laporan kasus isk
TRANSCRIPT
1
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama kepala keluarga: Nn. U
Alamat lengkap : Ambon, Maluku
Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah
NO Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan PekerjaanPasien klinik
Ket
1. Nn. U Saudara P 21 th S1 Mahasiswa Ya ISK2. Sdr. N Saudara P 21 th S1 Mahasiswa Tidak -3. Sdr. Y Saudara P 20 th S1 Mahasiswa Tidak -4. Sdr. S Saudara P 19 th S1 Mahasiswa Tidak -
Kesimpulan:
Keluarga Nn.U adalah extended family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu
orang sakit, yaitu Nn. U, umur 21 tahun, beralamat di Jl. Simpang Batu Permata
31 B, Lowokwaru. Diagnosa klinis penderita adalah Infeksi Saluran Kemih.
Penderita adalah seorang mahasiswa semester tujuh sebuah Perguruan Tinggi di
Malang . Penderita tinggal bersama saudara-saudaranya yang juga kuliah di
universitas yang sama.
2
STATUS PENDERITA
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan
saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat
100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang
bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi
bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut
bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa
gejala.
Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan::
a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis
karena infeksi hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.
c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah
kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin
memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot
polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter,
sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada
kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
pembentukan selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus
ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen
menurun dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah
mengalami menopause rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap
3
infeksi saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang
asam dan berfungsi sebagai antibakteri.
Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang
sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau hyperplasia
prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di
bawah saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan
obstruksi aliran yang merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam
keadaan normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri.
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang
karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan
peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik. Individu yang mengalami
cedera korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk berkemih juga
mengalami peningkatan risiko infeksi.
IDENTITAS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. U
Tempat Tanggal Lahir : Ambon, 19 Oktober 1990
Usia : 21 tahun
Alamat : Jl. Simpang Batu Permata 31 B,
Lowokwaru
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : Mahasiswa UNITRI
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tanggal Periksa : 16 Januari 2012
II. IDENTITAS AYAH
Nama Ayah : Tn. A (Alm.)
Umur Ayah : 46 tahun
Pekerjaan Ayah : Swasta
4
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Ambon
III. IDENTITAS IBU
Nama Ibu : Ny. N
Umur Ibu : 40 tahun
Pekerjaan Ibu : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
A. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Nyeri perut sebelah kanan bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
- Lokasi : perut sebelah kanan bawah
- Onset dan kronologi : nyeri hebat yang dirasakan sejak sore hari hilang
timbul tetapi sering dan dirasakan sangat parah.
- Kualitas keluhan: nyeri yang hilang timbul seperti di tusuk- tusuk
- Kuantitas keluhan : sakitnya mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti
kuliah.
- Yang memperberat keluhan : aktivitas sehari- hari seperti berdiri dan
berjalan.
- Yang memperingan keluhan : tiduran dan perut sedikit di tekan
(membungkuk)
- Gejala penyerta: sakit pada perut bawah saat buang air kecil, BAK tidak
dapat ditahan ( kebelet) dan sering, mual dan nafsu makan menurun.
Pasien datang dengan keluhan awal nyeri hebat di perut sebelah kanan.
Nyeri tersebut sudah dirasakan sejak sore hari pada tanggal 16 Januari
2012. Nyeri dirasakan hilang dan timbul tetapi sering. Nyeri dirasakan
sangat parah sampai menembus kebelakang sehingga Nn. U tidak dapat
beraktifitas seperti biasa. Pasien juga mengeluhkan perut terasa mual,
nafsu makan menurun, nyeri perut bawah saat buang air kecil, BAK tidak
5
bisa ditahan ( rasa kelebet) dan sering sebelum sakit pasien seringkali
menahan rasa ingin pipis.
3. Riwayat Penyakit Dahulu yang pernah diderita:
Riwayat Sakit Serupa : Pasien belum pernah menderita seperti ini
Riwayat MRS : -
Riwayat Diabetes : -
Riwayat Penyakit Jantung : -
Riwayat Hipertensi : -
Riwayat Sakit Kejang : -
Riwayat Alergi Obat : -
Riwayat Alergi Makanan : Pasien mengatakan alergi terhadap telur.
