh panitia arbitage, sedangkan perselisihan mengenai hal-hal

    lain akan diselesaikan oleh pengadilan negeri

    Pelaksana pekerjaan harus menempatkan seorang wakil atau lebih.

    kepadanya diberikan kuasa penuh untuk bertindak atas nama perusahaan

    dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta pengawas tersebut setiap

    waktu senantiasa berada di tempat pekerjaan.

    Pelaksana pekerjaan harus menjaga bahan-bahan dan alat-alat yang

    diperlukan dan disimpan dalam gudang di lokasi pekerjaan supaya dapat

    terlindung dari segala pengaruh iklim dan pencurian.

  • 2

    2. Pengukuran Dan Alat-Alat

    1. Sebelum pekerjaan dimulai pelaksanaannya, pelaksana pekerjaan harus

    menyediakan untuk direksi alat-alat ukur guna memeriksa bangunan yang

    sedang dikerjakan dan untuk pelaksana pekerjaan harus memberi bantuan

    sepenuhnya.

    2. Direksi/pengawas berhak untuk memberitahukan kepada pelaksana

    pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaan dengan tidak memberitahukan

    biayanya.

    3. Pengawasan

    Pengawasan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut akan dilaksanakan oleh

    pihak direksi atau pegawai yang ditunjuk dan akan diberitahukan secara

    tertulis kepada pelaksana pekerjaan.

    3. Penjagaan

    Pelaksana pekerjaan harus mengadakan penjagaan sebaik-baiknya atas

    bangunan yang sedang dilaksanakan dan alat-alat yang digunakan.

    Pelaksana pekerjaan bertanggung jawab atas semua alat yang dipinjamkan

    untuk penyelenggaraan pekerjaan tersebut.

    4. Kesejahteraan Dan Keselamatan Tenaga Kerja

    Pelaksana pekerjaan harus menyediakan sebuah peti pembalut (P3K yang

    tersusun menurut syarat-syarat yang ditentukan dan harus senantiasa

    tersedia di tempat pekerjaan, setiap kali isinya dipergunakan harus segera

    dilengkapi kembali.

    Apabila terjadi kecelakaan, pelaksana pekerjaan secepat mungkin harus

    memberitahukan kepada pihak direksi dan mengambil tindakan-tindakan

    yang diperlukan untuk keselamatan korban atau untuk pemeliharaan

    korban beserta keluarganya harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan

    yang berlaku.

    Pelaksana pekerjaan harus memperkenankan pihak ketiga mempergunakan

    peti pembalut (P3K) di waktu kecelakaan yang mengenai pekerjaannya atau

    orang lain, dan setelah selesai pekerjaan peti pembalut (P3K) menjadi hak

    pelaksana pekerjaan.

    Pelaksana pekerjaan diharuskan menyediakan air minum yang bersih dan

    memenuhi persyaratan kesehatan.

    Pegawai yang ditunjuk oleh pihak direksi sebagai pengawas pekerjaan harus

    disediakan sebuah ruangan terpisah, dan diisi perlengkapan yang

    diperlukan sesuai dengan kebutuhan.

  • 3

    Segala kebutuhan makan dan minum untuk pengawas pekerjaan yang

    ditunjuk oleh pihak direksi selama pelaksanaan pekerjaan menjadi

    tanggungan pelaksana pekerjaan.

    5. Perubahan Konstruksi

    Perubahan konstruksi atau penyimpangan dari konstruksi yang dijelaskan

    dalam gambar rencana tidak diperkenankan, kecuali seizin atau atas perintah

    direksi/pengawas.

    6. Resiko Upah Dan Harga Satuan

    Harga bahan-bahan dan upah kerja berdasarkan harga yang berlaku pada saat

    ini, jika dalam hal tersebut terjadi perubahan-perubahan sebagai akibat dari

    kebijaksanaan pemerintah dibidang moneter akan diperhitungkan sebagai

    pekerjaan tambahan atau pengurangan pekerjaan.

    7. Pemeriksaan Bahan-Bahan

    Pelaksana pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan tiap bagian pekerjaan

    harus terlebih dahulu meminta kepada pihak direksi untuk melakukan

    pemeriksaan, apabila bagian pekerjaan tersebut dilaksanakan yang

    mangakibatkan tidak dapat diperiksanya bahan yang dipergunakan, maka

    segala resiko yang timbul karenanya menjadi tanggungan pelaksana

    pekerjaan.

    Bila perihal seperti tersebut di atas ternyata dilanggar, direksi berhak

    memerintahkan untuk dibongkar bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan.

    8. Pemakaian Bahan-Bahan

    Semua bahan-bahan yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat yang

    ditentukan dalam syarat-syarat umum.

    Pihak direksi berwenang untuk meminta keterangan mengenai asal bahan

    yang dipergunakan, dan pelaksana pekerjaan harus memberitahukannya.

    Bahan-bahan sebelum dipergunakan terlebih dahulu harus diperiksa oleh

    pihak direksi untuk diberi persetujuan, bahan-bahan yang sudah

    didatangkan di lapangan pekerjaan tetapi ditolak oleh pihak direksi harus

    segera dikeluarkan dalam lapangan paling lambat dalam tempo 2 x 24 jam

    terhitung sejak jam dinyatakan penolakan oleh pihak direksi.

  • 4

    9. Pekerjaan Pihak Ketiga (Sub Kontraktor)

    Pada dasarnya tidak diperkenankan memberi pekerjaan baik sebagian

    maupun seluruhnya kepada pihak ketiga.

    Bila ada pekerjaan yang khusus diberikan kepada pihak ketiga, pelaksana

    pekerjaan wajib meminta izin terlebih dahulu kepada pihak direksi.

    Bila ada bagian pekerjaan yang dikerjakan oleh pihak ketiga atas dasar

    persetujuan pihak direksi, tidak berarti pelaksana pekerjaan terlepas dari

    tanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan dan kesempurnaan pekerjaan

    pihak ketiga adalah tetap tanggung jawab pelaksana pekerjaan.

    10. Pekerjaan Tambah/Kurang

    1. Tiap-tiap perubahan penambahan atau pengurangan pekerjaan sebelumnya

    harus mendapat persetujuan pihak direksi.

    2. Biaya pekerjaan tambah/kurang setinggi-tingginya sampai dengan 10%

    (sepuluh persen) dari harga borongan dan ditentukan atas dasar harga

    satuan yang diajukan dalam surat penawaran pelaksana pekerjaan dan

    menjadi salah satu lampiran dari surat perjanjian kontrak.

    11. Force Majeure

    Yang dimaksud dengan force majeure antara lain adalah bencana alam

    misalnya gempa bumi, banjir, gangguan keamanan dan perubahan moneter

    akibat kebijaksanaan pemerintah.

    Apabila terjadi force majure, maka paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung

    sejak terjadinya force majeure maka pelaksana pekerjaan harus

    memberitahukan secara tertulis kepada pihak direksi dengan disertai bukti-

    butki dan usaha-usaha yang telah ditempuh untuk mengatasi hal tersebut.

    Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak

    diterimanya pemberitahuan tentang terjadinya force majeure tersebut, pihak

    direksi akan memberitahukan secara tertulis kepada pelaksana pekerjaan,

    tentang diterima atau tidaknya pernyataan force majeure dimaksud.

    Apabila dalam jangka waktu seperti tersebut di atas pihak direksi tidak

    memberitahukannya, maka dapat diartikan bahwa peryataan force majeure

    tersebut dapat diterima.

    12. Kekeliruan Direksi

    Pelaksanaan Pekerjaan sama sekali tidak diperkenankan mengambil keuntungan

  • 5

    yang disebabkan oleh kekeliruan atau kesilapan Pihak Direksi, dan bila hal ini

    terjadi maka segala akibat yang ditimbulkan sepenuhnya menjadi tanggungan

    Pelaksana Pekerjaan.

    13. Sistem Pembayaran Harga Borongan

    Pembayaran harga borongan pekerjaan akan dilakukan oleh Pemimpin

    Kegiatan melalui Bendaharawan Kegiatan, dan diatur dengan sistem

    pembayaran sebagai berikut:

    Angsuran harga Borongan, akan dibayarkan di bawah prosentase

    penyelesaian pekerjaan yang telah dicapai sebesar 5% (lima persen)

    Dibayar sebesar 95% (sembilan puluh lima prosen)dari Harga Borongan

    setelah prosentase penyelesaian pekerjaan mencapai 100% (seratus Persen)

    dan dilaksanakan Serah Terima Pertama Pekerjaan.

    Sisanya 5% (lima prosen) dari Harga Borongan, dibayar setelah masa

    pemeliharaan dilampaui dan dilaksanakan Serah Terima Kedua Pekerjaan.

    14. Ketentuan Hukum

    Pelaksana Pekerjaan dalam melaksanakan tugasnya menyatakan tidak akan

    memberikan atau menjanjikan imbalan apapun dan dalam bentuk apapun

    juga kepada Pihak Direksi atau kepada Pejabat-Pejabat lainnya yang ada

    kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan.

    Bila ternyata pernyataan dimaksud tidak benar, Pihak Direksi di samping

    berwenang mengajukan Pelaksana Pekerjaan ke Instansi yang berwenang,

    juga dapat membatalkan pelaksanaan pekerjaan dan semua kerugian atau

    biaya-biaya yang timbul karenanya menjadi tanggungan Pelaksana

    Pekerjaan.

    Apabila Pelaksana Pekerjaan tidak dapat melaksanakan dan memenuhi

    segala ketentuan-ketentuan yang dimuat dan dilampirkan dalam Surat

    Perjanjian, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan oleh pihak

    Direksi untuk mengusulkan agar Pelaksana Pekerjaan dikeluarkan dari

    Daftar Rekanan Mampu (DRM).

    15. Pajak-Pajak

    Pajak-pajak dan biaya-biaya lainnya yang merupakan kewajiban berdasarkan

    ketentuan dan peraturan yang berlaku sehubungan dengan pelaksanaan

    pekerjaan, sepenuhnya menjadi tanggungan dan kewajiban Pelaksana

    Pekerjaan.

  • 6

    16. Laporan Pekerjaan

    Pelaksana Pekerjaan harus mengadakan dan mempunyai Buku Laporan

    Harian, yang berisi dan memuat tentang aktivitas, bahan, peralatan, tenaga

    kerja, keadaan cuaca serta bagian-bagian pekerjaan yang dilaksanakan sesuai

    form Buku Harian Standard, yang setiap harinya dilaporkan dan

    ditandatangani oleh pihak Direksi/Pengawas.

