bab 1 pendahuluan 1.1. latar...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keseluruhan kegiatan kepariwisataan tidak pernah terlepas dari aneka
usaha jasa pariwisata, termasuk jasa layanan pemandu wisata (pemandu wisata).
The Oxford American Dictionary and Language Guide (2000) mendefinisikan
pemandu wisata sebagai “a person who leads or shows the way or directs the
movements of a person or group based on his ways or conduct” (hal. 433). World
Federation of Tour Guide Association (2005:1) menyatakan bahwa pemandu
wisatamerupakan:
A person who guides visitors in the language of their choice and interprets
the cultural and natural heritage of an area which person normally
possesses an area-specific qualification which is usually issued and /or
recognized by the appropriate authority.
Kedua pengertian di atas menunjukkan bahwa, seorang pemandu wisata tidak
hanya bertanggung jawab untuk mengelola pergerakan wisatawan dan
menerjemahkan bahasa, tetapi juga menginterpretasikan nilai ragawi dan non-
ragawi dari berbagai sumber daya alam dan budaya yang terdapat di suatu
destinasi.
Selama beberapa dekade terakhir ini, praktisi pariwisata telah
mengupayakan berbagai hal untuk membuat kegiatan pemanduan menjadi lebih
menarik. Berbagai materi dan pelatihan telah banyak dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan dan kualitas pemandu wisata dalam melayani
wisatawan, sehingga mampu mencapai tingkat kepuasan wisatawan yang lebih
tinggi. Hal lain yang tak kalah penting untuk diupayakan adalah cara agar
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pemandu wisatadapat terlibat langsung dalam usaha pembangunan berkelanjutan
di suatu destinasi.
Pariwisata adalah sebuah open system yang terdiri dari komponen-
komponen yang saling berkaitan. Pelaksanaannya melibatkan berbagai pemangku
kepentingan dari latar belakang yang berbeda-beda. Bagaimana performa dari
masing-masing pemangku kepentingan, dan seberapa baik mereka berkoordinasi
dalam pengelolaannya, akan menentukan arah perkembangan pariwisata di masa
depan, apakah nantinya pariwisata mampu menjadi fasilitator, atau justru
menyabotase usaha pembangunan berkelanjutan. Dengan kata lain, masing-
masing pemangku kepentingan memiliki kontribusi untuk menentukan masa
depan pariwisata.
Banyak pemangku kepentingan—seperti: pemerintah, pengelola destinasi,
industri bisnis, dan masyarakat lokal—yang telah diinvestigasi terkait dengan
perannya dalam mempromosikan pariwisata berkelanjutan. Investigasi tersebut
telah menghasilkan sejumlah manajemen strategi, yang meliputi: pemberdayaan
masyarakat lokal, pembangunan kerjasama antara sektor publik dan swasta,
pengendalian skala dan tingkat pertumbuhan pariwisata, serta pengenalan kode
etik pariwisata ke berbagai industri. Salah satu pemangku kepentingan yang
hingga saat ini masih jarang diperhatikan adalah pemandu wisata (Prakash,
Chowdhary & Sunayana, 2011 dan Ballantyne & Hughes, 2001).
Pemandu wisata adalah agen sentral dalam sistem pariwisata. Pemandu
wisata bertanggung jawab untuk mengelola kebutuhan wisatawan, yang pada
umumnya berkaitan dengan pertanyaan mendasar seputar: kemana akan pergi, apa
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
yang dapat dilihat, bagaimana cara melihat, dan apa yang dapat dilakukan di suatu
destinasi wisata. Hal ini menunjukkan bahwa, bagaimana cara pemandu wisata
membawa diri, melayani dan menginterpretasikan berbagai elemen destinasi, akan
mempengaruhi kualitas pengalaman dan tingkat kepuasan yang diperoleh
wisatawan, serta mempengaruhi keberlangsungan hidup dari aspek lingkungan,
ekonomi, sosial dan budaya yang ada di suatu destinasi.
