bab 1 isk

44
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya jumlah populasi di dunia, memungkinkan peningkatan berbagai macam kondisi dan keadaan serta tindakan yang menyebabkan banyak penyakit berkembang akibat perubahan gaya hidup, kebiasaan, dan pemahaman terkait kesehatan. Adanya perubahan tersebut mengakibatkan semua orang menjadi rentan terhadap penyakit. Khususnya pada individu dengan keadaan khusus, seperti ibu hamil dan penderita penyakit bawaan. Hal itu, tentunya mempengaruhi pada semua sistem yang ada di dalam tubuh individu tersebut. Salah satu penyakit yang dapat timbul yaitu infeksi saluran kemih (ISK). Dengan adanya peningkatan jumlah populasi khususnya di Indonesia, seperti yang dipaparkan diatas. Sehingga penulis ingin memberikan sedikit gambaran terkait ISK. Pada umumnya ISK atau infeksi saluran kemih ini banyak terjadi pada wanita, hal itu kemungkinan besar dikarenakan uretra wanita lebih pendek sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih dan juga letaknya dekat dengan daerah perianal dan vagina. Infeksi Saluran Kemih (ISK) juga menjadi suatu komplikasi pada saat masa nifas hal itu dikarenakan berbagai faktor penyebab baik langsung ataupun tidak

Upload: ratna-lauranita

Post on 21-Oct-2015

96 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 ISK

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bertambahnya jumlah populasi di dunia, memungkinkan peningkatan berbagai

macam kondisi dan keadaan serta tindakan yang menyebabkan banyak penyakit

berkembang akibat perubahan gaya hidup, kebiasaan, dan pemahaman terkait

kesehatan. Adanya perubahan tersebut mengakibatkan semua orang menjadi

rentan terhadap penyakit. Khususnya pada individu dengan keadaan khusus,

seperti ibu hamil dan penderita penyakit bawaan. Hal itu, tentunya mempengaruhi

pada semua sistem yang ada di dalam tubuh individu tersebut. Salah satu penyakit

yang dapat timbul yaitu infeksi saluran kemih (ISK). Dengan adanya peningkatan

jumlah populasi khususnya di Indonesia, seperti yang dipaparkan diatas. Sehingga

penulis ingin memberikan sedikit gambaran terkait ISK. Pada umumnya ISK atau

infeksi saluran kemih ini banyak terjadi pada wanita, hal itu kemungkinan besar

dikarenakan uretra wanita lebih pendek sehingga mikroorganisme dari luar lebih

mudah mencapai kandung kemih dan juga letaknya dekat dengan daerah perianal

dan vagina.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) juga menjadi suatu komplikasi pada saat masa

nifas hal itu dikarenakan berbagai faktor penyebab baik langsung ataupun tidak

langsung pada ibu nifas. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan

kebersihan daerah sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau

pada perempuan hamil akan mempermudah ISK. ISK postpartum adalah infeksi

bakteri pada traktus urinarius, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu

sampai 38 derajat celcius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca

persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Keperawatan memiliki peran

penting dalam memberikan pelayanannya terhadap klien yang menderita ISK,

sehingga perlu pemahaman yang baik tentang konsep ISK pada klien serta asuhan

keperawatan yang dapat diberikan pada klien yang menderita ISK dengan harapan

perawat dapat menjalankan perannya dalam memberikan asuhan dengan baik dan

benar.

Page 2: BAB 1 ISK

2

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari penulisan makalah dengan

pembahasan mengenai Infeksi Sauran Kemih pada Klien Post Partum ini adalah

sebagai berikut.

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi;

2. Mengetahui definisi dari infeksi saluran kemih pada klien post partum;

3. Mengetahui epidemiologi terjadinya infeksi saluran kemih pada klien post

partum;

4. Mengetahui etiologi terjadinya infeksi saluran kemih pada klien post

partum;

5. Mengetahui tanda dan gejala infeksi saluran kemih pada klien post partum;

6. Mengetahui patofisiologi infeksi saluran kemih pada klien post partum;

7. Mengetahui komplikasi dan prognosis dari infeksi saluran kemih pada

klien post partum;

8. Mengetahui cara pencegahan infeksi saluran kemih pada klien post

partum;

9. Mengetahui cara pengobatan dari infeksi saluran kemih pada klien post

partum;

10. Mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien post partum dengan infeksi

saluran kemih

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Pembaca

Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai pemeliharaan

kesehatan manusia terutama pada wanita dengan komplikasi infeksi

saluran kemih saat postpartum sehingga dapat meningkatkan

pemeliharaan kesehatan. Serta dapat mengurangi angka kejadian ISK.

