perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kajian atas .../kajian-atas...undang nomor 1 tahun 1974...

66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN ATAS PERKAWINAN BEDA AGAMA BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Penetapan Nomor 173/PDT.P/2011/PN.SKA) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh SYARIEF TOHA NIM. E0006237 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: dohanh

Post on 08-Jun-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KAJIAN ATAS PERKAWINAN BEDA AGAMA BERDASARKAN

PENETAPAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Penetapan

Nomor 173/PDT.P/2011/PN.SKA)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

SYARIEF TOHA

NIM. E0006237

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Syarief Toha

NIM : E0006237

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

KAJIAN ATAS PERKAWINAN BEDA AGAMA BERDASARKAN

PENETAPAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Penetapan

Nomor 173/PDT.P/2011/PN.SKA) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya

tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi)

ini.

Surakarta, 11 Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Syarief Toha

NIM. E0006237

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

SYARIEF TOHA, E0006237. 2012. KAJIAN ATAS PERKAWINAN BEDA AGAMA BEERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Penetapan NO. 173/PDT.P/2011/PN.SKA). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam penetapan No. 173/PDT.P/2011/PN.SKA tentang ijin kawin beda agama dan untuk mengetahui legalitas penetapan tersebut terhadap Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Penelitian ini merupakan penelitian empirisbersifat deskriptif. Jenis data yang

digunakan, yaitu data primer dan data sekunder.Data primer, yaitu keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan, yaitu hasil wawancara dengan hakim di Pengadilan Negeri Surakarta.Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan pustaka yang memuat informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan cara teknik analisis kualitatif dan studi putusan. Teknik analisis kualitatif adalah pendekatan yang digunakan penulis dengan mendasarkan pada data yang diperoleh dari cara wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan. Kesatu,

dasar-dasar hukum yang dijadikan pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam memberikan penetapan ijin kawin beda agama pada perkara Nomor 173/PDT.P/2011/PN.SKA diantaranya adalah UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 8 jo Pasal 35 huruf (a) UU No.23 Tahun 2006, Stbl 1898 No. 158 serta ketentuan Peraturan Perundang-undangan lain yang bersangkutan. Kedua, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh hakim Pengadilan Negeri Surakarta maka legalitas putusan Pengadilan Negeri Surakarta tentang penetapan ijin kawin beda agama dapat dipertanggungjawabkan karena tidak bertentangan dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Selain itu apabila dikaitkan dengan Pasal 35 huruf a Undang-undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan maka penetapan ijin kawin beda agama merupakan wewenang Pengadilan Negeri. Kata Kunci : Perkawinan Beda Agama, Penetapan Pengadilan Negeri

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

SYARIEF TOHA, E0006237. 2012. A STUDY ON INTER-RELIGION MARRIAGE BASED ON SURAKARTA FIRST INSTANCE COURT’S STIPULATION (A Case Study on the Stipulation Number 173/PDT.P/2011/PN.SKA). Faculty of Law of SebelasMaretUniversity.

This research aims to find out the Surakarta First Instance Court Judge’s legal

rationales in the stipulation Number 173/PDT.P/2011/PN.SKA about inter-religion marriage permission and to find out the legality of such the stipulation against the Act No. 1 of 1974 about Marriage.

This research was an empirical research that was descriptive in nature. The

type of data used was primary and secondary data. The primary data, constituting information or fact, was obtained directly through research in the field, namely the result of interview with Surakarta First Instance Court. The secondary one was the one obtained through library materials containing information relevant to the problem studied. The data obtained was then analyzed using a qualitative technique of analysis and verdict study. Technique of analyzing qualitative data was the approach the writer used based on the data obtained from interview.

Based on the result of research and discussion, the following conclusions

could be drawn. Firstly, the legal rationales the Surakarta First Instance Court’s Judge used in issuing the inter-religion marriage permission in the case Number 173/PDT.P/2011/PN.SKA included Act No.1 of 1974 in the Article 8 jo Article 35 letter (a) of the Act No.23 of 2006, Stbl 1898 No.158 as well as other relevant legislations. Secondly, based on the rationales the Surakarta First Instance Court’s Judge used, the legality of Surakarta First Instance Court’s verdict about inter-religion marriage permission stipulation could be justified because it was not in contradiction with Act No.1 of 1974 about Marriage. In addition, in relation to the Article 35 letter (a) of Act No. 23 of 2006 about Demographic Administration, the stipulation of inter-religion marriage permission was the authority of First Instance Court.

Keywords: Inter-religion Marriage, First Instance Court’s Stipulation.

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Life goes by so fast You only want to do what you think is right”

(Social Distortion – Story Of My Life)

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada :

§ Allah SWT, Pemilik Semesta Raya, yang

senantiasa memberikan yang terbaik dalam

setiap detik kehidupan;

§ Abah dan Mamah atas segala cinta dan

kasih sayang yang tak terkira serta

dukungan tiada henti;

§ Adik-adikku tersayang yang selalu

membantu dan menyemangati;

§ Teman-teman seperjuangan

§ Almamaterku Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,tak lupa shalawat dan salam

tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) dengan judul: KAJIAN ATAS

PERKAWINAN BEDA AGAMA BERDASARKAN PENETAPAN

PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Penetapan Nomor

173/PDTP.P/2011/PN.SKA). Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas

akhir sebagai syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum atau

skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan, baik materil maupun moril yang

diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan rendah

hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan

kepada penulis untuk mengembangkan ilmu hukum melalui penulisan skripsi.

2. Bapak Soehartono, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing I yang telah menyediakan

waktu disela-sela kesibukannya, memberikan ilmu, bimbingan dan arahan bagi

tersusunnya skripsi ini.

3. Bapak Syafrudin Yudowibowo, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah

menyediakan waktu serta pikirannya, bimbingan dan arahan bagi tersusunnya

skripsi ini.

4. Bapak Sapto Hermawan, S.H., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan

nasihatnya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

5. Bapak Harjono, S.H., M.H., selaku ketua dewan penguji yang telah memberikan

masukan saran dan kritik untuk penulisan hukum ini.

6. Pengadilan Negeri Surakarta selaku instansi peradilan tingkat pertama yang telah

menerima penulis dengan tangan terbuka untuk melaksanakan penelitian serta

wawancara.

7. Bapak Abdul Rochim, S.H. selaku hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang telah

bersedia menjadi narasumber yang memberikan waktu, informasi, dan membagi

ilmu serta pengetahuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga

dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga dapat penulis

amalkan dalam kehidupan masa depan nantinya.

9. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) Fakultas Hukum yang telah membantu dalam

mengurus prosedur penulisan hukum atau skripsi.

10. Segenap Staff dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas

bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di FH UNS.

11. Seluruh keluarga, terima kasih untuk semua doa, perhatian serta kasih sayang

yang diberikan.

12. Teman-teman angkatan 2006 untuk pertemanan, dukungan, dan kerjasama selama

menimba ilmu di Fakultas Hukum UNS.

13. Teman-teman Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) untuk kerjasama, dukungan

satu sama lain selama melaksanakan KMM.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penulisan

hukum ini.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini terdapat banyak kekurangan,

untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun,

sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini. Semoga karya tulis ini mampu

memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Surakarta, 11 Juli 2012

Penulis

Syarief Toha

E0006237

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

MOTTO ...................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 6

E. Metode Penelitian ............................................................. 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ......................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 14

A. Kerangka Teori ................................................................. 14

1. Tinjauan Tentang Perkawinan .................................. 14

a). Pengertian Perkawinan ......................................... 14

b). Syarat Sahnya Perkawinan ................................... 18

c). Perkawinan menurut UU No.1 Tahun 1974 ........ 19

d). Perkawinan menurut Agama Islam ...................... 22

e). Perkawinan menurut Agama Kristen Protestan... 24

f). Perkawinan menurut Agama Katolik …..….……… 24

g). Perkawinan menurut Agama Hindu ……………… 27

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

h). Perkawinan menurut Agama Budha …………... 28

i). Sah Atau Tidaknya Perkawinan Beda Agama

menurut UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

………………………………………………….. 28

2. Tinjauan Tentang Perkawinan Beda Agama............. 30

B. Kerangka Pemikiran .......................................................... 32

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................... 34

A. Dasar Hukum yang digunakan Oleh Hakim Pengadilan

Negeri Surakarta dalam Menetapkan Perkawinan Beda

Agama Pada Penetapan Nomor 173/PDT.P/2011/PNSKA 39

B. Legalitas Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor

Perkara 173/PDT.P/2011/PN.SKA Tentang Penetapan

Ijin Kawin Beda Agama Terhadap Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan……………….. 42

BAB IV PENUTUP................................................................................. 49

A. Simpulan ............................................................................ 49

B. Saran .................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 53

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Analisis Interaktif ........................................................ 11

Gambar 2. Kerangka Pemikiran ............................................................... 32

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna

dibekali dengan cipta rasa dan karsa. Dengan bekal tersebut manusia memiliki akal

pikiran untuk hidup bersama sama dengan individu lainya di dalam masyarakat, yang

dikenal sebagai “Makhuk Sosial”. Sesuai hakekat manusia yang membedakannya

dengan mahluk hidup lainnya, sudah menjadi kodrat alam sejak dilahirkan manusia

selalu hidup bersama dengan manusia lainnya di dalam suatu pergaulan hidup. Hidup

bersama manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat

jasmani maupun bersifat rohani.

Pada umumnya, pada suatu masa tertentu bagi seorang pria maupun seorang

wanita timbul kebutuhan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya yang

berlainan jenis kelaminnya karena manusia secara pribadi selalu ingin

mengelompokkan dirinya dengan sesamanya yang merupakan satu kesatuan sosial,

oleh karena dapat dirasakan bahwa tanpa adanya kebersamaan hidup dalam

menghadapi suatu kenyataan yang timbul dalam masyarakat akan mengurangi

kesempurnaan dalam roda kehidupan.

Kebersamaan hidup dapat ditempuh dengan melangsungkan perkawinan

antara seorang wanita dengan seorang pria yang akhirnya rumah tangga tersebut akan

menjalin hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Dengan dilangsungkannya

perkawinan oleh suami dan istri maka timbul pula akibat hukum bagi suami dan istri,

salah satunya adalah mengenai harta rumah tangga yang menurut KUH Perdata

bahwa dengan dilangsungkannya perkawinan maka dengan sendirinya harta dalam

perilaku mereka menjadi satu kesatuan bulat sebagaimana yang dimaksud Pasal 119

KUH Perdata.

Dalam kehidupan bersama yang terbentuk pada sebuah lembaga perkawinan,

manusia memiliki tujuan hidup yang pokok yaitu melanjutkan keturunan. Di

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Indonesia hak melanjutkan keturunan itu merupakan salah satu bentuk hak asasi yang

diimplementasikan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Amandemen IV Pasal 28 B ayat (1) yang berbunyi “Setiap orang berhak

membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”. Hal

yang sama juga telah diatur dalam UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia, hal tersebut diatur dalam Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi: “Setiap orang

berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

yang sah”. Dari bunyi Pasal tersebut dapat dilihat dengan jelas, bagaimana hak-hak

asasi manusia terkait dengan hak untuk melanjutka keturunannya diakui dan haknya

sangat diperjuangkan.

