bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang penelitianlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1/bab i...

15
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan industri jasa di Indonesia dalam kurun waktu belakang ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Produk Nasional Indonesia dari tahun ketahun yang terus meningkat ditandai kontribusi sektor jasa (Tjiptono dan Anastasia, 2004). Perkembangan industri jasa kini didukung oleh kemunculan ekonomi dan industri kreatif yang mampu menopang kehidupan masyarakat modern dengan berlandaskan kemandirian, yang mengartikan bahwa tak sedikit orang yang tidak lagi bergantung pada terbukanya lapangan kerja namun membuka lapangan kerja baru dengan harapan memberikan pencerahan stabilitas ekonomi di Indonesia. Salah satu dari sekian banyak sector ekonomi kreatif di Indonesia ialah bidang MICE atau yang memiliki singkatan (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition). Indonesia sebagai destinasi yang mulai diperhitungkan oleh pasar wisata MICE sebagai tujuan menarik. Sejumlah kegiatan besar dunia menjadi bukti kepercayaan masyarakat dunia untuk melakukan aktivitas MICE. Pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan keamanan yang semakin membaik, menarik banyak investor lokal maupun asing tertarik berinvestasi di Indonesia baik sebagai penyelenggara ataupun sebagai peserta. MICE Meskipun beberapa negara di Eropa mengalami krisis ekonomi, namun hal itu justru merupakan peluang bagi Industri MICE Indonesia untuk menarik konsumen MICE khususnya dari negara Asia Timur dan Timur Tengah. Sektor MICE merupakan indikator kuat perkembangan ekonomi suatu bangsa, penyelenggaraan sebuah event internasional membutuhkan perangkat keras infrastruktur fisik, dan perangkat lunak SDM yang ahli dan menfasilitast pelayanan kelas utama. Dukungan infrastruktur dengan kualitas yang bagus menjadi hal yang sangat penting diantaranya akses udara, jalan atau rel kereta api, convention center dengan kualitas bagus, hotel antara bintang tiga hingga bintang lima, destinasi yang atraktif dan memiliki nilai tambah, pemasaran yang baik, dan Professional Conference Organizer (PCO) lokal yang ahli di bidangnya. Disisi lain perlunya agresifitas dari para penyedia jasa MICE di Indonesia untuk menarik pasar luar negeri. Dalam industri jasa ini kita tidak cukup hanya dengan pro-aktif merebut pasar MICE, tapi harus agresif dengan mengerahkan semua sumber daya untuk melakukan

Upload: dinhthuy

Post on 02-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan industri jasa di Indonesia dalam kurun waktu belakang ini

menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Produk Nasional Indonesia dari

tahun ketahun yang terus meningkat ditandai kontribusi sektor jasa (Tjiptono dan

Anastasia, 2004). Perkembangan industri jasa kini didukung oleh kemunculan

ekonomi dan industri kreatif yang mampu menopang kehidupan masyarakat modern

dengan berlandaskan kemandirian, yang mengartikan bahwa tak sedikit orang yang

tidak lagi bergantung pada terbukanya lapangan kerja namun membuka lapangan

kerja baru dengan harapan memberikan pencerahan stabilitas ekonomi di Indonesia.

Salah satu dari sekian banyak sector ekonomi kreatif di Indonesia ialah bidang MICE

atau yang memiliki singkatan (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition).

Indonesia sebagai destinasi yang mulai diperhitungkan oleh pasar wisata MICE

sebagai tujuan menarik. Sejumlah kegiatan besar dunia menjadi bukti kepercayaan

masyarakat dunia untuk melakukan aktivitas MICE. Pertumbuhan ekonomi, stabilitas

politik dan keamanan yang semakin membaik, menarik banyak investor lokal

maupun asing tertarik berinvestasi di Indonesia baik sebagai penyelenggara ataupun

sebagai peserta. MICE Meskipun beberapa negara di Eropa mengalami krisis

ekonomi, namun hal itu justru merupakan peluang bagi Industri MICE Indonesia

untuk menarik konsumen MICE khususnya dari negara Asia Timur dan Timur

Tengah.