Riwayat Asma : -
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : -
Riwayat Hipertensi : -
Riwayat Diabetes : -
Riwayat Jantung : -
Riwayat Penyakit Tumor : -
Riwayat Asma : -
Riwayat Alergi : -
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat Merokok : -
Riwayat Minum Alkohol : -
Riwayat Olahraga : Tidak pernah Olah Raga
Riwayat Pengisisan Waktu Luang : Nonton TV, waktu banyak
dihabiskan di rumah.
6. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang mahasiswa UNITRI semester tujuh. Pasien adalah anak
kedua dari enam bersaudara. Ayah pasien sudah meninggal karena sakit. Ibu
pasien adalah seorang wiraswasta. Penghasilan orangtua pasien digunakan
6
untuk membiayai kuliah pasien dan sekolah adik-adiknya. Pasien memilki 1
orang kakak laki-laki dan empat orang adik laki-laki dan perempuan, kakak
pertama sudah bekerja, dan empat adiknya yang lain tinggal bersama
orangtuanya di Ambon. Ekonomi keluarga Ny. U terkesan kurang.
Anamnesa Sistem
1. Kulit : Gatal (-), kering (-)
2. Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), rambut todak rontok, luka
kepala (-), benjolan (-).
3. Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-), ketajaman penglihatan normal.
4. Hidung : Tersumbat (-) , mimisan (-)
5. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar
cairan (-)
6. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-)
7. Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-)
8. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk lama (-)
9. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : Mual (+), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(+), nyeri perut kanan bawah (+).
11. Genitourinaria : Nyeri perut bawah saat BAK (+)
12. Neurologik : Kejang (-), lumpuh (-), kesemutan pada kaki (-)
13. Psikiatri : Emosi stabil (+), mudah marah (-)
14. Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
15. Ekstremitas atas : Bengkak (-), sakit (-), luka (-)
16. Ekstremitas bawah: Bengkak (-), sakit (-), luka (-)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: Tampak kesakitan, Composmentis , GCS 456
2. Vital Sign :
- BB : 50 Kg
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 87 x/ menit
7
- RR : 20 x/ menit
- Suhu : 370C
3. Kulit : Kulit hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
kulit gatal dan mengelupas (-), kulit kering (-)
4. Kepala : Simetris, normocephal, rambut tidak rontok, rambut tidak
mudah dicabut, luka pada kepala (-), benjolan/borok (-).
5. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
radang/konjungtivitis/uveitis (-/-), reflek cahaya (+/+),
katarak (-/-)
6. Hidung : Nafas cuping hidung (-), simetris, saddle nose (-), sekret (-),
perforasi (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-)
7. Telinga : Daun telinga simetris, membran tympani (intak), nyeri tekan
mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal.
8. Mulut : Simetris, mulut kering (-), sianosis (-), bibir pucat (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemis (-), tremor (-), gusi berdarah (-).
9. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
10. Leher : JVP tidak meningkat, trakea di tengah, pembesaran, kelenjar
tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
11. Thorax : Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi
subkostal (-), spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran
kelenjar limfe (-)
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi :
batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral Linea Para Sternalis
Sinistra
batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dekstra
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral Linea Medio
Clavicularis Sinistra
8
batas kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dekstra
(batas jantung kesan tidak melebar)
Auskultasi : Bunyi Jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler
+ +
+
+ +
suara tambahan
- -
-
- -
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tak teraba
13. Sistem Collumna Vertebralis
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : NKCV (-)
14. Ektremitas : palmar eritema (-/-)
Akral dingin
Oedem
- -
- -
- -
- -
9
Ulkus
15. Sistem genetalia: dalam batas normal
16. Pemeriksaan Neurologik
Kesadaran : GCS 456
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal fungsi sensorik
fungsi motorik : Dalam batas normal
Kekuatan Tonus Reflek RP
17. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri terkesan baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : Bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
Insight : baik
- -
- -
N N
N N
5 5
5 5
N N
N N
- -
- -
N N
N N
10
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah lengkap
Hb : 13,3 g/dL
Leukosit : 10.600/mm3
Trombosit : 260.000 /mm3
Eritrosit : 4,95 juta/mm3
LED : -
PCV : 43,0 %
HT :
- Eosinophil : 4 %
- Basophil : 1 %
- Stab neutrofil : -
- Segmen : 58
- Lymposit : 30 %
- Monosit : 6 %
PLANO TEST : Negative
G. RESUME
Pasien (Nn. U, 21 tahun) datang dengan keluhan awal nyeri hebat di perut
sebelah kanan sampai tembus ke belakang. Nyeri tersebut sudah dirasakan
sejak sore hari pada tanggal 16 Januari 2012. Nyeri dirasakan hilang dan timbul
tetapi sering. Nyeri dirasakan sangat parah sehingga Nn. U tidak dapat
beraktifitas seperti biasa. Nn. U juga mengeluhkan perut terasa mual dan nyeri
saat buang air kecil, BAK tidak bias di tahan dan sering, Saat nyeri perut pasien
juga merasa badannya lemas. Pasien memiliki kebiasaan menahan rasa ingin
BAK, gemar makan makanan yang pedas, serta jarang makan nasi. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan perut sebelah kanan bawah. Leukosit
10.600/mm3, Eosinophil 4 %.
DIAGNOSA HOLISTIK
1. Diagnosis dari segi biologis: Infeksi Saluran Kemih DD: pielonefritis
11
2. Diagnosis dari segi psikologis: Hubungan Nn. U dengan keluarganya baik
dan harmonis, saling mendukung antar anggota keluarga, saling
memperhatikan dan saling pengertian
3. Diagnosis dari segi sosial ekonomi dan budaya :Nn.U adalah anggota
masyarakat biasa dalam kehidupan bermasyarakat. Pasien merupakan orang
yang mudah bergaul dengan tetangga di sekitarnya.
PENATALAKSANAAN:
1. Non Medikamentosa:
- Istirahat tirah baring
- makan sedikit tapi sering
- pasien di sarankan banyak minum air putih
- mobilisasi duduk
2. Medikamentosa
Infus NS 20 tpm NS (20 tetes permenit)
Injeksi:
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Komposisi: ranitidine 150 mg /tab/25 mg atau ampul.
Dosis: tukak duodenum: sehari 2x150 mg (pagi dan malam) atau sehari 1x300 mg
sesudah makan malam atau sebelum tidur, selama 4-8 minggu. Tukak lambung
aktif: sehari 2x150 mg (pagi dan malam) selama 2 minggu. Terapi pemeliharaan
penyembuhan tukak deudenum dan tukak lambung 2x150 mg. dosis hingga 6 g
sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat, reflex gastro esofagitis: sehari
2x150 mg, esofagitis erosive: sehari 4x150 mg pemeliharaan dan penyembuhan
esofagitis erosive: sehari 2x150 mg. dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal:
bila bersihan kreatinin < 50 ml/mnt :150mg/24 jam.bila perlu dosis dapat
bditingkatkan secara hati-hati selama 12 jam atau kurang tergantung kondisi
penderita inj : 50 mg IM/IV suntikan lambat /IV infuse tiap 6-8 jam.
Indikasi: pengobatan jangka pendek tukak deudenum aktif,tukak lambung aktif
mengurangi gejala refluks esofagitis, terapi pemeliharaan setelah penyembuhan
tukak deudenum dan lambung sindroma Zollinger-Ellison.
12
Kedacilin 3 x 1 g IV
Komposisi: sulbenisilin 1 g
Dosis: dws: 2-4 g anak-anak: 40-80mg/kgBB/hari dlm sehari 2-4x scr IV pada
penyakit yang parah dosis bias dinaikan menjadi sehari 13 g untuk dewasa dan
180 mg/kgBB/ hari untuk anak-anak.
Indikasi : infeksi disebabkan pseudomonas, proteus, E.coli, klebsiela, stafilococus,
bakteri anaerob, infeksi traktus urinarius, biliaris, dan respiratorius, luka, kulit dan
jaringan lunak, sistemik berat dan septicemia, THT.
Norages 2 x 1 amp IV
Komposisi: natrium metamizol 250 mg/ 5 ml: 250mg/1 ml. inj 500 mg/1ml.
Dosis: sirup: dws:2sdtk setiap 6-8 jam anak-anak dan remaja,15 thun: dihitung
berdasarkan bobot badan.
Indikasi: meringankan rasa sakit terutama nyeri kholik dan sakit setelah operasi.
FOLLOW UP
H. Tanggal 16 Januari 2012
S : nyeri (+), mual (+), muntah (-), nyeri saat BAK
O : KU tampak kesakitan, coposmentis, gizi kesan kurang
Tanda vital: T : 110/70 mmHg
N : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37 0C
BB : 50 Kg
TB : 160 Cm
Status Generalis : dalam batas normal
Status Lokalis : nyeri tekan perut bawah sebelah kanantembus ke
belakang
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Infeksi Saluran Kemih.
P : Terapi medikamentosa.
II. Tanggal 17 Januari 2012
13
S : nyeri perut (+), mual (+), muntah (-).
O : KU masih lemah, coposmentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T : 110/70 mmHg
N : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 370C
BB : 50 Kg
TB : 160 Cm
Pasien memegangi perutnya, makan/minum (+), akral hangat.
Status Generalis : dalam batas normal
Status Lokalis : Abdomen supel, bising usus (+) lemah, nyeri tekan
perut bawah tembus ke belakang.
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Infeksi Saluran Kemih.
P : USG abdomen, Terapi medikamentosa dilanjutkan.
II. Tanggal 18 Januari 2012
S : nyeri perut (+), mual (-), muntah (-).
O : KU masih lemah, coposmentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T : 110/70 mmHg
N : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 370C
BB : 50 Kg
TB : 160 Cm
Makan/minum (+), akral hangat.
Status Generalis : dalam batas normal
Status Lokalis : Abdomen supel, bising usus (+) lemah, nyeri tekan
(-)
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Mentalis : dalam batas normal
14
A : Infeksi Saluran Kemih.
P : Terapi medikamentosa dilanjutkan.
Kesimpulan:
Keadaan Nn. U berangsur membaik
Nyeri pada perut, dan mual berangsur membaik
FLOW SHEET
No Tanggal Vital SignBB/TB BMI Status
LokalisKeluhan Rencana
1
16
Januari
2012
T : 110/70
N : 87
RR : 20
S : 370C
50 /160 19,5
Nyeri (+),
mual (+),
muntah (-),
nyeri saat
BAK
terapi
medikamentosa,
selain diberikan
pula terapi non
farmakologis
(diet dan
mobilisasi
duduk).
2
17
Januari
2012
T : 110/70
N : 87
RR : 20
S : 370C
50 /160 19,5
Nyeri (+),
mual (-),
muntah (-),
nyeri saat
BAK (-)
USG abdomen,
terapi
medikamentosa
dilanjutkan,
selain diberikan
pula terapi non
farmakologis
(diet dan
mobilisasi
duduk).
3. 18
Januari
2012
T : 110/70
N : 87
RR : 20
50 /160 19,5 Nyeri (-),
mual (-),
muntah (-),
Terapi
medikamentosa
15
S : 370C nyeri saat
BAK (-)di lanjutkan
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI BDALAM KELUARGA
Fungsi Holistik :
• Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas pasien (Nn. U 21 tahun), Sdr. N 21 th, Sdr. Y 20 th,
sdr. S 19 th. Pasien adalah penderita Infeksi Saluran Kemih belum pernah
masuk rumah sakit
• Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga di antara mereka terjalin cukup baik, terbukti dengan
adanya komunikasi antar anggota keluarga, dan semua menyempatkan diri
untuk menjenguk dan selalu menunggu pasien saat pasien sakit.
• Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari Nn. U dan keluarganya hanya sebagai
anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu
dalam masyarakat. Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar
terjalin cukup baik. Penghasilan keluarga Nn. U terkesan kurang untuk
memmenuhi kebutuhan sehari-hari.
Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score.
APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi
keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score
meliputi:
1. Adaptasi
16
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh
keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang,
6-7 cukup dan 8-10 adalah baik.
APGAR score Nn. U
APGAR Nn. U Terhadap Keluarga Sering
/selalu
Kadang
-kadang
Jarang/
Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga saya
17
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama √
Untuk Nn. U APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
Adaptation : Penderita mendapat dukungan dari keluarga untuk berobat.
Penderita merasa senang atas dukungan yang diberikan oleh
keluarganya.
Score : 1
Partnership : Kesibukan pasien pada saat kuliah tidak mengurangi hubungan
dan komunikasi dengan orangtua maupun keluarga walaupun
jarak jauh dibuktikan terkadang orangtua pasien menelpon pasien
dan menayakan kondisi pasien.
Score : 2
Growth : Keluarga pasien selalu mendukung kegiatan yang dilakukan oleh
pasien baik didalam maupun diluar kampus selama kegiatan
tersebut positif.
Score : 2
Affection : Keluarga pasien sangat sayang dan perhatian kepada anak-
anaknya termasuk pasien
Score : 2
18
Resolve : Waktu yang tersedia bagi pasien dan keluarga untuk berkumpul
masih kurang karaena pasien jauh dari keluarga dan orangtua
sehingga jarang bertemu dan berkumpul bersama.
Score : 0
Fungsi APGAR keluarga tidak dapat dinilai karena pada saat itu
kami hanya dapat mewawancarai pasien, saudara dan teman pasien.
I.9.3. FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis dari keluarga Nn. U dinilai dengan
menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
SUMBER PATOLOGIS KET
Social
Sejak sakit pasien tidak dapat beraktifitas dengan
baik seperti biasanya dan belumdapat berkumpul
dengan teman-tem
Anya
+
Cultur
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,
dapat dilihat dari sikap pasien dan keluarga yang
menghargai adat istiadat.
-
Religious
Pemahaman terhadap ajaran agama baik, demikian
juga dalam ketaatannya dalam beribadah dan pasien
sering mengikuti kegiatan keagamaan di kampus.
-
Economic Menengah kebawah +
EducationalTingkat pengetahuan pasien cukup baik ,pasien
adalah mahasiswa salah satu PTS di Malang, -
Medical
Pasien cukup mengerti tentang kesehatan . Pasien
sering memeriksakan dirinya kedokter tetapi pasien
tidak dapat menjaga kesehatannya dengan baik
+
19
Pola Interaksi Keluarga
Keterangan:
: Hubungan Baik
: Hubungan tidak baik
Genogram
Keterangan
= Pasien
= Laki-laki
= Perempuan
Nn. U
Sdr. Y
Sdr. SSdr. N
Tn. A (Alm.)
Ny. S
Nn. U
20
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU
KELUARGA
Faktor Perilaku Keluarga
Pasien sering memeriksakan dirinya kedokter terbukti dengan
apabila pasien merasakan nyeri pada perutnya, pasien segera
memeriksakan dirinya ke dokter. Pasien kurang mengerti tentang
pentingnya kesehatan sehingga pasien kurang dapat menjaga
kesehatannya.
Faktor Non Perilaku
Tempat tinggal yang dihuni pasien adalah rumah sewa yang satu
kamarnya berukuran kurang lebih tipe 54 dan rumah tersebut dihuni
oleh empat orang termasuk pasien, pencahayaan cukup, ventilasi
cukup. Kamar mandi pasien diluar dan jadi satu dengan teman yang
lainnnya.
IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Keluarg
Faktor Perilaku
Keluarga Nn. U Sikap: Pasien kurang
dapat menjaga kesehatannya dengan
baik
Pelayanan Kesehatan : Jika sakit Nn. U periksa ke RS
Tindakan: Pasien segera memeriksakan dirinya
jika pasien sakit
Faktor Non Perilaku
Pemahaman: Keluarga cukup paham tentang
penyakit
Keturunan : Tidak ada penyakit serupa dgn yg
diderita pasien
Lingkungan : tempat tinggal memenuhi syarat kesehatan
21
A. Indoor :
Tidak dapat dievaluasi karena pasien masih dirawat,tetapi kami
melakukan anamnesa terhadap lingkungan tempat tinggal pasien.
Ukuran rumah :perumahan tipe 54
Kamar tidur dikeramik
Satu rumah dihuni oleh 4 orang
Kamar mandi pasien jadi satu dengan teman yang lainnya
Pencahayaan cukup
ventilasi cukup
B. utdoor :
Memiliki halaman yang sempit, berhadapan langsung dengan jalan.
Jarak antar rumah berdempetan
Denah Tempat tinggal :
Keterangan :
- KT : Kamar tidur
- KM : kamar Mandi
- RT : Ruang tamu
KT
KT
KT
Teras
R. T
KM
KT
Dapur
22
- KM : Kamar mandi
- : Jendela
- : Pintu
DAFTAR MASALAH
Masalah Medis
Infeksi Saluran Kemih
Masalah Non Medis
Pasien kurang dapat menjaga kesehatannya dengan baik
Ekonomi pasien yang kurang dan Rumah sakit pasien dirawat
yang tidak terkaver oleh Askes
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
MATRIKULASI MASALAH
Nn. U Infeksi Saluran Kemih
Ekonomi pasien yang kurang dan
Rumah sakit pasien dirawat yang
tidak terkaver oleh Askes
Pasien kurang dapat
menjaga kesehatannya
dengan baik
23
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik criteria matriks. (Azrul, 1996)
Matrikulasi masalah: Matrikulasi
No.
Daftar Masalah I T R JumlahIxTxRP S SB Mn Mo Ma
1. An.P kurang menjaga kesehatan diri.
5 4 4 3 3 3 3 6480
4. Ekonomi pasien yang kurang dan rumah sakit pasien dirawat tidak terkaver oleh askes
5 4 4 3 3 3 3 6480
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Tn. Y adalah sebagai berikut :
1. An.N kurang menjaga kesehatan diri.
2. Ekonomi pasien yang Kurang dan rumah sakit tempat pasien dirawat tidak
terkaver askes.
Kesimpulan :
24
Prioritas masalah yang diambil adalah Nn. U kurang menjaga kesehatan dan
ekonomi pasien yang kurang serta rumah sakit tempat pasien dirawat tidak
terkaver askes.
PEMBAHASAN
Permasalahan medis
Diagnosa Pasien
Pasien datang ke dokter dengan keluhan awal nyeri hebat di perut sebelah
kanan. Nyeri tersebut sudah dirasakan sejak sore hari pada tanggal 16 Januari
2012. Nyeri dirasakan hilang dan timbul tetapi sering. Nyeri dirasakan sangat
parah sehingga Nn. U tidak dapat beraktifitas seperti biasa. Pasien juga
mengeluhkan perut terasa mual dan nyeri perut bawah saat buang air kecil.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan darah lengkap hasilnya menunjukkan
nyeri tekan perut sebelah bawah tembus ke belakang, leukosit 10.600/mm3,
Eosinophil 4 %. Pasien kemudian didiagnosa oleh dokter mengalami Infeksi
Saluran Kemih, dari anamnesa yang telah dilakukan kemungkinan terjadi suatu
proses infeksi pada saluran kencing dari penderita, karena pada kasus ini dijumpai
adanya nyeri saat buang air kecil, tetapi tidak menutup juga kemungkinan suatu
batu walaupun pada batu umumnya dijumpai hematuria akibat gesekan batu pada
mukosa saluran kencing, akan tetapi pada batu yang relatif kecil jarang dijumpai
adanya hematuria.
Infeksi saluran kemih secara umum dapat dibedakan atas infeksi saluran
kemih bawah dan infeksi saluran kemih atas. Pada infeksi saluran kemih bagian
bawah kemungkinan dapat terjadi sistitis yang merupakan suatu peradangan pada
kandung kemih ataupun epididimitis (pada epididimis), prostatitis (pada prostat)
ataupun uretritis (pada uretra), dimana epididimitis dan prostatitis hanya dijumpai
pada pria karena wanita tidak mempunyai prostat dan epididimis, selain itu juga
dapat ditemui suatu sindrom ureter akut, dimana gejala sistitis seperti nyeri
berkemih, dan demam mengigil, tetapi hasil kultur bakteri urin negatif. Infeksi
saluran kemih atas mungkin dapat kita jumpai pielonefritis yaitu suatu peradangan
pada jaringan parenkin ginjal yang dapat disebabkan oleh suatu infeksi, obstruksi
25
saluran kemih ataupun refluks vesikouretra. pielonefritis dapat dibedakan atas
akut dan kronik.
Berdasarkan prevalensinya, infeksi saluran kemih lebih banyak dijumpai pada
wanita akibat pendeknya saluran uretra pada wanita bila dibandingkan dengan
laki-laki. selain itu ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian infeksi
saluran kemih seperti lithiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik,
nekrosis papilar, diabetes melitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik,
penyakit sicle cell, senggama, kehamilan dan pengguna KB dengan tablet
progesteron serta kateterisasi.
Untuk menelaah lebih lanjut pasien ini, hendaknya dilakukan pemeriksaan
darah rutin dan urinalisa. Hasil pemeriksaan darah rutin dijumpai peningkatan
leukosit sekitar 10.600/mm3. Sementara itu, pemeriksaan urin belum dilakukan.
Dari hasil pemeriksaan lab diatas, dapat kita lihat adanya peningkatan
leukosit sekitar 10.600/mm3, hal ini memberi kita dasar akan adanya infeksi pada
saluran kemih. Berdasarkan epidemiologinya, infeksi saluran kemih umumnya
disebabkan oleh bakteri E. Coli, stapilokokus, proteus sp dam proteus,
pseudomonas sp jarang dijumpai tetapi dapat dijumpai pada pasien yang memakai
kateter.
Berdasarkan temuan diatas, maka pada pasien ini kemungkinan terjadi suatu
infeksi saluran kemih dengan diferensial diagnosis dan pielonefritis yaitu radang
pada pielum dan nefron yang disebabkan oleh infeksi ginjal , umumnya berasal
dari infiltrasi bakteri sehingga menyebabkan destruksi yang besar pada ginjal.
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN ISK
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah nyeri yang sering dan
rasa panas ketika berkemih, spasme pada area kandung kemih dan suprapubis,
hematuria, nyeri punggung juga dapat terjadi. Tanda dan gejala ISK bagian atas
adalah demam, menggigil, nyeri panggul dan pinggang, nyeri ketika berkemih,
malaise, pusing, mual dan muntah.
Berdasarkan bagian saluran kemih yang terinfeksi, tanda dan gejala
sebagai berikut:
26
Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan
bau urine, nyeri suprapublik, demam biasanya tidak ada.
Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge urethra
Prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra
(cont: hesitansi, aliran lemah).
Pielonefritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual,
muntah, diare.
Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis
kecuali demam menetap meskipun diobati dengan antibiotik.
Diagnosis
Anamnesis : ISK bawah frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri
suprapubik. ISK atas: nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah,
hematuria. Pemeriksaan fisik: febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut
kostovertebra. Laboratorium: lekositosis, lekosituria, kultur urin (+): bakteriuria >
105/ml urin.
Permasalahan Non Medis
Faktor Perilaku
Pasien kurang dapat menjaga kesehatannya dengan baik. Hal ini terbukti
dengan pasien suka makan-makanan yang pedas, makan tidak teratur dan jarang
mengkonsumsi air putih. Selain itu pasien juga sangat sibuk dengan kegiatannya
sehari-hari, sehingga jarang istirahat dan kondisi fisiknya juga kurang baik.
Faktor Non Perilaku
Tempat tinggal yang dihuni pasien adalah rumah sewa yang satu kamarnya
berukuran kurang lebih tipe 54 dan rumah tersebut dihuni oleh empat orang
termasuk pasien, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Kamar mandi pasien diluar
dan jadi satu dengan teman yang lainnnya.
Kesimpulan Holistik
27
1. Segi biologis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan hasil bahwa Nn. U 21 Tahun adalah penderita Infeksi Saluran
Kemih.
2. Segi Psikologis
Nn. U memiliki APGAR score yang cukup baik. Hubungan antara anggota
keluarga cukup baik. Penuh dengan kasih sayang, perhatian dan
komunikasi yang cukup.
3. Segi Sosial
Keluarga ini memiliki status ekonomi menengah ke bawah. Hubungan
pasien dengan teman-temannya sangat baik dan pasien sering mengikuti
kegiatan di kampusnya.
Saran
Saran Komprehensif
1. Promotif
Edukasi penderita dan keluarga mengenai Infeksi Saluran Kemih meliputi
pencegahan , tanda dan gejala dari penyakit tersebut.
2. Preventif
Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing,
infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan
diri , bila setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara
membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar
dan antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan
sesudah berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang
wanita dari ISK.
Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran
bakteri melalui sistem urine.
Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk
buang air kecil juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung
kemih atau ISK.
28
Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat
flush setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan
seksual.
Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah
bakteri berbahaya dalam sistem saluran kemih.
Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab
dan berpotensi berkembang biaknya bakteri. Hindari sandal jepit.
3. Kuratif
Terapi yang telah dilakukan adalah :
: - NS (20 tetes permenit)
- Kedacillin 1g 3x1 IV
- Norages 2x1 amp IV
- Ranitidin 2x1 amp IV
4. Rehabilitatif
Edukasi dan motivasi pada pasien bahwa penderita ISK membutuhkan
banyak istirahat makan makanan yang bergizi serta memenuhi syarat
kesehatan dan memperbanyak konsumsi air putih. Menjaga higienitas
pribadi dan jangan terbiasa menahan miksi.