    Pelaksana Pekerjaan harus membuat Laporan Bergambar tentang kemajuan

    pekerjaan masing-masing menurut keadaan sebelum, sedang dan selesai

    dikerjakan.

    17. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

    Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan direncanakan 180 (seratus delapan

    puluh) hari kalender, terhitung sejak tanggal dibuat dan ditanda tangani

    Surat Perjintah kerja (Ganning) dan dalam jangka waktu tersebut

    dilaksanakan Serah Terima Pertama Pekerjaan.

    Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan seperti tersebut di atas dapat

    diperpanjang dengan ketentuan bersyarat dan bila hal tersebut terjadi akan

    diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian Tambahan (addendum) yang

    merupakan perjanjian yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian.

    Apabila suatu perintah untuk melaksanakan pekerjaan tidak sekehendak

    untuk diberikan perpanjangan waktu, akan tetapi data dalam Buku Harian

    ternyata bahwa atas dasar perintah mengerjakan pekerjaan tambahan

    tersebut berhubungan dengan perpanjangan waktu, maka Pelaksana

    Pekerjaan tidak dapat melimpahkan kelambatan dan pelaksanaan pekerjaan

    karena alasan pekerjaan tambahan.

    18. Masa Pemeliharaan

    Masa Pemeliharaan/Perawatan ditetapkan selama 180 (Seratus delapan

    puluh) hari kalender, terhitung sejak tanggal dilaksanakan Serah Terima

    Pertama Pekerjaan.

    Selama dalam masa Pemeliharaan/Perawatan pekerjaan, Pelaksana

    pekerjaan berkewajiban memperbaiki segala kerusakan-kerusakan dan

    menyempurnakan segala kekurangan-kekurangan yang terjadi karena

    kurang baiknya pelaksanaan atau kerusakan-kerusakan lainnya.

    Apabila Pelaksana Pekerjaan tidak melaksanakan kewajibannya selama

    dalam masa pemeliharaan/perawatan pekerjaan, Pihak Direksi akan

  • 7

    memberitahukannya dan apabila batas waktu yang telah ditentukan dalam

    Surat Pemberitahuan oleh Pelaksana Pekerjaan belum dilaksanakan

    kewajibannya, maka pihak direksi berhak melaksanakan pekerjaan tersebut

    atas biaya yang menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan, selanjutnya

    setelah jangka waktu pemeliharaan/perawatan pekerjaan berakhir maka

    dilaksanakan Serah Terima Kedua Pekerjaan.

    19. Sanksi Kelambatan

    Apabila jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan ternyata

    tidak dapat ditepati atau dipenuhi oleh pelaksana pekerjaan

    dengan tidak dapat mengemukakan alasan-alasan yang dapat

    dipertimbangkan, maka pelaksana pekerjaan akan dikenakan denda 1/1000

    (satu per mil) untuk tiap-tiap hari kelambatan.

    20. Peraturan Tambahan

    Pekerjaan-pekerjaan yang belum terang dan jelas termasuk dalam bagian

    pekerjaan yang harus dilaksanakan, akan tetapi tidak diutarakan dalam

    penjelasan-penjelasan, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan dan

    dianggap sudah diuraikan, sehingga dapat dicapai hasil penyelesaian pekerjaan

    yang sungguh-sungguh, baik dan sempurna.

  • 8

    B. SPESIFIKASI UMUM

    1. LINGKUP PEKERJAAN

    Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pembangunan Asrama Putri UPTD PBPAT

    Batee Iliek Kab. Bireuen, dengan Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan

    didasarkan pada gambar rencana, BQ dan RKS yang menjadi bagian tidak

    terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini.

    2. PERATURAN TEHNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN

    Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-

    ketentuan tersebut dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya

    Keppres No. 54 tahun 2010 beserta lampiran-lampiran dan Juknisnya.

    Peraturan-peraturan umum mengenai pelaksanaan pembangunan di

    Indonesia atau Algemene voor warden voor de uitvoering bij aanneming

    van openbare werken ( AV ) 1941

    Surat Edaran bersama Bappenas dan Dirjen Anggaran No

    1997/21//39

    1997/01/./351

    ASE

    VID

    tanggal 20 Januari 1997.

    Keputusan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum No.

    295/KPTS/CK/1997 tanggal 1 April 1997 tentang Pedoman Tehnis

    Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

    Pedoman Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Umum SNI 03-1730-1989

    Peraturan Beton Bertulang Indonesia, SK SNI T-15. 1919.03

    Tata cara pengadukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1995

    Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995

    Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI) NI 5

    Peraturan Umum instalasi listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987

    Tata Cara Perencanaan Tangki Septick SNI 03-2398-1991

    Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja

    Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun1972.

    Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan NI 10

    Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat

    yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

    Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap sebagai

    mana ketentuan dan syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor Wajib

    megikuti ketentuan peraturan-peraturan yang disebutkan diatas.

  • 9

    C. SPESIFIKASI TEKNIS

    BAB I

    SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

    Pasal 1.

    PEKERJAAN TANAH

    1.1. Perataan Tanah

    Pekerjaan perataan tanah, pembongkaran, pembersihan galian,

    urugan dan pemadatan tanah urugan, harus dikerjakan lebih dahulu

    sebelum pemborongan memulai pekerjaan upper structure.

    Pekerjaan urugan dan pemadatan tersebut disesuaikan dengan

    kebutuhannya, sesuai dengan peil-peil (level) dan lokasi yang telah

    ditentukan di dalam gambaran serta mendapat persetujuan

    Direksi/Pengawas Lapangan.

    1.2. Pembongkaran dan Pembersihan

    Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua benda

    penghambat daerah pembangunan, sampah-sampah, tonggak-

    tonggak, humus, Lumpur, dan lain-lain. Bekas-bekas lubang dan

    sumur harus dikuras airnya dan diambil Lumpur dan tanahnya yang

    lembek yang ada di dalamnya. Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan

    yang ada hanya boleh disingkirkan setelah mendapat persetujuan

    Direksi/Pengawas Lapangan. Tunggul-tunggul pepohonan dan

    jalinan akar harus dibersihkan dan disingkirkan sampai pada

    kedalaman 1,00 m di bawah permukaan tanah. Segala sisa dari

    kotoran yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut harus disingkirkan

    dari daerah pembangunan oleh Pemborong, sesuai dengan petunjuk

    Direksi/Pengawas Lapangan.

    1.3. Galian dan Urugan

    a. Bahan galian dari daerah pembangunan dapat dipergunakan bila

    memadai untuk urugan dan penanggulangannya. Bahan urugan

    harus bersih dari pada unsur-unsur perusakan dan harus

  • 10

    disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Bila perlu dapat

    dilakukan penyeledikan Laboratorium Mekanika tanah yang

    disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Segala biaya-biaya

    penyeledikan tersebut menjadi tanggungan Pemborong.

    b. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus dicegah, dan

    bila terjadi harus diurug kembali sehingga mencapai kerataan

    yang ditetapkan dengan bahan urugan serta dipadatkan.

    1.4. Drainase Darurat

    a. Pemborong harus mengadakan drainase darurat yang sempurna

    setiap saat. Pemborong harus membangun saluran-saluran, parit-

    parit serta mengeringkan atau memompa sebagai mana drainase

    yang layak. Semua drainase darurat dan cara kerja yang

    dilakukan Pemborong harus disetujui oleh Direksi/Pengawas

    Lapangan.

    b. Pemberian pekerjaan tanah untuk kepentingan pembuatan jalan

    darurat untuk lalulintas selama pelaksanaan harus dirapikan

    kembali setelah selesai pekerjaan pembangunan ini. Jalan-jalan

    darurat tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab

    pemborong.

    1.5. Pemadatan

    a. Urugan

    Bahan urugan dipadatkan sekurang-kurangnya mencapai 85 %

    AASHO.

    b. Tanah asli

    Setelah pengupasan tanah (stripping) selesai dilaksanakan,

    bagian teratas sedalam 15 cm yang mempunyai kepadatan jauh

    kurang dari 85 % AASHO, bagian tersebut harus dipadatkan

    1.6. Cara Pelaksanaan

    a. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar

    dalam lapisan-lapisan yang rata dalam ketebalan yang tidak

    melebihi 300 mm pada kedalaman gembur.

    b. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan dicampur

    dengan cara menggarut atau cara sejenisnya sehingga diperoleh

  • 11

    lapisan yang kepadatannya sama. Setiap lapisan harus sama

    dalam hal bahannya, kepadatannya, dan kelembabannya

    sebelum pengerasan dilaksanakan.

    c. Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan

    dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai,

    sebelum dimulai dengan lapisan yang berikutnya. Bila mana

    bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki,

    lapisan tersebut harus diulang pengerjaannya atau diganti guna

    mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan.

    d. Setelah pemadatan selesai, urugan tanah yang kelebihan harus

    dipindahkan ketempat yang lain yang ditentukan oleh Pengawas

    Lapangan.

    e. Ketinggian (peil) disesuaikan dengan gambar.

    Pasal 2.

    PEKERJAAN PENCEGAHAN YANG DIGUNAKAN (TERMITE CONTROLS)

    2.1. Jenis Pencegahan Rayap yang Digunakan

    Jenis pencegahan rayap yang digunakan pada proyek ini adalah jenis

    preconstruction termitecontrols, yang meliputi:

    a. Ground treatment, soil treatment, dan floor treatment yang

    bertujuan mencegah ruang lingkup kehidupan rayap (tonic

    barrier) pada pondasi dan permukaan tanah yang digunakan

    untuk bangunan.

    b. Wood treatment/wood drenching, yang bertujuan untuk

    memberikan zat kimia aktif yang dapat berfungsi sebagai

    termisida (pembasmi rayap) untuk seluruh bagian yang

    menggunakan kayu pada bangunan ini.

    c. Termite maintenance program yang bertujuan untuk mencegah,

    menghalau, dan membasmi serangga rayap yang datang dari

    luar bangunan.

