bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... ·...

80
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah untuk seluruh umat manusia yang menganjurkan umatnya menjadi umat terbaik dan mengakui ajarannya sebagai pembawa rahmat. Ajaran-ajaran itu terkandung di dalam Al-qur’an yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, seperti aqidah, akhlaq, syari’ah. Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mewajibkan umatnya untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Dakwah merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan ke dalam suatu sistem kegiatan manusia dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir bersikap, bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan yang menggunakan cara tertentu (Amrullah, 1985:2). Dalam pelaksanaannya sebuah upaya dakwah tidak boleh lepas, apalagi bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang telah ada dalam Al-qur’an dan Hadist. Dakwah Islam berarti menyampaikan pesan atau ajaran Islam kepada masyarakat luas, sebagaimana telah dilakukan oleh nabi Muhammad SAW pada zamannya (Agus, 2001:90). Dalam hal ini ada lima unsur dalam praktek dakwah yaitu da’i, mad’u, materi dakwah, media, dan metode. Dakwah pada hakekatnya merupakan upaya untuk

Upload: others

Post on 31-Jul-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam sebagai agama dakwah untuk seluruh umat manusia yang

menganjurkan umatnya menjadi umat terbaik dan mengakui ajarannya sebagai

pembawa rahmat. Ajaran-ajaran itu terkandung di dalam Al-qur’an yang

mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, seperti aqidah, akhlaq, syari’ah.

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mewajibkan umatnya

untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Dakwah merupakan

aktualisasi imani yang dimanifestasikan ke dalam suatu sistem kegiatan

manusia dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk

mempengaruhi cara merasa, berfikir bersikap, bertindak manusia pada dataran

kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan

terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan yang menggunakan

cara tertentu (Amrullah, 1985:2). Dalam pelaksanaannya sebuah upaya

dakwah tidak boleh lepas, apalagi bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang

telah ada dalam Al-qur’an dan Hadist. Dakwah Islam berarti menyampaikan

pesan atau ajaran Islam kepada masyarakat luas, sebagaimana telah dilakukan

oleh nabi Muhammad SAW pada zamannya (Agus, 2001:90). Dalam hal ini

ada lima unsur dalam praktek dakwah yaitu da’i, mad’u, materi dakwah,

media, dan metode. Dakwah pada hakekatnya merupakan upaya untuk

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

2

mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berprilaku agar menjadi lebih

baik.

Media dakwah merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan

atau digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Media dakwah berperan

bukan hanya sebagai alat bantu dakwah, namun peran ini dapat dilihat dari

posisi dakwah sebagai suatu sistem, dan sistem ini terdiri dari beberapa

komponen yang saling berkait dalam mencapai tujuan, maka dalam hal ini

media dakwah mempunyai peranan / kedudukan yang sama dengan komponen

yang lain (Syukir, 1983:63). Sebagai sebuah proses komunikasi dakwah harus

memperhatikan keefektifitasan sebuah komunikasi diantaranya kecermatan

dalam memilih media yang digunakan. Dakwah dihadapkan pada

perkembangan dan kemajuan tekhnologi komunikasi yang semakin canggih.

Dalam artian dakwah dituntut agar dikemas dengan terapan media komunikasi

yang sesuai dengan mad’u sehingga dakwah menjadi lebih efisien dan efektif.

Salah satu bentuk informasi yang dipelihara dan diteruskan untuk

generasi berikutnya adalah melalui seni sastra, karena sastra ini bisa masuk ke

dalam jejak tertulis. Istilah “sastra” dipakai untuk menyebut gejala budaya

yang dipakai pada semua masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi dan

keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan (Jabrohim, 2003:9).

Karya sastra merupakan suatu bentuk komunikasi yang disampaikan dengan

cara khas, dengan cara memberi kebebasan kepada pengarang untuk

menuangkan keratifitas imajinasinya. Jika seseorang pembaca mengandalkan

sebuah teks sebagai sastra, maka tidak lama ia akan dibaca, dipahami dan

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

3

boleh jadi nilai kaidah sastra dengan perangkat skema sastrawi yang dimiliki

oleh seorang pembaca. Membaca sebuah karya sastra dapat juga meningkat

menjadi kegiatan kritis, yakni bila lewat teks sastra yang dibaca pembaca

bukan hanya bertujuan memahami, menikmati, dan menghayati melainkan

juga bertujuan memberikan penilaian (Aminudin, 2002:20). Pengertian

membaca kritis itu sendiri adalah kegiatan membaca dengan menggunakan

pikiran dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan

suatu konsep dengan jalan membandingkan teks sastra dengan yang dibaca

dengan pengetahuan, pengalaman serta realitas lain yang diketahui pembaca

untuk memberikan identifikasi, perbandingan, penyimpulan dan penilaian

(Aminudin, 2002:20). Bahasa sastra sangatlah berbeda dengan bahasa sehari-

hari, karena bahasa sastra lebih segar, lebih meresap, sebab ia lebih banyak

mengandung perasaan dan lebih meningkatkan angan-angan fantasi (Risqam,

2004:1).

Karya novel adalah salah satu bentuk sastra. Novel dibangun dari

sejumlah unsur dan setiap unsur akan saling berhubungan secara saling

menentukan, yang kesemuanya itu akan menyebabkan novel tersebut akan

menjadi sebuah karya yang bermakna hidup (Nurgiyantoro, 1998:37). Novel

terdiri dari dua unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Wellek dan

Warren dalam Nurgiyantoro, 1998:29) unsur ekstrisik antara lain adalah:

1. Keadaan subjektifitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan

dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya

yang ditulisnya.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

4

2. Dari segi psikolog baik itu dari pengarang (yang mencakup proses

kreatifnya), psikolog pembaca maupun psikolog dalam karya. Keadaan

ekonomi, sosial, politik pengarang.

Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur intrinsik itu antara lain tema, masalah, latar, plot, tokoh,

penokohan, judul, gaya bahasa. Kehadiran sebuah karya sastra tentunya agar

supaya dinikmati oleh pembaca. Namun agar dapat dinikmati karya sastra

diperlukan seperangkat pengetahuan tentang, karya sastra itu sendiri. Karena

tanpa suatu pengetahuan maka karya sastra hanya bersifat sepintas saja.

Di Indonesia saat ini karya sastra (novel) sedang membumi, tentu saja

ini menunjukan perkembangan novel yang terus berlangsung dan tidak

terputus. Seperti Azab dan Sengsara (1920), Siti Nurbaya (1922), Salah

Asuhan (1928), Layar Terkembang (1936), Belenggu (1940), Tenggelamnya

Kepal Van Der Wick (1962), Bumi Manusia dan Semua Anak Bangsa (1980),

Gadis Pantai (1988), Saman (1998), Perempuan Berkalung Sorban (2000),

Supernova (2002), Dadaisme (2003), Geni Jora (2003).

Pada waktu novel Ayu Utami, Saman (1998) muncul terjadi juga

kontrofersi, namun sebenarnya kontroversi tentang hal-hal erotis dalam karya

sastra sudah sering terjadi seperti Belenggu (1990) karya Armyn Pane yang

mempersoaalkan cinta dan perselingkuhan. Goenawan Muhammad dalam

Anton Kurnia, (2004:1). mengatakan ada 3 pola sikap dalam karya sastra

Indonesia yang berusaha mempersoalkan seks dan cara penggambaran seks.

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

5

1. Karya-karya yang berusaha mempersoalkan seks tetapi tidak berani

menggambarkannya, karya-karya yang didalam istilah Harry Haveling

memperlakukan persoalan seks sebagai "Mawar Berduri".

2. Karya-karya yang mempersoalkan seks dan mengambarkan karyanya

dengan cara " meneriakkannya dengan keras".

3. Karya-karya yang mempersoalkan seks sebagai bagian dari kehidupan

manusia yang wajar dan mengambarkannya secara wajar pula.

Sejak Ayu Utami (dari Saman) memberanikan diri untuk menulis

seksualitas secara eksplisit, melainkan juga karena penulis mengikuti

kecenderungan demikian justru penulis perempuan seperti Dinar Rahayu,

Djenar Mahesa Ayu, dalam hal ini Dewi Sartika mengakui bahwa Dadaisme

dipengaruhi oleh cara penulisan Ayu Utami.

Dadaisme karya Dewi Sartika ini adalah salah satu dari beberapa karya

sastra (novel) yang mengikuti perlombaan sayembara novel 2003 yang

diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Novel ini dianggap

sangat garang dan berani untuk bicara kematian, kejiwaan, perselingkuhan,

autis, sehingga novel ini menjadi juara pertama dalam sayembara 2003. Dewi

Sartika ini mengalahkan Abidah el Khalieqy dengan karyanya Genj Jora dan

ia dikenal dengan karya sebelumnya Perempuan Berkalung Sorban yang

menjadi pemenang kedua dan Tabula Rasa karya Batin Kumala menjadi

pemenang ketiga.

Dadaisme ini menceritakan tentang kisah malaikat bernama Michail

(malaikat bersayap satu), malaikat itu selalu ada dalam kesedihan hati

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

6

manusia.. Novel ini menggunakan alur bolak-balik, sehingga dibutuhkan

pembaca yang cermat dan teliti. Meskipun alurnya bolak-balik namun cerita

ini ternyata berhubungan satu sama lain.

Dalan novel Dadaisme ini secara segi bahasa yang digunakan

universal, isi novel inipun sangat menarik. Dadaisme adalah pemenang

pertama lomba sayembara novel yang diselenggarakan Dewan Kesenian

Jakarta (DKJ) tahun 2003.

Selain itu penulis tertarik pada novel ini karena Dewi Sartika adalah

termasuk novelis muda yang cukup diperhitungkan karena karyanya dianggap

luar biasa oleh dewan juri pada sayembara novel yang diselenggarakan oleh

Dewan Kesenian Jakarta tahun 2003.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apa pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel

Dadaisme karya Dewi Sartika

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui

pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam novel Dadaisme

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

1 Untuk menambah keilmuan, khususnya dibidang sastra (novel)

2 Novel bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan

pesan pesan dakwah

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

7

1.4 Tinjauan Pustaka

Dengan melihat literatur yang ada, diantaranya terdapat beberapa

kaitan dengan skripsi yang penilis teliti:

Penelitian Ahmad Zaenudin (1992), mengenai pesan dakwah dalam

karya A.Tohari, adapun penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa

berusaha menerangkan muatan-muatan dakwah dalam karya A.Tohari, dalam

penelitian ini juga dibahas mengenai posisi karya sastra sebagai kegiatan

dakwah Islamiah. Jadi secara tidak langsung karya sastra dapat berfungsi

sebagai media dan subyek dakwah.

Hal yang membedakan antara penelitian Ahmad Zaenudin dengan

penulis adalah objek penelitian yang akan diteliti. Walaupun sama-sama

mengandung pesan dakwah sebagai metode menganalisis novel ini. Ahmad

Zaenudin mengambil obyek penelitian dalam karya A.Tohari, sedangkan

penulis mengambil objek penelitian dalam novel Dadaisme karya Dewi

Sartika. Selain obyek kajianya penulis disini menggunakan teori kritik sastra

yang bertujuan untuk menganalisis secara langsung unsur-unsur pembentuk

novel.

Penelitian dengan judul pesan dakwah dalam novel Khotbah Diatas

Bukit karya Kuntowijoyo, oleh Titik Indriana (2005). Kesimpulan dari

penelitian ini adalah dalam novel Khotbah Diatas Bukit memiliki pesan-pesan

dakwah didalamnya, disamping menggunakan teori pesan dakwah dalam

penelitian ini juga menggunakan teori kritik sastra. Dalam hal ini pesan

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

8

dakwah yang terungkap menjadi tiga kategori yaitu, qidah, Syari'ah dan

Akhlak.

Walaupun sama-sama menggunakan analisis pesan-pesan dakwah

tetapi yang membedakan penelitian Titik Indriana dengan penulis adalah

obyek penelitian Titik Indriana obyek yang diteliti adalah novel Khotbah

Diatas Bukit karya Kuntowijoyo, sedang obyek dari penulis adalah novel

Dadaisme karya Dewi Sartika. Disinipun antara penulis dan Titik Indriana

jenis novelnya berbeda, kalau penulis meneliti jenis novel umum yang

mengandung pesan-pesan dakwah sedangkan Titik Indriana meneliti jenis

novel Islam.

Penelitian Ima Setyawati (1996), dengan judul pesan-pesan dakwah

dalam novel keagamaan (suatu kajian terhadap novel Trilogi karya Ahmad

Tohari). Dalam penelitian ini Ima Setyawati menjelaskan bahwa novel

keagamaan bukan novel yang menjelaskan simbol-simbol, jika novel

mengajarkan akhlak, menghargai peradaban manusia adalah novel keagamaan.

Dengan kesimpulan novel dapat digunakan sebagai media dakwah.

Perbedaan antara Ima Setyawati dengan penulis adalah mengenai

objek kajian, dalam hal ini Ima Setyawati meneliti novel keagamaan (suatu

kajian terhadap novel Trilogi karya Ahmad Tohari) sedangkan penulis dengan

obyek kajian novel Dadaisme karya Dewi Sartika, pesan dakwah yang

terdapat dalam penelitian penulis dan Ima setyowati berbeda, kalau penulis

membagi tiga kategori pesan dakwah yang terdiri dari pesan aqidah, syari’ah,

dan akhlak, sedangkan Ima meneliti lebih cenderung pada pesan Akhlak.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

9

Persamaan penulis dan Ima Setyawati adalah sama-sama meneliti pesan

dakwah, serta media yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan

dakwah.

1.5 Metode penelitian

1.5.1. Jenis Penelitian/Pendekatan/Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diteliti, penelitian

kualitatif umumnya dilakukan oleh karena kurangnya teori-teori yang

berhubungan (Kountor, 2003:18), dengan tujuan dari hasil pengamatan

terhadap objek penelitian (Khusus), diharapkan dapat menghasilkan suatu

teori (umum).

Dalam hal ini penulis menggunakan jenis pendekatan semiotik atau

pendekatan makna bahasa. Van Zoest dalam Alex Sobur, (2001:96)

mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang

berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungan dengan kata lain,

pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.

Adapun pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan

struktural semiotik untuk menganalisis karya sastra, berdasarkan struktur,

diperlukan juga analisis berdasarkan teori lain yang sesuai dengan teori ini

ialah semiotik (Jabrohim, 2003:94). Struktural dan semiotik itu

berhubungan erat: semiotik itu merupakan perkembangan struktural

(Jabrohim , 2003:93).

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

10

1.5.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini maka

perlu adanya pembatasan istilah judul "Pesan-Pesan Dakwah Dalam Novel

Dadaisme Karya Dewi Sartika".

1.5.2.1. Definisi Konseptual

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1994:761) pesan adalah

perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang

lain .