1.3.2 Bagi Penyusun

Memberikan informasi sekaligus pemahaman yang lebih terhadap

penyusun sehingga nantinya dapat menerapkan dalam praktik klinik

tentang konsep keperawatan mengenai infeksi saluran kemih

khususnya pada wanita postpartum.

Page 3: BAB 1 ISK

3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi

Ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi

utama ginjal adalah mengatur komposisi, elektrolit, dan asam basa cairan tubuh.

Setiap ginjal akan membentuk ureter. Ureter merupakan merupakan pipa panjang

yang terdiri dari otot polos dan berfungsi untuk menyalurkan urin ke kandung

kemih. Kandung kemih merupakan organ berongga di belakang os pubis yang

berfungsi untuk menampung urin sebelum dikeluarkan dari tubuh. Sedangkan

uretra adalah lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan urin.

Pada saat proses kehamilan maka akan terjadi perubahan pada daerah sekitar

abdomen. Kehamilan merupakan proses alamiah tubuh ketika pembuahan terjadi.

Saat kehamilan akan terjadi pembesaran pada uterus sehingga lama kelamaan

akan terjadi penekanan pada organ disekitar abdomen. Seringkali terjadi gangguan

pada sistem perkemihan misalnya akan lebih sering buang air kecil. Pada bulan

pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar

Pada minggu-minggu pertengahan kehamilan, frekuensi berkemih meningkat. Hal

ini umumnya timbul antara minggu ke- 16 sampai minggu ke- 24 kehamilan. Pada

akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kandung kemih tertekan kembali

sehingga timbul sering kencing. Perubahan struktur ginjal merupakan akibat

aktifitas hormonal (estrogen dan progesteron), tekanan yang timbul akibat

pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah.

Perubahan yang terjadi pada minggu ke-10 adalah dilatasi gestasi, pelvis

ginjal dan uretra. Kehamilan normal menimbulkan adanya perubahan fungsi ginjal

cukup banyak. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada

awal kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi peningkatan metabolisme

dan sirkulasi darah pada wanita hamil. Selain itu tubuh juga harus mengekskresi

produk sampah janin.

Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-

1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi

Page 4: BAB 1 ISK

4

rekumbent lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita

hamil berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta,

sehingga curah jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi

jantung janin menurun, begitu jg dengan volume darah ginjal.

2.2 Definisi

2.2.1 Definisi

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi pada saluran perkemihan,

dimana infeksi ini umumnya disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik

dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa gejala, (Smeltzer, 2002 ). Infeksi

Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu

keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Tessy, 2001). Infeksi

Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran

kemih (Barbara, 1998).

Selain itu, Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat diartikan sebagai

ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih yang umumnya steril, (Kapita

Selekta, 2000). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya infeksi

saluran kemih ini banyak terjadi pada wanita dan juga wanita hamil. Infeksi

saluran kemih pada postpartum biasanya  disebabkan oleh organisme gram

negative seperti Escherichia coli, yang menginvasi uretra dan kandung kemih

serta menyebabkan sistitis. Setelah melahirkan pasien wanita mengalami

penningkatan resiko untuk mengalami masalah saluran kemih karena akan terjadi

diuresis postpartum normal, penurunan sesitifitas kandung kemih, dan

kemungkinan terhambatnya kontrol persyarafan setelah anaestesia. Seorang

wanita post partum mungkin mengalami kesulitan berkemih karena trauma

jaringan, pembengkakan, dan nyeri perineal. Bahkan ketika ia mampu berkemih,

mungkin ia akan berkemih dalam jumlah yang sedkit dan dengan interval sering,

hal tersebut menandakan adanya retensi dengan aliran yang berlebihan. Bila urin

tertahan maka akan menjadi tempat pertumbuhan bakteri yang baik. Mungkin

terjadi sistitis dan pieolonefritis. (Manuaba dkk, 2007)