    2.2. Bahan-Bahan yang Digunakan

    Bahan bahan pencegah rayap yang digunakan adalah:

  • 12

    a. Untuk proses ground treatment, soil treatment, dan floor

    treatment digunakan bahan kimia (termisida) yang berupa bubuk

    atau kristal dengan bahan pelarut emulsi (larutan pekat) dari

    jenis emulsi concentrate 28 EC atau setaraf.

    b. Untuk wood treatment/wood drenching dan trimite maintenance

    program, digunakan bahan emulsi dari jenis emulsi concentrate

    28 EC atau setaraf, yang dilarutkan dalam bahan pelarut minyak

    tanah dengan konsentrasi 1 %.

    c. Bahan-bahan termite control yang akan dipakai dalam proyek ini,

    terlebih dahulu diusulkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan,

    yang dilengkapi dengan brosur-brosur dan referensi yang

    diperlukan.

    d. Bahan termite controls yang boleh digunakan untuk proyek ini,

    adalah bahan yang sudah disetujui oleh Direksi/Pengawas

    Lapangan.

    2.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

    a. Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilakukan oleh tenaga kerja yang

    telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan semacam ini, dan

    dipimpin oleh tenaga ahli yang berpengalaman.

    b. Pemborong-Pemborong Bawahan harus dapat menunjukkan surat

    izin yang masih berlaku untuk kegiatan bidang termite controls

    yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan atau pihak berwenang

    lainnya.

    c. Pekerjaan ini harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dari

    pabrik pembuatannya.

    2.4. Pencegahan Kecelakaan

    Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemborong harus sudah

    melakukan langkah-langkah pengamanan yang diperlukan, guna

    mencegah terjadinya kecelakaan, keracunan, serta hal-hal lain yang

    dapat membahayakan kehidupan (manusia, hewan, tanaman, dan

    barang), yang diakibatkan oleh bahan-bahan kimia yang digunakan

    pada pekerjaan ini.

  • 13

    2.5. Perawatan

    Pekerjaan anti rayap yang sudah selesai dikerjakan harus diamankan

    dari segala perbuatan/kejadian yang dapat merusak pekerjaan ini.

    2.6. Jaminan

    Pemborong harus memberi jaminan (garasi) bagi pekerjaan anti

    rayap ini selama minimal 10 (sepuluh) tahun.

    2.7. Peralatan yang Digunakan

    Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Pemborong harus menggunakan

    peralatan-peralatan yang memadai dan diperlukan untuk pekerjaan

    ini, antara lain:

    a. Power Sprayer, untuk penyemprotan kayu-kayu bangunan dan

    penyemprotan dalam tanah pada tekanan yang tinggi (1 3 atm),

    yang dalam sebuah lubang bias dicapai penetrasi dalam radius 3

    m2.

    b. Motor sprayer, untuk penyemprotan kayu-kayu : Kusen, rangka

    plafon, reng, kaso, dan lain-lain.

    c. Soil fumigant, untuk penyemprotan tanah dalam ruang yang

    tidak begitu luas.

    d. Otomatic hand sprayer, untuk penyemprotan bagian yang rumit

    dan lingkup ruang yang sempit.

    e. Alat-alat pengaman untuk melindungi bahaya keracunan bagi

    teknisi.

    2.8. Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan

    Soil treatment (peracunan tanah).

    Tahap I

    Setelah seluruh lubang pondasi digali, maka dasar galian

    disemprotkan larutan kimia siap pakai sebanyak 5 lt/m2 permukaan

    tanah, atau menurut petunjuk dari pabrik pembuatnya.

    Tahap II

    Setelah lubang pondasi selesai diurug, maka permukaan tanah pada

    sisi kiri kanan pondasi disemprotkan larutan kimia siap pakai

  • 14

    sebanyak 5 lt/m2 permukaan tanah, atau menurut petunjuk dari

    pabrik pembuatnya.

    Tahap III

    Untuk pekerjaan permukaan tanah (floor) setelah selesai peralatan,

    maka disemprot larutan kimia siap pakai pada seluruh permukaan

    tanah sebanyak 5 lt/m2 permukaan tanah, atau menurut petunjuk

    pabrik pembuatnya.

    Untuk pekerjaan dinding bata/beton yang belum diplester setinggi

    =2,00 m dari permukaan tanah disemprotkan larutan kimia siap

    pakai sebanyak 1,5 lt/m2 luas bata/beton, atau menurut petunjuk

    dari pabrik pembuatnya. Penampang pekerjaan soil treatment yang

    telah diberikan tonic barrier sesuai dengan spesifikasi untuk

    pekerjaan preconstruction termite control service.

    Pasal 3.

    PEKERJAAN GALIAN TANAH

    3.1. Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus

    dilakukan menurut ukuran dalam dan lebar, serta sesuai dengan

    peil-peil yang tercantum dalam gambar.

    3.2. Semua bekas pondasi bangunan lama, dan lain-lain, yang terdapat

    dibagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan

    dibuang. Bekas pipa-pipa saluran yang tidak dipakai harus

    disumbat.

    3.3. Apabila ternyata terdapat pipa air, pipa gas, pipa pembuangan, kabel

    listrik, kabel telepon, dan lain-lain yang masih digunakan kepada

    Direksi/Pengawas Lapangan atau kepada instansi yang berwenang,

    untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya.

    3.4. Pemborong bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan sebagai

    akibat dari pekerjaan galian tersebut.

    3.5. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah

    ditentukan, maka Pemborong harus mengisi/mengurug kembali

    dengan bahan yang sesuai dengan syarat-syarat pengisian bahan

    pondasi dan spesifikasi pondasi.

  • 15

    3.6. Pemborong harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi

    tersebut bebas dari longsoran-longsoran tanah di kiri dan di

    kanannya (bila perlu dilindungi dengan alat-alat penahan tanah) dan

    bebas dari genangan air (bila perlu dipompa), sehingga pekerjaan

    pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.

    3.7. Penggunaan kembali dengan tanah bekas galian dilakukan selapis

    demi selapis, sambil disiram air secukupnya, dan ditumbuk sampai

    padat. Pekerjaan pengurungan kembali ini hanya boleh dilakukan

    setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan

    Direksi/Pengawas Lapangan.

    Pasal 4.

    PEKERJAAN PONDASI

    Pondasi harus dilaksanakan pada level serta posisi yang betul sesuai

    gambar. Pengukuran titik-titik pada bouwplank harus dengan persetujuan

    Direksi Lapangan serta titik-titik tersebut harus dipertahankan sampai bisa

    dipindahkan pada kolom-kolom beton yang selesai dikerjakan. Sementara

    itu titik-titik referensi yang harus dipertahankan tetap harus dipelihara

    dengan baik. Lebar lubang galian pondasi harus cukup sehingga tukang-

    tukang dapat berkerja dengan leluasa serta tidak ada runtuhan-runtuhan

    tanah yang akan mengotori pekerjaan, selanjutnya pekerjaan dilanjutkan

    ke pekerjaan :

    a. Lingkungan pekerjaan :

    Meliputi pekerjaan seluruh bangunan sendiri

    - Pondasi tapak

    - Pondasi batu pecah / Batu gunung

    - Pondasi Batu Bata

    b. Persyaratan bahan pondasi tapak terbuat dari :

    1. Untuk tapak terbuat dari beton bertulang bk 25 kg/cm2.

    2. Pondasi batu Kali.

    - Semua pasangan batu pecah/gunung yang kedap air harus

    diaduk 1 PC : 2 PS.

    - Semua pasangan batu pecah/gunung yang tidak kedap air

    dibuat dengan adukan 1 PC : 4 PS.

    - Batu pecah/gunung yang digunakan adalah :

  • 16

    Batu dengan kualitas baik.

    3. Pedoman Pelaksanaan

    - Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan

    pengukuran-pengukuran as-as pondasi sesuai dengan gambar

    konstruksi dan ditelitikan persetujuan Direksi tentang

    kesempurnaan galian.

    - Untuk pondasi dilaksanakan sesuai dengan gambaran kerja

    dan gambar title.

    - Di bawah datar pondasi didurasi dengan pasir pasang setelah

    10 cm dan dipadatkan, sebagai lantai kerja.

    - Untuk pondasi plat dinding temuan dan proses adukan dan

    pembersihan harus memenuhi prosedur pada pasal beton

    bertulang.

    Pasal 5.

    PEKERJAAN BETON BERTULANG

    5.1. Pekerjaan beton bertulang meliputi :

    a. Pondasi Tapak b. Sloof c. Kolom-kolom d. Balok-balok lantai e. Plat Lantai f. Ring balok g. Tangga h. Kolom praktis, Balok latai

    5.2. Mutu bahan/material

    Bahan/material yang digunakan untuk pekerjaan struktur ini harus

    memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Beton

    bertulang Indonesia (PBI 1971 NI.2) dan Peraturan Umum Bahan

    Bangunan (PUBB 1976 NI.3) serta spesifikasi khusus lainnya yang

    berlaku di Indonesia.

    5.2.1. Semen (Portland Cement)

    a. Semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis type I

    menurut STM, memenuhi S.400 menurut Standard Cement

    Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen di Indonesia.

  • 17

    b. Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras, jika ada

    bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut harus dapat

    ditekan hancur dengan tangan (tanpa alat) dan jumlah

    bagian yang mulai mengeras ini tidak boleh lebih dari 5 %

    (lima persen) berat semen setiap zak/kantong.

    c. Semua kantong/zak semen harus masih dalam keadaan

    baik/tidak sobek atau pecah, dan beratnya harus sama

    dengan yang tercantum pada kantong/zak.

    d. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering,

    terlindungi dari pengaruh cuaca, berventalasi cukup, dan

    lantainya harus bebas dari tanah. Semen ditumpuk menurut

    urutan-urutan didatangkannya dalam kantong/zak yang

    utuh/tidak sobek.

    5.2.2. Agrerat halus (pasir beton)

    a. Pasir/Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang tajam

    dan kasar.

    b. Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan

    substansi-substansi yang dapat merusak beton. Pasir tidak

    boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari

    5 % (lima persen).

    c. Pasir/laut tidak boleh digunakan untuk pelaksanaan

    pekerjaan ini.

    d. Pasir/agregat halus harus memenuhi gradasi sebagai

    berikut:

    Saringan Ukuran % Lewat

    Saringan

    3/8"

    No. 4

    No. 8

    No. 16

    No. 30

    No. 50

    No. 100

    No. 200

    9,500 mm

    4,760 mm

    2,380 mm

    1,190 mm

    0,595 mm

    0,297 mm

    0,149 mm

    0,074 mm

    100

    90 100

    80 100

    50 85

    25 65

    10 30

    5 10

    0 5

  • 18

    e. Cara penyimpanan/penumpukkan harus sedemikian rupa

    agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan tidak

    menjadi kontaminasi atau tercampur dengan bahan yang

    tidak diinginkan.