Dakwah menurut istilah adalah upaya mengajak seseorang atau

sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan

ajaran Islam atau untuk mewujudkan ajaran Islam atau untuk

mewujudkan ajaran Islam kedalam kehidupan nyata.

Pesan dakwah adalah isi ajakan, anjuran dan ide gerakan dalam

rangka mencapai tujuan dakwah (Aminudin, 1986:74). Menurut Hafi

Anshari (1993:146), Pesan dakwah adalah segala sesuatu yang harus

disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah yaitu keseluruhan

ajaran Islam

1.5.2.2. Definisi Operasional

Pesan dakwah adalah materi-materi yang berisi tentang ajaran

Islam. Terkait dengan pesan-pesan dakwah , Hafi Anshori (1993:

146) membagi pesan dakwah menjadi tiga bagian, yaitu pesan

aqidah, yang mencakup keimanan yang terdiri dari rukun Iman

yaitu Iman kepada Alloh, Iman kepada Malaikat, Iman kepada

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

11

Kitab, Iman kepada Rosul, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman

kepada Qodho dan Qodhar. Pesan syari’ah yang dibagi menjadi

ibadah dan muamalah, dalam hal ini yang menyangkut hubungan

dengan Alloh maupun dengan sesama makhluk Dan pesan akhlak

yang membahas mengenai bagaiman cara bertingkah laku terhadap

sesama makhluk

Dengan demikian pesan dakwah yang penulis maksud adalah

gagasan kata-kata yang dituangkan Dewi Sartika dalam novel

Dadaisme yang ada kaitannya dengan aqidah, syari’ah, akhlak.

1.5.3 Sumber Data

1.5.3.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel

Dadaisme karya Dewi Sartika

1.5.3.2. Sumber Data Sekunder

Dalam hal ini penulis mencari buku-buku, majalah, hasil

penelitian, dan media lain yang yang berkaitan dengan pembahasan

penelitian ini.

1.5.4 Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode berdasarkan riset kepustakaan

(library reseach) seperti majalah, buku-buku atau data yang ada

kaitannya dengan penelitian yang penulis lakukan.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

12

1.5.5 Tekhnik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka perlu dianalisis untuk mendapatkan

kesimpulan. Dalam menganalisis penelitian ini penulis menggunakan

metode struktural semiotik, Riffaterre dalam Jabrohim menyatakan

untuk dapat memberi makna secara struktural semiotik, pertama kali

dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeuneutik.

a. Struktural menekankan pada adanya fungsi dan hubungan antar

unsur (intrinsik) dalam karya novel. Analisis sruktural dalam karya

novel dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan

mendeskripsikan fungsi dan hubungan-hubungan antar unsur

intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1998;37).

Misalnya; bagaimana keadaan tokoh, penokohan, latar, tema,

peristiwa, judul, dan gaya bahasa. Pada intinya karya sastra itu

merupakan subuah struktur yang unsur-unsurnya saling berjalin

erat.

b. Semiotik adalah ilmu yang mengkaji “tanda”. Menurut Junus dalam

Jabrohim (2003;67) mengatakan bahwa semiotik itu merupakan

lanjutan atau perkembangan dari stuktural. Struktural tidak dapat

dipisahkan dari semiotik. Alasanya adalah karya sastra itu

merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa

memperhatikan sistem tanda, tanda, dan makna, struktur karya

sastra atau karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara

optimal.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

13

b. Heuristik merupakan pembacaan karya satra pada semiotik tingkat

pertama. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasar struktur

kebahasaannya. Ia berupa pemahaman makna sebagaimana yang

dikonvensikan oleh bahasa (yang bersangkutan), jadi yang

dibutuhkan adalah pengetahuan tentang bahasa-bahasa itu,

kompetensi terhadap kode bahasa. Untuk itu, kerja penafsiran

karya sastra haruslah sampai pada kerja hermeneutik.

c. Hermeneutik adalah pemahaman karya pada tataran semiotik

tingkat kedua (Nurgiyantoro, 1998;33). Hermeneutik menurut

Teeuw dalam Nurgiyantoro (1998;33) adalah ilmu / tekhnik

memahami karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih

luas maksudnya.

Contoh pembacaan Heuristik-Hermeniutik dalam Novel Khotbah

Diatas Bukit karya Kuntowijoyo (Indriana, 2005:72)

“ Alam ialah yang Maha Besar. Kita hanya bagian-Nya. Jangan sedih atau gembira. Kembalilah ke sana. Ia akan menerima kehadiranmu.” (hlm.81) Pembacaan Heuristik

“ (pencipta) Alam ialah Allah yang Maha Besar. Kita hanya bagian-Nya. Jangan (terlalu) (ber) sedih atau (terlalu) (ber) gembira. Kembalilah ke (pada) sana (alam). Ia akan meneriama kehadiranmu.”(hlm.81) Pembacaan Hermeneutik

Pencipta alam yaitu Allah yang Maha Besar. Sedangkan

kita hanya bagian dari ciptaan-Nya, Bagian dari alam. Janganlah

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

14

kita terlalu banyak bersedih atau bergembira. Kembalilah berbaur

dengan alam. Pastilah alam akan menyambut kehadiran kita.

Untuk membedakan analisis antara sajak dan novel adalah dengan

menganalisis sistem tanda itu dan menentukan konvensi-konvensi apa yang

memungkinkan tanda-tanda atau stuktur tanda-tanda dalam ragam sastra itu

mempunyai makna (Pradopo, 1995: 122). Sastra puisi merupakan sistem tanda

yang mempunyai satuan tanda-tanda seperti bunyi, pilihan kata, kiasaaan,

citraan dan saran retorika.Sedangkan novel mempunyai konvensi sendiri yang

lain dari konvensi puisi, misalnya tema, masalah, plot, tokoh, penokohan,

latar, tema, judul dan gaya bahasa.

Kemudian dalam pembacaan heuristik pun pastilah sedikit berbeda.

Hal ini disebabkan novel bahasanya tidak begitu menyaimpang dari tata

bahasa baku. Pembacaan heuristik novel adalah pembacaan “tata bahasa”

ceritanya, yaitu pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan

(Pradopo, 1995;135). Sedangkan pembacan sajak adalah pembacaan dari kata-

perkata.

1.6. Kerangka Teoritik

Dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah, dakwah juga bisa

dilakukan dengan tulisan salah satunya novel. Dakwah merupakan merupakan

suatu usaha mengarah untuk memperbaiki sesuai dengan kehendak dan

tuntunan kebenaran. Salah satu faktor penunjang keberhasilan dakwah adalah

dengan pesan karena seorang da'i harus benar-benar memperhatikan mad'u

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

15

dengan berbagai macam latar belakang. Dalam hal ini ada tiga prinsip ajaran

yang terdapat dalam pesan dakwah:

- Aqidah (keimanan) adalah merupakan merupakan sesuatu yang diyakini

tanpa suatu keraguan sedikitpun.

- Syari'ah yaitu ajaran yang menyangkut aktifitas didalam semua aspek

kehidupan. Dalam artian membedakan makna yang halal dan yang haram

atau makna yang boleh dan tidak boleh

- Akhlaq adalah suatu sikap atau sifat yang mendorong untuk melakukan

sesuatu perbuatan baik atau buruk yang dilakukan dengan mudah.

Perbuatan ini dilihat dari pangkalan yaitu niat.

Novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik dan

menggunakan sesuatu (lebih bersifat) secara tidak langsung. Untuk itu

diperlukan suatu upaya (boleh juga dibaca: kritik) untuk dapat menjelaskannya

dan biasanya disertai bukti-bukti hasil kerja analisis (Nurgiyantoro, 1998:32).

Dengan demikian karya sastra baru bisa dipahami. Pradopo dalam Jabrohim

(2003:67) menyatakan bahwa struktural dan semiotik itu tidak dapat

dipisahkan karena karya sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang

bermakna, Dan harus memperhatikan sistem tanda dan maknanya, konvensi

tanda, struktur karya sastra (novel) tidak dapat dimengerti maknanya secara

optimal.

Untuk memahami sebuah karya sastra dibutuhkan sebuah teori dan

pendekatan agar pembaca dapat memahami maksud yang ada dalam karya

sastra (novel) tersebut.

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

16

Dalam hal ini untuk mengetahui makna dan pesan-pesan dakwah yang

terkandung dalam novel Dadaisme penulis menggunakan pendekatan

structural semiotik

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran singkat mengenai isi skripsi ini, maka

penulis akan sampaikan secara singkat sisitematika penulisan skripsi yang

terdiri dari lima bab;

Bab pertama berisi tentang pendahuluan, latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik,

dan metodologi penelitian meliputi: jenis penelitian dan pendekatan, definisi

konseptual dan definisi operasional, sumber data, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, serta sistematika penulisan skripsi

Selanjutnya bab dua sebagian berisi tentang gambaran umum

mengenai dakwah, novel dan novel sebagai media dakwah

Bab tiga berisi biografi pengarang novel Dadaisme, gambaran

(sinopsis) mengenai novel Dadaisme, disertai kritik ekstern dan kritik intern.

Bab empat adalah analisis data yang meliputi analisis terhadap novel

Dadaisme disertai kesimpulan analisis .

Bab lima adalah penutup, disini penulis akan menguraikan tentang

kesimpulan penelitian diakhiri dengan penutup.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

17

BAB II

NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH

2.1. Tinjauan Tentang Novel

2.1.1. Pengertian Novel

Istilah “novel” berasal dari bahasa Inggris “novelette” atau

dalam bahasa latin “novelle” dan bahasa Jerman “novelle”, secara

harfiah novel berarti “sebuah barang baru yang kecil” yang kemudian

istilah novel ini bisa dipahami sebagai “cerita pendek dalam bentuk

prosa”. Novel adalah sebuah konfiksi (penceritaan) yang panjang

cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek

(Nugiyantoro, 1990 : 9-10).

Novel adalah sebuah karya sastra yang mencakup bentuk

(struktur), komposisi, bahasa (gayanya, filosofinya) juga tema, bahkan

tawaran moralnya (Kundero, 2001:1). H. B Yassin dalam bukunya Tifa

Penyair Dan Daerahnya menyatakan bahwa “novel ialah suatu

karangan prosa yang bersifat cerita menceritakan suatu kejadian yang

luar biasa, karena dari kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu

pertikaian, yang mengalihkan nasib mereka (Suroto, 1989:9). Melalui

novel seseorang dapat mengemukakan, menyajikan sesuatu secara

bebas, detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang

lebih kompleks.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

18

2.1.2. Sejarah Novel

Pada tahun 1908 didirikan komisi bacaan rakyat (commissie

voor de inlandsche school en volkslectuur). Yang pada tahun 1917

berubah menjadi Kantor Bacaan Rakyat (kantoor voor de volkslectuur)

atau Balai Pustaka (Rosidi, 2000:16). Mula-mula komisi ini bekerja

untuk memeriksa dan menolak segala naskah, namun kemudian

mencetak buku-buku terjemahan. Komisi ini menerbitkan buku Ka Nu

Ngarora (bacaan bagi para muda) karya D.K. Ardiwinata pada tahun

1914 dalam bahasa Indonesia. Pada tahun 1918 terbitlah Cerita Si

Jamin Dan Si Johan yang disadur Merari Siregar dan Jan Smees

karangan Juan Maurik (Rosidi, 2000 : 17). Dua karya tersebut terbit

dalam versi tidak resmi, namun pada tahun 1920 terbitlah versi resmi

dalam bahasa Indonesia Azab Dan Sangsara Seorang Anak Gadis

karangan Merari Siregar. Dua tahun kemudian terbitlah Siti Nurbaya

(1922) karya Marah Rusli, sejak inilah cipta sastra (novel) Indonesia

mulai bermunculan.

Dari banyaknya novel yang bermunculan di zaman itu, masalah

yang diangkat adalah mengenai adat dan kebiasaan buruk kuna,

perkawinan, hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki,

pertentangan paham. Contohnya, Azab dan Sengsara (1920) di sini

menceritakan adat dan kebiasaan buruk kuno yang tidak lagi sesuai

dengan zaman modern, Siti Nurbaya (1922), inipun bercerita tentang

keburukan adat kuno berkenaan dengan perkawinan, Salah Asuhan

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

19

(1928) yang menjadi perhatian di sini bukan lagi kawin paksa namun,

pertentangan paham antara kaum muda dengan kaum kolot dalam soal

pernikahan tidaklah dilihatnya secara blok hitam dan blok putih.

Demikian juga dengan Muda Terna (1922) karya M. Kasim,

dikisahkan tentang seorang pemuda bernama Marah Kamil yang

tergila-gila kepada seorang gadis. Sebelum terjadi pernikahan, Marah

Kamil berpetualang dan cerita ini diakhiri dengan kebahagiaan hidup

dengan kekasih idaman hatinya.

Pengarang lain yang melangkah lebih jauh dalam menentang

adat kuno mengenai perkawinan adalah Adi Negoro (Djamaluddin)

dengan karyanya Darah Muda (1927) dan Asmara Jaya (1928).

Persoalan pemilihan jodoh dan campur tangan orang tua dalam

pernikahan anaknya tidak terdapat dalam Karam Dalam Gelombang

Percintaan (1926) karya Kedjora, Pertemuan (1927) karya Abas

Soetan Pamoentjak, Salah Pilih (1928) karya Nur Sutan Iskandar,

Cinta Yang Membawa Maut (1926) karya Abd. Ager dan Nursanah

Iskandar dan lain-lain.

Percintaan yang tokoh-tokohnya terdiri dari para pemuda yang

telah mengecap pendidikan sekolah merupakan tema yang disukai

benar oleh umumnya pengarang masa itu, seperti misalnya Jeumpa

Aceh (1928) karya H. M. Zainuddin, Tak Disangka (1929) karya tulis

Sutan Sati, Tak Putus Dirundung Malang (1929) karya Sutan Taqdir

Alisjahbana.

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

20

Masalahan percintaan muda-mudi juga terdapat dalam novel

kedua Dewi Sartika, Empat Cara Menjadi Cantik (2004). Dan pada

tahun yang sama pula Dewi menerbitka novel terbarunya Natsuka

(2004), bahasa yang digunakan dalam novel ini sama dengan

Dadaisme, Meskipun didalamnya terdapat cerita tentang percintaan

namun disisi lain disini juga bercerita tentang masalah kematian, adat.

Novel ini berbeda dengan Empat Cara Menjadi Cantik yang hanya

bercerita tentang masalah cinta muda-mudi saja.

Selain itu terdapat pula novel yang mengandung pesan Islami

seperti Perempuan Berkalung Sorban (2000) karya Abidah el Khaliqy,

Lukisan Rembulan, Namaku Maysaroh, Serpihan Hati (2003) karya

Pipit Senja, Kembara Kasih (1999) Manusia-Manusia Langit (2000)

karya Helvi Tiana Rosa.