Sebagaimana yang tercantum di penjelasannya, yang dimaksud dengan

“perkawinan yang sah” Pasal 10 ayat (1) adalah perkawinan yang dilaksanakan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia yang mengatur hal

tersebut (perkawinan). Di Indonesia, peraturan perundang-undangan tentang

perkawinan telah diatur dalam UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Berkaitan

dengan pelaksanaan hak asasi manusia dalam hal hak untuk melanjutkan keturunan

melalui perkawinan yang sah terdapat berbagai kendala. Hal ini terjadi karena negara

Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas dan terbentuk dari ribuan

pulau dari Sabang sampai Merauke.

Dalam wilayah yang luas dan banyak terpisahkan oleh lautan itu, hidup

golongan-golongan masyarat yang berbeda latar belakang satu sama lain. Di dalam

kondisi masyarakat Indonesia yang beragam tersebut, baik dari segi budaya, suku,

ras, agama, kontak antar satu golongan masyarakat satu dengan yang lain sudah tentu

tidak dapat dihindarkan. Kontak antar masyarakat yang berbeda latar belakang ini

pada kemudian hari menimbulkan adanya suatu fenomena dalam masyarakat yaitu

berupa perkawinan campuran.

Salah satu perkawinan campuran yang paling banyak mengundang perdebatan

adalah perkawinan campuran antara pasangan yang memiliki agama yang berbeda.

Perkawinan beda agama bukanlah perkawinan campuran dalam pengertian hukum

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

nasional kita karena perkawinan campuran menurut Undang-undang Perkawinan

disebut sebagai perkawinan yang terjadi antara Warga Negara Indonesia dengan

Warga Negara Asing, akan tetapi perkawinan beda agama di masyarakat sering pula

disebut perkawinan campuran. Masalahnya, dengan perkawinan beda agama akan

terjadi suatu perbedaan prinsipil dalam perkawinan itu sehingga dikhawatirkan akan

menimbulkan berbagai masalah yang rumit untuk diselesaikan di kemudian hari.

Oleh karena itu kemudian hal ini banyak mendapat tentangan dari masyarakat luas.

Selain permasalahan yang berhubungan dengan pengakuan Negara atau

pengakuan dari kepercayaan/agama atas perkawinan, pasangan yang melaksanakan

perkawinan tersebut seringkali menghadapi masalah-masalah lain di kemudian hari,

terutama untuk perkawinan beda agama. Misalnya saja, pengakuan Negara atas anak

yang dilahirkan, masalah perceraian, pembagian harta ataupun masalah warisan.

Belum lagi dampak-dampak lain, seperti berkembangnya gaya hidup kumpul kebo

atau hidup tanpa pasangan yang terkadang bisa dipicu karena belum diterimanya

perkawinan beda agama. (“Perkawinan Beda Agama”,

http://hukumonline.com/detail.asp?id=15656&el=Berita, diakses tanggal 26 Maret

2012)

Perkawinan beda agama terjadi karena besarnya rasa cinta antara kedua

pasangan tersebut, serta adanya sikap untuk mempertahankan agama dan kepercayaan

yang dianut masing-masing. Sikap mempertahankan agama dan kepercayaan yang

dianut masing-masing individu itu sendiri dilindungi oleh Pasal 29 ayat (2) UUD

1945 yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu”.

Lahirnya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan secara

relatif telah dapat menjawab kebutuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang

mengatur perkawinan secara seragam dan untuk semua golongan masyarakat di

Indonesia, namun demikian, tidak berarti bahwa undang-undang ini telah mengatur

semua aspek yang terkait dengan perkawinan. Contoh persoalan yang tidak diatur

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

oleh Undang-undang Perkawinan adalah perkawinan beda agama, yaitu perkawinan

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berbeda agama. (Rusli & R.

Tama, 1986: 11)

Jarwo Yunu dalam Aspek Perkawinan Beda Agama di Indonesia (2005) ada

dua cara dalam menyikapi perkawinan beda agama ini, yaitu :

1. Salah satu pihak dapat melakukan perpindahan agama, namun ini dapat berarti

penyelundupan hukum karena sesungguhnya yang terjadi adalah hanya

menyiasati secara hukum ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan. Namun setelah perkawinan berlangsung masing-masing

pihak kembali memeluk agamanya masing-masiing. Cara ini sangat tidak

disarankan.

2. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 1400 K/Pdt/1986 Kantor Catatan

Sipil diperkenankan untuk melangsungkan perkawinan beda agama. Kasus ini

bermula dari perkawinan yang hendak dicatatkan oleh Andi Vonny Gani P

(perempuan/Islam) dengan Petrus Hendrik Pelwan (laki-laki/Kristen). Dalam

putusannya Mahkamah Agung menyatakan bahwa dengan pengajuan pencatatan

pernikahan di Kantor Catatan Sipil maka Vonny telah tidak menghiraukan

peraturan agama Islam tentang perkawinan dan karenanya harus dianggap bahwa

ia menginginkan agar perkawinannya tidak dilangsungkan menurut agama Islam.

Dengan demikian, mereka berstatus tidak beragama Islam, maka Kantor Catatan

Sipil harus melangsungkan perkawinan tersebut.

Pada prakteknya sekarang ini banyak sekali keluarga-keluarga yang timbul

sebagai akibat dari perkawinan yang berbeda agama, dimana salah satunya dengan

cara memohon penetapan kepada Pengadilan Negeri, seperti yang terjadi pada

Pengadilan Negeri Surakarta dengan mengeluarkan penetapan No.

173/PDT.P/2011/PN.SKA yang berisi tentang pemberian izin untuk melangsungkan

perkawinan perbedaan agama antara Tuan X dan Nona Y dihadapan pegawai kantor

catatan sipil Surakarta.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Berdasarkan hal yang telah diuraikan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perkawinan beda agama berdasarkan

penetapan Pengadilan Negeri dalam bentuk penulisan hukum dengan judul :

”KAJIAN ATAS PERKAWINAN BEDA AGAMA BERDASARKAN

PENETAPAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Penetapan

Nomor 173/PDT.P/2011/PN.SKA)”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dimaksudkan untuk lebih menegaskan masalah yang akan

diteliti, sehingga dapat ditentukan suatu pemecahan masalah yang tepat dan mencapai

tujuan atau sasaran sesuai yang dikehendaki oleh penulis. Berdasarkan uraian latar

belakang tersebut di atas, perumusan masalah dalam penulisan hukum ini dirumuskan

sebagai berikut :

1. Apakah dasar hukum yang digunakan oleh Hakim Pengadilan Negeri

Surakarta dalam menetapkan perkawinan beda agama pada Penetapan Nomor

173/PDT.P/2011/PN.SKA?

2. Bagaimanakah legalitas putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor perkara

173/PDT.P/2011/PN.SKA tentang Penetapan ijin kawin beda agama terhadap

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan target ingin dicapai sebagai pemecahan atas berbagai

masalah yang diteliti (tujuan obyektif) dan untuk memenuhi kebutuhan perorangan

(tujuan subyektif). Tujuan penelitian diperlukan karena berkaitan erat dengan

perumusan masalah dalam penelitian untuk memberikan arah yang tepat dalam

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif :

a. Untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan Hakim Pengadilan Negeri

Surakarta dalam menetapkan perkawinan beda agama, khususnya pada

Penetapan Nomor 173/PDT.P/2011/PN.SKA.

b. Untuk mengetahui legalitas putusan Pengadilan Negeri Surakarta nomor

perkara 173/PDT.P/2011/PN.SKA tentang Penetapan ijin kawin beda agama

terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

2. Tujuan Subyektif :

a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam

penyusunan penulisan hukum guna memenuhi persyaratan akademis bagi

setiap mahasiswa dalam meraih gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum

di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman

serta penambahan aspek hukum acara perdata dalam teori dan praktik di

lapangan, khususnya mengenai penetapan Pengadilan Negeri mengenai

perkawinan beda agama.

c. Untuk mendalami teori dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta,

khususnya tentang hukum acara perdata.

D. Manfaat Penelitian

Dalam hal ini penulis berharap kegiatan penelitian hukum ini akan memberi

manfaat baik bagi diri penulis sendiri maupun pihak lain. Adapun manfaat yang dapat

diperoleh dari penelitian hukum ini antara lain :

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1. Manfaat Teoritis :

a. Memberikan sumbangan pemikiran dibidang hukum pada umumnya,

khususnya hukum acara perdata, terutama yang berkaitan dengan

penetapan Pengadilan Negeri mengenai perkawinan beda agama.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi

dibidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan materi Hukum

Acara Perdata.

c. Penelitian ini merupakan pembelajaran dalam menerapkan teori yang

diperoleh, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan

dokumentasi ilmiah.

2. Manfaat Praktis :

a. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam

teori dan praktik penelitian ilmiah dibidang ilmu hukum.

b. Hasil penelitian dapat memberikan jawaban atas permasalahan-

permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini.

c. Meningkatkan wawasan dalam mengembangkan pengetahuan bagi

peneliti akan permasalahan yang diteliti dan dapat dipergunakan

sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait

dengan permasalahan dalam peneitian ini.

E. Metode Penelitian

Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara

seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan

yang dihadapinya dan bertujuan untuk menambah kemampuan para ilmuwan untuk

mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lengkap. Oleh

karena itu metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak yang harus ada di dalam

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian merupakan suatu

kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan kontruksi, yang dilakukan secara

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode

atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten

berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu

(Soerjono Soekanto, 2007 : 6-42).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah empiris, menurut Soerjono

Soekanto, penelitian empiris adalah penelitian yang diperoleh langsung dari

masyarakat (mengenai perilakunya) dan dinamakan data primer (Soerjono

Soekanto, 2007 : 51). Dalam penelitian hukum empiris ini, penulis melakukan

penelitian dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan materi penulisan dari

Pengadilan Negeri Surakarta.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya (Soerjono

Soekanto, 2007:10).

Dalam penelitian ini penulis ingin menjelaskan mengenai dasar hukum

yang digunakan oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam menetapkan

perkawinan beda agama serta mengetahui legalitas penetapan ijin kawin beda

agama tersebut terhadap Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu

pendekatan yang digunakan dengan mendasarkan pada data yang dinyatakan

responden secara tertulis ataupun lisan, dan juga perilaku yang nyata, diteliti dan

dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2007 : 250).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

4. Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta, karena

di Pengadilan Negeri Surakarta terdapat kasus yang sesusai dengan masalah yang

diteliti oleh penulis.

5. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah berupa data

primer dan data sekunder.Data yang diperoleh langsung dengan turun ke lapangan

atau yang disebut dengan data primer dan data yang diperoleh dari bahan-bahan

kepustakaan atau yang disebut dengan data sekunder.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yang

meliputi :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari

lapangan yang menjadi objek penelitian atau yang diperoleh langsung dari

responden yang berupa keterangan-keterangan atau fakta-fakta (Soerjono

Soekanto, 1986 : 12). Disini data primer yang diperoleh adalah data hasil dari

wawancara dengan Abdul Rochim, S.H. selaku Hakim Pengadilan Negeri

Surakarta.

b. Data sekunder, yaitu data yang terlebih dahulu sudah dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang lain diluar penelitian yang berupa dokumen-dokumen

atau arsip, bahan pustaka, peraturan perundang-undangan, laporan-laporan

yang ada hubungannya dengan penelitian ini, serta berkas penetapan Nomor

173/PDT.P/2011/PN.SKA.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau teknik tertentu guna

memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu :

a. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung

pada obyek yang diteliti dengan cara mendapatkan keterangan atau informasi

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

secara langsung dari pihak-pihak yang terkait dengan obyek yang diteliti,

yaitu Abdul Rochim, S.H. selaku Hakim Pengadilan Negeri Surakarta.

b. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

beberapa buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan yaitu Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006,

putusan pengadilan berupa Penetapan dengan Nomor Perkara

173/PDT.P/2011/PN.SKA, dokumen-dokumen serta sumber tertulis lainnya

guna memperoleh bahan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Menurut Soerjono Soekanto, studi kepustakaan adalah studi dokumen yang

merupakan suatu alat pengumpul data yang dilakukan melalui data tertulis

dengan mempergunakan “content analysis” atau yang biasa disebut dengan

analisis muatan (Soerjono Soekanto, 2007 : 21).

7. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis kualitatif dengan interaktif model, yaitu komponen reduksi

data dan penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian

setelah data terkumpul maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila

kesimpulan dirasakan kurang maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali

mengumpulkan data lapangan (H.B. Sutopo, 2002:8).

Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi dari data (fieldnote).

b. Penyajian Data

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk

narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan.Sajian

data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang diteliti.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai hal

yang ditemui, dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan dan pola-pola,

pernyataan-pernyataan dan konfigurasi yang mungkin, arahan, sebab akibat, dan

berbagai preposisi, kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-

benar bisa dipertanggungjawabkan.

Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif dapat digambarkan

dengan skema sebagai berikut:

Gambar 1. Model analisis interaktif

(H.B. Sutopo . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif)

Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data Peneliti selalu

membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data harus disusun pada waktu

Peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam

penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, Peneliti mulai melakukan

usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang

terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan/Verfikasi

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka Peneliti dapat

kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari

pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (HB. Sutopo, 2002 :

95 – 96).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Dalam Penulisan Hukum (Skripsi) ini terdiri dari empat bab yang

masing-masing terdiri dari beberapa subbab yang sesuai dengan pembahasan dan

materi yang diteliti. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi kajian pustaka dan teori yang berkenaan dengan

judul dan masalah yang akan diteliti meliputi tinjauan umum

tentang perkawinan yang terdiri dari pengertian perkawinan,

syarat sahnya perkawinan, pengertian perkawinan menurut UU

No. 1 Tahun 1974, pengertian perkawinan dalam sudut

pandang berbagai agama, Sah atau tidaknya perkawinan beda

agama menurut UU No. 1 Tahun 1974, dan tinjauan umum

tentang perkawinan beda agama.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis mencoba menyajikan pembahasan

berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, yaitu

mengenai dasar hukum yang digunakan oleh Hakim

Pengadilan Negeri dalam memberi Penetapan ijin kawin beda

agama serta legalitas Penetapan tersebut terhadap UU No. 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan hukum ini.

Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan-kesimpulan yang

diambil berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran yang

dapat disampaikan atas penulisan hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi sumber-sumber pustaka yang dikutip dalam penulisan hukum baik langsung

maupun tidak langsung.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Perkawinan

a. Pengertian Perkawinan

Menurut Para Ahli - Setiap manusia pasti mendambakan hal

yang namanya perkawinan, baik itu pria ataun pun wanita, karena

manusia itu diciptakan untuk berpasang-pasangan dan perkawinan itu

adalah sesuatu yang sangat sakral sehingga orang terkadang harus

berfikir seribu kali dalam mempersiapkan perkawinannya. Pada

hakekatnya perkawinan adalah ikatan lahir batin manusia untuk hidup

brsama antara seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk

keluarga (rumah tangga) yang kekal, bahagia dan sejahtera.

Perkawinan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang

dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada

beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan perkawinan sampai

ajal menjemput. Semua agama resmi di Indonesia memandang

perkawinan sebagai sesuatu yang sakral, harus dihormati, dan harus

dijaga kelanggengannya. Oleh karena itu, setiap orang tua merasa

tugasnya sebagai orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki

jenjang perkawinan.

Perkawinan mungkin salah satu praktek kebudayaan yang

paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam

suatu masyarakat. Kegiatan yang dibayangkan, bahkan dipercayai,

sebagai perwujudan ideal hubungan cinta antara dua individu belaka

telah menjadi urusan banyak orang atau institusi, mulai dari orang tua,

keluarga besar, institusi agama sampai negara. Namun, pandangan

pribadi ini pada saatnya akan terpangkas oleh batas-batas yang

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

ditetapkan keluarga, masyarakat, maupun ajaran agama dan hukum

negara sehingga niat tulus menjalin ikatan hati, membangun kedirian

masing-masing dalam ruang bersama, tak pelak lagi tersendat, atau

seringkali terkalahkan.

Pengertian perkawinan menurut Mohammad Idris Ramulyo

adalah :

“Perkawinan adalah perjanjian yang suci, kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang bahagia yang kekal, dimana antara suami isteri itu harus saling menyantuni, kasih mengasihi, terdapat keadaan aman dan tentram penuh kebahagiaan baik moral spiritual dan material berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. (Mohammad Idris Ramulyo, 1996: 287)

Menurut R. Subekti secara tegas menyatakan bahwa

perkawinan merupakan pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan

seorang perempuan untuk waktu yang lama. (R. Subekti, 1987: 23)

Pengertian perkawinan yang secara khusus adalah yang

sebagaimana yang dikemukakan oleh Djoko Prakoso dan I Ketut

Murtika, yaitu perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk

membina rumah tangga dan keluarga sejahtera dan bahagia dimana

kedua suami isteri memikul amanah dan tanggung jawab, si isteri oleh

karenanya akan mengalami suatu proses psykologis yang berat yaitu

kehamilan dan melahirkan yang meminta pengorbanan. (Djoko

Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987: 2)

Dari pengertian perkawinan tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa suatu perkawinan merupakan perhubungan hukum

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami isteri

dalam membentuk suatu kehidupan rumah tangga yang bahagia, kekal,

dan abadi dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,

dimana dengan adanya perkawinan ini diharapkan memperoleh anak

sebagai penerus keturunan mereka kelak dikemudian hari.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Kamus pun sebagai buku acuan publik yang paling sederhana

tak lepas dari kepungan wacana dominan, sambil berusaha memberi

tempat pada beragam praktek perkawinan yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,

misalnya, mencantumkan 3 padanan kata untuk "kawin", yaitu

"menikah, bersetubuh (dalam ragam cakapan), berkelamin (untuk

hewan)", yang diikuti dengan deretan istilah kawin, mulai dari "kawin

acak" sampai "kawin suntik". Dalam kamus bahasa Inggris "marriage"

(perkawinan) ditegaskan sebagai: "the union of a man and woman by a

ceremony in law" (persatuan seorang laki-laki dan perempuan melalui

sebuah upacara menurut hukum) dan "the state of being so united"

(keadaan sedemikian bersatunya). Tugas ini kemudian dilembagakan

melalui peresmian hubungan laki-laki dan perempuan oleh institusi

agama dan negara untuk mendirikan keluarga. Lebih jauh lagi, demi

keteraturan sistem pewarisan dan keamanan kekayaan keluarga

menurut garis ayah dari generasi ke generasi, makna keluarga pun

semakin dipersempit menjadi pembentukan keluarga batih dengan

laki-laki sebagai pemimpinnya. Gagasan dominan tentang perkawinan

dan keluarga ini kemudian melahirkan kaidah-kaidah keramat yang

mencegah orang punya bayangan lain tentang bentuk perhubungan

akrab antar manusia.

Di satu sisi, perkawinan dianggap sebagai satu tahapan

memanusia yang melambangkan kedewasaan dan kewarasan. Di lain

sisi, tugas-tugas yang dibebankan ke lembaga ini seringkali demikian

menjerat sehingga mengancam kewarasan dan kedewasaan individu-

individu yang terlibat di dalamnya. Lebih jauh lagi, tumbuh di tengah

masyarakat yang mengunggulkan laki-laki sebagai pemimpin

kehidupan, kaidah-kaidah perkawinan secara khusus dipakai untuk

mengendalikan gerak perempuan. Bertahan sambil memperluas ruang

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

gerak begitu perempuan masuk dalam lembaga perkawinan deretan

pekerjaan yang berjudul "melahirkan, mengurus anak, suami dan

rumah tangga" sudah menanti. Jenis pekerjaan yang terkandung dalam

kata "mengurus" bisa bervariasi, tergantung dari jumlah pembantu

yang disewa oleh sebuah rumah tangga. Walaupun sebagian kerja

fisik, seperti berbelanja, membersihkan rumah, atau memasak

kebanyakan didelegasikan ke pembantu, tujuan akhir seluruh

pekerjaan ini, yaitu menciptakan suasana rumah tangga yang tenang,

tentram dan penuh cinta kasih demi kesehatan fisik dan mental suami,

menuntut kesigapan dan kesiagaan istri sepanjang waktu.

Semua berlangsung teratur dengan asumsi beginilah

seharusnya kehidupan berkeluarga yang normal dan alamiah. Dengan

tanggung jawab sebagai perawat kesejahteraan keluarga, pengalaman

dan pengetahuan kebanyakan istri terbatas pada masalah

kerumahtanggaan dan keluarga. Maka, muncullah stereotip bahwa

perempuan gemar bergunjing, hanya peduli soal-soal "kecil", dan yang

paling telak, tidak rasional. Sang suami yang sudah lelah seharian

mengurus soal-soal "besar" tak tertarik pada cerita tentang tukang

sayur yang menipu, suami tetangga main gila, atau anak ketahuan

menyontek. Ia pilih bergunjing dengan kawanannya atau

bercengkerama dengan perempuan yang lebih "berpengalaman”.

Perkawinan, di luar makna persetubuhan itu sendiri, tidak seperti

lazim dipahami orang, bukanlah sesuatu yang biologis atau alamiah,

dan terbuka untuk dimaknai siapa pun. Masalahnya memang

reproduksi gagasan dominan tentang perkawinan dan kaitannya

dengan pembentukan keluarga begitu intensif dan menyeluruh. Ini

membuat banyak pihak yang memilih untuk larut dalam alur yang

sudah jelas aturan mainnya atau menolak sama sekali institusi yang

ada dengan menciptakan ruang-ruang pribadi yang terjaga

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kenyamanannya secara sosial dan ekonomi. Persoalan berikutnya,

tidak semua orang, terutama perempuan, berada dalam posisi sosial

dan ekonomi yang memungkinkannya untuk membuat pilihan kedua.

Dalam posisi seperti ini seringkali pilihan satu-satunya adalah terus

memperjuangkan perluasan makna dan ruang gerak bersama dengan

kaumnya sambil mempersiapkan tatanan alternatif yang bisa

menjamin kediriannya sebagai manusia.

b. Syarat Sahnya Perkawinan

Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun

1974:”Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum

masing-masingagama dan kepercayaannya itu”.Penjelasan pasal 2 ayat

(1) itu menerangkan bahwa:”Dengan perumusan pada Pasal 2 ayat (1)

ini, tidak adaperkawinan diluar hukum masing-masing agamanya

dankepercayaannya itu, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945”.

Menurut hazairin, menafsirkan bahwa hukum yang berlaku

adalah hukum masing-masing agama dan kepercayaannya bagi

masing-masing pemeluknya. Jadi bagi orang Islam tidak ada

kemunginan untuk kawin dengan melanggar agamanya sendiri.