    5.2.3. Agregat kasar (kerikil beton)

    a. Agregat kasar/kerikil beton atau batu pecah (crushed stones)

    yang digunakan harus terdiri dari butiran-butiran yang

    kasar, keras, berat, dan tidak porous, dengan diameter

    maksimum 2,5 cm.

    b. Bila ada butir-butir yang putih, jumlah beratnya tidak boleh

    melebihi 20 % (dua puluh persen) dari jumlah berat

    seluruhnya.

    c. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga

    melebihi test mesin Los Angelos ASTM.C-131-55.

    d. Agregat kasar harus bersih dari tanah/Lumpur atau

    kotoran-kotoran lainnya yang dapat merusak beton.

    e. Agregat kasar harus memenuhi gradasi sebagai berikut:

    Saringan Ukuran % Lewat

    Saringan

    1"

    3/4"

    3/8"

    No. 4

    25,00 mm

    20,00 mm

    9, 50 mm

    4,76 mm

    100

    90 100

    20 55

    0 5

    f. Cara penyimpanan/penumpukan agregat kasar harus

    sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan

    pekerjaan dan tidak terjadi kontaminasi atau tercampur

    dengan bahan yang tidak diinginkan.

    5.2.4 Besi Beton

    a. Besi beton yang digunakan adalah tulangan baja lunak

    (mild-steel), dengan mutu :

    1) U-24 untuk diameter 12 mm, yaitu batang baja polos

    dengan tegangan leleh minimal 2.400 kg/cm2.

  • 19

    2) U-32 untuk diameter > 12 mm, yaitu 0batang baja ulir

    dengan tegangan leleh minimum 3.200 kg/cm2.

    b. Besi beton harus bersih dari kotoran-kotoran, karat, minyak

    cat dan lain-lain yang dapat merusak baja dan/atau beton.

    c. Besi beton harus mempunyai penampang yang sama besar

    dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas, dsb).

    d. Untuk memperoleh jaminan kualitas besi yang digunakan,

    Pemborong harus memberikan sertifikasi dari pabrik besi

    beton tersebut pada Direksi/Pengawas Lapangan, yang

    menyatakan bahwa kekuatan besi-besi beton tersebut sesuai

    dengan spesifikasi.

    e. Setiap penerimaan besi beton di lapangan harus diambil

    minimal 3 (tiga) sampel (masing-masing mutu baja 3

    sampel), untuk dilakukan percobaan tarik (stress strain)

    pada Laboratorium Bahan Bangunan atas permintaan

    Direksi/Pengawas Lapangan.

    f. Pelaksanaan penyambungan / pemotongan, pembengkokan,

    dan pemasangan besi-besi beton harus sesuai dengan

    peryaratan dalam PBI 1971 (NI.3).

    g. Penyimpanan besi beton harus menggunakan bantalan-

    bantalan kayu sehingga bebas dari tanah. Besi beton

    ditumpuk sesuai jenis dan ukurannya masing-masing (tidak

    tercampur satu sama lain) serta bebas dari Lumpur,

    minyak/lemak, dan bahan-bahan lainnya.

    5.2.5. Air

    a. Air yang digunakan untuk adukan beton adalah air tawar

    yang tidak mengandung Lumpur, minyak, asam, garam, dan

    bahan-bahan akali lainnya yang dapat merusak beton dan

    besi baja tulangan beton.

    b. Air yang digunakan harus jernih, tidak berwarna, tidak

    berbau, dan tidak berasa serta dapat diminum.

    c. Pemborong harus menyediakan reservoir/bak penyimpanan

    air di lokasi proyek untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan,

    dengan kapasitas minimum 4 (empat) m3 dan senantiasa

    terisi penuh.

  • 20

    5.3. Pembuatan/PemasanganCetakan beton/Bekisting

    a. Rencana (disain) seluruh cetakan beton/bekisting sepenuhnya

    menjadi tanggung jawab Pemborong.

    b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran, dan batasan-batasan

    bidang dalam gambar yang diinginkan oleh Konsultan Perencana.

    c. Cetakan beton harus dibuat sedemikian rupa sehingga

    menghasilkan permukaan beton yang rata. Untuk itu dapat

    digunakan cetakan dari multipleks atau papan dengan permukaan

    yang halus dan rata, dengan rangka kayu yang kuat dan tidak

    mudah berubah bentuk. Jika perlu menggunakan pilihan besi.

    d. Semua cetakan/bekisting harus diberikan pengaut datar dan

    silang sehingga kemungkinan bergeraknya cetakan selama

    pelaksanaan pengecoran beton dapat dihindari, dan juga harus

    cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan beton.

    e. Susunan cetakan/bekisting dengan penyokong-penyokongnya

    harus teratur agar pengawasan atau kekurangannya dapat mudah

    dilakukan.

    f. Pemasangan cetakan/bekisting harus sedemikian rupa agar pada

    waktu pembongkarannya tidak akan merusak dinding beton yang

    bersangkutan.

    g. Sebelum adukan beton dituang, kontruksi cetakan/bekisting harus

    diperiksa/diteliti untuk memastikan, bahwa benar dalam

    letaknya, kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan

    pengembangan pada saat beton dituang, serta bersih dari segala

    benda yang tidak diinginkan dan kotoran kontruksi.

    h. Permukaan cetak/bekisting dapat diberi minyak yang biasa

    diperdagangkan (foem oil), untuk mencegah meletaknya beton

    pada cetakan. Penggunaannya harus berhati-hati, jangan sampai

    mengenai besi-besi beton yang dapat mengurangi daya beton pada

    besi.

    i. Sebelum pengecoran, kayu cetakan/bekisting harus bersih dan

    dibasahi air secukupnya dengan rata agar tidak terjadi penyerapan

    air beton yang baru dituangkan. Air pembasahan tersebut harus

    diusahakan mengalir sedemikian rupa hingga tidak menggenangi

    sisi bagian bawah dari cetakan/bekisting.

  • 21

    5.4. Kualitas Beton

    a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-225

    (tegangan tekanan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15

    x 15 cm3 pada umur 28 hari, bk = 250 kg/cm2, dengan derajat

    kofidensi 0,95).

    b. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya

    untuk memnuhi kualitas beton tersebut, dengan mengadakan

    trialmix.

    c. Slump (kekentalan beton)

    Slump (kekentalan beton) untuk jenis kontruksi berdasarkan

    pengujian dengan ASTM-C143, adalah sebagai berikut:

    Jenis Kontruksi Slump (mm)

    Maksimum Minimum

    - Kaki dan dinding

    pondasi

    - Pelat, balok dan dinding

    - Kolom

    - Pelat di atas tanah

    75

    100

    100

    100

    25

    25

    25

    50

    d. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran

    tinggi, maka harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50 %

    tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.

    e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, dengan hasil

    minimum 5 cm dan maksimum 12 cm. cara pengujian slump

    adalah sebagai berikut :

    1) beton diambil tepat sebelum dituangkan ke dalam cetakan

    beton/bekisting.

    2) Cetakan slump dibasahi dan ditempatkan di atas kayu yang

    rata atau plat beton.

    3) Cetakan diisi adukan beton sampai kurang lebih sepertiganya,

    kemudian adukan tersebut ditusuk-ditusuk 25 kali dengan besi

    16 mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti

    peluru).

    4) Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapis

    berikutnya. Setiap lapis ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap

    tusukan harus masuk dalam lapisan di bawahnya (satu lapis).

  • 22

    5) Setelah adukan beton bagian antaranya diratakan, segera

    cetakan diangkat perlahan-lahan, dan diukur penurunannya

    (slumpnya).

    f. Percobaan pendahuluan

    1) Untuk medapatkan mutu beton seperti yang diminta,

    kontraktor harus mengadakan percobaan-percobaan

    dilaboratorium sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan

    sampai didapat suatu perbandingan-perbandingan bermutu

    untuk mutu beton yang akan dipakai.

    2) Setiap ada perubahan-perubahan dalam jenis dari bahan-bahan

    harus diadakan percobaan dilaboratorium untuk mendapatkan

    mutu beton yang diperlukan.

    3) Sebelum hasil percobaan laboratorium dapat ditunjukkan

    seperti mutu beton, kekentalan yang ditunjukkan dengan

    slump test, pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan.

    4) Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan

    hasil percobaan dilaboratorium.

    g. Jumlah semen minimum adalah 340 kg untuk 1 m3 beton, khusus

    untuk atap/luifel dan poer beton jumlah tersebut dinaikkan

    menjadi minimal 365 kg/m3 beton.

    h. Pada masa permulaan pembetonan, Pemborong harus buat

    inimum 1 benda uji setiap 1,5 m3 beton agar dengan relative cepat

    dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Pengambilan benda-

    benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan

    kecepatan pembetonan.

    i. Jika dianggap perlu, Pemborong harus mengadakan percobaan

    kubus beton umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya

    tidak boleh kurang dari 65 % keukuatan yang diminta pada umur

    28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan

    angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian

    beton di tempat, dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam

    PBI-1972, dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.

    j. Pemborong harus membuat laporan tertulis data-data kualitas

    beton yang dibuat, laporan tersebut harus dilengkapi dengan

    harga karakteristiknya dan disahkan oleh Direksi/Pengawas

    Lapangan.

  • 23

    5.5. Adukan Beton

    a. Adukan (adonan) beton harus memenuhi syarat-syarat yang

    ditetapkan dalam PBI 1972 (NI.2).

    b. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang

    mempunyai ketelitian memadai untuk menetapkan dan

    mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentuk beton.

    Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya

    selalu harus mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas

    Lapangan.

    c. Pemborong harus melaksanakan Mix design dengan cara

    mengambil material yang akan digunakan untuk dibawa ke

    laboratorium.

    d. Pemborong harus membuat adukan (adonan) beton menurut

    komposisi adukan dan proposi antara pasir, kerikil/split, semen,

    dan air serta bertanggung jawab penuh atas kekuatan beton yang

    dipersyaratkan. Penggunaan air harus sedemikian rupa sehingga

    dapat mengahasilkan beton yang padat dengan daya kerja yang

    baik, serta dapat memberikan daya letak yang baik dengan besi

    beton.

    e. Pemborong diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixes)

    untuk mengontrol daya kerjanya, sehingga tidak ada kelebihan air

    pada permukaan ataupun menyebabkan terjadinya pengendapan

    (segregation) dari agregat.

    f. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam

    mesin pengaduk beton, yaitu "Batch Mixer" selama minimal 2

    (dua) menit. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani dari kapasitas

    yang telah ditentukan.

    g. Setiap mesin pengaduk beton harus dilengkapi dengan alat

    mekanis untuk mengukur waktu dan menghitung jumlah adukan.