2.1.3. Jenis-Jenis Novel

Menurut Jacob Sumardjo dalam bukunya Novel Indonesia Mutakhir

sebuah kritik, muncul dua jenis novel yaitu novel Pop dan Serius.

Adapun ciri-ciri kedua novel tersebut adalah :

a. Ciri-Ciri Novel Pop

1. Temanya selalu menceritakan kisah asmara belaka tanpa

masalah yang lebih serius.

2. Novel pop selalu menekankan plot cerita sehingga

mengabaikan karakterisasi, problem kehidupan dan unsur-

unsur novel lainnya.

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

21

3. Biasanya cerita disampaikan dengan gaya emosional, cerita

disusun dengan tujuan meruntuhkan air mata pembaca,

akibatnya novel demikian hanya mengungkapkan permukaan

kehidupan, dangkal tanpa pendalaman.

4. Masalah yang dibahas kadang-kadang artifisial, tidak nyata

dalam kehidupan ini, isi cerita hanya mungkin terjadi dalam

cerita itu sendiri, tidak dalam kehidupan nyata.

5. Karena cerita ditulis untuk konsumsi masa, maka pengarang

rata-rata tunduk pada hukum cerita konvensiolan.

6. Bahasa yang dipakai bahasa aktual, yang hidup di kalangan

muda-mudi kontemporer, dan di Indonesia pengaruh gaya

berbicara serta bahasa sehari-hari kota Jakarta amat

berpengaruh di novel jenis ini.

Contoh novel pop:

Empat Cara Jadi Menjdi Cantik karya Dewi Sartika

b. Ciri-Ciri Novel Serius

1. Dalam tema karya sastra tidak hanya berputar-putar dalam

masalah cinta asmara muda-mudi belaka, Islam membuka diri

terhadap semua masalah yang penting untuk menyempurnakan

hidup manusia. Masalah cinta dalam karya sastra kadang hanya

penting untuk menyusun plot cerita, sedang masalah yang

sebenarnya berkembang di luar itu.

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

22

2. Jalan cerita memang penting tetapi bukan merupakan daya tarik

utamanya. Cerita itu selalu diimbangi bobot yang lain, seperti

karakterisasi, setting cerita, tema, dan sebagainya.

3. Karya sastra tidak berhenti pada gejala permukaan saja, tetapi

selalu memahami secara mendalam dan mendasar suatu

masalah. Hal ini dengan sendirinya berhubungan dengan

kematangan pribadi sastrawan sebagai seorang intelektual.

4. Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra

bisa dialami atau sudah dialami oleh manusia mana saja dan

kapan saja. Karya sastra membicarakan hal-hal yang universal

dan nyata, bukan kejadian yang artifisial dan bersifat kebetulan.

5. Sastra selalu bergerak dan baru. Ia tidak mau berhenti pada

komersialisme, penuh inovasi.

6. Bahasa yang dipakai adalah bahasa standar, bukan model

sesaat.

Contoh novel serius

Dadaisme karya Dewi Sartika

2.1.4. Unsur-Unsur Pembentuk Novel

Unsur-unsur pembentuk novel yang kemudian secara

bersamaan membentuk totalitas itu, di samping unsur formal bahasa,

masih banyak lagi macamnya (Nurgiyantoro, 1998: 23). Unsur tersebut

yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

23

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya

sastra itu sendiri. Unsur ini terdiri dari masalah, tema, plot, tokoh dan

penokohan, latar (setting), judul dan gaya bahasa.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya

sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau

sistem organisme karya-karya sastra (Nurgiyantoro, 1998:23). Wellek

dan Wernen dalam Nurgiyantoro (1998:24) menyatakan bahwa unsur-

unsur ekstrinsik yang dimaksud antara lain adalah keadaan

subyektifitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan

pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya

yang ditulisnya.

Berikut ini penjabaran dan unsur-unsur pembentuk novel.

a. Tema

Tema merupakan dasar sebuah penceritaan, atau bisa diartikan

makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Hartoko dan Rahmanto

dalam Nurgiyantoro (1998:68) menyatakan, tema merupakan

gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang

terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan

menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

b. Cerita

Ada beberapa definisi mengenai cerita pada sebuah karya fiksi

dalam Nurgiayantoro (1998 : 91) :

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

24

1. Foster mengatakan cerita sebagai sebuah narasi sebagai

kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu.

Misalnya, (kejadian) mengantuk kemudian tertidur, begitu

melihat wanita cantik langsung jatuh cinta, marah-marah

karena disinggung perasaannya.

2. Abrams juga memberikan pengertian cerita sebagai sebuah

urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu.

3. Kenny mengartikan cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang

terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah

karya fiksi.

c. Plot

Plot adalah hubungan kausalitas antar berbagai peristiwa yang

dikisahkan, atau bagi menyiasati penyajian rangkaian peristiwa

agar lebih menarik dan baru. Plot bisa juga disebut dengan alur

cerita. Stanton dalam Nurgiyanto (1998:3) menyatakan plot adalah

cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya

dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan

atau menyebabkan peristiwa yang lain.

d. Tokoh, Penokohan

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Menurut

Jones dalam Nurgiyanto (1998 : 165) penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam

cerita. Watak perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

25

sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh para pembaca, lebih

menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Karakter (tokoh

cerita) menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998:165) adalah

orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan

dan apa yang dilakukan dalam tindakan, pengertian penokohan ini

lebih luas maknanya dari tokoh dan perwatakan karena ia sekaligus

mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan

bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita

sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada

pembaca (Nurgiyantoro, 1998:166).

e. Latar (setting)

Latar cerita merupakan dunia atau lingkungan tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa. Latar cerita dibangun oleh segala keterangan,

petunjuk atau pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan

suasana terjadinya peristiwa dalam karya sastra.

Secara garis besar Nurgiyantoro (1995 : 227) membedakan latar

menjadi tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar

sosial.

Latar tempat adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan

sebuah karya fiksi.

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

26

Latar waktu berhunbungan dengan masalah kapan terjadinya

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro

: 1995:30).

Latar sosial menyaran pada hal yang berhubungan dengan perilaku

keindahan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi.latar sosial dapat berupa kebiasaan

hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

berfikir dan bersikap.

f. Judul

Dalam kamus besar bahasa Indonesia judul adalah nama yang

dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang menyiratkan secara

pendek isi atau maksud buku atau bab itu atau bisa disebut juga

sebagai kepala karangan.

g. Gaya bahasa

Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra. Bahasa

merupakan unsure bahan, alat, sarana yang digunakan untuk

dijadikan sebuah karya mengandung “nilai lebih” dari sekedar

bahanya sendiri. Dalam hal ini Teeuw dalam Sugihastuti dan

Suroto (2002:55) menyatakan bahwa sastra adalah bahasa yang

khas yang hanya dapat dipahami dengan pengertian atau konsepsi

bahasa yang tepat.

Page 27: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

27

2.2. Tinjauan Tentang Dakwah

2.2.1. Pengertian Dakwah

Menurut bahasa, dakwah berasal dari kata-kata

دعوة- يدعو- دعا ) ) yang berarti panggilan, suara dan

gerakan. (Wafiah dan Awaluddin , 2005:3).

Dalam pengertian yang lebih khusus dakwah berarti mengajarkan

baik pada diri sendiri maupun orang lain, untuk berbuat baik sesuai

dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya

pula. Jadi dakwah dalam arti khusus ini bisa diidentifikasikan dengan

amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam

surat Ali-Imran ayat 104 :

ولْتكُن مِنكُم أُمةٌ يدعونَ إِلَى الْخيرِ ويأْمرونَ بِالْمعروفِ وينهونَ عنِ الْمنكَرِ وأُولَئِك هم الْمفْلِحونَ

Artinya “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada mar’ruf danmencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imran : 104).

Sedangkan secara terminologi ada beberapa tokoh yang

menberikan bahsan-bahasan tentang pengertian dakwah diantaranya

sebagai berikut :

1. Prof. H. M. Thoha Yahya Omar mendefinisikan dakwah

dengan mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan

yang benar dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan

kebahagiaan dunia dan akhirat. (Aminudin,1986:3).

Page 28: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

28

2. Drs. Hamzah Ya’qub (1981:13). Mengajak manusia dengan

hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-

Nya.

3. Dr. M. Bahri Ghazali, MA (1997:5).

Dakwah adalah sebagai penyampaian agama Islam yang tujuannya

agar orang tersebut melaksanakan ajaran agama dengan sepenuh

hati.

Dari berbagai definisi tersebut di atas, walaupun ada perbedaan

perumusan tetapi pada intinya mengandung pengertian dan makna

yang sama, bahwa dakwah adalah penyampaian ajaran Islam yang

bertujuan agar orang tersebut melaksanakan ajaran agama dengan

sepenuh hati untuk kebahagiaan dunia akhirat.

2.2.2. Hukum Berdakwah

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan suatu kewajiban.

Kewajiban dakwah merupakan kewajiban yang bersifat conditiosine

quanon, tidak mungkin dihindari dari kehidupan. (Tasmara, 1997:32).

Sesuai firman Allah

ببِيلِ رإِلَى س عاد بِالَّتِي هِي مادِلْهجةِ ونسعِظَةِ الْحوالْمةِ وبِالْحِكْم كدِينتهبِالْم لَمأَع وهبِيلِهِ وس نلَّ عض نبِم لَمأَع وه كبإِنَّ ر نسأَح

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara yang baik.sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl : 125).

Page 29: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

29

Ada perbedaan pendapat ulama tentang status kewajiban

dakwah. Ada yang berpendapat bahwa dakwah itu hukumnya fardu

kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi yang dialami para da'i

dan muballigh. Artinya, jika pada suatu kawasan yang sudah ada yang

melakukan dakwah ketika itu hukumnya fardu kifayah. Tetapi jika

dalam suatu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal

mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata

Allah. Ada ulama yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya

wajib ain (fardu ain) adalah bahwa setipa orang Islam yang sudah

dewasa, kaya miskin, pandai bodoh, semuanya tanpa kecuali wajib

melaksanakan dakwah. (Aminudin, 1986:34). Dengan demikian

sebenarnya dakwah merupakan keajiban dan tugas individu. Hanya

dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di

lapangan.

Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah

Islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan

kepada Allah SWT. penyampaian dakwah Islamiyah haruslah

disempurnakan dari generasi satu ke generasi berikutnya, sehingga

hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa.

2.2.3. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur atau komponen-komponen yang satu sama lainnya

berhubungan sangat erat, unsur-unsur tersebut adalah :

Page 30: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

30

a. Subyek Dakwah

Subyek dakwah yang dimaksud adalah orang yang

menyampaikan pesan-pesan dakwah atau da'i. Pesan dakwah ini

bisa disampaikan oleh individu (perorangan) atau oleh kelompok.

Menurut Awaludin dan Wafiah (2005:6) subyek dakwah adalah

manusia penyeru dakwah atau sering disebut juga juru dakwah,

da'i, muballigh, khatib. Subyek dakwah (muballigh) adalah seorang

muslim yang memiliki syarat-syarat dan kemampuan tertentu yang

dapat melaksanakan dakwah dengan baik (Ya’qub, 1981:36).

b. Obyek dakwah

Obyek dakwah adalah seorang manusia atau masyarakat

yang menjadi sasaran dakwah, sering disebut dengan istilah

(mad’u). Seorang da'i sebelum terjun ke masyarakat perlu

mempelajari dan menyelidiki keadaan masyarakat agar

memudahkan untuk berdakwah. Karena tiap-tiap bagian

masyarakat itu memiliki ukuran pemahaman yang berbeda-beda

menurut keadaan ekonomi (kaya miskin). Umur (anak-anak,

pemuda, orang tua), keadaan geografis (desa, kota) dan sebagainya.

c. Materi dakwah

Materi dakwah sering disebut ideologi dakwah, adalah

ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam berpangkal pada dua pokok

yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, baik tidak boleh

menyimpang dari dua pokok materi tersebut. Materi dakwah

Page 31: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

31

merupakan bahan atau sumber yang digunakan atau disampaikan

oleh da'i kepada mad’u dalam kegiatan dakwah untuk mencapai

tujuan. Dengan demikian diharapkan agar ajaran-ajaran Islam

benar-benar dapat diketahui, dipahami, dihayati, dan diamalkan,

sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai

dengan ketentuan-ketentuan agama Islam.

Asmuni Syukir (1983:60) mengatakan bahwa materi dakwah

dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu :

1. Masalah keimanan (aqidah).

2. Masalah keislaman (Syari'ah).

3. Masalah budi pekerti (akhlakul karimah).

Seorang da'i dituntut harus bisa menguasai materi-materi

dakwah yang berkembang sekarang seperti ekonomi, politik, sosial

dan agama atau dapat dikatakan dalam berdakwah da'i memerlukan

penelitian materi yang cermat disamping perlu memperhatikan

situasi dan kondisi masyarakat yang ada.

d. Metode dakwah

Metode adalah cara yang dipilih da'i dalam menyampaikan

materi dakwah (Wafiah dan Awaluddin, 2005:7). Keberhasilan

dakwah itu tergantung pada pelaksanaannya dan tidak tergantung

bagaimana memilih metode yang tepat dan cepat, semuanya harus

melihat pula kepada keadaan yang dihadapi atau kata lain dalam

segala persoalan harus bertindak secara paedagogis, melihat

Page 32: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

32

kenyataan da'i harus memilih dan menggunakan metode

dakwahnya sesuai dengan kondisi dan perkembangan zaman,

karena metode itu akan berubah-ubah mengikuti perkembangan

zaman. Dalam berdakwah memerlukan beberapa metode yang

dapat menghampiri sasaran tegasnya antara lain sebagai berikut :

(Dzikron, 1989 : 52)

1. Metode ceramah (lecturing method atau telling method).

2. Metode tanya jawab (questioning method / question

answer pereod).

3. Metode diskusi.

4. Metode propaganda (di’ayah).

5. Metode keteladanan / demonstrasi (demonstration

method).

6. Metode drama (role playing method).

7. Metode home visit (silaturahmi).

Pokok-pokok metode dan teknik dakwah dijelaskan dalam

surat an-Nahl ayat 125. Adapun metode yang dimaksudkan dari

ayat di atas ada 3 cara pokok yang dijadikan sandaran bagi metode

dakwh yaitu :

1. Dakwah bil hikmah

Hikmah menurut pengertian sehari-hari ialah bijaksana dan

secara pengertian khusus secara ilmiah, filosofis, hikmah

diartikan arif.

Page 33: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

33

2. Dakwah bil mau’idlah hasanah

Yang dimaksud dengan cara mau’idlah hasanah ialah dakwah

yang dilakukan dengan cara memberi ingatan atau nasihat

kepada orang lain dengan materi sikap cara menyampaikan

yang baik agar dapat menjinakan hati pendengar.