Sektor MICE merupakan indikator kuat perkembangan ekonomi suatu

bangsa, penyelenggaraan sebuah event internasional membutuhkan perangkat keras

infrastruktur fisik, dan perangkat lunak SDM yang ahli dan menfasilitast pelayanan

kelas utama. Dukungan infrastruktur dengan kualitas yang bagus menjadi hal yang

sangat penting diantaranya akses udara, jalan atau rel kereta api, convention center

dengan kualitas bagus, hotel antara bintang tiga hingga bintang lima, destinasi yang

atraktif dan memiliki nilai tambah, pemasaran yang baik, dan Professional

Conference Organizer (PCO) lokal yang ahli di bidangnya. Disisi lain perlunya

agresifitas dari para penyedia jasa MICE di Indonesia untuk menarik pasar luar

negeri. Dalam industri jasa ini kita tidak cukup hanya dengan pro-aktif merebut pasar

MICE, tapi harus agresif dengan mengerahkan semua sumber daya untuk melakukan

2

lobi serta upaya memenangkan bidding internasional yang dilakukan pelaku bisnis

pariwisata/PCO bersama pemerintah. Industri MICE merupakan produk unggulan

karena kegiatan itu menghasilkan devisa negara yang besar.

MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) di Indonesia kian

maju seiring dengan perkembangan industri pameran dan pariwisata Nusantara yang

tidak hanya isapan jempol semata. Peluang besar bagi para Professional Conference

Organizer di tanah air menjadi kekuatan untuk menang di kancah bisnis MICE

berskala Asia Pasific hingga internasional. Hal ini tidak luput dari fasilitas serta

promosi besar-besaran atas nama republik Indonesia dimana banyak daerah

menawarkan diri sebagai tuan rumah untuk kunjungan wisata diikuti dengan fasilitas

konvensi yang representatif. Mengutip pernyataan Bidang Pengembangan Pemasaran

Pariwisata Nusantara, Pemerintah telah menempatkan MICE sebagai produk

unggulan pariwisata nasional sebagai daya tarik wisatawan mancanegara.

Pelaku bisnis pariwisata, asosiasi pariwisata (ASITA, PHRI, INCCA,

ASPERAPI), perguruan tinggi, JCC, ICE BSD, JIExpo, media, dan Pemerintah

diharapkan saling bergandengan untuk menuju MICE terdepaan sebagai bentuk

kontribusi pemerintah dalam memajukan “Value” dari kualitas SDA maupun SDM

dalam kancah MEA dan dinamika perekonomian internasional dengan

mengedepankan 9 pilar yaitu diantaranya pertama; penguatan kelembagaan MICE,

peningkatan aksesibilitas, peningkatan infrastruktur, pengembangan SDM dan

kualitas pelayanan, penggunaan teknologi dan pengembangan konsep sustainability

dalam penyelenggaraan kegiatan MICE.

MICE adalah singkatan dari Meeting, Incentive, Convention, Exhibition.

MICE adalah jenis kegiatan yang terdapat dalam industri pariwisata, kegiatan ini

telah di rencakanan secara matang oleh suatu kelompok atau kumpulan orang yang

memiliki kesamaan tujuan dalam penyelenggaran kegiatan tersebut. Dunia MICE

merupakan dunia bisnis yang sangat menjanjikan namun masih sangat baru dalam

masyarakat karena belum banyak memiliki peminat seperti bisnis lainnya.

Mengingat masih kurangnya pengetahuan tentang MICE di Indonesia.

Berikut dijelaskan pengertian MICE menurut para pakar:

- Menurut Pendit (1999:25), MICE diartikan sebagai wisata konvensi, dengan

batasan: usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran. Merupakan

usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan

3

sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendikiawan dsb) untuk

membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.

- Sedangkan menurut Kesrul (2004:3), MICE sebagai suatu kegiatan

kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan

business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama,

rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive travels, conventions,

congresses, conference dan exhibition.

Adapun kota-kota MICE di Indonesia yang dikutip dari pembicaraan Deputi

Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara Esthy Reko Astuti kepada

Indopos, yaitu:

Tabel 1.1 Kota-Kota MICE di Indonesia

Jakarta Medan

Bandung Manado

Solo Palembang

Bali Padang

Surabaya Balikpapan

Yogyakarta Bintan

Makassar Semarang

Batam Lombok

Sumber: http://nusa.indopos.co.id/read/2017/02/04/86018/Kemenpar-Tetapkan-16-

Destinasi-MICE-di-Indonesia

Adapun pengertian dan penjelasan dari bentuk-bentuk MICE, yaitu:

1. Meeting

Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan

atau persidangan. Meeting merupakan suatu kegiatan yang termasuk di dalam

MICE.