    Waktu pengadukan ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas

    lebih besar dari 1,5 m3. Direksi/Pengawas Lapangan berwenang

    untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan

    cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan

    kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam

    dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan.

  • 24

    h. Pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan

    penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang

    dikehendaki, tidak dibenarkan.

    i. Mesin pengadukan yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus

    dibersihkan dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.

    j. Adukan Beton Ready Mix

    1) Pemakaian adukan beton ready mix harus mendapatkan

    persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan, demikian pula nama

    dan alamat supplier tersebut.

    2) Pemborong harus bertanggung jawab penuh bahwa adukan

    yang didatangkan tersebut telah memenuhi syarat-syarat

    dalam spesifikasi serta menjamin homogenitas dan qualitas

    yang kontiyu (menerus) pada setiap kali didatangkan

    (delivery).

    3) Waktu pengangkutan beton ready mix dari tempat

    pengadukan (batching plant) ke tempat pengecoran harus

    diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara

    pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam, dan

    tidak terjadi perbedaan waktu yang mencolok antara beton

    yang sudah dicor dengan beton yang akan dicor.

    4) Direksi/Pengawas Lapangan mempunyai wewenang pada

    setiap saat meminta kepada Pemborong untuk mengadakan

    percobaan mutu beton, dan bila mana diragukan kualitasnya

    maka Direksi/Pengawas Lapangan akan menghentikan dan

    menolak supply beton ready mix tersebut. Semua resiko dan

    biaya sebagai akibat dari hal-hal tersebut di atas, sepenuhnya

    menjadi tanggung jawab Pemborong.

    5.6. Pengecoran Beton

    a. Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi/Pengawas

    Lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran

    beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan

    untuk pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan

    cetakan dan pemasangan besi-besi beton, serta jaminan bahwa

    Pemborong dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

  • 25

    Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab

    Pemborong atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.

    b. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan

    dicor harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan

    kayu, batu, tanah, dan lain-lain) dan dibersihkan dengan air

    semen.

    c. Adukan beton tidak dituang bila waktu sejak dicampurkan air

    pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah

    melampaui 1 (satu) jam, dan waktu ini dapat berkurang lagi jika

    Direksi/Pengawas Lapangan menganggap perlu berdasarkan

    kondisi tertentu.

    d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan

    terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak

    tulangan. Cara penulangan dengan alat-alat pembantu seperti

    talang, pipa, chute dan sebagainya, harus mendapat persetujuan

    Direksi/Pengawas Lapangan. Alat-alat penuang seperti talang,

    pipa, chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari

    lapisan-lapisan beton yang mengeras.

    e. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian

    lebih dari 2 (dua) meter. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya

    digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalan

    terbenam dalam adukan yang baru dituang.

    f. Pengecoran dilakukan secara terus-menurus (kontiyu/tanpa

    berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu

    adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15

    (lima belas) menit setelah dikeluarkan dari mesin pengaduk, dan

    juga adukan beton yang tumpah selama pengangkutan, tidak

    diperkenankan untuk dipakai lagi.

    g. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton

    sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan

    dari lapisan air semen (laitance) dan dikasarkan dengan menyikat

    sampai agregat setelah pemberhentian pengecoran ini, maka

    adukan beton yang lekat pada tulangan dan cetakan harus

    dibersihkan. Tempat di mana pengecoran akan dihentikan, harus

    mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.

  • 26

    h. Semua pengecoran bagian dasar kontruksi beton yang menyentuh

    tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin

    duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen oleh

    tanah.

    5.7. Pemadatan Beton

    a. Pemborong bertanggung jawab untuk mengangkut dan menuang

    beton dengan kekentalan secukupnya, agar didapat beton yang

    padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.

    b. Pemborong harus menyediakan vibrator-vibrator untuk menjamin

    effisiensi tanpa adanya penundaan.

    c. Pelaksanaan penulangan dan penggetaran beton adalah sangat

    penting. Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi

    pengantongan beton-beton tidak akan dihindarkan.

    d. Beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator selama

    pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa, sehingga

    tidak merusak acuan maupun posisi tulangan. Pemadatan beton

    secara berlebih-lebihan sehingga menyebabkan pengendapan

    agregat, kebocoran-kebocoran melalui cetakan dan lain-lain, harus

    dihindarkan.

    e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan

    dengan penggetar berfrekwensi tinggi 2 cm, agar dijamin

    pengisian beton dan pemadatan yang baik.

    f. Suhu beton

    Suhu beton sewaktu dicor tidak boleh dari 320C. Bila suhu dari

    tempat pengadukan dan pengecoran berada di bawah 270C

    dan/atau di atas 320C, maka beton harus diaduk di tempat

    pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton dicor

    melebihi 320C, maka Pemborong harus mengambil langkah-

    langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat, atau

    melakukan pengecoran pada malam hari.

  • 27

    5.8. Pembukaan Cetakan Beton/Bekisting

    a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari

    Direksi/Pengawas Lapangan, atau jika umur beton telah

    melampaui waktu sebagai berikut :

    - Bagian sisi balok 48 jam

    - Balok tanpa beban kontruksi 7 hari

    - Balok dengan beban kontruksi 21 hari

    - Plat lantai/atap 21 hari

    b. Dengan persetujuan Direksi cetakan beton dapat dibongkar lebih

    awal asal benda uji yang kondisi kekuatannya 75% dari kekuatan

    pada umur 28 hari. Segala izin yang diberikan oleh

    Direksi/Pengawas Lapangan sekali-kali tidak boleh menjadi bahan

    untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab kontraktor dari

    adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran

    cetakan tersebut.

    c. Pembokaran cetakan beton harus dilaksanakan dengan hati-hati

    sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada

    permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan

    tidak cacat.

    d. Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian kontruksi yang

    terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum

    dilaksanakan pengurugan tanah kembali.

    e. Cetakan/bekisting bagian kontruksi yang memikul beban

    pelaksanaan lantai di atasnya, tidak boleh dibongkar sebelum

    mutu beton lantai di atasnya tersebut mencapai 75% dari keuatan

    umur 28 hari, dan lantai itu sendiri sudah mencapai kekuatan 75%

    dari kekuatan umur 28 hari.

    f. Semua beton yang tampak dalam pandang, pertemuan dua bidang

    harus tajam dan halus bidang-bidangnya. Segera sesudah cetakan

    dibuka dan beton masih relative segar, semua lubang-lubang dan

    lekukan diisi dengan adukan 1 semen : 1 pasir. Sebelum

    pelaksanaan pekerjaan ini, beton harus dibasahi secara

    menyeluruh. Semua bagian-bagian atau permukaan beton yang

    kasar akibat cetakan atau tetesan air semen, harus digosok dengan

    batu carborandun dan air, hasil yang ditinggalkan harus dalam

    warna yang sama.

  • 28

    g. Pekerjaan beton harus mempunyai permukaan bentuk finish yang

    rata dan halus. Menaburkan semen kering pada permukaan beton

    dengan maksud untuk menyerap kelebihan air, tidak dibenarkan

    sama sekali.

    5.9. Sambungan Beton (Construction Joints)

    a. Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk

    menyelesaikan penyelesaian satu struktur secara menyeluruh.

    Dalam schedule tersebut Direksi akan memberikan persetujuan

    dimana letak sambungan beton (Contruction Joints) tersebut.

    Dalam keadaan mendesak Direksi dapat merubah letak

    sambungan beton tersebut.

    b. Permukaan sambungan beton harus bersih dan dibuat kasar

    dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan

    beton yang padat dengan menyemprotkan air pada permukaan

    beton, sesudah 2 (dua) jam, tapi kurang dari 4 (empat) jam sejak

    beton dituangkan. Bila cara tersebut di atas tidak berhasil, maka

    dapat digunakan cara lain yang disetujui Direksi/Pengawas

    Lapangan.

    c. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi

    dan diberi lapisan bubur beton (grout) yang tipis dan merata

    seluruh permukaan beton, sebelum beton dituang. Bubur beton

    (grout) terdiri dari adukun 1 pc : 2 pc.

    d. Sambungan beton (Contruction Joints) harus diusahakan

    semaksimum mungkin berbentuk garis tegak atau horizontal. Bila

    Contruction Joints tegak diperlukan, tulangan harus menonjol

    sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang

    monolit. Sedapat mungkin dihindarkan ada contruction joints yang

    tegak, kalaupun ada prosedurnya harus disetujui

    Direksi/Pengawas Lapangan.

    5.10. Pemasangan alat-alat di dalam Beton

    a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa dan sebaginya yang

    diperlukan tertanam dalam beton, harus terikat dengan baik pada

    cetakan sebelum dicor.

  • 29

    b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari

    karat dan kotoran lain pada waktu beton dicor.

    c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan

    diikat pada tempatnya dengan menggunakan tamplate (besi

    pengikat/penyetel baut).

    d. Pemasangan pipa-pipa dalam beton tidak boleh mengurangi

    kekuatan kontruksi (lihat Pasal 5-7 ayat (1) PBI 1971).

    e. Pemborong tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang

    atau memotong kontruksi beton yang sudah jadi tanpa

    sepengetahuan dan seizin Direksi/Pengawas Lapangan. Ukuran

    dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat di dalam beton,

    pemasangan sparring sebaiknya harus menurut petunjuk-petunjuk

    Direksi/Pengawas Lapangan.

    5.11. Pengeringan/Perawatan Beton

    a. Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan cara yang baik dan

    disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Beton harus

    dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap

    sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan

    pengerusakan secara mekanik atau pengeringan sebelum

    waktunya.

    b. Segera setelah beton dicor dan di-finish, maka semua permukaan

    beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga terhadap

    kehilangan kelembabannya, yaitu dengan menjaga agar tetap

    basah secara terus-menerus selama 7 (tujuh) hari.

    c. Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya (sesuai

    ketentuan pada butir 63.11, sedangkan masa perawatan beton

    belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti

    permukaan-permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan.

    d. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan

    tidak dibongkar selama masa perawatan, beton harus selalu

    dibasahi air untuk mengurangi terjadinya retak pada celah-celah

    sambungannya.

    e. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak disebutkan

    di atas, harus dirawat agar permukaannya tetap basah atau

  • 30

    ditutupi dengan membrane yang basah selama 7 (tujuh) hari terus-

    menerus.

    f. Melapisi permukaan beton dengan bahan perawatan beton (curing

    compound) hanya diperbolehkan pada bagian-bagian beton yang

    tidak ditonjolkan secara estetika, kecuali dapat dibuktikan kepada

    Direksi/Pengawas Lapangan bahwa bahan-bahan tersebut tidak

    memberi pengaruh buruk pada permukaan beton.

    g. Pemborong harus bertanggung jawab atas retaknya beton kerena

    kelalaian tersebut di atas. Pada pengecoran beton pada waktu

    cuaca panas, benar diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik.