3. Dakwah bil mujadalah

Dakwah dengan mujadalah yang sebaik-baiknya, artinya

dilakukan dengan jalan mengadakan tukar pikiran yang sebaik-

baiknya. (Dzikron, 1989:25-25).

e. Media dakwah

Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat

dipergunakan sebagai alat-alat untuk mencapai tujuan dakwah

yang telah ditentukan ( Syukir, 1983:163).

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai

alat bantu dakwah. Media dakwah (alat bantu dakwah) memiliki

peranan antar kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan.

Menurut Asmuni Syukir (1983: 173) media dakwah dibagi

menjadi enam bagian

a). Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan formal, yaitu pendidikan yang

mempunyai kurikulum siswa sejajar kemampuanya,

pertemuan ruti dan lain sebagainya.

Page 34: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

34

b). Lingkungan Keluarga

Dalam linkungan keluarga pada umumnya terdapat

kesamaan agama. Kesempatan ini bagi para keluarga

dapat dijadikan media dakwah seperti jama’ah shalat,

puasa dan lain-lain.

c). Organisasi Islam

Dalam organisasi yang berasaskan Islam secara

langsung bisa dijadikan sebagai media dalam

berdakwah.

d). Hari-hari Besar Islam

Dalam memperingati hari besar Isalam secara langsung

bisa dijadikan media dalam berdakwah.

e) Media Massa

Media massa bisa digunakan dalam sebagai media

untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah, baik itu

media cetak ataupun elektronik. Media cetak seperti

majalah. surat kabar, dan buku, novel. Sedangkan

media elektronik seperti radio, televisi dan lain-lain.

f). Seni Budaya

Setiap masyarakat memiliki seni dan budaya sendiri,

dan mereka lebih tertarik terhadap seni dan budaya

yang ada, baik musik, drama, wayang dan lain-lain.

Page 35: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

35

Maka seni dan budaya bisa digunakan sebagai media

dalam berdakwah.

2.3. Novel Sebagai Media Dakwah

Esensi dakwah adalah sebuah upaya menyeru manusia kepada

kebaikan dan melarang keburukan. Karena itulah maka berdakwah

mengandung arti ishlah atau perbaikan serta pembaharuan dan peningkatan.

Agama sebagai benteng moral manusia mengenai bagaimana kehidupan di

dunia dan berhubungan dengan sesamanya serta bagaimana berhubungan

dengan sang khaliq.

Metode dakwah dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam semakin

berkembang sesuai dengan keadaan masyarakat sendiri. Sehingga diperlukan

media yang efektif dan bisa memberikan informasi dalam rangka untuk

meningkatkan kualitas kehidupan. Salah satu bentuk media yang

menyampaikan pesan adalah novel. Meskipun novel tidak secara langsung

menyampaikan pesan-pesan dakwah, namun apabila materi itu dikaji dan

dipahami terkadang terdapat pesan dakwah.

Dalam buku Dakwah Kultural Muhammadiyah (2004:75) ada 3

bentuk penyuguhan pesan dakwah dalam media cetak yaitu :

Pertama, bentuk media cetak yang utuh dan eksplisit, yakni terbitan

cetak yang secara khusus memang berisi teks tentang Islam atau materi

dakwah, seperti : tafsir Alqur’an, komik, bulletin khusus dan sebagainya.

Page 36: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

36

Kedua, bentuk media cetak dalam rubrik eksplisit. Materi dakwah

dikemukakan dalam bentuk rubrikasi agama dengan suatu penerbitan cetak.

Misalnya : koran, majalah dan sebagainya.

Ketiga, bentuk media cetak secara implisit. Pesan-pesan dakwah tidak

disuguhkan secara eksplisit melainkan diolah secara integratif (implisit)

dengan tulisan lain, seperti cerpen, novel atau karya lain.

Bentuk ketiga ini penting terutama apabila pesan dakwah berkaitan

dengan sistem nilai. Di samping itu, pesan-pesan dalam bentuk implisit ini

akan mudah diterima pembaca, sehingga dakwah lebih efektif.

Dalam menghadapi era globalisasi, dimana informasi semakin

canggih dalam menyampaikan pesan pada masyarakat, seorang da’i disini

harus peka terhadap kebutuhan masyarakat. Dimana masyarakat sekarang

haus akan nuansa Islam, dalam pemilihan media terutama novel.

Media novel mempunyai kelebihan dari media lainnya yaitu

materinya dapat dibaca berulang kali, dipelajari, serta terdapat pesan kepada

pembaca yang kritis.

Novel sebagai media dakwah yang dibentuk dengan keindahan,

diharapkan mampu memperkokoh, menciptakan dan mengubah sebuah

sebuah pola budaya. Lewat bahas lisan, novel menyampaikan pesan yang

ingin diutarakan kepada masyarakat. Sehingga diharapkan novel mampu

menjadi salah satu media dalam berdakwah.

2.4. Ciri-Ciri Novel Dakwah dan Non Dakwah

Page 37: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

37

Novel dakwah adalah novel yang di dalam ceritanya terdapat pesan-

pesan Islam atau mengandung ajaran atau nilai-nilai Islam. Novel ini tidak

hanya bisa dilihat dari tingkat simbolik-menggunakan nama Islam, tetapi bisa

secara tersirat dalam cerita itu terdapat nilai-niali keislamanya, atau secara

implisit cerita itu mengandung nilai-nilai keislaman (Jalaluddin, 1998:54).

Nilai-nilai keislaman itu bisa berupa perubahan pembaca kearah yang

lebih baik dan sesuai dengan ajaran dan tuntunan Islam. Perubahan itu bisa

berbentuk Aqidah (keimanan), Syari’ah (haram atau halal, boleh dan tidak

boleh dan sebagainya) atau Akhlak (tingkah laku)

Ciri novel Islam adalah yang didalam ceritanya ada unsur amar ma’ruf

nahi munkar (Tiana, 2001: 1). Said Hawa dalam Tiana (2001, 1) Biasanya

didalamnya juga berbicara mengenai cinta, seperti cinta kepada Alloh, Rasul-

Nya, makhluk ciptaa-Nya dan sebagainya. Seni sastra ( novel) adalah dari

segi ceritanya mengandung nilai-nilai akhlak Islam.

Novel non dakwah adalah dalam segi ceritanya tidak terdapat

kandungan nilai-nilai keIslaman atau tidak adanya nilai-nilai akhlak Islam..

Disini novelis lebih mendiskripsikan hubungan badani, kemoleka tubuh

perempuan atau betapa ‘indahnya’ kemaksiatan, secara vulgar dengan

mengatasnamakan seni. Meskipun terkadang ada nilai positifnya namun

penulis yakin bahwa nilai negatif yang terdapat dalam cerita itu lebih banyak.

Sehingga pembaca akan larut dalam cerita yang disajikan. Dan disini akan

tercipta pembaca yang bersifat ketergantungan. Sehingga menimbulkan rasa

tidak aman dalam diri pembaca.

Page 38: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

38

BAB III

NOVEL DADAISME

3.1. Biografi Dewi Sartika

Dewi sartika yang biasa disapa dewi ini, lahir di Cilegon 27 Desember 1980.

Gadis berdarah Minang ini adalah seorang mahasiswi semester akhir di

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung angkatan 2000.

Meskipun dia lahir bukan dari keluarga seni tapi kegemaran menulisnya sudah

terlihat sejak dia duduk dibangku SD. Waktu SMP pun ia sudah menulis dan

dimuat di majalah Bobo. Sehingga diapun mulai serius menulis diwaktu SMA

dan lahirlah cerpen remaja pertamanya berjudul Kakaku Arjuna yang dimuat

di majalah sekolah dan menjadi pilihan favorit redaksi saat itu. Dewi

kemudian banyak menulis cerpen remaja, yang pop, namun tidak pernah ada

yang dimuat. Sehingga malas untuk menghitung cepen yang ditolak itu. Dewi

sempat putus asa, namun itu tidak berlangsung lama karena dia sadar kalau dia

mencintai menulis dan tidak bisa berhenti. Ia menemukan cara untuk

menikmati penolakan dengan memahami emosi dan hal inilah yang

mendorong emosinya untuk menulis dua kali lebih besar. Dewi menyadari

bahwa ia sangat lemah dalam membangun penokohan dalam bentuk cerpen.

Akhirnya, ketika Dewi semester tiga, ia memutuskan untuk menulis

novel. Dewi tertarik akan adanya dunia halusinasi atau autis dan karena

ketertarika ini munculah novel pertamanya Dadaisme pada tahun 2003, dan

Page 39: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

39

novel inilah yang menjadikan dewi sebagai salah satu novelis yang diakui,

karena karyanya yang dianggap luar biasa.

Dadaisme ini adalah pemenang pertama Sayembara Novel 2003 yang

diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Meskipun kehadiran Dadaisme ini

mendapat kritikan dari teman-temanya dan beberapa orang karena dirasakan

untuk tidak layak terbit, dalam hal ini Dewi Sartika menyadari kalau sebagai

manusia dia penuh kekurangan. Dalam hal ini semangat dewi tidak putus, dan

ini terbukti dengan hadirnya karya-karyanya seperti Natsuka (2004), dan

Empat Cara Menjadi Cantik (2004).

3. 2. Novel Dadaisme

3. 2. 1. Sinopsis

Michail adalah malaikat bersayap satu, dia selalu hadir dalam

kesedihan manusia. Michail hadir dalam kehidupan Nedena, gadis

kecil yang terkena autis. Dia selalu menemaninya karena Nedena

merasa menjadi penyebab atas kematian ibunya.

Michail hadir dalam diri Yossy, seorang anak berusia sepuluh

tahun. Yossy meninggal dalam peristiwa kecelakaan saat pulang

sekolah. Yossy merasa sedih karena melihat ibunya yang masih

belum bisa menerima kematiannya. Disinilah sosok Michail hadir

untuk menemaninya.

Kesedihan ini juga terdapat dalam diri Jing. Dia merasa sedih

dan menyesal karena telah membantu mempercepat kematian Rianto,

Page 40: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

40

seorang anak berumur sepuluh tahun. Jing merasa tidak tega karena

melihat anak itu berkali-kali melakukan percobaan bunuh diri namun

selalu gagal. Dalam kesedihan inilah Michail datang untuk

menemaninya.

Sosok Michail hadir dalam kehidupan Ken. Ken dan Jing

adalah teman. Namun Ken merasa Jing adalah manusia yang kejam

karena tega membunuh Rianto dan bahkan Jing berniat membunuh

ibunya, karena niat inilah Ken membunuh Jing . Kemudian Michail

datang menemui Ken dan berkata “kenapa maunusia tega membunuh

sesamanya”.

3. 2. 2. Masalah dan Tema

Novel Dadaisme mengemukakan masalah kehidupan

manusia sekarang, atau gambaran manusia masa kini, masa dimana

masing-masing orang sibuk menghadapi berbagai masalah tanpa

sempat mendalami msing-masing masalah. Masalah ini antara lain

tentang halusinasi, kematian, perjodohan, dan berbakti pada orang

tua.

a. Masalah halusinasi

Nedena gadis kecil berumur 10 tahun. Dia selalu hidup

dalam khayalan. Dia selalu menggambar langit dengan warna

orange dan terkadang mataharipun berwaarna hitam, kadang

langit diwarnai dengan warna biru.

“Magnos, pasianku adalah seorang anak berusia 10 tahun. Dia mengalami keterbelakangan mental.

Page 41: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

41

Waktunya berhenti, atau aku menyebutnya halusinasi bahwa hatinya yang telah menghentikan waktu, atau kita sebut amnesia”. (hlm. 107).

b. Masalah kematian

Yossy meninggal saat dia pulang sekolah karena

kecelakaan.

“CCCCCCCCTTTTTT” suara rem itu terdengar begitu keras seperti menahan lajunya yang terlanjur terjadi. terlihat buku, tas dan kertas-kertas gambar bertaburan. Seperti slow motion di dalam drama-drama film picisan, kertas itu terbang dan berkepakan di udara. Kertas itu berhamburan lalu jatuh ke tanah diantara cipratan darah, yang memerah mewarnai kertas tersebut”. (hlm. 14).

Dalam novel Dadaisme ini digambarkan bagimana

reaksi Tresna (ibu Yossy) saat mendengarkalau anaknya

meninggal.

“Mbak…… Yossy meninggal !” dan suaramu pecah, bersamaan dengan kesendirian yang kan mulai kamu jalani sekarang. “Tenang Tres, tenang. Istighfar ingat gusti Allah”. (hlm. 31).

Disini digambarkan kalau Tresna seolah-olah tidak dapat

menerima kematian Yossy.

c. Masalah perjodohan

Yusna putri datuk Malinda menjodohkan dengan Rendi

putra Sutan Bahari orang kaya di Pariaman. Yusna tidak

mengenal sosok Rendi karena Yusna ingin menikah dengan pria

yang saat ini sudah dikenal.

Page 42: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

42

“Mungkin keputusan yang telah dibuat ayahnya begitu memukul hatinya. Bayangkan, ayahnya yang begitu dihormati dan dikaguminya memutuskan secara sepihak untuk meminang seorang pria yang sama sekali belum dikenalnya” (hlm. 40). Konsep perjodohna di atas, mengandung makna bahwa

orang tua mempunyai pengalaman hidup lebih banyak daripada

anak. Apa yang dilakukan orang tua selalu dianggap benar.

Sehingga dalam memilih jodohpun orang tua dianggap mampu.

d. Berbakti Pada Orang Tua

Berbakti pada orang tua merupakan kewajiban setiap

anak. Bahkan ini merupakan perbuatan yang milia disisi Alloh.

Masalah berbakti pada orang tua dalam novel ini diceritakan

melalui tokoh Isabella. Isabella rela menggantikan posisi

kakanya Yusna untuk bersanding dengan Rendi. Dia adalah

penuda pilihan orang tuanya. Yusna meninggalkan rumah pada

saat pesta pernikahan akan dilangsungkan. Sehingga untuk

menutupi aib keluarganya Isabella bersedia menggantikan posisi

kakaknya itu.

“Sudah selesai rapatnya, Mak?” Tanya Isabella. Nidar mengangguk. “Sudah disepakati semuanya. Pernikahan akan berlangsung seperti sedia kala,” ucapnya dengan hati-hati. “Syukurlah, malu keluarga ini bisa tertangguhkan,”pelan siara Isabella laksana berbisik.(hlm.51)

Page 43: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

43

3. 2. 3. Plot

Dadaisme merupakan novel yang beralur bolak balik. Hal ini

terdapat pada bagian cerita yang terpisah-pisah namun akhirnya

cerita ini saling terkait.