UNWTO (2013:2) menyatakan bahwa pariwisata berkelanjutan
merupakan “tourism that takes full account of its current and future economic,
social and environmental impacts, addressing the needs of visitors, the industry,
the environment and host communities”. Pengertian ini menunjukkan bahwa,
pembangunan pariwisata berkelanjutan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan kualitas hidup manusia, sambil terus mempertahankan nilai dan
integritas lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya, sebagai sumber kehidupan
manusia di masa kini maupun di masa mendatang.
Sehubungan dengan pengertian di atas, pemandu wisata, sebagai agen
sentral dalam sistem pariwisata, memiliki peran untuk memberikan pengalaman
yang berkualitas kepada wisatawan, meminimalisir dampak kerusakan
lingkungan, mempromosikan perekonomian lokal, menjalin kerjasama dalam
pengelolaan pariwisata, dan melestarikan kebudayaan masyarakat lokal, yang
terdapat di suatu destinasi. Sayangnya, penelitian yang mengidentifikasi sejauh
manapemandu wisata dapat memberikan berbagai kontribusi tersebut masih
jarang ditemukan. Sehubungan dengan adanya kelangkaan penelitian tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi pemandu wisata untuk
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
mendukung tercapainya tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Candi
Borobudur.
Candi Borobudur dipilih sebagai lokasi dalam penelitian ini karena Candi
Borobudur merupakan salah satu objek wisata yang paling banyak diminati oleh
wisatawan. Selain menyandang status sebagai salah satu warisan budaya dunia,
Candi Borobudur juga merupakan pusat kegiatan spiritual, ekonomi, sosial dan
budaya bagi wisatawan, para pemangku kepentingan dan masyarakat lokal yang
berada di sekitarnya. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini berusaha
untuk mengidentifikasi sejauh mana pemandu wisata, yang secara khusus bekerja
di Candi Borobudur, mampu menjalankan peran dan tanggung jawabnya untuk
mewujudkan tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
1.2. Rumusan Masalah
Pemandu wisata adalah salah satu pemain terdepan dalam dunia
pariwisata. Meskipun demikian, posisi mereka cenderung lemah dan terisolasi
dibandingkan dengan pemangku kepentingan lainnya. Fenomena ini dapat diamati
secara langsung di lapangan, dimana pengelolaan pergerakan dan kegiatan
wisatawan, yang seharusnya dapat dikelola secara langsung oleh pemandu wisata,
justru berada di bawah kewenangan pemangku kepentingan lain, seperti: lembaga
pengelola destinasi, pemerintah, industri bisnis pariwisata dan masyarakat lokal.
Badan pengelola destinasi mengelola lisensi dan cakupan informasi, yang
secara tidak langsung memberikan batasan pada apa, kapan, dimana dan
bagaimana kegiatan wisata harus dikelola. Instansi pemerintah juga mengeluarkan
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
berbagai undang-undang dan peraturan tentang penggunaan sumber daya yang
dapat dan tidak dapat diperbaharui di destinasi wisata. Apabila dibandingkan
dengan praktik pemanduan, kebijakan dan praktek hukum semacam itu dinilai
lebih terukur, mudah diamati, dan memiliki dampak langsung terhadap
pembangunan pariwisata berkelanjutan (Howard dkk., 2001: 33).
Para pelaku bisnis pariwisata, seperti: agen perjalanan, pemilik akomodasi,
pengusaha restoran dan berbagai jenis vendor, juga memiliki pengaruh untuk
menentukan tingkat kepuasan wisatawan.
Travel agents, hoteliers, tour [operators] and vendors constrain tourists’
movements, behaviours and even thoughts …. All these service providers
contribute to customers’ satisfaction or dissatisfaction [and to
sustainability], whereas tour guides often face the brunt. (Prakash,
Chowdhary dan Sunayana, 2011: 66)
Hal ini tentunya akan mempengaruhi preferensi wisatawan dalam memilih dan
menentukan rangkaian kegiatan wisata di destinasi yang mereka kunjungi.