Page 5: BAB 1 ISK

5

Sistitis dan pielonefritis merupakan salah satu jenis dari infeksi saluran

kemih. Sistitis adalah pembengkakkan kandung kemih, pada 73% sampai 90%

kasus bakteri penyebabnya adalah Eschericia coli. Sedangkan Pielonefritis adalah

inflamasi pelvic renalis yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Pada sebagian

besar kasus, infeksi menjalar ke atas dari saluran kemih bagian bawah. Kedua

ginjal mungkin terkena. Bila tidak diobati, korteks renalis bisa mengalami

kerusakan dan fungsi ginjal terganggu. (Manuaba dkk, 2007)

2.2.2 Klasifikasi

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:

1. Kandung kemih (sistitis)

2. uretra (uretritis)

3. prostat (prostatitis)

4. ginjal (pielonefritis, glomerulonefritis)

2.3 Epidemiologi

Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK makin

sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal yang

terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan yang membuat urin tertahan

di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon progesterone pada

kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta mengakibatkan

pengenduran pada otot polos saluran kencing. Infeksi saluran kemih di Indonesia

insiden dan prevalensinya masih cukup tinggi, pada bumil/nifas 5-6%. Prevalensi

ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia

40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama

atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%.

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun wanita dari semua

umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.

Sekitar 15% wanita, mengalami paling sedikit satu kali serangan akut inferksi

saluran kemih selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut adalah

Page 6: BAB 1 ISK

6

asimtomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat

sampai 10% pada resiko tinggi.

Infeksi Saluran Kemih ini merupakan satu dari masalah yang paling umum

ditemui oleh tenaga kesehatan, terhitung 6 sampai 7 juta dari kunjungan klinik per

tahun. Mayoritas kasus didominasi oleh wanita. Satu dari setiap lima wanita di

Amerika Serikat mengalami ISK selama kehidupan merek, (Smeltzer, 2002).

2.4 Etiologi

2. 4.1 Penyebab umum

Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

1. Escherichia Coli

2. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella

3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain

4. Refluks uretrovesikal.

Selain mikroorganisme, ISK dapat pula disebabkan oleh virus, jamur,

maupun cacing namun frekuensinya kecil.

2.4.2 Penyebab pada ibu hamil

1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan

kandung kemih yang kurang efektif karena penekanan saat hamil

2. Mobilitas menurun

3. Nutrisi pada ibu hamil yang kurang baik

4. Penurunan sistem imunitas

5. Adanya hambatan pada aliran urin

2.5 Tanda dan Gejala

a. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):

1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

2. Disuria

3. Peningkatan frekuensi berkemih

4. Urgensi

5. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis

Page 7: BAB 1 ISK

7

6. Hematuria

7. Nyeri punggung dapat terjadi

b. Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri panggul, pinggang atau punggung bawah

4. Nyeri ketika berkemih

5. Malaise

6. Pusing

7. Mual dan muntah

8. Nyeri tekan pada sudut costovertebral

2.6 Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik

dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari

tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya

ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

1. masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: faktor

anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada

laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine

saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius

(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang

terinfeksi.

2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.

Sedangkan secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang sistem

imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen

Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga

mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang

mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan

parut, dan lain-lain.

Page 8: BAB 1 ISK

8

Pada wanita, jalur yang biasa terjadi umumnya adalah mula-mula kuman dari

anal berkoloni di vulva, kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang

pendek secara spontan maupun mekanik. Pada ibu hamil terjadinya ISK ini bisa

dikarenakan adanya peningkatan frekuensi buang air kecil akibat tekanan dari

rahim pada kandung kemih sehingga meningkatkan resiko banyaknya kuman atau

bakteri yang mengenai vagina, (Kapita Selekta, 2000). Selain itu pada ibu hamil

yang telah melahirkan dapat terjadi ISK dikarenakan adanya kontak langsung

antara bakteri dengan vagina sehingga memungkinkan bakteri yang melekat pada

vagina naik ke kandung kemih melalui uretra bahkan sampai ginjal yang

kemudian dapat menyebabkan adanya infeksi saluran kemih atau bahkan infeksi

ginjal seperti pielonefritis.