Adapun peristiwa-peristiwa (P) dapat diuraikan sebagai berikut :

P1 : Kisah gadis kecil bernama Nedena yang terkena autis

dirawat oleh bibinya. Namun karena bibinya tidak sanggup

merawat, maka dia dibawa kepada seorang psikolog

bernama Aleda.

P2 : Yossy, seorang anak kelas IV SD dia meninggal saat

pulang sekolah karena kecelakaan.

P3 : Aleda merasa tertarik pada Nedena. Dia mulai berbicara

dan ingin mengetahui apa yang ada difikirannya.

P4 : Nedena betemu dengan Michail (malaikat bersayap satu).

P5 : Menggambarkan suasana duka di keluarga Yossy, dimana

Tresna (ibu Yossy) merasa shok. Disini juga deceritakan

keinginan Yossy yang ingin menjadi peri. Disini Yossy

bertemu dengan Michail.

P6 : Datuk malinda menjodohkan anaknya Yusna dengan Rendi

anak Sutan Bahari orang kaya di Pariaman. Namun saat

hari pernikahan akan dilangsungkan, Yusna meninggalkan

rumah dan posisi itu digantikan Isabella (adiknya).

Page 44: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

44

P7 : Pertemuan Isabella dengan Asril setelah sebelas tahun

mereka berpisah.

P8 : Eng berpamitan pada keluarga dan sahabatnya untuk

menikah.

P9 : Pertaruhan antara Jo dan Bim. Mereka bertaruh siapa yang

pertama kali bisa sampai ke gua, ia berhak membunuh

lawannya. Akhirnya Jo mati dalam pertaruhan itu.

P10a : Hubungan e-mail antara magnos dengan Aleda. Mereka

bercerita tentang pasiennya masing-masnig.

P10b : Isabella bercerita pada Asril tentang ayahnya yang sudah

meninggal dan ia sudah mempunyai anak berumur 7 tahun.

Sedangkan Asril menceritakan kalau istrinya (Aleda) tidak

bisa hamil.

P11a : Pertemuan antara Jo dan Ken Putra Pratama.

P11b : Aleda dan Magnos ternyata punya pasien yang sama-sama

terkena autis. Mereka sama-sama menggambar malaikat

bersayap satu.

P12 : Aleda menyerahkan Asril pada perempuan lain bernama

Tresna. Karena Aleda merasa tidak bisa memberikan anak,

namun pada akhirnya Asril mengetahui bahwa Yossy (putra

Asril dengan Tresna) bukanlah anak dari benihnya.

P13 : Asril bercerita pada Isabella mengapa kita dipisahkan oleh

pernikahan yang tidak kita inginkan.

Page 45: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

45

P14 : Nedena sudah mulai bisa berbicara walaupun terpatah-

patah.

P15 : Akhirnya Neden mengetahui mengapa ia diam, ternyata ia

merasa sebagai pembunuh ibunya (Yusna) yang mati pada

peristiwa kebakaran.

P16 : Aleda bercerita kepada Magnos tentang ketidak bahagiaan

sebagai istri yang dimadu.

P17 : Ken dan Jing bertemu secara kebetulan. Mereka ingin-ingin

mencari alasn percobaan bunuh diri yang dilakukan anak

kecil bernama Rianto.

P18 : Ken dan Jing bertemu di sebiah cafe. Ken curiga pada Jing

kenapa dia berada ditempat kejadian saat Rianto bunuh diri.

P19 : Hubungan antara Jing dan Ken. Timbulnya perasaan dalam

diri Ken, kalau dia telah mengkhianati tunangannya.

P20 : Ken membunuh Jing. Ken merasa Jing adalah manusia

kejam dan tega membunuh Rianto dan dia juga berniat

membunuh Aleda (ibu kandungnya).

P21 : Cerita diakhiri dengan meninggalnya Nedena, saat Aleda

mau memberikan kabar bahagia bahwa dia mau

mengadopsi Nedena.

Page 46: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

46

3. 2. 4. Tokoh Dan Penokohan

Tokoh utama dalam novel Dadaisme ini adalah Michail.

Michail adalah malaikat bersayap satu. Dia selalu hadir dalam

kesedihan manusia.

“Kamu bisa melihatku karena di dalam hatimu ada kesedihan yang bahkan kamu sendiri tidak menyadarinya”. (hlm. 216).

Seorang tokoh tertentu saja tidak dapat berdiri sendiri atau

berlaku sendiri tanpa kehadiran tokoh lain (Sugihastuti dan Suharto,

2002 : 136). Oleh karena itu, di dalam novel Dadaisme pun

dihadirkan tokoh-tokoh lain agar cerita terasa benar-benar hidup.

Tokoh itu antara lain Yusna, Isabella, Datuk Malinda, Dewi,

Magnos, Aleda, Tresna, Yossy, Jo, Bim, Ken, Jing, Rendi, Sutan

Bahari, Datuk Malinda, Ete Is, Utih dan Nidar . Ada pula tokoh yang

tidak desebut namanya secala langsung seperti laki-laki, waitres,

perawat, mamak, bibi, ibu.

Watak tokoh dalam cerita ini sebagian dideskripsikan,

diuraikan, dan dijelaskan secara langsung, dibaca berulang-ulang

agar dapat diketahui karakter tokoh tersebut. watak tokoh yang

diuraikan secara langsung dalam cerita ini adalah Rendi dan

Isabellla.

“Hidup Rendi adalah binal, kelakuannya adalah liar, percintaan adalah jalan hidup yang dinikmatinya bak menikmati ranumnya buah cerry yang memerah. Menghisap madu bunga adalah kegemaran dan liku-liku hidupnya”. (hlm. 61).

Page 47: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

47

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Rendi adalah pemuda

liar, dimana dia selalu menghisap madu wanita. Sedangkan Isabella

adalah gadis desa yang polos.

“Kini di dadanya, tertelungkup seraut wajah polos seorang gadis desa yang menumbalkan dirinya demi nama baik keluarganya. Gadis polos itu tengah menangis tak bersuara, tengah bergetar, tengah berdoa dan memohon perlindungan”. (hlm. 61).

Dalam novel Dadaisme ini tidak digambarkan secara

langsung hubungan antara tokoh, karena ini adalah merupakan

sebuah karya sastra (novel) yang memerlukan pembacaan berulang-

ulang dan pembaca yang kritis, sehingga novel ini tidak seperti cerita

wayang dibukukan (alur lurus) (Sugihastuti dan Suharto, 2002 : 146).

3. 2. 5. Latar (setting)

Latar atau setting juga merupakanunsur yang sangat penting

bagi penentuan nilai estetiknya. Latar sering disebut atmosfer

(Nurgiyantoro, 1998 :243). Karya sastra, terutama novel yang turut

mendukung masalah tema, alur, serta tokoh dan penokohan.

Jenis latar di dalam novel terutama Dadaisme meliputi latar

waktu, latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu dapat memberikan

penjelasan mengenai masa atau zaman terjadinya cerita, latar tempat

dapat menunjukan lokasi terjadinya cerita dan latar sosial dapat

mendeskripsikan kondisi masyarakat dalam novel Dadaisme.

Page 48: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

48

a. Latar Waktu

Penggunaan waktu dalam novel Dadaisme ini adalah

dengan menyebutkan hari seperti rabu, kamis, jumat, sabtu.

“Hari sabtu besok ijab qabul akan dilakukan dan pesta meriah akan dilangsungkan”. (hlm. 43). Disini juga terdapat kata-kata yang menunjukan waktu

seperti malam dan sore.

“Jing, nanti malam … kamu bisakah pulang kesini” (hlm. 207). Waktu yang menunjukan jam, tanggal dan bulan juga

terdapat dalam cerita ini.

“Kejadiannya bermula pada satu malam (waktu tidak bisa ditentukan, tetapi dari penyelidikan diketahui waktu perkara antara pukul 20.00 – 21. 00 (catatan forensik kepolisian) kasus ini diserahkan padaku untuk menangkap ada apa dibalik semua ini” (hlm. 97). Dari contoh kutipan di atas, tampaknya dalam

penggambaran latar waktu disisipkan juga latar tempat.

Bagaimanapun juga latar tempat, latar waktu, latar sosial, adalah

unsur latar yang saling mendukung.

b.Latar Tempat

Dalam novel Dadaisme terdapat beberapa latar tempat

seperti cafe, hotel, kantor, gua, rumah sakit, kuburan dan

ruangan.

Di dalam novel Dadaisme ini disebutkan nama kota

seperti Kuala Lumpur, Jakarta, Bandung, Pariaman dan nama

Page 49: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

49

sebuah Negara seperti Singapura, Canada dan Australia. Akan

tetapi ini hanya sebuah percakapan saja, tidak masuk ke dalam

latar tempat terjadinya peristiwa.

“Ruangan ini adalah tempat Aleda menangani pasien Nedena. Ruangan ini berisi tempat selayaknya sebuah ruang pengobatan, hanya saja, saya memiliki alat seperti seorang dokter umumnya. Saya memang memiliki suntikan, beserta cairan penenang, itupun untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk, karena siapa tahu salah satu tamu saya yang sedang datang ke sini membutuhkan suntikan tersebut. Tapi saya yakinkan diri bahwa anak itu tidak membutuhkannya” (hlm. 16). Dari kutipan ini menceritakan bahwa seorang psikolog

tidaklah mempunyai peralatan sebanyak dokter pada umumnya.

Kuburan disini juga merupakan latar tempat. Di tempat inilah

Yossy dimakamkan.

“Kuburan itu masih basah, tadi hujan sempat turun walau tidak banyak. Tanahnya merah dan banyak bunga diatasnya. Kau bersumpah dekat nisan putri tersayangmu dan menangis, seakan hidupmu telah berhenti” (hlm. 38). Latar tersebut menggambarkan kecintaan antara tokoh

cerita. Tresna merasa sedih karena kehilangan anaknya.

Cafe ini merupakan tempat bertemunya antara Jing dan Ken

Putra Pratama.

“Meja café yang mereka pilih terletak di sudut.tempatnya sungguh nyaman dan suara musik mengalun samar” (hlm. 192-193). Disini digambarkan suasana dan keadaan cafe yang

begitu nyaman dengan suara musik yang mengalun samar.

Page 50: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

50

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, jelaslah

bahwa selain dapat menggambarkan situasi, latar tempat juga

berfungsi untuk mendukung unsur estetik, misalnya tokoh dan

penokohan.

c. Latar Sosial

Yang termasuk latar sosial adalah penggambaran keadaan

masyarakat atau kelompok sosial tertentu, kebiasaan-kebiasaan

yang berlaku pada suatu tempat, dan waktu tertentu, pandangan

hidup, sikap hidup, adat istiadat dan sebagainya melatari sebuah

peristiwa (Sugihastuti dan Suroto, 2002 : 54-55).

Latar sosial yang ada dalam novel Dadaisme ini adalah

mengenai adat istiadat. Hal ini digambarkan pada kisah Yusna

(Minang) yang dijodohkan dengan Rendi. Dimana ayah Rendi,

Sutan Bahari menginginkan menantu berdarah Minang.

“Mamak Piki’ itu putusan yang bijak. Yusna mendapatkan calon suami yang sesuai. Mamak juga setuju sekali, Mamak Bagindo Utih mulai berbicara. Yusna hanya bisa terdiam. Di dalam adat Minang, Mamak masih memiliki kuasa atas keponakan” (hlm. 41).

Disini digambarkan bahwa seorang paman masih punya

kekuasaan terhadap keponakannya.

“Pa, bisa siapkan semuanya besok. Aku ingin segera meninggalkan kampung yang jauh dari budaya modern yang melingkupinya dan menyayangi hidupnya setiap saat” (hlm. 65).

Page 51: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

51

Kutipan ini tidak menggambarkan secara langsung

keadaan budaya modern atau kuno. Pencerita hanya memasukkan

dalam peristiwa cerita tanpa menggambarkan secara detail

bagaimana budaya modern itu sebenarnya.

3. 2. 6. Judul

Judul adalah cerminan keseluruhan tulisan atau bisa disebut

kepala karangan.

Dadaisme dalam kamus bahasa Indonesia adalah aliran seni

lukis dan sastra (muncul sekitaar tahun 1913 di Swiss) yang menolak

segala aliran seni yang telah ada serta meninggalkan nilai-nilai

tradisonal dan memperjuangkan dikembalikannya kepada bentuknya

yang paling primitif.

3. 2. 7. Gaya bahasa

Di dalam menelaah unsur inti sari sebuah novel, bahasa

sebagai medium karya sastra tidak dapat diabaikan, karena karya

sastra pada dasarnya adalah peristiwa bahasa (Sugihastuti dan

Suroto, 2002 : 55).

Disini terdapat beberapa bahasa (majas), seperti :

a. Personifikasi

Pesonifikasi adalah suatu kiasan yang mempersamakan

benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat

atau berfikir seperti manusia.

“saya tahu hujan belum datang kermbali menyambangi bumi, mungkin sebentar lagi” (hlm. 78).

Page 52: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

52

“Senja sudah menapaki cakrawala dan warna jingga terlihat di ujung sana” (hlm. 93).

b. Eponim

Suroto dalam Indriana (2005 ; 69) mengatakan eponim

adalah gaya bahasa yang menyebut nama seorang yang sering

dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai

untuk menyatakan sefat-sifatnya itu.

“apakah kamu tahu, bahwa keinginan abadi itu sudah dipikirkan dan diinginkan oleh parooh- atau kita menyebutkan fir’aun” (hlm. 128)

c. Simile / perbandingan

Bahasa kiasan perbandingan adalah kiasan yang

menyamakan sesuatu hal dengan hal lain dengan menggunakan

kata-kata pembanding.

Perbandingan ini memerlukan upaya yang secara eksplisit

menunjukan persamaan utuh, yaitu dengan kata-kata : seperti,

sama, sebagai, bagaikan, laksana dan sebagainya.

“Kemilau di dalam dirinya memancar dengan deras bak pancaran air yang keluar dari sang kaki ismail kala memukul-mukulkan kakinya di tanah gersang Mekkah” (hlm. 61).

Page 53: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

53

BAB IV

ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM NOVEL DADAISME

4. 1. Analisis Heuristik Dan Hermeneutik Pesan-Pesan Dakwah Dalam Novel

Dadaisme Karya Dewi Sartika

Untuk memberikan makna secara Semiotik, langkah pertama yang

dilakukan adalah dengan pembacaan Heuristik yang kemudian dilanjutkan

dengan pembacaan hermeneutik.

Pembacaan Heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur

kebahasaannya atau bisa disebut semiotik tingkat pertama. Dilanjutkan dengan

pembacaan hermeneutik. Hermeneutik adalah penafsiran ulang atau

pembacaan ulang atau bisa disebut semiotik tingkat kedua.

Dalam menganalisis pesan-pesan novel Dadaisme ini penulis

mengelompokan menjadi tiga kategori, yaitu pesan aqidah, pesan syari'ah

dan pesan akhlak.