Demikian juga bagi orang kristen dan bagi orang Hindu atau ”hindu-

Budha” seperti yang dijumpai di indonesia. (Hazairin, 1975: 5-6)

Dari ketentuan pasal 2 ayat (1) yang mana merupakan syarat

materiil, maka bisa kita lihat bahwa Undang- Undang Perkawinan ini

menggantungkan sahnya suatu perkawinan kepada hukum agama dan

kepercayaan masing-masing pemeluknya.

Setelah perkawinan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang tertuang pada Pasal 2 ayat (1), maka untuk selanjutnya

dilaksanakan pencatatan perkawinan sebagai syarat formil, sesuai

dengan ketentuan pada Pasal 2 ayat (2) yang berbunyi: “Tiap-tiap

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan, perkawinan

adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa. Dari pasal ini, tersirat bahwa perkawinan yang berlaku di

Indonesia adalah perkawinan antara seorang pria dan wanita saja.

Selanjutnya, dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan tersebut disebutkan bahwa perkawinan dianggap

sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan

kepercayaan para pihak. Setelah perkawinan dilakukan, perkawinan

tersebut pun harus dicatatkan dalam di Kantor Urusan Agama (KUA)

untuk mereka yang beragama Islam dan Catatan Sipil untuk mereka

yang beragama Non Muslim.

Dalam konsepsi hukum perdata Barat, perkawinan hanya

dipandang sebagai hubungan keperdataan saja. Artinya, perkawinan

sah apabila sudah memenuhi ketentuan Undang-undang, tidak ada

unsur Agama dalam perkawinan.Undang-undang hanya mengenal

perkawinan perdata, yaitu perkawinan yang dilangsungkan di hadapan

seorang pegawai catatan sipil.

Dengan berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, (Undang-undang Perkawinan) maka semua peraturan

yang mengatur tentang perkawinan Hindia Belanda dinyatakan tidak

berlaku lagi. Hal ini ditafsirkan dalam ketentuan pasal Pasal 66

Undang-Undang Perkawinan.

Pasal 6 Undang-Undang Perkawinan menetapkan beberapa

persyaratan untuk melakukan perkawinan, yaitu:

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua

calon mempelai.

2) Bila calon mempelai belum mencapai umur 21 tahun,

maka ia harus mendapat izin kedua orangtua atau salah

satunya bila salah satu orangtua telah meninggal dunia

atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan

kehendaknya. Apabila keduanya telah meninggal dunia

atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan

kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang

yang memelihara atau keluarga yang mempunyai

hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas

selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat

menyatakan kehendaknya.

3) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang

yang disebut di atas atau salah seorang atau lebih

diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka

Pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang

yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan

orang tersebut dapat memberikan izin melakukan

perkawinan.

4) Ketentuan di atas tidak bertentangan atau tidak diatur

lain oleh hukum rnasing-masing agamanya dan

kepercayaannya yang bersangkutan.

Sementara untuk larangan kawin, Undang-undang Perkawinan

(Pasal 8) pada prinsipnya hanya melarang terjadinya perkawinan yang

keduanya memiliki hubungan tertentu, baik hubungan sedarah,

semenda, susuan atau hubungan-hubungan yang dilarang oleh

agamanya atau peraturan lain.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Undang-undang Perkawinan memandang perkawinan tidak

hanya dilihat dari aspek formal semata-mata, melainkan juga dari

aspek agama. (Salim HS, 2002: 61). Aspek agama menetapkan tentang

keabsahan suatu perkawinan, sedangkan aspek formalnya menyangkut

aspek administratif, yaitu pencatatan perkawinan. Menurut Undang-

Undang Perkawinan, kedua aspek ini harus terpenuhi keduanya. Bila

perkawinan hanya dilangsungkan menurut ketentuan Undang-undang

negara, tanpa memperhatikan unsur agama, perkawinan dianggap tidak

sah.Sebaliknya, apabila perkawinan dilakukan hanya memperhatikan

unsur hukum agama saja, tanpa memperhatikan atau mengabaikan

Undang-undang (hukum negara), maka perkawinan dianggap tidak

sah. (Wahono Darmabrata, 2003: 102).

Perkawinan merupakan suatu peristiwa dalam kehidupan

seseorang yang sangat mempengaruhi status hukum orang tersebut.

Oleh karena itu, pelaksanaan perkawinaan harus dilakukan menurut

ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga dipandang sah menurut

hukum,baik hukum agama atau hukum positif. Mengenai lembaga

perkawinan ini pembentuk Undang-Undang perkawinan telah

mengeluarkan sebuah Undang-Undang yaitu Undang-Undang No. 1

tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal 1 Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 adalah sebagai berikut: ”Ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pengertian perkawinan dapat kita ambil dari anak kalimat

pertama dari rumusan Pasal 1 tersebut diatas, yaitu anak kalimat yang

berbunyi : “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri…”

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Menurut R. Sardjono, bahwa “ikatan lahir” berarti para pihak

yang bersangkutan karena perkawinan secara formil merupakan suami

isteri baik bagi mereka dalam hubungan satu sama lain maupun bagi

mereka dengan masyarakat luas. Pengertian, “ikatan lahir batin” dalam

perkawinan berarti dalam lahir batin suami isteri yang bersangkutan

terkandung niat yang sungguh-sungguh untuk hidup bersama sebagai

suami isteri dengan tujuan membentuk dan membina keluarga bahagia

dan kekal. Jelasnya dalam suatu perkawinan tidak boleh hanya ada

ikatan lahir saja atau ikatan batin saja. Kedua unsur terebut ada dalam

setiap perkawinan. (R. sardjono, 2000: 6).

d. Perkawinan Menurut Agama Islam

Perkawinan dalam islam ialah suatu akad atau perjanjian

mengikat antara seorang laki-laki dan perempuan untuk menghalalkan

hubungan kelamin antara kedua belah pihak dengan suka rela dan

kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu kebahagiaan hidup

berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman (sakinah)

dengan cara-cara yang di ridhloi Allah SWT. Pengertian Definisi

Perkawinan Sacara bahasa Az-zawaaj adalah kata dalam bahasa arab

yang menunjukan arti: bersatunya dua perkara, atau bersatunya ruh

dan badan untuk kebangkitan. Sebagaimana firman Allah ‘azza wa

jalla (yang artinya): “Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan

tubuh)” (Q.S At-Takwir :7) dan firman-Nya tentang nikmat bagi kaum

mukminin di surga, yang artinya mereka disatukan dengan bidadari.

Dalam Pasal 2 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991

tentanng Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa Perkawinan

adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqah

gholiidhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Perkawinan dalam istilah agama disebut nikah, ialah

melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikat diri antara

seorang laki-laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin

antara kedua belah pihak dengan dasar suka rela dan keridhoan kedua

belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga

yang diliputi kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang di

ridhoi Allah SWT. (Endang Sumiarni, 2004: 65)

Adanya berbagai macam pendapat yang dikemukakan

mengenai pengertian perkawinan tidak bermaksud memperlihatkan

adanya pertentangan antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi

memperlihatkan keinginan para perumusnya. ( MahmudYunus, 1981:

1)

Menurut istilah ilmu fiqih, dalam perkawinan dipakai

perkataan (ziwaas).Nikah menurut bahasa mempunyai arti kiasan. Arti

sebenarnya nikah ialah ”dham” yang berarti ”menghimpit”,

”menindih” atau ”berkumpul”. Sedangkan arti kiasannya ialah,

”wathan” yang berarti ”setubuh” atau ”aqad” yang berarti mengadakan

perjanjian pernikahan antara seorang pria dengan seorang wanita.

(Kamal Muchtar, 1992: 11)

Hukum melakukan perkawinan menurut pendapat sebagian

sarjana hukum Islam adalah ibadah atau kebolehan atau halal. Tetapi

berdasarkan kepada perubahan ”illanya, hukum melakukan

perkawinan itu dapat beralih menjadi sunnah, wajib, makruh, dan

haram. Sedangkan sebagian sarjana hukum Islam lainnya ada yang

menyebutkannya sunnah dan bahkan ada yang mengatakan wajib

hukumnya. (Asmin.Status, 1996: 28)

Pandangan Agama Islam terhadap perkawinan beda agama,

pada prinsipnya tidak memperkenankannya. Dalam Alquran dengan

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

tegas dilarang perkawinan antara orang Islam dengan orang musrik

seperti yang tertulis dalam Al-Quran yang berbunyi :

“Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musrik sebelum mereka beriman.Sesungguh nya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walupun dia menarik hati.Dan janganlah kamu menikahkah orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu”.(Al-Baqarah (2):221)

Larangan perkawinan dalam surat al-Baqarah ayat 221 itu

berlaku bagi laki-laki maupun wanita yang beragama Islam untuk

kawin dengan orang-orang yang tidak beragama Islam.

e. Perkawinan Menurut Agama Kristen Protestan

Perkawinan menurut hukum agama Kristen Protestan adalah

suatu persekutuan hidup dan percaya yang total, eksklusif dan

kontinyu, antara seorang pria dan wanita yang dikuduskan dan

diberkati olek Kristus Yesus.( Asmin, 1996: 39-40)

Namun menurut R.H Sudarmadi, perkawinan adalah

persekutuan hidup antara satu laki-laki dan satu perempuan yang

masing-masing belum terikat dalam perkawinan dengan orang lain

serta yang dalam kedaulatan dan kesepakatan masing-masing sesuai

dengan norma yang fundamental dan universal yaitu hak dan

kewajiban asasi manusia bertekad menukah dengan maksud

“memanusiakan dirinya” atau pengembangan pribadinya sesuai

dengan kodratnya sebagai laki-laki dan perempuan. (Sumiarni,

Endang, 2004: 81)

Sedangkan Gustrude Nystrom mengatakan, yang menjadi dasar

utama perkawinan menurut Alkitab adalah “kasih” yang tulus dari dua

orang, satu pada yang lainnya, sehingga mereka menentukan untuk

hidup bersatu dalam suka atau duka sehingga diceraikan oleh

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kematian. Kasih tersebut ialah kasih yang dibimbing oleh “Agape”,

Kasih Tuhan, kasih yang memelihara, yang melindungi dan yang

mendukung. ( Asmin, 1996: Hal 39)

Pada prinsipnya agama Protestan menghendaki agar

penganutnya kawin dengan orang yang seagama, karena tujuan utama

perkawinan untuk mencapai kebahagiaan sehingga akan sulit tercapai

kalau suami istri tidak seiman. Dalam hal terjadi perkawinan antara

seseorang yang beragma Protestan dengan pihak yang menganut

agama lain, maka mereka dianjurkan untuk menikah secara sipil di

mana kedua belah pihak tetap menganut agama masing-masing.

Kepada mereka diadakan pengembalaan khusus. Pada umumnya

gereja tidak memberkati perkawinan mereka.

Ada gereja-gereja tertentu yang memberkati perkawinan

campur ini beda agama ini, setelah pihak yang bukan protestan

membuat pernyataan bahwa ia bersedia ikut agama Protestan.

Keterbukaan ini dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa pasangan yang

tidak seiman itu dikuduskan oleh suami atau isteri yang beriman. Ada

pula gereja tertentu yang bukan hanya tidak memberkati, malah

anggota gereja yang kawin dengan orang yang tidak seagama itu

dikeluarkan dari gereja.

f. Perkawinan Menurut Agama Kristen Katolik

Agama Kristen Katolik menganggap nikah sebagai suatu

sakramen. Gereja Roma Katolik mendasarkan ajarannya itu pada

Efesus 5:25-33, yang berbunyi:

”hai suami, kasihilah isteri-isterimu sebagaimana Kristus telah

mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Untuk

mengenduskan-Nya, sesudah IA mensucikannya dengan

memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian ia

menetapkan jemaat dihadapan diri-Nya dengan cemerlang atau tanpa

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi setelah jemaat kudus dan

tidak tercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya

mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci

tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti

Kristus terhadap jemaat-Nya, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.

Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan

bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus

dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku

kasihanilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah

menghormati suaminya.”

Dengan demikian ikatan cinta kasih suami isteri diangkat

ketingkatan yang lebih tinggi yaitu ke dalam cinta kasih Ilahi. Artinya

Kristus sendiri membuat perkawinan itu menjadi sarana bagi

penyaluran cinta kasih Ilahi. Hukum negara katolik merumuskan

perkawinan sebagai perjanjian perkawinan, dengan mana pria dan

wanita membentuk antara mereka kebersamaan seluruh hidup, dari

sifat kodratnya terarah pada kesejahteraan suami isteri serta pada

kelahiran dan pendidikan anak, oleh Kristus Tuhan perkawinan antara

orang-orang yang di baptis di angkat ke martabat dan sukramen.(

Asmin, 1996: 35)

Bagi Gereja Katolik menganggap bahwa perkawinan antar

seseorang yang beragama katholik dengan orang yang bukan katholik,

dan tidak dilakukan menurut hukum agama Katolik dianggap tidak

sah.Disamping itu, perkawinan antara seseorang yang beragama

Katolik dengan orang yang bukan Katolik bukanlah merupakan

perkawinan yang ideal. Hal ini dapat dimengerti karena agama Katolik

memandang perkawinan sebagai sakramen sedangkan agama lainnya

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

(kecuali Hindu) tidak demikian karena itu Katolik menganjurkan agar

pengahutnya kawin dengan orang yang beragama katolik.

g. Perkawinan Menurut Agama Hindu

Perkawinan orang yang beragama Hindu yang tidak memenuhi

syarat dapat dibatalkan.suatu perkawinan batal karena tidak memenuhi

syarat bila perkawinan itu dilakukan menurut Hukum Hindu tetapi

tidak memenuhi syarat untuk pengesahannya, misalnya mereka tidak

menganut agama yang sama pada saat upacara perkawinan itu

dilakukan, atau dalam hal perkawinan antar agama tidak dapat

dilakukan menurut hukum agama Hindu.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mensahkan

suatu perkawinan menurut agama Hindu, harus dilakukan oleh

Pedande/Pendeta yang memenuhi syarat untuk itu. Di samping itu

tampak bahwa dalam hukum perkawinan Hindu tidak dibenarkan

adanya perkawinan antar penganut agama Hindu dan bukan Hindu

yang disahkan oleh Pedande.

Dalam agama Hindu tidak dikenal adanya perkawinan antar

agama. Hal ini terjadi karena sebelum perkawinan harus dilakukan

terlebih dahulu upacara keagamaan. Apabila salah seorang calon

mempelai tidak beragama Hindu, maka dia diwajibkan sebagai

penganut agama Hindu, karena kalau calon mempelai yang bukan

Hindu tidak disucikan terlebih dahulu dan kemudian dilaksanakan

perkawinan, hal ini melanggar ketentuan dalam Seloka V89 kitab

Manawadharmasastra, yang berbunyi:

“Air pensucian tidak bisa diberikan kepada mereka yang tidak menghiraukan upacara-upacara yang telah ditentukan, sehingga dapat dianggap kelahiran mereka itu sia-sia belaka, tidak pula dapat diberikan kepada mereka yang lahir dari perkawinan campuran kasta secara tidak resmi, kepada mereka yang menjadi petapa dari golongan murtad dan pada mereka yang meninggaal bunuh diri.”

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan antar

agama dimana salah satu calon mempelai beragama Hindu tidak boleh

dan pendande/Pendeta akan menolak untuk mengesahkan perkawinan

tersebut.

h. Perkawinan Menurut Agama Budha

Perkawinan beda agama yang mana salah seorang calon

mempelai tidak beragama Budha, menurut keputusan Sangha Agung

Indonesia diperbolehkan, asal pengesahan perkawinannya dilakukan

menurut cara agama Budha. Dalam hal ini calon mempelai yang tidak

bergama Budha tidak diharuskan untuk masuk agama Budha terlebih

dahulu, akan tetapi dalam upacara ritual perkawinan tersebut kedua

mempelai diwajidkan mengucapkan “atas nama Sang Budha, Dharma

dan Sangka” yang merupakan dewa-dewa umat Budha.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agama Budha

tidak melarang umatnya untuk melakukan perkawinan dengan

penganut agama lain. Akan tetapi kalau penganut agama lainnya maka

harus dilakukan menurut agama Budha.

Di samping itu, dalam upacara perkawinan itu kedua mempelai

diwajibkan untuk mengucapkan atas nama Sang Budha, Dharma dan

Sangka, ini secara tidak langsug berarti bahwa calon mempelai yang

tidak beragama Budha menjadi penganut agama Budha, walaupun

sebenarnya ia hanya menundukkan diri pada kaidah agama Budha

pada saat perkawinan itu dilangsungkan. Untuk menghadapi praktek

perkawinan yang demikian mungkin bagi calon mempelai yang tidak

beragama Budha akan merasa keberatan.

i. Sah Atau Tidaknya Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Terdapat perbedaan penafsiran mengenai keabsahan

perkawinan beda agama diantara para ahli hukum. Sebagian

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

menyatakan bahwa perkawinan beda agama merupakan pelanggaran

terhadap Undang-undang Perkawinan, namun tidak sedikit pula yang

menyatakan perkawinan beda agama bukan sebuah pelanggaran dan

bahkan ada juga yang berpendapat perkawinan beda agama sama

sekali tidak diatur dalam Undang-undang. Beragamnya interpretasi

tersebut berakar dari kurang tegas dan tidak tuntasnya Undang-undang

Perkawinan dalam mengatur perkawinan beda agama.

Ketidakjelasan dan ketidaktegasan Undang-undang

Perkawinan tentang perkawinan antar agama dalam Pasal 2 adalah

pernyataan “menurut hukum masing-masing agama atau

kepercayaannya”. Artinya jika perkawinan kedua calon suami-istri

adalah sama, maka tidak ada kesulitan. Tapi jika hukum agama atau

kepercyaannya berbeda, maka dalam hal adanya perbedaan kedua

hukum agama atau kepercayaannya itu harus dipenuhi semua, berarti

satu kali menurut hukum agama atau kepercayaan calon dan satu kali

lagi menurut hukum agama atau kepercayaan dari calon lainnya.

(Soedharyo Soimin, 2002: 95)

Untuk mengindari kekosongan hukum karena tidak jelasnya

pengaturan perkawinan beda agama, maka hakim Pengadilan Negeri

dapat melakukan interpretasi dalam memberi penetapan tentang

perkawinan beda agama, misalnya dengan menafsirkan bahwa dalam

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam

Pasal 8 yang mengatur larangan untuk melaksanakan perkawinan tidak

diatur larangan perkawinan yang dilaksanakan oleh dua calon

mempelai yang berbeda agama dan secara tegas juga tidak mengatur

perkawinan calon mempelai yang beda agama.

Interpretasi adalah metode penemuan hukum oleh hakim dalam

hal peraturannya ada tetapi tidak jelas, untuk dapat diterapkan pada

peristiwanya. Sebaliknya dapat terjadi juga hakim memeriksadan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

mengadili perkara yang tidak ada peraturannya yang khusus. Di sini

hakim menghadapi kekosongan atau ketidaklengkapan undang-undang

yang harus diisi atau dilengkapi.Untuk mengisi kekosongan itu

dipergunakanlah metode kontruksiyang disebut metode argumentum.

Perlu dipisahkan antara metode interpretasi atau penafsiran dengan

metode kontruksi secara tegas. Hal itu bukan hanya dibutuhkan dalam

sistematika ilmu hukum, melainkan juga dalam praktek ilmu hukum di

pengadilan. (Sudikno Mertokusumo, 1996: 157)

2. Tinjauan Tentang Perkawinan Beda Agama

Perkawinan beda agama merupakan sebuah perkawinan yang dilangsungkan

atas dasar rasa cinta dan kasih sayang dari masing-masing mempelai yang saling

berbeda agama atau keyakinan, yang mana kedua mempelai tersebut sepakat untuk

tetap mempertahankan agama dan kepercayaan yang dianut masing-masing di dalam

perkawinannya tersebut.

Fenomena perkawinan beda agama lumrah ditemui pada negara yang seperti

Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen, sehingga

memungkinkan terjadinya perkawinan yang berbeda agama. Namun pasangan yang

berbeda agama akan terhalang perkawinannya oleh aturan tentang perkawinan yang

mengharuskan berdasarkan ketentutan hukum masing-masing agama, karena pada

prinsipnya seluruh agama yang diakui di Indonesia tidak membolehkan

dilangsungkannya perkawinan yang dilakukan jika kedua mempelai memiliki agama

atau kepercayaan yang berbeda. Perkawinan mempunyai hubungan yang erat dengan

agama atau kerohanian, sehingga perkawinan tidak hanya mempunyai unsur lahir

atau jasmani akan tetapi terkandung pula unsur batin atau rohani yang mempunyai

peranan yang sangat penting.

Dalam sudut pandang agama Islam, yang dimaksud dengan beda agama di

sini adalah perempuan muslim dengan laki-laki non muslim dan sebaliknya laki-laki

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

muslim dengan perempuan non islam. Keduanya boleh melakukan pernikahan

apabila pihak yang non muslim tersebut telah masuk islam. Tentang larangan kawin

beda agama disebutkan dalam pasal 40 Kompilasi Hukum Islam Indonesia yang

diberlakukan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 disebutkan

bahwa“dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dan wanita, karena

wanita tersebut tidak beragama islam”. Berdasarkan ketentuan ini dapat diketahui

bahwa tidak ada perkawinan beda agama, bagi pihak-pihak yang ingin melaksanakan

perkawinannya, mereka harus memilih agama yang dianut oleh pihak istri atau pihak

suami. Tidak ada lagi setelah nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan lalu pindah

menikah di gereja atau Catatan Sipil. (Abdul Manan, 2006: 56)

Perkawinan beda agama secara tegas diatur dalam ajaran agama Islam. Agama

Islam telah melarang seorang pria muslim menikah dengan wanita musyrik, yaitu

wanita yang menyekutukan Allah dengan yang lain seperti penyembahan berhala,

dewa ataupun roh-roh (animisme). Hal ini jelas terlihat dalam Al Qur’an Surat Al

Baqarah ayat 21 yang berbunyi : ”Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik

sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari

wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu...”.

Selain itu dalam agama Kristen Protestan perkawinan itu memiliki dua aspek.

Aspek pertama adalah ia merupakan soal sipil yang erat hubungannya dengan

masyarakat dan negara, karenanya negara berhak mengaturnya menurut Undang-

undang Negara. Aspek kedua, perkawinan adalah merupakan soal agama, yang harus

tunduk pada hukum agama. Pernikahan sebagai soal sipil karena dengan pernikahan

akan lahir keluarga yang merupakan inti dari suatu bangsa. Sebab itu, negara wajib

menetapkan suatu peraturan supaya pernikahan itu dicatat dan diakui sah secara

yuridis oleh hukum negara.Dengan pencatatan, pernikahan tersebut beserta akibat-

akibat hukumnya memperoleh jaminan kepastian dari negara dan masyarakat.

Pernikahan sebagai soal agama, karena perkawinan harus mengikuti hukum agama,

hukum tuhan, agar pernikahan tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan yang

menciptakan itu. (Asmin, 1986: 40)

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Berdasar pada pandangan tersebut, Gereja Kristen Protestan berpendapat

bahwa agar perkawinan itu sah, baik menurut hukum negara maupun hukum Tuhan

haruslah dlakukan berdasarkan baik hukum agama maupun hukum negara.

B. Kerangka Pemikiran

\

Gambar 2. Skematik Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Kerangka pemikiran tersebut menggambarkan alur pemikiran dari penulis

dalam menguraikan dan menganalisis serta menemukan jawaban dari permasalahan

yang diangkat. Dalam penelitian ini disajikan mengenai dasar hukum yang digunakan

oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam mengabulkan permohonan Penetapan

ijin kawin beda agama pada Penetapan Nomor 173/PDT.P/2011/PN.SKA. Selain itu

juga membahas mengenai legalitas penetapan tersebut terhadap Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Kasus ini bermula ketika pasangan Tuan X yang beragama Islam dan Nona Y

yang beragama Budha ingin melangsungkan perkawinan mereka.Untuk itu mereka

mengahadap kepada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta agar

perkawinannya dapat dilangsungkan dan dicatatkan. Namun keinginan mereka ini

Perkawinan Beda Agama

Penolakan Pencatatan Oleh Kantor Catatan Sipil Surakarta

Permohonan Penetapan Ijin Kawin Beda agama ke

Pengadilan Negeri Surakarta

Dasar Hukum Hakim PN Surakarta Dalam Penetapan

Ijin Kawin Beda Agama

Legalitas Penetapan Ijin Kawin Beda Agama Terhadap UU No. 1

Tahun 1974

Perkawinan Beda Agama

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

ditolak oleh pegawai Kantor Catatan Sipil Surakarta karena perkawinan tersebut

adalah perkawinan beda agama, akan tetapi Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Surakarta memberikan Surat Keterangan Rekes No. 474.2/1503/2011 kepada

Pengadilan Negeri Surakarta yang pada garis besarnya menyatakan bahwa Kantor

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta akan melangsungkan dan

mencatatkan perkawinan beda agama yang diajukan oleh Tuan X dan Nona Y apabila

perkawinan tersebut mendapatkan ijin dari Pengadilan Negeri Surakarta.

Setelah mendapatkan penolakan dari Kantor Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Surakarta, pasangan tersebut mengajukan permohonan kepada

Pengadilan Negeri Surakarta dengan menyertakan Surat Keterangan Rekes tersebut

agar Pengadilan Negeri Surakarta berkenan untuk menerima, memeriksa, serta

memberikan penetapan terhadap kasus yang dimohonkan mereka. Pada akhirnya

permohonan tersebut dikabulkan oleh hakim Pengadilan Negeri Surakarta dengan

memberikan penetapan ijin kawin beda agama.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada tanggal 11 Januari 2012 telah terjadi persidangan di Pengadilan Negeri

Surakarta, yang memeriksa perkara perdata dan telahmemberikan Penetapan perkara

Permohonan untuk melangsungkanperkawinan perbedaan Agama di hadapan Kantor

Catatan Sipil Surakarta, yang di ajukan oleh Tuan X dan Nona Y. Kronologis

pengajuan permohonan berawal pada tanggal 28 Desember 2011 yang mana ketika

para pemohon mengajukan surat permohonan dengan perihal ijin menikah kepada

Pengadilan Negeri Surakarta di bawah Nomor 173/PDT.P/2011/PN.Ska.

Dalam surat yang diajukan para pemohon tersebut kepada Pengadilan Negeri

Surakarta telah mengemukakan hal-hal yang menjadi dasar dan alasan-alasan

diajukannya permohonan, antara lain :

1. Bahwa para pemohon telah sepakat satu sama lain untuk melaksanakan

perkawinan yang rencananya dilangsungkan di hadapan Pegawai Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta.

2. Bahwa pada tanggal 16 Desember 2011 para pemohon telah memberitahukan

kepada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta tentang

akan dilaksanakannya perkawinan tersebut tetapi oleh karena beda agama

yaitu Pemohon I beragama Budha, sedangkan Pemohon II beragama Islam

maka oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

permohonan para pemohon tersebut ditolak, dengan alasan sebagaimana

pokok tersebut dalam pasal 2 ayat (1), (2) dari Undang-Undang Pokok

Perkawinan No, 1 Tahun 1974.

3. Bahwa para pemohon masing-masing tetap pada pendiriannya untuk

melakukan perkawinan dengan tetap pada kepercayaannya masing-masing,

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dengan cara mengajukan Permohonan Ijin kepada Pengadilan Negeri

Surakarta mengacu pada Pasal 21 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Pokok

Perkawinan No, 1 Tahun 1974 jo Pasal 35 huruf (a) Undang-Undang No.23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan beserta penjelasannya (Vide

Surat Keterangan Rekes dari Catatan Sipil Surakarta Nomor

474.2/1503/2011).

4. Bahwa asas hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia pada

prinsipnya perbedaan agama tidaklah menjadikan halangan untuk melakukan

perkawinan.

5. Bahwa untuk dapat melaksanakan Perkawinan Beda Agama tersebut harus

ada ijin dari Pengadilan Negeri Surakarta.

Di dalam persidangan, para pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat,

berupa fotokopi yang telah dibubuhi materai secukupnya dan telah pula dicocokkan

dengan bukti aslinya, yaitu :

1. Kartu Tanda Penduduk atas Nama Nona Y.

2. Kartu Keluarga No. 33720551303089356.

3. Akte Kelahiran No. T. 411/1983 tertanggal 17 Oktober 1983 atas nama Nona

Y.

4. Akte Perkawinan No. T. 149/1981 tertanggal 7 Desember 1981.

5. Surat Persetujuan orang tua atas perkawinan yang dilakukan Nona Y.

6. Surat pernyataan belum pernah menikah atas nama Nona Y tertanggal 15

Desember 2011.

7. Surat keterangan / Pengantar dari Kelurahan atas nama Nona Y.

8. Surat keterangan Untuk Nikah Model N-1 dari Kelurahan atas nama Nona Y

No. 474.2/049 tertanggal 15 Desember 2011.

9. Surat Keterangan Asal-usul Model N-2 dari Kelurahan atas nama Nona Y

No. 474.2/049 tertanggal 15 Desember 2011.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

10. Surat Persetujuan Mempelai Model N-3 yang ditandatangani oleh Nona Y

dan Tuan X tertanggal 15 Desember 2011.

11. Surat Keterangan Tentang Orang Tua Model N-4 dari Kelurahan No.

474.2/049 tertanggal 15 Desember 2011.

12. Kartu Tanda Penduduk atas nama Tuan X.

13. Kartu keluarga No. 3674042709110027.

14. Akte Kelahiran atas nama Tuan X No. 243 tertanggal 6 Juli 1982.

15. Surat Ijin orang tua atas perkawinan yang dilakukan oleh Tuan X.

16. Surat pernyataan belum pernah menikah atas nama Tuan X tertanggal 15

Desember 2011.

17. Surat Keterangan Untuk Nikah Model N-1 dari Kelurahan atas nama Tuan X

No. 474.2/410/Pem/2011 tertanggal 12 Desember 2011.

18. Surat Keterangan Asal-usul Model N-2 dari Kelurahan atas nama Tuan X

No. 474.2/411/Pem/2011 tertanggal 12 Desember 2011.

19. Surat Persetujuan Mempelai Model N-3 yang ditandatangani oleh Tuan X

dan Nona Y tertanggal 12 Desember 2011.

20. Surat Keterangan Tentang Orang Tua Model N-4 dari Kelurahan No.

474.2/412/Pem/2011 tertanggal 12 Desember 2011.

21. Formulir Permohonan Pencatatan Perkawinan dari Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Surakarta atas nama Tuan X dan Nona Y tertanggal 15

Desember 2011.

22. Surat Keterangan Untuk Rekes dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Surakarta No. 474.2/1503/2011 tertanggal 15 Desember 2011.

Selanjutnya pada saat persidangan juga dihadiri oleh Tuan A dan Tuan B yang

bertindak sebagai saksi yang diajukan oleh para pemohon, yang pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut :

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

1. Bahwa benar saksi kenal dengan Para Pemohon.

2. Bahwa benar saksi mengetahui kalau para pemohon akan melangsungkan

perkawinan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

tetapi ditolak dikarenakan adanya perbedaan agama.

3. Bahwa benar Tuan X beragama Islam sedangkan Nona Y beragama Budha.

4. Bahwa benar rencana Perkawinan para pemohon yang akan dilangsungkan

secara beda agama tersebut telah diketahui oleh orang tua para pemohon.

5. Bahwa benar orang tua para pemohon telah menyetujui dan mengijinkan

kehendak para pemohon yang akan melangsungkan perkawinan dengan cara

beda agama tersebut.

6. Bahwa rencana perkawinan antara para pemohon tersebut atas dasar

kesepakatan mereka berdua yang didasari rasa cinta dan kasih sayang dari

mereka berdua tanpa adanya paksaan dari siapapun.

7. Bahwa sepengetahuan saksi para pemohon telah siap dan bersungguh-

sungguh untuk menikah beda agama dan mereka sangat menghormati

keyakinan agama masing-masing.

Dalam persidangan orang tua dari para pemohon juga memberikan keterangan

yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Bahwa orang tua para pemohon telah mengetahui rencana perkawinan anak-

anak mereka, yaitu Tuan X dan Nona Y.

2. Bahwa sebagai orang tua para pemohon telah menyetujui dan mengijinkan

Tuan X dan Nona Y menikah dengan cara Perkawinan Beda Agama.

3. Bahwa sebagai orang tua dari para pemohon mengetahui kalau maksud Tuan

X dan Nona Y untuk melangsungkan perkawinan dengan cara beda agama

tersebut telah ditolak oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Surakarta.

4. Bahwa sebagai orang tua dari para pemohon mengetahui kalau Tuan X dan

Nona Y telah mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri Surakarta untuk

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

meminta ijin melakukan perkawinan beda agama yang akan dilaksanakan di

Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta.

5. Bahwa rencana perkawinan antara para pemohon tersebut atas dasar

kesepakatan mereka berdua yang didasari rasa cinta dan kasih sayang dari

mereka berdua tanpa adanya paksaan siapapun,

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka para pemohon mengajukan

permohonan kepada Pengadilan Negeri Surakarta yang diantara lain meliputi :

1. Mengabulkan permohonan para pemohon.

2. Memberikan ijin kepada para pemohon untuk melangsungkan Perkawinan

Beda Agama di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Surakarta.

3. Memerintahkan kepada Pegawai Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Surakarta untuk melakukan pencatatan tentang Perkawinan beda Agama

para pemohon tersebut di atas ke dalam Register Pencatatan Perkawinan yang

digunakan untuk itu.

4. Membebankan biaya perkara ini kepada para pemohon.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

B. Pembahasan

1. Dasar Hukum yang Digunakan Oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

dalam Menetapkan Perkawinan Beda Agama pada Penetapan Nomor

173/PDT.P/2011/PN.SKA.

Seorang hakim dalam memutuskan suatu perkara selalu didasarkanpada

pertimbangan hukum maupun fakta-fakta untuk dijadikan dasar hukum, tanpa hal

tersebut putusan dan penetapan hakimmenjadi cacat hukum atau tidah sah. Dalam

kasus ini dasar hukum yang digunakan hakim adalah :

a. Di dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa “Pengadilan dilarang menolak

untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan

dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib

untuk memeriksa dan mengadilinya.”

b. Kewenangan untuk memeriksa suatu perkawinan yang ditolak oleh Kantor

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil berada pada pihak Pengadilan Negeri,

hal ini berdasarkan Pasal 21 ayat (3) dan (4) Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan.

c. Pada Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 secara tegas

menyatakan bahwa hakim wajib menggali nilai hukum dan rasa keadilan

dalam masyarakat, oleh karena itu Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

melakukan interpretasi karena kurang jelasnya pengaturan perkawinan beda

agama pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dengan menafsirkan

bahwa Pasal 2 ayat (1) sama sekali tidak menyinggung masalah perkawinan

beda agama.

d. Perbedaan agama bukan merupakan larangan untuk melangsungkan

perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 Undang-undang No. 1

tahun 1974, maka sudah tepatlah apabila persoalan permohonan perkawinan

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

beda agama adalah menjadi kewenangan Pengadilan Negeri untuk memeriksa

dan memutuskan.

e. Pemohon I dan Pemohon II sebagai warga negara Indonesia dan warga negara

dunia adalah berhak untuk mempertahankan keyakinan dari agamanya

termasuk dalam beribadah membentuk rumah tangga yang dilakukan oleh dua

calon yang berbeda agama, hal mana sebagaimana dimaksud dalam UUD

1945 Pasal 29 dan Piagam PBB tahun 1948 tentang kebebasan memeluk

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

f. Hakim Pengadilan Negeri juga menafsirkan bahwa Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 dalam Pasal 8 yang mengatur larangan untuk melaksanakan

perkawinan tidak diatur larangan yang dilaksanakan oleh dua calon mempelai

yang berbeda agama dan secara tegas juga tidak mengatur perkawinan calon

mempelai yang beda agama.

g. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam Bab XIV Ketentuan

Penutup Pasal 66 menyatakan bahwa “Untuk perkawinan dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan Undang-undang ini, maka

dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan yang diatur dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, HOCI Stbl. 1993 No. 74 (ordinansi

Perkawinan Indonesia Kristen), Peraturan Perkawinan Campuran (Regelling

op de gemengde Huwelijke Stbl. 1898 No. 158) dan peraturan-peraturan lain

yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam undang-undang

ini, dinyatakan tidak berlaku.

h. Oleh karena UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak secara tegas

mengatur tentang perkawinan yang dilaksanakan oleh umat yang berlainan

agama, maka ketentuan-ketentuan dalam Stbl 1898 No, 158 tentang Peraturan

Perkawinan Campuran dapat diterapkan dalam perkara permohonan

perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II yang masing-masing

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

bersikukuh tetap mempertahankan keyakinan agamanya (Yurisprudensi MA

No, 245 K/SIP/1953 dalam perkara Pemohon: RH Sadikin Soeriatmaja).

.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2. Legalitas Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor Perkara

173/PDT.P/2011/PN.SKA Tentang Penetapan Ijin Kawin Beda Agama

Terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Pengajuan permohonan izin menikah yang dilakukan oleh para mempelai,

yaitu Tuan X yang beragama Islam dan Nona Y yang beragama Budha untuk

melangsungkan perkawinan dihadapan pegawai Kantor Dinas Kependudukan dan

Catatansipil yang kemudian ditetapkan oleh Hakim dengan Keputusan Pengadilan

Negeri Surakarta Nomor 173/Pdt.P/2011/PN.SKA., menunjukan bahwa permohonan

perkawinan tersebut terjadi antara dua orang yang berbeda agama.

Bedasarkan keterangan saksi yang diajukan oleh para pemohon juga

menyatakan bahwa rencana perkawinan antara para pemohon tersebut atas dasar

kesepakatan mereka berdua yang didasari rasa cinta dan kasih sayang dari mereka

berdua tanpa adanya paksaan dari siapapun. Selain itu saksi-saksi juga memberikan

keterangan bahwa para pemohon telah siap dan bersungguh-sungguh untuk menikah

beda agama dan mereka sangat menghormati keyakinan agama masing-masing.

Dengan pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa Undang-undang nomor

1 tahun 1974 tidak mengatur perkawinan beda agama, maka pengadilan

menggunakan ketentuan-ketentuan dalam Stbl 1898 No.158 dan pasal 35 huruf a

Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 serta pasal 29 UUD 1945, dimana perbedaan

agama, bangsa, dan asal-usul tidak menjadi penghalang bagi berlangsungnya suatu

perkawinan, karena pada prinsipnya suatu perkawinan adalah untuk membentuk

suaturumah tangga yang harmonis, kekal/abadi, saling mencintai, menyayangi

dansaling menghormati. Maka permohonan yang diajukan Para Pemohon tersebut

dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Surakarta dan diberi izin untuk menikah

dihadapan petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta.

Bentuk lain untuk melakukan perkawinan antar agama dapat dilakukan

dengan cara melakukan perkawinan bagi pasangan yang berbeda agama tersebut di

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

luar negeri. Berdasarkan pada pasal 56 UU No. 1/1974yang mengatur perkawinan di

luar negeri, dapat dilakukan oleh sesama warga negara Indonesia, dan perkawinan

antar pasangan yang berbeda agama tersebut adalah sah bila dilakukan menurut

hukum yang berlaku di negara dimana perkawinan itu berlangsung. Setelah suami

isteri itu kembali di wilayah Indonesia, paling tidak dalam jangka waktu satu tahun

surat bukti perkawinan dapat didaftarkan di kantor pencatatan perkawinan tempat

tinggal mereka. Artinya perkawinan antar agama yang dilakukan oleh pasangan

suami isteri yang berbeda agama tersebut adalah sah karena dapat diberikan akta

perkawinan. (http://excellent-lawyer.blogspot.com/2010/04/perkawinan-beda-agama-

diindonesia.htmldiakses tanggal 11April 2012)

Perkawinan dapat dikatakan sah apabila telah sesuai dan sejalan dengan

hukum agama dan hukum negara. Seluruh agama yang ada di Indonesia pada

prinsipnya melarang adanya perkawinan yang dilakukan antara kedua mempelai yang

berbeda agama. Namun realita yang terjadi dalam sistem hukum Indonesia

perkawinan beda agama dapat dilangsungkan hal ini disebabkan ada kerancuan pada

peraturan perundang-undangan tentang perkawinan sehingga memberikan peluang

tersebut terjadi, karena dalam peraturan tersebut dapat memberikan beberapa

penafsiran bila terjadi perkawinan antar agama.

Dalam memahami perkawinan beda agama menurut Undang-undang

Perkawinan ada tiga penafsiran yang berbeda. Pertama, penafsiran yang berpendapat

bahwa perkawinan beda agama merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 jo pasal 8 f. Pendapat kedua, bahwa perkawinan

antara agama adalah sah dan dapat dilangsungkan, karena telah tercakup dalam

perkawinan campuran, dengan argumentasi pada pasal 57 tentang perkawinan

campuran yang menitikberatkan pada dua orang yang di Indonesia tunduk pada

hukum yang berlainan, yang berarti pasal ini mengatur perkawinan antara dua orang

yang berbeda kewarganegaraan juga mengatur dua orang yang berbeda agama.

Pendapat ketiga bahwa perkawinan antar agama sama sekali tidak diatur dalam

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, oleh karena itu berdasarkan pasal 66 Undang-

undang Nomor 1 tahun 1974 maka persoalan perkawinan beda agama dapat merujuk

pada peraturan perkawinan campuran, karena belum diatur dalam Undang-undang

perkawinan. (Ahmad Sukarja, 1996: 17-18)

Pendapat yang menyatakan perkawinan beda agama merupakan pelanggaran

terhadap Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 jopasal 8 f, maka

instansi baik KUA dan Kantor Catatan Sipil dapat menolak permohonan perkawinan

beda agama berdasarkan pada pasal 2 ayat 1 jo pasal 8 f Undang-undang Nomor 1

tahun 1974 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sah, jika dilakukan menurut

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu. Dalam penjelasan Undang-

undang ditegaskan bahwa dengan perumusan pasal 2 ayat 1, maka tidak ada

perkawinan diluar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

Ketentuan pasal tersebut berarti bahwa perkawinan harus dilakukan menurut

agamanya, dan ketentuan yang dilarang oleh agama berarti dilarang juga oleh

undang-undang perkawinan. (Masjfuk Zuhdi, 1993: 3)

Pendapat yang menyetujui bahwa perkawinan antar agama adalah sah

berpendapat bahwa dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No .1 Tahun 1974 tentang

perkawinan yang berbunyi “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agama dan kepercayaannya itu” di dalamnya tidak terkandung

masalah perkawinan beda agama. Kemudian dalam Pasal 8 Undang-undang No . 1

Tahun 1974 tentang perkawinan yang berisi tentang larangan perkawinan juga tidak

melarang adanya perkawinan yang berlandaskan beda agama.

Selain itu pendapat yang mengatakan bahwa perkawinan antar agama dapat

dilangsungkan adalah karena telah terdapat dalam perkawinan campuran, dengan

menjadikan pasal 57 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 sebagai dasar agumentasi

yang mana Pasal tersebut menitikberatkan pada dua orang yang di Indonesia tunduk

pada hukum yang berlainan, yang artinya dapat ditafsirkan bahwa pasal ini mengatur

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

perkawinan antara dua orang yang berbeda kewarganegaraan juga mengatur dua

orang yang berbeda agama. Pada pasal 1 Peraturan Perkawinan campuran

menyatakan bahwa perkawinan campuran adalah perkawinan antara orang-orang

yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan.

Akibat dirasa kurang tegasnya perumusan pada Pasal-pasal tersebut, salah

satunya adalah tentang tunduk pada hukum yang berlainan, ada beberapa penafsiran

dikalangan ahli hukum. Pendapat pertama menyatakan bahwa perkawinan campuran

hanya terjadi antara orang-orang yang tunduk pada hukum yang berlainan karena

berbeda golongan penduduknya. Pendapat kedua menyatakan bahwa perkawinan

campuran adalah perkawinan antara orang-orang yang berlainan agamanya. Pendapat

ketiga berpendapat bahwa perkawinan campuran adalah perkawinan antara orang-

orang yang berlainan asal daerahnya.

Pendapat yang terakhir menyatakan bahwa sebenarnya Undang-undang No .1

Tahun 1974 tentang Perkawinan sama sekali tidak mengatur tentang perkawinan beda

agama, sehingga sesuai dengan Pasal 66 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

yang menyatakan;

“Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-undang ini, maka dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (burgelijk Wetboek), Ordinansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijk Ordanantie Christen Indonesia 1933 No.74, Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op gemeng de Huwelijken S.1898 No. 158), dan Peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku.”

Maka yang digunakan sebagai dasar hukum untuk perkawinan beda agama

adalah Staatblad 1898 No. 158 tercantum dalam Pasal 7. Isi dari Pasal tersebut pada

garis besarnya berbunyi perbedaan bukanlah penghalang untuk terjadinya perkawinan

baik perbedaan agama, bangsa, ataupun keturunan.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Perlu diketahui bahwa terkait perkawinan beda agama, wewenang untuk

memberikan penetapan ijin kawin beda agama berada pada Pengadilan Negeri. Hal

ini didasarkan pada rekes yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil ketika menanggapi permohonan yang diterima terkait perkawinan beda agama.

Pada kasus dengan Nomor Perkara 173/PDT.P/2011/PN.SKA tentang

perkawinan beda agama yang dilangsungkan oleh Tuan X dan Nona Y selaku para

pemohon, pada mulanya mereka mendaftarkan perkawinan tersebut ke Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta namun pada akhirnya ditolak. Alasan

ditolaknya perkawinan mereka adalah karena perkawinan tersebut berlandaskan beda

agama, sehingga tidak sesuai dengan sebagaimana yang diatur pada Pasal 2 ayat (1)

dan ayat (2) Undang-undang No . 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Atas penolakan

oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta, para pemohon dapat

mengajukan permohonan ijin kawin kepada Pengadilan Negeri Surakarta dengan

mengacu pada Pasal 21 ayat (3) dan ayat (4) Undang-undang No . 1 Tahun 1974 yang

berbunyi :

a. Ayat (3), para pihak yang perkawinannya ditolak berhak mengajukan

permohonan kepada Pengadilan di dalam wilayah mana pegawai pencatat

perkawinan yang mengadakan penolakan berkedudukan untuk memberikan

putusan, dengan menyerahkan surat keterangan penolakan tersebut di atas.

b. Ayat (4), pengadilan akan memeriksa perkaranya dengan acara singkat dan

memberikan ketetapan, apakah ia akan menguatkan penolakan tersebut

ataukah memerintahkan agar supaya perkawinan dilangsungkan.

Berdasarkan alasan tersebut, Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Surakarta mengeluarkan rekes yang ditujukan kepada Pengadilan Negeri Surakarta

yang berisi bahwa Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta akan

mencatatkan perkawinan yang akan dilakukan oleh para pemohon apabila telah ada

ijin dalam bentuk penetapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Surakarta.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Dasar hukum yang digunakan adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan jo Pasal 35 Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan. Pasal 35 Undang-undang No. 23 Tahun 2006 menyatakan bahwa

pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Undang-undang No.

35 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berlaku pula bagi perkawinan

yang ditetapkan oleh Pengadilan dan perkawinan Warga Negara Asing yang

dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga Negara Asing yang bersangkutan.

Sedangkan dalam penjelasan atas Pasal 35 huruf a UU No. 35 Tahun 2006, yang

dimaksud dengan “perkawinan yang ditetapkan oleh pengadilan” adalah perkawinan

yang dilakukan antar umat yang berbeda agama.

Pada Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam secara

tegas tertuang larangan perkawinan yang dilaksanakan oleh mempelai yang berbeda

agama. Hal ini tercantum pada Pasal 40 huruf c yang garis besarnya menyatakan

bahwa dilarang melakukan perkawinan antara pria dengan wanita karena keadaan

tertentu, yaitu wanita tersebut bukan beragama Islam. Pasal 44 juga menyatakan

bahwa seorang wanita Islam dilarang melakukan perkawinan dengan seorang pria

yang bukan beragama Islam.

Meskipun ketentuan tentang larangan perkawinan beda agama sudah tertuang

di dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, hakim

Pengadilan Negeri tidak harus memperhatikan ketentuan tersebut dalam

pertimbangannya untuk memberikan penetapan ijin kawin beda agama yang diajukan

pada Pengadilan Negeri karena Inpres Nomor 1 Tahun 1991 ditujukan sebagai

pedoman, landasan, serta pegangan bagi hakim-hakim di Pengadilan Agama,

Pengadilan Tinggi Agama, dan hakim-hakim di Mahkamah Agung dalam memeriksa

dan memutuskan perkara-perkara yang menjadi wewenang Pengadilan Agama. Selain

itu secara hirarki kedudukan Inpres berada di bawah Undang-undang.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Dengan melihat dasar-dasar hukum yang digunakan oleh hakim Pengadilan

Negeri Surakarta di dalam pertimbangannya untuk memberikan penetapan ijin kawin

beda agama yang diajukan para pemohon, maka dapat dikatakan keputusannya bisa

dipertanggung jawabkan, karena telah sesusai dengan koridor hukum yang ada.

Sehingga putusan hakim Pengadilan Negeri Surakarta dengan Nomor Perkara

173/PDT.P/2011/PN.SKA tidaklah bertentangan dengan ketentuan pokok yang

mengatur tentang perkawinan, yaitu Undang-undang No. 1 Tahun 1974.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh uraian yang telah dijelaskan penulis dalam BAB I sampai

dengan BAB III, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dasar hukum yang digunakan oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam

memberikan penetapan ijin kawin beda agama pada Nomor Perkara

173/PDT.P/2011/PN.SKA diantaranya :

a. Di dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa “Pengadilan

dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu

perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau

kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.”

b. Kewenangan untuk memeriksa suatu perkawinan yang ditolak oleh

Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil berada pada pihak

Pengadilan Negeri, hal ini berdasarkan Pasal 21 ayat (3) dan (4)

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

c. Pada Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 secara

tegas menyatakan bahwa hakim wajib menggali nilai hukum dan rasa

keadilan dalam masyarakat, oleh karena itu Hakim Pengadilan Negeri

Surakarta melakukan interpretasi karena kurang jelasnya pengaturan

perkawinan beda agama pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

dengan menafsirkan bahwa Pasal 2 ayat (1) sama sekali tidak

menyinggung masalah perkawinan beda agama.

d. Perbedaan agama tidak merupakan larangan untuk melangsungkan

perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 Undang-

undang No. 1 tahun 1974, maka sudah tepatlah apabila persoalan

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

permohonan perkawinan beda agama adalah menjadi kewenangan

Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutuskan.

e. Pemohon I dan Pemohon II sebagai warga negara Indonesia dan warga

negara dunia adalah berhak untuk mempertahankan keyakinan dari

agamanya termasuk dalam beribadah membentuk rumah tangga yang

dilakukan oleh dua calon yang berbeda agama, hal mana sebagaimana

dimaksud dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Piagam PBB tahun 1948

tentang kebebasan memeluk keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

f. UU No. 1 Tahun 1974 dalam Pasal 8 yang mengatur larangan untuk

melaksanakan perkawinan tidak diatur larangan yang dilaksanakan

oleh dua calon mempelai yang berbeda agama dan secara tegas juga

tidak mengatur perkawinan calon mempelai yang beda agama.

g. UU No.1 Tahun 1974 dalam Bab XIV Ketentuan Penutup Pasal 66

menyatakan bahwa “Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan perkawinan berdasarkan Undang-undang ini,

maka dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan yang diatur

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, HOCI Stbl. 1993 No.

74 (ordinansi Perkawinan Indonesia Kristen), Peraturan Perkawinan

Campuran (Regelling op de gemengde Huwelijke Stbl. 1898 No. 158)

dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh

telah diatur dalam undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku.

h. Oleh karena UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak secara

tegas mengatur tentang perkawinan yang dilaksanakan oleh umat yang

berlainan agama, maka ketentuan-ketentuan dalam Stbl 1898 No, 158

tentang Peraturan Perkawinan Campuran dapat diterapkan dalam

perkara permohonan perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II

yang masing-masing bersikukuh tetap mempertahankan keyakinan

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

agamanya (Yurisprudensi MA No, 245 K/SIP/1953 dalam perkara

Pemohon: RH Sadikin Soeriatmaja).

2. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh hakim

Pengadilan Negeri Surakarta maka legalitas putusan Pengadilan Negeri

Surakarta tentang penetapan ijin kawin beda agama dapat dipertanggung

jawabkan karena tidak bertentangan dengan Undang-Undang No . 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan. Selain itu apabila dikaitkan dengan Pasal 35 huruf a

Undang-Undang No . 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

maka penetapan ijin kawin beda agama merupakan wewenang Pengadilan

Negeri.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

B. SARAN

1. Perlu dilakukan peninjauan ulang Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan agar memberikan pengaturan yang tegas mengenai perkawinan

beda agama, sehingga tidak terjadi kerancuan dan penafsiran yang berbeda di

kalangan masyarakat, karena sebagian berpendapat bahwa perkawinan

tersebut tidak sah karena tidak memenuhi baik ketentuan yang berdasarkan

agama, maupun berdasarkan Undang-undang negara, sementara ada pihak

yang berpendapat bahwa perkawinan antara pasangan yang berbeda-agama

sah sepanjang dilakukan berdasarkan agama/keyakinan salah satu pihak, dan

tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa perkawinan beda agama sama

sekali tidak diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

2. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan tersebut sebenarnya dapat melemahkan Undang-

undang Pokok Perkawinan yang ada sebagai Undang-undang perkawinan

yang berlaku di Indonesia, padahal Undang-undang Pokok Perkawinan

tersebut adalah Undang-undang yang sangat menghormati dan memperhatikan

nilai-nilai Agama, sebaiknya dibuat regulasi yang lebih sejalan dengan

Undang-undang Pokok Perkawinan.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Manan. 2006. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: CV. Kencana Prenada Media Group.

Ahmad Sukarja. 1996. Perkawinan Berbeda Agama Menurut Hukum Islam. Jakarta: PT Pustaka Firdaus.

Asmin. 1996. Status Perkawinan Beda Agama. Jakarta: Dian Rakyat.

_____. 1986. Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau Dari Undang-UndangPerkawinan No. 1/1974. Jakarta: Dian Rakyat.

Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika. 1987. Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta: BinaAksara.

Endang Sumiarni. 2004. Kedudukan Suami Istri Dalam Hukum Perkawinan (Kajian Kesetaraan Jender Melalui Perjanjian Kawin). Yogyakarta: Wonderful Publishing Company.

Kamal Muchtar. 1992. Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: BulanBintang.

Mahmud Yunus. 1981. Hukum Perkawinan Dalam Islam, Cet. 9. Jakarta: Hidaya karya Agung.

Mohammad Idris Ramulyo. 1996. Hukum Perkawinan Islam, Suatu Analisis Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

R. Sardjono. Berbagai masalah hukum dalam Undang-Undang republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Diedarkan Dikalangan mahasiswa Fakultas Hukum di kalangan Universitas Trisakti, Jakarta).

R. Subekti. 1987. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Intermasa.

Rusli& R. Tama. 1986. Perkawinan Antar Agama Dan Masalahnya. Bandung: Pionir Jaya.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ATAS .../Kajian-Atas...undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian ... yang diperoleh dari cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Salim HS. 2002. Pengantar Hukum Perdata (BW). Jakarta: Sinar Grafika.

Sudikno Mertokusumo. 1996. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Liberty.

Soedharyo Soimin, SH. 2002. Hukum Orang dan Keluarga. Jakarta: Sinar Grafika.

Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

S.U Jarwo Junu. 2005. Aspek Perkawinan Beda Agama di Indonesia. Jakarta: CV.Insani.

Wahono Darmabrata. 2003. Tinjauan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Beserta Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaannya. Jakarta: CV. Gitama Jaya.

Masjfuk Zuhdi. 1993. Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV. Haji Masaung.

Undang-undang

Undang-undangNomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-undangNommor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

InstruksiPresiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

Internet

http://hukumonline.com/detail.asp?id=15656&el=Berita, diaksestanggal 26 Maret 2012

http://excellent-lawyer.blogspot.com/2010/04/perkawinan-beda-agama-diindonesia.html,diaksestanggal 11 April 2012