ba distosia persalinan
TRANSCRIPT
DYSTOCIA
BUDYANTORO DWI ATMONOSMF OBSTETRI – GINEKOLOGIRSUD DR SOEBANDI - JEMBER
BATASAN
Adalah persalinan yang sulit Dapat disebabkan oleh:
Passage (maternal pelvis) Passenger (janin) Powers (tenaga) Kombinasi dari ketiga faktor tersebut
INSIDENSI
Kejadian secara keseluruhan pada persalinan, sulit ditentukan secara pasti
Diagnosis secara klinis kadang ditetapkan secara retrospektif, jika terjadi persalinan pervaginam spontan, tidak dilaporkan sebagai distosia
Pada nulipara sekitar 25%
…………….…………………………………………….INSIDENSI
Kejadian operasi SC di US meningkat hampir 25% persalinan setiap tahun, hampir 50 – 60% SC disebabkan karena distosia
Distosia menjadi alasan dilakukannya SC, hampir tiga kali lebih sering dari pada fetal distress atau malpresentasi
PERSALINAN ABNORMAL
Persalinan adalah proses dinamik, yang ditandai oleh kontraksi uterus yang teratur / reguler yang menyebabkan dilatasi dan pendataran serviks yang progresif dan menyebabkan penurunan janin melalui jalan lahir
……………………………………..PERSALINAN ABNORMAL
Progresifitas / kemajuan persalinan dinilai (dievaluasi) terutama dengan menilai dilatasi serviks dan penurunan bagian terbawah janin
Menurut Friedman terdapat 4 bentuk persalinan abnormal
……………………………………..PERSALINAN ABNORMAL
Bentuk - bentuk persalinan abnormal: Prolonged Latent Phase Protraction disorders Arrest disorders Precipitate labor disorders
PROLONGED LATENT PHASE
Fase laten persalinan dimulai sejak kontraksi uterus teratur sampai mulainya fase aktif dilatasi serviks
Lama fase laten: 6,4 jam untuk nulipara 4,8 jam untuk multipara
……………………………….PROLONGED LATENT PHASE
Fase laten persalinan disebut “prolonged latent phase” jika: Lebih dari 20 jam pada primipara Lebih dari 14 jam pada multipara
……………………………….PROLONGED LATENT PHASE
Penyebab prolong latent phase: Excessive sedation or sedation given
before the end of the latent phase Use of conduction or general anesthesia
before labor enter the active phase Labor beginning with an unfavorable
cervix Uterine dysfunction Fetopelvic disproportion
……………………………….PROLONGED LATENT PHASE
Pilihan pengelolaan “prolonged latent phase”: Therapeutic rest regimens Active management of labor
……………………………….PROLONGED LATENT PHASE
Therapeutic rest regimens: Setelah istirahat 6 - 12 jam dengan
pemberian sedativa dan rehidrasi: 85% pasien spontan masuk fase aktif 10% pasien tetap dalam “false labor” dan
dapat ditunggu onset persalinan spontan, jika tidak ada indikasi lain
5% pasien kontraksi uterus tetap tidak efektif pertimbangkan induksi persalinan
……………………………….PROLONGED LATENT PHASE
Therapeutic rest regimens (2): Prognosis persalinan pervaginam setelah
pengelolaan “excellent” Setelah pengelolaan abnormalitas fase
laten, pasien TIDAK memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya gangguan persalinan lebih lanjut dibanding yang memiliki fase laten normal
PROTRACTION DISORDERS
Yang termasuk di sini adalah: Perpanjangan dilatasi serviks dalam fase
aktif persalinan Perpanjangan penurunan bagian
terbawah janin
………………………………..PROTRACTION DISORDERS
Perpanjangan fase aktif dilatasi serviks dalam persalinan, ditandai dengan kemajuan dilatasi serviks yang lambat secara tidak normal, yaitu: kurang dari 1,2 cm/jam pada nulipara kurang dari 1,5 cm/jam pada
multipara
………………………………..PROTRACTION DISORDERS
Perpanjangan penurunan bagian bawah janin, ditandai dengan rata-rata penurunan bagian bawah janin, yang: kurang dari 1 cm/jam pada nulipara kurang dari 2 cm/jam pada multipara
………………………………..PROTRACTION DISORDERS
Perpanjangan kala II persalinan, yang normalnya sekitar 20 menit (multipara) dan 50 menit (nulipara) memanjang jika: lebih dari 2 jam pada nulipara lebih dari 1 jam pada multipara; atau: Lebih dari 3 jam (nulipara) dan 2 jam
(multipara) jika dengan anestesia
………………………………..PROTRACTION DISORDERS
Patogenesis yang mendasari terjadinya gangguan ini adalah multifaktorial, antara lain: Fetopelvic disproportion (1/3 pasien) Malposisi janin Pemberian “conduction anesthesia” Sedativa terlalu banyak Tumor jalan lahir
………………………………..PROTRACTION DISORDERS
Pengelolaan gangguan persalinan ini tergantung dari: Ada tidaknya fetopelvic disproportion Adekuatnya kontraksi uterus Status janin
………………………………..PROTRACTION DISORDERS
Jika terdapat disproporsi fetopelvik, dilakukan bedah caesar
Biasanya pasien dengan gangguan ini tidak respon terhadap oksitosin infus jika kontraksi uterus adekuat (dengan kateter monitor). Meskipun perbaikan kontraksi masih mungkin, biasanya tidak memperbaiki dilatasi serviks
………………………………..PROTRACTION DISORDERS
Jika tidak ada CPD, pengelolaan konservatif dengan memberi dukungan dan pengawasan ketat, dan pemberian oksitosin drip memberikan prognosis yang baik untuk persalinan pervaginam, jika dilatasi dan pendataran serviks tetap berlangsung dan tidak ada gawat janin
ARREST DISORDERS
Terdapat dua bentuk kelainan ini: Secondary arrest of dilatation:
dengan tidak adanya dilatasi serviks yang progresif pada fase aktif persalinan dalam 2 jam atau lebih
Arrest of descent: terjadi kegagalan penurunan untuk satu jam atau lebih
…………………………………………..ARREST DISORDERS
Hampir 50% pasien dengan gangguan ini menunjukkan disproporsi fetopelvik jika konntraksi uterus yang tidak adekuat telah diperbaiki
Penyebab lain adalah: malposisi janin pemberian anestesia yang tidak tepat sedativa yang berlebihan
…………………………………………..ARREST DISORDERS
Jika ditetapkan diagnosis sebagai “arrest disorder” sangat penting untuk mengevaluasi hubungan janin – panggul sebelum memulai terapi
Evaluasi dilakukan terhadap: Adekuat tidaknya panggul (klinis) Perkiraan ukuran janin
…………………………………………..ARREST DISORDERS
Jika didapatkan disproporsi fetopelvik, lebih baik dilakukan bedah caesar.
Jika tidak ada disproporsi fetopelvik, dan kontraksi uetrus kurang optimal, stimulasi dengan oksitosin drip biasanya memberi hasil efektif
Terjadinya “arrest disorder” dengan kontraksi uterus yang optimal, prognosisnya buruk untuk pervaginam
…………………………………………..ARREST DISORDERS
Tetapi jika setelah “arrest disorder” kemajuan dilatasi dan penurunan didapatkan sama atau lebih baik dari sebelum diagnosis “arrest”, prognosis persalinan pervaginam tetap baik (excellent)
PRECIPITATE LABOR DISORDERS
Precipitate labor diartikan sebagai persalinan yang berlangsung kurang dari 3 jam sejak timbulnya kontraksi uterus
Precipitate dilatation diartikan sebagai dilatasi serviks dengan kecepatan 5 cm atau lebih perjam pada primipara atau 10 cm atau lebih perjam pada multipara
PRECIPITATE LABOR DISORDERS
Precipitate labor, biasanya disebabkan oleh: kuatnya kontraksi uterus secara
ekstrim (penyebab tidak diketahui, biasanya berkaitan dengan oksitosin)
rendahnya tahanan jalan lahir
PRECIPITATE LABOR DISORDERS
Jika kelainan ini disebabkan oleh pemberian oksitosin: Hentikan pemberian oksitosin Posisikan penderita miring Berikan beta-mimetik secara subkutan
atau perinfus jika tidak ada indikasi kontra
PRECIPITATE LABOR DISORDERS
Komplikasi pada ibu jarang apabila serviks dan jalan lahir relaksasi. Jika jalan lahir kaku dapat terjadi laserasi jalan lahir
Hati-hati terjadinya perdarahan post partum karena uterus cenderung hipotonik setelah persalinan
PRECIPITATE LABOR DISORDERS
Mortalitas perinatal dapat meningkat oleh karena: Penurunan aliran darah uteroplasental Kemungkinan perdarahan intrakranial Persalinan yang tidak tertolong
(peralatan untuk persalinan belum disiapkan)
DISTOSIA KARENA TENAGA
Tenaga dalam persalinan: His Tenaga mengejan (kontraksi
diafragma dan otot abdomen)
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
His dikatakan efektif dan efisien, jika: Terdapat koordinasi kontraksi Kontraksi simetris Fundal dominan Mempunyai amplitudo 40 – 60 mmHg Lama kontraksi 60 – 90 detik Interval kontraksi 2 – 4 menit Tonus otot saat relaksasi < 12 mmHg
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
Jenis-jenis kelainan HIS: Inersia uteri His terlalu kuat In coordinate uterine action
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
Penyebab kelainan HIS: Faktor herediter Faktor emosional (kontroversi) Over distensi uterus Bagian bawah janin masih tinggi Kelainan bawaan uterus Idiopatik (sebagian besar kasus)
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
INERTIA UTERI: Kelainannya terletak dalam hal kontraksi
nya lebih lemah, singkat dan jarang Jika kondisi ini terjadi sejak awal
persalinan, disebut inertia uteri primer (hypotonic uterine contraction)
Jika terjadi setelah his kuat untuk waktu lama, disebut inertia uterine sekunder
……………………………………..………….INERTIA UTERI
Jika terjadi inertia uteri, harus dilakukan penilaian dengan seksama terhadap kondisi pasien sebelum menentukan tindakan yang akan diambil
Jangan mendiagnosis penderita dengan inertis uteri, pada penderita yang sebenarnya belum dalam persalinan.Hati-hati FALSE LABOUR
…………………………..……………….HIS TERLALU KUAT
HIS TERLALU KUAT: Sinonim hypertonic uterine contraction Menyebabkan persalinan berlangsung
cepat Menyebabkan lingkaran retraksi menjadi
sangat jelas dan meninggi Bila tidak ada pertolongan dapat
menyebabkan ruptura uteri
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
INCOORDINATE UTERINE ACTION: Disebut juga uncoordinated hypertonic
uterine action Sifat his menjadi berubah, tonus uterus
meningkat juga di luar his, tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagian uterus
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
Karena tidak ada koordinasi kontraksi antara bagian-bagian uterus, his menjadi tidak efisien mengadakan pembukaan serviks
Tonus uterus meningkat, sehingga menyebabkan rasa nyeri lebih keras dan lama, dan dapat menyebabkan hipoksia pada janin
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
Kelainan his ini dapat menyebabkan lingkaran konstriksi / kontraksi (terutama jika ketuban sudah pecah) terjadi spasme sirkuler setempat
Kelainan lain akibat kelainan his adalah distosia servikalis primer terjadi pada primi gravida, serviks teraba kaku, kala I persalinan jadi lebih lama
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
PENANGANAN UMUM: Awasi penderita dengan ketat Monitor tanda vital dengan ketat Awasi DJJ lebih sering Cegah penderita dehidrasi (infus D5%
dan NaCl bergantian) Lebih baik diberikan makanan cair Berikan analgetika jika perlu
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
Yang penting: tentukan apakah benar sudah dalam persalinan dan tentukan jenis kelainan his yang ditemukan
Apakah tidak ada disproporsi kepala panggul (meskipun ringan)
Pengelolaan lainnya tergantung diagnosis kelainan his yang ditemukan
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
PENANGANAN INERSIA UTERI: Periksa dengan seksama keadaan
serviks, kondisi kulit ketuban, turunnya bagian terbawah janin, nilai keadaan panggul
Pertimbangkan untuk amniotomi (hati-hati)
Pertimbangkan untuk stimulasi his dengan oksitosin drip
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
PENANGANAN HIS TERLALU KUAT: Pada partus presipitatus tidak banyak
yang dapat dikerjakan, kadang bayi lahir tanpa dibantu penolong persalinan
Penderita harus diawasi dengan ketat, karena risiko komplikasi yang serius akibat persalinan berlangsung cepat
…………………………….DISTOSIA FAKTOR TENAGA
PENANGANAN INCOORDINATE UTERI: Penanganan hanya bersifat simptomatis,
o.k. belum ada obat untuk memperbaiki koordinasi fungsional dari bagian-bagian uterus
Dapat diberikan analgetika, dsb Bila ditemukan lingkaran konstriksi,
lebih baik dilakukan bedah caesar
DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
Panggul, jalan lahir keras, tersusun oleh tiga tulang: Tulang coxae Tulang sacrum Tulang coccygis
Tulang coxae terdiri dari 3 bagian: tulang pubis, tulang iskhium dan tulang illium
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
Penolong persalinan harus mampu mengenal panggul normal dalam kehamilan dan mengenal penyimpangan dari panggul yang normal (kelainan panggul)
Kelainan panggul bawaan / karena penyakit, lebih mudah untuk dikenali
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian: pelvis mayor dan pelvis minor. Yang penting artinya dalam bidang obstetri adalah PELVIS MINOR
Pelvis minor dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet)
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
Setiap penyempitan pada diameter panggul, yang mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan DISTOSIA
Penyempitan dapat pada PAP, PTP, PBP atau menyempit secara keseluruhan akibat kombinasi hal-hal tersebut
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PINTU ATAS PANGGUL (PAP): Dibatasi oleh:
Anterior : crista dan spina pubica Lateral : linea iliopectinea os coxae Posterior: tepi anterior ala osis sacri
dan promontorium
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PINTU ATAS PANGGUL (PAP): Dikatakan NORMAL, jika secara klinis
pada pemeriksaan dalam vagina (VT): Promontorium tidak teraba Linea inominata teraba kurang dari
setengah lingkaran
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PINTU TENGAH PANGGUL (PTP): Sebenarnya merupakan bagian paling
sempit dari cavum pelvis Terbentang dari apex arcus subpubikus,
melalui spina ischiadika ke sakrum, pada sakrum segmen S 4-5
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PINTU TENGAH PANGGUL (PTP): Batasnya dari depan ke belakang:
Tepi bawah simfisis pubis Garis putih pada fascia yang menutupi
foramen obturatorium Spina ischiadika Ligamentum sakrospinosum Os. sakrum
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PINTU TENGAH PANGGUL (PTP): Dikatakan NORMAL, jika secara klinis
pada pemeriksaan dalam vagina (VT): Spina ischiadica tidak menonjol Dinding samping panggul sejajar Kelengkungan sakrum normal
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PINTU BAWAH PANGGUL (PBP): Dibatasi oleh:
Anterior : ligamentum arcuatum pubis dan arcus pubis
Lateral : tuber ischiadicum dan ligamentum sacrotuberosum
Posterior: ujung os sacrum
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PINTU BAWAH PANGGUL (PBP): Dikatakan NORMAL, jika secara klinis
pada pemeriksaan dalam vagina (VT): Arcus pubis > 900
Distansia inter tuberosum kurang lebih 11 cm
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
KESEMPITAN PAP: Kesempitan PAP terjadi jika:
Diameter anteroposterior (conjugata obstetrika) kurang dari 10 cm, atau:
Diameter transversa kurang dari 12 cm
Biasanya akibat ricketsia atau pertumbuhan menyeluruh yang jelek
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PENGARUH PADA JANIN: Bagian terendah tidak masuk PAP Sering terjadi malposisi Sikap defleksi Asynklitismus yang berlebihan Moulage berat Terbentuk caput suksedaneum besar Tali pusat menumbung
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PENGARUH PADA PERSALINAN: Pembukaan serviks lambat dan kadang
tidak lengkap Biasa terjadi ketuban pecah dini/awal Seringkali disertai kontraksi uterus tidak
efisien (tidak efektif)
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