Menurut Kesrul (2004:8), Meeting adalah suatu pertemuan atau

persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung

dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan tujuan

mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia,

4

menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi

terbaru, publikasi, hubungan kemasyarakatan.

Menurut Kesrul (2004:3), “Meeting adalah suatu kegiatan

kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan

business, biasanya melibatkan orang secara bersama-sama”.

Rapat merupakan salah satu cara berkomunikasi dalam sebuah

organisasi. Di sebuah paerusahaan, rapat juga berfungsi untuk membantu

manajer dalam memantau kinerja operasional anak buahnya, atau dalam

melakukan koordinasi dengan bawahan atau tim yang lain, walaupun

demikian penting, rapat juga dapat menjadi kegiatan yang menyita energi dan

banyak waktu. Ini terjadi jika rapat tidak berjalan efektif. Efektifitas dan

keberhasilan sebuah rapat, secara langsung dipengaruhi oleh kecermatan

pemimpin rapat dan peserta rapatnya. Sering kali sebuah rapat tidak

menghasilkan keputusan atau kesimpulan apa-apa. Rapat yang tidak

menghasilkan keputusan, merupakan rapat yang tidak didukung dengan

perencanaan yang baik.

2. Incentive

Incentive atau Insentif adalah kegiatan yang diadakan oleh sebuah

perusahaan atau organsasi. Guna memberikan apresiasi untuk para karyawan

dan rekan kerja yang biasa diadakan diluar kantor atau berupa sebuah

perjalanan.

Undang-undang No.9 tahun 1990 yang dikutip oleh Pendit (1999:27),

Menjelaskan bahwa perjalanan insentif merupakan suatu kegiatan perjalanan

yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra

usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan

penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan

perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Kesrul (2004:18), bahwa insetif merupakan hadiah atau

penghargaan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien,

atau konsumen. Bentuknya bisa berupa uang, paket wisata atau barang.

5

3. Conference

Conference atau konferensi merupakan kegiatan rapat atau pertemuan

untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang

dihadapi bersama.

Menurut (Pendit,1999:29), Istilah conference diterjemahkan dengan

konferensi dalam bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama.

Dalam prakteknya, arti meeting sama saja dengan conference, maka secara

teknis akronim MICE sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang

mengingatnya bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai perencanaan,

pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference dan

exhibition hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-

paket wisata yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri

pariwisata dikelompokkan dalam satu kategori, yaitu MICE.

Menurut Kesrul, (2004:7), Conference atau konferensi adalah suatu

pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata

karena, adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian

antara negara-negara para penguasa pemerintahan atau perjanjian

internasional mengenai topik tawanan perang dan sebagainya.

4. Exhibition

Exhibition atau dengan kata lain pameran merupakan suatu kegiatan

yang diadakan guna menyebarluaskan informasi dan promosi yang

berhubungan dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya

dengan pariwisata.

Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri

pariwisata, pameran termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur

dalam Surat Keputusan Menparpostel RI Nomor KM. 108 / HM. 703 /

MPPT-91, Bab I, Pasal 1c, yang dikutip oleh Pendit (1999:34) yang berbunyi

“ Pameran merupakan suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan

promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang

ada kaitannya dengan pariwisata

Menurut Kesrul (2004:16), exhibition adalah ajang pertemuan yang

dihadiri secara bersama-sama yang diadakan di suatu ruang pertemuan atau

6

ruang pameran hotel, dimana sekelompok produsen atau pembeli lainnya

dalam suatu pameran dengan segmentasi pasar yang berbeda.

Prospek MICE Indonesia di tahun mendatang akan semakin membaik.

Trend meeting industri dunia tetap positif dengan kegiatan terbanyak

dilakukan oleh bidang medis (ICCA, International Congress and Convention

Association). Trend kegiatan MICE domestik juga menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan, tidak saja dilakukan oleh para pelaku

bisnis, asosiasi dan dunia pendidikan, tapi juga dari pemerintah dan partai-

partai politik, baik skala nasional dan internasional. Hal ini juga bisa dilihat

semakin banyaknya permintaan dukungan dari berbagai pihak kepada

Pemerintah, mulai dari kegiatan bidding, promosi, delegate boosting, site visit

dan memperkaya program pada saat suatu event MICE diselenggarakan.