2.7 Komplikasi dan Prognosis

2.6.1 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat timbul pada infeksi saluran kemih antara

lain:

a. Gagal ginjal

b. Sepsis

c. Kematian dini

2.6.2 Prognosis

Prognosis untuk kasus klien dengan infeksi saluran kemih bergantung pada

keadaan klien saat mendapatkan perawatan untuk pertama kali. Deteksi dini

sangat penting untuk kasus ISK karena infeksi yang tidak segera ditangani akan

mudah sekali menyebar ke bagian tubuh yang lain. Prognosis akan semakin baik

jika kasus ditemukan saat gejala masih ringan dan klien segera mendapatkan

perawatan, sebaliknya prognosis akan memburuk jika infeksi telah menyebar dan

sampai kebagian ginjal dan menyebabkan gagal ginjal. Prognosis juga baik bila

diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septicemia

merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum

dan piemia, (Kapita Selekta, 2000).

Page 9: BAB 1 ISK

9

2.8 Pencegahan

Dalam Kapita Selekta (2000), pencegahan infeksi saluran kemih yang dapat

dilakukan yaitu:

1. Selama kehamilan bila pasien anemia, maka segera diperbaiki. Berikan

diet yang baik;

2. Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan

agar tidak berlarut – larut;

3. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin;

4. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam

kamar bersalin;

5. Alat – alat yang digunakan dalam proses persalinan harus steril;

6. Selama nifas perhatikan dan lakukan personal hygiene (vulva hygiene)

pada daerah perlukaan jalan lahir;

7. Mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat terutama untuk ibu hamil;

8. Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun atau yang mudah menyerap

cairan.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan yaitu pembiakan getah vagina

sebelah atas dan pada infeksi yang berat dapat dilakukan dengan maksud yang

sama, dimana usaha ini bertujuan untuk mengetahui etiologi infeksi dan

menentukan antibiotik yang tepat, (Kapita Selekta, 2000). Selain itu dapat

dilakukan hitung koloni, dan kultur urin, (Smeltzer, 2002).

2.10Pengobatan/Penatalaksanaan

Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan memberikan obat (antibiotik) dosis

tunggal selama lima hari. Kemudian dilakukan pemeriksaan urin porsi tengah

seminggu kemudian. Jika masih positif, maka dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut, (Kapita Selekta, 2000).

Page 10: BAB 1 ISK

10

BAB 3. PATHWAY

Kehamilan

Infeksi saluran kemih

Sisa urin dikandung kemih

Urin keluar tidak sempurna

Invasi kuman bakteri ke saluran kemih

Penekanan pada kandung kemih

Mikroorganisme berkembang biak

Ketidakmampuan pertahanan local terhadap infeksi

Pengosongan kandung kemih tidak sempurna

Bakteri tetap berada di kandung kemih

Perubahan anatomi dan fisiologi tubuh

Perubahan anatomi kandung kemih

Melahirkan Bakteri e-coli, klebsiela, proteus, staphylococus

Perubahan pola eliminasi

Perubahan frekuensi berkemih

Page 11: BAB 1 ISK

11

Iritasi pada saluran kemih

Penempelan bakteri pada ginjal

Bakteri naik ke ginjal

Ansietas

Kurang pengetahuan

Nyeri akut

Infeksi lokal

Hipertermi

Pielonefritis

Gg mobilitas fisik

Peningkatan suhu tubuh

Infeksi sistemik

Reaksi infeksi

Nyeri saat aktivitas

Pembatasan gerak

Page 12: BAB 1 ISK

12

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap

pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat,

sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu

diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

respon individu. Berikut adalah contoh pengkajian pada klien postpartum dengan

infeksi saluran kemih:

a. Identitas

Identitas Perawat

Nama perawat                :

Tgl pengkajian                :

Jam pengkajian               :

Identitas Pasien

Nama Pasien                  :

Agama                            :

Umur                              :

Jenis kelamin                  :

Almat                             :

Tanggal masuk RS         :

Diagnosa medis              :

No rekam medis             :

Jam masuk                      :

Suku                               :

Bangsa                            :

Untuk mengetahui siapa perawat yang bertanggung jawab saat melakukan pengkajian. Sehingga nantinya data yang didapat bisa dipertanggungjawabkan

Untuk mengetahui status atau identitas klien guna kelengkapan data pengkajian dan menentukan tindakan selanjutnya yang dibutuhkan.

Page 13: BAB 1 ISK

13

Identitas Keluarga

Orang tua/wali               :

Umur                              :

Agama                            :

Pendidikan                     :

Pekerjaan                        :

Status Pernikahan          :

Hubungan dengan klien :

Alamat                            :

Suku                               :

Bangsa                            :

b.    Keluhan utama

Nyeri dan panas pada bagian uretra, susah BAK, dan sakit kepala

a. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan sakit pada perut bagian bawah, merasa tidak kuat untuk

berjalan sendiri.