4. 1. 1. Pesan Aqidah

Aqidah atau keyakinan ditautkan dengan rukun iman yang menjadi

asas seluruh ajaran Islam. Pokok-pokok aqidah ini terbagi menjadi enam,

yaitu 1) Keyakinan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, 2) Keyakinan

pada Malaikat, 3) Keyakinan pada Kitab-kitab suci, 4) Keyakinan pada para

Nabi dan Rasul Allah, 5) Keyakinan akan adanya Hari Akhir, dan 6)

Keyakinan pada Qadha dan Qadar Allah (Daud Ali, 2000 : 201).

Page 54: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

54

a. Iman Kepada Allah

1. Maha Pengampun

“Mbak…Yossy meninggal!” dan suaramu pecah, bersamaan dengan kesendirian yang akan mulai kamu jalani bersamaan dengan kesendirian yang akan kamu jalani sekarang.

“Tenang Tres, tenang. Istighfar, ingat Gusti Allah”. (hlm. 31).

Pembacaan Heuristik

“Mbak(Tresna)… Yossy meninggal!” dan suaramu pecah (serak-serak), bersamaan dengan kesendirian yang akan mulai kamu jalani sekarang (ini).

“Tenang Tres (na), tenang (lah). Istighfar (Tresna). Ingat (lah) (pada) Gusti Allah.” (hlm.31)

Pembacaan Hermeneutik

Tresna memberi tahu pada Aleda kalau Yossy meninggal,

dengan suara serak-serak diiringi kesendirian yang akan mulai

dijalani Tresna tanpa kehadiran anaknya Yossy. DanAleda

menenangkan Tresna karena sedih atas kematian Yossy anaknya.

Aleda menyarankan pada Tresna untuk istighfar pada Allah.

Paragraf ini, berisi bahwa saat kita mendapat cobaan, kita

harus senantiasa pasrah dan lebih mendekatkan diri pada Allah.

Janganlah kita bersedih secara berlebihan, karena itu bisa

mengakibatkan kita menyekutukan Allah. Karena dengan mengingat

Allahlah hati menjadi tenang.

واستغفِرِ اللَّه إِنَّ اللَّه كَانَ غَفُورًا رحِيمًا

Page 55: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

55

Artinya: “Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.( ann-nisa:106)

2. Maha Penyayang

Aleda buru-buru melengkapi kalimat miliknya,“Tuhan yang kamu sembah – yang kamu sebut Allah. Apakah dia tidak akan meninggalkanku dalam kecemasan ?.”

“Tidak, Tuhan yang aku sembah tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya dalam kecemasan,” jawab Asril dengan nada menghibur. (hlm. 143)

Pembacaan Heuristik

Aleda buru-buru (untuk) melengkapi kalimat miliknya, “Tuhan (Allah) yang (selalu) kamu (Asril) sembah – yang kamu (Asril) sebut Allah. Apakah Dia (Allah) tidak akan (pernah) meninggalkanku (Aleda) dalam (setiap) kecemasan?.”

“ Tidak, Tuhan yang aku (selalu) sembah tidak akn pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya dalam (keadaan) kecemasan,” jawab Asril dengan nada menghibur. (hlm.143)

Pembacaan Hermeneutik

Aleda terburu-buru untuk melengkapi kalimat miliknya.

Aleda bertanya pada Asril mengenai Tuhan (Allah) yang selalu

disembah oleh Asril, dan apakah Allah tidak akan pernah

meninggalkan hambanya dalam setiap kecemasan yang datang. Allah

yang selalu aku sembah tidak akan pernah meninggalkan hambanya

dalam kecemasan.

Kutipan ini mengandung arti kata kita sebagai umat yang

beragama (Islam) kita harus percaya kepada Allah karena Dia selalu

menyayangi hamba-Nya yang patuh dan taat terhadap ajaran-Nya.

Jangan bersedih karena kita harus ingat bahwa Allah itu ada.

Sebagaimana dalam firmannya :

Page 56: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

56

حِيمر ءُوفاسِ لَربِالن إِنَّ اللَّه كُمانإِيم ضِيعلِي ا كَانَ اللَّهم143: البقرة ( و(

Artinya : “Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”.(al-baqarah:143)

3. Maha Pencipta

Tuhan, sekarang saya berdoa kepada-Mu. Dengan seluruh hati dan jiwa yang menghadap-Mu. Saya hanya makhluk kecil yang engkau ciptakan di tengah dunia ini”. (hlm. 86).

Pembacaan Heuristik

Tuhan, sekarang saya (Eng) berdoa (memohon) kepada-Mu (Tuhan). Dengan seluruh (sepenuh) hati dan jiwa yang menghadap- (pada) Mu .Saya (Eng) hanya (lah) makhluk (yang) kecil yang engkau (Tuhan) ciptakan di tengah (diantara) dunia ini”. (hlm.86)

Pembacaan Hermeneutik

Eng berdoa pada sang Maha Pencipta, dengan seluruh hati

dan jiwanya. Eng sadar dia hanyalah makhluk yang kecil, yang

Tuhan ciptakan diantara beberapa ciptaan-Nya yang ada di dunia ini.

Paragraf ini menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk

yang kecil dari beberapa ciptaan-Nya. Untuk itu kita sebagai

makhluk ciptaan-Nya harus senantiasa menyadari dan selalu beriman

kepada Sang Maha Pencipta.

وما خلَقْت الْجِن والْإِنس إِلَّا لِيعبدونِ

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat :56).

Page 57: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

57

4. Maha Mengetahui

Jangan maki Tuhan, katamu. Tuhan tidak pernah salah dan tidak pernah tidur, kitalah yang salah dengan buai nafsu yang kita sebut dengan cinta. Kau berkata begitu seakan kita berdua adalah pendosa. (hlm. 151)

Pembacaan Heuristik

Jangan (lah) (me) maki Tuhan, katamu (Isabella). Tuhan tidak (akan) pernah (selalu) salah dan (juga) tidak (akan) pernah tidur, kitalah (Asril dan Isabella) yang salah dengan buai (an) nafsu yang kita (selalu) sebut dengan (istilah) cinta. Kau (Asril) berkata begitu seakan (akan) kita (Asril dan Isabella) berdua adalah pendosa.(hlm.151)

Pembacaan Hermeneutik

Asril berkata pada Isabella agar tidak menyalahkan Tuhan.

karena Asril merasa pertemuan dengan Isabella dan sampai

melibatkan nafsu itu salah mereka sendiri. Isabella bilang pada Asril

apakah kita ini pendosa .

Paragraf ini mengandung ajaran jangalah sekali-kali kita

menyalahkan Allah karena kesalahan yang kita perbuat. Allah

menciptakan nafsu pada manusia agar mereka beriman kepada-Nya.

Karena nafsu yang ada pada diri manusia hanyalah manusia itu

sendiri yang bisa mencegahnya. Orang-orang yang berimanlah yang

bisa mencegah dari perbuatan yang dibenci oleh-Nya.

)77: البقراة (أَولَا يعلَمونَ أَنَّ اللَّه يعلَم ما يسِرونَ وما يعلِنونَ Artinya : Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? (QS. Al-Baqarah : 77).

Page 58: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

58

5. Maha Berkehendak

Sutan Bahari tercenung. Lalu ujarnya lagi, “Suatu usul yang bagus. Tapi kita tidak mempunyai calon yang tepat saat ini. Itu yang mustahil dilakukan.”

Isabella menggeleng dengan cepat, “Tidak! Itu tidak mustahil. Bella siap menggantikan Uni Yusna,“Isabella dapat merasakan hatinya telah berdarah-darah. Isabella menyadari dia telah menikam pisau nasib ke jantung hidupnya”. (Hlm. 49).

Pembacaan Heuristik

Sutan Bahari tercenung (kaget). Lalu ujarnya (ucapnya) lagi, “(itu) Suatu usual yang bagus. Tapi kita tidak (lagi) mempunyai calon (pengganti) (pengantin) yang tepat (untuk) saat ini. Itu (sangat) mustahil (untuk) dilakukan).”

Isabella menggeleng (kan) (kepalanya) dengan cepat, “Tidak! Itu tiadak mustahil. Bella siap (untuk) menggantikan Uni Yusna, “Isabella dapat (bisa) merasakan hatinya (Isabella) telah (sudah) berdarah-darah (sakit). Isabella menyadari dia (Isabella) telah menikam (menusuk) pisau nasib ke jantung hidupnya (Isabella)”.

Pembacaan Hermeneutik

Sutan Bahari kaget dengan usul Yusna yang dianggapnya

tidak mungkin untuk mencari pengganti Yusna dan ini dianggapnya

sangat mustahil dilakukan. Isabella kemudian menggelengkan

kepalanya dan berkata ini tidak mustahil, karena bella siap

menggantikan Uni Yusna. Isabella merasakan kalau hatinya sakit

seperti tertusuk pisau yang menusuk ke dalam jantungnya.

Paragraf ini menggambarkan, kita sebagai manusia

mempunyai rencana atau keinginan, namun terkadang semua itu

tidak bisa berjalan seperti apa yang kita harapkan. Di sini

mengandung ajaran bahwa mempunyai rencana tetapi Allahlah yang

Page 59: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

59

menentukan. Karena Allah lebih mengetahui mana yang baik bagi

hamba-Nya.

نِيالْغ وه اللَّهاءُ إِلَى اللَّهِ والْفُقَر متأَن اسا النهاأَيي مِيد22: فاطر (الْح( Artinya : “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS. Faathir : 22)

b. Iman Kepada Malaikat

“Anda tidak percaya Malaikat?” “Bukan tidak percaya. Malaikat itu makhluk ghaib yang tidak

bisa dilihat manusia.”

Pembacaan Heuristik

“Anda (Eng) tidak percaya (adanya) Malaikat (Machail)?” “Bukan (nya) tidak percaya Malaikat itu makhluk ghaib yang

tidak bisa dilihat”.

Pembacaan Hermeneutik

Eng tidak mempercayai Malaikat itu bisa dilihat manusia karena

malaikat adalah makhluk yang ghaib.

Kutipan ini mengandung ajaran percaya akan adanya Malaikat

Sebagaimana firman Allah:

الْحمد لِلَّهِ فَاطِرِ السمواتِ والْأَرضِ جاعِلِ الْملَائِكَةِ رسلًا أُولِي أَجنِحةٍ مثْنى ءٍ قَدِيريلَى كُلِّ شع اءُ إِنَّ اللَّهشا يلْقِ مفِي الْخ زِيدي اعبرثُلَاثَ وو

)22:الفاتر(Artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang

Page 60: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

60

dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

d. Iman kepada hari akhir

Yossy bingung. Seperti apa surga itu ? tapi kemudian Yossy berfikir lagi. Kan orang yang baik yang akan masuk sorga, kalau begitu Bu Dewi termasuk orang-orangnya dong. Tentu saja bukan berarti Yossy ingin Bu Dewi meninggal dengan cepat. Tapi Yossy jadi tahu apa yang ingin digambarnya. (hlm.13)

Pembacaan Heuristik

Yossy (sangat) bingung . Seperti apa (kah) surga itu ? (te) tapi kemudian Yossy berfikir (ulang) lagi. Kan (tempat) orang yang baik yang akan masuk (dalam) sorga, kalau begitu Bu Dewi termasuk orang-orangnya dong. Tentu saja bukan berarti Yossy (meng) ingin (kan) Bu Dewi meninggal dengan cepat. (te)Tapi Yossy (men) jadi tahu apa yang ingin digambarnya. (hlm.13)

Pembacaan Hermeneutik

Yossy menjadi bingung. Yossy membayangkan surga itu seperti

apa. Yossy teringat kata guru agamanya kalau sorga itu adalah tempat

orang yang baik. Karena itu, menurut Yossy Bu Dewi termasuk orang

yang baik dan bisa masuk surga. Namun bukan berarti Yossy ingin Bu

Dewi ingin cepat meninggal dengan cepat. Yossy jadi tahu apa yang

ingin digambarnya.

Dari kutipan di atas mengandung arti kalau surga itu ada, dan

surga adalah tempat orang-orang yang baik atau taat dan patuh terhadap

perintah danlarangan-Nya. Kita sebagai manusia beragama harus

mempercayai bahwa setelah kehidupan akan ada kematian, dan surga

adalah tempat bagi mereka yang beriman.

Page 61: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

61

فِيها سرر )12( فِيها عين جارِيةٌ)11(لَا تسمع فِيها لَاغِيةً)10(فِي جنةٍ عالِيةٍوزرابِي )15( ونمارِق مصفُوفَةٌ )14( وضوعةٌوأَكْواب م)13(مرفُوعةٌ مبثُوثَةٌ

Artinya :

“Dalam surga yang tinggi, tidak kamu dengar didalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal itu saandaran yang tersusun, dan permadani-permadani untuk berhampar”. (QS. Al-Ghasiyah : 10-16).

Pesan ini juga terdapat dalam cerita: Dan waktu itu terlewat seperti biasa. Kau tahu, matahari tidak

akan pernah berhenti berputar hanya karena kamu menangisi terus-menerus di atas kubur putrimu, bahkan walau sampai matamu buta karena air matamu berubah menjadi darah. Bahkan gadis cilik itu tidak jua akan membuka matanya dan memanggilmu mama kembali. (hlm. 38). Pembacaan Heuristik

Dan waktu itu terlewat (ti) seperti biasa (nya). Kau (Tresna) tahu, matahari tidak akan pernah (bisa) berhenti berputar hanya karena kamu (Tresna) (selalu) menangisi terus-menerus di atas kubur (makam) putrimu (Tresna), bahkan walau (pun) sampai matamu buta karena air matamu berubah menjadi (air) (mata) darah. Bahkan gadis cilik (Yossy) itu tidak jua (pernah) akan membuka matanya (lagi) dan memanggilmu (Tresna) mama kembali. Pembacaan Hermeneutik

Waktu itu terlewati seperti biasanya. Aleda berkata pada Tresna

untuk berhenti menangisi kematian putrinya (Yossy) karena, matahari

tidak akan berhenti berputar walaupun Tresna menangis terus menerus,

bahkan air mata itu berubah menjadi air mata darah sekalipun. Karena

Yossy tidak akan pernah membuka matanya lagi dan memanggil mama

kembali.

Page 62: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

62

Kutipan ini menyatakan kita janganlah menangisi sesuatu yang

sudah hilang dalam artian bahwa harta, anak, nyawa, semuanya itu

hanyalah titipan dari Allah. Kematian yang sudah digariskan oleh-Nyat

idak dapat diundur lagi walaupun kita menangis terus menerus.