    5.12. Test Kubus Beton (Pengujian Mutu Beton)

    a. Secara umum mutu beton harus sesuai dengan Peraturan Beton

    Bertulang Indonesia (PBI 1971 BI.2), dengan syarat-syarat

    minimal sebagai berikut:

    1) Tidak kurang dari satu pengujian harus dibuat untuk setiap

    jenis pekerjaan beton yang dikerjakan dalam satu hari, dengan

    volume sampai 5 m3.

    2) Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji

    kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm3. Pengujian dilakukan

    pada umur 28 hari, atau menurut petunjuk / permintaan

    Direksi / Pengawas Lapangan. Hasil test merupakan hasil rata-

    rata dari empat speciment tersebut. Batas kekuatan beton rata-

    rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik

    250kg/cm2 untuk beton K-250.

    3) Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi

    yang ditinggal di lapangan, dibiarkan mengalami proses

    perawatan yang sama dengan keadaan yang sebenarnya.

    4) Direksi/Pengawas Lapangan berhak meminta setiap saat

    kepada Pemborong untuk membuat benda uji kubus beton dari

    adukan beton yang dicor.

    5) Semua biaya untuk pembuatan dan pengetesan kubus beton

    menjadi tanggung jawab Pemborong.

    5.13. Admixtures Beton

    a. Jika diperlukan, untuk mempercepat ikatan awal beton dapat

    ditambahkan bahan additive, yang harus mendapat persetujuan

  • 31

    Direksi/Pengawas Lapangan. Bahan addivite yang mengandung

    garam chorida tidak digunakan.

    b. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut adukan beton

    melebihi waktu yang telah ditentukan, dapat dipakai bahan

    penghambat ikatan awal beton (reterder) dengan persetujuan

    Direksi/Pengawas Lapangan.

    c. Pemakaian admixtures tidak boleh mengurangi pemakaian jumlah

    semen.

    5.14. Pengbengkokan dan Penyetelan Besi Beton

    a. Pembengkokan besi beton harus dilakukan secara hati-hati dan

    teliti, tepat pada ukuran posisi pembengkokan sesuai dengan

    gambar untuk itu, dan tidak menyimpang dari PBI 1971 NI.2.

    Pembengkokan tersebut dilakukan oleh tenaga yang ahli, dengan

    menggunakan alat-alat sedemikian rupa sehingga tidak

    menimbulkan cacat, patah, retak-retak, dan sebagainya.

    b. Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Pemborong harus

    membuat rencana kerja pemotong dan pembengkokan baja

    tulangan (bending schedule), yang sebelumnya harus diserahkan

    kepada Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapat

    persetujuannya.

    c. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan

    gambar dan sudah diperhitungkan mengenai toleransi

    penurunannya.

    d. Pemasangan dengan menggunakan selimut beton (beton decking)

    sesuai dengan gambar.

    5.15. Pengguntingan Besi

    a. Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang

    benar-benar sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.

    b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau

    pendapatnya terhadap kekeliruan, kekurangan atau perlu

    penyempurnaan pembesian yang ada, maka:

    1) Pemborong dapat menambah ekstra besi dengan tidak

    mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya

    hal ini diberitahukan kepada Direksi/Pengawas Lapangan

  • 32

    untuk selanjutnya disampaikan kepada Konsultan

    Perencanaan.

    2) Jika ini akan diminta oleh Pemborong sebagai kerja tambahan,

    maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada

    persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana dan disetujui

    oleh Pemberi Tugas/Pengguna Anggaran.

    3) Jika diusulkan pembuatannya dari cara pembesian, maka

    perubahan tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan

    persetujuan tertulis dari Konsutan Perencana.

    4) Mengajukan usulan dalam rangka kejadian tersebut di atas,

    adalah juga merupakan kewajiban bagi Pemborong.

    c. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan besi dengan diameter

    yang sama sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka

    dapat dilakukan penukaran besi dengan diameter yang terdekat,

    dengan syarat:

    1) harus ada persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.

    2) Jumlah luas besi tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera

    dalam gambar.

    3) Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan

    pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlapping yang

    dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian

    penggetar/vibrator.

    d. Toleransi besi

    Diameter ukuran sisi (jarak antara dua

    permukaan yang berlawanan

    Variasi dalam

    berat yang

    dibolehkan

    Toleransi

    diameter

    Di bawah 10 mm

    10 mm sampai 16 mm (tidak termasuk 16

    mm)

    16 mm sampai 28 mm

    7%

    5%

    5%

    0,4 %

    0,4 %

    0,5 %

  • 33

    5.16. Toleransi Pelaksanaan

    a. Penyimpangan dari toleransi seperti tersebut di bawah ini,

    maka pemborong harus bertanggung jawab atas perbaikan dan

    biaya-biayanya. Perbaikannya harus mendapat persetujuan

    dari Direksi/Pengawas Lapangan. Toleransi ini diberikan atas

    pekerjaan yang berkaitan dengan setting out, garis as

    bangunan, kedataran atau ketinggian, ketegakan, ukuran dan

    tebal dari suatu bagian, dan lain-lain.

    b. Kedudukan suatu bagian dari bidang bangunan yang

    ditunjukkan pada gambar adalah 6 mm setiap 3 meter panjang

    bidang bangunan, dengan maksimum 25 mm. Dalam hal ini,

    bidang bangunan tidak boleh melampaui garis batas pemilikan

    dan garis bangunan (garis sepadan).

    c. Eksentrisitas dari balok sloof terhadap as kolom atau dinding

    tidak melampaui 50 mm.

    d. Ketegak lurus

    Penyimpangan dari bidang tembok dan kolom terhadap garis

    vertical tidak melampaui 6 mm per meter, dengan maksimum

    13 mm.

    e. Kedataran

    Untuk tinggi 3 m dari lantai di bawahnya 6 mm.

    Untuk tinggi 6 m dari lantai di bawahnya -13 mm.

    Untuk tinggi 12 m dari lantai di bawahnya 19 mm.

    f. Penampang

    Penyimpangan maksimum terhadap dimensi penampang

    nominal dari kolom, balok, plat, dan lain-lain:

    Untuk dimensi < 15 cm = + 10 mm dan 3 mm.

    Untuk dimensi 15 cm = + 13 mm dan 6 mm.

    g. Lubang (opening)

    Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan

    lokasinya pada lantai dan dinding adalah + 6 mm.

  • 34

    BAB. II

    SYARAT-SYARAT

    TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

    Pasal 1.

    LINGKUP PEKERJAAN

    Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga kerja, pengetesan dan

    lain-lain sebagainya untuk pelaksanaan dan penyelesaian finishing) pekerjaan arsitektur

    sebagaimana tercantum dalam dokumen lelang.

    Pasal 2

    MUTU BAHAN

    2.1.Semen

    Semen yang digunakan untuk pekerjaan pasangan dan plesteran harus sama

    kualitasnya dengan semen untuk pekerjaan beton.

    2.2. Pasir

    Pasir pasangan yang digunakan untuk pekerjaan pasangan dan plesteran harus sama

    kualitasnya dengan pasir untuk pekerjaan beton. Gradasi pasir pasangan yang

    digunakan minimum 0,35 mm.

    2.3. Air

    Air yang dipakai untuk pekerjaan pasangan dan plesteran harus memenuhi syarat-

    syarat yang tercantum dalam pekerjaan beton.

    2.4. Bata

    a. Bata yang digunakan adalah bata dari tanah liat, hasil produksi lokal dengan

    ukuran 5,5 x 11 x 22 cm, yang dibakar dengan baik, bersudut runcing, rata, dan

    tanpa cacat serta tidak mengandung kotoran.

    b. Meskipun ukuran bata yang diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda dengan

    ukuran tersebut di atas, harus diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari

    ukuran tersebut.

    c. Bata yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PUBB 1976 NI.3, antara lain :

    - Kualitas baik.

    - Kualitas matang.

    - Warna merah (merah merata).

  • 35

    - Sisi dan permukaan rata, tegak lurus, runcing.

    - Keras dan tidak mudah patah.

    - Tidak terlihat garis-garis retak.

    - Tidak mengandung batu dan tidak berlubang-lubang.

    - Kekuatan tekan iltimate minimum 30 kg/cm2.

    - Harus satu ukuran dan satu kualitas (kalau ada perbedaan tidak boleh lebih

    besar dari 3 mm).

    - Penyerahan di lokasi kerja, bata yang patah hanya diberikan maksimum 5%

    (lima persen).

    d. Pemborong harus menyerahkan sampai bata yang akan dipakai untuk

    mendapatkan persetujuan datri Direksi/Pengawas Lapangan. Batu bata yang

    ternyata tidak memenuhi syarat-syarat, harus segera dikeluarkan dari lokasi

    pekerjaan.

    2.5. Kayu

    a. Seluruh bahan kayu harus memenuhi persyaratan yang tercantum pada :

    (1) Peraturan Umum untuk bahan bangunan di Indonesia (PUBB 1976 NI.3).

    (2) Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI 1961 NI.5).

    b. Kayu-kayu digunakan harus dari kualitas baik, tidak ada getah, kering udara,

    tidak ada mata kayu > 3 cm, tidak ada retak-retak, dan cacat lainnya.

    c. Kelembaban kayu harus kurang dari 20% untuk pekerjaan kasar dan kurang

    dari 15% untuk pekerjaan halus (untuk tebal kurang dari 7 cm).

    d. Kayu-kayu yang akan digunakan harus dilindungi dari kelembaba, dan

    disimpan di bawah atap dengan ventilasi yang baik dan kering.

    e. Semua kayu yang akan digunakan harus sudah disemprot anti hama rayap.