Berbagai langkah strategis dalam pembangunan MICE di Indonesia antara

lain dengan Pendekatan Co-Marketing dengan para pelaku industri.

Pendekatan Komunitas, yaitu mendukung penyelenggaraan kegiatan yang

dilakukan oleh berbagai komunitas. Memanfaatkan prominent persons/public

figures sebagai ‘Ambassador’ untuk mempromosikan MICE dan pariwisata

Indonesia.

Menurut ICCA (International Congress and Convention Associtiaon)

Amerika dan negara-negara Uni Eropa merupakan negara sebagai tempat

penyelenggaraan pertemuan paling banyak. Sedangkan Indonesia menduduki

peringkat ke 39. Dilihat dari trend pertumbuhan selama 10 tahun, Jumlah

pertemuan di Indonesia mengalami pertumbuhan cukup besar yaitu 10,57%.

Dibanding dengan negara-negara maju, negara emerging market seperti

China, Brazil dan UAE mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Dari segi kota penyelenggaran pertemuan, Indonesia memiliki tiga

kota utama yaitu Bali, Jakarta dan Bandung. Tentunya hal ini membuktikan

bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan industri

MICE bukannya hanya di Jakarta atau di Bali, akan tetapi di kota-kota

lainnya. Jumlah pertemuan pada tahun 2010 lebih dari 50% bertempat di

negara-negara Eropa. Sedangkan di Asia/ Timur Tengah mencapai 19% dari

total pertemuan yang diselenggarakan di dunia.

Pameran sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pameran

konvensi yang dibagi lagi menjadi beberapa macam yaitu, show, exhibition,

7

expo, fair/pekan raya, bazaar/pasar murah, dan sebagainya. Serta pameran

dagang (Trade Show) yang dibagi lagi menjadi pameran dagang khusus

(Special Trade Show), pameran dagang umum (General Trade Show),

pameran konsumen (Consumer Show), pameran tunggal (Solo Exhibition),

pameran ilmiah (Scientific Exhibition) dan bazaar multi produk (Multi

Product Bazaar).

Jenis-jenis pameran tersebut kemudian dapat dibagi lagi menjadi

suatu lingkup yang lebih besar dan spesifik, yaitu pameran Business to

Business (B2B) dan pameran Business to Customer (B2C). Pameran B2B

merupakan pameran yang diadakan sebagai sarana untuk memperkenalkan

dan memperagakan produk-produk suatu perusahaan dan juga menjalin

hubungan dagang antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.

Sedangkan pameran B2C diadakan untuk mempertemukan peserta pameran

(exhibitor) dengan pengunjung (visitors) dalam rangka untuk menjual atau

memperkenalkan produknya.

Dalam hal penyelenggaraan pameran, penyelenggara (organizer)

dapat membuat suatu pameran dengan dua cara yaitu bidding atau kreatifitas

organizer itu sendiri. Bidding dilakukan bila pameran tersebut merupakan

milik pemerintah, asosiasi, dan perusahaan. Selain organizer peran penting

dalam sebuah pameran berikutnya ialah stand contractor, supporting

industries, akomodasi, transportasi, dan lain sebagainya. Dalam dunia

pameran khususnya pameran yang baru hadir di pasaran dan belum banyak

masyarakat atau pelaku industri yang mengetahui diperlukan media promosi

yang memasarkan serta mengenalkan pameran tersebut ke masyarakat luas

dan mengenalkan ke perusahaan-perusahaan dengan industri terkait.

Di Indonesia sudah banyak pelaku industri MICE yang

menyelenggarakan pameran B2B dan B2C, salah satu pameran di Indonesia

yang berkonsep B2C yaitu Pameran Gaikindo Indonesia International Auto

Show (GIIAS). Pameran GIIAS merupakan hasil kerjasama Asosiasi

Gaikindo dan PT. Amara Pameran Indonesia yang menyediakan platform

untuk para pecinta otomotif dan menjadi wadah tempat bertemunya para

pecinta otomotif dengan produsen maupun perusahaan-perusahaan terkait.

Selain itu di pameran ini juga banyak perusahaan-perusahaan produsen

8

otomotif yang me-launching produk mereka sehingga membuat pameran

Gaikindo Indonesia International Show ini selalu dinanti setiap tahunnya.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Social Media Examineer

untuk Social Media Marketing Industry Report 2013, 97% marketer

menggunakan berbagai media khususnya social media sebagai alat untuk

mempromosikan bisnis mereka, angka ini menunjukan kenaikan dari tahun

lalu yaitu 94% sedangkan 86% marketer perpendapat bahwa social media

merupakan alat penting untuk bisnis mereka. Hingga tahun 2015, pengguna

Internet di Indonesia mencapai 72,7 juta pengguna menurut salah satu agensi

marketing sosial dan 72 juta diantaranya adalah pengguna media sosial aktif.

Data per 2015 menunjukkan bahwa dari total populasi di Indonesia

yang berjumlah 255.5 juta jiwa sebanyak 72.7 juta jiwa merupakan pengguna

aktif internet dan sebanyak 72 juta jiwa merupakan pengguna aktif sosial

media seperti yang terlihat dalam gambar 1.1.

Gambar 1.1 Riset Pengguna Aktif Sosial Media di Indonesia

Sumber: wearesocial.sg

Melihat fenomena ini, perusahaan dapat semakin mudah dalam melakukan

promosi dan sosialisasi kepada masyarakat yakni dengan memanfaatkan media

9

sosial. Dari data dibawah ini, dapat simpulkan bahwa banyak sekali waktu yang

dihabiskan oleh masyarakat dalam memainkan ataupun membuka media sosial

mereka. Media sosial dianggap lebih update dan cepat dalam memberikan informasi

mengenai ulasan suatu produk maupun menceritakan pengalaman mereka ketika

mengunjungi suatu tempat maupun pameran, walaupun aplikasi tersebut hakikatnya

bukanlah media berita. Media sosial juga membuka peluang bagi masyarakat untuk

bertukar informasi ke berbagai pelosok negeri bahkan penjuru dunia sekalipun,

karena sifatnya yang mudah di share berdasarkan tulisan dan omongan maka hal ini

juga merupakan salah satu nilai tambah untuk perusahaan dalam memasarkan

sesuatu.

1.2 Tentang Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS)

Gaikindo Indonesia International Auto Show) GIIAS merupakan Event

tahunan yang diadakan oleh Gaikindo. GIIAS diadakan di lokasi yang sama dengan

tahun sebelumnya, yaitu di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang

yaitu dengan tetap menggunakan 10 hall di ICE BSD. Dibuka dari jam 10 pagi

hingga 9 malam, GIIAS diselenggarakan mulai dari tanggal 10-20 Agustus 2017

dengan harga tiket masuk seharga Rp. 50.000 (weekdays) dan Rp 70.000 (weekend)

dan diselenggarakan selama 10 hari pameran ini berhasil mendapatkan jumlah visitor

sebanyak 461.195 orang dan berhasil melakukan penjualan dengan total 23.134 unit

kendaraan terjual pada saat pameran ini berlangsung. Pameran GIIAS juga

memfasilitasi free shuttle bus dari mal-mal di ibukota untuk menuju lokasi pameran.

Selain free shuttle bus, pameran ini pun memfasilitasi beberapa kebutuhan umum

seperti food & beverages area, smoking area, pray room, ambulance dan ruang

kesehatan, business centre, taman bermain dan stroller untuk para pengunjung yang

membawa anak mereka, nursery room, koneksi internet, dan ruangan agar para

pengunjung bisa mengisi baterai handphone maupun gadget mereka.

Selain itu pameran Gaikindo International Auto Show ini tidak hanya sekedar

pameran, GIIAS pun juga mempunyai beberapa supporting programs seperti CSR

pavillion (terletak di hall 5) yang ditujukan dengan melakukan inisiasi pemberian

yang terbaik kepada sekolah, siswa, anggota staf, dan masyarakat sekitar. Ini

menunjukkan bahwa GIIAS memiliki kepedulian yang tinggi terhadap bidang

pendidikan. Kemudian supporting programs selanjutnya yaitu donor darah (terletak

di hall 7 area indoor dan outdoor) acara donor darah ini GIIAS bekerja sama dengan

10

Palang Merah Indonesia (PMI), mengajak semua peserta pameran dan pengunjung

untuk berpartisipasi dalam acara sosial ini. Tujuan program ini adalah untuk

membantu menyelamatkan jiwa dengan menyumbangkan darah kepada mereka yang

membutuhkan. Selain itu pameran GIIAS pun melakukan promosi mereka dengan

gencar namun penulis menemukan adanya jumlah penurunan dalam hal media

partner dari pameran GIIAS 2016 ke pameran GIIAS 2017.

Gambar 1.2 Jumlah Perbandingan Media Partner pameran GIIAS 2016

dan GIIAS 2017

Sumber: Data Pribadi Manajemen PT. API (2017)

Berdasarkan gambar 1.2 diatas, penulis menemukan penurunan dalam jumlah

media partner yang bekerja sama pada pameran GIIAS 2017 ini. Pada tahun

sebelumnya yaitu GIIAS 2016 bekerjasama dengan 1.264 media, sedangkan pada

pameran GIIAS 2017 bekerjasama dengan 1.205 media. Dapat disimpulkan bahwa

manajemen dari PT. Amara Pameran Indonesia bekerjasama dengan lebih sedikit

media untuk GIIAS 2017 dibandingkan dengan GIIAS 2016, seperti yang kita

ketahui media sangat besar perannya dalam dunia pameran maupun bisnis karena

mampu untuk mengangkat dan menginformasikan suatu berita atau acara hingga ke

pelosok negeri. Dikarenakan adanya penurunan jumlah media partner maka penulis

ingin mengetahui apakah ewom atau pengalaman orang-orang yang mengunjungi

pameran ini dapat meningkatkan daya beli dan mempunyai pengaruh besar terhadap

pameran GIIAS 2017 mengingat adanya pengurangan kerjasama dengan media

partner pada tahun ini.

11

Berikut merupakan kegiatan E-WOM pada pameran GIIAS. Pengunjung

yang meng-upload foto atau menceritakan pengalaman mereka saat mengunjungi

pameran GIIAS dengan menggunakan hashtag-hashtag tertentu.

Gambar 1.3 Penyaringan Responden Berdasarkan Hashtag GIIAS

Sumber: Instagram.com & youtube.com

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian guna

mengetahui pengaruh E-Word of Mouth dan Brand Image terhadap Purchase

Intention (studi kasus: Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show).

1.3 Identifikasi Masalah

Dalam jurnal penelitian Jalilvand & Samiei, (2012) menyatakan bahwa

EWOM memiliki pengaruh kuat terhadap penilaian produk. EWOM juga bisa

dipercaya lebih efektif mempengaruhi keputusan niat pembelian konsumen dan

memiliki pengaruh terhadap citra merek produk tersebut. Jika opini dari konsumen di

dalam review produk di internet bernada positif, maka hal tersebut akan menarik

konsumen lain untuk menggunakan produk tersebut juga dan menaikkan citra

produk. Hal ini menguntungkan perusahaan karena konsumen yang puas dan loyal

akan merekomendasikan kepada teman atau orang yang ada di sekitar mereka

sehingga akan berdampak dapat meningkatkan niat pembelian produk. Selain itu

komunikasi EWOM melalui media elektronik memberikan jalan bagi konsumen

untuk mendapatkan informasi mengenai suatu produk atau jasa yang tidak hanya

12

berasal dari sebagian orang yang mereka kenal namun informasi tersebut juga dapat

didapatkan dari orang-orang dari negara lain yang memiliki pengalaman dengan

produk atau jasa yang ditawarkan tersebut. Salah satu alasan mengapa kami

membahas dan meneliti tentang pameran Gaikindo Indonesia International Auto

Show ini yaitu karena pameran ini merupakan pameran pecahan dari pameran

Indonesia International Motor Show (IIMS) dan tergolong pameran baru yang

berlangsung di Indonesia, maka dari itu kami ingin meneliti apakah image dari

pameran sebelumnya masih menempel di pameran GIIAS dan ingin mengetahui citra

merek dari pameran GIIAS di masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah

untuk penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh EWOM terhadap niat pembelian (Purchase

Intention)?

2. Apakah terdapat pengaruh Brand Image terhadap niat pembelian (Puchase

Intention)?

3. Apakah terdapat hubungan antara EWOM dengan indikator-indikatornya?

4. Apakah terdapat hubungan antara Brand Image dengan indikator-

indikatornya?

5. Apakah terdapat hubungan antara Purchase Intention dengan indikator-

indikatornya?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujun dari dilakukan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh EWOM terhadap Purchase Intention.

2. Untuk mengetahui pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention.

3. Untuk mengetahui hubungan e-WOM dengan indikator-indikatornya

4. Untuk mengetahui hubungan Brand Image dengan indikator-indikatornya

5. Untuk mengetahui hubungan Purchase Intention dengan indikator-

indikatornya

1.5 Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat berguna bagi:

1. Bagi Perusahaan

13

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini dapat digunakan oleh

perusahaan untuk bahan masukan dan pertimbangan serta mengetahui

pengaruh serta peran penting dari EWOM dan Brand Image dalam

meningkatkan Purchase Intention pada pameran Gaikindo Indonesia

International Auto Show.

2. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

pemahaman bagi semua pihak yang berminat terhadap bidang manajemen

pemasaran serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan menyusun

dalam bidang pemasaran.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan proposal skripsi ini terdiri dari 5 bab, antara lain:

1. Bab 1 Pendahuluan

Menjelaskan mengenai latar belakang ruang lingkup, masalah, tujuan,

manfaat, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

2. Bab 2 Landasan Teori

Menjelaskan mengenai teori relevan yang digunakan untuk menjelaskan

tentang E-Marketing khususnya EWOM, Brand Image, dan Purchase

Intention

3. Bab 3 Metodologi Penelitian

Termasuk didalamnya adalah: Desain Penelitian, Tipe Jenis Penelitian,

Metode Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik

Pengumpulan Data, Jenis, dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data, Analisis Regresi, Hipotesis, Operasionalisasi

Konsep.

4. Bab 4 Analisis dan Bahasan

Dalam bab ini memuat hasil pengolahan data dan gambar serta hasil

untuk menjawab tujuan penelitian.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Dalam bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

diberikan untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya.

14

1.7 State of Art

Berikut ini adalah hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap

relevan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis:

Tabel 1.2 State of Art

1 STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN EVENT 1000 CUPS

FROM JOGJA DALAM MENARIK MINAT PENGUNJUNG

Nama Peneliti :HAFIZH, MUHAMMAD AKASAH (2016)

Perayaan hari kopi internasional yang diselenggarakan oleh komunitas

kopi BKVR di Jogjakarta menjadi latar belakang diambilnya penelitian

ini, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana cara mereka

menarik minat masyarakat untuk mengunjungi event tersebut dengan

tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi

pemasaran yang dilakukan oleh tim penyelenggara dan juga untuk

mengetahui faktor pendukung dan juga faktor penghambat stategi

komunikasi pemasaran tersebut. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Obyek penelitian

adalah event 1000 cups from Jogja yang diselenggarakan pada 1

Oktober 2015. Teknik pengumpulan data antara lain dengan

wawancara, observasi dan studi pustaka.

2 THE EFFECT OF ELECTRONIC WORD OF MOUTH ON BRAND

IMAGE AND PURCHASE INTENTION

Nama Peneliti : Mohammad Reza Jalilvand & Neda Samiei (2012)

In their research this time, Jalilvand and Samiei studied about the

influence of EWOM on brand image in implementing purchase

intention because ewom known to have impact and very big benefit in

doing marketing then they also research it to prove it by case study at

Iran Auto Show

3 HOW BRAND AWARENESS RELATES TO MARKET OUTCOME,

BRAND EQUITY, AND THE MARKETING MIX

Nama Peneliti: Rong Huang a, Emine Sarigöllü (2012)

15

This study investigates brand awareness from three perspectives. This

study examines the relationship between brand awareness and market

outcomes and explores the relationship between brand awareness and

brand equity as well as investigates the effects of marketing mix

elements on brand awareness.

4 THE COUNTRY OF ORIGIN AND BRAND IMAGE EFFECT ON

PURCHASE INTENTION OF SMARTPHONE IN SURABAYA –

INDONESIA

Nama Peneliti: Diyah Tulipa , Ninuk Muljani (2015)

At present, borderless among countries makes international companies

spread their business all over the world. Goods that produced in one

country are being sold in other countries. This phenomenon forces

global marketers to understand factors that influence consumers’

evaluation on a product. Consumer buying behavior on global brand

mostly based on extrinsic information. Evaluation on a product is

conducted by perception to brand (Brand Image) and country where

the product is manufactured (Country of Origin). This study examined

the effect of country of origin and brand image on consumers’

purchase intention of smartphone in Surabaya and employed 150

visitors of smartphone trade centre in Surabaya.