ولِكُلِّ أُمةٍ أَجلٌ فَإِذَا جاءَ أَجلُهم لَا يستأْخِرونَ ساعةً ولَا يستقْدِمونَ

Artinya : “Tiap ummat mempunyai batas waktu, maka apabila telahdatang ajalnya, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak pula mengajukannya (QS. Al-‘Araf : 34). (Ash-Shiddiqie, dkk, tetapi : 226).

e. Iman kepada qadha dan qadhar (taqdir)

“Aku masih tetap tidak memahami yang disebut oleh ajaran agamaku dengan qadha dan qadhar. Didalamnya ada yang disebut kebetulan tersebut”. (hlm. 107). Pembacaan Heuristik

“Aku (Aleda) masih tetap tidak (bisa) memahami yang (selalu) disebut oleh ajaran (keyakinan) agamaku (Aleda) dengan (istilah) qadha dan qadhar. Didalamnya (qadha dan qadhar) ada yang disebut (istilah) kebetulan tersebut”. Pembacaan Hermeneutik

Aleda masih belum faham mengenai ajaran Islam (rukun iman

ke-6) tentang qadha dan qadhar. Dia mengartikan istilah qadha dan

qadhar dengan istilah “kebetulan”. Kutipan di atas mengandung ajaran, kita sebagai umat Islam

harus percaya dan meyakini adanya rukun iman ataupun Islam. Qadha

dan qadhar itu bukan suatu kebetulan namun itu adalah taqdir dari Allah. Qadha adalah ketentuan mengenai sesuatu atau ketetapan tentang

sesuatu, sedangkan qadhar adalah ukuran sesuatu menurut hukum

Page 63: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

63

tersebut (Daud Ali, 2000 : 230). Dengan demikian sebagai umat Islam

kita harus percaya akan aadnya meskipun itu menurut kita kelihatan adil

dan tidak adil.

ءَامن الرسولُ بِما أُنزِلَ إِلَيهِ مِن ربهِ والْمؤمِنونَ كُلٌّ ءَامن بِاللَّهِ : البقرة ( ورسلِهِ لَا نفَرق بين أَحدٍ مِن رسلِهِ وملَائِكَتِهِ وكُتبِهِ

285(

Artinya : “Rasulullah telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari tuhannya, demikian pula orang-orang ygberiman, semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya. (Qs. Al-Baqarah : 285)

4. 1. 2. Pesan Syari'ah

Pesan syari'ah yang terdapat dalam novel Dadaisme ini terdiri dari

pesan ibadah dan mu’amalah.

a. Pesan Ibadah

“Teman-teman, mari kita berdo’a, BERDO’A MULAI !” teriak ketua kelas mempersiapkan. Sejenak kelas berubah sunyi, semua anak-anak terpekur dengan do’anya masing-masing. Entah apa yang mereka minta. Sebuah ucapan terima kasih pada Tuhan? Atau hanya sekedar mengingat, setelah keluar dari kelas ini, mereka mau apa. (hlm. 12)

Pembacaan Heuristik

“Teman-teman (kelas IV SD), mari (lah) kita (semua) berdo’a, BERDO’A (di) MULAI !” teriak (ucap) ketua kelas (IV SD) (sedang) mempersiapkan. Sejenak (keadaan) kelas berubah (menjadi) sunyi, semua anak-anak (kelas IV SD) terpekur (tertunduk) dengan do’anya (permohonannya) masing-masing. Entah apa yang (anak-anak) minta. Sebuah ucapan terima kasih pada Tuhan? Atau hanya (untuk) sekedar mengingat (Nya), Setelah (mereka) keluar dari kelas (empat) ini.(hlm.12)

Page 64: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

64

Pembacaan Hermeneutik

Anak kelas IV SD setelah mereka melakukan aktivitas belajar di

sekolah, mereka mengakhiri dengan do’a. Do’a ini dipimpin oleh ketua

kelas. Mereka berdo’a dalam keadaan tertunduk dan keadaan kelas tiba-

tiba menjadi sunyi dalam sekejap. Entah apa yang anak-anak minta pada

Tuhanya, apakah sebuah ucapan terima kasih, atau hanya sekedar

mengingat- Nya, setelah mereka keluar dari kelasnya. Dalam paragraf ini mengandung ajaran kita sebagai umat yang

mempunyai ajaran dan tuntunan agama hendaknya sebelum atau sesudah

melakukan aktifitas seharunya diawali dengan do’a. dengan do’a kita

menjadi lebih dekat kepada-Nya serta bisa mensyukuri segala nikmat

dan karunia yang telah diberikan kepada kita.

عِينتسن اكإِيو دبعن اك5: الفاتحه (إِي( Artinya : “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (QS. Al. Faatihah : 5)

Pesan ini juga terdapat dalam kutipan

“Selesai. SIAP, BERI SALAM !” suara riuh anak-anak yang memberi salam terdengar menggema

hampir seperti akan menerjang bangunan sekolah tersebut. (hlm.12)

Pembacaan Heuristik

“Selesai (berdo’a). SIAP, (mem) BERI SALAM !” Suara riuh (ramai) anak-anak (kelas IV SD) yang (akan) memberi

salam terdengar (begitu) menggema hampir seperti akan menerjang (menabrak) (sebuah) bangunan sekolah (SD) tersebut.” (hlm.12)

Page 65: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

65

Pembacaan Hermeneutik

Setelah selesai berdo’a anak-anak kelas IV SD bersiap-siap

memberi salam kepada guru mereka. Suasana pada saat itu begitu ramai

seperti menerjang sebuah bangunan sekolah. Paragraf ini mengandung ajaran kita harus senantiasa

membiasakan diri untuk selalu memberi salam. Karena salam sendiri

mengandung do’a yaitu keselamatan. Mengucapkan salam berarti kita

mendo’akan diri kita dan orang yang kita beri salam senantiasa selamat

dalam setiap keadaan.

)44: الاحزب (تحِيتهم يوم يلْقَونه سلَام وأَعد لَهم أَجرًا كَرِيمًا Artinya : “Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mu'min itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: "salam"; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.”. (Al-Ahzab : 44)

b. Mu’amalah

1. Pernikahan

Hari jumat. Cuaca sangat cerah dengan warna langit yang biru berhias putih-putih awan berarak. Rumah Datuk Malinda tampak ramai oleh para tetangga yang merapikan rumahnya. Hari Sabtu besok Ijab Kabul akan dilangsungkan. Tulisan MOHON DOA RESTU dan SELAMAT DATANG sudah ditempel dibeberapa tempat di rumah tersebut. (hlm. 43) Pembacaan Heuristik

Hari itu (adalah) hari Jumat. Cuaca sangat cerah dengan warna langit yang biru berhias (kan) putih awan yang berarak. Rumah Datuk Malinda tampak (sangat) ramai oleh (kehadiran) para tetangga (nya) yang (sedang) merapikan rumahnya. Hari Sabtu besok Ijab Kabul (Yusna dan Rendi) akan dilangsungkan” tulisan MOHON DOA RESTU dan SELAMAT DATANG sudah ditempel (kan) di beberpaa tempat di rumah tersebut (Datuk Malinda)”

Page 66: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

66

Pembacaan Hermeneutik

Hari itu hari Jumat, cuaca sangat cerah sekali karena langit

terlihat biru berhiaskan awan outih. Rumah. Rumah Datuk Malinda

terlihat sangat ramai dengan kehadiran para tetangganya yang ikut

membersihkan rumahnya. Ijab kabul antara Yusna dan Rendi akan

dilangsungkan pada hari Sabtu besok. Bahkan tulisan MOHON DOA

RESTU dan SELAMAT DATANG sudah ditempelkan di beberapa

tempat di rumah Datuk Malinda. Kutipan ini mengajarkan, bahwa semua yang ada di bumi ini

berpasang-pasangan seperti siang dan malam, manusiapun begitu ada

laki-laki dan perempuan, pernikahan adalah merupakan sunnah

Rasul. Pernikahan adalah sesuatu yang agung dan mulia, karena

merupakan perbuatan yang disukai oleh Allah. Sebagaimana firman Allah :

وأَنه خلَق الزوجينِ الذَّكَر والْأُنثَىArtinya : “Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, (Qs. An-Najm : 45)

2. Pendidikan

“Ayah pikir Rendi cocok denganmu, toh setelah menikah kau tetap bisa melanjutkan kuliahmu di Jurusan Hukum.” (hlm. 41)

Pembacaan Heuristik

“Ayah pikir (kira) Rendi (sangan) cocok denganmu (Yusna), toh (walaupun) setelah menikah kau (Yusna) tetap (masih) bisa melanjutkan kuliahmu (Yusna) di Jurusan Hukum.”

Page 67: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

67

Pembacaan Hermeneutik

Ayah Yusna (Datuk Malindo) berpendapat kalau Rendi itu

cocok untuk Yusna. Meskipun Yusna dan Rendi menikah Yusna

masih bisa melanjutkan kuliahnya di Jurusan Hukum.

Dialog ini mengandung ajaran bagaimanapun keadaan kita,

walaupun ia sudah menikah pendidikan atau mencari ilmu

pengetahuan itu bukan suatu halangan selagi niatitu masih ada, Allah

akan meninggikan derajat bagi hamba-Nya yang mencari ilmu.

Sebagaimana firman Allah :

وا الْعِلْمأُوت الَّذِينو كُموا مِننءَام الَّذِين فَعِ اللَّهرا يبِم اللَّهاتٍ وجرد بِيرلُونَ خمعادلة (ت11: ا(

Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Mujadilah : 11)

3. Adopsi

“Jadi kamu setuju? “tanya Aleda pada suaminya. “Kita tidak punya putri lagi sejak Yossy meninggal. Saya

tidak keberatan kalau anak secantik ini kita adopsi.” (hlm. 222)

Pembacaan Heuristik

“ Jadi kamu (Asril) setuju? “ Tanya Aleda pada suaminya. “Kita (Asril, Aleda, Tresna) tidak (mem) punya (i) putri lagi

sejak Yossy meninggal. Saya (Asril) tidak (merasa) keberatan kalau (pun) anak (Nedena) secantik ini kita adopsi. (hlm.222)

Pembacaan Hermeneutik

Asril menyetujui kemauan Aleda untuk mengadopsi Nedena.

Karena Asril merasa mereka sudah tidak punya putra lagi sejak

Page 68: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

68

kematian Yossy. Asril pun merasa tidak keberatan karena Nedena

adalah anak yang cantik.

Dialog ini mengandung ajaran, bahwa dalam Islam

mengadopsi atau mengangkat anak itu diperbolehkan bagi orang

yang mampu dan sanggup merawatnya dengan baik. Pengadobsian

ini adalah merupakan wujud kasih sayang kita terhadap makhluk

ciptaan-Nya. Sebagaimana FirmanNya :

كُمانوفَإِخ مالِطُوهخإِنْ تو ريخ ملَه لَاحى قُلْ إِصامتنِ الْيع كأَلُونسيو )220: البقراة (واللَّه يعلَم الْمفْسِد مِن الْمصلِحِ

Artinya : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.” (Al-Baqarah : 220)

4. Poligami

“Mbak tidak marah?” tanya perempuan itu mengerjap penasaran.

“Justru saya yang bertanya, kamu tidak keberatan jadi istri kedua?”

Lalu perempuan itu menunduk dan menggeleng yang dilakukan bersamaan. Aleda mendesah lega. (hlm. 139)

Pembacaan Heuristik

“Mbak (Aleda) tidak (akan) marah?” tanya perempuan itu (Tresna) mengerjap (nada) (sangat) penasaran.”

“Justru saya (Aleda) yang (harus) bertanya, kami (Tresna) tidak (akan) keberatan (men) jadi istri (ke) dua?. (hlm.139)

Lalu perempuan (Tresna) itu menunduk dan menggeleng (kan) (kepalanya) yang dilakukan bersamaan. ( kemudian) Aleda mendesah lega.

Page 69: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

69

Pembacaan Hermeneutik

Tresna bertanya pada Aleda. Seandainya dia mau menjadi

istri kedua Arsil apakah Aleda tidak akan marah?, namun Aleda

merasa pertanyaan itu seharusnya dia yang menanyakannya.

Dialog ini mengandung ajaran bahwa poligami diperbolehkan

dalam Islam. Dan hendaknya seorang istri mengizinkan suaminya

berpoligami, dengan ketentuan bisa berlaku adil.

Sebagaimana firman Allah :

فْتم أَلَّا فَانكِحوا ما طَاب لَكُم مِن النساءِ مثْنى وثُلَاثَ ورباع فَإِنْ خِ كُمانمأَي لَكَتا مم ةً أَواحِددِلُوا فَوع3: النساء (ت(

Artinya : Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja” (Qs. An-Nisa : 3)

5. Kasih Sayang

“Berarti Bu Guru tidak sayang lagi pada anak kelas empat?” “Bukan, bukan begitu, Yossy….” “Lalu kenapa Ibu mau meninggalkan kami, meninggalkan

Yossy. Asal Ibu tahu, anak-anak kelas 4 sayang banget sama Ibu,” rengek Yossy. (hlm. 11)

Pembacaan Heuristik

“Berarti Bu Guru (Dewi) tidak sayang lagi pada anak kelas empat (ini)?”

“Bukan, bukan (maksud) begitu, Yossy…” “lalu kenapa Ibu mau meningalkan kami, meninggalkan

Yossy. Asal Ibu tahu, anak-anak kelas 4 sayang banget sama Ibu,” rengek Yossy. (hlm. 11)

Page 70: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

70

Pembacaan Hermeneutik

Yosssy bertanya pada Bu Dewi mengapa dia mau pindah,

apakah Bu Dewi sudah tidak sayang pada anaak kelas IV terutama

Yossy. Bu Dewi menjawab bukan begitu maksud Bu Dewi

mengingatkan kalian. Yossy bilang kalau anak-anak kelas IV ini

selalu sayang sama Bu Dewi.

Dialog ini menggambarkan wujud kasih sayang itu bermacam-

macam. Tidak harus dengan materi, dengan cara mendidik dan

mengajar juga merupakan wujud kasih sayang terhadap orang lain.

)96: مريم(إِنَّ الَّذِين ءَامنوا وعمِلُوا الصالِحاتِ سيجعلُ لَهم الرحمن ودا Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam : 96)

4.1.3. Pesan Akhlak

Ada beberapa pesan akhlak yang terdapat dalam novel Dadaisme

ini di antaranya :

a. Akhlak Kepada Orang Tua

1. Berbakti Kepada Orang tua

“Sudah selesai rapatnya, Mak?” Tanya Isabella. Nidar mengangguk. “Sudah disepakati semuanya. Pernikahan

akan berlangsung seperti sedia kala,” ucapnya dengan hati-hati. “Syukurlah, malu keluarga ini bisa tertangguhkan,”pelan

suara Isabella laksana berbisik.(hlm.51)

Pembacaan Heuristik “Sudah selesai rapatnya, Mak (Nidar)?” Tanya Isabella.

Page 71: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

71

Nidar mengangguk (kan) (kepalanya). “Sudah disepakati semuanya. Pernikah akan berlangsung seperti sedia kala (awal), “Ucapnya dengan hati-hati.

“Syukurlah (kata) (Isabella), malu keluarga ini bisa tertangguhkan (terselamatkan), “pelan suara Isabella laksana berbisik (lirih). (hlm. 51)

Pembacaan Hermeuneutik

Isabella bertanya pada ibunya, apakah rapatnya sudah

selesai? Nidar (ibunya) mengangguk dan berkata pernikaha ini akan

jalan seperti rencana awal ucapnya dengan hati-hati. Isabella

mengucap bersyukur dengan lirih karena malu keluarga bisa

diselamatkan.

)14: مريم (وبرا بِوالِديهِ ولَم يكُن جبارًا عصِيا Artinya : “Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (Maryam : 14)

2. Menghormati pada orang tua

“Ibu, maaf boleh saya sekadar mewancarai Ibu?” Jing memberanikan diri mendekat, tetap saja ini berita bukan. “ Kamu siapa?” perempuan itu tampak letih dan agak tertatih,

laki-laki di sebelahnya membantunya untuk tegak berdiri. (hlm. 189)

Pembacaan Heuristik

“Ibu (ibunya Rianto), maaf boleh (kah) saya sekadar mewancarai Ibu?”, Jing (sangat) memberanikan diri (untuk) mendekat (i) (Ibu Rianto), tetap saja ini (suatu) berita bukan.

“ Kamu (ini) siapa?” perempuan itu (ibunya) (Rianto) tampak (kelihatan) letih dan tertatih, laki-laki disebelahnya (Jing) membantunya tegak berdiri.

“ Saya wartawan.” (hlm.189)

Page 72: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

72

Pembacaan Hermeneutik

Jing meminta ijin pada Ibunya Rianto untuk mewancarai

mengenai kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan Rianto. Dan

ini menurut Jing adalah suatu berita. Ibunya Rianto bertanya pada

Jing dengan keadan letih sekali, kamu itu siapa?, saya wartawan,

jawab Jing.

Kutipan di atas mengandung ajaran akhlak yaitu kita harus

menghormati kepada orang lebih tua. Karena tingkat keimanan

seseorang akan terlihat dari bagaimana cara dia menghormati orang

tua. Sebagaimana Firman-Nya :

والْيتامى والْمساكِينِ والْجارِ ذِي الْقُربى والْجارِ الْجنبِ والصاحِبِ بِالْجنبِ وابنِ السبِيلِ وما ملَكَت أَيمانكُم إِنَّ

)36: النساء (ه لَا يحِب من كَانَ مختالًا فَخورًا اللَّArtinya : “Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An-Nisa’ : 36)

3. Rela Berkoran

Sutan Bahari tercenung. Lalu ujarnya,” suatu usul yang bagus. Tapi kita tidak mempunyai calon yang tepat saat ini. Itu usul yang mustahil kan?”

Isabella menggeleng dengan cepat,” Tidak! Itu tidak mustahil. Bella siap mengantikan Uni Yusna,“ Isabella dapat merasakan hatinya telah berdarah-darah. Isabella menyadari dia telah menikam pisau nasib ke jantung hidupnya.(hlm. 49)

Page 73: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

73

Pembacaan Heuristik

Sutan Bahari tercenung. Lalu ujarnya (ucapnya),” suatu usul yang (sangat) bagus. Tapi kita tidak mempunyai calon (pengganti) yang tepat saat ini. Itu (suatu) usul yang (sangat) mustahil kan?”

Isabella menggeleng (kan) (kepalanya) dengan cepat. “Tidak! Itu (suatu) (usul) (yang) tidak mustahil. ( Isa) Bella siap (untuk) menggantikan Uni (kakak) Yusna,” Isabella dapat merasakan hatinya telah berdarah-darah (sakit) (sekali). Isabella (sangat) menyadari dia telah menikam (menusuk) pisau ke (dalam) jantung hidupnya. (hlm.49)

Pembacaan hermeneutik

Sutan Bahari terkejut dengan usul Isabella yang menurutnya

sangat mustahil dilakukan. Isabella kemudian menggelengkan

kepalanya dan dia berkata ini tidak mustahil. Karena Isabella siap

menggantikan posisi kakaknya Yusna. Isabella menyadari itu suatu

keputusan yang sulit, karena ia sadar bagaikan menusuk pisau ke

dalam jantung hidupnya.

Kutipan ini mengandung ajaran seorang anak harus berbakti

pada orang tuanya. Karena berbakti pada orang tua merupakan

kewajiban anak.

Sebagaimana firman Allah

)14: مريم (وبرا بِوالِديهِ ولَم يكُن جبارًا عصِيا Artinya : “Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (Qs. Maryam : 14)

b. Akhlak kepada orang lain

1. Terima Kasih

Nidar mendesah, “terima kasih, Bella”. Malu keluarga ini telah kau tanggungkan di pundakmu seorang. Kau telah menghapus

Page 74: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

74

noda hitam yang tercoreng di kening keluarga kita,“ ucap Nidar sambil membelai punggung tangan Isabella.(hlm. 51) Pembacaan Heuristik

Nidar (Ibu Isabella) mendesah (berkata lirih)“ terima kasih, (Isa) Bella. (rasa) malu (dalam) keluarga ini (Datuk Malinda) telah kau (Isabella) tanggungkan (bebankan) di pundakmu seorang. Kau telah menghapus (kan) noda hitam (aib) yang tercoreng di kening (wajah) keluarga kita ( Datuk Malinda),” Ucap (kata) Nidar sambil membelai punggung tangan Isabella. (hlm. 51) Pembacaan Hermeneutik

Nidar mengucapkan terima kasih kepada putrinya Isabella,

yang telah menutupi malu (aib) keluarga, dan kau menanggungnya

sendiri. Kau telah menghapus malu keluarga ini yang telah

tercoreng di keluarga kita, kata Nidar sambil membelai punggung

tangan Isabella.

Pesan ini juga terdapat pada kutipan

“Ibu, besok gambarnya pasti sudah jadi,” ujar Yossy ceria. “Ya, terima kasih, sayang”. (hlm. 13)

Pembacaan Heuristik

“Ibu (Dewi) besok gambarnya pasti sudah jadi,” ujar (kakak) Yossy (dengan) ceria.”

“ya (kata Bu Dewi), terima kasih, sayang (Yossy)”

Pembacaan Hermeneutik

Yossy ingin membuat gambar untuk kenang-kenangan untuk

Bu Dewi. Yossy berkata pada Bu Dewi kalau gambar besok sudah

jadi. Dan Bu Dewi mengucapkan terima kasih pada Yossy.

Kutipan ini menggambarkan cara bagaimana kita berterima

kasih orang lain. Meskipun dia seorang anak kecil. Ucapan terima

Page 75: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

75

kasih ini merupakan wujud kasih sayang dan penghargaan kita pada

orang lain. 2. Menepati Janji

“Papa akan menepati janji seperti yang sudah-sudah. Kau boleh menempati rumah di Bandung itu dan kau boleh mengambil usaha Papa yang di sana,” ujar Sutan Bahari sambil menghembuskan bola-bola asap dibibirnya. (hlm. 64)

Pembacaan Heuristik

“Papa (Datuk Malinda) akan (selalu) menepati janji seperti (dulu) yang sudah-sudah. Kau (Rendi) boleh menempati rumah (yang) (berada) di Bandung itu dan kau (rendi) boleh mengambil usaha yang (ada) di sana (Bandung),” ujar (kata) Sutan Bahari sambil menghembuskan bola-bola asap di (dalam) bibirnya.

Pembacaan Hermeneutik

Papa Rendi ingin menepati janjinya. Setelah Rendi menikah

dia boleh menempati rumah Papanya dan mengambil pula usaha

Papanya yang ada di Bandung. Kata Sutan Bahari sambil

menghembuskan bola-bola asap dibibirnya.

Paragraf ini mengandung ajaran janji adalah sesuatu yang

harus ditepati karena janji adalah hutang. Seseorang yang berjanji

itu bukan saja pada orang lain, tetapi juga pada Allah. Maka dari

pada itu apabila kita sekiranya tidak mampu dan tidak bisa

melaksanakan sesuatu, janganlah sekali-kali mengucapkan janji.

Sebagaimana Firman Allah :

)34: الإسراع (وأَوفُوا بِالْعهدِ إِنَّ الْعهد كَانَ مسئُولًا Artinya : “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”. (Qs. Al-Israa’ : 34)

Page 76: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

76

3. Tanggung jawab

“Ya Allah, apa dosa ambo sampai menangung malu co iko. Dilata’an di ma’a muko ambo, mau dikamanokan tanggung jawab pada Sutan Bahari?”. (hlm. 46)

“Ya Allah, apa dosa saya sampai menanggung malu seperti

ini. Mau dikemanakan tanggung jawab pada Sutan Bahari.” (hlm.46)

Pembacaan Heuristik

“Ya Allah, apa (kah) dosa saya (Datuk Malinda) sampai (harus) menanggung malu seperti ini. mau dikemanakan tanggung jawab (ini) pada Sutan Bahari. (hlm.46)

Pembacaan Hermeneutik

Datuk Malinda merasa, mengapa dia dan keluarganya harus

menanggung malu. Dia merasa bingung karena telah berjanji pada

Sutan Bahari untuk menikahkan Rendi dengan Yusna putrinya.

Dalam paragraf ini menggambarkan seorang harus

bertanggung jawab terhadap apa yang telah diucapkan.

Sebagaimana FirmanNya :

)164: الاعراف (معذِرةً إِلَى ربكُم ولَعلَّهم يتقُونَ Artinya : "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa". (QS. Al-A’raaf : 164)

4.2 Kesimpulan Analisis Heuristik-Hermeneutik

Setelah penulis menganalisis pesan-pesan dakwah dengan pembacaan

heuristik-hermeneutik maka dapat disimpulkan sebagai berikut

Page 77: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

77

1. Dadaisme adalah termasuk novel dakwah meskipun tergolong jenis novel

umum, karena di dalamnya terdapat pesan-pesan dakwah yang

disampaikan pada pembaca.

2. Dalam Dadaisme ini mengandung tiga kategori pesan dakwah yaitu,

pesan aqidah, akhlak dan syari’ah. Diantara ketiga jenis pesan ini penulis

menemukan pesan aqidah lebih banyak dalam novel ini. Pesan ini

ditujukan agar pembaca disambing menikmati ceritanya namun juga bisa

lebih mendekatkan diri pada Allah.

3. Cerita yang terdapat dalam Dadaisme ini, mengenai realita kehidupan

sekarang seperti masalah poligami, adopsi, halusinasi dan kematian.

Sehingga novel ini tujukan untuk kaum dewasa.

4. Dadaisme ini termasuk jenis novel dengan alur bolak-balik. Ini terbukti

dari cerita yang ada dalam novel ini yang selalu dipenggal-penggal namun

sebenarnya cerita ini saling terkait satu sama lain.. Sehingga disini

dibutuhkan pembaca yang cermat dan teliti, agar bisa memahami maksud

dari cerita yang novelis sajikan.

5. Sebagai akademisi dakwah novel ini mempunyai kekurangan dan

kelebihan, diantaranya

Kelebihan

a) Agar pemaca tahu dan tanggap tentang masalah yang ada saat ini.

b) Mengajak pembaca untuk lebih kritis terhadap cerita yang ada.

Page 78: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

78

c) Meskipun termasuk jenis novel ini umum, namun didalamnya terdapat

pesan-pesan dakwah. Sehingga novel ini bisa digunakan sebagai salah

satu media untuk berdakwah.

d) Bahasanya mudah dimengerti dan difahami.

Kekurangan

a) Banyaknya tokoh yang dihadirekan dalam cerita ini, sehingga

mengurangi unsur keindahan dalam cerita.

b) Dari segi cerita, kurang bisa dimengerti secara langsung. Karena

rumitnya cerita yang novelis sajikan

c) Dari segi karakter tokoh, hanya ada beberapa karakter tokoh saja yang

diceritakan secara langsung. Sehingga menjadi lemahnya karakter

tokoh dalam cerita ini.

Novel merupakan cerita yang panjang. Dengan bahasa tulis yang

disajikan, sehingga novel ini menjadi indah dan menarik. Agar cerita itu

indah, menarik dan bisa dimengerti pembaca, sebaiknya unser-unsur

pembentuk novel ( tema, tokoh, penikohan, latar dll) diperjelas dan saling

terkait, disertai tujuan yang jelas kepada siapa novel ini ditujukan.

Hendaknya novelis juga memperhatikan pembaca, di mana bukan

hanya membaca isi novel tapi juga menciptakan pembaca yang cermat dan

teliti terhadap maksud dan isi novel disertai perubahan pembaca menuju arah

yang positif atau perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.

Page 79: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

79

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang

terdapat dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika. Dengan menggunakan

pendekatan struktural semiotik dengan pembacaan Heuristik-Hermeneutik.

Pesan-pesan dakwah ini terdapat dalam dialog yang terdapat dalam

cerita novel Dadaisme. Dalam hal ini penulis mengategorikan pesan-pesan

dakwah menjadi tiga kategori yaitu : Pesan aqidah, pesan syari'ah, dan pesan

akhlak.

Pesan aqidah meliputi iman kepada Allah, imam kepada Malaikat, iman

kepada kitab, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadhar.

Pesan syari'ah meliputi pesan ibadah dan mu’amalah di antaranya pernikahan,

pendidikan, adobsi, poligami, dan kasih sayang. Dan pesan akhlak meliputi

akhlak kepada orang tua dan akhlak kepada orang lain. Di antaranya berbakti

pada orang tua, rela berkorban, menepati janji, terima kasih, dan tangung

jawab.

Selain pesan dakwah, disini penulis mengunakan teori kritik sastra yang

bertujuan untuk menganalisis novel berdasarkan unsur-unsur pembentuknya.

Page 80: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah

80

5.2 Saran

Ada beberapa hal yang menurut hemat penulis dapat dijadikan

pertimbangan bagi seseorang yang bergelut di bidang dakwah dengan

menjadikan novel sebagai medianya.

Bagi orang-orang yang bergelut di bidang dakwah hendaknya media

novel ini lebih dimanfaatkan penggunanya, karena media novel memiliki

kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain.

Dadaisme adalah novel dengan alur bolak-balik Sehingga di sini

dibutuhkan pembaca yang teliti. Selain menggunakan alur bolak-balik novel

ini tergolong jenis novel serius, di mana tidak hanya seputar masalah cinta

muda-mudi, namun di sini mengkaji tentang realita kehidupan zaman

sekarang. Inilah yang harus ditiru oleh para novelis lainnya.

5.3 Penutup

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha Pencipta

segala sesuatu. Salawat dan salam semoga selalu mengalir kepangkuan Nabi

Muhammad SAW sebagai the best model (suri tauladan) umat manusia. Tidak

lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.