2. Riwayat penyakit dahulu

Memililiki penyakit ginjal ataupun infeksi saluran kemih sebelumnya.

3. Riwayat penyakit keluarga

Gambaran mengenai kesehatan dan adakah penyakit keturunan atau

menular. (Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit

yang sama).

4. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Tindakan Pasien sebelum masuk RS : minum obat anti nyeri. Pasien

merasa panas dan keringat. Pasien merasa sakit didaerah suprapubik.

pasien merasa nyeri di daerah pinggang

Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas klien. Serta salah satu cara untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga klien

Page 14: BAB 1 ISK

14

2) Pola nutrisi dan metabolism

Pada klien infeksi saluran kemih post partum, klien kurang nafsu makan, yaitu 1

porsi sehari. Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising

usus 5 – 35 /menit. Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post

partum. Beberapa ibu tidak mendapatkan kembali kebiasaan makannya.

Jika terjadi konstipasi, abdomen akan mengalami distensi, maka feses akan

terpalpasi. (Sherwen, 1999).

3) Pola eliminasi

Pola eliminasi yang dapat dikaji yaitu kebiasaan berkemih, infeksi saluran

kemih, distensi kandung kemih, retensi urine. Kemampuan untuk

berkemih, frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias.

Kemampuan untuk merasakan penuhnya kandung kemih dan pengetahuan

tentang personal hygiene. Pada umumnya dalam 4 – 8 jam setelah

melahirkan ibu post partum, mempunyai dorongan untuk mengosongkan

kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum akan

sering berkemih tiap 3 – 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung

kemih. (Pillitteri, 1999). Pada pengkajian Sebelum mengalami ganguan

eliminasi urin klien mempunyai frekuensi berkemih 500cc/hr, selama mengalami

gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine merah

terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK. Sebelum sakit

klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari, saat mengalami

gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas dan warna

fases cokelat.

4) Pola istirahat tidur

Klien dengan infeksi saluran kemih pada post partum sebelum sakit klien

mengatakan tidak ada masalah dalam tidurnya, ketika mengalami

gangguan umumnya klien akan  mengalami sulit tidur dan sering

terbangun saat tidur dikarenakan  perut bagian bawah terasa nyeri dan

sangat sakit.

Page 15: BAB 1 ISK

15

5) Pola aktifitas

Pola aktivitas yang dialami oleh klien yaitu dimana sebelum kondisi

sakitnya, klien mampu beraktivitas secara normal dan masih mampu

melakukan aktivitas atau kegiatan rumah tangga lainnya. Sedangkan

setelah mengalami masalah ISK ini akibat rasa nyeri yang sering dirasakan

sehingga terdapat pembatasan aktivitas oleh klien untuk mengurangi

nyerinya.

6) Pola persepsi dan konsep diri

Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri serta ideal diri pasien

tidak terganggu.

7) Pola sensori dan kognitif

Status Mental pasien : Sadar. Kemampuan berbicara, membaca dan

interaksi : normal. Penglihatan Pasien : Normal .

8) Pola reproduksi dan seksual

Dampak sakit terhadap pola seksual pasien terganggu. Uterus 1 cm diatas

umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira 1 lebar jari

setiap harinya. Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 – 3, berlanjut

menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal,

rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal, menyusui).

Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur,

biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung kapan menyusui

dimulai

9) Pola hubungan peran

Peran dan hubungan, klien hanya dirumah saja selama sakit.

10) Pola penanggulangan stress

Masalah utama pasien selama masuk rumah sakit adalah masalah

perawatan diri. Pasien memiliki kecemasan yang meningkat.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan.

Klien menganut agama Islam. Pasien taat menjalankan ibadah. Pasien

yakin akan sembuh dari penyakit. Tidak terjadi gangguan pada pola tata

nilai dan kepercayaan.

Page 16: BAB 1 ISK

16

5.  Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital : N : 80x/mnt, RR : 23x/mnt, S : 390c. umumnya terjadi

peningkatan pada tekanan darah akibat proses inflamasi yang dialami

klien.