KESEMPITAN PTP: Merupakan penyempitan bidang dengan
ukuran terkecil (dari cavum pelvis), yakni bidang yang melalui apeks arcus subpubicus, spina ischiadica, dan sacrum (biasanya pada segmen S 4-5)
Lebih sering dijumpai dibanding dengan kesempitan PAP
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
KESEMPITAN PTP: Kesempitan PTP terjadi jika:
Distansia interspinarum kurang dari 9,0 cm, atau:
Distansia interspinarum ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
KESEMPITAN PTP: Sering ditemukan sebagai penyebab
distosia dan persalinan operatif Biasanya kepala janin masuk panggul,
tetapi disertai moulage berat dan terbentuk kaput yang besar hati-hati dalam menilai penurunan kepala untuk tindakan operatif pervaginam
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PENGARUH PADA JANIN: Moulage kepala lebih berat Terbentuk kaput suksedaneum besar UUK tidak berputar ke depan Janin sering dalam sikap defleksi Trauma persalinan (akibat salah menilai
penurunan kepala janin)
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
KESEMPITAN PBP: Terjadi jika :
Distansia inter tuberosum kurang dari 8,0 cm, atau:
Diameter inter tuberosum ditambah diameter sagitalis posterior kurang dari 15,0 cm
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
KESEMPITAN PBP: Prognosis persalinan tergantung
kapasitas segmen posterior, mobilitas artikulasio sacrococcigealis, dan kemampuan jaringan lunak mengako-modasikan janin
Jarang menjadi alasan SC jika tidak ada kesempitan PAP atau PTP
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PEMERIKSAAN ADANYA DISPROPORSI: Untuk menentukan bayi dapat lahir
pervaginam, tanpa menimbulkan perlukaan pada janin atau ibunya, dapat dengan: Anamnesis Pemeriksaan abdominal dan vaginal Pemeriksaan radiologis Partus percobaan
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
ANAMNESIS: Jumlah kehamilan dan persalinan
sebelumnya BBL (terbesar) yang pernah dilahirkan Keadaan anak saat lahir Lama persalinan Cara persalinan Robekan-robekan jalan lahir, dsb
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PEMERIKSAAN ABDOMINAL: Didapatkan bagian terbawah janin tidak
masuk PAP (singkirkan penyebab lain yang bukan faktor panggul)
Dapat dilakukan tes OSBORN
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PEMERIKSAAN VAGINAL: Terutama harus menilai ukuran panggul
dalam, untuk menentukan kapasitas panggul dan untuk mencari kelainan-kelainan yang ada
Perhatikan dengan seksama kedudukan bagian terbawah janin dan kemampuan fleksi janin
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS: Terutama untuk kasus kasus yang
meragukan, dilakukan pelvimetri radiologis, untuk memperoleh informasi tambahan yang berharga
Dianggap tidak banyak manfaatnya dalam penatalaksanaan persalinan presentasi kepala (ACOG)
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PARTUS PERCOBAAN: Merupakan usaha klinis untuk
mengevaluasi berat-ringannya CPD (disproporsi kepala panggul)
Syarat utamanya adalah disproporsi kepala panggul yang RINGAN (tidak boleh dilakukan pada CPD mutlak)
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PENGELOLAAN CPD: Dilakukan bedah caesar Pertolongan dengan forceps Symfisiotomi / pubiotomi
(tidak dilakukan lagi di negara barat) Craniotomi (pada bayi meninggal)
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PENGARUH DISTOSIA PADA IBU: Infeksi intrapartum Ruptura uteri Cincin retraksi patologis Terbentuknya fistula Cedera otot dasar panggul
…………………………….DISTOSIA FAKTOR PANGGUL
PENGARUH DISTOSIA PADA JANIN: Infeksi intrapartum Kaput suksedaneum yang besar Moulage kepala janin (pada kasus
moulage berat dapat menyebabkan: robekan tentorium, laserasi pembuluh darah, perdarahan intrakranial)
s.e.l.a.m.a.t.b.e.l.a.j.a.r