bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang...perumusan perkawinan menurut undang-undang perkawinan di...

8
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakikatnya, manusia adalah makhuk individual, makhluk sosial, dan makhluk berketuhanan (Gerungan, 2004:105). Dimana sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Kebutuhan tersebut salah satunya dilakukan dengan melakukan pernikahan. Majalah Nasehat Perkawinan No. 109 ke X, bulan Juni 1981 dalam Jarot Sarwadi dan David Samiyono menyebutkan tentang pernikahan: Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab, si istri oleh karenanya akan mengalami suatu proses psykhologis yang berat yaitu kehamilan dan melahirkan yang meminta perngorbanan. Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Jadi yang dimaksud dengan arti pernikahan di sini adalah ikatan lahir batin atara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Dengan ‘ikatan lahir-batin’ dimaksudkan bahwa perkawinan itu tidak cukup hanya dengan adanya ‘ikatan lahir; atau ‘ikatan batin’ saja, tetapi harus kedua-duanya. Tujuan dari suatu pernikahan pula, seperti yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Bahagia berarti tidak terjadi goncangan atau pertengkaran dalam rumah tangga. Kekal berarti pernikahan berlaku untuk seumur hidup (Jarot & David, 2010:22-23). Kehidupan bahagia seolah terjadi ketika seseorang sudah memutuskan untuk menikah dan membangun rumah tangga. Bahkan kehidupan bahagia dengan akhir pernikahan terus menerus diperkenalkan masyarakat melalui tayangan- tayangan televisi seperti sinetron dan FTV. Sinetron-sinetron yang tayang banyak yang menceritakan kehidupan pertemuan sepasang kekasih hingga berkahir happy ending dengan adanya suatu

Upload: others

Post on 26-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hakikatnya, manusia adalah makhuk individual, makhluk sosial, dan

makhluk berketuhanan (Gerungan, 2004:105). Dimana sebagai makhluk sosial,

manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Kebutuhan tersebut salah

satunya dilakukan dengan melakukan pernikahan.

Majalah Nasehat Perkawinan No. 109 ke X, bulan Juni 1981 dalam Jarot

Sarwadi dan David Samiyono menyebutkan tentang pernikahan:

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab, si istri oleh karenanya akan mengalami suatu proses psykhologis yang berat yaitu kehamilan dan melahirkan yang meminta perngorbanan.

Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di

Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Jadi yang dimaksud dengan arti pernikahan di sini adalah ikatan lahir batin atara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Dengan ‘ikatan lahir-batin’ dimaksudkan bahwa perkawinan itu tidak cukup hanya dengan adanya ‘ikatan lahir; atau ‘ikatan batin’ saja, tetapi harus kedua-duanya.

Tujuan dari suatu pernikahan pula, seperti yang telah disebutkan dalam

Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal. Bahagia berarti tidak terjadi goncangan atau pertengkaran dalam rumah

tangga. Kekal berarti pernikahan berlaku untuk seumur hidup (Jarot & David,

2010:22-23).

Kehidupan bahagia seolah terjadi ketika seseorang sudah memutuskan

untuk menikah dan membangun rumah tangga. Bahkan kehidupan bahagia dengan

akhir pernikahan terus menerus diperkenalkan masyarakat melalui tayangan-

tayangan televisi seperti sinetron dan FTV.

Sinetron-sinetron yang tayang banyak yang menceritakan kehidupan

pertemuan sepasang kekasih hingga berkahir happy ending dengan adanya suatu

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan

2

pernikahan atau terjalinnya suatu hubungan setelah sebelumnya mengalami

banyak konflik.

Gambar 1.

Sinetron Boy Menjadi Salah Satu Sinetron Terbaik1

Salah satu contohnya adalah film Boy yang tayang di stasiun televisi

SCTV menjadi salah satu sinetron terbaik dengan rating yang tinggi bahkan

mengalahkan sinetron-sinetron lainnya. Dalam kisah cerita sinetron Boy yang

bertemu dengan Suci dan diakhiri dengan kisah yang bahagia ditandai bersatunya

hubungan mereka serta janji bahwa Boy akan selalu melindungi Suci.

Kisah cinta yang happy ending akhirnya disepakati sebagai sebuah

pernikahan. Seperti kisa Cinderella, Mulan, Snow White dan tokoh-tokoh

romantis lainnya yang selalu mengisahkan akhir cerita yang bahagia dengan

bersatunya sepasang kekasih ataupun berakhir pernikahan.