2) Sistem respirasi

Pada sistem respirasi umumnya karena terdapat proses inflamasi maka

terjadi peningkatan pada TTV itu saja maupun RR. Pada saat dilakukan

perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi vesikuler

3) Kulit, rambut dan kuku

Pada penderita ISK post partum kloasma yang muncul pada masa

kehamilan biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi

diareola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya. Kulit yang

meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar

tapi tidak hilang seluruhnya.

4) Kepala dan leher

Untuk pemeriksaan fisik di daerah kepala dilakukan sesuai urutan

dilakukannya inspeksi, palpasi dimana hasil yang didapatkan yaitu kepala

bersih, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat jejas dan tidak ada nyeri

tekan. Pada leher tidak terdapat jejas dan tidak teraba vena jugularis.

5) Mata

Pada klien ISK post partum mata normal, tidak rabun.

6) Telingga, hidung, mulut, tenggorokan

Pada klien ISK post partum telingan kanan kiri simetris, hidung simetris,

mulut simetris, tenggorokan normal.

7) Pada thorax dan abdomen

Pada pemeriksaan ISK post partum abdomen dan thorak setelah dilakukan

pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada

pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar

Page 17: BAB 1 ISK

17

suara bising usus, secara normal terdengar setiap bising usus normal

dengan rentang 5 – 35 kali permenit.  

8) Sistem kardiovaskuler

Pada pasien ISK post partum bentuk dada simetris, tidak ada retraksi.

9) Sistem genitourinaria

Genitalia normal

10) Sistem gastrointestinal

Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi

makan – makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot traktus

cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan

analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan

motilitas keadaan normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda

selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa

disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga

nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat

episiotomy, laserasi atau hemoroid

11) Sistem muskuloskeletal

Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau

perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya

udema dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema,

kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai

tanda dari tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan

untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi.

(Sherwen, 1999). Adaptasi mencakup hal – hal yang membantu relaksasi

dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran

rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah

wanita melahirkan

Page 18: BAB 1 ISK

18

12) Sistem persyarafan

Post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi.

Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya

peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit

kepala. (Sherwen, 1999)

4.2 Diagnosa

Diagnosa merupakan suatu proses yang dijalankan perawat untuk

mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang aktual, atau potensial yang

memerlukan intervensi keperawatan yang dapat diberikan oleh perawat, (Brooker,

2001). Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa

keperawatan yang muncul yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung

kemih dan sruktur traktus urinarius lain;

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada

kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain;

c. Hipertermi respons sistemik sekunder dari infeksi;

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau terpapar

informasi;

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan reaksi inlamasi local

maupun sistemik.

Page 19: BAB 1 ISK

19

4.3 Intervensi

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana/Intervensi Rasional

1. Nyeri akut

berhubungan dengan

inflamasi dan infeksi

uretra, kandung

kemih dan sruktur

traktus urinarius lain

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24

jam, tingkat nyeri atau skala

nyeri pasien mengalami

penurunan

Kriteria Hasil:

1. TTV dalam rentang

normal (nadi: 60-100

x/menit, TD: 120/80

mmHg, RR: 18-20

x/menit, S: 36,50C –

37,50C)

2. Klien terlihat nyaman

dan tidak gelisah

1. Kaji status atau tingkat nyeri yang

dialami klien

2. Beri posisi yang nyaman

3. Ajarkan terapi relaksasi (napas

dalam)

4. Ajarkan teknik distraksi (guided

imagery, backrub, kompres

hangat)

1. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang

dialami klien sehingga dapat

menentukan tindakan yang tepat

2. Untuk memberikan rasa nyaman dan

rileks sehingga nyeri tidak lagi

dirasakan

3. Meningkatkan asupan oksigen

sehingga mampu menurunkan nyeri

4. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat

menurunkan stimulus internal dengan

mekanisme peningkatan produksi

endorphin dan enkefalin yang dapat

memblok reseptor nyeri untuk tidak

dikirimkan ke korteks serebri

sehingga menurunkan persepsi nyeri

Page 20: BAB 1 ISK

20

5. Lakukan modifikasi lingkungan

6. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik

5. Lingkungan tenang akan menurunkan

stimulus nyeri eksternal atau

kesensitifan terhadap cahaya dan

menganjurkan klien untuk beristirahat

dan pembatasan pengunjung akan

membantu meningkatkan kondisi O2

ruangan yang akan berkurang apabila

banyak pengunjung yang bedasa di

ruangan

6. Analgesik membantu memblok

lintasan nyeri sehingga mengurangi

nyeri

2. Perubahan pola

eliminasi

berhubungan dengan

obstruksi mekanik

pada kandung kemih

ataupun struktur

traktus urinarius lain

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 2x24

jam, pola eliminasi klien

berangsur angsur kembali

normal.