Beberapa kelompok masyarakat lokal yang menetap di kawasan destinasi
juga memiliki wewenang untuk menentukan batas-batas fisik, ekonomi, sosial dan
budaya. Bentuk batasan tersebut dapat dilihat melalui adanya pemberlakuan tarif
retribusi dan tiket masuk, pembatasan akses wisatawan ke tempat tertentu, hingga
pembatasan terhadap kapan dan dimana wisatawan dapat mengabadikan suatu
objek atau peristiwa melalui foto(Howard dkk., 2001: 34). Beragam bentuk
keterlibatan tersebut secara tidak langsung membatasi ruang gerak pemandu
wisata untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada wisatawan.
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, penelitian terdahulu yang
terkait dengan pemandu wisata, masih berada pada tiga ruang lingkup utama,
yaitu: 1). peran pemandu wisata dalam kegiatan pemanduan (Black & Weiler,
2005; Cohen, 1985; Huang & Simkin, 2009; Yu, Weiler & Ham, 2002, dan
Reisinger dan Steiner, 2006); 2). persepsi wisatawan terhadap kegiatan
interpretasi pemandu wisata (Christie & Mason, 2003; Huang & Simkin, 2009;
Periera, 2005 dan Weiler & Yu, 2007); dan 3). pengaruh sistem administrasi
terhadap kualitas layanan jasa pemandu wisata (Black & Ham, 2005; Black &
Weiler, 2005; dan Huang & Weiler, 2010).
Terlepas dari apa yang menjadi fokus berbagai penelitian di atas, tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan kompetensi, edukasi dan kinerja pemandu
wisata demi mencapai tingkat kepuasan wisatawan yang lebih tinggi.
However, in most of the existing research, the satisfaction level of the
tourists, competencies as well as educational issues have preferably been
analysed, rather than the tour guide’s perception on their role. (Ballantyne
& Hughes, 2001:3)
Beberapa penelitian terdahulu memang sudah ada yang membahas peran pemandu
wisata dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, akan tetapi jumlahnya
masih terbatas. Penelitian yang membahas peran pemandu wisata yang secara
khusus bekerja di situs pusaka juga belum banyak ditemukan.
Sehubungan dengan serangkaian pemaparan di atas, terdapat beberapa
permasalahan yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Permasalahan-permasalahan yang dimaksud meliputi: 1). posisipemandu
wisatamasih lemah dibandingkan dengan posisi pemangku kepentingan lainnya;
2). penelitian-penelitian terdahulu masih berorientasi pada upaya pemandu wisata
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
untuk meningkatkan kepuasan wisatawan; 3). penelitian yang menjelaskan
hubungan antara pemandu wisata dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan
masih langka.
Dilatarbelakangi oleh ketiga permasalahan tersebut di atas, peneliti
memutuskan untuk mengisi gap penelitian yang ada, dengan mengusulkan sebuah
penelitian yang berjudul “Peran Pemandu wisata dalam Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan di Candi Borobudur”. Adapun beberapa pertanyaan yang ingin
dijawab dalam penelitian ini meliputi:
1. Apa saja peran dan tanggung jawab pemandu wisata dalam kegiatan
pemanduan di Candi Borobudur?
2. Seperti apa praktik permanduan wisatawan yang dilakukan pemandu
wisata di Candi Borobudur?
3. Sejauh mana pemandu wisata menjalankan peran dan tanggung jawabnya
untuk mewujudkan tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Candi
Borobudur?
1.3. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan beberapa permasalahan yang telah dipaparkan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peran dan tanggung jawab pemandu wisata selama melakukan
kegiatan pemanduan di Candi Borobudur.
2. Mengetahui praktik pemanduanyang dilakukan oleh pemandu wisata di
Candi Borobudur
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3. Mengetahui sejauh mana pemandu wisata mampu menjalankan peran dan
tanggung jawabnya untuk mewujudkan tujuan pembangunan pariwisata
berkelanjutan di Candi Borobudur
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara teoretik dapat memperkaya teori kepariwisataan
tentang peran pemandu wisata dalam mempromosikan pembangunan pariwisata
berkelanjutan. Apabila ditinjau dari manfaat praktisnya, penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi beberapa pemangku kepentingan yang bergelut di
bidang pariwisata dan juga kalangan akademisi. Beberapa pemangku kepentingan
yang dimaksud meliputi: pemandu wisata, Balai Konservasi dan PT. TWCBPB,
serta peneliti di masa mendatang.
1.4.1. Bagi Pemandu wisata
a. Membantu pemandu wisata memahami signifikansinya untuk
mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Candi
Borobudur
b. Membantu pemandu wisata mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang mempengaruhi usahanya untuk mewujudkan
pembangunan pariwisata berkelanjutan di Candi Borobudur
c. Memberikan rekomendasi yang dapat digunakan oleh pemandu
wisatauntuk mengoptimalkan peran dan tanggung jawab merekadalam
pembangunan pariwisata berkelanjutan di Candi Borobudur
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1.4.2. Bagi Balai Konservasi Candi Borobudur dan PT.TWCBPB
a. Memberikan gambaran kepada Balai Konservasi akan pentingnya
peran pemandu wisata untuk membantu melestarikan Candi Borobudur
sebagai peninggalan pusaka
b. Mendorong Balai Konservasi dan PT.TWCBPB untuk memberikan
materi dan pelatihan pemanduan yang lebih mengarah kepada aspek-
aspek pembangunan berkelanjutan.
1.4.3. Peneliti di Masa Depan
Memberikan referensidan arahan baru bagi peneliti di masa depan untuk
memperkaya penelitian yang berkaitan dengan peran pemandu wisata dan
pembangunan pariwisata berkelanjutan
1.5. Keaslian Penelitian
Banyak peneliti terdahulu yang sudah menggunakan konsep pembangunan
berkelanjutan dan peran pemandu wisata sebagai topik penelitian mereka. Kedua
topik tersebut pada umumnya dibahas dalam kerangka studi yang terpisah.
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan penelitian-
penelitian tersebut sebagai bahan referensi dalam penelitian ini. Penjelasan
mengenai penelitian-penelitian yang dimaksud akan dipaparkan pada bagian di
bawah ini.
Penelitian pertama dilakukan oleh Huang dan Simkin (2009) yang
berjudul “Chinese Professional Tour Guides’ Perceptions of Roles and The
Implied Challenges in Intercultural Communication”. Jenis penelitian
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tersebutadalah penelitian kualitatif, yang membahas tentang peran dan tantangan
yang pemandu wisata Tiongkok dalam menjalin komunikasi antar budaya dengan
wisatawan asing. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, dalam
menjalankan perannya sebagai pemandu wisata, tantangan terbesar yang mereka
hadapi bukan terletak pada kemampuan berbahasa asing, melainkan pada
terbatasnya pengetahuan pemandu wisata tentang keragaman karakteristik dan
budaya wisatawan.
Penelitian di atas memiliki kemiripan dengan penelitian ini dari aspek
yang diteliti, yaitu peran pemandu wisata dalam kegiatan pemanduan. Pendekatan
penelitian yang dipilih juga memiliki kesamaan, yaitu penelitian kualitatif.
Perbedaanya terletak pada konteks penelitian, dimana dalam penelitian ini, peran
pemandu wisata dihubungkan dengan konsep pembangunan pariwisata
berkelanjutan. Sumber informan yang dipilih dalam penelitian ini juga sangat
spesifik, yaitu pemandu wisatayang secara khusus bekerja di situs peninggalan
pusaka, bukan pada mereka yang memandu di suatu negara.
Penelitian kedua dilakukan oleh Rosli dkk. (2014) yang berjudul
“Creating Mindful Tourists at Heritage Sites through Tour Guide’s
Interpretation: a Case of Georgetown World Heritage Sites”. Penelitian tersebut
bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh kompetensi yang dimiliki pemandu
wisata—pengetahuan tentang tipe wisatawan, pengetahuan tentang sumber daya
destinasi, dan pengetahuan tentang teknik pemanduan— terhadap kegiatan
interpretasi yang dilakukan, dan dampaknya terhadap tingkat kepuasan
wisatawan.
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpul datanya. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa kompetensi yang dimiliki pemandu wisata—terutama yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang sumber daya destinasi—mampu memberikan
kontribusi yang positif terhadap peningkatan kepuasan wisatawan. Penelitian
tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam hal jenis lokasi
penelitian yang dipilih. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, dimana
dalam hal ini, peneliti mengidentifikasi cara pemandu wisata mengelola kegiatan
dan menyebarluaskan pengetahuan yang mereka miliki, terkait dengan aspek-
aspek pembangunan berkelanjutan, melalui kegiatan pemanduan wisatawan.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Rahmi (2012) yang berjudul “Pusaka
Saujana Borobudur”. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa Kawasan
Borobudur memiliki konsep pusaka saujana, yang dimaknai sebagai integrasi
antara wujud, nilai keunggulan dan mandala Borobudur. Penelitian tersebut
memiliki persamaan dengan penelitian ini dari segi jenis dan lokasi penelitian.
Perbedaannya terletak pada fokus yang diteliti, dimana dalam hal ini peneliti ingin
mengetahui sejauh mana pemandu wisata lokal di Candi Borobudur mampu
menyebarluaskan pengetahuan yang terkait dengan konsep pusaka saujana
Borobudur.
Penelitian keempat dilakukan oleh Fatimah (2014) yang berjudul “The
Impacts of Rural Tourism Initiatives on Cultural Landscape Sustainability in
Borobudur Area”. Penelitian tersebut bertujuan untuk memaparkan berbagai
dampak penggalakan desa wisata terhadap kelestarian bentang alam dan budaya.
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa, pemanfaatan sumber daya yang tidak
terkendali, memberikan ancaman terhadap keaslian dan kelestarian alam dan
budaya pedesaan di Kawasan Borobudur.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini dari segi
lokasi penelitian yang dipilih. Perbedaanya terletak pada fokus yang diteliti,
dimana dalam hal ini, peneliti mengidentifikasi upaya pemandu wisata untuk
menyebarluaskan pengetahuan tentang keindahan bentang alam dan tradisi budaya
lokal yang dimiliki oleh masing-masing desa wisata di Candi Borobudur, melalui
kegiatan pemanduan wisatawan.
Penelitian kelima dilakukan oleh Widyaningsih (2012) yang berjudul
“Stakeholders’ Perceptions of The Authenticity and Sacredness of World Cultural
Heritage Sites: A Study on The Borobudur and Prambanan Temples, Indonesia”.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi para pemangku
kepentingan—termasuk pemandu wisata— terhadap keotentikan dan kesucian
Candi Borobudur dan Prambanan. Penelitian tersebut juga mengungkapkan usulan
dari berbagai pemangku kepentingan untuk memperbaiki pengelolaan di kedua
situs tersebut.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang diusulkan
oleh peneliti dari segi pendekatan, teknik pengumpulan data dan lokasi penelitian.
Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, dimana dalam penelitian ini, peneliti
mengidentifikasi sejauh mana pemandu wisata mampu menumbuhkan apresiasi
wisatawan terhadap keotentikan dan keaslian Candi Borobudur sebagai
peninggalan pusaka dan pusat pendidikan spiritual.
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDIBOROBUDURSELVI YOVINA HARYONOUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/