Hingga akhirnya muncul candaan-candaan mengenai status hubungan

bahkan sampai muncul gambar meme-meme yang mengisahkan kesengsaraan

untuk menjadi jomblo atau belum menikah.

1 https://www.brilio.net/film/sinetron-boy-dapat-rating-tertinggi-kalahkan-dunia-terbaik-kece-abis-

170418l.html

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan

3

Gambar 2.

Meme Yang Menunjukkan Betapa Sedihnya Seseorang

Yang Belum Memilki Pasangan2

Gambar 3.

Meme Yang Menunjukkan Akibat Jual Mahal Alhasil Menjadi Perawan Tua3

Meme dalam mereka.com disebutkan sebagai bentuk ekspresi yang

ditumpahkan melalui gambar. Meme biasanya berupa selorohan ringan yang

sedang populer4. Meme biasanya berisi komentar, imitasi, parodi, atau berita yang

2 https://hype.idntimes.com/humor/megan/meme-pernikahan-yang-membuatmu-tertawa-termasuk-

jombloers/full 3 https://i.pinimg.com/originals/8d/6a/35/8d6a3513b533d36e78077cd49f26c12a.jpg 4 Jurnal Proceding of the Fifth AAAI Conference on Weblogs and Social Media tahun 2011

berjudul Insight into Internet Memes.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan

4

sedang populer di media5. Meme umumnya berguna untuk penyebaran lelucan,

rumor, video, atau website melalui internet6.

Seperti pada gambar 2 dan 3 yang merupakan meme Indonesia yang

banyak disebarluaskan di media sosial. Meme yang digunakan untuk selorohan

para pengguna media sosial kini sudah semakin memasuki ruang privat seseorang.

Dimana status pernikahan atau status perawan tua sudah bukan hal yang privat

lagi, hal tersebut sudah dibicarakan du wilayah publik.

Dalam meme di atas seolah terlihat bahwa suatu kebahagiaan dapat diraih

apabila orang tersebut sudah menikah. Lalu akan muncul pertanyaan “Kapan

nikah?” pada pertemuan-pertemuan keluarga, reuni teman lama, dan bahkan

pertemuan singkat dengan berbagai jenis orang, yang berujung pada keresahan

karena tak kunjung menikah.

Gambar 4.

Berita Pembunuhan Terhadap Tetangga

Akibat Kesal Ditanya Kapan Kawin7

5 Ibid. 6 Journal of Computer-Mediated Communication tahun 2013 berjudul Memes in a Digital World:

Reconciling with a Conceptual Troublemaker. 7 https://www.suara.com/news/2018/01/30/060000/kesal-kerap-ditanya-kapan-kawin-nunur-bunuh-

tetangganya

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan

5

Pertanyaan ‘Kapan kawin?’ selalu diutarakan oleh teman-teman sekitar

membuat resah dan menimbulkan ketersinggungan beberapa pendengarnya. Ada

yang merasa terganggu dan menimbulkan amarah akan pertanyaan tersebut seperti

pada pemberitaan gambar 4 dimana orang tersebut kesal hingga tega membunuh

tetangganya karena sering ditanya ‘kapan kawin?’.

Gambar 5.

Dukungan terhadap gerakan “STOP BERTANYA KAPAN KAWIN”

Hingga akhirnya muncul gerakan untuk stop bertanya ‘kapan kawin?’.

Banyak yang mengutarakan gerakan ini melalui kaos, meme, dan tulisan blogspot

mengenai gerakan ini. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa pertanyaan

‘kapan kawin?’ meresahkan pendengar dan bahkan menganggu wilayah privat

seseorang.

Banyak orang yang masih sendiri atau belum memiliki pasangan

(melajang) merasa mendapat banyak tekanan dari lingkungannya. Terlebih wanita

karir yang masih melajang lebih mendapat banyak tekanan dan bahkan mereka

mendapat julukan “perawan tua”8. Terlepas dari tekanan dan kebiasaan sosial

dimana perempuan diharuskan untuk menikah, peneliti menemukan kelompok

perempuan dimana mereka menjadi wanita karir dan masih melajang. Kelompok

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia, 8 The Jakarta Post, “Singles in Indonesia are considered in trouble and under social pressure :Study”, diakses dari http://www.thejakartapost.com/amp/life/2018/02/23/singles-in-indonesia-are-considered-in-trouble-and-under-social-pressure-study.html, pada tanggal 13 Maret 2018 pukul 20.20.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan

6

karena di dalam kelompoklah manusia saling berbagi informasi dan pengalaman

(Daryanto & Muljo, 2016:84). Kelompok menurut Alo Liliweri memiliki

pemahaman dua atau lebih individu yang berkumpul dan saling memengaruhi dan

memiliki tujuan yang sama.

Perempuan yang peneliti maksud ini adalah perempuan-perempuan dengan

status lajang yang kemudian dipertemukan melalui lingkungan sosial yang sama

dengan perempuan lain yang belum menikah, sehingga perempuan-perempuan ini

semakin dibentuk atau dikonstruksi untuk memiliki keputusan tidak menikah.

Perempuan-perempuan ini pada akhirnya membentuk kelompok karena memiliki

perasaan dan kepentingan yang sama. Perempuan-perempuan tersebut jika

dikaitkan dengan pendapat Stein (1976)9 termasuk dalam tipe voluntary stables

singles atau perempuan yang sengaja melajang seterusnya, kelompok ini terdiri

dari perempuan lajang yang sengaja tidak ingin menikah atau melakukan

perkawinan.

Peneliti menemukan fenomena dimana suatu kelompok di Semarang yang

beranggotakan perempuan-perempuan yang berusia lebih dari 30 tahun namun

mereka belum menikah atau beberapa dari mereka memutuskan untuk tidak

menikah. Penelitian ini melihat pola komunikasi yang terbentuk dalam kelompok

tersebut sekarang mampu membentuk seseorang untuk memiliki keputusan tidak

menikah. Bagaimana kelompok tersebut berkomunikasi dan menyampaikan pesan

melalui media tertentu kepada anggota lain dalam kelompok, sehingga kelompok

tersebut memberikan umpan balik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pola komunikasi perempuan

lajang tipe voluntary stables singles yang membentuk seseorang memiliki

keputusan untuk tidak menikah?”.

9 Francisca Putri D. W. S. 2016. Psychological Well-Being Wanita Dewasa Lajang (Ditinjau dari Empat Tipe Wanita Lajang menurut Stein). Jurnal Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, hal. 1-15.

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan

7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah “Menjelaskan pola komunikasi perempuan lajang tipe

voluntary stables singles membentuk seseorang memiliki keputusan untuk tidak

menikah”.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Lewat penelitian ini peneliti berharap dapat memperluas

wawasan serta pengetahuan yang dapat memperkaya kajian mengenai

pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok perempuan lajang tipe

voluntary stables singles membentuk seseorang untuk memiliki

keputusan untuk tidak menikah.

1.4.2 Manfaat Praktis

Selain manfaat teoritis diatas peneliti juga berharap dengan

adanya penelitian ini dapat memberi manfaat juga secara praktis bagi

masyarakat mengenai bagaimana pola komunikasi yang digunakan

kelompok dapat mempengaruhi satu sama lain dengan anggotanya.

1.5 Definis Konsep

Berikut konsep dalam penelitian ini, yaitu:

1.5.1 Perempuan Lajang tipe voluntary stables singles

Voluntary stables singles merupakan perempuan yang sengaja

melajang seterusnya, kelompok ini terdiri dari perempuan lajang yang

sengaja tidak ingin menikah atau melakukan perkawinan (Stein,

1976)10.

1.5.2 Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah hubungan dua orang atau lebih yang saling

bertukar pesan (pengirim dan penerima) dengan cara yang tepat,

dengan harapan pesan yang dimaksud dipahami (Djamarah, 2004:1).

10 Francisca Putri D. W. S. Loc.Cit, hal. 1-15.

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...Perumusan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, yakni Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pasal 1 sebagai berikut: Perkawinan

8

1.5.3 Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah proses interaksi yang dilakukan tiga

orang atau lebih (tidak ada batasan khusus mengenai jumlah

kelompok, namun tidak lebih dari 50) dimana interaksi tersebut

bertujuan untuk berbagi informasi, pemeliharaan diri, dan pemecahan

masalah (Michael Burgoon dalam Wiryanto, 2005: 308).

1.6 Batasan Penelitian

Batasan yang diterapkan dalam penelitian ini berupa batasan waktu

penulisan dan pelaksanaan penelitian iini, yaitu selama bulan Januari 2018 dan

berakhir pada Desember 2018.