    2.6. Bahan-bahan lain.

    Bahan/material lain yang dipergunakan, seperti marmer/granit, keramik, Kayu,

    kaca, cat, plafon, kunci dan lain-lain harus memenuhi spesifikasi masing-masing

    dan Standar Industri Indonesia (SII).

    Pasal 3.

    PEKERJAAN ATAP DAN TALANG

    3.1 Pekerjaan Atap Genteng metal

    Bahan penutup atap yang digunakan adalah Genteng Metal Produksi dalam negeri,

    warna Brown. Atap yang boleh dipasang adalah Genteng yang telah diselesaikan

  • 36

    dengan baik, tidak rusak dan tidak rembes air, bentuk dan ukurannya sama dan

    telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan. Metode pemasangan dan bahan-

    bahan pembantunya harus menurut petunjuk yang dikeluarkan produsennya.

    Untuk itu sebelumnya pemborong wajib membuat Shop Drawingnya untuk

    mendapat persetujuan Direksi. Setelah atap dipasang, bidang permukaan harus rata

    dan lurus, tidak ada bagian yang bergelombang dan jalur-jalur atap harus rata dan

    lurus. Pemotongan unit-unit atap harus dilakukan dengan baik, rata dan bagian

    yang terpasang harus bebas dari kebocoran air.

    3.2. Pekerjaan Talang

    Untuk talang-talang dan jurai patahan atap digunakan bahan alluminium 8 mm

    produksi dalam negeri dan talang beton pada bangunan utama dengan kemiringan

    untuk pemanfaatan lebih maksimal.

    Pasal 4

    PEKERJAAN DINDING BATU BATA

    4.1. Lingkup Pekerjaan

    Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-

    alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan

    hasil yang baik.

    4.2. Persyaratan Bahan

    - Batu bata harus memenuhi PUBB 199/76 NI

    - Semen portland harus memenuhi NI-8

    - Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat

    - Air harus memenuhi PUBI-1982 pasal 9

    4.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

    - Pasangan batu/bata merah, dengan menggunakan adukan campuran 1

    PC : 4 PS.

    - Untuk semua dinding luar maupun dalam mulai dari permukaan

    sloof/balok sampai dengan ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai

    dan toilet, daerah basah dan daerah lain yang sesuai gambar, digunakan

    adukan rapat air/trasram dengan campuran 1 PC : 2 PS.

    - Batu bata merah yang digunakan batu bata ex lokal dengan kualitas

    terbaik yang disetujui Direksi lapangan, siku dan sama ukurannya.

  • 37

    - Sebelum bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok

    sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram

    air.

    - Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air

    terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.

    - Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri

    maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.

    - Bidang dinding bata batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus

    ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran

    13 x 13 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 12 mm, beugel diamater

    8 mm jarak-jarak 20 cm, jarak antara kolom maksimum 3,50 meter.

    - Pembuatan lubang pada pasangan batu bata untuk perancah sama sekali

    tidak diperkenankan.

    - Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian

    pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton

    diameter 8 mm jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik

    pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan

    bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali ditentukan lain.

    - Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patahnya melebihi

    dua bagian.

    - Pasangan batu bata untuk dinding batu harus menghasilkan dinding

    finish setebal 13 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm.

    pelaksanbaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus

    terhadap lantai.

    - Syarat-syarat penerimaan :

    1. Pasangan batu bata dapat diterima/diserahkan apabila deviasi

    bidang pada arah diagonal dinding seluas 12 m2 tidak lebih dari 0,5

    cm (sebelum diaci/diplester).

    2. Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum

    diaci/diplester).

    Pasal 5

    PEKERJAAN PLESTERAN DINDING

    1. Lingkup Pekerjaan

    - Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan

    tenaga kerja, bahan-bahan peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat

  • 38

    angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran,

    sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.

    2. Persyaratan Bahan

    - Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk

    seluruh pekerjaan).

    - Pasir harus memenuhi Ni-3 pasal 14 ayat 2.

    - Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.

    - Penggunaan adukan plesteran :

    1. Adukan 1 PC : 2 PS dipakai untuk plesteran rapat air.

    2. Adukan 1 PC : 4 PS, dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.

    3. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.

    3. Syarat-syarat Pelaksanaan

    - Plesteran dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan yang

    digunakan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi Lapangan,

    dan persyaratan tertulis dalam uraian syarat pekerjaan ini.

    - Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton

    atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Direksi Lapangan

    sesuai Uraian dan syarat-syarat pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.

    - Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk

    dalam gambar arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar

    potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan betuk profilnya.

    - Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam

    volume, cara pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan

    memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    1. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang

    berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata

    dibawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan

    lantai dan 150 cm dari permukaan lantai untuk kamar manci/wc,

    toilet dipakai adukan plesteran 1 PC : 2 PS.

    2. Untuk adukan kedap air, harus ditambah dengan additive plamix, ex

    MTCM dengan dosis 200-250 gram plamix, setiap 40 kg semen.

    3. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC : 4

    PS.

    4. Untuk plesteran halus (acian) dipakai campuran yang homogen, acian

    dan dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar).

  • 39

    5. Semua jenis adukan perekat tersebut harus disiapkan sedemikian

    rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum

    mengering. Diusahakan agar jarak waktu percampuran adukan

    perekat tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit

    terutama untuk adukan kedap air.

    6. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai

    pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh

    bangunan.

    7. Untuk beton sebelum diplester, permukaannya harus dibersihkan

    dari sisa-sisa bekesting dan kemudian diketrek terlebih dahulu dan

    semua lubang-lubang bekas pengikat bekesting atau form tie harus

    tertutup adukan plester.

    8. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang

    akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian diatas

    permukaan plesterannya).

    9. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan

    memakai spesi kedap air sampai setinggi 30 cm dari permukaan tanah

    atau dari lantai untuk bagian dalam dari bangunan. Adukan yang

    digunakan untuk dinding daerah basah seperti toilet, dapur, daerah

    cuci adalah campuran kedap air 1 PC : 2 PC sampai ketinggian

    minimum 150 cm dari lantai atau sesuai gambar.

    10. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada

    permukaannya diberi alur-alur garis horizontal untuk memberi ikatan

    yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang

    menerima cat.

    11. Ketebalan Plesteran harus mencapai ketebalan permukaan

    dinding/kolom yang dinyatakan dalam gambar atau sesuai dengan

    peil-peil yang diminta gambar. Tebal plesteran 1,5 cm, jika ketebalan

    melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan

    memperkuat daya rekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan

    yang diizinkan Direksi.

    12. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu

    dalam satu bidang datar, harus diberi naad (tali air) dengan

    ukurannya lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, atau sesuai gambar.

    - Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung

    wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran

  • 40

    setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari

    langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air

    secara cepat.

    - Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,

    plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan

    dapat diterima oleh Direksi Lapangan dengan biaya atas tanggungan

    Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor

    harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2

    kali setiap hari.

    - Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinisf,

    Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan

    dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung

    jawab Kontraktor dan wajib diperbaiki.

    - Syarat-syarat penerimaan

    Pasal 6

    PEKERJAAN GYPSUM BOARD

    6.1 Syarat Gypsum Board

    a. Gypsum Tile :

    - Ketebalan : 6 mm per lembar

    - Firte Reistance : 3 jam

    - Type dan Merk : jaya Board atau setara (Kontraktor wajib

    mengajukan contoh disetujui oleh Konsultan Perencana).

    b. Rangka Plafond

    - Bahan

    Rangka besi hollow 40 x 40 mm (rangka utama)

    Rangka besi hollow 20 x 40 mm (bila diperlukan)

    - Modul Rangka :

    Modul rangka besi hollow 40 x 40 mm dengan modul 120 x 60 mm

    (rangka utama).

    Rangka besi hollow 20 x 40 mm.

    Sebagai mana rangka pembagi rangka utama menjadi modul 60 x

    80 cm (rangka utama).

    - Barang yang dipakai harus dari barang yang masih utuh, bukan

    potong dai proyek lain (bekas/sisa).

  • 41

    - Penggantungan menggunakan besi diameter 10 mm. Dipasang

    sebagaimana penggantungan dengan modul 120 x 240 cm.

    c. Tape serta fibre :

    - Paper tape : Boral standard atau setara

    - Dempul/sambungan : joint multibond type M 200

    - Sekrup : khusus untuk gypsum.

    6.2 Syarat Pemasangan

    a. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor terlebih dahulu harus

    menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan pada pekerjaan

    ini untuk mendapatkan persertujuan Konsultan Perencana.

    b. Pemborong wajib mengadakan Mock Up (skala 1 : 1 ) untuk

    mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dimulai. Biaya pengadaan

    Mock Up yang telah disetujui oleh Konsultan Perencana serta memenuhi

    persyaratan bahan dan teknis akan dijadikan sebagai bahan dasar

    pedoman pemeriksaan dan penerimaan hasil pekerjaan.

    c. Hasil dari materi/bahan yang dipasang sesuai dengan yang ditunjukkan

    dalam gambar dari produk yang telah disetujui Konsultan Perencana.

    d. Setelah seluruh rangka flafond dipasang seluruh permukaan rangka rata,

    lurus dan waterpass (tidak bergelombang).

    e. Pemasangan rangka untuk dalam tambahan harus dilakukan seperti

    diisyaratkan pada umumnya pemasangan rangka hollow dan plafon

    gyipsum, pekerjaan penggantungan menggunakan kawat yang

    diisyaratkan dan dipasang tiap modul ukuran + 120 x 230 cm.

    f. Lembaran Gypsum adalah gypsum yang telah dipilih dan dilaksanakan

    pemasangannya dengan syarat bentuk serta ukuran setiap lembaran

    harus sama tidak ada bagian yang cacat atau gombal. Pemasangan tata

    cara pemasangan gypsum sesuai dengan cara instruksi yang diterbitkan

    oleh pabrik.

    g. Penyelesaian plafond dengan pasangan dinding tegak diselesaikan

    dengan detail gambar rencana.

    h. Finishing plafond : dilaksanakan dengan pengecetan, cat vinilex standar.

    Pengecetan dilaksanakan dengan menggunakan roll darei bahan wool

    (sesuai peralatan khusus untuk cat vinilex standard).

  • 42

    6.3 Syarat Pemeliharaan

    1. Perbaikan :

    a. Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat/kena

    noda. Perbaikan dilakukan sesuai pengarahan Konsultan Perencana

    dan tidak mengganggu pekerjaanb finishing lainnya.

    b. Bila kerusakan pekerjaan ini bukan karena tindakan pemakai ruangan

    pada waktu pekerjaan dilaksanakan, maka Kontraktor harus

    memperbaikinya/ mengganti.

    2. Pengamanan

    Kontraktor wajib mengadakan perlindungan/pengamanan terhadap

    pekerjaan plafond yang sudah terpasang. Untuk ini kontraktor harus

    mengadakan koordinasi dengan pihak pekerja finishing lainnya, dengan

    pengarahan Konsultan Perencana agar pekerjaan plafond yang telah

    dilaksanakan tidak terganggu atau rusak. Biaya yang diperlukan untuk

    pengamanan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor sampai hasil

    pekerjaan diterima dengan baik.

    6.4 Syarat Penerimaan

    Penerimaan pekerjaan ini dapat dilaksanakan dengan memenuhi syarat

    sebagai berikut :

    a. Hasil pelaksanaan memenuhi persyaratan standar toleransi pemasangan

    permukaan : penurunan maximum 1 mm untuk luasan 1 m x 2 m pada

    titik tengah.

    b. Hasil pekerjaan plafond yang dipasang harus rapi, rata untuk permukaan

    tidak terdapat flek/kotoran/gombal dan retak-retak pada permukaan.

    c. Semua kegiatan pelaksanaan telah memenuhi persyaratan gambar

    perancangan shop drawing dan pengarahan yang diberikan oleh

    Konsultan Pengawasa.

    Pasal 7

    PEKERJAAN LANTAI BETON TUMBUK

    7.1 Lingkup Pekerjaan

    - Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,

    peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya

    pekerjaan ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik.

  • 43

    - Pekerjaan lantai beton tumbuk ini meliputi seluruh detail yang

    disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

    7.2 Persyaratan Bahan

    - Lantai beton tumbuk dengan campuran 1 pc : 3 pasir : 5 koral.

    - Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan

    dalam PBI 1971 )NI-2), PUBB 1970 (NI-3) dan NI-8.

    - Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipakai terlebih dahulu harus

    diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Lapangan, untuk

    mendapatkan persetujuannya.

    - Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan

    persyaratan teknis operatif untuk pekerjaan lantai beton tumbuk

    sebagai pekerjaan ini, harus dalam keadaan baru, kualitas terbaik dari

    jenisnya dan harus disetujui Direksi Lapangan.

    - Seluruh Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan

    Kontraktor di Site.

    7.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

    - Untuk pemasangan lantai beton tumbuk yang langsung diatas

    permukaan tanah, maka permukaan tanah harus dipadatkan sehingga

    didapat permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya

    dukung tanah yangt maksimum.

    - Diatas pasir urug dilapis beton tumbuk setebal minimum 7 cm atau

    sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.

    - Pada saat lapisan lantai beton tumbuk sesuai petunjuk gambar dan

    perhatikan arah kemiringannya.

    Pasal 8

    PEKERJAAN WATER PROOFING,

    LANTAI KERAMIK

    8.1 Pekerjaan Waterproofing

    Waterproofing dipasang pada lantai daerah toilet dan pada atap plat beton. Bahan

    c waterproofing untuk daerah toilet adalah Coment Waterproofing Slurry produk

    Lechler Chemie atau yang setara dengannya. Bahan waterproofing untuk atap plat

    beton adalah Inertol Elastomastic 10 produk Lechler Chemia atau yang setara.

  • 44

    Sebelum bahan water proofing dipasang, permukaan lantai atau harus betul-betul

    kering dan bersih. Tinggi dinding yang dilapis waterproofing minimal 50 cm dari

    lantai. Pemakaian bahan adalah 1,5 kg untuk 1 m2 bidang dinding atau lantai atau

    sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh produsennya.

    8.2 Pekerjaan Lantai Keramik /granit

    a. Lingkup Pekerjaan

    - Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan

    dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan dalam terlaksananya

    perkajaan ini sehingga diperoleh hasil; pekerjaan ini sehingga diperoleh

    hasil pekerjaan yang baik.

    - Pekerjaan lantai Granit ini dilakukan meliputi seluruh detail yang

    disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

    b. Persyaratan Bahan :

    b.1. Ruang : Selain KM/WC seluruhnya memakai granit

    - Jenis : Granit buatan lokal,

    - Ketebalan : Minimum 10 mm atau sesuai gambar.

    - Finishing : Berglazuur

    - Kekuatan Tekan : 450 kg per cm2 (sesuai PUBI 1982).

    - Bahan pengisi : Adukan spesi 1 PC : 2 PS.

    - Warna : Coklat dan Cream (sesuai brosur)

    - Bahan perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 PS

    - Ukuran : 60 x 60, sesuai gambar.

    b.2. Ruang KM/WC :

    - Jenis : Keramik buatan lokal, heavy duti split-tile

    setara IKAD.

    - Ketebalan : Minimum 7 mm atau sesuai gambar.

    - Finishing : Berglazuur dan bersektur

    - Kekuatan Tekan : 450 kg per cm2 (sesuai PUBI 1982).

    - Bahan pengisi : Adukan spesi 1 PC : 2 PS.

    - Warna : Coklat muda (sesuai brosur)

    - Bahan Perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 PS.

    - Ukuran : Dinding 20 x 40 cm , lantai 20 x 20, sesuai

    gambar.

  • 45

    - Pengendalian seluruh pekerjaan seluruh pekerjaan ini harus sesuai

    dengan peraturan-ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19), PUBB

    1970 DAN PUBI 1982.

    - Semen porland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi

    syarat-syarat yanbg ditentukan dalam PUBB 1970 (NI-3) dan PBI 1971

    (NI-2) dan ASTM.

    - Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu

    harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Lapangan untuk

    mendapatkan persetujuannya.

    c. Syarat-syarat Pelaksanaan.

    - Alas dari lantai keramik adalah lantai beton tumbuk dengan

    ketebalan minimum 7 cm atau sesuai gambar.

    - Adukan pengikat dari 1 PC : 2 PS.

    - Bidang permukaan dasar lantai keramik harus benar-benar rata

    dengan memperhatikan kemiringan lantai untuk memudahkan

    pengaliran.

    - Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar detail atau

    sesuai petunjuk Pengawas.

    - Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar

    siar-siar), harus sama lebar minimum 2 mm dan kedalaman

    maximum 2 mm yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus

    yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang

    berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan

    tegak lurus sesamanya.

    - Siar-siar diisi dengan bahan pengisi berwarna sesuai yang disebut

    dalam persyaratan bahan warna harus sesuai dengan warna

    keramik yang dipasang.

    - Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong

    keramik khusus sesuai persyaratan pabrik.

    - Keramik yang telah terpasang harus dibersihkan dari segala macam

    noda pada permukaan keramik, hingga bersih.

    - Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu unit-unit keramik

    direndam dalam air sampai jenuh.

    - Pinggulan pasangan keramik harus dilakukan dengan alat gurinda,

    sehingga diperoleh hasil pengerjaan yang rapi, siku dan tepian

    yang sempurna.

  • 46

    Pasal 9

    PEKERJAAN KUSEN KAYU

    PINTU/JENDELA KACA

    I. Lingkup Pekerjaan

    a. Meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan, bahan, penyetelanm dan

    pemasangan Kusen Kayu pintu/jendela dan kaca pada tempat-tempat

    sesuai dengan gambar rencana.

    b. Mengatur pekerjaan Kusen Kayu dengan pekerjaan-pekerjaan bidang

    lain yang berkaitan, utamanya pekerjaan kaca.

    c. Membuat gambar-gambar kerja (serta perhitungan apabila diminta)

    yang disesuaikan dengan gambar rencana dan RKS ini.

    II. Bahan-bahan

    - Profil Kayu bermutu baik.

    - Ukuran Kayu : Disesuaikan dengan kebutuhan dan/atau

    gambar.

    9.1 Pekerjaan Rangka Kayu dan Kaca

    a. Pekerjaan ini meliputi perhitungan, pengadaan dan pemasangan

    pada bagian-bagian bangunan yang menggunakan konstruksi Kayu

    sebagai rangka, khususnya untuk pintu-pintu rangka Kayu dan

    rangka kaca.

    b. Permborong Kayu bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya

    pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas dengan baik. Adapun yang akan

    terjadi kemudian hari pada bagian-bagian tersebut sehingga

    menyebabkan kerugian-kerugian dari pihak Pemilik, adalah menjadi

    tanggung jawab Pemborong Kayu, seperti :

    (1) Terjadinya lendutan rangka Kayu sehingga menyebabkan

    pecahnya kaca.

    (2) Terjadinya kebocoran-kebocoran (angin dan air) sebagai akibat

    kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan.

    (3) Kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh kesalahan

    sistem konstruksi yang dipakai.

    c. Pekerjaan ini harus ditangani oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam

    bidangnya.

  • 47

    d. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong Kayu terlebih dahulu harus

    menyerahkan gambar kerja dan shop drawing khusus untuk

    pekerjaan tersebut kepada Direksi untuk mendapatkan

    persetujuannya.

    e. Pekerjaan yang ternyata dilaksanakan berdasarkan gambar-gambar

    yang belum/tidak disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.

    Dalam hal ini Direksi/Pengawasa Lapangan berhak menolak dan

    mengintruksikan kepada pemborong Kayu untuk membongkar

    pekerjaan tersebut. Semua kerugian yang diakibatkan oleh hal-hal

    tersebut, menjadi tanggung jawab Pemborong Kayu.

    f. Untuk mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawasa Lapangan,

    maka pemborong Kayu harus mengajukan contoh-contoh (sampel)

    untuk bahan-bahan yang akan dipakai, yaitu semua hard were,

    weather strip, angkur, dan peralatan lainnya. Semuanya dalam

    keadaan telah siap pakai (finish).

    9.2 Konstruksi Rangka Kayu

    a. Tebal minimum untuk rangka Kayu adalah 6 cm. Ukuran-ukuran

    dan dimensi yang digunakan harus dibuktikan dengan hasil

    perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan.

    b. Bahan yang dipakai adalah Kayu kualitas Klass I

    c. Cara pengerjaan Kayu :

    - Dipotong dan dipasang secara rapi dan presisi, toleransi ukuran

    tidak lebih dari 2 mm.

    - Penggunaan alat-alat/mesin-mesin untuk memotong, punching,

    drilling, dan sebagainya.

    - Hubungan antara Kayu-Kayu pada sambunbgan-sambungan

    harus diberi lapisan mastic, serdangkan pada bagian dalam

    diberikan sambun