1. Kaji pola berkemih dan catat

produksi urine tiap 6 jam

2. Palpasi kemungkinan adanya

distensi kandung kemih

3. Anjurkan klien untuk minum

minimal 2.000 cc/hari

4. Ubah posisi pasien setiap dua jam

1. Mengetahui fungsi ginjal

2. Menilai perubahan kandung kemih

akibat dari infeksi saluran kemih

3. Membantu mempertahankan fungsi

ginjal

4. Untuk mencegah stasis urin

Page 21: BAB 1 ISK

21

Kriteria Hasil:

1. Tidak ada keluhan iritasi

dalam melakukan miksi,

seperti disuria dan

urgensi

2. Mampu melakukan

miksi setiap 3-4 jam

3. Produksi urine 50

cc/jam, urine tidak keruh

atau urine yang keluar

berwarna kuning jernih

sekali (jika tidak

dikontraindikasikan)

5. Anjurkan untuk miksi setiap 3-4

jam

6. Kolaborasi pengawasan

laboratorium, elektrolit, BUN, dan

kreatinin

5. Mempercepat dan meningkatkan

pembilasan pada saluran kemih

6. Pengawasan terhadap disfungsi organ

3. Hipertermi respons

sistemik sekunder

dari infeksi

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 2x24

jam, suhu tubuh pasien

dalam rentang normal

Kriteria Hasil:

1. Suhu tubuh pasien dalam

1. Kaji suhu tubuh klien

2. Monitor suhu tubuh pasien

3. Penuhi hidrasi cairan tubuh

1. Untuk mengetahui suhu tubuh terkini

klien

2. Peningkatan suhu tubuh bisa menjadi

stimulus penahanan cairan yang dapat

mengganggu kontrol dari sistem saraf

pusat

3. Pemenuhan hidrasi cairan tubuh oleh

perawat peroral atau intravena dengan

Page 22: BAB 1 ISK

22

rentang normal (35-360C)

4. Beri kompres air biasa/air hangat di

kepala dan aksila

5. Pertahankan tirah baring total

selama fase akut

6. Kolaborasi pemberian terapi :

antipiretik

jumlah total pemberian cairan 2.500 –

3.000 ml/hari yang bertujuan selain

sebagai pemeliharaan juga untuk

meningkatkan produksi urine yang

jugag memberikan dampak terhadap

pengeluaran suhu tubuh melalui

sistem perkemihan

4. Memberikan respons dingin pada

pusat pengatur panas dan pada

pembuluh darah besar

5. Mengurangi peningkatan proses

metabolisme umum yang memberikan

dampak terhadap peningkatan suhu

tubuh secara sistemik

6. Antipiretik bertujuan untuk membantu

menurunkan suhu tubuh

4. Ansietas

berhubungan dengan

kurangnya

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24

1. Kaji status pengetahuan klien 1. Untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman klien terhadap penyakit

yang dialaminya

Page 23: BAB 1 ISK

23

pengetahuan atau

terpapar informasi

jam, pasien mampu

memahami terkait kondisi

sakitnya.

Kriteria Hasil:

1. Pasien tidak bingung

saat ditanya terkait

penyakitnya

2. Berikan pendidikan kesehatan

terkait konsep penyakit

2. Untuk memberikan informasi

selengkap-lengkapnya sehingga kklien

tidak bingung dan tidak cemas lagi

5. Gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan reaksi

inlamasi local

maupun sistemik

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24

jam, klien mampu

melakukan mobilisasi

perlahan – lahan sampai

normal

Kriteria Hasil:

1. Klien mampu bangun

1. Kaji tingkat mobilisasi klien

2. Ajarkan gerakan yang sesuai

dengan kemampuan fisik klien

3. Ajarkan latihan rentang gerak pada

klien

4. Kolaborasi dengan therapist untuk

kegiatan yang diperlukan oleh

1. Untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan klien dalam mobilisasi

dan menentukan terapi yang tepat

2. Agar tubuh klien tidak memberikan

respon yang buruk saat dilakukan

kegiatan

3. Membantu tubuh klien tetap memiliki

fungsinya seperti sebelum sakit

4. Untuk mengetahui tindakan yang tepat

sesuai dengan kondisi klien

Page 24: BAB 1 ISK

24

dari tempat tidur tanpa

bantuan

2. Klien mampu berjalan

beberapa meter dari

tempat tidur

klien lebih lanjut

Page 25: BAB 1 ISK

25

Page 26: BAB 1 ISK

26

4.4 Implementasi & Evaluasi

Tanggal/Waktu Diagnosa

Keperawatan

Implementasi Evaluasi Paraf dan

Nama

7 Februari 2014

07.00 WIB

Nyeri akut

berhubungan dengan

inflamasi dan infeksi

uretra, kandung

kemih dan sruktur

traktus urinarius lain

1. Telah dikaji status atau tingkat nyeri

yang dialami klien

2. Telah diberi posisi yang nyaman

3. Telah diajarkan terapi relaksasi (napas

dalam)

4. Telah diajarkan teknik distraksi

(guided imagery, backrub, kompres

hangat)

5. Telah dilakukan modifikasi

lingkungan

6. Telah dilakukan kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian analgetik

S: pasien mengatakan sudah tidak

nyeri lagi

O: TTV normal (nadi: 60-100 x/menit,

TD: 120/80 mmHg, RR: 18-20

x/menit, S: 36,50C – 37,50C)

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Nana

7 Februari 2014

08.00 WIB

Perubahan pola

eliminasi

berhubungan dengan

1. Telah dikaji pola berkemih dan catat

produksi urine tiap 6 jam

2. Telah dipalpasi kemungkinan adanya

S: Pasien mengatakan masih merasa

ingin buang air kecil meski sudah

sering

Page 27: BAB 1 ISK

27

obstruksi mekanik

pada kandung kemih

ataupun struktur

traktus urinarius lain

distensi kandung kemih

3. Telah dianjurkan klien untuk minum

minimal 2.000 cc/hari

4. Telah dilakukan mengubah posisi

pasien setiap dua jam sekali (jika

tidak dikontraindikasikan)

5. Telah dianjurkan untuk miksi setiap 3-

4 jam

6. Telah dilakukan kolaborasi

pengawasan laboratorium, elektrolit,

BUN, dan kreatinin

O: Klien miksi dalam 5 jam

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

Nana

7 Februari 2014

08.30

Hipertermi respons

sistemik sekunder

dari infeksi

1. Kaji suhu tubuh klien

2. Monitor suhu tubuh pasien

3. Penuhi hidrasi cairan tubuh

4. Beri kompres air biasa/air hangat di

kepala dan aksila

5. Pertahankan tirah baring total selama

fase akut

6. Kolaborasi pemberian terapi :

S: Keluarga klien mengatakan klien

sudah tidak demam lagi

O: Suhu pasien kembali normal (35-

37OC)

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Nana

Page 28: BAB 1 ISK

28

antipiretik

7 Februari 2014

09.00 WIB

Ansietas

berhubungan dengan

kurangnya

pengetahuan atau

terpapar informasi

1. Telah dikaji status pengetahuan klien

2. Telah diberikan pendidikan kesehatan

terkait konsep penyakit

S: Klien mengatakan sudah paham

terkait penyakitnya

O: Saat ditanya klien mampu

menjawab sesuai dengan penkes

yang telah diberikan

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Nana

7 Februari 2014

10.20 WIB

Gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan reaksi

inlamasi local

maupun sistemik

1. Telah dikaji tingkat mobilisasi klien

2. Telah diajarkan gerakan yang sesuai

dengan kemampuan fisik klien

3. Telah diajarkan latihan rentang gerak

pada klien

4. Telah dilakukan kolaborasi dengan

therapist untuk kegiatan yang

diperlukan oleh klien lebih lanjut

S: klien mengatakan baru bias berdiri

dari tempat tidurnya

O: klien terlihat berdiri dari tempat

tidur tanpoa bantuan

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Nana

Page 29: BAB 1 ISK

29

BAB 5. PENUTUP

Page 30: BAB 1 ISK

30

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine.2001.Kamus Saku Keperawatan. Edisi 31. Jakarta: EGC

Mansjoer, Alif., dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: FKUI

Manuaba, Ida Bagus dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Sloane, Ethel.2004.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI